Anda di halaman 1dari 3

A.

Konsep Eksplorasi dan Eksperimentasi Karya Seni Rupa


Secara umum eksplorasi merupakan proses pencarian atau penjelajahan yang bertujuan
untuk menemukan sesuatu. Eksplorasi menjadi sebuah kegiatan dalam berkesenian. Pemikiran
tersebut selalu menjadi alasan untuk mendapatkan kepuasan batin seorang seniman dalam
menuangkan ide ke dalam bentuk karya seni. Kata eksperimentasi bermakna percobaan dengan
sistem yang terencana. Dengan bereksperimen, dimungkinkan untuk mengeksplorasi
kemungkinan-kemungkinan baru dengan tanpa batasan, dengan bebas, dan menemukan sesuatu
yang belum pernah dilakukan sebelumnya. Dengan menggabungkan bahan yang tersedia di sekitar
kita, dikombinasikan dengan berbagai macam teknik yang telah dipelajar sangat memungkinkan
untuk membuat karya seni yang menarik dan kontekstual.
Pada dasarnya, bahan yang digunakan untuk berkarya seni rupa sangat banyak, tergantung
dari kemampuan dalam memilihnya. Bahan-bahan tersebut dapat diperoleh dari alarm lingkungan
atau dari toko yang sudah menjual bahan-bahan praktis, bahkan dapat pula menggunakan bahan-
bahan limbah atau daur ulang. Jenis bahan yang digunakan untuk berkarya seni rupa terbagi
menjadi dua, yaitu bạhan untuk menggambar dan membentuk. Pada umumnya, bahan untuk
menggambar dapat menggunakan kertas dengan berbagai macam jenis, karton, papan, kanvas,
ataupun báhan lain yang memungkinkan sebagai media menggambar. Sedangkan bahan untuk
kegiatan membentuk dapat menggunakan bahan-bahan yang beraneka ragam, antara lain bahan-
bahan alam, misalnya tanah liat, batu-batuan, dan tumbuh-tumbuhan dengan bagian-bagiannya;
bahan-bahan buatan, seperti berbagai jenis karton/kertas, kain, plastik, dan karet; bahan limbah,
seperti kertas bungkus, bekas kemasan, jenis botol, kain perca, dan sebagainya.
Kegiatan eksperimentasi karya-seni rupa, terbagi menjadi beberapa fase sebagai berikut.
1. Fase penemuan → Benda/bahan apakah ini? Barang apa yang bisa dibuat dari benda/ barang
ini?
2. Fase eksplorasi → Dengan menggunakan bahan ini, benda apa saja yang dapat dihasilkan ?
3. Fase ekspansi → Variasi barang apa saja yang bisa dihasilkan dengan bahan ini?
4. Fase manifestasi → Jenis barang seperti apa yang akan terlihat estetik jika dibuat menggunakan
bahan ini?
5. Fase transisi → Jika bahan ini digabungkan dengan bahan lainnya, bisa menghasilkan barang
apa?
6. Fase pencerahan → Barang apa yang paling menarik dan estetik jika dibuat dari bahan tersebut?
B. Penggunaan Alat dan Bahan Membuat Karya Seni Rupa
Secara umum, media adalah sermua bentuk perantara yang dipakai orang untuk
menyampaikan ide atau gagasan, sehingga ide atau gagasan itu sampai kepada penerima. Media
adalah suatu alat yang dipakai sebagai saluran (channel) untuk menyampaikan suatu pesan
(message) atau informasi dari suatu sumber (resource) kepada penerimanya (receiver). Dengan
demikian, dapat dikatakan bahwa media merupakan suatu perantara yang dipakai untuk
menyampaikan suatu ide atau gagasan kepada orang lain.
Media dalam seni rupa memiliki tiga substansi, yaitu bahan atau material sebagai sesuatu
yang diubah atau digarap; alat, yaitu benda untuk mengubah; dan teknik artistik (teknik khusus)
yang akhirnya menjadi style atau gaya. Berikut ini beberapa media dalam karya seni rupa dua
dimensi.
1. Kanvas
Kanvas adalah media lukis yang paling banyak digunakan untuk melukis. Kanvas memiliki
beberapa permukaan yang berbeda, mulai dari permukaan halus hingga ke permukaan yang
sangat kasar. Permukaan tersebut memberikan berbagai posibilitas teknik kuas yang beragam.
Pada kanvas permukaan kasar kita dapat melakukan teknik scumbling, yaitu menyapukan kuas
pada bagian permukaan kasar yang menonjol saja. Teknik itu hanya akan mewarnai sebagian
permukaan kanvas yang menonjol dan menciptakan efek transparan menyerupai kumpulan
halftone atau titk piksel yang renggang pada media digital.
Ada jenis media lain yang dapat digunakan sebagai alternatif pengganti kanvas. Media
tersebut sebagai berikut.
a. Kain linen, yaitu media lukis yang cukup banyak digunakan untuk melukis. Kelebihan linen
adalah kainnya yang lebih halus. Intinya linen juga sebetulnya kanvas, hanya saja bahannya
berbeda. Sebagai pengganti kanvas, kain linen dapat menjadi alternatiíf. Namun biasanya
harga linen relatif lebih mahal dan kurang cocok untuk proses belajar.
b. Papan fiber, yaitu papan yang dibuat dari potongan-potongan sebuah benda kemudian
dibentuk menjadi jaringan yang memanjang.
c. Lempengan seng, salah satu perupa besar Indonesia pernah menggunakan lempengan seng
sebagai media lukisnya. Dia memanfaatkan warna dan tekstur seng agar tampak menjadi
hamparan pantai pada lukisannya. la bahkan dengan sengaja membuat beberapa bagian
seng berkarat dan dibentuk menjadi seperti batu/karang yang biasa terdapat di pantai.
d. Dinding/mural, dinding-dinding yang dapat dijadikan media banyak dijumpai di kota-kota
besar Mural saat ini banyak dimantaatkan sebagai media kritik atau sindiran terhadap
penguasa.
e. Kaca, keterampilan melukis di kaca disebut glasspainting. Produk glasspainting bisa berupa
kaca hias, gelas, stoples, lampu hias, tempat lilin, vas, mangkuk, asbak rokok, dan sebagainya.

2. Cat Lukis
Cat air adalah media seni lukis berbasis air dengan pengaplikasiannya di atas kertas.
Warna yang dihasilkan bersifat transpaan dan mudah larut walaupun sudah mengering. Cat
Lukis saat ini memang banyak dijual di toko-toko alat lukis, tetapi kita bisa bereksperimen
membuat cat lukis dari tumbuhan-tumbuhan di sekitar.
a. Umbi kunyit (kuning), tanaman kunyit memiliki pigmen bernama kurkumin yang dapat
memberikan warna kuning atau kuning kecokelatan. Gunakan bagian rimpangnya sebagai
bahan dasar pembuatan cat air alami. Bersihkan dan tumbuk rimpang kunyit kemudian saring
ekstraknya. Tambahkan sedikit air dan cat air berwarna kuning siap dipakai.
b. Bunga kertas (merah/ungu), bunga ini memiliki warna kelopak yang beragam mulai dari
jingga, merah, ungu, hingga putih. Namun, untuk cat air alami sebaiknya gunakan bunga
kertas berwarna merah atau ungu karena zat warnanya lebih pekat dan mudah larut. Ambil
beberapa bunga kertas, kemudian tumbuk dan saring ekstraknya sama seperti membuat cat
dari kunyit.
c. Ubi jalar (ungu), ubi jalar mengandung pigmen antosianin yang dapat memberikan pengaruh
warna ungu, merah, dan biru. Agar menghasilkan warna ungu lakukan penghalusan ubi jalar
dengan cara diblender. Kemudian campurkan sedikit air lalu rebus hingga menghasilkan
warna ungu yang pekat.
d. Bonsai (oranye), selain mudah ditemukan, tanaman bonsai memiliki buah kecil berwarna
oranye. Buah inilah yang mengandung pigmen warna oranye yang disebut karotenoid. Warna
oranye yang dihasilkan dari buah bonsai akan tampak halus.
e. Singkong dan daunnya (hijaú dan putih). daun singkong yang mengandung klorofil dapat
memberikan warna hijau yang pekat. Caranya tumbuk daun hingga halus lalu campurkan air
secukupnya. Buah singkong juga dapat kita gunakan untuk menghasilkan warna putih.
Haluskan buahnya hingga seperti tepung kemudian campur dengan air.
3. Kuas Lukis
Kuas adalah alat lukis yang paling sering digunakan. Karena alat lukis ini telah terbukti dari
zaman ke zaman efektif untuk digunakan melukis. Alat lukis ini terdiri atas beberapa komponen
yang membentuknya.
Keterbatasan alat dan bahan bukan menjadi penghalang untuk berkarya seni. Bahkan
ketidaktersediaan kuas sekalipun. Beberapa kisah inspiratif di bawah ini dapat dijadikan
inspirasi dalam berkarya seni.
a. Lukisan yang Memanfaatkan Hukum Gravitasi
Seniman lukisan abstrak, Callen Schaub, sepertinya menyukai gravitasi, di mana ada
gaya tarik-menarik yang terjadi antara semua partikel yang mempunyai massa. Tanpa kuas
dan memanfaatkan gravitasi, Callen bisa menghasilkan lukisan abstrak yang luar biasa indah.
Pertama-tama, dia akan meneteskan cat-cat warna ke setiap sisi kanvas. Lalu ia
menggunakan teknik berputar dan menetes milik Damien Hirst dan Jackson Pollock. Sesuai
dengan teori gravitasi bahwa benda akan jatuh dari atas ke bawah, iamembiarkan cat bekerja
dengan ke sana kemari di atas kanvas dan jatuh ke bawah. Jika ada yang kurang, Callen akan
menyiapkan perangkat buatan seperti kaleng yang berputar di atas dan gerakan tangannya.
b. Melukis dengan Jari Tangan
Umumnya melukis itu menggunakan kuas. Di Cirebon ada seorang pelukis
menggunakan jarinya untuk melukis. Meski menggunakan jari, hasil lukisannya sangat
menakjubkan. Wong Artha namanya, ia melukis menggunakan jari yang diasah sejak empat
tahun silam. Sebelumnya, Wong melukis seperti seniman pada umumnya. Wong
menjelaskan perbedaan antara melukis menggunakan kuas dengan jari. Menurutnya,
melukis menggunakan jari memiliki ruang yang bebas. Berbeda dengan menggunakan kuas,
harus menggunakan beberapa teknik.

4. Teknik Kolase
Teknik kolase adalah penyusunan komposisi karya seni rupa yang dilakukan dengan cara
menempelkan berbagai bahan, seperti kain perca, bulu, potongan koran, dan bahan lainnya
pada media karya. Penyusunan tersebut tentunya dilakukan seindah mungkin hingga
menghasilkan estetika visual yang berbeda dari teknik gambar atau lukis yang. lebih umum
digunakan dalam penciptaan karya dua dimensi. Penggunaan teknik kolase ini dapat dijadikan
alternatif pengganti pada karya seni lukisan. Bahan-bahan yang digunakan untuk menempel
kolase dengan berbagai jenis dan sifatnya dapat menimbulkan efek hidup" sebuah karya seni.
Kebanyakan para perupa hanya menggunakan teknik kolase sebagai aksentuasi tambahan
dalam karya. Namun tak jarang pula seniman yang secara khusus menggunakan teknik ini
sebagai teknik inti dalam penggarapan mahakaryanya.

Anda mungkin juga menyukai