Desember, 2022
vol. 1 no. 1
Abstract
Effective tourism marketing and management needs an understanding of the existing market
segments. Market segmentation is an important issue that’s less commonly used in decision making
process in the development of tourim villages. Tourism village manager doesn’t understand that
marketing has a role in increasing the number of tourist visits through specific strategies from
segmentation, determining target markets, and positioning. Particularly when the development of
tourism villages become a recent trend that needs special efforts to build a competitive advantage.
Through a case study method with qualitative approach, this research explores the marketing strategy
of Segmentation, Targeting, Positioning (STP) in developing a competitive advantage in Wae Lolos
tourism village. This study produces recommendation that tourists target are domestic tourists with
an age range of 26 – 35 years who have preferences as nature lover. Through the concept of ‘Kole Beo’,
positioning of Wae Lolos is a tourism village which offers familiarity atmosphere or ‘back to village’
and packaged with interactive activity between locals.
keywords: marketing strategy; segmentation; tourism village
Abstrak
Pemasaran dan pengelolaan pariwisata yang efektif memerlukan pemahaman tentang segmen
pasar yang ada. Segmentasi pasar adalah isu penting yang kurang digunakan dalam proses
pengambilan keputusan dalam pengembangan desa wisata. Pemasaran kurang dipahami oleh
pengelola desa wisata bahwa memiliki peran dalam upaya meningkatkan jumlah kunjungan
wisatawan melalui strategi spesifik yang dibangun dari segmentasi, penentuan target pasar, dan
penentuan positioning. Khususnya, ketika pengembangan desa wisata menjadi tren belakangan ini
perlu ada upaya khusus dalam membangun keunggulan kompetitif. Melalui metode studi kasus
dengan pendekatan kualitatif, penelitian ini mengeksplorasi strategi pemasaran Segmentation,
Targeting, Positioning (STP) dalam membangun keunggulan kompetitif Desa Wisata Wae Lolos.
Studi ini menghasilkan rekomendasi bahwa target wisatawan untuk Desa Wae Lolos adalah
wisatawan nusantara dengan rentang usia 26 – 35 tahun yang memiliki preferensi sebagai penyuka
wisata alam. Melalui konsep ‘Kole Beo’, positioning Desa Wae Lolos adalah sebagai desa wisata yang
menawarkan suasana keakraban ‘kembali ke kampung’ dan dikemas dengan aktivitas interaksi
bersama masyarakat lokal.
kata kunci: strategi pemasaran; segmentasi; desa wisata
PENDAHULUAN
Model pengembangan desa wisata menjadi salah satu agenda pembangunan
nasional yang cukup efektif dalam meningkatkan kesejahteraan di desa.
Pengembangan desa wisata dinilai bisa menjadi penggerak perekonomian daerah
dan menjadi lokomotif pertumbuhan nasional dengan membuka lapangan kerja.
Diyakini sebagai lokomotif karena sektor ini bisa menarik potensi desa lainnya
seperti produk turunan pertanian dan kriya. Maka tidak heran jika pengembangan
desa wisata kemudian menjadi tren belakangan ini. Badan Pusat Statistik (BPS)
18
Implementasi Segmentation, Targeting, Positioning (STP) Dalam Penentuan Strategi Pemasaran Desa Wisata
Wae Lolos Kabupaten Manggarai Barat
Fitri Ciptosari1, Ida Ayu Rostini2
mencatat di tahun 2018 terdapat 1.734 desa wisata di seluruh Indonesia. Di Pulau
Jawa - Bali menempati posisi paling tinggi dengan 857 desa wisata, kemudian diikuti
dengan Sumatera sebanyak 355 desa, Nusa Tenggara 189 desa, Sulawesi 119 desa
wisata, Kalimantan 117 desa dan Papua 74 desa.
Pemerintah Daerah Kabupaten Manggarai Barat dalam upaya menggerakkan
perekonomian daerah juga semakin giat mengembangkan desa wisata. Hal ini dapat
dilihat melalui Keputusan Bupati Manggarai Barat Nomor: 102/KEP/HK/2021,
bahwa sebanyak 94 desa dari total 169 desa di Kabupaten Manggarai Barat
ditetapkan menjadi desa wisata. Dari ke-94 desa wisata itu tersebar di 12 kecamatan
se-Kabupaten Manggarai Barat. Melihat pada pembangunan pariwisata yang selama
ini hanya terpusat di Labuan Bajo sebagai entry point dari Taman Nasional Komodo,
maka melalui upaya pengembangan desa wisata tersebut, Pemerintah Daerah
meyakini bahwa pemerataan pembangunan dapat diwujudkan.
Salah satu desa di Manggarai Barat yang sedang giat membangun desa wisata adalah
Desa Wae Lolos. Sejak ditetapkan sebagai desa wisata di tahun 2020, Wae Lolos
harus mau bersaing dengan desa wisata lainnya. Setiap desa harus membangun
keunggulan kompetitifnya untuk dapat menarik minat wisatawan. Desa Wisata Wae
Lolos masih sangat bergantung pada atraksi air terjun sebagai daya tarik utama yang
mampu mendatangkan wisatawan. Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Desa Wae
Lolos berupaya membranding desa wisata tersebut sebagai “Desa Seribu Air Terjun”.
Namun demikian, strategi pemasaran secara spesifik seperti segmentasi pasar
belum digunakan dalam upaya membangun keunggulan kompetitif desa wisata
tersebut.
Pemasaran pariwisata menjadi konsep penting untuk mengidentifikasi kebutuhan
dan keinginan wisatawan sehingga dapat memberikan pelayanan yang maksimal
kepada wisatawan. Strategi pemasaran merupakan salah satu kunci agar sebuah
produk atau jasa dapat diterima dan bersaing di pasar (Chandra, 2002), khususnya
ketika pengembangan desa wisata menjadi tren belakangan ini. Pemasaran memiliki
peran penting dalam meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan melalui
pengemasan produk pariwisata yang memiliki keunikan tersendiri dibandingkan
dengan produk pariwisata sejenis yang dimiliki oleh pesaing (Ratu & Adikampana,
2016). Pemasaran pariwisata juga sebagai alat untuk menjaga keberlanjutan produk
atau DTW (Hanggraito & Sanjiwani, 2020; Ciptosari, 2015). Oleh karena itu, penting
untuk memulai sebuah konsep pengembangan desa wisata dengan
mempertimbangkan segmentasi dan strategi pemasaran sehingga tujuan
pembangunan ekonomi di pedesaan dapat diwujudkan.
TINJAUAN PUSTAKA
Strategi Pemasaran: Segmentation, Targeting, dan Positioning
Salah satu alat pemasaran strategis yang mampu menghasilkan keunggulan
bersaing adalah segmentasi pasar. Segmentasi pasar dapat dilihat sebagai kebalikan
dari pemasaran massal di mana satu produk selalu diproduksi dengan cara yang
sama dan dijual kepada semua pelanggan (Pesonen, 2013). Sejumlah pakar juga
mendefinisikan segmentasi pasar dengan melihat karakteristik geografis,
demografis, psikografis, serta kebiasaan atau perilaku individu. Dari beberapa
19
JAVOK: Jurnal Akademisi Vokasi
Desember, 2022
vol. 1 no. 1
METODE
Penelitian ini menggunakan metode studi kasus dengan pendekatan kualitatif. Studi
ini bermaksud untuk mengeksplorasi strategi pemasaran segmentasi, targeting dan
positioning dalam konteks desa wisata Wae Lolos. Studi kasus digunakan karena
metode ini dapat dilakukan dengan berbagai tujuan, seperti menggambarkan suatu
fenomena, menguji teori atau menghasilkan teori (Teegavarapu et al., 2008).
Teknik pengumpulan data yang digunakan dengan melakukan wawancara,
observasi dan studi pustaka. Wawancara dilakukan kepada Pokdarwis sebagai
pengelola desa wisata Wae Lolos. Observasi yang dilakukan adalah dengan meninjau
langsung ke lokasi penelitian yaitu Desa Wisata Wae Lolos. Observasi dilakukan
dengan mengamati langsung keadaan lokasi penelitian, potensi dan sumber daya
pariwisata, aktivitas Pokdarwis, aktivitas pariwisata yang berlangsung di desa
wisata Wae Lolos, serta kondisi fasilitas dan infrastruktur penunjang pariwisata,
sehingga mendapat gambaran utuh terkait objek penelitian. Sementara itu, studi
literatur dilakukan dengan mengeksplorasi data tingkat kunjungan wisatawan dan
survei kepuasan wisatawan yang sangat berguna dalam memetakan segmentasi
pasar wisatawan. Setelah data terkumpul, tahapan analisis yang dilakukan
kemudian adalah penyajian data dan penarikan kesimpulan.
20
JAVOK: Jurnal Akademisi Vokasi
Desember, 2022
vol. 1 no. 1
21
JAVOK: Jurnal Akademisi Vokasi
Desember, 2022
vol. 1 no. 1
aksesnya. Warga baik laik-laki dan perempuan, muda dan tua, masih gemar bermain
olahraga voli tersebut. Setiap ada kunjungan dari lembaga lain yang menginap di
Dusun Ndengo, mereka juga mengajak rombongan tersebut untuk bermain voli
bersama. Hal ini yang membuat kesan tersendiri bagi pengunjung seperti
merasakan ‘kembali ke kampung halaman’ atau Kole Beo dalam bahasa Manggarai.
Amenitas
Desa Wae Lolos sudah memiliki sejumlah fasilitas yang menunjang aktivitas
pariwisata, meskipun masih dalam tahap pengembangan, seperti Pusat Informasi
Pariwisata yang terletak di Jalan Trans Flores, tepat di persimpangan menuju Desa
Wae Lolos. Di sepanjang jalan desa, juga terdapat kios kelontong dan warung yang
dapat menjadi tempat persinggahan para pengunjung yang ingin sekadar menikmati
kopi khas Wae Lolos. Selain itu, di area Wae Kolang Lua juga sudah dibangun kolam
pemandian air panas, gazebo, dan toilet. Ketersediaan sarana dan prasarana di daya
tarik wisata tersebut merupakan bentuk dukungan dari Kementerian Desa,
Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi, yakni skema Bantuan
Pembangunan Sarana dan Prasarana Pendukung Pengembangan Objek Wisata pada
tahun 2021. Terkait fasilitas akomodasi, beberapa warga di Dusun Ndengo sudah
mulai menjadikan rumahnya sebagai homestay sebagai alternatif penginapan bagi
pengunjung yang ingin bermalam di Desa Wae Lolos. Tarif homestay berkisar antara
Rp. 200.000,- sampai Rp. 250.000,- permalam. Dusun Ndengo juga menjadi tempat
persinggahan bagi wisatawan yang ingin berkunjung ke Cunca Rami, air terjun yang
secara administratif berada di Desa Golo Ndaring namun secara akses juga dekat
dengan Desa Wae Lolos. Upaya peningkatan fasilitas, kebersihan, serta sanitasi perlu
lebih diperhatikan agar pengunjung merasa nyaman selama berada di homestay
tersebut.
Aksesibilitas
Aksesibilitas menjadi salah satu aspek yang perlu mendapat perhatian dalam upaya
pengembangan Desa Wae Lolos sebagai desa wisata. Jarak dari pusat kota Labuan
Bajo menuju Desa Wae Lolos sekitar 37 km, dengan waktu tempuh menggunakan
kendaraan roda 2 dan roda 4 sekitar 1 jam perjalanan sampai ke Dusun Langgo,
dusun tempat kantor desa berada. Kondisi jalan dari Labuan Bajo, tepatnya di
sepanjang Jalan Trans Flores cukup baik dengan didukung kualitas aspal yang
memadai. Namun, jika pengunjung menuju Dusun Ndengo dibutuhkan minimal
waktu 2,5 jam dari Labuan Bajo sebab sebagian besar kondisi jalan darat di Desa
Wae Lolos merupakan aspal yang sudah rusak di sejumlah titik serta sebagian jalan
tanah dan kerikil yang menyulitkan kendaraan terlebih saat musim hujan.
Sementara itu, satu-satunya sarana transportasi umum yang melintas di Desa Wae
Lolos berupa oto kol, yaitu truk penumpang yang beroperasi setiap hari dan
melayani perjalanan masyarakat pedesaan antar kecamatan. Selain oto kol, terdapat
juga bus damri sebagai alternatif angkutan umum di desa, meskipun tidak ada
jadwal yang pasti terkait operasional bus tersebut. Maka, bagi wisatawan yang ingin
berkunjung ke Wae Lolos, alternatif moda transportasi yang disarankan adalah
penyewaan motor atau mobil dari Kota Labuan Bajo.
Upaya Pemasaran Saat Ini
22
JAVOK: Jurnal Akademisi Vokasi
Desember, 2022
vol. 1 no. 1
Pokdarwis telah berupaya dalam memasarkan desa wisata Wae Lolos dengan
membangun branding desanya sebagai “Desa Seribu Air Terjun”. Saluran distribusi
yang digunakan Pokdarwis dalam mempromosikan dan mengomunikasikan
branding tersebut melalui media digital seperti youtube channel TV Desa Wae Lolos,
website desa, blog, dan media sosial seperti facebook, instagram, dan whatsapp.
Sementara itu, dalam memasarkan desa wisata, Pokdarwis juga membangun
kerjasama dengan beberapa pihak seperti Sustour (Swisscontact), Asosiasi Desa
Wisata (ASIDEWI) dan Asprindo, yang selama ini terlibat dalam pendampingan desa
tersebut. Desa wisata Wae Lolos saat ini hanya menawarkan paket tari Caci dengan
harga Rp. 1.500.000,- per paket yang diterapkan bagi jumlah wisatawan 1 sampai 5
orang. Sementara itu, belum ada harga yang ditetapkan untuk aktivitas yang lainnya
seperti trekking dan mengunjungi air panas Wae Kolang Lua. Tourist Information
Centre (TIC) sudah dibangun tepat di pinggir jalan utama yang menghubungkan kota
Labuan Bajo dengan Ruteng meskipun hingga saat ini belum difungsikan. Namun ke
depan diharapkan dapat berperan dalam upaya pemasaran atraksi wisata, desa
wisata dan produk-produk yang dihasilkan Desa Wae Lolos.
Strategi Pemasaran Segmentation, Targeting dan Positioning (STP)
Segmentasi
Secara geografis, segmentasi pasar wisatawan untuk Manggarai Barat terbagi dalam
klasifikasi wisatawan mancanegara (wisman), wisatawan nusantara (wisnus) dan
wisatawan lokal (berasal dari Manggarai Barat dan Flores). Berdasarkan data
kunjungan wisatawan tahun 2017 – 2020 di beberapa tempat rekreasi seperti
Komodo (Loh Liang), Cunca Wulang, Batu Cermin, Cunca Rami dan Gua Rangko dan
tempat olah raga air seperti diving didominasi oleh wisatawan mancanegara,
kemudian diikuti oleh wisatawan nusantara dan wisatawan lokal.
Tabel 1. Jumlah Kunjungan Wisatawan 2017 - 2020
Jumlah Kunjungan per Tahun
Jenis Wisatawan
2017 2018 2019 2020
Wisman 76.865 91.870 168.814 18.350
Wisnus 56.596 69.343 85.898 26.072
Lokal 2.129 1.841 1.897 83
Sumber: Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Manggarai Barat
Jika diperiksa secara lebih spesifik terhadap peminat tempat rekreasi air terjun
maka dapat dilihat bahwa sebelum pandemi 2020 peminat kunjungan wisata ke
Cunca Wulang dan Cunca Rami didominasi oleh wisatawan mancanegara. Namun
demikian, pasca pandemi pengunjung Cunca Wulang justru didominasi oleh
wisatawan nusantara. Penurunan wisatawan mancanegara disebabkan oleh
ketatnya protokol kesehatan dan larangan bepergian selama pandemi Covid-19.
23
JAVOK: Jurnal Akademisi Vokasi
Desember, 2022
vol. 1 no. 1
24
JAVOK: Jurnal Akademisi Vokasi
Desember, 2022
vol. 1 no. 1
25
JAVOK: Jurnal Akademisi Vokasi
Desember, 2022
vol. 1 no. 1
cukup menantang. Sementara itu, Desa Wae Lolos juga disarankan perlu
menawarkan keunggulan melalui konsep interactive activity yang ditawarkan
bersamaan dengan aktivitas alamnya. Kole Beo menjadi kekhasan yang dapat
ditawarkan bagi pengunjung yang menginginkan pengalaman berkesan saat
berkunjung di Manggarai Barat. Melalui konsep Kole Beo, positioning yang dapat
ditawarkan oleh Desa Wae Lolos adalah sebagai desa wisata yang menawarkan
suasana keakraban ‘kembali ke kampung’.
Akhirnya, strategi pemasaran STP adalah upaya pemasaran yang paling mendasar
yang perlu digunakan dalam proses pengambilan keputusan oleh para para
pengelola desa wisata. Melalui upaya tersebut, Desa Wisata Wae Lolos dapat
menemukan keunggulan kompetitifnya di tengah persaingan desa wisata yang
semakin berkembang di Kabupaten Manggarai Barat. Hasil kajian ini perlu
digunakan sebagai bahan pengambilan keputusan pengelola Desa Wisata Wae Lolos
dalam menentukan arah pengembangan produk pariwisata kedepannya. Strategi
pemasaran STP ini menjadi dasar dalam pengembangan produk pariwisata seperti
paket wisata, produk dan layanan lainnya, yang perlu dikembangkan sesuai dengan
target pasar dan positioningnya.
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistik Kabupaten Manggarai Barat. (2021). Kecamatan Sano
Nggoang Dalam Angka 2021.
Bramwell, B. (1994). Rural Tourism and Sustainable Rural Tourism. Journal of
Sustainable Tourism, 2(1-2), 1 – 6.
Ciptosari, F. (2015). Pemasaran Pariwisata oleh Tour Operator dan Implikasinya
Terhadap Tujuan Konservasi (Studi Kasus: Taman Nasional Karimunjawa).
Repositori Institusi Program Studi Destinasi Pariwisata UKSW.
Clarke, J. (2005). Effective Marketing for Rural Tourism. Rural Tourism and
Sustainable Business. Hall, D., Kirkpatrick, I., Mitchell, M. (Eds.), Channel View,
Clevedon, 87 – 102.
Dong, E., Wang, Y., Morais, D., & Brooks, D. (2013). Segmenting the Rural Tourism
Market: The Case of Potter County, Pennsylvania, USA. Journal of Vacation
Marketing, 19(2), 181 – 193.
Hanggraitu, A.A., & Sanjiwani, N.G. (2020). Tren Segmentasi Pasar dan Perilaku
Wisatawan Taman Bunga Amaryllis di Era 4.0. Tourism and Creativity Tourism
in 4.0 Era, 4(1).
Kotler, P. (2005). Manajemen Pemasaran. Jakarta: Indeks media Group.
Kotler, P. & Keller, K.L. (2016). A Framework for Marketing Management. England:
Pearson Education Limited.
Lon, Y.S. & Widyawati, F. (2020). Mbaru Gendang, Rumah Adat Manggarai, Flores:
Eksistensi, Sejarah, dan Transformasinya. Yogyakarta: PT. Kanisius.
Nurlena, M. & Ratna, R. (2018). Implementasi Strategi STP (Segmentation, Targeting,
Positioning) di Desa Wisata Rumah Dome, Sleman, Yogyakarta. National
26
JAVOK: Jurnal Akademisi Vokasi
Desember, 2022
vol. 1 no. 1
27