Anda di halaman 1dari 9

PATHWAY INFEKSI CHLAMYDIA

Tugas ini diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Keperawatan Kesehatan Reproduksi.
Dosen Pengampu : Ibu Astri Mutiar MSN

Disusun Oleh :
1. A`I Nurlatifah 221079
2. Benarti P. Hutasoit 221084
3. Cherylin Nikita 221085
4. Fajar Sidiq 221088
5. Firly Agung Rahmatullah 221089
6. Muhammad Syafiq 221101
7. Syalman Arrosid Nur Nugraha 221111
8. Popi Bunga Ropikoh 220076

KELAS S1 3C

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN
PPNI JAWA BARAT
2023
PATHWAY INFEKSI CHLAMYDIA

Kelompok 1 (3C)
Hubungan seksual
Penularan dari ibu
Penularan langsung
(Vaginal, Oral atau ke bayi
pada mata
Anal)

Infeksi Chlamydia

Saluran Reproduksi Mata

Kontak Bayi pada saat


Pria Wanita
langsung persalinan

Epididimis Uretra Serviks Tuba Infeksi mata


Falopi

Kerusakan sel² Reproduksi


Peradangan lokal Peradangan pada mata
dan jaringan intraseluler

Kerusakan Pembengkakan dan


Respon sel epitel jaringan parut Konjungtivitas
peradangan

Peradangan Penyumbatan Saluran


Epididimitis Mata merah,
berair, terasa
Nyeri perut, Keluar cairan Radang panggul (PID) terbakar
Nyeri, Pembengkakan
tidak normal, perasaan
testis, Nyeri saat BAK
terbakar dan gatal di area
genital Gejala: Nyeri saat HS,
Nyeri panggul, nyeri MK: Gangguan rasa nyaman, Risiko
punggung bawah, Infeksi, Gangguan Pola tidur
MK: Nyeri, demam
Gangguan
MK: Nyeri, Gangguan rasa Komplikasi:
integritas kulit, Ketidaksuburan,
Gangguan rasa nyaman, Resiko Infeksi, Kehamilan ektopik, MK: Nyeri Akut, Ansietas,
Gangguan integritas kulit, Abses panggul. Hipertermi, Disfungsi seksual,
nyaman, Risiko
Kurang Pengetahuan Gangguan rasa nyaman nyeri,
Infeksi Risiko Infeksi
Diagnosa Keperawatan

a. Gangguan rasa nyaman:nyeri berhubungan dengan rasa terbakar, bau atau gatal-gatal
akibat infeksi.
b. Ansietas berhubungan dengan lamanya penyembuhan penyakit dan gejala yang
muncul.
c. Kelelahan berhubungan dengan disfungsi seksual (penurunan libido, depresi) rasa
penolakan oleh seksual pasangan.
d. Koping individu tidak efektifberhubungan dengan peraasaan malu karena penyakit
yang diderita,
e. Resiko infeksi berhubungan dengan penularan penyakit yang terpajan.
f. Kurang pengetahuan berhubungan dengan proses penyakit.
g. Gangguan integritas kulit, berhubungan dengan gangguan rasa nyaman akibat risiko
infeksi
h. Gangguan rasa nyaman akibat resiko infeksi berhubungan dengan gangguan integritas
kulit akibat kurang pengetahuan.

i. Gangguan rasa nyaman akibat resiko infeksi berhubungan dengan gangguan pola
tidur.

INFEKSI CHLAMYDIA

A. Cara Penularan

Beberapa cara penularan infeksi Chlamydia meliputi

1. Hubungan Seksual: Penularan Chlamydia yang paling umum terjadi melalui kontak seksual,
baik vagina, anus, atau oral, dengan individu yang terinfeksi. Ini termasuk hubungan seks
vaginal, anal, dan oral.

2. Penularan dari Ibu ke Bayi: Wanita yang terinfeksi Chlamydia dapat menularkan infeksi ini
kepada bayi mereka saat persalinan, menyebabkan infeksi mata atau infeksi saluran pernapasan
pada bayi. Ini disebut konjungtivitis neonatal atau pneumonia neonatal.

3. Kontak dengan Alat Kelamin yang Terinfeksi: Penularan juga bisa terjadi jika seseorang
memiliki kontak dengan alat kelamin yang terinfeksi, seperti mainan seks atau kondom yang
digunakan oleh individu yang terinfeksi.
4. Penularan Langsung pada Mata: Penularan Chlamydia pada mata dapat terjadi jika seseorang
terkena cairan yang mengandung bakteri dan kemudian menyentuh mata mereka. Ini bisa terjadi
misalnya jika seseorang menyentuh alat kelamin yang terinfeksi dan kemudian mata mereka
tanpa mencuci tangan.

Berikut adalah bagian-bagian tubuh yang paling sering terkena akibat infeksi Chlamydia:

1. Saluran Reproduksi Wanita:

- Serviks: Infeksi Chlamydia pada wanita sering terjadi di serviks atau leher rahim. Hal ini
dapat menyebabkan peradangan dan gejala seperti nyeri atau keluarnya cairan yang tidak normal.

- Saluran Tuba Falopi: Jika infeksi menyebar, bisa mencapai saluran tuba falopi, yang dapat
menyebabkan radang panggul (PID) atau penyebaran infeksi ke rongga perut.

2. Saluran Reproduksi Pria:

- Uretra: Infeksi Chlamydia pada pria biasanya terjadi di uretra, saluran yang menghubungkan
kantung kemih dengan luar tubuh. Hal ini dapat menyebabkan uretritis dengan gejala seperti
nyeri saat buang air kecil dan keluarnya cairan yang tidak normal.

- Epididimis: Infeksi yang tidak diobati dapat mencapai epididimis, yang merupakan saluran
tempat testis menyimpan sperma. Ini dapat menyebabkan epididimitis dengan gejala nyeri dan
pembengkakan pada testis.

3. Mata: Chlamydia trachomatis juga dapat menyebabkan konjungtivitis atau infeksi mata.
Infeksi mata ini seringkali terjadi pada bayi yang terinfeksi saat melalui saluran persalinan ibu
yang terinfeksi.

Selain itu, Chlamydia juga dapat menyebar ke daerah lain dalam tubuh jika tidak diobati. Pada
dasarnya, organ mana pun yang terkena kontak dengan cairan yang mengandung bakteri
Chlamydia dapat terinfeksi.

1). Radang panggul (Pelvic Inflammatory Disease, PID)

Berikut adalah mekanisme bagaimana infeksi Chlamydia pada saluran tuba falopi bisa
menyebabkan radang panggul:
1. Penyebaran Infeksi: Infeksi Chlamydia awalnya terjadi di daerah serviks atau uretra. Jika tidak
diobati, bakteri dapat menyebar ke saluran tuba falopi melalui saluran reproduksi wanita. Bakteri
Chlamydia memiliki kemampuan untuk menyebar melalui jaringan epitel dan menembus sel
epitel untuk mencapai lapisan di bawahnya.

2. Peradangan: Ketika Chlamydia trachomatis mencapai saluran tuba falopi, bakteri ini dapat
merusak sel-sel epitel pada saluran tersebut. Proses ini menyebabkan peradangan lokal yang
memicu respons peradangan tubuh.

3. Penyumbatan Saluran: Peradangan dapat menyebabkan pembengkakan dan jaringan parut


pada saluran tuba falopi. Hal ini dapat mengakibatkan penyumbatan sebagian atau seluruh
saluran tuba falopi. Saluran tuba yang tersumbat menjadi penghalang bagi pergerakan sel telur
dari ovarium ke rahim.

4. Komplikasi: Akibat penyumbatan dan peradangan pada saluran tuba falopi, sel telur yang
dibuahi oleh sperma mungkin tidak dapat mencapai rahim dengan benar. Hal ini dapat
mengakibatkan kehamilan ektopik, yang sangat berbahaya dan memerlukan perawatan medis
segera.

5. Kerusakan Organ Panggul: Selain saluran tuba falopi, infeksi Chlamydia yang merembet dapat
merusak organ panggul lainnya, seperti ovarium dan rahim. Radang panggul dapat menjadi
kronis dan menyebabkan nyeri panggul kronis, ketidaksuburan, atau komplikasi serius lainnya.

2). Konjungtivitis atau infeksi mata

1. Penularan Infeksi: Infeksi Chlamydia dapat ditemukan pada alat kelamin atau di daerah lain
pada individu yang terinfeksi.

2. Kontak Langsung: Infeksi mata, atau konjungtivitis, terjadi ketika individu yang terinfeksi
memiliki kontak langsung dengan cairan atau sekresi yang mengandung bakteri Chlamydia,
seperti cairan mata atau sekresi genital.

3. Penyebaran ke Mata: Bakteri Chlamydia trachomatis dapat dengan mudah menyebar ke mata
ketika individu terinfeksi menyentuh alat kelamin mereka dan kemudian menyentuh mata
mereka tanpa mencuci tangan.

4. Infeksi Mata: Setelah bakteri mencapai mata, mereka dapat menyerang konjungtiva, yang
merupakan membran tipis yang melapisi permukaan mata dan bagian dalam kelopak mata.

5. Reaksi Peradangan: Bakteri Chlamydia dapat menginfeksi sel-sel pada konjungtiva dan
memicu reaksi peradangan di mata.
6. Gejala Konjungtivitis: Akibat peradangan, gejala konjungtivitis muncul, seperti mata merah,
gatal, berair, dan terasa terbakar.

7. Kemungkinan Penyebaran: Infeksi mata ini seringkali terjadi pada bayi yang terinfeksi saat
melahirkan, ketika bayi terpapar dengan cairan genital yang terinfeksi saat melewati saluran
persalinan ibu yang terinfeksi.

3). Serviks (leher rahim)

1. Penetrasi dan Infeksi: Infeksi Chlamydia dimulai ketika bakteri Chlamydia trachomatis
memasuki tubuh melalui kontak seksual dengan individu yang terinfeksi. Bakteri ini biasanya
memasuki sel epitel di serviks, yang merupakan bagian dari saluran reproduksi wanita.

2. Reproduksi Intraseluler: Di dalam sel epitel serviks, Chlamydia trachomatis berubah menjadi
bentuk elemen ringan (RB) yang memulai siklus reproduksi intraseluler. Mereka berkembang
biak dan membentuk inklusi intraseluler.

3. Kerusakan Sel Epitel: Selama reproduksi intraseluler, Chlamydia merusak sel epitel. Proses ini
melibatkan pengambilan nutrisi dari sel inang dan pelepasan enzim yang merusak membran sel.
Kerusakan sel epitel menyebabkan sel serviks menjadi rusak dan mati.

4. Respon Peradangan: Kematian sel epitel dan pelepasan bakteri Chlamydia ke dalam jaringan
sekitarnya memicu respons peradangan tubuh. Sistem kekebalan tubuh merespons dengan
mengirim sel-sel peradangan, seperti neutrofil, untuk melawan infeksi.

5. Gejala Klinis: Proses peradangan ini dapat menyebabkan gejala seperti nyeri perut bawah,
keluarnya cairan yang tidak normal, dan perasaan terbakar atau gatal di area genital.

6. Penyebaran: Jika infeksi Chlamydia tidak diobati, bakteri ini dapat menyebar ke jaringan lain
dalam saluran reproduksi, termasuk saluran tuba falopi dan organ panggul lainnya.

Peradangan adalah respons tubuh yang alami terhadap infeksi, tetapi jika infeksi Chlamydia
tidak diobati, peradangan yang berlebihan atau kronis dapat merusak jaringan dan organ di
sekitarnya.
4). Uretra (saluran kemih)

1. Penetrasi dan Infeksi: Infeksi Chlamydia dimulai ketika bakteri Chlamydia trachomatis
memasuki tubuh melalui kontak seksual dengan individu yang terinfeksi. Bakteri ini memasuki
sel epitel pada uretra.

2. Reproduksi Intraseluler: Di dalam sel epitel uretra, Chlamydia trachomatis mengalami


perubahan menjadi bentuk elemen ringan (RB) yang memulai siklus reproduksi intraseluler.
Mereka berkembang biak dan membentuk inklusi intraseluler.

3. Kerusakan Sel Epitel: Selama reproduksi intraseluler, Chlamydia merusak sel epitel uretra.
Proses ini melibatkan pengambilan nutrisi dari sel inang dan pelepasan enzim yang merusak
membran sel. Kerusakan sel epitel menyebabkan sel uretra menjadi rusak dan mati.

4. Respon Peradangan: Kematian sel epitel dan pelepasan bakteri Chlamydia ke dalam jaringan
sekitarnya memicu respons peradangan tubuh. Sistem kekebalan tubuh merespons dengan
mengirim sel-sel peradangan, seperti neutrofil, untuk melawan infeksi.

5. Gejala Klinis: Proses peradangan ini dapat menyebabkan gejala seperti nyeri saat buang air
kecil, keluarnya cairan yang tidak normal, dan perasaan terbakar atau gatal di uretra.

6. Penyebaran: Jika infeksi Chlamydia tidak diobati, bakteri ini dapat menyebar ke organ lain
dalam tubuh atau ke bagian lain dari saluran reproduksi melalui aliran darah atau kontak seksual.

5). Epididimitis

1. Penetrasi dan Infeksi: Infeksi Chlamydia dimulai ketika bakteri Chlamydia trachomatis
memasuki tubuh melalui kontak seksual dengan individu yang terinfeksi. Bakteri ini bisa
memasuki saluran reproduksi pria, seperti uretra.

2. Migrasi ke Epididimis: Jika tidak diobati, bakteri Chlamydia trachomatis dapat menyebar
melalui saluran reproduksi pria dan mencapai epididimis. Epididimis adalah saluran yang
menghubungkan testis dengan vas deferens, tempat sperma disimpan dan matang.

3. Peradangan Lokal: Di epididimis, bakteri Chlamydia merusak sel-sel dan jaringan, memicu
peradangan lokal pada epididimis.

4. Respon Peradangan: Peradangan ini memicu respons peradangan tubuh dengan pengiriman
sel-sel peradangan, seperti neutrofil, untuk melawan infeksi.
5. Gejala Epididimitis: Peradangan epididimis menghasilkan gejala seperti nyeri dan
pembengkakan pada salah satu atau kedua testis, serta gejala seperti demam dan nyeri saat buang
air kecil.

6. Komplikasi: Jika tidak diobati, epididimitis bisa menjadi kronis dan menyebabkan kerusakan
permanen pada epididimis atau bahkan mengganggu kesuburan.

Anda mungkin juga menyukai