Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah ilmu keperawatan anak
Disusun oleh :
Detia Wahyuningsih
1. DEFINISI
2. ETIOLOGI
3. PATOFISIOLOGI
4. MANIFESTASI KLINIS
5. PENGKAJIAN
A. KELUHAN UTAMA
E. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
F. PENATALAKSANAAN KLINIS
G. ANALISA DATA
8. DAFTAR PUSTAKA
1. DEFINISI
Vulvitis didefinisikan sebagai suatu peradangan pada vulva yang ditandai dengan
gejala rasa gatal dan perih di area kemaluan wanita serta keluarnya cairan kental dari
kemaluan yang berbau tidak sedap.(Ikatan Dokter Indonesia, 2017). Vulva sering kali
disalahartikan oleh orang awam sebagai vagina. Vulva berbeda dengan vagina. Vulva
merupakan organ kelamin luar wanita yang terdiri dari klitoris, bibir kemaluan (labia),
dan muara liang vagina. Sedangkan, vagina merupakan alat reproduksi wanita yang
terletak di bagian dalam rongga panggul dan berfungsi sebagai penghubung vulva dengan
rahim (uterus).(Drake et al., 2019).
2. ETIOLOGI
Vulvitis dapat disebabkan oleh proses infeksi maupun iritasi (Ikatan Dokter Indonesia,
2017; John Hopkins Medicine, 2020; Konar, 2014). Vulvitis akibat infeksi dapat
disebabkan oleh bakteri, virus, jamur, maupun parasit. Bakteri yang dapat menyebabkan
vulvitis di antaranya adalah bakteri piogenik (non-gonokokal) dan dari bakteri penyebab
K. granulomatis dan bakteri lainnya seperti M. tuberculosis. Virus yang dapat menyebabkan
vulvitis antara lain Human Papilloma virus, Herpes Simplex virus (HSV), Molluscum
contangiosum virus, Varicella Zooster virus. Fungi atau jamur yang dapat menyebabkan
vulvitis adalah Candida albicans, dan kelompok jamur Tinea. Parasit yang dapat
menyebabkan vulvitis adalah Pthirus pubis, Sarcoptes Scabei, Oxyuris vermicularis (Konar,
2014). Vulvitis akibat iritasi dapat disebabkan oleh riwayat kontak organ kelamin luar
wanita dengan beberapa produk seperti sabun mandi, sabun khusus pembersih alat
kewanitaan, sampo, tisu toilet, parfum, deodoran, bedak tabur, atau deterjen. Selain itu,
iritasi pada vulva juga dapat disebabkan oleh beberapa aktivitas seperti penggunaan pakaian
dalam yang bukan berbahan katun, berenang, atau perlukaan pada vulva akibat gesekan
setelah kegiatan bersepeda atau olahraga berkuda (Ikatan Dokter Indonesia, 2017; John
3. PATOFISIOLOGI
VULVITIS
Transmisi Hematogen
Nyeri
4. MANIFESTASI KLINIS
Gejala vulvitis cukup bervariasi. Gejala utama umumnya adalah keputihan. Untuk
membedakan dengan keputihan normal, keputihan akibat vulvitis umumnya berbau tidak
sedap, berwarna lebih pekat, dan jumlahnya banyak. Selain itu, biasanya ada gejala lain
yang menyertai keputihan tersebut.
Pada vestibulitis vulva, gejala utama yang dirasakan adalah nyeri saat hubungan intim,
terutama saat penis mulai penetrasi ke dalam vagina. Rasa nyeri tersebut biasanya
digambarkan seperti sensasi terbakar atau perih.
Pada vulvitis akibat dermatitis kontak, selain keputihan, gatal dirasakan sangat
mengganggu. Selain itu, daerah sekitar vagina dan vulva akan terasa perih bila terpapar zat
yang menyebabkan iritasi.
5. PENGKAJIAN
A. KELUHAN UTAMA
1. Penampilan vulva
Eritema
Edema
Secret abu-abu
3. Penampilan serviks
Sekret purulen
4. Rabas vagina
Vesikel/ luka
E. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Terapi farmakologis Lesi vulvitis yang akut dapat diterapi dengan kompres
menggunakan larutan Burrowi, NaCl fisiologis, atau air bersih selama 20-30
menit setiap 3 jam atau lebih. Pemberian bedak harus dihindari karena
menyebabkan oklusi pada permukaan vulva. Pemakaian sabun dan air hangat pada
area vulva juga sebaiknya dihindari karena dapat memperparah kondisi inflamasi
(Karo et al., 2019). Biasanya fase akut akan mengalami perbaikan dalam waktu 2-
3 hari. Jika tidak mengalami perbaikan perlu dilakukan reevaluasi, karena dapat
iodohidroksikuin. Obat topikal dalam bentuk salep atau pasta sebaiknya dihindari
terhadap higienitas vulva dan perineum. Vulva harus selalu dijaga agar tetap
bersih, sejuk, dan kering. Pasien perlu diberitahu mengenai kebiasaan berkemih
dan buang air besar yang baik dengan membersihkan dari arah depan ke belakang
menggunakan pakaian yang tidak ketat dan tidak menghalangi penguapan untuk
Secret Purulen
Gatal
Kerusakan Integritas
Kulit
Resiko Infeksi
A. Diagnosa Keperawatan
Adapun kemungkinan diagnosa keperawatan pada klien dengan vulvitis adalah sebagai
berikut :
1. Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi.
2. Hipertermia berhubungan dengan proses infeksi, inflamasi.
3. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan faktor mekanik (menggaruk) lesi pada
mukosa vulva.
4. Resiko infeksi berhubungan dengan imunitas tubuh yang menurun.
C. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
Diagnosa Keperawatan
No. Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
1. Nyeri akut berhubungan Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3 × MANAJEMEN NYERI
dengan inflamasi 24 jam maka Tingkat nyeri menurun dengan kriteria Observasi
hasil: lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas,
keluahan nyeri menurun intensitas nyeri
meringis menurun Identifikasi skala nyeri
sikap protektif menurun Identifikasi respon nyeri non verbal
gelisah menurun Identifikasi faktor yang memperberat dan
Edukasi
Anjurkan tirah baring
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian cairan dan elektrolit intravena, jika
perlu
3. Gangguan integritas kulit Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3 × Observasi:
berhubungan dengan 24 jam maka integritas kulit meningkat dengan 1. Identifikasi penyebab gangguan integritas kulit
faktor mekanik kriteria hasil:
(menggaruk) lesi pada 1. Elastisitas meningkat Terapeutik:
2. Ubah posisi tiap 2 jam jika tirah baring
mukosa vulva. 2. Hidrasi meningkat
3. Gunakan produk berbahan petrolium atau minyak
3. Perfusi jaringan meningkat pada kulit kering
4. Kerusakan jaringan menurun 4. Hindari produk berbahan dasar alkohol pada kulit
5. Kerusakan lapisan kulit menurun Edukasi
6. Nyeri menurun 5. Anjurkan menggunakan pelembab
7. Perdarahan menurun 6. Anjurkan minum air yang cukup
8. Kemerahan menurun 7. Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
8. Anjurkan menghindari terpapar suhu ekstrem
9. Hematoma menurun
9. Anjurkan mandi dan menggunkan sabun
10. Pigmentasi abnormal menurun secukupnya Perawatan Luka
11. Jaringan parut menurun Observasi:
12. Nekrosis menurun 10. Monitor karakteristik luka
13. Suhu kulit membaik 11. Monitor tanda-tanda infeksi Terapeutik:
14. Sensasi membaik 12. Lepaskan balutan dan plester secara perlahan
15. Tekstur membaik 13. Bersihkan dengan cairan NaCl atau pembersih
nontoksik
14. Bersihkan jaringan nekrotik
15. Berikan salep yang sesuai ke kulit/lesi, jika perlu
16. Pasang balutan sesuai jenis luka
17. Pertahankan teknik steril saat melakukan
perawatan luka Edukasi
18. Jelaskan tanda dan gejala infeksi
19. Anjurkan mengkonsumsi makanan tinggi kalori
dan protein
Kolaborasi
20. Kolaborasi prosedur debridement
21. Kolaborasi pemberian antibiotik, jika perlu
4. Resiko infeksi Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3 × 24 jam Observasi
berhubungan dengan maka resiko infeksi menurun dengan kriteria hasil: 1. Monitor tanda dan gejala infeksi lokal dan
imunitas tubuh yang 1. Kebersihan tangan meningkat sistematik
menurun. 2. Kebersihan badan meningkat
3. Demam menurun Terapeutik
4. Kemerahan menurun 2. Batasi jumlah pengunjung
3. Berikan perawatan kulit pada area edema
5. Nyeri menurun
4. Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan
6. Bengkak menurun pasien dan lingkungan pasien
7. Vesikel menurun 5. Pertahankan teknik aseptik pada pasien beresiko
8. Cairan berbau busuk menurun tinggi
9. Sputum berwarna hijau menurun
10. Drainase purulen menurun Edukasi
11. Piuria menurun 6. Jelaskan tanda dan gejala infeksi
7. Ajarkan cara mencuci tangan dengan benar
12. Periode malaise menurun
8. Ajarkan etika batuk
13. Periode menggigil menurun 9. Ajarkan cara memeriksa kondisi luka dan luka
14. Letargi menurun operasi
15. Gangguan kognitif menurun 10. Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
16. Kultur darah membaik 11. Anjurkan meningkatkan asupan cairan
17. Kultur urin membaik
Kolaborasi
18. Kultur sputum membaik
12. Kolaborasi pemberian imunisasi, jika perlu
19. Kultur area luka membaik
20. Kultur feses membaik
21. Nafsu makan membaik
DAFTAR PUSTAKA
Lin dkk. (2010). Retrieved from Pemeriksaan fisik pada wanita yang mengalami vulvitis.
Manuaba, Ida Bagus. (2001). Ilmu kebidanan, penyakit kandungan, dan keluarga berencana
Sinklair, C.C.R., Webb,J.B. (1992). Segi praktis ilmu kebidanan dan kandungan untuk pemula.