Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN ISPA

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah ilmu keperawatan anak

Disusun oleh :
Detia Wahyuningsih

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS A


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
BUDI LUHUR CIMAHI
KOTA CIMAHI
2023
FORMAT
LAPORAN PENDAHULUAN

1. DEFINISI

2. ETIOLOGI

3. PATOFISIOLOGI

4. MANIFESTASI KLINIS

5. PENGKAJIAN

A. KELUHAN UTAMA

B. RIWAYAT KESEHATAN SEKARANG

C. RIWAYAT KESEHATAN YANG LALU

D. PEMERIKSAAN FISIK PERSISTEM

E. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

F. PENATALAKSANAAN KLINIS

G. ANALISA DATA

6. DIAGNOSA KEPERAWATAN PRIORITAS

7. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

8. DAFTAR PUSTAKA
1. DEFINISI

Vulvitis didefinisikan sebagai suatu peradangan pada vulva yang ditandai dengan
gejala rasa gatal dan perih di area kemaluan wanita serta keluarnya cairan kental dari
kemaluan yang berbau tidak sedap.(Ikatan Dokter Indonesia, 2017). Vulva sering kali
disalahartikan oleh orang awam sebagai vagina. Vulva berbeda dengan vagina. Vulva
merupakan organ kelamin luar wanita yang terdiri dari klitoris, bibir kemaluan (labia),
dan muara liang vagina. Sedangkan, vagina merupakan alat reproduksi wanita yang
terletak di bagian dalam rongga panggul dan berfungsi sebagai penghubung vulva dengan
rahim (uterus).(Drake et al., 2019).

2. ETIOLOGI

Vulvitis dapat disebabkan oleh proses infeksi maupun iritasi (Ikatan Dokter Indonesia,

2017; John Hopkins Medicine, 2020; Konar, 2014). Vulvitis akibat infeksi dapat

disebabkan oleh bakteri, virus, jamur, maupun parasit. Bakteri yang dapat menyebabkan

vulvitis di antaranya adalah bakteri piogenik (non-gonokokal) dan dari bakteri penyebab

penyakit menular seksual seperti N. gonorrhoeae, T. pallidum, H. ducreyi, C. trachomatis,

K. granulomatis dan bakteri lainnya seperti M. tuberculosis. Virus yang dapat menyebabkan

vulvitis antara lain Human Papilloma virus, Herpes Simplex virus (HSV), Molluscum

contangiosum virus, Varicella Zooster virus. Fungi atau jamur yang dapat menyebabkan

vulvitis adalah Candida albicans, dan kelompok jamur Tinea. Parasit yang dapat

menyebabkan vulvitis adalah Pthirus pubis, Sarcoptes Scabei, Oxyuris vermicularis (Konar,

2014). Vulvitis akibat iritasi dapat disebabkan oleh riwayat kontak organ kelamin luar

wanita dengan beberapa produk seperti sabun mandi, sabun khusus pembersih alat

kewanitaan, sampo, tisu toilet, parfum, deodoran, bedak tabur, atau deterjen. Selain itu,

iritasi pada vulva juga dapat disebabkan oleh beberapa aktivitas seperti penggunaan pakaian

dalam yang bukan berbahan katun, berenang, atau perlukaan pada vulva akibat gesekan
setelah kegiatan bersepeda atau olahraga berkuda (Ikatan Dokter Indonesia, 2017; John

Hopkins Medicine, 2020; Konar, 2014).

3. PATOFISIOLOGI

Bila keseimbangan mikroorganisme berubah maka organisme yang berpotensi


patogen, yang merupakan bagian flora normal, misalnya C. Albicans pada kasus infeksi
monolia serta G. Vaginalis dan bakteri anaerob pada kasus vaginitis non spesifik
berproliferasi sampai suatu konsentrasi yang berhubungan dengan gejala. Pada
mekanisme lainnya, organisme di tularkan melalui hubungan seksual dan bukan
merupakan bagian flora normal seperti trichomonas vaginalis dan nisseria gonorrhoea
dapat menimbulkan gejala. (Andrew, 2011)
Gejala ketidaknyamanam dan pruritus vagina berasal dari respon peradangan
vagina lokal terhadap infeksi T. vaginalis atau C. Albicans, organisme tertentu menarik
leukosit, termasuk T. vaginalis, menghasilkan secret purulen. Diantara wanita dengan
vaginitis non sfesifik. Baunya disebabkan oleh terdapatnya amina dibentuk sebagai
metabolisme bakteri anaerob. Histamin dapat menimbulkan ketidaknyamanan oleh efek
vasodilatasi local. Produk lainnya dapat merusak sel-sel epitel dengan cara sama dengan
infeksi lainnya. (Andrew, 2011).
Virus Zat atau benda Bakteri Fungi/Jamur Parasit Perubahan
(Human yang bersifat (N. Candida (Pthirus Pubis, hormonal
Papilloma virus, iritatif Gonorrhoeae, T. Albicans. Sarcoptes (peningkatan
Herpes Simplex (pembilas Pallidum, H. kelompok jamur Scabei, Oxyuris estrogen)
virus (HSV), vagina, sabun ducreyi, C. Tinea Vermicularis)
Molluscum cuci, zat trachomatis, K.
contangiosum granulomatis M.
didalam air
virus, Varicella Tuberculosis)
Zooster virus) mandi)

VULVITIS

Transmisi Hematogen

Histamin SRS-A Prostaglandin Bradikinin Leukotrienes

Secret Purulen Resiko Infeksi Peradangan Hipertermi


Gangguan
Gatal Edema
Integritas Kulit
Lesi Eritema

Nyeri
4. MANIFESTASI KLINIS

Gejala vulvitis cukup bervariasi. Gejala utama umumnya adalah keputihan. Untuk
membedakan dengan keputihan normal, keputihan akibat vulvitis umumnya berbau tidak
sedap, berwarna lebih pekat, dan jumlahnya banyak. Selain itu, biasanya ada gejala lain
yang menyertai keputihan tersebut.

Pada vulvitis kandidiasis, keputihan biasanya berwarna putih, bergumpal-gumpal, dan


terasa sangat gatal. Selain itu, bibir vagina akan terlihat memerah dan membengkak.

Pada vestibulitis vulva, gejala utama yang dirasakan adalah nyeri saat hubungan intim,
terutama saat penis mulai penetrasi ke dalam vagina. Rasa nyeri tersebut biasanya
digambarkan seperti sensasi terbakar atau perih.

Pada vulvitis akibat dermatitis kontak, selain keputihan, gatal dirasakan sangat
mengganggu. Selain itu, daerah sekitar vagina dan vulva akan terasa perih bila terpapar zat
yang menyebabkan iritasi.

Menurut Manuaba (2001) :

1. Infeksi kulit berambutnya :

 Terjadi perubahan warna


 Membengkak
 Terasa nyeri
 Kadang – kadang tampak bernanah
 Menimbulkan kesukaran bergerak

2. Infeksi kelenjar bartolini :

 Terletak di bagian bawah kulit


 Warna kulit berubah
 Membengkak
 Terjadi timbunan nanah di dalam kelenjar
 Penderita sukar berjalan/duduk karena sakit

5. PENGKAJIAN

A. KELUHAN UTAMA

Nyeri luka, perubahan fungsi seksual

B. RIWAYAT KESEHATAN SEKARANG

Pasien menderita infeksi alat kelamin

C. RIWAYAT KESEHATAN YANG LALU

Keluarga mempunyai penyakit serupa, gangguan reproduksi

D. PEMERIKSAAN FISIK PERSISTEM

Pada pemeriksaan fisik didapat tanda-tanda :

1. Penampilan vulva

 Eritema

 Edema

2. Penampilan secret vagina

 Secret abu-abu

 Encer seperti air/ kental

3. Penampilan serviks

Sekret purulen

4. Rabas vagina

 Vesikel/ luka

 Demam dan nyeri


1) Sistem penglihatan : posisi mata, kelopak mata, gerakan normal, pergerakan pola
mata, konjungtiva , kornea, seklera, pupil, otot-otot mata, fungsi pengelihatan.
2) Sistem pendengaran : daun telinga, kondisi telinga, cairan di dalam telinga,
fungsi pendengaran.
3) Sistem wicara : kesulitan dalam bicara
4) Sistem pernafasan : jalan nafas, pernafasan, frekuensi pernafasan, irama,
kedalaman, batuk, sputum, suara nafas.
5) Sistem kardiovaskuler : HR, denyut, TD, temperatur kulit, warna kulit, edema.
6) Sistem hematologi : HB, eritrosit, mengeluh kesakitan
7) Sistem syaraf pusat : tingkat kesadaran, ukuran pupil, reaksi terhadap cahaya,
GCS (E : V : M : )
8) Sistem pencernaan : caries, menggunakan gigi palsu, salivia , mual muntah,
bising usus, abdomen.
9) Sistem endokrin : nafas berbau keton, gangren, pembesaran kelenjar tiroid
10) Sistem urogenital : BAK /hari, warna ketegangan di kandungan kemih, keluhan
sakit pinggang, keaadaan genetalia.
11) Sistem integument : turgor kulit, warna kulit , keaadan kulit, keaadan rambut.
12) Sistem muskuloskeletal : kesulitan dalam pergerakan, fraktur, sakit pada tulang,
keadaan bentuk tulang, keadaan tonus otot.
13) Sistem kekebalan tubuh : suhu, pembeseran kelenjar getah bening, BB sebelum
sakit dan sesudah sakit.

E. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

1. Pemeriksaan kadar asam dan basa vagina atau pH vagina


2. Pemeriksaan usap (swab) vulva atau vaginabagian dalam vagina untuk
pemeriksaan mikroskopis
F. PENATALAKSANAAN KLINIS

Vulvitis dapat diterapi dengan cara farmakologis maupun non-farmakologis.

1. Terapi farmakologis Lesi vulvitis yang akut dapat diterapi dengan kompres

menggunakan larutan Burrowi, NaCl fisiologis, atau air bersih selama 20-30

menit setiap 3 jam atau lebih. Pemberian bedak harus dihindari karena

menyebabkan oklusi pada permukaan vulva. Pemakaian sabun dan air hangat pada

area vulva juga sebaiknya dihindari karena dapat memperparah kondisi inflamasi

(Karo et al., 2019). Biasanya fase akut akan mengalami perbaikan dalam waktu 2-

3 hari. Jika tidak mengalami perbaikan perlu dilakukan reevaluasi, karena dapat

terjadi hiperreaktivitas terhadap pengobatan atau infeksi sekunder yang

menimbulkan perburukan. Setelah fase akut mengalami perbaikan, dapat

dilanjutkan dengan obat topikal, seperti pemberian krim hidrokortison atau

iodohidroksikuin. Obat topikal dalam bentuk salep atau pasta sebaiknya dihindari

sebab dapat menyebabkan oklusi kulit vulva (Karo et al., 2019).

2. Terapi Non-Farmakologis Pasien dengan vulvitis perlu memberikan perhatian

terhadap higienitas vulva dan perineum. Vulva harus selalu dijaga agar tetap

bersih, sejuk, dan kering. Pasien perlu diberitahu mengenai kebiasaan berkemih

dan buang air besar yang baik dengan membersihkan dari arah depan ke belakang

untuk menjauhkan tinja dari daerah vulvovaginal. Dalam pemilihan bahan

pakaian, hendaknya pasien memperhatikan sirkulasi udara dan menghindari bahan

yang menimbulkan panas dan mencegah penguapan. Pasien dianjurkan untuk

menggunakan pakaian yang tidak ketat dan tidak menghalangi penguapan untuk

menjaga area vulva agar tetap kering (Karo et al., 2019).


G. ANALISA DATA

No Data Etiologi Masalah


1. Data subjektif Infeksi (Bakteri, Jamur, Nyeri akut
1) Mengeluh nyeri Virus, Zat Iritatif, Parasit)

Data objektif Transmisi Hematogen


1) Tampak meringis
2) Bersikap protektif Merangsang pusat
(mis: waspada, termoregulasi
posisi
menghindari
nyeri) Secret Purulen Peradangan
3) Gelisah
4) Frekunsi nadi Gatal Edema
menungkat
5) Sulit tidur Lesi Eritema
6) Tekanan darah
meningkat
7) Pola nafas berubah Nyeri
8) Nafsu makan
berubah
9) Proses berfikir
terganggu
10) Menarik diri
11) Berfokus pada diri
sendiri
12) Diaforesis
2. Data objektif Infeksi (Bakteri, Jamur, Gangguan
1. Kerusakan Virus, Zat Iritatif, Parasit) integritas kulit
jaringan dana tau
lapirsan kulit Transmisi Hematogen
2. Perdarahan
3. Kemerahan Merangsang pusat
4. hematoma termoregulasi

Secret Purulen

Gatal

Kerusakan Integritas
Kulit

3. Data subjektif: Infeksi (Bakteri, Jamur, Hipertermi


Mengeluh demam Virus, Zat Iritatif, Parasit)
Data objektif
1. Suhu tubuh Transmisi Hematogen
diatas nilai
nirmal Merangsang pusat
2. Kulit merah termoregulasi
3. Kejang
4. Takikardia Peradangan
5. Tekipnea
6. Kulit terasa Hipertermi
hangat

4. Data subjektif: Infeksi (Bakteri, Jamur, Resiko infeksi


Virus, Zat Iritatif, Parasit)
Data objektif:
Transmisi Hematogen

Resiko Infeksi

A. Diagnosa Keperawatan
Adapun kemungkinan diagnosa keperawatan pada klien dengan vulvitis adalah sebagai
berikut :
1. Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi.
2. Hipertermia berhubungan dengan proses infeksi, inflamasi.
3. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan faktor mekanik (menggaruk) lesi pada
mukosa vulva.
4. Resiko infeksi berhubungan dengan imunitas tubuh yang menurun.
C. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

Diagnosa Keperawatan
No. Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
1. Nyeri akut berhubungan Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3 × MANAJEMEN NYERI
dengan inflamasi 24 jam maka Tingkat nyeri menurun dengan kriteria Observasi
hasil:  lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas,
 keluahan nyeri menurun intensitas nyeri
 meringis menurun  Identifikasi skala nyeri
 sikap protektif menurun  Identifikasi respon nyeri non verbal
 gelisah menurun  Identifikasi faktor yang memperberat dan

 kesulitan tidur menurun memperingan nyeri


 Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang
 menarik diri menurun
nyeri
 berfokus pada diri sendiri menruun
 Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon
 diaforesis menurun
nyeri
 perineum terasa tertekan menurun
 Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
 uterus teraba membulat menurun  Monitor keberhasilan terapi komplementer yang
 frekuensi nadi membaik sudah diberikan
 tekanan darah membaik  Monitor efek samping penggunaan analgetik
 proses berpikir membaik 2. Terapeutik
 perilaku membaik  Berikan teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri (mis. TENS, hypnosis,
akupresur, terapi musik, biofeedback, terapi
pijat, aroma terapi, teknik imajinasi terbimbing,
kompres hangat/dingin, terapi bermain)
 Control lingkungan yang memperberat rasa
nyeri (mis. Suhu ruangan, pencahayaan,
kebisingan)
Fasilitasi istirahat dan tidur
 Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam
pemilihan strategi meredakan nyeri
3. Edukasi
 Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
 Jelaskan strategi meredakan nyeri
 Anjurkan memonitor nyri secara mandiri
 Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
 Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
4. Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
2. Hipertermia Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3 × Observasi
berhubungan dengan 24 jam maka Hipertermi membaik dengan kriteria
proses infeksi, inflamasi. hasil: 1. Identifikasi penyebab hipertermia (mis: dehidrasi,
terpapar lingkungan panas, penggunaan inkubator)
1. Menggigil menurun
2. Monitor suhu tubuh
2. Kulit merah menurun 3. Monitor kadar elektrolit
3. Kejang menurun 4. Monitor haluaran urin
4. Takikarfi menurun 5. Monitor komplikasi akibat hipertermia
5. Suhu tubuh membaik
6. Suhu kulit membaik
7. Pengisial kapiler membaik Terapeutik
8. Tekanan darah membaik
1. Sediakan lingkungan yang dingin
2. Longgarkan atau lepaskan pakaian
3. Basahi dan kipasi permukaan tubuh
4. Berikan cairan oral
5. Ganti linen setiap hari atau lebih sering jika
mengalami hyperhidrosis (keringat berlebih)
6. Lakukan pendinginan eksternal (mis: selimut
hipotermia atau kompres dingin pada dahi, leher,
dada, abdomen, aksila)
7. Hindari pemberian antipiretik atau aspirin
8. Berikan oksigen, jika perlu

Edukasi
Anjurkan tirah baring

Kolaborasi
Kolaborasi pemberian cairan dan elektrolit intravena, jika
perlu
3. Gangguan integritas kulit Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3 × Observasi:
berhubungan dengan 24 jam maka integritas kulit meningkat dengan 1. Identifikasi penyebab gangguan integritas kulit
faktor mekanik kriteria hasil:
(menggaruk) lesi pada 1. Elastisitas meningkat Terapeutik:
2. Ubah posisi tiap 2 jam jika tirah baring
mukosa vulva. 2. Hidrasi meningkat
3. Gunakan produk berbahan petrolium atau minyak
3. Perfusi jaringan meningkat pada kulit kering
4. Kerusakan jaringan menurun 4. Hindari produk berbahan dasar alkohol pada kulit
5. Kerusakan lapisan kulit menurun Edukasi
6. Nyeri menurun 5. Anjurkan menggunakan pelembab
7. Perdarahan menurun 6. Anjurkan minum air yang cukup
8. Kemerahan menurun 7. Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
8. Anjurkan menghindari terpapar suhu ekstrem
9. Hematoma menurun
9. Anjurkan mandi dan menggunkan sabun
10. Pigmentasi abnormal menurun secukupnya Perawatan Luka
11. Jaringan parut menurun Observasi:
12. Nekrosis menurun 10. Monitor karakteristik luka
13. Suhu kulit membaik 11. Monitor tanda-tanda infeksi Terapeutik:
14. Sensasi membaik 12. Lepaskan balutan dan plester secara perlahan
15. Tekstur membaik 13. Bersihkan dengan cairan NaCl atau pembersih
nontoksik
14. Bersihkan jaringan nekrotik
15. Berikan salep yang sesuai ke kulit/lesi, jika perlu
16. Pasang balutan sesuai jenis luka
17. Pertahankan teknik steril saat melakukan
perawatan luka Edukasi
18. Jelaskan tanda dan gejala infeksi
19. Anjurkan mengkonsumsi makanan tinggi kalori
dan protein
Kolaborasi
20. Kolaborasi prosedur debridement
21. Kolaborasi pemberian antibiotik, jika perlu
4. Resiko infeksi Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3 × 24 jam Observasi
berhubungan dengan maka resiko infeksi menurun dengan kriteria hasil: 1. Monitor tanda dan gejala infeksi lokal dan
imunitas tubuh yang 1. Kebersihan tangan meningkat sistematik
menurun. 2. Kebersihan badan meningkat
3. Demam menurun Terapeutik
4. Kemerahan menurun 2. Batasi jumlah pengunjung
3. Berikan perawatan kulit pada area edema
5. Nyeri menurun
4. Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan
6. Bengkak menurun pasien dan lingkungan pasien
7. Vesikel menurun 5. Pertahankan teknik aseptik pada pasien beresiko
8. Cairan berbau busuk menurun tinggi
9. Sputum berwarna hijau menurun
10. Drainase purulen menurun Edukasi
11. Piuria menurun 6. Jelaskan tanda dan gejala infeksi
7. Ajarkan cara mencuci tangan dengan benar
12. Periode malaise menurun
8. Ajarkan etika batuk
13. Periode menggigil menurun 9. Ajarkan cara memeriksa kondisi luka dan luka
14. Letargi menurun operasi
15. Gangguan kognitif menurun 10. Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
16. Kultur darah membaik 11. Anjurkan meningkatkan asupan cairan
17. Kultur urin membaik
Kolaborasi
18. Kultur sputum membaik
12. Kolaborasi pemberian imunisasi, jika perlu
19. Kultur area luka membaik
20. Kultur feses membaik
21. Nafsu makan membaik
DAFTAR PUSTAKA

Abdullah. (2015). Penatalaksanaan vulvitis.

Andrew. (2011). Retrieved from patofisiologi vulvitis.

Anonim. (2006). manifestasi klinis pada vulvitis.

Cupriyanti. (2020/2021). Retrieved from laporan pendahuluan vulvitis.

Lin dkk. (2010). Retrieved from Pemeriksaan fisik pada wanita yang mengalami vulvitis.

sudung. (2010). manisfestasi klinis vulvitis.

Wijayanti. (2014). Vulvitis pada remaja. Jurnal Kebidanan.

Manuaba, Ida Bagus. (2001). Ilmu kebidanan, penyakit kandungan, dan keluarga berencana

untuk pendidikan bidan. Jakarta : EGC.

Padjadjaran, Universitas. (1981). Ginekologi. Bandung : Elstar Offset.

Sinklair, C.C.R., Webb,J.B. (1992). Segi praktis ilmu kebidanan dan kandungan untuk pemula.

Jakarta : Binarupa Aksara.

Anda mungkin juga menyukai