Anda di halaman 1dari 100

PEMICU 4

KELOMPOK 19
KEPUTIHAN YANG MENCEMASKAN
KELOMPOK 19

Tutor : dr. Linda

Ketua: Liliani Labita

Penulis : Alfindra Sepalawandika

Sekretaris : Hendri Anas Kristanto

Anggota : Irene Fausta Wijono
Anggreini Oktavia Trisno
Ajeng Puspita Ningruim
Gabriela Ellenzy
Adhi Wardana
Jessica Elizabeth
Yulius Timotius
Ade Fitriyani
Caroline Arlis Chouwanto
KEPUTIHAN YANG
MENCEMASKAN

“Seorang perempuan berusia 54 tahun datang


ke dokter dengan keluhan keputihan yang
berbau dan progresif sejak 6 bulan yang lalu.
Pada anamnesa didapatkan post-coital
bleeding, menopause sejak 2 tahun yang lalu,
dan riwayat penggunaan kontrasepsi oral
selama 10 tahun. Pasien merupakan seorang
perokok aktif selama 20 tahun, dan merokok
sebanyak 1 bungkus rokok per hari.

Apa yang dapat dipelajari dari kasus diatas?”


UNFAMILIAR TEMS

 Post-coital bleeding : “Pendarahan setelah


coitus/ hubungan seksual”
RUMUSAN MASALAH

1) Apakah ada hubungan antara menggunakan


kontrasepsi oral dengan keputihan?

2) Apa yang menyebabkan keputihan berbau?

3) Apakah hubungan merokok dengan keputihan?

4) Apa hubungan post-coital bleeding dan


menopause pada keputihan?

5) Pemeriksaan apakah yang dapat dilakukan pada


kasus keputihan?
CURAH PENDAPAT

1) Penggunaan kontrasepsi oral (progesteron) akan


mempengaruhi keseimbangan hormon dan
meningkatkan kelembaban yang merupakan
salah satu penyebab keputihan.

2) Penyebab : Jamur, bakteri, protozoa, virus, gejala


kanker serviks stadium lanjut.

3) Gejala dari kanker serviks adalah keputihan dan


rokok merupakan salah satu karsinogen.
CURAH PENDAPAT

4) Menopause mengakibatkan penurunan hormon yang


memicu berkurangnya lubrikasi vagina sehingga bila
pasangan suami istri melakukan hubungan seksual
maka akan terjadi pendarahan pada vagina yang
apabila terekspose pada penyebab keputihan akan
nenyebabkan infeksi dan terjadilah keputihan.

Post-coital bleeding & keputihan merupakan gejala


kanker serviks peradangan rentan terjadi
pendarahan.

5) Pemeriksaan : pap smear, endoskopi, pemeriksaan


sekret vagina dan tes amin.
definisi
Klasifikasi
REVIEW
Pencegahan • Infeksi
• Non-infeksi

Ciri-Ciri
Pengobatan &
Keputihan • Fisiologi
therapi
• patologi

Diagnosa Etiologi
• Pemeriksaan • Virus
sekret • Bakteri
• Pap-smear • Jamur
• Endoskopi • Protein
• Tes amine Patofisiologi • Ca-serviks
LEARNING
OBJECTIVES

1. Mengetahui dan menjelaskan definisi, klasifikasi dan


ciri-ciri keputihan.

2. Mengetahui dan menjelaskan etiologi keputihan.

3. Mengetahui dan menjelaskan patofisiologi keputihan.

4. Mengetahui dan menjelaskan pemeriksaan untuk


menegakan diagnosa pada kasus keputihan.

5. Mengetahui dan menjelaskan pencegahan, terapi dan


progosis pada kasus keputihan.

6. Mengetahui dan menjelaskan tentang kanker serviks.


LO 1
DEFINISI, KLASIFIKASI DAN CIRI-CIRI KEPUTIHAN
DEFINISI KEPUTIHAN
Keputihan ( Fluor Albus )
Keluarnya cairan kental dari vagina yang bisa saja
terasa gatal, panas atau perih, kadang berbau dan
tidak merasakan gejala apapun. Kondisi ini terjadi
karena terganggunya keseimbangan flora normal
dalam vagina dengan berbagai penyebab.
( dorland )
DEFINISI KEPUTIHAN

Keluarnya cairan dari vagina secara


berlebihan, cairan berwarna putih
kekuningan atau putih kekelabuan baik encer
maupun kental, berbau tidak sedap dan bisa
menyebabkan rasa gatal.
DEFINISI KEPUTIHAN

 Leukorrhea (fluor albus) atau keputihan adalah


pengeluaran cairan bukan darah dari vagina yang
secara alamiah dapat berasal dari:
 Transudat dinding vagina
 Lendir serviks
 Lendir kelenjar Bartholini dan skene
KLASIFIKASI KEPUTIHAN

Keputihan

Fisiologis Patologis
KLASIFIKASI KEPUTIHAN
 Keputihan Fisiologis :cairan yang keluar dari vagina namun
bukan darah yang memiliki sifat yang bervariasi dari bau,
warna dan jumlahnya
 Ciri umum keputihan fisiologi
 Warna sekret : bening.
 Kejernihan sekret : jernih encer.
 Efek : tidak menimbulkan gatal.
 Bau sekret : tidak berbau.
 Leukosit sekret : tidak ada / sedikit.
KEPUTIHAN
FISIOLOGIS

 Mendekati ovulasi (karena rangsangan seksual)


 Menjelang dan sesudah menstruasi
 Pengaruh hormon pada kehamilan.
 Terdiri dari cairan yang terkadang berupa mucus
mengandung banyak epitel dan sedikit leukosit
 Keputihan patologis : keputihan yang abnormal, biasa di
sebabkan oleh parasit, infeksi bakteri, benda asing, jamur,
menopause, virus, neoplasma/perlakukan kasar pada alat
genital, dan erosi/erosio.
 ciri umum keputihan patologis
 Warna sekret : kuning hingga hijau.
 Kejernihan sekret : agak keruh dan kental.
 Efek : dapat menimbulkan gatal berlebih.
 Bau sekret : berbau tak sedap.
 Leukosit sekret : ada / banyak (ciri mengalami infeksi).
KEPUTIHAN
PATOLOGIS

 Infeksi vaginal
 Infeksi Trichomonas vaginalis
 Infeksi jamur Candida albicans
 Keganasan reproduksi
 Benda asing dlm alat reproduksi shg memicu
munculnya leukosit
CIRI-CIRI KEPUTIHAN
Pemeriksaan Fisiologis Patologis

Warna Sekret Bening Kuning hingga Hijau

Kejernihan Sekret Jernih Agak Keruh

Bau Sekret Tidak Berbau Bau Amis

Leukosit Sekret Tidak ada / Sedikit Ada / Banyak (menandakan


infeksi)
MIKROORGANISME GEJALA

Jamur Warnanya putih susu, baunya agak keras, disertai


rasa gatal pada vagina. Akibatnya mulut vagina
menjadi kemerahan dan meradang.

Protozoa Cairan kental, berbuih, bewarna kuning atau


kehijauan dengan bau anyir, tidak mengakibatkan
gatal tapi liang vagina nyeri bila ditekan.

Bakteri Warna cairan keabuan, berair, berbuih, dan bau


amis. Infeksi ini menyebabkan rasa gatal dan sangat
mengganggu.

Virus Ditandai dengan kutil-kutil disertai bau.


LO 2
ETIOLOGI KEPUTIHAN
ETIOLOGI
Jamur
 Candida albicans

Bakteri
 Gardnerella vaginalis
 Neisseria gonorrhoeae
 Chlamydia trachomatis

Protozoa
 Trichomonas vaginalis

Virus
 HSV (herpes simplex virus)
 HPV (human papiloma virus)
ETIOLOGI

 Penggunaan antibiotik / steroid yg cukup lama --> bakteri


"baik" penjaga pH vagina mati dan jamur tumbuh subur
 Pil KB (kontrasepsi oral) --> keseimbangan hormon
mempengaruhi keseimbangan pH
 Ca-serviks
 Atrofi vagina: penipisan dan kekeringan dinding vagina
karena menopause
CANDIDA ALBICANS

 Kandidiasis (vaginal)
 Manifestasi klinis:
 Pruritus vulvovaginal
 Rasa tdk nyaman lokal, dan sekret keruh kental
 Bercak putih pd mukosa
 Eritema vulva
 Rekurensi sering tjd
TRICHOMONAS
VAGINALIS

 Trikomoniasis vagina
 Manifestasi klinis:
 Keputihan / fluor albus
 Rasa panas dan gatal pd vulva / vagina
 Sekret encer, berbusa, berbau tdk sedap, berwarma
kekuning-kuningan
 Lesi bekas garukan karena gatal
 Hiperemia pd vagina
GARDNERELLA
VAGINALIS

 Manifestasi klinis:
 pH vagina > 4,5
 Sekret berlebihan dan berbau tajam
 Terdapat clue cell (epitel vagina yg dilapisi
bakteri)
 Berbau amis (fishy amine-like odor)
NEISSERIA
GONORRHOEAE

 Manifestasi klinis:
 Seret vagina, disuria
 Servisitis, uretritis, proktitis
 Servisitis ditandai o/ serviks eritematosa yg rapuh
dan sekret mukopurulen
Neisseria gonorrhoeae
CHLAMYDIA
TRACHOMATIS

 Manifestasi klinis:
 70% wanita terinfeksi : asimtomatik
 40% wanita mengalami PID (pelvic inflammatory
disease)
 Konjugtivitis
HSV

 HSV 1
 Lebih sering asimtomatik
 Gejala faringitis dan tonsilitis
 Infeksi mata primer: keratokonjungtivitis berat,
infeksi rekuren: jar. parut di kornea
 Infeksi kulit primer: kulit yg trauma
 Neonatus: menyeluruh dan ensefalitis
HSV

 HSV 2
 Ulkus genitalia yg nyeri
 Infeksi rekuren: lebih ringan dan penyebaran virus
tjd dlm waktu singkat
HPV

 Dapat menimbulkan condylomata acuminata /


warts / kutil
 HPV 16 & 18 : mendominasi pada neoplasia
serviks
TIPE HPV

 Tipe risiko rendah (low risk type) yaitu jenis HPV


6 dan 11, jenis ini tidak menyebabkan kanker
tetapi dapat menyebabkan timbulnya kutil (wart)
pada daerah anogenital
 Tipe risiko tinggi (high risk type) yaitu HPV jenis
16 dan 18 jenis ini yang menyebabkan kanker
serviks
Normal Vaginosis Vaginitis Vulvovaginitis
(Gardnerella (T.vaginalis) (C.albicans)
vaginalis)

Gejala primer - Sekret, bau Sekret, bau busuk, Sekret; gatal, dan
busuk, mungkin mungkin gatal seperti gatal pada
gatal kulit vulva

Sekret vagina Sedikit, putih Meningkat, tipis, Meningkat, kuning, Meningkat, putih,
homogen, putih, hijau, berbusa, lembut seperti dadih
abu-abu, adheren adheren; petekia
servikal sering ada

pH 3,5 - 4,5 5,0 – 6,0 5,0 – 6,0 4,0 – 5,0

Bau - Sering, seperti Dapat ada, seperti bau -


bau ikan ikan

Mikroskopis Sel epitel Clue cells dengan Trichomonas motil; Preparat KOH
dengan basil adheren; banyak PMN memperlihatkan
laktobasilus tidak ada PMN tangkai ragi dan
pseudohifa

Pengobatan - metronidazol metronidazol Antifungi azol topikal


LO 3
PATOFISIOLOGI KEPUTIHAN
KEPUTIHAN
FISIOLOGIS

 Adalah normal & sehat untuk wanita usia


reproduksi untuk mengalami keputihan: sekret yg
t.d. mukus, sel kulit mati dr permukaan vagina &
serviks, sel darah putih, dan bacteri normal
disamping protein & cairan lain

 Berfungsi sebagai mekanisme pertahanan alami


yg digunakan vagina untuk menjaga
keseimbangan kimiawi & fleksibilitas jaringan
vagina
KEPUTIHAN
FISIOLOGIS

 Banyaknya & jenis sekret (cervical mucus)


bervariasi selama siklus menstruasi sebagai akibat
dari fluktuasi hormon
 Sebelum ovulasi, kadar estrogen meningkat,
mengubah sekret dari non-fertil (tebal dan
lengket) menjadi fertil(bening, basah, elastis dan
licin).
 Setelah ovulasi, tingkat estrogen dan progesteron
jatuh, sekret menjadi kental, lengket & tidak
cocok utk sperma.
KEPUTIHAN
FISIOLOGIS

 Bbrp bakteri komensal hidup di vagina (flora normal


vagina)
 Kadar estrogen↑pd masa pubertas  kolonisasi
laktobasilus (berperan sbg pertahanan thp infeksi) 
metabolisme glikogen dlm epitel vagina menjadi asam
laktat  pH vagina ≤ 4,5 (antara 3.8 – 4.4)
 Beberapa organisme komensal seperti Candida
albicans, Staphylococcus aureus dan Streptococcus
agalactiae (streptokokus grup B), dapat menyebabkan
perubahan pada sekret jika mereka 'tumbuh
berlebihan’.
KEPUTIHAN PASCA-
MENOPAUSE

 Setelah menopause, perubahan atrofi pd sel-sel


di vagina dapat meningkatkan resiko infeksi
vaginitis yg bisa menimbulkan gejala keputihan
 Pengganti estrogen intravaginal, dengan
pessaries atau krim, dapat secara bertahap
memperbaiki kondisi epitel vagina dan
mengurangi kerentanan terhadap infeksi
CANDIDA ALBICANS
 Faktor predisposisi:

 Kehamilan

 Baju yg terlampau ketat

 Kelainan endokrin (DM)

 Antibiotik

 Defisiensi imun selular

 Penularan mll:

 Tercemar setelah defekasi

 Tercemar dari kuku / air utk membersihkan diri

 Sexually transmitted
TRICHOMONAS
VAGINALIS

 Hospes: manusia (wanita: vagina; pria: uretra &


prostat)
 Penularan mll:
 Sexually transmitted (btk trofozoit)
 Sanitasi buruk: infeksi tdk langsung mll toilet seat
TRICHOMONAS
VAGINALIS
T. vaginalis ditularkan ke dlm vagina
berkembangbiak

Degenerasi & deskuamasi sel epitel


vagina

Serangan leukosit (pd sekret tdpt leukosit, parasit, sel


epitel)

Sekret mengalir keluar: fluor albus / keputihan /


leukorrhoea
GARDNERELLA
VAGINALIS

 Dapat ditularkan mll


 Sexually transmitted
 Patogenesis masih blm jelas, diduga G. vaginalis
mengganggu pH vagina sehingga mengganggu
keseimbangan flora normal vagina
NEISSERIA
GONORRHOEAE

Pelekatan (dg pili)

Gonococcus penetrasi ke dlm sel epitel mll jar. subepitel

Gonococcus terpajan sistem imun (IgA, serum, komplemen, dll)

Difagositosis o/ neutrofil
CHLAMYDIA
TRACHOMATIS

 Dapat ditularkan mll


 Sexually transmitted
 Wanita hamil pd bayi dlm proses persalinan
 Infeksi dpt ditularkan ke mata mll jari yg
terkontaminasi
HSV

 Transmisi: dari orang-ke-orang mll kontak


langsung (sexually transmitted, wanita hamil pd
neonatus)
 Mengakibatkan vesikel kulit akibat aktivitas
sitolitik
 Invasi virus scr lokal, mll neuron sensoris, laten
dlm ganglia sensoris
 Imunitas dpt mengendalikan infeksi, tetapi dpt
memiliki resiko reaktivasi dan infeksi berat
HPV

 Dapat ditularkan mll:


 Transmisi mll kontak erat
 Sexually transmitted
LO 4
PEMERIKSAAN UNTUK MENEGAKAN DIAGNOSA PADA KASUS KEPUTIHAN
PAP SMEAR

Sitologi apusan Pap adalah ilmu yamg mempelajari


sel-sel lepas atau deskuamasi dari system alat
kandungan wanita, meliputi sel-sel yang lepas dari
vagina, serviks, endoserviks dan endometrium.
PAP SMEAR

 Kanker leher rahim (serviks) merupakan kanker


yang sering menyerang wanita, ditandai dengan
adanya sel ganas di jaringan tersebut. Penyakit ini
menduduki urutan kedua sebagai penyeba utama
kematian wanita di seluruh dunia. Di Indonesia
diperkirakan 90-100 kasus kanker baru diantara
100.000 penduduk per tahunnya atau 180.000
kasus baru per tahunnya (Kasdu, 2005: 53).
PAP SMEAR

 Pap smear merupakan suatu cara deteksi dini


kanker serviks sederhana yang paling populer
dan merupakan standar pemeriksaan untuk
deteksi dini kanker serviks. Meskipun cara ini
cukup sederhana, di negara berkembang pada
umumnya dan Indonesia pada khususnya masih
banyak kendala untuk bisa melakukan
pemeriksaan Pap test ini secara luas sebagai cara
deteksi dini kanker serviks.
PAP SMEAR

KEGUNAAN DIAGNOSTIK SITOLOGI APUSAN PAP :


 Evaluasi Sitohormonal
 Mendiagnosis Peradangan
 Identifikasi Organisme Penyebab Peradangan
 Mendiagnosis Kelainan Pra Kanker/Displasia
Serviks (Nis) dan Kanker Serviks Dini Maupun
Lanjut (Karsinoma Insitu/Invasif)
 Memantau hasil terapi
PAP SMEAR

Definisi

Adalah pemeriksaan untuk mendeteksi adanya


kelainan dari serviks terutama kanker serviks.
Sediaan Pap smear diambil dari daerah forniks
posterior/ squamo-columnar junction.
PAP SMEAR

 Siapa saja?
 Pernah melahirkan lebih dari 3 kali

 Mengalami pendarahan setiap melakukan hubungan


seksual

 Mengalami keputihan

 Sudah menopause

 Berganti pasangan
PAP SMEAR

 Syarat pemeriksaan:
 Tidak dalam keadaan menstruasi. Paling baik
adalah 5 hari setelah menstruasi berhenti.
 Tidak melakukan hubungan seksual min 2 hari
sebelum pemeriksaan
 Tidak melakukan pembilasan vagina dg bbg cairan
kimia min 24 jam sblm pemeriksaan
 Tidak menggunakan obat-obatan yg dimasukkan
ke dalam vagina min 48 jam sblm pemeriksaan
PAP SMEAR

 BAHAN DAN ALAT YANG DIPERLUKAN UNTUK MEMBUAT


SEDIAAN APUSAN PAP
 Untuk membuat sediaan apusan Pap diperlukan bahan dan
alat-alat sebagai berikut:
 Kaca objek (object glass), tabung berisi cairan fiksasi alkohol
95% atau bahan fiksasi kering: cyto-prep, dry fix atau hair
spray, pensil gelas atau pensil intan (diamond pencil), spatula
Ayre dari kayu model standar atau modifikasi, lidi kapas,
ecouvillon rigide atau cytobrush, sapu endometrium (balai
endometre), spekulum vagina cocor bebek (spekulum
Cusco), lampu sorot yang dapat digerak-gerakkan, dan
formulir permintaan pemeriksaan sitologi apusan Pap.
BAHAN PEMERIKSAAN APUSAN PAP
 Bahan pemeriksaan apusan Pap terdiri atas
sekret vaginal, sekret servikal (eksoserviks),
sekret endoservikal, sekret endometrial dan
forniks posterior.
PAP SMEAR

Bahan fiksasi:
Alkohol 95% - eter anestesi a.a
Alkohol 95%
Cytospray, dry fix, cytotrep, hair spray

Pewarnaan Papanicolaou t.d. zat warna:


- Harris hematoxilin
- Orange G
- Polychrome (EA 50)
PAP SMEAR

Sel di serviks dan uterus


PAP SMEAR

 Sampel ektoserviks
 Cara:
 Pasang spekulum steril tanpa bahan pelicin
 Apus sekret dari seluruh permukaan portio serviks dg spatula
Ayre, gerakan searah jarum jam dan diputar melingkar 360°
 Ulaskan sekret pd kaca objek
 Fiksasi

 Kegunaan:
 Utk deteksi penyebab infeksi serviks/ leukorrhea
 Utk diagnosis & deteksi dini pra kanker (displasia) & kanker
serviks
PAP SMEAR
PAP SMEAR

 Sampel endoserviks
 Cara:
 Diambil dengan mengapus permukaan mukosa
endoserviks dan daerah squamo-columnar
junction,dengan alat lidi kapas, ecouvillion rigide
atau cytobrush (kedalam kanalis endoserviks).
 Kegunaan:
 Untuk deteksi dini kanker serviks dan lesi kanker
 Untuk diagnosis infeksi chlamydia
PAP SMEAR
PAP SMEAR
PAP SMEAR

CARA MENGIRIM SEDIAAN APUSAN PAP


 Untuk mengirim sediaan apusa Pap ke
laboratorium sitologi dapat dilakukan dengan dua
cara, yaitu: dikirim ke laboratorium oleh
kurir/penderita sendiri dan dikirim laboratorium
melalui pos.
PAP SMEAR

 PENYEBAB HASIL PULASAN YANG TIDAK BAIK


 Pulasan yang tidak baik biasanya disebabkan oleh oleh
hal-hal sebagai berikut:
 Sediaan mengalami defek pengeringan sebelum difiksasi.
Semua sel yang terlihat dalam sediaan berwarna merah
muda dan tidak ada perbedaan warna antara sitoplasma
dan inti.
 Fiksasi yang tidak adekuat.
 Menggunakan kaca objek nyang belum dibersihkan atau
berminyak.
PAP SMEAR

 Menggunakan zat warna atau alcohol yang tidak


adekuat.
 Menggunakan warna pulasan tidak tepat.
 Dehidrasi kurang sempurna pada waktu proses
pulasan.
 Pengeringan selama jalannya pemulasan sediaan.
HASIL PAP SMEAR

 NEGATIF

tidak ditemukan sel-sel yang berbahaya.

 DISPLASIA

ditemukan sel yang menunjukkan perubahan sifat yang


dapat mengarah ke KEGANASAN, untuk itu perlu
dikonfirmasi dengan pemeriksaan BIOPSI.

 POSITIF

ditemukan sel GANAS, Harus dilakukan BIOPSI untuk


memastikan diagnosa.
HASIL YANG
HASIL YANG DIHARAPKAN
DIHARAPKAN

Mengetahui morfologi sel sehingga dapat diketahui


penyebab keputihan.
Normal  epitel gepeng berlapis
TIDAK NORMAL
TIDAK NORMAL (PATOLOGIS)
(PATOLOGIS)

 Radang
-Degenerasi pada sitoplasma
-Degenerasi pada inti
-Regenerasi
-Metaplasia

 Keganasan
-Kromatin tidak rata
-Pembesaran inti tanpa desertai pembesaran sitoplasma
-Hiperkromati,dll.
SEL SERVIKS
SEL SERVIKS TIDAK
TIDAK NORMAL
NORMAL
TEKNIK INTERPRETASI
HASIL DARI PAP-SMEAR

Klasifikasi WHO

Dipublikasikan pada tahun 1973

Terdiri dari : - negatif

- inkoklusif

- displasia (ringan, sedang, dan berat)

- ganas
TEKNIK INTERPRETASI
HASIL DARI PAP-SMEAR

Klasifikasi CIN/NIS

Cervical Intraepithel Neoplasm (CIN)/


Neoplasia Intraepithelial

Skuamosa(NIS) dipublikasikan oleh Richard RM


(1973) di AS.
TEKNIK INTERPRETASI
HASIL DARI PAP-SMEAR

CIN / NIS GRADE I

CIN / NIS GRADE II

CIN / NIS GRADE III
TINGKAT KEGANASAN

 CIN I :Sel bersisik tipis dan datar, tumbuh di permukaan


serviks yang sehat. Pap smear mengungkap adanya
sedikit sel bersisik abnormal, namun perubahan ini
belum jelas memperlihatkan apakah ada sel prakanker.
 CIN II :Sel yang diperoleh dari Pap smear mungkin sel
prakanker.
 CIN III :Sel glandular memproduksi lendir dan tumbuh
pada permulaan serviks dan dalam uterus. Sel glandular
atipikal mungkin menjadi abnormal, namun tidak jelas
apakah mereka bersifat kanker.
 CIS :Sel yang diperoleh dari Pap smear memperlihatkan
abnormal, sehingga patologis hampir yakin ada kanker
dalam vagina, serviks atau uterus.
HASIL TES PAP
HASIL TES PAP
trichomonas
HASIL TES PAP

Perubahan virus herpes simplex


HASIL TES PAP

LSIL & mukosa endoserviks benigna


Pap test menunjukkan infeksi Candida
Pap test menunjukkan sel epitel
skuamosa pada premenopause
Pap test menunjukkan sel epitel
skuamosa pada postmenopause
(atrofi)
LO 5
PENCEGAHAN DAN TERAPI PADA KASUS KEPUTIHAN
TERAPI

 Amubisid

 Metronidazol
-Memiliki efek trikomoniasid, efektif terhadap
Trichomonas vaginalis.
-Untuk trikomoniasis pada wanita dianjurkan 3
kali 250 mg/hari selama 7-10 hari.
TERAPI

 -Untuk vaginitis oleh infeksi campuran trikomonas dan


kandida dengan tablet vaginal yang mengandung 500
mg metronidazol dan 100.000 IU nistatin.
-Kegagalan pengobatan dapat karena reinfeksi
dari pasangannya, oleh sebab itu pihak laki-
laki harus juga diobati 3 kali 250 mg/hari
selama 7-10 hari.
TERAPI

 Tinidazol
-Mempunyai efek yang sama dengan
metronidazol, perbedaannya hanya
pada masa paruhnya yang lebih
panjang sehingga dapat diberikan
sebagai dosis tunggal per hari, dan
efek sampingnya lebih ringan dari
metronidazol.
TERAPI

 -Dosis untuk trikomoniasis: dosis tunggal


2 g. Pasangan seksual juga harus diobati
dengan dosis yang sama.
TERAPI

 Antimikotik (anti-jamur)

 Ketokanazol
-Merupakan golongan imidazol yang efektif
terhadap berbagai jenis jamur seperti
Candida. Bermanfaat untuk kandidiasis
(mukokutan, vaginal, dan oral).
-Dosis : satu kali 200-400 mg sehari. tersedia juga
dalam bentuk krim 2%.
TERAPI

 Mikonazol
-Merupakan golongan imidazol sintetik yang
menghambat aktivitas jamur Candida,
Microsporum, dan juga efektif terhadap
beberapa kuman Gram positif.
-Tersedia dalam bentuk krim 2% untuk
penggunaan intravaginal diberikan sekali
sehari pada malam hari selama 7 hari.
TERAPI

 Klotrimazol
-Efektif terhadap vulvovaginitis oleh Candida albicans.
-Tersedia dalam bentuk krim vaginal 1% atau tablet
vaginal 100 mg digunakan sekali sehari pada
malam hari selama 7 hari, atau tablet vaginal 500
mg dosis tunggal.
TERAPI

 Nistatin
-Menghambat pertumbuhan berbagai jamur dan ragi.
-Tersedia tablet vagina mengandung 100.000 unit
nistatin, pemakaian 1-2 kali sehari selama 14 hari.
PENCEGAHAN

Cara Pencegahan (Keputihan) :


 Bersihkan organ intim dengan pembersih yang tidak
mengganggu kestabilan pH di sekitar vagina.

 Hindari pemakaian bedak pada organ kewanitaan

 Selalu keringkan bagian vagina sebelum berpakaian.

 Gunakan celana dalam yang kering.

 Biasakan membasuh dengan cara yang benar tiap kali buang


air yaitu dari arah depan ke belakang
PENCEGAHAN

 Penggunaan cairan pembersih vagina sebaiknya tidak


berlebihan karena dapat mematikan flora normal vagina

 Gunakan celana dalam yang bahannya menyerap keringat,


seperti katun. Celana dari bahan satin atau bahan sintetik lain
membuat suasana disekitar organ intim panas dan lembab.

 Pakaian luar juga perlu diperhatikan. Celana jeans tidak


dianjurkan karena pori-porinya sangat rapat. Pilihlah seperti
rok atau celana bahan non-jeans agar sirkulasi udara di sekitar
organ intim bergerak leluasa.

 Ketika haid, sering-seringlah berganti pembalut


KESIMPULAN

1. Mempelajari Definisi, Klasifikasi dan ciri-ciri


keputihan.

2. Mempelajari Etiologi Keputihan

3. Mempelajari Patofisiologi keputihan

4. Mempelajari pemeriksaan untuk menegakan


diagnosa pada kasus keputihan (Pap smear)

5. Mempelajari terapi dan pencegahan pada kasus


keputihan
SARAN

 Segera melakukan tes Pap smear agar diketahui


penyebab keputihannya dan dapat dilakukan
terapi yang sesuai.
DAFTAR PUSTAKA

1. Staf Pengajar Bagian Parasitologi FKUI. Parasitologi


Kedokteran. Edisi ketiga. Jakarta

2. Mandal BK., Wilkins EG., Dunbar EM., Mayon. Penyakit


Infeksi. Edisi keenam. Jakarta; Erlangga. 2008

3. Gillespie SH., Bamford KB. At a Glance Mikrobiologi


Medis dan Infeksi. Edisi ketiga. Jakarta; Erlangga. 2009

4. Goering, RV., Dockrell, HM., Waakelin D., et al. Mims’


Medical Microbiology. Philadelphia; Elsevier. 2008

5. Rubin E., Reisner HM. Essential of Rubin’s Pathology. 5th


edition. Lippincott Williams & Wilkins; 2009
TERIMA KASIH
KELOMPOK 19

Anda mungkin juga menyukai