Anda di halaman 1dari 77

PEMICU IV BIOMEDIK 3

Alfindra Sepalawandika
Defenisi, ciri-ciri, dan klasifikasi keputihan
Definisi keputihan
 Keputihan/fluor albus ( fluor=cairan kental,albus=putih) / Leukorhoea

 Keputihan ( Fluor Albus )


 Keluarnya cairan kental dari vagina yang bisa saja terasa
gatal, panas atau perih, kadang berbau dan tidak merasakan
gejala apapun. Kondisi ini terjadi karena terganggunya
keseimbangan flora normal dalam vagina dengan berbagai
penyebab. ( dorland )

 Cairan yang dikeluarkan dari alat genital yang tidak berupa


darah. Terjadinya perubahan bau, warna, dan jumlah yang tidak
normal. Keluhan ini dapat disertai gatal, edema genitalia, disuria,
nyeri abdomen bagian bawah atau nyeri pinggang. ( Ilmu
Kandungan : 216 )
Ciri-ciri keputihan
Pemeriksaan Fisiologis Patologis

Warna Sekret Bening Kuning hingga Hijau

Kejernihan Sekret Jernih Agak Keruh

Bau Sekret Tidak Berbau Bau Amis

Leukosit Sekret Tidak ada / Sedikit Ada / Banyak (menandakan


infeksi)
Klasifikasi keputihan
Keputihan fisiologis ( normal )
• Makroskopis : apabila cairan (kadang-kadang sampai berupa mucus/cairan
yang agak kental) yang keluar berwarna putih jernih, konsistensi seperti lendir
(encer-kental), tidak berbau, tidak menimbulkan gatal, tidak disertai benjolan
di sekitar vagina, dan jumlahnya tidak terlalu banyak, serta bila menempel
pada pakaian dalam, ia akan berwarna kuning terang. . Sekret ini non-irritan,
tidak mengganggu, tidak terdapat darah, dan memiliki pH 3,5-4,5.
• Mikroskopis : banyak mengandung epitel dengan lekosit/sel darah putih yang
jarang, karena tidak ada infeksi.

Keputihan patologis
Terjadi karena infeksi pada vagina, adanya benda asing dalam vagina atau karena
keganasan.
• Makroskopis : apabila warna lendirnya tidak bening, tapi putih seperti susu,
bisa juga kuning kehijauan atau kecokelatan, bahkan bisa berwarna
kemerahan karena adanya darah. Biasanya keputihan ini disertai rasa gatal
dan bau.
• Mikroskopis : pada leukorea patologik terdapat banyak leukosit.
Etiologi dan patogenesis keputihan
Fluor albus abnormal (patologik) disebabkan oleh :
1. Infeksi :
- Bakteri : E.coli, Staphylococcus, Gardanerrella vaginalis,
Chlamidia trachomatis, Neisseria gonorhoae, dan
gonococcus, lactobacillus, streptococcus, staphylococcus,
Treponema pallidum.
- Jamur : Candida albicans
- Protozoa : Trichomonas vaginalis
- Virus : Human Papiloma Virus (HPV) dan virus Herpes
Simpleks.
2. Non-infeksi
a). Neoplasma jinak maupun ganas atau jaringan abnormal lain
Pada kanker, sel-sel alat kelamin tumbuh sangat cepat secara
abnormal dan mudah rusak, akibatnya terjadi pembusukan
dan perdarahan. Cairan banyak, bau busuk, sering disertai
darah tidak segar.
b). Iritasi dan alergi :
- Sperma, pelicin, kondom
- Sabun cuci dan pelembut pakaian
- Deodorant dan sabun
- Cairan antiseptic untuk mandi.
- Pembersih vagina.
- Celana yang ketat dan tidak menyerap keringat
- Kertas tisu toilet yang berwarna.
- Pembalut
- Menopause
- Benda asing
* biji-bijian (pada anak-anak)
* sisa-sisa kondom (pada perempuan dewasa)
* karet pengganjal yang sering digunakan untuk
mencegah turunnya rahim.
c). Fistula / lubang kecil
d). Radiasi
e). Kehamilan
f). Ketidakseimbangan ekosistem vagina
g). Penyebab lain :
- Psikologi : Volvovaginitis psikosomatik
- Tidak diketahui : “ Desquamative
inflammatory vaginitis”
Etiologi dan Patogenesis
Fisiologis:
Hormonal
– Bayi baru lahir kira-kira 10 hari, disebabkan pengaruh
estrogen dari plasenta terhadap uterus dan vagina janin.
– Waktu disekitar menarche (pembentukan / permulaan
fungsi menstruasi), timbul karena pengaruh estrogen,
fluor albus ini akan hilang sendiri.
– Wanita dewasa jika dirangsang sebelum atau saat koitus,
karena pengeluaran transudasi dari dinding vagina.
– Waktu sekitar ovulasi, karena sekret dari kelenjar –
kelenjar serviks uteri menjadi lebih encer.
Patologis
A. Mikroorganisme
1. Bakteri
a. Gardnerella vaginalis (Haemophilus vaginalis)
b. Clamydia trachomatis
c. Neisseria gonorrhoe (GO)
2. Jamur
Candida albicans
3. Protozoa
Trichomonas vaginalis
4. Helmintes
Oxyuris vermicularis
5. Virus
Human Papilloma Virus (HPV)
Herpes genitalis
B.Keganasan kanker leher rahim
C. Benda asing di dalam vagina
A. Mikroorganisme
1. Bakteri
a. Gardnerella vaginalis
Bakteri yang menyebabkan terjadinya penyakit Vaginosis
Bakterial.

Gejala klinis:
 Cairan keputihan banyak seperti air.
 Berwarna kuning atau keabu-abuan.
 Berbau amis busuk menyengat.
 Kadang mengandung gelembung-gelembung.
 Rasa gatal atau panas pada vagina.
 pH keputihan diatas 5.
Dampak dari Gardnerella vaginalis:
– Prematur.
– Kemandulan.
Faktor predisposisi
a. Kehamilan.
b. Gonta-ganti pasangan.
c. Penggunaan alat KB spiral atau IUD.
d. Pemakaian dauching vagina yang merupakan produk
untuk menjaga higiene wanita (vagianal spray maupun
vaginal wipes) dan bubble bath.
e. Hubungan seksual tanpa menggunakan kondom.
Patogenesis Gardnerella vaginalis
AKDR

Kuman anaerob +
Gardnerella vaginalis
Bakteri fakultatif vagina

Asam amino

Amin PH ↑
gatal
Iritasi kulit Kemerahan dan
edema vulva
Rasa terbakar
Pelepasan sel epitel

disparenuria
Sekret vagina

Bau (amis)
b. Clamydia trachomatis
Merupakan bakteri tipe rikettsia yang merupakan bakteri
intraseluler. Merusak sistem reproduksi → kemandulan.

Gejala klinis:
• Cairan vagina berwarna kuning.
• Bau busuk.
• Nyeri perut bagian bawah.
• Perdarahan dari vagina setelah hubungan intim.
Dampak dari Clamydia trachomatis:
– Penyakit radang panggul.
– Kemandulan.
– Hamil diluar kandungan.
– Rentan terhadap HIV/AIDS.
– Menular kepada bayi baru lahir:
* Infeksi mata dan kebutaan.
* Radang paru-paru bayi baru lahir.
c. Neisseria gonorrhoe (GO)
Merupakan diplococcus kecil, bersifat gram negatif, bentuknya
menyerupai buah kopi dengan pulasan gram dan tidak dapat
didiagnosis secara sitologi dengan pulasan papanicolaou.

Gejala klinis:
a. Bersifat purulen.
b. Cairan vagina berwarna kuning.
c. Bau busuk.
d. Nyeri saat berkemih.
e. Nyeri perut bagian bawah.
Dampak Neisseria gonorrhoe:
– Penyakit radang panggul.
– Kemandulan.
– Rentan terhadap HIV/AIDS.
– Menular kepada bayi baru lahir:
- Infeksi mata dan kebutaan.
Patogenesis Neisseria gonorrhoeae

Neisseria Hubungan Epitel colummna


infeksi melekat
gonorrhoeae seksual

Bakteri mengaktivasi jalur


LOS menstimulasi
alternatif komplemen dari bermultiplikasi
produksi TNF
hospes

Kanker dan
Kerusakan sel Neutrofil aktif Mencerna menyebabkan
Bila kebanyakan
bakteri keputihan
2. Jamur
Candida albicans
Merupakan penyebab infeksi pada vagina yang paling sering
ditemui.

Gejala klinik:
a. Cairan keputihan seperti susu, bergumpal.
b. Rasa gatal.
c. Berbau asam, biasanya tidak berbau.
d. Dyspareunia.
e. Paradangan (merah dan bengkak) pada vagina dan vulva
disertai rasa pedih.
f. Disuria.
Faktor predisposisi Candida albicans:
a. Kehamilan.
b. Penggunaan pil KB.
c. Steroid.
d. Diabetes.
e. Obesitas.
f. Antibiotik.
g. Daya tahan tubuh rendah.
Patogenesis Candida albicans
Candida albicans

Mukosa vagina

Faktor predisposisi Flora normal Imun ↓

Kolonisasi

Infeksi

Cairan kental berbau tajam Vulva Lecet Dispareunia


3. Protozoa
Trikomoniasis
– infeksi trichomonas vaginalis, pada saluran genitalia
wanita, infeksinya biasanya asitomatis / muncul
bersama non-gonoccal urethritis (NGU), biasanya
ditularkan melalui hubungan seksual.
Trichomonas vaginalis
Gejala klinik:
a. Keputihan besifat purulen.
b. Cairan vagina seperti susu berwarna kuning kehijauan.
c. Kadang mengandung gelembung udara.
d. Berbau amis,busuk.
e. Berbusa.
f. Vagina bengkak, merah, lecet.
g. Rasa gatal serta tidak nyaman.
h. Kadang tanpa gejala.
Patogenesis Trichomonas vaginalis
Trichomonas vaginalis Perdarahan
intermenstruasi

Handuk, toilet seat Perdarahan


postkoitus

tropozoit dispareunia

Menempel, invasi Granulasi


peradangan Berwarna merah
Degenerasi &
leukosit deskuamasi Sel epitel vagina

Sekret banyak
Sekret
(lekosit)
Iritasi lipatan paha
& genetalia eksterna
Fluor albus
4. Helmintes
Oxyuris vermicularis

Gejala klinis:
- Rasa gatal.
- Lendir keruh dan kental.
- Warna kekuningan.
- Terkadang berbusa.
Patogenesis Oxyuris vermicularis

Menelan / menghirup
duodenum menetas Jejunum
telur infektif

sembuh infeksi Perianal, perinium Dewasa betina

vagina

Pruritus lokal
5. Virus
Human Papilloma Virus

Gejala klinis:
- Sering ditandai condyloma akuminata.
- Cairan berbau tanpa rasa gatal.
Herpes genitalis
Gejala klinis:
Infeksi pertama kali
a. Ada luka melepuh di sekeliling liang vagina, pecah menjadi
koreng berkerak.
b. Cairan gatal dan rasanya panas.
c. Sembuh sendiri.
Infeksi kambuhan
a. Gelembung berisi cairan tunggal atau banyak tanpa nyeri.
b. Kekambuhan timbul dipicu oleh; datang haid, ketegangan,
minum alkohol.
Dampak:
- Nyeri syaraf.
- Menular kepada bayi waktu persalinan.
- Kematian bayi.
- Rentan terhadap HIV/AIDS.
Diagnosis Banding Infeksi Vagina
Kriteria Kandidiasis Vaginosis
Normal Trikomoniasis Helmintiasis Virus
Diagnostiik Vulvovagina Bakterialis
Rasa gatal dan
Keluhan Tanpa Rasa gatal, Rasa gatal, tidak Tanpa
panas pada Rasa gatal
gejala klien rasa gatal disuria nyaman rasa gatal
vagina
Purulen, seperti Keruh dan
Berwarna susu warna kental,
Putih, Seperti susu,
Sekret kuning atau kuning kekuningan,
jernih bergumpal keabuan kehijauan, kadang
berbusa berbusa
Bau amis,
Tidak
Bau amina Tidak ada busuk Bau amis, busuk
ada/bau asam Berbau
menyengat
B. Keganasan
- Gejala keputihan yang sukar untuk sembuh dengan
pengobatan biasa (antibiotik dan anti-jamur) yang telah
dilakukan oleh dokter, perlu dipikirkan akan
kemungkinan
penyebabnya adalah suatu keganasan (kanker) seperti
kanker leher rahim.

- Pada kanker, sel-sel alat kelamin tumbuh sangat cepat


secara abnormal dan mudah rusak, akibatnya terjadi
pembusukan dan perdarahan.
Gejala klinik:
- Cairan banyak berbau busuk,sering disertai darah tak segar.
- Ditemukan pada neoplasma jinak atau ganas.
- Sel tumbuh sangat cepat secara abnormal dan mudah rusak.
- Deteksi dini prakanker servik–> Paps smear.

C. Benda asing
Misalnya: kondom yang tertinggal didalam vagina.
Diagnosa keputihan
Diagnosa
1. Pap smear
Bahan pemeriksaan:
1.1 Sekret servikal (eksoservikal)
Mengapus seluruh permukaan portio serviks sekitar
orificium uteri externum (OUE).
Kegunaan:
 Menentukan penyebab infeksi serviks pada wanita yang
mengalami keputihan/leukorrhoea.
 Mendiagnosis dan deteksi dini lesi prakanker (displasia) dan
kanker serviks.
a. Cara pengambilan

1. Pasang spekulum steril tanpa memakai bahan pelicin.


2. Dengan ujung spatula ayre, apus sekret dari seluruh
permukaan portio serviks dengan sedikit tekanan tanpa
melukai. Gerakan searah jarum jam,diputar melingkar 360
derajat
3. Ulaskan sekret yang didapat pada kca objek secukupnya,
jangan terlalu tebal dan jangan terlalu tipis.
4. Fiksasi segera sediaan yang telah dibuat dengan cairan
fiksasi alkohol 95% atau hair spray.
5. Setelah difiksasi minimal 30 menit, sediaan siap dikirim ke
laboratorium sitologi.
1.2 Sekret endoservikal
Mengapus permukaan mukosa endoserviks dan daerah squamo-
columnar junction, dengan alat lidi kapas, ecouvillon rigide atau
cytobrush.
Kegunaan:
 Mendiagnosis dan deteksi dini lesi prakanker(displasia)
dan kanker serviks, dimana predileksi kanker sering
dijumpai didaerah squamo-columnar junction.
 Mendiagnosis penyakit infeksi yang terdapat didalam
endoserviks, terutama infeksi chlamydia yang sering
bersarang pada sel epitel endoserviks dan sel
metaplastik.
Cara pengambilan

1. Lekatkan sedikit kapas pada ujung alat ecouvillon rigide/jika


menggunakan cyto-brush tidak perlu tambahan kapas.
2. Masukkan ecouvillon rigide atau cyto-brush kedalam kanalis
endoservikal kedalam satu atau dua sentimeter dari
oroficium uteri eksternum.
3. Putar alat tersebut secara melingkar 3600 untuk mengapus
seluruh permukaan mukosa endoserviks dan daerah squamo-
columnar junction.
4. Ulaskan sekret yang didapat pada kca objek secukupnya,
jangan terlalu tebal dan jangan terlalu tipis.
5. Fiksasi segera sediaan yang telah dibuat dengan cairan
fiksasi alkohol 95% atau hair spray.
6. Setelah difiksasi minimal 30 menit, sediaan siap dikirim ke
laboratorium sitologi.
Pap Smear
Syarat pengambilan bahan pemeriksaan

1. Berasal dari portio serviks (sediaan servikal) dan mukosa


endoserviks (sediaan endoservikal).
2. Pengambilan apusan pap diluar masa haid yaitu sesudah hari
siklus haid ke-7 sampai dengan masa premenstruasi.
3. Jika mengalami perdarahan yang dicurigai karena kanker
serviks, sediaan diambil saat itu meskipun ada perdarahan.
4. Alat yang digunakan harus memenuhi syarat.
b. Pengiriman Bahan
a. Mengisi formulir pengiriman bahan dengan lengkap.
b. Sediaan dikirim harus dilakukan fiksasi kering dengan hair
spray/cytotrep/dryfix atau dalam keadaan basah dengan
difiksasi cairan alkohol 95% dan sediaan dikirim ke
laboratorium dalam botol berisi cairan fiksasi.
Fiksasi
Bertujuan untuk memfiksasi sediaan secepat mungkin pada
waktu sekret masih segar, jangan tunggu sampai kering karena
akan menyulitkan intepretasi sitologi tertutama sitologi
hormonal.

Jenis Fiksasi:
a. Fiksasi basah
 Sitologi alkohol 95%
b. Fiksasi kering
 Apusan hair spray/cytocrep/dry fix
c. Pembacaan hasil
a. Vaginitis gardnerella vaginalis
 Cukup banyak sel radang PMN.
 Biasanya tidak ditemukan doderlein.
 Dijumpai bakteri batang pendek (gardnerella vaginalis)
yang menutupi sebagian atau seluruh sitoplasma sel
apitel vagina.
 Batas sel kabur.
b. Servisitis gonorrhoe (GO)
 Dari pulasan gram dijumpai kuman diplococus
gram negatif .
c. Servitis Chlamydia trachomatis
 Sel yang terinfeksi menjadi besar, biasanya mengenai
sel gepeng atau sel metaplastik.
 Sitoplasma mengandung banyak vakuol dan serig
perinuklear.
 Sering dijumpai sel metaplastik bervakuolisasi.
 Vakuol mengandung satu atau lebih organisme yang
terlihat sebagai titik merah kecil.
 Organisme dapat berkembang atau membelah dalam
vakuol.
 Vakuol berkembang dalam satu sel, sel akhirnya
menunjukkan perubahan degenerasi dan lisis.
d. Infeksi Trikhomonas vaginalis
 Banyak sel leukosit PMN.
 Sel histiosit dengan latar belakang kotor.
 Mengandung banyal sel parabasal.
 Trikomonas berupa parasit berbentuk bulat lonjong
seperti buah peer, berwarna abu-abu, inti teletak
dibagian tengah, kadang mengandung granula
berwarna merah.
2. Usap vagina
• Pemeriksaan menggunakan sarung tangan steril, pada wanita
yang belum menikah diambil dengan kapas lidi steril dengan
cara mengoleskan bagian ujungnya pada introitus vagina.
• pada wanita yang sudah menikah kapas lidi steril
dimasukkan melalui introitus vagina ke dalam rongga
vagina dengan gerkan memutar, kapas lidi ditarik keluar.
• Dibuat sediaan apus pada kaca objek yang telah difiksasi,
dioleskan sekret vagina pada kaca objek dan tetesin dengan
larutan garam faal.
• Diamkan sampai mengering lalu diamati dengan mikroskop.
Pemeriksaan Kandidiasis vulvovaginalis
• Deteksi sel-sel ragi atau hifa dengan pewarnaan gram dari hapsan
vagina dan hapusan serviks papanicolau
• Hapusan vagina yang diambil diberi larutan KOH 10-20% dan dipulas
dengan pewarnaan Gram atau PA.
• Pemeriksaan langsung untuk melihat sel budding yang khas,
pseudohifa, atau hifa sejati.

PEMERIKSAAN TRIKOMONIASIS VAGINALIS


Pemeriksaan mikroskopis (pada wanita):
 Menggunakan speculum, bahan pemeriksaan diambil dengan mengerok
dinding forniks anterior dan posterior menggnakan lidi kapas
 Letakkan pada object glass yang telah diberi beberapa tetes garam
fisiologis
Pemeriksaan trikomoniasis vaginalis
Pemeriksaan mikroskopis (pada pria):
• Mengerok mukosa uretra dengan menggunakan loop platinum kecil
• Letakkan pada kaca benda dan dilakukan pemeriksaan sediaan basah
• Dapat juga dideteksi dalam sedimen urine

 Pewarnaan
 Pewarnaan Gram tidak dianjurkan karena gambaran sel PMN
dan parasit Trichomonas vaginalis tampak sama
 Pembiakan
 Serologi
 Polymerase cahin reaction (PCR)
Pemeriksaan vaginasis bakterial
Pemeriksaan Gonore pada Wanita

• Pewarnaan gram
• Kultur
• Tes nucleic acid amplification
• Tes lainnya sepertienzyme-linked immunoassay dan PCR.
Pemeriksaan Infeksi Chlamydia pada Wanita
 Kultur sel
 Merupakan gold standard test untuk mendeteksi
C. trachomatis selama beberapa tahun
 Sensitivitas sekitar 40 – 85 % pada specimen genital
• Tes deteksi antigen
– Menggunakan lipopolisakarida Chlamydia(LPS) atau major
outer membrane protein (MOMP), sebagai sarana untuk
mendeteksi badan elementer Chlamydia pada specimen
genital
• Teknik serologi
– Banyak digunakan untuk diagnosis LGV dan pneunomonia
pada neonatus.
Pemeriksaan sekret :
Cara pengambilan sekret :
1.pasien berbaring telentang dalam posisi litotomi.
2. Pemeriksa menggunakan sarung tangan steril untuk
mencegah penularan
3. Kedua labia majora dibuka dengan menggunakan ibu jari dan
telunjuk tangan kiri pemeriksa. Bila sekret vagina banyak keluar,
vulva dibersihkan dengan kapas steril.
4. Pada gadis atau wanita dengan hymen utuh, sekret vagina
diambil dengan lidi menggunakan kapas steril, dengan cara
mengoleskan bagian ujung lidi berkapas pada introitus vagina.
Pada wanita yang sudah menikah, kapas lidi steril dimasukkan
melalui introitus vagina, diusapkan ke dinding vagina dengan
gerakan memutar kemudian kapas lidi ditarik keluar hati-hati.
5. Masukkan dengan tabung berisi 0,5-1 ml larutan garam faal steril
dan dikirim.
Hasil pengambilan sekret :
Makroskopik :
1. Jernih, berlendir, banyak, tidak bau  ovulasi, hiperestrogen, stress
2. Susu, kental lengket, sangat banyak, bau servisitis, vagintis, G.
vaginalis
3. Coklat, seperti air, sangat banyak, lembab  vaginitis,
servisitis, neoplasma, pasca radiasi, stenosis serviks,
endometeritis
4. Abu-abu dengan garis darah, encer, sangat banyak, bau
busuk  ulkus vagina, neoplasma, sevisitis piogenik
(trauma pesarium)
5. Hasil pemeriksaan fisik & sediaan apus dua kali berturut
turut negatif  vulvovagintis psikosomatik
6. Benda asing dengan infeksi sekunder  toxic shock
syndrome (biasa karena tampon)
7. Merah muda, serosa,banyak, tidak bau  infeksi bakteri
nonspesifik, vagintisi atrofi
8. Putih, encer berbintik, banyak, bau apek, buang air kecil panas 
Candida albicans
9. Kuning kehijauan, berbusa, mera, sangat banyak, gatal, berbau
busuk, nyeri tekan di vulva  Trichomonas vaginalis
10.Kuning, kental, sangat banyak, panas, gatal, nyeri tekan, sakit saat
miksi, dapat abses/ menjalar endometrium  Neisseria
gonorrheae
11.Warna putih/purulen yang berbau, tidak gatal, perdarahan pasca
koitus, perdarahan spontan, bau busuk yang khas  neoplasma
(Ca Serviks)
Pap Smear:
Alat :
• Formulir konsultasi sitologi
• Spatula ayre yang dimodifikasi atau cytobrush
• Kaca benda yang pada satu sisinya telah diberikan tanda/label
• Spekulum cocor bebek kering
• Tabung berisi larutan fiksasi alkohol 95%

Cara pengambilan sediaan :


1. Tuliskan data klinis pasien yang lengkap pada lembar permintaan
konsultasi, meliputi umur, paritas, tanggal haid terakhir,
kontrasepsi, riwayat radiasi /kemoterapi, dan keadaan klinis
2. Pasang spekulum cocor bebek untuk menampilkan serviks
3. Spatula pada ujung pendek diusap 360o pada permukaan
serviks
4. Geserkan spatula pada kaca benda yang telah diberikan label
dengan pinsil gelas pada salah satu sisi kirinya sepanjang
setengah panjang gelas dan geserkan sekali saja agar tidak
terjadi kerusakan sel
5. Spatula ayre yang telah dimodifikasi dengan ujung yang
panjang agar bisa mencapai sambungan skuamokolumner
atau kapas lidi diusap 360o pada permukaan endoserviks,
kemudian digeserkan setengah bagian sisanya
6. Masukkan segera dalam larutan fiksasi, biasanya alkohol 95%.
Biarkan dalam larutan fiksasi minimal selama 30 menit
7. Keringkan di udara. Bila tempat pewarnaan jauh dari tempat
praktek, masukkan sediaan dalam amplop/pembungkus agar
tidak pecah
Interpretasi dan rekomendasi dari jawaban sitologi:
• Negatif  tidak ditemukan sel ganas. Ulangi pemeriksaan
sitologi dalam 1 tahun lagi
• Inkonklusif  sediaan tidak memuaskan. Bisa disebabkan fiksasi
tidak baik, tidak ditemukan sel endoserviks, gambaran sel radanf
yang padat menutupi sel
• Displasia  terdapat sel-sel diskariotik pada pemeriksaan
mikroskopik. Derajat ringan, sedang, sampai karsinoma insitu.
Diperlukan konfirmasi dengan kolonoskopi dan biopsi
• Positif  terdapat sel-sel ganas pada pemeriksaan mikroskopis
• HPV  pada infeksi virus ini, dapat ditemukan sediaan negatif
atau displasia. Dilakukan pemantauan ketat dengan konfirmasi
kolonoskoip dan ulangi pap smear
Pencegahan, pengobatan, prognosis
keputihan
Cara Pencegahan (Keputihan) :
 Bersihkan organ intim dengan pembersih yang tidak mengganggu kestabilan pH di sekitar
vagina.
 Hindari pemakaian bedak pada organ kewanitaan
 Selalu keringkan bagian vagina sebelum berpakaian.
 Gunakan celana dalam yang kering.
 Biasakan membasuh dengan cara yang benar tiap kali buang air yaitu dari arah depan ke
belakang
 Penggunaan cairan pembersih vagina sebaiknya tidak berlebihan karena dapat
mematikan flora normal vagina
 Gunakan celana dalam yang bahannya menyerap keringat, seperti katun. Celana dari
bahan satin atau bahan sintetik lain membuat suasana disekitar organ intim panas dan
lembab.
 Pakaian luar juga perlu diperhatikan. Celana jeans tidak dianjurkan karena pori-porinya
sangat rapat. Pilihlah seperti rok atau celana bahan non-jeans agar sirkulasi udara di
sekitar organ intim bergerak leluasa.
 Ketika haid, sering-seringlah berganti pembalut
Cara pencegahan (kanker) :
1.JAUHI ROKOK
Selain mengakibatkan penyakit pada paru-paru dan jantung, kandungan nikotin dalam rokok pun bisa
mengakibatkan kanker serviks (leher rahim). Nikotin, mempermudah semua selaput lendir sel-sel
tubuh bereaksi atau menjadi terangsang, baik pada mukosa tenggorokan, paru-paru, juga serviks.

2. PENCUCIAN VAGINA
Douching atau cuci vagina menyebabkan iritasi di serviks, iritasi berlebihan dan terlalu sering akan
merangsang terjadinya perubahan sel, yang akhirnya jadi kanker. Sebaiknya, pencucian vagina dengan
bahan-bahan kimia tak dilakukan secara rutin. Kecuali bila ada indikasi, misalnya, infeksi yang memang
memerlukan pencucian dengan zat-zat kimia.

3. MENABURI TALK / BEDAK


Pemakaian talk pada vagina wanita usia subur bisa memicu terjadi kanker ovarium (indung telur). Di
usia subur, sering terjadi ovulasi. Saat ovulasi terjadi perlukaan di ovarium, dikhawatirkan serbuk talk
terserap masuk kedalam. Lama kelamaan akan bertumpuk dan mengendap menjadi benda asing yang
bisa menyebabkan rangsangan sel menjadi kanker.

4. DIET RENDAH LEMAK


Wanita yang banyak mengkonsumsi lemak akan jauh lebih berisiko terkena kanker endometrium
(badan rahim). Sebab lemak memproduksi hormon estrogen. Sementara endometrium yang sering
terpapar hormon estrogen mudah berubah sifat menjadi kanker.
5. HUBUNGAN SEKS TERLALU DINI

Umumnya sel-sel mukosa baru matang setelah wanita tersebut berusia 20 tahun ke atas. Pada usia muda, sel-

sel mukosa pada serviks belum matang. Artinya, masih rentan terhadap rangsangan sehingga tak siap

menerima rangsangan dari luar. Termasuk zat-zat kimia yang dibawa sperma. Karena masih rentan, sel-sel

mukosa bisa berubah sifat menjadi kanker. Karena ada rangsangan, bisa saja sel yang tumbuh lebih banyak dari

sel yang mati, sehingga perubahannya tak seimbang lagi. Kelebihan sel ini akhirnya bisa berubah sifat menjadi

sel kanker.

6. BERGANTI-GANTI PASANGAN

Bisa juga kanker serviks muncul pada wanita yang berganti-ganti pasangan seks. Hal ini terkait dengan

kemungkinan tertularnya penyakit kelamin, salah satunya Human Papilloma Virus (HPV). Virus ini akan

mengubah sel-sel di permukaan mukosa hingga membelah menjadi lebih banyak.

7. PENGGUNAAN ESTROGEN

Namun, pemakaiannya sangat berisiko karena estrogen merangsang semakin menebalnya dinding

endometrium dan merangsang sel-sel endometrium sehingga berubah sifat menjadi kanker. Jadi, sebaiknya

penggunaan hormon estrogen harus atas pengawasan dokter agar sekaligus juga diberikan zat antinya,

sehingga tidak berkembang jadi kanker.


Cara pencegahan untuk infeksi virus :
• Pemberian vaksin
• Abstinent
• Membatasi dan menyeleksi pasangan seksual
• Memakai kondom saat melakukan hubungan seksual ( cara ini
tidak sepenuhnya sempurna )
TERAPI
• Fisiologis : tidak ada pengobatan khusus, penderita diberi penerangan
untuk menghilangkan kecemasannya.
• Patologi : Tergantung penyebabnya
• Berikut ini adalah pengobatan dari penyebab paling sering :
1. Candida albicans
• Topikal
• - Nistatin tablet vagina 2 x sehari selama 2 minggu
• - Klotrimazol 1% vaginal krim 1 x sehari selama 7 hari
• - Mikonazol nitrat 2% 1 x ssehari selama 7 – 14 hari
• Sistemik
• - Nistatin tablet 4 x 1 tablet selama 14 hari
• - Ketokonazol oral 2 x 200 mg selama 7 hari
• - Nimorazol 2 gram dosis tunggal
• - Ornidazol 1,5 gram dosis tunggal
• Pasangan seksual dibawa dalam pengobatan
2. Chlamidia trachomatis
 Metronidazole 600 mg/hari 4-7 hari (Illustrated of
textbook gynecology)
 Tetrasiklin 4 x 500mg selama 10-14 hari oral
 Eritromisin 4 x 500 mg oral selama 10-14 hari bila
 Minosiklin dosis 1200mg di lanjutkan 2 x 100 mg/hari
selama 14hari
 Doksisiklin 2 x 200 mg/hari selama 14 hari
 Kotrimoksazole sama dengan dosis minosiklin 2 x 2
tablet/hari selama 10 hari
3. Gardnerella vaginalis
• - Metronidazole 2 x 500 mg
• - Metronidazole 2 gram dosis tunggal
• - Ampisillin 4 x 500 mg oral sehari selama 7 hari
• - Pasangan seksual diikutkan dalam pengobatan
4. Neisseria gonorhoeae
 Penicillin prokain 4,8 juta unit im atau
 Amoksisiklin 3 gr im
 Ampisiillin 3,5 gram im atau
 Ditambah :
 Doksisiklin 2 x 100mg oral selama 7 hari atau
 Tetrasiklin 4 x 500 mg oral selama 7 hari
 Eritromisin 4 x 500 mg oral selama 7 hari
 Tiamfenikol 3,5 gram oral
 Kanamisin 2 gram im
 Ofloksasin 400 mg/oral
 Untuk Neisseria gonorhoeae penghasil Penisilinase
 Seftriaxon 250 mg im atau
 Spektinomisin 2 mg im atau
 Ciprofloksasin 500 mg oral
 Ditambah
 Doksisiklin 2 x 100 mg selama 7 hari atau
 Tetrasiklin 4 x 500 mg oral selama 7 hari
 Eritromisin 4 x 500 mg oral selama 7 hari
5. Virus herpes simpleks
• Belum ada obat yang dapat memberikan kesembuhan
secara tuntas
- Asiklovir krim dioleskan 4 x sehari
- Asiklovir 5 x 200 mg oral selama 5 hari
- Povidone iododine bisa digunakan untuk mencegah
timbulnya infeksi sekunder
6. Penyebab lain :
• Vulvovaginitis psikosomatik dengan pendekatan
psikologi. Desquamative inflammatory vaginitis diberikan
antibiotik, kortikosteroid dan estrogen.
Terapi non Medis
1. Beluntas ( daun ) 15. Kemuning ( daun )
2. Bunga Matahari ( akar ) 16. Majakan
3. Bunga Pukul Empat ( akar ) 17. Manggis ( kulit buah )
4. Cempaka Putih ( bunga ) 18. Masoyi ( kulit kayu )
5. Daun Dukuk ( daun ) 19. Nyamplung ( kulit kayu )
6. Delima Putih ( kulit buah ) 20. Pacar Kuku (seluruh bagian tanaman )
7. Harendong ( daun ) 21. Pegagan ( seluruh bagian tanaman )
8. Jaha ( akar atau biji ) 22. Picisan ( seluruh bagian tanaman )
9. Jali batu ( akar atau biji ) 23. Pulasari ( kulit kayu )
10. Jambu Bjiji ( daun ) 24. Pulutan ( akar )
11. Jengger Ayam ( bunga ) 25. Sirih ( daun )
12. Kara ( bunga ) 26. Sruni ( daun )
13. Kayu Rapat ( kayu ) 27. Tanjung ( kulit kayu )
14. Kembang Sepatu ( akar ) 28. Tapak Liman ( seluruh bagian tanaman )
29. Tembelekan ( akar )
Contoh Beberapa Manfaat

1.Daun Sirih (Piper betle L.)


Khasiat : antiradang, anti-infeksi dan menghilangkan gatal.
2.Sambiloto (Andrographis paniculata)
Khasiat : antiradang, menghilangkan bengkak, menghilangkan panas.
3.Kunyit (Curcuma longa L.)
Khasiat : antiradang, antibakteri
4.Kulit delima (Punica granatum)
Khasiat : sebagai astringent /pengelat (mengurangi sekresi cairan)
5.Rumput Mutiara (Hedyotis corymbosa)
Khasiat : berkhasiat antiradang, antikanker
6.Tumbuhan Leunca (Solanum nigrum L.)
Khasiat : antiradang, antikanker, menghilangkan bengkak, menghilangkan gatal,
peluruh kemih, menghilangkan panas.
7.Bunga Jengger Ayam (Celosia cristata)
Khasiat : antiradang, pengelat (astringent), peluruh kemih, menghilangkan keputihan.
Contoh Penggunaan

Penggunaan daun sirih untuk keputihan


Bahan: 7 - 10 lembar daun sirih.
Cara membuat: direbus dengan 2,5 liter air sampai mendidih.
Cara menggunakan: air rebusan daun sirih tersebut dalam
keadaan masih hangat dipakai untuk
membasuh/membersihkan seputar kemaluan secara
berulang-ulang.
Penggunaan daun sirih juga dapat untuk penyakit: sifilis,
mengurangi produk asi berlebih, sakit jantung, alergi/biduren,
diare, menghentikan pendarahan gusi, pendarahan hidung,
sakit gigi berlubang, bronkitis, batuk, sakit mata.
Kanker serviks (defenisi, patofisiologi, ciri-ciri,
derajat keganasan)
KANKER SERVIKS
• Keputihan yg tak kunjung membaik, beresiko menyebabkan
kanker serviks.
• Pada kanker, sel-sel alat kelamin tumbuh sangat cepat secara
abnormal dan mudah rusak, akibatnya terjadi pembusukan
dan perdarahan. Cairan banyak, bau busuk, sering disertai
darah tidak segar.
• Diagnosis diperoleh melalui pemeriksaan histopatologi
jaringan biopsi.
• Merupakan penyakit menular seksual.
• Faktor risiko yang berhubungan dengan kanker serviks :
– Aktivitas seksual pada usia yang sangat muda
– Berganti-ganti pasangan
– Penggunaan pil kontrasepsi
Stadium Keganasan Serviks
• Stadium 0  merupakan tumor ganas
intrasepithelium ( carcinoma in situ )
• Stadium I  jaringan tumor terbatas hanya pada
serviks  CIN 1
• Stadium II  sudah menyebuk ke jaringan
parametrium atau vagina, tetapi belum mencapai
dinding pelvis atau 1/3 bagian bawah vagina CIN 2
• Stadium III  sudah mencapai dinding pelvis atau
1/3 bagian bawah vagina CIN 3
• Stadium IV  infiltrasi ke kandung kemih atau
rektum atau penyebaran di luar pelvis.
CIN
• CIN I (termasuk
kondiloma) : atipia di
lapisan superfisial sel
(koilositosis) disertai
maturasi sel.
• CIN II : atipia terjadi di
lapisan superfisial dan
basal sel tetapi
maturasi sel menurun
• CIN III: Atipia di semua
lapisan sel dengan
sedikit atau tanpa
maturasi sel
Stadium Kanker Serviks Menurut FIGO 2000
Stadium 0 Karsinoma insitu, karsinoma intra epitel
Stadium I Karsinoma masih terbatas di serviks (penyebaran ke kropus uteri
diabaikan)
Stadium Ia Invasi kanker ke stroma hanya dapat dikenali secara mikroskopik,
lesi yg dapat dilihat scr langsung walau dgn invasi yg sangat
superfisial dikelompokkan sebagai stadium Ib. Kedalaman
invasi
ke stroma tidak lebih dari 5 mm dan lebarnya lesih tidak lebih
dari
7 mm
Stadium Ia1 Invasi ke stroma dengan kedalaman tidak lebih dari 3 mm dan
lebar 7 mm
Stadium Ia2 Invasi ke stroma dengan kedalaman lebih dari 3 mm tapi kurang
dari 5 mm dan lebar tidak lebih dari 7 mm
Stadium Ib Lesi terbatas di serviks atau secara mikroskopis lebih dari Ia.
Stadium Ib1 Besar lesi secara klinis tidak lebih dari 4 cm
Stadium Ib2 Besar lesi secara klinis lebih dari 4 cm
Stadium II Telah melibatkan vagina, tetapi belum sampai 1/3 bawah atau
infiltrasi ke parametrium belum mencapai dinding panggul
Stadium IIa Telah melibatkan vagina, tapi belum melibatkan parametrium
Stadium IIb Infiltrasi ke parametrium, tetapi belum mencapai dinding panggul
Stadium Kanker Serviks Menurut FIGO 2000
Stadium III Telah melibatkan 1/3 bawah vagina atau adanya perluasan
sampai dinding panggul. Kasus dengan hidroneprosis /
gangguan
fungsi ginjal dimasukkan dalam stadium ini, kecuali kelainan
ginjal dapat dibuktikan oleh sebab lain
Stadium IIIa Keterlibatan 1/3 bawah vagina dan infiltrasi parametrium belum
mencapai dinding panggul
Stadium IIIb Perluasan sampai dinding panggul / adanya hidroneprosis /
gangguan fungsi ginjal
Stadium IV Perluasan ke luar organ reproduktif
Stadium IVa Keterlibatan mukosa kandung kemih / mukosa rektum
Stadium IVb Metastase jauh / telah keluar dari rongga panggul

Anda mungkin juga menyukai