Anda di halaman 1dari 29

TINJAUAN PUSTAKA

1. Definisi
Fluor albus (white discharge, leukorea, keputihan) adalah bukanlah suatu penyakit
melainkan gejala berupa cairan yang dikeluarkan dari alat-alat genital yang berlebihan dan
bukan merupakan darah. Dalam kondisi normal, kelenjar pada serviks menghasilkan suatu
cairan jernih yang keluar, bercampur dengan bakteri, sel-sel vagina yang terlepas dan sekresi
dari kelenjar Bartolin. Selain itu sekret vagina juga disebabkan karena aktivitas bakteri yang
hidup pada vagina yang normal. Vagina merupakan organ berbentuk yang panjangnya
berkisar 8-10 cm, berdinding tipis dan elastis yang ditutupi epitel gepeng berlapis pada
permukaan dalamnya. Lapisan epitel vagina tidak mempunyai kelenjar dan folikel rambut,
dinding depan dan dinding belakang saling bersentuhan.
Pada wanita, sekret vagina ini merupakan suatu hal yang alami dari tubuh untuk
membersihkan diri, sebagai pelicin dan pertahanan dari berbagai infeksi. Dalam kondisi
normal, sekret vagina tersebut tampak jernih, putih keruh atau berwarna kekuningan ketika
mengering pada pakaian. Sekret ini non-irritan, tidak mengganggu, tidak terdapat darah, dan
memiliki pH 3,5-4,5. Flora normal vagina meliputi Corinebacterium, Bacteroides,
Peptostreptococcus, Gardnerella, Mobiluncuc, Mycoplasma dan Candida spp. Lingkungan
dengan pH asam memberikan fungsi perlindungan yang dihasilkan oleh Lactobacillus
Doderlin.
Fluor albus merupakan gejala yang paling sering dijumpai pada penderita
ginekologik. Dapat dibedakan antara fluor albus yang fisiologik dan yang patologik. Fluor
albus fisiologik terdiri atas cairan yang kadang-kadang berupa mukus yang mengandung
banyak epitel dengan leukosit yang jarang sedang pada fluor albus patologik terdapat banyak
leukosit.
Penyebab paling penting dari fluor albus patologik ialah infeksi. Disini cairan
mengandung banyak leukosit dan warnanya agak kekuning-kuningan sampai hijau, seringkali
lebih kental dan berbau. Radang vulva, vagina, serviks dan kavum uteri dapat menyebabkan
fluor albus patologik, pada adneksitis gejala tersebut dapat pula timbul. Fluor albus juga
ditemukan pada neoplasma jinak atau ganas, apabila tumor tersebut sebagian atau seluruhnya
memasuki lumen saluran alat-alat genital.

2. Epidemiologi
Sekret vagina sering tampak sebagai suatu gejala genital. Proporsi perempuan yang
mengalami fluor albus bervariasi antara 1 -15 % dan hampir seluruhnya memiliki aktifitas
seksual yang aktif, tetapi jika merupakan suatu gejala penyakit dapat terjadi pada semua
umur. Seringkali fluor albus merupakan indikasi suatu vaginitis, lebih jarang merupakan
indikasi dari servisitis tetapi kadang kedua-duanya muncul bersamaan.
Infeksi yang sering menyebabkan vaginitis adalah Trikomoniasis, Vaginosis bacterial,
dan Kandidiasis. Sering penyebab noninfeksi dari vaginitis meliputi atrofi vagina, alergi atau
iritasi bahan kimia. Servisitis sendiri disebabkan oleh Gonore dan Klamidia. Prevalensi dan
penyebab vaginitis masih belum pasti karena sering didiagnosis dan diobati sendiri. Selain itu
vaginitis seringkali asimptomatis dan dapat disebabkan lebih dari satu penyebab.

3. Etiologi
Fluor albus fisiologik pada perempuan normalnya hanya ditemukan pada daerah
porsio vagina. Sekret patologik biasanya terdapat pada dinding lateral dan anterior vagina.
Fluor albus fisiologik ditemukan pada :
a) Bayi baru lahir sampai umur kira-kira 10 hari: disini sebabnya ialah pengaruh
estrogen dari plasenta terhadap uterus dan vagina janin.
b) Janin saat menarche karena mulai terdapat pengaruh estrogen. Fluor albus disini
hilang sendiri akan tetapi dapat menimbulkan keresahan pada orang tuanya.
c) Wanita dewasa apabila dirangsang sebelum dan pada waktu koitus, disebabkan oleh
pengeluaran transudasi dari dinding vagina.
d) Ovulasi, dengan sekret dari kelenjar-kelenjar serviks uteri menjadi lebih encer.
e) Kehamilan
f) Stres, kelelahan
g) Pemakaian Kontrasepsi Hormonal
h) Pengeluaran sekret dari kelenjar serviks uteri juga bertambah pada wanita dengan
penyakit menahun, dan pada wanita dengan ektropion porsionis uteri.
Sedangkan fluor albus abnormal (patologik) disebabkan oleh:
1. Infeksi
a. Bakteri :
1. Gonococcus
Cairan yang keluar dari vagina pada infeksi ini yang lebih dikenal
dengan nama gonorrhea ini berwarna kekuningan yang sebetulnya merupakan
nanah yang terdiri dari sel darah putih yang mengandung Neisseria gonorrhea
berbentuk pasangan dua-dua seperti biji kopi pada sitoplasma sel. Gambaran
tersebut dapat terlihat pada pemeriksaan Pap Smear, tetapi biasanya bakteri ini
diketahui pada pemeriksaan sedian apus dengan pewarnaan Gram. Bakteri ini
mudah mati bila terkena sabun, alkohol, deterjen, dan sinar matahari. Cara
penularan penyakit ini adalah dengan senggama.
2. Chlamidia trachomatis
Bakteri ini sering menyebabkan penyakit mata yang dikenal dengan
penyakit traukoma. Bakteri ini juga dapat ditemukan pada cairan vagina dan
terlihat melalui mikroskop setelah diwarnai dengan pewarnaan Giemsa.
Bakteri ini membentuk suatu badan inklusi yang berada dalam sitoplasma sel-
sel vagina. Pada pemeriksaan Pap Smear sukar ditemukan adanya perubahan
sel akibat infeksi clamidia ini karena siklus hidupnya tidak mudah dilacak.
3. Gardanerrella vaginalis
Gardanerrella menyebabkan peradangan vagina yang tidak spesifik dan
kadang dianggap sebagai bagian dari mikroorganisme normal dalam vagina
karena seringnya ditemukan. Bakteri ini biasanya mengisi penuh sel epitel
vagina dengan membentuk bentukan khas dan disebut clue cell. Gardanerrella
menghasilkan asam amino yang diubah menjadi senyawa amin yang
menimbulkan bau amis seperti ikan. Cairan vagina tampak berwarna keabu-
abuan.
4. Treponema Pallidum
Bakteri ini merupakan penyebab penyakit sifillis. Pada perkembangan
penyakit dapat terlihat sebagai kutil-kutil kecil di vulva dan vagina yang
disebut kondiloma lata. Bakteri berbentuk spiral dan tampak bergerak aktif
pada pemeriksaan mikroskopis lapangan gelap.

b. Jamur
Candida albicans
Cairan yang dikeluarkan biasanya kental, berwarna putih susu seperti susu
pecah, dan sering disertai gatal, vagina tampak kemerahan akibat proses
peradangan. Dengan KOH 10% tampak sel ragi (blastospora) dan hifa semu.
Beberapa keadaan yang dapat merupakan tempat yang subur bagi pertumbuhan
jamur ini adalah kehamilan, diabetes mellitus, pemakai pil kontrasepsi. Pasangan
penderita juga biasanya akan menderita penyakit jamur ini. Keadaan yang saling
menularkan antara pasangan suami-istri disebut sebagai phenomena ping-pong.

c. Parasit
Trichomonas vaginalis
Parasit ini berbetuk lonjong dan mempuyai bulu getar dan dapat bergerak
berputar-putar dengan cepat. Gerakan ini dapat dipantau dengan mikroskop. Cara
penularan penyakit ini dengan senggama. Walaupun jarang dapat juga ditularkan
melalui perlengkapan mandi, seperti handuk atau bibir kloset. Cairan yang keluar
dari vagina biasanya banyak, berbuih menyerupai air sabun dan berbau. Fluor
albus oleh karena parasit ini tidak selalu gatal, tetapi vagina tampak kemerahan
dan timbul rasa nyeri bila ditekan atau perih saat berkemih. Pada pria sering tanpa
gejala sehingga mereka tidak menyadari dan menularkan pada istri atau
pasangannya.

d. Virus
1. Virus Herpes
Virus herpes yang paling sering adalah virus herpes simpleks tipe 2
yang juga merupakan penyakit yang ditularakan melalui senggama. Pada awal
infeksi tampak kelainan kulit seperti melepuh seperti terkena air panas yang
kemudian pecah dan meimbulkan lka seperti borok. Pasien merasa kesakitan.

2. Human Papilloma Virus


Human Papilloma Virus meruapakn penyebab dari kondiloma
akuminata. Kondiloma ditandai dengan tumbuhnya kutil-kutil yang kadang
sangat banyak dan dapat bersatu membentuk jengger ayam berukuran besar.
Cairan di vagina sering berbau tanpa rasa gatal. Penyakit ini ditularkan melalui
senggama dengan gambaran klinis menjadi lebih burukbila disertai gangguan
system imun tubuh seperti pada kehamilan, pemakain steroid yang lama
seperti pada pasien dengan gagal ginjal atau setelah transplantasi ginjal, serta
penderita HIV AIDS.

2. Iritasi :
a. Sperma, pelicin, kondom
b. Sabun cuci dan pelembut pakaian
c. Deodorant dan sabun
d. Cairan antiseptic untuk mandi.
e. Pembersih vagina.
f. Celana yang ketat dan tidak menyerap keringat
g. Kertas tisu toilet yang berwarna.

3. Tumor atau jaringan abnormal lain


Tumor atau kanker akan menyebabkan fluor albus patologis akibat gangguan
pertumbuhan sel normal yang berlebihan sehingga menyebabkan sel bertumbuh
sangat cepat secara abnormal dan mudah rusak, akibatnya terjadi pembusukan dan
perdarahan akibat pecahnya pembuluh darah yang bertambah untuk memberikan
makanan dan O2 pada sel tumor atau kanker tersebut.
Pada keadaan seperti ini akan terjadi pengeluaran cairan yang banyak dan
berbau busuk akibat terjadinya proses pembusukan tersebut dan sering kali disertai
adanya darah yang tidak segar.

4. Benda asing
Adanya benda asing seperti tertinggalnya kondom atau benda tertentu yang
dipakai sewaktu senggama, adanya cincin pesarium yang digunakan wanita dengan
prolapsus uteri dapat merangsang pengeluaran caian vagina secara berlebihan. Jika
rangsangan ini menimbulkan luka akan sangat mungkin terjadi infeksi penyerta dari
flora normal yang berada dalam vagina sehingga timbul FLUOR albus.
5. Radiasi
6. Fistula
7. Penyebab lain :
a. Psikologi : Volvovaginitis psikosomatik
b. Tidak diketahui : “ Desquamative inflammatory vaginitis”

2.4 Patogenesis
Meskipun banyak variasi warna, konsistensi, dan jumlah dari sekret vagina bisa
dikatakan suatu yang normal, tetapi perubahan itu selalu diinterpretasikan penderita sebagai
suatu infeksi, khususnya disebabkan oleh jamur. Beberapa perempuan pun mempunyai sekret
vagina yang banyak sekali. Dalam kondisi normal, cairan yang keluar dari vagina
mengandung sekret vagina, sel-sel vagina yang terlepas dan mucus serviks, yang akan
bervariasi karena umur, siklus menstruasi, kehamilan, penggunaan pil KB.
Lingkungan vagina yang normal ditandai adanya suatu hubungan yang dinamis antara
Lactobacillus acidophilus dengan flora endogen lain, estrogen, glikogen, pH vagina dan hasil
metabolit lain. Lactobacillus acidophilus menghasilkan endogen peroksida yang toksik
terhadap bakteri patogen. Karena aksi dari estrogen pada epitel vagina, produksi glikogen,
lactobacillus (Doderlein) dan produksi asam laktat yang menghasilkan pH vagina yang
rendah sampai 3,8-4,5 dan pada level ini dapat menghambat pertumbuhan bakteri lain.
Kandidiasis vaginalis merupakan infeksi vagina yang disebabkan oleh Candida sp.
terutama C. albicans. Infeksi Candida terjadi karena perubahan kondisi vagina. Sel ragi akan
berkompetisi dengan flora normal sehingga terjadi kandidiasis. Hal-hal yang mempermudah
pertumbuhan ragi adalah penggunaan antibiotik yang berspektrum luas, penggunaan
kontrasepsi, kadar estrogen yang tinggi, kehamilan, diabetes yang tidak terkontrol, pemakaian
pakaian ketat, pasangan seksual baru dan frekuensi seksual yang tinggi.
Perubahan lingkungan vagina seperti peningkatan produksi glikogen saat kehamilan
atau peningkatan hormon esterogen dan progesterone karena kontrasepsi oral menyebabkan
perlekatan Candida albicans pada sel epitel vagina dan merupakan media bagi prtumbuhan
jamur. Candida albicans berkembang dengan baik pada lingkungan pH 5-6,5. Perubahan ini
bisa asimtomatis atau sampai sampai menimbulkan gejala infeksi. Penggunaan obat
immunosupresan juga menajdi faktor predisposisi kandidiasis vaginalis.
Pada penderita dengan Trikomoniasis, perubahan kadar estrogen dan progesterone
menyebabkan peningkatan pH vagina dan kadar glikogen sehingga berpotensi bagi
pertumbuhan dan virulensi dari Trichomonas vaginalis.
Vaginitis sering disebabkan karena flora normal vagina berubah karena pengaruh
bakteri patogen atau adanya perubahan dari lingkungan vagina sehingga bakteri patogen itu
mengalami proliferasi. Antibiotik kontrasepsi, hubungan seksual, stres dan hormon dapat
merubah lingkungan vagina tersebut dan memacu pertumbuhan bakteri patogen.
Pada vaginosis bacterial, diyakini bahwa faktor-faktor itu dapat menurunkan jumlah
hidrogen peroksida yang dihasilkan oleh Lactobacillus acidophilus sehingga terjadi
perubahan pH dan memacu pertumbuhan Gardnerella vaginalis, Mycoplasma hominis dan
Mobiluncus yang normalnya dapat dihambat. Organisme ini menghasilkan produk metabolit
misalnya amin, yang menaikkan pH vagina dan menyebabkan pelepasan sel-sel vagina. Amin
juga merupakan penyebab timbulnya bau pada FLUOR albus pada vaginosis bacterial.
Fluor albus mungkin juga didapati pada perempuan yang menderita tuberculosis,
anemia, menstruasi, infestasi cacing yang berulang, juga pada perempuan dengan keadaan
umum yang jelek, higiene yang buruk dan pada perempuan yang sering menggunakan
pembersih vagina, disinfektan yang kuat.

2.5 Gejala Klinis


Segala perubahan yang menyangkut warna dan jumlah dari sekret vagina merupakan
suatu tanda infeksi vagina. Infeksi vagina adalah sesuatu yang sering kali muncul dan
sebagian besar perempuan pernah mengalaminya dan akan memberikan beberapa gejala fluor
albus:
- Keputihan yang disertai rasa gatal, ruam kulit dan nyeri.
- Sekret vagina yang bertambah banyak
- Rasa panas saat kencing
- Sekret vagina berwarna putih dan menggumpal
- Berwarna putih kerabu-abuan atau kuning dengan bau yang menusuk

Pada infeksi karena Gonokokus, kelainan dapat ditemui adalah orifisium uretra
eksternum merah, edema, dan sekret yang mukopurulen, labia mayora dapat bengkak, merah
dan nyeri tekan. Kadang-kadang kelenjar bartholini ikut meradang dan terasa nyeri waktu
berjalan atau duduk. Pada pemeriksaan melalui spekulum terlihat serviks merah dengan erosi
dan sekret mukopurulen.

Gambar Klinis : Gonokukos

Pada Trikomonas Vaginalis (Trikomoniasis) dinding vagina tampak merah dan


sembab. Kadang terbentuk abses kecil pada dinding vagina dan serviks yang tampak sebagai
granulasi berwarna merah dan dikenal sebagai Strawberry appreance. Bila sekret banyak
dikeluarkan dapat menimbulkan iritasi pada lipat paha atau sekitar genitalia eksterna. Sekret
vagina biasanya sangat banyak, berwarna kuning kehijauan, dan berbusa/berbuih.
Gambar Klinis : TRIKOMONIASIS/Vaginitis Trikomonal

Pada Gardnerella vaginalis memberikan gambaran vulva dan vagina yang hiperemis,
sekret yang melekat pada dinding vagina dan terlihat sebagai lapisan tipis atau berkilau. Pada
pemeriksaan serviks dapat ditemukan erosi yang disertai lendir bercampur darah yang keluar
dari ostium uteri internum.

Gambar Klinis: Gardnerella Vaginalis

Vaginosis bacterial: Sekret vagina yang keruh, encer, putih abu-abu hingga kekuning-
kuningan dengan bau busuk atau amis. Bau semakin bertambah setelah hubungan seksual.
Gambar Klinis : Vaginosis bacterial
Pada Kandidiasis Vagina dapat ditemukan peradangan pada vulva dan vagina, gatal
dari sedang hingga berat dan rasa terbakar kemerahan dan bengkak. Pada dinding vagina
sering terdapat membran-membran kecil berwarna putih yang jika diangkat meninggalkan
bekas yang agak berdarah. Sekret vagina menggumpal putih kental.

Gambaran Klinis: Kandidiasis Vaginalis

Pada herpes genitalis akan tampak adanya vesikel-vesikel pada vulva, labia mayor,
labia minora, vagina dan serviks. Pada keadaan lebih lanjut dapat dilihat adanya ulkus-ulkus
pada vagina dan serviks.

Gambar Klinis : Herpes Genitalis

Pada infeksi klamidia biasanya tidak bergejala. Sekret vagina yang berwarna kuning
seperti pus. Sering kencing dan terdapat perdarahan vagina yang abnormal.
Gambaran Klinis: Infeksi Klamidia

Pada kanker serviks awal akan terlihat bercak berwarna kemerahan dengan
permukaan yang tidak licin. Gambaran ini dapat berkembang menjadi granuler, berbenjol-
benjol dan ulseratif disertai adanya jaringan nekrotik. Disamping itu tampak sekret yang
kental berwarna coklat dan berbau busuk.

Gambaran Klinis: Kanker Cervix

2.6 Diagnosis
Diagnosis fluor albus ditegakkan berdasarkan Anamnesa, gambaran klinis dan
pemeriksaan penunjang.
- Anamnesis
Dalam anmnesis yang harus diperhatikan adalah:
a. Usia
Harus dipikirkan kaitannya dengan pengaruh estrogen. Bayi wanita atau
wanita dewasa, fluor albus yang terjadi mungkin karena kadar estrogen yang tinggi
dan merupakan fluor albus yang fisiologis. Wanita dalam usia reproduksi harus
dipikirkan kemungkinan suatu penyakit hubungan seksual (PHS) dan penyakit infeksi
lainnya. Pada wanita yang usianya lebih tua harus dipikirkan kemungkinan terjadinya
keganasan terutama kanker serviks.
b. Metode kontrasepsi yang dipakai
Pada penggunaan kontrasepsi hormonal dapat meningkatkan sekresi kelenjar
serviks. Keadaan ini dapat diperberat dengan adanya infeksi jamur. Pemakaian IUD
juga dapat menyebabkan infeksi atau iritasi pada serviks menjadi meningkat.
c. Kontak seksual
Untuk mengantipasi fluor albus akibat PHS seperti Gonorea, Kondiloma
Akuminata, Herpes Genitalis dan sebagainya. Hal yang perlu ditanyakan kontak
seksual terakhir dan dengan siapa melakukan.
d. Perilaku
Pasien yang tinggal di asrama atau bersama teman-temannya kemungknan
tertular penyakit infeksi yang menyebabkan terjadinya fluor albus cukup besar.
Contoh: kebiasan yang kurang baik tukar menukar alat mandi atau handuk.
e. Sifat fluor albus
Hal yang harus ditanya adalah jumlah, bau, warna, dan konsistensinya,
keruh/jernih, ada/tidaknya darah, frekuensinya dan sudah berapa lama kejadian
tersebut berlangsung. Hal ini perlu ditanyakan secara detail karena dengan
mengetahui hal-hal tersebut dapat diperkirakan kemungkinan etiologinya.
f. Hamil atau menstruasi
Menanyakan kepada pasien kemungkinan hamil atau menstruasi, karena pada
keadaan ini fluor albus yang terjadi adalah fisiologis.
g. Masa inkubasi
Bila fluor albus timbulnya akut dapat diduga akibat infeksi atau pengaruh
rangsangan fisik
h. Penyakit yang diderita
i. Penggunaan obat antibiotik atau kortikosteroid.

- Pemeriksaan Fisis dan Genital


Pemeriksaan fisik secara umum harus dilakukan untuk mendeteksi adanya
kemungkinan penyakit kronis, gagal ginjal, ISK, dan infeksi lainnya yang mungkin
berkaitan dengan fluor albus.
Pemeriksaan khusus yang juga harus dilakukan adalah pemeriksaan genetalia yaitu
meliputi:
 Inspeksi dan palpasi genitalia eksterna
 Pemeriksaan spekulum untuk melihat vagina dan serviks
 Pemeriksaan pelvis bimanual
Untuk menilai cairan dinding vagina, hindari kontaminasi dengan lender vagina.
Dan dapat disesuaikan dari gambaran klinis sehingga dapat diketahui kemungkinan
penyebabnya.

- Pemeriksaan Laboratorium
Beberapa pemeriksaan laboratorium yang dapat dilakukan adalah:
a. Pengukuran pH
Penentuan pH dengan kertas indicator (N: 3.0-4.5)
Hasil pengukuran pH cairan vagina
- Pada pH vagina 6.8-8.5 sering disebabkan oleh Gonokokus
- Pada pH vagina 5.0-6.5 sering disebabkan oleh Gardanerrella vaginalis
- Pada pH vagina 4.0-6.8 sering disebabkan candida albican
- Pada pH vagina 4,0-7.5 sering disebabkan oleh trichomoniasis tetapi tidak cukup
spesifik.
b. Penilaian sedian basah
Penilaian diambil untuk pemeriksaan sedian basah dengan KOH 10% dan garam
fisiologis (NaCl 0.9%). Cairan dapat diperiksa dengan melarutkan sampel dengan 2
tetes larutan NaCl 0,9% diatas objek glass dan sampel kedua di larutkan dalam KOH
10%. Penutup objek glass ditutup dan diperiksa dibawah mikroskop.
- Trikomonas vaginalis akan terlihat jelas dengan NaCl 0.9% sebagai parasit
berbentuk lonjong dengan flagelanya dan gerakannya yang cepat.
- Candida albicans akan terlihat jelas degan KOH 10% tampak sel ragi
(blastospora) atau hifa semu.
- Vaginitis non spesifik yang disebabkan oleh Gardnerella vaginalis pada sediaan
dapat ditemukan beberapa kelompok basil, lekosit yang tidak seberapa banyak dan
banyak sel-sel epitel yang sebagian besar permukannya berbintik-bintik. Sel-sel
ini disebut clue cell yan merupakan ciri khas infeksi Gardnerella vaginalis.
c. Perwarnaan Gram
- Neisseria Gonorhoea memberikan gambaran adanya gonokokus intra dan ekstra
seluler.
- Gardnerella vaginalis memberikan gambaran batang-batang berukuran kecil gram
negative yang tidak dapat dihitung jumlahnya dan banyak sel epitel dengan
kokobasil, tanpa ditemukan laktobasil.
d. Kultur
Dengan kultur akan dapat ditemukan kuman penyebab secara pasti, tetapi
seringkali kuman tidak tumbuh sehingga harus hati-hati dalam penafsiran.
e. Pemeriksaan serologis
Pemeriksaan ini dapat digunakan untuk mendeteksi Herpes Genitalis dan Human
Papiloma Virus dengan pemeriksaan ELISA.
f. Tes Pap Smear
Pemeriksaan ini ditujukan untuk mendeteksi adanya keganasan pada serviks,
infeksi Human Papiloma Virus, peradangan, sitologi hormonal, dan evaluasi hasil
terapi.

Secara klinik, untuk menegakkan diagnosis vaginosis bakterial harus ada tiga dari
empat kriteria sebagai berikut, yaitu:
(1) Adanya sel clue pada pemeriksaan mikroskopik sediaan basah,
(2) Adanya bau amis setelah penetesan KOH 10% pada cairan vagina,
(3) duh yang homogen, kental, tipis, dan berwarna seperti susu,
(4) pH vagina lebih dari 4.5 dengan menggunakan nitrazine paper.
2.7 Penatalaksanaan
Preventif
Pencegahan ini juga bisa dengan berbagai cara sepeti memakai alat pelindung,
pemakaian obat atau cara profilaksis atau melakukan pemeriksaan secara dini.
1) Alat pelindung
Memakai alat pelindung terhadap kemungkinan tertularnya PHS dapat dilakukan
dengan menggunakan kondom. Kondom cukup efektif mencegah terjadinya penularan
PHS termasuk AIDS.
2) Pemakaian obat atau cara profilaksis
Pemakaian antiseptik cair untuk membersihkan vagina pada hubungan yang
dicurigai menularkan penyakit kelamin relative tidak ada jika tidak disertai dengan
pengobatan terhadap microorganism penyebab penyakitnya. Pemakaian obat antibiotik
dengan dosis profilaksis atau dosis yang tidak tepat juga merugikan karena selain
kuman tidak terbunuh juga terdapat kemungkinan kebal terhadap obat jenis tersebut.
Pemakaian obat yang mengandung estriol baik krem maupun obat minum bermanfaat
pada pasien menaupose dengan gejala yang berat.
3) Pemeriksaan secara dini
Kanker serviks dapat dicegah secara dini dengan melakukan Pap smear secara
berkala. Dengan pemeriksaan Pap smear dapat diamati adanya perubahan sel-sel
normal menjadi kanker yang terjadi berangsur-angsur, bukan secara mendadak. Kanker
leher rahim memberikan gejala keputihan berupa sekret encer, berwarna merah muda,
coklat mengandung darah atau hitam serta berbau busuk.

Selain itu, dianjurkan untuk selalu menjaga kebersihan daerah intim sebagai
tindakan mencegah berulangnya keputihan yaitu dengan:
1. Pola hidup sehat yaitu diet yang seimbang, olah raga rutin, istirahat cukup, hindari
rokok dan alkohol serta hindari stres berkepanjangan.
2. Setia kepada pasangan.
3. Selalu menjaga kebersihan daerah pribadi dengan menjaganya agar tetap kering dan
tidak lembab misalnya dengan menggunakan celana dengan bahan yang menyerap
keringat, hindari pemakaian celana terlalu ketat. Biasakan untuk mengganti pembalut,
pantyliner pada waktunya untuk mencegah bakteri berkembang biak.
4. Biasakan membasuh dengan cara yang benar tiap kali buang air yaitu dari arah depan
ke belakang.
5. Penggunaan cairan pembersih vagina sebaiknya tidak berlebihan karena dapat
mematikan flora normal vagina. Jika perlu, lakukan konsultasi medis dahulu sebelum
menggunakan cairan pembersih vagina.
6. Hindari penggunaan bedak talkum, tissue atau sabun dengan pewangi pada daerah
vagina karena dapat menyebabkan iritasi.
7. Hindari pemakaian barang-barang yang memudahkan penularan seperti meminjam
perlengkapan mandi dsb. Sedapat mungkin tidak duduk di atas kloset di WC umum
atau biasakan mengelap dudukan kloset sebelum menggunakannya.
5. Kuratif
Fisiologis: Tidak ada pengobatan khusus, penderita diberi penerangan untuk
menghilangkan kecemasannya.
ASUHAN KEBIDANAN KOMUNITAS
PADA KELUARGA TN.MF DENGAN MASALAH UTAMA
FLOUR ALBUS PADA NY.S
I. PENGKAJIAN
A. Data Umum
1. Kepala keluarga ( KK ) : Tn. MF
2. Alamat : Jl. RE Martadinata RT.12 No.46
3. Pekerjaan KK : Karyawan Swasta
4. Pendidikan KK : SMA
5. Komposisi keluarga :
No Nama Jenis Hub Umur Pendi Status Imunisasi Ket
Sex Kel dikan BCG Polio DPT Hepatitis Campak
KK 1 2 3 1 2 3 1 2 3
1 Ny.S L Istri 40 th SMA - - - - - - - - - - - lengkap
2 An. B P Anak 21 th SMA - - - - - - - - - - - lengkap
3 An. I P Anak 16 th SMP - - - - - - - - - - - lengkap
4 An. F L Anak 10 th SD - - - - - - - - - - - lengkap
5 An. T P Anak 3 th - - - - - - - - - - - - lengkap

Genogram :

6. Tipe keluarga : Nuclear Family


7. Suku / bangsa : Jawa , Indonesia
8. Agama : Islam
9. Status sosial ekonomi keluarga : keluarga aktif dalam kegiatan dimasyarakat :
Gotong-royong, Arisan RT, Takziah.
10. Aktifitas rekreasi keluarga : Tn. MF dan keluarga mengatakan tiap 1 bulan
sekali diajak anak anaknya untuk berwisata ke pantai maupun ke taman wisata lainnya.
Tetapi sejak pandemic keluarga Tn. MF jarang berekreaksi

B. Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga


1. Tahap perkembangan keluarga saat ini.
Tn. MF dan keluarga adalah keluarga dengan tahap anak usia sekolah dan remaja
2. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi.
Tidak ada.
3. Riwayat kesehatan inti.
Ny. S mengeluh sering keputihan gatal dan berwarna kekuningan
4. Riwayat kesehatan keluarga sebelumnya.
Tn. MF mengatakan tidak ada masalah Kesehatan serius.

C. Data Lingkungan
1. Karakteristik rumah
Tn. MF mengatakan rumah yang ditinggali adalah rumah milik sendiri.
2. Karakteristik tetangga dan komunitasnya.
Tn. MF mengatakan lingkungan sekitar tempat tinggalnya penduduknya berekonomi
menengah sedang.
3. Mobilitas geografis keluarga.
Tn. MF mengatakan rumah yang ditinggali adalah rumah milik sendiri.
4. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat.
Tn. MF mengatakan saat libur keluarga sering datang berkunjung, saling tegur sapa
mengobrol diwaktu senggang ataupun luang.
5. Sistem pendukung.
Keluarganya mempunyai jaminan kesehatan yaitu BPJS.
D. Struktur Keluarga
1. Struktur peran
Tn. MF mengatakan Tn. MF sebagai kepala rumah tangga dan Ny. S sebagai ibu rumah
tangga berperan mengurus keluarga baik rumah maupun makanannya.
2. Nilai atau norma keluarga
Keluarga Tn. MF mengatakan keluarga Tn. MF beragama islam, sering ikut pengajian
dan beribadah di masjid.
3. Pola komunikasi keluarga
Pola komunikasi keluarga Tn.MF mengatakan keluarga Tn. MF sehari-hari menggunakan
bahasa indonesia dan berlaku sopan santun dalam keluarga.
4. Struktur kekuatan keluarga
Tn.MF mengatakan komunikasi yang digunakan bersifat terbuka selalu diikuti dengan
anggota keluraga yang lain.

E. Fungsi Keluarga
1. Fungsi ekonomi
Tn. MF mengatakan bekerja di perusahaan swasta . dan Ny.S sebagai Ibu Rumah
Tangga
2. Fungsi pendidikan
Tn. MF sebagai kepala keluarga berharap agar nanti anak-anaknya menempuh

Pendidikan yang tinggi nantinya

3. Fungsi sosialisasi
Keluarga Tn.MF bersosialisasi dengan tentangga, Ny. S juga mengikuti kegiatan
PKK di RT tempat tinggalnya
4. Fungsi pemenuhan ( perawatan/ pemeliharaan ) kesehatan :
a. Mengenal masalah kesehatan
b. Mengambil keputusan mengenai tindakan kesehatan
c. Kemampuan merawat anggota keluarga yang sakit
d. Kemampuan keluarga memelihara / memodifikasi lingkungan rumah yang
sehat
e. Kemampuan menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan
5. Fungsi religius
Tn. MF dan Keluarga beribadah ke masjid

6. Fungsi rekreasi
Tn. E dan keluarga berekreasi bersama keluarga 1 bulan sekali
7. Fungsi reproduksi
Tn. MF dan Ny. S mengunakan KB, yaitu dengan menggunakan KB IUD
8. Fungsi afektif
Tn. MF mengatakan mendukung Anak-anaknya jika bersosialisasi dengan teman
sebayanya, dan Tn. MF sering mengajak anak-anaknya beribadah ke masjid. .

F. Stres dan Koping Keluarga


1. Stressor jangka panjang dan jangka pendek
Jangka Panjang : Keluarga memikirkan tentang Biaya Pendidikan anak-anak
Jangka Pendek : Keluarga memikirkan tentang kebutuhan sehari-hari
2. Kemampuan keluarga berespon terhadap stressor
Jangka Pendek :Suami berkerja setiap hari untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari
Jangka Panjang : Keluarga Tn.MF selalu menabung setiap bulannya untuk tabungan atau
jika ada keperluan mendesak.
3. Strategi koping yang digunakan
Tn. MF dan Ny. S mengatakan jika ada masalah dalam keluarga selalu didiskusikan
bersama.
4. Strategi adaptasi disfungsional
Tn. MF dan Keluarga jika sakit segera memeriksakan diri ke puskesmas
G. Pemeriksaan Kesehatan Tiap Individu Anggota Keluarga
a. Nama : Tn. MF
1) KU : Baik, Kes : Composmentis, BB : 70 kg
2) TTV : TD 120/80 mmHg, N: 88 x/I, R: 24 x/I, T: 36,6 OC
3) Kepala : Tampak bersih dan kontriksi rambut kuat
4) Wajah : Tidak oedema
5) Mata : Tidak anemis, tidak ikterik dan tidak oedema
6) Hidung : Bersih, tidak ada polip dan simetris
7) Telinga : Bersih, tidak ada pengeluaran dan simetris
8) Mulut & gigi : Bersih, lembab, lengkap dan tidak ada cariess dentiss
9) Leher : Tidak ada peradangan dan tidak ada pembesaran
10) Ketiak : Tidak ada peradangan dan massa yang abnormal
11) Dada : Tidak ada pembesaran
12) Perut : Tidak dilakukan pemeriksaan
13) Punggung : Simetris
14) Genetalia : Tidak dilakukan pemeriksaan
15) Ekstermitas : tidak ada sianosis
16) Postur Tubuh : Tegak

b. Nama : Ny. S
1) KU : Baik, Kes: Composmentis, BB: 62 Kg
2) TTV : TD: 110/70 mmHg, N: 80 x/I, R: 20 x/i, T: 36 OC
3) Kepala :Tampak bersih dan kontriksi rambut kuat
4) Wajah : Tidak oedema
5) Mata : Tidak anemis, tidak ikterik dan tidak oedema
6) Hidung : Bersih, tidak ada polip dan simetris
7) Telinga : Bersih, tidak ada pengeluaran dan simetris
8) Mulut & gigi : Bersih, lembab, lengkap dan tidak ada cariess dentiss
9) Leher : Tidak ada peradangan dan tidak ada pembesaran
10) Ketiak : Tidak ada peradangan dan massa yang abnormal
11) Dada : Tidak ada pembesaran
12) Perut : Tidak dilakukan pemeriksaan
13) Punggung : Simetris
14) Genetalia : Tidak dilakukan pemeriksaan
15) Ekstermitas : Reflek patella kanan dan kiri positif
16) Postur Tubuh : Tegak

c. Nama : An. B
(1) KU: Baik, Kes : Composmentis, BB: 48 kg
(2) TTV : TD 100/70mmhg N 80 x/i R 28 x/i T 36 OC
(3) Kepala : Tampak bersih dan kontriksi rambut kuat
(4) Wajah : Tidak oedema dan tidak anemis
(5) Mata : Tidak anemis, tidak ikterik dan tidak oedema, mata minus
(6) Hidung : Bersih, tidak ada polip dan simetris
(7) Telinga : Bersih, tidak ada pengeluaran dan simetris
(8) Mulut & gigi : Bersih, lembab, dan belum tumbuh gigi
(9) Leher : Tidak ada peradangan dan tidak ada pembesaran
(10) Ketiak : Tidak ada peradangan dan massa yang abnormal
(11) Dada : tidak ada pembesaran
(12) Perut : Tidak ada bekas luka operasi dan tidak ada pembesaran
(13) Punggung : Simetris
(14) Genetalia : tidak dilakukan pemeriksaan
(15) Ekstermitas : Tidak dilakukan pemeriksaan
(16) Postur Tubuh: Tegak

d. Nama : An. I
(1) Kepala : Tampak bersih dan kontriksi rambut kuat
(2) Wajah : Tidak oedema dan tidak anemis
(3) Mata : Tidak anemis, tidak ikterik dan tidak oedema, mata
minus
(4) Hidung : Bersih, tidak ada polip dan simetris
(5) Telinga : Bersih, tidak ada pengeluaran dan simetris
(6) Mulut & gigi : Bersih, lembab, dan belum tumbuh gigi
(7) Leher : Tidak ada peradangan dan tidak ada pembesaran
(8) Ketiak : Tidak ada peradangan dan massa yang abnormal
(9) Dada : tidak ada pembesaran
(10) Perut : Tidak ada bekas luka operasi dan tidak ada
pembesaran
(11) Punggung : tidak ada kelainan
(12) Genetalia : tidak dilakukan pemeriksaan
(13) Ekstermitas : Tidak dilakukan pemeriksaan
(14) Postur Tubuh : -
(15) KU : Baik, Kes: Composmentis, BB: 43 kg
(16) TTV : TD: 100/70 mmhg N: 78 R: 24x/ mnt T 36

e. Nama : An. F

(1) Kepala : Tampak bersih dan kontriksi rambut kuat


(2) Wajah : Tidak oedema dan tidak anemis
(3) Mata : Tidak anemis, tidak ikterik dan tidak oedema, mata
minus
(4) Hidung : Bersih, tidak ada polip dan simetris
(5) Telinga : Bersih, tidak ada pengeluaran dan simetris
(6) Mulut & gigi : Bersih, lembab, dan belum tumbuh gigi
(7) Leher : Tidak ada peradangan dan tidak ada pembesaran
(8) Ketiak : Tidak ada peradangan dan massa yang abnormal
(9) Dada : tidak ada pembesaran
(10) Perut : Tidak ada bekas luka operasi dan tidak ada
pembesaran
(11) Punggung : Simetris
(12) Genetalia : tidak dilakukan pemeriksaan
(13) Ekstermitas : Tidak ada sianosis
(14) Postur Tubuh : Tegap
(15) KU: Baik, Kes: Composmentis, BB: 37kg
(15) TTV: T : 36,8 C N : 127 x/mnt RR : 36 x/mnt

An. T ; KU : Baik Kes CM, N : 80 R: 24 x/ mnt t: 36 BB: 25 kg


e. Nama : An. T
(17) Kepala : Tampak bersih dan kontriksi rambut kuat
(18) Wajah : Tidak oedema dan tidak anemis
(19) Mata : Tidak anemis, tidak ikterik dan tidak oedema, mata
minus
(20) Hidung : Bersih, tidak ada polip dan simetris
(21) Telinga : Bersih, tidak ada pengeluaran dan simetris
(22) Mulut & gigi : Bersih, lembab, dan belum tumbuh gigi
(23) Leher : Tidak ada peradangan dan tidak ada pembesaran
(24) Ketiak : Tidak ada peradangan dan massa yang abnormal
(25) Dada : tidak ada pembesaran
(26) Perut : Tidak ada bekas luka operasi dan tidak ada
pembesaran
(27) Punggung : Simetris
(28) Genetalia : tidak dilakukan pemeriksaan
(29) Ekstermitas : Tidak dilakukan pemeriksaan
(30) Postur Tubuh : Tegap
(31) TTV : T : 36,8 C N : 127 x/mnt RR : 36 x/mnt
(32) KU : baik, Kes: composmentis BB: 20kg

H. Pengkajian individu yang dibina / berisiko ( kasus KIA & Gynekologi )


Data Subjektif
Ny. S mengatakan sering mengalami keputihan yang gatal dan berwarna kekuningan

Data Objektif
Ny. S : Ku : Baik Kes : CM Td 110/70 mmHg N 80 x/i R 20 x/i T 36 OC
Genetalia : Terdapat sekret yang keluar dari vagina ( fluor albus) berwarna
kekuningan,konsistensi kental dan berbau, tidak ada pembesaran kelenjar bartholini
dan kelenjar skene, tidak terdapat Condyloma Acuminata

I. Harapan Keluarga
Harapan yang diinginkan keluarga
Tn. MF dan Ny. S mengatakan ingin sehat, dan anak-anak dapat tumbuh berkembang dengan
baik, serta dapat menempuh Pendidikan yang tinggi
Harapan yang diinginkan petugas kesehatan
Tn. MF dan Ny. S mengatakan puas terhadap pelayanan yang diterima petugas kesehatan.

II. INTERPRETASI DATA


A. Analisa
NO DATA DIAGNOSA MASALAH DIAGNOSA MASALAH
POTENSIAL POTENSIAL
1 S : Ny. S Flour Albus Kurangnya Ca serviks Infeksi Genetalia
mengatakan sering pengetahuan
keputihan gatal Ny. S tentang
dan berwarna Kesehatan
kekuningan Reproduksi
Dan Ny. S tidak
mengetahui
tentang dampak
keputihan yang
berlebihan

OBJEKTIF :
Terdapat sekret
yang keluar dari
vagina ( fluor
albus) berwarna
kekuningan,konsis
tensi kental dan
berbau,
B. Penilaian ( Skoring )
1. Ny. S Sering Keputihan disertai rasa gatal dan berwarna kekuningan
NO KRITERIA SKOR PEMBENARAN
DX
1 a. Sifat masalah : Aktual 3/3 𝑥1 = 1 Ny. S mengatakan sering keputihan
disertai rasa gatal dan keluar lendir
berwarna kekuningan

b. Kemungkinan 2/2 𝑥2 = 2 Masalah sebenarnya dapat diubah dengan


masalah dapat NY.S segera memeriksakan dirinya ke

diubah : dengan fasilitas kesehatan

bertahap

c. Potencial masalah 2/3 𝑥1 = 0.6 Masalah sebenarnya dapat dicegah


untuk dicegah : dengan memeriksakan diri ke fasilitas
sedang kesehatan

d. Menonjolnya 2 2 𝑥1 = 1 Ny. S merasakan sebagai masalah dan


masalah : masalah ingin segera untuk mengatasinya.
segera ditagani
TOTAL 4.6
2. Kurangnya pengetahuan tentang Kesehatan reproduksi
NO KRITERIA SKOR PEMBENARAN
DX
1 a. Sifat masalah : 2/3 𝑥1 = 0,6 Ny. S mengatakan sering keputihan
Ancaman Kesehatan disertai rasa gatal dan keluar lendir
berwarna kekuningan dan bau menyengat
tetap membiarkan keputihannya
dikarenkan kurang pengetahuan

b. Kemungkinan 1/2 𝑥2 = 1 Masalah sebenarnya dapat diubah dengan


masalah dapat bertahap (sebagian) pada Ny.S dan

diubah : dibantu oleh petugas kesehatan

hanya sebagian
(dengan bertahap)

c. Potencial masalah 2/3 𝑥1 = 0.6 Masalah sebenarnya dapat dicegah


untuk dicegah : dengan memberikan konseling
Cukup tentang keputihan

d. Menonjolnya 2 /2 𝑥1 = 1 Ny. S merasakan sebagai masalah dan


masalah : masalah ingin segera untuk mengatasinya.
segera ditagani
TOTAL 3.2

C. Prioritas Masalah
Prioritas Diagnose / Masalah skor
1 Keluar keputihan gatal dan berwarna 4,6
kekuningan
2 Kurangnya pengetahuan tentang kesehtan 3,2
reproduksi
III.RENCANA ASUHAN
Diagnosa
Ny. S Usia 46 tahun dengan Flour Albus
Tujuan Kriteria Hasil Perencanaan
Tujuan umum : Asuhan 1. Ny. S dapat 1. Berikan penjelasan dan
Kesiapan kebidanan yang menjelaskan dengan diskusikan pada keluarga
Manajemen diberikan baik tentang Flour tentang Flour Albus;
kesehatan kepada Ny.S Albus (Keputihan) pengertian tanda dan
keluarga Ny.S gejala,factor yang
mempengaruhi, cara
Tujuan khusus: pencegahan, komplikasi
Setelah diberikan
penyuluhan 2. Ny. S dapat 2. Berikan
keluarga mampu menjelaskan dnegan penyuluhan tentang
memahami baik tentang personal personal hygene dengan
penjelasan yang Hygene dan mau menggunakan leaflet
telah disampaikan melakukannya

3. Ny. S mau untuk 3. Anjurkan


segera memeriksakan konsultasi pada tenaga
kesehatannya Kesehatan

4. Keluarga Tn.MF mau 4. Motivasi atau


untuk runtin anjurkan kepada keluarga
memeriksakan diri ke memeriksakan Tn. MF
pelayanan Kesehatan, secara teratur dan rutin ke
dan Ny.S berjanji pelayanan Kesehatan
untuk memeriksakan Khusus untuk Ny. S untuk
kesehtan reproduksinya dapat memeriksakan

Kesehatan dan deteksi dini


kanker leher lahir dengan
metode IVA Test atau
Papsmear
IV. IMPLEMENTASI
No. Tanggal / Waktu Diagnosa / Implementasi
Masalah
20 November 2021 Flour Albus Implementasi dilakukan pada tanggal 20
November 2021 sesuai dengan intervensi
yang telah di rencanakan yaitu menjelaskan
kepada keluarga mengenai pentingnya
memeriksakan Kesehatan reproduksi dan
khususnya jika ada masalah. Media yang
digunakan adalah leaflet.

V. EVALUASI
Tanggal / Waktu No. Diagnosa / Masalah Evaluasi
20 November Flour Albus Setelah melakukan implementasi sesuai
2021 rencana tindakan maka tindakan
selanjutnya adalah evaluasi. Keluarga
dapat menjelaskan kembali mengenai
Flour Albus (Keputihan) dan Personal
Hygiene dan Ny. S mau memeriksakan
dirinya segera ke pelayanan kesehatan,
keluarga berharap Kesehatan Ny.S Segera
membaik. Dan keluarga Tn.MF berjanji
akan rutin memeriksakan kesehatannya
ke fasilitas kesehatan
CATATAN PERKEMBANGAN
Tanggal 4 Desember 2021
NO S O A P
1. Ny.S mengatakan sudah Ny. S Ny. S Usia 40 1. Motivasi pada
memeriksakan Ku : Baik, Kes: tahun dengan keluarga Tn. MF
kesehatannya ke Composmentis, Flour Albus untuk rutin
pelayanan Kesehatan dan memeriksakan
TD:120/70mmHg
Ny. S sudah diberi obat kesehatannya
N:80 x/I, R:24 x/i
Oleh Dokter
T 36,5 OC
Keluhan saat ini sudah 2. Mengatur jadwal
berkurang kontrol rutin untuk Ny.
S dan segera
memeriksakan diri jika
ada keluhan

Anda mungkin juga menyukai