MANAJEMEN
SUPERVISI
AKADEMIK
Pengawas sekolah adalah jabatan fungsional yang mempunyai ruang lingkup tugas,
tanggung jawab dan wewenang untuk melaksanakan kegiatan pengawasan akademik dan
manajerial pada satuan pendidikan. Untuk melaksanakan tugasnya tersebut, seorang
pengawas sekolah dituntut untuk memiliki kualifikasi dan kompetensi yang dipersyaratkan
sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 12 Tahun 2007
tentang Standar Pengawas Sekolah/Madrasah. Berdasarkan tugas tersebut, maka pengawas
sekolah memiliki peran yang signifikan untuk peningkatan mutu pendidikan di satuan
pendidikan.
Untuk menduduki jabatan fungsional pengawas terdapat persyaratan yang harus dipenuhi
antara lain lulus seleksi calon pengawas sekolah, telah mengikuti pendidikan dan pelatihan
fungsional calon Pengawas Sekolah dan memperoleh STTPP, sebagaimana diatur dalam
Petunjuk Teknis Jabatan Fungsional Pengawas Sekolah dan Angka Kreditnya. Pendidikan
dan pelatihan calon pengawas sekolah tersebut diselenggarakan dalam rangka membentuk
calon pengawas sekolah yang memiliki kompetensi yang diharapkan agar dapat
menjalankan tugasnya sebagai pengawas sekolah kelak.
Untuk mendukung diklat pembentukan calon pengawas sekolah, kami telah menyiapkan
tujuh (7) buku, yaitu (1) Pengelolaan tugas pokok dan fungsi pengawas sekolah, (2)
Manajemen pelaksanaan kurikulum, (3) Manajerial Supervisi Akademik, (4) Manajemen
Supervisi Manajerial, (5) Evaluasi Pendidikan, (6) Penelitian dan Pengembangan dan (7)
Etika Pengawas Sekolah. Materi tersebut diharapkan menjadi referensi utama bagi fasilitator
dan peserta pendidikan dan pelatihan Calon Pengawas Sekolah.
A. Latar Belakang
2. Supervisi Klinis 2
Jumlah 6
Penutup/ KB- 3
Refleksi Pengembangan
10 menit Instrumen
F. Kegiatan Pembelajaran
a. Pengantar
Menurut Sergiovani (dalam Departemen Pendidikan Nasional, 2007: 10) ada tiga
tujuan supervisi akademik yaitu:
b. Uraian Materi
Materi Supervisi Akademik menguraikan tentang Pengertian, Prinsip-prinsip,
Pendekatan, Metode dan Teknik, dan Proses Supervisi
Dst
Menilai diri sendiri merupakan satu teknik individual dalam supervisi pendidikan
karena merupakan salah satu teknik pengembangan profesional guru. Penilaian
diri sendiri memberikan informasi obyektif kepada guru tentang peranannya di
kelas dan memberikan kesempatan kepada guru melakukan tindakan reflektif.
b. Metode supervisi kelompok
Metode supervisi kelompok adalah satu cara melaksanakan program supervisi yang
ditujukan pada dua orang atau lebih. Guru-guru yang diduga, sesuai dengan analisis
kebutuhan, memiliki masalah atau kebutuhan atau kelemahan-kelemahan yang sama
dikelompokkan atau dikumpulkan menjadi satu/bersama-sama. Kemudian kepada
mereka diberikan layanan supervisi sesuai dengan permasalahan atau kebutuhan
yang mereka hadapi.
STUDI KASUS
Pak Amir seorang pengawas sekolah, baru saja menyelesaikan pengamatan kelas selama
40 menit pada kelas Pak Rudi seorang guru IPA di sebuah SMP. Pak Rudi menjadi guru
sebagai karir keduanya. Sebelum mengajar, Pak Rudi bekerja sebagai sales selama 17
tahun dalam bidang obat-obatan. Dua tahun yang lalu, Pak Rudi mulai mengajar sebagai
guru honor.Pak Amir duduk di meja kerjanya dan berpikir keras bagaimana pendekatan
pertemuan setelah pengamatan akan dilakukan. Melalui catatan-catatannya, Pak Amir
melihat data-data sebagai berikut:
Empat belas dari 40 siswa melakukan tugas kurang dari 50% dari waktu yang disediakan.
Pak Rudi menggunakan sekitar 30% waktunya untuk mengarahkan kembali bagaimana
berperilaku dalam menyelesaikan tugas.
Siswa agak kurang hormat kepada Pak Rudi (bersungut-sungut, mengabaikan arahan dia).
Selama 15 menit terakhir, siswa yang melaksanakan tugas pada umumnya, mulai
menghentikan tugasnya (Edi berbalik ke Nisa dan mereka mengobrol; Andri mendorong
makan siangnya hingga jatuh; Rusdi menjual permennya; Tina membaca majalah; Dedi
memasukkan kepalanya kedalam jaketnya, dan Shanti bermain-main dengan pensil
warnanya).
Ketika bel berbunyi, siswa ‘berlari’ ke luar sementara Pak Rudi sedang menjelaskan tugas
pekerjaan rumah mereka.
Pada pertemuan pra-pengamatan, Pak Rudi menyatakan bahwa dia “tidak menyukai”
siswanya karena mereka tidak melaksanakan tugas-tugasnya dan mengobrol diantara
mereka sendiri pada saat “siswa yang baik” bertanya. Pak Amir mengatur waktu dan
menjelaskan bahwa ia akan fokuskan pengamatannya pada pengelolaan kelas secara
keseluruhan. Ia menjelaskan pada Pak Rudi bahwa ia akan mengikuti proses interaksi yang
terjadi dengan siswa, bagaimana siswa dalam melaksanakan tugas, dan bagaimana perilaku
setelah tugas selesai, serta isyarat-isyarat verbal yang pak Rudi berikan kepada siswa yang
terlihat tidak melakukan tugas.
Diskusikan pendekatan supervisi yang tepat untuk digunakan sesuai kasus tersebut!
Jelaskan langkah-langkah pelaksanaan serta umpan balik yang tepat untuk diberikan kepada
Pak Rudi.
d. Latihan.
Diskusikan LKPS No 07, bagaimana anda membina (coaching) guru
Metode supervisi kelompok adalah satu cara melaksanakan program supervisi yang
ditujukan pada dua orang atau lebih yang mempunyai permasalahan yang sama
dalam satu kelompok.
5. Teknik-teknik
Teknik individual meliputi: kunjungan kelas, observasi kelas, pertemuan individual,
kunjungan antarkelas, dan menilai diri sendiri.
Teknik kelompok ada 13 jenis, yaitu : kepanitiaan-kepanitiaan, kerja kelompok,
laboratorium kurikulum, baca terpimpin, demonstrasi pembelajaran, darmawisata,
kuliah/studi, diskusi panel, perpustakaan jabatan, organisasi profesional, buletin
supervisi, pertemuan guru, dan lokakarya atau konferensi kelompok.
6. Proses Supervisi akademik terdiri dari tiga langkah yaitu; pertemuan pra-
pengamatan, pengamatan, dan pasca pengamatan
REFLEKSI
a. Pengantar
Materi ini menyajikan hal yang berkaitan dengan supervisi klinis, mulai dari pengertian,
karakteristik, prinsip-prinsip, dan prosedur pelaksanaan supervisi klinis serta pelaporan
hasil supervisi klinis.
Pada akhir pembelajaran , diharapkan para calon pengawas peserta Diklat memiliki
pemahaman tentang supervisi klinis dan memperoleh gambaran kongkrit tentang
pelaksanaan supervisi klinis di sekolah.
b. Uraian Materi
Materi supervisi klinis membahas tentang hal-hal yang berkaitan dengan: Pengertian,
Tujuan, Prinsip, Karakteristik, Prosedur, dan Pelaporan
Secara umum supervisi klinis diartikan sebagai bentuk bimbingan profesional yang
diberikan kepada guru berdasarkan kebutuhannya melalui siklus yang sistematis.
Siklus sistematis ini meliputi: perencanaan, observasi yang cermat atas pelaksanaan
dan pengkajian hasil observasi dengan segera dan obyektif tentang penampilan
mengajarnya yang nyata.
Jika dikaji berdasarkan istilah, kata “klinis”, mengandung makna: (1) pengobatan
(klinis) dan (2) siklus, yaitu serangkaian kegiatan yang merupakan daur ulang. Oleh
karena itu makna yang terkandung dalam istilah klinis merujuk pada unsur-unsur
khusus, sebagai berikut:
a. Adanya hubungan tatap muka antara pengawas dan guru didalam proses
supervisi.
b. Terfokus pada tingkah laku yang sebenarnya didalam kelas.
c. Adanya observasi secara cermat.
d. Deskripsi pada observassi secara rinci.
e. Fokus observasi sesuai dengan permintaan kebutuhan guru.
Beberapa prinsip yang menjadi landasan bagi pelaksanaan supervisi klinis adalah:
a. Hubungan antara supervisor dengan guru, kepala sekolah dengan guru, guru
dengan mahasiswa PPL adalah mitra kerja yang bersahabat dan penuh tanggung
jawab.
b. Diskusi atau pengkajian balikan bersifat demokratis dan didasarkan pada data
hasil pengamatan.
c. Bersifat interaktif, terbuka, obyektif dan tidak bersifat menyalahkan.
d. Pelaksanaan keputusan ditetapkan atas kesepakatan bersama.
e. Hasil tidak untuk disebarluaskan
f. Sasaran supervisi terpusat pada kebutuhan dan aspirasi guru, dan tetap berada di
ruang lingkup pembelajaran.
g. Prosedur pelaksanaan berupa siklus, mulai dari tahap perencanaan, tahap
pelaksanaan (pengamatan) dan tahap balikan.
Prinsip-prinsip supervisi klinis di atas membawa implikasi bagi kedua belah pihak
(supervisor dan guru).
1) Perubahan sikap dari guru sebagai pribadi yang mampu mengambil prakarsa
untuk menganalisis dan mengembangkan dirinya.
2) Bersikap terbuka dan obyektif dalam menganalisis diri sendiri.
Prosedur supervisi klinis berlangsung dalam suatu proses berbentuk siklus, terdiri
dari tiga tahap yaitu: tahap pertemuan pendahuluan, tahap pengamatan dan tahap
pertemuan balikan. Dua dari tiga tahap tersebut memerlukan pertemuan antara guru
dan supervisor, yaitu pertemuan pendahuluan dan pertemuan balikan.
b. Tahap Pengamatan/Observasi
1) Menciptakan situasi yang wajar, mengambil tempat di dalam kelas yang tidak
menjadi pusat perhatian siswa dan, tidak menginterupsi guru yang sedang
mengajar.
2) Membedakan mana yang penting untuk dicatat dan mana yang kurang
penting.
3) Bukan melihat kelemahan, melainkan mencatat dan berfikir bagaimana
memperbaikinya.
4) Memperhatikan kegiatan atau reaksi siswa selama proses pembelajaran.
a. Tindak Lanjut
Hasil analisis dan catatan supervisor pada kegiatan pendahuluan, pengamatan,dan
balikan, dapat dimanfaatkan untuk mengembangkan keterampilan mengajar guru
atau meningkatkan profesionalitas guru dan karyawan, setidak-tidaknya dapat
mengurangi kendala-kendala yang muncul atau yang mungkin akan muncul.
Umpan balik akan membantu supervisor dalam melaksanakan tindak lanjut supervisi.
Dari umpan balik itu pula dapat tercipta suasana komunikasi yang tidak
menimbulkan ketegangan, serta mendorong guru memperbaiki penampilan dan
kinerjanya.
Pelaksanaan tindak lanjut hasil supervisi akademik dapat dilakukan dengan cara
Laporan Hasil Pelaksanaan Supervisi ditujukan kepada pimpinan dan kepada orang
yang disupervisi. Kepada atasan atau pimpinan, laporan hasil supervisi dimaksudkan
untuk memberikan laporan mengenai temuan-temuan yang diperoleh dari kegiatan
supervisi dan selanjutnya dijadikan bahan untuk melakukan pembinaan kompetensi
profesional bagi guru yang disupervisi.
Laporan untuk pihak yang disupervisi dimaksudkan sebagai balikan dalam upaya
menyadarkan posisi kinerja dan meningkatkan kompetensi profesionalnya. Oleh
karena itu, bahasa yang digunakan dalam laporan supervisi untuk pihak yang
disupervisi perlu memperhatikan aspek-aspek psikologis, fisiologis, latar belakang
pendidikan, masa kerja, dan aspek lainnya yang berhubungan dengan harga diri pihak
yang disupervisi.
LK.03.2
d. Rangkuman
Pelaksanaan supervisi klinis akan berhasil baik jika terjadi hubungan kolegial yang baik
antara pengawas dan guru. Tanpa prasyarat tersebut guru akan segan untuk meminta
pengawas melakukan supervisi klinis terhadap berbagai permasalahan pembelajaran
yang dihadapinya.
Selain itu, keberhasilan supervisi klinis juga akan sangat tergantung kepada sejauhmana
pengawas memberikan bimbingan sesuai kemampuan profesional yang dimilikinya dan
sejauhmana guru secara terbuka melaksanakan masukan yang diberikan pengawas.
e. Refleksi
a. Pengantar
Pada kegiatan pembelajaran 1 telah ditegaskan bahwa esensi supervisi akademik itu
sama sekali bukan penilaian kinerja guru namun mengukur unjuk kerja dalam
mengelola proses pembelajaran untuk membantu guru mengembangkan kemampuan
profesionalnya. Pengukuran kemampuan guru dalam mengelola proses pembelajaran
merupakan salah satu kegiatan yang tidak dapat dihindarkan dalam proses supervisi
pembelajaran. Ini berarti dalam setiap merencanakan dan memprogram supervisi
akademik selalu diperlukan instrumen pengukuran.
b. Uraian Materi
1) Pengembangan Instrumen Supervisi Akademik
Menurut Asrori (2002) ada lima langkah utama dalam melakukan supervisi akademik,
yaitu:
4. Menyunting instrumen
Apabila butir-butir instrumen sudah selesai dilakukan, maka penilai atau pengawas
melakukan pekerjaan terakhir dari penyusunan instrumen yaitu mengadakan
penyuntingan (editing).
1) Pedoman Observasi
Bagi kelancaran dan efektivitas observasi, supervisor hendaknya memiliki suatu
pedoman yang harus disiapkan sebelum observasi dilaksanakan. Oleh karena itu
perlu ditetapkan:
2) Pedoman wawancara
Wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian
dengan tanya jawab, Menggunakan alat yang dinamakan panduan wawancara
(interview guidance). Teknik wawancara dapat pula digunakan untuk kegiatan
pengawasan sekolah yang biasa dilakukan oleh supervisor. Bagi kelancaran dan
efektifitas proses suatu wawancara, maka supervisor perlu mempersiapkan suatu
pedoman wawancara
3) Angket
Sebuah kuesioner atau angket terdiri dari suatu daftar pertanyaan untuk dijawab
oleh sejumlah orang secara tertulis. Pada umumnya kuesioner atau angket
dimaksudkan untuk mengetahui pendapat (opinion) atau sikap (attitude) orang-
orang terhadap suatu masalah.
Teknik ini digunakan untuk mengumpulkan sejumlah besar informasi dalam waktu
yang singkat dan merupakan suatu rangkuman objektif mengenai data yang
dikumpulkan.
Contoh:
Jawaban
No Pernyataan
SL SR Kd Jr Tp
Bila memimpin guru-guru, apakah Anda:
1 Memberikan kebebasan sepenuhnya kepada
guru-guru untuk melakukan pekerjaannya
2 Mengarahkan guru-guru mempergunakan
prosedur secara seragam
3 Memperkenalkan guru-guru mempergu-nakan
pertimbangan-pertimbangan sen-diri dalam
memecahkan masalah
4 Dst
c. Latihan
Ibu Ani adalah seorang guru IPA dengan pengalaman mengajar di sekolah tersebut
selama 10 tahun. Pada hari Senin dia mengajar pada jam pelajaran ke 1 dan 2. Jumlah
siswa di kelas tersebut sebanyak 40 orang.
1. Setelah para siswa berdoa bu Ani membicarakan masalah PR yang dia berikan
seminggu sebelumnya.
2. Kemudian dia menyampaikan bahwa dia akan menyampaikan materi X dan langsung
menyuruh para siswa untuk membuka buku paket halaman sekian dan membaca
materi tersebut sekitar 15 menit.
3. Setelah itu dia menerangkan materi tersebut dengan panjang lebar sekitar 50 menit.
4. Para siswa dilarang untuk bertanya selama dia menerangkan, dan seluruh siswa diam
seribu bahasa sebab kalau ada yang berisik dia akan marah-marah.
5. Setelah selesai ‘mengajar’ seluruh siswa diminta untuk mengerjakan soal-soal latihan
yang terdapat pada buku paket sebanyak 5 buah soal dari 15 soal yang ada selama 10
menit karena waktu tidak akan mencukupi.
6. Kegiatan dilanjutkan dengan mengecek jawaban siswa secara bergiliran. “Rudi, apa
jawabanmu untuk soal nomor 1?” Rudi menjawab pertanyaan no. 1 dengan benar
dan guru mengatakan: “Bagus! Jawabanmu benar.” “Sekarang Tina jawab nomor 2.”
Jawaban Tina salah dan Bu Ani menyuruh siswa lain untuk menemukan jawaban yang
benar. Setelah itu ada siswa lain, Hilman, yang menjawab benar. “Nah itu baru
benar.” Kegiatan seperti ini dilanjutkan hingga nomor 5 selesai.
7. Bel akhir pelajaran berbunyi. Bu Ani memberikan PR untuk mengerjakan soal-soal
selebihnya yang terdapat pada buku paket.
Diskusikan dengan kelompok, dan susunlah instrumen supervisi akademik berupa lembar
observasi yang cocok digunakan untuk mengamati kegiatan pembelajaran pada contoh
kasus Bu Ani diatas.
d. Rangkuman
1. Proses supervisi akademik terdiri langkah-langkah sebagai berikut: (a) pertemuan pra
pengamatan, (b) pengamatan proses pembelajaran di kelas, (c) analisis hasil
pengamatan, (d) pertemuan setelah pengamatan, dan (e) evaluasi hasil
5. Skala penilaian yang bisa dipakai dalam pengembangan instrumen supervisi akademik,
yaitu: (a) skala angka, (b) skala grafik, (c) skala grafik deskriptif, dan (d) kartu nilai
REFLEKSI
Setelah Bapak/Ibu menyelesaikan Kegiatan belajar 3 ini, lakukan evaluasi
diri sejauh mana penguasaan kompetensi supervisi akademik Bapak/Ibu
khususnya dalam pengembangan instrumen?
Dodd, W. A. 1972. Primary School Inspection in New Countries. Oxford University Press.
London.
______ 1990. Supervision of instruction: A Developmet Approach (2nd ed.). Allyn and
Bacon. Boston.