-----------me , 1998, Lokakarya Kelompok Kerja Pemanfaatan Gua dan Karst di Indonesia,
Kantor Menteri Negara Lingkungan Hidup & Himpunan Kegiatan Speleologi
Indonesia.
-----------, 2002, The Geotourism Study, The Research Department of The Travel
Industry Association of America (TIA), National Geographic Traveler.
Boo, E., 1990, Ecotourism, The Potentials and Pitfalls, Wichersham Printing Company,
Inc. Lancaster-Pennsylvania.
Bemmelen, van, R,W, 1970, The Geology of Indonesia, Vol. IA, General Geology of
Indonesia and Adjacent Archipelagoes, Second edition, Martinus Nijhoff The Hague.
Darpilo, P.I., 1992, Kontrol Struktur Terhadap Topograf~ Karst, Karya Refarat, Fak.
Teknik, Jur. Teknik Geologi, Universitas Gadjah Mada.
Esteban, M, 1996, Karst System From Prospect to Reservoir, Carbonate International ltd.,
ha1 168. *.
Hidayat N., 1999, Konversi Lahan Karst Gunung Kidul Sebagai Kawasan Wisata dan
laboratorium Alam, Dit. TPSLK, BPPT, Jurnal Alami, h 72-78, vol. 4 no. 1.
Jenings, J.N., 1985, Karst Geomorphology, 2 nd edition, Brasil Blackwell, inc, New
York.
Katili, J.A., 1975, Volkanism and Plate Tectonics in The Indonesian Island,
Tectonophysic, 26 (1975) 165-188, Elsivier Scientific Publishing Company,
Amsterdam.
Kodyat, H., 1995, Ekoturisme di Indonesia : Pelang atau Fata Morgana, Prosiding
Seminar dan Lokakarya Nasional Pengembangan Ekoturisme di Indonesia, 18-21
April 1995, Bogor.
Menteri Negara Lingkungan Hidup, 1995, Almanak Lingkungan Hidup Indonesia 1995-
1996.
Sunarto, B. & Sarnodra, H., 1999, Hidrologi Kawasan Karst : Studi Kasus Daerah
Gunung Sewu Bagian tengah, Kumpulan Makalah Lokakarya Kawasan Karst 29-30
September 1999.
Setiadi, H., 1999, Peranan Hidrologi Dalam Rencana Pengembangan Kawasan Karst,
Kumpulan Makalah Lokakarya Kawasan Karst 29-30 September 1999.
Sweeting, M.M., 1980, Karst and Climate-A Review, Oxford, Berlin, Stuttgart.
Sweeting, M.M., 1972 Karst Landform, Macmillan, Oxford, London.
SummerfieldM.A., 1991, Global Geomorphology, John Wiley and Sons, New York.
Suyoto, 1994, Sikuen Stratigrafi Karbonat Gunung Sewu, Makalah Ikatan Ahli Geologi
Indonesia, Pertemuan Tahunan ke 23, 5-8 Desember 1994.
Western, D., 1993, Memberi Batasan Tentang Ekoturisme, p 7-10. Dalam K. Linberg dan
D.E. Hawhins (Ed) Ekoturisme : Petunjuk Untuk Perencana dan Pengelola, The
Ecotourism Society, North Bennington.
LAMPIRAN
Gambar lampiran 1. Data obyek geowisata, penilaian geologi dan pembagan satuan geomorfologi di
stasiun 1 jalur geowisata eksokarst Wonosari - Tepus Gunungkidul.
Satuan Geomorf
Dataran Karst
0 I I0
Satuan Geomorfologi Dataran Karst Formasi Penampang melintang Pegunungan Selatan yang
di bagi berdasarkan struktur, erosi-denudasi dan
satuanGeomorfologi Perbukitan Karst. litologi.
a Morfostruktur pasif
Luweng Glatikan tersusun batugamping terumbu rnasif dan batugamping
berlapis dari Formasi Wonosari yang mengalami pengangkatan akibat
tektonik pada pertengahan pleistosen (Sweeting, 1972) hingga lingkungan
laut terangkat membentuk daratan. Akibat tektonik tersebut selain
pengangkatan juga terjadi retakan atau kekar yang merupakan jalan bagi
intensifbya proses pelarutan dan pelapukan dari terurnbu hingga terbentuk
morfologi karst.
Runtuhan dinding (collapse) dipengaruhi oleh efektifitas sesar dan kekar yang
diperkuat oleh intensihya pelarutan sehingga morfologi endokarst seperti
jejak aliran sungai bawah tanah tersingkap kepermukaan.
c. Morfostruktur aktif
Batugamping terurnbu mempunyai sifat mudah larut oleh aktifitas air hujan.
Air hujan yang jatuh akan mencari jalan pada daerah yang lemah seperti
daerah rekahan ataupun patahan. Pada zona ini intensitas pelarutan akan
optimal dan bila pelarutan terjadi pada skala yang besar maka akan memicu
terjadinya runtuhan (collapse).
Morfodinamik :
Air hujan yang jatuh dan mengalir pada daerah yang rendah dimana daerah
ini ditunjukkan oleh cekungan yang terbentuk oleh Akibat tektonik Air pada
cekungan itu akan mencari jalan masuk kedalam lapisan tanah lewat saluran
yang disebut sebagai ponor, Kemudian di dalam tanah air tersebut berkurnpul
dan mendesak daerah-daerah yang lebih lemah agar air dapat bergerak.
Pergerakan di bawah tanah akan membentuk aliran sungai bawah tanah.
Morfokronologi :
Perkembangan bentuk lahan karst gunungkidul dirnulai dari pengendapan
batugamping pada kala rniosen, selanjutnya terjadi pengangkatan Blok
Wonosari pada pertengahan Pleistosen diikuti oleh proses perkembangan
porositas sekunder oleh proses pelarutan
Morfoarangement :
Empat variabel yang berpengaruh pada pembentukan karst litologi, topografi
regional, struktur geologi dan iklim Hal ini akan mempengaruhi jenis lahan
yang terbentuk dan dominasinya
Gambar Lampiran 3. Data obyek geowisata, penilaian geologi dan proses pembentukan kerucut karst
asimetri di stasiun 2 jalur geowisata eksokarst Gunungkidul
Morfologi perbukitan kemcut karst yang landai dan asimetri banyak ditandai oleh
lereng yang landai, pucak tumpul dan cendemng memanjang. Topografi ini
menujukkan proses pelarutan dan pelapukan yang berjalan intensif sehingga
memiliki soil yang tebal.
a Morfostruktur pasif
Sekumpulan batugamping terumbu dari Formasi Wonosari yang mengalami
pengangkatan akibat tektonik pada pertengahan Pleistosen (Sweeting, 1972)
tidak menirnbulkan depresi tetapi terangkat dari lingkungan laut menjadi darat
serta menimbulkan rekahan-rekahan atau kekar yang merupakan jalan bagi
intensifnya proses pelamtan dan pelapukan sehingga membentuk morfologi
perbukitan kerucut karst. Diperkirakan kekar-kekar yang terbentuk akibat
tektonik tidak terlalu rapat sehingga dernensi bukit kerucut yang terbentuk
mempunyai diameter luas.
b. Morfostruktur aktif
Batugamping terumbu mengalami pengkekaran akibat tektonik menjadi lemah
terhadap proses pelarutan yang dilakukan oleh aktifitas iir hujan. Morfologi
bukit kerucut yang mempunyai lereng cernbung dengan puncak tumpul
menunjukkan bahwa -tas pelapukan dan pelarutan terjadi secara perlahan
pada batugamping masif dalam jangka waktu yang lama selain tingkat
resistensi batugamping yang sangat rendah sehingga proses berjalan lebih cepat
sehingga topografi yang terbentuk halus.
Morfodinarnik :
Air hujan yang jatuh dan mengalir pada daerah yang rendah dimana daerah ini
ditunjukkan oleh cekungan yang terbentuk oleh akibat tektonik. Air pada
cekungan itu akan mencari jalan masuk kedalam lapisan tanah lewat saluran
yang disebut sebagai ponor, kemudian di dalam tanah air tersebut berkumpul
dan mendesak daerah-daerah yang lebih lemah agar air dapat bergerak.
Pergerakan di bawah tanah akan membentuk aliran sungai bawah tanah.
Morfokronologi :
Perkembangan bentuk perbukitan kerucut karst gunungkidul dimulai dari
pengendapan batugamping pada kala miosen, selanjutnya terjadi pengangkatan
Blok Wonosari pada pertengahan Pleistosen diikuti oleh proses perkembangan
porositas sekunder oleh pengkekakaran dan proses pelarutan
Morfoarangement :
Empat variabel yang berpengaruh pada pembentukan karst litologi, topografi
regional, struktur geologi dan iklim Hal ini akan mempengaruhi jenis lahan
yang terbentuk dan dominasinya.
Gambar Lampiran 4. Data obyek geowisata, penilaian geologi dan proses
perkembangan gejala eksokarstifikasi pembentukan dolina
a. Morfostruktur pasif
Proses pelarutan dan pelapukan yang terjadi pada batugamping akan terjadi pada
zona yang lemah daerah patahan dan rekahan, yang terjadi akibat tektonik.
Pelarutan yang terjad secara sistematis akibat tektonik tersebut mendorong
terjadinya runtuhan (collapse) sehingga terbentuk cekungan dengan bentuk
tertentu yang disebut sebagai dolina.
b. Morfostruktur aktif
Batugamping terumbu masif mempunyai porositas yang besar dan bersifat
plastis, ha1 ini mengakibatkan batugamping terumbu mempunyai sifat mudah
larut oleh aktifitas air hujan. Air hujan yang jatih di daerah karst akan masuk
kedalam tanah lewat celah yang disebut sebagai voclus dan kemudian diteruskan
masuk kebawah lewat saluran yang disebut ponor. Aliran air yang masuk
terkumpul pada suatu tempat yang kemudian akan mencari zona lemah untuk
mecari jalan keluar sehingga membentuk aliran sungai bawah tanah. Tempat
berkumpulnya air yang sudah ditinggalkan tersebut dapat runtuh membentuk
dolina.
Morfodinamik :
Pembentukan morfologi ini dipengaruhi oleh dinamika iklim yang banyak curah
hujan mengakibatkan intensifnya pelarutan pada celah atau rekahan yang
terbentuk.
Morfokronologi :
Perkembangan bentuk betang alam karst sebenarnya dimulai dari terangkatnya
karst kepermukaan pada kala pleistosen dan dimulainya proses pelaupukan dan
pelarutan yang terus berkembang hingga saat ini.
Morfoarangement
Empat variabel yang berpengaruh pada pembentukan karst :
1. litologi barupa batugamping terumbu masif pada tahapan muda masih relatif
resisten terhadap proses pelapukan dan pelarutan sehingga menunjukkan bentang
alam yang bervariasi.
2. topografi regional, berpengaruh terhadap proses pembentukan bentang alam karst
secara keseluruhan karena berkaitan erat dengan aliran air yang membentuk
morfologi karst.
3. struktur geologi sangat berperan terhadap pembentukan bentang alam karst
seperti pembentukan patahan, rekahan dan depresi.
Gambar lampiran 5. Data obyek geowisata, penilaian geologi dan proses perkembangan
pembentukan morfologi dolina yang dipengaruhi oleh kontrol struktur
geologi seperti rekahan dan patahan di stasiun 4 jalur geowisata eksokarst
a. Morfostruktur pasif
Perkembangan pembentukan dolin yang tersusun oleh litologi batugamping
terumbu masif dan tebal dikontrol oleh struktur rekahan akibat tektonik lokal dan
regional sehingga beberapa dolina mengalami pelebaran dan kemudian ada yang
menyatu akibat depresi membentuk uvala.
b. Morfostruktur aktif
Struktur rekahan akibat tektonik regional ataupun lokal pada kala Pleistosen,
merupakan media bagi proses pelarutan dan pelapukan pada batugamping
terumbu sehingga mengakibatkan pelebaran depresi yang mengikuti pola
tersebut.
Morfodinamik :
Dinamika aliran air hujan yang jatuh ke permukaan karst akan mendesak zona
lernah pada batugamping terumbu yang seragam akibat dari pengaruh struktur
geologi dan diperparah oleh proses pelarutan air hujan. Air hujan berkumpul di
bawah permukaan mencari jalan ketempat yang lebih rendah sehingga terjadi
kekosongan di rongga bawah, dan pada akhirnya terjadi close depresion yang
terus berkembang menjadi melebar.
Morfokronologi :
Perkembangan bentuk betang alam karst sebenarnya dimulai dari terangkatnya
karst kepermukaan pada kala pleistosen dan dimulainya proses pelapukan dan
pelarutan yang terus berkembang hingga saat ini.
Morfoarangement :
Empat variabel yang berpengaruh pada perkembangan dolina menjadi uvala
adalah :
1. Kontrol struktur geologi mempengaruhi demensi dan bentuk morfologi uvala
1. Topografi regional
2. Litologi yang seragam mempunyai sifat yang sama terhadap proses yang
berlangsung..
Lampiran Gambar 6. Data obyek geowisata, penilaian geologi dan keanekaragaman
bentang alam kerucut karst dengan bentuk yang bervariasi di stasiun 6
jalur geowisata eksokarst Gunungkidul.
Perbukitan
yang mengalami asimetri
casehardening
Perkembangan morfologi perbukitan kerucut karst menunjukkan morfometri yang beragam dalam satu
lokasi yang berada di Desa Pulengelo. Morfologi ini mewakili keanekaragaman kerucut karst yang
menjadi daya tarik tersendiri pada bentang alam eksokarst.
a Morfostruktur pasif
Sekumpulan batugamping tenunbu dari Formasi Wonosari yang mengalami
pengangkatan akibat tektonik pada pertengahan Pleistosen (Sweeting, 1972)
terangkat dari lingkungan laut menjadi darat. Pertumbuhan morfologi
perbukitan yang asimetri dipengaruhi oleh kontrol struktur geologi dan
topografi yang relatif tidak rata dalam masa pertumbuhannya
b. Morfostrukturaktif
Batugamping terurnbu mengalami pengkekaran &bat tektonik menjadi
lemah terhadap proses pelarutan yang dilakukan oleh aktifitas air hujan.
Perbukitan yang terbentuk bukan merupakan bukit tunggal tapi terdapat dua
bukit yang masih bersambungan ha1 ini diperkirakan kedua bulut tersebut
pada awalnya satu bukit tetapi karena proses pelarutan menjadikan bukit
tersebut hampir terpisah. Perbedaan bentuk lereng disebabkan oleh proses
kalsitisasi antara dua sisi yang berbeda yang mengakibatkan perbedaan
resistensi batuan terhadap pelarutan dan pelapukan.
Morfodinamik :
Kondisi morfologi dengan bentuk yang beragam dipengaruhi oleh mekanisme
aliran permukaan yang jatuh pada topografi yang berbukit-bukit.
Morfokronologi :
Perkembangan bentuk perbukitan kerucut karst gunungkidul dimulai dari
pengendapan batugamping pada kala rniosen, selanjutnya terjadi pengangkatan
Blok Wonosari pada pertengahan Pleistosen. Setelah pleistosen relatif tidak terjadi
proses tektonik sehingga yang ada hanya proses pelarutan yang diikuti dengan
proses pelapukan dan sebagian kalsitisasi.
Morfoarangement :
Bentuk perbulutan kerucut yang asimetri menunjukkan bahwa proses geologi
regional sangat berpengamh terutarna tektonik dan proses palrutan oleh air hujan. ,
Morfologi yang asimetri disebabkan karena pada sis tertentu dari perbukitan
tersebut ada yang mengalami kalsitisasi sehingga menjadi relatif resisten terhadap
pelarutan dan pelapukan
Gambar lampiran 7. Data obyek geowisata, penilaian geologi dan proses perkembangan
pembentukan bentuk positif karst topografi yang berupa kerucut simetri
di stasiun 7 jalur geowisata eksokarst Gunungkidul.
Topografi datar
,$$,,
np$&..
f,,~',\\"\
' +(,--
i - 2 ,. ,.p$@\$,
*/-;.,y-/
>- ..
111
,/ ,\.~ i , ! , ! k ~7,:.;
~
a Morfostruktur pasif
Batugarnping terumbu masif dari Formasi Wonosari yang mengalami
pengangkatan akibat tektonik pada pertengahan Pleistosen (Sweeting, 1972)
terangkat dari lingkungan laut menjadi darat serta menimbulkan rekahan-
rekahan atau kekar yang merupakan jalan bagi intensifnya proses pelarutan
dan pelapukan Struktur geologi pada morfologi yang datar clan litologi yang
seragam, mengakibatkan bentuk kerucut karst simetri.
b. Morfoshuktur aktif
Seperti yang sebagian disinggung pada morfostrulctur pasif, bahwa
pengangkatan atau tektonik yang terjadi pada litologi yang sama akan
membentuk rekahan dan pola stsuktur yang seragam pada batuan sehingga
proses pelarutan dan pelapukan yang terjadi menghasilkan bentuk yang sarna
Morfodiuamik :
Kondisi morfologi dengan bentuk yang beragam dipengaruhi oleh mekanisme
aliran permukaan yang jatuh pada topografi yang berbukit-bukit.
Morfokronologi :
Perkernbangan bentuk perbukitan kerucut karst gunungkidul dimulai dari
pengendapan batugamping pada kala miosen, selanjutnya terjadi pengangkatan
Blok Wonosari pada pertengahan Pleistosen diikuti oleh proses perkembangan
porositas sekunder oleh pengkekakaran dan proses pelanrtan.
Morfoarangement :
Bentuk perbukitan kerucut simetri dengan puncak yang runcing banyak
dipengaruhi oleh :
1. Litologi yang seragam sehingga mempunyai tingkat resistensi yang seragam
pula
2. Topografi regional yang relatif datar akibat tektonik sebagai media simetri
karst tumbuh.
3. Iklim yang kering dan panas mengakibatkan proses pelapukan dan pelarutan
intensif.
Gambar lampiran 8. Data obyek geowisata, penilaian geologi dan perkembangan lebih
lanjut setelah karstifikasi membentuk topografi yang lebih resisten
terdapatdi stasiun 8 jalur geowisata eksokarst Gunungkidul.
a Morfostruktur pasif
Prinsip pembentukannya sama dengan perbukitan karst sebelumnya yaitu
terjadi pada batugamping masif tebal Dari Formasi Wonosari yang terangkat
pada pertengahan Pleistosen. Pengaruh tektonik yang menghasilkan
morfologi yang relatif rata dan litologi yang seragam membentuk kerucut
simetri, sedangkan bentuk puncak tidak banyak terpengaruh akibat sruktur
geologi.
b. Morfostruktur aktif
Bentuk seperti meja pada bagian puncak terjadi pada batugamping masif
dengan boulder-bolder akibat mineralisasi (casehardening) sehingga bagian
ini relatif lebih resisten terhadap pelarutan dan pelapukan.
Morfodinamik :
Pengaruh iklim dan curah hujan berpengaruh terhadap proses kalsitisasi sehingga
membentuk morfologi yang resisten.
Morfokronologi :
Perkembangan bentuk perbukitan kerucut karst gunungkidul dimulai dari
pengendapan batugamping pada kala rniosen, selanjutnya terjadi pengangkatan
Blok Wonosari pada pertengahan Pleistosen diikuti oleh proses perkembangan
porositas sekunder oleh pengkekakaran dan proses pelarutan.
Morfoarangernent :
Bentuk perbukitan kerucut simetri dengan puncak yang berbentuk seperti meja
banyak dipengaruhi oleh :
1. Litologi yang seragam tapi sebagian mengalami mineralisasi
2. Topografi regional yang berbentuk perbukitan dan lembah akibat tektonik
3. Iklim yang kering dan panas mengakibatkan proses casehardening.
Gambar lampiran 9. Data obyek geowisata, penilaian geologi d m Diskripsi morfologi serta
beberapa proses yang mungkin terjadi pada perkembangan dolina
menuju uvala di stasiun 9 jalur geowisata eksokarst Gunungkidul
a Morfostruktur pasif
Batugamping terumbu masif dari Forrnasi Wonosari yang mengalami
tektonik pada pertengahan Pleistosen (Sweeting, 1972) sehingga terangkat
dari lingkungan laut menjadi darat proses tersebut disertai pula rekahan-
rekahan atau kekar yang merupakan jalan bagi intensihya proses pelanitan
dan pelapukan Proses ini menghasilkan dolina pada zona yang lemah,
beberapa doline yang berdekatan kemudian menyatu akibat close depresion
rnembent.uk uvala
b. Morfostruktur aktif
Pada zona tengah yang didominasi oleh batugamping terumbu masif dan
tebal memiliki porositas yang tinggi sehingga proses pelarutan dan pelapukan
berjalan intensif, sehingga zona yang lemah larut membentuk dolina Karena
beberapa doline letaknya berdekatan akibat pelarutan yang intensif dua doline
tersebut membentuk runtuhan yang mengakibatkan beberapa dolina menyatu.
Morfodinamik :
Mekanisme aliran permukaan yang masuk lubang ponor turut melarutkan dan
melapukkan yang dilaluinya pada topogr& yang lebih rendah.
Morfokronologi :
Perkembangan bentuk telaga karst gunungkidul dimulai dari pengendapan
batugamping pada kala miosen, selanjutnya terjadi pengangkatan Blok Wonosari
pada pertengahan Pleistosen diikuti oleh proses perkembangan porositas sekunder
oleh pengkekakaran dan proses pelarutan.
Morfoarangement :
Bentuk uvala yang merupakan kombinasi dari bentuk dolina dipengaruhi oleh :
1. Litologi seragam dari batugamping terumbu, masif', tebal sehingga
mempunyai tingkat resistensi yang seragam pula
2. Topografi regional yang berbentuk perbukitan dan lembah akibat
mengalabatkan proses pelarutan dan pelapukan intensif terjadi pada tempat-
tempat tertentu.
3. IMim yang kering dan panas dan banyak curah hujan mempercepat proses
pelapukan dan pelarutan.
Gambar lampiran 10. Data obyek geowisata, penilaian geologi dan Diskripsi morfologi
serta dinamika perkembangan perbukitan karst dengan topografi
bergelombang di Stasiun 10jalur geowisata eksokarst Gunungkidul.
2 2 bergelombang
a Morfostruktur pasif
Batugamping terumbu masif dari Formasi Wonosari yang mengalami
tektonik pada pertengahan Pleistosen (Sweeting, 1972) sehingga terangkat
dari lingkungan laut menjadi darat proses tersebut disertai pula rekahan-
rekahan atau kekar yang merupakan jalan bagi intensifnya proses pelarutan
dan pelapukm Proses ini menghasilkan dolina pada zona yang lemah,
beberapa doline yang berdekatan kemudian menyatu akibat close depresion
membentuk uvala
b. Morfostruktur aktif
Pada zona tengah yang didominasi oleh batugamping tenunbu masif dan
tebal memiliki porositas yang tinggi sehingga proses pelarutan dan pelapukan
berjalan intensif, sehingga zona yang lemah larut membentuk dolina Karena
beberapa doline letaknya berdekatan akibat pelarutan yang intensif dua doline
tersebut membentuk runtuhan yang mengakibatkan beberapa dolina menyatu.
Morfodiamik :
Mekanisme aliran perrnukaan yang masuk lubang ponor turut melarutkan dan
melapukkan yang dilaluinya pada topografi yang lebih rendah.
Morfokronologi :
Perkembangan bentuk telaga karst gunungkidul dirnulai dani pengendapan
batugamping pada kala miosen, selanjutnya terjadi pengangkatan Blok Wonosari
pada pertengahan Pleistosen diikuti oleh proses perkembangan porositas sekunder
oleh pengkekakaran dan proses pelamtan.
Morfoarangement :
Bentuk uvala yang merupakan kombinasi dari benhik dolina dipengaruhi oleh :
1. Litologi seragam dari batugamping tenunby masif, tebai sehingga
mempunyai tingkat resistensi yang seragam pula
2. Topografi regional yang .berbentuk perbukitan dan lembah akibat
mengakibatkan proses pelarutan dan pelapukan intensif terjadi pada tempat-
tempat tertentu.
3. Iklim yang kering dan panas dan banyak curah hujan mempercepat proses
pelapukan dan pelarutan.
Gambar lampiran 11. Data obyek geowisata, penilaian geologi dan Diskripsi morfologi
serta perkembangan morfologi keanekaragaman perbukitan kerucut
yang berfungsi sebagai teras pantai pada Satuan Geomorfologi Teras
Pantai di Stasiun 11 jalur geowisata eksokarst Gunungkidul
.,v'
QQ
a, Teras pantai /
a Morfostruktur pasif
Pada batugamping Forrnasi Wonosari yang merupakan inti dari tenunbu
masif dan tebal terangkat pada pertengahan Pleistosen. Tektonik yang terjadi
menirnbulkan rekahan-rekahan atau kekar yang akan berfimgsi sebagai
pengontrol perkernbangan porositas sekunder dan bentuk dan pola perbukitan
karst. Kontrol struktur geologi pada topografi yang datar menghasilkan
perbukitan dengan lereng yang terjal.
b. Morfostruktur aktif
Bentuk seperti h b a h dan seperempat bola pada batugamping masif dengan
boulder-bolder akibat mineralisasi (casehardening) banyak dipengaruhi oleh
pelarutan, pelapukan dan abrasi pantai. Pada batugamping yang tidak resisten
pada bagian puncak pelapukan terjadi lebih besar, terbukti topograti puncak
yang halus.
Morfodinamik :.
Topograti yang rendah dan datar menjadikan daerah ini aktif sebagai lokasi
sedirnentasi dari pelapukan dan pelamtan batuan yang ada di atasnya
Morfokronologi :
Perkembangan bentuk perbukitan kerucut karst gunungkidul dimulai dari
pengendapan batugamping pada kala miosen, selanjutnya terjadi pengangkatan
Blok Wonosari pada pertengahan Pleistosen yang diikuti dengan pembentukan
morfologi karst.
Morfoarangement :
Bentuk perbukitan kubah dan seperempat bola dengan puncak yang halus banyak
dipengaruhi oleh :
1. Litologi pada bagian puncak resistensinya lebih rendah
2. Topografi regional yang lebih rendah menjadikan pelapukan dan pelarutan serta
abrasi lebih intensif.
3. Iklim yang kering d m panas mengakibatkan proses casehardening.
Gambar lampiran 12. Data obyek geowisata, penilaian geologi dan dataran karst yang
mengisi ruang diantara teras pantai pada stasiun 12 jalur geowisata
eksokarst Gunungkidul.
a Morfostruktur pasif
Merupakan perkembangan dari dolina pada batugamping terumbu dirnana
perkembangan kearah lateral lebih intensif. Hal ini bisa disebabkan karena
kontrol topografi lokal dan struktur geologi lokal pada dolina
tersebut. semakin h a t .
c. Morfostruktur aktif
Bentuk permukaan yang relatif datar disebabkan karena perkembangan
kearah lateral yang dorninan baik erosi mapun pelarutan, akan mengupas
permdaannya sehingga merupakan tempat sedirnentasi dari lapukan
batugamping.
Morfodinarnik :
Abrasi oleh gelombang laut berpmgaruh terhadap pembentukan morfologi
perbukitan karst di Satuan Geomorfologi Teras Pantai.
Morfokronologi :
Dataran ini berada pada batugarnping terumbu yang tebal, dirnana pada tahap
awal perkembangannya dataran aluvial merupakan doliia dan mengalami proses
lanjutan sehingga topografi yang datar. Pada kala pleistosen ini kontrol struktur
berupa kekar dan sesar sangat berpenarug terhapa pembantukannya
Morfosrangement :
Bentuk perbukitan dataran aluvial karst dekat pantai dipengaruhi oleh :
1. Topografi regional yang berpengaruh terhadap suatu dolina yang berada pada
topografi yang tererosi dan terlarutkan.
2. Iklim dan curah hujan berperan penting terhadap proses pelarutan dan
pelapukan.
Gambar Lampiran 13. Data obyek geowisata, penilaian geologi dan morfologi pantai karst
yang beralaskan koral serta berada diantara perbukitan karst yang
dikontrol abrasi, di stasiun 13jalur geowisata eksokarst Wonosari -
Tepus Gunungkidul.
Slili membentuk
morfologi yang
merupakan bagiar
dari Satuan
Geomorfologi
Teras Pantai.
Daya tarik
perbukitan karst
dengan dasar
pantai
beralaskan koral
merupakan daya
tarik Pantai Slili.
a Morfostruktur pasif
Proses pengangkatan batugamping diikuti dengan subsident pada kondisi
karstifikasi vertikal yang sudah maksimal pada topografi yang rendah
memicu perkembangan karstiflkasi lateral sehingga terbentuk dataran.
Dataran tersebut tidak semuanya tersingkap ke permukaan namun ada
sebagian masih berada di bawah air.
c. Morfostruktur aktif
Proses pelarutan dan pelapukan pada litologi yang seragam dengan topografi
yang rendah cendenmg bersifat lateral sehingga membentuk dataran pada
pantai. Morfologi perbukitan tang terbentuk menunjukkan ciri lereng terjal
akibat pengaruh pelarutan dan abrasi
Morfodinamik :
Pelarutan dan pelapukan lateral dipercepat dengan abrasi gelombang membentuk
morfologi Degraded cockpit.
Morfokronologi :
Morfologi pantai merupakan perkembangan lebih lanjut dari karstifikasi pada
karst yang di mulai sejak Kala Pleistosen hingga sekarang.
Morfoarangement :
Bentuk perbukitan dataran aluvial karst dekat pantai dipengaruhi oleh :
1. Topografi yang rendah mengakibatkan daerah ini sangat dipengaruhi topografi
diatasnya yaitu sebagai tempat sedimentasi yang relatif datar.
2. Litologi bentang darn pantai karst relatif lebih kompleks karena selain
batugamping terurnbu daerah ini juga menjadi tempat berkumpulnya sedirnen
di atasnya
Gambar lampiran 14. Data obyek geowisata, penilaian geologi dan keanekaragaman
Satuan Geomorfologi Teras Pantai serta fasilitas sarana prasarana
geowisata stasiun 14 jalur geowisata eksokarst Wonosari - Tepus
Gunungkidul.
Degraded cockpit
sangat terlihat jelas di
Pantai Krakal.
Morfologi teras pantai
yang muncul pada
dataran karst sebagai
gambaran
perkembangan karst ke
selatan
a. Morf'ostruktur pasif
Merupakan perkembangan dari dolina pada batugamping terurnbu yang
dipengaruhi oleh kontrol topografi lokal dan struktur yang mempengaruhi
proses erosi.
c. Moxfostruktur aktif
Bila proses karstifikasi vertikal sudah maksimal dan tidak memungkinkan
lagi maka perkembangan selanjutnya banyak di dominasi oleh perkembangan
karstifikasi lateral yang intensif pada daerah tang terkena kontrol struktur dan
topografi. Karena topografi yang rendah daerah ini juga merupakan tempat
sedimentasi sisa endapan diatasnya
Morfodinamik :
Pembentukan moxfologi dolina menjadi cockpit dikontrol oleh topografi lokal
yang berupa perbukitan karst yang mengelilinginya
Morfokronologi :
Bentuk lahan ini merupakan prekembangan lebih lanjut dari morf'ologi doline
yang terbentuk pada Kala Pleistosen.
Morfoarangement :
Empat variabel yang berpengaruh pada pembentukan dataran karst:
1. litologi barupa batugamping terumbu yang masif bila terkena karstifikasi
vertikal menunjukkan kenampakan yang seragam.
2. Struktur geologi yang berperan adalah struktur rekahan dan sesar yang
menjadikan daerah tertentu menjadi lemah sehingga proses pelarutan dan
pelapukan secara vertikal lebih intensif
Gambar lampiran 15. Data obyek geowisata, penilaian geologi dan pembentukan
morfologi cockpit di antara perbukitan karst di stasiun
15 jalur geowisata eksokarst Wonosari - Tepus Gunungkidul.
a Morfostruktur pasif
Merupakan perkembangan dari dolina pada batugamping tenunbu yang
dipengaruhi oleh stnrktur rekahan sehingga membentuk close depresion
mengikuti pola strukturnya Kenampakan yang terlihat close depresion
mengelilingi perbukitan karst yang disebut sebagai cockpit.
b. Morfostruktur aktif
Zona lemah akibat kontrol struktur geologi yang berupa sesar atau rekahan
merupakan tempat terjadinya pelarutan secara intensif sehingga terjadi
depresi yang mengikuti arah struktur yang ada Litologi dasar telaga yang
disusun oleh endapan empermiabel pelarutan batu garnping , sisa sedimen
yang talc terangkut oleh air tanah dan tanah lempung mengalasi dasar telaga
Morfodiamik :
Faktor yang berpengaruh terhadap morfologi ini adalah topografi regional.
Morfokronologi :
Bentuk lahan ini merupakan prekembangan lebih lanjut dari morfologi doline
yang terbentuk pada Kala Pleistosen.
Morfoarangement :
Empat variabel yang berpengaruh pada pembentukan telaga karst :
1. litologi barupa batugarnping terumbu sebagai pembentuk morfologi telaga,
endapan sisa pelarutan batugarnping dan tanah lempung mengalasi dasar
telaga
2. struktur geologi yang berperan adalah struktur rekahan dan sesar yang
menjadikan daerahtertentu menjadi lemah sehingga proses pelanrtan dan
pelapukan berjalan intensif pada zona tersebut sehingga mempengaruhi
morfologiyang terbentuk.
Gambar lampiran 16. Data obyek geowisata, penilaian geologi dan morfologi teluk yang
dibangun oleh perbukitan karst serta material pasir besi yang mengalasi
Pantai Baron di stasiun 16 jalur geowisata eksokarst Wonosari - Tepus
Gunungkidul.
a. Morfostruktur pasif
Pembentukan teluk ini sangat dipengaruhi oleh kontrol sbdchu sesar besar
yang mempunyai arah Utara-Selatan yang membatasi bagian Barat dan Timur
sehingga membentuk landaian yang pada akhirnya membentuk teluk.
b. Morfostruktur aktif
Kontrol struktur batuan serta pelarutan dan pelapukan yang ada mengikuti
pola struktur rekahan ,kekar dan sesar pada jenis litologi yang seragam,
Morfodinamik :
Topografi yang miring ke selatan dan dikontrol oleh-topografi yang rendah dan
datar membentuk mekanisme aliran yang mengarah ke selatan.
Morfokronologi :
Umur pembentukan topografi ini dimulai sejak adanya kontrol struktur sesar yang
mengakibatkan landaian di daerah Baron yang akhimya menjadi tempat
mengalirnya aliran sungai bawah tanah dari perbukitan karst.
Morfoarangement :
Bentuk topografi Teluk Baron d i p m g d oleh :
1. Litologi yang seragam pada daerah tersebut mengakibatkan kontrol struktur
yang terjadi pada batuan tersebut memberikan efek yang sama.
2. Kontrol struktur sesar sebagai pembatas landaian Baron dengan morfologi
perbukitan dan berfungsi sebagai jalan aliran sungai bawah tanah.
Morfogenesis :
a Morfostruktur pasif
Pada batugarnping Formasi Wonosari yang merupakan inti dari terurnbu
masif dan tebal terangkat pada pertengahan Pleistosen Tektonik tersebut
beralabat munculnya dua patahan b e a r yang mengakibatkan bagian tengah
dari zona pegunungan selatan mengalami depresi (penurunan) dan rekahan.
Aliran sungai bawah tanah banyak mengikuti kontrol struktur geologi yang
membentuk h a n sungai bawah tanah.
b. Morfostruktur aktif
Daerah yang komposisi batuannya seragam, mengalami pengaruh struktur
geologi yang berupa s e a r atau rekahan akan -menjadi zona lernah yang
mudah lapuk dan larut oleh air.
Morfodinamik :
Merupakan dinamika pergerakan dari air hujan yang jatuh di daerah karst,
meresap rnasuk lubang ponor, diteruskan kedalam tanah lewat saluran voclus dan
terus bergerak hingga menemukan daerah impermiabel (bisa berupa batuan dasar),
kemudian terkurnpul pada suatu tempat d m mencari jalan keluar, mendesak zona
lemah (zona sesar & rekahan) membentuk aliran sungai bawah tanah dan muncul
kepermukaan sebagai mata air.
Morfokronologi :
Perkembangan bentuk perbukitan kerucut karst gunungkidul dimulai dari
pengendapan batugamping pada kala rniosen, selanjutnya terjadi pengangkatan
Blok Wonosari pada pertengahan Pleistosen yang diikuti dengan pembentukan
morfologi karst.
Morfoarangement :
Morfologi aliran sungai bawah tanah dipengaruhi oleh :
1. Litologi yang seragam menjadikan pengaruh struktur geologi, pelarutan dan
pelapukan berdarnpak sama pada batuan yang ada
2. Topografi regional ini mempengaruhi pola aliran sungai bawah tanah.
3. Iklim yang panas dan banyak mengandung curah hujan mempercepat
karstifikasi.
Gambar lampiran 18. Data obyek geowisata, penilaian geologi dan perkembangan morfologi
dolina menjadi uvala di stasiun 18 jalur geowisata eksokarst Wonosari
- Tepus Gunungkidul.
a Morfostruktur pasif
Batugamping terurnbu masif dari Formasi Wonosari yang mengalami
tektonik pada pertengahan Pleistosen (Sweeting 1972) sehingga terangkat
dari lingkungan laut menjadi darat proses tersebut disertai pula rekahan-
rekahan atau kekar yang merupakan jalan bagi intensifhya proses pelarutan
dan pelapukan Proses tersebut menghasilkan dolina pada zona yang lemah,
beberapa doline yang berdekatan kemudian menyatu membentuk uvala,
penyatuan ini dapat dipengasuhi oleh kontrol struktur geologi maupun proses
pelarutan itu sendiri.
b. Morfostrukturaktif
Pada zona tengah yang didominasi oleh batugamping terumbu masif dan
tebal merniliki porositas yang tinggi sehingga proses pelarutan dan pelapukan
bejalan intensif, terutama pada zona lernah terbentuk morfologi dolina Bila
pelarutan terus bejalan intensif maka beberapa dolina yang berdekatan bisa
menyatu membentuk uvala
Morfodinarnik :
Air hujan yang jatuh dan mengalir pada daerah yang rendah dimana daerah ini
ditunjukkan oleh cekungan yang terbentuk oleh akibat tektonik. Air pada
cekungan itu akan mencari jalan masuk kedalam lapisan tanah lewat saluran yang
disebut sebagai ponor, kemudian di dalam tanah air tersebut berkumpul dan
mendesak daerah-daerah yang lebh lemah agar air dapat bergerak. Pergerakan di
bawah tanah akan membentuk aliran sungai bawah tanah.
Morfokronologi :
Perkembangan bentuk telaga karst gunungkidul dimulai dari pengendapan
batugamping pada kala rniosen, selanjutnya terjadi pengangkatan Blok Wonosari
pada pertengahan Pleistosen diikuti oleh proses perkembangan porositas sekunder
oleh pengkekakaran dan proses pelarutan.
Morfoarangement :
Bentuk uvala yang merupakan kombinasi dari bentuk dolina dipengaruhi oleh :
1. Litologi seragam dari batugamping terumby masif, tebal sehingga akan
menghasilkan bentukan yang seragam karena mempunyai tingkat resistensi
yang sarna
2. Topografi regional yang berbentuk perbukitan dan lembah akibat
mengahbatkan proses pelarutan dan pelapukan Intensif terjadi pada tempat-
tempa. tertentu.
Gambar lampiran 19. Data obyek geowisata, penilaian geologi dan pembentukan bukit
asimetri yang dipengaruhi kontrol struktur geologi pada topografi
yang miring di stasiun 19 jalur geowisata eksokarst Wonosari -
Tepus Gunungkidul.
a Morfostruktur pasif
Prinsip pembentukannya sama dengan perbukitan karst sebelumnya yaitu
terjadi pada batugamping masif tebal Dari Formasi Wonosari yang terangkat
pada pertengahan Pleistosen. Pengaruh tektonik yang menghasilkan
morfologi yang relatif rata dan litologi yang seragam membentuk kerucut
simetri, sedangkan bentuk puncak tidak banyak terpengaruh akibat sruktur
geologi.
b. Morfostruktur aktif
Bentuk seperti meja pada bagian puncak terjadi pada batugamping masif
dengan boulder-bolder &bat mineralisasi (casehardening) sehingga bagian
ini relatif lebih resisten terhadap pelarutan dan pelapukan.
Morfodinamik :
Pengaruh iklim dan curah hujan berpengaruh terhadap proses kalsitisasi sehingga
membentuk morfologi yang resisten.
Morfokronologi :
Perkembangan bentuk perbukitan kerucut karst gunungkidul dimulai dari
pengendapan batugamping pada kala miosen, selanjutnya terjadi pengangkatan
Blok Wonosari pada pertengahan Pleistosen diikuti oleh proses perkembangan
porositas sekunder oleh pengkekakaran dan proses pelarutan.
Morfoarangement :
Bentuk perbukitan kerucut simetri dengan puncak yang berbentuk seperti meja
banyak dipengaruhi oleh :
1. Litologi yang seragam tapi sebagian mengalami mineralisasi
2. Topografi regional yang berbentuk perbukitan clan lembah akibat tektonik
3. Iklirn yang kering dan panas mengakibatkan proses casehardening.
Gambar lampiran 20. Data obyek geowisata, penilaian geologi dan perkembangan
perbukitan simetri di Sub Satuan Geomorfologi Kerucut
Karst di stasiun 20 jalur geowisata eksokarst Wonosari -
Tepus Gunungkidul.
a Morfostruktur pasif
Sekumpulan batugamping terumbu dari Formasi Wonosari yang mengalami
pengangkatan akibat tektonik pada pertengahan Pleistosen (Sweeting, 1972)
'
b. Morfostruktur aktif
Batugarnping terumbu mengalami pengkekaran akibat tektonik menjadi
lernah terhadap proses pelarutan yang dilakukan oleh aktifitas air hujan.
Perbukitan yang terbentuk bukan merupakan bukit tunggal tapi terdapat dua
bukit yang masih bersarnbungan hal ini diperkirakan kedua bukit tersebut
pada awalnya satu bukit tetapi karena proses pelarutan menjadikan bukit
tersebut hampir terpisah. Perbedaan bentuk lereng disebabkan oleh proses
kalsitisasi antara dua sisi yang berbeda yang mengakibatkan perbedaan
resistensi batuan terhadap pelarutan dan pelapukan.
Morfodinamik :
Kondisi morfologi dengan bentuk yang beragam dipengaruhi oleh mekanisme
aliran permukaan yang jatuh p d a topografi yang berbukit-bukit.
Morfokronologi :
Perkembangan bentuk perbukitan kerucut karst gunungkidul dimulai dari
pengendapan batugamping pada kala rniosen, selanjutnya terjadi pengangkatan
Blok Wonosari pada pertengahan Pleistosen Setelah pleistosen relatif tidak terjadi
proses tektonik sehingga yang ada hanya proses pelarutan yang diikuti dengan
proses pelapukan dan sebagian kalsitisasi.
Morfoarangement :
Bentuk perbukitan kenicut yang asimetri menunjukkan bahwa proses geologi
regional sangat berpengaruh terutarna tektonik dan proses palrutan oleh air hujan.
Morfologi yang asimetri disebabkan karena pada sis tertentu dari perbukitan
tersebut ada yang mengalami kalsitisasi sehingga menjadi relatif resisten terhadap
pelarutan dan pelapukan
Lampiran tabel 1. Pembobotan stasiun geowisata 1-4 di jalur geowisata eksokarst Wonosari - Tepus Gunungkidul berdasarkan veriabel obyek
geowisata
I
00
00
Lampiran tabel 3. Pembobotan stasiun geowisata 9 - 12 di jalur geowisata eksokarst Wonosari - Tepus Gunungkidul berdasarkan variabel
obyek geowisata
L
00
\O
Lampiran tabel 4. Pembobotan stasiun geowisata 13 - 16 di jalur geowisata eksokarst Wonosari - Tepus Gunungkidul berdasarkan variabel
obyek geowisata
Ds. Kerniri dekat Telaga Lebak Ds. Mulo, dekat sekolah Dasar.
VARIABEL OBYEK
-
Lalnpiran tabel 6. Petnbobotan stasiiln geowisata 1 4 di jalur geowisata eksokarst Wonosari - Tepus Gunungkidul berdasarkan variabel sarana
prasarana geowisata
VARIABEL SARANA
Plateau Wonosari
Lampiran tabel 7. Pembobotan stasiun geowisata 5 - 8 di jalur geowisata eksokarst Wonosari - Tepus Gunungkidul berdasarkan variabel
sarana prasarana geowisata
Lampiran tabel 8. Pembobotan stasiun geowisata 9 - 12 di jalur geowisata eksokarst Wonosari - Tepus Gunungkidul berdasarkan variabel
sarana prasarana geowisata
VARJABEL SARANA
PRASARANA GEOWISATA Ds. Kemiri dekat Telaga Lebak Ds. Mulo, dekat sekolah Dasar.
mengalami casehardening.
Lampiran tabel 11. Pembobotan stasiun geowisata 1- 4 di jalur geowisata eksokarst Wonosari - Tepus Gunungkidul berdasarkan variabel
aksesibilitas geowisata
VARIABEL AKSESlBlLlTAS
Plateau Wonosari S 80 3,55'4"E I100 37,4' T'
Lampiran tabel 12. Pembobotan stasiun geowisata 5 - 8 di jalur geowisata eksokarst Wonosari - Tepus Gunungkidul berdasarkan variabel
aksesibilitas geowisata
No. VARIABEL AKSESlBlLlTAS Slili Belakang pantai Krakal. Pantai Sundak Pantai Baron
GEOWISATA S 8008,35' 4' S 8008,32'4' S 8007,44'0' S 8010,15'4'
E 1100 36,01'8' E I100 35,0112' E 1100 33,575' E 1100 24,0118"
Eksokarst, Pantai karst Eksokarst, Paneplain cockpit Eksokarst, dolina kering Eksokarst, Teluk Baron
NlLAl NIW JUMLAH NIW NIW JUMLAH NlLAl NlW JUMLAH NIW NlLAl JUMLAH
KUALITAS KUANTITAS KUALITAS KUANTITAS KUALITAS KUANTITAS KUALITAS KUANTITAS
Lampiran tabel 15. Pembobotan stasiun geowisata 17 - 20 di jalur geowisata eksokarst Wonosari - Tepus Gunungkidul berdasarkan variabel
aksesibilitas geawisata
No. VARIABEL AKSESlBlLlTAS Bamnl Ds. Kemiri dekat Telaga Lebak Ds. Mulo, dekat sekolah Dasar.
Gejala endokarst yang muncul Ds. Kerniri Eksokarst, perbukitan karst simetri Eksokarst perbukitan karst.
GEOWISATA
sebagai fenomena eksokarst berupa Eksokarst, uvala kering mengalami casehardenirig.
aliran sungai bawah tanah di Baron.
NIW NIW JUMLAH NIW NlW JUMLAH NlLAl NlLAl JUMLAH NIW NlLAl JUMLAH
KUALITAS KUANTITAS KUALMAS KUANTITAS KUALITAS KUANTITAS KUALITAS KUANTITAS