Menurut Otto Von Bismarck mempertaruhkan kemungkinan untuk merebut
kemungkinan yang lebih besar, ada nilai yang diperjuangkan dan tujuan yang hendak diraih.Tidak hanya menyangkut suatu tujuan dan cara mencapai tujuan tersebut yang dapat ditangani dengan memakai rasionalitas instrumental atau Zweckrationalitaet dan politik lebih dari pragmatisme simplitis, mengandung sifat eksistensial dalam wujudnya karena melibatkan juga rasionalitas nilai-nilai atau Wertrationalitaet dalam pengertian Max Weber. Menempatkan sub sistem politik sebagai unit sistem yang bertugas mencapai tujuan, maka tujuan yang dipilih adalah tujuan sistem (kepentingan umum) dan cara mencapainya tunduk pada rasionalitas nilai, menurut Parson dalam teori sistemnya. Hidup yang tak dipertaruhkan, tak akan pernah dimenangkan kutipan yang diperoleh oleh Ignas Kleden dari kata-kata Friedrich Schiller untuk menunjukan makna hakiki dari politik. Secara filosofis, berbicara hukum, berarti berbicara tentang pengaturan keadilan serta memastikan keadilan itu terwujud di bawah jaminan aturan yang jelas - tegas, sehingga memberi manfaat pada kebaikan manusia, gagasan supremasi keadilan dari Gustav Radbruch. Fungsi kepastian hukum, tiada lain adalah memastikan bahwa hukum (berisi keadilan dan norma - norma yang memajukan kebaikan manusia) berfungsi sebagai peraturan yang ditaati. Politik hukum , lebih mirip sebuah etika, yang menuntut agar suatu tujuan yang dipilih harus dapat dibenarkan oleh akal sehat dapat diuji dan cara yang ditetapkan untuk mencapainya dapat dites dengan kriteria moral. Sifat yang dimiliki politik hukum selalu ideal dan berangkat dari idealisme.Perumusan politik hukum dari Padmo Wahyono adalah sebagai kebijakan dasar yang menentukan arah, bentuk, maupun isi dari hukum yang akan dibentuk.
Dikatakan bahwa politik hukum hadir di titik perjumpaan antara realisme
hidup dengan tuntutan idealisme. Politik hukum tidak bersikap pasif dan tidak boleh terikat terhadap “apa yang ada”, melainkan aktif mencari jalan keluar “apa yang seharusnya”. Oleh karena itu, keberadaan politik hukum ditandai oleh tuntutan untuk memilih dan mengambil tindakan. Hukum sebagai salah satu sumber daya, dapat saja dimanfaatkan untuk kepentingan pencapaian tujuan itu.Tujuan mulia yang ingin dicapai di suatu masyarakat, bangsa, atau negara. Disitulah inti politik hukum yang sesungguhnya. Ia memikul beban sosial suatu masyarakat, suatu bangsa, suatu negara untuk mewujudkan tujuan masyarakat, bangsa dan negara itu. Karenanya dalam konteks politik hukum, hukum (sebagai milik bersama), tidak boleh ditunggangi oleh kepentingan pihak tertentu untuk mengabdi kepentingan bagi dirinya. Di titik inilah letak perbedaan antara politik hukum dengan hukum dan politik. Dikatakan politik hukum, jika hukum ditugaskan mengemban misi suatu masyarakat, suatu bangsa, suatu negara untuk mewujudkan visi yang dituju oleh masyarakat, bangsa dan negara tersebut. Di sini terdapat semacam ideologi bersama yang imperatif sifatnya, yakni mewujudkan tujuan bersama. Politik hukum harus berdimensi common ideology. Dalam tugas demikian, politik hukum memiliki fungsi ideologis untuk 2 hal mendasar : 1. Memberikan titik tolak dan arah dasar bagi tatanan hukum dalam mengelola berbagai persoalan di berbagai bidang demi mencapai tujuan bersama. 2. Mengarahkan dan mengerahkan seluruh potensi yang dimiliki hukum untuk mewujudkan tujuan bersama dimaksud. Sedangkan “hukum dan politik” lebih terarah pada realitas hubungan timbal balik dan tarik menarik antara hukum dan politik itu sendiri. Ketika hukum terkooptasi oleh politik, bahkan oleh kepentingannya penguasa atau kelompok tertentu, dan karena nya mewajah represif, diskriminatif dan ketidakadilan. Hukum mendapat ruang yang relatif otonom ketika politik - kekuasaan- kepentingan “orang kuat”, sedikit mengekang diri untuk tidak terlampau melakukan intervensi. Realitas tersebut yang dinamakan masalah “politik dan hukum”. Politics of law, lalu disederhanakan menjadi legal policy, maka seluruh kebijakan di bidang hukum (tanpa memastikan apakah content kebijakan tersebut berisi tujuan ideal bersama atau tidak), dianggap begitu saja sebagai materi politik hukum. Legal policy dapat saja memiliki content politik hukum, yakni ketika pencapaian tujuan ideal bersama menjadi fokus kebijakan tersebut. ada beberapa content nya justru mengabdi pada kepenringan-kepentingan parokhial pihak dan golongan tertentu. tidak semua legal policy adalah politik hukum. Seperti juga, tidak semua public policy adalah pro publik. Secara garis besar, ruang lingkup politik hukum mencakup tiga hal : 1. Tujuan (ideal) yang hendak dicapai melalui hukum. 2. Cara/ metode yang tepat untuk mencapai tujuan itu 3. Konfigurasi hukum yang efektif mewujudkan tujuan tersebut Historis zaman klasik hingga abad ke -20, tercatat sejumlah tugas/ tujuan (ideal) dari hukum antara lain 1. Zaman klasik : mewujudkan dan menjamin kebajikan dan keadilan umum, menjamin eudaimonia (kebahagian : socrates), menjamin partisipasi dalam gagasan keadilan (plato), menjamin eksistensi negara yang bermoral dan adil (aristoteles), memenuhi kepentingan tiap warga (epicurus) 2. Abad pertengahan : menyelenggarakan keamanan perdamaian, serta mewujudkan kesalehan sosial, menjunjung hak ilmiah manusia untuk mempertahankan hidup, cinta dan hidup berkeluarga, kerinduan mengenal tuhan dan hidup bersahabat 3. zaman renaissance, aufklarung dan abad ke -19 : mewujudkan otonomi manusia, menjamin kebebasan individu, menjaga tertib hukum negara, menciptakan tatanan masyarakat sosialis, melestarikan karakter bangsa 4. Abad ke -20 : menjaga hak- hak asasi manusia, menjamin keadilan masyarakat, mewujudkan kepentingan umum, menjaga kepentingan umum dan individu secara seimbang Semua daftar tersebut, hanya bagian kecil dari tugas - tugas hukum yang ada di berbagai negara/masyarakat sesuai dengan tujuan negara atau masyarakat tersebut. Tugas politik hukum-lah untuk menjabarkan tujuan- tujuan besar itu dalam agenda - agenda program yang lebih operasional tanpa menyimpang dari tujuan pokok. Tujuan “mewujudkan kesejahteraan umum”, tugas politik hukum adalah menciptakan aturan dan sistem implementasi hukum yang menjamin pemerataan anggaran, penghapusan kemiskinan, penyediaa fasilitas publik yang merata, pemberatasan KKN, mendorong sektor ekonomi produktif, atau membuka akses ekonomi lebih besar bagi pelaku ekomoni kecil dan menengah, dan lain sebagainya.
B. Politik hukum sebagai agenda hukum
Politik hukum sebagai agenda hukum adalah dalam tugasnya mewujudkan
tujuan bersama, hukum harus hadir dalam wujud hakikatnya sebagai hukum yakni; menjamin peraturan yang adil, memberi kepastian hukum, dan mendistribusi manfaat. Mengenai masyarakat miskin, di mata politik hukum, politik ekonomi dan politik kebudayaan, tentu saja masalah tersebut harus segera ditangani sedemikan rupa agar masyarakat miskin dapat terentas dari kemiskinan, namun cara kerja nya yang berbeda antar setiap politik. Bagi politik hukum itu sendiri, masalah masyarakat miskin tersebut harus ditangani lewat peraturan yang lebih adil, misalnya melalui regulasi hukum mengenai hak dan kewajiban menyangkut akses ekonomi. Harus dipastikan, bahwa aturan-aturan yang mengatur akses bagi golongan yang tidak mampu tersebut jaris jelas dan tegas, sehingga menjadi pegangan yang pasti. Bahkan perlu disertai ancaman sanksi bagi semua pihak yang menghalangi akses dimaksud. Raison d etre hukum adalah untuk melayani kepentingan umum, maka semua unsur hukum yaitu keadilan, kepastian, dan kemanfaatan merupakan milik bersama untuk melayani kepentingan bersama (volonte generale). Disinilah letak sifat ideal yang melekat dalam politik hukum. Dengan kata lain, idealisme tersebut merupakan roh dari politik hukum. keadaan ini, tentu berbeda sekali dengan fenomena-fenomena yang lazim muncul dalam interaksi antara “hukum dan politik” seperti kooptasi hukum oleh kekuasaan yang melahirkan hukum otoritarian ataupun hukum represif dan berbeda sekali dengan fenomena legal policy saat ini yang isinya justru mengabdi pada kepentingan-kepentingan parokhial tertentu atau golongan tertentu. Politik hukum justru bertugas melawan keadaan yang demikian melalui pelembagaan keadilan, jaminan kepastian, distribusi manfaat bagi kepentingan umum.