Anda di halaman 1dari 15

PEMERINTAH KABUPATEN MINAHASA

DINAS KESEHATAN
PUSKESMAS MANEMBO
Alamat : Desa Manembo Jaga III Kec. Langowan Selatan Kab. Minahasa SULUT. 95694

Email : puskesmasmanembo@gmail.com

PEDOMAN PELAKSANAAN
PENGENDALIAN PENYAKIT TIDAK MENULAR (PTM)
PUSKESMAS ...
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL………………………………………………………………………i

DAFTAR ISI……………………………………………………………………………..iv

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG……………………..………………………………………1

B. TUJUAN …………….………………………………………………………… 2

C. SASARAN…………………………………………………………………….. 3

D. RUANG LINGKUP……………………………………………………………

E. BATASAN OPERASIONAL…………………………………………………. 4

BAB II STANDAR KETENAGAAN 11

A. KUALIFIKASI SUMBER DAYA MANUSIA………………………………… 11

B. DISTRIBUSI KETENAGAAN……………………………………………….. 15

C. JADWAL KEGIATAN………………………………………………………… 15

BAB III STANDAR FASILITAS 16

17
A. DENAH RUANG………………………………………………………………

B. STANDAR FASILITAS………………………………………………………

BAB IV TATALAKSANA PELAYANAN

A. LINGKUP KEGIATAN……………………………………………………….

B. METODE………………………………………………………………………

C. LANGKAH KEGIATAN………………………………………………………

BAB V LOGISTIK

BAB VI KESELAMATAN SASARAN KEGIATAN

BAB VII KESELAMATAN KERJA

BAB VIII PENGENDALIAN MUTU

BAB IX PENUTUP

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Indonesia pada saat ini menghadapi pergeseran pola penyakit dari penyakit menular
menjadi penyakit tidak menular (PTM). Prevalensi beberapa PTM utama meningkat, sementara
penyakit menular masih tinggi, Dengan adanya pergeseran pola penyakit tersebut maka Indonesia
menghadapi triple burden of diseases.
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdes) tahun 2013 menunjukan prevalensi penyakit Stroke
12,1 , .Penyakit Jantung Koroner 15 %, Gagal Jantung 0,3 %, Diabetes Melitus 6,9 %, Gagal
Ginjal 0,2 % Kanker 1,4 %, PPOK 3,7 % dan Cidera 8,2 %. PTM dapat dicegah dengan
mengendalikan faKtor risikonya yaitu merokok, diit yang tidak sehat, kurang aktivitas fisik dan
konsumsi minumanl beralkohol. Mencegah dan mengendalikan faktor risiko relative lebih murah
bila dibandingkan biaya pengobatan PTM. Pengendalin faktor risiko PTM merupakan upaya
untuk mencegah agar tidak terjadi faktor risiko bagi yang memiliki faktor risiko, mengendalikan
faktor risiko PTM menjadi normal kembali dan atau mencegah terjadinya PTM bagi yang
mempunyai faktor risiko serta mencegah komplikasi kecacatan dan kematian dini serta
meningkatkan kualitas hidup para penderita PTM
Pada tahun 2021 kunjungan pasien hipertensi di Puskesmas Manembo menduduki urutan
pertama sebanyak 2202 kasus, smentara itu untuk pasien Diabetes Mellitus menduduki urutan
kelima dengan 541 kasus, pasien gagal jantung di urutan keenam dengan 238 kasus.
Dalam pelaksanaannya Puskesmas Manembo berupaya memelihara, meningkatkan
kesehatan, mencegah, dan menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan perorangan,
keluarga dan masyarakat pengunjung yang bertempat tinggal diwilayah kerjanya.

B. Tujuan
A. Memberikan acuan dalam pelayanan Pengendalian PTM yang dilaksanakan secara
berjenjang mulai dari pusat, provinsi, kabupaten/kota dan puskesmas serta jajarannya.
B. Terselenggaranya pelayanan PTM dipuskesmas secara efektif dan efisien.
C. Terkendalinya faktor risiko penyebab PTM di masyarakat.
D. Meningkatnya kesadaran pasien/masyarakat akan pentingnya mengendalikan faktor risko
pada diri sendiri, keluarga, masyarakat atau lingkungan sekitar.

C. Sasaran
Sasaran dari pedoman ini adalah :
1. Pasien/Masyarakat yang masih sehat
2. Pasien/ masyarakat berisiko
3. Pasien/ Masyarakat yang berpenyakit
4. Pasien/masyarakat yang menderita kecacatan

D. Ruang Lingkup
Upaya Pengendalian PTM di puskesmas meliputi : penyakit jantung dan pembuluh darah,
kanker, penyakit kronis dan degenerative lainnya, DM dan penyakit metabolic, gangguan akibat
kecelakaan dan tindak kekerasan.

E. Batasan Operasional
1. Puskesmas Pelayanan Pengendalian Penyakit Tidak Menular
Adalah puskesmas yang mampu menyelenggarakan pengendalian PTM secara
komprehensif mulai dari promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif pada penyakit tidak
menular beserta faktor risikonya, yaitu Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah, Penyakit
Kronis dan degeneratif lainnya, DM dan penyakit metabolik, gangguan akibat kecelakaan
dan tindak kekerasan sebagai upaya merevitalisasi puskesmas.
2. Pengendalian
Adalah serangkaian manajemen yang menjamin agar suatu program/kegiatan yang
dilaksanakan sesuai dengan rencana yang ditetapkan.
3. Penyakit Tidak Menular
Adalah Penyakit yang bukan disebabkan oleh proses infeksi (tidak infeksius).
4. Revitalisasi Puskesmas
Adalah salah satu strategi untuk mengoptimalkan fungsi puskesmas dengan menyiapkan
SDM yang kompeten serta ditunjang oleh sarana dan prasarana dalam pelayanan
kesehatan baik secara perorangan maupun komunitas.
5. Posbindu PTM
Adalah kegiatan dan deteksi dini faktor risiko PTM terintegrasi ( Penyakit Jantung dan
Pembuluh Darah, Diabetes, Penyakit Paru Obstruktif Akut dan Kankes) serta gangguan
akibat kecelakaan dan tindakan kekerasan dalam rumah tangga yang dikelola oleh
masyarakat/petugas PTM melalui pembinan terpadu.
6. Upaya Kesehatan Promotif
Adalah upaya untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat melalui upaya dari, oleh,
untuk, dan bersama masyarakat, agar mereka dapat secara optimal menolong dirinya
sendiri (mencegah timbulnya masalah dan gangguan kesehatan, memelihara dan
meningkatkan derajat kesehatannya, dan mampu berperilaku mengatasi apabila msalah
kesehatan tersebut sudah terlanjur dating), serta mengembangkan kegiatan yang
bersumber daya masyarakat sesuai social budaya setempat dan didukung oleh kebijakan
public yang berwawasan kesehatan.
7. Faktor Risiko PTM
Adalah suatu kondisi yang secara potensial berbahaya dan dapat memicu terjadinya
penyakit pada seseotang atau kelompok tertentu, diantaranya perilaku hidup, kelainan
yang disebabkan faktor biologis, kimia, radiasi, fisik, psikis, alam dan lingkunagn yang
telah terbukti secara ilmiah dapat menyebabkan terjadinya PTM.
8. Skrining/uji tapis
Adalah suatu strategi yang digunakan dalam suatu populasi untuk mendeteksi penyakit
pada individu dengan atau tanpa tanda dan gejala pada penyakit itu, atau suatu usaha
secara aktif untuk mendeteksi atau mencari penderita penyakit tertentu dengan ada
tampak gejala atau tanpa tampak gejala dalam suatu kelompok masyarakat melalui suatu
tes atau pemeriksaan secara singkat dan sederhana dapat memisahkan yang sehat,
kemungkinan besar menderita, dan selanjutnya diproses melalui diagnosis yang
dilanjutkan dengan pengobatan.
9. Upaya Kesehatan pencegahan/preventif
Adalah suatu upaya untuk mengendalikan risiko kesehatan dan mencegah terjadinya sakit.
Bila sudah terkena penyakit supaya tidak terjadi komplikasi penyakit lebih lanjut dan
meningkatkan seoptimal mungkin kualitas dan lama ketahanan hidup.
10. Pencegahan Primer
Adalah segala kegiatan yang dapat menghentikan atau mengurangi faktor risiko kejadian
penyakit sebelum penyakit itu terjadi.
11. Pencegahan Sekunder
Adalah kegiatan deteksi dini untuk menentukan penyakit bila ditemukan kasus, maka
dapat dilakukan pengobatan dini agar penyakit tersebut tidak menjadi kearah yang lebih
lanjut sehingga sulit untuk ditangani.
12. Pencegahan Tersier
Adalah suatu kegiatan difokuskan untuk mempertahankan kualitas hidup penderita yang
telah mengalami penyakit yang cukup berat yaitu dengan cara rehabilitaif dan paliatif.
13. Deteksi Dini
Adalah usaha untuk mengidentifikasi penyakit lebih awal atau dengan kata lain
menemukan adanya kelainan sejak dini sehingga memudahkan dalam penatalaksanaannya
untuk mengurangi angka morbiditas (kesakitan) dan mortalitas (kematian).
14. Rehabilitasi
Adalah pelayanan kesehatan yang bersifat holistic dan terintegrasi dengan melibatkan
multidisiplin profesi dengan dasar falsafah bahwa setiap pasien berhak mendapatkan
perawatan terbaik sampai akhir hayatnya yang bertujuan memperbaiki kualitas hidup
pasien dan keluarga yang menghadapi masalah yang berhubungan dengan penyakit yang
dapat mengancam jiwa, melalui identifikasi dini dan penilaian serta penanganan nyeri dan
masalah-masalah lain antara lain fisik, psikososial dan spiritual.
15. Paliatif
Adalah pengobatan yang dilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas hidup
pasien walaupun penyakitnya tidak dapat disembuhkan.
16. Sistem Rujukan
Adalah suatu sistem penyelenggaraan pelayanan yang melaksanakan pelimpahan tugas
dan tanggung jawab timbal balik terhadap suatu kasus penyakit atau masalah kesehatan
secara vertikal dalam arti dari unit yang berkemampuan kurang kepada unit yang lebih
mampu atau secara horizontal dalam arti pada unit yang setingkat akan tetapi berbeda
kemampuannya (antar pukesmas).

BAB II
STANDAR KETENAGAAN

A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia


Semua karyawan puskesmas wajib berpartisipasi dalam pelaksanaan penaggulangan
PTM mulai dari Kepala Puskesmas, Penanggung jawab UKP, Penanggung jawab UKM, dan
seluruh karyawan.
Sumber daya manusia di fasilitas layanan kesehatan yang merupakan unit Pelayanan
Pengendalian PTM memiliki kelompok kerja atau tim PTM yang melibatkan multi profesi dan
multi disiplin. Tim ini terdiri atas:
1. Dokter Umum
2. Apoteker
3. Perawat
4. Petugas Laboratorium
5. Nutrisionis
6. Petugas pencatatan dan pelaporan
7. Masyarakat yang dilatih/kader

B. Distribusi Ketenagaan
No Jenis Ketenagaan Jumlah
1. Dokter Umum 4 orang
2. Perawat 5 orang
3. Bidan D3 5 orang
4. Apoteker 1 orang
5. Asisten Apoteker 2 orang
6. Analis Kesehatan 1 orang
7. Sanitarian 2 orang
8. Nutrisionis 1 orang
9. Penyuluh 1 orang
10. Kader 5 orang
Jumlah 29 orang
I. Jenis Ketenagaan
1. Untuk kegiatan promotif dibutuhkan tenaga:
 Dokter Umum
 Perawat
 Nutrisionis
 Penyuluh
2. Untuk kegiatan preventif dibutuhkan tenaga :
 Perawat
 Penyuluh
3. Untuk kegiatan skrining dibutuhkan tenaga :
 Dokter Umum
 Perawat
 Nutriosionis
 Laboratorium
 Kader
4. Untuk pencatatan dan pelaporan dibutuhkan tenaga :
 Perawat/ Pemegang program
II. Beban Kerja
Dalam perhitungan beban kerja perlu diperhitungkan faktor-faktor yang berpengaruh
pada pelaksanaan kegiatan yaitu:
 Jumlah sasaran yang akan dilakukan skrining faktor risiko PTM
 Frekuensi kegiatan Posbindu
III. Pendidikan
Untuk menghasilkan mutu pelayanan yang baik, dalam penentuan kebutuhan tenaga
harus dipertimbangkan:
 Kualifikasi pendidikan disesuaikan dengan jenis pelayanan / tugas fungsi
 Penambahan pengetahuan disesuaikan dengan tanggung jawab
 Peningkatan keterampilan disesuaikan dengan tugas

C. Jadwal Kegiatan
Jadwal pelaksanaan kegiatan posbindu PTM disepakati dan disusun bersama dengan sektor
terkait.
Waktu Pelayanan:
 Dalam jam pelayanan puskesmas dilakukan skrining dan pelayanan terpadu PTM
 Dalam kegiatan luar gedung dilakukan skrining pada masyarakat diwilayah kerja
puskesmas
BAB III
STANDAR FASILITAS

A. Standar Fasilitas
Distribusi Sarana/Fasilitas Kesehatan di Puskesmas Manembo
1. Panduan pelaksanaan pengembangan layanan pengendalian PTM : 1 buah
2. Panduan pelaksanaan posbindu PTM : 1 buah
3. Timbangan BB, TB, alat ukur lingkar perut,Tensimeter digital/lapangan
4. Alat sampling dan pemeriksaan: alat ukur gula darah, alat ukur Kolesterol, reagen stick
(stick gula dan Kolesterol ), alcohol swab 70%, sarung tangan, kotak sampah medis dan
sampah non medis .
BAB IV
TATALAKSANA PELAYANAN

A. Ruang Lingkup Kegiatan


Upaya Pengendalian PTM di Puskesmas meliputi pencegahan yang dilaksanakan melalui
kegiatan pencegahan primer, sekunder, dan tersier.
1. Pencegahan Primer
Pelayanan kesehatan primer ditingkat puskesmas utamanya menekankan pada upaya-
upaya promosi kesehatan dan pencegahan untuk meningkatkan kesadaran dan
pengetahuan masyarakat khususnya dalam pengendalian PTM agar masyarakat tidak
jatuh sakit dan masyarakat yang sehat dapat memelihara kesehatan dan kebugarannya
secara optimal. Salah satu kegiatan yang dilakukan puskesmas mengajak masyarakat
untuk berprilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) dengan cara sosialisasi, penyuluhan,
komunikasi, iseminasi-informasi, dan edukasi.
Promosi Kesehatan diarahkan untuk mengajak masyarakat menuju masa muda sehat
dan hari tua nikmat tanpa PTM secara “ CERDIK” yaitu :
C : Cek kondisi kesehatan secara berkala
E : Enyahkan asap rokok dan populasi udara lainnya
R : Rajin aktifitas fisik
D : Diet sehat dengan kalori seimbang
I : Istirahat yang cukup
K : Kelola stres
2. Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder dapat dilaksanakan dengan dua cara yaitu : secara skrining/uji
tapis/penapisan dan deteksi dini.
a. Skrining/uji tapis/penapisan
Adalah suatu strategi yang digunakan dalam suatu populsi untuk mendeteksi
faktor risiko atau penyakit pada individu dengan atau tanpa gejala yang bertujuan
untuk menjaring dan menentukanmapakah yang bersangkutan memang sakit atau
tidak. Skrining dilaksanakan dengan dua cara :
 Pelayanan pasif/dalam gedung yaitu dapat dilakukan di puskesmas antara
lain pemeriksaan TB, BB,TD, LP, IMT, GDS, kolesterol.
 Pelayanan aktif/luar gedung terintegrasi dengan program lain antara lain
pemeriksaan TB, BB,TD, LP, IMT pada anak sekolah bekerjasama dengan
kesehatan remaja dan program UKS.
b. Kegiatan deteksi dini faktor risiko dapat dilakukan melalui Posbindu PTM di
posyandu lansia, pusling atau desa siaga. Kegiatan ini ditujukan pada penyakit
tanpa gejala atau gejala tidak khas.

B. Tata Laksana
Metode yang digunakan dalam pelaksanaan pengendalian PTM di puskesmas antara lain :
 Kegiatan penggalian informasi faktor risiko dengan wawancara sederhana tentang riwayat
PTM pada keluarga dan diri peserta, aktivitas fisik, merokok, kurang makan sayur dan
buah potensi terjadinya cedera dan kekerasan dalam rumah tangga. Serta informasi
lainnya yang dibutuhkan untuk identifikasi masalah kesehatan berkaitan dengan
terjadinya PTM.
 Kegiatan pengukuran berat badan, tinggi badan, indeks massa tubuh (IMT), lingkar perut,
dan tekanan darah dilakukan sebulan sekali
 Kegiatan pemeriksaan gula darah bagi individu sehat paling sedikit 3 Bulan sekali, bagi
yang telah mempunyai faktor risiko PTM bisa dilakukan 1 tahun sekali dan bagi penderita
Diabetes Melitus 1 bulan sekali.
 Kegiatan pemeriksaan kolesterol total dan trigliserida bagi individu sehat disarankan 5
tahun sekali dan bagi yang telah mempunyai faktor risiko PTM 6 bulan sekali dan
penderita dislipidemia/gangguan lemak dalam darah minimal 3 bulan sekali.
 Kegiatan pemeriksaan IVA (Inspeksi Visual Asam Asetat ) ditawarkan pada pasangan
usia subur atau yang sudah menikah.
 Kegiatan konseling dan penyuluhan dilakukan setiap pelaksanaan Posbindu PTM
ataupun kegiatan skrining pasif di puskesmas.
 Melaksanakan program prolanis (Pengelolaan Penyakit Kronis) antara lain :
 Senam bersama 1 minggu sekali
 Perawatan rujuk balik yaitu program untuk penderita PTM yang sudah terkontrol
diberikan obat selama 1 bulan di puskesmas.
 Kegiatan rujukan ke fasilitas layanan kesehatan dasar di wilayahnya dengan pemanfaatan
sumber daya tersedia termasuk upaya respon cepat sederhana dalam penanggulangan pra
rujukan.
C.
D. Dokumentasi
1. Kegiatan Dalam Gedung
2. Kegiatan Diluar Gedung

Anda mungkin juga menyukai