Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

TAZKIYATUN NUFUZ
BAHAYA CINTA DUNIA

DOSEN PENGAMPU : TAHANIL FAWAID, S.HUM., M.HUM

DISUSUN OLEH :

GALUH PANGESTU 14205032

IKA ALFARIKA 14205035

IVANI NUR KHOIRUNISA 14205037

MELIANA 14205040

KELAS F/KM/VI

KONSENTRASI SISTEM INFORMASI KESEHATAN


PRODI KESEHATAN MASYARAKAT

STIKES SURYA GLOBAL YOGYAKARTA

2022
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur ke hadiran Tuhan Yang Maha Esa memberikan
rahmatNya kepada saya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah dengan judul “Bahaya
Cinta Dunia” ini. Makalah ini penulis buat untuk melengkapi tugas mata kuliah Tazkiyatun
Nufuz. Saya ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
penyusunan makalah ini. Dan saya juga menyadari akan pentingnya sumber bacaan dan
referensi internet yang telah membantu dalam memberikan informasi yang akan menjadi
bahan makalah. Saya juga mengucapkan terima kasih kepada bapak Tahanil Fawaid,
S.HUM., M.HUM. sebagai dosen mata kuliah Tazkiyatun Nufuz yang telah banyak memberi
bimbingan dan semua pihak yang telah memberikan arahan serta bimbingannya selama ini
sehingga penyususan makalah dapat dibuat dengan sebaikbaiknya.

Shalawat serta salam tidak lupa kita sampaikan kepada Rasulullah SAW. Meskipun
penulis telah beusaha dengan sebaik-baiknya dalam menyusun makalah ini, namun penulis
menyadari bahwa masih banyak kekurangan baik dari sistematika maupun penyusunan
kalimatnya.

Dengan demikian, penulis mengharapkan saran dan masukan yang membangun, demi
kesempurnaan makalah ini, semoga makalah ini dapat bermanfaat.

Yogyakarta, 29 Maret 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

B. Rumusan Masalah

C. Tujuan

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian penyakit menular

B. Pengertian Virus Corona

C. Gejala Virus Corona

D. Penyebab terinfeksi Virus Corona

E. Pencegahan Virus Corona

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan

B. Saran

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada umumnya kehidupan seorang wirausahawan yang berhasil, diidentikkan


dengan kehidupan yang glamor, gaya hidup yang serba ada, mewah, memiliki ambisi
yang tinggi dalam usaha serta cinta dunia. Gaya hidup seperti itu akan membuat
seseorang menjadi lalai, apabila tidak disertai keimanan yang kuat. Aktivitas
kehidupan wirausahawan dalam berbisnis selalu dikelilingi dengan permasalahan
bagaimana agar bisa menciptakan suatu lapangan pekerjaan, meningkatkan
perekonomian, mendapatkan keuntungan, dan mencari cara untuk memenuhi
kepuasan yang bersifat duniawi. Tentunya seseorang yang terlalu cinta terhadap dunia
ini akan menjadi suatu kerusakan besar terutama untuk seseorang yang tidak memiliki
benteng keimanan yang kokoh.
Harta dan masalah keduniawian itu dapat menjerumuskan seseorang ke dalam
jurang salah, tentunya hal tersebut bisa terjadi karena persaingan yang tidak baik
untuk mendapatkan harta, kecintaan terhadap dunia yang berlebihan serta kelalaian
dalam keta‟atan terhadap Allah karena menyibukkan diri dalam mengejar
keduniawian. Rasulullah tidak ingin hal tersebut terjadi kepada umatnya, sehingga
hadis ini merupakan peringatan bagi kita untuk tidak selalu bermegah-megahan dalam
urusan duniawi.
Selain kerusakan tersebut, terdapat kerusakan lain yang disebabkan oleh cinta
dunia yang berlebihan, yakni kerakusan serta berambisi untuk selalu mengejar
keduniawian. Sikap rakus dan ambisi dalam mengejar harta dan duniawi serta
mengorbankan apa pun untuk mencapai tujuan tersebut, akan membuat pikiran dan
tenaga seseorang akan terkuras dan akan berdampak buruk bagi dirinya sendiri, yakni
kerusakan serta siksaan bagi dirinya sendiri. Kecintaan seseorang terhadap hal
duniawi baik berupa harta dan materi lainnya itu diciptakan mempunyai tujuan yakni
sebagai ujian yang Allah berikan kepada kita

1
B. Rumusan Masalah
1. Apa arti cinta dunia
2. Apa larangan cinta dunia
3. Apa bahaya cinta dunia
4. Apa dampak cinta dunia
5. Apa cinta dunia yang diperbolehkan
6. Apa dalil cinta dunia
C. Tujuan
1. Mengetahui arti cinta dunia
2. Mengetahui larangan cinta dunia
3. Mengetahui bahaya cinta dunia
4. Mengetahui dampak cinta dunia
5. Mengetahui cinta dunia yang diperbolehkan
6. Mengetahui dalil cinta dunia

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Arti Cinta Dunia


Rosulullah Nuhammad SAW telah menyempurnakan pada umatnya
tentang munculnya satu sikap yang disebut dengan cinta dunia. Yaitu sikap
cinta pada kehidupan dunia yang melebihi kecenderungannya pada kehidupan
akhirat adalah sumber keburukan dan maksiat. Penyakit ini sangat berbahaya
karena dapat melumpuhkan dan menggerus keimanan seseorang pada Allah
dan menimbulkan mudharat atau bahaya yang besar di dalam kehidupan sosial.
Cinta dunia membuat seseorang kehilangan akal sehat sehingga akan
melakukan apapun demi mendapatkannya. Maraknya praktek korupsi di
berbagai lapisan dan sektor di negeri ini juga tidak lepas dari faktor cinta
dunia. Dalam salah satu hadis Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam
menegaskan cinta dunia merupakan pangkal segala kesalahan. Dalam hadis
lain Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam menyelesaikan wallahi bukan
kemisikinan yang aku khawatirkan akan menimpa kalian, akan tetapi aku
justru khawatir jika dunia ini sudah dibentangkan untuk kalian, sebagaimana ia
telah dibentangkan untuk orang-orang sebelum kalian, sehingga kalian semua
berebut sebagaimana mereka saling berebut dan akhirnya kalian hancur
sebagaimana mereka hancur sebagainya.

B. Larangan Cinta Dunia


Sungguh, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah ditawarkan kunci-
kunci perbendaharaan dunia, tetapi Beliau menolaknya. Dunia juga ditawarkan
kepada para Sahabat Beliau, namun mereka tidak terpengaruh dan tidak
menukar akhirat mereka dengannya. Mereka tahu bahwa dunia hanya tempat
melintas dan persinggahan, bukan tempat untuk tinggal dan menetap.

Dunia adalah tempat kesedihan, bukan tempat kebahagiaan. Dunia tak


ubahnya seperti awan pada musim kemarau yang membumbung di langit
namun hanya sebentar lalu menghilang. Dunia seperti khayalan (mimpi) sesaat
yang belum juga kita puas menikmatinya, tiba-tiba diumumkan untuk
berangkat (menuju tempat tujuan).

3
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

‫َم اِلْي َوِللُّد ْنَيا ؟ َم ا َأَنا َو الُّد ْنَيا؟ ِإَّنَم ا َم َثِلْي َو َم َثُل الُّد ْنَيا َك َم َثِل َر اِكٍب َظَّل َتْح َت َش َج َرٍة ُثَّم َر اَح َو َتَر َك َها‬

Apalah artinya dunia ini bagiku?! Apa urusanku dengan dunia?!


Sesungguhnya perumpamaanku dan perumpamaan dunia ini ialah seperti
pengendara yang berteduh di bawah pohon, ia istirahat (sesaat) kemudian
meninggalkannya[1]

Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

، ‫َوِهللا َم ا الُّد ْنَيا ِفـي اآْل ِخ َرِة ِإاَّل ِم ْثُل َم ا َيـْج َعُل َأَح ُد ُك ْم ِإْص َبَعُه ٰه ِذِه – َو َأَش اَر َيْح َي ِبالَّس َّباَبِة – ِفـي اْلَيِّم‬
‫َفْلَيْنُظْر ِبَم َتْر ِج ـُع ؟‬

Demi Allâh! Tidaklah dunia dibandingkan akhirat melainkan seperti salah


seorang dari kalian meletakkan jarinya -Yahya (perawi hadits) berisyarat
dengan jari telunjuknya- ke laut, lalu lihatlah apa yang dibawa jarinya itu?[2]

Allâh Azza wa Jalla berfirman:

‫ِإَّنَم ا َم َثُل اْلَح َياِة الُّد ْنَيا َك َم اٍء َأْنَز ْلَناُه ِم َن الَّس َم اِء َفاْخ َتَلَط ِبِه َنَباُت اَأْلْر ِض ِم َّم ا َيْأُك ُل الَّناُس َو اَأْلْنَعاُم َح َّتٰى ِإَذ ا‬
‫َأَخ َذ ِت اَأْلْر ُض ُز ْخ ُر َفَه ا َو اَّز َّيَنْت َو َظَّن َأْه ُلَه ا َأَّنُهْم َق اِد ُروَن َع َلْيَه ا َأَتاَه ا َأْم ُر َن ا َلْياًل َأْو َنَه اًر ا َفَج َعْلَناَه ا‬
‫َح ِص يًدا َك َأْن َلْم َتْغ َن ِباَأْلْمِس ۚ َك َٰذ ِلَك ُنَفِّص ُل اآْل َياِت ِلَقْو ٍم َيَتَفَّك ُروَن‬

Sesungguhnya perumpamaan kehidupan duniawi itu hanya seperti air (hujan)


yang Kami turunkan dari langit, lalu tumbuhlah tanaman-tanaman bumi
dengan subur (karena air itu), di antaranya ada yang dimakan manusia dan
hewan ternak. Hingga apabila bumi itu telah sempurna keindahannya, dan
berhias, dan pemiliknya mengira bahwa mereka pasti menguasainya (memetik
hasilnya), datanglah kepadanya adzab Kami pada waktu malam atau siang,
lalu Kami jadikan (tanaman)nya seperti tanaman yang sudah disabit, seakan-
akan belum pernah tumbuh kemarin. Demikianlah Kami menjelaskan tanda-
tanda (kekuasaan Kami) kepada orang yang berpikir. [Yûnus/10:24]

4
Seorang Muslim dan Muslimah tidak boleh tertipu oleh kehidupan dunia. Dan
hendaklah ia mencurahkan waktunya untuk beribadah kepada Allâh.

Banyak manusia yang terlalaikan sehingga banyakwaktu yang terbuang sia-sia


untuk mengejar dunia, waktu yang digunakan mulai dari pagi hingga
malamhanya untuk mengurusi dunia, seperti mencari nafkah,dagang, kerja,
lembur, mengerjakan tugas kantor. Sedangkan rizki itu datangnya dengan
pasti, setiap anak yang lahir itu sudah membawa rizki. Akan tetapiyang belum
pasti adalah keadaan kita dihadapan Allâhpada hari Kiamat, apakah amal kita
diterima atau tidak,apakah kita akan masuk surga atau neraka. Oleh karena itu,
jangan jadikan dunia ini sebagai tujuan.

Orang yang tujuannya dunia akan dicerai beraikanurusannya dan dijadikan


kefakiran di depan pelupukmatanya. Sehingga ia selalu merasa kurang,
tidakcukup, dan fakir, padahal Allâh telah memberikan nikmat yang banyak.
Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

،‫َيْأِت ِه ِم َن ال[ُّد ْنَيا ِإاَّل َم ا ُك ِتَب َل ُه‬ ‫ َو َلْم‬،‫ َو َج َع َل َفْق َرُه َبْيَن َعْيَنْي ِه‬،‫َم ْن َك اَنِت الُّد ْنَيا َهَّم ُه َفَّرَق ُهللا َع َلْيِه َأْم َرُه‬
‫ َو َأَتـْتُه الُّد ْنَيا َو ِهـَي َر اِغ َم ٌة‬،‫َقْلِبِه‬ ‫ َو َج َعَل ِغ َناُه ِفـْي‬،‫َو َم ْن َك اَنِت اآْل ِخَر ُة ِنَّيـَتُه َج َم َع ُهللا َلُه َأْم َرُه‬

Barangsiapa tujuan hidupnya adalah dunia, maka Allâh akan mencerai-


beraikan urusannya, menjadikan kefakiran di kedua pelupuk matanya,dan ia
mendapat dunia menurut apa yang telah ditetapkan baginya. Dan barangsiapa
yang niat (tujuan) hidupnya adalah negeri akhirat, Allâh akan mengumpulkan
urusannya, menjadikan kekayaan di hatinya, dan dunia akan mendatanginya
dalam keadaan hina.

C. Bahaya Cinta Dunia


Ibnul Qayyim menyatakan dalam Hadi Al-Arwah, bahwa kunci segala
kejelekan adalah cinta dunia dan panjang angan-angan. Orang yang cinta dunia
bisa saja mengorbankan agama dan lebih memilih kekafiran.

5
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

‫َباِدُر وا ِباَألْع َم اِل ِفَتًنا َك ِقَطِع الَّلْيِل اْلُم ْظِلِم ُيْص ِبُح الَّرُج ُل ُم ْؤ ِم ًن ا َو ُيْم ِس ى َك اِفًر ا َأْو ُيْم ِس ى ُم ْؤ ِم ًن ا َو ُيْص ِبُح‬
‫َك اِفًر ا َيِبيُع ِد يَنُه ِبَعَر ٍض ِم َن الُّد ْنَيا‬

“Bersegeralah melakukan amalan shalih sebelum datang fitnah (musibah)


seperti potongan malam yang gelap. Yaitu seseorang pada waktu pagi dalam
keadaan beriman dan di sore hari dalam keadaan kafir. Ada pula yang sore hari
dalam keadaan beriman dan di pagi hari dalam keadaan kafir. Ia menjual
agamanya karena sedikit dari keuntungan dunia.” (HR. Muslim, dari Abu
Hurairah).

Cinta dunia kan menjadikan hati lalai dari mengingat akhirat sehingga kurang
dalam beramal shalih. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

‫َم ْن َأَح َّب ُد ْنَياُه َأَض َّر ِبآِخ َر ِتِه َو َم ْن َأَح َّب آِخ َر َتُه َأَضَّر ِبُد ْنَياُه َفآِثُر وا َم ا َيْبَقى َع َلى َم ا َيْفَنى‬

“Siapa yang begitu gila dengan dunianya, maka itu akan memudaratkan
akhiratnya. Siapa yang begitu cinta akhiratnya, maka itu akan mengurangi
kecintaannya pada dunia. Dahulukanlah negeri yang akan kekal abadi (akhirat)
dari negeri yang akan fana (dunia).” (HR. Ahmad, dari Abu Musa Al Asy’ari)

Dalam surat Adz-Dzariyat juga disebutkan, Allah Subhanahu wa ta’ala


berfirman:

‫ُقِتَل اْلَخ َّراُصوَن – اَّلِذ يَن ُهْم ِفي َغ ْم َرٍة َس اُهوَن‬

“Terkutuklah orang-orang yang banyak berdusta, (yaitu) orang-orang yang


terbenam dalam kebodohan yang lalai.” (QS. Adz-Dzariyat: 10-11)

Maksud dari “alladzina hum fii ghomroh” adalah mereka buta dan bodoh akan
perkara akhirat. “Saahun” berarti lalai. As-sahwu itu berarti lalai dari sesuatu
dan hati tidak memperhatikannya.

6
Cinta dunia juga akan menjadikan seseorang kurang mendapatkan kenikmatan
dan kekhusyuan ketika berdzikir. Padahal dzikir bagi hati itu ibarat makanan
untuk tubuh, ketika tubuh sakit tentu seseorang sulit merasakan lezatnya
makanan. Demikian pula untuk hati tidak dapat merasakan nikmatnya dzikir
ketika seseorang terlalu cinta dunia.”

Orang yang cinta pada dunia urusannya akan jadi sulit. Berbeda jika seseorang
mengutamakan akhirat, maka akan dipermudah segala urusannya. Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

‫َم ْن َك اَنِت اآلِخ َر ُة َهَّم ُه َج َعَل ُهَّللا ِغ َناُه ِفى َقْلِبِه َو َج َم َع َلُه َش ْم َلُه َو َأَتْتُه الُّد ْنَيا َو ِهَى َر اِغ َم ٌة َو َم ْن َك اَنِت ال[[ُّد ْنَيا‬
‫َهَّم ُه َج َعَل ُهَّللا َفْقَرُه َبْيَن َعْيَنْيِه َو َفَّرَق َع َلْيِه َش ْم َلَه َو َلْم َيْأِتِه ِم َن الُّد ْنَيا ِإَّال َم ا ُقِّد َر َلُه‬

“Barangsiapa yang niatnya adalah untuk menggapai akhirat, maka Allah akan
memberikan kecukupan dalam hatinya, Dia akan menyatukan keinginannya
yang tercerai berai, dunia pun akan dia peroleh dan tunduk hina padanya.
Barangsiapa yang niatnya adalah untuk menggapai dunia, maka Allah akan
menjadikan dia tidak pernah merasa cukup, akan mencerai beraikan
keinginannya, dunia pun tidak dia peroleh kecuali yang telah ditetapkan
baginya.” (HR. Tirmidzi, dari Anas bin Malik)

D. Dampak Cinta Dunia

1. Mencintai dunia berarti mengagungkan dunia, padahal ia sangat hina di


mata Allâh. Termasuk dosa yang paling besar adalah mengagungkan
sesuatu yang direndahkan oleh Allâh Azza wa Jalla.

2. Allâh mengutuk, memurkai, dan membenci dunia, kecuali yang ditujukan


kepada-Nya.
Karena itu, siapa yang mencintai apa yang dikutuk, dimurkai, dan dibenci
Allâh maka ia akan berhadapan dengan kutukan, murka, dan kebencian-
Nya.

7
3. Mencintai dunia berarti menjadikan dunia sebagai tujuan dan menjadikan
amal dan ciptaan Allâh yang seharusnya menjadi sarana menuju Allâh
Azza wa Jalla dan negeri akhirat berubah arah menjadi mengejar
kepentingan dunia. Di sini ada dua persoalan: (1) menjadikan wasilah
(sarana) sebagai tujuan, (2) menjadikan amal akhirat sebagai alat untuk
menggapai dunia.

Ini merupakan keburukan dari semua sisi. Juga berarti membalik sesuatu
pada posisi yang benar-benar terbalik. Ini sesuai sekali dengan firman
Allâh Azza wa Jalla :

‫﴾ُأوَٰل ِئ َك اَّل ِذ يَن َلْيَس َلُهْم ِفي‬١٥﴿ ‫َم ْن َك اَن ُيِريُد اْلَحَياَة الُّد ْنَيا َو ِز يَنَتَها ُنَو ِّف ِإَلْيِهْم َأْع َم اَلُهْم ِفيَها َو ُهْم ِفيَهااَل ُيْبَخ ُس وَن‬
‫اآْل ِخَر ِة ِإاَّل الَّناُرۖ َو َح ِبَط َم ا َص َنُعوا ِفيَها َو َباِط ٌل َم ا َك اُنوا َيْع َم ُلوَن‬

"Barangsiapa menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, niscaya Kami


berikan kepada mereka balasan pekerjaan mereka di dunia dengan sempurna dan
mereka di dunia itu tidak akan dirugikan. Itulah orang-orang yang tidak
memperoleh balasan di akhirat kecuali neraka. Dan lenyaplah di akhirat itu apa
yang telah mereka usahakan di dunia dan sia-sialah apa yang telah mereka
kerjakan.” [Hûd/11: 15-16]

4. Mencintai dunia membuat manusia tidak sempat melakukan sesuatu yang


bermanfaat baginya di akhirat, akibat dari kesibukannya dengan dunia dan
kesukaannya.
5. Cinta dunia menjadikan dunia sebagai cita-cita terbesar manusia.
Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

‫ َو َم ْن‬، ‫ َو َلْم َيْأِت ِه ِم َن الُّد ْنَيا ِإاَّل َم ا ُك ِتَب َلـُه‬، ‫ َو َجَع َل َفْق َر ُه َبْيَن َع ْيَنْي ِه‬، ‫ َفَّرَق ُهللا َع َلْيِه َأْم َرُه‬، ‫َم ْن َكاَنِت الُّد ْنَيا َهَّم ُه‬
‫ َو َأَتـْتُه الُّد ْنـَيا َوِهـَي َر اِغ َم ـٌة‬، ‫ َو َجَعَل ِغ َناُه ِفـْي َقْلِبِه‬، ‫ َج َم َع ُهللا َلُه َأْمَرُه‬، ‫َكاَنِت اآْل ِخَر ُة ِنَّيـَتُه‬.
"Barangsiapa tujuan hidupnya adalah dunia, maka Allâh akan mencerai-beraikan
urusannya, menjadikan kefakiran di kedua pelupuk matanya, dan ia mendapat
dunia menurut apa yang telah ditetapkan baginya. Dan barangsiapa yang niat
(tujuan) hidupnya adalah negeri akhirat, Allâh akan mengumpulkan urusannya,

8
menjadikan kekayaan di hatinya, dan dunia akan mendatanginya dalam keadaan
hina".

6. Pecinta dunia adalah orang yang paling banyak tersiksa. Ia tersiksa dalam
tiga keadaan. Ia tersiksa di dunia saat bekerja keras untuk
mendapatkannya, dan berebut dengan sesama pecinta dunia. Dia tersiksa di
alam barzakh (kubur) dan tersiksa pada hari Kiamat.
7. Penggila harta dan pecinta dunia yang lebih mengutamakan dunia daripada
akhirat adalah orang yang paling bodoh.

Sebab, ia lebih mengutamakan khayalan daripada kenyataan, lebih mengutamakan


mimpi daripada kenyataan, lebih mengutamakan bayang-bayang yang segera
hilang daripada kenikmatan yang kekal, lebih mengutamakan rumah yang segera
binasa dan menukar kehidupan yang abadi nan nyaman dengan kehidupan yang
tidak lebih dari sekedar mimpi atau bayang-bayang yang akan sirna dalam waktu
singkat. Sesungguhnya orang yang cerdas tidak akan tertipu dengan hal-hal
semacam itu.

E. Cinta Dunia Yang Diperbolehkan

Cinta dunia merupakan kondisi seseorang yang menyukai dan mengorbankan


segala yang dimilikinya demi mendapatkan kesenangan dunia baik berupa harta,
wanita, atau tahta. Pada akhirnya, kecintaan tersebut akan membutakan hatinya
sehingga lalai terhadap akhirat. Namun, ada juga mencintai dunia yang dibenarkan
agama. Yaitu mencintai dunia harus dengan disertai dengan perenungan dan tafakkur
terhadap dua aspek keindahannya, sebagai ladang akhirat dan sebagai cermin yang

menampakkan manifestasi Asmaul Husna.

Hasil ukhrawi dari cinta tersebut adalah akan diberi surga seluas dunia ini.
Tetapi, ia tidak fana seperti dunia, melainkan kekal abadi. Kecintaan pada dunia
dianggap sebagai ladang akhirat, yakni dengan memandang dunia sebagai lahan yang

sangat kecil untuk menumbuhkan sejumlah benih di mana ia akan tumbuh menjadi

sejumlah cabang di akhirat dan akan berbuah di sana.

9
Hasil dari cinta tersebut adalah buah-buah surga yang luas seluas dunia di mana
seluruh indera dan perasaan yang dimiliki manusia di dunia yang tadinya seperti
benih-benih kecil, menjadi mekar dan tumbuh secara sempurna dengan membawa
seluruh jenis kenikmatan dan kesempurnaan di akhirat. Sebagaimana hasil ini sesuai
dengan rahmat Allah ‫ ﷻ‬dan hikmah-Nya, begitu juga sesuai dengan bunyi hadits
Nabi dan petunjuk Alquran al-Karim ketika cinta seseorang pada dunia bukan tertuju
pada aspek tercela yang menjadi pangkal segala kesalahan, tetapi tertuju kepada dua
sisinya yang lain, yakni kepada Asmaul Husna dan kepada akhirat, maka ikatan cinta
dijalin bersamanya dan dimakmurkan dengan niat ibadah.

F. Dalil Cinta Dunia

Tujuan hidup seorang Muslim adalah akhirat, bukan dunia. Akhirat (surga)
merupakan puncak cita-cita seorang Muslim. Orang yang beriman dan berakal
memandang dunia dan akhirat dengan sudut pandang yang benar.Cinta seseorang
kepada akhirat tidak akan sempurna kecuali dengan bersikap zuhud terhadap dunia.

Allâh Azza wa Jalla berfirman:

١٠٧ - ‫ٰذ ِلَك ِبَاَّنُهُم اْسَتَح ُّبوا اْلَح ٰي وَة الُّد ْنَيا َع َلى اٰاْل ِخَر ِۙة َو َاَّن َهّٰللا اَل َيْهِد ى اْلَقْو َم اْلٰك ِفِرْيَن‬.

“Yang demikian itu disebabkan karena sesungguhnya mereka mencintai kehidupan


di dunia lebih dari akhirat, dan bahwasanya Allah tiada memberi petunjuk kepada
kaum yang kafir” ( QS. An-Nahl [16] : ayat 107)

Allâh Azza wa Jalla berfirman:

‫ُحُّب الُّد ْنَيا َر ْأُس ُك ِّل َخ ِط يَئٍة‬

“cinta dunia adalah biang semua kesalahan”. (al-Baihaqqi)

10
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Cinta dunia merupakan kondisi seseorang yang menyukai dan mengorbankan segala
yang dimilikinya demi mendapatkan kesenangan dunia baik berupa harta, wanita, atau
tahta. Pada akhirnya, kecintaan tersebut akan membutakan hatinya sehingga lalai
terhadap akhirat
2. Dunia adalah tempat kesedihan, bukan tempat kebahagiaan. Dunia tak ubahnya seperti
awan pada musim kemarau yang membumbung di langit namun hanya sebentar lalu
menghilang. Dunia seperti khayalan (mimpi) sesaat yang belum juga kita puas
menikmatinya, tiba-tiba diumumkan untuk berangkat (menuju tempat tujuan).
3.

11
B. Saran

Seorang Muslim dan Muslimah tidak boleh tertipu oleh kehidupan dunia. Dan
hendaklah ia mencurahkan waktunya untuk beribadah kepada Allâh. Banyak manusia yang
terlalaikan sehingga banyak waktu yang terbuang sia-sia untuk mengejar dunia, waktu yang
digunakan mulai dari pagi hingga malamhanya untuk mengurusi dunia, seperti mencari
nafkah, dagang kerja, lembur, mengerjakan tugas kantor. Sedangkan rizki itu datangnya
dengan pasti, setiap anak yang lahir itu sudah membawa rizki. Akan tetapiyang belum pasti
adalah keadaan kita dihadapan Allâh pada hari Kiamat, apakah amal kita diterima atau tidak,
kita akan masuk surga atau neraka. Oleh karena itu, jangan jadikan dunia ini sebagai tujuan.
Orang yang tujuannya dunia akan dicerai beraikan urusannya dan dijadikan kefakiran di
depan pelupuk matanya. Sehingga ia selalu merasa kurang, tidak cukup, dan fakir, padahal
Allâh telah memberikan nikmat yang banyak.

12
DAFTAR PUSTAKA

https://islamdigest.republika.co.id/berita/r459g7320/6-alasan-cinta-dunia-merusak-dan-
kapan-boleh-gunakan-perkara-duniawi-part1

https://almanhaj.or.id/5858-cinta-dunia-merupakan-sumber-dari-kesalahan-dan-kerusakan-
agama.html

13

Anda mungkin juga menyukai