Anda di halaman 1dari 3

Annabel Meisy Elvhen

110110170284

Tugas Hukum Perdata F

Dosen : Devianna Yunitasari, S.H., M.H.

Perjanjian berdasarkan Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

Perjanjian atau persetujuan merupakan terjemahan dari overeenkomst, Pasal 1313


KUHPerdata menyatakan suatu persetujuan adalah suatu perbuatan dengan mana satu
orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih. Perjanjian atau
persetujuan (overeenkomst) yang dimaksud dalam Pasal 1313 KUHPerdata hanya terjadi
atas izin atau kehendak (toestemming) dari semua mereka yang terkait dengan persetujuan
itu, yaitu mereka yang mengadakan persetujuan atau perjanjian yang bersangkutan.

Menurut R. Wirjono Projodikoro, suatu perjanjian diartikan sebagai suatu


perhubungan hukum mengenai harta benda kekayaan antara dua pihak dalam mana suatu
pihak berjanji atau dianggap berjanji untuk melakukan suatu hal atau tidak melakukan suatu
hal, sedangkan pihak lain berhak menuntut pelaksanaan janji itu. R. Wirjono Prodjodikoro,
juga mendefinisikan perjanjian adalah suatu perhubungan hukum mengenai harta benda
antara dua pihak, dalam mana suatu pihak berjanji atau dianggap berjanji untuk melakukan
sesuatu hal atau untuk tidak melakukan sesuatu hal, sedang pihak lain berhak menuntut
pelaksanaan janji itu”.

Kemudian Menurut Subekti, perjanjian adalah suatu peristiwa dimana seseorang


berjanji kepada seseorang lain atau dimana itu saling berjanji untuk melaksanakan sesuatu
hal.

Dari beberapa pengertian diatas terdapat didalamnya unsur-unsur yang memberi


wujud perjanjian, antara lain hubungan hukum (rechtbetrekking) yang menyangkut hukum
kekayaan antara dua orang (persoon) atau lebih, yang memberi hak pada satu pihak dan
kewajiban pada pihak lain tentang suatu prestasi. Kalau demikian, perjanjian/verbintennis
adalah hubungan hukum/ rechtbe-trekking yang oleh hukum itu sendiri diatur dan disahkan
cara perhubungannya. Oleh karena itu perjanjian yang mengandung hubungan hukum
antara perseorangan/person adalah hal-hal yang terletak dan berada dalam lingkungan
hukum. Itulah sebabnya hubungan hukum dalam perjanjian, bukan suatu hubungan yang
bisa timbul dengan sendirinya seperti yang dijumpai dalam harta benda.

Ada bermacam-macam perjanjian diantaranya adalah, yang berdasarkan Hak dan


Kewajiban yaitu Perjanjian Sepihak dan Perjanjian Timbal Balik. Berdasarkan keuntungan
yang diperoleh ada Perjanjian Cuma-Cuma dan Perjanjian Asas Beban. Selanjutnya
berdasarkan nama dan penganturannya ada Perjanjian Bernama dan Perjanjian Tidak
Bernama. Berdasarkan tujuan perjanjian ada Perjanjian Kebendaan, Perjanjian Obligatoir,
dan Perjanjian Liberatoir. Selanjutnya berdasarkan cara terbentuk atau lahirnya perjanjian
terdapat Perjanjian Konsensuil, Perjanjian Riil, dan Perjanjian Formal.

Selanjutnya disini akan dibahas mengenai peranjian yang berdasarkan Nama dan
Pengaturan. Penggolongan ini didasarkan pada nama perjanjian yang tercantum di dalam
Pasal 1319 KUH Perdata dan Artikel 1355 NBW. Di dalam pasal 1319 KUH Perdata dan
Artikel 1355 NBW hanya disebutkan dua macam perjanjian menurut namanya, yaitu
Perjanjian Nominaat (bernama) dan Perjanjian Innominaat (tidak bernama).

1. Perjanijian Bernama (Nominaat)

Isilah kontrak nominaat merupakan terjemahan dari nominaat contract. Kontrak


Nominaat sama artinya dengan perjanjian bernama atau benoemde dalam bahasa Belanda.
Perjanjian bernama jumlahnya terbatas dan diatur di dalam Bab 5 sampai Bab 18
KUHPerdata. Kontrak Nominaat merupakan perjanjian yang dikenal dan terdapat dalam
pasal 1319 KUH Perdata. Pasal 1319 KUH Perdata berbunyi:

“Semua perjanjian, baik yang mempunyai nama khusus, maupun yang tidak dikenal dengan
suatu nama tertentu, tunduk pada peraturan umum yang termuat dalam bab ini dan bab
yang lalu”.

Misalnya yaitu Perjanjian Jual Beli, Sewa Menyewa, Penitipan Barang, Pinjam Pakai,
Asuransi, dan Perjanjian Pengangkutan.

2. Perjanijian Tidak Bernama (Innominaat)

Perjanjian tidak bernama merupakan perjanjian yang timbul, tumbuh, hidup dan
berkembang dalam masyarakat. Perjanjian tidak bernama belum ada pengaturannya secara
khusus di dalam Undang-Undang. Lahirnya perjanjian ini didalam prakteknya adalah
berdasarkan asas kebebasan berkontrak, mengadakan perjanjian atau partij ekonomi. Jenis
perjanjian tidak Bernama ini diatur di dalam Buku III KUHPerdata, hanya ada satu pasal yang
mengatur tentang Perjanjian Innominaat, yaitu Pasal 1319 KUH Perdata yang berbunyi:

“Semua perjanjian, baik yang mempunyai nama khusus maupun yang tidak dikenal dengan
suatu nama tertentu tunduk pada peraturan umum yang termuat dalam bab ini dan bab
yang lalu”.

Ketentuan ini mengisyaratkan bahwa perjanjian, baik yang mempunyai nama dalam
KUHPerdata maupun yang tidak dikenal dengan suatu nama tertentu (tidak bernama)
tunduk pada Buku III KUHPerdata. Dengan demikian, para pihak yang mengadakan
Perjanjian Innominaat tidak hanya tunduk pada berbagai peraturan yang mengaturnya,
tetapi para pihak juga tunduk pada ketentuan-ketentuan yang tercantum dalam
KUHPerdata. Contoh Perjanjian Innominaat adalah perjanjian sewa beli dan sewa guna
usaha/leasing.

Perjanjian tidak bernama dibagi 2 yaitu :

a. Perjanijian Campuran

Perjanjian campuran adalah perjanjian yang mengandung berbagai unsur dari


berbagai perjanjian. Perjanjian ini tidak diatur dalam BW maupun KUHD. Misalnya
perjanjian sewa beli (gabungan sewa-menyewa dan jual-beli). Setiap orang diperbolehkan /
bebas membuat perjanjian bernama, tak bernama, maupun perjanjian campuran, karena
Hukum Perikatan dan Hukum Perjanjian yang diatur dalam Buku III KUHPerdata merupakan
hukum pelengkap (aanvulent recht).
Contoh Perjanjian Campuran adalah misalnya seorang pemilik hotel yang
menyewakan kamar (sewa-menyewa) tapi juga menyajikan makanan (jual beli) dan juga
memberikan pelayanan. Terhadap perjanjian campuran tersebut ada berbagai paham.
Pertama, bahwa ketentuan-ketentuan mengenai perjanjian khusus ditetapkan secara
analogis, sehingga setiap unsur dari perjanjian khusus tetap ada (contractus combinen).
Kedua, ketentuan-ketentuan yang dipakai yaitu ketentuan-ketentuan dari perjanjian yang
paling menentukan (teori absorpsi).

b. Perjanjian mandiri

Perjanjian Mandiri adalah Perjanjian yang tidak mengandung unsur dari berbagai
perjanjian yang secara mandiri berlaku sebagai perjanjian sendiri.

Anda mungkin juga menyukai