Anda di halaman 1dari 18

7

KATA PENGANTAR

Stunting merupakan masalah kekurangan gizi yang kronis yang disebabkan


oleh asupan gizi yang kurang dalam kurun waktu yang lama akibat pemberian
makanan yang tidak sesuai dengan kebutuhan gizi. Terdapat 14 Kabupaten di
Provinsi Jawa Barat masih rawan stunting dan berada pada Rumah Tangga Miskin
(RTM). Keterlibatan sub sektor tanaman pangan dan hortikultura dalam Program
Penanggulangan Stunting di Provinsi Jawa Barat yaitu melalui Kegiatan
Pengawalan dan Pendampingan Penyuluh di Lokasi Stunting. Sekolah Lapangan
(SL) di lokasi rawan stunting merupakan Metoda Penyuluhan yang dilaksanakan
dalam rangka mengawal dan mendampingi Rumah Tangga Miskin (RTM)/Stunting
oleh para penyuluh di Lapangan
SL di lokasi rawan stunting tersebut kiranya dapat terlaksana dengan baik
apabila seluruh pihak yang terkait memiliki pemahaman yang sama terhadap
sasaran dan tujuan kegiatan ini melalui pembuatan petunjuk Pelaksanaan kegiatan
Sekolah Lapang di Lokasi Rawan Stunting. Semoga Petunjuk Pelaksanaan ini dapat
bermanfaat bagi para penyuluh dalam mengawal dan mendampingi
penanggulangan stunting di Provinsi Jawa Barat sehingga dapat mencapai keadaan
zero stunting (tidak ada lagi anak-anak stunting)

KEPALA DINAS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA


PROVINSI JAWA BARAT

i | PETUNJUK TEKNIS SEKOLAH LAPANG DILOKASI RAWAN STUNTING


PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2020
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................................................... i


DAFTAR ISI .................................................................................................................. ii
BAB I. PENDAHULUAN .............................................................................................. 1
A. Latar Belakang............................................................................................... 1
B. Maksud dan Tujuan ....................................................................................... 1
C. Dasar Penyelenggaraan ................................................................................ 2
D. Sasaran.......................................................................................................... 3
E. Keluaran dan Dampak ................................................................................... 3
F. Pengertian...................................................................................................... 4
BAB II. SEKOLAH LAPANG DI LOKASI STUNTING ................................................. 6
A. Prinsip Penyelenggaraan Sekolah Lapang ................................................... 6
B. Komponen sekolah lapang adalah : .............................................................. 6
BAB III. PELAKSANAAN SEKOLAH LAPANG DI LOKASI STUNTING .................... 8
BAB IV. MONITORING, EVALUASI DAN PELAPORAN.......................................... 12
A. Monitoring dan Evaluasi .............................................................................. 12
B. Pelaporan..................................................................................................... 12
BAB V. PENUTUP ..................................................................................................... 13

ii | PETUNJUK TEKNIS SEKOLAH LAPANG DILOKASI RAWAN STUNTING


PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2020
BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Undang-undang 36 tahun 2009 tentang Kesehatan menyebutkan tujuan
perbaikan gizi adalah meningkatnya mutu gizi perorangan dan masyarakat. Upaya
perbaikan gizi merupakan tanggungjawab pemerintah pusat, pemerintah daerah
dan masyarakat. Gerakan Nasionl Percepatan Perbaikan Gizi dalam Peraturan
Presiden Republik Indonesi No. 42 tahun 2013 adalah upaya bersama antara
pemerintah melalui penggalangan partisipasi dan kepedulian dengan pemangku
kepentingan secara terencana dan terkoordinasi untuk percepatan perbaikan gizi
masyarkat prioritas pada seribu hari pertama kehidupan sejalan dengan Program
Prioritas Gubernur Jawa Barat untuk mencapai zero new stunting di tahun 2023.
Hasil pemantauan status gizi (PSG) di Jawa Barat menunjukkan
peningkatan prevalensi balita stunting dari 25,1% di tahun 2016 menjadi 29,2% di
tahun 2017. Sedangkan, hasil riset kesehatan dasar (Riskesdas) menunjukkan
penurunan prevalensi stunting di Jawa Baratdari 35,5 % (tahun 2013) menjadi
31,1% (tahun 2018). Bedasarkan data tersebut stunting masih menjadi masalah
kesehatan masyarakat Jawa Barat disebabkan prevalensi stunting lebih dari 20%.
Pendek/stunting diidentifikasi dengan membandingkan tinggi seorang anak
dengan standar tinggi anak pada populasi yang normal sesuai dengan usia dan
jenis kelamin yang sama. Anak dikatakan stunting jika tingginya berada dibawah -2
SD berdasarkan standar WHO. Balita stunting dan kurus dapat disebabkan oleh
kekurangan asupan zat gizi atau terkena penyakit infeksi, akses pelayanan/fasilitas
kesehatan, ketersediaan pangan rumah tangga, pola asuh keluarga, kurangnya
akses air besih dan sanitasi. Karakteristik masalah gizi yang ditunjukkan oleh balita
kurus adalah masalah gizi akut sedangkan karakteristik stunting di sebabkan karena
masalah gizi kronis.
Balita/baduta (bayi di bawah usia dua tahun) yang mengalami stunting akan
memiliki tingkat kecerdasan yang tidak optimal, menjadikan anak menjadi lebih
rentan terhadap penyakit, meningkatkan risiko penurunan tingkat produktivitas,
kejadian penyakit degeneratif dimasa depan. Pada akhirnya, secara luas stunting
akan dapat menghambat pertumbuhan ekonomi, meningkatkan kemiskinan, dan
memperlebar ketimpangan sosial. Begitu pula dampak status gizi kurus pada balita
dapat menurunkan kecerdasan, produktifitas, kreatifitas, dan sangat berpengaruh
pada kualitas SDM.

1 | PETUNJUK TEKNIS SEKOLAH LAPANG DILOKASI RAWAN STUNTING


PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2020
Melihat besarnya kerugian akibat balita stunting dan kurus disebabkan oleh
berbagai macam faktor, perlu dilakukan intervensi yang komperhensif untuk
pencegahan dan penanggulangan masalah gizi, baik melalui intervensi gizi spesifik
dan intervensi gizi sensitif dalam upaya mendukung terlaksana Zero New Stunting
di Jawa Barat tahun 2023.
Rencana Aksi Daerah dalam rangka percepatan Penurunan stunting sangat
diperlukan dalam menentukan strategi pencapaian percepatan penurunan stunting
yang tepat. Peran serta Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Jawa
Barat dalam mewujudkan terlaksananya Zero New Stunting yaitu berupa kegiatan
metode penyuluhan berupa sekolah lapang yang melibatkan Rumah Tangga Miskin
(RTM) melalui kegiatan penyelenggaraan penyuluhan pertanian APBD T.A. 2020
komoditas yang dilaksanakan berupa bayam dengan harapan dapat ikut membantu
memperbaiki asupan gizi baik bagi baduta maupun ibu hamil dan menyusui.

B. Maksud dan Tujuan


Maksud dibuatnya Petunjuk Pelaksanaan Kegiatan Sekolah Lapang (SL) di
Lokasi Stunting adalah untuk memberikan acuan bagi petugas di lapangan dalam
melaksanakan Sekolah Lapang TA. 2020;
Tujuan Kegiatan Sekolah Lapang (SL) adalah :
1. Memberikan tambahan pengetahuan bagi Rumah Tangga Miskin dalam hal
budidaya tanaman hortikultura khususnya bayam.
2. Membantu meningkatkan asupan gizi masyarakat terurama bagi baduta, ibu
hamil dan menyusui.
3. Memberikan tambahan pengetahuan khususnya kepada RTM terkait
pentingnya hidup sehat dan seimbang sebagai upaya pencegahan stunting .

C. Dasar Penyelenggaraan
Penyelenggaraan Kegiatan Sekolah Lapang di Lokasi Stunting
dilaksanakan berdasarkan:
1. Undang-Undang No. 16 Tahun 2006 tentang Sistem Penyuluhan Pertanian,
Perikanan dan Kehutanan (SP3K);
2. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 43 Tahun 2009 tentang
pembiayaan, Pembinaan, dan Pengawasan Penyuluhan Pertanian,
Perikanan, dan Kehutanan;

2 | PETUNJUK TEKNIS SEKOLAH LAPANG DILOKASI RAWAN STUNTING


PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2020
3. Peraturan Daerah No. 6 Tahun 2016 Tanggal 22 November 2016 tentang
Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah Provinsi Jawa Barat;
4. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 16 Tahun 2019 tentang
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2020
(Lembaran Daerah Tahun 2019 Nomor 16) tanggal 26 Desember 2019;
5. Peraturan Gubernur Jawa Barat Nomor 79 tahun 2019 tentang Penjabaran
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2020 (berita
daerah tahun 2019 no. 79) tanggal 27 Desember 2019;
6. DPA APBD Program Peningkatan Produksi dan Nilai Tambah Tanaman
Pangan dan Hortikultura Kegiatan Peningkatan Kapasitas Penyelenggaraan
Penyuluhan Pertanian Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi
Jawa Barat Tahun Anggaran 2020 Nomor 2.03.01.05.187.009

D. Sasaran
Petunjuk teknis Kegiatan Sekolah Lapang di Lokasi stunting diharapkan
menjadi acuan bagi :
1. Pemerintah Kabupaten / kota di Provinsi Jawa Barat yang melaksanakan
fungsi penyuluhan atau yang terlibat dalam pelaksanaan kegiatan Sekolah
lapang di lokasi stunting.
2. Lokasi Pelaksana Kegiatan Sekolah Lapang (SL) di Lokasi Stunting,
sebanyak 50 Unit di Jawa Barat;
3. Penyuluh Pertanian pendamping serta petani / kelompok tani sebagai
pelaksana kegiatan;
4. 50 Kelompok Tani Rumah Tangga Miskin sebagai peserta kegiatan;

E. Keluaran dan Dampak


Keluaran yang diharapkan dari kegiatan Sekolah Lapang di Lokasi stunting
ini adalah:
1. Meningkatnya pengetahuan dan keterampilan petani dan rumah tangga
miskin yaitu 50 kelompok tani yang terlibat sebagai peserta sekolah lapang
dalam melakukan kegiatan pertanian khususnya komoditas hortikultura
bayam serta usaha pertanian melalui sistem pertanian terpadu.
2. Terjadinya transfer informasi dari penyuluh kepada 50 kelompok tani rumah
tangga miskin tentang pola hidup sehat dan asupan gizi yang baik.

3 | PETUNJUK TEKNIS SEKOLAH LAPANG DILOKASI RAWAN STUNTING


PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2020
Dampak yang diharapkan dari kegiatan Sekolah Lapang di Lokasi Stunting ini
adalah:
1. Tersedianya benih sayuran sebagai hasil pelaksanaan SL dan sebagai
bahan untuk keberlanjutan kegiatan penanggulangan stunting selanjutnya.
2. Meningkatnya jumlah rumah tangga miskin anggota kelompok tani yang
paham tentang usaha tani dan mau bergerak di bidang pertanian.
3. Mengurangi resiko stunting kepada para petani dan rumah tangga miskin
peserta sekolah lapang.

F. Pengertian
Dalam Petunjuk Pelaksanaan ini, yang dimaksud dengan :
1. Sekolah lapang adalah proses pembelajaran non formal bagi petani untuk
meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam mengenali potensi,
menyusun rencana usaha, identifikasi dan mengatasi permasalahan,
mengambil keputusan dan menerapkan teknologi yang sesuai dengan
sumberdaya setempat secara sinergis dan berwawasan lingkungan
sehingga usahatani lebih efisien, berproduksi tinggi dan berkelanjutan;
2. Petani adalah perorangan warga negara Indonesia beserta keluarganya atau
korporasi yang mengelola usaha di bidang pertanian;
3. Kelompoktani adalah kumpulan petani yang dibentuk atas dasar kesamaan
kepentingan , kondisi lingkunga (sosial, ekonomi, sumber daya) dan
keakraban untuk meningkatkan dan mengembangkan usahatani anggota;
4. Metode penyuluhan adalah teknik penyampaian materi penyuluhan oleh
para penyuluh kepada para petani anggota poktan/gapoktan beserta
keluarganya baik secara langsung maupun tidak langsung agar mereka
tahu, mau, dan mampu menerapkan teknologi;
5. Demonstrasi usaha tani adalah peragaan penerapan suatu teknologi yang
sudah teruji (secara teknis mudah diterapkan, secara ekonomi
menguntungkan dan secara sosial budaya dapat diterima masyarakat) yang
dilakukan oleh petani (Demplot), poktan (Demfarm), dan Gapoktan
(Damarea);
6. Pengawalan dan pendampingan penyuluh adalah serangkaian kegiatan
fasilitas yang dilakukan oleh pennyuluh dalam proses pembelajaran petani
melalui penerapan SL;

4 | PETUNJUK TEKNIS SEKOLAH LAPANG DILOKASI RAWAN STUNTING


PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2020
7. Rembug tani merupakan forum pertemuan antara petani, pengurus
kelompok tani, Penyuluh Pertanian (PNS, THL-TBPP, Swadaya), untuk
membahas identifikasi dan pemecahan masalah dalam melaksanakan
program peningkatan produktivitas komoditas pangan strategis nasional;
8. Kursus Tani adalah suatu proses belajar mengajar bagi para petani yang
diselenggarakan secara sistematis, teratur, dan dalam jangka waktu tertentu
untuk meningkatkan kemampuan petani dalam menerapkan inovasi
teknologi sesuai dengan rekomendasi;
9. Penyuluh pertanian adalah Pegawai Negri Sipil (PNS) dan Tenaga Harian
Lepas Tenaga Bantu Penyuluh Pertanian (THL-TBPP) yang diberi tugas,
tanggung jawab, wewenang dan hak secara penuh oleh pejabat berwenang
pada satuan organisasi lingkup pertanian untuk melakukan kegiatan
penyuluhan pertanian
10. Stunting merupakan masalah kurang gizi kronis yang disebabkan oleh
asupan gizi yang kurang dalam waktu cukup lama akibat pemberian
makanan yang tidak sesuai dengan kebutuhan gizi
11. Rumah tangga miskin adalah rumah tangga dengan rata-rata pengeluaran
(untuk konsumsi rumah tangga) per kapita per bulan kurang dari garis
kemiskinan
12. Kerawanan pangan adalah suatu kondisi ketidakcukupan pangan yang
dialami daerah, masyarakat atau rumah tangga, pada waktu tertentu untuk
me-menuhi standar kebutuhan fisiologis bagi pertumbuhan dan kesehatan
masyarakat

5 | PETUNJUK TEKNIS SEKOLAH LAPANG DILOKASI RAWAN STUNTING


PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2020
BAB II. SEKOLAH LAPANG DI LOKASI STUNTING

Kegiatan Sekolah Lapang di Lokasi Stunting adalah penggabungan beberapa


metode penyuluhan, diantaranya kursus tani, rembug tani, dan Farmer Field Day
(FFD). Metode SL memperlihatkan secara nyata, baik cara maupun hasil dari
penerapan suatu inovasi teknologi yang telah teruji dan menguntungkan bagi petani.

2.1. Prinsip Penyelenggaraan Sekolah Lapang


Dalam penyelanggaraan SL di Lokasi Stunting meperhatikan prinsip-prinsip
sebagai berikut:
1. Pelaksana SL di Lokasi Stunting adalah penyuluh yang bertugas
sebagai fasilitator dalam proses pembelajaran dan penyebarluasan hasil
pelaksanaan kepada kelompoktani serta Rumah Tangga Miskin yang
terdapat di lokasi kegiatan;
2. Pelaksanaan SL di Lokasi Stunting menerapkan kombinasi beberapa
metode penyuluhan pertanian yang saling berkaitan satu sama lain;
3. Pelaksanaan harus berhasil guna dalam meyakinkan petani untuk
menerapkan suatu inovasi teknologi serta menyebarluaskan
pengetahuan tersebut kepada Rumah Tangga Miskin yang terlibat
dalam kegiatan Sekolah Lapang.

a. Komponen sekolah lapang adalah :


1. Sosialisasi
Petugas Provinsi, dan Kabupaten/Kota serta Kecamatan melakukan
sosialisasi pelaksanaan kegiatan SL di Lokasi Stunting dengan tujuan
membangun pemahaman dan komitmen yang sama pada pihak terkait
dalam rangka mendukung kegiatan SL;
2. Penentuan Pemandu Sekolah Lapang
Pemandu SL di Lokasi Stunting adalah penyuluh pertanian yang
memandu kegiatan SL sesuai dengan alokasi (tabel 1) dalam
pelaksanaan kegiatan-kegiatan di tingkat lapangan bersama
petani/kelompoktani;
3. Penentuan Peserta Sekolah Lapang
Pelaksanaan kegiatan SL dilakukan berpedoman pada beberapa hal
sebagai berikut:

6 | PETUNJUK TEKNIS SEKOLAH LAPANG DILOKASI RAWAN STUNTING


PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2020
a. Peserta Sekolah Lapang adalah petani / kelompok tani yang berada
di wilayah yang telah ditentukan sesuai dengan CPCL yang telah
diverifikasi dan ditetapkan oleh Kepala Dinas Pertanian Kabupaten /
Kota yang menangani fungsi penyuluhan.
b. Tempat belajar adalah di lahan petani/kelompok tani;
c. Materi pembelajaran benar-benar merupakan kebutuhan
petani/kelompok tani dan disepakati bersama oleh
petani/kelompoktani;
d. Proses pembelajaran dipandu oleh penyuluh pertanian yang bertugas
mengarahkan proses pembelajaran sebagai fasilitator dalam
melakukan diskusi;
e. Penyuluh pertanian sebagai fasilitator dalam kegiatan pembelajaran
harus menciptakan suasana harmonis dan berimbang sehingga
mendorong peserta untuk berbicara dan mengemukakan pendapat;
f. Pada setiap akhir proses belajar diharapkan adanya rencana tindak
lanjut untuk menerapkan teknologi yang sudah dipelajari oleh
peserta.
4. Materi
Materi pelatihan SL di Lokasi Stunting disesuaikan dengan kebutuhan
petani/kelompoktani berdasarkan hasil identifikasi kebutuhan yang telah
dilakukan bersama pemandu SL di calon lokasi dan calon petani SL
dengan tetap berada pada tema system pertanian terpadu.
5. Bahan dan Sarana Pembelajaran
Hasil pelaksanaan SL berdasarkan kesepakatan dengan
petani/kelompoktani agar digunakan untuk pelaksanaan SL pada
periode berikutnya di lokasi petani/kelompoktani sekitarnya.

7 | PETUNJUK TEKNIS SEKOLAH LAPANG DILOKASI RAWAN STUNTING


PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2020
BAB III. PELAKSANAAN SEKOLAH LAPANG DI LOKASI STUNTING
1. Waktu, Lokasi, Peserta Sekolah Lapang
1. Waktu
Pelaksanaan Kegiatan Sekolah Lapang di Lokasi Stunting dilakukan
pada periode Juli sampai dengan September 2020.
2. Lokasi
a. Kegiatan dilaksanakan di 17 kabupaten dengan jumlah kelompok
sebanyak 50 kelompok tani.
b. Lokasi SL dilaksanakan di masing-masing pelaksana kegiatan;
c. Tempat belajar disesuaikan dengan materi berdasarkan kesepakatan
yang dibahas oleh petani/kelompoktani di lokasi SL;
3. Peserta Sekolah Lapang
a. Jumlah peserta minimal 18 orang setiap pertemuan;
b. Peserta mewakili kelompok tani serta Rumah Tangga Miskin dari
Buruh Tani yang ada di WKPP lokasi kegiatan SL;
c. Peserta dipilih dari petani/kelompoktani yang berada di Desa yang
ditentukan pada tabel 1;
Tabel 1. Sasaran Pelaksana Sekolah Lapang
No Lokasi Jumlah Jumlah Keterangan
Penyuluh Kelompok
Pendamping Tani (Unit)
Kabupaten
1 Bogor 2 2 Peserta terdiri dari
2 Sukabumi 2 2 Kelompok Tani di Lokasi
3 Cianjur 2 2 serta melibatkan RTM
4 Bandung 4 4 Buruh Tani
5 Garut 2 2
6 Tasikmalaya 5 5
7 Kuningan 4 4
8 Cirebon 4 4
9 Sumedang 2 2
10 Indramayu 2 2
11 Subang 5 5
12 Karawang 2 2
13 Bandung Barat 2 2
14 Ciamis 4 4
15 Majalengka 2 2
16 Bekasi 2 2
17 Purwakarta 2 2
JUMLAH 50 50

8 | PETUNJUK TEKNIS SEKOLAH LAPANG DILOKASI RAWAN STUNTING


PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2020
a. Persiapan Sekolah Lapang
Kegiatan persiapan meliputi upaya koordinasi antara penyuluh pertanian
dengan petani/kelompoktani melakukan beberapa hal sebagai berikut:
1. Mengidentifikasi Lokasi Kegiatan sesuai tabel 1 berupa Kelompok Tani dan
Rumah Tangga Miskin yang terdapat di Lokasi tersebut;
2. Menyusun jadwal dan materi pembelajaran sesuai hasil identifikasi
kebutuhan petani/kelompoktani calon petani calon lokasi SL dan telah
diverifikasi serta ditetapkan melalui Surat Keputusan Kepala Dinas yang
menangani penyuluhan di Kabupaten/Kota kemudian dokumen tersebut
dikirimkan ke Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Jawa Barat
melalui Bidang Penyuluhan (bidangpenyuluhan.distanhor@gmail.com) ;
3. Menyusun kebutuhan bahan dan alat untuk pembelajaran.

b. Pelaksanaan Sekolah Lapang


1. Rembug Tani Desa
a. Rembug tani desa merupakan forum pertemuan antara pendamping
dalam hal ini penyuluh dengan peserta dalam hal ini petani/kelompok
tani dan Rumah Tangga Miskin di sekitar lokasi untuk membahas
hasil identifikasi dan solusi masalah dalam pelaksanaan SL;
b. Tujuan rembug tani desa adalah merencanakan kegiatan usaha tani
dan menyusun jadwal pelaksanaan kursus tani/pertemuan,
pengolahan lahan, penanaman, pemeliharaan, dan panen sesuai
dengan paket yang tersedia;
c. Rembug tani desa dilaksanakan sesuai dengan hasil kesepakatan
yang dirumuskan pada penyusunan rencana kegiatan penanaman
bayam di tingkat desa;
d. Mengidentifikasi masalah dan solusi serta mengevaluasi hasil usaha
tani.
e. Rembug Tani dilaksanakan 1 kali dengan hasil kesepakatan yang
dirumuskan pada rencana penyusunan rencana kegiatan penanaman
bayam.
2. Pertemuan Sekolah Lapang/Kursus Tani
a. Pertemuan pada kegiatan SL difasilitasi oleh penyuluh pertanian.
Pertemuan yang difasilitasi melalui anggaran APBD Provinsi Jawa
Barat Tahun 2020 hanya 1 kali. Waktu pelaksanaan pertemuan

9 | PETUNJUK TEKNIS SEKOLAH LAPANG DILOKASI RAWAN STUNTING


PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2020
disesuaikan dengan jadwal dan materi yang telah disepakati dan
disinergikan dengan jadwal kunjungan penyuluh ke
petani/kelompoktani. Alokasi waktu proses pembelajaran dalam
pertemuan SL yaitu 20% teori, 80% praktek;
b. Tujuan pelaksanaan pertemuan SL adalah untuk meningkatkan
kemampuan petani dalam menerapkan teknologi sesuai dengan
rekomendasi;
c. Para peserta pertemuan SL berkewajiban untuk menerapkan
teknologi yang dibahas pada pertemuan di lahan usahataninya
sendiri. Diharapkan materi yang diperoleh selama pertemuan dapat
disebarluaskan kepada petani/kelompoktani lainnya.
3. Bahan Pembelajaran
Bahan pembelajaran dalam SL merupakan fasilitas yang disediakan
untuk menjamin ketepatan sarana produksi yang digunakan sesuai
dengan rekomendasi. Apabila fasilitasi yang disediakan tidak mencukupi
sesuai rekomendasi, diperlukan swadaya oleh petani/kelompoktani
pelaksana SL atau mengoptimalkan sarana bantuan dari program sector
lainnya.
4. Temu lapang (Farmer Fields Day)
Hari temu lapang merupakan pertemuan antara petani dengan penyuluh
serta melibatkan Rumah Tangga Miskin di Lokasi Pertanaman. Saling
tukar menukar informasi tentang penyebarluasan serta penerapan
teknologi yang telah dilakukan oleh penyuruh serta ada umpan balik dari
petani.

5. Pembiayaan Sekolah Lapang


Dukungan pembiayaan kegiatan Sekolah Lapang (SL) bersumber dari APBD
Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun Anggaran 2020. Selain itu
pembiayaan dapat bersumber dari APBD kabupaten/kota serta sumber lainnya yang
sah dan tidak mengikat dan pengelolaanya dilaksanakan sesuai dengan peraturan
perundang-undangan.
Pengajuan pembiayaan Sekolah Lapang harus sesuai dengan
jadwal/rencana pelaksanaan kegiatan yang telah dibuat pada tahap persiapan
dengan mengikuti format seperti terlampir (form 1)

10 | PETUNJUK TEKNIS SEKOLAH LAPANG DILOKASI RAWAN STUNTING


PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2020
Pembayaran biaya kegiatan sekolah lapang diberikan setelah semua
kelompok menyerahkan bukti kelengkapan administrasi pelakanaan kegiatan
dengan baik dan benar. Dokumen kelengkapan administrasi yang perlu disiapkan
berupa:
No Sub. Kegiatan Kelengkapan Administrasi
1 Rembug 1 Daftar Hadir Peserta
2 Daftar Penerima Uang Transport
3 Kwitansi dan Faktur Makan Minum
4 Surat Undangan
5 Notulen
6 Dokumentasi kegiatan
7 Dokumentasi Makan Minum
2 Kursus Tani 1 Daftar Hadir Peserta
2 Daftar Penerima Uang Transport
3 Kwitansi dan Faktur Makan Minum
4 Surat Undangan
5 Notulen
6 Dokumentasi kegiatan
7 Dokumentasi Makan Minum
3 Farmer Field Day 1 Daftar Hadir Peserta
2 Kwitansi dan Faktur Snack
3 Surat Undangan
4 Notulen
5 Dokumentasi kegiatan
6 Dokumentasi Snack
4 Bahan Pembelajaran 1 Kwitansi dan Faktur Benih Bayam
2 Kwitansi dan Faktur Pupuk NPK

6. Pelaporan
Kegiatan SL (rembug tani, pertemuan-pertemuan, dan panen) yang
dilaksanakan harus dibuat laporan pelaksanaannya. Setelah kegiatan SL selesai
penyuluh pertanian membuat laporan lengkap kegiatan di lokasi (Form 2) outline
laporan.
Laporan fisik hasi pelaksanaan kegiatan harus telah diterima di Seksi
Metoda dan Informasi Penyuluhan Pada minggu ke-4 Bulan Oktober 2020.

11 | PETUNJUK TEKNIS SEKOLAH LAPANG DILOKASI RAWAN STUNTING


PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2020
BAB IV. MONITORING, EVALUASI DAN PELAPORAN

A. Monitoring dan Evaluasi


Monitoring merupakan kegiatan pemantauan yang dilakukan untuk
memastikan apakah input/sumberdaya yang tersedia telah optimal dimanfaatkan
dalam pelaksanaannya dan menghasilkan output sesuai dengan sasaran/target
yang ditetapkan. Adapun evaluasi merupakan penilaian terhadap efisiensi dan
efektivitas rencana (meliputi input, kegiatan, dan output). Kegiatan ini dilakukan
dengan membandingkan hasil dan tujuan akhir dalam pelaksanaan kegiatan SL.
Monitoring dan evaluasi kegiatan SL dilakukan oleh tim di setiap tingkatan
administrasi wilayah penyelenggara dan pelaksana penyuluhan baik melalui
kunjungan langsung ke lapangan maupun secara administratif terhadap aspek
teknis dan keuangan secara berkala dan atau sesuai kebutuhan.
1. Keragaan dan kesiapan pelaksanaan kegiatan (penyuluh pertanian,
petani/kelompoktani, kelas kemampuan kelompoktani atau pembentukan
kelompok tani, dan Rumah Tangga Miskin yang terlibat);
2. Proses pelaksanaan kegiatan rembugtani, pertemuan, pembinaan, demfarm,
serta temu lapang (farmer field’s day).

B. Pelaporan
Pelaksanaan kegiatan SL dilaporkan secara berjenjang mulai dari tingkat
kecamatan hingga ke pusat sebagaimana arus pelaporan, sebagai berikut:
1. Penyuluh pertanian pelaksana SL melaporkan perkembangan kegiatan SL
setiap minggu kepada koordinator penyuluh pertanian/pimpinan BPP;
2. Penyuluh pertanian pelaksana SL mengisi rekapitulasi Form Laporan
Perkembangan SL yang dilaporkan pada minggu 1 setiap bulan ke
Dinas/lembaga yang menangani penyuluhan tingkat kabupaten/kota untuk
kemudian di rekap dan disampaikan kepada Dinas Tanaman Pangan dan
Hortikultura Provinsi Jawa Barat melalui Bidang Penyuluhan pada minggu
ke-3 setiap bulan;

12 | PETUNJUK TEKNIS SEKOLAH LAPANG DILOKASI RAWAN STUNTING


PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2020
BAB V. PENUTUP

Demikian Petunjuk Teknis ini disusun berdasarkan kebutuhan, dan sewaktu-


waktu dapat dilakukan penyesuaian sejalan dengan perkembangan kondisi di
lapangan, dan kebijakan lainnya yang dikeluarkan oleh Dinas Tanaman Pangan dan
Hortikultura Provinsi Jawa Barat serta untuk dapat digunakan sebagai acuan bagi
pelaksana kegiatan yang disesuaikan dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku dalam pelaksanaan kegiatan, Semoga bermanfaat dan membawa hasil
bagi masyarakat tani dan rumah tangga miskin.

13 | PETUNJUK TEKNIS SEKOLAH LAPANG DILOKASI RAWAN STUNTING


PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2020
AMPIRAN
Form 1. Jadwal Palang Kegiatan
Kabupaten Kecamatan Desa Alokasi Unit Penyuluh Pendamping no.HP Kelompok Tani Pelaksana Jadwal
Rembug Tani Kursus Tani Demplot FFD
Bogor Leuwiliang Cibeber II 5 1 1
2 2
3 3
4 4
5 5
Dst … … … .. .. … … … …

Form 2. Calon Pelaksana Sekolah Lapang


No Kabupaten Kecamatan Desa Kelompok Tani Pelaksana Nama Peserta (RTM)
1 1.
2.

15.

Form 3. Pelaporan Kegiatan

Peserta (min 15
Kabupaten Kecamatan Desa Alokasi Unit Penyuluh Pendamping no.HP Kelompok Tani Pelaksana Orang/Unit ) Komoditas Materi Produktivitas
Petani RTM Sebelum Sesudah
Bogor Leuwiliang Cibeber II 5 1 1
2 2
3 3
4 4
5 5
Dst … … … .. .. … … … … … ….
LAYOUT LAPORAN AKHIR

BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

1.2 Maksud Dan Tujuan

BAB II. PELAKSANAAN KEGIATAN

2.1 Ruang Lingkup Dan Lokasi Kegiatan

2.2 Pelaksanaan Kegiatan

2.3 Hasil

BAB III. KESIMPULAN

BAB IV. PENUTUP

LAMPIRAN

Lampiran 1. Dokumentasi Pelaksanaan Kegiatan

Lampiran 2. Form Laporan kegiatan yang telah terisi

Anda mungkin juga menyukai