Anda di halaman 1dari 6

Oleh Kelompok III

❑ Eben Nezer Sembiring

❑ Rikki Adison Pasaribu

❑ Sergio Kaban

1
Kebebasan Eksistensial dan Kebebasan
Sosial

Keb. Eksistensial Pembatasan Kebebasan Sosial


○ Kemampua manusia untuk Dua alasan yang membatasi
menentukan dirinya (bebas kebebasan sosial manusia
untuk apa).
1. Kesamaan hak Manusia atas
Keb. Sosial kebebasan (kebebasan saya
○ Keadaan Di mana kemungkinan tidak boleh mengurangi
kita untuk bertindak tidak kebebasan orang lain)
dibatasi dengan sengaja oleh 2. Saya bersama semua orang
orang lain (bebas dari apa). lain merupakan anggota
masyarakat yang mempunyai
fungsi khas dan batas
Kebebasan Sosial merupakan wewenang tertentu untuk
ruang gerak bagi kebebasan mencapai kepentingan
eksistensial bersama
2
Kebebasan dan tanggung jawab
Kebebasan sosial
merupakan ruang
bagi kebebasan Kebebasan sosial
eksistensial yang secara hakiki Makin bertanggung
mana kebebasan terbatas dan jawab makin bebas
eksistensial pembatasan itu
perlu • Tahu, mau dan
menuntut tanggung mampu (sadar)
jawab. dipertanggung
jawabkan. • Hidup sesuai
dengan kewajiban
objektif.
Orang yang tidak mau Orang yang bertanggung jawab
bertanggung jawab adalah orang yang menguasai diri,
sebenarnya ia sadar akan yang tidak ditaklukkan oleh
tanggung jawab. Dan tahu perasaan-perasaan dan emosi-
pedrbuatan apa yang paling emosinya yang sanggup untuk

vs
bernilai baginya, tetapi menuju tujuan yang disadarinya
karena ia malas, tak suka sebagai yang penting, meskipun hal
susah, takut, emosi, itu berat
sentimen dan dikuasai hawa
nafsu sehingga ia tidak kuat
untuk melakukannya.

Etika Tradisional dan Otonomi Moral

○ Etika Jawa (sepi ing pamrih) bebas dari pamrih,


membantu kita mencapai kepribadian yang
terintegritas dan dengan demikian sanggup untuk
(rame ing gawe) untuk memenuhi kewajibannya di
manapun ia berada.
○ Kant membedakan dua sikap moral (otonom dan
heteronom)
Kebebasan sosial secara hakiki memang
terbatas dan perlu dibatasi oleh pihak yang
berwenang. Dalam kebebasan sosial,
pembatasan ini yang perlu
dipertanggungjawabkan. Maka
pembatasan ini harus berterus terang dan
bersifat normatif.

Kebebasan (eksistensial) yang bertanggung


jawab menyatakan diri dalam pola
moralitas yang otonom. Manusia
bermoralitas otonom melakukan kewajiban
dan tanggung jawabnya bukan karena takut
atau merasa tertekan, melainkan karena ia
sendiri sadar.

Anda mungkin juga menyukai