Anda di halaman 1dari 65

MINI PROJECT

ANALISA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI


TERKONTROLNYA TEKANAN DARAH PADA PASIEN
HIPERTENSI DI UPTD PUSKESMAS KAMPUNG BUGIS
TAHUN 2023

OLEH:

Peserta PIDI Batch II Tahun 2023

dr.Odie Yusparanda

PEMBIMBING:

dr.H.R.Lisa Riantuti

UPTD PUSKESMAS KAMPUNG BUGIS DINAS


KESEHATAN KOTA TANJUNG PINANG
MEI 2023
DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang....................................................................................3
1.2. Rumusan Masalah...............................................................................5
1.3. Tujuan Penelitian................................................................................5
1.4. Manfaat Penelitian..............................................................................5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Hipertensi............................................................................................7
2.1.1. Definisi Hipertensi..................................................................7
2.1.2. Etiologi....................................................................................7
2.1.3. Patofisiologi Hipertensi..........................................................8
2.1.4. Klasifikasi Hipertensi..............................................................9
2.1.5. Kontrol Tekanan Darah.........................................................10
2.1.6. Diagnosis Hipertensi.............................................................19
2.1.7. Komplikasi Hipertensi..........................................................20
2.1.8. Penatalaksanaan Hipertensi..................................................20
2.1.9. Faktor yang Mempengaruhi Penatalaksanaan Hipertensi.....25
2.2. Kerangka Konsep..............................................................................27
2.3. Hipotesis...........................................................................................28
BAB III METODE PENELITIAN
3.1. Desain Penelitian..............................................................................29
3.2. Populasi dan Sampel.........................................................................29
3.2.1. Populasi Penelitian................................................................29
3.2.2. Sampel Penelitian..................................................................29
3.3. Pengumpulan Data............................................................................29
3.4. Identifikasi Variabel Penelitian........................................................30
3.5. Definisi Operasional Variabel Penelitian.........................................30
3.6. Instrumen Penelitian.........................................................................32
3.6.1. Morisky Medication Adherence Scale (MMAS)...................32
3.6.2. Global Physical Activity Questionnaire (GPAQ).................32
3.6.3. Glover Nilsson-Smoking Behavioural Questionnaire (GN-
SBQ).....................................................................................34
3.6.4. Status Gizi…………………………………………………..34
3.7. Prosedur dan Cara Penelitian............................................................35
3.8. Analisis Data dan Pengolahan Data..................................................36
3.8.1. Analisis Data.........................................................................36
3.8.2. Pengolahan Data...................................................................37
3.9. Etika Penelitian.................................................................................38
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN.............................................................39
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………47
LAMPIRAN………………………………………………………………………49

ii
BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Hipertensi merupakan penyebab angka kesakitan dan kematian tertinggi di


dunia dan penyebab terbanyak kunjungan ke pusat pelayanan kesehatan primer
pada tahun 2013, yakni sejumlah 13,1% (Peltzer, 2013). Data hasil Riset
Kesehatan Dasar (RISKESDAS) pada tahun 2013 menunjukkan bahwa
66.812.982 dari 252.124.458 orang Indonesia menderita hipertensi. Prevalensi
hipertensi di Provinsi Tanjungpinang adalah 24,0% pada 2013 (National
Institute forHealth Research & Development, 2013). Menurut Laporan Dinas
Kesehatan Kota Tanjungpinang sejak Januari hingga Agustus 2016, 19.327
kasus hipertensi menempati peringkat pertama dari 36.166 kasus.1

Selain tatalaksana farmakologis, tatalaksana nonfarmakologis seperti


menurunkan berat badan bagi pasien yang obesitas, olahraga, berhenti
mengonsumsi alkohol, dan berhenti merokok, terbukti dapat
menurunkantekanan darah (PERKI, 2015; Arif et al, 2013). Laju kontrol
tekanan darah pasien hipertensi yang tidak obesitas lebih cepat dibandingkan
dengan yang obesitas dan pasien yang tidak merokok memiliki kecenderungan
untuk terkontrol 8.1 kali lebih besar dibandingkan dengan yang merokok.
Aktifitas fisik aerobik reguler dapat menurunkan 4-9 mmHg tekanan darah.
Berhenti mengonsumsi alkohol dapat menurunkan 2-4 mmHg tekanan darah.2

Telah banyak upaya dan tindakan yang dilakukan untuk mengatasi


hipertensi antara lain kerjasama pemerintah dengan Indonesian Society of
Hypertension (InaSH) dan pembentukan Direktoral Pengendalian Penyakit
Tidak Menular (Dewi, 2013). Namun tatalaksana hipertensi masih belum
berhasil. Menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO), dari 50% pasien hipertensi
yang terdeteksi, hanya 25% yang mendapat pengobatan dan hanya 12,5% bisa
diobati dengan baik.3
Keberhasilan terapi penyakit kronis ditentukan oleh kepatuhan pasien.
Menurutlaporan WHO pada tahun 2010, kepatuhan rata-rata pasien pada terapi
jangka panjang di negara berkembang kurang dari 50%.3

3
Keikutsertaan dalam Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) turut
mempengaruhi kepatuhan berobat pasien hipertensi (Mutmainah et al, 2010).

Pasien yang tidak mengikuti Program JKN meningkatkan risiko kegagalan


kontrol tekanandarah sebesar 1,23-2,89 kali dibandingkan dengan pasien yang
mengikuti Program JKN (Sari & Listya, 2016). Namun demikian, masih
ditemukan pasien hipertensi yang berobat dengan biaya mandiri.4 Hanya
172.174.401 dari 255.461.686 jiwa penduduk Indonesia yang telah terdaftar
sebagai peserta BPJS.5

Pada tahun 2004 dikeluarkan Undang-Undang No.40 tentang Sistem


Jaminan Sosial Nasional (SJSN) yang mengamanatkan bahwa jaminan sosial
wajib bagiseluruh penduduk termasuk JKN melalui suatu Badan Penyelenggara
Jaminan. Sosial (BPJS). Implementasinya dimulai pada 1 Januari 2014.5

Puskesmas Tanjungpinang merupakan Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama


mitra BPJS penyelenggara dengan pasien Hipertensi yang cukup banyak setiap
bulannya. Untuk itu peneliti ingin mengetahui faktor-faktor yang berhubungan
dengan kontrol tekanan darah pada pasien hipertensi di Puskesmas Kampung
Bugis.5

4
1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, masalah yang dapat dirumuskan adalah


faktor-faktor apa saja yang berhubungan dengan terkontrolnya tekanan darah
pada pasien hipertensi di Puskesmas Kampung Bugis.

1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan Umum

Mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan terkontrolnya tekanan


darah pada pasien hipertensi di Puskesmas Kampung Bugis.

1.3.2. Tujuan Khusus

1.3.2.1. Mengetahui hubungan kepatuhan minum obat dengan kontrol


tekanan darah pada pasien hipertensi di Puskesmas Kampung
Bugis.

1.3.2.2. Mengetahui hubungan Aktivitas fisik dengan kontrol tekanan


darah pada pasien hipertensi di Puskesmas Kampung Bugis.

1.3.2.3. Mengetahui hubungan perilaku merokok dengan kontrol tekanan


darah pada pasien hipertensi di Puskesmas Kampung Bugis.

1.3.2.4. Mengetahui hubungan Status Gizi dengan kontrol tekanandarah


pada pasien hipertensi di Puskesmas Kampung Bugis.

1.4. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk :

1.4.1 Manfaat bagi peneliti

1.4.1.1. Peneliti dapat mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan


kontrol tekanan darah pasien hipertensi serta menambah
pengetahuan, wawasan dan pengaplikasiannya dalam
pengembangan ilmu kesehatan.

1.4.2 Manfaat bagi tenaga kesehatan instansi terkait

1.4.1.2. Hasil penelitian ini diharapkan menjadi masukan kepada para

5
tenaga kesehatan dalam penyusunan program maupun kebijakan
dalam penanggulangan penyakit hipertensi.

1.4.3 Manfaat bagi masyarakat

Dapat memberi informasi kepada masyarakat tentang faktor-faktor yang


berhubungan dengan kontrol tekanan darah pasien hipertensi.

1.4.4 Manfaat bagi peneliti lain

Dapat menjadi salah satu referensi bagi penelitian selanjutnya.

6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Hipertensi

2.1.1. Definisi Hipertensi

Hipertensi didefinisikan sebagai tekanan darah sistolik sama dengan


ataudi atas 140 mmHg dan atau tekanan darah diastolik sama dengan atau
diatas 90 mmHg.2 Hipertensi merupakan kondisi yang dapat ditemukan
pada fasilitas pelayanan kesehatan primer dan berkembang menjadi infark
miokard, stroke, gagal ginjal, dan kematian jika tidak didiagnosis dan
diterapi dengan tepat.3

2.1.2. Etiologi

Berdasarkan penyebabnya, hipertensi dibagi menjadi hipertensi


primer (esensial) dan hipertensi sekunder. Pada pasien dengan hipertensi
primer(esensial) penyebabnya tidak diketahui sedangkan pasien dengan
hipertensi sekunder mempunyai penyebab khusus baik endogen maupun
eksogen.6

Faktor genetik memegang peranan penting pada patofisiologi


hipertensi primer (esensial) dikarenakan hipertensi ini memiliki
kecenderungan terjadi secara turun temurun. Ditemukan gambaran bentuk
disregulasi monogenik dan poligenik. Banyak dari gen-gen ini yang
mempengaruhi keseimbangan natrium, tetapi juga ditemukan mutasi-
mutasi genetikyang mengubah ekskresi kallikrein urine, pelepasan nitrit
oksida, ekskresi aldosteron, steroid adrenal, dan angiotensinogen.
Hipertensi sekunder dapat disebabkan penyakit komorbid seperti disfungsi
renal akibat gagal ginjal kronis atau penyakit renovaskular dan juga dapat
disebabkan oleh konsumsi obat-obatan tertentu yang dapat meningkatkan
tekanan darah seperti kortikosteroid, estrogen, OAINS, dan lain-lain.6

7
AME = apparent mineralocorticoid excess; CNS = central nervous system; GRA =
glucocorticoid-remediable aldosteronism.

Gambar 1. Faktor-Faktor Yang Menyebabkan Terjadinya Hipertensi.6

2.1.3. Patofisiologi Hipertensi

Terdapat tiga sistem yang sangat berperan dalam peningkatan tekanan


darah yakni sistem saraf simpatis, sistem Renin-Angiotensin-Aldosteron
(RAA), dan keseimbangan antara natrium dan cairan tubuh terkait hormon
aldosteron. Hal lain yang terlibat dalam peningkatan tekanan darah ialah
resistensi insulin disebabkan peningkatan produksi angiotensinogen oleh
jaringan adiposa viseral yang resisten terhadap insulin, penurunan kadar
nitrit oksida (NO) karena resistensi insulin yang dapat menyebabkan
disfungsi endotel, peningkatan reseptor antitrombin-1 (AT-1) dan ekspresi
endotelin-1, peningkatan reabsorpsi natrium di tubulus proksimal, serta
peningkatan aktivitas simpatik.7

8
Beberapa faktor yang mendukung peningkatan hipertensi diantaranya
gangguan saraf, reseptor adrenergik atau baroreseptor, abnormalitas ginjal,
abnormalitas humoral, defisiensi sintesis substansi vasodilator pada endotelium
vaskuler seperti prostasiklin, bradikinin, dan nitrit oksida, atau peningkatan
produksi substansi vasokontriktor seperti angiotensin II dan endotelin-1.7

Beberapa faktor yang mendorong timbulnya hipertensi biasanya tidak


berdiri sendiri, tetapi secara bersama-sama sesuai dengan teori mozaik pada
hipertensi esensial.8

2.1.4. Klasifikasi Hipertensi

Menurut World Health Organization (WHO)/International Society of


Hypertension (ISH) klasifikasi tekanan darah tinggi terbagi menjadi kelompok
optimal, normal, normal tinggi, hipertensi derajat 1 (ringan), hipertensi derajat 2
(sedang), hipertensi derajat 3 (berat), dan hipertensi sistolik yang terisolasi
(WHO, 2003a). Pembagian derajat keparahan hipertensi menurut WHO/ISH
dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Klasifikasi Hipertensi Berdasarkan WHO

Klasifikasi Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)

Optimal <120 dan <80


Normal 120 - 129 dan/atau 80 - 84
Normal tinggi 130 - 139 dan/atau 84 - 89
Hipertensi derajat 1 140 - 159 dan/atau 90 - 99
Subgrup: Borderline 140 - 159 dan/atau 90 - 94
Hipertensi derajat 2 160 - 179 dan/atau 100 - 109
Hipertensi derajat 3 ≥180 dan/atau ≥110
Hipertensi terisolasi ≥140 dan <90

Subgrup: Borderline 140 - 149 dan <90

9
2.1.5. Kontrol Tekanan Darah

Faktor-faktor yang mendorong timbulnya hipertensi adalah:8

1. Faktor risiko, seperti umur, jenis kelamin, diet dan asupan garam,
konsumsi lemak jenuh, kurang aktifitas fisik, stres, ras, obesitas,
merokok, penggunaan estrogen serta genetis.

2. Sistem saraf simpatis yaitu tonus simpatis dan variasi diurnal.

3. Keseimbangan antara modulator vasodilator dan vasokontriktor.

4. Pengaruh sistem otokrin setempat yang berperan pada sistem Renin-


Angiotenasi-Aldosteron (RAA).

2.1.6. Faktor Risiko Hipertensi

a. Faktor Risiko Hipertensi


Sampai saat ini penyebab hipertensi secara pasti belum dapat
diketahui dengan jelas. Secara umum, faktor risiko terjadinya
hipertensi yang teridentifikasi antara lain :

1. Faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi


a) Riwayat hipertensi pada keluarga (keturunan)
Hasil penelitian menunjukkan bahwa jika seseorang mempunyai
orang tua atau salah satunya menderita hipertensimaka orang
tersebut mempunyai risiko lebih besar untuk terkena hipertensi
daripada orang yang kedua orang tuanya normal (tidak
menderita hipertensi). Adanya riwayat keluarga terhadap
hipertensi dan penyakit jantung secara signifikan akan
meningkatkan risiko terjadinya hipertensi pada perempuan
dibawah 65 tahun dan laki – laki dibawah 55 tahun.14

b) Jenis kelamin
Jenis kelamin mempunyai pengaruh penting dalam regulasi
tekanan darah. Sejumlah fakta menyatakan hormon sex
mempengaruhi sistem renin angiotensin.

10
Secara umum tekanan darah pada laki – laki lebih tinggi
daripada perempuan. Pada perempuan risiko hipertensi akan
meningkat setelah masa menopause yang mununjukkan adanya
pengaruh hormon.14

a. Umur

Beberapa penelitian yang dilakukan, ternyata terbukti bahwa


pertambahan umur sejalan dengan kenaikan tekanan darah. Hal
ini disebabkan elastisitas dinding pembuluh darah semakin
menurun dengan bertambahnya umur. Sebagian besar hipertensi
terjadi pada umur lebih dari 65 tahun. Sebelum umur 55 tahun
tekanan darah pada laki – laki lebih tinggi daripada perempuan.
Setelah umur 65 tekanan darah pada perempuan lebih tinggi
daripada laki-laki. Dengan demikian, risiko hipertensi
bertambah dengan semakin bertambahnyaumur.13

b. Ras (etnis)
Ras negro memiliki dua kali lebih tinggi dibandingkan dengan
ras kulit putih dan lebih dari empat kali lipat morbidity rate
yang diakibatkan oleh hipertensi.

2. Faktor risiko yang dapat dimodifikasi


a) Perilaku merokok

Peraturan Pemerintah RI No 109 tahun 2012 menyebutkan


bahwa rokok adalah salah satu produk tembakau
yangdimaksudkan untuk dibakar dan diisap dan atau dihirup
asapnya, termasuk rokok kretek, rokok putih, cerutu atau bentuk
lainnya yang dihasilkan dari tanaman Nicotiana tabacum,
Nicotiana rustica, dan spesies lainnya atau sintetisnya yang
asapnya mengandung nikotin dan tar, dengan atau tanpa bahan
tambahan.12

11
Merokok sangat berbahaya bagi kesehatan karena dalam rokok ada banyak
zat yang berbahaya bagi tubuh diantaranya adalah nikotin, tar dan karbon
monoksida. Nikotin yang terdapat dalam rokok dapat meningkatkan risiko
terjadinya pengumpalan darah dalam pembuluh darah dan juga nikotin dapat
menyebabkan pengapuran pada dinding pembuluhdarah. Nikotin dalam asap rokok
merangsang tubuh melepasakan adrenalin yang menyebabkan peningkatan detak
jantung dan tekanan darah.12
Nikotin adalah zat atau bahan senyawa yang terdapat
Nicotiana tabacum, Nicotiana rustica, dan spesies lainnya atau sintetisnya
yang bersifat adiktif dapat mengakibatkan ketergantungan. Nikotin juga dapat
menyebabkan penyempitan pembuluh darah termasuk pembuluh darahkoroner yang
membawa oksigen pada jantung dan juga dapat menyebabkan pengumpalan sel
darah ( PP RI No. 109, 2012).
Karbonmonoksida adalah zat yang kerap ditemukan pada asap knalpot
mobil dan merupakan gas yang beracun yang menurukan kadar oksigen dalam
darah (Kemenkes RI, 2012). Tar adalah kondensat asap yang merupakan total
residu dihasilkan saat rokok dibakar setelah dikurangi nikotin dan air yang bersifat
karsinogenik ( PP RI No. 109, 2012). Asap rokok mengandung tar berkisar antara 3
sampai 40 mg.
Merokok ada hubungannya dengan kejadian hipertensi dan hal tersebut
dapat dilihat secara jelas dari lama merokok, jenis rokok dan jumlah rokok yang
dikonsumsi mengakibatkan ketergantungan. Nikotin juga dapat menyebabkan
penyempitan pembuluh darah termasuk pembuluh darahkoroner yang membawa
oksigen pada jantung dan juga dapat menyebabkan pengumpalan sel darah ( PP RI
No. 109, 2012).
Karbonmonoksida adalah zat yang kerap ditemukan pada asap knalpot
mobil dan merupakan gas yang beracun yang menurukan kadar oksigen dalam
darah (Kemenkes RI, 2012). Tar adalah kondensat asap yang merupakan total
residu dihasilkan saat rokok dibakar setelah dikurangi nikotin dan air yang bersifat
karsinogenik ( PP RI No. 109, 2012). Asap rokok mengandung tar berkisar antara 3
sampai 40 mg.

12
Merokok ada hubungannya dengan kejadian hipertensi dan hal tersebut
dapat dilihat secara jelas dari lama merokok, jenis rokok dan jumlah rokok yang
dikonsumsi.
a) Lama merokok
Semakin lama seseorang mengkonsumsi rokok semakin besar juga resiko
menderita hipertensi. Penelitian Setyanda et al (2015) di kota Padang
menemukan ada hubunganantara lama merokok dan kejadaian hipetensi
dimana hasil penelitiannya mendapatkan hasil p= 0, 017 dengan kelompok
lama merokok <10 tahun, 10- 20 tahun dan >20 tahun.
b) Jenis rokok
Ada dua jenis rokok yang dikonsumsi oleh masyarakat yaitu yaitu rokok
dengan filter dan rokok non filter. Penelitian Setyanda,dkk (2015)
menyebutkan bahwa jenis rokok yang digunakan yaitu rokok filter dan non
filterberpengaruh terhadap kejadian hipertensi.
c) Jumlah rokok yang dikonsumsi
Jumlah rokok yang dikonsumsi memilki hubungan dengan tekanan darah
sistolik dan diastolik, responden yang digolongkan pada kelompok
perokok berat yaitu yang menghisap rokok 10 -20 batang setiap hari dan
yang ringan adalah yang menghisap ≤ 10 batang setiap hari (Kurniati, dkk,
2012). Bustan (2007), membagi perokok dibagi atas tiga kategori, yaitu
ringan (1- 10 batang perhari), sedang (11-20 batang perhari) dan berat
(lebih dari 20 batang perhari). Menurut penelitian, diungkapkan bahwa
merokok dapat meningkatkan tekanan darah. Nikotin yang terdapat dalam
rokok sangat membahayakan kesehatan, karena nikotin dapat
meningkatkan penggumpalan darah dalam pembuluh darah dan dapat
menyebabkan pengapuran pada dinding pembuluh darah. Nikotin bersifat
toksik terhadap jaringan saraf yang menyebabkan peningkatan tekanan
darah baiksistolik maupun diastolik, denyut jantung bertambah, kontraksi
otot jantung seperti dipaksa, pemakaian O2bertambah, aliran darah pada
koroner meningkat dan vasokontriksi pada pembuluh darah perifer.13
Hubungan signifikan yang ditemukan pada penelitian yang dilakukan oleh
Galuh, 2021, yaitu konsumsi kopi dan kebiasaan merokok.

13
Penelitian ini sejalan dengan terjadinya hipertensi di lokasi
penelitian ini erat kaitannya dengan status gizi obesitas pada usia
produktif. Hal ini akan tetapi, tidak sesuai dengan penelitian Manggopa
(2017) yang memaparkan 93 responden di wilayah Desa Tarabitan 50%
mengalami kejadian hipertensi. Faktor yang mempengaruhi kejadian
hipertensi di Desa Tarabitan ini yaitu, jumlah batang rokok yang dihisap
per hari dan usia mulai merokok pada responden yang sangat muda. Selain
itu, jenis rokok kretek yang dikonsumsi juga mempengaruhi. Sehingga,
kejadian hipertensi yang diakibatkan perilaku merokok dan terjadi di
wilayah baik kota maupun desa tidak berbeda jauh karena ini lebih banyak
dipengaruhi oleh jumlah batang rokok yang dikonsumsi per hari, usia
mulai merokok seseorang dan banyaknya jumlah keluarga yang menjadi
perokok aktif.

b. Obesitas
Kelebihan lemak tubuh, khususnya lemak abdominal erat kaitannya
dengan hipertensi. Tingginya peningkatan tekanan darah tergantung pada
besarnya penambahan berat badan. Peningkatan risiko semakin bertambah
parahnya hipertensi terjadi pada penambahan berat badan tingkat sedang.
Tetapi tidak semua obesitas dapat terkena hipertensi. Tergantung pada
masing – masing individu. Peningkatan tekanan darah di atas nilai optimal
yaitu >120/80 mmHg akan meningkatkan risiko terjadinya penyakit
kardiovaskuler. Penurunan beratbadan efektif untuk menurunkan
hipertensi, Penurunan berat badan sekitar 5 kg dapat menurunkan tekanan
darah secara signifikan.15
a) Stres
Hubungan antara stres dengan hipertensi diduga melalauisaraf
simpatis yang dapat meningkatkan tekanan darah secara intermiten.

Apabila stres berlangsung lama dapat mengakibatkan peninggian


tekanan darah yang menetap. Pada binatang percobaan dibuktikan
bahwa pajanan terhadap stres menyebabkan binatang tersebut

14
menjadi hipertensi.16

b) Asupan

1) Asupan Natrium
Asosiasi Jantung Amerika menganjurkan setiap orang untuk
membatasi asupan garam tidak lebih dari 6 gram per hari. Pada
populasi dengan asupan natrium lebih dari 6 gram per hari, tekanan
darahnya meningkat lebih cepat dengan meningkatnya umur, serta
kejadian hipertensi lebih sering ditemukan.17

2) Asupan Kalium
Penelitian epidemiologi menunjukkan bahwa asupan rendah kalium akan
mengakibatkan peningkatan tekanan darah dan renal vascular remodeling
yang mengindikasikan terjadinya resistansi pembuluh darah pada ginjal. Pada
populasi dengan asupan tinggi kalium tekanan darah dan prevalensi
hipertensi lebih rendah dibanding dengan populasi yang mengkonsumsi
rendahkalium.17
3) Asupan Magnesium
Magnesium merupakan inhibitor yang kuat terhadap kontraksi vaskuler
otot halus dan diduga berperan sebagai vasodilator dalam regulasi
tekanan darah. The JointNational Committee on Prevention, Detection,
Evaluation and Treatment of High Blood Presure (JNC) melaporkan
bahwa terdapat hubungan timbal balik antara magnesium dan tekanan
darah.17

c) Aktifitas fisik (olahraga)


Olahraga yang teratur dapat menurukan tekanan perifer yang akan
menurunkan tekanan darah. Latihan fisik menimbulkan adaptasi
fisiologik hampir seluruh sistem dalam tubuh, terutama jaringan otot
rangka dan otot kardiovaskuler. Perubahan ini tergantung dari
frekuensi dan intensitas latihan.

d) Status Gizi
Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan
dan penggunaan zat-zat gizi, dibedakan antara status gizi buruk, kurang
baik, dan lebih. (Almatsier, 2005).

15
Status gizi adalah cerminan ukuran terpenuhinya kebutuhan gizi. Status
gizi secara parsial dapat diukur dengan antropometri (pengukuran
bagian tubuh tertentu dalam tubuh) atau biokimia atau secara klinis.
Status gizi merupakan faktor yang menentukan setiap organ tubuh agar
berfungsi secara baik. Status gizi seseorang pada hakikatnya
merupakan hasil keseimbangan antara konsumsi zat-zat gizi dengan
ekspenditure dari organisme tersebut, apabila dalam keseimbangan
normal, maka individu tersebut berada dalam keadaan gizi normal
(Depkes RI, 2012).
Menurut Fatmah (2010) Seiring bertambahnya usia, kebutuhan zat gizi
karbohidrat dan lemak umunya lebih rendah karena adanya penurunan
metabolisme basal. Proses metabolisme yang menurun pada usia lanjut
akan beresiko mengakibatkan kegemukan karena terjadi penurunan
aktivitas fisik, maka kalori yang berlebih akan diubah menjadi lemak
sehingga mengakibatkan kegemukan. Proses menua menyebabkan
proporsi lemak dan otot dalam tubuh berubah. Semakin tua dan
melemah sehingga menyebabkan kegemukan (Obesitas). Puncak
kenaikan berat badan pada wanita terjadi pada usia 55-65 Tahun dan
pria pada usia 34-54 tahun (Fatmah, 2010).
Klasifikasi Status Gizi

Status Gizi IMT (kg/m2)


Kurus <18
Normal 18,5-22,9
Lebih >23
Preobes 23-24,9
Obesitas I 25-29,9
Obesitas II >30

Sumber : (Supariasa dkk , 2002).

16
Hubungan Status Gizi dengan Hipertensi pada lansia

Apabila seseorang berhasil mencapai usia lanjut, maka salah satu upaya

utama adalah mempertahankan atau membawa status gizi yang bersangkutan pada

kondisi optimum agar kualitas hidup yang bersangkutan tetap baik. Perubahan

status gizi pada lansia disebabkan perubahan lingkungan maupun kondisi

kesehatan. Perubahan ini akan makin nyata pada kurun usia dekade 70-an.

Terjadi kekurangan gizi pada lansia oleh karena sebab-sebab yang bersifat

primer maupun sekunder, sebab-sebab primer meliputi ketidaktahuan isolasi sosial,

hidup seorang diri, baru kehilangan pasangan hidup, gangguan fisik, gangguan

indra, gangguan mental, kemiskinan dan iatrogenik. Sebab-sebab sekunder

meliputi gangguan makan/selera, gangguan mengunyah, malabsorbsi, obat-obatan,

peningkatan kebutuhan zat gizi, alkoholisme serta pola hidup yang tidak baik.

Kondisi kekurangan gizi pada lansia dapat terbentuk kurang kalori protein (KKP)

baik ringan, sedang, maupun berat. Keadaan ini dapat di lihat dengan mudah

melalui penampilan umum yakni adanya kekurusan dan rendahnya BB lansia

tersebut. Keadaan kelebihan gizi yang dimulai pada awal usia 50 tahunan ini akan

membawa lansia pada keadaan obesitas dan dapat pula disertai dengan munculnya

berbagai penyakit metabolisme seperti diabetes melitus dan dislipidemia.

Perubahan status gizi yang ditandai dengan peningkatan berat badan dapat secara

langsung mempengaruhi perubahan tekanan darah. Hal ini dibuktikan melalui

penelitian Zhao et al. (2004).

Penduduk cina bagian utara mempunyai tekanan darah 7,4/6,9 mmHg

dengan Tekanan darah Sistolik terendah 100 mmHg dan Tertinggi adalah 139
17
mmHg sedangkan Tekanan darah Sistolik Terendah 60 mmHg dan Tertinggi

adalah 88 mmHg lebih tinggi dibandingkan cina bagian selatan. Berdasarkan

indeks massa tubuh (IMT) ternyata penduduk cina bagian utara mempunyai IMT

yang lebih tinggi dibandingkan Cina bagian selatan (Ridwan,2008).

Salah satu kelainan kardiovaskular yang terpenting adalah hipertensi.

Hipertensi sering berkaitan dengan obesitas dan peningkatan resiko penyakit

kardiovaskular. Sekitar 75% hipertensi secara langsung berhubungan dengan

kelebihan berat badan (Ting Fei Ho, 2009). Status Gizi menggunakan IMT

merupakan salah satu indikator yang paling sering digunakan dan praktis untuk

mengukur tingkat populasi orang dewasa, dimanan Status Gizi dikategorikan

menjadi underweight, normal, overweight, beresiko, obesitas I, dan obesitas II

(Sugondo, 2006).

Banyak peneliti yang melaporkan Status Gizi lebih berkaitan dengan

kejadian hipertensi dan diduga peningkatan berat badan berperanan penting pada

mekanisme timbulnya hipertensi pada penderita obesitas (Kapojos, 2009).

Menurut Fatmah (2010) Seiring bertambahnya usia, Kebutuhan zat gizi

karbohidrat dan lemak umumnya lebih rendah karena adanya penurunan

metabolisme basal. Proses metabolisme yang menurun pada usia lanjut akan

beresiko mengakibatkan kegemukan karena terjadi penurunan aktivitas fisik, maka

kalori yang berlebih akan diubah menjadi lemak sehingga mengakibatkan

kegemukan.

Proses menua menyebabkan proporsi lemak dan otot dalam tubuh berubah.

Semakin tua dan melemah sehingga menyebabkan kegemukan (Obesitas). Puncak

kenaikan berat badan pada wanita terjadi pada usia 55-65 tahun dan pria pada usia

18
34-54 tahun (Fatmah, 2010).

19
Menurut Anggraini (2009) Tekanan darah Pada Usia Lanjut (lansia) akan

cenderung tinggi sehingga lansia lebih besar berisiko terkena hipertensi (tekanan

darah tinggi). Bertambahnya umur mengakibatkan tekanan darah meningkat, karena

dinding arteri pada usia lanjut (Lansia) akan mengalami penebalan yang

mengakibatkan penumpukan zat kolagen pada lapisan otot, sehingga pembuluh

darah akan berangsur-angsur menyempit dan menjadi kaku (Anggraini dkk, 2009).

2.1.7. Diagnosis Hipertensi

Dalam menegakkan diagnosis hipertensi, diperlukan beberapa tahapan

pemeriksaan yang harus dijalani sebelum menentukan terapi atau tatalaksana yang

akan diambil. Algoritma diagnosis ini diadaptasi dari Canadian Hypertension

Education Program The Canadian Recommendation for The Management of

Hypertension 2014 (Dasguptaet al, 2014; PERKI, 2015).

Gambar 3. Algoritma Diagnosis Hipertensi9

20
2.1.8. Komplikasi Hipertensi

Hipertensi dapat menimbulkan kerusakan organ tubuh, baik secara


langsung maupun tidak langsung. Kerusakan organ-organ target yang
umum ditemui pada pasien hipertensi adalah:10

1. Jantung
a. Hipertrofi Ventrikel Kiri
b. Angina atau Infark Miokardium
c. Gagal Jantung

2. Otak
a. Stroke atau Transient Ischemic Attack
3. Penyakit Ginjal Kronis
4. Penyakit Arteri Perifer
5. Retinopati
Selain mempengaruhi kesehatan fisik, hipertensi juga mempengaruhi
kesehatan mental. Pengaruh pada kesehatan mental terlihat pada stadium
lanjut.7

2.1.9. Penatalaksanaan Hipertensi

Pengobatan hipertensi bersifat individualistis dan sepanjang masa


dengan tetap memperhatikan gaya hidup. Pengobatan hipertensi terdiri
dari terapi nonfarmakologi dan farmakologi. Target dari terapi
hipertensiadalah menjaga hipertensi tetap terkontrol seumur hidup pasien.7

Ketika hipertensi terdeteksi, intervensi terapetik dapat mengurangi


perjalanan dan keparahan penyakit ini. Pengaturan diet, termasuk
penurunan berat badan, disertai berbagai obat yang memanipulasi
penanganan air dan garam atau aktivitas otonom pada sistem
kardiovaskular dapat digunakan untuk mengobati hipertensi. Selain itu,
olahraga secara teratur dapat dilakukan untuk membantu mengurangi
tekanan darah tinggi.11

2.1.9.1 Tatalaksana Farmakologi


21
Terapi farmakologi dimulai pada pasien hipertensi derajat 1 yang tidak
mengalami penurunan setelah >6 bulan menjalani pola hidup sehat dan pada pasien
hipertensi derajat ≥2. Salah satu prinsip dasar terapi farmakologi yang perlu
diperhatikan untuk menjaga kepatuhan dan meminimalisasi efek samping adalah
dengan melakukan pemantauan efek samping obat secarateratur.7
Pada tahun 2013, Joint National Committee (JNC) 8 mengeluarkan guideline
terbaru mengenai tatalaksana hipertensi. Secara umum, JNC memberikan 9
rekomendasi terkait target tekanan darah dan rekomendasi golongan obat
hipertensi.12
Rekomendasi 1. Pada populasi yang secara umum berusia ≥60 tahun, terapi
farmakologi inisiasi dimulai untuk menurunkan tekanan darah pada saat sistolik
≥150 mmHg atau diastolik ≥90 mmHg menjadi sistolik <150 mmHg dan diastolik
<90 mmHg (Strong recommendation-Grade A). Corollary Recommendation. Pada
populasi yang umumnya berusia ≥60 tahun, jika terapi farmakologi untuk tekanan
darahtinggi mencapai sistolik yang lebih rendah (missal <140 mmHg)dan terapi
masih ditoleransi dengan baik dan tanpa efek sampingterhadap kesehatan dan
kaulitas hidup, terapi tidak perlu disesuaikan (Expert opinion-Grade E).
Rekomendasi 2. Rekomendasi kedua dari JNC 8 adalah pada populasi umum
berusia ≤60 tahun, terapi farmakologi dimulai ketika diastoliknya ≥90 mmHg
untuk untukmenurunkan tekanan darah diastolik <90 mmHg. (Untuk pasien
berusia 30-59 tahun, Strong recommendation-Grade A; Untuk pasien berusia 18-
29 tahun, Expert opinion-Grade E).
Rekomendasi 3. Pada populasi <60 tahun, terapi farmakologi inisiasi dimulai
saat sistolik ≥140 mmHg untuk mencapai sistolik <140 mmHg (Expert opinion-
Grade E).
Rekomendasi 4. Pada populasi berusia ≥18 tahun dengan Gagal Ginjal
Kronis (GGK), terapi farmakologi inisiasi untuk menurunkan tekanan darah dari
sistolik ≥140 mmHg atau diastolik ≥90 mm Hd menjadi sistolik <140 mmHg dan
diastolic <90 mmHg (Expert opinion-Grade E).

22
Rekomendasi 5. Pada populasi berusia ≥18 tahun dengan diabetes, terapi
farmakologi inisiasi untuk menurunkan tekanandarah dari sistolik ≥140 mmHg
atau diastolik ≥90 mmHg menjadi sistolik <140 mmHg dan diastolik <90 mmHg
(Expertopinion-Grade E).
Rekomendasi 6. Pada populasi umum non kulit hitam (negro), termasuk
pasien dengan diabetes, terapi antihipertensi inisial sebaiknya menyertakan diuretic
tipe tiazid, Calcium Channel Blocker (CCB), Angiotensin- Converting Enzyme
Inhibitor (ACEI) atau Angiotensin Receptor Blocker (ARB)(Moderate
recommendation-Grade B).
Rekomendasi 7. Pada populasi kulit hitam, termasuk mereka dengan
diabetes, terapi inisial hipertensi sebaiknya menggunakan diuretik tipe tiazid atau
CCB. (Rekomendasi untuk populasi kulit hitam secara umum: Moderate
recommendation-Grade B; sedangkan populasi kulit hitam dengan diabetes: Weak
recommendation-Grade C).
Rekomendasi 8. Pada populasi berusia ≥18 tahun dengan GGK,ACEI atau
ARB sebaiknya digunakan dalam terapi inisial atau terapi tambahan untuk
meningkatkan outcome pada ginjal. Hal ini berlaku pada semua pasien GGK dalam
semua ras maupun status diabetes (Moderate recommendation-Grade B).
Rekomendasi 9. Tujuan utama terapi hipertensi adalah untuk mencapai dan
mempertahankan target tekanan darah. Jika target tekanan darah tidak tercapai
dalam waktu satu bulan pengobatan,meningkatkan dosis obat awal atau
menambahkan obat kedua dari satu kelas direkomendasi sesuai rekomendasi 6.
Seorang klinisi harus terus mengontrol tekanan darah dan menyesuaikan
rejimen pengobatan sampai target tekanan darah tercapai. Jika target tekanan darah
tidak dapat tercapai dengan 2 obat, menambah dan titrasi obat ketiga dari daftar
yang tersedia diperbolehkan. Jika target tekanan darah tidak tercapai karena pasien
memiliki kontraindikasi terhadap obat yang sesuai rekomendasi 6, obat
antihipertensi dari kelas lain dapat dipergunakan.

23
Rujukan ke spesialis diindikasikan untuk pasien yang tidak dapat mencapai
target tekanan darah dengan strategi di atas atau untuk manajemen pasien yang
rumit dan memerlukan konsultasi tambahan (Expert opinion-Grade E).

Tabel 2. Kekuatan Rekomendasi Berdasarkan Grade.12

Grade Kekuatan Rekomendasi

A Strong recommendation. Terdapat tingkat keyakinan yang tinggi berbasis


bukti bahwa hal yang direkomendasikan tersebut memberikan manfaat
atau keuntungan yang substansial.

B Moderate recommendation. Terdapat keyakinan tingkat menengah


berbasis bukti bahwa rekomendasi yang diberikan dapat memberikan
manfaat secara moderat.

C Weak recommendation. Terdapat setidaknya keyakinan tingkat moderat


berbasis bukti bahwa hal yang direkomendasikan memberikan manfaat
meskipun hanya sedikit.

D Recommendation against. Terdapat setidaknya keyakinan tingkat


moderat bahwa tidak ada manfaat atau bahkan terdapat risiko atau bahaya
yang lebih tinggi dibandingkan manfaat yang bisa didapat.

E Expert opinion. Bukti-butki belum dianggap cukup atau masih belum


jelas atau terdapat konflik (misal karena berbagai perbedaan hasil), tetapi
direkomendasikan oleh komite karena dirasakan penting untuk
dimasukan dalam guideline.

N No recommendation for or against. Tidak ada manfaat yang jelas


terbukti. Keseimbangan antara manfaat dan bahaya tidak dapat
ditentukan karena tidak ada bukti-bukti yang jelas tersebut.

24
Tabel 3. Evidence-Based Dosing for Antihypertensive Drugs (James et al, 2013).

Antihypertensive Initial Daily Target Dose in No. of Doses per

Medications Dose (mg) RCTs Reviewed Day

(mg)

ACE inhibitor

Captopril 50 150-200 2

Enalapril 5 20 1-2

Lisinopril 10 40 1

Angiotensin receptor blockers

Eprosartan 400 600-800 1-2

Candesartan 4 12-32 1

Losartan 50 100 1-2

Valsartan 40-80 160-320 1

Irbesartan 75 300 1

Β-Blockers

Atenolol 25-50 100 1

Metoprolol 50 100-200 1-2

Calcium Channel Blockers

Amlodipine 2.5 10 1

Diltiazem extended 120-180 360 1

Release

Nitrendipine 10 20 1-2

Thiazide-type diuretics

Bendroflumethiazide 5 10 1

Chlorthalidone 12.5 12.5-25 1

Hydrochlorthiazide 12.5-25 25-100a 1-2

Indapamide 1.25 1.25-2.5 1

a Current recommended evidence-based dose that balances efficacy and safety is 25-50 mg daily.

25
2.1.9.2 Tatalaksana Nonfarmakologi

Terapi nonfarmakologi harus dilaksanakan oleh semua pasien hipertensi


dengan tujuan menurunkan tekanan darah dan mengendalikan faktor-faktor risiko
serta penyakit penyerta lainnya (Yogiantoro, 2009; Hadiyah dan Setiawan, 2006).
Terapi nonfarmakologi dapat dilakukan dengan menjalani pola hidup sehat
diantaranya dengan :
a. Menurunkan berat badan dapat dilakukan dengan mengganti makanan tidak
sehat dengan memperbanyak asupan sayur dan buah.7
b. Mengurangi asupan garam dengan menghindari makanancepat saji, makanan
kaleng, daging olahan dan sebagainya. Dianjurkan asupan garam tidak melebihi 2
gram per hari.13
c. Olahraga yang dilakukan secara teratur sebanyak 30 – 60 menit per hari
minimal 3 hari per minggu dapat membantu menurunkan tekanan darah. Bila
pasien tidak dapat melakukan olahraga secara khusus, dianjurkan untuk berjalan
kaki, mengendarai sepeda atau menaiki tangga dalam aktivitas rutin sehari-
hari.7

d. Mengurangi konsumsi alkohol sangat membantu dalam penurunan tekanan


darah. Konsumsi alkohol lebih dari 2 gelas per hari pada pria atau 1 gelas per
hari pada wanita dapat meningkatkan tekanan darah.7

e. Merokok merupakan salah satu faktor risiko penyakit kardiovaskular, pasien


hipertensi dianjurkan untuk berhenti merokok. Penting juga untuk cukup
istirahat (6-8 jam) dan mengendalikan stress.7

2.1.10. Faktor yang Mempengaruhi Penatalaksanaan Hipertensi

a. Sikap

Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan antara sikap denganupaya


pengendalian hipertensi. Faktor yang mempengaruhi pembentukan
sikap manusia antara lain pengaruh orang lain yang dianggap penting.

26
Orang penting yang dimaksud adalah petugas kesehatan yang
memberikan informasi tentang pentingnya pengendalian dan
pencegahan terhadap penyakit hipertensi.Pembentukan sikap juga dapat
dipengaruhi oleh faktor emosional pasien.14

b. Pengawasan Keluarga
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan antara pengawasan
keluarga dengan upaya pengendalian hipertensi. Adanya pengawasan
keluarga dalam pengendalian hipertensi merupakan bentuk dukungan
keluarga agar responden tetap dalam kondisi yang sehat. Bentuk
dukungan tersebut dapat berupa anjuran asupan makanan yang baik
seperti masakan yang tidak banyak garam, anjuranberolahraga seperti
jalan sehat ataupun senam, anjuran minum obat secara teratur.14

c. Pengetahuan
Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan antara pengetahuan
dengan upaya pengendalian hipertensi. Pengetahuan berperan penting
dalam membentuk perilaku atau tindakan seseorang. Pengetahuan
dapat diperoleh baik dari diri pasien sendiri berdasarkan
pengalamanhidup sehari-hari dan dari orang lain.14

d. Faktor fisiologis dan psikologis.


Faktor fisiologis yaitu pemakaian obat jangka panjang yang dapat
menyebabkan timbulnya efek samping hingga kerusakan organ. Faktor
psikologis yaitu pemakaian obat jangka panjang membuat pasien
hipertensi merasa tertekan. Hal ini dikarenakan pasien diwajibkan
untuk mengonsumsi obat setiap hari dan adanya efek samping yang
ditimbulkan dari obat yang dikonsumsi. Masalah- masalah ini
menyebabkan pasien hipertensi cenderung banyak yang tidak
mematuhi proses pengobatan seusai anjuran.14

e. Kepatuhan minum obat.


Kepatuhan minum obat dipengaruhi oleh faktor pasien, faktor sistem
kesehatan, faktor lingkungan dan faktor sosial ekonomi.12

27
Faktor sistem kesehatan meliputi sikap tenaga kesehatan,
pembiayaankesehatan, mudah tidaknya mendapatkan obat yang
diresepkan di apotek, informasi yang diberikan kepada pasien,
kepemilikan asuransikesehatan, distribusi obat, dan hubungan yang
terjalin antara pasien dan dokter.15
Selain kepatuhan minum obat, diagnosa yang tepat, pemilihan obat,
pemberian obat yang benar dari tenaga kesehatan juga sangat
mempengaruhi terkontrolnya tekanan darah pasien.9 Banyak obat-obat
untukhipertensi yang harganya cukup mahal dan tidak terjangkau oleh
sebagian besar masyarakat.15 Selain itu kemampuan pasien untuk
mengikuti perawatan secara optimal, sering terganggu oleh beberapa
penghalang diantaranya: faktor sosial ekonomi, sistemperawatan
kesehatan, karakteristik penyakit, terapi penyakit dan faktor yang
terkait dengan pasien.12

2.2. Kerangka Konsep

Kerangka konsep merupakan abstraksi yang terbentuk oleh generalisasi dari hal-
hal khusus.

Variabel Independen Variabel Dependen

Kepatuhan
Minum Obat

Aktivitas Kontrol
Fisik Tekanan
Darah
Perilaku
Merokok

Status Gizi

28
2.3. Hipotesis

Hipotesis penelitian adalah jawaban sementara peneliti, patokan duga, atau dalil
sementara, yang kebenarannya akan dibuktikan dalam penelitian
tersebut.Setelah melalui pembuktian dari hasil penelitian maka hipotesis ini
dapat benardan salah, dapat diterima atau ditolak. Hipotesis dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut:

Ho :

1. Tidak terdapat hubungan kepatuhan minum obat dengan terkontrolnya


tekanan darah pada pasien hipertensi di Puskesmas Kampung Bugis.

2. Tidak terdapat hubungan Gaya Hidup dengan terkontrolnya tekanan darah


pada pasien hipertensi di Puskesmas Kampung Bugis.

3. Tidak terdapat hubungan Perilaku merokok dengan terkontrolnya tekanan


darah pada pasien hipertensi di Puskesmas Kampung Bugis.

4. Tidak terdapat hubungan Status Gizi dengan terkontrolnya tekanan darah


pada pasien hipertensi di Puskesmas Kampung Bugis.

Ha :

1. Terdapat hubungan kepatuhan minum obat dengan terkontrolnya tekanan


darahpada pasien hipertensi di Puskesmas Kampung Bugis.

2. Terdapat hubungan Gaya Hidup dengan terkontrolnya tekanan darah


pada pasien hipertensi di Puskesmas Kampung Bugis.

3. Terdapat hubungan Perilaku merokok dengan terkontrolnya tekanan darah


pada pasien hipertensi di Puskesmas Kampung Bugis.

4. Terdapat hubungan Status Gizi dengan terkontrolnya tekanan darah pada


pasien hipertensi di Puskesmas Kampung Bugis.

29
BAB 3 METODE PENELITIAN

3.1. Desain Penelitian


Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif observasional dengan jenis
pendekatan potong lintang.

3.2. Populasi dan Sampel

3.2.1. Populasi Penelitian


Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti. 15
Populasi target pada penelitian ini adalah semua pasien hipertensi.
Populasi terjangkau pada penelitian ini adalah pasien hipertensi di
Puskesmas kampung bugis.

3.2.2. Sampel Penelitian


Sampel adalah objek yang dipilih dan dianggap mewakili semua
populasi.15 Sampel diambil menggunakan teknik simple random
sampling adalah pengambilan anggota sampel dari populasi yang
dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam
populasi itu.
N 5391 5391
n= 2
n= 2
n= = 98 sampel
1+ N (e) 1+5391( 0 ,1) 1+5391(0 ,01)
Keterangan :
n = Ukuran sampel/jumlah responden
N = Ukuran populasi
e = Persentase kelonggaran ketelitian kesalahan pengambilan sampel
yang masih bisa ditolerir; e= 0,1 (1%)

3.3. Pengumpulan Data


Pengumpulan data mengacu dari sumber penelitian, yaitu data primer dan
sekunder. Data primer merupakan sumber data yang diperoleh langsung dari
sumber asli (tidak melalui media perantara). Data sekunder merupakan data
yang diperoleh peneliti dari berbagai sumber yang telah ada. Data primer yang
digunakan dalam penelitian ini adalah pasien hipertensi, status gizi, kepatuhan
minum obat, aktivitas fisik, dan perilaku merokok. Data sekunder berupa data

30
yang diambil dari dokumen atau rekam medik yang tercatat dalam buku
register tentang identitas dan hasil pemeriksaan tekanan darah.
3.4. Identifikasi Variabel Penelitian

Variabel adalah sesuatu yang digunakan sebagai ciri, sifat atau ukuran yang
dimiliki atau didapatkan untuk suatu penelitian tentang suatu konsep
pengertian tertentu. Dalam penelitian ini menggunakan dua variabel yaitu:

a. Variabel bebas (independen) adalah pasien hipertensi, kepatuhan minum


obat, status gizi, aktivitas fisik, perilaku merokok.

b. Variabel terikat (dependen) adalah kontrol tekanan darah pada pasien


hipertensi.

3.5. Definisi Operasional Variabel Penelitian

Variabel Definisi Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala


Operasional
Variabel Bebas
Kepatuhan Tingkat perhatian Wawancara Kuesioner 0 = tidak patuh Kategorik
Minum perhatian dalam MMAS (skor<6) Nominal
Obat melaksanakan 1 = patuh (skor 6-8)
instruksi
(Morisky et
pengobatan
berdasarkan al,2009)
Morisky Medication
Adherence Scale
(MMAS)
Perilaku Perilaku/kebiasaan Wawancara Kuesioner  <12 perokok Kategoik
Merokok seseorang untuk GN-SBQ ringan Ordinal
menghisap rokok  12-22 perokok
sehari-hari
sedang
 23-33 perokok
berat
>33 perokok sangat
berat
Status Gizi Keadaan gizi pasien Mengukur Microtoic 1.Underwei Kategorik
yang dihitung dari tinggi e dan ght=<18 Ordinal
perbandin gan badan dan Bathroom 2.Normal= 18,5-
antara berat badan 22,9
berat Scale
dengan tinggi badan 3.Overweig ht=
badan
>23
4. Obesitas
berat badan
 ≥ 25

31
Aktivitas Setiap pergerakan Wawancara Kuesioner 0. Rendah : tidak Kategorik
Fisik tubuh akibat GPAQ memenuhi kriteria Ordinal
aktivitas otot-otot sedang dan tinggi.
skeletal yang 1. Sedang : melakukan
mengakibatkan aktivitas kuat
pengeluaran energi minimal 20
untuk menit/hari selama
meningkatkan ≥3 hari atau
kemampuan melakukan aktivitas
kardiorespi. sedang ≥5 hari atau
berjalan paling
sedikit 30
menit/hari atau
melakukan
kombinasi aktivitas
fisik yang berat,
sedang, berjalan
dalam ≥5 hari
dengan intensitas
minimal 600 MET-
menit/minggu.
2. Tinggi : melakukan
aktivitas yang berat
minimal 3 hari
dengan intensitas
minimal 1500 MET
menit/minggu atau
melakukan
kombinasi aktivitas
fisik yang berat,
sedang, dan berjalan
dalam 7 hari
dengan internsitas
minimal 3000
Met-
menit/minggu
(World Health
Organization, 2010)
Variabel Terikat
Kontrol Tekanan darah Medis Tensi 0 = Tidak terkontrol Nominal
Tekanan pasien hipertensi meter 1= Terkontrol
Darah sesuai target yang
direkomendasikan
JNC VII selama
3 bulan berturut-
turut

32
3.6. Instrumen Penelitian

Alat pengumpulan data mengenai pasien hipertensi adalah lembar identitas


yang tersedia dalam formulir kuesioner, status gizi diukur menggunakan
timbangan injak ketelitian 0.1 kg terkalibrasi dan meteran sepanjang 2 m ketelitian
0.1 cm terkalibrasi, serta data kontrol tekanan darah dilihat melalui rekam
medis.

3.6.1. Morisky Medication Adherence Scale (MMAS)

Kepatuhan minum obat diukur menggunakan kuesioner baku Morisky


Medication Adherence Scale (MMAS) yang terdiri dari 8 pertanyaan
yang sudah dialihbahasakan ke dalam bahasa indonesia. Penentuan
jawaban kuesioner menggunakan skala Guttman, yaitu jawaban
responden hanya terbatas pada dua jawaban, ya atau tidak. Variabel
kepatuhan mengadopsi dari interpretasi kuesioner asli oleh Morisky,
dimana kategori penilaian dibagi menjadi 2 cut of point, yaitu patuh dan
tidak patuh (Morisky et al, 2009)

3.6.2. Global Physical Activity Questionnaire (GPAQ)

Global Physical Activity Questionnaire (GPAQ) merupakan instrumen


untuk mengukur aktivitas fisik yang dikembangkan oleh World Health
Organization (WHO) untuk kepentingan pengawasan aktivitas fisik di
negara berkembang. GPAQ terdiri dari 16 pertanyaan yang
mengumpulkan data dari partisipasi dalam aktivitas fisik pada tiga ranah
yaitu aktivitas fisik saat bekerja, aktivitas perjalanan dari tempat ke
tempat, dan aktivitas yang bersifat rekreasi atau waktu luang. GPAQ
mengukur aktivitas fisik dengan mengklasifikasikan berdasarkan
Metabolic Equivalent (MET) (World Health Organization, 2010).

MET adalah rasio laju metabolisme saat kerja dengan laju metabolisme
saat istirahat yang digambarkan dengan satuan kkal/kg/jam. Satu MET
didefinisikan sebagai energi yang dikeluarkan saat duduk tenang.

33
Perbandingan aktivitas dalam kategori sedang yaitu 4 kali lebih besar
dibandingkan dengan aktivitas duduk tenang, sehingga perhitungan pada
aktivitas kategori sedang dikalikan 4 MET. Aktivitas dalam kategori berat
mempunyai perbandingan 8 kali lebih besar dari duduk tenang, sehingga
perhitungan pada aktivitas dalam kategori berat dikalikan 8 MET.

GPAQ telah tervalidasi untuk mengukur aktivitas fisik pada rentang usia 16-84
tahun dengan nilai reliabilitas kuat (Kappa 0,67 sampai 0,73) dan hasil
validitasnya baik (α=0.65). Hasil ini menunjukkan bahwa GPAQ adalah
instrumen yang sesuai dan dapat diterima untuk memantau aktivitas fisik dalam
sistem surveilans kesehatan penduduk (Bull et al, 2009).
Dalam perbaikan kualitas data yang diperoleh, GPAQ telah mengalami
pengembangan dengan adanya GPAQ versi 2. Rumus yang digunakan untuk
menghitung total volume aktivitas fisik dalam satuan MET- menit/minggu
adalah [(P2 x P3 x 8) + (P5 x P6 x 4) + (P8 x P9 x 4) + (P11 x P12 x 8) +
(P14 x P15 x 4)]. Menurut analysis guide yang terlampir pada GPAQ versi 2
WHO (2010), tingkat dari total aktivitas fisik akan dikategorikan menjadi tiga
kategori sebagai berikut:
a. Tinggi
1) Melakukan aktivitas berat minimal 3 hari dengan intensitas minimal
1500 MET-menit/minggu, atau atau

2) Melakukan kombinasi aktivitas fisik berat, sedang, dan berjalan dalam


7 hari dengan intensitas minimal 3000 MET-menit/minggu
b. Sedang
1) Intensitas aktivitas kuat minimal 20 menit/hari selama 3 hari atau lebih,
atau

2) Melakukan aktivitas sedang selama 5 hari atau lebih atau berjalan


minimal 30 menit/hari, atau

3) Melakukan kombinasi aktivitas fisik berat, sedang, dan berjalan dalam 5


hari atau lebih dengan intensitas minimal 600 MET- menit/minggu
c. Rendah
1) Tidak memenuhi kriteria aktivitas tinggi atau aktivitas sedang.

34
3.6.3. Glover Nilsson-Smoking Behavioural Questionnaire (GN-SBQ)
Perilaku merokok diukur dengan menggunakan Glover NilssonSmoking
Behavioral Questionnaire (GN-SBQ) untuk melihat kegiatanatau
aktivitas merokok yang dimulai dari membakar, menghisap sampai
menghembuskannya keluar sehingga menimbulkan asap rokok yang
diukur melalui persepsi dan aktivitas responden terhadap merokok.

Kuesioner ini bersifat unidimensional yang terdiri dari dua kategori.


Kategori pertama terdiri dari dua pertanyaan yang mencerminkan sikap
merokok individu. Kemudian kategori kedua terdiri dari sembilan
pertanyaan yang mencerminkan seberapa sering responden berperilaku
untuk merokok. Total pertanyaan dalam kuesioner ini adalah 11
pertanyaan. Dalam pengisian kuesioner ini menggunakan skala Likert
dengan rentangan empat poin, yaitu mulai dari satu (sangat tidak setuju-
sangat jarang) sampai empat (sangat setuju-sangat sering) (Glover et al,
2005). Validitasnya diukur dengan menggunakan rumus Alpha
Cronbach. Hasil validitas dari GN-SBQ sangat baik (α = 0,8). Sehingga
dapat disimpulkan bahwa mengukur dengan menggunakan GN-SBQ
memiliki konsistensi internal yang memadai (Rath et al, 2013).

3.6.4. Status Gizi


Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari alat
tulis, alat ukur, dan kuesioner tertutup, dan juga formulir foodreacall.
Alat tulis digunakan unutk mencatat penelitian. Alat ukur yang
digunakan adalah Spyghmomanometer digital untuk mengukur tekanan
darah, timbangandigital untuk mengukur berat badan, dan microtoise
untuk mengukur tinggi badan. Kuesioner penelitian terdiri dari bebrapa
bagian, yaitu skrinning responden, identitas responden, dan pertanyaan
terkait variabel kontrol usia, jenis kelamin, genetik, kebiasaan merokok,
aktivitas fisik, konsumsi alkohol, dan stres. Sedangkan formfoodrecall
digunakan untuk mendapatkan data terkait variabel kontrol, yaitu asupan
lemak dan asupan natrium responden.

35
3.7. Prosedur dan Cara Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada pasien hipertensi yang sebelumnya sudah pernah
berkunjung dan terdiagnosis hipertensi di Puskesmas kampung bugis.
Pengambilan data pada responden dilakukan dengan mengukur berat badan.

Membuat surat izin penelitian di Puskesman Tanjungpinang


untuk melakukan penelitian di Puskesmas Tanjungpinang.

1. Tahap Persiapan

Mendapatkan izin penelitian di Puskesmas Tanjungpinang.

Menjelaskan maksud dan tujuan penelitian dan pengisian lembar


informed consent kepada calon responden di Puskesmas
Tanjungpinang.
2. Tahap Pelaksanaan

Setelah pasien hipertensi bersedia menjadi responden


dalampenelitian, maka dilakukan pengambilan data melalui
wawancara rekam medis pasien

3. Tahap Pengolahan
Data Analisis dengan program komputer

Interpretasi data

Gambar 5. Alur Penelitian

36
3.8. Analisis Data dan Pengolahan Data

3.8.1. Analisis Data

3.8.1.1. Analisis Univariat

Analisis univariat adalah analisis yang dilakukan untuk menganalisis


tiap variabel dari hasil penelitian (Notoatmodjo, 2010). Analisis
univariat dilakukan untuk memperoleh gambaran setiap variabel,
distribusi frekuensi berbagai variabel yang diteliti baik variabel
dependen maupun variabel independen.
3.8.1.2. Analisis Bivariat

Analisis bivariat digunakan untuk melihat adanya hubungan antara


variabel independen kepatuhan minum obat, status gizi, aktivitas
fisik, perilaku merokok, dengan variabel dependen kontrol tekanan
darah pasien hipertensi. Uji statistik yang digunakan adalah uji Chi-
square untuk tabel 2x2. (Dahlan, 2014).
Kemaknaan perhitungan statistika digunakan batas 0,05terhadap
hipotesis. Jika p value ≤0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima,
artinya ada hubungan antara variabel independen dengan variabel
dependen. Jika p value >0,05 maka Ho diterima dan Ha ditolak,
artinya tidak ada hubungan antara variabel independen dengan
variabel dependen yang diuji.
3.8.1.3. Analisis Multivariat

Analisis multivariat dilakukan untuk melihat variabel independen


yang paling berpengaruh terhadap variabel dependen. Analisis
multivariat yang digunakan adalah regresi logistic.

37
3.8.2 Pengolahan Data

Data yang telah diperoleh dari proses pengumpulan data, selanjutnya


diteliti ulang dan diperiksa kesesuaian jawaban serta kelengkapannya.
Adapun langkah-langkah yang dilakukan sebagai berikut:
1. Editing Data
Editing adalah proses pengecekan dan perbaikan isian formulir atau
kuesioner. Pada proses ini dipastikan semua pertanyaan kuesioner
sudah terjawab, jawaban relevan dengan pertanyaan, dan jawaban
konsisten dengan jawaban pertanyaan lain.
2. Coding
Pemberian kode (mengubah data yang berbentuk huruf atau kalimat
menjadi data angka) pada atribut lembar observasi penelitian
memudahkan untuk dalam entri dan analisis data.
3. Data Entry atau Processing
Tahap ini dilakukan dengan memproses data agar dapat dianalisis dan
dilakukan dengan cara mengentri data dari lembar observasi melalui
program komputer.
4. Cleaning
Setelah semua data dimasukkan ke dalam program komputer, proses
selanjutnya adalah pembersihan data (data cleaning) yaitu
pengoreksian data sehingga tidak ada kesalahan kode atau
ketidaklengkapan
5. Transfering
Transfering adalah kegiatan memindahkan kode (data yang telah
berupa angka) ke dalam master sheet.
6. Tabulating
Tabulating adalah kegiatan menyusun dan meringkas data yang
masuk ke dalam bentuk table-tabel (dummy table) (Notoatmodjo,
2010).

38
3.9. Etika Penelitian

Standar etik penelitian kesehatan ini melibatkan subyek manusia


dengan mendapatkan informasi dari data primer dan data sekunder
berupa rekam medik. Dalam penelitian ini tidak dilakukan eksperimen
atau pengobatan yang dapat membahayakan subyek. Partisipasi dalam
penelitian atau informasi yang diberikan, tidak akan dipergunakan
dalam hal-hal yang merugikan subyek dalam bentuk apapun. Subyek
mendapat informasi secara lengkap tentang tujuan penelitian yang akan
dilaksanakan, mempunyai hak untuk bebas berpartisipasi, atau menolak
untuk menjadi responden. Informed consent dilakukan dengan
memberikan penjelasan tujuan penelitian, meminta kesediaan menjadi
responden, dan meminta responden menandatangani formulir
persetujuan setelah penjelasan jika bersedia menjadi responden.

39
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Distribusi Frekuensi Usia dan Jenis Kelamin


Berdasarkan tabel 5.1 hasil penelitian yang didapatkan dari 98 sampel, usia
yang terbanyak adalah 41 – 51 tahun sebanyak 40 orang (40,8%). Kemudian
jenis kelamin yang terbanyak adalah laki-laki yaitu 51 orang (52%).

Tabel 5.1.1 Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin pada Pasien Hipertensi di


Puskesmas Kampung Bugis.
Jenis Kelamin Frekuensi Persentase
Perempuan 47 48
Laki-laki 51 52
Total 98 100

Tabel 5.1.2 Distribusi Frekuensi Usia pada Pasien Hipertensi


di Puskesmas Kampung Bugis.
Usia Frekuensi Persentase
30-40 tahun 24 24,5
41-51 tahun 40 40,8
52-62 tahun 20 20,4
63-73 tahun 9 9,2
74-84 tahun 5 5,1
Total 98 100

40
5.2 Distribusi Frekuensi Pasien Hipertensi, Kepatuhan Minum Obat, Status
Gizi, Aktivitas Fisik dan Perilaku Merokok pada Pasien Hipertensi
Tabel 5.2 menunjukkan bahwa dari 98 responden berdasarkan kontrol tensi
menunjukkan 38 responden (38,8%) tidak terkontrol dan 60 responden (61,2%)
memiliki kadar tensi yang terkontrol. Berdasarkan kepatuhan minum obat
didapatkan 38 responden (38,8%) tidak patuh dan 60 responden (61,2%) patuh
meminum obat tensi. Dari status gizi menunjukkan responden yang underweight
sebanyak 2 responden (2%), normoweight sebanyak 65 responden (66,3%),
overweight sebanyak 27 responden (27,6%) dan obesitas sebanyak 4 responden
(4,1%). Untuk aktivitas fisik didapatkan 31 responden (31,6%) memiliki aktivitas
ringan, 33 responden (33,7%) memiliki aktivitas sedang dan 34 responden
(34,7%) memiliki aktivitas berat. Dan berdasarkan tingkat merokok, 41 responden
(41,8%) merupakan perokok ringan, 16 responden (16,3%) perokok sedang, 32
responden (32,7%) perokok berat dan 9 responden (9,2%) perokok sangat berat.

Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Pasien Hipertensi, Kepatuhan Minum Obat,


Status Gizi, Aktivitas Fisik dan Perilaku Merokok pada Pasien Hipertensi
di Puskesmas Kampung Bugis.
Karakteristik Responden Jumlah Persen (%)
Kontrol Tensi
Tidak Terkontrol 38 38,8
Terkontrol 60 61,2
Kepatuhan Minum Obat
Tidak Patuh 38 38,8
Patuh 60 61,2
Status Gizi
Underweight (<18) 2 2
Normoweight (18,5 – 22,9) 65 66,3
Overweight (23 – 24,9) 27 27,6
Obesitas (>25) 4 4,1
Aktivitas Fisik
Ringan 31 31,6
Sedang 33 33,7
Berat 34 34,7
Merokok
Ringan 41 41,8
Sedang 16 16,3
Berat 32 32,7
Sangat Berat 9 9,2
Total 98 100

41
5.3 Hubungan Antara Kepatuhan Minum Obat dengan Kontrol Tekanan Darah
pada Pasien Hipertensi di Puskesmas Kampung Bugis.
Kadar Tekanan Kadar Tekanan
Variabel Kategorik Darah Tidak Darah Terkontrol Total
Terkontrol
f % f %
Kepatuhan Tidak Patuh 17 17,3 21 21,4 38
(38,8%)
Patuh 21 21,4 39 39,8 60
(61,2%)
Total 38 38,8 60 61,2 98
(100%)

Tabel 5.3 Hubungan Antara Kepatuhan Minum Obat dengan Kontrol Tekanan
Darah pada Pasien Hipertensi di Puskesmas Kampung Bugis.
Dari tabel diatas menunjukkan bahwa responden yang tidak patuh minum obat
tensi dengan kadar tekanan darah yang tidak terkontrol sebanyak 17 responden
(17,3%) dan responden yang tidak patuh minum obat tensi namun memiliki tekanan
darah yang terkontrol sebanyak 21 responden (21,4%). Kemudian responden yang
patuh minum obat tensi namun memiliki kadar tekanan darah yang tidak terkontrol
sebanyak 21 responden (21,4%) dan responden yang patuh minum obat tensi namun
memiliki kadar tekanan darah terkontrol sebanyak 39 responden (39,8%). Dari hasil
penelitian yang didapat dari Uji Chi Square nilai p = 0,035 (p > 0,05), maka H1
diterima H0 ditolak yang berarti ada hubungan antara kepatuhan minum obat dengan
kontrol tekanan darah pada pasien hipertensi di Puskesmas Kampung Bugis.

5.4 Hubungan Antara Aktivitas Fisik dengan Kontrol Tekanan Darah pada
Pasien Hipertensi di Puskesmas Kampung Bugis.
Kadar Tekanan Kadar Tekanan
Variabel Kategorik Darah Tidak Darah Terkontrol Total
Terkontrol
f % f %
31
Ringan 11 11,2 20 20,4
Aktivita (31,6%)
s fisik 33
Sedang 15 15,3 18 18,4
(33,7%)
34
Berat 12 12,2 22 22,4
(34,7)
98
Total 38 38,8 60 61,2
(100%)

42
Tabel 5.4 Hubungan Antara Aktivitas Fisik dengan Kontrol Tekanan Darah
pada Pasien Hipertensi di Puskesmas Kampung Bugis.
Berdasarkan tabel 5.4 memperlihatkan 11 responden (11,2%) yang memiliki
aktivitas ringan memiliki kadar tekanan darah yang tidak terkontrol, sedangkan 20
responden (20,4%) yang memiliki aktivitas ringan memiliki kadar tekanan darah
yang terkontrol. Pada 15 responden (15,3%) dengan aktivitas sedang memiliki kadar
tekanan darah yang tidak terkontrol, sedangkan 18 responden (18,4%) dengan
aktivitas sedang memiliki kadar tekanan darah terkontrol. Lalu 12 responden (12,2%)
yang menjalani aktivitas berat memiliki kadar tekanan darah yang tidak terkontrol,
dan 22 responden (22,4%) dengan aktivitas berat memiliki kadar tekanan darah
terkontrol. Hasil penelitian menggunakan Uji Chi Square nilai p = 0,027 (p < 0,05),
maka H1 diterima H0 ditolak yang berarti ada hubungan antara aktivitas fisik dengan
kontrol tekanan darah pada pasien hipertensi di Puskesmas Kampung Bugis.

5.5 Hubungan Antara Perilaku Merokok dengan Kontrol Tekanan Darah pada
Pasien Hipertensi di Puskesmas Kampung Bugis.
Kadar Tekanan Kadar Tekanan
Variabel Kategorik Darah Tidak Darah Terkontrol Total
Terkontrol
f % f %
41
Ringan 16 16,3 25 25,5
(41,8%)
16
Sedang 8 8,2 8 8,2
(16,3%)
Merokok Berat 11 11,2 21 21,4 32 (32,7)
Sangat
3 3,1 6 6,1 9 (9,2%)
Berat
98
Total 38 38,8 60 61,2
(100%)

Tabel 5.5 Hubungan Antara Perilaku Merokok dengan Kontrol Tekanan Darah
pada Pasien Hipertensi di Puskesmas Kampung Bugis.
Berdasarkan tabel 5.4 dapat dilihat bahwa 16 responden (16,3%) dengan
perilaku merokok ringan memiliki kadar tekanan darah tidak terkontrol dan 25
responden (25,5%) dengan aktivitas ringan memiliki tekanan darah terkontrol. Pada
responden yang mempunyai perilaku merokok kategori sedang sebanyak 8
responden (8,2%) memiliki tekanan darah tidak terkontrol dan 8 responden (8,2%)

43
yang memiliki perilaku merokok kategori sedang juga memiliki kadar tekanan darah
terkontrol. Sedangkan pada responden yang mempunyai perilaku merokok yang
berat sebanyak 11 responden (11,2%) memiliki kadar tekanan darah tidak terkontrol,
dan 21 responden (21,4%) dengan perilaku merokok berat memiliki kadar tekanan
darah terkontrol. Kemudian pada 3 responden (3,1%) dengan perilaku merokok
sangat berat memiliki tekanan darah tidak terkontrol, sedangkan 6 responden (6,1%)
yang berperilaku merokok sangat berat mempunyai tekanan darah terkontrol.
Berdasarkan hasil penelitian menggunakan Uji Chi Square nilai p = 0,047 (p < 0,05),
maka H1 diterima H0 ditolak yang berarti ada hubungan antara perilaku merokok
dengan kontrol tekanan darah pada pasien hipertensi di Puskesmas Kampung Bugis.

5.6 Hubungan Antara Status Gizi dengan Kontrol Tekanan Darah pada Pasien
Hipertensi di Puskesmas Kampung Bugis
Kadar Tekanan Kadar Tekanan
Variabel Kategorik Darah Tidak Darah Terkontrol Total
Terkontrol
f % f %
Underweight 0 0 2 2 2 (2%)
(<18)
Status Normoweight 30 30,6 35 66,3 65
Gizi (18,5 – 22,9) (66,3%)
Overweight 7 7,1 20 20,4 27
(23-24,9) (27,6%)
Obesitas (>25) 1 1 3 3,1 4 (4,1%)
Total 38 38,8 60 61,2 98
(100%)

Tabel 5.6 Hubungan Antara Status Gizi dengan Kontrol Tekanan Darah pada
Pasien Hipertensi di Puskesmas Kampung bugis.
Berdasarkan tabel 5.5 didapatkan 2 responden (2%) dengan status gizi underweight memiliki
tekanan darah terkontrol. 30 responden (30,6%) dengan status gizi normoweight memiliki
tekanan darah tidak terkontrol, sedangkan 35 responden (66,3%) dengan status gizi
normoweight memiliki tekanan darah terkontrol. 7 responden (7,1%) dengan status gizi
overweight memiliki tekanan darah tidak terkontrol dan 20 responden (20,4%) dengan status
gizi overweight memiliki tekanan darah terkontrol.

44
Kemudian 1 responden (1%) dengan status gizi obesitas memiliki tekanan darah
tidak terkontrol dan 3 responden (3,1%) memiliki tekanan darah terkontrol.
Berdasarkan hasil penelitian menggunakan Uji Chi Square nilai p = 0,015 (p < 0,05),
maka H1 diterima H0 ditolak yang berarti ada hubungan antara status gizi dengan
kontrol tekanan darah pada pasien hipertensi di Puskesmas Kampung Bugis.
5.7 Analisis Multivariate
Variabel B Nilai P OR 95% CI
Aktivitas fisik 1.900 0,001 21.115 1.348 - 20.027
Kepatuhan 1.638 0,003 15.710 1.053 – 25.142
Merokok 1.662 0,025 8.446 1.129 – 24.125
Status Gizi 1.566 0,010 9.896 2.119 – 22.545
Constant -3.147 0,000 0,043
Tabel 5.7 Hasil Akhir Regresi Logistik
Hasil analisis regresi logistic menunjukkan variabel aktivitas fisik dengan nilai
p=0,001, kepatuhan dengan nilai p=0,003, merokok dengan nilai p=0,025 dan status
gizi dengan nilai p=0,010 berpengatuh terhadap Kontrol Tekanan Darah di
Puskesmas Kampung Bugis. Variabel yang paling berpengaruh adalah aktivitas fisik
dengan nilai OR (Odds Rasio)=21.115.

5.8 Pembahasan
Hasil penelitian pada pasien hipertensi di Puskesmas Kampung Bugis
berdasarkan jenis kelamin memperlihatkan bahwa jumlah respoden laki-laki lebih
banyak daripada perempuan yaitu 51 responden (52%) laki-laki dan 47 responden
(48%) perempuan. laki-laki pada usia 46-65 tahun memiliki prevalensi hipertensi
lebih besar (32,5%) dibandingkan dengan perempuan (13.03%) pada range umur
yang sama. Laki-laki pada usia 18-59 tahun memiliki kecenderungan hipertensi yang
lebih tinggi dibandingkan perempuan. Peningkatan prevalensi terjadi pada kelompok
perempuan yang sudah menopause dibandingkan dengan laki-laki pada umur yang
sama. Hal ini dapat disebabkan oleh adanya perbedaan hormon dan gaya hidup.
Mekanisme vasoprotektif yang dilakukan oleh hormon estrogen hilang setelah
menopause. Wanita pada usia lebih dari 55 tahun kehilangan aktivitas hormon
estrogen pada dinding arteri karotis dan brakialis yang berakibat pada efek
membahayakan seperti memicu kekakuan dan menurunkan elastisitas arteri.

45
Hasil penelitian terhadap responden yang memiliki hipertensi di Puskesmas
Kampung bugis berdasarkan usia menunjukkan bahwa sebagian besar pasien adalah
usia dewasa. Menurut Depkes RI 2009 kategori dewasa akhir berada dalam rentang
usia 44-60 tahun, yang dimana pada usia ini identik dengan penurunan fungsi organ
dan menurunnya elastisitas pembuluh darah yang menjadi faktor risiko pemicu
hipertensi (Nuraini, 2015). Kejadian hipertensi seringkali diawali pada usia dewasa
menengah sesuai dengan penelitian sebelumnya yang menyampaikan bahwa semakin
bertambah usia maka akan meningkatkan risiko hipertensi. Hal ini dikarenakan pada
usia dewasa menengah berhubungan dengan terjadinya disfungsi endotelial dan
meningkatnya kekakuan arteri yang selanjutnya pada usia dewasa tua akan mulai
terjadi kesulitan untuk merawat diri dikarenakan penggunaan obat-obat farmakalogi
seperti anti inflamasi dan kortikosteroid yang dapat meningkatkan tekanan darah.
Rentang usia sendiri tidak dapat menjadi faktor penentu kepatuhan seseorang dalam
hal konsumsi obat, namun usia dapat mempengaruhi terhadap kualitas hidup
seseorang. Dengan bertambahnya usia maka akan terjadi perubahan baik fisik,
psikologi dan psikososial yang dapat mempengaruhi kualitas hidup (Luh et al.,
2020).
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa pasien yang memiliki kepatuhan
minum obat dan memiliki kadar tekanan darah normal berjumlah 39 orang (39,8%).
Semakin patuh seorang pasien dalam meminum obat antihipertensi maka itu berarti
pasien tersebut semakin sadar bahwa mencegah hipertensi sangat bemanfaat bagi
kesehatannya. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Niven (2012) bahwa
pengobatan pada pasien yang menderita penyakit hipertensi dipengaruhi oleh
kepatuhan pasien dalam mengkonsumsi obat antihipertensi. Kepatuhan penderita
hipertensi dalam menjalani program pengobatan hipertensi sangat diperlukan agar
mendapatkan kualitas hidup yang lebih baik. Kepatuhan minum obat pada penderita
penyakit hipertensi sangat penting karena dengan minum obat antihipertensi secara
teratur dapat mengontrol tekanan darah, sehingga dapat mencegah resiko kerusakan
organ-organ seperti jantung, ginjal, dan otak dalam waktu jangka panjang.
Berdasarkan hasil penelitian mayoritas aktivitas fisik yang dilakukan adalah
kategori berat sebanyak 22 responden (22,4%) dengan kadar tekanan darah normal.
Aktivitas fisik secara teori dapat menurunkan tekanan darah seseorang, semakin
sering aktivitas fisik dilakukan maka semakin kecil resiko terkena hipertensi.

46
Aktivitas fisik dipengaruhi oleh beberapa faktor salah satunya adalah usia dan proses
penyakit yang sedang dialami (Anisah, 2018). Kegiatan fisik yang dilakukan secara
teratur menyebabkan perubahan-perubahan misalnya jantung akan bertambah kuat
pada otot polosnya sehingga daya tampung besar dan kontruksi atau denyutannya
kuat dan teratur, selain itu selastisitas pembuluh darah akan bertambah karena
adanya relaksasi dan vasodilatasi sehingga timbunan lemak akan berkurang dan
meningkatkan kontraksi otot dinding pembuluh darah tersebut (Anies, 2020).
Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan antara perilaku merokok
dengan kontrol tekanan darah pada pasien hipertensi di Puskesmas Tanjungpinang.
Kebiasaan merokok bisa berpengaruh atau berhubungan karena peningkatan tekanan
darah pada perokok disebabkan karena kebiasaan merokok responden yang sudah
menjadi kebutuhan sehari-hari, sehingga akan menyebabkan penumpukan zat
berbahaya didalam darah dan dapat menyebabkan berbagai penyakit kardiovaskuler
karena zat nikotin dan tar yang masuk kedalam aliran darah dapat merusak lapisan
dinding pembuluh darah arteri dan mengakibatkan proses arterosklerosis dan
hipertensi.
Pada penelitian ini ditemukan bahwa 35 responden (66,3%) yang memiliki
status gizi normoweight memiliki kadar tekanan darah normal. Kelebihan atau
kekurangan gizi yang terjadi pada usia dewasa akan mempengaruhi produktivitas.
Hubungan hipertensi dengan berat badan berlebih sangat kuat. Semakin besar massa
tubuh, semakin banyak darah yang dibutuhkan untuk menyampaikan oksigen dan
makanan ke jaringan tubuh sehingga membutuhkaan pengontrolan berat badan agar
tetap ideal.
Berdasarkan analisis multivariate didapatkan bahwa aktivitas fisik menjadi
factor resiko paling penting dalam pengendalian tekanan darah. Hal ini disebabkan
karena pada orang yang tidak aktif melakukan kegiatan fisik cenderung mempunyai
frekuensi denyut jantung yang lebih tinggi. Hal tersebut mengakibatkan otot jantung
bekerja lebih keras pada setiap kontraksi. Makin keras usaha otot jantung dalam
memompa darah, makin besar pula tekanan darah yang dibebankan pada dinding
arteri sehingga tahanan perifer yang menyebabkan kenaikan tekanan darah.
Kurangnya aktivitas fisik juga dapat meningkatkan risiko kelebihan berat badan yang
akan menyebabkan risiko hipertensi meningkat.

47
DAFTAR PUSTAKA

Amartiwi HA 2013. Evaluasi tingkat kepatuhan penggunaan obat pada pasien


hipertensi di instalasi rawat jalan. [tesis]. Surakarta: Surakarta: Universitas
Muhammadiyah Surakarta.

Arif D, Rusnoto, Hartinah D. 2013. Faktor-faktor yang berhubungan dengan


kejadian hipertensi pada lansia di pusling desa kumplit upt puskesmas gribig
kabupaten kudus. JIKK. 4(2):18–34.

Badan Penyelenggara Jaminan Sosial. 2015a. Panduan praktis program rujuk balik
bagi peserta jkn.

Badan Penyelenggara Jaminan Sosial. 2015b. Panduan praktis prolanis (program


pengelolaan penyakit kronis).

Dalyoko DAP. 2015. Faktor-faktor yang berhubungan dengan upaya pengendalian


hipertensi pada lansia di posyandu lansia wilayah kerja puskesmas mojosongo
boyolali. [skripsi]. Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Damayanti F. 2016. Hubungan tingkat kepatuhan penggunaan obat terhadap


keberhasilan terapi pada pasien hipertensi di rumah sakit x surakarta bulan mei-
juni 2014. [skripsi]. Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Epri S. 2015. Hubungan status gizi dan asupan makan terhadap tekanan darah
lansiadi uptd pelayanan sosial lanjut usia tresna werdha kecamatan natar
kabupaten lampung selatan. [skripsi]. Bandar Lampung: Universitas Lampung.

Hamzah PK. 2015. Hubungan kepatuhan minum obat antihipertensi, kualitas tidur
dengan tekanan darah pada penderita hipertensi esensial di kota salatiga tahun
2015. [tesis]. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.

Hernandez-Vila E. 2015. A review of the jnc 8 blood pressure guideline. Tex Heart
Inst J. 42(3):226–8.

Jeanne B. 2016. Prevalensi konsumsi rokok pria usia 18 - 64 tahun dengan hipertensi
di desa susut, kabupaten bangli bali tahun 2014. DOAJ. 6(1):16–22.

48
Kementerian Kesehatan RI. 2014. Hipertensi. Jakarta.

Kumar V, Cotran RS, Robbins SL. 2017. Robbins basic pathology. Edisi ke-8. New
York: W. B. Saunders Company.

Lumoindong A, Umboh A, Masloman N. 2017. Hubungan obesitas dengan profil


tekanan darah pada anak usia 10-12 tahun di kota manado 1. Jurnal e-
Biomedik. 1(1):147–153.

Mayasari NF, Rosalina, Irawati H. 2015. Hubungan aktivitas fisik dengan tekanan
darah pada lansia penderita hipertensi di kelurahan banyumanik kota
semarang. Jurnal NWU. 35:1–8.

National Institute for Health Research & Development. 2013. Riset kesehatan dasar
2015.

Notoatmodjo S. 2012. Metodologi penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

Novitaningtyas T. 2014. Hubungan karakteristik (umur, jenis kelamin, tingkat


pendidikan) dan aktivitas fisik dengan tekanan darah pada lansia di kelurahan
makamhaji kecamatan kartasura kabupaten sukoharjo. [skripsi]. Surakarta:
Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Puspita E. 2016. Faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan penderita


hipertensi dalam menjalani pengobatan. [skripsi]. Semarang: Universitas
Negeri Semarang.

Utami PAS, Sahar J, Widyastuti. 2017. Pengendalian faktor risiko hipertensi pada
agregat lansia melalui kunjungan rumah. JKI. 16(1):11–17.

Wahyuni, Eksanoto D. 2016. Hubungan tingkat pendidikan dan jenis kelamin


dengan kejadian hipertensi di kelurahan jagalan di wilayah kerja puskesmas
pucang sawit surakarta. JIKI. 1(1):79–85.

Widyaningrum T. 2018. Hubungan asupan natrium, kalium, magnesium dan status


gizi dengan tekanan darah pada lansia di kelurahan makamhaji kartasura.
[skripsi]. Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta.

World Health Organization. 2017. Global physical activity questionnaire.


Ncd. 380(9838):282–293.

49
LAMPIRAN INFORMED CONSENT

LAMPIRAN 1
PERNYATAAN PERSETUJUAN SEBAGAI RESPONDEN PENELITIAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :


Nama :
Usia :
Pendidikan :
Pekerjaan :
Alamat :
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa setelah mendapatkan penjelasan penelitian dan
memahami informasi yang diberikan oleh peneliti serta mengetahui tujuan dan manfaat dari
penelitian yang berjudul “Analisa Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Terkontrolnya Tekanan
Darah pada Pasien Hipertensi Di Puskesmas Kampung Bugis Tahun 2023”, maka dengan ini saya
secara sukarela bersedia menjadi responden pada penelitian ini.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya serta penuh kesadaran dan tanpa
paksaan maupun tanpa pengaruh pihak manapun.

Tanjungpinang, 2023

[ ]
Tanda tangan dan nama terang Responden

50
LAMPIRAN KUESIONER

Kuesioner Morisky Medication Adherence Scale-8 (MMAS-8)

Nama:
Umur:

Petunjuk : Berilah tanda centang pada kolom yang sesuai dengan jawaban

No. Pertanyaan Ya Tidak

1. Apakah Bapak/Ibu terkadang lupa minum obat untuk penyakit anda?

Selama 2 pekan terakhir ini, pernahkah Bapak/Ibu tidak meminum


2.
obat?

Pernahkah Bapak/Ibu mengurangi atauberhenti minum obat tanpa


3. memberitahu dokter Bapak/Ibu karena merasa bertambah parah saat
meminum obat tersebut?

Ketika Bapak/Ibu sedang bepergian, apakah pernah lupa membawa


4.
obat?

5. Apakah kemarin Bapak/Ibu meminum semua obat?

Ketika Bapak/Ibu merasa sehat, apakah Bapak/Ibu berhenti minum


6.
obat?

Sebagian orang merasa tidak nyaman jika harus meminum obat setiap
7. hari. Apakah Bapak/Ibu merasa terganggu untuk menjalani
pengobatan?
Seberapa sering Bapak/Ibu lupa minum obat?
a. Tidak pernah/jarang
b. Sesekali
8.
c. Kadang-kadang
d. Biasanya
e. Setiap saat

Interpretasi: Keterangan:

0 = Tidak patuh (Skor <6) Ya = 1


1 = Patuh (Skor 6-8) Tidak = 0

51
Kuesioner Perilaku merokok Glover & Nilsson Smoking Behavior (GN-SBQ)

Nama:
Umur:

Berilah tanda centang (√) pada kolom yang paling sesuai dengan diri anda

TSS S C P SP
NO Pernyataan
(0) (1) (2) (3) (4)
1. Kebiasaan merokok saya sangat penting bagi saya
2. Saya merokok sebagian dari kebiasaan saya.

NO Pertanyaan TP J K S SL
(0) (1) (2) (3) (4)
3. Apakah anda menempatkan sesuatu (permen karet,
pena, atau benda lain) dimulut anda untuk mengalihkan
perhatian anda dari merokok?
4. Apakah anda menjadikan rokok sebagai hadiah
ketika anda menyelesaikan suatu tugas/pekerjaan?
5. Ketika anda tidak merokok, anda akan mengalami
kesulitan dalam berkonsentrasi sebelum mengerjakan
tugas?
6. Jika anda tidak diijinkan merokok ditempat-tempat
tertentu apakah anda kemudian memainkan rokok atau
bungkusnya?
7. Apakah kondisi lingkungan tertentu seperti saat
sedang minum alkohol, berada di kamar/WC,
dikantin memicu anda untuk merokok?
8. Apakah anda sering menyalakan sebatang rokoksecara
rutin (tanpa ada keinginan untuk merokok)?
9. Apakah anda merokok atau menempatkan sesuatu di
mulut anda (permen,pena) untuk mengurangi stres,
ketegangan, frustasi, dll?
10. Apakah kenikmatan merokok adalah ketika anda
mulai menyalakan rokok ?
11. Ketika anda berada di sebuah tempat makan,terminal
bus, kantin atau tempat umum lainnya anda merasa
aman dan nyaman atau lebih percaya diri ketika anda
memegang rokok?

Interpretasi: Keterangan:

TSS = Tidak sama TP = Tidak Pernah


 <12 perokok ringan sekali S = Sedikit J = Jarang
 12-22 perokok sedang C = Cukup K = Kadang-kadang
 23-33 perokok berat P = Penting S = Sering
 >33 perokok sangat berat SP = Sangat Penting SL = Selalu

52
Kuesioner Aktifitas Fisik (Global Physical Activity Questionnaire)

Pertanyaan Respon Kode


Aktivitas saat bekerja
(aktivitas termasuk kegiatan belajar, latihan, Aktivitas rumah
tangga, dll)
1. Apakah pekerjaan sehari-hari Anda memerlukan aktivitas kerja berat (1) Ya (lanjut ke no. 2) P1
(seperti mengangkat beban berat) sehingga menyebabkan bernafas (2) Tidak (langsung ke no.4)
lebih cepat dan jantung berdegup lebih kencang selama minimal 10
menit per hari?
2. Dalam satu minggu, berapa hari anda melakukan aktivitas berat hari P2
sebagai bagian dari pekerjaan?
3. Dalam satu hari, berapa lama waktu yang anda gunakan Jam : Menit P3
untuk melakukan aktivitas berat di tempat kerja? __:__
4. Apakah pekerjaan Anda memerlukan aktivitas kerja sedang (seperti (1) Ya (lanjut ke no.5) P4
berjalan cepat atau mengangkat barang yang ringan) yang (2) Tidak (langsung ke no.7)
menyebabkan sedikit peningkatan pada pernapasan dan denyut
jantung setidaknya selama minimal 10 menit per hari?
5. Dalam satu minggu, berapa hari anda melakukan aktivitas hari P5
sedang sebagai bagian dari pekerjaan?
6. Dalam satu hari, berapa lama waktu yang anda gunakan untuk Jam : Menit P6
melakukan aktivitas sedang di tempat kerja? __:__
Perjalanan dari tempat ke tempat
(Perjalanan ke tempat kerja, belanja, ke supermarket, dll)
7. Apakah Anda berjalan kaki atau bersepeda minimal 10 menit (1) Ya (lanjut ke no.2) P7
setiap harinya untuk pergi ke suatu tempat? (2) Tidak (langsung ke no.10)
8. Berapa hari dalam seminggu anda berjalan kaki atau hari P8
bersepeda (minimal 10 menit) untu pergi ke suatu tempat?
9. Berapa lama dalam 1 hari biasanya Anda berjalan kaki atau Jam : Menit P9
bersepeda untuk pergi ke suatu tempat? __:__
Aktivitas Waktu Luang
(Olahraga, fitness, dan rekreasi lainnya)
10. Apakah anda melakukan olahraga berat, rekreasi atau aktivitas 1) Ya (lanjut ke no.11) P10
yang menyebabkan peningkatan pada pernapasan atau denyut (2) Tidak (langsung ke no.13)
jantung (misalnya lari atau futsal, fitness, basket) di waktu luang
selama
setidaknya 10 menit per hari?
11. Berapa hari dalam seminggu biasanya Anda melakukan hari P11
olahraga, fitness, atau rekreasi yang merupakan aktivitas
berat?
12. Berapa lama Anda melakukan olahraga, fitness, atau rekreasi Jam : Menit P12
yang merupakan aktivitas berat dalam 1 hari? __:__
13. Apakah anda melakukan kegiatan olahraga sedang atau aktivitas (1) Ya (lanjut ke no.14) P13
yang tidak terlalu berat yang menyebabkan sedikit peningkatan (2) Tidak (lanjut ke no.16)
pada pernapasan dan denyut jantung (misalnya jalan cepat,
bersepeda,
renang atau voli) selama setidaknya 10 menit per hari?
14. Berapa hari dalam seminggu biasanya Anda melakukan hari P14
olahraga, fitness, atau rekreasi yang merupakan
aktivitas sedang?
15. Berapa lama Anda melakukan olahraga, fitness, atau rekreasi Jam : Menit P15
yang merupakan aktivitas sedang dalam 1 hari? __:__
Tidak banyak bergerak
(Aktvitas yang tidak memerlukan banyak gerak seperti duduk atau
berbaring, KECUALI tidur)
16. Berapa lama Anda duduk atau berbaring dalam 1 hari? Jam : Menit P16
__:__

53
LAMPIRAN DATA

Jenis_Kelamin

Cumulative Perc
Frequency Percent Valid Percent ent

Valid Perempuan 47 48.0 48.0 48.0

Laki-Laki 51 52.0 52.0 100.0

Total 98 100.0 100.0

Usia

Cumulative Perc
Frequency Percent Valid Percent ent

Valid 30-40 24 24.5 24.5 24.5

41-51 40 40.8 40.8 65.3

52-62 20 20.4 20.4 85.7

63-73 9 9.2 9.2 94.9

74-84 5 5.1 5.1 100.0

Total 98 100.0 100.0

Tensi

Cumulative Perc
Frequency Percent Valid Percent ent

Valid Tidak Terkontrol 62 63.3 63.3 63.3

Terkontrol 36 36.7 36.7 100.0

Total 98 100.0 100.0

Kepatuhan

Cumulative Perc
Frequency Percent Valid Percent ent

Valid Tidak Patuh 38 38.8 38.8 38.8

Patuh 60 61.2 61.2 100.0

Total 98 100.0 100.0

54
Status_Gizi

Cumulative Perc
Frequency Percent Valid Percent ent

Valid Underweight (<18) 2 2.0 2.0 2.0

Normoweight (18,5 - 22.9) 65 66.3 66.3 68.4

Overweight (23-24,9) 27 27.6 27.6 95.9

Obesitas (>25) 4 4.1 4.1 100.0

Total 98 100.0 100.0

Aktivitas_fisik (Binned)

Cumulative Perc
Frequency Percent Valid Percent ent

Valid Ringan 31 31.6 31.6 31.6

Sedang 33 33.7 33.7 65.3

Berat 34 34.7 34.7 100.0

Total 98 100.0 100.0

Merokok

Cumulative Perc
Frequency Percent Valid Percent ent

Valid Ringan 41 41.8 41.8 41.8

Sedang 16 16.3 16.3 58.2

Berat 32 32.7 32.7 90.8

Sangat Berat 9 9.2 9.2 100.0

Total 98 100.0 100.0

Kepatuhan * Tensi Crosstabulation

Tensi

Tidak Terkontrol Terkontrol Total

Kepatuhan (Binned) Tidak Patuh Count 17 21 38

Expected Count 14.7 23.3 38.0

% of Total 17.3% 21.4% 38.8%

Patuh Count 21 39 60

Expected Count 23.3 36.7 60.0

% of Total 21.4% 39.8% 61.2%


Total Count 38 60 98

Expected Count 38.0 60.0 98.0

55
% of Total 38.8% 61.2% 100.0%

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. (2-s Exact Sig. (2-sid Exact Sig. (1-sid


Value df ided) ed) ed)

Pearson Chi-Square .929a 1 .035


b
Continuity Correction .564 1 .453
Likelihood Ratio .925 1 .336
Fisher's Exact Test .397 .226
Linear-by-Linear Association .920 1 .338
N of Valid Cases 98

a. 0 cells (0.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 14.73.
b. Computed only for a 2x2 table

Aktivitas_fisik * Tensi Crosstabulation

Tensi

Tidak Terkontrol Terkontrol Total

Aktivitas_fisik (Binned) Ringan Count 11 20 31

Expected Count 12.0 19.0 31.0

% of Total 11.2% 20.4% 31.6%

Sedang Count 15 18 33

Expected Count 12.8 20.2 33.0

% of Total 15.3% 18.4% 33.7%

Berat Count 12 22 34

Expected Count 13.2 20.8 34.0

% of Total 12.2% 22.4% 34.7%


Total Count 38 60 98

Expected Count 38.0 60.0 98.0

% of Total 38.8% 61.2% 100.0%

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. (2-s


Value df ided)

Pearson Chi-Square .935a 2 .027


Likelihood Ratio .928 2 .629
Linear-by-Linear Association .002 1 .967
N of Valid Cases 98

a. 0 cells (0.0%) have expected count less than 5. The minimum expecte
d count is 12.02.

56
Merokok * Tensi Crosstabulation

Tensi

Tidak Terkontrol Terkontrol Total

Merokok (Binned) Ringan Count 16 25 41

Expected Count 15.9 25.1 41.0

% of Total 16.3% 25.5% 41.8%

Sedang Count 8 8 16

Expected Count 6.2 9.8 16.0

% of Total 8.2% 8.2% 16.3%

Berat Count 11 21 32

Expected Count 12.4 19.6 32.0

% of Total 11.2% 21.4% 32.7%

Sangat Berat Count 3 6 9

Expected Count 3.5 5.5 9.0

% of Total 3.1% 6.1% 9.2%


Total Count 38 60 98

Expected Count 38.0 60.0 98.0

% of Total 38.8% 61.2% 100.0%

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. (2-s


Value df ided)

Pearson Chi-Square 1.223a 3 .047


Likelihood Ratio 1.208 3 .751
Linear-by-Linear Association .239 1 .625
N of Valid Cases 98

a. 1 cells (12.5%) have expected count less than 5. The minimum expect
ed count is 3.49.

57
Status_Gizi * Tensi Crosstabulation

Tensi

Tidak Terkontrol Terkontrol Total

Status_Gizi Underweight (<18) Count 0 2 2

Expected Count .8 1.2 2.0

% of Total 0.0% 2.0% 2.0%

Normoweight (18,5 - 22.9) Count 30 35 65

Expected Count 25.2 39.8 65.0

% of Total 30.6% 35.7% 66.3%

Overweight (23-24,9) Count 7 20 27

Expected Count 10.5 16.5 27.0

% of Total 7.1% 20.4% 27.6%

Obesitas (>25) Count 1 3 4

Expected Count 1.6 2.4 4.0

% of Total 1.0% 3.1% 4.1%


Total Count 38 60 98

Expected Count 38.0 60.0 98.0

% of Total 38.8% 61.2% 100.0%

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. (2-s


Value df ided)

Pearson Chi-Square 4.955a 3 .015


Likelihood Ratio 5.750 3 .124
Linear-by-Linear Association 1.773 1 .183
N of Valid Cases 98

a. 4 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expect
ed count is .78.

Variables in the Equation

95% C.I.for EXP(B)

B S.E. Wald df Sig. Exp(B) Lower Upper

Step 1a Aktivitas_fisik 1.900 .856 5.340 1 .020 7.160 1.348 20.027

Kepatuhan 1.638 .826 4.097 1 .049 5.156 1.053 25.142

Merokok 1.662 .795 4.472 1 .032 5.928 1.129 24.125

Status Gizi 1.566 .851 5.896 1 .027 5.629 2.119 22.545

Constant .124 1.119 19.805 1 .911 1.133

a. Variable(s) entered on step 1: Aktivitas_fisik, Kepatuhan, Merokok, Status Gizi.

58
LAMPIRAN DOKUMENTASI

59
60
61
62
63
64
65

Anda mungkin juga menyukai