-----..
111
Universitas Islam Negeri
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
I >iterht _ . __ -· -~~-.,,--~-
ol....<>h ••
·1.. . : ·:r;:-r: . . . . . J ..... IA........... ..
-le1ri '
. 1 1 . '().'L"v"~::kTf~·).........1"
W AHYUDI IMAN · "rl" ' • ........ 2.:::.............::-.~.l.\?i
' ;nk:l~i : ............................................ ..
NIM: 105070002262
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1430 H/2009 M
'. Pl.~r~~USTAKA~;~TA~-;;"'"1
UIN SYAHIO JAKARTA
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Psikologi untuk memenuhi
syarat memperoleh gelar Sarjana Psikologi
Oleh:
WAHYUDI IMAN
NIM: 105070002262
Dibawah bimbingan
Pembimbing I Pembimbing II
Bamban di Ph.D
~i
Rena Latifa, M.Psi
NIP. 150 326 891 NIP. 150 408 704
Fakultas Psikologi
Universitas Islan1 Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta
1430 H/2009 M
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi yang berjudul HUBUNGAN ANTARA PERILAKU SEKSUAL DENGAN
RASA BERSALAH (GUILTY FEELING) PADA REMAJA DI KECAMATAN
BOJONGSARI SAWANGAN DEPOK telah diujikan dalam Sidang Munaqasyah Fakultas
Psikologi Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatulllah Jakarta Pada Tanggal 3
Desember 2009. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Psikologi.
Sidang Munaqasyah
/z. ~. "l'..
Jahja Umar, Ph.D
NIP. 130 885 522
Anggota
p7W:) Penguji II
Pembimbing I
~
mbpribi II
;1:;:tf£.D~
NIP. 150 326 891
/
?: .
Rena Latifa, M.Psi
NIP. 150 408 704
:Motto:
''Jiicfup acfa[afi petjuangan"
<Betjuang untuk,mendapatk,an impian untuk,RJ,ta clan orang yang
senantiasa 6erdoa untuk,Rjta
PERSEMBAHAN:
( A) Fakultas Psikologi
( B ) Desember 2009
( C) Wahyudi Iman
( D ) Hubungan Antara Prilaku Seksual Dengan Rasa Bersalah (Guilty Feeling) Pada
Remaja
( E ) 77 halaman + Lampiran
( F) Perubahan yang dialami remaja merupakan perubahan biologis dan fisiologis
yang berlansung pada masa pubertas atau masa awal remaja, inilah yang membuat
para remaja di Kelurahan Bojongsari Sawangan Depok dengan gejolak hasrat seks,
sehingga muncul berbagai masalah perilaku seksual pada remaja.
Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan perilaku seksual dengan rasa
bersalah pada remaj a dengan menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode
penelitian korelasi. Penelitian dilaksanakan di Keluraban Bojongsari Sawangan
Depok dengan jumlah sampel 50 orang yang ditentukan dengan teknik insidental.
Karakteristik sampel adalah remaja di Kelurahan Bojongsari Sawangan Depok.
Instrumen pengumpulan data yang digunakan adalah skala perilaku seksual dan rasa
bersalah skala model likert.
Uji reliabilitas menggunakan analisis Alpha Cronbach basil yang diperoleb skala
prilaku seksual 0.865 dan skala rasa bersalah 0.916. Korelasi (r) bitung sebesar 0.018
dan R Square aspek perilaku seksual menyumbang sebesar 11.2% bagi perubaban
variabel rasa bersalab. Dengan demikian terdapat 89.8% aspek lain yang mereka
kontribusi terhadap rasa bersalab yang tidak terukur dalam penelitian ini, yang dapat
memberikan perubahan terhadap variabel perilaku seksual. Maka dapat disimpulkan
ada hubungan antara perilaku seksual dengan rasa bersalab pada remaja di Keluraban
Bojongsari Sawangan Depok dengan arah signifikan yaitu semakin tinggi perilaku
seksual maka semakin tinggi juga rasa bersalah. ·
ABSTRACT
( A ) Faculty of Psychology
( B ) 2009 December
( C) Wahyudi Iman
( D ) Relation Between Sexual Behavior And Adolescent Guilty Feeling
( E ) 77 page+ Enclosures.
( F) Adolescent changing represent change of biological and physiological
(sexual organ maturity) when adolescent period or puberty, it makes adolescents at of
Bojongsari Sawangan Depok Sub - district, sexuality ambition distortion, it emerging
various problem of free sex at adolescent, one of them is sexual behavior and in the
same time ambition appearance to conduct the relation.
The purpose of this research is to see relation between sexual behavioral with guilty
feeling at adolescent by using quantitative approach and method research of
correlation. Research held in by ofBojongsari Sawangan Depok Sub - district with
amount of 50 samples who are determined with incidental technique sampling.
Characteristic of sample is adolescent at ofBojongsari Sawangan Depok Sub-district.
Used collecting data for sexual behavioral scale and guilty feeling by likert model.
Reliability test use Alpha Cronbach analysis the result that be obtained is the scale of
sexual is 0.865 and scale guilty feeling is 0.916. Correlation (r) count equal to 0.018
and behavioral R Square aspect of sexual equal to 11.2% to change of variable guilty
feeling. There are 89 .8% other aspect which is contribution to guilty feeling which
not measured in this research, which can give change to behavioral variable of sexual.
So, we can concluded that these is relation between sexual behavior guilty feeling at
adolescent at ofBojongsari Sawangan Depok Sub - district with significant direction
that is more high the sexual excelsior it also had a high guilty feeling.
For further research, the writer suggests to use qualitative approach about sexual
behavior to get a descriptive result.
KATAPENGANTAR
Segala puja dan puji bagi Illahi Rabb, Sang Pemillik Langit dan Bumi yang Maha
segalanya dan tidak ada yang mampu mengalahkan rasa kasih sayang - Nya kepada
seluruh umat manusia. Shalawat serta salam tercurahkan bagi Rasulullah SAW, suri
tauladan sepanjang masa.
Kelancaran dalam pembuatan skripsi ini tidak luput dari bantuan yang diberikan oleh
semua pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:
6. Om Endra dan Mba Erma, terima kasih atas bantuan dana untuk membeli
buku.
7. Remon dan Ganes terima kasih atas bantuan untuk mencari referensi.
8. Nina, Rohyat, Ida, Tika, Romi, dan Risti terima kasih atas bantuannya untuk
menyebarkan angket.
9. Lina, Dian, Rahmi, Nisa (teman-teman KKL), terima kasih atas semangatnya
dalam menyelesaikan skripsi ini
10. Aini,Eva dan Nuri, terima kasih atas terjemahkan bahasa dari indonesia ke
mggns.
11. Seluruh remaja di Kelurahan Bojongsari Sawangan Depok, terima kasih sudah
membantu untuk mengisi angket
Semoga Allah SWT membalas kebaikan kalian dengan berlipat ganda dan skripsi ini
dapat bermanfaat bagi kita semua. Amiin yaa Rabbal 'alamin.
Penulis
v
DAFTARISI
Abstrak ........................................................................................................... .i
BABIPENDAHULUAN
2.3. Remaja 36
5.1. Kesimpulan 74
5.2. Diskusi 74
5.3. Saran 76
Daftar Pustaka. 78
LAMPIRAN.
x
DAFTAR TABEL
9. Hasil Tambahan.
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Skala Perilaku Seksual Try Out dan Rasa Bersalah Try Out
PENDAHULUAN
Pada era globalisasi saat ini terjadi pergeseran moral mengenai pergaulan remaja
yang semakin menghawatirkan terutama dalam masalah seksual, ha! ini mengarahkan
remaj a pad a perilaku seksual menyimpang dari norma - norm a yang ada di
masyarakat.
Menurut Sarwono (2008), pada masa remaja merupakan masa peralihan dari masa
yang muncul diakibatkan dari perubahan fisik. Pengaruh perkembangan jiwa yang
sangat besar pada remaja adalah pertumbuhan tubuh, selanjutnya ada perubahan
secara biologis, pada wanita terdiri dari datangnya haid, sedangkan pada laki-laki
yaitu te1jadinya mimpi basah dan tanda-tanda seksual sekunder yang tumbuh.
Agustiani (2006) menyatakan bahwa remaja merupakan masa transisi yaitu peralihan
dari masa anak-anak sampai masa dewasa. Menurut Hurlock (1996), perubahan yang
dialami pada remaja adalah perubahan biologis dan fisiologis (kematangan organ-
2
organ seksual) yang berlangsung pada masa pubertas atau masa awal remaja, pada
wanita sekitar umur (12 - 16 tahun) dan pada pria (14- 16 talmn).
Carles (2008) menyatakan bahwa dorongan atau hasrat melakukan hubungan seks,
selalu muncul jauh lebih awal pada kesempatan untuk melakukan secara bebas. Inilah
yang terjadi pada remaja dengan gejolak hasrat seks yang besar, pada ha! mereka
belum menikah dan karena itulah muncul berbagai masalah seks bebas pada remaja
salah satunya adalah perilaku seksual dan sekaligus munculnya dorongan (hasrat)
Ada beberapa penelitian yang meneliti tentang perilaku seksual pada anak remaja.
Psikologi UI (1987) di Jakrta dan Banjarmasin para remaja yang tercatat 93%
berpacaran, 61,6% berciuman (pria) dan 39,4% (wanita), dan anak remaja yang
meraba di wilayah dada 2,32% (pria) dan 6, 7% (wanita). Sementara itu untuk anak
remaja yang memegang ala! kelamin 7.1 % (pria) dan 1.0% (wanita), dan yang
Kedua, penelitian Dwiyanto (1992) menyatakan bahwa remaja berusia 20- 24 tahun
(remaja akhir) di Malang menemukan bahwa 26% remaja telah aktifsecara seksual
remaja berusia 20 - 24 tahun (remaja akhir) di Bali menemukan bahwa 29% remaja
telah aktif secara seksual (mulai dari yang berciman sampai melakukan hubungan
seksual).
Keempat, penelitian yang dilakukan oleh Tim Skala (Sentra Kaula Muda Lampung)
dalam Carles (2008), I 00 remaja yang melakukan hubungan seks menemukan bahwa
20% di antaranya menyatakan hubungan seksual di luar nikah boleh - boleh saja
(sudah menjadi ha! yang biasa atau sudah tidak tabu), 41 % yang menyatakan bahwa
alasan remaja melakukan hubungan seks karena cinta dan merupakan kebutuhan
biologis, sedangkan 54% menyatakan bahwa aktivitas seksual terjadi karena kurang
perhatian atau retaknya komunikasi antar orang tua dan anak khususnya remaja.
secara moralitas selalu distigmakan sebagai suatu yang buruk dan gelap. Seksual
semua penyimpangan seksual, secara moral dianggap tabu danjahat. Asumsi ini di
latar belakangi oleh satu pandangan bahwa tubuh manusia adalah sumber keburukan
Setelah para rernaja rnelakukan seks dan seks itu tabu rnaka rnuncul rnasalah yaitu
rasa bersalah (guilty feeling), hal ini mengakibatkan banyak para ahli melakukan
berkembang menjadi gangguan psikologis yang lebih parah seperti bisa menimbulkan
rasa malu, ketakutan, putus asa, cemas, kesepian, depresi, bahkan sampai bunuh diri
Perempuan dalam Sobary (2008), menemukan fakta bahwa para pelaku seks bebas
rata-rata menyesali perbuatannya dan mengaku perilaku itu tidak benar atau salab.
Mereka sadar seks bebas itu hanya merugikan dirinya sen<liri dan dilarang agama dan
sehingga mempunyai perasaan menyesal dan merasa malu telah mereka lakukan.
seksual di Kelurahan Bojongsari Depok. Di tempat ini tampak aktifitas remaja yang
organ intirn (<lari basil wawancara pendahuluan). Ditemukan juga beberapa kasus
kehamilan di luar pemikahan. Lebih dalamnya, peneliti juga ingin mengetahui apakah
mengakibatkan adanya rasa bersalah. Sehingga basil penelitian ini dapat dijadikan
Setelah mengetahui latar belakang pemilihan judul di atas, maka selanjutnya peneliti
3. Apakah ada hubungan antara perilaku seksual yang dilakukan remaja dengan rasa
Untuk menghindari meluasnya dan lebih teraralmya penelitian maka penelitian akan
tingkah laku manusia yang didorong oleh hasrat seksual dengan lawan jenis
dimanifestasikan diri dari masa bayi, dalam bentuk tingkah laku yang tidak
2. Rasa bersalah adalah suatu emosi yang bersifat universal, perasaan emosional
alamiah dan bemilai, pelanggaran nilai-nilai moral dan spiritual, dan merupakan
fenomena internal dalam ha! ini seseorang bisa menilai perilaku mereka sendiri
seperti; gangguan fisik (nyeri dada, salah cema, sakit jantung, tukak lambung,
debaran jantung, sakit punggung, diare, penyakit kulit, sesak nafas, kelelahan dan
tidak enak badan) dan rendah diri (merasa malu, kegagalan, takut, tidak aman,
merasa kacau dan sedih karena dosa), sehingga merasa telah menyakiti dan
3. Remaja adalah masa peralihan dari kanak-kanak menuju dewasa, baik secara
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: apakah ada hubungan yang signifikan
antara perilaku seksual dengan rasa bersalah (guilty feeling) pada remaja di Kelurahan
seksual dengan rasa bersalah (guilty feeling) pada remaja di Kelurahan Bojongsari
Sawangan Depok.
7
Dari hasil penelitian ini bermanfaat bagi psikologi terutama bagi perkembangan ilmu
psikologi klinis dm1 hasil penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi bahan
a. Dari hasil penelitian ini dapat diharapkan menambah wawasan bagi peneliti
mengenai hubungan antara perilaku seksual dengan rasa bersalah (guilty feeling)
pada remaja.
b. Diharapkan dapat memberi masukan bagi masyarakat, khususnya bagi para anak
c. Dari penelitian ini, diharapkan para remaja dapat memahami gambaran perilaku
seksual yang salah dan akibat yang ditimbulkannya sehingga mereka dapat
Teknik penulisan dalam penelitian ini mengacu pada buku pedoman penyusunan dan
BAB! PENDAHULUAN
sistematika penelitian.
(Guilty Feeling), Rasa bersalah timbul rasa malu, sumber dari rasa
uji coba ala! ukur perilaku seksual, hasil uji coba ala! ukur rasa
BAB II
J(AJIAN TEORI
bentuk ungkapan rasa cinta ataupun seks sebagai teknik semata, ha-ha! yang lebih
umum seperti cara berpakaian seronok, gerak - gerik yang erotis, membaca majalah
manusia yang mampu mengadakan keturunan, oleh karena itu seks merupakan
Disamping hubungan sosial biasa, diantara wanita dan pria bisa terjadi hubungan
khusus yang sifatnya erotis,dan yang disebut sebagai relasi seksual, dimana kedua
belah pihak saling menghayati dan dalam satu bentuk kenikmatan jika dilakukan
dalam hubungan yang normal sifatnya. Sedangkan Freud menyatakan bahwa perilaku
seksual sudah memanifestasikan diri dari masa bayi, dalam bentuk tingkah laku yang
11
tidak menggunakan alat kelamin; misalnya anak bayi yang sedang menyusui pada
ibunya, atau saat dia menikmati belaian kasih sayang dari ibunya.
Menurut Chaplin (2006) perilaku seksual adalah tingkah laku, perasan, atau emosi
sebutir sel telur dan sperma. Seksualitas adalah kapasita untuk bertingkah laku
seksual atau untuk melakukan seksual dan cenderung untuk terlalu memperhatikan
laku yang didorong oleh hasrat seksual, baik dengan lawanjenis maupun dengan
sama jenis. Bentuk-bentuk tingkah laku seks bennacam-macam, mulai dari perasaan
erotik oleh individu. Dalam ungkapan ini bervariasi mulai dari penulisan puisi untuk
memeluk, mencium sampai dengan meraba bagian tubuh yang peka atau sensitif,
Menumt Gunarsa dalam Carles (2008), perilaku seksual adalah segala tingkah laku
yang didorong oleh hasrat seksual, baik dengan lawanjenis ataupun dengan sesama
jenisnya. Bentuk-bentuk tingkah laku ini bisa bermacam-macam, mulai dari perasaan
tertarik sampai tingkah laku berkencan, bercumbu, dan bersenggama. Objek seksual
bisa bempa orang lain, orang dalam khayalan atau diri sendiri. Sebagian tingkah laku
ini memang tidak berdampak apa-apa temtama jika tidak ada akibat fisik atau sosial
yang dapat ditimbulkan. Dorongan (hasrat) melakukan hubungan seks, selalu muncul
jauh lebih awal pada kesempatan untuk melakukan secara bebas. Seks bebas pada
remaja salah satunya adalah perilaku seksual dan sekaligus munculnya dorongan
(hasrat) untuk melakukan hubungan tersebut. Dorongan atau hasrat ini mempunyai
ciri kenikmatan tersendiri dan karena disebabkan adanya dorongan dengan prinsip
Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa perilaku seksual merupakan suatu
sayang, membelai, dll), kepribadaian, dan gejala tingkah laku manusia yang didorong
oleh hasrat seksual dengan lawan jenis sehingga bisa melakukan hubungan kelamin
dari masa bayi, dalam bentuk tingkah laku yang tidak menggunakan alat kelamin.
13
tentang perkawinan yang menetapkan batas usia menikah (16 tahun untuk wanita
dan 19 tahun untuk pria), maupun karena norma sosial yang makin lama semakin
laku yang lain seperti; beciuman dan masturbasi. Untuk remaja yang tidak dapat
menahan diri dan terdapat kecenderungan untuk melanggar saja larangan tersebut.
teknologi canggih (video, internet, vcd, telepon genggam, dll) menjadi tidak
terbendung lagi. Sehingga remaja ingin tahu dan ingin mencoba, akan meniru apa
yang dilihat atau didengar dari media massa, pada umumnya mereka belum
e. Orang tua, baik karena ketidak tahuan atau karena masih tabu membicarakan
tentang seks dengan anak maka orang tua tidak terbuka dengan anak, malah orang
f. Pergaulan. Pergaulan yang semakin bebas antara pria dan wanita dalam
Dari faktor diatas dapat kita simpulkan bahwa penyebab dari timbulnya perilaku
seksual pada remaja adalah pergaulan di luar rumah. Menurut Manuaba (1999) ada
beberapa faktor yang menyebabkan remaja lebih banyak bergaul diluar rumah:
1 . Kesibukan kedua orang tua mencari nafkah sehingga kurang dapat perhatian pada
aktivitas pergaulan.
2. Bel um dapat diterimanya pendidikan seks remaja yang masih beranggapan bahwa
memadai.
Menurut Soekatno (2005), tujuan perilaku seksual mengacu pada mekanisme tata cara
dalam kerangka kerja estetika. Dalam suber Iain, Imron (2002) menyebutkan bahwa
Sedangkan menurut Kartono (2007), tujuan perilaku seksual adalah sebagai berikut:
beragama berpendapat, bahwa tujuan dan fungsi dari seks itu adalah mendapatkan
keturunan. Akan tetapi pada masa modern ini, tanpa melakukan hubungan seks
buatan (inseminasi).
2. Menyatakan cinta - kasih. Khususnya ha! ini kita temukan dalam perkawinan dan
jangan lupa bahwa tanpa ikatan nikah selalu berdasarkan cinta kasih.
3. Untuk mendapatkan kesenangan (sex for fun). Untuk mengadakan keturunan dan
relasi cinta, seks juga sering kali sebagai sarana untuk menghayati kesenangan
atau kenilanatan.
16
tersebut, ada beberapa macam perilaku seksual yang dilakukan oleh remaja antara
lain;
1. Memegang (Touching). Pada saat menjalani hubungan dengan seseorang ha! yang
zaman saat ini merupakan ha! yang wajar atau lumrah yang dilakukan oleh
tidak ada perasaan canggung untuk memeluk pasangannya yang pada saat ini ha!
3. Berciuman (Kissing). Sebuah tingkah laku yang dilakukan dengan mulut yang
adalah merupakan ha! yang pertama kali dalam kontak fisik yang biasa dilakukan
dengan dasar dorongan seksual yang tinggi. Ada berbagai ciuman yang dilakukan
oleh pasangannya mulai dari ciuman pipi, kening, tanggan, bibir, sehingga sampai
payudara dan kelamin. Ciuman ini berdampak pada kesehatan yaitu bila salah
18
gairah (erotis). Ketika seseorang sudah memasuki usia dcwasa, maka masturbasi
pada umumnya mereka akan melakukanya lagi dengan alasan karena aman,
praktis, dan sehat, artinya tidak mengandung resiko yang berbahaya. Sejauh itu
secara medis tidak ada efek samping saat melakukan masturbasi (Ajen Dianawati
pada alat kelamin yang dilakuan oleh bagian tangan. Dari berbagai penelitian
hampir semua remaja pria bemrnsturbasi dan tiga perempat gadis remaja
bermasturbasi pada usia 21 tahun. Masturbasi paling banyak dipilih oleh sebagian
tadi bersifat emosional dan tidak nyata (tidak dapat mencapai kepuasan emosional
Freud dalam Soekatno (2008) mengatakan bahwa seksualitas sebagai pusat teori
psikoanalisis mengasumsikan bahwa sumber energi tingkah laku manusia secara luas
ketika masa kanak-kanak dan bahwa keanehan tingkah laku karakter dalam diri orang
Gunarsa (2004), menyatakan bahwa timbulnya suatu tingkah laku atau perbuatan
yaitu adanya dorongan, motif dan naluri. Dorongan adalah rangsangan yang timbul
didalam individu yang ada dasar fisologisnya. Sering disebut kebutuhan karena
berhubungan dengan suatu kekurangan didalam tubuh dan pemuasannya yang hanya
dapat diperoleh dengan tercapainya tujuan temtu. Motif adalah merupakan suatu
rangsangan yang kuat dan mendorong seorang kesuatu tujun tertentu, tetapi tidak
sekuat kebutuhan. Kebutuhan merupakan suatu keperluan yang harus diperlikan yang
suatu keharusan yang mutlak. Naluri atau instink adalah tingkah langku yang
majemuk, timbul dengan sendirinya artinya sudah terbentk dari dalam sejak lahir
dipelajari.
20
Selain itu Freud dalam Sabur (1998) mengatakan bahwa dalam diri seseorang
terdapat tiga sistem kepribadian, yang disebut Id, Ego, dan Super Ego. Id adalah
Sarwono (1997) menjelaskan bahwa ego merupakan media antara hasrat - hasrat
hewani dan tuntunan rasional dan realistis. Ego - !ah yang menyebabkan manusia
mampu hasrat hewaninya dan hidup sebagai wujud yang rasional (pribadi yang
berisi kata hati. Kata hati ini berhubungan dengan lingkungan sosial dan mempunyai
dorongan yang datang dari Id. Karena itu, ada semacam kontradiksi (bertentangan)
antara Id dan Super - Ego yang harus dapat memenuhi ketuntutan kedua sistem
kepribadian yang lainnya secara seimbang. Kalau Ego gaga! menjaga keseimbangan
antara dorongan dari larangan-larangan dari Super - Ego maka orang itu akan
menderita konflik batin yang terus-menerus dan konflik ini akan menjadi dasar dari
neurose.
21
Menurut Coleman (1985) rasa salah adalah suatu emosi yang bersifat universal yang
dimiliki oleh setiap manusia. Satu hal yang dirasakan seseorang pada saat dia
melakukan suatu kesalahan dan diberlakukan terhadap dirinya sendiri, seperti cinta
berasosiasi dengan realisasi bahwa seseorang melanggar peraturan sosial, moral, atau
beberapa perasaan bersalah sifatnya justru imajinasi atau khayalan. Pada peristiwa
terakhir, diduga bahwa perasaan bersalah yang diimajinasikan yaitu simbol dari
Allen (2005) menyatakan bahwa rasa bersalah berasal dari perasaan bahwa apa yang
di!akukan secara moral adalah salah. Rasa bersalah biasanya timbul pada pasangan,
karena pada relasi ini, salah satu orang dalam hubungan tersebut mengutamankan
apabila menyakiti orang yang telah kita cintai, contoh; rasa bersalah muncul karena
rasa tanggung j awab yang dibebankan, akan tetapi mengalami kerugian, kehilangan,
Menurut Singh (2003) rasa bersalah adalah sebuah konsep yang membentuk bagian
dari sebuah matriks yang berkaitan dengan pembagian dan penyatuan moral;
menyesal, di!. Penggunaan matriks di atas dimana seseorang melanggar hukum, atau
Olson (2005) menyatakan bahwa rasa bersa!ah sebagai pelanggaran nilai-nilai moral
dan spiritual seseorang. J adi rasa bersalah dapat bertindak sebagai lampu peringatan
Sedangkan menurut Mosher dalam Pitaloka (2007), konsep yang berdasar pada teori
pelanggaran) yang terinternalisasi dari standar moral perilaku. Lewis dan Havilan
dihasilkan ketika seseorang menilai prilaku mereka sendiri sebagai kegagalan. Jadi
rasa bersalah diasosiasikan (hubungan) sebagai rasa malu untuk dapat memperbaiki
tindakan yang dapat individu ambil (tidak diambil dalam kebutuhan) untuk
bahwa perbedaan antara rasa bersalah dan rasa malu terletak pada kesadaran diri
Kanai dalam Ucup (2007} menyatakan bahwa rasa bersalah = Guilt dalam bahasa
Inggris atau Culpa = dalam bahasa Latin maupun Spanyol. Rasa bersalah timbul,
karena kita merasa telah menyakiti, mengecewakan maupun membuat duka orang
yang kita kasihi misalnya pasangan hidup, anak, orang tua maupun sahabat. Hal
lainnya bisa juga timbul, karena telah melanggar norma agama maupun masyarakat
misalnya para pelaku seksual bebas. Rasa bersalah bisa menimbulkan rasa malu,
ketakutan, putus asa, cemas, kesepian, depresi, bahkan sampai bunuh diri. Namun
rasa bersalah merupakan fenomena internal, sesuatu yang berkaitan oleh reaksi sadar
atau tidak sadar dari orang-orang disekelilingnya dan orang yang paling sering
menyebabkan kita merasa bersalah orang yang paling dekat dengan kita.
Perempuan dalam Sobary (2008) menyatakan bahwa rasa bersalah merupakan emosi
yang alamiah dan bernilai. Konsep benar dan salah yang tepat untuk dapat cukup
keuntungan diri sendiri adalah perasaan menyesal yang sejati. Perasaan menyesal
24
adalah emosi yang lebih kompleks kelihatannya dari pada penjelasan mengenai rasa
menyesal sejati yang dinyatakan secara tidak langsung. Perasaan menyesal yang palsu
Dari definisi di atas dapat kita simpulkan bahwa rasa bersalah merupakan suatu emosi
yang bersifat universal, perasaan emosional alamiah dan bemilai, pelanggaran nilai-
nilai moral dan spiritual, dan merupakan fenomena internal dalam hal ini seseorang
bisa menilai perilaku mereka sendiri sebagai kegagalan, sehingga merasa telah
perilaku ini, kita perlu berhenti dan menetapkan jika kita bersalah karena melakukan
pelanggaran. Jika benar-benar bersalah kita seharusnya mengaku dan minta ampun,
dan mengampunni diri sendiri tanpa ada bekas perasaan malu. Bila kita tidak
bersalah, harus melindungi kepribadian kita yang berharga. Jika sudah berfikir dan
menetapkan apakah kita bersalah atau tidak, kita tidak dapat menjaga rasa malu
Jika unsur rasa malu rendah, ketika situasi dari rasa bersalah meningkat, kita
seharusnya mampu menjaga pikiran kita berpusat hanya pada perilaku kita. Jika tidak
!alu seseorang telah melukai kepribadian kita, membatasi potensi kita untuk
memelihara diri kita sendiri. Rasa bersalah dan rasa malu, menunjukan bahwa rasa
penyesalan yang sejati dan sedikit rasa malu penting untuk perkembangan yang tepat
dari kepandaian seseorang dan hubungannya dengan yang lain. Rasa bersalah palsu
dan terlalu ban yak rasa malu dapat menyebabkan penyimpangan emosi seperti
depresi, kekuatiran, rendah diri dan perilaku kecanduaan dan tanpa pikir.
Menurut Coleman (1985), sumber dari rasa bersalah dapat dikelompokkan ke dalam
l. Rasa bersalah yang muncul dari hubungan interpersonal, terutama yang akrab,
misalnya dari hubungan antara anggota keluarga. Pada umumnya, mudahnya rasa
bersalah berkembang dalam diri kita tergantung pada intimnya hubungan tersebut.
Kita cenderung untuk lebih cepat merasa bersalah bila kita merasa mengecewakan
2. Rasa bersalah timbul dengan peran yang disandang seseorang dalam lingkungan
perilaku apa yang sesuai bagi masing-masing individu, misalnya peran wanita dan
26
individu berhasil maka ia akan merasa dirinya bertingkah laku yang ideal (sesuai
mereka akan kena sanksi oleh masayarakat berupa cemooh, atau pun perilaku
Coleman (1985) menyatakan ada beberapa akibat yang ditimbulkan dari rasa bersalah
terdiri dari:
1. Merasa rendah diri. Banyak kemungkinan rasa salah yang mempengaruhi kita
dapat disejajarkan dengan jumlah sumber rasa salah yang berpotenial. Rasa salah
tidak hanya melahirkan rasa rendah diri, rasa tidak aman, dan rasa malu, merasa
kacau, rasa takut, kegagalan, dan sedih karena dosa, rasa salah bisa jadi sumber
berkembangnya persoalan emosional seperti kasihan diri. Rasa salah yang asli
dapat dengan mudah te1iutup oleh keseluruhan rangkain trauma mental. Oleh
karena itu, sering sekali kitak mempercayai ungkapan 'kompleks rasa salah' yang
mudah dimengerti.
2. Gangguan fisik yang dapat ditimbulkan. Banyak kasus mata rantai antara penyakit
fisik dan rasa salah tidak mudah didefinisikan, mungkin lebih realistisnya kita
melihat terlebih dahulu mata rantai umum antara pikiran dan tubuh, kemudian
27
mencari tipe rasa salah yang tampak:nya paling mungkin membuahkan stres dan
ketegangan yang menimbulkan penyakit tersebut. Daftar penyakit fisik yang amat
panjang sekarang ini diakui yang disebabkan oleh stres dan ketegangan. Nyeri
diare, penyakit kulit, sesak nafas, kelelahan, tidak enak badan dan sebagainya
hanyalah kelainan khusus yang ditemukan mempunyai kuat dengan pikiran. Stres
berhubungan dengan penyakit fisik maka rasa salah harus selalu dianggap sebagai
sumber utama stres mental. Dapat ditambahkan bahwa perasaan bersalah seperti
kelelahan dan tidak enak badan pun biasanya dihubungkan dengan gangguan
pikiran.
3. Hal-ha! yang baik. Sejauh ini rasa bersalah adalah alat yang penting dan berguna
agar kita dapat menahan diri, tanpa rasa salah kita tidak kesempatan untuk
dapat menentukan kearah keberhasilan dalam banyak ha! dalam kehidupan. Rasa
salah serta rasa takut yang berkaitan dengan rasa salah sehingga membuat kita
jujur, berhati-hati, salah satu yang membuat kita cennat, bermoral, baik hati,
murah hati, ambisius, berkerja keras, kreatif; paling adil, dan paling penuh
perhatian,mentaati hukum, rasa sesal . Melawan rasa salah tidak dapat menjadi
sesuatu yang lain bila mereka berhasil mengalahkan hati nurani mereka sendiri.
28
. PF:RPUSTAKil.AN U~~l
2.2.5. Macam -
r UIN SYAH!D JAKART/\ _
macam dari Rasa Be1tsalah
Ucup (2007) menyatakan bahwa rasa bersalah dapat dibagi dalam empatjenis emosi
yaitu:
c. Rasa bersalah palsu adalah perasaan yang tidak dikehendaki bukan disebabkan
oleh perbutan salah, tetapi oleh mekanisme pertahananjiwa melawan rasa sakit.
d. Rasa bersalah yang membangun adalah sangat alami dalam jumlah yang sangat
kecil dan penting untuk mengembangkan keperibadian dan hati nurani seseorang.
e. Rasa bersalah yang menghancurkan adalah tidak diinginkan dan adalah akibat
f. Rasa bersalah yang timbul adanya rasa malu adalah dimana konsep ini lebih
Bruce Narramore dalam Oeniyati (2005) menyatakan bahwa rasa bersalah ada dalam
setiap masalah psikologis yang dihadapi setiap orang. Sehingga rasa bersalah di bagi
a. Objective guilt
Adalah guilt yang menjadi masalah oleh karena ada peristiwa pelanggaran hukum,
Meskipun demikian, orang yang melakukan pelanggaran itu sendiri mungkin tidak
terhadap hukum yang tidak tertulis yang berlaku dalam masyarakat. Misalnya:
penghinaan, ancaman terhadap sesama manusia, yang mungkin tidak ada bukti-bukti
konkrit sehingga bisa dibawa ke pengadilan, bahkan mungkin tidak ada hukum
tertulis yang menggariskan tentang ha! - ha! itu, tetapi muncul masalah.
terhadap "conscience" atau kesadaran akan kebenaran yang ada di dalam hati orang
yang bersangkutan. Misalnya: rasa bersalah yang muncul karena orangtua memukul
anaknya tanpa alasan yang benar atau suami yang makan malam di luar sendiri
manusia, jika itu dilanggar, baik dengan pikiran maupun perbuatan, maka muncul
pelanggaran di atas.
30
Jadi dapat kita ketahui bahwa banyak yang begitu keras hati sehingga mematikan
hukum namun tidak merasa bersalah, hal ini mungkin disebabkan karena
b. Subjective-guilt
Adalah guilty yang menimbulkan perasaan bersalah dan menyesal dalam diri orang
putus asa, cemas, dan terns - menerus menyalahkan diri sendiri oleh karena
yang selama ini mereka yakini. Mungkin, apa yang mereka lakukan atau pikirkan
namun mereka merasa bersalah. Dalam hal ini Bruce Narramore (1974) membagi
pengasingan).
31
Rasa bersalah yang semacam ini tidak selamanya bmuk, karena merupakan dorongan
untuk memperbaiki tingkah Iaku dan menimbulkan dorongan serta kebutuhan untuk
mendapatkan pengampunan. Meskipun tidak jarang guilty feeling yang semacam ini
juga bisa menjadi ha! yang merusak. Subjective-guilty, bisa begitu kuat dan juga
lemah, bisa "appropriate" memang sesuai atau beralasan, dan juga "inappropriate"
dimana untuk pelanggaran yang besar seorang tidak merasa bersalah, untuk
pelanggaran kecil (bahkan mungkin tidak sama sekali) seseorang merasakan amat
bersalah.
Menurut Olson (2005), ada beberapa strategi untuk mencegah rasa bersalah sebagai
berikut:
diprogram unluk menerima rasa bersalah dari kesalahan - kesalahan apa saja yang
terjadi disekitarnya, tidak peduli apa kesalahan itu milikinya atau bukan.
3. Melukai seseorang, pergilah kepada orang itu dan meminta maaf. Hal ini sulit
dilakukan namn merupakan ha! yang cukup kuat untuk menghilangkan perasaan
bersalah.
32
rasa bersalah pada orang itu. Orang-orang yang membutuhkan maaf dari dirinya
sendiri sehingga dapat menerima dan memahami kebutuhan orang lain untuk
diberi maaf.
5. Kenali rasa bersalah dan hentikan pikiran andajangan membiarkan diri sendiri
6. Jika ha! itu adalah persaan bersalah maka putarlah proses emosi dari rasa bersalah
pada kemarahaan yang kecil, rasakan dan lepaskan dari rasa sakit yang
ditimbulkan, hadapi atau benahi situasi yang salah jika perlu (Sobary 2008).
Menurut Coleman (1985) ada beberapa mengatasi rasa bersalah seperti berikut:
1. Orang tua. Banyak dari kita memperoleh rasa bersalah yang besar dengan orang
tua kita. Misalnya bila kita bertanya pada diri sendiri mengapa kita selalu
mengunjungi orang tua pada hari-hari besar, mungkin kita bisa mendapatkan
bahwa kita melakukan semua ini bukan karena keinginan yang didasari tetapi
2. Sahabat. Rasa bersalah lebih sehat bila diakui sebagai daya dorong dari pada
dibiarkan diam tersembunyi dan tidak dikendalikan dan bisa memainkan perannya
inginkan oleh kita dan sahabat seperti iri hati, ceburu, rasa takut, kebencian, atau
penghinaan. Coba kita hubungkan ini dengan sahabat dekat kita. Bila kita
bertemu dengan sahabat kita secara teratur untuk minun warung atau nongkrong
3. Masyarakat. Kekhawatiran juga timbul adanya peran dan tanggung jawab kita di
dalam masyarakat, contohnya masalah agama ini merupakan daya dorong yang
kuat dan dramatis di dalam kehidupan, rasa bersalah terjadi karena adanya teori
dan dokrin yang dikemukakan oleh tokoh dongeng atau oleh orang yang hidup di
dunia yang amat berbeda dengan dunia yang didiaminya, rasa bersalahjadi tidak
salah adalah satu cara penting untuk mengurangi kerusakan yang terjadi. Orang
yang rentan terhadap rasa bersalah adalah orang yang kurang percaya terhadap
6. Jangan terlalu banyak menuntut diri sendiri. Rasa salah seperti ini sangat
menggangu kita, ada ha! untuk menghindarinya adalah dengan memilih prioritas
dan menolak bila dipaksa menerima terlalu banyak tuntutan dan tanggungjawab.
dengan ha! ini dapat menjadi amat berharga untuk alasan yang sederhana tetapi
penting yaitu bahwa kita sering kali mendapatkan kesulitan untuk melihat sesuatu
sebagaimana adanya.
8. Bila umur tinggal sehari. Coba kita bayangkan seberapa pentingnya rasa bersalah
itu bila umur anda tinggal sehari. Jadi kita hams menyadari bahwa rasa bersalah
itu penting sehingga kita hams minta maf kepada orang yang kita sakiti.
9. Manusiawi. Rasa bersalah dapat menimbulkan rasa sakit hati dan malu yang
mempunyai pengamh besar dalam hidup kita, tetapi rasa bersalah perlu diingat
bahwa rasa bersalah pada dasamya adalah emosi manusiawi. Rasa bersalah adalah
pendamping cinta dan persahabatan yang mempakan respon emosional yang pada
gilirannya menjadi daya dorong kreatif di balik sekian banyak manusia banyak
bahagia. Jika manusia tidak mengenal rasa bersalah maka tidak mengalami
Freeman dan Stream dalam Arbi (1993) menyatakan bahwa perasan bersalah terjadi
pada semua orang dan seperti emosi - emosi yang lainya yang kita miliki, rasa
bersalah ini mempunyai fungsi tertentu, yaitu dalam ha! ini sebagian dari psychic
survival kita. Pada tingkatan tertentu rasa bersalah ini berfungsi sebagai alat
menghancurkan diri kita maupun orang lain. Kita membutuhkan perasaan bersalah ini
untuk membentuk kata hati (conscience) yang menjadikan diri kita orang yang
beradap. Selain itu juga untuk membantu kita memenuhi tuntutan maupun larangan
yang berlaku dalam lingkungan sosial kita, agar dapat hidup secara damai dalam
kehidupan ini.
36
2.3. Remaja
Santrock (2002) mengatakan bahwa pada remaja awal dan remaja akhir yang disebut
(kata benda adolescentia = remaja) yang berarti tumbuhnya menjadi dewasa atau
peralihan dari anak - anak menuju dewasa, baik secara jasmani maupun rohani. Masa
akhir baliq ini umumnya pada anak perempuan usia 11 - 12 tahun, sedangkan pada
Menurut Atkinson (1983) masa remaja adalah masa transisi dari masa kanak- kanak
hampir selesai, sehingga Desmita dalam Nurhayati (2008) juga menyatakan bahwa
Akan tetapi, Monk, K.noer,& Haditono (2002) membedakan pada masa remaja, ada
empat bagian, yaitu; 10- 12 tahun (Masa Pra-Remaja), 12- 15 tahun (Masa Remaja
Akhir).
37
Dari definisi diatas mengatakan bahwa masa remaja adalah masa peralihan, transisi
dari masa kanak- kanak sehingga bertumbuh menjadi dewasa baik secarajasmani
Hurlock (1996) menyatakan bahwa masa remaja mempunyai ciri - ciri tertentu yaitu;
!. Masa remaja sebagai periode yang penting. Pada masa ini adalah perkembangan
penting disertai dengan cepatnya perkembangan mental yang cepat, terutama pada
penyesuaian mental dan perlunya membentuk sikap, nilai dan minat baru.
2. Masa remaja sebagai periode peralihan. Terputusnya atau berubah dari yang telah
apa yang terjadi sebelumnya akan meningalkan bekasnya pada masa yang akan
datang.
3. Masa remaj a sebagai periode perubahan. Pada mas a awal remaj a, ketika
perubahan fisik menurun maka perubahan sikap dan perilaku juga menurun.
Ada empat perubahan yang bersifat universal. Pertama meningginya emosi yang
perubahan tubuh, minat dan peran yang diharapkan oleh kelompok sosial untuk
perilaku, maka nilai - nilai juga berubah. Keempat, sebagian besar anak remaja
perubahan.
sendiri-sendiri. Ada dua masalah pada remaja yaitu; Pertama, pada masa
kanak - kanak biasanya mereka mempunyai masalah dibantu oleh orang tua dan
para remaja ingin mandiri, sehingga mereka ingin mengatasi masalahnya sendiri
5. Masa remaja sebagai masa mencari identitas. Sepanjang usia geng pada akhir
masa kanak-kanak, sehinga dalam periode ini para anak remaja ingin adanya
6. Masa remaja sebagai usia yang menimbulkan ketakutan. Dalam masa ini banyak
adalah anak - anak yang tidak rapih, yang tidak dapat dipercaya, dan cenderung
7. Masa remaja sebagai masa yang tidak realistis. Pada masa remaja mereka
cenderung memandang kehidupanya sendiri dan orang lain sesuai dengan apa
yang diingginkan dan bukan sebagai adanya. Hal ini menyebabkan meningginya
stereotype belasan tahun dan untuk memberikan kesan bahwa mereka sudah
hampir dewasa. Pada masa ini remaja mulai memusatkan diri pada perilaku yang
Hurlock (1996) menyatakan ada 2 cara pembagian perubahan tubuh pada remaja
yaitu;
I. Tinggi. Rata-rata anak perempuan mempunyai tinggi yang matang antara usia
tujuh belas dan delapan belas tahun, dan anak laki-laki setahun sebelumnya.
2. Bera!. Perubahan berat badan mengikuti jadwal yang sama dengan perubahan
tinggi. Tetapi berat badan lebih tersebar kebagian tubuh yang mengandung sedikit
tubuh yang baik, misalnya badan melebar dan memanjang sehingga anggota
4. Organ seks. Pria maupun wanita organ seks bisa mencapai ukuran yang matang
pada akhir masa reamaja, tetapi fungsinya belum matang sampai beberapa tahun
kemudian.
5. Ciri - ciri seks sekunder. Berada pada tingkat perkembangan yang matang pada
I. Sistem pencemaan. Peru! menjadi lebih panjang dan tidak lagi berbentuk pipa,
usus bertambah panjang dan besar, otot - otot dandinding perut menjadi tebal dan
2. Sistem peredaran darah. Jantung tumbuh pesat selama masa remaja; Pada tujuh
belas tahun beratnya dua belas kali berat pada waktu lahir. Panjang pembulu
3. Sistem pemapasan. Kapasitas paru - paru anak perempuan hampir matang pada
usia tujuh belas tahun; anak laki-laki mencapai tingkat kematangan beberapa
tahun kemudian.
awal mas a pub er. Kelenj ar seks berkembang pesat dan fungsi, meskipun belum
mencapai ukuran matang sampai akhir masa remaja atau awal masa dewasa.
41
5. Jaringan tubuh. Perkembangan kerangka berhenti rata- rata pada usia delapan
belas tahun. Jaringan, selai tulang, terns berkembang sampai tulang mencapai
Monks, Knoers & Haditono, (2002) menyatakan bahwa pertumbuhan organ - organ
genital yang ada baik di dalam maupun di luar tubuh sangat menentukan
perkembangan tingkah laku seksual. Di samping tanda - tanda kelamin primer ini,
memegang peranan penting sebagai tanda - tanda perkembangan seksual, baik bagi
remaja sendiri maupun bagi orang lain. Misalnya perubahan suara pada anak laki -
laki merupakan tanda yang jelas bagi perkembangan anak laki-laki ke arah keadaan
dewasa.
Istilah tanda-tanda kelamin primer menunjuk pada organ badan yang langsung
berhubungan dengan persetubuhan dan proses reproduksi. Jadi pada anak wanita, ha!
tadi adalah rahim dan saluran telur, vagina, bibir kemaluan, dan klitoris. Pada anak
laki-laki yakni penis, dan scrotum. Tanda-tanda kelamin sekunder adalah tanda-
tanda jasmaniah yang tidak langsung berhubungan dengan persetubuhan dan proses
Koh Iberg dalam Monks, Knoers & Haditono (2002), menyatakan bahwa
perkembangan moralitas dipengaruhi oleh pendidikan moral. Tingkah laku moral bisa
tinggi. Pembentukan penilaian ini terjadi atas dasar interaksi antara potensi - potensi
yang ada dan oleh faktor - faktor lingkungan. Maka perlu kiranya untuk meninjau
perkembangan moralitas ini mulai dari waktu anak yang dilahirkan untuk dapat
mengerti, justru pada masa remaja ha! tersebut menduduki ha! yang sangat penting.
Anak menganggap baik atau buruk atas dasar akibat yang ditimbulkan suatu tingkah
laku; hadiah atau hukuman (stadium I). Anak mengikuti apa yang dikaakan baik atau
buruk untuk memperoleh hadiah atau menghindari hukuman. Ha ini disebut hedonism
instrumental. Sifat timbal balik di sini memegang peran, tetapi masih dalam arti
Anak akan menilai baik apa yang dapat menyenangkan dan disetujui oleh orang lain
dan buruk apa yang ditolak oleh orang lain, menjadi anak yang manis masih sangat
penting dalam periode ini (stadium 3). Anak akan timbul akan kesadaran dan
kewajiban dalam arti ingin mempertahankan kekuasaan dan aturan - aturan yang ada,
a. Memegang
b. Berpelukan
c. Mencium
d. Bercumbu I Petting
e. Masturbasi
f. Oral seks
g. Hubungan seksual.
a. Dorongan
b. Motif
c. Naluri.
+
45
Stadium 1. Anak menggap baik dan buruk atas dasar akibat yang
ditimbulkan oleh suatu tingkah laku; hadiah dan hukuman
Stadium 2. Anak akan mengikuti apa yang dikatakan baik atau buruk untuk
memperoleh hadiah atau menghindari dari hukuman
Stadium 3. Anak akan dinilai baik apa yang dapat menyenangkan dan
disetujui oleh orang lain dan buruk yang ditolak oleh orang
lain
Stadium 4. Anak akan tumbuh kesadaran akan kewajiban dalam arti ingin
mempertahankan kekuasaan, karena dianggap berharga tapi
belum bias bertanggungjawab secara pribadi
Stadium 5. Anak masih mau diatur secara ketat oleh hukum-hukum umum
yang lebih tinggi
Stadium 6. Anak mulai menginternalisasikan moral yaitu anak remaja
melakukan tingkah laku moral yang dikemudikan oleh
tanggungjawab batin sendiri.
Ho: Tidak ada hubungan yang signifikan antara perilaku seksual dengan rasa bersalah
Ha: Ada hubungan yang signifikan antara perilaku seksual dengan rasa bersalah
BAB3
METODOLOGI PENELITIAN
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif dengan metode
angka - angka dan analisa penggunaan statistik dan berlandaskan pada filsafat
Perilaku seksual adalah segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat seksual, baik
dengan lawan jenis maupun dengan sama jenis. Bentuk- bentuk tingkah laku seks
Rasa Bersalah (guilty feeling) adalah emosi yang bersifat universal yang dimiliki oleh
setiap manusia. Satu ha! yang dirasakan seseorang pada saat dia melakukan suatu
kesalahan dan diberlakukan terhadap dirinya sendiri, seperti cinta yang dapat merusak
seperti rasa benci. Akibat - akibat rasa bersalah terdiri dari; rendah dri dan gangguan
1. Perilaku seksual yang dilakukan oleh remaja merupakan skor skala perilaku
2. Rasa bersalah yang dilakukan oleh remaja merupakan skor skala rasa bersalah
yang meliputi aspek diantara lain; merasa rendah diri dan gangguan fisik.
yang ditetapkan oleh penelitian untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan dan
sampel adalah sebagian dari populasinya (Sugiyono 2009). Populasi dalam penelitian
ini adalah seluruh remaja di Kelurahan Bojongsari Sawangan Depok yang berjumlah
Teknik pengambilan sampel yang digunakan pada penelitian ini adalab insidental.
siapa saja yang secara kebetulan/insidental bertemu dengan peneliti dan cocok
sebagai sumber data (Sugiyono 2009). Sampel dalam penelitian ini berjumlah 50
Dalam penelitian ini, penulis akan menggunakan kuesioner sebagai ala! pengumpulan
data. Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara
50
Skala model Likert adalah untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang
atau kelompok orang tentang fenomena sosial. Subjek menanggapi setiap item
instrument mempunyai gradasi dari sangat positif dan sangat negatif itu dengan
Skor untuk item-item yang terdapat dalam skala semacam itu dijumlahkan, atau
dijumlah dan dirata - rata, untuk mendapatkan skor sikap seorang individu (Sugiyono
2009).
Beberapa ha! yang harus diperhatikan dalam skala model likert, antara lain bentuk
setuju (SS), setuju (S), ragu-ragu (R), tidak setuju (TS), sangat tidak setuju (STS).
Adapun subjek memberikan jawaban terhadap tipe skala model likert, yaitu dengan
memberikan tanda silang atau check list ('1) pada salah satu alternatifjawaban
Instrument penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh penelitian dalam
mengumpulkan data agar pekerjaanya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti
lebih cepat, lengkap, dan sistematis sehingga lebih mudah diolah (Arikunto 2002).
Alat pengumpul data dalam penelitian ini menggunakan dua skala, yaitu;
seksual, memegang, mencium oral seks. Dalam penyusunan kuesiner pada skala
Tabel 3.1.
Blue Print Perilaku Seksual
Jumlah Item
Aspek Perilaku Indikator Nomorltem
Seksual Favorable Unfavorable
Memegang Pinggang 1 12
Tanggan 2 41
Paha 5 28 10
Payudara 24 6
Alat Kelamin 42 7
Berpelukan 13,14,26 17,30 5
Mencium Pi pi 38 3
Kening 9 43
Bibir 4 31 10
Payudara 8 20
Alat Kelamin 37 44
Petting/bercumbu Payudara 10 45
Alat Kelamin 25 32 4
Masturbasi/onani 16,23 34,39 4
Oral seks 15,19,36 11,18 5
Hubungan seksual 21,22,29,33, 27,35
40 7
TOTAL 25 20 45
2). Rasa Bersalah (guilty feeling) adalah emosi yang bersifat universal yang dimiliki
oleh setiap manusia. Satu hal yang dirasakan seseorang pada saat dia melakukan
suatu kesalahan dan diberlakukan terhadap dirinya sendiri, seperti cinta yang dapat
merusak seperti rasa benci. Akibat - akibatnya terdiri dari; rendah diri dan gangguan
fisik. Dalam penyusunan kuesioner pada skala rasa bersalah berpedoman pada teori
Coleman (1985).
53
Tabel 3.2.
Blue Print Skala Rasa Bersalah
penghitnngan SPSS 16.0 dengan memasukkan skor tiap butir item. Butir item
dinyatakan valid jika memiliki validitas diantara 0,3 - 0,5 (Azwar 2006).
Pada penelitian ini sampel yang digunakan sebanyak 70 orang. Hasil penghitungan
uji coba dengan menggunakan teknik pearson product moment dihasilkan 30 item
valid dari 45 item skala prilaku seksual yang diujicobakan. Item yang dinyatakan
valid ini karena memiliki nilai r hitung > 0.3. Reliabilitas pada skala perilaku seksual
diperoleh nilai koefisien reliabilitas alpha sebesar 0.865. Hal ini menunjukkan bahwa
alat ukur skala prilaku seksual yang ada memiliki reliabilitas baik sehingga
Tabet 3.3.
Blue Priut skala perilaku seksual
Nomorltem
Aspek Perilaku Indikator Favorable Unfavorable Jumlah Item
Seksual
Memegang Pinggung 1 12*
Tanggan 2 41
Paha 5 28* IO
Payudara 24* 6
Alat Kelamin 42 7*
Berpelukan 13,14,26 17*,30 5
Mencium Pipi 38 3
Kening 9 43
Bibir 4 31* 10
Payudara 8 20
Alat Kelamin 37 44*
Bercumbu/Petting Payudara 10 45
Alat Kelamin 25* 32 4
Masturbasi/onani 16*, 23 34,39 4
Oral seks 15*,19,36 11 *,18* 5
Hubungan seksual 21,22, 27,35*
29*,33, 40* 7
TOTAL 25 20 45
*) item yang gugur saat UJl coba.
penghitungan SPSS 16.0 dengan memasukkan skor tiap butir item. Butir item
dinyatakan valid jika memiliki validitas diantara 0,3 - 0,5 (Azwar 2006).
Pada penelitian ini sampel yang digunakan sebanyak 70 orang. Hasil penghitungan
valid dari 45 item skala rasa bersalah yang diujicobakan. Item yang dinyatakan valid
ini karena memiliki nilai r hitung > 0.3. Reliabilitas pada skala rasa bersalah dihitung
dengan menggunakan rumus Alpha Cronbach. Setelah dihitung, maka diperoleh nilai
koefisien reliabilitas alpha sebesar 0.914. Hal ini menunjukkan bahwa alat ukur skala
rasa bersalah memiliki reliabilitas yang sangat baik sehingga memungkinkan atau
Tabet 3.4.
Blue Priut skala rasa bersalah
digunakan teknik Alpha Cronbach. Rumus ini digunakan untuk mencari reliabilitas
instrument yang bukan skornya I - 0 skor yang digunakan dalam penelitian ini
Keterangan rumus:
a = reliabilitas instrument
Dalarn penelitian ini data yang diperoleh berdistribusi normal, rnaka analisa data akan
Rxy = L,:XY-(L,:X)(L,:Y)/n
-l[NL,:X2-(L,:X)21n] [ NL,:Y2-(L,:Y)2'"
Keterangan urnum:
3. Melakukan studi pustaka untuk mendapatkan garnbaran dan landasan teori yang
4. Menentukan, menyusun, dan menyiapkan ala! ukur yang akan digunakan dalam
penelitian ini, yaitu skala perilaku seksual dengan jumlah pemyataan sebanyak 45
item dan skala rasa bersalah (guilty feeling) dengan jumlah pemyataan sebanyak
45 item.
item pemyataan tersusun, lalu dilakukan uji coba untuk mengetahui validitas dan
reliabilitas instrument. Uji coba dilakukan pada tanggal 28 Oktober 2009 sampai
Setelah melakukan proses persiapan penelitian, dan kedua alat ukur memenuhi
standar validitas, maka kedua skala tersebut disebarkan sesuai dengan responden
penelitian. Subjek dalam penelitian ini yaitu anak remaja yang berada di Kelurahan
BAB IV
Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Bojongsari Sawangan Depok data sampel yang
berjumlah 50 orang remaja yang berusia 16-21 tahun diantaranya anak remaja yang
Tabel 4.1.
Gambaran Responden Berdasarkan Kategori Usia, Pendidikan Terakhir,
Agama, Suku dan Jenis Kelamin
Jenis Kelamin
Perempuan 30 60%
Laki - lalci 20 40%
Total 50 100%
usia 16 - 18 tahun (74%) dan sebagian kecil usia 19- 21 tahun untuk 16 responden
atau (92%) beragama islam, dan sebagian kecil dari agama kriten khatolik 2
responden (4%), 1 responden (2%) beragama kristen protestan dan I responden (2%)
sebagian besar 25 responden berasal dari suku sunda (52%), dan sebagian kecil dari
suku betawi berjumlah 11 responden dari (22%), JO responden dari sukujawa (20%),
2 responden suku minang (4%) dan 1 responden suku batak (2%). Selanjutnya
Analisis statistik pertama yang harus digunakan dalam rangkaian analisis data adalah
uji statistik berupa uji normalitas. Adapun uji normalitas yang digunakan dalam
penelitian ini menggunakan Shapiro Wilk, karena responden pengujian kurang dari
Berdasarkan uji normalitas perilaku seksual dengan Shapiro Wilk didapat nilai 0.492
yang lebih besar dati a= 0.05, jadi berdasarkan nilai yang didapat maka HO di terima.
Tabel 4.2.
Hasil uji normalitas perilaku seksual
Shapiro-Wilk
Statistik Df Simifikan.
Perilakuseksual
.979 50 .492
Gambar 4.2.1
Normal Q-Q plot of perilaku seksual
••
oooo
" 0
0
0
0
" 0
0
0
0
0
0 0 0
0 0 0
00
...
0 0 0
0
0 0
0 0 0
0 0
~'
000 ,,. ,., ••
Obnrved Value '" ~
65
Sedangkan uji nonnalitas skala rasa bersalah dengan Shapiro Wilk dengan nilai 0.855
yang berarti lebih besar daripada nilai a= 0.05, jadi dapat disimpulkan bahwa skala
rasa bersa!ah berdistribusi normal. Berikut ini table uji normalitas skala rasa bersalah.
Tabet 4.3.
Hasil uji normalitas rasa bersalah
Shapiro-Wilk
Statistik Df SiQllifikan.
Rasabersalah
.987 50 .855
Gambar 4.3.1.
Normal Q-Q plot of rasa bersalah
-~- 0
.. mo mo ;:,oo
"o
Observed V;1lua
66
" 0
0
" 0
0
0
~oo 0
0 0
v~·
'
0
00
o•
0 0
0 "' 0
" 0
0
·&:· 0
0
.,
"" '~
0
""Observed
,.
V~lue
'w =
Tabel 4. 4.
Kategori perilaku seksual
Berciuman 8 16%%
Memegang 6 12%
Hubungan seksual 4 8%
Berpelukan 4 8%
Becumbu!Petting 3 6%
Masturbasi 2 4%
Oral seks 2 4%
Total 29 58%
67
dan 2 responden oral seks (4%). Sedangkan responden yang rnelakukan perilaku
atau kelornpok yang berjenjang, yaitu: tinggi, sedang, dan rendah. Adapun responden
yang masuk pada kategori rendah adalah responden yang rnemiliki skor di bawah
177, responden yang rnasuk pada kategori sedang adalah responden yang rnerniliki
skor antara I 77 - 214 dan responden yang rnasuk pada kategori tinggi adalah
responden yang rnerniliki skor diatas 214. Berikut ini tabel hasil kategorisasi skor
penyebaran skala rasa bersalah berdasarkan jurnlah skor yang diperoleh responden.
68
Tabet 4.5.
Kategori skor skala rasa bersalah
Pada table diatas menunjukkan bahwa mayoritas sampel atau sebanyak 41 responden
berada dalam kategori skor sedang (82%), sedangkan 8 responden dalam kategori
rendah (16%) dan I responden tennasuk kedalam kategori skor tinggi (2%).
(Ha): Ada hubungan yang signifikan antara perilaku seksual dengan rasa bersalah
(Ho): Tidak ada hubungan yang signifikan antara perilaku seksual dengan rasa
Untuk menguji apakah terdapat hubungan antara perilaku seksual dengan rasa
menggunakan SPSS 16.0 dengan rumus statistik pearson product moment. Dengan
software SPSS 16.0. Berikut ini adalah basil pengolahan data yang dimaksud.
69
Tabet 4.6.
Nilai korelasi antara prilaku seksual dengan rasa bersalah
Correlations
Perilakuseksual Rasabersalah
Perilaku Pearson
I .334 •
seksual Correlation
Sig. (2-tailed)
.018
N 50 50
Ras a Pearson
.334 • 1
bersalah Correlation
Sig. (2-tailed) .018
N 50 50
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan dengan teknik pearson 's product
moment, maka diperoleh korelasi (r) hitung sebesar 0.018. Dari tabel diatas dapat
disimpulkan bahwa nilai koefisien korelasi antara perilaku seksual dengan rasa
Pengujian hipotesis perlu dilakukan untuk mengetahui apakah koefisien korelasi yang
didapatkan signifikan pada taraf signifikansi yang ditentukan atau tidak. Dalam
melakukan uji hipotesis, cam yang umum dilakukan adalah dengan membandingkan
Ho diterimajika fhitung < r1abcb karena nilai fhitung yang didapat (0.018) > ftabel (Sig. 5%;
hubungan yang signifikan antara prilaku seksual dengan rasa bersalah diterima. Arah
hubungan yang dihasilkan menunjukkan arah nol, yang bermakna bahwa semakin
Hasil penelitian ini adalah ada hubungan yang signifikan antara perilaku seksual
sehingga semakin tinggi tingkat perilaku seksual maka akan diikuti dengan tingginya
rasa bersalah.
perilaku seksua denga rasa bersalah, kemudian dilakukan penghitungan Anova untuk
diterapkan dalam perhitungan regresi ini. Hasilnya disajikan pada label Anova(b)
berikut:
71
Tabel 4.7.
Uji linearitas
ANOVAb
Hasil penghitungan menunjukkan bahwa nilai F hitung yang didapat adalah sebesar
6.034. Sementara nilai F label dengan Df 1 dan 48 adalah sebesar 49. Karena nilai F
hitung yang didapat > F label maka dapat disimpulkan bahwa model persamaan garis
regresi yang dipergunakan dalam penelitian ini dapat diterapkan. Setelah dilakukan
seberapa besar sumbangan variable perilaku seksual terhadap variabel rasa bersalah.
Tabel 4.8.
Uji regresi perilaku seksual dengan rasa bersalah
Model Summarl
Adjusted R Std. Error of
Model R R Square Square the Estimate
I .334' .112 .093 17.41896
a. Predictors: (Constant), perilakuseksual
b. Dependent Variable: rasabersalah
72
Berdasarkan label di alas dikelahui bahwa nilai R Square yang didapal adalah sebesar
0.112. Hal ini berarti bahwa aspek perilaku seksual memberikan sumbangan sebesar
11.2% bagi perubahan variabel rasa bersalah. Dengan demikian lerdapal 89.8% aspek
lain yang memberikan kontribusi terhadap rasa bersalah yang tidak lerukur dalam
penelitian ini yang dapat memberikan perubahan lerhadap variabel perilaku seksual.
Table 4.9.
Dampak rasa bersalah yang paling banyak
muncul adalah rendah diri
Kegagalan 6 12%%
Tidak aman 2 4%
Trauma 2 4%
Merasa malu 2 4%
Merasa kacau 2 4%
Kasihan diri I 2%
Takul I 2%
Total 19 38%
73
Sebagian besar respond en yang ban yak muncul dari rasa bersalab adalah rendah diri
aman (4%), 2 responden merasa kacau (4%), 2 responden merasa malu (4%), 2
responden trauma (4%), I responden takut (2%) dan I responden kasihan diri (2%).
75
Hal ini bera1ii semakin tinggi perilaku seksual, maka semakin tinggi pula rasa
bersalah pada individu, dan sebaliknya. Dalam penjelasan Singh (2003), rasa bersalah
adalah merupakan sebuah konsep yang membentuk bagian dari sebuah matriks yang
menyalahkan, dalih, malu, sedih karena dosa, menyesal, dll. Penggunaan matriks di
atas di mana seseorang melanggar hukum, atau peraturan hukum moral pada
Sehingga ha! ini sesuai dengan penelitian Pusat Studi Wanita (PSW) Universitas
Negeri Yogyakarta (UNY) (1995) dalam Sobary (2008) bekerja sama dengan
bebas rata - rata menyesali perbuatannya dan mengaku itu perilaku itu tidak benar
atau salah. Mereka sadar seks bebas itu hanya merugikan dirinya sendiri dan dilarang
merasa bersalah, sehingga mempunyai perasaan menyesal dan merasa malu yang
Dan Kohlberg dalam Monks, Knoers & Haditono, (2002), menyatakan bahwa
Tingkah laku moral bisa menuntut suatu tingkat perkembangan intelektual serta
pembentukan penilaian yang tinggi. Pembentukan penilaian ini terjadi atas dasar
76
interaksi antara potensi yang ada dan oleh faktor - faktor lingkungan. Maka perlu
kiranya untuk meninjau perkembangan moralitas ini mulai dari waktu anak yang
dilahirkan untuk dapat mengerti, justru pada masa remaja ha! tersebut menduduki ha!
5.3. Saran
Berdasarkan pengalaman yang dialami dalam melakukan penelitian dan dari hasil
penelitian selanjutnya :
• Bagi peneliti yang ingin melakukan penelitian lanjutan pada materi yang sama
dengan peneliti ini, dapat ditambah dengan menggunakan wawancara. Hal ini
dengan tujuan agar dapat didapatkan hasil yang lebih mendalam. Selain itu dapat
ditelusuri ragam efek samping (patologis lanjutan) dari rasa bersalah para remaja
• Bagi remaja harns mempunyai pengetahuan yang cukup seputar masalah seks,
agar remaja dapat mengambil keputusan yang lebih bijak tentang apa yang
perilaku seksual ini dapat mengakibatkan psikopatologis yang lebih parah dan
• Bagi orang tua harus dapat membimbing dan mengarahkan anaknya agar tidak
tentang bahaya dari pergaulan bebas yang bisa merusak masa depan kelak dengan
cara memberikan infom1asi yang sejelasnya dan terbuka dengan cara pendidikan
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrouf. Moh, dkk. 2005. Masa Transisi Remaja. Triasko Publisher; Jakarta.
Allen, Jon G. 2005. Coping With Trauma. Hope Through Understanding. American
Psychiatric Publishing Inc; Washington DC.
Chaplin, J.P. 2006. Kamus Lengkap Psikologi. PT Raja Grafindo Persada; Jakarta.
Kartono, Kartini. 2007. Psikologi wanita (iVfengenal wanita sebagai ibu dan anak).
Mandar Maju; Bandung
Martin. P. Kinsey, Duvall dan Miller. 1965. Sexual Behavior In The Human Male.
W. B. Saunders Company; Philadelpia.
----
PERPUSTAKAAN UTAM/\
-··-··· . [9l '
r
-
UIN SYAi-HD JAKARTA
' -
1r
Olson, Ken. 2005. Psikologi Harapan; Bangkit Dari Keputusan Meraih Kesuksesan.
Pustaka Pelajar; Yogyakarta.
Skripsi
Internet
TRYOUT
PENGANTAR
Salam kenal! !
Saya Wahyudi Iman Mahasiswa Psikologi UIN SyarifHidayatullah, saat ini sedang
mengadakan penelitian untuk tugas akhir. Saya membutuhkan bantuan dari teman-
teman yang untuk menjadi responden dalam penelitian ini dengan mengisi skala
pemyataan terlampir.
Bagi teman-teman yang bersedia, harap terlebih dahulu mengisi lembar pernyataan
kesediaan. Pada setiap bagian akan tersedia petunjuk pengisian, bacalah telebih
dahulu petunjuk pengisian sehinggajawaban yang anda berikan sesuai dengan apa
yang diminta. Jawaban anda tidak akan dinilai benar atau salah, dan kerahasiaan anda
akan terjamin.
Identitas Responden
Tanggal Pengisian
Nama
Usia
J enis Kelamin
Agama
Pendidikan Terakhir
NO PERNYATAAN SS s R TS STS
I Saya sering pegang pinggang pasangan
saya.
2 Tangan saya sering dirangkul sama
pasangan saya
3 Dalam berhubungan saya tidak pernah
cipika cipiki (pipi kanan dan kiri).
4 Saya sudah bersentuhan bibir dengan
pasangan saya
5 Saya suka menonjolkan paha saya saat
pemakaian pada pasangan sava.
6 Pasangan saya tidak pernah meraba
bagian dada saya
7 Dalam berhubungan, saya belum
penah meraba alat kelamin pasangan
saya
8 Saya pernah dikecup di bagian dada
saya sama pasangan saya
9 Kening saya selalu dikecup oleh
pasangan saya sebagai tanda kasih
sayang
10 Pacar saya selalu meraba bagian
sensitif dibagian dada saya
11 Saya tidak berani mencium kelamin
pasangan saya
12 Saya tidak pernah menyentuh
pinggang pasangan saya
13 Berpelukan dalah ha! yang wajar
dalam perpacaran
14 Saya selalu berpelukan jika sedang
merindukan pacar saya
15 Dalam berpacaran saya tidak berani
berhubungan badan, tapi hanya sampai
pada mencium kelamin pasangan saya
16 Saya pernah memainkan alat kelamin
saya scndiri dan mendapat kenikmatan
17 Berpelukan bukan ha! wajar dalam
berpacaran karena itu zinah
18 Dalam berpacaran saya tidak pemah
menjilat alat kelamin pacar saya.
19 Pasangan saya selalu membuat saya
terangsang saat saya mengisap alat
kelamin pacar saya
20 Pasangan saya tidak pemah mengecup
dada saya
21 Saya mau melakukan hubungan
seksual penuh selayaknya suami istri
kalau belum menikah
22 Menikah adalah perbuatan baik dari
pada zinah.
23 Saat saya menonton blue film, saya
merasa terangsang dan melakukan
rsngsangan dengan tangan saya ke alat
kelamin saya
24 Saya selalu meraba bagian dada pacar
saya
25 Saya sempat melepas pakaian bagian
atas meskipun tidak sampai pada
hubungan intim
26 Saya selalu berpelukan dengan
pasangan saya
27 Terkadang saya ingin melakukan
hubungan suami istri dengan pasangan
sava
28 Saya tidak suka menonjolkan paha
saya saat perpakaian.
29 Hal yang penting dalam menjalani
hubungan hams ada ikatan pernikahan
30 Saya tidak pernah berpelukan dengan
pacar karena menurut saya itu adalah
perbuatan dosa
31 Saya tidak pernah bersentuhan bibir
dengan pasangan saya.
32 Saat ada pacar saya, saya suka ingin
melepas pakaian saya dan
menggesekkan alat kelamin saya
33 Saya merasa menikah lebih baik
daripada berhubungan secara bebas.
34 Saat menonton blue film, saya tidak
pernah terangsang dan berniat
melakukannya sendiri
35 Saya rasa berhubungan suami istri
sebelum menikah sah-sah saia
36 Saat berdekatan dengan pasangan, saya
memainkan alat kelamin pasangan
saya
37 Dalam berhungan saya pernah menjilat
alat kelamin pasangan saya
38 Dalam berhubungan saya pernah
cioika-cioiki (pioi kanan dan kiri).
39 Saya tidak pernah memainkan alat
kelamin saya sendiri
40 Saya hanya ingin melakukan hubungan
suami istri j ika sudah menikah
41 Saya selalu menggandeng tangan
oacar, ketika sedang berjalan
42 Ketika nonton film bioskop, pasangan
saya pernah meraba alat kelamin saya
43 Saya tidak senang ketika pacar
rnencium kening saya
44 Saya tidak menghisap alat kelamin
pacar
45 Pacar saya tidak meraba bagian
sensitif dibagian dada saya
FIELD STUDY
PENGANTAR
Salam kenal ! !
Saya Wahyudi Iman Mahasiswa Psikologi UIN SyarifHidayatullah, saat ini sedang
mengadakan penelitian untuk tugas akhir. Saya membutuhkan bantuan dari teman-
teman yang untuk menjadi responden dalam penelitian ini dengan mengisi skala
pemyataan terlampir.
Bagi teman-teman yang bersedia, harap terlebih dahulu mengisi lembar pemyataan
kesediaan. Pada setiap bagian akan tersedia petunjuk pengisian, bacalah telebih
dahulu petunjuk pengisian sehingga jawaban yang anda berikan sesuai dengan apa
yang diminta. Jawaban anda tidak akan dinilai benar atau salah, dan kerahasiaan anda
akan terj amin.
Identitas Responden
Tanggal
Nama
Usia
Jenis Kelamin : 1. Laki - laki 2. Perempuan
Agama : I. Islam 2. J(risten (protestan/katolik)
3. Hindu 4. Budha 5. lainnya ...... .
Pendidikan terakhir : 1. SMNsederajat 2. Strata! 3. Dlll 4. lainya ...... .
Suku : I. Jawa 2. Sunda 3. Minang 4. Batak
5. Betawi 6. lai1mya .....
NO PERNYATAAN SS s R TS STS
NO PERNYATAAN SS s R TS STS
NO PERNYATAAN SS s R TS STS
Peri lakuseksual
.979 50 .492
•E
0
0
z
~
~
'
•::-
w
_,
02
oooo
0
0
0
0
0
0
a
0
0 0
0
0 0
0
0 0
oo 0 0
0
0
0 0
0 0
0 0
0 0
-02
140 180
"" Obuirved Value
""
Shapiro-Wilk
Statistik Df Signifikan.
Rasabersalah
.987 50 .855
-·-----------------------~
O.J-
0
0
0
;;; 0.1- 0
E o
~ n. 00 oosPoo 0
0
E o.o-J---------~---"'-"<"'---'l<l-,,-"-------l
._g 0 0 '1J
> 0 0 0 0
GI 0 0 0
0-CU
0
0
0
0
.QJ- 0
'" 140
'"
Observ«id Value
'
'
~0
0
z
~
0
ti
~
~
~
w
00
0
perilakuseksual Rasabersalah
Perilaku Pearson .334*
1
seksual Correlation
Sig. (2-tailed) .018
N 50 50
Rasa Pearson
.334' 1
bersalah Correlation
Sig. (2-tailed) .018
N 50 50
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
ANOVAb
Sum of
Model Squares Df Mean Square F Sig.
I Regression 1830.820 I 1830.820 6.034 .013•
Residual 14564.160 48 303.420
Total 16394.980 49
a. Predictors: (Constant), perilakuseksual
b. Dependent Variable: rasabersalah
Model Summarl