Disusun Oleh :
NURAN
107070000398
FAKULTAS PSIKOLOGI
2011
i
FAKTOR - FAKTOR PSIKOLOGIS YANG M EM PENGARUHI FORGIVENESS PADA ISTRI
SKRIPSI
Oleh:
NURAN
107070000398
FAKULTAS PSIKOLOGI
JAKARTA
1432 H / 2011 M
ii
FAKTOR - FAKTOR PSIKOLOGIS YANG MEMPENGARUHI
FORGIVENESS PADA ISTRI KORBAN KEKERASAN DALAM RUMAH
TANGGA (KDRT)
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Psikologi untuk memenuhi syarat-syarat
memperoleh gelar Sarjana Psikologi
Oleh:
NURAN
NIM: 107070000398
Di bawah bimbingan:
Pembimbing
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1432 H / 2011 M
iii
LEMBAR PENGESAHAN
Sidang Munaqasyah
Anggota:
iv
PERNYATAAN
Saya bersedia untuk melakukan proses yang semestinya sesuai dengan Undang-
undang jika ternyata skripsi ini secara prinsip merupakan plagiat atau jiplakan dari
karya orang lain.
Nuran
NIM: 107070000398
v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
M otto:
P er sembahan:
vi
ABSTRAK
vii
rendah didapatkan independen variabel yang berpengaruh yaitu kualitas
hubungan.
viii
KATA PENGANTAR
Bismillahirahmanirrahiim
Syukur Alhamdulillah Peneliti panjatkan ke hadirat Allah SWT atas segala
rahmat, hidayah, dan kekuatan yang diberikan-Nya, sehingga Peneliti dapat
menyelesaikan skripsi dengan judul ”Faktor-Faktor Psikologis Yang
Mempengaruhi Forgiveness pada Istri Korban Kekerasan dalam Rumah
Tangga”. Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Rasulullah
Muhammad SAW, pemimpin dan tauladan kaum yang beriman, kepada keluarga,
sahabat, dan seluruh umat yang senantiasa mencintainya. Penulisan skripsi ini
dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana
Psikologi pada Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.
Selama pengerjaan skripsi ini Peneliti dihadapkan dengan beragam cobaan, kesulitan,
rintangan dan penuh perjuangan serta kesabaran yang telah memberikan banyak
pelajaran hidup yang berarti bagi Peneliti.
Terwujudnya skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena
itu, dalam kesempatan ini Peneliti ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada:
1. Bapak Jahja Umar, Ph.D, Dekan Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta dan juga sebagai Dosen Pembimbing. Terima kasih karena telah
meluangkan waktu dalam proses bimbingan skripsi ini, untuk segala ilmu yang
telah Peneliti dapatkan.
2. Dua sosok penyemangat hidup yang sangat peneliti hormati dan kasihi, Papa dan
Mama, Ali Muhammad Abdat dan Hamida Jaff Abdat. Rangkaian kata-kata indah
tak akan dapat melukiskan rasa syukur dan terima kasih Peneliti atas segala jerih
payah, kesabaran, ilmu, dan segala dukungan yang telah Papa dan Mama berikan
bagi Peneliti. Terima kasih, malaikatku.
3. Kepada Pak Ikhwan Luthfi M.Psi, sebagai Dosen Pembimbing Seminar Proposal,
terima kasih atas segala bimbingan, arahan, kritik yang membangun, dan waktu
yang diberikan kepada Peneliti. Kepada Bu Zulfa Indira M.Psi, Psi pembimbing
KKL atas ilmu yang diberikan dan nasihat yang akan selalu Peneliti ingat. Ibu S.
ix
Evangeline I Suaidy dan Pak M. Avicenna M.Hsc,. Psy yang telah memberi ilmu
dan menjadi motivator bagi Peneliti dalam mengembangkan ilmu psikologi dan
mengikuti program beasiswa.
4. Seluruh Dosen Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah
banyak memberikan pelajaran kepada Peneliti, baik itu dalam hal akademis
maupun dalam menjalani kehidupan.
5. Kepada Mba Rini & para Staff Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
yang telah banyak membantu Peneliti dalam menjalani perkuliahan dan
menyelesaikan skripsi.
6. Kepada LBH APIK atas izin dan bantuannya dalam pengambilan data di kantor,
dan kepada seluruh responden dari LBH APIK atas kesediaan, serta kerjasamanya
dalam penelitian yang dilakukan oleh Peneliti
7. Kepada Amira, Rayhan, dan Ibel yang sangat Peneliti sayangi, terima kasih untuk
support, nasihat, senyuman, semangat, dan doa yang selalu diberikan. Semoga
kalian dapat lebih baik lagi dari Peneliti dan kita berempat akan selalu jadi
kebanggan terbesar untuk Papa dan Mama.
8. Untuk Sahabat-sahabat Peneliti, yaitu Naya, Icha, Risna, Siro, Camel, Siro, Nurul,
Rifa, Linda, dan Weni atas perjalanan suka dan duka selama 4 tahun kebersamaan
ini, "cerita kita masih panjang, maka jangan sudahi sampai disini". Kemudian,
untuk Sahabat-sahabat Peneliti d'Bibirs, Farah, Laras, Efiy, Anya, Winda, Lala,
Rara, dan Unyil, terima kasih atas tawa, tangis, cerita, dukungan, semangat, dan
segala kebersamaan ini, "terbukti walaupun kita tak selalu bersama tapi justru
kebersamaan ini terus terbangun".
9. Untuk The GH yaitu Iccy, Fara, Laura, Mayang, Ezzat, Epiy, dan Sukria, terima
kasih untuk segala cerita cita dan cinta "atas nama persahabatan GH". Untuk
Iki,sahabat juga kakak bagi Peneliti, atas seluruh dukungan dan setiap bantuan,
sungguh terima kasih dari lubuk hati terdalam. Dan untuk Ami, Indah, Imel,
terima kasih telah mengukir banyak cerita dalam hari-hari Peneliti.
10. Untuk Sahabat 'Buavita', yaitu Ogy, Ben, Jali, Chris, Ayu, Desy, Tari, Syiva, dan
Damai terima kasih untuk setiap canda, tawa, juga amarah yang muncul, kalian
adalah semangat untuk menjadi yang tercepat dan terbaik demi rencana-rencana
x
masa depan kita. Kemudian, untuk Putri, Hani, Felya, Tika, Putaw, Mail, dan
teman-teman "Borocks" yang selalu menjadi semangat, motivator, pengingat dan
pesaing Peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini, terima kasih 'sahabat tak akan
terganti'.
11. Untuk Sahabat 'Kita' yaitu Hani, Pras, Rudhi, Aji, Danny, Kak Amal, Rika, Kak
Siro, Kak Isni yang banyak sekali membantu Peneliti dan memberikan arahan
dalam mengerjakan skripsi. Kemudian, untuk Adyo, sahabat dan guru yang
berusaha sabar mengahadapi Peneliti, terima kasih untuk dukungan dan
kesabarannya. Dan untuk sahabat, kakak, adik, saudara, dan calon adik ipar, Dara
Amalia, terima kasih untuk segala kasih, kesabaran, support, nasihat,
kecerewetan, dan segala hal berarti yang sulit untuk dijabarkan.
13. Untuk teman-teman angkatan 2007, khususnya kelas D yang sangat kompak dan
penuh cerita, terimah kasih untuk segala kebersamaan ini. Kemudian, untuk
teman-teman seperjuangan yaitu Aji, Risna, Vfah, Reza, Kak Sarah, "setiap detik
menunggu, setiap semangat yang ditumbuhkan, rasa letih, bingung, dan
kebersamaan dari setiap bimbingan, selamat menikmati kesuksesan ini anak-anak
Pak Jahja"
14. Kepada seluruh pihak yang tidak dapat Peneliti sebutkan satu per satu, terima
kasih untuk segala dukungan dan bantuan yang telah diberikan untuk membantu
Peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini.
Akhirnya Peneliti memohon kepada Allah SWT agar seluruh dukungan,
bantuan, bimbingan dari semua pihak dibalas dengan sebaik-baiknya balasan. Selain
itu mengingat kekurangan dan keterbatasan Peneliti, maka segala kritik dan saran
yang bersifat membangun sangat diharapkan Peneliti sebagai bahan penyempurnaan.
Nuran
xi
DAFTAR ISI
Halaman Judul
Lembar Pengesahan Pembimbing....................................................................... iii
Lembar Pengesahan Panitia Ujian ..................................................................... iv
Lembar Orisinalitas ........................................................................................... v
Motto dan Persembahan .................................................................................... vi
Abstrak ............................................................................................................. vii
Kata Pengantar .................................................................................................. ix
Daftar Isi............................................................................................................ xii
Daftar Tabel ...................................................................................................... xv
Daftar Gambar .................................................................................................. xvi
Daftar Lampiran ................................................................................................ xvii
BAB 1 Pendahuluan......................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................. 1
1.2 Identifikasi Masalah ......................................................................... 15
1.3 Pembatasan Masalah ........................................................................ 16
1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian ......................................................... 16
1.4.1 ............................................................................................... 17
1.4.2 ............................................................................................... 17
1.5 Sistematika Penulisan ...................................................................... 17
BAB 2 Kajian Teori ........................................................................................ 19
2.1 Forgiveness ..................................................................................... 19
2.1.1 Definisi forgiveness ................................................................ 19
2.1.2 Dimensi yang mendasari forgiveness ...................................... 21
2.1.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi forgiveness ....................... 26
2.1.4 Pengukuran forgiveness .......................................................... 28
2.2 Kepribadian ..................................................................................... 29
2.2.1 Definisi kepribadian ............................................................... 29
2.2.2 Struktur kepribadian ............................................................... 31
2.2.3 Definisi Extroversion-Introversion ......................................... 35
xii
2.2.4 Pengukuran tipe kepribadian ................................................. 37
2.3 Kualitas hubungan dengan pelaku .................................................... 37
2.3.1 Definisi kualitas hubungan ..................................................... 37
2.3.2 Dimensi-dimensi kualitas hubungan ....................................... 38
2.3.3 Bentuk kualitas hubungan dengan forgiveness ........................ 40
2.3.4 Pengukuran kualitas hubungan ............................................... 40
2.4 Religiusitas ...................................................................................... 41
2.4.1 Definisi religiusitas ................................................ .................. 41
2.4.2 Dimensi-dimensi religiusitas .................................................. 42
2.4.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi religiusitas ........................ 44
2.4.4 Pengukuran religiusitas .......................................................... 46
2.5 Kerangka Berpikir ........................................................................... 47
2.6 Hipotesis Penelitian ......................................................................... 52
BAB 3 Metode Penelitian ................................................................................ 54
3.1 Populasi dan Sampel ........................................................................ 54
3.2 Variabel Penelitian ........................................................................... 54
3.3 Definisi Operasional Variabel Penelitian .......................................... 55
3.4 Instrumen Penelitian ........................................................................ 56
3.5 Pengujian Validitas Konstruk ........................................................... 62
3.5.1 Uji validitas konstruk forgiveness ........................................... 64
3.5.2 Uji validitas konstruk tipe kepribadian ................................... 68
3.5.3 Uji validitas konstruk kualitas hubungan ................................ 72
3.5.4 Uji validitas konstruk religiusitas Glock & Stark .................... 75
3.6 Prosedur Pengumpulan Data ............................................................ 86
3.7 Metode Analisis Data ....................................................................... 87
BAB 4 Hasil Penelitian .................................................................................... 91
4.1 Analisis Deskriptif ........................................................................... 91
4.2 Uji Hipotesis Penelitian ................................................................... 93
4.2.1 Analisis regresi variabel penelitian ......................................... 93
4.2.2 Pengujian proporsi masing-masing IV .................................... 102
4.3 Moderator Variabel .......................................................................... 107
xiii
4.3.1 Analisis sub kelompok ........................................................... 107
BAB 5 Kesimpulan, Diskusi dan Saran .......................................................... 112
5.1 Kesimpulan ...................................................................................... 112
5.2 Diskusi ............................................................................................ 113
5.3 Saran ............................................................................................... 118
5.3.1 Saran metodologis .................................................................. 119
5.3.2 Saran praktis .......................................................................... 119
Daftar Pustaka ................................................................................................ 121
Lampiran
xiv
DAFTAR TABEL
xv
DAFTAR GAMBAR
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran A : Kuisioner
Lampiran B : Contoh Syntax Analisis Faktor Konfirmatorik
Analisis Faktor Konfirmatorik Forgiveness
Analisis Faktor Konfirmatorik Tipe Kepribadian Ekstrovert
Analisis Faktor Konfirmatorik Tipe Kepribadian Introvert
Analisis Faktor Konfirmatorik Kualitas Hubungan
Analisis Faktor Konfirmatorik Keyakinan
Analisis Faktor Konfirmatorik Praktek Agama
Analisis Faktor Konfirmatorik Pengalaman Keagamaan
Analisis Faktor Konfirmatorik Pengetahuan Keagamaan
Analisis Faktor Konfirmatorik Konsekuensi Keagamaan
Lampiran C : Matriks Korelasi Antar Independent Variabel
xvii
BAB 1
PENDAHULUAN
Dalam bab satu ini akan dibahas beberapa hal yaitu, latar belakang masalah, yang di
penelitian terdahulu yang memiliki hubungan dengan penelitian ini. Kemudian akan
mempengaruhi forgiveness. Selain itu dalam bab ini dibahas juga mengenai
perumusan dan pembatasan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, dan sistematika
penulisan.
tangga pada umumnya melibatkan pelaku dan korban diantara anggota keluarga di
dalam rumah tangga, sedangkan bentuk tindak kekerasan bisa berupa kekerasan fisik
dan kekerasan verbal (ancaman kekerasan). Pelaku dan korban tindak kekerasan
dalam rumah tangga bisa menimpa siapa saja, tidak dibatasi oleh strata, status sosial,
kekerasan dalam rumah tangga dikemukakan bahwa kekerasan dalam rumah tangga
timbulnya kesengsaraan atau penderitaan secara fisik, seksual, psikologis dan atau
1
penelantaran rumah tangga termasuk ancaman untuk melakukan perbuatan,
Kekerasan dalam rumah tangga merupakan masalah sosial serius yang kurang
mendapat tanggapan dari masyarakat karena pertama, KDRT memiliki ruang lingkup
yang relatif tertutup (pribadi) dan dijaga ketat privacy nya karena persoalannya
terjadi dalam area keluarga. Ke dua, KDRT seringkali dianggap wajar karena
sebagai pemimpin dan kepala rumah tangga (Hasbianto, 1996). Kenyataan ini
membuat istri merasa terpojok dengan tidak memiliki tempat berkeluh kesah dan
berusaha menyimpan permasalahan dan menahan perasaan yang timbul dalam diri
gender yang paling sering dialami oleh perempuan. Data Komnas Perempuan
menempati urutan tertinggi yang dilaporkan. Pada tahun 2009 angka kasus kekerasan
terhadap istri mencapai 17.772 kasus. Padahal pada tahun 2007 kekerasan terhadap
Dalam tindakan kekerasan akan dikenal istilah korban yaitu orang yang
disakiti dan pelaku sebagai orang yang telah menyakiti. Kekerasan merupakan salah
satu bentuk dari hubungan antar dua individu, dimana individu yang satu merasa
tersakiti (korban) dan karena perbuatan individu yang lain (pelaku). Akibatnya ialah
2
timbul perasaan-perasaan negatif (marah, benci, ingin balas dendam) pada pelaku
negatif yang muncul dapat pula selanjutnya menghadirkan sisi positif lain yaitu
kesediaan untuk melakukan forgiveness dari diri korban. Hal ini membutuhkan
proses dan waktu yang cukup lama dan mendalam. Memaafkan sendiri tidak dapat
menghilangkan perasaan sakit, namun setelah memaafkan rasa sakit itu dapat
perceraian, namun ada pula yang tetap mempertahankan rumah tangganya dan
memaafkan suami yang telah melakukan kekerasan (Hanita dkk, 2009). Sikap
forgiveness disini terlihat pada beberapa kasus yang banyak menjadi bahan
pembicaraan, sikap ini pasti memiliki alasan yang sangat kuat dengan latar belakang
pada pelaku.
dianggap baik. Dalam Wikipedia (2010) dijelaskan bahwa forgiveness adalah proses
dianggap pelanggaran atau kesalahan, dan atau berhenti untuk menuntut hukuman
atau restitusi dan juga merupakan norma yang diajarkan dalam setiap agama dan
3
Namun forgiveness merupakan sesuatu yang sulit dilakukan karena harus
melibatkan dua faktor, yaitu harus menghilangkan motivasi membalas dendam dan
perasaan negatif saja, namun juga harus mengembalikan perasaan positif terhadap
pertolongan yang sangat berguna dalam membantu mereka yang telah terluka fisik
dan psikis, menyembuhkan sebuah luka hati akibat dari sakit hati yang telah
dilakukan oleh pasangannya, dan meringankan rasa sakit yang telah mereka terima
sebagai akibat dari perilaku orang lain yang telah berbuat salah kepada mereka.
yang sangat dalam. Maksudnya ialah ketika seseorang telah siap menyatakan
memaafkan pelaku kejahatan, maka maaf yang diberikan, seharusnya maaf secara
keseluruhan tidak hanya maaf dari sebuah perkataan saja, dan secara otomatis
pelaku kejahatan tersebut. Akan tetapi, kenyataannya yang terjadi dalam masyarakat
dari forgiveness yang dinyatakan hanyalah sebuah perkataan saja. Hal ini juga
diperkuat dengan hasil survei yang dilakukan oleh peneliti pada tanggal 26-27
psikologi UIN Jakarta. Diketahui bahwa penyataan forgiveness yang diberikan bukan
4
meninggalkan luka di hati, rasa kesal, kecewa, dan emosi negatif lain dalam dirinya,
bahkan kenyataan lain yang ada sangat sulit untuk melakukan forgiveness karena
dirasa beberapa permasalahan yang terjadi sudah terlalu menyakiti diri individu
tersebut.
kesalahan mereka dan memberi maaf atas tindakan keliru yang mengena pada
mereka. Saling memaafkan merupakan salah satu bentuk tradisi hubungan antar
manusia, akan tetapi tradisi ini sering kali juga hanya merupakan ritual belaka.
Dengan kata lain, perilaku tersebut dilakukan namun tidak disertai ketulusan yang
sungguh-sungguh. Pada sisi lain, ada mitos yang mengatakan bahwa dengan
memberi maaf maka beban psikologis yang ada akan hilang. Pada kenyataannya
banyak orang yang memberi maaf kepada orang lain kemudian kecewa dengan
tindakan tersebut. Hal ini terjadi karena permintaan maaf sering tidak ditindaklanjuti
mencegah respon yang merusak hubungannya dengan pihak yang telah menyakiti
McCullough dkk (2000, dalam Synder & Lopez, 2002) menjelaskan bahwa
5
rendahnya dorongan untuk menyakiti atau membalas dendam (revenge motivations)
merupakan terapi yang efektif dalam intervensi yang membebaskan seseorang dari
kemarahannya dan rasa bersalah. Selain itu, forgiveness dapat mengurangi marah,
memaafkan adalah lebih sehat baik jiwa maupun raga. Orang-orang yang diteliti
memaafkan merasa lebih baik, tidak hanya secara batiniyah namun juga jasmaniah.
positif dari forgiveness. Seperti yang dikatakan oleh Mother Teresa (Fincham, 2009)
"If we really want to love, we must learn how to forgive", lalu pernyataan dari
Reinhold Niebuhr "Memaafkan adalah bentuk keindahan tertinggi dari cinta, sebagai
balasannya Anda akan menerima kedamaian yang tak terkatakan dan kebahagiaan".
6
kelebihan dengan melakukan forgiveness. Kesadaran seperti hal-hal yang telah
tipe kepribadian, dan empati. Penelitian lain dari McCullough dkk (1997)
empati, permohonan maaf dan perspective taking, atribusi dan penilaian kekejaman
forgiveness seperti yang dikemukakan oleh McCulllough dkk (1998, dalam Tri &
Faturochman, 2009) faktor-faktor tersebut ialah empati, atribusi terhadap pelaku dan
Faktor-faktor yang telah dijelaskan sebelumnya ialah hal-hal yang berkaitan erat
perilaku seseorang yang dalam pembahasan kali ini yaitu forgiveness. Kepribadian
menurut Jung (dalam Feist & Feist, 2010) menjelaskan kepribadian manusia
berdasarkan tujuannya dalam kehidupan yang dipengaruhi oleh masa lalu dan masa
depan manusia. Jung menjelaskan berbagai macam struktur dari psyche, tipologi
kepribadian manusia berdasarkan sikap dan fungsi dominan yang dimiliki oleh
7
manusia, mekanisme pergerakan energi psikis dan tahap perkembangan
kepribadiannya.
Menurut Jung (dalam Sumadi, 2006), manusia dapat digolongkan dalam dua
tipe, yaitu yang bertipe ekstravers dan manusia yang bertipe introvers. Orang yang
ekstravers dipengaruhi oleh dunia obyektif yaitu dunia di luar dirinya. Orientasi
utama tertuju keluar; pikiran, perasaan, serta tindakannya terutama ditentukan oleh
dunia subyektif yaitu dunia di dalam dirinya sendiri. Orientasi utama tertuju ke
subyektif. Penyesuaian dengan dunia luar pada tipe introvers ini kurang baik,
psikologi pun telah turut serta mengkaji mengenai forgiveness secara ilmiah, banyak
hal yang telah diteliti baik mengenai tipe kepribadian, kualitas hubungan, kesehatan
terdahulu yang dilakukan oleh Wang (2008). Ia telah melihat hubungan antara tipe
kepribadian dan forgiveness. Akan tetapi tipe kepribadian yang diteliti di sini
mengenai tipe kepribadian big five dengan forgiveness dalam dua jurnal penelitian,
yang hasilnya pertama menyatakan bahwa antara kepribadian tipe big five dengan
8
negatif pada neuroticism, dan tidak terdapat signifikansi pada consciousness,
forgiveness.
Menurut McCullough dkk (2001b, dalam Tri & Faturrochman, 2009) tipe
bersifat sosial, keterbukaan ekspresi, dan asertif. Karakter yang hangat, kooperatif,
tidak mementingkan diri, menyenangkan, jujur, dermawan, sopan dan fleksibel juga
cenderung menjadi empatik dan bersahabat. Karakter lain yang diduga berperan
adalah cerdas, analitis, imajinatif, kreatif, bersahaja, dan sopan. Berdasarkan ciri
tersebut dapat dikatakan individu dengan tipe kepribadian ini memiliki tingkat emosi
yang lebih stabil atau memungkinkan untuk melakukan forgiveness. Dapat diduga
dengan forgiveness.
antara trait kepribadin big five factors dengan forgiveness pada pasangan yang
9
menikah dalam masa pernikahan 1 hingga 5 tahun. Diketahui dari hasil penelitian
tersebut terdapat hubungan yang erat antara trait kepribadian yaitu trait extraversion,
agreeableness, dan openess dengan forgiveness pada pasangan yang menikah (dalam
Arthasari, 2010).
Penelitian lainnya yang berhubungan dengan tipe kepribadian big five factors
seseorang untuk melakukan forgiveness memiliki korelasi yang cukup erat dengan
dua buah dimensi big five, yaitu neuroticism dan agreeableness, dimana orang-orang
konflik) memiliki tingkat emosi yang lebih stabil, lebih cenderung mudah
yang telah dilakukan terhadap forgiveness dan dirasa masih sedikit penelitian
mengenai tipe kepribadian ekstrovert dan introvert, serta didukung pendapat dari
maka berdasarkan hal tersebut peneliti berniat mengangkat tipe kepribadian yang
10
Faktor kedua yang mempengaruhi forgiveness ialah kualitas hubungan.
Menurut McCullough dkk (1998), kualitas hubungan menjadi faktor kuat yang
kesalahan pihak lain (pasangan) dapat dilandasi oleh komitmen yang tinggi pada
relasi mereka. Di dalamnya terdapat beberapa alasan yang menjadi pemicu bahwa
hubungan interpersonal.
kadar penderitaan yang dipersepsikan subjek dan keinginan untuk berhubungan baik
forgiveness dikemukakan oleh Fincham (2000) bahwa terdapat banyak faktor yang
mempengaruhi individu dalam bersikap memaafkan terhadap individu lain. Hal ini
biasanya terjadi dikarenakan kualitas hubungan yang dekat antara individu satu
tersebut, maka dapat memunculkan forgiveness dari dirinya. Di dalam jurnal ini
dijelaskan bahwa individu yang memiliki hubungan kedekatan dengan orang yang
bermasalah dengannya, akan memiliki tingkat forgiveness yang lebih baik atau lebih
dikatakan oleh Fincham dkk (2009) yang memperlihatkan bahwa dengan melakukan
11
kesejahteraan suatu hubungan. Hal ini diperkuat oleh kenyataan yaitu rata-rata suami
istri yang mementingkan, mencoba, dan menyetujui forgiveness terjadi pada usia
menurut Glock & Stark (1974) adalah apa yang diyakini seseorang sebagai
keyakinan, melibatkan emosi atau pengalaman sadar dalam agama yang dianut, yang
agama. Di dalam religiusitas terdapat beberapa dimensi yang akan diteliti juga dalam
penelitian ini, yaitu dimensi-dimensi menurut Glock & Stark, terdiri dari lima macam
konsekuensi.
Dalam salah satu penelitian yang pernah dilakukan oleh Gorsuch dan Hao
(1993, dalam Batson dkk., 2006) menyimpulkan dalam penelitiannya yang berjudul
Pada penelitian lain yang dilakukan oleh Rusdi (2009) ditemukan bahwa
Diketahui dari hasil penelitian sebelumnya bahwa agama dapat mempengaruhi secara
12
secara tidak langsung dipengaruhi oleh konsep forgiveness dalam agama Islam,
seperti anjuran forgiveness dalam al-qur'an seperti dalam surat Al-Anfaal ayat 7, An-
Nur ayat 162, Ali Imran ayat 134, serta ayat-ayat lain di dalam al-qur'an yang
Agama sendiri dalam Wikipedia (2008) tidak hanya Islam, ada banyak agama
lain dan semua agama berbeda-beda dalam mengajarkan mengenai forgiveness, baik
agama Kristen, Yahudi, Hindu, Budha , dan begitu pula pada agama Katolik.
Selain itu Edward (2002, dalam Batson dkk., 2006) menemukan bahwa
terdapat korelasi positif antara konstrak keyakinan (faith) dengan forgiveness, maka
apabila seorang individu memiliki suatu keyakinan dalam beragama yang kuat, maka
kesediaan untuk memaafkan akan berpeluang lebih besar dari yang tidak memiliki
keyakinan kuat.
satu variabel yang memiliki korelasi dengan penerimaan untuk forgiveness. Maka
dari teori dan hasil penelitian yang ada menunjukkan terdapat kaitan antara religi dan
satu cara yang dipilih agar seseorang yang disakiti dapat menyembuhkan luka hati
akibat perbuatan yang dilakukan oleh pelaku. Cara yang ditempuh adalah dengan
13
Maka diketahui dari beberapa penelian dalam terjadinya forgiveness terdapat
ingin mengetahui dan merasa tertarik melakukan penelitian dengan judul "Faktor-
14
1.2 Pembatasan Masalah
maka penulis membatasi masalah yang akan diteliti yaitu sebagai berikut :
individu terhadap pelaku. Pada penelitian ini forgiveness yang dimaksud adalah
2. Tipe kepribadian yang dimaksud dalam penelitian ini adalah tipe kepribadian
3. Kualitas hubungan merupakan keadaan seberapa baik atau buruk interaksi pada
suatu hubungan. Pada penelitian ini kualitas hubungan yang dimaksud adalah
tingkat baik buruknya kesinambungan interaksi antara dua orang atau lebih yang
religiusitas yang dimaksud adalah sistem simbol, sistem keyakinan, sistem nilai dan
sistem perilaku yang terlembagakan dan semuanya berpusat pada persoalan yang
dimensi religiusitas, dan dalam penelitian ini religiusitas yang diukur adalah
religiusitas yang dipaparkan oleh Glock & Stark (1974) yaitu dimensi keyakinan,
15
praktek agama, pengalaman keagamaan, pengetahuan keagamaan, dan pengamalan
keagamaan.
5. Sampel dalam penelitian ini adalah wanita yaitu istri korban kekerasan dalam
rumah tangga (KDRT) di bawah perlindungan LBH APIK yang berusia 20-60
diidentifikasikan yaitu:
Secara pokok dan prinsip tujuan penelitian ini adalah menjawab pertanyaan
penelitian yang telah peneliti rumuskan di atas. Oleh karenanya tujuan dan manfaat
subtansial penelitian ini sangat berkaitan erat dengan pertanyaan penelitiannya yaitu:
16
1.4.1 Tujuan Penelitian
mengingat hal tersebut masih sangat baru sehingga masih banyak hal yang
Untuk memperoleh gambaran yang jelas mengenai isi dan materi yang
Bab 1. Pendahuluan
17
Pada bab ini penulis menguraikan tentang latar belakang, permasalahan-
Pada bab ini berisi teori-teori yang berhubungan dengan permasalahan penelitian,
yakni teori tentang tipe kepribadian, teori kualitas hubungan dengan pelaku, teori
Pada bab ini berisi penguraian mengenai, variabel penelitian, populasi dan sampel
tekhnik pengambilan data dan tekhnik analisis data yang digunakan dalam penelitian
ini.
Pada bab ini peneliti akan membahas mengenai gambaran subjek penelitian,
Pada bab ini, peneliti akan merangkum keseluruhan isi penelitian dan meyimpulkan
hasil penelitian. Dalam bab ini juga akan dimuat diskusi dan saran.
18
BAB 2
LANDASAN TEORI
Dalam bab dua ini, akan dibahas semua teori yang dapat menjelaskan masing-masing
variabel penelitian. Terlebih dahulu teori yang akan dibahas adalah mengenai teori-
teori yang berkenaan dengan forgiveness yang dimulai dengan definisi, hingga teori-
teori yang dibahas dari beberapa tokoh yang berbeda. Setelah itu peneliti akan
2.1. Forgiveness
seseorang yang telah menyakiti hati atau melakukan suatu perbuatan salah pada
melakukan perbuatan balas dendam terhadap orang yang menyakiti, tidak adanya
keinginan untuk menjauhi pelaku. Sebaliknya ada keinginan adanya keinginan untuk
berdamai dan berbuat baik terhadap orang yang menyakiti, walaupun orang yang
telah menyakiti telah berbuat yang menyakitkan terhadap kita. (McCullough, 1997,
19
(revenge motivation) dan motivasi untuk menghindar (avoidance motivation).
dengan pihak yang telah menyakiti atau melukai melainkan untuk berperilaku
Selain itu, McCullough dkk (2000, dalam Synder & Lopez, 2002)
menjelaskan bahwa forgiveness adalah proses perubahan tiga dorongan dalam diri
dalam motivasi prososial ke arah lain, yaitu rendahnya dorongan untuk menghindari
forgiveness sebagai sikap untuk mengatasi hal- hal yang negatif dan penghakiman
terhadap orang yang telah menyakiti dengan tidak menyangkal rasa sakit itu sendiri
tetapi dengan rasa kasihan, iba dan cinta kepada pihak yang menyakiti.
adalah peningkatan dorongan dari arah yang negatuntuk berperilaku ke arah yang
lebih baik, yang ditandai dengan rendahnya dorongan seseorang untuk menghindar,
untuk membalas dendam, dan bertambahnya dorongan dari diri untuk membina
hubungan kembali.
20
2.1.2 Dimensi yang mendasari forgiveness
mengenai definisi McCullough dkk (2000, dalam Synder & Lopez, 2002).
Forgiveness merupakan proses perubahan tiga dorongan dalam diri individu terhadap
sebagai berikut:
1) Avoidance motivations
Ditandai dengan individu yang menghindar atau menarik diri (withdrawal) dari
pelaku.
2) Revenge motivations
oleh individu lain (pelaku), maka yang terjadi dalam dirinya adalah peningkatan
3) Benevolence motivations
Ditandai dengan dorongan untuk berbuat baik terhadap pelaku. Dengan adanya
motivations yang tingi, namun di sisi lain memiliki avoidance dan revenge
21
Selain dari tiga aspek dimensi yang telah dijelaskan di atas, terdapat
pendapat lain mengenai dimensi yang mendasari forgivenes. Dua aspek yang selalu
menghindari pelaku yang telah menyakiti korban dan berkurangnya keinginan untuk
membalas dendam. Menurut McCullough dkk (1998), terdapat dua aspek sistem
interpersonal, yaitu perasaan disakiti (feeling of hurts) dan amarah. Perasaan disakiti
orang yang melakukan transgresi tersebut, baik secara fisik maupun psikologis
dendam.
Ketika individu menyatakan bahwa tidak dapat memaafkan orang lain atas
suatu peristiwa atau tindakan yang menyakitkan, persepsinya terhadap peristiwa atau
tindakan tersebut akan menstimulasi kedua aspek tadi ke arah destruksi hubungan
yang dijalani bersama pasangannya tersebut, yaitu dengan adanya motivasi yang
tinggi untuk menghindar dan motivasi yang tinggi untuk membalas dendam atau
melihat orang yang menyakitinya tadi memperoleh petaka (McCullough dkk, 1998).
lain, persepsi akan orang tersebut beserta tindakan atau peristiwa yang menyakitkan
yang telah dilakukan oleh pasangannya tersebut tidak lagi menciptakan motivasi
untuk menghindar maupun membalas dendam, sehingga orang yang memaafkan tadi
22
1. Penghindaran (avoidance)
Tikus tadi akan mengasosiakan nada dengan sengatan listrik. Asosiasi tersebut
dapat terjadi dalam beberapa kali percobaan jika sengatan listrik relatif lembut.
stimulus yang tak terkondisi, sedangkan pelaku (dalam penelitian ini berarti
akan membuat cemas, serupa dengan reaksi tikus yang menciutkan tubuh dan
destruktif, atau tidak berguna, individu tadi akan menunjukan tingkah laku
yang serupa dengan tingkah laku submisif yang ditunjukan tikus, yaitu depresi,
yang menunjukan bahwa ia berada dalam posisi yang lemah dan membutuhkan
pertolongan.
23
2. Pembalasan (revenge)
berlangsung dalam jangka waktu yang lama, mempertahankan harga diri, dan
praktis maupun material dari orang tersebut. Ketika seseorang menyakiti orang
berarti meniadakan hutang tersebut, dan dapat dilakukan jika pihak yang
akan bertanya-tanya, “apakah orang yang menyakiti saya ini akan mengulangi
24
yang menyakitkan. Dengan memutuskan untuk tidak memaafkan, seseorang
dapat membuat pihak yang telah menyakiti seseorang terus teringat akan
pihak yang telah menyakitinya terus teringat akan perbuatannya, sebab ketika
ungkit kembali, dan tidak ada pula rasa bersalah yang dapat diinduksikan
terhadap tingkah lakunya di masa yang akan datang tidak dapat dilakukan.
Dendam juga akan disimpan jika konsekuensi dari luka yang ditorehkan oleh
pihak yang menyakiti ternyata berlangsung untuk jangka waktu yang panjang.
Pemaafan akan sulit timbul jika konsekuensi dari peristiwa menyakitkan yang
Alasan lain disimpannya dendam adalah untuk menjaga harga diri pihak yang
mengancam harga diri, sehingga pihak yang menjadi korban dalam peristiwa
memiliki kekuatan.
dimensi menurut McCullough dkk, yang berisi tiga dimensi yaitu avoidance
25
motivations, revenge motivations, dan benevolence motivations. Peneliti
Berikut ini dijelaskan secara lebih rinci beberapa faktor yang berpengaruh
terhadap forgiveness yang dikemukakan oleh McCullough dkk (1998, dalam Tri &
(1) Empati
pengalaman orang lain. Kemampuan untuk empati ini erat kaitannya dengan
yang menyakiti. Ketika pelaku meminta maaf kepada pihak yang disakiti
maka hal itu bisa membuat korban lebih berempati dan kemudian termotivasi
untuk memaafkannya.
Faktor ini berkaitan dengan persepsi dari kadar penderitaan yang dialami oleh
26
bermakna dalam hidupnya. Misalnya, seseorang akan sulit untuk memaafkan
perilaku orang lain yang tiba-tiba menyelinap antrian. Girard dkk (dalam Tri
suatu kejadian, maka akan semakin sulit bagi seseorang untuk memaafkan.
jujur, dermawan, sopan dan fleksibel juga cenderung menjadi empatik dan
Berdasarkan penelitian yang ada, Nelson dkk (dalam Worthington dkk, 1998)
komitmen yang tinggi pada relasi mereka. Ada empat alasan mengapa
27
dasarnya mempunyai motivasi yang tinggi untuk menjaga hubungan. Kedua,
dalam hubungan yang erat ada orientasi jangka panjang dalam menlain
(5) Religiusitas
kegiatan kelompok agama yang bersifat tradisional seperti sharing dan doa
28
dari 10 item. Item-item dalam alat ukur ini sesuai dengan dua komponen forgiveness
item. Alat tes ini mengukur tingkat forgiveness berdasarkan dua sub skala yakni
(revenge). Ketiga, The Heartland Forgiveness Scale (HFC). Tediri dari 18 item.
Alat tes ini membahas mengenai laporan diri yang mengukur forgiveness
Maka dari beberapa alat ukur yang dikemukakan, peneliti menggunakan alat
2.2 Kepribadian
yang terdiri dari pola-pola pikiran, perasaan dan perilaku yang konsisten. Definisi
tersebut memiliki arti yang cukup luas yang membolehkan kita untuk fokus pada
banyak aspek yang berbeda pada setiap orang. Pada waktu yang bersamaan, hal
tersebut menganjurkan kita untuk konsisten pada pola tingkah laku dan kualitas
29
Menurut Koentjaraningrat kepribadian adalah susunan unsur-unsur akal dan
jiwa yang menentukan perbedaan tingkah laku atau tindakan dari tiap-tiap individu
(http://www.e-dukasi.net).
dalam dunia tidak sadar dan keyakinan bahwa manusia termotivasi oleh dorongan-
dorongan utama yang belum atau tidak mereka sadari. Freud mengidentifikasikan
tiga angkatan dalam kehidupan mental, yaitu alam tidak sadar, alam bawah sadar,
dan kesadaran. Maka, kepribadian merupakan integrasi dari id, ego, dan superego
(Chaplin, 1999).
dinamis dalam individu sebagai sistem psikofisis yang menentukan caranya yang
melainkan tentang Psyche. Menurut Jung (dalam Sumadi, 2006) psyche adalah
totalitas segala peristiwa psikis baik yang disadari maupun yang tidak disadari.
Kepribadian yang dijelaskan oleh Jung dalam bentuk psyche adalah integrasi dari
Maka kepribadian adalah mengenai berbagai hal atau segala aktivitas dari
individu, yang mewakili atau memperlihatkan karakteristik asli dari individu baik
30
2.2.2 Stuktur kepribadian
Menurut Jung (dalam Sumadi, 2006) jiwa manusia terdiri dari dua alam,
yaitu:
dunia luar
1) Struktur kesadaran
Kesadaran mempunyai dua komponen pokok, yaitu fungsi jiwa dan sikap
dalam dunianya.
a. Fungsi jiwa
Suatu bentuk aktivitas kejiwaan yang secara teori tiada berubah dalam
b. Sikap jiwa
Arah daripada energi psikis umum atau libido yang menjelma dalam
c. Tipologi jung
31
Tabel 2.1
Tipologi Jung
Jiwa
(1) Introversi adalah aliran energi psikis ke arah dalam yang memiliki
dalam diri mereka, dengan semua bias, fantasi, mimpi, dan persepsi yang
bersifat individu. Orang-orang ini akan menerima dunia luar dengan sangat
selektif dan dengan pandangan subjektif mereka, Jung, (dalam Feist, 2010).
Orang yang introvers dipengaruhi oleh dunia subyektif yaitu dunia di dalam
32
tindakannya terutama ditentukan oleh faktor-faktor subyektif. Penyesuaian
dengan dunia luar pada tipe introvers ini kurang baik, sebaliknya mempunyai
(2) Ekstraversi adalah sebuah sikap yang menjelaskan aliran psikis ke arah
luar sehingga orang yang bersangkutan akan memiliki orientasi objektif dan
menjauh dari subjektif. Ektrover akan lebih mudah untuk dipengaruhi oleh
untuk berfokus pada sikap objektif dan menekan sisi subjektifnya (dalam
Orang yang ekstravers dipengaruhi oleh dunia obyektif yaitu dunia di luar
extrovert sangat bergantung pada pemikiran yang nyata, tetapi mereka juga
33
terhadap suatu kejadian lebih diwarnai oleh pemaknaan internal yang mereka
bawa dalam dirinya sendiri dibanding dengan fakta objektif yang ada.
Intuisi (intuition) meliputi persepsi yang berada jauh di luar sistem kesadaran.
34
d. Persona
Cara individu dengan sadar menampakkan diri ke luar (ke dunia sekitarnya).
seharusnyaorang berbuat.
2. Struktur ketidaksadaran
ketidaksadaran kolektif.
a. Ketidaksadaran Pribadi
selama hidupnya.
b. Ketidaksadaran kolektif
jiwa seluruhnya, yaitu pertumbuhan jiwa seluruh jenis manusia, melalui generasi
yang terdahulu.
Ekstraversi adalah sebuah sikap yang menjelaskan aliran psikis ke arah luar
sehingga orang yang bersangkutan akan memiliki orientasi objektif dan menjauh dari
dibanding oleh kondisi dirinya sendiri. Mereka cenderung untuk berfokus pada sikap
Introversi adalah aliran energi psikis ke arah dalam yang memiliki orientasi
subjektif. Introvert memiliki pemahaman yang baik terhadap dunia dalam diri
35
mereka, dengan semua bias, fantasi, mimpi, dan persepsi yang bersifat individu.
Orang-orang ini akan menerima dunia luar dengan sangat selektif dan dengan
berlawanan yang dapat digambarkan oleh MBTI. MBTI mengacu pada teori Carl
Gustav Jung tentang struktur kepribadian (psyche). Teori ini mengatakan bahwa
Ekstrovert dalam MBTI diartikan sebagai tipe pribadi yang suka bergaul,
menyenangi interaksi sosial dengan orang lain dan berfokus pada the world outside
the self. Sebaliknya tipe introvert dalam MBTI diartikan sebagai mereka yang senang
menyendiri, reflektif, dan tidak begitu suka bergaul dengan banyak orang. Orang
introvert lebih suka mengerjakan aktivitas yang tidak banyak menuntut interaksi
yaitu Myers Briggs Type Indicator (MBTI). Myers Briggs Type Indicator (MBTI)
adalah suatu alat tes psikologi yang diciptakan atau dikembangkan oleh Isabel Myers
dan KatharineBriggs yang mengacu pada teori Carl Gustav Jung tentang struktur
36
kepribadian (psyche). Alat ukur ini mengukur ekstrovert, sensing, introvert, dan
judging pada setiap individu, hanya saja dalam penelitian ini hanya mengukur
ekstrovert dan introvert dari diri individu. Alat ukur ini digunakan karena sesuai
dengan teori yang peneliti gunakan dalam penelitian ini, selain MBTI sudah pernah
alat ukur kepribadian Myers Briggs Type Indicator (MBTI). Skala extrovert dan
antara dua orang atau lebih yang mendalam bertujuan memudahkan proses dalam
suatu hubungan antara satu dengan yang lain (Pierce dkk., 1997).
Pierce dkk (1997) juga menyatakan bahwa kualitas hubungan ialah suatu
hubungan intim antara satu individu dengan individu lain yang dibina untuk menuju
ke arah hubungan yang lebih baik, merupakan salah satu kebutuhan pada usia dewasa
muda.
sebuah interaksi yang mendalam yang dilakukan individu dalam hubungannya dilihat
37
2.3.1 Dimensi-dimensi kualitas hubungan
1) Komitmen (commitment)
seseorang dapat terus setia terhadap pasangannya. Selain itu, dikatakan bahwa
pasangannya.
2) Kepercayaan (trust)
perasaan tentram pada diri sendiri. Bird dan Melville (1994, p 227)
dalam berbagai perasaan dan impian. Adapun kepercayaan yang tidak dibina
38
dengan baik dapat menimbulkan kecurigaan, kecemburuan, ketidakjujuran, dan
salah persepsi.
3) Keintiman (intimacy)
dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu keintiman melalui interaksi secara fisik
Mietzner & Lin (2005) ditandai dengan kualitas kedekatan seseorang terhadap
pasangan.
dan komunikasi bersama pasangan. Hal ini ditandai dengan seberapa banyak
Swensen, 1995).
39
1) Adanya pengalaman atau sejarah yang dilalui bersama sehingga hal ini
sebagai pengukur kualitas hubungan individu dengan pelaku. Alat ukur yang
digunakan dalam penelitian ini adalah berupa skala berisi item-item yang dibuat oleh
peneliti berdasarkan dimensi yang ada. Dimensi yang ada sebanyak 4 dimensi yaitu,
40
2.4 Religiusitas
berasal dari kata religi dalam bahasa latin "religio" yang akar katanya adalah religure
yang berarti mengikat. Ini mengandung makna bahwa religi atau agama pada
Menurut Thouless (1995) religius adalah sikap atau cara penyesuaian diri
terhadap dunia yang mencakup acuan yang menunjukan lingkungan yang lebih luas
dari pada lingkungan dunia fisik yang terkait ruang dan waktu.
religiusitas menunjuk pada aspek religi yang telah dihayati oleh seseorang dalam
hati. Pendapat tersebut senada dengan Dister (dalam Risnawati dan Gufron, 2010)
menjalankan ajaran agama secara benar dan baik dengan landasan keimanan dan
ketakwaan.
Agama adalah sebuah sistem yang berdimesi banyak. Glock & Stark (dalam
Ancok, 2001) mendefinisikan agama adalah sistem simbol, sistem keyakinan, sistem
nilai dan sistem perilaku yang terlembagakan dan semuanya berpusat pada persoalan
41
yang dihayati sebagai yang paling maknawi (ultimate meaning). Menurut Glock and
Stark (1974) ada lima macam dimensi keberagamaan, yaitu dimensi keyakinan,
Nashori (1997, dalam Risnawati & Gufron, 2010) menjelaskan bahwa orang
religius akan mencoba selalu patuh terhadap ajaran-ajaran agamanya, selalu berusaha
religiusitas, yaitu apa yang diyakini seseorang sebagai kebenaran religius, apa yang
melibatkan emosi atau pengalaman sadar mereka dalam agama yang dianut, apa yang
diketahui tentang keyakinan mereka, dan bagaimana tingkah laku sehari-hari mereka
dipengaruhi agama.
Menurut Glock & Stark (Robertson, 1988, dalam Ancok & Suroso, 2004)
42
1) Dimensi keyakinan
dimana para penganut diharap untuk taat. Walaupun demikian, isi dan ruang
dianutnya. Praktek-praktek keagamaan ini terdiri dari dua hal yang penting
dikatakan bahwa seseorang yang beragama baik pada suatu saat akan mencapai
43
4) Dimensi pengetahuan keagamaan
itu, kita perlu suatu ketegasan secara komunal yang dapat diambil dari salah
satu hukum agama yang tertulis yang terdapat di dalam kitab agama masing-
bermasyarakat.
1) Faktor sosial
dari pendidikan yang diterima pada masa kanak-kanak, berbagai pendapat dan
diterima oleh individu dari masa lampau. karena tidak seorang pun diantara
44
tiap individu yang dapat mengembangkan sikap-sikap keagamaan yang
Terdiri dari pengalaman mengenai dunia nyata, konflik moral dan mengenai
agama.
4) Faktor emosional
hanya terpengaruh oleh persepsi seremonial yang bersifat visual dan ada
dorongan untuk taat kepada ajaran agama yang dipeluknya dan berperilaku
45
baik dengan sesama manusi, dan nilai emosi keagamaan itu harus dinilai dari
5) Faktor-faktor yang seluruhnya atau sebagian timbul dari kebutuhan yang tidak
terpenuhi terutama kebutuhan terhadap keamanan, cinta kasih, harga diri, dan
ancaman kematian.
6) Faktor intelektual
alat untuk membedakan antara yang benar dan yang salah merupakan
tetapi keduanya akan lebih kuat dengan diiringi menggunakan intelektual atau
secara rasional.
Alat ukur yang digunakan berupa kuesioner yang merupakan penjabaran dari
dimensi-dimensi teori Glock & Stark. Pengumpulan data dilakukan dengan metode
pengetahuan, dan konsekuensi. Dari keseluruhan item yang ada dilakukan pemilihan
item-item yang tepat sesuai sampel penelitian dan digunakan 66 item pada penelitian
ini.
46
2.5 Kerangka Berfikir
Dalam menjalani hidup, setiap orang tidak akan pernah terlepas dari
masalah, baik itu permasalahan pribadi maupun masalah sosial yang dapat
dengan ragam latar belakang memunculkan perasaan negatif yaitu tidak suka, tidak
terima, dan atau rasa permusuhan. Jalan keluar yang baik untuk menghilangkan
membalas dendam, dan bertambahnya dorongan dari diri untuk membina hubungan
kembali.
Tipe kepribadian disini ialah tipe ekstrovert dan tipe introvert. Pada individu
yang introvers dipengaruhi oleh dunia subyektif yaitu dunia di dalam dirinya sendiri.
ditentukan oleh faktor-faktor subyektif. Penyesuaian dengan dunia luar pada tipe
introvers ini kurang baik, sebaliknya mempunyai penyesuaian yang baik dengan
dirinya sendiri. Sedangkan, individu yang ekstravers dipengaruhi oleh dunia obyektif
yaitu dunia di luar dirinya. Orientasi utama tertuju keluar; pikiran, perasaan, serta
pada pelaku yang telah menyakiti dirinya. Sebelumnya telah diadakan penelitian oleh
47
Wang (2008) telah melakukan penelitian antara tipe kepribadian dan forgiveness.
Akan tetapi tipe kepribadian yang diteliti disini mengenai kepribadian big five
dengan forgiveness dalam dua jurnal penelitian, yang hasilnya pertama menyatakan
positif pada agreeableness dan signifikansi negatif pada neuroticism, dan tidak
diketahui bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara kepribadian big five
dengan forgiveness. Kemudian, McCullough dkk (2001) mengatakan bahwa ciri dari
dapat dengan kuat menjadi pemicu bagi seorang individu yaitu korban untuk dapat
melakukan forgiveness pada pelaku yang menyakiti. Maka, dapat diketahui dengan
yang menentukan.
Berdasarkan penelitian yang ada dari Nelson dkk (dalam Worthington dkk,
48
Religiusitas adalah perwujudan individu penganut agama dalam meyakini,
sehari-hari. Di dalam religiusitas terdapat beberapa dimensi yang akan diteliti juga
dalam penelitian ini, yaitu dimensi-dimensi menurut Glock & Stark, terdiri dari lima
dimana orang yang religius berpegang teguh pada pandangan teologis tertentu, dan
mencakup perilaku pemujaan, ketaatan, dan hal-hal yang dilakukan orang untuk
seseorang yang beragama baik pada suatu saat akan mencapai pengetahuan sebjektif
dan langsung mengenai kenyataan bahwa seseorang akan mencapai suatu kontak
kepada harapan bahwa orang-orang yang beragama paling tidak memiliki minimal
Selain itu, terdapat background individu yaitu, usia pernikahan yang dapat
49
Dalam penelitian lainnya yang mendukung usia pernikahan yaitu penelitian
mengenai kualitas hubungan suami dan istri, Fincham dkk (2009) memperlihatkan
keuntungan dengan timbulnya kesejahteraan suatu hubungan, hal ini diperkuat oleh
kenyataan yaitu rata-rata suami istri yang mementingkan, mencoba, dan menyetujui
forgiveness terjadi pada usia yang pernikahannya lebih lama, dan dengan melakukan
seseorang dalam melakukan forgiveness pada situasi normal yang dapat terjadi pada
siapapun. Selanjutnya, peneliti ingin meneliti apakah faktor tipe kepribadian, kualitas
hubungan, dan lima dimensi religiusitas serta usia pernikahan memiliki pengaruh
terhadap forgiveness dan faktor mana yang memiliki pengaruh paling besar yang
memunculkan forgiveness pada istri korban kekerasan dalam rumah tangga (KDRT)
di LBH APIK. Jika di gambarkan maka akan menjadi seperti pada gambar 2.1.
50
Gambar 2.1
Ekstrovert
Tipe Kepribadian
Introvert
Kualitas Hubungan
Keyakinan Forgiveness
Religiusitas
Praktek Agama
Pengalaman
Pengetahuan
Konsekuensi
Usia Pernikahan
51
2.6 Hipotesis
skor pada independent variable yang ditetapkan dalam penelitian ini yaitu tipe
rumah tangga
52
Pengalaman agama berpengaruh signifikan terhadap forgiveness pada
analisis statistik, maka hipotesis tersebut diubah menjadi hipotesis nihil, yang
korban kekerasan dalam rumah tangga”. Dengan demikian hipotesis nihil inilah
yang akan diujikan apakah ditolak atau diterima secara statistik (signifikan).
53
BAB 3
METODE PENELITIAN
Dalam bab tiga ini akan dibahas tentang populasi dan sampel, serta teknik
pengambilan sampelnya dan alasan mengapa cara seperti itu ang digunakan.
Kemudian akan dibahas variabel yang dijadikan variabel penelitian, serta definisi
operasionalnya.
data, serta analisis data yang digunakan untuk menemukan jawaban atas pertanyaan
hipotesis penelitian.
Dalam penelitian ini yang dijadikan populasi adalah wanita yaitu istri korban
kekerasan dalam rumah tangga (KDRT), berusia 20-60 tahun yang dalam status
menikah dan belum pernah bercerai, pada usia pernikahan maksimal 25 tahun, dan
150 orang. Pengambilan sampel pada penelitian ini bersifat nonprobablity sampling
yang berarti tidak semua anggota populasi memiliki kesempatan yang sama untuk
Adapun variabel penelitian yang akan diteliti dalam penelitian ini yaitu:
1. Forgiveness
54
2. Tipe kepribadian Ekstrovert
4. Kualitas hubungan
5. Religiusitas keyakinan
diri untuk membina hubungan kembali. Skor yang diukur ialah tingkat
forgiveness berdasarkan dua sub skala yakni rendahnya tingkat menghindari dan
dunia di dalam dirinya sendiri dan tipe ekstrovert dipengaruhi oleh dunia
obyektif yaitu dunia di luar dirinya. Skor yang diukur ialah ektrovert dan
55
introvet. Individu akan digolongkan ke dalam tipe dominan berdasarkan skor
tipe yang paling menonjol pada dirinya dibandingkan skor pada tipe lainnya.
dilihat dari dimensi-dimensi yang menentukan. Skor yang diukur ialah dimensi
instrumen. Jawaban dari setiap instrumen ini memiliki gradasi dari tertinggi (sangat
positif) sampai terendah (sangat negatif). Intense diukur melalui satu item dengan 4
kategori jawaban, yaitu “Sangat Setuju” (SS), “Setuju” (S), “Tidak Setuju” (TS),
“Sangat Tidak Setuju” (STS). Hal ini dilakukan untuk menghindari terjadinya
pemusatan (central tendency) atau menghindari jumlah respon yang bersifat netral.
Model ini terdiri dari pernyataan positif (favourable) dan pernyataan negatif
56
pernyataan tertinggi untuk pernyataan unfavorable diberikan pada pilihan jawaban
sangat tidak setuju dan skor terendah diberikan untuk pilihan sangat setuju. Skor-
skor tersebut dihitung dengan dua cara yaitu melalui item favorable dan unfavorable,
Instrumen pengumpulan data dalam penelitian ini terdiri dari empat alat ukur.
Dalam penelitian ini bentuk alat ukur yang digunakan peneliti diadaptasi dari
alat ukur kepribadian Myers Briggs Type Indicator (MBTI). Peneliti hanya
extrovert dan introvert ini disajikan dalam bentuk item-item pernyataan yang
dapat diisi sendiri tanpa bantuan wawancara, skala ini terdiri dari 18 item.
Tabel 3.1
18
Jumlah 18
57
b) Skala kualitas hubungan
Untuk mengukur kualitas hubungan individu dengan pelaku, alat ukur yang
digunakan dalam penelitian ini adalah berupa skala berisi item-item yang
Tabel 3.2
Favorable Unfavorable
Komitmen 1, 2, 3, 5, 18 8, 17 7
24, 26
Jumlah 26
c) Skala religiusitas
penelitian ini adalah berupa skala berisi item-item yang telah diterjemahkan ke
dalam bahasa Indonesia dan telah dimodifikasi, diadaptasi dari Glock & Stark.
58
Tabel 3.3
Favorable Unfavorable
Mukjizat 4, 46 - 2
Kehidupan setelah 47 5 2
kematian
Syarat-syarat untuk - 6 1
keselamatan
(kepercayaan)
Syarat-syarat untuk - 51 1
keselamatan
(aktivitas ritual)
Syarat-syarat untuk 8, 9, 10 - 3
keselamatan
(pekerjaan)
Kepercayaan yang 52 53 2
salah
59
Pelanggaran - 54 1
benar
Tidakan-tindakan 13 14 2
yang salah
Kepastian dan 15 - 1
kepercayaan
mengenai keyakinan
Agama keagamaan
Mengikuti siraman 17 59 2
rohani di media
elektronik
Keikutsertaan dalam 20 18 2
organisasi agama
Pentingnya 60 58 2
mengikuti kegiatan
keagamaan
60
Frekuensi ibadah 22 64 2
Frekuensi berdoa 23 30 2
Berdoa untuk 24 7 2
keberkahan
berdoa
Pengalaman Memperkuat 31 62 2
pengalaman
responsive
Pengalaman godaan 56 33 2
ajaran agama
kitab suci
Konsekuensi Sabar 37 38 2
61
Jujur 39 12, 40 3
Ikhlas - 11 1
Bekerja sama 42 - 1
Jumlah 66
d) Skala forgiveness
Untuk mengukur forgiveness dari individu alat ukur yang digunakan dalam
Forgiveness Scale (MOFS). Skala tersebut terdiri dari dua sub skala, yaitu
orang yang menyakiti. Empat item sub skala benevolence mengukur tingkat
sikap ke arah positif dari korban yang disakiti. Adapun kuesionernya terlampir
Tabel 3.4
Resentment-Avoidance 1, 3, 4, 6, 7, 8 6
Benevolence 2, 5, 9, 10 4
Jumlah 10
62
3.5 Pengujian Validitas Konstruk
tersebut. Oleh karena itu, digunakan CFA (Confirmatory factor Analysis) untuk
1. Bahwa ada sebuah konsep atau trait berupa kemampuan yang didefinisikan
terhadap faktor ini dilakukan melalui analisis terhadap respon atas item-
itemnya.
2. Diteorikan setiap item hanya mengukur satu faktor saja, begitupun juga tiap
subtes hanya mengukur satu faktor juga. Artinya baik item maupun subtes
bersifat unidimensional.
matriks dari data empiris, yang disebut matriks S. Jika teori tersebut benar
4. Pernyataan tersebut dijadikan hipotesis nihil yang kemudian diuji dengan chi
square. Jika hasil chi square tidak signifikan p>0.05, maka hipotesis nihil
63
tersebut “tidak ditolak”. Artinya teori unidimensionalitas tersebut dapat
diterima bahwa item ataupun sub tes instrumen hanya mengukur satu faktor
saja.
5. Jika model fit, maka langkah selanjutnya menguji apakah item signifikan atau
tidak mengukur apa yang hendak diukur, dengan menggunakan t-test. Jika
hasil t-test tidak signifikan maka item tersebut tidak signifikan dalam
mengukur apa yang hendak diukur, bila perlu item yang demikian didrop dan
sebaliknya.
6. Terakhir, apabila dari hasil CFA terdapat item yang koefisien muatan
faktornya negatif, maka item tersebut harus didrop. Sebab hal ini tidak sesuai
Adapun pengujian analisis CFA seperti ini dilakukan dengan software LISREL 8.30
benar hanya mengukur forgiveness. Dari hasil analisis CFA yang dilakukan dengan
model satu faktor, ternyata tidak fit, dengan Chi – Square = 312,74 , df = 35 , P-value
= 0.00000 , RMSEA = 0.231. Oleh sebab itu, peneliti melakukan modifikasi terhadap
satu sama lainnya, maka diperoleh model fit seperti pada gambar 3.1 dibawah ini:
Gambar 3. 1
64
Analisis Konfirmatorik dari Faktor Variabel Forgiveness
Dari gambar 3.1, nilai Chi – Square menghasilkan P-value > 0.05 (tidak
signifikan), yang artinya model dengan satu faktor dapat diterima, bahwa seluruh
mengukur faktor yang hendak diukur, sekaligus menentukan apakah item tersebut
perlu di drop atau tidak. Maka dilakukan pengujian hipotesis nihil tentang koefisien
muatan faktor dari item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap
65
Tabel 3.5
Dari tabel diatas, hanya nilai t bagi koefisien muatan faktor dari item nomor 6
yang tidak signifikan, sedangkan koefisien muatan faktor item lainnya signifikan.
Selanjutnya melihat muatan faktor dari item, apakah ada yang bermuatan negatif,
maka diketahui tidak terdapat item yang muatan faktor nya negatif.
66
Tabel 3.6
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 1
2 1
3 V 1
4 V 1
5 V 1
6 V 1
7 V 1
8 V V V 1
9 V 1
10 V V V 1
Dari tabel 3.6 diatas, menunjukkan korelasi kesalahan dari faktor forgiveness.
Diketahui hampir keseluruhan item saling berkorelasi, hanya item nomor 2 yang
tidak berkorelasi dan ini sangat baik. Pada model pengukuran ini terdapat beberapa
bahwa item – item tersebut bersifat multidimensional pada dirinya masing – masing,
dan tidak hanya mengukur apa yang seharusnya diukur, akan tetapi totalnya tidak
lebih dari tiga yang berkorelasi. Dengan demikian secara keseluruhan item yang akan
67
didrop adalah item nomor 6, sebab tidak signifikan, yang artinya item tersebut tidak
Langkah terakhir yaitu item – item forgiveness yang tidak didrop dihitung
skor faktornya. Skor faktornya dihitung untuk menghindari estimasi bias dari
kesalahan pengukuran. Jadi penghitungan skor faktor ini tidak menjumlahkan item –
item variabel seperti pada umumnya, tetapi dihitung true score pada tiap skala. Skor
faktor yang dianalisis adalah skor faktor yang bermuatan positif dan signifikan
Setelah didapatkan skor faktor yang telah dirubah menjadi T score, nilai baku
inilah yang akan dianalisis dalam uji hipotesis korelasi dan regresi. Perlu dicatat,
bahwa hal yang sama juga berlaku untuk semua variabel pada penelitian ini.
1. Ekstrovert
artinya benar hanya mengukur tipe kepribadian ekstrovert. Dari hasil analisis CFA
yang dilakukan dengan model satu faktor, ternyata tidak fit, dengan Chi – Square =
item dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya, maka diperoleh model fit dengan Chi
68
menghasilkan P-value > 0.05 (tidak signifikan), yang artinya model dengan satu
faktor (unidimensional) bahwa seluruh item mengukur satu faktor saja yaitu tipe
kepribadian ekstrovert.
yang hendak diukur, sekaligus menentukan apakah item tersebut perlu di drop atau
tidak. Maka dilakukan pengujian hipotesis nihil tentang koefisien muatan faktor dari
item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap koefisien muatan
Tabel 3.7
1 0. 09 0.09 1.10 X
69
Pada tabel diatas, hanya nilai t bagi koefisien muatan faktor dari item nomor
1 dan 4 yang tidak signifikan, sedangkan koefisien muatan faktor item lainnya
signifikan. Selanjutnya melihat muatan faktor dari item, apakah ada yang bermuatan
negative, maka diketahui terdapat item yang muatan faktor nya negatif yaitu dari
item nomor 8. Pada model pengukuran ini terdapat kesalahan pengukuran item yang
saling berkorelasi. Sehingga dapat disimpulkan bahwa item – item tersebut bersifat
multidimensional pada dirinya masing – masing, dan tidak hanya mengukur apa yang
seharusnya diukur. Pada pengujian ini, didapatkan bahwa korelasi kesalahan item
dari tipe kepribadian ekstrovert cukup banyak, hampir seluruh item saling
berkorelasi.
Dengan demikian secara keseluruhan item yang di drop adalah item nomor 1,
4, 8, meskipun memiliki nilai t > 1,96 , item tersebut tetap akan didrop, sebab sifat
koefisien pada item tersebut bermuatan negatif dan tidak signifikan. Artinya, item
2. Introvert
artinya benar hanya mengukur tipe kepribadian introvert. Dari hasil analisis CFA
yang dilakukan dengan model satu faktor, ternyata tidak fit, dengan Chi – Square =
item dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya, maka diperoleh model fit dengan Chi
70
menghasilkan P-value > 0.05 (tidak signifikan), yang artinya model dengan satu
faktor (unidimensional) bahwa seluruh item mengukur satu faktor saja yaitu tipe
kepribadian introvert.
yang hendak diukur. Pada tahap ini yang diuji adalah hipotesis nihil tentang koefisien
muatan faktor pada item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t dari setiap
koefisien muatan faktor dari item, seperti pada tabel 3.8 berikut.
Tabel 3.8
71
Dari tabel diatas dapat kita lihat bahwa nilai t bagi koefisien muatan faktor
dari item nomor 1, 2, 4, 8 tidak signifikan. Dapat dilihat pula bahwa ternyata terdapat
item yang muatan faktor nya negatif yaitu pada item nomor 8. Pada pengujian ini,
didapatkan bahwa korelasi kesalahan item dari faktor tipe kepribadian introvert
secara keseluruhan hampir tidak berkorelasi satu sama lain, hanya item nomor 5 dan
keseluruhan terdapat item yang di drop, yaitu item nomor 1, 2, 4, 8. Yang artinya
item-item tersebut tidak akan ikut dianalisis dalam perhitungan skor faktor.
faktor yaitu kualitas hubungan. Dari hasil awas analisis CFA yang dilakukan, model
satu faktor tidak fit, dengan Chi – Square = 1517.71 , df = 299 , P-value = 0.00000 ,
RMSEA = 0.165. Oleh karena itu, peneliti melakukan modifikasi terhadap model,
dimana kesalahan pengukuran pada item dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya,
maka diperoleh model fit, dengan Chi – Square = 213.43 , df = 182 , P-value =
0.05530 , RMSEA = 0.034. Nilai Chi – Square menghasilkan P-value > 0.05 (tidak
signifikan), yang artinya model dengan satu faktor (unidimensional) dapat diterima,
bahwa seluruh item mengukur satu faktor saja yaitu kualitas hubungan.
mengukur faktor yang hendak diukur. Dalam hal ini yang diuji adalah hipotesis nihil
tentang koefisien muatan faktor item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t
bagi setiap koefisien muatan faktor, seperti pada tabel 3.9 berikut.
72
Tabel 3.9
73
Tabel 3.9 Lanjutan
17 0.46 0.08 5. 96 V
Dari tabel di atas dapat dilihat koefisien muatan faktor dari item nomor 12
tidak signifikan, sedangkan sisanya signifikan. Dapat dilihat pula pada kolom
koefisien terdapat item yang muatan faktornya negatif yaitu dari item nomor 6 dan
16. Kemudian pada model pengukuran ini terdapat kesalahan pengukuran item yang
74
saling berkorelasi, sehingga dapat disimpulkan sebenarnya item – item tersebut
ini banyak sekali kesalahan pengukuran saling berkorelasi satu sama lain, yaitu item
nomor 5, 11, 12, 14, 15, 18, 19, 20, 22, 23, 24, 25, 26. Dengan demikian, dapat
yang akan di drop adalah item nomor 5, 6, 11, 12, 14, 15, 16, 18, 19, 20, 22, 23, 24,
25, 26 yang artinya item-item tersebut tidak akan ikut dianalisis dalam perhitungan
skor faktor.
1. Keyakinan
faktor yaitu religiusitas keyakinan. Dari hasil awal analisis CFA yang dilakukan,
model satu faktor tidak fit, dengan Chi – Square = 753.00, df = 209 , P-value =
0.0000 , RMSEA = 0.132. Oleh karena itu, peneliti melakukan modifikasi terhadap
model, dimana kesalahan pengukuran pada item dibebaskan berkorelasi satu sama
lainnya, maka diperoleh model fit, dengan Chi – Square = 173.25, df = 146 , P-value
= 0.06133 , RMSEA = 0.035. Nilai Chi – Square menghasilkan P-value > 0.05 (tidak
signifikan), yang artinya model dengan satu faktor (unidimensional) dapat diterima,
bahwa seluruh item mengukur satu faktor saja yaitu religiusitas keyakinan.
mengukur faktor yang hendak diukur. Dalam hal ini yang diuji adalah hipotesis nihil
75
tentang koefisien muatan faktor item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t
bagi setiap koefisien muatan faktor, seperti pada tabel 3.10 berikut.
Tabel 3.10
76
Tabel 3.10 Lanjutan
Dari tabel di atas dapat dilihat koefisien muatan faktor dari item mana
sajakah yang signifikan. Diketahui item nomor 4, 8, 12, 17 yang tidak signifikan
sedangkan sisanya signifikan. Selanjutnya melihat muatan faktor dari item, apakah
ada yang bermuatan negatif. Dari tabel 3.10 pada kolom koefisien terdapat item yang
muatan faktor nya negatif yaitu nomor 12 dan 22. Pada model pengukuran ini
item tersebut tidak hanya mengukur apa yang hendak diukur. Namun sayangnya,
dalam model pengukuran ini banyak sekali kesalahan pengukuran yang saling
berkorelasi satu sama lain, yaitu item nomor 13, 14, 15, 18, 19, 21, 22. Dengan
demikian secara keseluruhan item yang akan di drop adalah item nomor 4, 8, 12, 13,
77
14, 15, 17, 18, 19, 21, 22 , yang artinya item-item tersebut tidak akan ikut dianalisis
2. Praktek agama
mengukur hanya satu faktor yaitu religiusitas praktek agama. Dari hasil awas analisis
CFA yang dilakukan, model satu faktor tidak fit, dengan Chi – Square = 1225.02, df
= 275 , P-value = 0.00000 , RMSEA = 0.152. Oleh karena itu, peneliti melakukan
berkorelasi satu sama lainnya, maka diperoleh model fit, dengan Chi – Square =
menghasilkan P-value > 0.05 (tidak signifikan), yang artinya model dengan satu
faktor (unidimensional) dapat diterima, bahwa seluruh item mengukur satu faktor
mengukur faktor yang hendak diukur. Dalam hal ini yang diuji adalah hipotesis nihil
tentang koefisien muatan faktor item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t
bagi setiap koefisien muatan faktor, seperti pada tabel 3.11 berikut.
78
Tabel 3.11
79
Tabel 3.11 Lanjutan
Dari tabel diatas dapat dilihat koefisien muatan faktor dari item nomor 3, 5, 6,
koefisien muatan faktor item yang bernilai negatif yaitu item nomor 7, 8, 12, 18, 23.
Kemudian pada model pengukuran ini terdapat kesalahan pengukuran item yang
saling berkorelasi satu sama lain, sehingga dapat disimpulkan sebenarnya item – item
tersebut bersifat multidimensional, yaitu item nomor 9, 15, 17, 19, 21, 24. Artinya
pengukuran lainnya maka item tersebut selain mengukur apa yang hendak diukur, ia
juga mengukur hal lain. Dengan demikian secara keseluruhan item yang akan di drop
adalah item nomor 3, 5, 6, 7, 8, 9, 12, 15, 17, 18, 19, 21, 23, 24 yang artinya item-
item tersebut tidak akan ikut dianalisis dalam perhitungan skor faktor.
80
3. Pengalaman Keagamaan
yaitu religiusitas pengalaman keagamaan. Dari hasil awas analisis CFA yang
dilakukan, model satu faktor tidak fit, dengan Chi – Square = 43.47 , df = 14 , P-
value = 0.00007 , RMSEA = 0.19. Oleh karena itu, peneliti melakukan modifikasi
satu sama lainnya, maka diperoleh model fit, dengan Chi – Square = 18.13 , df = 11 ,
P-value = 0.07856 , RMSEA = 0.066. Nilai Chi – Square menghasilkan P-value >
0.05 (tidak signifikan), yang artinya model dengan satu faktor (unidimensional)
dapat diterima, bahwa seluruh item mengukur satu faktor saja yaitu religiusitas
pengalaman keagamaan.
mengukur faktor yang hendak diukur. Dalam hal ini yang diuji adalah hipotesis nihil
tentang koefisien muatan faktor item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t
bagi setiap koefisien muatan faktor, seperti pada tabel 3.12 berikut.
81
Tabel 3.12
Dari tabel di atas dapat dilihat koefisien muatan faktor dari item nomor 5, 6, 7
tidak signifikan, sedangkan sisanya signifikan. Dapat dilihat pula pada kolom
koefisien terdapat item yang muatan faktor nya negatif yaitu nomor 3, 7. Kemudian
pada model pengukuran ini terdapat kesalahan pengukuran item yang saling
keagamaan tidaklah banyak, hanya terdapat dua korelasi. Dengan demikian secara
keseluruhan item yang akan di drop adalah item nomor 3, 5, 6, 7 , yang artinya item-
item tersebut tidak akan ikut dianalisis dalam perhitungan skor faktor.
82
4. Pengetahuan Keagamaan
yaitu religiusitas pengetahuan keagamaan. Dari hasil awas analisis CFA yang
dilakukan, model satu faktor tidak fit, dengan Chi – Square = 53.26 , df = 9 , P-value
satu sama lainnya, maka diperoleh model fit, dengan Chi – Square = 8.28, df = 6 , P-
value = 0.21846 , RMSEA = 0.050. Nilai Chi – Square menghasilkan P-value > 0.05
(tidak signifikan), yang artinya model dengan satu faktor (unidimensional) dapat
diterima, bahwa seluruh item mengukur satu faktor saja yaitu religiusitas
pengetahuan keagamaan.
mengukur faktor yang hendak diukur. Dalam hal ini yang diuji adalah hipotesis nihil
tentang koefisien muatan faktor item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t
bagi setiap koefisien muatan faktor, seperti pada tabel 3.13 berikut.
Tabel 3.13
83
Tabel 3.13 Lanjutan
signifikan. Pada kolom koefisien juga tidak terdapat muatan faktor negatif.
Kemudian pada model pengukuran ini terdapat kesalahan pengukuran item yang
banyak, hanya terdapat satu korelasi. Dengan demikian secara keseluruhan tidak ada
item yang di drop, artinya semua item akan dianalisis dalam perhitungan skor faktor.
5. Konsekuensi Keagamaan
yaitu religiusitas konsekuensi keagamaan. Dari hasil awas analisis CFA yang
dilakukan, model satu faktor tidak fit, dengan Chi – Square = 37.83 , df = 9 , P-value
84
satu sama lainnya, maka diperoleh model fit, dengan Chi – Square = 9.88 , df = 7 ,
P-value = 0.19560 , RMSEA = 0.053. nilai Chi – Square menghasilkan P-value >
0.05 (tidak signifikan), yang artinya model dengan satu faktor (unidimensional)
dapat diterima, bahwa seluruh item mengukur satu faktor saja yaitu religiusitas
konsekuensi keagamaan.
mengukur faktor yang hendak diukur. Dalam hal ini yang diuji adalah hipotesis nihil
tentang koefisien muatan faktor item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t
bagi setiap koefisien muatan faktor, seperti pada tabel 3.14 berikut :
Tabel 3.14
Pada tabel diatas, nilai t bagi koefisien muatan faktor dari item nomor 3 tidak
signifikan. Dapat dilihat pula bahwa keseluruhan item muatan faktor nya positif.
85
Pada model pengukuran ini terdapat kesalahan pengukuran item yang saling
masing-masing dan tidak hanya mengukur apa yang seharusnya diukur. Pada
pengujian ini, didapatkan bahwa korelasi kesalahan tidaklah banyak, hanya terdapat
dua korelasi. Berdasarkan hasil tersebut, maka semua item dari skala forgiveness
hanya satu yang di drop yaitu item nomor 3, dan selanjutnya item-item lainnya dapat
kemudian mengadakan studi pustaka untuk melihat masalah tersebut dari sudut
menyiapkan, membuat dan menyusun alat ukur yang akan digunakan dalam
penelitian ini yaitu alat ukur Tipe Kepribadian yang bernama MBTI (Meyer
Bring Type Indicator), alat ukur Kualitas Hubungan yang berupa kuesioner dari
skala likert, alat ukur Religiusitas yang berupa skala adaptasi dari Glock & Stark,
Forgiveness Scale).
2. Membuat surat izin penelitian kepada pihak fakultas psikologi dan membuat
86
dengan HRD di APIK. Setelah membaca dan meneliti item-item tersebut, HRD
disana menyeleksi item-item yang telah peneliti buat agar korban dapat mengisi
angket secara efisien. Item yang dipilih merupakan item yang mewakli kondisi
4. Setelah item diseleksi oleh HRD APIK, kemudian peneliti diizinkan untuk
menyebarkan angket dengan bantuan pihak APIK agar tidak mengganggu privasi
setiap korban.
maka peneliti mengolah data yang didapat dengan menggunakan teknik statistik
berganda ini digunakan agar dapat menjawab hipotesis nihil yang ada di BAB 2.
sebagai berikut:
87
Dengan penjelasan sebagai berikut:
Y = forgiveness
a = konstan intersepsi
b = koefisien regresi
X3 = kualitas hubungan
X4 = dimensi keyakinan
X6 = dimensi pengalaman
X8 = dimensi konsekuensi
Melalui regresi berganda ini dapat diperoleh nilai R, yaitu koefisien korelasi
yang telah disebutkan tadi ditunjukkan oleh koefisien determinasi berganda atau R2 .
88
Uji R2 diuji untuk membuktikan apakah penambahan varians dari independen
dapat diuji dengan menggunakan uji F, untuk membuktikan hal tersebut dengan
Pembagian disini adalah R2 itu sendiri dengan df nya (yaitu k), ialah jumlah
N - k - 1 dimana N adalah jumlah sampel. Dari hasil uji F yang dilakukan nantinya,
(Pedhazur, 1982). Uji t akan dilakukan sebanyak 5 kali sesuai dengan variabel yang
dianalisis.
89
Dimana b adalah koefisien regresi dan Sb adalah standar deviasi sampling
90
BAB 4
HASIL PENELITIAN
Pada bab empat peneliti akan membahas mengenai hasil penelitian yang telah
dilakukan. Pembahasan tersebut meliputi dua bagian yaitu, analisis deskriptif, dan
Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah 150 wanita berusia 20-60 tahun
yang dalam status menikah atau pernah menikah, pada usia pernikahan maksimal 25
penelitian ini berasal dari usia yang berbeda meskipun masih dalam satu tahap
perkembangan (dewasa), yaitu mulai dari usia 20 tahun sampai dengan 60 tahun.
pernikahan. Subjek dalam penelitian ini berasal dari usia pernikahan yang berbeda,
Tiga kategori usia pernikahan subjek dapat dilihat dalam tabel 4.1 di bawah ini
91
Tabel 4.1
1-5 32 21,3%
6-10 37 24,6%
11-15 27 18%
16-20 11 7,3%
21-25 15 10%
26-30 13 8,6%
Subjek dalam penelitian ini berasal dari tingkat pendidikan yang berbeda, mulai dari
(KDRT) yang terjadi pada istri-istri yang berada di bawah perlindungan LBH APIK
jambakan, tamparan, tonjokkan, dan ketika dilakukan visum telihat bekas kekerasan
tersebut.
92
Berikutnya yang terakhir akan dijelaskan gambaran subjek berdasarkan
Tabel 4.2
Tingkatan Forgiveness
Tinggi 98 65,3%
Sedang 43 28,7%
Rendah 9 6%
Dari tabel 4.2 di atas diketahui bahwa tingkatan forgiveness yang terjadi dan
dilakukan oleh istri korban KDRT terhadap suami dengan jumlah persentase 65,3%.
Pada tahapan ini peneliti menguji hipotesis dengan teknik analisis regresi
berganda dengan menggunakan software SPSS 16. Seperti yang sudah disebutkan
pada bab 3, dalam regresi ada 3 hal yang dilihat, yaitu melihat besaran R square
untuk mengetahui berapa persen (%) varians DV yang dijelaskan oleh IV, kedua
93
apakah secara keseluruhan IV berpengaruh secara signifikan terhadap DV, kemudian
terakhir melihat signifikan atau tidaknya koefisien regresi dari masing – masing IV.
persen (%) varians DV yang dijelaskan oleh IV. Selanjutnya untuk tabel R square,
Tabel 4.3
Tabel Rsquare
Model Summary
Dari tabel diatas dapat kita lihat bahwa perolehan R square sebesar 0.462 atau
46,2%. Artinya proporsi varians dari forgiveness yang dijelaskan oleh semua
variabel terhadap forgiveness. Adapun hasil uji F dapat dilihat pada tabel 4.4 berikut.
94
Tabel 4.4
Tabel Anova
ANOVAb
Pengetahuan, PraktekAgama
Jika melihat kolom ke 6 dari kiri diketahui bahwa (p < 0.05), maka hipotesis
nihil yang menyatakan tidak ada pengaruh yang signifikan dari seluruh independen
variabel terhadap forgiveness ditolak. Artinya, ada pengaruh yang signifikan dari tipe
Jika nilai t > 1,96 maka koefisien regresi tersebut signifikan yang berarti bahwa IV
95
Tabel 4.5
Koefisien Regresi
Coefficientsa
Standardized
0.500kualitashubungan* + 0.130keyakinan +
0.02praktekagama - 0.78pengalaman +
0.003pengetahuan + 0.219konsekuensi*
96
Dari tabel 4.5, untuk melihat signifikan atau tidaknya koefisien regresi yang
dihasilkan, kita cukup melihat nilai sig pada kolom yang paling kanan (kolom ke-6),
jika P < 0.05, maka koefisien regresi yang dihasilkan, signifikan pengaruhnya
terhadap forgiveness dan sebaliknya. Dari hasil diatas hanya koefisien regresi
lainnya tidak. Hal ini berarti bahwa dari 8 hipotesis minor hanya terdapat dua yang
signifikan. Penjelasan dari nilai koefisien regresi yang diperoleh pada masing-masing
0.014 (p > 0.05), yang berarti bahwa variabel tipe kepribadian ekstrovert secara
signifikan secara statistik, termasuk dalam penelitian ini. Menurut peneliti, hal
dipengaruhi oleh dunia obyektif yaitu dunia di luar dirinya sendiri. Seperti yang
telah dijelaskan sebelumnya pada bab kajian teori, tipe kepribadian ekstrovert
97
apa adanya. Akan tetapi dari hasil yang ada diketahui tipe kepribadian ekstrovert
0.118 (p > 0.05), yang berarti bahwa variabel tipe kepribadian introvert secara
walau tidak signifikan secara statistik, termasuk dalam penelitian ini. Menurut
peneliti, hal tersebut dikarenakan tipe kepribadian introvert termasuk orang yang
dipengaruhi oleh dunia subyektif yaitu dunia di dalam dirinya sendiri. Seperti
yang telah dijelaskan sebelumnya pada bab kajian teori, tipe kepribadian
dengan penyesuaian diri yang kurang baik dengan sekitar sehingga dapat
3. Variabel kualitas hubungan : Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0.500 (p <
hubungan maka semakin tinggi pula forgiveness, dan dalam hal ini secara
98
penelitian ini. Menurut peneliti, hal tersebut dikarenakan dalam kualitas
hubungan antar pasangan. Hal tersebut seperti yang telah dijelaskan sebelumnya
pada bab kajian teori pada kualitas hubungan. Semakin tinggi kualitas hubungan
antar pasangan maka semakin tinggi pula keinginan dalam untuk melakukan
(p > 0.05), yang berarti bahwa variabel religiusitas keyakinan secara positif
sebelumnya pada bab kajian teori, ideologis mengarah pada sikap berpegang
taat. Maka dengan menjalani dan menaati sesuai dengan ajaran kepercayaan
99
5. Variabel religiusitas praktek agama: Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar
0.022 (p > 0.05), yang berarti bahwa variabel religiusitas praktek agama secara
responden penelitian yang digunakan ialah responden beragam agama dan dalam
yang besar pengaruhnya. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya pada bab
kajian teori, praktek-praktek keagamaan ini terdiri dari ritual, ketaatan, dan hal-
hal yang dilakukan orang untuk menunjukan komitmennya terhadap agama yang
dianutnya. Semakin tinggi praktek agama yang ditaati atau dilakukan semakin
(p > 0.05), yang berarti bahwa variabel religiusitas pengalaman secara negatif
statistik tidak signifikan. Dari beberapa teori dan penelitian yang ada, peneliti
dengan sikap berfikir panjang dan lebih memaknai hal-hal yang terjadi dalam
100
religiusitas pengalaman yang tinggi tentunya akan berusaha memaknai dengan
0.003 (p > 0.05), yang berarti bahwa variabel religiusitas pengetahuan secara
statistik tidak signifikan. Dari beberapa teori dan penelitian yang ada, peneliti
0.219 (p < 0.05), yang berarti bahwa variabel religiusitas konsekuensi secara
dan secara statistik signifikan. Dari beberapa teori dan penelitian yang ada,
101
dapat mudah melakukan forgiveness karena berdasarkan latar belakang yang
dimiliki.
Pada tabel 4.4 koefisien regresi diatas, dari dua IV yang berpengaruh
signifikan terhadap DV dapat diketahui mana yang memiliki pengaruh lebih besar.
dapat diketahui dengan dua cara, yaitu melihat nilai signifikansinya (p) dan melihat
Standardized coefficients (beta) (Umar, 2011). Maka dari tabel diatas dapat diketahui
berikut:
4.7 kolom pertama adalah IV yang dianalisis secara satu per satu, kolom kedua
merupakan penambahan varians DV dari tiap IV yang dianalisis satu per satu
tersebut, kolom ketiga merupakan nilai murni varians DV dari tiap IV yang
dimasukkan secara satu per satu, kolom keempat adalah nilai F hitung bagi IV yang
bersangkutan, kolom DF adalah derajat bebas bagi IV yang bersangkutan pula, yang
terdiri dari numerator dan denumerator, kolom F tabel adalah kolom mengenai nilai
IV pada tabel F dengan DF yang telah ditentukan sebelumnya, nilai kolom inilah
yang akan dibandingkan dengan kolom nilai F hitung. Apabila nilai F hitung lebih
besar daripada F tabel, maka kolom selanjutnya, yaitu kolom signifikansi yang akan
102
dituliskan signifikan dan sebaliknya. Besarnya proporsi varians pada forgiveness
atau pengaruh dari masing-masing IV, hal ini dilakukan dengan menghitung
Bertambahnya R2 (R2 change) ini dapat dilihat pada tabel 4.6 di bawah ini:
Tabel 4.6
Model Summary
Change Statistics
R Square
Model R Square Change F Change df1 df2 Sig. F Change
Keterangan :
X3 : Kualitas hubungan
103
X4 : Religiusitas Keyakinan
104
5. Variabel religiusitas praktek agama memberikan sumbangan sebesar 1 % dalam
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ada 5 IV, yaitu tipe kepribadian
forgiveness, jika dilihat dari besarnya pertambahan R2 yang dihasilkan setiap kali
IV tersebut dapat dilihat mana yang paling besar memberikan sumbangan terhadap
DV. Hal tersebut dapat diketahui dengan melihat nilai R2 changenya, semakin besar
maka semakin banyak sumbangan yang diberikan terhadap DV (Umar, 2011). Dari
tabel 4.6 diatas diketahui urutan IV yang signifikan memberikan sumbangan dari
yang terbesar hingga yang terkecil ialah tipe kepribadian ekstrovert dengan R2
105
change 0.024, religiusitas keyakinan 0.015, religiusitas konsekuensi keagamaan
dengan R2 change 0.007, tipe kepribadian introvert dengan R2 change 0.001, dan
Salah satu asumsi dalam regresi yang harus dipenuhi agar hasil analisi regresi
dengan metode least square dapat dipercaya adalah bahwa distribusi frekuensi dari
residual mengikuti distribusi normal. Distribusi normal ialah satu cara untuk
garis harapan untuk kurva normal, dapat disimpulkan bahwa persamaan regresi ini
memiliki error atau residual yang distribusinya mengikuti kurva normal. Artinya,
gambar 4.1 “residual plot” untuk variabel forgiveness yang dihasilkan dengan
106
Gambar 4.1
Dari gambar 4.1 dapat dilihat bahwa distribusi dari residual yang dihasilkan
adalah normal. Dengan demikian, uji hipotesis dan penelitian dengan analisis regresi
pengaruh lebih besar terhadap forgiveness. Langkah pertama dalam analisis sub
kelompok adalah mencari median dari potential moderator yaitu usia pernikahan.
Median yang didapatkan adalah 10,5. Hasil 10,5 ini ialah usia pernikahan 10,5 tahun.
107
Tabel 4.7
Descriptives
Median 10.5000
Variance 70.887
Minimum 1.00
Maximum 40.00
Range 39.00
Dari tabel 4.7 diatas, diketahui median yang dihasilkan ialah 10,5. Maka
dengan itu, dibagi menjadi dua kelompok yaitu nilai ≤ 10,5 termasuk ke dalam usia
pernikahan rendah, dan nilai ≥ 10,5 termasuk ke dalam usia pernikahan tinggi.
108
kelompok yang memiliki pengaruh terbesar terhadap forgiveness. Berikut adalah
tabel 4.8 yang berisi koefisien regresi untuk moderator variabel usia pernikahan
Tabel 4.8
Coefficientsa
Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients
Dari tabel 4.8 diatas diketahui satu dari delapan independen variabel yang
korban KDRT. Selanjutnya, pada tabel 4.9 menghitung koefisien regresi pada
109
Tabel 4.9
a
Coefficients
Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients
Dari tabel 4.9 diatas diketahui koefisien regresi kelompok usia pernikahan
tinggi menghasilkan dua independet variabel yang memiliki pengaruh yaitu kualitas
110
rendah dan kelompok usia pernikahan tinggi yang menunjukkan pengaruh yang lebih
besar terhadap forgiveness ialah kelompok usia pernikahan tinggi. Maka, kelompok
usia pernikahan tinggi dengan independen variabel yaitu kualitas hubungan dan
111
BAB 5
Pada bab lima peneliti akan memaparkan lebih lanjut hasil dari penelitian yang telah
dilakukan. Bab ini terdiri dari tiga bagian yaitu kesimpulan, diskusi, dan saran.
5.1 Kesimpulan
religiusitas, dan usia pernikahan terhadap forgiveness pada istri korban KDRT.
112
ekstrovert, tipe kepribadian introvert, kualitas hubungan, religiusitas
dapatkan urutan IV dimulai dari yang paling besar pengaruhnya adalah kualitas
beta = 0.183.
berada pada kelompok usia pernikahan tinggi dengan yaitu kualitas hubungan
5.2 Diskusi
pengaruh yang signifikan terhadap forgiveness dengan nilai koefisien regresi sebesar
0.500 (p < 0.05), yang berarti bahwa variabel kualitas hubungan secara positif
maka semakin tinggi pula forgiveness, dan dalam hal ini secara statistik signifikan
113
positif dengan forgiveness, termasuk dalam penelitian ini. Menurut peneliti, hal
tersebut dikarenakan kualitas hubungan termasuk kedalam faktor yang menjadi latar
belakang keberhasilan maupun kegagalan dalam suatu hubungan antar pasangan. Hal
tersebut seperti yang telah dijelaskan sebelumnya pada bab kajian teori pada kualitas
hubungan. Semakin tinggi kualitas hubungan antar pasangan maka semakin tinggi
pula keinginan dalam untuk melakukan forgiveness terhadap pasangan. Hal ini
dengannya, akan memiliki tingkat forgiveness yang lebih baik atau lebih tinggi
signifikan terhadap forgiveness dengan nilai koefisien regresi sebesar 0.219 (p <
0.05). Pengaruh pada dimensi ini bernilai positif, artinya semakin tinggi religiusitas
konsekuensi semakin tinggi pula forgiveness yang dilakukan. Dari beberapa teori dan
atau hasil dalam keagamaannya yang cenderung terlihat pada akhlak baik yang
dalam penelitian ini yaitu dapat melakukan forgivene. Hasil penelitian ini sejalan
114
forgiveness secara keseluruhan tidak pada masing-masing dimensinya (Gorsuch dan
Hao,1993).
penelitian yang dilakukan para peneliti sebelumnya dirasakan tidak sesuai dengan
harapan peneliti.
Hasil pada penelitian ini tidak sejalan dengan hasil penemuan penelitian terdahulu
asertif, hangat, tidak mementingkan diri, cenderung empatik, dan bersahabat.Hal ini
tidak sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti karena tipe
tinggi seperti sikap asertif yang ada dalam diri subjek atau kecenderungan menekan
sisi subyektif dari diri subjek (perasaan-perasaan pribadi yang dimiliki) dengan
115
cukup tinggi atau berulang-ulang mungkin dapat menjadi alasan dari tidak adanya
buah dimensi yang berpengaruh yaitu dimensi keyakinan yang telah dijelaskan
sebelumnya dengan penelitian yang telah dilakukan peneliti yaitu tidak adanya
(faith) dengan forgiveness. Keyakinan yang kuat dirasakan dapat menjadi alasan
dikarenakan lebih banyak subjek yang tingkat keyakinan atau kepercayaan penganut
dalam ketaatan yang mungkin rendah dan juga kurang dikontrol oleh peneliti.
Selain itu, terdapat ketidaksesuaian lain dari religiusitas yaitu pada dimensi
praktek agama, pengalaman, dan pengetahuan yang didapati tidak memiliki pengaruh
yang signifikan terhadap forgiveness. Hal ini berbeda dengan penelitian sebelumnya
pengaruh terhadap forgivenes. Hal ini mungkin dikarenakan pada penelitian ini
116
subjek yang diteliti dari beragam agama dan menjadi kendala karena tidak dapat
keagamaan dari diri setiap subjek. Dengan demikian mereka akan sulit melakukan
forgiveness.
religiusitas yang tidak signifikan dalam penelitian ini, kemungkinan salah satu
penelitian ini memakai item-item dari skala baku religiusitas Glock & Stark yang
diadaptasi. Dalam item-item religiusitas Glock & Stark disusun berdasarkan agama
subjek penelitian dengan beragam agama, yaitu Islam, Kristen, Katolik, dan Hindu.
ada 5 IV yang memiliki pengaruh terhadap forgiveness pada korban KDRT, yaitu
kelompok yaitu kelompok usia pernikahan rendah dan kelompok usia pernikahan
pernikahan tinggi memiliki pengaruh yang lebih besar terhadap forgiveness yaitu
pertama, pada variabel kualitas hubungan yang memiliki koefisien regresi sebesar
0.000 dan kedua, pada variabel religiusitas konsekuensi dengan koefisien regresi
117
sebesar 0.009. Hal ini menunjukkan bahwa kualitas hubungan dan religiusitas
Kesesuaian ini juga dapat terlihat dengan hasil penelitian yang telah
dijabarkan oleh peneliti yang mendapati pengaruh yang signifikan dari faktor-faktor
yang diteliti dalam penelitian terhadap forgiveness didapati kualitas hubungan dan
religiusitas konsekuensi.
rendah juga memiliki pengaruh yang signifikan, akan tetapi hanya terdapat satu
variabel yang berpengaruh pada kelompok ini yaitu kualitas hubungan dengan
koefisien regresi sebesar 0.000. Hal ini dirasakan peneliti memungkinkan karena
kualitas hubungan dilihat menjadi faktor yang memiliki pengaruh tinggi dari
5.3 Saran
Peneliti menyadari banyak kekurangan dalam penelitian ini. Oleh karena itu
peneliti membagi saran menjadi 2, yaitu saran metodologis dan saran praktis. Saran
tersebut dapat dijadikan pertimbangan bagi penelitian lain yang akan meneliti
118
5.3.1 Saran metodologis
119
mengarahkan kliennya untuk mempelajari kehidupan dalam pernikahan
dan cara mengatasi agar satu sama lain dapat belajar melakukan
forgiveness.
120
DAFTAR PUSTAKA
Ancok, Djamaludin & Suroso, F. A. 2004. Psikologi islami: Solusi Islam atas
problem-problem psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Arthasari, D. P. 2010. Hubungan antara trait kepribadian big five factors dengan
forgiveness orang yang menikah. Skripsi: Fakultas Psikologi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Batson, M. D., & Shwalb, D. W. 2006. Forgiveness and Religious Faith in Roman
Catholic Married Couples. Patoral Psychol. Springer Science+Business Media,
Inc.
Bird,G., & Melville, K. 1994. Families and intimate relationship. USA: McGrawhill,
Inc.
Charles, Y. G., & Rodney, Stark. 1968. American Piety: The Nature of Religious
Commitment. Barkeley and Los Angeles, California: University of California
Press.
Chaplin, J. P. 2006. Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
e-dukasi. 2009. Sosialisasi dan pembentukan kepribadian. Diambil pada 14 oktober
2009 dari http://www.e-dukasi.net.
Enright, R. D. 2001. Forgiveness is a choice (pp. 9-23). Washington, DC: APA Life
Tools.
Fauqiyah, Eka. 2010. Skripsi. Hubungan religiusitas dengan happiness pada remaja
panti asuhan. Jakarta: Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Fincham, F.D. 2001. Forgiveness: Integral to a science of close relationships?.
Journal of personality and social psycholog. Family Institute: Florida State
University.
Feist, J., & Feist, G. J. 1998. Teori kepribadian. (Terjemahan Handriatno, 2010).
Jakarta: Salemba Humanika.
Gorsuch, R. L., & Hao, J. Y. 1993. Forgiveness: An exploratory factor analysis and
its relationships to religious variables. Review of religious research. 34, 333-
347.
Guldner, G. T., & Swensen, C. H. 1995. Time spent together and relationship quality
: Long distance relationship as a test case. Journal of social & personal
relationship, 12, 313-320.
Hanita M., Suswandari, Nahuda, & Febiana. 2009. Buku panduan proses hukum
kekerasan dalam rumah tangga. Jakarta: P2TP2A.
121
Hanita, M., Suswandari, Nahuda, Febiana, Lestari & Purnomo. 2011. Buku panduan
hak-hak korban kekerasan dalam rumah tangga. Jakarta: P2TP2A.
Elli N Hasbianto. Kekerasan dalam rumah tangga: Sebuah kejahatan yang
tersembunyi. dalam Syafiq Hasyim (ed). 1999. Menakar harga perempuan.
Bandung: Mizan.
Joreskog, K.G dan Sorbom, D. 1999. Lisrel 8.30. USA : Scientific Software
International.inc.
McCullough, M. E., Fincham, F. D., & Tsang, J. 2003. Forgiveness, forbearance, and
time: The temporal unfolding of transgression-related interpersonal motivation.
Journal of personality and social psychology, 84, 540-557.
McCullough, M. E., Rachal, K.C., Sandage, S. J., Worthington, E. L., Brown, S. W.,
& Hight, T. L. 1998b. Interpersonal forgiving in close realtionships: II
theoritical elaboration an measurement. Journal of personality and social
psychology, 75, 1586-1603.
McCullough, M, & vanOyen Witvliet, C. 2001. The psychology of forgiveness. In C.
R. Synder & S. J. Lopez (Eds.), Handbook of positive psychology (pp. 446-
458). Oxford: Oxford Psychology Press.
McCullough, M. E., Worthington, E. L., & Rachal, K. C. 1997. Interpersonal
forgiving in close relationships. Journal of personality and social psychology,
73, 321-336.
Nashori, H. F., & Mucharam, R. D. 2002. Mengembangkan kreativitas dalam
perspektif psikologi islami. Jogjakarta: Menara Kudus Jogjakarta.
Paleari, G., Regalia, C., & Fincham, F. D. 2009. Measuring offence-spesific
forgiveness in marriage: The marital offence-specific forgiveness scale
(MOFS). Psychological assessment, 21, 194-209.
Pedazhur, Elazar J. 1973. Multiple regression in behavioral research. New York:
Holt, Rinehart, and Winston.
Perempuan, Komnas. 2002. Kasus KDRT pada istri di Indonesia. Diambil pada 14
oktober 2009 dari http://www.komnasperempuan.or.id
Pervin, L. A.., Daniel, C., & Oliver, P. J. 2005. Personality: Theory and research.
USA: John Wiley & Sons, Inc.
Pierce, G. D., Sarason, B., & Nagle. 1997. Assessing the quality of personal
relationship. Journal of personal and social relationship. 14(3), 339-356.
Rusdi, Ahmad. 2009. Hubungan religiusitas dengan forgiveness pada mahasiswa
sekolah tinggi ilmu dakwah dirasat islamiyah al-Hikmah Jakarta. Skripsi:
Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
122
Suryabrata, Sumadi. 2006. Psikologi kepribadian. Jakarta: PT. RajaGrafindo
Persada.
Synder, C. R.,. & Lopez S. J. 2007. Positive psychology: The scientific and practical
explorations of human. California: Sage Publications,Inc.
Thousless, R. H. 1995. Pengantar psikologi agama. Jakarta: PT. RajaGrafindo
Persada.
Tri W. L., & Faturochman. 2009. Psikologi pemaafan. Jurnal Psikologi, 25, 1-11.
Umar, Jahja. 2010. Personality needs, kepuasan kerja, dan presentasi kerja: Sebuah
studi tentang moderator variabel. Jakarta: UIN Jakarta Press.
Umar, Jahja. 2011. Personal Communication.
Wang, Tae. 2008. Forgiveness and big five personality traits among Taiwanese
undergraduates. An international journal of social behaviour and personality.
Wikipedia. 2010. Forgiveness. Di ambil pada 23 Oktober 2010 dari
http://en.wikipedia.org/wiki/Forgiveness
Worthington, E. L. 1998. The pyramid model of forgiveness: Some interdiciplinary
speculation about unforgiveness and the promotion of forgiveness. Dalam E. L.
Worthington, J. R., (Ed), Dimension of forgiveness: Psychological research
and theological perspectives (pp. 107-128). Philadelphia: Templeton Press.
123
FAKULTAS PSIKOLOGI
Assalamu’alaikum Wr,Wb.
Hormat saya,
Nuran
107070000398
124
DATA DIRI
(wajib diisi)
o Nama (Inisial) :
o Usia : tahun
o Pekerjaan :
o Agama
o Suku :
o Pendidikan terakhir :
o Lamanya menikah :
PETUNJUK
Berilah tanda silang ( X ) pada jawaban yang paling sesuai dengan keadaan
Anda saat ini sesuai dengan pilihan jawaban yang diberikan, yaitu:
SS : Sangat Sesuai
S : Sesuai
TS : Tidak Sesuai
Contoh:
N0 Pernyataan SS S TS STS
125
PETUNJUK
Bacalah dengan seksama setiap pernyataan, lalu berilah tanda silang ( X ) pada
jawaban yang sesuai dengan diri anda
No Pernyataan SS S TS STS
126
12. Saya berbincang-bincang seperlunya kepada orang
lain, kemudian memikirkannya sendiri
No Pernyataan SS S TS STS
PETUNJUK
Berilah tanda silang ( X ) pada jawaban yang paling sesuai dengan keadaan
Anda saat ini sesuai dengan pilihan jawaban yang diberikan, yaitu:
SS : Sangat Sesuai
S : Sesuai
TS : Tidak Sesuai
No Pernyataan SS S TS STS
127
3. Jika hubungan kami renggang, saya akan lebih
mendekatkan diri dengan pasangan
128
20. Saya dan pasangan saling mendukung satu sama lain
PETUNJUK
Berilah tanda silang ( X ) pada jawaban yang paling sesuai dengan keadaan
Anda saat ini sesuai dengan pilihan jawaban yang diberikan, yaitu:
SS : Sangat Sesuai
S : Sesuai
TS : Tidak Sesuai
No Pernyataan SS S TS STS
129
3. Saya menyadari Tuhan bersama saya pada suatu
waktu, tapi tidak pada waktu lain
15. Seberapa yakinkah kamu dapat menemukan tujuan dan makna hidup yang
saat ini sedang dijalani?
130
16. Seberapa seringkah kamu menghadiri kegiatan keagamaan yang diadakan di
asrama?
17. Apakah kamu pernah membuat catatan dari mendengarkan atau melihat
tayangan kerohanian agama di radio atau televisi?
19. Dalam satu minggu, Seberapa banyak malam yang kamu habiskan untuk
melaksanakan ibadah ?
131
b. 3 kali seminggu d. Tidak pernah
No Pernyataan SS S TS STS
132
34. Saya merasa terpanggil untuk menyebarkan ilmu
dan pemahaman agama yang saya milki kepada
lingkungan saya
133
48. Saya yakin bahwa syaitha itu benar-benar ada
134
64. Saya akan melaksanakan ibadah hanya jika
diperintah saja
PETUNJUK
Berilah tanda silang ( X ) pada jawaban yang paling sesuai dengan keadaan
Anda saat ini sesuai dengan pilihan jawaban yang diberikan, yaitu:
SS : Sangat Sesuai
S : Sesuai
TS : Tidak Sesuai
No Pernyataan SS S TS STS
135
pasangan seperti dia memperlakukan saya
--TERIMA KASIH --
DATE: 9/26/2011
136
TIME: 23:59
L I S R E L 8.70
BY
Correlation Matrix
137
X1 X2 X3 X4 X5
X6
-------- -------- -------- -------- -------- -
-------
X1 1.00
X2 0.37 1.00
X3 0.61 0.34 1.00
X4 0.32 0.29 0.58 1.00
X5 0.34 0.56 0.23 0.18 1.00
X6 0.00 0.08 0.11 0.22 0.09
1.00
X7 0.55 0.55 0.58 0.30 0.40
0.04
X8 0.52 0.50 0.48 0.29 0.34
0.23
X9 0.39 0.57 0.34 0.24 0.38
0.12
X10 0.29 0.39 0.25 0.03 0.18
0.12
Correlation Matrix
X7 X8 X9 X10
-------- -------- -------- --------
X7 1.00
X8 0.45 1.00
X9 0.36 0.75 1.00
X10 0.45 0.59 0.82 1.00
Parameter Specifications
LAMBDA-X
FORGIVE
--------
X1 1
X2 2
X3 3
X4 4
X5 5
X6 6
X7 7
X8 8
X9 9
X10 10
THETA-DELTA
X1 X2 X3 X4 X5
X6
-------- -------- -------- -------- -------- -
-------
138
X1 11
X2 0 12
X3 13 0 14
X4 0 0 15 16
X5 0 17 0 0 18
X6 0 0 0 19 0
20
X7 0 0 21 0 0
0
X8 0 23 0 0 0
24
X9 0 0 0 0 0
0
X10 0 0 0 29 30
0
THETA-DELTA
X7 X8 X9 X10
-------- -------- -------- --------
X7 22
X8 25 26
X9 27 0 28
X10 0 0 31 32
Number of Iterations = 13
LAMBDA-X
FORGIVE
--------
X1 0.57
(0.07)
7.88
X2 0.69
(0.07)
9.72
X3 0.50
(0.08)
6.59
X4 0.31
(0.08)
4.11
X5 0.43
(0.08)
139
5.74
X6 0.04
(0.08)
0.47
X7 0.83
(0.07)
11.08
X8 0.90
(0.07)
12.80
X9 0.80
(0.07)
11.36
X10 0.60
(0.08)
8.00
PHI
FORGIVE
--------
1.00
THETA-DELTA
X1 X2 X3 X4 X5
X6
-------- -------- -------- -------- -------- -
-------
X1 0.67
(0.08)
8.95
X2 - - 0.50
(0.06)
8.21
X3 0.24 - - 0.70
(0.05) (0.08)
4.81 8.93
X4 - - - - 0.36 0.89
(0.06) (0.10)
6.04 8.99
X5 - - 0.21 - - - - 0.81
(0.05) (0.09)
140
3.90 8.81
X6 - - - - - - 0.17 - -
1.01
(0.06)
(0.12)
2.74
8.65
X7 - - - - 0.12 - - - -
- -
(0.04)
2.77
X8 - - -0.12 - - - - - -
0.15
(0.04)
(0.05)
-2.72
2.82
X9 - - - - - - - - - -
- -
THETA-DELTA
X7 X8 X9 X10
-------- -------- -------- --------
X7 0.30
(0.07)
4.18
X8 -0.30 0.17
(0.06) (0.06)
-5.30 2.68
X9 -0.28 - - 0.34
(0.04) (0.06)
-7.75 5.89
141
X1 X2 X3 X4 X5
X6
-------- -------- -------- -------- -------- -
-------
0.33 0.49 0.26 0.10 0.19
0.00
X7 X8 X9 X10
-------- -------- -------- --------
0.70 0.83 0.65 0.36
Degrees of Freedom = 23
Minimum Fit Function Chi-Square = 30.62 (P = 0.13)
Normal Theory Weighted Least Squares Chi-Square = 29.16 (P =
0.17)
Estimated Non-centrality Parameter (NCP) = 6.16
90 Percent Confidence Interval for NCP = (0.0 ; 24.17)
142
Root Mean Square Residual (RMR) = 0.048
Standardized RMR = 0.049
Goodness of Fit Index (GFI) = 0.96
Adjusted Goodness of Fit Index (AGFI) = 0.91
Parsimony Goodness of Fit Index (PGFI) = 0.40
X1 X2 X3 X4 X5
X6
-------- -------- -------- -------- -------- -
-------
X1 - -
X2 1.35 - -
X3 - - 0.00 - -
X4 6.21 0.43 - - - -
X5 4.50 - - 0.29 0.09 - -
X6 2.26 0.07 2.86 - - 2.11
- -
X7 0.50 0.02 - - 0.37 0.23
2.04
X8 0.05 - - 0.82 0.78 7.24
- -
X9 2.30 1.73 0.33 0.36 1.55
0.29
X10 0.76 0.91 0.01 - - - -
1.45
X7 X8 X9 X10
-------- -------- -------- --------
X7 - -
X8 - - - -
X9 - - 0.31 - -
X10 0.25 0.07 - - - -
X1 X2 X3 X4 X5
X6
-------- -------- -------- -------- -------- -
-------
X1 - -
X2 -0.05 - -
X3 - - 0.00 - -
X4 0.15 0.03 - - - -
X5 0.11 - - -0.02 0.02 - -
143
X6 -0.09 0.01 0.10 - - 0.09
- -
X7 0.04 -0.01 - - -0.04 0.03
-0.08
X8 0.01 - - 0.04 -0.04 -0.14
- -
X9 -0.04 0.05 -0.02 -0.03 0.06
-0.02
X10 0.03 -0.04 0.00 - - - -
0.05
X7 X8 X9 X10
-------- -------- -------- --------
X7 - -
X8 - - - -
X9 - - 0.02 - -
X10 -0.03 0.01 - - - -
Standardized Solution
LAMBDA-X
FORGIVE
--------
X1 0.57
X2 0.69
X3 0.50
X4 0.31
X5 0.43
X6 0.04
X7 0.83
X8 0.90
X9 0.80
X10 0.60
PHI
FORGIVE
--------
1.00
144
Analisis Faktor Konfirmatorik Forgiveness
145
Analisis Faktor Konfirmatorik Tipe Kepribadian Introvert
146
Analisis Faktor Konfirmatorik Kualitas Hubungan
147
Analisis Faktor Konfirmatorik Religiusitas Keyakinan
148
Analisis Faktor Konfirmatorik Religiusitas Praktek Agama
149
Analisis Faktor Konfirmatorik Religiusitas Pengalaman Keagamaan
150
Analisis Faktor Konfirmatorik Religiusitas Konsekuensi Keagamaan
151