Anda di halaman 1dari 262

PROSIDING

SEMINAR NASIONAL & CALL FOR PAPER


“Harmonisasi Perilaku Manusia Dengan Lingkungan”
BANJARMASIN, 4 AGUSTUS 2018

Penerbit:
Program Studi Psikologi
Fakultas Kedokteran
Universitas Lambung Mangkurat
PROSIDING
SEMINAR NASIONAL & CALL FOR PAPER
“Harmonisasi Perilaku Manusia Dengan
Lingkungan”
Panitia Pelaksana :
Ketua : Rika Vira Zwagery, M.Psi., Psikolog
Sekretaris : Sukma Noor Akbar, M.Psi., Psikolog
Bendahara : Firdha Yuserina, M.Psi., Psikolog
Acara : Rusdi Rusli, M.Psi., Psikolog
Transportasi dan Akomodasi : Rahmi Fauzia, S.Psi., M.A., Psikolog
Kesekretariatan : Rendy Alfiannoor Achmad, S.Psi., M.A
Humas : Dr. Ermina Istiqomah, S.Psi., M.Si., Psikolog
Konsumsi : Jehan Safitri, M.Psi., Psikolog
Publikasi dan Dokumentasi : Dwi Nur Rachmah, S.Psi., M.A

Steering Committee :
Prof.Dr. Zairin Noor, dr, SPOT(K).MM
dr. H. Iwan Aflanie, M. Kes, Sp. F, SH
dr. Istiana, M.Kes
dr. Edyson, M.Kes
Dr. Hemy Heriyati Anward, M.Sc
Neka Erlyani, M.Psi., Psikolog.

Reviewer :
Prof. Dr. Qomariyatus Sholihah, Amd.hyp., ST, M.Kes
Dra. Srisiuni Sugoto, M.Si., Ph.D., Psikolog
Dr. Marty Mawarpury, M.Psi., Psikolog
Dr. Rahkman Ardi, M.Psych
Dr. Ermina Istiqomah, S.Psi., M.Si., Psikolog
Rusdi Rusli, M.Psi., Psikolog
Rahmi Fauzia, S.Psi., M.A., Psikolog

Editor :
Rendy Alfiannoor Achmad, S.Psi., M.A
Dwi Nur Rachmah, S.Psi., M.A
Sukma Noor Akbar, M.Psi., Psikolog

Penerbit :
Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran ULM
Redaksi :
Jl. A.Yani Km 36, Banjarbaru, Kalimantan Selatan, 70714
Telp. 0511 4773470
Email: psikologi@unlam.ac.id
Website : http://psikologi.ulm.ac.id/

Cetakan pertama, November 2018

Hak cipta dilindungi oleh undang-undang. Dilaran memperbanyak atau memindahkan sebagian
atau seluruh isi buku ini dalam bentuk apa pun, secara elektronis atau pun mekanis, termasuk
memfotokopi, atau dengan teknik perekaman lainnya tanpa seizin tertulis dari penerbit.
Kata Pengantar
Puji Syukur kehadirat ALLAH SWT karena atas berkat rahmat dan Hidayahnya, kami Program
Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat dapat menyelenggarakan Kegiatan
Seminar Nasional dan Call for Paper Psikologi Lingkungan bertemakan “Harmonisasi Perilaku Manusia
dengan Lingkungan”.
Ucapan terimakasih saya haturkan kepada Pimpinan Fakultas dan Universitas, Para Pembicara
yang luar biasa yaitu Prof. Dr. H. Tb. Zulrizka Iskandar (Universitas Padjajaran, Bandung) , Prof. Dr.
Fattah Hanurawan, M.Si, M.Ed (Universitas Negeri Malang) dan Prof. Dr. Ir. H. Abdul Hadi, M.Agr
(Universitas Lambung Mangkurat), serta para peserta yang sudah berpartisipasi dalam kegiatan ni yang
berasal dari beberapa wilayah Indonesia . Selamat datang di Bumi Kalimantan Selatan. Ucapan
terimakasih juga saya sampaikan kepada para panitia yang sudah bekerja keras dan bekerja ikhlas demi
terselenggaranya Kegiatan Seminar Nasional dan Call for Paper ini.
Seminar Nasional dan Call for Paper Psikologi Lingkungan “Harmonisasi Perilaku Manusia
dengan Lingkungan” diselenggarakan dalam rangka 10 Tahun Dies natalis Program Studi Psikologi.
Tema Psikologi Lingkungan diangkat karena sesuai dengan Visi Misi Program Studi Psikologi yaitu
mewujudkan Pusat Pendidikan Psikologi yang berorientasi pada Psikologi Lingkungan. Psikologi dan
lingkungan merupakan kajian yang unik dalam ranah ilmu Psikologi dimana sinergitas antara manusia
dengan lingkungan menjadi fokus utama dalam bidang Ini. Permasalahan mengenai lingkungan menjadi
isu utama saat ini dan dibutuhkan peran ilmuwan psikologi untuk mengatasinya karena kerusakan
lingkungan yang terjadi tidak luput dari campur tangan manusia. Kegiatan ini diharapkan dapat menjadi
solusi permasalahan lingkungan yang terjadi.
Demikian sambutan dari saya, atas nama panitia saya menghaturkan mohon maaf jika dalam
penyelenggaraan kegiatan terdapat kekhilafan dan kesalahan yang kami lakukan. Selamat Menikmati
Seminar Nasional dan Call For Paper Psikologi “Harmonisasi Perilaku Manusia dan Lingkungan”,
Semoga bermanfaat.

Salam Cinta Lingkungan,

Rika Vira Zwagery, M.Psi, Psikolog

Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat iv


DAFTAR ISI

Halaman Judul i
Kata Pengantar iv
Daftar Isi v

Uji Validitas Konstrak Tes Potensi Akademik Universitas Jambi 1


Jelpa Periantalo, Riska Yuni Chandra, Astika Syafitri

Pemetaan Pengetahuan Guru Di Daerah Rawan Bencana Tentang Pendidikan Bencana Berbasis 7
Psychological First Aid
Listyo Yuwanto, Setiasih

Asesmen Penyesuaian Diri Terhadap Kurikulum Pendidikan Pada Mahasiswa Program Studi Biologi 16
Fkip ULM
Nina Permata Sari*, Rizky Ildiyanita

Studi Deskriptif Mengenai Faktor Lingkungan Pembentuk Atlet Berprestasi 22


Muhammad Arsyad

Rancangan Ruang Voluntary Counseling And Testing Di Rumah Sakit : Sebuah Kajian Psikologi 28
Lingkungan
Imadduddin

Implikasi Media Sosial Terhadap Perilaku Remaja Dan Pemuda Dalam Lingkungan Perkotaan 35
Frendly Albertus, Pahmi Hidayat dan Muh. Harianto Ahamung

Sense Of Place Pada Mahasiswa Baru Pendatang Dari Jakarta Di Banjarbaru 41


Nelma Rossy Yulanda, Hemy Heriyati Anward

Peran Ecoliteracy Dalam Membentuk Perilaku Ramah Lingkungan Pada Anak Usia Dini 47
Yulia Hairina

Environmental Values Pada Guru Di Sd Muhammadiyah Hajjah Nuriyah Banjarbaru Dan Sd Alam 52
Muhammadiyah Banjarbaru
Asmaul Fauziah, Hemy Heryati Anward

Orientasi Keberagamaan dan Perilaku Mahasiswa Sebagai Konsumen Yang Bertanggung Jawab 60
Secara Sosial
Bonar Hutapea

Gambaran Peer Attachment Pada Siswa Madrasah Aliyah Program Khusus (MAPK) MAN 4 Banjar di 68
Martapura
Nor Mai Leza*, Hemy Heryati Anward

Sikap Altruistik Pada Relawan TAGANA (Taruna Siaga Bencana) di Kabupaten Banjar 77
Rahmah, Hemy Heryati Anward

Identitas Tempat Pada Taman Kamboja Ruang Terbuka Hijau di Kota Banjarmasin 82
RR. Nabila Ghina Amalia*, Hemy Heryati Anward

Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat v


Gambaran Persepsi Siswa Smp di SMPN 1 Martapura Timur Terhadap Iklim Sekolahnya 90
Saidatul Magfirah*, Dwi Nur Rachmah

Intervensi Berbasis Komunitas: Model Rekonstruksi Warga Binaan Dinas Sosial Kota Pekanbaru 96
Berdaya Guna Melalui Pendampingan Psikologis
Alma Yulianti

Online Smart Shoping Kawasan Wisata Danau Sipin (Water Front City) Untuk Meningkatkan 102
Pendapatan Masyarakat di Kelurahan Legok
Nofrans Eka Saputra, Edi Saputra, Fitri Widiastuti

Hubungan Antara Iklim Organisasi Dan Kepuasan Kerja Pada Karyawan 107
Olievia Prabandini Mulyana, Umi Anugerah Izzati

Faktor Lingkungan Kerja Yang Menimbulkan Kecemasan Pada Pekerja Transportasi Darat di 111
Perusahaan Tambang
Shanty Komalasari

Gambaran Perilaku Agresif Remaja Diwilayah Padat Penduduk di Kalayan Kota Banjarmasin Selatan 117
Ditinjau Dari Konformitas Teman Sebaya
Dyta Setiawati Hariyono, Muhammad Husaini Aditya Noor, Via Yulandari, Muhammad Ajie Sadewa

Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Kenakalan Remaja di Daerah Pelambuan Banjarmasin 124
Lita Ariani, Cici Yunita Putri, Novi Natalia Anggara, Muhammad Thaha

Studi Tentang Perilaku Menyimpang Pada Siswa di MI Nuruddin I Banjarmasin 129


Ririanti Rachmayanie Jamain dan Muhammad Irfan Hafidzi

Komitmen Oganisasi Pegawai Negeri Sipil (PNS) di Lingkungan Pemerintah Provinsi Jambi 134
Fadzlul, Elvin Rosalina, Natalia Damayanti

Pengaruh Iklim Sekolah Terhadap Komitmen Guru 138


Umi Anugerah Izzati dan Olievia Prabandini Mulyana

Kecerdasan Spiritual Dan Komitmen Organisasi Mahasiswa Pengurus Unit Kegiatan Khusus (UKK) 142
dan Unit Kegiatan Mahasiswa(UKM)
Shanty Komalasarindan TriYuliani

Pengungkapan Diri Pada Korban Pelecehan Seksual 147


Jehan Safitri, Zerlinda Rezkika Lestari Putri

Deteksi Stres Anggota Dewan Dengan Menggunakan Kepribadian The Big Five Personality 150
Gusti Yuli Asih, Rusmalia Dewi, Hardani Widhiastuti

Ketangguhan Pada Ibu Yang Mengasuh Anak Tunarungu 155


Jehan Safitri,Dyah Nurdina Rahmah

Well-Being Pada Lansia Ditinjau Dari Keinginan Untuk Bertempat Tinggal Dipanti Werdha 159
Marina Dwi Mayangsari, Febry Juliyanto

Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja Kognitif Pada Mahasiswa di Tinjau Dari Pengaturan Ruang 162
Kelas
Marina DwiMayangsari, Jayanti Puji Astuti

Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat vi


Gambaran Motivasi Prososial Ditinjau Dari Life Events Pada Anggota Organisasi Laskar Hijau di 167
SMKN 1 Martapura
Niken Lestari, Neka Erlyani, dan Muhammad Abdan Shadiqi

Gambaran Interaksi Parasosial Pada Wanita Dewasa Awal Penggemar Artis Korea di Media Sosial 173
Rizka Aulia dan Faridya Khairina Eka Putri

Gambaran Motivasi Prososial Ditinjau Dari Life Events Pada Anggota Organisasi IAAS Fakultas 177
Pertanian ULM
Ria Novita Rahimi1*, Neka Erlyani1 dan Muhammad Abdan Shadiqi

Gambaran Motivasi Prososial Ditinjau Dari Life Events Pada Kader Lingkungan Hidup “Go Green 183
And Clean” Kota Banjarbaru
Syifa Oktavia, Neka Erlyani dan Muhammad Abdan Shadiqi

Gambaran Hardines Pada Anggota Taruna Tanggap Bencana (TAGANA) Di Kabupaten Banjar 189
Rika Vira Zwagery, Muhammad Rizky Amada

Gambaran Kelekatan Terhadap Teman Sebaya Pada Siswa Laki-Laki Di Smpn 1 Martapura Timur 192
Nathasya Inneke Putri, Dwi Nur Rachmah

Hardiness Pada Wirausaha Yang Melakukan Inovasi Produk 197


Muhammad Syarif Hidayatullah, Ayu Dinyati

Kecerdasan Emosional Dosen Pengembangan Alat Ukur, Uji Validitas Dan Reliabilitas 200
Windy Daisy, Pradana Aditya Ariono, Desy Noor Hadijah, Ermina Istiqomah

Lingkungan Iklim Kerja Pada Tambang Batu Bara di Wilayah Lahan Basah Kalimantan Selatan 203
Aisyah Sofia Agustina, Rissa Yulianti Sabra, Noor Anita Hartati, Ermina Istiqomah

Gambaran Perilaku Cyber Bullying Pada Pemain Game Mobile Legend 208
Eka Wardanah, Rendy Alfiannor Achmad

Gambaran Self Efficacy Social Pada Mahasiswa Pemain Mobile Legend di Banjarbaru 214
Nur Amalia Muslimah, Rendy Alfiannor Achmad

Hubungan Antara Psychological Well Being Dengan Kecemasan Dalam Menghadapi Kematian Pada 217
Lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Sejahtera Banjarbaru
Sukma Noor Akbar

Strategi Coping Dan Kesiapsiagaan Masyarakat Dalam Upaya Menghadapi Bencana Banjir Air 222
Pasang Di Pinggiran Sungai Kuin Utara Banjarmasin
Sukma Noor Akbar, Marina Dwi Mayangsari, Dwi Nurrachmah

Psikoedukasi Merubah Motif Perilaku Kegiatan Mck (Mandi Cuci Kakus) Di Pinggiran Sungai 228
Martapura Timur
Jehan Safitri, Sukma Noor Akbar, Neka Erlyani

Peran Religiositas dalam Menumbuhkan Perilaku Ramah Lingkungan 233


Nurfaizal

Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat vii


Gambaran Penyesuaian Diri Terhadap Lingkungan Mahasiswa Afirmasi Papua Universitas Lambung 240
Mangkurat
Akhmad Sugianto

Faktor Faktor Psikologis Dalam Pelestarian Lingkungan 244


Ceria Hermina,1 Sekar Safitri2, Noryana,3Yanuar Rizky4

Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat viii


UJI VALIDITAS KONSTRAK TES POTENSI AKADEMIK UNIVERSITAS
JAMBI
CONSTRUCT VALIDTY OF ACADEMIC APTITUDE TEST OF JAMBI UNIVERSITY

Jelpa Periantalo¹, Riska Yuni Chandra¹, Astika Syafitri¹


¹ Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Jambi, Jl. Lintas
Jambi Muara Bulian Km. 15, Mendalo Darat, Jambi Luar Kota, Kota Jambi, Jambi 36122
*E-mail: jelp.8487@unja.ac.id

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menguji validitas konstrak terhadap Tes Potensi Akademik Universitas Jambi melalui
teknik konvergen, diskriminan dan kelompok. Subjek terdiri dari siswa SMA dan mahasiswa dari hasil tes Psikologi yang
pernah dilakukan penulis. Terdapat hubungan positif sedang antara tiga komponen dalam TPA dengan rabc 0,4–0,6;
p=0,000; untuk validitas konvergen. Validitas diskriminan menunjukkan tidak terdapat hubungan dengan tinggi badan
rxy 0,036; p =0,550; berat badan rxy 0,066; p=0,283. Terdapat perbedaan skor siswa berdasarkan asal sekolah t=11,705;
p=0,000. Siswa sekolah unggulan memiliki skor TPA lebih tinggi. Terdapat perbedaan skor TPA di antara empat program
studi dengan F=27,022; p = 0,000. Mahasiswa Kedokteran memiliki skor TPA yang paling tinggi dari program studi lain.
Tidak terdapat perbedaan skor TPA antara kepribadian ekstrover dan introver dengan t=-1,035; p=0,301. Hipotesis yang
diajukan didukung data sehingga TPA memiliki kebenaran konstrak yang tinggi. Penelitian berikutnya melakukan uji
validitas kriteria dengan alat ukur sejenis dan prestasi belajar.

Kata Kunci: validitas, konstrak, konvergen, diskriminan, signifikansi

ABSTRACT

The purpose of this research was to examine construct validity of Academic Aptitude Test of Jambi University through
convergent, discriminant dan group techniques. Subjects of this research consisted of high school and university students
from author’s psychological tests report. There was positive medium correlation among three components of TPA rabc
0,4–0,6; p=0,000; for convergent technique. Discriminant validity showed that there was no correlation with body weight
rxy 0,036; p =0,550; body height rxy 0,066; p=0,283. There was a difference between students’ scores based on their
school, t=11,705; p=0,000. Students from excellent school had higher score from common school. The result showed that
the scores between four majors in the faculty were different, F=27,022; p=0,000; Medical students had the highest score.
There was no difference between extrovert and introvert personality t=-1,035; p=0,301. All hypotheses were supported
with data, which means that the test had high level of construct validity. Suggestion for next research was to examine
with standardized intelligence test and academic achievement.

Keywords: validity, construct, convergent, discriminant, significance

Periantalo dkk (2013) diminta untuk melakukan kuantitatif dan abstrak yang berjumlah 60 soal. Penalaran
tes Psikologi di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan verbal terdiri dari persamaan kata, lawan kata, analogi
Universitas Jambi dalam rangka penerimaan mahasiswa dan kelompok berbeda. Penalaran kuantitatif terdiri dari
baru yang lolos seleksi. Pihak dekanat meminta deret angka, aritmatika, aljabar dan geometri. Penalaran
melakukan Tes Potensi Akademik seperti seleksi abstrak terdiri dari simbol, diagram dan gambar. Subjek
mahasiswa pascasarjana. Peneliti tidak memiliki tes diminta untuk memilih salah satu jawaban yang benar
tersebut sehingga perlu melakukan konstruksi terhadap dari lima pilihan jawaban. Jawaban yang benar akan
alat tes tersebut. Berbekal ilmu Psikometri dan pelatihan mendapatkan skor 1 dan salah atau tidak menjawab
membuat alat tes kognitif potensial sehingga dibuatlah mendapatkan skor 0.
alat ukur tersebut. Pihak dekanat merasa puas dengan
konstruksi tes tersebut, sehingga tes tersebut terus 17. HUTAN : POHON
digunakan setiap tahunnya. (A) rumah : bata
Tes Potensi Akademik (TPA) menggunakan tes (B) piala : tropi
kognitif potensial model PAPS UGM yang dimodifikasi (C) kursi : meja
(Periantalo, 2014). Tes terdiri dari penalaran verbal, (D) apel : anggur

Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat 1


(E) cermin : pantulan validitas klasik tersebut tetap menjadi bagian penting
tentang validitas serta dasar dalam memahami Psikometri
21. 3, 6, 9, 12, 15, ... (Periantalo, 2017).
(A) 16 Validitas logis dan tampang telah dilakukan pada
(B) 18 tes TPA tersebut (Periantalo, 2014). Validitas logis
(C) 21 berfungsi untuk melihat kesesuaian antara aitem,
(D) 22 indikator dan komponen dari alat ukur tersebut. Aitem
(E) 25 tersebut dibaca oleh subjek untuk memastikan mereka
memahami aitem alat ukur tersebut. Ahli tata bahasa
56. ? memastikan bahwa aitem tersebut sesuai dengan kaidah
Bahasa Indonesia baik dan benar. Validitas tampang
1 2 3 4 5 dilakukan dengan membuat aitem yang sedikit dan
memadai, tulisan yang menyenangkan, dan instruksi yang
jelas. Namun, belum ada dukungan terhadap validitas
empirik. Untuk itu, penelitian ini bertujuan untuk melihat
A B C D E dukungan validitas konstrak melalui teknik konvergen,
Gambar 1. Contoh Soal Tes Potensi Akademik Unja diskriminan dan kelompok.

Tujuan digunakan TPA tersebut adalah untuk METODE


memprediksi keberhasilan belajar di fakultas dan
konseling mahasiswa. Selain menggunakan tes kognitif Variabel Penelitian
potensial, tes juga melibatkan tes kepribadian, sikap dan Variabel utama dari penelitian ini adalah Tes
minat (Periantalo dkk, 2014). Siswa yang memiliki skor Potensi Akademik yang didasarkan atas PAPS UGM
TPA yang tinggi idealnya memiliki prestasi belajar yang yang dimodifikasi. Tes tersebut terdiri dari tiga
tinggi. Periantalo (2017) menemukan bahwa terdapat komponen, yaitu: verbal, kuantatif dan abstrak. Dalam uji
hubungan positif antara skor TPA dengan nilai UN validitas konstrak ini, peneliti melakukan pengujian
Matematika, Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris. dengan variabel yang lain, yaitu: berat badan, tinggi
Deden dkk (2013) menemukan bahwa terdapat hubungan badan, status sekolah, program studi, dan kepribadian
positif antara skor TPA dengan prestasi belajar extrovert-introvert.
mahasiswa di Fakultas Kedokteran. Lievens dkk (2003)
menemukan bahwa kepribadian conscientiousness Instrumen Penelitian
memiliki hubungan konsistensi terhadap prestasi belajar Instrumen dalam penelitian ini adalah Tes Potensi
baik di fase pra klinik maupun klinik di Kedokteran. Akademik yang terdiri dari 60 butir soal. Instrumen
Syarat utama dari alat ukur yang baik adalah valid tersebut telah dilakukan validitas logis dan tampang serta
(Azwar, 2013; Periantalo, 2015; Kurpius & Stafford, reliabilitas pendekatan konsistensi sebesar α=0,87
2006; Urbina, 2004), yakni apakah alat ukur tersebut (Periantalo, 2015). Variabel berat badan, tinggi badan,
mampu mengungkap konstrak yang menjadi tujuan status sekolah dan program studi diambil dari data
ukurnya. Konsep, indikator, dan aitem sebuah alat ukur kuesioner yang diisi oleh subjek. Kepribadian extrovert-
harus dapat mengungkap hal yang hendak diungkap. Alat introvert menggunakan tes kepribadian Jung untuk
ukur tersebut mampu menunjukkan apa yang seharusnya remaja. Instrumen tersebut memiliki validitas logis dan
ia tunjukkan. Validitas memiliki peran penting dalam alat tampang serta diksriminan yang memuaskan (Periantalo
ukur maupun penelitian karena berkaitan dengan dan Azwar, 2012).
kebenaran data (Periantalo, 2016; Seniati dkk, 2010;
Suryabrata, 2005). Apabila alat ukur tersebut didukung Subjek
oleh berbagai validitas, maka kuatlah kebenaran dari data Subjek dalam penelitian ini adalah siswa dan
tersebut. mahasiswa yang berasal dari tes Psikologi yang pernah
Validitas dibagi menjadi tiga secara klasik, yaitu dilakukan oleh penulis. Tes Psikologi tersebut baik tes
isi, konstrak dan kriteria (Azwar, 2014; Periantalo, 2015; untuk mahasiswa baru, peminatan SMA, maupun
Urbina, 2004; Suryabrata, 2013; Widhiarso, 2010). penjurusan kuliah. Jumlah dari subjek untuk setiap uji
Validitas isi berkaitan dengan aitem dan tampilan dari adalah berbeda.
alat ukur tersebut yang dilakukan secara kualitatif,
apakah tampilan alat ukur dan isi aitem sudah mewakili Teknik Analisis Data
atribut dengan tepat. Validitas konstrak berkaitan dengan Peneliti menggunakan pendekatan kuantitatif
konfirmasi karakteristik teoritis dari konstrak/alat ukur sehingga menggunakan berbagai jenis uji Statistika.
dengan data lapangan. Validitas kriteria berkaitan dengan Validitas diskriminan dan konvergen menggunakan
hubungan alat ukur yang menjadi kriteria prediksinya. teknik korelasi Pearson Product Moment untuk melihat
Pada jaman sekarang, validitas lebih ditekankan pada hubungan antar variabel (Periantalo, 2015). Pada
apakah skor yang dihasilkan mendekati keadaan pengujian validitas kelompok uji beda kepribadian
sebenarnya (Azwar, 2014; Supratikna, 2014; Sumintono extrovert-introvert dan sekolah unggulan-pinggiran
& Widhiarso, 2015). Pemahaman tentang tiga pandangan menggunakan t-test independent sample, sedangkan uji

Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat 2


beda skor subjek antara empat program studi yang ada
dilakukan dengan menggunakan Anova/F-Test Uji validitas konvergen menggunakan teknik
(Periantalo, 2017; Azwar, 2015). korelasi Pearson Product Moment melibatkan subjek
sebanyak 747 orang. Nilai signifikansi yang ditetapkan
Hipotesis sebesar 0,01 sehingga berhubungan atau tidaknya
Validitas konstrak berkaitan dengan uji Statistika variabel tersebut apabilai nilai signifikansi kurang dari
konstrak teoritis dengan data Statistika di lapangan. Alat 0,01. Hasil uji korelasi menghasilkan korelasi positif
ukur yang baik adalah alat ukur yang secara teoritis sedang diantara ketiga komponen TPA tersebut (0,4–0,6).
adalah setara dengan keadaan empirik. Ada berbagai Semakin tinggi skor subjek pada komponen verbal,
hipotesis yang diasumsikan dalam penelitian ini, yaitu: semakin tinggi pula skor subjek pada komponen
kuantitatif dan abstrak. Semakin rendah skor subjek pada
H1 = Terdapat hubungan positif sedang diantara tiga komponen verbal, semakin rendah pula skor subjek pada
komponen TPA. komponen kuantitatif dan abstrak. Korelasi positif sedang
H2 = Tidak ada hubungan nilai TPA dengan berat badan adalah korelasi positif yang bagus karena ketiga
dan tinggi badan. komponen tersebut memiliki hubungan, tetapi hubungan
H3 = Siswa Sekolah unggulan memiliki skor TPA lebih tersebut tidak hubungan sangat erat/erat. Komponen yang
tinggi dari pinggiran. berada di dalam alat ukur tersebut secara definisi
H4 = Mahasiswa Kedokteran memiliki skor TPA lebih memiliki karakteristik aitem yang berbeda, tetapi satu
tinggi dari yang lain. tujuan ukur TPA. Dengan demikian Tes Potensi
H5 = Tidak ada perbedaan skor TPA kepribadian Akademik didukung oleh validitas konvergen melaui
extrovert-introvert. teknik komponen dalam alat ukur.

Terdapat 5 (lima) hipotesis yang diajukan dalam Validitas Diskriminan


penelitian ini. Hipotesis pertama berkaitan dengan uji Uji validitas konstrak dengan variabel/konstrak
teknik kovergen. Hipotesis kedua berkaitan dengan lain yang tidak memiliki hubungan juga harus
teknik diskriminan. Hipotesis ketiga, keempat, dan menghasilkan sesuatu yang tidak berkorelasi. Uji
kelima berkaitan dengan validitas kelompok. Hipotesis Statistika harus menunjukan hasil yang tidak
tersebut dapat diterima apabila p<0,01 untuk menyatakan berhubungan sehingga validitas diskriminan dapat
signifikan atau tidaknya hubungan/perbedaan. Hipotesis ditegakkan. Uji validitas dilakukan dengan variabel berat
1, 3 dan 4 dapat diterima ketika menghasilkan nilai badan dan tinggi badan. Secara logika, tinggi-rendah
p<0,01. Hipotesis 2 dan 5 dapat diterima apabila seseorang tidak ada hubungan dengan potensi akademik.
menghasilkan nilai p>0,01. Begitu juga dengan berat-ringan seseorang tidak ada
hubungan dengan potensi akademik. Proses penalaran
HASIL DAN PEMBAHASAN verbal, kuantiatif dan abstrak tidak ada hubungan dengan
berat badan atau tinggi badan karena variabel tersebut
Validitas Konvergen merupakan sesuatu yang berbeda.
Uji validitas konstrak dengan konstrak yang relatif
sama dan harus menunjukkan korelasi positif, karena rxy = 0,036 (p=0,559; p < 0,01; N=265)
memiliki kesamaan karakteristik teoritis. Uji validitas
konstrak dilakukan dengan menguji tiga komponen TPA Hasil uji korelasi dengan teknik Pearson Product
karena ketiga komponen merupakan konstrak linear yang Moment menghasilkan koefisien korelasi sebesar 0,036.
mengungkap satu kesatuan ukur. Penalaran verbal, Uji tersebut menghasilkan p sebesar 0,559 dengan nilai
kuantitatif dan abstrak secara bersama mengungkap satu signifikansi yang ditetapkan sebesar 0,01. Uji tersebut
kesatuan ‘Tes Potensi Akademik’. Ketiga komponen melibatkan subjek sebanyak 265 orang. Ada atau
tersebut seirama mencapai satu tujuan ukur sehingga tidaknya korelasi dapat dilihat dari nilai p yang kurang
harus berkorelasi positif dengan kategori sedang. dari 0,01. Hasil menunjukkan bahwa nilai p lebih dari
0,01 sehingga hubungan kedua variabel tersebut tidak
signifikan. Hal tersebut berarti bahwa tidak ada hubungan
antara nilai TPA dengan tinggi badan seseorang. Semakin
tinggi atau pendek seseorang tidak ada hubungan dengan
potensi akademiknya. Semakin tinggi seseorang tidak
bisa diketahui apakah ia memiliki skor TPA yang tinggi,
sedang atau rendah. Semakin pendek badan seseorang
tidak bisa menentukan bagaimana skor tes potensi,
apakah rendah, sedang atau tinggi. Informasi potensi
akademik tidak bisa diketahui melalui tinggi badan
seseorang.

Gambar 2. Korelasi Antar Komponen TPA


rxy = 0,066 (p=0,283; p < 0,01; N=265)

Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat 3


Hasil uji korelasi dengan teknik Pearson Product unggulan memiliki kemampuan verbal, kuantitatif dan
Moment menghasilkan koefisien korelasi sebesar 0,066. abstrak yang lebih tinggi dari siswa sekolah pinggiran.
Uji tersebut menghasilkan p sebesar 0,283 dengan nilai Kita bisa melihat dari nilai rata-rata bahwa nilai sekolah
signifikansi yang ditetapkan sebesar 0,01. Uji tersebut unggulan sebesar 31,61 dan sekolah pinggiran sebesar
melibatkan subjek sebanyak 265 orang. Ada atau 21,19. Mean sekolah unggulan lebih besar sekitar 9 dari
tidaknya korelasi dapat dilihat dari nilai p yang kurang sekolah pinggiran. Hipotesis yang diajukan diterima
dari 0,01. Hasil mennunjukkan bahwa nilai p lebih dari sehingga dapat dikatakan bahwa TPA didukung validitas
0,01 sehingga tidak signifikan hubungan kedua variabel kelompok melalui dua kelompok yang seharusnya
tersebut. Hal tersebut berarti bahwa tidak ada hubungan memang berbeda secara teoritis.
antara nilai TPA dengan berat badan seseorang. Semakin
berat atau ringan berat badan seseorang tidak ada Tabel 2. Hasil Uji Anova One Way Dengan Program
hubungan dengan potensi akademiknya. Semakin berat Studi
seseorang tidak bisa diketahui apakah ia memiliki skor
TPA yang tinggi, sedang atau rendah. Semakin ringan Program Studi N M SD
berat badan seseorang tidak bisa menentukan bagaimana Kedokteran 207 34,41 8,587
skor tes potensi, apakah rendah, sedang atau tinggi. Keperawatan 98 27,54 7,533
Informasi potensi akademik tidak bisa diketahui melalui Kes. Masyarakat 184 29,08 7,512
berat badan seseorang. Dengan demikian Tes Potensi Psikologi 97 27,58 8,207
Akademik didukung oleh validitas diskriminan. F = 27,022 (p = 0,00; p < 0,01)

Validitas Kelompok
Konfirmasi karakteristik alat ukur dengan suatu Uji F test (Anova) One Way menunjukkan bahwa
kelompok tertentu serta harus menunjukkan apa yang terdapat perbedaan potensi akademik mahasiswa
seharusnya terjadi. Kelompok subjek yang memiliki berdasarkan program studi. Uji menghasilkan nilai F
karakteristik dari atribut alat ukur harus ditunjukkan oleh sebesar 27,022 dengan nilai p = 0,000 serta signifikansi
hasil uji Statistika alat ukur tersebut. Sebaliknya, pada p=0,00. Berbeda atau tidak suatu uji beda bisa
kelompok yang tidak memiliki karakteristik alat ukur dilihat melalui nilai signifikansi yang kurang dari standar
tersebut pun harus menunjukan secara Statistika bahwa yang ditetapkan (0,01). Bisa kita lihat secara mendalam
memang tidak ada atribut tersebut pada kelompok. melalui nilai rata-rata (M) bahwa mahasiswa Kedokteran
Validitas kelompok dilakukan melalui tiga jenis uji memiliki skor TPA paling tinggi dari tiga program studi
Statistika yang diambil dari berbagai kelompok. yang lain. Nilai rata-rata TPA mahasiswa Kedokteran
Kelompok pertama yang dijadikan acuan adalah siswa sebesar 34,41; program studi yang lain sebesar 27 dan 29.
dari sekolah unggulan dan sekolah pinggiran. Nilai TPA mahasiswa Kedokteran lebih tinggi dari
Diasumsikan bahwa siswa sekolah unggulan memiliki mahasiswa program studi yang lain. Hal tersebut dapat
potensi akademik yang lebih tinggi dari siswa sekolah diterima bahwa mahasiswa Kedokteran berisi mahasiswa
pinggiran. Kelompok kedua adalah mahasiswa dari pintar, banyak anak pintar yang ingin berkuliah disana.
empat program studi di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Di perguruan tinggi negeri, passing grade paling tinggi
Kesehatan – Universitas Jambi. Diasumsukan bahwa biasanya berada di program studi Kedokteran. Apa yang
mahasiswa Kedokteran memiliki skor TPA yang paling dihoptesiskan terbukti sehingga TPA didukung oleh
tinggi di antara tiga program studi yang lain. Uji validitas validitas kelompok dengan teknik beberapa kelompok
kelompok yang ketiga dengan aspek pertama dari MBTI yang berbeda.
(Myers Briggs Type Indicator), yaitu: cara mendapatkan
energi. Subjek dengan kepribadian Extrovert dan Tabel 3. Hasil Uji T-Test Independent Sample TPA
Introvert tidak memiliki perbedaan di dalam hasil TPA. Dengan Kepribadian
Kepribadian N M SD
Tabel 1. Hasil Uji T-Test Independent Sample TPA
Dengan Jenis Sekolah Extrovert 289 30,19 8,214
Introvert 291 30,92 8,597
Jenis Sekolah N M SD t = -1,035 (p=0,301; p < 0,01)
Sekolah Unggulan 173 31,61 7,982
Sekolah Pinggiran 153 21,19 6,719
t = 11,705 (p=0,00; p < 0,01) Hasil uji beda dengan teknik t-test independent
menghasilkan nilai t sebesar -1,035 dengan nilai p=0,301.
Nilai tersebut lebih besar dari nilai p yang ditegakkan
Hasil Analisis Statistika menunjukkan bahwa sehingga hal tersebut menunjukkan bahwa tidak ada
terdapat perbedaan antara skor TPA siswa di sekolah perbedaan di antara kedua kelompok yang dibandingkan.
unggulan dengan sekolah pinggiran dengan nilai t sebesar Ada tidaknya perbedaan di antara dua kelompok
11,705 serta signifikan pada LOS 0,01 dengan nilai p ditunjukkan dengan nilai p=0,01. Hal tersebut
sebesar 0,00. Siswa sekolah unggulan memiliki skor TPA menunjukkan bahwa orang yang extrovert maupun
yang lebih tinggi dari sekolah pinggiran. Siswa sekolah introvert memiliki skor TPA yang setara. Tidak ada

Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat 4


perbedaan kedua kelompok orang berdasarkan cara Azwar, S. (2013). Tes prestasi: Fungsi dan pengukuran
mendapatkan energi tersebut. Kita bisa melihat dari nilai prestasi belajar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
rata-rata dan standar deviasi dari kedua kelompok Dedeh, S., Darsono, L., & Husin, W., (2013). Kriteria
tersebut adalah setara. Nilai rata-rata kedua kelompok seleksi masuk Fakultas Kedokteran sebagai
tersebut berada pada nilai 30 dan standar deviasi berada prediktor prestasi akademik. Jurnal Pendidikan
pada nilai 8. Orang-orang yang extrovert adalah orang Kedokteran Indonesia, 2 (2), 109-115.
yang mendapatkan energy atau bersemangat dalam Kurpius, S. E. R., Stafford, M.E. (2006). Testing and
mengerjakan sesuatu bersama orang lain. Orang-orang measurement: A user-friendly guide. California:
introvert adalah orang-orang yang bersemangat dalam Thousand Oaks.
mengerjakan sesuatu saat keadaan sunyi/sendirian. Lievens, F., et.al. (2002). Medical students’ personality
Extrovert-Introvert berkaitan dengan cara memperoleh characteristics and academic performance: a five-
energi/semangat yang merupakan manifestasi dari factor model perspective. Medical Education
kepribadian (Naisaban, 2003; Periantalo, 2016; Quenk, Journal, 36, 1050-1056.
2009). TPA berkaitan dengan kemampuan kognitif Naisaban, L. (2003). Psikologi Jung: tipe kepribadian
potensial dalam menalar hal verbal, kuantitatif dan manusia dan rahasia sukses dalam hidup. Jakarta:
abstrak (Azwar, 2014: Periantalo, 2015). Hipotesis yang Grasindo.
diajukan diterima sehingga TPA didukung oleh validitas Periantalo, J. (2012). Penyusunan skala kepribadian
kelompok dengan teknik dua kelompok yang idealnya optima dari tipologi kepribadian Jung dan Myers
setara. Brigss. Tesis, Tidak Dipublikasikan. Yogyakarta:
Fakultas Psikologi UGM.
SIMPULAN Periantalo, J., dkk. (2013, 2014, 2015, 2016). Laporan tes
psikologi seleksi mahasiswa baru Fakultas
Hipotesis yang diajukan didukung oleh data Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas
sehingga Tes Potensi Akademik memiliki validitas Jambi. Jambi: Universitas Jambi.
konstrak yang memuaskan. Keadaan yang diasumsikan Periantalo, J. (2015). Penyusunan skala psikologi: asyk,
secara teoritis didukung oleh uji Statistika kebenaran mudah dan bermanfaat. Yogyakarta: Pustaka
konstrak alat ukur ini dapat dipertanggungjawabkan. Pelajar.
Pada validitas konvergen terdapat hubungan positif Periantalo, J. (2015). Validitas alat ukur psikologi:
sedang di antara ketiga komponen TPA. Pada validitas Aplikasi praktis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
konstrak diskriminan, tidak ada hubungan Tes Potensi Periantalo, J. (2016). Penelitian kuantitatif untuk
Akademik dengan berat badan maupun tinggi badan. psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Pada validitas kelompok, siswa sekolah unggulan Periantalo, J. (2017). Statistika dasar untuk psikologi.
memiliki skor TPA yang lebih tinggi dari sekolah Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
pinggiran. Mahasiswa Kedokteran memiliki skor TPA Pratiknya. 2014. Pengukuran psikologi. Yogykarta:
paling tinggi dari mahasiswa Keperawatan, Psikologi dan Sanata Dharma.
Kesehatan Masarakat. Tidak ada perbedaan skor TPA Seniati, L., Yulianto, A., & Setiadi, B. (2010). Psikologi
kepribadiaan extrovert dan introvert. eksperimen. Jakarta: Indeks.
Validitas berikutnya yang dicapai adalah validitas Suryabrata, S. (2004). Penyusunan alat ukur psikologi.
kriteria dengan alat ukur yang lain dan prestasi akademik. Penerbit Andi: Yogyakarta.
Validitas kriteria yang perlu dilakukan melalui alat ukur Sumintoro, B., & Widhiarso, W. (2015). Aplikasi Rasch
sejenis/kecerdasan yang terstandardidasi, seperti: SPM, model untuk penelitian ilmu-ilmu sosial. Bandung:
TIKI, CFIT. Uji tersebut seharusnya menghasilkan Trim Komunikata.
korelasi positif tinggi, atau paling tidak sedang. Selain Urbina, S. (2004). Essential of psychological testing.
itu, alat ukur juga dapat diuji dengan kriteria prediksi Hoboken: John Wiley & Sons.
melalui validitas konkuren, seperti: nilai suatu Quenk, L. N. (2009). Essential of Myers Briggs type
pembelajaran. Nilai tersebut pun harus yang sudah indicator assessment. (2nd Ed). New Jersey: John
terstandardidasi, misalnya: nilai UN Pusat. Wiley & Sons.
Widhiarso, W. (2010). Validitas konstrak: Handout mata
DAFTAR PUSTAKA kuliah Psikometri. Yogyakarta: Fakultas Psikologi
UGM.
Azwar, S. (2014). Dasar-dasar psikometika (Edisi ke-2).
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Azwar, S. (2014). Konstruksi tes kemampuan kognitif.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Azwar, S. (2014). Penyusunan skala psikologi.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Azwar, S. (2013). Metode penelitian. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Azwar, S. (2013). Reliabilitas dan validitas (Edisi ke-4).
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat 5


PEMETAAN PENGETAHUAN GURU DI DAERAH RAWAN BENCANA
TENTANG PENDIDIKAN BENCANA BERBASIS PSYCHOLOGICAL FIRST
AID
TEACHER KNOWLEDGE MAPPING IN DISASTER RESIDENTIAL AREAS
ON DISASTER EDUCATION BASED ON PSYCHOLOGICAL FIRST ASSISTANCE

Listyo Yuwanto1*, Setiasih2


1,2
Fakultas Psikologi, Universitas Surabaya, Raya Kalirungkut, Surabaya, 60293, Indonesia
*E-mail: yuwanto81@gmail.com
*No. Handphone : 085222226963

ABSTRAK

Pendidikan bencana merupakan tanggungjawab orang tua, guru, BPBD, dan agen pendidikan bencana lain. Guru adalah
agen pendidikan yang paling strategis perannya dalam pendidikan kebencanaan. Berdasarkan hasil analisis kebutuhan,
guru-guru pendidikan anak usia dini (PAUD) yang tergabung dalam Ikatan Guru TK Desa Kepuharjo yang termasuk
kawasan rawan bencana erupsi Gunung Merapi belum pernah mendapatkan pendidikan bencana berbasis psychological
first aid. Dengan demikian dalam kurikulum pembelajaran yang diterapkan selama ini belum mencakup pendidikan
bencana. Mengacu pada permasalahan guru-guru PAUD di IGTK Kepuharjo, maka penelitian ini hendak memetakan
pengetahuan guru PAUD dalam menghadapi bencana erupsi Gunung Merapi. Subjek penelitian 85 guru IGTKI Desa
Kepuharjo. Metode pengumpulan data menggunakan angket dan dianalisis menggunakan statistik deskriptif. Hasil
penelitian menunjukkan Guru pendidik anak usia dini di IGTKI Cangkringan memiliki pengetahuan yang cukup terutama
di cakupan physiological health yang meliputi potensi bencana, dampak positif dan negatif bencana, serta proses siaga
bencana. Pendidikan bencana sebagai upaya untuk peningkatan kapasitas masyarakat dalam mengurangi risiko bencana
mencakup tiga komponen yaitu physiological health, psychological health, dan behavioral health. Perlu adanya
pembekalan lebih lanjut mengenai pendidikan bencana pada cakupan psychological health dan behavioral health.
Dengan adanya pembekalan secara komprehensif tentang pendidikan bencana kepada guru pendidik anak usia dini
diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan guru dalam menghadapi bencana sebagai bentuk pengurangan terhadap
risiko bencana.

Kata Kunci : pendidikan bencana, psychological first aid, guru

ABSTRACT

Disaster education is the responsibility of parents, teachers, BPBD, and other disaster education agencies. Teachers are
the most strategic education agents in disaster education. Based on the results of needs analysis, early childhood
education teachers (PAUD) incorporated in IGTKI Desa Kepuharjo which includes disaster-prone areas eruption of
Mount Merapi has not received a disaster education, based on psychological first aid. Thus in the curriculum of learning
that has been applied so far has not included disaster education. Referring to the problems of teachers of PAUD in IGTKI
Kepuharjo, this research will map the knowledge of PAUD teachers related to eruption of Mount Merapi. Research
subjects 85 teachers IGTKI Kepuharjo. Methods of data collection using questionnaires and analyzed using descriptive
statistics. The results show that PAUD teachers in IGTKI Kepuharjo have sufficient knowledge, especially in
physiological health coverage which includes disaster potential, positive and negative impact of disaster, and disaster
preparedness process. Disaster education as an effort to increase community capacity in disaster risk reduction includes
three components, namely physiological health, psychological health, and behavioral health. There needs to be further
debriefing on disaster education on the scope of psychological health and behavioral health. The comprehensive
provision of disaster education to early childhood teachers is expected to increase the capacity of teachers, to face
disaster as a form of disaster risk reduction.

Keywords : disaster education, psychological first aid, teacher

Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat 6


Indonesia merupakan daerah rawan bencana lebih dari 1.400 korban jiwa. Letusan Gunung Maninjau
erupsi gunung berapi karena Indonesia dilingkupi oleh di Sumatera Barat yang diperkirakan terjadi sekitar
busur cincin api Pasifik (Pacific ring of fire) yang 53.000 tahun lalu mengeluarkan material sebanyak 220-
ditunjukkan dengan adanya rangkaian pegunungan dari 250 kilometer kubik dan letusannya membentuk kaldera
Sumatera, Jawa, Sulawesi, Nusa Tenggara Timur dan dengan panjang 20 kilometer dan lebar 8 kilometer.
Maluku. Di Indonesia terdapat sebanyak kurang lebih 129 Gunung Merapi termasuk salah satu gunung
gunung berapi yang masih aktif dan jumlah gunung berapi teraktif di dunia sejak tahun 1548 telah mengalami
berapi yang ada di Indonesia sebanyak 14 persen dari 64 kali erupsi. Terdekat erupsi Gunung Merapi pada
total gunung berapi yang aktif yang ada di bumi. Apabila tahun 2006, Gunung Merapi kembali meletus pada
dibuat rangkaian jalur gunung berapi di Indonesia, Oktober tahun 2010 yang diperkirakan sebagai letusan
panjangnya 7.000 -7.500 kilometer dan lebar 50-200 terbesar selama 100 tahun terakhir. Risiko erupsi Gunung
kilometer (Supriyono, 2014). Merapi tahun 2010 termasuk yang tinggi, hal ini nampak
Terdapat beberapa letusan gunung berapi yang dari korban jiwa pada erupsi Gunung Merapi tahun 2010
tergolong dahsyat pernah terjadi di Indonesia. Kriteria sekitar 353 orang dan dampak sosial, ekonomis,
dahsyat ditentukan jumlah korban jiwa dan kerusakan psikologis, religius, dan material. Ancaman bahaya yang
yang diakibatkan letusan gunung berapi di Indonesia diakibatkan erupsi Gunung Merapi meliputi gempa
(Supriyono, 2014). Beberapa diantaranya adalah Letusan vulkanik, awan panas, lahar, lava, lontaran dan guguran
Gunung Toba atau yang dikenal dengan Supervolcano batu pijar, hujan abu lebat, hujan lumpur panas, aliran
Toba karena dahsyatnya letusan yang ditimbulkan. panas, dan gas beracun. Dengan demikian ancaman
Gunung Toba diperkirakan meletus pada 73.000 tahun bahaya erupsi gunung Merapi bersifat multihazards.
yang lalu menyebabkan terbentuknya Danau Toba dan Mengacu pada risk yang tinggi maka dilakukan
menurut ahli serta ilmuwan mengakibatkan banyak pemetaan kawasan yang terdampak erupsi Gunung
korban jiwa. Letusan Gunung Toba menyebabkan jumlah Merapi di Daerah Istimewa Yogyakarta. Tipologi
total manusia di dunia hanya sekitar 5.000-10.000. kawasan rawan letusan gunung berapi dibedakan
Letusan Gunung Tambora pada tahun 1815 menyebabkan berdasarkan geologi dan tingkat risiko letusan gunung
abu vulkanik dan material erupsi hingga Pulau berapi yaitu: tipe A merupakan kawasan yang memiliki
Kalimantan, Sulawesi, Jawa, dan Maluku dengan jumlah tingkat risiko rendah karena berjarak cukup jauh dari
korban jiwa sebanyak sekitar 71.000. Letusan Gunung gunung berapi, tipe B kawasan berisiko sedang karena
Tambora yang mengeluarkan material abu vulkanik yang berjarak cukup dekat dengan gunung berapi, tipe C
menetap selama beberapa tahun di lapisan atmosfer yaitu Kawasan berisiko tinggi karena jaraknya sangat dekat
troposfer menyebabkan kegelapan di bumi. Selain itu dengan gunung berapi. Setiap kawasan memiliki potensi
juga menyebabkan perubahan musim misalnya di Eropa mengalami dampak bencana erupsi gunung berapi yang
dan Amerika tidak mengalami musim panas, musim berbeda-beda.
dingin dan hujan berkepanjangan. (http://www.penataanruang.com/rawan-letusan-gunung-
Letusan Gunung Krakatau pada 27 Agustus api-dan-gempa-bumi.html)
tahun 1883 menyebabkan gempa bumi, awan panas,
tsunami dengan ketinggian gelombang 40 meter, debu,
dan material vulkanik dengan jumlah korban jiwa lebih
dari 36.000 (Winchester, 2003). Debu vulkanik yang
dikeluarkan dari letusan Gunung Krakatau mencapai
atmosfer sehingga menyebabkan kegelapan di bumi
selama sekitar dua hari dan sinar matahari redup selama
sekitar satu tahun. Letusannya diperkirakan 30.000 kali
bom atom Hiroshima dan terdengar hingga Afrika.
Letusan Gunung Krakatau merupakan letusan kelima
terbesar yang pernah terjadi setelah Gunung Toba,
Gunung Tambora, Gunung Taupo (Selandia Baru), dan
Gunung Katmai (Alaska).
Beberapa letusan gunung yang termasuk
dahsyat yang lain adalah letusan Gunung Kelud, Gunung Sumber:
Galunggung, Gunung Papandayan, Gunung Agung, http://www.merapi.bgl.esdm.go.id/images_stock/Risk%
Gunung Merapi, dan Gunung Maninjau. Letusan Gunung 20Index%20Ranking_ccb44e.jpg
Kelud hingga kini telah menyebabkan 15.000 korban
jiwa. Letusan Gunung Galunggung pada tahun 1882 Desa Kepuharjo merupakan salah satu desa yang
mengeluarkan hujan pasir panas, abu halus, awan panas, berada di kawasan B yang pasca erupsi Gunung Merapi
dan lahar menyebabkan 4.011 korban jiwa. Letusan pada tahun 2010 menjadi salah satu desa yang berada di
Gunung Papandayan pada tahun 1773 menyebabkan garis depan lokasinya dengan Gunung Merapi. Hal ini
sekitar 2.957 korban jiwa. Letusan Gunung Agung pada disebabkan desa-desa yang sebelum erupsi Gunung
tahun 1964 menyebabkan lebih dari 1.700 korban jiwa. Merapi pada tahun 2010 berada di kawasan A mengalami
Letusan Gunung Merapi secara total telah menyebabkan kerusakan berat dan tidak layak untuk ditinggali sesuai

Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat 7


ketetapan pemerintah. Warga desa yang sebelumnya dapat menghambat proses mitigasi bencana. Mitos adalah
berada di kawasan A seperti Dusun Jambu, Petung, dan keyakinan yang tetap hidup di suatu komunitas. Beberapa
Kaliadem berpindah lokasi ke Desa Kepuharjo. Pada mitos yang ada di area lereng Gunung Merapi termasuk
erupsi tahun 2010, Desa Kepuharjo terkena dampak awan di Desa Kepuharjo adalah apabila Gunung Merapi
panas, hujan abu, hujan lumpur panas, aliran panas dan meletus mengeluarkan awan panas (wedhus gembel)
gas beracun, aliran lahar dan lava. tidak boleh dilihat, agar selamat dari erupsi Gunung
Berdasarkan analisis komponen risiko, Merapi harus melakukan selamatan namun kurang
tingginya dampak bencana selain disebabkan high disertai dengan tindakan sukarela untuk mengungsi,
hazards juga didukung dengan high vulnerability, yang Mengacu pada permasalahan guru-guru
menunjukkan rendahnya kemampuan manajemen pendidikan anak usia dini di IGTK Kepuharjo, maka
bencana Indonesia termasuk di Desa Kepuharjo. penelitian ini hendak memetakan pengetahuan dan
Termasuk juga rendahnya kesiapan dan kemampuan kemampuan tentang pendidikan bencana berbasis
psikologis dalam menghadapi bencana hingga mampu psychological first aid. Berdasarkan hasil pemetaan
mencapai kondisi resiliensi. Resiliensi adalah tersebut maka akan diketahui tingkat kerentanan
kemampuan individu atau komunitas untuk kembali ke didasarkan pada pengetahuan pendidikan bencana
kondisi awal sebelum mengalami bencana atau ke kondisi berbasis psychological first aid guru IGTKI Kepuharjo.
yang lebih baik. Kemampuan psikologis yang dibutuhkan
agar mampu mencapai resiliensi meliputi physical health, Psikologi Bencana
psychological health, dan behavioral health yang Psikologi adalah ilmu yang mempelajari
merupakan prinsip dari psychological first aid dalam perilaku manusia yang dapat diterapkan dalam berbagai
menghadapi bencana. Physical health adalah area kehidupan salah satunya pada area bencana.
kemampuan untuk melakukan penyelamatan diri dan Penerapan ilmu psikologi secara spesifik pada area
mempertahankan hidup dari kondisi bencana. bencana disebut sebagai psikologi bencana (disaster
Psychological health adalah kemampuan untuk psychology). Aplikasi psikologi dalam bencana termasuk
melakukan pemulihan psikologis pada saat atau pasca bagian dari divisi 56 American Psychology Association
bencana. Behavioral health kemampuan untuk yaitu Divisi Trauma Psikologi (trauma psychology
memberdayakan diri dan komunitas secara ekonomis, division). Divisi Trauma Psikologi merupakan sebuah
sosial, dan budaya ataupun bidang-bidang kehidupan forum untuk penelitian ilmiah, pendidikan profesional
yang lain pasca bencana. dan masyarakat, dan pertukaran dukungan kolegial untuk
Hazards yang tinggi, perlu diikuti dengan kegiatan profesional yang berhubungan dengan stres dan
penurunan vulnerability dengan cara adanya standar yang traumatik.
baik dalam penanganan bencana alam. Manajemen Psikologi memiliki tiga fungsi dalam konteks
bencana perlu disiapkan sedini mungkin menghadapi bencana (Yuwanto, Adi, Pamudji, & Santoso, 2014):
potensi bencana yang sangat tinggi untuk menekan 1. Menjelaskan, bagaimana dan mengapa tingkah
tingkat resiko bencana alam. Salah satunya melalui laku terjadi
pendidikan bencana yang dapat diberikan pada anak usia 2. Memprediksi, diharapkan dapat membuat
dini. Pendidikan bencana merupakan tanggung jawab peramalan perilaku
para agen pendidikan seperti orang tua, guru, BPBD, dan 3. Pengendalian, diharapkan dapat mengendalikan
agen-agen pendidikan lainnya. atau mempertahankan perilaku yang adaptif
Guru adalah agen pendidikan yang paling
strategis perannya dalam pendidikan kebencanaan. Guru Risk
sebagai agen pendidikan memiliki peran strategis karena WHO (2002) menyebutkan tiga komponen
akan membekali siswa dengan pengetahuan dan dalam bencana, yaitu hazards, vulnerability, dan risk.
kemampuan dalam menghadapi bencana. Hal ini Risk adalah kemungkinan mengalami dampak merusak
sekaligus sebagai bentuk Sekolah Siaga Bencana yang atau negatif dari bencana yang merupakan kombinasi dari
dicanangkan pemerintah sebagai bentuk mitigasi hazards dan vulnerability.
bencana. Agar mampu membekali siswa pengetahuan
dan kemampuan dalam menghadapi bencana, guru
dituntut untuk memiliki pengetahuan dan kemampuan Hazards
dalam menghadapi bencana. Hazards (bahaya/ancaman) adalah potensi
Berdasarkan hasil analisis kebutuhan, guru-guru mengalami bencana yang dapat berdampak pada korban
pendidikan anak usia dini (PAUD) yang tergabung dalam jiwa, cedera, atau kehilangan/kerusakan materi.
Ikatan Guru TK Desa Kepuharjo belum pernah Karakteristik potensi bencana dapat dilihat dari lokasi,
mendapatkan pendidikan kebencanaan berbasis intensitas, frekuensi, dan kemungkinan yang dapat
psychological first aid. Dengan demikian dalam terjadi.
kurikulum pembelajaran yang diterapkan selama ini
belum mencakup pendidikan kebencanaan. Pembekalan Multiplehazards Erupsi Gunung Berapi
pengetahuan dan kemampuan terhadap guru pendidikan Ancaman bahaya yang diakibatkan erupsi
usia dini penting untuk dilakukan. Ditunjang lagi masih gunung berapi meliputi gempa vulkanik, awan panas,
adanya mitos yang kuat tentang Gunung Merapi sehingga

Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat 8


lahar, lava, lontaran dan guguran batu pijar, hujan abu proses pembelajaran bersama yang bersifat interaktif di
lebat, hujan lumpur panas, aliran panas, dan gas beracun. tengah masyarakat dan lembaga-lembaga yang ada.
Cakupan pendidikan pengurangan risiko bencana lebih
Vulnerability luas daripada pendidikan sekolah dan universitas.
Vulnerability merupakan kondisi kerentanan Termasuk di dalamnya adalah pengakuan dan
yang disebabkan faktor fisik, sosial, ekonomi, psikologi, penggunaan kearifan tradisional dan pengetahuan lokal
dan sebagainya yang berkaitan dengan hazards. bagi perlindungan terhadap bencana alam (Biro
Perencanaan dan Kerjasama Luar Negeri Sekretariat
Psychological Vulnerability Jenderal Kemendikbud, 2015).
Kerentanan psikologi meliputi kajian dari
psychological first aid. Minnesota Departement of Health Komponen Pendidikan Bencana
(2013) mendefinisikan psychological first aid sebagai Komponen pendidikan bencana meliputi antara
bentuk penanganan psikologis yang dapat diberikan lain:
kepada korban kejadian traumatis, bencana, atau personal 1. Sebelum bencana
crisis untuk membantu proses resiliensi. Psychological Pengertian bencana, peta daerah rawan bencana,
first aid diberikan kepada individu, keluarga, dan penyebab bencana, dan tanda-tanda terjadinya
komunitas yang mengalami paparan bencana secara bencana
langsung ataupun tidak langsung serta membutuhkan 2. Ketika bencana
bantuan. Proses terjadinya bencana, cara penyelamatan
Berdasarkan kajian psychological first aid maka diri ketika terjadi bencana, tindakan saat terjadi
psychological vulnerability meliputi physical health, bencana
psychological health, dan behavioral health. Physical 3. Setelah bencana
health adalah kemampuan untuk melakukan Dampak negatif bencana
penyelamatan diri dan mempertahankan hidup dari
kondisi bencana. Psychological health adalah Program Pendidkan Bencana Berbasis
kemampuan untuk melakukan pemulihan psikologis pada Psychological First Aid
saat atau pasca bencana. Behavioral health kemampuan Psychological first aid adalah penanganan
untuk memberdayakan diri dan komunitas secara pertama dalam kondisi krisis termasuk dalam kondisi
ekonomis, sosial, dan budaya ataupun bidang-bidang bencana. Komponen psychological first aid meliputi
kehidupan yang lain pasca bencana. physical health, psychological health, dan behavioral
health. Saat terjadi bencana maka para penyintas bencana
Kawasan Rawan Bencana Gunung Berapi akan dievakuasi ke tempat yang aman dan disediakan
Tipologi kawasan rawan letusan gunung berapi fasilitas pengungsian yang memadai termasuk kebutuhan
dibedakan berdasarkan geologi dan tingkat risiko letusan logistik (physical health). Setelah dievakuasi ke tempat
gunung berapi yaitu: yang aman, maka kondisi psikologis penyintas perlu
(http://www.penataanruang.com/rawan-letusan-gunung- dibuat nyaman (psychological health) dan diajarkan
api-dan-gempa-bumi.html) tentang berperilaku sehat serta bagaimana
1. Tipe A memberdayakan diri secara ekonomi, sosial, pendidikan,
Merupakan kawasan yang memiliki tingkat risiko dan bentuk-bentuk pemberdayaan lainnya (behavioral
rendah karena berjarak cukup jauh dari gunung berapi. health). Dengan demikian psychological first aid
Kawasan ini berpotensi mengalami bencana banjir merupakan layanan diberikan profesional ataupun non
lahar, hujan abu, lontaran batu pijar, perluasan awan profesional kepada penyintas bencana.
panas, dan aliran lava. Yuwanto (2017) mengusulkan bahwa
2. Tipe B psychological first aid tidak hanya dapat dilakukan
Kawasan berisiko sedang karena berjarak cukup dekat sebagai bentuk layanan penanganan kepada penyintas
dengan gunung berapi. Potensi bencana yang dialami bencana tetapi juga dapat diberikan sebagai kemampuan
awan panas, hujan abu, hujan lumpur panas, aliran melakukan psychological first aid dalam bentuk
panas dan gas beracun, aliran lahar dan lava. pendidikan bencana. Sifatnya lebih ke arah preventif
dibandikan kuratif. Yuwanto, Adi, dan Budiman (2017)
3. Tipe C menerapkan pendidikan bencana berbasis psychological
Kawasan berisiko tinggi karena jaraknya sangat dekat first aid kepada siswa, guru, dan ibu rumah tangga dalam
dengan gunung berapi. Area ini sering mengalami program Desa Tangguh Bencana (2017).
awan panas, lahar, lava, lontaran dan guguran batu Program yang dirancang meliputi physical
pijar, hujan abu lebat, hujan lumpur panas, aliran health, psychological health, dan behavioral health.
panas, dan gas beracun. physical health antara lain kemampuan dalam melakukan
evakuasi dan kemampuan dalam safeguard dan sustain.
Pendidikan Bencana Safeguard mengarah pada melindungi diri dari ancaman,
Pendidikan bencana lebih dikenal dengan membawa ke tempat yang aman, biasanya dalam praktek
Pendidikan Pengurangan Risiko Bencana (PRB) adalah bentuknya adalah manajemen pengungsian seperti

Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat 9


membuat jalur evakuasi yang aman, tempat pengungsian, Jenis kelamin
dan pengaturan pengungsian, melakukan evakuasi, Perempuan 82 96
pertolongan pertama luka/cedera. Sustain seringkali kita Laki-laki 3 3
kenal dalam bentuk kemampuan mencari dan mengelola
bantuan logistik, yaitu bantuan secara fisik seperti Usia
makanan, minuman, pakaian, ataupun yang lainnya, 56-60 5 5
bantuan kebutuhan dasar termasuk pengelolaan dapur 51-55 16 18
umum. 46-50 19 22
Psychological health antara lain kemampuan 41-45 9 10
dalam menyediakan kondisi comfortable dan connect. 36-40 14 16
Comfortable berfokus bagaimana penyintas bencana 31-35 11 12
alam dapat merasa nyaman, pendekatan psikologis lebih 26-30 5 5
banyak berperan dalam aspek ini. Connect mengacu pada 21-25 6 7
kemampuan menghubungkan penyintas bencana alam
pada sumber-sumber yang memberi rasa aman dan Status pernikahan
nyaman secara psikologis. Behavioral health fokusnya Menikah 80 94
behavioral health yaitu melalui educate dan Tidak menikah 5 5
empowerment. Educate merupakan proses
mengidentifikasi kemampuan atau potensi penyintas dan Jumlah anak 1 1
pengajaran kepada penyintas bencana untuk 5 3 3
menampilkan perilaku/berperilaku sehat selama bencana 4 12 14
dan persiapan menghadapi bencana. Empowerment 3 40 47
mengarah pada bagaimana penyintas bencana memiliki 2 14 16
kemampuan berperilaku sehat, memobilisasi sumber 1 15 17
daya atau potensi yang ada selama bencana dan persiapan
menghadapi bencana. Misalnya masyarakat mampu Pendidikan
melakukan pengenalan potensi diri, minat diri, potensi S2 1 1,2
komunitas, potensi alam atau lingkungan, dan kemauan S1 65 76,5
untuk belajar (continous learning) sehingga dapat D3 2 2,4
mempersiapkan diri untuk alternatif mata pencaharian SMU 17 20
atau sumber penghidupan pasca bencana dan tidak terlalu
bergantung kepada pihak luar atau pemerintah. Berdasarkan data yang terkumpul dapat
Kerangka pendidikan bencana berbasis dipetakan pengetahuan pendidikan bencana guru IGTKI
psychological first aid sebagai berikut. Cangkringan Sleman sebagai berikut.

Pengetahuan tentang potensi bencana, dampak


METODE PENELITIAN
bencana, kemampuan penyelamatan diri dan
mempertahankan hidup dari kondisi bencana
Penelitian ini menggunakan metode penelitian (physical health)
deskriptif. Penelitian deskriptif untuk mendapatkan
pemetaan pengetahuan guru dalam pendidikan bencana
meliputi physical health, psychological health, dan Tabel 2. Pendidikan Bencana
behavioral health. Subjek penelitian ini adalah guru-guru
PAUD yang tergabung pada IGTK di Desa Kepuharjo Pendidikan Bencana Jumlah %
Cangkringan Sleman. Subjek penelitian ini merupakan
seluruh guru yang tergabung di IGTK di Desa Kepuharjo Pernah Mendapatkan 33 38.9
Cangkringan Sleman sehingga penelitian ini merupakan Tidak Mendapatkan 52 61.1
total population study. Metode pengumpulan data
penelitian ini menggunakan metode data primer Total 85 100
menggunakan wawancara, observasi, dan angket untuk
mengukur pengetahuan tentang pendidikan bencana Tabel 2 menunjukkan ada 33 orang (38.9%)
berbasis psychological first aid. Data pengetahuan subjek penelitian yang pernah mendapatkan pendidikan
pendidikan bencana guru di awal akan dianalisis bencana. Terdapat 52 (61.1%) subjek penelitian yang
menggunakan statistik deskriptif. belum pernah mendapatkan pendidikan bencana.
Bentuk pendidikan bencana yang pernah diikuti
HASIL DAN PEMBAHASAN meliputi simulasi siaga bencana, cara melakukan
evakuasi, praktek pertolongan pertama pada
Tabel. 1. Data Demografis Subjek Penelitian kegawatdaruratan, dan mengenali jalur evakuasi.

Variabel ∑ % Tabel 3. Pengetahuan Tentang Potensi Bencana

Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat 10


Pengetahuan Jumlah % Tabel 4. Pengetahuan seputar Bencana Erupsi
Gunung Api
Mengetahui 85 100
Cara Relaksasi Gratitute
Tidak 0 0 penanganan
Mengetahui ∑ % ∑ % ∑ %
Total 85 100 Tahu 0 0 0 0 0 0
Tidak 85 100 85 100 85 100
Berdasarkan Tabel 3 dapat diketahui bahwa tahu
seluruh subjek penelitian memiliki pengetahuan tentang Jumlah 85 100 85 100 85 100
potensi bencana di daerahnya. Potensi bencana yang
ada antara lain erupsi gunung berapi, angin puting Berdasarkan Tabel 5 dapat diketahui bahwa
beliung, tanah longsor, dan gempa bumi. seluruh subjek penelitian belum mengetahui cara
melakukan penanganan psikologis secara sederhana
Sebagian besar (67,1%) subjek penelitian (penanganan psikologis untuk awam) pada saat terjadi
memiliki pengetahuan tentang status gunung api. bencana. Keseluruhan subjek juga belum mengetahui
Berdasarkan tingkat aktivitas vulkaniknya, status gunung cara melakukan relaksasi dan aktivitas bersyukur yang
api dibedakan menjadi: normal, siaga, waspada, dan berlandaskan pendekatan psikologis, pada saat atau
awas. pasca mengalami bencana.
Keseluruhan subjek penelitian belum memiliki
pengetahuan tentang tipe gunung Api. Adapun tipe Pengetahuan tentang berperilaku sehat,
gunung api yaitu: tipe A, tipe B, dan tipe C. Gunung memberdayakan diri dan komunitas secara
Merapi termasuk gunung api tipe A. ekonomis, sosial, dan budaya ataupun bidang-bidang
Semua subjek penelitian telah memiliki kehidupan yang lain pasca bencana (behavioral
pengetahuan tentang material erupsi gunung api. Namun health)
pengetahuan tersebut hanya sebatas material erupsi yang
bersifat bahan padat (seperti abu, debu, pasir, batu), Berdasarkan hasil penelitia dapat diketahui
bahan cair (meliputi lava, magma), dan awan panas. bahwa subjek penelitian seluruhnya (100%) belum
Namun belum mengetahui tentang material erupsi mengetahui tentang perilaku sehat selama mengalami
gunung berapi yang bersifat bahan gas (seperti mofet, bencana. Subjek penelitian belum mengetahui tentang
solfatara, fumarol). tata cara menjaga kesehatan, tata cara menyiapkan atau
Keseluruhan subjek penelitian telah memiliki cara menjaga kebersihan lingkungan ataupun fisik, dan
pengetahuan tentang dampak negatif dan dampak positif belum adanya pengetahuan tentang prosedur sekolah
dari erupsi gunung api. Dampak negatif dari erupsi darurat.
gunung api antara lain dampak terhadap kesehatan, Subjek penelitian merupakan guru IGTKI
ekonomi, sosial, psikologis, dan religi, sedangkan Cangkringan Sleman yang bertempat tinggal dan
dampak positif erupsi gunung api antara lain bahan mengajar di Desa Kepuharjo. Desa Kepuharjo berada di
material, energi panas bumi, sumber daya air, daerah area ring satu kawasan rawan bencana erupsi Gunung
wisata, mata air panas, lahan yang subur, dan sumber Merapi. Semua subjek penelitian pernah mengalami
mineral. beberapa peristiwa erupsi Gunung Merapi antara lain
Sebagian besar (70,6%) subjek penelitian erupsi Gunung Merapi pada tahun 2006 dan 2010.
belum mengetahui tentang proses evakuasi yang tepat Dengan demikian semua guru telah memiliki pengalaman
dan sebanyak 80% subjek penelitian belum mengetahui menghadapi bencana erupsi Gunung Merapi.
tentang jalur evakuasi di rumah. Pengalaman menghadapi bencana erupsi
Lebih banyak subjek penelitian (68,2%) yang Gunung Merapi membuat subjek penelitian memiliki
belum tahu tentang P3K daripada yang tahu (31,8%) pengetahuan tentang potensi bencana yang mungkin
dan sebanyak 50.6% subjek penelitian belum terjadi di Desa Kepuharjo, dampak bencana erupsi
mengetahui tentang tas siaga bencana. gunung berapi yang meliputi dampak fisik (kesehatan),
Seluruh subjek penelitian (100%) telah memiliki psikologis, sosial, ekonomi, spiritual/religius. Selain itu
pengetahuan tentang yang harus dilakukan sebelum dan subjek penelitian juga telah memiliki pengetahuan
saat bencana erupsi gunung api. Pengetahuan tentang tentang hal yang harus dilakukan sebelum erupsi, saat
perilaku yang harus dilakukan sebelum bencana erupsi erupsi, dan setelah mengalami erupsi. Pengetahuan yang
gunung api yang dimiliki antara lain melakukan didapatkan secara langsung melalui pengalaman
simulasi siaga bencana, mengenali jalur evakuasi, dan mengalami bencana sesuai dengan Yuwanto, Adi,
lokasi aman. Pamudji, Santoso, Triwijati, dan Amelia (2015) yang
menyatakan erupsi Gunung Merapi merupakan salah satu
3.2. Pengetahuan tentang pemulihan psikologis bentuk bencana yang memiliki dampak negatif, tetapi
pada saat atau pasca bencana (psychological health) salah satu dampak positifnya adalah adanya pengetahuan
yang diperoleh secara langsung dalam peristiwa tersebut.
Dengan demikian adanya pendidikan bencana pada

Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat 11


peristiwa erupsi Gunung Merapi menjadi sumber daya awan panas yang merupakan campuran material gas dan
resiliensi komunitas. batuan.
Pengetahuan yang dimiliki subjek penelitian Seluruh subjek penelitian telah memiliki
yang meliputi potensi bencana, dampak bencana, yang pengetahuan tentang bahaya gunung berapi yang terdiri
harus dilakukan sebelum, saat, dan setelah mengalami atas material padat, cair, dan awan panas. Bahaya gunung
bencana masih sebatas pada komponen physiological berapi juga meliputi kekurangan air bersih, banjir
health. Namun pengetahuan tentang pendidikan bencana bandang, longsor, dan adanya penyakit. Bahaya gunung
komponen psychological health dan behavioral health berapi dapat dibedakan menjadi bahaya primer dan
masih perlu adanya pembekalan lebih lanjut. bahaya sekunder. Seluruh subjek penelitian belum dapat
Subjek penelitian memiliki pengetahuan tentang membedakan bahaya primer dan sekunder dari erupsi
pendidikan bencana pada komponen physiological health gunung berapi. Bahaya primer gunung berapi adalah
selain mengalami bencana erupsi secara langsung juga bahaya yang ditimbulkan pada saat erupsi yang meliputi
karena telah mendapatkan pendidikan bencana. Sebanyak material padat, cair, gas, dan awan panas. Sedangkan
(38,9%) subjek telah mendapatkan pendidikan bencana bahaya sekunder adalah bahaya yang ditimbulkan pasca
setelah erupsi Gunung Merapi pada tahun 2006 dan tahun erupsi gunung berapi yang meliputi kekurangan air
2010.Pendidikan bencana yang pernah didapatkan bersih, banjir bandang, longsor, dan penyakit yang
berasal dari berbagai elemen antara lain lembaga menyertai paska erupsi gunung berapi seperti penyakit
swadaya masyarakat, pendidikan tinggi, dan dinas kulit, iritasi mata, dan infeksi saluran pernafasan.
pemerintah yang terkait dengan bencana. Pendidikan Subjek penelitian juga telah mengetahui dampak
bencana dapat diberikan secara formal dan informal negatif erupsi gunung berapi antara lain dampak
untuk meningkatkan kapasitas masyarakat dalam fisiologis, psikologis, sosial, ekonomi, spiritual/religius.
mengurangi risiko bencana. Pendidikan bencana dapat Dampak fisiologis antara lain ancaman kematian, luka
melibatkan semua unsur atau elemen masyarakat yang atau cidera, dan kehilangan material. Dampak psikologis
didasari semangat mengurangi risiko bencana. Dengan meliputi masalah-masalah ketidaknyamanan, kesulitan
demikian pendidikan bencana merupakan sinergi semua tidur, bahkan hingga trauma. Dampak sosial adanya
elemen yang ada di masyarakat dengan syarat dilakukan perubahan sistem masyarakat, perilaku kriminal,
secara terstruktur (Yuwanto, Adi, & Budiman, 2017). perubahan lokasi tempat tinggal, perubahan pola interaksi
Pendidikan bencana yang diperoleh subjek masyarakat. Dampak ekonomi antara lain kehilangan
penelitian tersebut sebatas pada bentuk simulasi evakuasi sumber penghasilan, kehilangan mata pencaharian,
dalam kondisi bencana yang mengarah pada ataupun kesulitan memenuhi kebutuhan hidup. Dampak
kesiapsiagaan menghadapi bencana. Hal ini sesuai spiritual atau religius seperti beribadah tidak teratur,
dengan hasil penelitian Yuwanto, Adi, dan Budiman menyalahkan Tuhan atas bencana yang terjadi, dan
(2017) bahwa pendidikan bencana yang umumnya telah perubahan prinsip-prinsip moral.
dilakukan lebih mengutamakan pada aspek physiological Selain dampak negatif, erupsi gunung berapi
health yaitu kemampuan untuk menyelamatkan diri dan juga memiliki dampak positif. Seluruh subjek penelitian
bertahan hidup pada saat bencana telah mengetahui dampak positif erupsi gunung berapi.
Dengan demikian pengetahuan tentang Pengetahuan ini didapatkan saat menempuh pelajaran
physiological health juga masih perlu ditingkatkan geografi di pendidikan menengah pertama dan
kembali karena masih terdapat beberapa pengetahuan pendidikan menengah atas yang ditunjang dengan
tentang pendidikan bencana terkait physiological health, pengalaman saat tinggal di area rawan bencana Gunung
psychological health, dan behavioral health yang masih Merapi. Subjek penelitian merasakan sendiri adanya mata
belum dikuasai. Beberapa pengetahuan pendidikan air panas, bahan material yang berupa pasir, batu, kerikil
bencana komponen physiological health dibahas sebagai yang dapat dimanfaatkan untuk bahan bangunan, lahan
berikut. Seluruh subjek penelitian telah memiliki yang subur untuk bercocok tanam, dan keindahan alam
pengetahuan tentang potensi bencana di Desa Kepuharjo. yang dapat dimanfaatkan untuk pariwisata.
Potensi bencana utamanya adalah erupsi Gunung Merapi Sebagain besar subjek penelitian (67,1%) telah
karena lokasi tinggal subjek penelitian berada di kawasan memiliki pengetahuan yang tepat tentang status gunung
rawan bencana erupsi gunung berapi. Potensi bencana berapi. Status gunung berapi terdiri atas normal, siaga,
erupsi gunung berapi antara lain material padat (berupa waspada, dan awas. Status normal dicirikan dengan tidak
debu, pasir, kerikil, batuan besar), material cair (berupa adanya aktivitas vulkanik. Status siaga ketika terjadi
lava, magma), dan awan panas. Pengetahuan potensi aktivitas seismik dan vulkanik. Status waspada dicirikan
bencana erupsi gunung berapi yang meliputi material dengan peningkatan aktivitas seismik dan vulkanik yang
padat, cair, dan awan panas sudah tepat namun masih menandakan segera erupsi. Status awas menandakan
kurang lengkap karena material erupsi gunung berapi gunung segera dan sedang erupsi dicirikan dengan
juga terdapat material gas (Supriyono, 2014). Material adanya letusan pembukaan. Status gunung berapi tersebut
gas dapat berupa fumarole (gas yang mengeluarkan uap merupakan tahapan secara berurutan tanda erupsi gunung
air), mofet (gas yang mengeluarkan karbondioksida), dan berapi yang dapat membantu masyarakat untuk bersiap
solfatara (gas yang mengeluarkan belerang). Subje k menghadapi bencana gunung berapi. Namun masih
penelitian juga belum bisa menjelaskan secara ilmiah terdapat subjek penelitian yang menyebutkan tidak tepat

Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat 12


ataupun urutannya tidak sesuai tentang status gunung bersifat logistik. Dengan demikian tas siaga merupakan
berapi (32,9%) hal yang penting untuk disiapkan. Berdasarkan hasil
Gunung Merapi merupakan salah satu gunung penelitian sebanyak (49,4%) subjek penelitian telah
teraktif di Indonesia bahkan di dunia dan dapat memiliki pengetahuan tentang tas siaga. Subjek yang
dikategorikan gunung berapi tipe A. Semua subjek memiliki pengetahuan tentang tas siaga juga menyiapkan
penelitian tidak dapat menjelaskan kategori gunung tas siaga di rumah.
berapi yang ada di Indonesia. Gunung berapi dapat Subjek penelitian telah memiliki pengetahuan
dikategorikan menjadi tiga yaitu gunung berapi tipe A, tentang yang harus dilakukan sebelum, saat, dan setelah
tipe B, dan tipe C. Gunung berapi tipe A adalah gunung mengalami bencana. Sebelum mengalami bencana
berapi yang aktif sejak tahun 1600. Gunung berapi tipe B seluruh subjek penelitian menyatakan harus mengikuti
adalah gunung berapi yang aktif sebelum tahun 1600. simulasi bencana, mengetahui tentang tanda bahaya
Terakhir adalah gunung berapi tipe C yang berupa bencana, dan mengetahui jalur evakuasi. Pengetahuan
lapangan panas bumi (Puturuhu, 2015). subjek penelitian saat mengalami bencana adalah dengan
Melalui pendidikan bencana yang telah melakukan evakuasi atau mengungsi ke lokasi aman yang
diperoleh, seluruh subjek penelitian telah memiliki telah disediakan. Tetapi subjek penelitian belum
pengetahuan tentang jalur evakuasi di daerah tempat mengetahui rincian saat melakukan evakuasi atau
tinggalnya. Hal ini juga tidak terlepas dari pemasangan pengungsian. Rincian yang harus dilakukan saat
rambu dan jalur evakuasi terutama paska erupsi Gunung mengungsi atau melakukan evakuasi antara lain
Merapi 2010. Jumlah rambu dan jalur evakuasi menurut membawa tas siaga, menyelamatkan harta benda yang
pengakuan subjek penelitian jumlahnya menjadi lebih dapat dibawa, menggunakan masker, mengenakan
banyak. Rambu evakuasi dipasang berasal dari swadaya pakaian yang dapat melindungi tubuh dengan aman
masyarakat lokal, lembaga masyarakat, pemerintah desa, seperti pakain lengan panjang, celana panjang, topi, cara
dan lembaga pemerintah terkait penanganan bencana. Hal penggunaan masker yang tepat, dan tindakan saat terjadi
ini menunjukkan adanya kesadaran masyarakat akan gunung meletus di dalam ruang tertutup ataupun di ruang
pentingnya rambu dan jalur evakuasi dalam menghadapi terbuka (Supriyono, 2014).
bencana. Secara berkala subjek penelitian bersama Pengetahuan subjek penelitian pada saat dan
dengan warga desa yang lain mengikuti simulasi siaga setelah mengalami bencana yang terkait komponen
bencana mengikuti rambu dan jalur evakuasi yang telah psychological health masih kurang. Misalnya saja yang
dibuat. Dengan harapan pada saat terjadi erupsi Gunung harus dilakukan apabila mengalami kondisi tidak
Merapi subjek penelitian dapat melakukan evakuasi nyaman, umumnya subjek penelitian menyatakan pasrah
secara tepat. dan berdoa kepada Tuhan. Pendekatan psikologi awam
Berdasarkan kajian psychological first aid, jalur seperti melakukan relaksasi ataupun aktivitas bersyukur
evakuasi yang dibutuhkan tidak hanya berada di area tidak pernah diberikan kepada subjek penelitian dalam
utama desa tetapi juga di setiap rumah (Yuwanto, 2017). menghadapi bencana. Aktivitas rekreasional terutama
Setiap rumah harus memiliki jalur evakuasi agar proses untuk anak-anak juga tidak pernah dibekali dalam
evakuasi besar dari setiap rumah ke titik aman dan pendidikan bencana yang pernah diikuti.
menuju lokasi pengungsian darurat dapat berjalan aman. Demikian halnya pengetahuan tentang
Beberapa kasus ditemukan dalam kondisi bencana behavioral health yang harus dilakukan saat dan setelah
sebelum mencapai titik aman dan lokasi pengungsian mengalami bencana. Seluruh subjek penelitian
darurat, masyarakat dapat terjebak atau mengalami menyatakan paska bencana yang dilakukan adalah
bencana saat berada di dalam rumah karena tidak adanya kembali ke rumah dan membersihkan rumah. Tetapi
jalur evakuasi di dalam rumah. Jalur evakuasi di dalam pengetahuan perilaku sehat seperti menjaga kesehatan,
rumah idealnya dibuat dua jalur melalui dua pintu keluar mencuci tangan, mengolah makanan sehat, mengolah air
sehingga terdapat alternatif untuk proses penyelamatan bersih masih kurang. Pengetahuan yang kurang tentang
diri. Demikian halnya untuk rumah dengan lebih dari satu behavioral health disebabkan tidak adanya materi tentang
lantai memiliki harus memiliki jalur evakuasi. Jalur hal tersebut dalam pendidikan bencana yang telah
evakuasi tersebut digambar dan harus diketahui oleh diterima subjek penelitian.
seluruh anggota keluarga. Berdasarkan hasil penelitian
seluruh subjek penelitian belum memiliki pengetahuan SIMPULAN
tentang jalur evakuasi di rumah.
Proses evakuasi juga harus disertai dengan Berdasarkan hasil penelitian dapat
adanya tas siaga. Tas siaga merupakan salah satu syarat disimpulkan pengetahuan guru pendidik anak usia dini di
siaga bencana yang harus dimiliki setiap orang ataupun IGTKI Cangkringan Sleman tentang pendidikan bencana
setiap keluarga. Tas siaga berisi copy tanda pengenal, berbasis psychological first aid masih perlu ditingkatkan.
copy sertifikat penting, makanan dan minuman yang Guru pendidik anak usia dini di IGTKI Cangkringan
cukup untuk minimal tiga hari, masker, peralatan mandi, memiliki pengetahuan yang cukup terutama di cakupan
obat-obatan pribadi dan P3K, selimut, pakaian physiological health yang meliputi potensi bencana,
secukupnya, senter, dan radio untuk mendengarkan dampak positif dan negatif bencana, serta proses siaga
informasi. Tas siaga dapat dimanfaatkan saat di bencana. Pendidikan bencana sebagai upaya untuk
pengungsian darurat selama belum ada bantuan yang peningkatan kapasitas masyarakat dalam mengurangi

Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat 13


risiko bencana mencakup tiga komponen yaitu
physiological health, psychological health, dan
behavioral health. Pendidikan bencana dapat diberikan
sejak anak berusia dini terutama di area rawan bencana.
Perlu adanya pembekalan lebih lanjut mengenai
pendidikan bencana pada cakupan psychological health
dan behavioral health. Dengan adanya pembekalan secara
komprehensif tentang pendidikan bencana kepada guru
pendidik anak usia dini diharapkan dapat meningkatkan
pengetahuan guru dalam menghadapi bencana sebagai
bentuk pengurangan terhadap risiko bencana. Berkaitan
dengan profesi guru, pengetahuan tentang pendidikan
bencana dapat meningkatkan self efficacy guru dalam
merancang pendidikan bencana dalam materi
pembelajaran dan menerapkannya.

DAFTAR PUSTAKA
http://www.penataanruang.com/rawan-letusan-gunung-
api-dan-gempa-bumi.html
http://www.merapi.bgl.esdm.go.id/images_stock/Risk%
20Index%20Ranking_ccb44e.jpg
Minnesota Department of Health (2013). Psychological
first aid (PFA). Diunduh dari
http://www.health.state.mn.us/oep/responsesystems
/pfa.pdf
Puturuhu, F. (2015). Mitigasi bencana dan penginderaan
jauh. Jakarta : Graha Ilmu.
Supriyono, P. (2014). Seri pendidikan pengurangan
risiko: Bencana gunung meletus. Yogyakarta:
Penerbit Andi.
World Health Organization. (2002). The World Health
repport 2002 : Reducing risk, promoting healty life.
Geneva: WHO Library Cataloguing in Publication.
Yuwanto, L., Adi, C. M. P., Pamudji, S.S, & Santoso, M.
(2014). Issue kontemporer psikologi bencana.
Sidoarjo: Dwi Putra Pustaka Jaya.
Yuwanto, L., Adi, C. M. P., & Budiman, A. F. (2017).
Disaster education based on psychological first aid
for students: Increasing capacity dealing with
disaster. US-China Education Review B, 7(5), 255-
260.
Yuwanto, L. (2017). Penerapan psikologi bencana pada
desa tangguh untuk peningkatan kapasitas sekolah
dan keluarga. Sidoarjo : Dwi Putra Pustaka Jaya.

Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat 14


ASESMEN PENYESUAIANDIRI TERHADAP KURIKULUM PENDIDIKAN
PADA MAHASISWA PROGRAM STUDI BIOLOGI FKIP ULM
SELF ADJUSTMENT ASSESSMENT ON EDUCATION CURRICULUM IN STUDENTS OF
BIOLOGICAL STUDY PROGRAMS FKIP ULM

Nina Permata Sari*, Rizky Ildiyanita


Program Studi Bimbingan dan Konseling, FKIP, Universitas Lambung Mangkurat, Jl. Brigjen H.
Hasan Basri No.3, RW.02, Pangeran, Banjarmasin Utara, Kota Banjarmasin, Kalimantan Selatan
70124, Indonesia
*E-mail: ninapermatasari1980@gmail.com
No. Handphone. +6285215682360

ABSTRAK

Asesmen non tes Daftar Cek Masalah (DCM) merupakan salah satu cara asesmen dalam layanan bimbingan dan konseling
untuk mengetahui kemampuan individu dalam mengidentifikasi permasalahan yang dihadapi salah satunya adalah
kemampuan menyesuaikan diri terhadap kurikulum pendidikan di program studinya. Hal ini dilakukan karena
berdasarkan hasil observasi dan layanan konseling yang dilakukan oleh tim Unit Layanan Bimbingan dan Konseling
(ULBK) FKIP ULM kecenderungan permasalahan yang dialami oleh mahasiswa dari program studi biologi FKIP ULM
adalah terkait pada bidang akademik. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana gambaran permasalahan
di bidang penyesuaian terhadap kurikulum pada mahasiswa program studi biologi FKIP ULM. Penelitian ini merupakan
penelitian kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif. Penelitian ini dilaksanakan di program studi biologi FKIP ULM.
Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa program studi biologi FKIP ULM angkatan 2016 yang berjumlah 50
orang mahasiswa. Sampel pada penelitian ini menggunakan teknik random sampling yang didapatkan 24 orang.
Instrumen penelitian yang digunakan untuk mengetahui gambaranpermasalahan di bidang penyesuaian terhadap
kurikulum adalah dengan asesmen non tes Daftar Cek Masalah (DCM). Teknik analisis data menggunakan persentase
hasil DCM di bidang masalahpenyesuaian terhadap kurikulum. Diketahui hasil persentasepermasalahan di bidang
penyesuaian terhadap kurikulum mahasiswa program studi biologi FKIP ULM adalah 58,3% termasuk kategori
kurangdankurangsekali. Hal ini menunjukkan bahwa lebihdarisetengahresponden mahasiswa program studi biologi FKIP
ULMangkatan 2016 memiliki permasalahan di bidang tersebut.

Kata kunci: Asesmen, penyesuaian, kurikulum pendidikan

ABSTRACT

Non test assessment Daftar Cek Masalah (DCM) is one of the assessment method in guidance and counseling service to
identify problems, one of them is curriculum adaptation in academic problems. It is done based on observational result
of academic guidance and counseling that has been done by Unit Layanan Bimbingan dan Konseling (ULBK) FKIP ULM
that there is a tendency of curriculum adaptation problems at students of biology study program at FKIP ULM. The
research purpose is to describe students of biology study program’s problem of curriculum adaptation in academic
context. The research is descriptive qualitative research that has been done at biology study program FKIP ULM. The
population sample is the students of biology study program FKIP ULM. The result of research is the average of students
at biology study program at FKIP ULM is having a problem with curriculum adaptation in academic field.

Keywords: Assessment, Adaptation, Academic Curriculum

Pada dasarnya tujuan pendidikan adalah Tuhan yang maha esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,
membantu individu mencapai perkembangan sesuai cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang
dengan potensi yang dimilikinya secara optimal, sehingga demokratis serta dapat bertanggung jawab.
diperoleh generasi bangsa yang berkualitas pada bidang Untuk mencapai tujuan pendidikan tersebut
akademis, religius dan sosial. Hal ini sesuai dengan tujuan maka diperlukan dukungan yang harmonis dari
dari Undang-undang mengenai Sistem Pendidikan penyelenggara pendidikan dan sistem pendidikan itu
Nasional Nomor 20 tahun 2003 yakni: Pendidikan sendiri dengan memberikan fasilitas yang mendukung
nasional bertujuan mengembangkan potensi peserta didik terwujudnya pengembangan potensi peserta didik secara
agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada optimal, salah satunya adalah membantu peserta didik

Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat 15


menyesuaiakan diri terhadap kurikulum pendidikan yang menjadi penting karena penyesuaian diri terhadap
harus mereka tempuh dalam jangka waktu yang sudah kurikulum merupakan salah satu faktor yang menjadi
ditentukan secara tepat waktu. Hal ini sangatlah penting stimulus stress seorang mahasiswa.
karena apabila peserta didik mampu menyesuaikan diri Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah
dengan baik terhadap kurikulum pendidikan, maka bagaimana gambaran permasalahan di bidang
mereka dapat melakukan kegiatan belajar dengan nyaman penyesuaian terhadap kurikulum pada mahasiswa
dan memiliki motivasi yang tinggi. Wulandari dan Nazar program studi biologi FKIP ULM. Tujuan penelitian ini
(2013) menyatakan bahwa penyesuaian diri yang positif untuk mengetahui bagaimana gambaran permasalahan di
adalah apabila individu dapat mewujudkan kesesuian, bidang penyesuaian terhadap kurikulum pada mahasiswa
kecocokan dan keharmonisan antara dorongan pribadi dan program studi biologi FKIP ULM.
tuntutan atau harapan lingkungan sosial sehingga terjadi
perkembangan pribadi yang sehat. Orang-orang yang yang METODE PENELITIAN
dapat menyesuiakan diri dengan baik akan mempunyai
perkembangan mental yang sehat.
Namun dari hasil kegiatan layanan Rancangan penelitian ini adalah penelitian
konselingpada mahasiswa di lingkungan Fakultas kualitatif dengan menggunakan jenis penelitian deskriptif,
Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas agar mampu menjawab pertanyaan (masalah) penelitian
Lambung Mangkurat (ULM) khususnya di program studi secara valid, objektif, tepat dan efisien(Hariwijaya &
Biologi oleh Unit Layanan Bimbingan dan Konseling Triton, 2008). Tempat penelitian dilakukan di program
(ULBK) diperoleh data bahwa kecenderungan cukup studi pendidikan biologi FKIP ULM Banjarmasin.
banyaknya mahasiswa yang berkeinginan pindah program Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa angkatan
studi bahkan berhenti kuliah. Setelah dilakukan layanan 2016 program studi pendidikan biologi FKIP ULM
konseling secara intensif dan mendalam rata-rata alasan Banjarmasin yang berjumlah 50 orang. Sampel diambil
ataupun penyebab permasalahannya adalah karena dengan menggunakan teknik random sampling(Arikunto,
ketidakmampuan mereka menyesuaikan diri terhadap 2006), dengan mendapatkan 24 orang mahasiswa sebagai
kurikulum pendidikan diprogram studi biologi yang harus sampel dalam penelitian ini. Objek dalam penelitian ini
mereka tempuh dan selesaikan. adalah penyesuaian diri mahasiswa terhadap kurikulum
Selain itu proses transisi atau perubahan tingkat pendidikan yang ada diprogram studi biologi.
pendidikan yang sebelumnya mereka tempuh ditingkat Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini
sekolah menengah atas (SMA) ketingkat universitas yang menggunakan instrumen non tes yang dimiliki oleh ULBK
tentunya perubahan cukup signifikan baik dari segi proses FKIP ULM yaitu Daftar Cek Masalah (DCM). DCM
penyelenggaraan pendidikannya serta dari waktu proses merupakan daftar cek yang secara khusus disusun dalam
belajar dan pembelajarannya yang jauh berbeda di saat bentuk pernyataan-pernyataan masalah yang sedang atau
mereka SMA. Hal ini tentu terkait terhadap penyesuaian pernah dialami individu khususnya terkait dengan
diri peserta didik terhadap perubahan kurikulum permasalahan penyesuaian diri terhadap kurikulum
pendidikan yang harus mereka hadapi seiring dengan pendidikan yang menjadi topik penelitian ini. Penggunaan
tahapan tingkat pendidikan yang harus mereka tempuh DCM dilakukan atas dasar pertimbangan efisien, intensif,
selanjutnya. validitas, dan reliabilitas, yang telah teruji sebelumnya.
Kurikulum sebagai sebuah rancangan pendidikan (Sutoyo dan Supriyo, 2008)
mempunyai kedudukan yang sangat strategis dalam DCM ini terdiri dari 240 butir pernyataan dan 12
seluruh aspek kegiatan pendidikan. Tanpa kurikulum yang bidang masalah yang terbagi dalam 4 bidang bimbingan
tepat akan sulit untuk mencapai tujuan dan sasaran yakni: pribadi, sosial, belajar dan karir. Beberapa aspek
pendidikan yang diinginkan, maka dalam penyusunan yang berusaha diungkap lewat DCM ini adalah:
kurikulum tidak bisa dilakukan tanpa menggunakan 1)Kesehatan, 2)Keadaan ekonomi, 3)Kehidupan keluarga,
landasan yang kokoh dan kuat. 4)Agama dan moral, 5)Rekreasi dan hobi, 6)Hubungan
Kurikulum sebagai rencana pembelajaran pribadi, 7)Kehidupan sosial dan organisasi, 8)Masalah
merupakan suatu program dan rencana pendidikan yang remaja, 9)Penyesuaian terhadap sekolah, 10)Penyesuaian
disesuiakan untuk membelajarkan peserta didik. Dengan terhadap kurikulum, 11)Kebiasaan belajar, 12)Masa
program dan rencana yang telah dibuat, peserta didik depan dan cita-cita.
melakukan aktivitas belajar untuk mengembangkan dan
mengubah tingkah laku sesuai dengan tujuan yang telah Cara Pengerjaan DCM:
ditetapkan. Dalam rencana pembelajaran yang dibuat guru
harus merancang keterlibatan secara aktif peserta didik a. Mahasiswa diminta menuliskan identitasnya secara
secara penuh untuk melakukan aktivitas belajar. lengkap sesuai format isian yang disediakan dalam
Adanya permintaan pemberian layanan konseling lembarjawab DCM.
kepada beberapa mahasiswa dari prodi Biologi yang
mendasari peneliti untuk melakukan penelitian ini guna b. Mahasiswa dipersilahkan membaca item-item yang di
mengetahui seberapa besar permasalahan terkait dalamnya berisi pernyataan-pernyataan yang
penyesuaian diri terhadap kurikulum pendidikan pada mengandung permasalahan-pennasalahan yang biasa
mahasiswa prodi Biologi FKIP ULM. Penelitian ini dialami oleh individu.

Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat 16


a. Analisa perbutir masalah
c. Mahasiswa diminta menuliskan nomer item • Menjumlahkan banyaknya mahasiswa yang
pernyataan di lembar jawab, jika masalah tersebut mempunyai butir masalah yang sama untuk
sesuai dengan yang pemah dialami atau sedang setiap butir.
dialami • Mencari prosentase masalah dengan cara mencari
rasio antara banyaknya mahasiswa yang
d. Memotivasi mahasiswa agar dapat mengerjakan bermasalah untuk butir tertentu dengan
dengan jujur, dengan memberikan jaminan jumlah mahasiswa
kerahasiaan akan semua jawabannya

e. Menginformasikan bahwa hasil DCM akan dijadikan


 Nm  x 100 %
acuan dalam memberikan layanan (bantuan) pada N
mahasiswa.

f. Waktu yang diberikan pada mahasiswa setara dengan Nm : Banyaknya mahasiswa yang bermasalah
satu jam pelajaran, yakni 40 menit. untuk butir tertentu.
N : Banyaknya mahasiswa yang
Dalam pengolahannya DCM ini dapat dianalisa mengerjakan DCM
secara kelompok dan individu, sedangkan aspek yang b.
dianalisa adalah perbutir masalah dan pertopik. c. Analisa per topic masalah
Langkah-langkah analisa secara individual adalah sebagai • Harus diketahui jumlah mahasiswa yang
berikut : mengerjakan DCM
• Harus diketahui jumlah butir yang menjadi
a. Menjumlah item yang menjadi masalah individu pada masalah mahasiswa (dicek)
setiap topik masalah. • Menghitung Prosentase permasalahan topik

b. Mencari presentasi per-topik masalah dengan cara Nm


mencari rasio antara jumlah butir yang menjadi x100 %
masalah dengan butir topik masalah. Nxm
Nm : Jumlah butir masalah yang dicek
 Nm  x100 % N : Jumlah mahasiswa yang mengerjakan
N DCM
Nm : Jumlah butir yang menjadi masalah individu m : Jumlah butir dalam topic masalah
dalam setiap Topik
N : Jumlah butir pada topik masalah tersebut.

c. Mencari jenjang (rangking) masalah dengan cara HASIL DAN PEMBAHASAN


mengurutkan % topik masalah mulai dari yang
terbesar sampai yang terkecil. DCM diberikan secara klasikal kepada sampel
yang terpilih sebanyak 24 orang mahasiswa program studi
d. Mengkonversikan % masalah ke dalam predikat nilai pendidikan biologi angkatan 2016, untuk mengetahui
A, B, C, D, dan Esebagai berikut : secara mendalam fenomena yang terjadi terhadap kajian
permasalahan dalam penelitian ini.
0% = A (Baik) Dari responden penelitian diketahui hasil
1 % -10 % = B (CukupBaik) persentase permasalahan di bidang penyesuaian terhadap
11%-25% = C (Cukup) kurikulum mahasiswa program studi biologi FKIP ULM
26 % - 50 % = D (Kurang) adalah 58,3% termasuk kategori kurang dan kurang sekali.
51 % -100 % = E (KurangSekali) Hal ini menunjukkan bahwa setengah lebih dari responden
mahasiswa program studi biologi FKIP ULM angkatan
Langkah langkah analisa secara kelompok adalah sebagai 2016 memiliki permasalahan di bidang tersebut.
berikut:

Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat 17


Tabel 1. Distribusi kategorisasi tingkat masalah yang di alami
Jumlah Pilihan pada Setiap Aspek Masalah
Responde
Ke Ek Ke Ag Re Pr So Re Se Ku Katego Bl Ci
n ∑ %
s o l m k i s m k r ri j t
Cukup
1 0 0 1 0 2 0 0 1 0 1 4 0 9 4%
baik
23
2 7 7 2 2 4 8 4 2 2 3 Cukup 7 7 55
%
15
3 6 5 0 0 3 1 3 0 3 5 Cukup 6 3 35
%
22
4 2 3 2 1 6 8 3 5 3 8 Kurang 7 4 52
%
26
5 9 4 1 2 9 8 2 2 3 7 Kurang 10 5 62
%
Kurang 10 44
6 10 7 6 4 11 10 10 4 5 14 14 10
sekali 5 %
Cukup 20
7 6 5 2 1 5 3 2 6 3 2 9 5 49
baik %
26
8 3 9 3 1 7 5 6 2 3 5 Cukup 7 11 62
%
Cukup 10
9 4 0 2 0 0 1 3 1 3 2 5 4 25
baik %
Cukup 28
10 12 4 2 3 7 8 4 3 3 2 10 9 67
baik %
Kurang 10 44
11 12 6 8 2 6 12 9 9 9 11 7 14
sekali 5 %
25
12 6 2 2 3 6 4 5 4 6 8 Kurang 8 6 60
%
Cukup
13 1 1 1 1 1 2 2 2 1 1 3 2 18 8%
baik
Kurang 40
14 7 0 3 3 7 11 6 4 12 16 14 13 96
sekali %
24
15 5 3 2 3 5 4 3 2 5 7 Kurang 11 7 57
%
17
16 5 2 0 0 4 5 4 2 3 5 Cukup 5 5 40
%
Kurang 11 47
17 7 2 2 4 7 15 17 6 10 12 13 17
sekali 2 %
Kurang 11 46
18 8 5 5 5 6 15 5 8 10 15 14 14
sekali 0 %
20
19 7 5 6 2 4 3 1 1 2 6 Kurang 9 3 49
%
32
20 3 6 0 3 8 11 9 7 7 7 Kurang 12 4 77
%
17
21 5 2 1 0 2 4 3 2 2 7 Kurang 7 6 41
%
23
22 10 3 2 6 1 9 2 6 5 3 Cukup 4 5 56
%
29
23 11 5 3 4 3 6 6 0 8 6 Kurang 7 11 70
%
Kurang 33
24 8 0 4 5 8 10 7 0 7 11 9 11 80
sekali %

Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat 18


kurang sekali dalam aspek penyesuaian diri terhadap
Penyesuian diri adalah konstruk psikologi yang kurikulum pendidikan. Hal ini berarti bahwa mahasiswa
dapat dipahami secara luas dan kompleks, melibatkan tersebut memiliki permasalahan di bidang tersbeut.
semua reaksi individu terhadap tuntutan baik dari Sebanyak 14 dari 24 responden menunjukkan
lingkungan luar maupun dari dalam individu itu sendiri. hasil tersebut, dengan 6 dari 14 responden termasuk
Masalah penyesuaian diri menyangkut seluruh aspek kedalam kategori kurang sekali. Hal ini menunjukkan
kepribadian individu dalam interaksinya dengan bahwa pada mahasiswa semester 4 pun masih merasakan
lingkungan dalam dan luar dirinya. (Desmita, 2010) kesulitan dalam penyesuaian diri terhadap kurikulum
Pada aspek penyesuaian yang berkaitan dengan pendidikan. Padahal seharusnya di semester tersebut,
akademik adalah bagaimana individu menghadapi mahasiswa sudah mampu mengatasi permasalahan terkait.
perubahan kurikulum yang harus mereka hadapi pada Hal ini perlu menjadi perhatian bahwa dengan
periodesasi kehidupan yang terjadi melalui perubahan hasil penelitian tersebut, dapat diambil kesimpulan perlu
dalam tindakan dan sikap, karena sepanjang hidup adanya perhatian terkait dengan penyesuaian diri pada
individupasti akan mengadakan perubahan perilaku, kurikulum pendidikan pada mahasiswa program studi
dihadapkan pada kenyataan dirinya maupun pendidikan biologi FKIP ULM. Dengan begitu diharapkan
lingkungannya yang terus berubah seiring dengan permasalahan terkait dapat diatasi sebelum permasalahan
perkembangan usia dan tingkat pengetahuan individu. tersebut mempengaruhi kehidupan akademik mahasiswa
Dari pernyataan diatas dapat dipahami bahwa yang bersangkutan.
kualitas penyesuaian yang penting adalah dinamisme atau
potensi untuk berubah. Penyesuian terjadi kapan saja SIMPULAN
individu menghadapi kondisi-kondisi lingkungan baru Kesimpulan yang dapat diperoleh dalam
yang membutuhkan suatu respons. Khususnya peserta penelitian ini adalah bahwa mahasiswa program studi
didik penyesuaian juga tampil dalam bentuk pendidikan biologi FKIP ULM memiliki permasalahan
menyesuaikan kebutuhan psikologis seseorang dengan dalam penyesuaian diri terhadap kurikulum pendidikan
sistem pendidikan yang menuntut peserta didik patuh dan dengan prosentasi kelompoksebesar58,3% responden
taat terhadap sistem tersebut. termasuk dalam kategori kurang dan kurang sekali.
Dalam hal ini, pendidikan merupakan wadah Sehingga dapat menjadi bahan pertimbangan
untuk individu mengembangkan potensi dan kapasitas bahwa hal ini perlu diberikan perhatian secara khusus oleh
mentalnya agar terus tumbuh dan berkembang secara lembaga penyelenggara pendidikan terkait untuk
optimal untuk itu diperlukan kurikulum sebagai bagian membantu peserta didik menyesuaikan diri terhadap
penting dalam pendidikan untuk mengatur pendidikan itu kurikulum pendidikan dengan melakukan program-
sendiri agar dapat mencapai tujuan pendidikan secara program layanan kepada mahasiswa khususnya program
tepat guna. Sehingga dibutuhkan kerjasama dan penerapan orientasi terkait pada penyesuaian diri mahasiswa pada
pola kurikulum dari semua pihak khususnya peserta didik kurikulum pendidikan pada program studi dan program
sebagai objek dari keterlaksanaan kurikulum. pelatihan manajemen diri pada aspek intrapersonal dan
Setiap individu memberikan reaksi yang berbeda interpersonal untuk mahasiswa.
dalam menghadapi situasi tertentu sesuai dengan proses
pendekatan yang digunakannya. Dapat kita temui respons DAFTAR PUSTAKA
individu yang bereaksi tanpa beban, siap mengikuti
perubahan situasi yang harus mereka hadapi, namun ada Arikunto, S. (2006) Metode Penelitian Kulitatif. Jakarta:
pula beberapa individu yang memberikan reaksi tertekan Bumi Aksara.
terhadap perubahan situasi, memberikan anggapan bahwa
hal itu sebagai beban dan ancaman terhadap diri mereka, Arikunto, Suharsimi. (2013) Prosedur Penelitian Suatu
sehingga menjadikan mereka stres, tegang, konflik, Pendekatan Praktik. Rineka Cipta. Jakarta.
frustasi bahkan menimbulkan sakit secara fisik. Apabila
hal ini dibiarkan akan terjadi ketidak selarasan atau kurang Daftar Cek Masalah. Tidak diterbitkan. FKIP ULM.
harmonisnya antara tuntutan dari dalam diri dengan apa Banjarmasin.
yang diharapkan oleh kurikulum pendidikan.
Ketidak selarasan ini disebabkan oleh adanya Desmita(2010)Psikologi Perkembangan Peserta Didik.
perbedaan yang berkaitan erat dengan bagaimana individu Remaja Rosdakarya. Bandung.
mempersepsi, menilai dan mengevaluasi situasi yang
dihadapinya. Karena dalam mempersepsikan suatu situasi Hariwijaya & Triton. (2008) Pedoman Penelitian Ilmiah
individu akan membuat sejumlah asumsi tentang dirinya, Proposal dan Skripsi. Yogyakarta: Tugu
tentang dunia diluar dirinya dan tentang relasi dirinya Publisher
dengan dunia di luar dirinya melalui self system yang Rahardjo, Susilo dan Gudnanto. (2013). Pemahaman
dimilikinya. Self system ini diperoleh dari proses belajar Individu. Kencana. Jakarta. ULBK. (2015).
sepanjang hidupnya.
Terlihat dari hasil pemberian tes DCM pada Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 tahun 2003.
mahasiswa tersebut 58,3% dari responden menunjukkan
mahasiswa tersebut termasuk dalam kategori kurang dan

Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat 19


Sutoyo, Anwar. 2012. Pemahaman Individu. Jakarta:
Pustaka Pelajar

Wulandari dan Nazar. 2013. Hubungan Religiusitas


dengan Penyesuaian Diri Siswa Pondok Pesantren.Jurnal
Psikologi TabularasaVolume 8, no.2, agustus 2013: 698-
707. Fakultas Psikologi Universitas Merdeka Malang.

Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat 20


STUDI DESKRIPTIF MENGENAI FAKTOR LINGKUNGAN PEMBENTUK
ATLET BERPRESTASI
DESCRIPTIVE STUDY OF ENVIRONMENTAL ATHLETES FOR ACHIEVING
ENVIRONMENTAL FACTORS

Muhammad Arsyad
Program Studi Bimbingan dan Konseling Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Lambung Mangkurat, Jl. Brigjen H. Hasan Basri No.3, RW.02, Pangeran,
Banjarmasin Utara, Kota Banjarmasin, Kalimantan Selatan 70124, Indonesia
E-mail: arsyad.bk@ulm.ac.id
No Handphone: +62 817 2323 254

ABSTRAK
Prestasi bagi seorang atlet merupakan hal yang penting. Semakin tinggi prestasi olahraga seorang atlet maka semakin
besar kebanggaan suatu daerah atau negara. Meraih prestasi bagi seorang atlet tidaklah mudah, karena membutuhkan
perjuangan dan pengorbanan. Bagi siswa atlet, prestasi terbesarnya adalah tidak hanya mampu meraih medali di lapangan,
namun juga mampu mencapai kesesuaian secara akademik di sekolah maupun di kampus. Faktor yang mempengaruhi
prestasi tersebut salah satunya yaitu lingkungan. Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan faktor lingkungan
pembentuk atlet berprestasi. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif yang mengambil dua orang atlet yang
pernah meraih prestasi nasional. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa dukungan dari keluarga dalam proses
latihan sangat berpengaruh terhadap penampilan atlet. Selain itu, situasi lingkungan olahraga juga sangat berpengaruh
terhadap penampilan dan prestasi atlet. Lingkungan olahraga ini diantaranya adalah interaksi antara atlet dengan atlet dan
antara atlet dengan pelatih. Pelatih mempunyai peran yang sangat penting, melatih, mengarahkan, membuat program
latihan, dan menjadi teman. Fasilitas yang menunjang akan sangat berguna pula dalam pembentukan atlet menjadi
berprestasi. Selain itu teman juga sangat berperan dan dibutuhkan untuk saling memberi masukan, evaluasi dan juga
menjadi teman dalam sparing partner.

Kata Kunci: Atlet, Prestasi, Lingkungan, Olahraga

ABSTRACT
Achievement for an athlete is crucial. The higher the sporting achievement of an athlete the greater the pride of a region
or country. Achievement for an athlete is not easy, because it requires struggle and sacrifice. For student athletes, his
greatest accomplishment was not only able to win a medal in the field, but also able to achieve conformity academically
in school or in college. One of them factor to affect the achivement is environment. This study aimed to describe the
environmental factors forming outstanding athlete. This research is a qualitative descriptive study took two athletes who
had won the national achievement. Based on the research results found that support from the family in the exercise process
is very influential on the appearance of athletes. In addition, the sports environment situation is also very influential on
the performance of athletes. This sporting environment including the interaction between athletes with athletes and
between athletes with coaches. The coach has a very important role, training, directing, setting up an exercise program,
and becoming a friend. Facilities that support will be very useful also in the formation of athletes to be achievers. Besides
friends are also very instrumental and necessary to give each other feedback, evaluation and also be a friend to a sparring
partner.

Keywords: Athlete, Achivement, Environment, Sport

Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat 21


Indonesia merupakan salah satu negara yang mempersembahkan 10 medali, dengan rincian 4 medali
selalu berpartisipasi dalam kompetisi olahraga, baik di emas, 3 perak dan 3 perunggu pada PON 2016 Jawa
tingkat Asia Tenggara, Asia, dan Olimpiade (dunia). Barat.
Keikutsertaan Indonesia dalam kegiatan kompetisi Prestasi para atlet Kalimantan Selatan
olahraga merupakan salah satu bentuk perjuangan terutama pada cabang olahraga menembak tentu tidak
Bangsa Indonesia dalam mengharumkan nama bangsa. didapatkan dengan mudah terutama kebanyakan dari
Beberapa prestasipun dapat ditorehkan, akan tetapi para atlet menembak Kalimantan Selatan sebagian
prestasi para atlet Indonesia melalui pasang surut. besar adalah pelajar atau mahasiswa. Artinya selain
Berdasarkan berita yang ditulis Susanto 30 Agustus sebagai seorang atlet mereka juga berperan sebagai
2017 (Sindonews.com) menuliskan data perolehan seorang pelajar atau mahasiswa karena sebagian besar
medali SEA Games 2017 Malaysia, Indonesia dari atlet cabang olahraga menembak adalah remaja.
memperoleh total medali 191 dengan rincian 38 emas, Santrock (2012) mengatakan bahwa remaja adalah
63 perak, dan 90 perunggu dengan berada di peringkat periode perkembangan transisi dari masa kanak-kanak
ke-5. Pada tahun 2015, Indonesia juga berada pada ke awal masa dewasa, mulai usia sekitar 10 hingga 12
posisi ke-5 dengan perolehan total medali 177, 45 emas, tahun dan berakhir pada usia 18 hingga 21 tahun. Tidak
58 perak, dan 74 perunggu (Sport.bisnis.com, 15 juni semua remaja mampu menjalani dua kegiatan
2015). Perolehan medali tersebut menurun sekaligus terutama yang menekankan adanya harapan
dibandingkan dengan SEA Games 2013 Myanmar untuk keduanya seimbang, terlebih jika meraih
(sidomi.com), dengan perolehan total medali 260, 65 prestasi. Hal tersbut karena masa remaja identk dengan
emas, 84 perak, dan 111 perunggu dengan berada masa badai dimana berbagai masalah sering muncul
diperingkat 4. terkait dengan pencarian identitas diri, sehingga
Berdasarkan hal tersebut dapat terlihat bahwa sebagian besar remaja, cenderung mengalami
prestasi atlet olahraga indonesia mengalami penurunan kemerosotan moral.
yang cukup drastis, dari 65 medali emas di tahun 2013 Berdasarkan studi pendahuluan yang
menjadi 45 medali emas ditahun 2015 dan 38 medali dilakukan pada Bulan Mei 2018, dengan melakukan
emas ditahun 2017. Hal ini merupakan kegagalan wawancara kepada beberapa atlet menembak
prestasi olahraga indonesia, karena tidak dapat Kalimantan Selatan, didapatkan bahwa sebagian besar
memenuhi target yang telah di canangkan. Kegagalan dari mereka adalah pelajar dan mahasiswa. Selaih itu,
tersebut tentu menjadi sorotan bagi pemerintan dalam beberapa dari mereka sudah menggeluti olahraga
pembinaan olahraga Indonesia terutama dalam menembak setidaknya 3 hingga 5 tahun. Beberapa
menghadapi ASIAN Games yang semakin mendekat diantara mereka mampu masuk di sekolah yang
pada bulan Agustus 2018 mendatang. Berbagai upaya termasuk favorit dan unggulan di Kalimantan Selatan,
dan pembinaan coba dikemabngakn oleh para praktisi dan juga mampu berkuliah di PTN di Banjarmasin.
dan juga ilmuan olahraga agar mampu mendongkrak Para atlet, tersebut juga dapat berprestasi di bidang
prestasi olahraga Indonesia. olahraga. Berdasarkan hasil kejuaraan nasional yang di
Disamping turunnya prestasi olahraga ikuti pada bulan Mei di Jawa Timur, dari data KONI
Indonesia, masih ada juga hal yang membanggakan Provinsi kalimantan Selatan, para atlet menembak
dari atlet Indonesia pada cabang bulutangkis dari mampu mendapatkan 5 medali emas.
pasangan ganda campuran Indonesia, Liliyana Natsir Berdasarkan kamus bahasa Indonesia,
dan Tontowi Ahmad yang mampu mempersembahkan prestasi merupakan hasil yang telah dicapai dari proses
medali emas pada olimpiade RIO tahun 2016. Pada yang telah dilakukan (kbbi.web.id). Good (dalam
olimpiade tahun 2012 di London, indonesia tidak Kurniawati,2005) mendefinisikan prestasi sebagai
memperoleh medali emas (kompas.com). Artinya performance kecakapan yang memperlihatkan
walaupun mengalami keterpurukan prestasi olahraga, kemampuan dalam menguasai pengetahuan dan
tetapi Indonesia masih mampu memperoleh medali keadaan mengenai ketrampilan dan pengetahuan
emas dalam setiap kompetisi. setelah dibandingkaan dengan standart yang telah
Permasalahan prestasi olahraga tersebut juga ditetapkan. Artinya prestasi olahraga adalah hasil atau
dirasakan di nasional dari berbagai daerah di Indonesia. capaian seorang atlet dari hasil latihan yang telah
Provinsi Kalimantan selatan merupakan salah satu dilakukan dengan menjadi juara dalam sebuah
daerah peserta kejuaran olahraga nasional. Pada PON kompetisi. Sperti yang ditambahkan oleh Maksum
2012 kalimantan selatan mengalami penurunan (2005) Prestasi tinggi ditunjukkan dengan adanya
prestasi dibandingkan pada PON 2008, dari 7 medali peringkat yang berhasil diraih dalam olahraga,
emas di tahun 2008 menjadi 5 medali emas di tahun misalnya peringkat nasional, peringkat regional, atau
2012. Namun mengalami peningkatan pada PON 2016 peringkat internasional.
dengan perolehan 9 medali emas. Peningkatan tersebut Hal tersebut dapat diasumsikan bahwa
tentu mendapatkan perhatian yang luar biasa dari prestasi merupakan hal yang sangat penting bagi
pemerintah daerah terutama pada cabang olahraga seorang atlet baik untuk dirinya, daerah ataupun
unggulan provisi Kalimantan Selatan yaitu menembak. negara. Namun, hal tersebut menjadi berbeda ketika
Berdasarkan data dari KONI Provinsi Kalimantan seorang atlet juga menjadi seorang pelajar atau
Selatan, cabang olahraga menembak mampu mahasiswa. Brettschneider (dalam Jonker, Elferink-

Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat 22


Gemser & Visscher, 2009) mengatakan bahwa tahun Adapun yang menjadi subyek penelitian adalah dua
penting dalam bakat (usia 12-18 disebagian besar orang atlet menembak WASAKA Provinsi Kalimantan
olahraga) adalah periode dimana kemajuan pesat harus Selatan yang aktif menjadi atlet dan juga aktif dalam
dilakukan dalam olahraga untuk mencapai kemahiran, kegiatan akademik (mahasiswa). Selain itu atlet
tetapi pada saat yang sama juga merupakan periode tersebut mampu mempersembahkan medali bagi
dimana tekanan besar terjadi di sekolah. Akibatnya, daerah terutama pernah mendapatkan medali emas di
atlet berulang kali dihadapkan pada tekanan yang kuat kejurnas, PON, ataupun even kompetisi Internasional.
dimana sebagian waktu dan energinya digunakan untuk Pemeriksaan keabsahan data dalam penelitian ini
kegiatan olahraga, sedangkan mereka juga harus dengan menggunakan teknik triangulasi yaitu
mengejar tuntutan akademik dari sekolah. Hal tersebut pemeriksaan keabsahan data yang mermanfaatkan
terjadi karena pada tahap tersebut atlet harus membuat sesuatu yang lain diluar data itu untuk keperluan
keputusan untuk menjadi atlet elit dan sebagai hasilnya pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu
harus menghabiskan sebagian besar waktu luang (Moleong, 2006).
mereka pada pelatihan (Côté dkk, 2004), sedangkan
pada tingkat akademik, siswa harus memilih arah untuk HASIL DAN PEMBAHASAN
orientasi akademik masa depan mereka juga (Wylle-
man dkk, 2004). Hal tersebut berarti bahwa mereka
yang menjadi siswa atlet tentu tidak akan mudah untuk Berdasarkan hasil penelitian dari kedua
dapat meraih prestasi olahraga. Bagi seorang siswa responden didapatkan bahwa ada tiga faktor
atlet, berprestasi tidak hanya dilapangan olahraga lingkungan yang cukup memberikan pengaruh
tetapi juga harus mampu menyesuaikan dengan terhadap perkembangan prestasi atlet, yaitu lingkungan
tuntutan akademik yang bertujuan untuk persiapan keluarga, lingkungan sekolah/kampus, dan lingkungan
masa depan. olahraga (pengurus, pelatih dan sejawat). Crow dan
Untuk dapat mempersembahkan prestasi Crow (dalam Hartanti, dkk, 2004) mengatakan bahwa
maka ada banyak faktor yang akan berpengaruh, baik proses untuk meraih prestasi olahraga dipengaruhi oleh
internal maupun eksternal. Slameto (1998) tiga faktor, yaitu faktor aktivitas (faktor psikologis
menyebutkan bahwa prestasi belajar yang dicapai yang memberikan dorongan kepada individu untuk
individu merupakan hasil interaksi antara berbagai belajar), faktor organisme (faktor terkait dengan alat-
faktor yang mempengaruhi, baik dalam diri (internal) alat indera), dan faktor lingkungan (faktor yang secara
maupun dari luar (eksternal). Faktor internal meliputi psikologis mempengaruhi proses secara keseluruhan).
faktor biologis dan psikologis. Sedangkan faktor Selain itu, menurut Slameto (1998) juga mengatakan
eksternal meliputi lingkungan, yang terbagi menjadi bahwa terdapat faktor eksternal yang mempengaruhi
lingkungan sosial, budaya dan lingkungan fisik prestasi sesorang, yaitu factor Sosial (lingkungan
(fasiltas). keluarga dan masyarakat), Faktor budaya, dan factor
Berdasarkan latarbelakang tersebut, maka lingkungan fisik (fasilitas dan iklim belajar). Hal ini
peneliti mencoba untuk melakukan penelitian terkait sejalan dengan hasil penelitian yang didapatkan dari
faktor lingkungan pembentuk atlet berprestasi dengan kedua responden yang menjadi subjek penelitian, yaitu
judul “studi deskriftif mengenai faktor lingkungan bahwa proses perkembangan kemampuannya dalam
pembentuk atlet berprestasi”. Tujuan dari penelitian ini olahraga sangat didukung oleh keluarga dalam
adalah memberikan gambaran secara deskriptif memberikan kebebasan, mengarahkan dan
mengenai faktor lingkungan pembentuk atlet memfasilitasi peralatan dalam melakukan aktivitas
berprestasi. olahraga. Pada responden 1, orangtua memberikan
kebebasan dalam menjalankan aktivitas menembak
dengan tidak mengabaikan tanggung jawabnya sebagai
METODE PENELITIAN seorang pelajar, sehingga responden mampu menjadi
pribadi yang tanggung dengan mampu berprestasi baik
Metode penelitian ini menggunakan metode di olahraga maupun di sekolah. Sedangkan pada
kualitatif deskriptif. Menurut Bogdan dan Taylor, responden 2, orangtua awalmulai mengenalkan
penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang olaharga menembak karena ayah juga aktif sebagai
menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis anggota perbakin, ibu atlet panahan dan kakak juga
atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati atlet menembak. Selain itu, responden 2 juga
(Moleong, 2006). Deskriptif yang dimaksud adalah mendapatkan fasilitas dari orangtua dengan dibuatkan
penelitian yang diarahkan untuk memberi gejala- baju dan sepatu untuk mengikuti menembak dengan
gejala, fakta-fakta atau kejadian secara sistematis dan senjata yang juga warisan dari kakak.
akurat mengenai sifat-sifat populasi atau daerah Lingkungan keluarga merupakan lingkungan
tertentu. Peneliti menggunakan penelitian jenis yang sangat penting dalam mendukung
kualitatif deskriptif untuk mengetahui lebih dalam berkembangannya prestasi atlet, karena lingkungan
mengenai faktor lingkungan pembentuk atlet keluarga merupakan salah satu pembentuk karakter
berprestasi. Sumber data dalam penelitian ini adalah atlet. Yusuf dan Nurihan (2007), keluarga dipandang
dari hasil wawancara, observasi dan dokumentasi. sebagai penentu utama pada pembentukan kepribadian

Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat 23


seseorang. Hal tersebut dikarenakan keluarga faktor fasilitas fisik yang telah disediakan oleh
merupakan kelompok sosial pertama yang menjadi pengurus juga ikut andil dalam mendukung
pusat identifikasi pada anak, selain itu kebanyakan perkembangan kemampuan latihan atlet. Seperti
anak menghabiskan waktunya di lingkungan keluarga halnya atlet menembak Kalimantan Selatan yang
dan juga pada anggota keluarga merupakan diberikan fasilitas berupa ruangan yang nyaman dan
“significant people” bagi pembentukan kepribadian juga senjata yang dipinjamkan oleh pengurus cabang
anak. Hal tersebut berarti adanya interaksi faktor olahraga. Selain itu, juga didukung oleh KONI
eksternal yang mempengaruhi prestasi sesorang Kalimantan Selatan dengan memberikan fasilitas
dengan faktor internal pembentuk prestasi. Hal ini beberapa sasaran tembak yang terstandar digital, yang
karena faktor lingkungan juga merupakan salah satu memudahkan para atlet langsung melihat skor
faktor yang dapat membentuk karakter kepribadian tembaknya di layar monitor.
seseorang dalam menjalani aktivitas dan meraih Fakor lingkungan yang ketiga yang juga ikut
prestasi. serta berpengaruh adalah lingkungan sekolah/kampus.
Selain lingkungan keluarga, lingkungan Hal ini akan terkait dengan dukungan yang diberikan
olahraga juga sangat penting dan sangat berpengaruh oleh sekolah untuk dapat tetap eksis dalam melakukan
terhadap pengembangan kemampuan dan prestasi atlet. aktivitas olahraga. Dari kedua responden, didapatkan
Seperti yang dikatakan Maksum (2005) Ketika bahwa sekolah cukup memberikan dukungan dalam
seseorang memusatkan untuk menjadi atlet, aktivitasnya menjalani kegiatan olahraga dengan tetap
lingkungan olahraga menjadi lingkungan utamanya memberikan izin atau dispensasi ketika atlet mengikuti
dalam meraih dan meniti karir sebagi seorang atlet kejuaran ataupun pemusatan pelatihan. Walupun
yang berprestasi. Hal yang menjadi penting dalam demikian, tidak semua guru di sekolah mendukung
linhkungan olahraga adanya fungsi dan peran pelatih, karena terkait ketertinggalan pelajaran di sekolah. Hal
interaksi antara pelatih dan para atlet, serta adanya inilah yang menjadi dilema bagi para siswa atlet yang
dukungan dari pengurus disertai dengan fasiltas yang harus mampu menjalani dua kegiatan, yaitu olahraga
memadai untuk proses latihan. Peran pelatih dalam dan akademik. Ketika atlet berusia sekitar 16 tahun,
olahraga adalah sebagai mentor, teman, penyusun dan titik transisi penting lainnya terjadi pada tingkat atletik
pelaksanan dari program latihan yang telah disusun dan akademik. Atlet harus membuat keputusan untuk
untuk mencapai tujuan yang telah ditargetkan. Hal menjadi atlet elit dan sebagai hasilnya harus
inilah yang menjadikan peran serta pelatih menjadi menghabiskan sebagian besar waktu luang mereka
sangat penting dalam olahraga. Seperti sebuah kiasan pada pelatihan (Côté dkk, 2009). Pada tingkat
tidak ada atlet tanpa pelatih dan tidak ada pelatih tanpa akademik, siswa harus memilih arah untuk orientasi
atlet. Ini menandakan bahwa interaksi serta kerjasama akademik masa depan mereka juga (Wylle-man dkk,
antara atlet dan pelatih dalam proses pelatihan menjadi 2004).
dasar yang kuat untuk pembentukan atlet berprestasi. Dari kedua responden, didapatkan hasil
Seperti yang dikatakan Maksum (2005) bahwa didalam bahwa kedua atlet mempunyai dorongan yang kuat
lingkungan olahraga, pelatih merupakan figur sentral. untuk berprestasi di bidang olahraga untuk
Artinya bahwa pelatih tidak hanya menyusun program menyalurkan bakatdan hobinya dan juga tetap stabil
namun juga dapat menunjukkan peran sosialnya dapat memenuhi tuntutan akademik disekolah dengan
sebagai seorang kawan ataupun orangtua. Hal ini tetap mampu mendapatkan nilai standar dan mampu
pulalah yang dirasakan oleh kedua responden dengan masuk di sekolah favorit atau unggulan di banjarmasin.
pelatih inti yang melatih mereka sejak berada di Responden mempunyai komitmen yang besar untuk
Banjarmasin. Beragam program yang dibuatkan dapat seimbang dalam menjalani kedua aktivitas
pelatih berdasarkan kemampuan yang dimilikinya. tersebut. Walaupun mendapatka tuntutan yang besar
Selain itu, pelatih mampu mengarahkan dan dari keduanya, tetapi responden memiliki semangat,
membimbing kedua responden untuk melakukan motivasi dan karakter yang tangguh untuk mencapai
aktivitas yang sesuai untuk gerakan dan posisi yang target dan tujuannya. (Sansone dkk., & Harackiewicz
baik untuk menghasilkan skor tembakan yang baik. dalam Cole dkk., 2004) bahwa seseorang yang tepat
Namun adanya interaksi yang kurang fair play dalam memutuskan sesuatu, seorang yang tangguh dengan
persaingan sesama atlet juga mempengaruhi iklim sengaja terlibat dalam strategi untuk mengubah
latihan, seperti adanya like dan dislike antar individu aktivitas menjadi sesuatu yang dianggap lebih positif,
sehingga respon yang didapatkan juga menjadi iklim yaitu mempertahankan motivasi untuk melakukan
latihan menjadi kurang nyaman. Efeknya adalah kegiatan yang bermanfaat.
adanya perselisihan dan sikap iri antara satu atlet Hal ini juga diperkuat oleh Gaston-Gayles
dengan atlet lain, terutama yang lebih dekat dengan (2004) melalui penelitiannya dengan menggunakan
pelatih. Motivasi Atlet Mahasiswa 'terhadap Olahraga dan
Selain pelatih, pengurus cabang olahraga juga Akademisi Questionnaire (SAMSAQ), yang
cukup berpengaruh terhadap pencapaian prestasi atlet menemukan bahwa motivasi akademik secara
secara tidak langsung. Pengurus yang mampu signifikan berpengaruh sebagai prediktor dalam
memberikan dorogan atau motivasi kepada atletnya memprediksikan prestasi akademik. Berdasarkan hal
akam membuat atletnya lebih berkembang. Selain itu, tersebut dapat disimpulkan bahwa faktor lingkungan

Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat 24


sekolah dapat mempengaruhi prestasi olaharag Gaston-Gayles, J. L. (2004). Examining Academic and
seseorang jika seorang atlet memiliki motivasi dan Athletic Motivation Among Student Athletes
karakter tangguh dalam dirinya untuk dapat menjalani at a Division I University. Journal of College
dua aktivitas yang sama pendingnya, yaitu aktivitas Student Development
Volume 45, Number 1,
olahraga dan akademik untuk persiapan masa depan. January/February 2004 pp. 75-83 |
10.1353/csd.2004.0005
Hartanti, Yuwanto, L, Pambudi R.I., Zaenal, T., dan
SIMPULAN Lasmono, H.K. (2004). Aspek psikologis dan
Berdasarkan hasil penelitian diatas dapat pencapaian prestasi atlet Nasional Indonesia.
disimpulkan bahwa salah satu faktor yang Jurnal anima vol. 20 no. 1. Fakultas Psikologi.
mempengaruhi pembentukan prestasi olahraga seorang Universitas Surabaya.
siswa atlet adalah lingkungan. Namun lingkungan Jonker, L., Elfferink-Gemser, M. T., & Visscher, C.
utama yang memiliki pengarus besar seoarang siswa (2009). Talented athletes and academic
atlet berprestasi olahraga adalah lingkungan olahraga achievements: a comparison over 14 years.
itu sendiri. Adapun yang telibat dalam lingkungan High Ability Studies. 20, (1), 55–64.
olahraga adalah fungsi dan peran dari pelatih dalam Kemendikbud. (2012). Kamus Besan Bahasa
memnyusun dan melaksanakan program latihan Indonesia. Online. kbbi.web.id. Diakses 20
dengan mampu mengkondisikan iklim latihan agar Juli 2018. https://kbbi.web.id/prestasi
kondusif dan terbangun kerjasama dan interaksi yang Kurniawati, W. (2005). Perbedaan prestasi ditinjau dari
positif antar atlet dengan pelatih dan atlet dengan atlet. pola perilaku kepribadian tipe A-B pada
Fasilitas yang menunjang akan sangat berguna pula olahraga paralayang. Skripsi. Fakultas
dalam pembentukan atlet menjadi berprestasi. Selain psikologi. Universitas Muhammadiyah
itu teman juga sangat berperan dan dibutuhkan untuk Malang
saling memberi masukan, evaluasi dan juga menjadi Maksum, Ali. (2005). Ciri kepribadian atlet berprestasi
teman dalam sparing partner.Selain itu lingkungan tinggi. Disertasi. Jakarta: Program
kedua yang mempengaruhi prestasi olahraga atlet Pascasarjana Fakultas Psikologi Universitas
adalah lingkungan keluarga. Totalitas dukungan serta Indonesia.
fasilitasi yang diberikan orangtua untuk menunjung Moleong, L.J. (2006). Metode penelitian kualitatif.
aktivitas seorang atlet dalam menjalankan olahraga. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Selain itu, peran lingkungan keluarga juga dapat Nurihsan, A.J. dan Yusuf, S.LN. (2007). Teori
membentuk kepribadian yang tanggung bagi seorang kepribadian. Bandung: PT. Remaja
individu dengan mampu memberikan kebebasan Rosdakarya.
kepada individu untuk dapat menjalankan hobinya di Santrock, J.W. (2012). Life-Span Development:
bidang olahraga dengan tidak mengabaikan tanggung Fourteenth Edition. University of Texas.
jawabnya sebagai seorang pelajar. Hal ini lah yang Dallas: McGrawHill.
mampu membuat siswa atlet bertahan untuk dapat Sihombing, Martin. (2015). Perolehan Medali SEA
mampu menjalankan kedua aktivitas yang sama Games 2015: Thailand Juara Umum,
pentingnya untuk mampu berprestasi di olahraga dan Indonesia Terpuruk. Sport.Bisnis.com.
akademik di sekolah. Yang ketiga, walaupun belum diakses 20 Juli 2018.
terlalu terlihat, tetapi lingkungan sekolah juga turut http://sport.bisnis.com/read/20150615/59/443716/pero
mendukung adanya pencapaian prestasi olahraga lehan-medali-sea-games-2015-thailand-
seorang siswa atlet dengan memberikan motivasi dan juara-umum-indonesia-terpuruk-
dispensasi dalam atlet mejalankan tingginya kativitas Slameto, D. (1998). Belajar dan faktor-faktor yang
olahraganya di sekolah. mempengaruhinya. Jakarta: Bina Aksara
Stambulova, N., alfermann, D., Statler, T., & CÔTÉ, J.
(2009). ISSP Position Stand: Career
DAFTAR PUSTAKA Development and Transition of Athletes.
Career Development and Transition. IJSEP,
Christian, Anju. (2016). Catatan Perolehan Medali di 2009, 7, 395-412.
Olimpiade. kompas.com. Diakses 20 Juli Susanto. (2017). Daftar Lengkap Perolehan Medali
2018. SEA Games 2017. Indonews.com. Online
https://olahraga.kompas.com/read/2016/08/18/000613 diakses 20 Juli 2018.
31/catatan.perolehan.medali.indonesia.di.oli https://sports.sindonews.com/read/1235354/5
mpiade 1/daftar-lengkap-perolehan-medali-sea-
Cole, M. S., Field, H. S., & Harris, S. G. (2004). games-2017-1504095641
Student Learning Motivation and Vratislav. (2013). Klasemen Akhir Perolehan Medali
Psychological Hardiness: Interactive Effects SEA Games 2013 Myanmar: Indonesia
on Students’ Reactions to a Management Empat Besar. Sidomi.com. diakses 20 Juli
Class. Academy of Management Learning and 2018 http://sidomi.com/249173/klasemen-
Education, Vol. 3, No. 1, 64–85.

Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat 25


akhir-perolehan-medali-sea-games-2013-
myanmar-indonesia-empat-besar/
Wylleman, P., Alfermann, D., & Lavallee, D. (2004).
Career transitions in sport: European
perspectives. Psychology of Sport and
Exercise, 5, 7-20.

Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat 26


RANCANGAN RUANG VOLUNTARY COUNSELING AND TESTING DI
RUMAH SAKIT : SEBUAH KAJIAN PSIKOLOGI LINGKUNGAN
VOLUNTARY COUNSELING AND TESTING SPACE DESIGN IN HOSPITALS: AN
ENVIRONMENTAL PSYCHOLOGY STUDY

Imadduddin 1
Prodi Psikologi Islam, Fakultas Ushuluddin dan Humaniora, Universitas Islam Negeri Antasari ,
E-mail: imadduddin@uin-antasari.ac.id
No. Handphone : 081227266003

ABSTRAK
Penanggulangan HIV dan AIDS di Indonesia masih menghadapi banyak sekali hambatan dan tantangan. Ada dua faktor
yang menyebabkan masalah ini terjadi, Pertama karena terbatasnya jumlah layanan Voluntary Counceling and Testing
(VCT) dan kedua karena kurangnya kualitas layanan yang ada di setiap layanan Voluntary Councelling and Testing.
Persoalan pertama banyak terkait dengan fasilitas fisik dari VCT, yaitu berkaitan dengan desain, dari bangunan atau ruang
VCT. tulisan ini mengkaji tentang masalah fasiltas fisik dari desain ruang VCT yang ideal untuk pelayanan VCT di
layanan kesehatan seperti rumah sakit. Terdapat hubungan yang interaksional antara lingkungan fisik yang ada di VCT
dengan perilaku yang dimunculkan oleh orang yang mengakses VCT. Dalam mendesain ruang layanan VCT , terdapat
beberapa hal yang harus diperhatikan, yaitu: tujuan dari di dirikannya VCT, perkiraan jumlah klien yang mengakses,
rencana ukuran fisik ruangan VCT, fasiltas yang tersedia di dalam layanan VCT, rencana tata ruang umum yang ada
disekitar layanan VCT, dan kebijakan yang diambil oleh pihak Rumah sakit terkait desain umum layanan kesehatan. Pada
dasarnya ruang VCT yang ideal terdiri dari lima ruangan, yaitu ruangan tunggu, ruangan konseling, ruangan pengambilan
darah, ruangan petugas kesehatan dan non petugas kesehatan dan ruang laboratorium. Ada tiga unsur yang penting dalam
desain layanan, yaitu unsur sumber daya manusia, unsur sarana dan unsur prasarana, Akhirnya, salah satu hal yang perlu
diperhatikan dalam terjadinya perubahan perilaku setiap klien VCT adalah bagaimana rancangan lingkungan VCT yang
baik dan membuat setiat klien yang mengakses layanan VCt menjadi nyaman dan aman sehingga mendorong klien
menjadi berubah perilakunya dari yang beresiko menjadi tidak beresiko.

Kata kunci: Ruang; Desain; Voluntery Counceling and Testing

ABSTRACT

HIV and AIDS prevention in Indonesia still faces many obstacles and challenges. There are two factors that cause this
problem to occur first because of the limited number of Voluntary Counseling and Testing (VCT) services and secondly
because of the lack of quality of service available in every Voluntary Counseling and Testing service. The first problem
is much related to the physical facilities of VCT, that is related to the design, from the building or VCT room. this paper
reviews the physical facilitation issues of VCT room design that are ideal for VCT services in health services such as
hospitals. There is an interactional relationship between the physical environment present in the VCT and the behavior
raised by people accessing VCT. In designing the VCT service room, there are several things to note: the purpose of the
establishment of VCT, the approximate number of clients accessing, the VCT room physical size plan, the facilities
available in the VCT service, the general spatial plan that exists around the VCT services , and the policies adopted by
the Hospital related to the general design of health services. Basically the ideal VCT room consists of five rooms, namely
waiting room, counseling room, blood-taking room, health worker room and non-health workers and laboratory room.
There are three elements that are important in the design of services, namely the element of human resources, elements
of facilities and elements of infrastructure, Finally, one thing to note in the changing behavior of each VCT client is how
to design a VCT environment is good and make setiat clients who access the service VCT becomes comfortable and secure
so it encourages clients to change their behavior from being at risk of being at risk.

Keywords: Room; Design; Voluntery Counceling and Testing

Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat 27


Human Immunodeficiency Virus (HIV) (deterministik). Kedua, perilaku disebabkan faktor
merupakan penyebab penyakit Acquired lingkungan atau proses belajar. Ketiga perilaku
Immunodeficiency Syndrome (AIDS) dengan cara disebabkan interaksi manusia-lingkungan (Avin Fadilla
menyerang sel darah putih sehingga dapat merusak sistem Helmi, 1999). Dalam sudut pandang Psikologi
kekebalan tubuh manusia. Kasus HIV/AIDS merupakan Lingkungan, pentingnya desain ruangan ini merupakan
fenomena gunung es, dengan jumlah orang yang manifestasi nyata dari suatu usaha untuk
dilaporkan jauh lebih sedikit dibandingkan dengan yang mentransformasikan sebuah program kedalam suatu
sebenarnya. Hal ini terlihat dari jumlah kasus AIDS yang bentuk ruangan atau lingkungan, dengan harapan
dilaporkan setiap tahunnya sangat meningkat secara terjadinya sebuah perilaku. Hal ini sejalan dengan teori
signifikan (Lenny Octavianty, Atikah Rahayu, Fauzie lapangan yang disampaikan oleh Kurt Lewin (Gifford,
Rahman, & Dian Rosadi, 2015). Masalah HIV dan AIDS 1987). Menurut Kurt Lewin, formulasi terbentuknya
sekarang ini sudah bukan lagi masalah medis dari sebuah perilaku adalaj dengan rumus B= f(P,E) yang
penyakit menular semata akan tetapi sudah menjadi bermakna bahwa sebuah perilaku (B=Behavior) adalah
masalah kesehatan masyarakat yang menyangkut aspek fungsi dari orang yang bersangkutan (P=Person) dan
kehidupan manusia dan berimplikasi pada semua bidang lingkungan dimana orang tersebut berada
kehidupan. Hal ini dikarenakan dampak penyebaran (E=Environment). Dengan rumusan yang dikemukan oleh
infeksi HIV dan AIDS yang sangat berbahaya dan Kurt Lewin tersebut jelaslah bahwa terdapat sebuah
banyaknya jumlah orang yang sudah terjangkit oleh virus hubungan interaksi antara lingkungan dengan orang atau
ini (Fajar Ratna Wulansari, Nurjanah, & Suharyo, 2014). dengan kata lain bahwa perilaku yang ditujukkan oleh
Oleh karena itu kebijakan dan penanganannyapun tidak seseorang akan sangat bergantung pada bagaimana
hanya berorientasi pada sektor kesehatan semata tapi juga keadaan lingkungan sekitarnya.
wajib melibatkan sektor-sektor yang lain. Berdasarkan hal tersebut, maka dalam tulisan ini
Kebijakan pengendalian HIV dan AIDS sekarang akan dikaji secara lebih mendalam bagaimana
ini berkiblat kepada kebijakan global Getting To Zeroes, permasalahan rancangan VCT khususnya di Rumah Sakit.
yaitu menurunkan hingga meniadakan infeksi baru HIV, Layanan VCT sebagai sebuah entry point akan sangat
menurukan hingga meniadakan kematian yang disebabkan membantu rumah sakit maupun pemerintah dalam rangka
oleh AIDS meniadakan diskriminasi terhadap AIDS serta penanggulangan HIV dan AIDS agar menjadi lebih
meningkatkan kualitas hidup ODHA dan mengurangi efekftif dan efisien.
dampak sosial ekonomi dari HIV dan AIDS pada individu,
keluarga dan masyarakat. Kebijakan tersebut akan METODE PENELITIAN
menghadapi banyak hambatan, tantangan dan sulit dicapai
jika cakupan penemuan kasus dan akses pemberian Metode penelitian yang digunakan dalam penyusunan
pengobatan masih rendah (Kementerian Kesehatan RI, penelitian ini adalah dengan menggunakan studi literatur
2013, 2016b). Ada dua faktor yang menyebabkan masalah melalui membaca dan mempelajari referensi berupa jurnal
ini terjadi, pertama karena terbatasnya jumlah layanan ilmiah, disertasi, tesis, maupun skripsi dan juga buku yang
Voluntary Counceling and Testing (VCT) dan kedua dipulikasikan di dunia maya dan berkaitan dengan ojek
karena kurangnya kualitas layanan yang ada di setiap penelitian. Diharapakan dengan adanya penelitian ini akan
layanan Voluntary Councelling and Testing. Persoalan memberikan rujukan utama dalam perbaikan kualitas
pertama banyak terkait dengan fasilitas fisik dari VCT, layanan VCT khususnya dalam desain ruang VCT dalam
yaitu berkaitan dengan desain, dari bangunan atau ruang rangka proses perubahan perilaku beresiko yang selama
VCT. Tulisan ini mengkaji tentang masalah fasiltas fisik ini masih dianggap kurang.
dari desain ruang VCT yang ideal untuk pelayanan VCT
di layanan kesehatan seperti rumah sakit. HASIL DAN PEMBAHASAN
Permasalahan pengembangan fisik VCT tidak
hanya terkait ada atau tidaknya ruangan untuk melakukan
konseling akan tetapi juga terkait dengan bagaimana Memahami VCT
desain dari tempat layanan VCT tersebut. Hal ini Dalam melihat perkembangan jumlah angka
disebabkan tanpa adanya sebuah rancangan desain yang kasus HIV dan AIDS pada saat ini yang semakin
representatif atau memadai maka mustahil sebuah proses meningkat, setidaknya ada 2 hal yang dapat dikemukan
pelaksanaan VCT akan berperan dalam sebuah sarana untuk menjelaskan keadaan tersebut. Pertama adalah
untuk terjadinya perubahan perilaku untuk pemakainya. makin banyaknya individu yang ditemukan dan dilaporkan
Hal ini sejalan dengan hasil Riset Kesehatan Dasar dengan HIV dan AIDS memberikan sebuah petunjuk
(Riskesdas) tahun 2010 yang dilakukan oleh Kementerian bahwa perilaku berisiko yang terjadi di masyarakat sudah
Kesehatan yang menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan dalam kondisi yang mengkwatirkan. Sedangkan
atau pemahaman masyarakat Indonesia terhadap proses penjelasan yang kedua adalah bahwa semakin banyaknya
pelaksanaan VCT masih rendah, yaitu hanya 6,2 persen kasus HIV dan AIDS yang ditemukan dan dilaporkan
(Kementerian Kesehatan RI, 2010) tersebut menunjukaan bahwa semakin intensif dan giatnya
Ada tiga tradisi besar orientasi teori Psikologi tenaga kesehatan yang ada di fasilitas kesehatan untuk
dalam menjelaskan dan memprediksi perilaku manusia. menemukan kasus HIV dan AIDS yang terjadi di
Pertama, perilaku disebabkan faktor dari dalam masyarakat.

Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat 28


Satu-satunya cara yang digunakan untuk atau pengguna suatu bangunan dengan setting
menemukan kasus HIV dan AIDS dan sekaligus juga fisik yang ada
mengubah perilaku individu yang awalnya berisiko 2. Membuat para penghuni atau pemakai suatu
menjadi perilaku yang aman atau tidak beresiko bangunan atau lingkungan merasa nyaman
menularkan HIV dan AIDS adalah dengan dengan VCT 3. Kadangkala juga untuk merubah perilaku para
atau Voluntert Conceling and Testing. Menurut penghuni atau pemakai bangunan atau
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, Konseling lingkungan.
dan Tes HIV-AIDS sukarela adalah suatu diskusi Sebuah rancangan bangunan atau lingkungan yang
pembelajaran antara konselor dan klinen untuk memahami efektif dan efisien akan menimbulkan perasaan nyaman,
HIV dan AIDS beserta resiko dan konsekuensinya aman, dan produktif bagi penghuni atau pemakainya, dan
terhadap diri sendiri, pasangan dan keluarga orang sebaliknya apabila sebuah rancangan bangunan atau
disekitarnya (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, lingkungan yang dirancang dengan tidak benar dan asal-
2005). asalan akan membuat perasaan tidak berdaya, tidak
Layanan VCT ini dapat diselenggarakan di nyaman, tidak produktif dan menimbulkan perasaan stres
fasilitas pelayanan kesehatan pemerintah maupun swasta (Paul Bell, Thomas C Greene, Jeffry D Fisher, & Andrew
(Kementerian Kesehatan RI, 2014b). Layanan VCT ini Baum, 2001). Hal tersebut juga berlaku dengan desain
menjadi sangat penting dalam penanggulangan HIV dan ruang VCT, ruang VCT yang efektif dan efisien akan
AIDS karena layanan ini merupakan entry point atau pintu menimbulkan perasaan nyaman, aman, terjaga
masuk untuk layanan-layanan kesehatan HIV dan AIDS kerahasiaannya dan produktif (Andris Purwaningtias dkk.,
yang lainnya (Kementerian Pertahanan RI & Pusat 2007) bagi kliennya sehingga para klien VCT yang datang
Kesehatan TNI, 2012, hlm. 26). Selain itu juga layanan kelayanan VCT dengan berbagai alasan dan maksud
VCT ini juga mempunyai peran yang vital dalam (khususnya perubahan perilaku) dapat berjalan dengan
membantu perubahan perilaku individu (dari yang lancar dan semestinya.
beresiko menularkan atau tertular menjadi tidak beresiko Sebelum membuat sebuah rancangan ruang VCT
menularkan atau ditulari), mencegah penularan HIV, yang baik maka ada beberapa hal yang perlu diperhatikan,
meningkatkan kualitas hidup ODHA (Imadduddin, 2018), yaitu:
memberikan informasi tentang pencegahan HIV dan AIDS 1. Tujuan, sebelum membuat sebuah ruang VCT
(Andris Purwaningtias, Yanri Wijayanti Subronto, & maka harus diketahui dulu maksud dan tujuan
Mubasysyir Hasanbasri, 2007) dan mempromosikan dari dibangunnya ruang VCT tersebut.
layanan secara dini (Diah Astuti Saputri Retnaningsih, 2. Estimasi, yang dimaksud dengan estimasi ini
2016). Layanan VCT yang berkualitas tinggi berdampak adalah jumlah klien yang akan mengakses
juga terhadap tingginya angka akses klien ke layanan VCT layanan VCT.
(Andris Purwaningtias dkk., 2007). 3. Ukuran, rencana ukuran fisik ruang harus
Sampai saat ini sudah ditunjuk sebanyak 278 memperhatikan kebutuhan untuk masa yang akan
rumah sakit sebagai tempat rujukan untuk layanan VCT. datang. Ini berarti juga bahwa ruang yang
(Kementerian Kesehatan RI, 2011). Dalam dibangun dalam kualitas yang bagus sehingga
pelaksanannya, VCT harus mengikuti prinsip yang telah dapat digunakan dalam jangka waktu yang lama.
disepakati secara global yaitu 5 komponen dasar yang 4. Fasilitas, adalah sejumlah fasilitas yang
disebut 5C (informed consent, confidentiality, counseling, disediakan di ruang VCT. tentunya fasilitas ini
correct test results, connections to, care,treatment and sangat ditentukan oleh kemampuan finalsial dari
prevention services) (Kementerian Kesehatan RI, 2014a). pengelola VCT, dukungan sumber daya manusia
Sedangkan model layanan VCT terdiri dari dua macam, dan kelompok yang paling banyak dalam
yaitu model Mobile VCT (penjangkauan dan keliling) dan mengakses layanan VCT.
model Statis VCT (Klinik VCT tetap) (Kementerian 5. Rencana Tata Ruang, hal ini berkaitan dengan
Kesehatan RI, 2006b) konektivitas dari ruang VCT maupun layanan
VCT dengan ruang atau layanan yang lainnya.
Rancangan Ruang VCT 6. Kebijakan. Kebijakan dari pengambil keputusan
Ruangan adalah bagian dari ruang yang merupakan dari pihak rumah sakit berkaitan erat dengan
tempat yang dibatasi oleh bidang-bidang fisik maupun bentuk desain VCT yang akan dibangun.
non fisik yang memiliki fusngsi spesifik. Sedangkan ruang
itu sendiri adalah gabungan/kumpulan dari ruangan-
ruangan sesuai fungsi dalam sebuah pelayanan yang saling Ruang VCT
berhubungan dan terkait satu sama lainnya (Kementerian Pada dasarnya ruang VCT yang ideal terdiri dari
Kesehatan RI, 2016a). Tujuan dari rancangan suatu ruang lima ruangan, yaitu ruangan tunggu, ruangan konseling,
pada dasarnya adalah untuk mengakomodir perilaku ruangan pengambilan darah, ruangan petugas kesehatan
manusia. Menurut Gifford (Widodo, 2000) tujuan dari dan non petugas kesehatan dan ruang laboratorium
suatu rancangan ruang adalah sebagai berikut : (Kementerian Kesehatan RI, 2006b).
1. Tujuan habalitas (kongkuensi) yaitu Ruangan tunggu digunakan oleh klien untuk menunggu
mencocokkan kebutuhan dan aktifitas penghuni proses konseling dimulai. Posisi ruangan tunggu dapat
berada di depan ruangan konseling maupun di depan ruang

Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat 29


pengambilan sampel darah. Di dalam ruangan tunggu testing, penyimpanan sampel, kecelakaan okupasional)
klien seyogyanya disediakan berbagai hal seperti: 1) atau komputer pencatat. 8) cap tanda positif atau negatif.
materi KIE (Komunikasi Informasi Edukasi berupa poster, 9) cairan desinfektan. 10) pedoman testing. 11) pedoman
leaflet, brosur pengetahuan tentang HIV dan AIDS, IMS pajanan okupasional, dan 12) lemari untuk menyimpan
Narkoba, Tuberkulosis, dan hepatitis. 2) informasi arsip yang dapat dikunci.
mengenai prosedur konseling dan testing. 3) kotak saran.
4) tempat sampah, tissu, dan tersedianya air mineral. 5) Berikut ini adalah contoh denah ruang VCT (Family
jika memungkinkan sediakan televisi atau atau mainan Health Indonesia, 2007)
anak. 6) kalender. 7) buku catatan resepsionis untuk
Ruang Ruang Ruang Ruang

Toilet
membuat sebuah perjanjian, dan 8) meja dan kursi dalam Pengam
tunggu Konselin Staf
jumlah cukup dan nyaman. Konseling bilan
g VCT
Ruangan konseling harus dalam kondisi nyaman, Ruang Darah
aman, terjaga kerahasiaannya dan terpisah dari ruangan Penerima dan
tunggu dan ruang pengambilan darah. Ruangan konseling an Laborat
orium Ruang
memiliki dua pintu yang berbeda, yaitu pintu masuk dan Tungg

Pintu Masuk
pintu keluar sehingga klien yang sudah selesai Hasil
melaksanakan konseling tidak langsung bertemu dengan Konseling
klien lain yang sedang menunggu giliran. Di dalam Ruang
ruangan konseling yang dapat di isi 2 sampai 3 orang Kasir
tersebut dilengkapi dengan berbagai hal, seperti 1) tempat
duduk bagi klien maupun konselor 2) buku catatan Pintu Keluar
perjanian klien dan catatan harian, formulir informed
consent, catatan medis klien, formulir pra dan pasca
testing, buku rujukan, formulir rujukan, kalender dan alat
tulis 3) kondom dan alat peraga penis maupun perga alat Unsur Penting dalam Desain Ruang VCT
reproduksi perempuan. 4) gambar berbagai penyakit AIDS Dalam sebuah layanan VCT, akan selalu terdapat
dan alat menyuntik yang aman. 5) Buku resep gizi tiga unsur yang tidak dapat terpisahkan satu sama lain dan
seimbang. 6) Tisu. 7) Air minum 8) Kartu rujukan dan 9) saling terkoneksi dalam sebuah ruang VCT, yaitu unsur
Lemari arsip yang dapat dikunci: sumber daya manusia, unsur sarana dan unsur prasarana
Ruangan pengambilan darah harus dekat dengan (Kementerian Kesehatan RI, 2006a). Hal ini sejalan
ruang konseling dan terpisah dengan ruang an dengan pendapat Green (Lolita Sary, 2009), bahwa
laboratorium. Adapun peralatan yang dipersyaratkan ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas kesehatan
tersedia dalam ruangan laboratorium antara lain: 1) jarum adalah salah satu faktor pemungkin (enabling factor) yang
dan semprit steril 2) tabung dan botol tempat penyimpanan memungkinkan keinginan atau tujuan dapat terlaksana
darah 3) stiker kode 4) kapas alkohol 5) cairan disinfektan dalam bentuk perilaku. Sedangkan dua faktor yang lainnya
6) sarung tangan karet 7) apron plastik 8) Sabun dan yang dapat membentuk perilaku adalah faktor predisposisi
tempat cuci tangan dengan air mengalir 9) tempat sampah (predisposing factor) dan faktor penguat (reinforcing
barang terinfeksi, barang tidak terinfeksi, dan barang factor) (Wenny Chartika, Andri Dwi Hermawan, & Abduh
tajam (sesuai petunjuk kewaspadaan Universal Ridha, 2013)
Departemen Kesehatan) 10) petunjuk pajanan okupasional Unsur sumber daya manusia berhubungan erat
dan alur permintaan pertolongan pasca pajanan dengan fasilitas di dalam ruangan VCT yang akan
okupasional. diberikan kepada petugas atau staf yang bekerja di ruang
Ruangan petugas kesehatan dan non petugas VCT. Fasilitas-fasilitas yang diberikan kepada petugas
kesehatan digunakan untuk melakukan pemeriksaan atau staf yang bekerja di ruang VCT antara lain meja untuk
kesehatan dari klien yang memerlukan pemeriksaan melakun konseling antara konselor dengan kliennya, meja
kesehatan yang lebih lanjut. Di dalam ruangan ini dapat pengambilan darah, meja pemeriksaan kesehatan maupun
berisi 1) meja dan kursi. 2) tempat pemeriksaan fisik. 3) non kesehatan, tempat pemeriksaan dan ruang untuk staf
stetoskop dan tensimeter. 3) kondom dan alat peraga atau petugas VCT. Meja konseling diletakkan di ruangan
penggunaannya. 4) KIE HIV dan AIDS serta infeksi konseling yang digunakan untuk melaksanakan konseling
oportunistik. 5) Blangko resep, dan 6) Alat timbangan kepada klien baik dalam sesi konseling pra tes maupun
badan. pasca tes. Meja pengambilan darah diletakkan di ruangan
Sedangkan laboratorium dapat terletak di bagian pengambilan darah dan laboratorium. Digunakan sebagai
Patologi Klinik layanan kesehatan atau boleh juga tempat untuk proses pengambilan darah klien yang sudah
langsung berada di dalam ruang VCT itu sendiri. Adapun melewati proses konseling. Meja pemeriksaan dan tempat
materi yang seyogyanya tersedia di dalam ruangan pemeriksaan (biasanya ranjang) diletakkan diruangan
laboratorium antara lain: 1) reagen untuk testing dan pemeriksaan kesehatan dan non kesehatan. Meja
peralatannya. 2) sarung tangan karet. 3) jas laboratorium. pemeriksaan dan tempat pemeriksaan digunakan petugas
4) lemari pendingin. 5) alat sentrifusi. 6) ruang atau staf VCT untuk proses pemeriksaan kesehatan
penyimpanan testing kit, barang habis pakai. 7) buku-buku lanjutan bagi klien yang memerlukan. Sedangkan ruang
register (stok habis pakai, penerimaan sampel, hasil staf VCT cenderung menjadi ruang kerja, dimana ruang ini

Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat 30


dapat difungsikan menjadi ruangan kepala ruangan VCT, dibebankan semestinya masih terjangkau dan jika
ruangan Dokter Spesialis, ruangan manajer kasus atau memungkinkan dapat digratiskan (Aliansi Pemberdayaan
ruangan penyimpanan material dan perlengkapan. Remaja, 2015). Sedangkan jam kerja layanan di
Unsur sarana berkaitan erat dengan fasilitas yang integrasikan dengan jam kerja institusi layanan setempat
diberikan oleh layanan VCT kepada kliennya. Dalam hal dimana layanan VCT tersebut tersedia. Agar supaya klien
sarana yang diberikan kepada klien, terdapat sejumlah layanan VCT tidak terlalu lama menunggu maka jumlah
fasilitas yang dapat diberikan kepada para klien layanan konselor dapat disesuaikan dengan jumlah kunjungan pada
VCT, diantaranya adalah lokasi ruang VCT. Lokasi ruang saat itu (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia,
VCT idealnya adalah tidak berada dalam posisi yang 2005).
isolatif dan mudah untuk diakses oleh klien. Fasilitas yang Aliran listtrik diperlukan untuk penerangan yang
kedua adalah dari segi bangunannya, bangunan ruang cukup baik agar dapat membaca dan menulis serta alat
VCT sebaiknya harus kuat, utuh, terpelihara, mudah pendingin ruangan. Air diperlukan untuk mencuci tangan,
dibersihkan, terhindar dari penularan penyakit dan tahan kebersihan ruangan serta membersihkan alat-alat.
dari bahaya kecelakaan, gempa bumi dan kebakaran. Sedangkan sambungan telepon digunakan untuk
Fasilitas ketiga yang tersedia di ruang VCT dan komunikasi antar ruangan maupun antar layanan yang
berhubungan langsung dengan klien VCT antara lain tersedia di rumah sakit tersebut (Kementerian Kesehatan
ruang khusus untuk konseling (dengan dua pintu di sisi Republik Indonesia, 2005).
yang berbeda), tempat duduk yang nyaman bagi klien dan Apa yang disampaikan sebelumnya tersebut
konselor, meja, tisu untuk menghapus air mata, alat peraga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh sejumlah
dan alat bantu pendidikan klien untuk menjelaskan cara penelitian menunjukkan bahwa bahwa faktor sarana dan
pemasangan kondom, penggunaan alat pelindung, cara prasarana layanan VCT mempengaruhi pelaksanaan VCT
menolong di pasca pajanan dan sebagainya dan alat (Mujiati, Sugiharti, & Bryan Mario Isakh, 2013). Selain
pendokumentasian keadaan dan kondisi klien. Fasilitas itu juga penelitian lain memberikan kesimpulan bahwa
keempat adalah papan nama atau petunjuk arah, papan adanya pengaruh secara bersama-sama variabel persepsi
nama atau petunjuk arah dipasang secara jelas sehingga terhadap kerentanan terhadap HIV dan AIDS dengan
memudahkan para klien untuk mengakses ke layanan variabel pencetus terhadap terjadinya perilaku mengakses
VCT, selain itu juga di depan ruang VCT dipasang papan layanan VCT. Variebl pencetus disini adalah dimaknai
bertuliskan pelayanan VCT. sebagai informasi yang yang diperoleh klien salah satunya
Sedangkan unsur prasarana dari layanan VCT dalam bentuk brosur HIV dan AIDS, display informasi di
meliputi terkait pencahayaan, limbah, dan kebisingan papan informasi, konsultasi dengan petugas kesehatan,
(Kementerian Kesehatan RI, 2006a), lokasi, harga, jam dan alat peraga pemasangan kondom atau video yang
pelayanan, ketersediaan aliran listrik, air, dan sambungan semuanya tersedia di ruang VCT (Amik Khosidah & Sugi
telepon. Prasarana pertama yang pertamakali diperhatikan Purwanti, 2014)
adalah masalah pencahayaan, seluruh ruangan yang ada
dalam ruang VCT memiliki kecukupan cahaya maksimal, SIMPULAN
baik dengan menggunakan sumber cahaya bantu (lampu)
maupun sumber cahaya alami dengan sinar matahari dan Pada dasarnya lingkungan fisik akan
memiliki juga ventilasi udara yang memadai. Terkait berpengaruh terhadap perilaku manusia. Hal demikian
masalah limbah, ruang VCT memiliki dan mengikuti juga berlaku pada lingkungan fisik di layanan VCT, akan
pedoman sesuai standar sanitasi rumah sakit dimana berpengaruh pada perilaku manusia yang ada di dalamnya.
layanan VCT itu berada. Pengelolaan limbah ini meliputi Oleh karena itu, salah satu hal yang paling terpenting
limbah cair maupun limbah padat. Setidak-tidaknya ruang untuk mencapai tujuan terjadinya sebuah perubahan
VCT memiliki sarana pengolahan sampah sementara. perilaku tersebut adalah dari segi rancangannya. Dengan
Terkait permasalahan kebisingan, setiap ruang memiliki adanya rancangan ruangan VCT yang baik maka
ambang maksimal tingkat kebisingan dan disesuikan harapannya para klien layanan VCT akan merasa nyaman
dengan fungsi dari ruang tersebut. Misalnya ruang dan aman sehingga lebih memudahkan dalam proses
Laboratorium maka tingkat kebisingan yang dapat perubahan perilaku dari yang beresiko menjadi tidak
ditolerir adalah sebesar 68 dbA, sedangkan ruang beresiko. Dalam merancang sebuah ruangan VCT yang
konseling maka batas yang dapat ditolerir adalah sebesar ideal untuk terjadinya sebuah perubahan perilaku maka
45 dbA dan dijaga pengaturan suaranya sehingga proses mutlak diperlukan kerjasama dengan yang komprehensif
konseling yang dilakukan tidak didengar oleh orang lain. antara sarjana arsitek, sarjana psikologi dan sarjana
Terkait lokasi, idealnya lokasi layanan VCT kesehatan khususnya terkait HIV dan AIDS.
ditempatkan di lokasi yang mudah di akses oleh klien.
Selain itu, layanan VCT di tempatkan sedemikian rupa DAFTAR PUSTAKA
agar klien yang mengakses layanan tidak terlalu menarik
perhatian klien rumah sakit lainnya misalnya tidak terletak Aliansi Pemberdayaan Remaja. (2015). Access, Services
di area yang biasa orang lain berkumpul. Sedangkan and Knowledge (ASK) Programme Pedoman
masalah harga haruslah memperhatikan situasi ekonomi paket esensial. Jakarta: Aliansi Pemberdayaan
dan keramagaman klien. Biaya sebaiknya tidak menjadi Remaja.
kendala dalam mengakses layana VCT. Biaya yang

Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat 31


Amik Khosidah, & Sugi Purwanti. (2014). Persepsi Ibu Kementerian Kesehatan RI. (2011). Keputusan Menteri
Rumah Tangga Tentang Voluntary Councelling Kesehatan Republik Indonesia Nomor
and Testing (VCT) Terhadap Perilaku 782/Menkes/SK/IV/2011 Tentang Rumah Sakit
Pencegahan HIV-AIDS. Bidan Prada : Jurnal Rujukan Bagi Orang Dengan HIV dan AIDS
Ilmiah Kebidanan, 5(2), 67–78. (ODHA). Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.
Andris Purwaningtias, Yanri Wijayanti Subronto, & Kementerian Kesehatan RI. (2013). Peraturan Menteri
Mubasysyir Hasanbasri. (2007). Pelayanan Kesehatan Republik Indonesia Nomor 21 Tahun
HIV/AIDS di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta. 2013 Tentang Penanggulangan HIV dan AIDS.
Distant Learning Resouce Center Magister Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.
KMPK UGM, No. 16, 1–19.
Kementerian Kesehatan RI. (2014a). Peraturan Menteri
Avin Fadilla Helmi. (1999). Beberapa Teori Psikologi Kesehatan Republik Indonesia Nomor 74 Tahun
Lingkungan. Buletin Psikologi, 7(2), 7–19. 2014 Tentang Pedoman Pelaksanaan Konseling
dan Tes HIV. Jakarta: Kementerian Kesehatan
Diah Astuti Saputri Retnaningsih. (2016). Voluntary RI.
Counseling and Testing untuk Orang Berisiko
HIV/AIDS. al-Balagh Jurnal Dakwah dan Kementerian Kesehatan RI. (2014b). Peraturan Menteri
Komunikasi, 1(1), 115–128. Kesehatan Republik Indonesia Nomor 87 Tahun
2014 Tentang Pedoman Pengobatan
Fajar Ratna Wulansari, Nurjanah, & Suharyo. (2014). Antiretroviral. Jakarta: Kementerian Kesehatan
Health Literacy Klien Voluntary Counselling RI.
and Testing (VCT) di Puskesmas Bandarharjo
Kota Semarang Tahun 2014 (Tesis). Universitas Kementerian Kesehatan RI. (2016a). Peraturan Menteri
Dian Nuswantoro, Semarang. Kesehatan Republik Indonesia Nomor 24 tahun
2016 tentang Persyaratan Teknis Bangunan dan
Family Health Indonesia. (2007). Standart Operasional Prasarana Rumah Sakit. Jakarta: Kementerian
Prosedur Klinik VCT Layanan Mandiri. Jakarta: Kesehatan RI.
FHI.
Kementerian Kesehatan RI. (2016b). Petunjuk Teknis
Imadduddin. (2018). Voluntey Counceling And Testing Program Pengendalian HIV AIDS dan PIMS di
(VCT) Dalam Sudut Pandang Psikologi Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama. Jakarta:
Konseling (hlm. 17–29). Dipresentasikan pada Kementerian Kesehatan RI.
Seminar Nasional dan Workshop Bimbingan
dan Konseling 2018, Banjarmasin: Universitas Kementerian Pertahanan RI, & Pusat Kesehatan TNI.
Islam Kalimantan Muhammad Arsyad Al- (2012). Modul Pelatihan Peer Leader Modul 4
Banjari. HIV dan AIDS. Jakarta: Pusat Pertahanan RI &
Pusat Kesehatan TNI.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2005).
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Lenny Octavianty, Atikah Rahayu, Fauzie Rahman, &
Indonesia Nomor 1507/MENKES/SK/X/2005. Dian Rosadi. (2015). Pengetahuan, Sikap, dan
tentang Pedoman Pelayanan Konseling dan Pencegahan HIV/AIDS pada Ibu Rumah
Testing HIV/AIDS secara Sukarela (Voluntery Tangga. Kesmas, 11(1), 53–58.
Counseling and Testing). Jakarta: Kementerian
Kesehatan RI. Lolita Sary. (2009). Analisis Pelaksanaan Strategi
Pelayanan Provider Initiated HIV Testing And
Kementerian Kesehatan RI. (2006a). Keputusan Menteri Counseling / PITC (Studi Kasus Di Balai
Kesehatan Republik Indonesia Nomor: Kesehatan Paru Masyarakat Semarang). Jurnal
832/Menkes/SK/X/2006 tanggal 17 Oktober Promosi Kesehatan Indonesia Vol. 4 / No. 2 /
2006 tentang Penetapan Rumah Sakit Rujukan Agustus 2009, 4(2).
bagi Orang Dengan HIV-AIDS (ODHA) dan
Standar Pelayanan Rumah Sakit Rujukan Mujiati, Sugiharti, & Bryan Mario Isakh. (2013).
ODHA dan Satelitnya. Jakarta: Kementerian Gambaran Pelaksanaan Layanan Voluntary
Kesehatan RI. Counseling and Testing (VCT) dan Sarana
Prasaranan Klinik VCT di Kota Banjarmasin
Kementerian Kesehatan RI. (2006). Pedoman Pelayanan Tahun 2013. Jurnal Kesehatan Reproduksi,
Konseling dan Testing HIV/AIDS secara 4(3), 153–160.
Sukarela (Voluntary Counselling and Testing).
Jakarta: Kementerian Kesehatan RI. Paul Bell, Thomas C Greene, Jeffry D Fisher, & Andrew
Baum. (2001). Environmental Psychology.
Kementerian Kesehatan RI. (2010). Laporan Nasional Orlando: Hartcourt College Publishers.
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdes) Tahun 2010.
Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.

Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat 32


Wenny Chartika, Andri Dwi Hermawan, & Abduh Ridha.
(2013). Hubungan Antara Pengetahuan, Sikap,
Akses Informasi HIV/AIDS dan Dukungan
Keluarga dengan Perilaku Pencegahan
HIV/AIDS pada Pengguna Napza suntik di Kota
Pontianak. Jurnal Mahasiswa dan Penelitian
Kesehatan - JuManTik, 163–172.
Widodo, P. B. (2000). Rancangan perpustakaan di
perguruan tinggi: kajian psikologi lingkungan.
Buletin Psikologi, 8(1), 33–46.

Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat 33


IMPLIKASI MEDIA SOSIAL TERHADAP PERILAKU REMAJA DAN
PEMUDA DALAM LINGKUNGAN PERKOTAAN
SOCIAL MEDIA IMPLICATIONS ON YOUTH AND YOUTH BEHAVIOR IN URBAN
ENVIRONMENT

Frendly Albertus1, Pahmi Hidayat2 dan Muh. Harianto Ahamung3


Ilmu Administrasi Negara, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas 17 Agustus 1945
Samarinda, Jl. Juanda No. 80, Kota Samarinda, 75124, Negara Indonesia
No. Handphone : 08525287818

ABSTRAK

Media Sosial sudah menjadi ketergantungan di kalangan masyarakat khususnya dikalangan remaja dan pemuda.
Sehingga media sosial berpengaruh besar dalam perubahan perilaku remaja dan pemuda. Dari dampak positif dan
negatif. Menurut Crish Garret (2009) media sosial adalah alat, jasa dan komunikasi yang memfasilitasi hubungan antara
orang dengan satu sama lain dan memiliki peminat yang banyak tidak terkecuali para remaja, bahkan usia di bawah
umur sudah memiliki akun media sosial pribadi. Dalam kondisi sosial saat ini penggunaan media sosial sangat
digandrungi oleh berbagai macam usia. Khususnya para pemuda dan remaja memiliki nilai tersendiri yang punya unsur
dominasi dalam penggunaan alat ini. Maka perlu adanya pendidikan karakter untuk melindungi mereka dalam
menggunakan aplikasi tersebut. Yaumi (2014) Pendidikan karakter adalah upaya sengaja untuk membantu orang
mengerti, peduli tentang, dan berbuat atas dasar nilai-nilai etik. Penggunaan media sosial seharusnya didukung oleh
elemen ini, dikarenakan para remaja dan pemuda sebagai generasi penerus bangsa harus dibekali oleh pendidikan yang
mampu memotivasi serta membuat mereka untuk menjadi pribadi yang lebih baik ke depannya. Di dalam penelitian ini
menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif, dengan cara wawancara, dokumentasi dan studi pustaka. Media
sosial hadir untuk menjawab dan memenuhi kebutuhan manusia terkait kemajuan teknologi dewasa ini, dikarenakan
tingkat peradaban dunia yang berskala kompleks dan juga didukung oleh perkembanganpesat dari ilmu pengetahuan dan
teknologi. Namun tidak dapat dipungkiri bahwa social media hadir membawa dampak positif dan negatif terhadap pola
perilaku manusia secara individu dan kelompok.

Kata kunci: Implikasi, Media Sosial, remaja, pemuda, perkotaan

ABSTRACT

Social media already be dependence among people community especially among teens and young man. So that social
media take effect big in change behavior teens and young man. From impact positive and negative. According to Crish
Garret (2009:78) Social Media is tools, services and facilitating communication relationship between people with one
each other and have many enthusiasts no except teenagers, even age in under age already have social media even age in
under age alerady have social media accounts personal. In condition social moment this use of social accounts personal.
In condition social moments this use of social media very loved by various kind of age. Especially the youth and teens
have value its own got element domination in use tool this. Then need exixtence education character for protect they in
use the application. Yaumi (2014:8-9) education character is a deliberate attempt to help people understand, care about,
and do on basic values ethics. Use of social media should supported by element this, because of teenagers and young
man as generation successor nation must provided by education capable motivate and make they for be more personal
good to in front of capable motivate and make they for be more.

Keywords: Implication, Social Media, Youth, Urban.

Teknologi informasi tidak terlepaskan dari proses menciptakan dan memberdayakan proses komunikasi
komunikasi manusia sebagai makhluk sosial. Teknologi yang lebih efektif. Teknologi informasi sendiri terdiri
informasi dituntut untuk selalu menciptakan hal yang dari gabungan antara teknologi komputer dan teknologi
baru dalam mempermudah proses komunikasi manusia. komunikasi. Teknologi komputer adalah teknologi yang
Teknologi informasi dianggap mampu untuk berhubungan dengan komputer, termasuk peralatan-

Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat 34


peralatan yang berhubungan dengan komputer. Data besar, dengan adanya perkembangan teknologi informasi
adalah bahan mentah bagi komputer yang dapat berupa yang sangat cepat. Di sisi yang lain, manfaat positif juga
angka maupun gambar, sedangkan informasi adalah bisa didapatkan, karena media sosial juga menyediakan
bentuk data yang telah diolah sehingga dapat berguna informasi-informasi yang dibutuhkan oleh para pemuda
untuk pengambilan keputusan. Teknologi komunikasi remaja sesuai dengan kebutuhan mereka dan media sosial
adalah teknologi yang berhubungan dengan komunikasi juga menjadi salah satu fasilitas untuk para pemuda dan
jarak jauh (telepon, radio, televisi). Teknologi remaja dalam melakukan wirausaha secara online.
komunikasi langsung berhubungan dengan proses Dalam penelitian ini, penulis membuat rumusan
komunikasi massa karena media yang digunakan masalah yang terkait dengan Implikasi Media Sosial,
merupakan media-media yang digunakan dalam yaitu apa efek yang ditimbulkan dari penggunaan media
komunikasi massa. Bentuk media massa antara lain sosial bagi pemuda remaja dalam perkembangan dari sisi
media elektronik ( televisi, radio), media cetak (surat psikologi sosial.
kabar, majalah, tabloid), buku dan film. Dalam Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
perkembangan komunikasi massa yang sudah sangat mengetahui implikasi media sosial yang berdampak pada
modern dewasa ini, ada satu perkembangan tentang sisi psikologis terhadap pemuda remaja di wilayah
media massa, yakni ditemukannya internet. perkotaan.
Saat ini media sosial sangat diminati oleh para Sosial Media adalah saluran atau sarana pergaulan
pengguna fasilitas internet karena media sosial sosial secara online di dunia maya (Internet). Para
memberikan kemudahan bagi para penggunanya untuk pengguna (user)sosial mediaberkomunikasi berinteraksi
mencarai seseorang. Pencarian tidak hanya untuk orang- dengan saling kirim pesan, saling berbagi (Sharing) dan
orang yang dikenal tetapi juga orang-orang yang tidak membangun jaringan (Nasrullah, 2015:5). berbagi dan
dikenal atau dapat juga dikatakan hanya untuk menciptakan isi meliputi blog, jaringan sosial wiki,
menambah teman ataupun relasi. Penggunaan media forum, dan dunia virtual. Blog, jaringan sosial dan wiki
sosial tidak terbatas pada kalangan tertentu, tapi fasilitas merupakan bentuk sosial media yang paling umum
ini dapat digunkan oleh semua kalangan, profesi dan usia. digunakan oleh masyarakat di seluruh dunia. Andreas
Penggunaannya yang mudah digunakan membuat orang Kaplan dan micheal Harlein (dalam Zainuddin, 2006:10)
menikmati fasilitas ini. Oleh karena penggunanya yang mendefinisikan sosial media sebagai “ sebuah kelompok
tidak terbatas pada kalangan, profesi dan usia menjadi aplikasi berbasis internet yang dibangun di atas dasar
daya tarik bagi anak-anak yang duduk di bangku sekolah. ideolagi dan teknologi web 2.0, dan yang memungkinkan
Dari yang masih duduk di bangku sekolah dasar (SD) penciptaan dan pertukaran user-generated content”.2
sampai ditingkatan Pemuda. Apalagi saat ini dapat dilihat Jaringan sosial merupakan situs dimana setiap orang
hampir semua Pemuda telah menggunakan fasilitas membuat web page pribadi kemudian terhubung dengan
teknologi informasi yaitu handphone yang memiliki teman-teman untuk berbagi informasi dan
fasilitas internet yang artinya dengan mudah para Remaja berkomunikasi. Jaringan sosial terbesar antara lain
Pemuda dapat membuka media sosial mereka kapan saja Facebook, Myspace, WhatsApp, BBM, Youtube,
dan di mana saja. Fasilitas media sosial yang variatif Line,Instagram dan Twitter. Jika media tradisional
membuat penggunanya sangat menikmati dan membuat menggunakan media cetak dan media broadcast, maka
mereka selalu ingin berhubungan dengan teknologi sosial mediamenggunakan internet. sosial media
informasi ini khususnya dikalangan pemuda. Meraka mengajak siapa yang tertarik untuk berpertisipasi dengan
dapat menggunakan beberapa aplikasi dalam waktu yang memberi kontribusi dan feedback secara terbuka,
bersamaan, seperti bisa menggunakan fasilitas games memberi komentar serta membagi informasi dalam
sembari chating dengan orang lain. Maka tidak heran jika waktu yang cepat dan tak terbatas. 3 Seperti dalamtulisan
banyak remaja dan pemuda yang selalu menghabiskan Vivian Sobchack, seorang pengarang amerika berbunyi :
waktu melalui gadget dan tempat-tempat yang dapat “ tv, kaset video, pemutar/ rekaman video tape, video
mengakses internet seperti kampus,sekolah,dan cafe games dan personal computer (PC) semuanya
untuk bisa menggunakan fasilitas ataupun membuka membentuk sebuah sistem elektronik menyeluruh yang
media sosial yang sering di katakan dengan “online”. berbagai macam bentuk „ interface‟nya merupakan
Teknologi informasi media sosial seperti Facebook, sebuah dunia alternatif dan absolut yang secara unik
Twiter, Instagram, Whatsapp, Line, YouTube dan lain- memasukkan penonton/pengguna dalam sebuah ruang
lain ini memang sangat menarik perhatian kalangan yang tidak terpusat bersifat sementara dan wujudnya
Pemuda serta Remaja. Selain sering meluangkan waktu semu.
untuk bisa online, media sosial juga menjadi topik Perilaku merupakan hasil daripada segala macam
pembicaraan bagi pemuda remaja. Hal ini juga terjadi pengalaman serta interaksi manusia dengan
pada pemuda di wilayah perkotaan besar. Fasilitas media lingkungannya yang terwujud dalam bentuk
sosial ini juga menjadi topik pembicaraan yang hangat pengetahuan, sikap dan tindakan. perilaku merupakan
baik di dalam lingkungan sekolah maupun diluar respon/reaksi seorang individu terhadap stimulus yang
lingkungan sekolah. Serta mempunyai dua manfaat yang berasal dari luar maupun dari dalam dirinya
bertolak belakang bagi perkembangan psikis pemuda dan (Notoatmodjo, 2010).
remaja, khususnya yang bermukim di wilayah perkotaan. Perilaku merupakan fungsi karakteristik individu
Karena wilayah tersebut akan mempunyai efek yang dan lingkungan. Karakteristik individu meliputi berbagai

Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat 35


variabel seperti motif, nilai-nilai, sifat, keperibadian, dan perilaku manusia adalah semua kegiatan atau aktivitas
sikap yang saling berinteraksi satu sama lain dan manusia, baik yang diamati langsung, maupun yang tidak
kemudian berinteraksi pula dengan faktor-faktor dapat diamati oleh pihak luar (Notoatmodjo, 2003).
lingkungan dalam menentukan perilaku. Faktor Menurut Skinner, seperti yang dikutip oleh
lingkungan memiliki kekuatan besar dalam menentukan Notoatmodjo (2003), merumuskan bahwa perilaku
perilaku, bahkan kekuatannya lebih besar dari merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap
karakteristik individu (Azwar, 2010). stimulus atau rangsangan dari luar. Oleh karena perilaku
Sementara pengertian perubahan perilaku menurut ini terjadi melalui proses adanya stimulus terhadap
Emilia (2008), ditentukan oleh konsep risiko, penentu organisme, dan kemudian organisme tersebut merespons,
respon individu untuk mengubah perilaku adalah tingkat maka teori Skinner ini disebut teori “S-O-R”
beratnya risiko atau penyakit secara umum, bila atau Stimulus – Organisme – Respon. Dilihat dari bentuk
seseorang mengetahui ada risiko terhadap kesehatan respon terhadap stimulus ini, maka perilaku dapat
maka secara sadar orang tersebut akan menghindari dibedakan menjadi dua (Notoatmodjo, 2003:56) :
risiko. A. Perilaku tertutup (convert behavior)
Teori lain dikemukakan Lohrmann et al Perilaku tertutup adalah respon seseorang terhadap
(2008:84), dengan teori perubahan perilaku The Ecology stimulus dalam bentuk terselubung atau tertutup
Model of Health Behavior menekankan pada perubahan (convert). Respon atau reaksi terhadap stimulus ini masih
perilaku yang dipengaruhi oleh situasi lingkungan terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan,
sekitar. Pendekatan perubahan perilaku digunakan pada kesadaran, dan sikap yang terjadi pada orang yang
pendekatan perubahan perilaku yang pesan perubahan menerima stimulus tersebut, dan belum dapat diamati
perilaku di bawa oleh anak didik untuk merubah perilaku secara jelas oleh orang lain.
orang tua maupun masyarakat. Informasi/ pesan yang B. Perilaku terbuka (overt behavior)
diterima di dalam meja studi diharapkan dapat diterima Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk
oleh orang tua maupun masyarakat. Informasi/ pesan tindakan nyata atau terbuka. Respon terhadap stimulus
menjadi keyakinan dan persepsi sebuah kebenaran tersebut sudah jelas dalam bentuk tindakan atau praktek,
sehingga terjadi perubahan perilaku pada orang tua atau yang dengan mudah dapat diamati atau dilihat oleh orang
masyarakat. Perilaku seseorang atau masyarakat lain.
ditentukan oleh pengetahuan, sikap, kepercayaan, tradisi,
dan sebagainya dari orang atau masyarakat yang METODE PENELITIAN
bersangkutan. Selain itu, ketersediaan fasilitas, sikap dan
perilaku petugas kesehatan terhadap kesehatan akan
mendukung dan memperkuat terbentuknya perilaku. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan jenis
Perubahan perilaku ditentukan oleh konsep risiko. penelitian deskriptif (Deskriptif research). Dengan
Penentu respon individu untuk mengubah perilaku adalah bentuk penelitian studi kasus (Case Study), yaitu
tingkat beratnya risiko atau penyakit. Secara umum, bila penelitian terhadap suatu gejala atau satu kelompok
seseorang mengetahui ada risiko terhadap kesehatan tertentu yang khas dan unik, dan dijadikan suatu fokus
maka secara sadar orang tersebut akan menghindari penelitian, secara cermat dan hati-hati membahas dan
risiko. Perilaku kesehatan diklasifikasikan menjadi 3, memecahkannya. Peneliti menggunakan pendekatan
kelompok yaitu: penelitian kualitatif dalam penelitian ini, sehingga
A. Perilaku pemeliharaan kesehatan (health penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif
maintenance), yaitu usaha seseorang untuk kualitatif.
memelihara kesehatan agar tidak sakit dan usaha Subjek ialah suatu yang diteliti baik orang, benda,
penyembuhan jika sedang sakit. data, ataupun lembaga (organisasi). Subjek penelitian
B. Perilaku pencarian dan penggunaan sistem pada dasarnya adalah yang akan dikenai kesimpulan hasil
pelayanan kesehatan (health seeking behavior), penelitian (Abubakar, 2016: 73). Subjek dalam penelitian
yaitu perilaku yang menyangkut upaya atau ini ialah berupa data-data yang dapat memperkuat
tindakan seseorang saat sakit dan atau analisis penelitian.. Dalam subjek penelitian terdapat
kecelakaan untuk berusaha mulai dari self objek penelitian. Objek penelitian ialah sifat keadaan dari
treatment sampai mencari pengobatan ke luar suatu benda, orang, atau yang menjadi pusat perhatian
negeri. dan sasaran penelitian (Zuriah, 2009:47). Didalam
C. Perilaku kesehatan lingkungan, yaitu cara penelitian ini, peneliti mengambil objek para remaja dan
seseorang merespon lingkungan, baik pemuda di wilayah perkotaan Samarinda dari berbagai
lingkungan fisik maupun sosial budaya, kampus dan sekolah.
sehingga lingkungan tersebut tidak
mempengaruhi kesehatannya. HASIL DAN PEMBAHASAN
Perilaku adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu
sendiri yang mempunyai bentangan yang sangat luas Dengan berkembang pesatnya media sosial yang
antara lain : berjalan, berbicara, menangis, tertawa, berada dikalangan pemuda remaja, dan sangat mudahnya
bekerja, kuliah, menulis, membaca, dan sebagainya. Dari penggunaan media sosial kapan saja dan dimana saja,
uraian ini dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud media sosial bisa dikatakan memberikan ketergantungan

Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat 36


yang lebih parah daripada alkohol dan narkoba. Faktanya penggunaan paket data tersebut untuk membuka video
memang benar jika media sosial ini dapat membuat atau gambar yang terdapat didalam media sosial. Dan
seseorang menjadi kecanduan dan tidak bisa menjauhkan membuat para remaja dan pemuda ini memiliki perilaku
diri dari gadget untuk waktu yang tidak cukup lama. hidup yang komsumtif, karena bagi seseorang yang sudah
Media sosial yang tidak memiliki batasan dan mengalami ketergantungan terhadap internet terutama
pengawasan dalam penggunaannya ini membawa media sosial tidak akan berfikir panjang untuk mengisi
pengaruh besar dalam perubahan perilaku pemuda dan kembali paket data dan mengabaikan keperluan lainnya
remaja khususnya didalam lingkungan perkotaan. yang harus lebih diutamakan.
Dampak negatif dari media sosial ini terlihat dari perilaku Tetapi, media sosial juga memiliki dampak positif
remaja dan pemuda yang sudah mulai tidak lagi memiliki yang sangat berguna bagi para remaja dan pemuda.
budaya sopan santun yang baik, misalnya dari cara Dengan adanya media sosial ini mereka dapat dengan
berbicara, berjalan didepan orang yang lebih tua, dan cara mudah bersosialisasi antara individu tanpa harus
berpakaian. Yang sangat terlihat dari hilangnya budaya menghawatirkan tentang waktu dan jarak yang sangat
perilaku sopan santun remaja dan pemuda adalah budaya jauh. Dengan media sosial ini dapat membantu seorang
berbicara yang santun terhadap sesama, dikalangan ramaja dan pemuda untuk menemukan teman baru yang
remaja pemuda di perkotaan lebih sering menggunakan mungkin cocok dengan dirinya dan dapat membantu
perkataan mencela, merendahkan dan mengolok saat menemukan teman lamanya yang sudah lama tidak
berbicara dengan orang-orang yang sebaya dengannya pernah melakukan komunikasi lagi, sehingga dapat
dibandingkan menggunakan perkataan yang sopan. menyambung dan menambah tali silarutahmi antara
Berbanding terbalik dengan orang tua yang berumur 40 sesama. Media sosial juga berperan penting dalam
sampai 50 tahun keatas, orang tua yang berumur 40 pembentukan perilaku yang positif dikalangan remaja
sampai 50 tahun keatas lebih sering menggunakan bahasa dan pemuda, dengan berbagai macam informasi
yang lebih halus terhadap sesamanya. Hal itu disebabkan pendidikan yang bermutu dalam pembentukan sikap
karena banyak remaja pemuda yang menonton video seorang individu. Mereka dapat mempelajari budaya
yang didalam percakapannya menggunakan perkataan- perilaku sopan santun dari cara berbicara, nada bicara,
perkataan yang kasar, saling mencela dan mengolok tingkah laku dan hal lain yang berhubungan dengan
orang lain dengan mudah dan biasa saja tanpa ada teguran pembentukan perilaku yang positif. Karena jika hanya
ataupun peringatan diawal video tersebut. Selain itu, mengandalkan pendidikan disekolah saja, pembentukan
dampak negatif dari media sosial adalah mengubah psikologi seorang remaja tidak akan benar-benar bisa
seorang pemuda remaja menjadi seseorang yang menjadi seorang remaja atau pemuda yang berperilaku
individualisme. Seseorang yang aktif dalam penggunaan baik karena keterbatasan waktu disekolah dalam
media sosial akan menjadi tidak peduli lagi dengan pengajaran perilaku dan etika yang positif. Dan juga di
keadaan lingkungan sekitar, karena saat menggunakan daerah perkotaan sekarang ini para remaja dan
media sosial dan sudah merasa asyik dengan dunia maya pemudanya banyak yang menggunkan perkataan-
yang dia miliki maka seseorang akan mengabaikan perkataan tidak sopan dan tindakan anarkis dengan
interaksi sosial dengan orang lain dikehidupan nyata dan mudah tanpa berfikir panjang, sehingga membuat
dampaknya adalah menimbulkan hubungan buruk antara seorang pemuda harus bisa memanfaatkan penggunaan
sesama. Media sosial juga dapat menimbulkan perilaku media sosial untuk belajar menjadi seorang remaja atau
yang tidak baik seperti Gengsi dan iri hati, para remaja pemuda yang memiliki perilaku yang baik dikalangan
dan pemuda ini yang sudah menjadi para pecandu media masyarakat khususnya didaerah perkotaan dan menjadi
sosial akan selalu mengungkapkan dirinya didunia maya implus bagi para remaja atau pemuda agar menjadi
yang berbeda dengan dirinya didunia nayata. Mereka seorang remaja dan pemuda yang memiliki perilaku yang
akan selalau menunjukan dirinya yang sempurna namun baik dikalangan masyarakat.
tidak sesuai dengan dirinya didunia nyata, masalah ini Media sosial dapat mengubah seorang remaja dan
dilatar belakangi oleh rasa gengsi sehingga mereka pemuda menjadi seseorang yang mandiri untuk mencari
menjadi tidak berani untuk menampilkan gambaran finansialnya. Karena media sosial dapat menjadi wadah
dirinya didunia nyata. Selain untuk menampilkan sisi untuk seseorang dalam berwirausaha secara online.
sempurna dirinya didunia maya, di media sosial juga para Dengan kemajuan teknologi khususnya perkembangan
remaja dan pemuda dapat mengunggah keberhasilan media sosial saat ini, peluang untuk mendapatkan
mereka dalam mencapai atau mendapatkan sesuatu untuk penghasilan sangatlah mudah.
menjadi bukti keberhasilan mereka dan memamerkannya Kalangan remaja dan pemuda yang mempunyai
kepada orang lain. Hal ini, tidak dapat dipungkiri akan media sosial biasanya memposting tentang kegiatan
memicu timbulnya rasa iri hati dan cemburu di kalangan pribadinya, curhatannya, serta fotofoto bersama teman.
mereka. Sehingga mereka berlomba-lomba menunjukan Dalam media sosial siapapun dapat dengan bebas
keberhasilan dirinya dan memamerkannya dimedia sosial berkomentar serta menyalurkan pendapatnya tanpa rasa
demi sebuah eksistensi dan anjungan dari orang lain. khawatir. Hal ini dikarenakan dalam internet khususnya
Dalam penggunaan media sosial diperlukan media sosial sangat mudah memalsukan jati diri atau
adanya paket data untuk pengoperasian media sosial ini melakukan kejahatan. Padahal dalam perkembangannya
agar terhubung ke internet. Dan faktanya harga dari paket di sekolah, remaja maupun pemuda berusaha mencari
data internet ini terbilang mahal dan boros saat identitasnya dengan bergaul bersama teman sebayanya.

Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat 37


Namun saat ini seringkali remaja khususnya beranggapan Dampak memperluas Dampak memperluas
bahwa semakin aktif dirinya di media sosial maka mereka jaringan pertemanan jaringan pertemanan
akan semakin dianggap keren dan gaul. Sedangkan Bahaya kejahatan Media Bahaya kejahatan Media
remaja yang tidak mempunyai media sosial biasanya komunikasi yang mudah komunikasi yang mudah
Bahaya penipuan Bahaya penipuan
dianggap kuno atau ketinggalan jaman dan kurang
bergaul. Hal tersebut sesuai dengan teori perkembangan
remaja yang mengatakan bahwa masa remaja merupakan Dampak memperluas Dampak memperluas
jaringan pertemanan jaringan pertemanan
masa perkembangan dalam segala hal. Sehingga menjadi Bahaya kejahatan Media Bahaya kejahatan Media
labil atau mudah dipengaruhi merupakan suatu ciri dari komunikasi yang mudah komunikasi yang mudah
remaja sendiri. Masa remaja menunjukan dengan jelas Bahaya penipuan Bahaya penipuan
sifat transisi atau peralihan karena remaja belum Tempat mencari informasi Tempat mencari informasi
memperoleh status dewasa dan tidak lagi memiliki status yang bermanfaat Tidak yang bermanfaat Tidak
anak. Masa remaja merupakan masa transisi sebab pada semua pengguna media semua pengguna media
saat itu, seseorang telah meninggalkan masa kanak-kanak sosial bersifat sopan Tempat sosial bersifat sopan Tempat
namun ia juga belum memasuki masa dewasa. Saat ini berbagi foto, informasi, dll. berbagi foto, informasi, dll.
teknologi internet dan mobile phone makin maju maka Mengganggu kehidupan dan Mengganggu kehidupan dan
komunikasi keluarga komunikasi keluarga
media sosial pun ikut tumbuh dengan pesat. Kaum
Tempat mencari informasi Tempat mencari informasi
pemudan dan remaja saat ini sangat ketergantungan yang bermanfaat Tidak yang bermanfaat Tidak
terhadap media sosial. Mereka begitu identik dengan semua pengguna media semua pengguna media
smartphone yang hampir 24 jam berada di tangan dan sosial bersifat sopan Tempat sosial bersifat sopan Tempat
sangat sibuk berselancar di dunia online yang seakan berbagi foto, informasi, dll. berbagi foto, informasi, dll.
tidak pernah berhenti. Apalagi kini untuk mengakses Mengganggu kehidupan dan Mengganggu kehidupan dan
facebook atau twitter misalnya, bisa dilakukan dimana komunikasi keluarga komunikasi keluarga
saja dan kapan saja hanya dengan menggunakan sebuah
mobile phone. Demikian cepatnya orang bisa mengakses
media sosial mengakibatkan terjadinya fenomena besar
terhadap arus informasi tidak hanya di negara-negara
maju, tetapi juga di Indonesia. Karena kecepatannya
media sosial juga mulai tampak menggantikan peranan
media massa konvensional dalam menyebarkan berita-
berita. Melihat hal ini, penulis juga melakukan riset untuk
mencari data sekunder mengenai penggunaan media
sosial di kalangan pemuda remaja. Hasilnya
menunjukkan, kalangan remaja dan pemuda usia 13-18
tahun menggunakan internet sebanyak 16,68%, sisanya
49% adalah pemuda dengan usia 19-34 tahun, usia 35-54
tahun 29,55% dan orang tua usia 55 tahun ke atas 4,24%.
Kalangan pemuda dan remaja yang menjadi Gambar 1: Pengguna Internet Berdasarkan kelompok usia
hiperaktif di media sosial ini juga sering memposting (Sumber: katadata.co.id)
kegiatan sehari-hari mereka yang seakan
menggambarkan gaya hidup mereka yang mencoba .
mengikuti perkembangan jaman, sehingga mereka Penulis telah melakukan observasi dan
dianggap lebih populer di lingkungannya. Namun apa wawancara terhadap beberapa pelajar dan mahasiswa
yang mereka posting di media sosial tidak selalu yang ada di kota Samarinda terkait penggunaan media
menggambarkan keadaan social life mereka yang sosial yang sedang marak saat ini. Jawaban dari mereka
sebenarnya. Ketika para remaja tersebut memposting sisi cukup beragam. Mulai karena adanya tuntutan ,
hidup nya yang penuh kesenangan, tidak jarang kebutuhan dan ikut-ikutan agar dibilang gaul. Penulis
kenyataannya dalam hidupnya mereka merasa kesepian. mewawancarai 10 orang yang terdiri dari 5 pelajar dan 5
Manusia sebagai aktor yang kreatif mampu menciptakan orang mahasiswa dari berbagai sekolah dan perguruan
berbagai hal, salah satunya adalah ruang interaksi dunia tinggi di Samarinda. Untuk kalangan mahasiswa yang
maya masuk di kategori pemuda, mereka membutuhkan sosial
media karena kebutuhan agar lebih gampang
Tabel 1: Dampak Positif dan Negatif Media Sosial berkomunikasi dengan teman-teman mereka, dan lebih
mudah mengakses sumber informasi yang mereka
Dampak Positif Dampak Negatif perlukan. Lain halnya dengan para pelajar. Mereka
Tempat promosi yang baik Mengganggu kegiatan menggunakan media sosial karena tuntutan dari
dan murah belajar remaja dan pemuda pergaulan lingkungan sekitarnya agar dibilang lebih gaul,
ikut-ikutan agar mereka diterima dalam lingkungan
sosialnya. Perubahan secara psikologis pun muncul.
Seperti apatis terhadap lingkungan keluarga, penolakan

Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat 38


yang cukup radikal dikarenakan waktu mereka remaja tersebut memposting aktivitas sosialnya yang
dihabiskan untuk berselancar di media sosial, serta penuh kesenangan, tidak jarang kenyataannya dalam
perubahan emosional yang signifikan. Ini membuktikan hidupnya mereka merasa kesepian. Manusia sebagai
bahwa penggunaan media sosial yang berlebihan di aktor yang kreatif mampu menciptakan berbagai hal,
kalangan pemuda remaja menjadi perhatian tersendiri salah satunya adalah ruang interaksi dalam gemerlapnya
dalam kejiwaan seseorang, bersifat kontradiktif dan bisa teknologi informasu yang sangat cepat. Sehingga
memicu gesekan sosial yang berarti dalam menjalankan membutuhkan monitoring dan pengontrolan diri agar
aktivitasnya. menggunakan media sosial dengan lebih bijaksana.

SIMPULAN DAFTAR PUSTAKA

Kalangan remaja dan pemuda adalah salah satu Devito A, Josep. 2011. Komunikasi Antar Manusia Edisi
kelompok masyarakat produktif yang menggunakan Ke Lima. Karisma Publising Group, Tangerang.
sarana teknologi informasi berupa media sosial dengan Roesma Joy, Mulya Nadia. 2018. Media Sosialita, Eksis
baik. Manfaat positif dan negatif didapatkan sekaligus. Narsis Jadi Daring Darling. PT. Gramedia Pustaka
Media sosial ini juga sering memposting kegiatan sehari- Utama, Jakarta.
hari mereka seperti berwirausaha, memberikan informasi Nurudin,2005. Sistem Komunikasi Indonesia, PT.
yang benar, juga menggambarkan gaya hidup yang sesuai RajaGrafindo Persada, Jakarta
dengan perkembangan jaman, sehingga mereka dianggap Rakhmat Jalaluddin, 2003. Psikologi Komunikasi, PT.
lebih populer di lingkungannya. Namun apa yang mereka Remaja Rosdakarya, Bandung
lakukan di media sosial tidak selalu menggambarkan Website: www.katadata.co.id (diakses 22 Juli 2018)
keadaan social life mereka yang sebenarnya. Ketika para

Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat 39


SENSE OF PLACE PADA MAHASISWA BARU PENDATANG DARI
JAKARTA DI BANJARBARU
SENSE OF PLACE IN NEWCOMER FRESHMEN FROM JAKARTA IN BANJARBARU

Nelma Rossy Yulanda1, Hemy Heriyati Anward2


Program Studi Psikologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Lambung Mangkurat, Jalan A. Yani
km. 36, Banjarbaru, Kalimantan Selatan, 70714, Indonesia.
E-mail: nelmarossy@gmail.com
No. Handphone : 081253695756

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana sense of place yang dimiliki oleh para mahasiswa baru pendatang
dari Jakarta yang harus melanjutkan pendidikannya di kota Banjarbaru. Sense of place adalah makna yang melekat pada
sebuah setting ruang bagi seseorang atau kelompok yang tidak diilhami oleh keadaan fisik suatu tempat sendiri
melainkan berada didalam interpretasi manusia terhadap keadaan itu. Penelitian ini menggunakan metode
penelitian kualitatif. Teknik penggalian data yang digunakan adalah observasi non-participant dan wawancara. Subjek
penelitian merupakan 3 orang mahasiswa dari Jakarta dimana dua diantaranya merupakan mahasiswa baru dan satu
orang merupakan mahasiswa lama. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sense of place yang dimiliki oleh subjek MA
tergolong tinggi sedangkan subjek HB dan subjek DZ sama-sama memiliki sense of place yang rendah.

Kata kunci: Sense of Place, Mahasiswa baru pendatang, Jakarta

ABSTRACT

This study aims to find out the sense of place of these newcomer freshmen from Jakarta who have to
continue their study in Banjarbaru. Sense of place is an inherent meaning to a space setting for individual or
group in which not inspired by a place’s physical state but human interpretation of that state. This
research used qualitative research methods. Data mining techniques used were non-participant observation
and interview. Subject of this study were three college student from Jakarta which two people were freshmen
and one person was an old student. Results of this study shows that sense of place of subject MA was high
while sense of place of subject HB and subject DZ were low.

Keywords: Sense of Place, Newcomer freshmen, Jakarta

Banyaknya jumlah perguruan tinggi di yang baik entah itu pilihan mereka sendiri ataupun
Indonesia membuat mahasiswa mempnyai banyak pilihan orang tua agar dapat belajar dengan baik,
pilihan. Menurut data dari Dirjen Pendidikan mencapai cita-cita sejak kecil dan kemudian bisa
Tinggi (DIKTI, 2015), terdapat 4,307 institusi mendapatkan pekerjaan yang baik walaupun harus
yang tersebar di seluruh Indonesia. Mahasiswa meninggalkan kota asal mereka atau biasa disebut
baru merupakan individu yang sedang menuju dengan merantau
kematangan pribadi. Ketika lulus sekolah Di tempat baru, mahasiswa baru pendatang
mengengah atas, kebanyakan siswa ingin akan mengalami situasi yang berbeda dengan
melanjutkan studiny ke universitas- universitas kehidupan ditempat asalnya misalnya saja

Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat 40


perbedaan budaya, bahasa dan komunikasi. Subjek dari penelitian ini merupakan 3 (tiga)
Mahasiswa ini dihadapkan pada situasi yang orang mahasiswa yang berasal dari Jakarta dan
berbeda dari tempat mereka berasal. Khususnya sedang menempuh pendidikan di kota Banjarbaru.
mahasiswa pendatang dari kota besar yang Subjek terdiri dari 2 orang laki-laki dan 1 orang
merantau ke kota yang lebih kecil. Jakarta sebagai perempuan dimana 2 diantaranya adalah
ibukota Indonesia, tentunya memiliki gaya hidup mahasiswa baru dan 1 subjek merupakan
dan tradisi yang berbeda dari kota Banjarbaru. Dari mahasiswa lama.
kota besar yang bisa dibilang memiliki segalanya, Penelitian ini menggunakan jenis
para mahasiswa baru pendatang ini harus pendekatan kualitatif untuk menggambarkan secara
dihadapkan dengan suasana kota Banjarbaru yang jelas dan rinci mengenai sense of place yang
lebih kecil dan memiliki sumber daya yang yang dimiliki oleh mahasiswa baru dari Jakarta di kota
bisa dibilang terbatas jika dibandingkan dengan Banjarbaru.
kota Jakarta. Apalagi dari segi bahasa, dimana kota Teknik pengambilan data yang digunakan
Banjarbaru kebanyakan masih menggunakan dalam penelitian ini adalah observasi non-
bahasa daerah dalam komunikasi sehari-hari. Dari partisipan dan wawancara semi terstruktur. Dalam
perbedaan- perbedaan keadaan tesebut, mahasiswa observasi non-partisipan, observer tidak secara
baru pendatang harus dapat beradaptasi. langsung atau tidak berpartisipasi dalam aktifitas
Menurut Rostamzadeh,Anantharaman dan yang sedang dilakukan oleh subjek. Dalam
Tong (2012) sense of place merupakan topik dari observasi ini, peneliti bisa melakukan pengamatan
psikologi lingkungan yang didefinisikan sebagai dan pencatatan secara detail dan cermat terhadap
hubungan emosional antara tempat dan manusia. segala aktivitas yang dilakukan individu pada saat
Sense of place bukan hanya dijiwai dari setting wawancara berlangsung.
fisik, tapi dari interpretasi manusia terhadap Sedangkan untuk wawancara, Jenis
setting tersebut (Jorgensen dan Stedman, 2001). wawancara yang digunakan dalam penelitian ini
Sense of place diawali dengan sensasi yang mereka adalah wawancara semi terstruktur dimana peneliti
terima dari sebuah lingkungan, sensasi tersebut telah mempersiapkan guide wawancara yang telah
dapat berupa atmosfir dan kesan yang ditimbulkan di siapkan sebelumnya untuk kemudian bisa
kemudian dipersepsikan oleh individu, persepsi dilakukan probing untuk menggali lebih dalam lagi
yang muncul dapat membuat sebuah makna mengenai masalah yang ingin diteliti oleh peneliti.
subjektif terhadap tempat tersebut (Nurhayati, Tujuan dari wawancara ini adalah untuk menggali
2015). informasi lebih dalam mengenai sense of place
Arief (2010) mengatakan bahwa dari mahasiswa baru pendatang dari Jakarta di
interaksi akan terbentuk perasan khusus atau Bajarbaru.
pemaknaan terhadap suatu tempat. Pemaknaan itu
bisa berupa pemaknaan yang baik atau buruk. HASIL DAN PEMBAHASAN
Pemaknaan yang buruk bagi mahasiswa baru
pendatang dapat menjadi stressor dan bisa Sense of place merupakan persepsi subjektif
memunculkan stress akademik, senada dengan individu mengenai lingkungan dan perasaan
yang dikatakan oleh Iskandar (2012), yaitu sadarnya terhadap tempat, hal ini menunjukan
lingkungan yang berada disekitar manusia bahwa sense of place merupakan konsep psikologis
memberikan stimulasi yang dapat dimaknakan dan fisik. Individu mengambil arti yang berbeda
sebagai stressor atau stimulus yang dapat (positif atau negatif) dari tempat dan kemudian
menimbulkan tekanan pada seseorang. menyampaikan makna. Jorgenson dan Stedman
Iskandar (2012) menyatakan stimulus dari (2001) mendefinisikan sense of place sebagai
lingkungan akan dinilai oleh individu, dimana makna yang melekat pada sebuah setting ruang
dalam penilaian ini akan memunculkan reaksi dan bagi seseorang atau kelompok, sense of place tidak
sebagai hasilnya jika individu dapat mengatasi diilhami oleh keadaan fisik suatu tempat sendiri
stimulus yang datang dari lingkungan akan melainkan berada didalam interpretasi manusia
tercipta suatu kondisi, kondisi tersebut dapat terhadap keadaan itu.
berupa adaptasi (menoleransi lingkungan) atau Long (Hashemnezhad, 2013) menyatakan
adjustment (individu mengubah lingkungan agar secara umum interaksi antara manusia dengan
sesuai dengannya). Sebaliknya, jika individu gagal tempat atau place terdiri dari tiga dimensi, yaitu :
dalam mengatasi stimulus yang datang akan terjadi 1. Aspek kognitif dari interaksi yang
stres, kecemasan, sakit dan lain sebagainya. menyebabkan persepsi spasial, dan pada saat
Berdasarkan penjelasan latar belakang itu individu mengetahui unsur-unsur
diatas, peneliti tertarik untuk meneliti lebih jauh lingkungan dan menggunakannya sebagai
tentang bagaimana sense of place pada mahasiswa menavigasi untuk jalan mereka. Aspek
baru pendatang dari Jakarta di kota Banjarbaru. kognitif menjelaskan bagaimana persepsi
METODE PENELITIAN individu terhadap bentuk dan pemahaman

Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat 41


terhadap geometri suatu ruang dan kepuasan dan kelekatan terhadap suatu tempat.
orientasinya. Untuk kepuasan dan kelekatan bagi ketiga subjek
2. Aspek perilaku dari interaksi adalah untuk juga berbeda-beda. Untuk subjek MA, mengatakan
aktivitas dan hubungan fungsional antara bahwa ia merasa sangat nyaman dan aman disini
manusia dengan lingkungan. Aspek perilaku sehingga menghasilkan suatu kepuasan terhadap
menjelaskan bagaimana persepsi individu tempat. MA juga merasakan kelekatan dengan
terhadap ruang sebagai tempat untuk tempat ini karena sudah nyaman tadi. MA juga
memenuhi kebutuhan. tinggal dengan tantenya disini dan tantenya pun
3. Aspek emosi dimana persepsi dari kepuasan menerima MA dengan baik sehingga MA pun
dan kelekatan terhadap tempat. Aspek emosi masih bisa merasakan perasaan ketika berada di
menjelaskan bagaimana persepsi individu Jakarta karna adanya faktor keluarga. Subjek HB
terhadap kepuasan dan kelekatan terhadap mengatakan bahwa ia kurang merasakan kelekatan
suatu tempat. di tempat ini karena budaya yang dimilikinya dari
Pada aspek kognitif, sense of place muncul tempat asal sangat berbeda jauh dengan kota
dari interaksi yang menyebabkan persepsi spasial, Banjarbaru sehingga HB pun tidak merasakan
dan pada saat itu individu mengetahui unsur-unsur kelekatan, malah ingin segera meninggalkan
lingkungan dan menggunakannya sebagai tempat ini. Perbedaan budaya yang cukup jauh
menavigasi untuk jalan mereka. Ketiga subjek menjadikan HB kesulitan dalam beradaptasi karena
memiliki persepsi spasial yang berbeda-beda adanya gap atau jarak yang lumayan besar antara
terhadap kota Banjarbaru. Subjek MA budaya di Jakarta dan budaya di Banjarbaru. Untuk
mempersepsikan kota Banjarbaru sebagai kota saat ini HB mengaku bahwa tidak merasakan
yang bersih, tanpa macet dan memiliki udara yang kelekatan apa pun dengan kota Banjarbaru namun
segar. Hal ini sebagai pembeda terhadap tempat HB masih tidak tahu bagaimana kedepannya.
tinggal asal subjek yang macet dan penuh polusi. Subjek DZ, yang sudah lumayan lama tinggal di
Subjek HB mempersepsikan kota Banjarbaru Banjarbaru juga hampir sama dengan HB yaitu
sebagai kota yang sepi, seperti kampung dan agak tidak merasakan kelekatan walaupun sudah merasa
membosankan dibandingkan tempat asal. Yang nyaman dan kebutuhan terpenuhi. Subjek mengaku
pertama kali dilihat oleh subjek HB sebagai ketika libur kuliah hampir berakhir, ia malah
pemahaman tentang lingkungan barunya adalah merasa sedih karena harus meninggalkan kota
Bandara dimana bandara di Banjarbaru asalnya yaitu di Jakarta. Faktor keluarga dan
dikatakannya sangat kecil dan berbeda teman-teman yang berada di kota asal menjadi
dibandingkan di tempat asal subjek. Sedangkan faktor mengapa DZ lebih merasakan kelekatan di
untuk subjek DZ mempersepsikan kota Banjarbaru kota asal daripada di kota Banjarbaru.
sebagai kota yang aman karena minimnya tingkat Untuk persamaan dari ketiga subjek ini
kejahatan menurutnya. Selain itu, hal pertama yang adalah ketika harus disuruh memilih antara kota
diingat oleh subjek DZ adalah Q Mall dimana Q asal dan kota Banjarbaru, ketiga subjek lebih
Mall ini kemudian menjadi patokannya untuk memilih kota asal mereka di Jakarta. Alasannya
menavigasi subjek menuju rumah. adalah karena adanya keluarga, teman-teman dan
Aspek yang kedua yaitu aspek perilaku, budaya yang lebih cocok dengan mereka daripada
dimana aspek perilaku dari interaksi adalah untuk di kota Banjarbaru. Selain itu mereka juga lebih
aktivitas dan hubungan fungsional antara manusia lekat dengan kota asal mereka karena lamanya
dengan lingkungan. Aspek perilaku menjelaskan waktu menetap di kota tersebut sehingga ketiga
bagaimana persepsi individu terhadap ruang subjek lebih terbiasa berada di kota asal daripada
sebagai tempat untuk memenuhi kebutuhan. Disini di kota Banjarbaru yang bisa dibilang baru saja
para subjek juga memiliki persepsi yang berbeda mereka datangi.
mengenai pemenuhan kebutuhan. Untuk subjek Sense of place ini juga dipengaruhi oleh
MA mengatakan bahwa kebutuhannya di beberapa faktor. Smith (2011) menyatakan faktor-
Banjarbaru terpenuhi dan bahkan lebih terpenuhi faktor yang mempengaruhi sense of place ada 3
dari pada saat MA berada di tempat asal subjek. yaitu faktor sosial, faktor fisik dan faktor
Subjek HB mengatakan bahwa kebutuhannya disini pribadi. Untuk faktor sosial sendiri mencakup
agak kurang terpenuhi karena jarak tempuh yang keterlibatan individu di dalam masyarakat atau
menurutnya agak jauh dibandingkan dengan tempat community involvement dapat memberikan
asal HB dimana apa yang subjek butuhkan selalu kesempatan bersosialisasi dan membentuk sebuah
tersedia. Sedangkan untuk subjek DZ mengatakan ikatan yang pada keberlanjutannya akan
bahwa kebutuhan-kebutuhan sudah cukup meningkatkan sense of place. Pada ketiga subjek,
terpenuhi di Banjarbaru. semuanya mengatakan bahwa dalam hal
Aspek terakhir yaitu aspek emosi. Aspek beradaptasi dengan lingkungan baru, mereka tak
emosi sendiri berisi persepsi dari kepuasan dan lepas dari peran teman-teman mereka yang
kelekatan terhadap tempat. Aspek emosi membantu mereka dalam proses adaptasi. Ketiga
menjelaskan bagaimana persepsi individu terhadap subjek berusaha terlibat dalam interaksi di

Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat 42


lingkungan baru demi memahami tempat tersebut kebutuhannya baik kebutuhan sehari-hari maupun
dan menciptakan sense of place. Selain teman- kebutuhan wisata. Selain itu HB juga tidak
teman, interaksi ketiga subjek dengan orang- menyukai keadaan kota yang sepi sehingga HB
orang di sekitar lingkungan baru juga turut tidak bisa meningkatkan sense of place pada kota
membantu para subjek dalam memiliki ikatan Banjarbaru. Untuk faktor pribadi dari HB sendiri,
dengan tempat yang kemudian akan menciptakan sense of place dipengaruhi oleh usia HB yang
sense of place masih muda dan masa menetap yang baru berjalan
Faktor kedua yaitu ada faktor fisik. Faktor 7 bulan, selain itu juga karena ini baru pertama
fisik mendiri mencakup atribut fisik dari kalinya HB datang dan menetap di Banjarbaru
lingkungan seperti misalnya bangunan bersejarah, sehingga HB belum merasakan adanya kelekatan
tempat wisata, kelengkapan fasilitas fisik, baik fisik maupun emosional terhadap kota
karateristik, keunikan dan keanekaragaman visual. Banjarbaru. Untuk subjek DZ juga tidak memenuhi
Pada MA, ia mengaku sering dibawa teman- semua faktor dari sense of place sehingga tingkat
temannya mengunjung tempat-tempat wisata sense of place DZ tergolong rendah. Faktor
ataupun daerah-daerah yang ada di Banjarbaru tersebut ialah faktor pribadi dimana DZ tidak
seperti misalnya pantai Joras. Kemudian untuk merasakan adanya kelekatan dengan kota
fasilitas sendiri menurut MA sudah mencukupi Banjarbaru walaupun sudah menetap disini selama
kebutuhan MA di Banjarbaru bahkan MA merasa 1 tahun 7 bulan meskipun DZ merasa bahwa
fasilitas di Banjarbaru lebih lengkap daripada di kebutuhan DZ tercukupi baik kebutuhan sehari-
Jakarta. Untuk subjek HB, hal pertama yang hari atau kebutuhan wisata. Sedangkan untuk MA
diingatnya adalah bandara dan bentuk kotanya memiliki tingkat sense of place yang tinggi karena
yang sangat kecil. Dalam proses mengenali memenuhi dan berkorelasi positif dengan faktor-
lingkungan, HB biasanya berjalan-jalan sendiri faktor yang telah dijelaskan. Dari faktor fisik
untuk mengingat jalan dan lebih mengetahui lagi sendiri, MA merasakan bahwa kebutuhannya baik
seluk beluk kota Banjarbaru. Untuk fasilitas seperti kebutuhan sehari-hari dan kebutuhan wisata
wisata dan tempat untuk hangout dirasa HB masih terpenuhi bahkan lebih lengkap daripada tempatny
kurang sehingga kebutuhan HB akan hiburan dan berasal. Kemudian dari faktor pribadi, walaupun
tempat wisata tidak terpenuhi yang kemudian MA baru menetap selama 7 bulan, namun MA
memunculkan persepsi HB bahwa kota Banjarbaru sering berkunjung ke kota Banjarbaru. Diakuinya
adalah kota yang agak membosankan. Sedangkan bahwa ia selalu ke kota Banjarbaru setiap lebaran
untuk subjek DZ, hal pertama yang diingatnya tiba. Kemudian MA juga mengaku merasakan
adalah Q Mall Banjarbaru yang menjadi kelekatan dengan kota Banjarbaru sehingga dapat
patokannya dalam perjalanan menuju rumah. disimpulkan bahwa MA memiliki tingkat sense of
Dalam proses mengenali tempat lebih jauh, DZ place yang tinggi.
juga mengaku bahwa sering dibawa teman-
temannya mengunjungi tempat-tempat wisata dan SIMPULAN
daerah-daerah di Banjarbaru seperti Pantai
Asmara, air terjun dan daerah Kandangan. Dengan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah
cara ini, DZ dapat mengenali karateristik dan
dilakukan peneliti mengenai sense of place pada
keunikan dari kota Banjarbaru lebih dalam lagi.
mahasiswa baru pendatang dari Jakarta, didapatkan
Kemudian ketiga subjek juga mengungkapkan hal
hasil bahwa 2 dari subjek memiliki tingkat sense of
yang sama dimana adanya perbedaan antara
place yang sama sedangkan 1 lainnya berbeda.
Banjarbaru dan Jakarta yaitu kemacetan. Ketiga
Sense of place ini dipengaruhi oleh beberapa
subjek mengakui bahwa kota Banjarbaru tidak
faktor yaitu faktor sosial berupa hubungan subjek
macet dan udara juga suasananya masih segar
dengan lingkungan dan proses interaksi, faktor
dibandingkan di Jakarta. Dari hal-hal diatas akan
fisik berupa karateristik, kondisi lingkungan dan
berpengaruh pada para subjek dalam hal
keragaman tempat dan faktor pribadi yang
peningkatan sense of place mereka.
mencakup usia, pendidikan, status kepemilikan dan
Kemudian yang terakhir ada faktor pribadi,
periode waktu menetap. Untuk faktor sosial, ketiga
faktor pribadi tersebut mencakup 4 sub faktor yaitu
subjek memiliki kesamaan dimana dalam usaha
usia, pendidikan, status kepemilikan dan periode
untuk menumbuhkan sense of place, mereka sama-
waktu menetap. Berdasarkan hasil penelitian,
sama dibantu dengan interaksi atau hubungan
diketahui bahwa
dengan lingkungan dan orang-orang di sekitar
mahasiswa baru pendatang MA dan HB tidak
mereka. Sedangkan untuk faktor fisik dan faktor
memiliki sense of place yang sama HB dan DZ
pribadi untuk ketiga subjek berbeda-beda.
memiliki tingkat sense of place yang rendah karena
Berdasarkan aspek-aspek tersebut didapatkan hasil
tidak memenuhi faktor-faktor dari sense of place.
bahwa subjek MA memiliki sense of place yang
Faktor-faktor tersebut yaitu faktor fisik dan faktor
tinggi sedangkan subjek HB dan subjek DZ
pribadi, dimana untuk faktor fisik, HB merasakan
memiliki sense of place yang rendah.
bahwa kota Banjarbaru tidak memenuhi

Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat 43


Iskandar, Z. (2012). Psikologi Lingkungan Teori dan
DAFTAR PUSTAKA Konsep. Bandung : PT. Refika Aditama.
Jatmiko, A. (2016). Sense of Place dan Social Anxiety
bagi Mahasiswa Baru Pendatang. Jurnal
Arief, A. (2009). Penciptaan Sense of Place
Bimbingan dan Konseling, (2), 217-228
dalam Lingkup Ruang Virtual Studi Kasus
Jorgensen, B. Stedman, R. (2001). Sense of Place as
: Grand Theft Auto San Andreas. Skripsi.
an Attitude : Lakeshore Owners Attitudes
Fakultas Teknik Departemen Arsitektur
Toward Their Properties. Journal of
Universitas Indonesia.
Environmental Psychology, (21), 233-248.
Creswell, John W. (2009). Research Design :
Rostamzadeh, M., Anantharaman, R., Tong, D.
Qualitative, Quantitative, and Mixed
(2012). Sense of Place on Expatriate Mental
Methods Approaches, Newbury Park: Sage
Health in Malaysia. International Journal of
Publication.
Social Science and Humanity. 2 (5).
Cross, J.B. (2001). What Is Sense of Place.
Ruth, W. W., Lingga, L., Josetta, M. R. (2012).
Prepared for the 12th Headwaters
Gambaran Virtue Mahasiswa Perantau.
Conference, Western State Collage,
PREDICARA, 1 (2).
November 2-4.
Sanger, M. (1997). Viewpoint: Sense of Place and
Dyson, R., & Renk, K. (2006). Freshmen
Education. The Journal of Environmental
Adaptation to University Life: Depressive
Education, (29), 4-8
Symptoms, Stress and Coping. Journal of
Santrock, John W. (2006). Life Span Development:
Clinical Psychology, 62 (10), 1231-1244.
Perkembangan Masa Hidup. Jakarta: Erlangga.
Fahmi, N.N. & Slamet. (2016). Layanan
Shamsuddin, S., Ujang, N. (2008). Making Places :
KonselingKelompok dalam Meningkatkan
The Role of Attachment in Creating the Sense
Rasa Percaya Diri Siswa SMK Negeri 1
of Place Tradisional Streets in Malaysia.
Depok Sleman. Layanan Konseling
Habitat Internasional, (32), 399-409
Kelompok, (13) 1.
Smith, K. (2011). The Relationship between
Hartaji, Damar A. (2012). Motivasi Berprestasi
Residential Satisfaction, Sense of Community,
pada Mahasiswa yang Berkuliah Dengan
Sense of Belonging and Sense of Place in a
Jurusan Pilihan Orangtua. Fakultas
Western Australian Urban Planned
Psikologi Universitas Gunadarma.
Community. Thesis. Faculty of Computing,
Hashemnezhad, H., Yazdanfar, A., Heidari, A.,
Health & Science.
Behdadfar, N. (2013). Comparison the
Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Kuantitatif,
concepts of sense of place and attachment to
Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.
place in Architectural Studies. Malaysian
Tven, G., Larkham, P. J. (2003). Sense of Place,
Journal of Society and Space, 9 (1).
Authenticity and Character : A Commentary.
Hutapea, E. (2006). Gambaran Resiliensi pada
Journal of Urban Design, 1 (8), 67-81.
Mahasiswa Perantau Tahun Pertama Perguruan
Yusuf, L. N. (2014). Psikologi Perkembangan Anak &
Tinggi di Asrama UI (menggunakan Resilience
Remaja. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Scale). Skripsi. Depok: Fakultas Psikologi UI.
forlap.risetdikti.go.id/perguruantinggi.homegrap
hpt (diakses pada 2 Maret 2018)

Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat 44


Appendix

Subjek MA Subjek HB Subjek DZ

18 tahun 18 tahun 19 tahun

MA :

- mengunjungi tempat
wisata

- fasilitas dan sarana

tercukupi

HB :

- menyusuri kota

- fasilitas dan sarana tidak

mencukupi (tempat wisata,

tempat berkumpul)

DZ :

Terpenuhi Tidak Terpenuhi

Sense of Sense of
Place tinggi Place
rendah

Gambar 1. Bagan Sense of Place pada mahasiswa baru pendatang dari Jakarta di Banjarbaru

Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat 45


PERAN ECOLITERACY DALAM MEMBENTUK PERILAKU RAMAH
LINGKUNGAN PADA ANAK USIA DINI
ECOLITERACY IN ESTABLISHING ENVIRONMENTALLY FRIENDLY BEHAVIOR IN EARLY
AGE CHILDREN

Yulia Hairina
Prodi Psikologi Islam, Fakultas Ushuluddin dan Humaniora, Universitas Islam Negeri Antasari ,
E-mail: yhairina@gmail.com
No. Handphone : 081351734073

ABSTRAK
Seorang anak sejak dini harus mempunyai kesadaran dalam mencintai lingkungan sekitarnya sehingga ketika anak mulai
memasuki tahapan selanjutnya ia sudah mempunyai kesadaran untuk mencintai lingkungan maka anak dengan
senang hati akan memperlihatkan perilaku peduli lingkungan dan menjaga alam semesta ini. Ecoliteracy salah satu
upaya dalam membentuk perilaku ramah lingkungan pada anak usia dini dengan melalui peran orang dewasa yang
ada di sekitar mereka baik orangtua maupun guru di sekolah. Pada studi ini, dilakukan kajian literatur terhadap
berbagai sumber terkait ecoliteracy yang relevan dengan perilaku ramah lingkungan. Hasil pembahasan dari berbagai
sumber ini kemudian dijadikan dasar dalam merumuskan sebuah strategi membentuk perilaku ramah
lingkungan yang relevan untuk anak usia dini.

Kata kunci: Ecoliteracy, perilaku ramah lingkungan, anak usia dini

ABSTRACT
An early child must have awareness in loving the surrounding environment so that when the child begins to enter the
next stage he already has the awareness to love the environment then the child will gladly show the behavior of care for
the environment and keep the universe. Ecoliteracy is one of the efforts in shaping eco-friendly behavior in early
childhood through the role of adults around them both parents and teachers at school. In this study, a literature review
was conducted on various ecoliteracy- related sources relevant to eco-friendly behaviors. The results of the discussion
from these various sources are then used as the basis for formulating a strategy to form environmentally friendly
behaviors that are relevant for early childhood.

Keywords: Ecoliteracy, eco-friendly behavior, early childhood

Lingkungan merupakan tempat tinggal kita lingkungan, serta kebiasaan-kebiasaan buruk yang kerap
bersama oleh karena itu sudah selayaknya di jaga dan di dilestarikan tidak memperhatikan kelangsungan
lestarikan agar kita dapat hidup nyaman dan tenteram lingkungan, hal ini serupa dengan pendapat Vaquette
sehingga dengan begitu keberlangsungan hidup dari ke (2001) yang mengatakan bahwa lingkungan hidup kita
generasi pun akan terjamin. Lingkungan merupakan secara keseluruhan, terbentuk oleh tangan- tangan
sebuah warisan, Akhadi (2009) menyebutkan bahwa manusia dan apapun yang terjadi pada lingkungan
“lingkungan tempat hidup manusia sangat disekitar, itu semua dipengaruhi oleh keberadaan
mempengaruhi kualitas hidup manusia”. Namun, pada manusia itu sendiri. Apabila manusia bisa melestarikan
kenyataannya kualitas lingkungan tempat tinggal kita dan mencintai lingkungan, maka manusia akan
semakin menurun dari tahun ke tahun. Hal ini dapat di mendapatkan manfaatnya, namun sebaliknya apabila
lihat dari situs web resmi Kementrian Lingkungan Hidup manusia hanya mengkesplorasi alam maka yang terjadi
dan Kehutanan yang menyatakan bahwa Indeks Kualitas adalah kerusakan dan bencanalah yang akan diperoleh
Lingkungan Hidup (IKLH)l Indonesia kian manusia.
memprihatinkan dari tahun ke tahunnya. Jika hal ini terus dibiarkan maka akan
Salah satu penyebab buruknya kualitas berdampak pada banyak hal. Dilihat dari segi kesehatan,
lingkungan tersebut, jika di cermati sebenarnya berakar misalnya lingkungan yang kualiatasnya buruk dapat
dari cara pandang dan perilaku masyarakat itu sendiri menimbulkan berbagai macam gangguan kesehatan.
sebagai pengguna alam lingkungan, misalnya: karena Sedangkan dari sisi psikologis seseorang akan lebih
kurangnya inisiatif menjaga lingkungan dan seringkali mudah mengalami stress, gangguan emosional bahkan
melakukan kegiatan-kegiatan yang tidak memperdulikan dapat menimbulkan tindakan-tindakan agresif dan

Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat 46


gangguan mental lainnya. Oleh karena itu untuk merumuskan kontribusi teoritis dan metodologisnya
mencegah dan meminimalisir dampak-dampak buruk untuk topik tertentu. Penelitian bersifat analisis
tersebut, maka diperlukan kepedulian terhadap deskriptif, maksudnya data akan di uraikan secara teratur
lingkungan yang di munculkan dengan mewujudkan kemudian diberikan pemahaman dan penjelasan agar
perilaku ramah lingkungan, yaitu perilaku manusia yang dapat dipahami dengan baik oleh pembaca.
didasari oleh sikap peduli lingkungan dan etika
lingkungan yang dapat meningkatkan kualitas HASIL DAN PEMBAHASAN
lingkungan (Dunlap, 2012; Leiserowitz, 2006; Mulyana,
2009). Memahami Ecoliteracy Di Negara mungkin kita
Perilaku ramah lingkungan dapat di artikan masih banyak orang merasa asing dengan kata
sebagai tindakan sadar yang di lakukan oleh seseorang ecoliteracy, namun di berbagai belahan bumi yang lain
dengan maksud untuk meminimalkan dampak negatif baik di Benua Amerika dan Eropa kata ini sudah familiar.
dari aktivitas manusia terhadap lingkungan atau untuk Ecoliteracy secara etimologis atau secara bahasa
memperbaiki lingkungan baik secara langsung maupun berasal dari dua kata, yaitu “eco” dan “literacy”. Eco
tidak langsung (Kollomuss & Agyeman, 2002). Perilaku berasal dari kata bahasa Yunani, oikos artinya rumah
ramah lingkungan juga bisa diartikan sebagai perilaku tangga, atau dalam pemahaman luas berarti alam
yang bertanggung jawab dengan lingkungan dan semesta, bumi tempat tinggal semua kehidupan, habitat
memiliki atribut yang melibatkan kebiasaan pribadi dan atau rumah tempat tinggal semua kehidupan. Eco
tindakan kolektif. singkatan dari ecology yang berarti cabang ilmu alam
yang mengkaji habita dan interaksi antara benda hidup
Salah satu upayanya untuk membentuk perilaku dengan alam sekitar (Goleman, 2012).
ramah lingkungan adalah dengan ecoliteracy yaitu Sedangkan untuk kata literacy di artikan ke
bertujuan untuk menciptakan pemahaman akan dalam bahasa Inggris artinya melek huruf (Echlos &
pentingnya kesadaran ekologis global, sehingga ada Shadily, 2014). King (2000) menyatakan bahwa
keseimbangan antara kebutuhan masyarakat dengan “literasi” merupakan istilah yang ambigu.
batas kekuatan lingkungan. Ecoliteracy atau “melek Ecoliteracy adalah istilah yang pertama kali
ekologi” merupakan tahapan pertama dari proses digunakan oleh David W. Orr seorang pendidik dan
pembentukkan perilaku ramah lingkungan pada anak. Fritjof Capra seorang fisikawan di tahun 1990, di mana
Pemahaman dan sikap “melek ekologi” ini perlu bertujuan untuk mengenalkan pola hidup ramah terhadap
diperkenalkan dan ditanamkan sejak anak usia dini, lingkungan sekitar melalui praktik pendidikan nilai.
karena dari berbagai hasil penelitian menyimpulkan Pada awalnya ecoliteracy lebih dikenal dengan
bahwa perkembangan yang diperoleh pada saat usia dini ecological awareness, atau kesadaran ekologis. Dengan
sangat mempengaruhi perkembangan anak pada tahap penggunaan kata ecoliteracy maka dapat diartikan secara
berikutnya. sederhana yaitu sebagai melek lingkungan atau mengerti
Usia dini merupakan usia yang sangat penting tentang lingkugan, secara lebih luas dapat
bagi perkembangan anak sehingga disebut golden age. diinterpretasikan sebagai pemahaman tentang dan
Pada saat itu, perkembangan otak sebagai pusat kepedulian akan lingkungan. Jadi literasi lingkungan
kecerdasan terjadi sangat pesat. Ecoliteracy bagi anak dapat meliputi unsur pengetahuan (knowledge), sikap
usia dini adalah mengenalkan kesadaran anak untuk (attitude), dan kepentingan/kesediaan untuk bertindak
memelihara dan menjaga lingkungan sekitar dengan (concern) (Ride, Rewer, Erkowitz, Iteracy, & Al, 2013).
menggunakan pendekatan yang sesuai dengan tahapan Ecoliteracy menggambarkan kesadaran tentang
perkembangan kognitif anak sehingga pada akhirnya pentingnya lingkungan hidup. Orang yang sudah sampai
mereka memiliki perilaku “cinta” pada lingkungan yang pada taraf ecoliteracy, dengan demikian, adalah orang
akan diimplementasikannya dalam kehidupan sehari- yang sudah menyadari betapa pentingnya lingkungan
hari. hidup, pentingnya menjaga dan merawat bumi,
Berlandaskan pemaparan pada latar belakang di ekosistem, alam sebagai tempat tinggal dan
atas, melalui tulisan ilmiah ini akan dipaparkan mengenai berkembangnya kehidupan.
deskripsi teori mengenai ecoliteracy serta perilaku
ramah lingkungan yang akan mengantarkan pada sebuah Urgensi Pembentukkan Perilaku Ramah Lingkungan
rumusan proses terkait dengan pengenalanv ecoliteracy pada Anak Usia Dini
untuk membentuk perilaku ramah lingkungan pada anak Kerusakan lingkungan yang meluas pada saat
usia dini ini semakin menegaskan akan pentingnya perilaku ramah
lingkungan. Perilaku ramah lingkungan dapat diartikan
METODE PENELITIAN sebagai perilaku yang memberikan perhatian khusus
terhadap lingkungan dalam kehidupan sehari-hari,
Pendekatan yang digunakan dalam studi ini perilaku ini antara lain menyangkut pemeliharaan sumber
yaitu menggunakan pendekatan kualitatif yang bersifat daya alam maupun lingkungan sekitar misalnya
literature review yaitu penelitian yang mengkaji atau pengurangan konsumsi energi listrik, mendaur ulang,
meninjau secara kritis pengetahuan, gagasan, atau memelihara kehidupan tanaman atau hewan (Bechtel &
temuan yang terdapat di dalam tubuh literatur serta Churchman,

Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat 47


2012). Selain orangtua, dukungan sekolah sebagai
Perilaku ramah lingkungan ditunjukkan dengan bagian dari support system anak juga perlu diperhatikan,
adanya penghargaan terhadap alam melalui kesadaran guru di sekolah dapat mengajarkan dan menumbuhkan
bahwa manusia menjadi bagian dari alam, sehingga ecoliteracy melalui pembelajaran. Lingkungan di
mencintai alam berarti juga mencintai kehidupan sekolah. Sebagai tempat belajar, sekolah memiliki peran
manusia. Hakikat mencintai lingkungan hidup dan alam khusus untuk bermain; sekolah dapat membantu siswa
membawa semua orang untuk peduli dan memelihara untuk memahami dampak perilaku manusia di bumi ini,
kelangsungan hidup lingkungan, tidak pernah merusak dan menjadi tempat di mana hidup yang berkelanjutan
dan mengeksploitasi dengan berlebihan sehingga tercipta (Ozsoy, 2012)
lingkungan yang menguntungkan manusia sebagai Namun tentunya ada hal yang perlu di tekankan
bagian dari lingkungan (Handayani, 2012). yakni berbagai teori perkembangan anak usia dini
Usia dini merupakan periode awal yang penting haruslah menjadi pertimbangan dan dasar dari metode
dan mendasar sepanjang dalam pertumbuhan dan dalam proses pengenalan ecoliteracy.
perkembangan kehidupan manusia karena semua potensi Goleman et al (2012) mengemukakan lima
anak berkembang sangat cepat pada usia tersebut. Secara tahapan untuk pengenalan ecoliteracy yaitu sebagai
psikologi anak usia dini masih sangat sensitif untuk berikut:
dapat di bentuk perilaku, sehingga sangat a) Develop Empathy For All Forms of Life
epat membentuk perilaku ramah lingkungan di Artinya dalam proses mengembangkan
mulai sejak dini Selain itu, salah satu faktor yang ecoliteracy harus memfokuskan kearah kesadaran, sikap
mempengaruhi perilaku ramah lingkungan menurut hasil merasakan (empati) akan lingkungan kepada anak. Pada
survey yang dilakukan kepada lebih dari 200 pendidik dasarnya setiap anak mempunyai kepakaan (empati)
lingkungan dari seluruh dunia menyatakan predictor terhadap lingkungannya. Sikap ini dapat terlihat ketika
terkuat dari kepedulian mereka terhadap lingkungan anak merasa kasihan terhadap mahluk hidup ketika
adalah jumlah pengalaman luar mereka sebagai anak- disakiti. Sikap empati ini harus dikembangkan sehingga
anak (Gifford & Nilsson, 2014) rasa empati anak semakin kuat.
Proses bisa dimulai oleh orang tua dan juga guru
Proses Ecoliteracy untuk Membentuk Perilaku di sekolah yaitu dengan cara anak dikenalkan dengan
Ramah Lingkungan pada Anak Usia Dini lingkungan alam yang ada disekitarnya, dimulai dengan
Pemahaman tentang lingkungan sangat lingkungan yang paling dekat dengan anak, kemudian
diperlukan untuk mempertahankan lingkungan dan anak diperkenalkan bentuk-bentuk dari alam sekitar, baik
sekaligus kehidupan manusia secara umum dan berupa makhluk hidup, gejala alam, serta pemanfaatan
khususnya pada anak-anak itu sendiri adalah dasar dari dan pelestariannya, kemudian pada tahap lanjut anak
ecoliteracy. diajak secara langsung untuk berinteraksi dengan alam.
Proses ecoliteracy sesungguhnya adalah proses Anak-anak juga bisa diajak untuk berimajinasi
sepanjang hayat yaitu berawal dengan membentuk dalam proses ini melalui cerita, yang berhubungan
kesadaran pada suatu individu tentang pentingnya hidup dengan kegiatan menjaga lingkungan sekitar. Bercerita
bersinergi dengan alam semesta. Hyun (2000) pada anak tentang pentingnya menjaga lingkungan
menjelaskan bahwa manusia mempunyai kesadaran akan hidup dapat dikatakan sebagai pengenalan ecoliteracy.
ekologi namun kesadaran manusia tersebut harus Menurut Gunarti, Suryani, & Muis (2008) tujuan yang
dimunculkan melalui pengetahuan dan pemahaman ingin dicapai dalam kegiatan bercerita adalah
tentang alam semesta tujuannya adalah agar kesadaran mengembangkan kemampuan berbahasa, serta
tersebut muncul menjadi suatu perilaku yang nampak kemampuan menanamkan pesan-pesan moral yang
nyata dalam menjaga bumi tempat dirinya hidup. terkandung dalam cerita tersebut.
Anak-anak usia dini yang memiliki ecoliteracy
di harapkan memiliki kefahaman tentang lingkungan, b) Embrace Sustainability as A Community Practice
harapannya dengan adanya ecoliteracy pada anak maka Ecoliteracy dalam kelompok perlu dilakukan
anak-anak akan memiliki kesadaran, kepekaan bahwa pada anak usia dini, selain itu, ecoliteracy secara
lingkungan perlu dijaga, dikelola dan dimanfaatkan berkelompok dapat menumbuhkan kesenangan tersendiri
bukan hanya untuk sekarang tetapijuga untuk generasi pada anak serta dapat menumbuhkan rasa tanggung
mendatang juga berhak menikmatinya (Goleman,2010). jawab terhadap tugas dan teman satu kelompok yang
Proses pengenalan ecoliteracy pada anak usia lainnya. Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan
dini tentunya di mulai dari keluarga yaitu dalam hal ini Jhonson (2014) tentang pengenalan ecoliteracy yang
orangtua. Dalam kaitannya dengan alam dan lingkungan, dilakukan kepada anak usia 2- 6 tahun di Amerika
keluarga memiliki peran strategis dalam menumbuhkan menemukan bahwa anak-anak akan mempunyai
kesadaran dan mengembangkan pribadi yang kesadaran ekologi ketika mereka berada dalam satu
bertanggungjawab untuk mengelola lingkungan sehingga kelompok bermainnya melakukan kegiatan di alam
dapat terjaga kelestarian dan ketersediaanya bagi seperti menjelajah alam bersama dan bermain bersama di
kehidupan, sekaligus sebagai wujud perlindungan sungai sehingga pada akhirnya anak- anak akan
kesejahteraan keluarga di masa depan. menampakan perilaku ramah lingkungan seperti tidak

Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat 48


membuang sampah sembarangan dan mau merawat pembelajaran proyek sehingga dapat menumbuhkan
tanaman. keterampilan berpikir kritis pada anak, menumbuhkan
keterampilan menyelesaikan masalah pada anak, dan
c) Make the invisible visible menjadikan anak sebagai pelajar yang mandiri. Anak-
Anak akan lebih dekat dan menjiwai setiap anak diberikan pengetahuan yang disertai dengan
prosesnya ketika mereka merasakan apa yang menjadi praktik tentang pentinya menjaga lingkungan sekitar
tujuan. Hal ini akan menjadikan proses menjadi lebih seperti cara menghemat air, cara memelihara tanaman
bermakna. Anak dapat merasakan secara langsung serta memilah sampah organik dan non-organik.
bagaimana pembelajaran merawat lingkungan. Salah satu Harapannya dengan memiliki pengetahuan
cara pengenalan ecoliteracy adalah dengan melakukan mengenai masalah- masalah dan tindakan-tindakan
eksplorasi dan percobaan (trial and error), misalnya: positif yang potensial mengenai lingkungan lebih
pepohonan di halaman bisa kita manfaatkan untuk dimungkinkan anak usia dini secara sadar peduli terhadap
pengenalan ecoliteracy yaitu dengan mengajak anak lingkungan atau sengaja bertindak dengan cara yang
merawat, membersihkan daun-daun yang sudah layu, lebih ramah terhadap lingkungan, dan terbawa sampai ia
menyiram tanaman secara berkala, dan lainnya. menjadi remaja dan dewasa. Dalam penelitian lainnya di
Tanamkan nilai ke anak jika menjaganya dan Inggris menemukan bahwa diskriminator terbaik antara
merawatnya karena selain untuk keindahan, tanaman pun remaja peduli lingkungan dengan acuh tak acuh adalah
dapat membuat udara menjadi sejuk dan bersih. jumlah pengetahuan lingkungan tentang isu-isu spesifik
Selain itu, ecoliteracy pada anak usia dini juga lingkungan (Gifford & Nilsson, 2014)
dapat dilakukan dengan karyawisata, misalnya Dalam proses pengenalan ecoliteracy yang
mengunjungi perkebunan, sawah, kebun binatang dan sudah diuraikan diatas maka harus di ikuti pula perilaku-
tempat-tempat lainnya. Kegiatan ini menjadikan anak perilaku orang dewasa di sekitar anak dengan perilaku:
akan mampu mempelajari dan mengeksplor alam sekitar a) Keteladanan
secara langsung. Keteladanan adalah metode yang paling
Hal ini sejalan dengan penelitian Dahlia (2014) meyakinkan keberhasilan dalam mempersiapkan dan
yang dilakukan di PAUD Jogja Green School. Temuan membentuk anak dalam moral, spiritual dan moral.
yang dihasilkan dari penelitiannya mengungkapkan Dalam konteks ecoliteracy, metode ini sangat penting dan
bahwa PAUD tersebut mengenalkan kesadaran ekologi merupakan kawasan afektif yang terwujud dalam bentuk
kepada anak dengan menggunakan model pendidikan tingkah laku (behavioral). Metode ini didasari pada
berbasis sistem belajar kembali ke alam di mana alam pemahaman bahwa tingkah laku anak dimulai dengan
sekitar dijadikan sebagai laboratorium utama nak untuk imitatio, meniru dan ini berlaku sejak masih kecil.
mencari sumber pengetahuannya. Dalam konteks ecoliteracy dalam membentuk
perilaku ramah lingkungan keteladanan ini memiliki
d) Anticipate Unintended Consequences pengaruh yang sangat kuat. Bagaimana mungkin orang
Tahap ini anak akan belajar untuk bertanggung lain akan dapat menumbuhkan perilaku ramah
jawab penuh terhadap pekerjaannya. Akan ada akibat lingkungan dalam dirinya kalau orang yang mengajarkan
yang terjadi bila anak menyepelekan tugasnya dalam tidak pernah bersikap dan berperilaku yang diajarkan.
proses pembelajaran. Kesalahan-kesalahan yang terjadi Pentingnya keteladanan ini sesuai dengan adagium
pada kegiatan atau proses belajar mengajar mengajarkan bahwa satu keteladanan lebih berharga dibanding dengan
anak akan perlunya kerjasama dan konsisiten terhadap seribu nasehat. Kesadaran lingkungan bisa ditumbuhkan
tugasnya. Ketidaksesuaian harapan dengan kenyataan kepada siswa jika guru sendiri memiliki kemelekan
menjadi hal yang akan ditemukan anak, sehingga anak lingkungan (literate).
dapat mengevaluasi bagaimana seharusnya kegiatan yang b) Pembiasaan, dan pengulangan dalam
baik dan benar.
 kehidupan sehari-hari.
Penumbuhan ecoliteracy akan dapat terlaksana
e) Understand How Nature Sustains Life apabila dilakukan dengan pembiasaan yang terus
Kegiatan ini akan membawa anak ke dalam menerus sehingga menjadi kebiasaan yang melekat
tahap evaluasi secara langsung, anak akan menyadari dalam pribadi seseorang. Proses pembiasaan ini dapat
efek yang terjadi terjadi bila lingkungan tidak dipelihara dilakukan secara bertahap dan di mulai dari hal yang
dengan baik. Memahami bahwa kehidupan merupakan ringan atau mudah. Dengan membiasakan perilaku cinta
tanggung jawab manusia yang mengelolanya. lingkungan pada anak usia dini melalui pola pembiasaan
Pengelolaan yang baik akan memberi efek baik bagi karena melalui pembiasaan, akan terbentuk perilaku yang
lingkungan dan begitu juga sebaliknya. Hal ini akan bersifat menetap pada diri anak (Sujiono, 2009).
memberi pengalaman tersendiri untuk anak. Misalnya :
kegiatan proyek dimulai dari mengajarkan anak untuk SIMPULAN
menanam tanaman herbal, merawatnya, memanennya,
membuat pupuk kompos sampai dengan mengkonsumsi Anak sebagai generasi penerus harus memiliki
hasil panennya sendiri. tanggung jawab terhadap lingkungan, oleh karena itu
Ecoliteracy pada anak usia dini juga dapat perlunya ditanamkan sejak dini bagaimana pemahaman
dilakukan adalah dengan memberikan bentuk dan sikap untuk menjaga, mencintai dan melestarikan

Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat 49


lingkungan. Salah satu upayanya yaitu memberikan Hyun, E. (2000). Ecological human brain and young
pemahaman ecoliteracy atau ‘melek lingkungan’. Proses children’s ‘naturalist intelligence’ fromthe
memberikan eccoliteracy di mulai dari keluarga dalam perspective of developmentally and culturally
hal ini adalah orangtua kemudian di sekolah sebagai appropriate practice (DCAP). Presented at the
sebuah system, tentunya dengan didukung dengan Annual Conference of the American
keteladanan, pembiasaan, dan pengulangan dalam Educational Research Association. New
kehidupan sehari- hari. Ketika anak usia dini sudah Orleans, LA: American Educational Research
memiliki ecoliteracy maka ketika tumbuh besar ia akan Association.
lebih mudah baginya untuk tetap melanjutkan apa yang Johnson, Kelly. (2014). Creative connecting: early
ia dapatkan sejak kecil dan terwujud dalam perilaku, pola childhood nature journaling sparks wonder and
dan gaya hidup yang ramah lingkungan develops ecological literacy. International
Journal of Early Childhood Environmental
DAFTAR PUSTAKA Education. 2 (1), p.126.
R.J.H. King, (2000). Defining Literacy in a Time of
Akhadi, Mukhlis. (2009). Ekologi Energi: Mengenali Environmental Crisis. Journal Of Social
Dampak Lingkungan dalam Pemanfaatan Philosophy. 31 (1), h. 68– 81.
Sumber-Sumber Energi. Penerbit Graha Ilmu, Kollomus , A., & Agyeman, J. (2002). Mind the gap: why
Yogyakarta. do people act environmentally and what are the
Bechtel, R., & Churchman A. (2012). Handbook of barriers to pro-environmental behavior?.
environmental pstchology. New York: John Environmental education research, 8(3), 239-
Wiley & Sons, Inc. 260.DOI:10.1080/1350462022014540 1.
Dahlia (2014). Pendidikan anak usia dini berwawasan Mulyana, R. (2009). Penanaman Etika Lingkungan
lingkungan dan budi pekerti di joga green Melalui Sekolah Perduli Dan Berbudaya
school. Thesis. Yogyakarta: UIN Sunan Lingkungan. Jurnal Tabularasa PPS UNIMED,
Kalijaga. 6(2), 175–180.
Gifford, R & Nilsson, A. (2014). Personal and social Handayani, S. (2012). Karakteristik Peduli Lingkungan.
factors that influences proenvironmental Retrieved December 26, 2016, from
concern and behavior: a review. International http://mamagilang.blogspot.co.id/
Journal of Psychology, 49 (3), 141-157. Ozsoy, Sibel., Ertepinar, Hamide., dan Saglam, Necdet.
DOI:10.1002/IJOP.12034 (2012). Can Eco- Schools Improve Elementary
Goleman, Daniel. (2010). Eco Literate: How Educators School Students’ Environmental Literacy
are Cultivating Motional, Social, and Ecological Levels? Jurnal: Asia-Pacific Forum on Science
Intelligence. US: Jossey Bass. Learning and Teaching, Vol.13 Issue
Goleman, Daniel. (2012). Ecological Intelligence : How 2/December 2012
Knowing The Hidden Impacts Of What We Buy Vaquette, Philippe. (2001). Belajar Mencintai Alam: 43
CCn Change Everything (Edisi Bahasa Permainan yang Menggugah Pengindraan Pada
Indonesia). Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Alam untuk Anak-anak Usia 5-12 Tahun.
Gunarti, Winda, Suryani, Lilis & Muis, Azizah. (2008). Terjemahan D.M. Wirawati Suharno. Jakarta:
Metode Pengembangan Perilaku Dan Djambatan.
Kemampuan Dasar Anak Usia Dini. Jakarta : Ride, B. B. M. C. B., Rewer, C. A. B., Erkowitz, A. R.
Universitas Terbuka. B., Iteracy, L., & Al, M. E. T. (2013).
Handayani, S. (2012). Karakteristik Peduli Lingkungan. Environmental literacy , ecological literacy,
Retrieved December 26, 2016, from ecoliteracy: What do we mean and how did we
http://mamagilang.blogspot.co.id/ get here ? Ecosphere, 4(5), 1–20. Retrieved from
www.esajournals.org

Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat 50


ENVIRONMENTAL VALUES PADA GURU DI SD MUHAMMADIYAH
HAJJAH NURIYAH BANJARBARU DAN SD ALAM MUHAMMADIYAH
BANJARBARU
THE ENVIRONMENTAL VALUES OF TEACHERS IN SD MUHAMMADIYAH HAJJAH
NURIYAH BANJARBARU AND SD ALAM MUHAMMADIYAH BANJARBARU

Asmaul Fauziah*, Hemy Heryati Anward


Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat, Jl. A. Yani Km 36,00,
Banjarbaru, Kalimantan Selatan, 70714, Indonesia
*E-mail: asmaulfauziah7@gmail.com
*No. Handphone: 081345906595

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana environmental values pada guru di SD Muhammadiyah
Hajjah Nuriyah Banjarbarudan SD Alam Muhammadiyah Banjarbaru sehubungan dengan konsep sekolah
alam yang diterapkan.Environmental values adalah prinsip atau keyakinan yang mengarahkan atau
memelihara sikap seseorang sehubungan dengan lingkungan. Penelitian ini menggunakan metode penelitian
kualitatif untuk menggambarkan bagaimana orientasi environmental values yang mencakup nilai egoistik,
altruistik, dan biosferik pada subjek penelitian. Teknik penggalian data yang digunakan adalah observasi non-
partisipan dan wawancara semi terstruktur. Subjek dalam penelitian ini adalah tiga orang dimana dua orang
adalah guru dan satu orang kepala sekolah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai egoistik dan biosferik
antaraguru SD Alam Muhammadiyah Banjarbaru dan guru SD Muhammadiyah Hajjah Nuriyah Banjarbaru
memiliki perbedaan. Pada nilai altruistik menunjukkan orientasi nilai yang berbeda-beda. Meskipun terdapat
perbedaan orientasi nilai, namun secara umum sikap dan perilaku terhadap lingkungan ketiga subjek tidak
jauh berbeda. .

Kata kunci: environmental values, sekolah alam

ABSTRACT

This study aims to find out how the environmental values of teachers in the Muhammadiyah elementary school
Hajjah Nuriyah Banjarbaru and SD Alam Muhammadiyah Banjarbaru in connection with the concept of green
school. Environmental values are principles or beliefs that direct or maintain one's attitude with respect to the
environment. This research uses qualitative research methods to describe how the orientation of
environmental values that include egoistic, altruistic, and biospheric values on the subject of research. Data
mining techniques used were non-participant observation and semi-structured interviews. Subjects in this
study were three teachers in each school. The results showed that there are differences between egoistic and
biospheric values among elementary school teachers Alam Muhammadiyah Banjarbaru with elementary
school teacher Muhammadiyah Hajjah Nuriyah Banjarbaru. While the altruistic value shows the different
orientation. However, despite the differences in their values orientation, their attitudes and behavior toward
the environment are not much different.

Keywords: environmental values, green school

Pendidikan merupakan hal yang sangat fundamental daya manusia dapat dikembangkan dengan
dalam kehidupan, termasuk bagi kesejahteraan baik.Pendidikan di Indonesia merangsang
bangsa dan negara. Setiap negara berupaya tumbuhnya sekolah-sekolah alternatif yang di
meningkatkan sistem pendidikannya agar sumber

Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat 51


yakini memiliki mutu pendidikan lebih baik dari sekolah alam. Dalam konsep sekolah alam guru
sekolah biasa. dituntut untuk berperan aktif dalam proses belajar-
mengajar yang menitikberatkan pada praktik
Salah satu sekolah alternatif yang sekarang di lapangan. Menurut (Sasmita, 2010) guru harus
minati adalah sekolah berbasis alam. Salah satu merancang berbagai tema pembelajaran tentang
bentuk sistem pendidikan yang di gagas untuk lingkungan seperti air, serangga, sampah dan yang
merubah keadaan dunia pendidikan Indonesia saat lainnya dan kemudian di praktikkan dengan metode
ini, dan mulai di kembangkan di Indonesia adalah outing (kegiatan keluar). Konsep sekolah alam
pendidikan sekolah alam (Satmoko, 2010). Sekolah berupaya mendekatkan muridnya dengan alam,
alam dalam pembelajarannya menekankan proses sehingga guru perlu mengetahui banyak hal
keterpaduan manusia bersama alam yang ada pada mengenai alam dan tentunya memiliki nilai-nilai
lingkungan sekitar(insitu development). Alam yang berorientasi pada kelestarian alam serta
semesta yang di manfaatkan antara lain sebagai memiliki nilai-nilai lingkungan yang baik.
media pendidikan, observasi dan riset (Septriana,
2009). Sekolah alam merupakan sebuah konsep Guru berperan penting dalam mengajarkan
pendidikan yang di gagas oleh Lendo Novo. nilai-nilai kepada muridnya karena secara umum
Pembelajaran pada sekolah jenis ini lebih banyak di nilai bertanggung jawab untuk membentuk banyak
laksanakan di ruang terbuka. Ruang kelas tetap ada, motivasi intrinsik seseorang. Pertanyaan tentang
namun tanpa dinding dan jendela. Sekolah alam apa yang membentuk nilai-nilai seseorang adalah
dalam proses belajar mengajarnya lebih nilai yang kompleks. Fuhrer dkk. (1995)
menekankan praktik lapangan di bandingkan mengusulkan hipotesis berikut: Nilai-nilai
pembelajaran konvensional. Konsep sekolah alam seseorang paling dipengaruhi oleh microsystem,
merupakan pendidikan yang menawarkan konsep yang terdiri dari jaring sosial langsung seperti
pendidikan nilai dan peduli terhadap lingkungan. keluarga, tetangga, kelompok sebaya, dll. Nilai-nilai
dipengaruhi oleh tingkat yang lebih rendah oleh
Nilai dikonseptualisasikan sebagai tujuan eksosistem, seperti media dan organisasi politik.
hidup yang penting atau standar yang berfungsi Paling kuat, namun penting, adalah pengaruh dari
sebagai prinsip pemandu dalam kehidupan macrosystem, konteks budaya di mana individu
seseorang (Rokeach, 1973). Nilai berbeda dari sikap hidup (Fuhrer et al., 1995). Salah satu cara untuk
atau keyakinan karena berfungsi sebagai sistem mengeksplorasi faktor-faktor penentu yang
yang terorganisir dan biasanya dipandang sebagai membentuk nilai-nilai lingkungan adalah untuk
determinan dari sikap dan perilaku (Olson & Zanna, mempelajari pengalaman hidup yang telah
1994). Schwartz (1994) mendefinisikan nilai-nilai membentuk keyakinan dan nilai-nilai aktivis
sebagai tujuan transsituasional yang diinginkan, lingkungan aktif. Beberapa peneliti telah mendekati
beragam kepentingannya, yang berfungsi sebagai topik dari sisi ini dan telah mempelajari sejarah
prinsip pemandu dalam kehidupan seseorang atau kehidupan lingkungan hidup. Chawla (1998)
entitas sosial lainnya.Mengikuti tradisi lama dalam mewawancarai banyak aktivis lingkungan
psikologi sosial yang dikembangkan oleh ahli profesional di AS dan di Norwegia tentang
psikologi sosial, Stern & Dietz (1994) pengalaman dan orang-orang yang membentuk dan
memperlakukan atau mendefinisikan nilai sebagai mempengaruhi keputusan mereka untuk menjadi
kriteria “untuk membimbing tindakan dan untuk pencinta lingkungan.Lebih lanjut, dia meninjau
mengembangkan dan memelihara sikap terhadap penelitian sebelumnya yang telah dilakukan pada
objek dan situasi yang relevan ''. Stern & Dietz juga pengalaman hidup formatif dari lingkungan. Dalam
menganggap bahwa orang membangun sikap studinya, ia mengeksplorasi secara retrospektif
mereka atas dasar harapan mereka tentang faktor-faktor apa yang memengaruhi kepekaan
bagaimana objek sikap (seperti kondisi lingkungan) lingkungan orang. Dia mendefinisikan kepekaan
mempengaruhi set orang tertentu atau hal-hal yang lingkungan sebagai 'kecenderungan untuk
mereka hargai. mengambil minat dalam belajar tentang lingkungan,
Dalam pelaksanaan konsep sekolah alam, merasa prihatin untuk itu, dan bertindak untuk
tentunya diperlukan sinergisitas keseluruhan melestarikannya, atas dasar pengalaman formatif'
elemen dalam pelaksanaan pedidikan seperti guru, (Chawla, 1998).Tidak secara mengejutkan, dia
murid, dan faslilitas sekolah. Guru merupakan menemukan bahwa tidak ada satu pengalaman pun
elemen penting dalam pelaksanaan pendidikan yang menyadarkan kesadaran orang-orang tetapi
khususnya pendidikan yang menggunakan konsep kombinasi dari beberapa faktor. Diantara yang
paling sering disebutkan (penurunan relevansi)

Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat 52


adalah: pengalaman masa kecil di alam, pengalaman aktivasi yang sama seperti norma moral altruistik
perusakan pro-lingkungan, nilai-nilai pro Schwartz.
lingkungan yang dipegang oleh keluarga, organisasi
pro-lingkungan, model peran (teman atau guru), dan Suasana lingkungan sekolah di SD
pendidikan. Muhammadiyah Hajjah Nuriyah Banjarbaru
tentunya berbeda dengan SD Alam Muhammadiyah
Nilai lingkungan dapat di lihat dari Banjarbaru. Konsep sekolah yang berbeda membuat
bagaimana sikap seseorang kepada lingkungan, setting lingkungan sekolah yang berbeda pula
Stern dan Dietz (1994) berpendapat bahwa sikap diantara kedua sekolah tersebut. Pada SD Alam
kepedulian terhadap isu-isu lingkungan didasarkan Muhammadiyah Banjarbaru yang dekat dengan
pada kumpulan nilai-nilai yang lebih umum. alam dan menerapkan pembelajaran active learning
Artinya, sikap tentang masalah lingkungan tentunya membuat guru di SD Alam ini haruslah
didasarkan pada kepentingan relatif bahwa memiliki nilai lingkungan yang tinggi dibandingkan
seseorang menempatkan diri mereka, orang lain, dengan guru yang mengajar di sekolah yang tidak
atau tumbuhan dan hewan yang oleh Stern dan Dietz menerapkan konsep sekolah alam karena harus
(1994) diberi label egoistik, sosial-altruistik, dan mengajarkan nilai-nilai lingkungan yang positif
biosferik. Stern (2000) berpendapat bahwa tiga jenis kepada murid-muridnya.
nilai (yaitu orientasi nilai) relevan ketika
menjelaskan perilaku pro-lingkungan, yaitu nilai- Berdasarkan studi pendahuluan,
nilai egoistik, altruistik dan biosfer. environmental values pada guru di SD alam
cenderung lebih terlihat implementasinya. Hal
Nilai egoistik mempengaruhi orang untuk tersebut membuat peneliti tertarik untuk mengetahui
melindungi aspek lingkungan yang mempengaruhi bagaimana environmental values pada guru-guru di
mereka secara pribadi. Meskipun banyak peneliti SD Alam Muhammadiyah Banjarbaru yang terbiasa
yang menganggap bahwa nilai-nilai egois mengajarkan murid agar melestarikan alam dan
menentang individu untuk melakukan pertimbangan menjaga lingkungan dengan setting kelas dan
keadilan lingkungan dan perlindungan lingkungan sekolah yang alami dan terbuka dan environmental
sebagai tujuan kebijakan publik, orang yang values pada guru SD Muhammadiyah Hajjah
menganut nilai egoistik yang percaya perubahan Nuriyah Banjarbaru yang tidak menerapkan konsep
lingkungan mengancam mereka secara pribadi sekolah alam. Sehingga di dapatkan rumusan
harus peduli terhadap lingkungan (Stern, 2000). masalah “Bagaimanakah Environmental Values
Nilai altruistik dijelaskan melalui model Schwartz Pada Guru di SD Muhammadiyah Hajjah Nuriyah
(1994) yang menyatakan bahwa individu Banjarbaru dan SD Alam Muhammadiyah
mengalami rasa kewajiban moral (norma moral Banjarbaru?”
pribadi) dan bertindak ketika mereka percaya
konsekuensi yang merugikan cenderung terjadi
pada orang lain (kesadaran akan konsekuensi) dan METODE PENELITIAN
bahwa mereka secara pribadi dapat, dengan
tindakan yang tepat, mencegah atau memperbaiki Penelitian ini menggunakan metode peneelitian
konsekuensi tersebut (anggapan tanggung jawab kualitatif dengan pendekatan fenomenologi dengan
kepada diri sendiri). Orientasi nilai biosferik baru menggunakan teknik pengambilan data berupa observasi
muncul dimana orang menilai fenomena dan wawancara semi-terstruktur. Dalam penelitian ini
berdasarkan biaya atau manfaat bagi ekosistem atau teknik wawancara merupakan teknik utama dalam
biosfer. Klaim ini serupa dengan hipotesis penggalian data sedangkan teknik observasi non-
“Paradigma Lingkungan Baru” (Dunlap & Van partisipan dilakukan untuk memperkuat data yang telah
Liere, 1978; Dunlap dkk. 1992), meskipun skala diperoleh dengan dari proses wawancara dengan
yang dikembangkan oleh Dunlap dan rekan- pertimbangan menyesuaikan kondisi subjek penelitian.
Proses wawancara dilakukan dengan mengajukan
rekannya menekankan keyakinan lebih dari nilai
beberapa pertanyaan terkait orientasi environmental
(Stem, Dietz, &Guagnano , 1994), dan values yang meliputi nilai egoistik, nilai altruistik, dan
menggabungkan efek pada manusia serta spesies nilai biosferik juga pertanyaan yang diadaptasi dari
non-manusia dan biosfer. Meskipun begitu Schultz model Schwartz mengenai struktur nilai manusia yakni
(2001) percaya bahwa norma-norma moral pribadi universalisme. Subjek dalam penelitian ini berjumlah
tentang perlakuan terhadap benda-benda bukan berjumlah empat orang, sehingga dipilih duaorang dari
manusia dapat beroperasi dengan mekanisme masing-masing sekolah dengan kriteria jenis kelamin

Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat 53


satu perempuan dan satu laki-lakidan satu perempuan. anak berbuat kebaikan ulun dulu harus berbuat
sertakriteria usia yang tidak jauh berbeda yakni 30 tahun. kebaikan”

Altruistic value yang dimiliki subjek adalah


HASIL DAN PEMBAHASAN dengan kita melakukan upaya melestarikan lingkungan
untuk kepentingan umum, meskipun dimulai dari diri kita
sendiri maka akan membawa dampak positif bagi orang
lain baik secara langsung maupun berangsur-angsur
Hasil penelitian didapatkan dari empat subjek karena jika upaya tersebut dilakukan terus-menerus maka
di mana dari masing-masing sekolah di pilih satu orang pun akan mengikuti apa yang kita lakukan dan
guru laki-laki dan satu guru perempuan yang berusia kebermanfaatannya akan lebih besar.
30 tahun. Untuk memudahkan pembahasan, “saya sendiri berangkat dari rumah jam enam
selanjutnya penyebutan subjek akan menggunakan lewat seperempat jadi jam tujuh kurang saya
inisial dimana subjek A laki-laki guru SD Alam sudah sampai, karena tidak ada cleaning service
Muhammadiyah Banjarbaru, B perempuan guru SD jadi saya sudah terbiasa memungut sampah di
anah, membersihkan yang kotor, akhirnya guru di
Alam Muhammadiyah Banjarbaru, C laki-laki guru
sini mungkin karena melihat saya begitu, jadi
SD Muhammadiyah Hajjah Nuriyah Banjarbaru, ngikutin. Jadi ketika sampai di sekolah kita
dan D perempuan guru SD Muhammadiyah Hajjah jangan Cuma mengharap dari murid tapi kita
Nuriyah. juga ngasih contoh.”
Hasil observasi pada subjek A menunjukkan Kemudian biospheric value subjek adalah bahwa
bahwa nilai lingkungan yang dimiliki sangat terlihat melestarikan alam itu perlu karena apabila dirusak terus-
dari perilaku A selama mengajar. A mengajar di menerus kerusakan tidak hanya dirasakan oleh manusia
kelas satu cemara, dan selama poses wawancara tetapi semua makhluk yang ada di bumi. Karenanya perlu
berlangsung subjek meilih untuk melakukan dilakukan upaya mengenal dan melestarikan alam agar
wawancara di luar ruang kelas dan selama proses manusia tidak merusak alam dan mengerti dampak yang
wawancara berlangsung A selalu menunjukkan diakibatkan pada kelestarian alam.kepesulin manusia
kepada peneliti fasilitas-fasilitas sekolah dirintisnya terhadap ekosistem juga dipandang mulai luntur karena
serta menjelaskan dengan detail kegunaan dan kenajuan teknologi sehingga pandangan seseorang
terhadap lingkungan biosfer berubah.
manfaat konsep sekolah alam yang diterapkan
“Kalau imbasnya kerusakan alam itu seluruh isi
dengan menunjukkan contohnya secara langsung. yang ada di bumi ada hewan, tumbuhan, manusia
Sedangkan dari hasil wawancara subjek A itu akan terkena imbasnya nah makanya kita
sebelumnya menjadi guru di SD Alam Bontang menerapkan ada namanya tuh sekolah kita itu
Kaltim selama kurang lebih sepuluh tahun, jadi namanya gardening, gardening itu kita
subjek 2 memiliki banyak pengalaman dan sudah memperkenalkan anak-anak kepada tumbuhan
terbiasa dengan konsep sekolah alam.Adapun seperi contohnya tanaman kacang, itu tumbuhnya
mengenai aspek egoistic value A berpandangan seperti apa, bisa nggak tumbuh kalo sitruh di
bahwa manusia melestarikan lingkungan batu, bisa nggak tumbuh kalo di taruh di tanah,
lingkungan terkadang juga melihat pada aspek seperti itu konsepnya, jadi contohnya seperti kita
membuat kompos dari daun-daun, biasanya kan
kepentingan pribadi, begitu juga apabila manusia
sekolah alam ini banyak daun karena banyak
melakukan kerusakan terhadap alam belum tentu tumbuhan, jadi bagaimana kita mengolahnya,
karena ada unsur memikirkan kepentingan pribadi, bahkan anak SD alam ini mereka sudah terbiasa
namun juga karena ada hal yang mendesak sehingga pagi sebelum masuk kelas kita wajibkan
melakukan sesuatu yang tidak menjaga lingkungan. memungut daun atau sampah sepuluh”
Juga sikap seseorang terhadap lingkungan juga
tergantung pada kondisi diri dankepribadian Hasil observasi pada subjek B menunjukkan
masing-masing orang. bahwa subjek B menampilkan perilaku yang baik
terhadap lingkungaan dengan beberapa kali menegur
“Gini sih yang namanya manusia ini kadang kita siswanya untuk berbaris rapi dan membuang sampah ke
sadar kadang kita tidak sadar, kadang ulun tempatnya. B juga menjelaskan bahwa ia menjaga
(Saya) sendiri kadang yang menerapkan lingkungan sekolah tetap bersih dan rapi demi
buannglah sampah pada tempatnya saya juga menciptakan lingkungan sekolah yang nyaman dan
buang sembarangan, saya ambil contoh saat sebagai upaya menumbuhkan sikap disiplin bagi
dalam perjalanan, saya muntah nih yakan susah siswanya. Perilaku tersebut menunjukkan altruistic value
kan pasti akan membuang di pinggir jalan tidak pada subjek B adalah bahwa melestarikan atau menjaga
di tempat sampah, seperti itulah manusia. Ulun lingkungan perlu dilakukan demi kepentingan bersama
(Saya) juga memegang prinsip sebelum anak- dan didasarkan rasa peduli terhadap kepentingan

Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat 54


siswanya. Namun orientasi nilai yang dimiliki adalah menikmatinya dengan lebih enak, merasa lebih
menegakkan peraturan dan kedisiplinan di sekolah. sejuk... gitu. Jadi kalau menurut saya bagaimana
“ya... kalo lingkungan sekolahnya bersih mbak cara kita memelihara lingkunganiyaa...
kan enak mereka belajarnya, lebih tenang soalnya dampaknya dari lingkungan, apa yang diberikan
lingkungannya nyaman jadi pelajaran mudah lingkungan”
diterima. Dan kalau enggak dibiasakan nanti
mereka buang sampah sembarangan dan jadi Kemudian dapat diketahui juga bahwa altruistic
kebiasaan jadi ya perlu disiplin. Tapi kalo value pada subjek lebih menggambarkan upaya
lingkungan secara umum ya perlu dijaga, kalo melestarikan lingkungan sebagai kewajiban bersama dan
enggak dijaga kan dampaknya ke kita, kaya sebagai wujud partisipasi dan kepedulian terhadap upaya
misalnya lingkungan gersang kan yang rugi kita melestarikan lingkungan guna kepentingan bersama.
juga mbak” Karena sesuai prinsip yang dimiliki oleh subjek C bahwa
seseorang akan mendapatkan hasil dari apa yang
Egoistic value pada subjek B tidak terlalu diusahakan begitu halnya dengan apa yang dilakukan
nampak, hal ini karena B kurang terlibat dalam kegiatan terhadap lingkungan sehingga sudah seharusnya manusia
yang berhubungan dengan pelestarian atau kegiatan bekerjasama melestarikan lingkungan agar mendapatkan
peduli lingkngan sehingga nilai egoistik terhadap hasil yang baik dari usaha yang telah diupayakan.
lingkungan yang dimiliki B tidak diiringi dengan upaya “apa yang kita tanam itu yang kita tuai, pasti kan
untuk melestarikan lingkungan, hanya sekadar kaya gitu. Jadi misalnya apa yang misalnya
kekhawatiran akan diri pribadi. kitaa... memelihara lingkungan dengan baikpasti
“ya pasti dirugikan kalo(lingkungan) kita kan merasakan lingkungan sekitar kita itu
rusak,cuman ya menjaga lingkungan kan baik”
kepentingan bersama jadi percuma kalo yang “Diluar lingkungan sekolah kalo misalnya contoh
peduli cuma satu dua orang, kan kita baiknya saja di lingkungan rumah kita budidayakan cara
kerja gotong-royong” hidup sehat yang pertama saya siapkan bak
sampah di rumah itu saya siapkan untuk sampah
Biospheric value pada subjek B dapat dikatakan basah dan sampah kering terus yang kedua saya
kurang karena B menilai perlu melestarikan alam, namun selalu ajarkan anak-anak saya, diri saya sendiri
bukan semata karena keseimbangan biosfer pada alam dan orang-orang yang ada di rumah untuk selalu
namun lebih kepada kesejahteraan manusia secara cuci tangan sebelum mereka makan, sesudah
umum. Sehingga nilai yang lebih terlihat dominan pada mereka makan, atau setelah mereka bermain-
B adalah nilai altruistik dan egoistik sebagai dasar main dengan hewan peliharaan atau setelah
tindakannya terhadap lingkungan. Dan nilai biosferik B anak-anak bermain di luar rumah, kedua kita
bukan sebagai pendorong dalam berperilaku terhadap selalu bersihkan got atau saluran di depan rumah
lingkungan. kita itu biar tidak tersumbat gitu, jadi di komplek
Egoistic value yang dimiliki oleh subjek C rumah saya itu setiap minggu, setip pagi Minggu
sehubungan dengan pelestarian lingkungan adalah subjek pasti ada gotong-royong nah... gitu”
merasa bahwa yang paling dirugikan ketika ada
kerusakan lingkungan adalah manusia meskipun C Nilai biosfer atau biospheric value yang dimiliki
mengetahui dengan jelas bahwa yang paling besar oleh subjek adalah nilai kepedulian lingkungan
menyebabkan rusaknya linngkungan adalah manusia sehubungan dengan kepedulian terhadap kondisi
namun sebenarnya manusai juga yang dirugikan karena lingkungan saat ini yang semakin rusak oleh adanya
ada hubungan timbal balik antara manusia dengan pertambangan sehingga berdampak negatif pada
lingkungan. Karenanya nilai egoistik yang dimiliki kelestarian kondisi alam terutama kondisi geografis dan
subjek adalah adalah bahwa pelestarian lingkungan perlu dan suhu yang menurut subjek semakin lama semakin
dilakukan untuk kepentingan manusia sendiri. panas oleh karena melapisnya lapisan ozon akibat
”Eemm..manusia dong, iyaa sebenernya sih em kegiatan pertambangan.
yang, yang merusak dan menjaga lingkungan ya “Lingkungan sekarang kalo saya bandingkan
mereka sendiri, manusia itu sendiri kita sendiri, dengan yang dulu-dulu itu rasanya memang jauh
apa yang kita tanam itu yang kita tuai, pasti kan lebih baik yang dulu ya, karena mungkin memang
kaya gitu. Jadi misalnya apa yang misalnya yang dulu masih ada... belum banyak usaha
kitaa... memelihara lingkungan dengan baik pasti pertambangan, belum banyak usaha batu bara,
kita kan merasakan lingkungan sekitar kita itu jadi lingkungan tuh masih teras... asri gitu masih
baik. Contohnyaa di SD Alam, walaupun terasa enak, kalo sekarang kan mungkin karena
misalnya panas gitu tapi kan karena kita punya efeknya kita juga terlalu dekat dengan lahan
banyak pepohonan, eh..terus ramah lingkungan, tambang, lahan tambang batu bara gitu ya jadi itu
sampah-sampahnya dibereskan, terus apa kayanya efeknya itu karena terus-terusan dikeruk
namanya sepatu dan yang lain-lainnya... ditata jadinya kita merasaa.. hawanya tuh jadinya tuh
dengan rapi walaupun mungkin diluar hawanya panas yaa dibandingkan dengan yang dulu, arau
sangat panas sekali tapi kan kita bisa sekarang banyak penggunaan zat-zat kimia yang

Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat 55


bisa mempengaruhi lapisan ozon karena dari lebih terlihat dominan daripada environmental values
udara gitu seperti itu aja sih” pada subjek B dan D yang merupakan guru di SD
Muhammadiyah Hajjah Nuriyah Banjarbaru. Nilai yang
Beradasarkan hasil observasi dan wawancara cenderung berbeda tersebut dipengaruhi oleh beberapa
yang dilakukan kepada subjek D orientasi nilai faktor, namun faktor yang jelas terlihat adalah faktor
lingkungan yang sesuai dengan perilaku adalah nilai organisasi pro-lingkungan dimana SD Alam
altruistik dan nilai biosferik. Namun orientasi nilai Muhammadiyah Banjarbaru dapat dikatakan sebagai
altruistik pada D lebih mengikuti kaidah perilaku organisasi pro-lingkungan tersebut, sertafaktor
melestarikan lingkungan secara umum. pendidikan terkait konsep sekolah yang diterapkan.
“ya perlu (melestarikan lingkungan), soalnya sikap tentang masalah lingkungan didasarkan
kan sudah jadi kewajiban kita semua apalagi pada kepentingan relatif bahwa seseorang menempatkan
sekarang kalau di lingkungan sekolah, kan diri mereka, orang lain, atau tumbuhan dan hewan yang
kita mengajar kan, em... ya pasti secara tidak oleh Stern dan Dietz (1994) diberi label egoistik, sosial-
altruistik, dan biosferik. Stern (2000) berpendapat bahwa
langsung kita jadi model buat murid,
tiga jenis nilai (yaitu orientasi nilai) relevan ketika
maksudnya apa yang kita lakukan kan pasti menjelaskan perilaku pro-lingkungan, yaitu nilai-nilai
ada yang ditiru, kalo kita eemm.. peduli sama egoistik, altruistik dan biosfer. Dari proses wawancara
orang lain, peduli lingkngan, terus kita dan observasi yang telah dilakukan, ktiga subjek
ajarkan yaa... insyaallah juga akan ditiru memiliki ketiga aspek dalam environmental values
sama anak-anak didik kita” namun dengan bentuk sikap dan perilaku yang berbeda-
beda. Selain diwujudkan dengan bentuk perilaku yang
berbeda, pandangan atau pemaknaan subjek tentang
Pada nilai egoistik dan biosferik D lebih masing-masing aspek juga berbeda, dimana perbedaan
menunjukkan orientasi yang lebih besar pada nilai tersebut disebabkan oleh beberapa faktor dan faktor yang
biosferik. Dikatakan bahwa ia sering melihat berita terlihat paling dominan dalam mempengaruhi perbedaan
mengenai lingkngan alam yang rusak dan berdampak tersebut adalah pengalaman pro-lingkungan di masa lalu
besar pada hewan dan tumbuhan seperti biota laut yang dan nilai yang juga pendidikan baik pendidikan formal di
mulai punah dan rusak karena sampah juga orang utan sekolah maupun pendidikan yang diberikan oleh orang
yang sering dibantai. tua. Berdasarkan data yang diperoleh, egoistic value pada
“ya kadang kasihan ya... kaya misalnya ada guru SD Alam Muhammadiyah Banjarbaru mengenai
video laut yang banyak sampahnya terus juga bagaimana lingkungan berdampak bagi diri mereka
banyak ya kaya yang orang utan itu, yang terlebih apabila terjadi kerusakan yang ditimbulkan oleh
dibantai.kalo ngelihat gitu ya kasihan mbak, jadi perbuatan manusia. Berbeda dengan nilai egoistik pada
paling enggak ya saya nggak buang sampah em.. guru SD Muhammadiyah Hajjah Nuriyah Banjarbaru
yang setidaknya kita lah ya jangan asal buang yang berorientasi pada kepentingan sendiri dan
sampah juga” mengikuti norma umum.
Nilai egoistik memengaruhi orang untuk
melindungi aspek lingkungan yang mempengaruhi
Schwartz (1994) mendefinisikan nilai-nilai mereka secara pribadi, atau menentang
sebagai tujuan transsituasional yang diinginkan, beragam perlindungan lingkungan jika biaya pribadi
kepentingannya, yang berfungsi sebagai prinsip pemandu dianggap tinggi.Beberapa pendekatan ekonomi
dalam kehidupan seseorang atau entitas sosial lainnya.
untuk menilai lingkungan berusaha untuk
Tersirat dalam definisi nilai ini sebagai tujuan adalah
bahwa mereka melayani kepentingan beberapa entitas menentukan nilai sosial kondisi lingkungan dengan
sosial, mereka dapat memotivasi tindakan-memberi arah menjumlahkan biaya material dan manfaat bagi
dan intensitas emosional, mereka berfungsi sebagai individu di seluruh masyarakat, secara implisit
standar untuk menilai dan membenarkan tindakan, dan mengasumsikan bahwa hanya hasil untuk diri
juga mereka diperoleh baik melalui sosialisasi ke nilai sendiri misalnya (Hammond & Coppock, 1990).
kelompok yang dominan dan melalui pengalaman belajar
individu yang unik. Dalam hubungannya dengan
lingkungan, maka nilai yang dalam diri seseorang disebut
sebagai environmental values sebagai prinsip pemandu SIMPULAN
sikap sesuai dengan pernyataan Schwartz maka memiliki
tujuan untuk melayani kepentingan beberapa entitas Dari hasil penelitian yang telah dilaksanakan
sosial yang berhubungan dengan lingkungan. Dalam mengenai environmental values pada guru di SD Alam
penelitian ini keempat subjek memiliki environmental Muhammadiyah Banjarbaru dapat disimpulkan bahwa
values sebagai prinsip yang dimiliki dalam guru di SD Alam memiliki environmental values yang
hubungannnya dengan upaya melestarikan lingkungan. berbeda namun dalam bersikap dan berperilaku
Environmental values pada subjek A dan C yang sehubungan dengan nilai lingkungan cenderung
merupakan guru di SD Alam Muhammadiyah Banjarbaru sama.sikap tentang masalah lingkungan didasarkan pada

Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat 56


kepentingan relatif bahwa seseorang menempatkan diri Puspita, A. Belajar dan Bermain ala Sekolah Alam, Suara
mereka, orang lain, atau tumbuhan dan hewan yang oleh Merdeka, Minggu, 2 Mei 2010, hlm. 04
Stern dan Dietz (1994) diberi label egoistik, sosial-
Rahman , F. (1983). Tema-Tema Pokok Al-Qur’an.
altruistik, dan biosferik. Keempat subjek dalam
Bandung: Pustaka
penelitian ini memiliki ketiga aspek dalam environmental
values namun dengan bentuk sikap dan perilaku yang Rokeach, M. (1973).The Nature of HumanValues.
berbeda-beda. Subjek A dan C memiliki orientasi NewYork: Free Press.
environmental values yang cenderung sama pada nilai
egoistik dan biosferik, begitupula dengan subjek B yang Satmoko B. S. (2010). Sekolah Alternatif, Mengapa
memiliki orientasi nilai yang cenderung sama pada nilai Tidak?.Yogakarta: Diva Press
egoistik dan biosferik. Namun dalam nilai altruistik
Schultz, P. (2000). New environmental theories:
subjek memiliki orientasi atau pemaknaan nilai yang
Empathizing with nature: The effects of
berbeda antara satu sama lain yang dikuatkan melalui
Perspective taking on value for
proses observasi terhadap perilaku yang ditampilkan
environmental issues. Journal of social
subjek. Selain diwujudkan dengan bentuk perilaku yang
issues, 56(3), 391-406.
berbeda, pandangan atau pemaknaan subjek tentang
masing-masing aspek juga berbeda, dimana perbedaan Schultz, P. W. (2001). The structure of environmental
tersebut disebabkan oleh beberapa faktor dan faktor yang value: Value for self, other people, and the
terlihat paling dominan dalam mempengaruhi perbedaan biosphere. Journal of environmental
tersebut adalah pengalaman pro-lingkungan di masa lalu psychology, 21(4), 327-
dan nilai yang juga pendidikan baik pendidikan formal di 339.https://doi.org/10.1006/jevp.2001.022
sekolah maupun pendidikan yang diberikan oleh orang 7
tua.
Schultz, P. W., & Zelezny, L. (1999). Values as
predictors of environmental attitudes:
Evidence for consistency across 14
DAFTAR PUSTAKA countries. Journal of environmental
psychology, 19(3), 255-265.
Schwartz, S. H. (1994). Are there universal aspects in the
Arnocky, S., Stroink, M., & DeCicco, T. (2007). Self- structure and contents of human
construal predicts environmental concern, values?.Journal of social issues, 50(4), 19-
cooperation, and conservation. Journal of 45.https://doi.org/10.1111/j.1540-
Environmental Psychology, 27(4), 255- 4560.1994.tb01196.x
264.
https://doi.org/10.1016/j.jenvp.2007.06.00 Septriana. (2009) Lendonovo Sebuah Novel Tentang
5 Dia: Penggagas Sekolah Alam. Bogor:
SoU Publisher
Chawla, L. (1998). Significant life experiences revisited:
A review of research on sources of Snelgar, R. S. (2006). Egoistic, altruistic, and biospheric
environmental sensitivity. The Journal of environmental values: Measurement and
Environmental Education, 29(3), 11-21. structure. Journal of environmental
https://doi.org/10.1080/009589698095991 psychology, 26(2), 87-99.
14
Stern PC, Dietz T, Kalof L. 1993. Value orientations,
E. Mulyasa. (2004), Kurikulum Berbasis Kompetensi, gender, and environmental
(Konsep, Karakteristik dan Implementasi), concern.Environ. Behav.25:322–48
Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
Stern, P. C., & Dietz, T. (1994).The value basis of
Fuhrer, U., Wolfing, S., & Kaise, F. G. environmental concern.Journal of social
(1999).Environmental attitude and issues, 50(3), 65-
ecological behavior.Journal of 84.https://doi.org/10.1111/j.1540-
environmental psychology, 19, 1-19. 4560.1994.tb02420.x
http://www.sdalammuhammadiyah.com/p
/sejarah.html diakses pada 01/03/2018 Thohir, A. (2010). Implementasi model sekolah alam di
14.20 pendidikan anak usia dini Ar Ridho
Semarang dalam tinjauan pendidikan
Olson, J. & Zanna,M. (1993). Attitudes and attitude Islam (Doctoral dissertation, IAIN
change. Annual Review of Psychology 44, Walisongo).
117±154.
Weigel, R. H. (1983). Environmental attitudes and the
prediction of behavior. In N. R. Feimer and

Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat 57


E. S. Geller (Eds), Environmental
Psychology: Directions and Perspectives.
New York: Praeger.

Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat 58


ORIENTASI KEBERAGAMAAN DAN PERILAKU MAHASISWA SEBAGAI
KONSUMEN YANG BERTANGGUNG JAWAB SECARA SOSIAL
RELIGIOUS ORIENTATION AND SOCIALLY RESPONSIBLE CONSUMER BEHAVIOR OF
COLLEGE STUDENTS

Bonar Hutapea*
Fakultas Psikologi, Universitas Tarumanegara, Jl. Let.Jend. S. Parman No. 1 Jakarta 11440, Indonesia
*E-mail: bonarh@fpsi.untar.ac.id
No. Handphone: 085946355650

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah kajian bersifat eksploratif dan preliminer yang mencoba mengungkap keterkaitan orientasi
keberagamaan dan karakteristik demografis dengan perilaku konsumen yang bertanggung jawab secara sosial.
Pendekatan kuantitatif tipe korelasional dengan menggunakan skala psikologis berupa adaptasi Socially Responsible
Consumer Behavior questionnaire dan adaptasi Religious Orientation Scale serta pertanyaan-pertanyaan demografik
dilakukan terhadap 114 mahasiswa di Jakarta. Data dianalisis dengan analisis deskriptif, korelasi dan uji beda. Hasilnya
menunjukkan bahwa perilaku tanggung jawab secara sosial sebagai konsumen tergolong rendah, tak ada korelasi
signifikan antara orientasi keagamaan baik intrinsik maupun ekstrinsik dengan perilaku tersebut. Selain itu, tidak
ditemukan adanya perbedaan CSR Performance, Consumer recycling behavior, dan Environmental impact purchase and
use criteria ditinjau dari pilihan moda transportasi dan keterlibatan dalam organisasi sosial. Keterbatasan penelitian
dibahas dalam rangka penelitian lanjutan yang diharapkan dapat berkontribusi terhadap pemahaman tentang perilaku
konsumen di Indonesia khususnya terkait dengan perilaku pro-lingkungan dan tanggung jawab sosial.

Kata kunci: CRSP, Orientasi Keberagamaan, Lingkungan, Daur Ulang

ABSTRACT

This exploratory and preliminary study examined the relationship between religious orientation and demographic
characteristics with socially responsible behavior among 114 college students in Jakarta who completed Socially
Responsible Consumer Behavior questionnaire, Religious Orientation Scale and demographic questions. The data were
analyzed using descriptive analysis, correlation and independent sample T-test. Results show that college student report
low level of socially responsible consumer behavior, neither intrinsic nor extrinsic orientation has significant correlation
with this behavior. Moreover, there was no statistically significant differences on CSR Performance, Consumer recycling
behavior, and Environmental impact purchase and use criteria for different transportation modes preferences and social
organizational activism. Limitations of the research are discussed in terms of possible further research on consumer
behavior in Indonesia as it relates to pro-environmental behavior and social responsibility

Keywords: Socially responsible consumer behavior, Religious orientation, Environment, Recycle


Permasalahan lingkungan dan sosial masa kini menuntut Secara langsung atau pun tidak langsung,
kesadaran dan peran serta seluruh elemen masyarakat konsumsi barang dan jasa menyebabkan banyak masalah
terutama konsumen, khususnya orang muda terpelajar. sosial dan lingkungan. Sejumlah permasalahan
Mengacu kepada pendapat McKenzie-Mohr, peneliti lingkungan masa kini dapat dikaitkan dengan gaya hidup
Cojuharenco, Cornelissen dan Karelaia (2011) konsumen. Gaya hidup yang semakin berkesinambungan
menyatakan bahwa permasalahan ekologis dan ekonomis tak dapat dicapai tanpa adanya perubahan dalam perilaku,
masa kini menunjukkan perlunya individu-individu sikap dan nilai pada konsumen. Hasil-hasil penelitian
memikirkan kembali perihal perilaku dan pola menunjukkan bahwa konsumen semakin sadar untuk
konsumsinya yang berdampak serius secara sosial, melibatkan pertimbangan etis dalam keputusan membeli
ideologis dan lingkungan ekologis. Adapun upaya-upaya (Roberts, 1995, 1996 dalam Adomaviciute, 2013).
individu dan swasta yang dimaksudkan untuk membantu Mengingat konsumen merupakan pemangku
mendorong adanya perubahan penting masih belum kepentingan (stakeholder) utama dalam pasar, amat
berhasil. Karenanya, penelitian tentang faktor-faktor penting bagi pemasar memahami seberapa jauh
terkait perilaku tanggung jawab sosial amat mendesak. kepedulian konsumen dan bagaimana kepedulian
tersebut diterjemahkan ke dalam bentuk perilaku

Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat 59


konsumen yang baru. Misalnya penelitian kualitatif yang merusak atau menyakiti dan memaksimalkan dampak
dilakukan Gielissen (2011) mengungkapkan bahwa menguntungkan jangka panjang bagi masyarakat.
pembelian produk yang rendah kualitas tanggung jawab Definisi yang diajukan oleh Mohr, Webb dan Harris ini
sosial dari produsennya menyebabkan ketidakpuasan tampak jauh lebih representatif dan komprehensif
bagi konsumen, kesadaran akan tanggung sosial produk sehingga menjadi batasan yang diacu dalam penelitian
menuntut produk untuk bertanggung jawab secara sosial, ini.
sedangkan bila konsumen membeli satu produk yang Penelitian tentang tanggung jawab sosial
dianggap memiliki tanggung jawab sosial maka akan konsumen masih sangat jarang dilakukan di Indonesia,
membeli produk lain yang juga dianggap memiliki sedangkan penelitian tentang religiuisitas dikaitkan
tanggung jawab sosial. Demikian pula penelitian dengan perilaku konsumen yang bertanggung jawab
Prud’homme (2012) terhadap 208 pelanggan hotel kelas menunjukkan hasil yang tidak konsisten dan kurang
menengah ke bawah di Quebec, Kanada yang meyakinkan karenanya perlu dilakukan kajian tentang
menyimpulkan bahwa perilaku konsumen yang keberagamaan selain religiusitas.
bertanggung jawab secara sosial berperan signifikan Sejumlah penelitian telah dilakukan untuk
terhadap pemilihan hotel dan keputusan untuk menginap menguji peran religiuisitas terhadap tanggung jawab
atau tidak. Bahkan pelanggan tidak segan membayar sosial konsumen, antara lain keterkaitan religiusitas
lebih tinggi (tarif premium) bila hotel dinilai memiliki dengan intensi membeli produk yang dianggap
standar eco-certified product and services. Hal senada menyisihkan sebagian dari hasil penjualannya bagi yatim
juga ditemukan oleh Reich (2002) pada konsumen pada piatu di Malaysia (Anuar, Adam & Omar, 2012). Peran
toko grosir maupun restoran di sekitar Northern Arizona religiusitas terhadap konsumsi yang bertanggung jawab
University dan menemukan bahwa selain citra tanggung secara sosial pada 301 mahasiswa swasta juga di
jawab sosial merk/produk, tanggung jawab sosial Malaysia (Lau, 2010). Terlepas dari adanya kepustakaan
konsumen berperan signifikan terhadap loyalitas yang meneliti tentang peran agama terhadap socially
terhadap merk dan persepsi terhadap kualitas produk dan responsible consumer behaviors, masih sangat sedikit
jasa. Hal ini didukung oleh pernyataan Smith dan yang berfokus pada peran orientasi keberagamaan.
Williams (2011), bahwa para pemasar (marketers) di satu Selain itu, konstruk religiusitas lazimnya
pihak dan konsumen serta aktivis tanggung jawab sosial diperlakukan sebagai variabel interval dan belum
perusahaan (corporate social responsibility) di pihak lain memperhitungkan konstruk orientasi religiusitas,
telah saling menanggapi satu sama lain dalam upaya sebagaimana yang dinyatakan oleh Hardjana (1993)
menunjukkan perilaku yang bertanggung jawab secara berdasarkan pendapat Allport (1950) yang
sosial. Secara khusus, dikatakan bahwa pemangku mengkategorikan religiusitas menjadi orientasi atau iman
kepentingan pemasaran memiliki peran penting dalam ekstrintik dan instrinsik. Iman ekstrinsik adalah konteks
membangun jenis baru konsumerisme yang bertanggung keimanan yang tidak menyatu dengan pribadi orang yang
jawab di mana perusahaan dan para pemangku beragama. Artinya iman tersebut merupakan perkara luar
kepentingan memperoleh manfaat satu sama lain dalam yang tidak mempengaruhi cara berpikir, berkehendak dan
relasi dunia bisnis dan masyarakat yang semakin berperilaku. Individu yang beriman ekstrinsik bukan
simbolik. Dengan demikian, kajian tentang konsumsi menghayati melainkan memanfaatkan iman demi
yang bertanggung jawab secara sosial (socially keuntungan pribadi. Sedangkan individu yang beragama
responsible consumption) menjadi sangat penting, dengan iman instrinsik selalu menghayati iman dan
relevan dan aktual. melaksanakan ajaran serta perintah agama dalam
Kebanyakan penelitian tentang tanggung jawab kehidupan sehari-hari. Lebih lanjut, Allport dan Ross
sosial ditemukan dalam riset bisnis, mengingat sejarah (1967) membuatnya menjadi tipologi ekstrinsik yang
perdebatan dalam tanggung jawab sosial perusahaan hakikatnya adalah instrumental, keberagamaan yang
adalah mengenai pengambilan keputusan perusahaan kurang matang dan utilitaristik demi memperoleh hasil
apakah meraih sasaran-sasaran selain keuntungan ekstra religius yakni sasaran psikologis dan sosial,
ekonomis. Berbeda dengan tanggung jawab sosial sedangkan orientasi intrinsik pada hakikatnya otonom
perusahaan yang menganggap tanggung jawab dan melampaui tujuan duniawi (‘over-reaching’)
merupakan permasalahan strategi perusahaan, peneliti sehingga dapat dikatakan lebih menunjukkan
perilaku konsumen berfokus pada pemahaman terhadap kematangan keberagamaan.
tanggungjawab sosial konsumen. Penelitian yang melibatkan orientasi religiusitas
Davis (1975) mendifinisikan socially responsible dengan perilaku konsumen sangat jarang atau terlampau
consumer behaviour (SRCB) sebagai upaya melindungi sedikit. Salah satu di antara yang sedikit tersebut adalah
dan meningkatkan kualitas kehidupan sosial. Leigh, kajian Mokhlis (2009) terhadap 226 sampel beragam
Murphy, dan Enis (1988) mengartikannya sebagai latar belakang agama di Malaysia menunjukkan peran
persepsi tentang dampak pilihan konsumen terhadap signifikan religiusitas terhadap salah satu aspek perilaku
persoalan sosial, lingkungan dan keselamatan, sedangkan konsumen yakni orientasi berbelanja (shopping
Mohr, Webb dan Harris (2001) mendefinisikan SRCB orientation) meliputi kesadaran tentang kualitas, belanja
sebagai perilaku konsumen yang mendasarkan impulsive dan kesadaran tentang harga dan tidak
pemerolehan, penggunaan, dan disposisi produk jasa melibatkan perilaku konsumen yang bertanggung jawab
pada hasrat untuk mengurangi atau meniadakan dampak secara sosial. Meski demikian, instrumen yang

Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat 60


digunakan oleh Mokhlis untuk mengukur religiusitas SRCB Questionnaire. Survei ini juga menyertakan
adalah Religious Commitment Inventory (RCI-10) yang pertanyaan-pertanyaan tentang informasi demografis
dikembangkan oleh Worthington et al. (2003) meliputi seperti jenis kelamin, umur, status sosial ekonomi
dimensi afiliasi religius yakni identifikasi dan keluarga, dan status keanggotaan organisasi.
keanggotaan keagamaan dan komitmen religius yakni Statistik deskriptif terhadap karakteristik
segi kognitif, afektif dan keperilakuaan keagamaan. demografis dan konstruk kedua skala dilakukan untuk
Dimensi afiliasi religius cocok digunakan untuk melihat mengetahui orientasi religiusitas yang dominan dan level
adanya perbedaan religiusitas antara kelompok agama masing-masing dimensi tanggung jawab sosial
atau jika responden terdiri dari latar belakang afiliasi konsumen. Teknik korelasi Product Moment Pearson
agama yang berbeda sedangkan dimensi komitmen untuk menguji keterkaitan orientasi keberagamaan dan
religiusitas digunakan untuk melihat perbedaan perilaku konsumen yang bertanggung jawab secara sosial
religiusitas dalam suatu kelompok religi spesifik. Kedua termasuk interkorelasi antar sub-variabel. Sedangkan
dimensi ini memiliki kemiripan dengan orientasi independent sample T-test, dengan asumsi equal
religiusitas ekstrinsik dan intrinsik. variances yang diuji dengan Levene’s Test (Field,
Berdasarkan uraian di atas dapat dikatakan bahwa 2009:334) untuk menguji perbedaan perilaku konsumen
penelitian ini merupakan upaya eksplorasi keterkaitan yang bertanggung jawab secara sosial ditinjau dari
orientasi keberagamaan dan perilaku konsumen yang karakteristik demografis.
bertanggung jawab secara sosial dengan melibatkan
sejumlah karakteristik demografik pada mahasiswa
mengikuti model konseptual yang diajukan oleh Mas’od HASIL DAN PEMBAHASAN
dan Chin (2014) berupa variabel sosiodemografik antara
lain jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan dan Seratus empat belas mahasiswa berpartisipasi
pendapatan yang ditunjukkan oleh status sosial ekonomi dalam penelitian ini. Dari jumlah tersebut: 1) Mayoritas
keluarga. Selain itu, peneliti juga mengikutsertakan sampel (81,6%) adalah perempuan; 2) Rentang usia
informasi tentang pilihan moda transportasi dan adalah 17-23 dengan rata-rata adalah 19,08 tahun; 3)
keterlibatan dalam organisasi sebagai bagian Lebih dari separuh (55,3%) mengaku tidak terlibat dalam
karakteristik demografis. organisasi apapun; 4) Hampir seluruhnya mengaku
tergolong kelas sosial ekonomi menengah (97,4%); 5).
Moda transportasi yang digunakan sampel sedikit lebih
METODE PENELITIAN banyak pada manual dan transportasi umum (54,4%) dari
pada kendaraan pribadi (45,6%).
Penelitian ini menerapkan survei terhadap Berdasarkan tabel statistik deskriptif sebagaimana
mahasiswa strata satu di salah satu perguruan tinggi ditunjukkan pada Tabel 1 di bawah ini, untuk pengukuran
swasta di Jakarta melalui skala psikologi dan angket variabel penelitian, jawaban responden dibandingkan
anonim terdiri dari 47 item dua skala berbeda, 21 item dengan interval opsi skala menunjukkan bahwa
mengukur orientasi religiusitas yang diadaptasi dari responden penelitian ini tidak ada yang memiliki
Religious Orientation Scale (ROS) (Batson, Scroenrade pertimbangan tentang kinerja tanggung jawab sosial
& Ventis, 1993) terdiri dari orientasi ekstrinsik dan perusahaan, perilaku daur ulang, pertimbangan
orientasi intrinsik dan 26 item untuk mengukur perilaku penggunaan dan pembelian dampak lingkungan sebagai
konsumen yang bertanggung jawab secara sosial yng kriteria, orientasi keagamaan ekstrinsik dan orientasi
diadaptasi dari Socially Responsible Consumer Behavior keagamaan intrinsik yang ekstrim tinggi maupun ekstrim
(SRCB) Questionnaire (Morr, Webb & Harris, 2001 rendah. Selanjutnya, nilai rata-rata dan standar deviasi
Webb, Morr, & Harris, 2008) terdiri dari dimensi sub-variabel juga menunjukkan bahwa jawaban
Corporate Social Responsibility Performance, Consumer responden tidak cukup menyebar. Perilaku mendaur
Recycling Behavior, dan Environmental impact purchase ulang dan pertimbangan tentang kinerja tanggung jawab
and use criteria. Kedua skala tersebut menggunakan sosial perusahaan tergolong rendah, pertimbangan
model Likert dengan alternatif 5 pilihan dari nilai 1 dampak lingkungan saat membeli dan orientasi
(sangat tidak setuju) hingga nilai 5 (sangat setuju) untuk keagamaan ekstrinsik dan intrinsik tergolong sedang.
ROS dan nilai 1 (tidak pernah) hingga 5 (selalu) untuk

Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat 61


Tabel 1. Hasil analisis statistik deskriptif sub-variable penelitian

Variabel Nilai Nilai Rata-rata Standar Deviasi Kategori


minimum maksimum
CSRP 1,00 4,77 2,67 0,72 Rendah
Recycle 1,00 4,67 1,78 0,75 Rendah
Environment 1,14 5,00 3,63 0,47 Sedang
Orientasi 1,83 4,83 3,46 0,45 Sedang
Ekstrinsik
Orientasi Intrinsik 1,56 5,00 3,61 0,53 Sedang

Hasil korelasi antar variabel menunjukkan Dari hasil analisis korelasi Pearson untuk menguji
bahwa kedua orientasi keberagamaan tidak memiliki keterkaitan variabel independen dan variabel terikat di
korelasi yang signifikan dengan semua sub-variabel atas menunjukkan bahwa jika partisipan memiliki skor
perilaku konsumen yang bertanggung jawab secara orientasi keberagamaan ekstrinsik maupun intrinsik yang
sosial. Hasil perhitungan berupa matriks interkorelasi tinggi maka belum tentu diikuti dengan tinggi atau
dapat dilihat pada tabel 2 rendahnya skor pada perilaku yang bertanggung jawab
secara sosial, begitu pula sebaliknya.
Tabel 2. Hasil interkorelasi variabel
Selanjutnya, hasil independent sample T-test,
1 2 3 4 5 dengan asumsi equal variances yang diuji dengan
1. CSRP 1
2. Recycle 0,170 1
Levene’s Test untuk menguji perbedaan perilaku
3. Environment 0,634** 0,261** 1 konsumen yang bertanggung jawab secara social
4. Ekstrinsik 0,061 -0,015 -0,021 1 ditinjau dari status keanggotaan dalam organisasi
5. Intrinsik 0.123 -0,150 0,026 0,339** 1
dan moda transportasi dapat dilihat pada table 3 dan
*p< 0,05; p<0,01
4

Tabel 3. Perbedaan tanggung jawab sosial konsumen ditinjau dari moda transportasi

Moda transportasi
Tanggung jawab sosial konsumen Umum Pribadi df t p
M SD M SD
CSRP 2,56 0,63 2,79 0,81 112 -1,73 0,08

Recycle 1,74 0,73 1,84 0,82 112 -0,75 0,46

Environment 3,11 0,59 2,90 0,81 112 1,59 011

Tabel di atas menunjukkan bahwa tidak ada pengguna transportasi umum tidak berbeda dalam
perbedaan signifikan dimensi-dimensi tanggung jawab perilakunya sebagai konsumen yang bertanggung jawab
sosial konsumen ditinjau dari moda transportasi yang secara sosial.
digunakan oleh responden. Dengan kata lain, baik
pengguna kendaraan pribadi maupun pejalan kaki dan
Tabel 4. Tanggung jawab sosial konsumen ditinjau dari keterlibatan organisasi

Keterlibatan dalam organisasi


Tanggung jawab sosial konsumen Terlibat Tidak df t p
M SD M SD
CSRP 2,73 0,72 2,59 072 112 1,06 0,29

Recycle 1,76 069 1,82 0,84 112 -0,40 0,69

Environment 3,04 0,70 2,98 0,72 112 0,61 0,68

Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat 62


Demikian pula bila ditinjau dari keterlibatan menjadi responden penelitian ini. Artinya, penelitian ini
dalam organisasi yakni bahwa responden yang terlibat memiliki kelemahan dalam validitas terkait sampel.
dalam organisasi maupun tidak menunjukkan perbedaan Selain itu, temuan Flere dan Lavric (2008) juga
signifikan dalam perilaku sosial yang bertangunggung mendorong pertimbangan lebih lanjut untuk
jawab. menggunakan alat ukur yang berbeda bila melibatkan
Hasil penelitian ini menunjukkan perbedaan partisipan beragam latar belakang agama, salah satunya
dengan studi eksploratoris yang dilakukan oleh Shanka adalah Intrinsic/Extrinsic–Revised Scale (I/E–R) dari
(2005) terhadap 339 mahasiswa di Australia Gorsuch dan McPherson (1989) yang terdiri dari 14 item
menunjukkan bahwa dari sejumlah variabel sosio- mengukur konstruk intrinsik dan ekstrinsik seperti yang
demografik antara lain jenis kelamin, usia, wilayah sebelumya diukur oleh Religious Orientation Scale
tempat tinggal, strata perkuliahan (sarjana/pascasarjana) (Allport & Ross, 1967) dan lebih ketat tentang
dan fakutas/jurusan yang diambil, hanya usia dan strata penggolongan/tipe religiusitas yakni religiusitas intrinsik
perkuliahan yang menunjukkan adanya perbedaan dalam (IntrinsicR) di mana dimensi instrinsik dominan,
dimensi personal dan kemasyarakatan (societal) dalam religiusitas ekstrinsik (ExtrinsicR) di mana dimensi
perilaku konsumen yang bertanggung jawab secara eksitrinsik dominan, pro-religious (ProR) di mana kedua
sosial. dimensi sama memiliki bobot yang sama dan
Demikian pula penelitian Stancu (2011) di nonreligious (NonR) untuk individu dengan kedua
Rumania menemukan bahwa motif etis sebagai prediktor orientasi yang bobotnya sama lemah.
terkuat terhadap tanggung jawab sosial konsumen Layak dipertimbangkan pernyataan Graham
dibandingkan motif sosial, lingkungan, kesehatan dan (2001) yang menawarkan konsep keberagamaan sebagai
harga. Selain itu, usia dan jenis kelamin secara positif pencarian (religion-as-quest) sebagai alternatif atau cara
berperab terhadap tanggung sosial konsumen, secara praktis seputar ideologi keagamaan dalam kajian tentang
khusus perempuan yang lebih tua menunjukkan level orientasi keagamaan. Penekanan kepada aspek spiritual
tanggung jawab sosial tertinggi. keagamaan layak dipertimbangkan terkait dengan
Hasil penelitian ini juga menguatkan penelitian tanggung jawab sosial konsumen terutama bila mengacu
Ozkan (2009) tentang tidak adanya pengaruh kecukupan kepada pendapat Zohar & Marshall (2000) bahwa salah
dan tingkat pendapatan dengan perilaku konsumsi yang satu elemen kecerdasan spiritual adalah keyakinan bahwa
bertanggung jawab secara sosial, dan dalam penelitian ini terdapat saling keterkaitan antar mahluk hidup dan juga
pendapatan diarahkan pada informasi tentang kelas sosial alam semesta.
ekonomi keluarga responden khususnya kelas menengah Perilaku konsumen yang bertanggung jawab
yang tidak memiliki korelasi dengan tanggung jawab secara sosial tergolong konsep atau konstruk yang luas
sosial. meliputi perilaku pembelian hingga tahapan product
Salah satu alasan yang layak dipertimbangkan disposal semisal menyumbangkan pakaian bekas. Selain
untuk memahami temuan tidak signifkannya keterkaitan itu, konstruk ini juga tumpang tindih atau memiliki
orientasi religiusitas dengan perilaku konsumen kemiripan dengan sejumlah konsep atau konstruk lain
bertanggung jawab sosial dalam kajian ini adalah misalnya ecologically conscious consumer behaviour
penelitian Flere dan Lavric (2008) terhadap empat (Tilikidou, Aoamson & Sarmanidt, 2002).perilaku
sampel denominasi mahasiswa di Amerika Serikat yakni konsumen yang sadar secara sosial (socially conscious
Ortodoks Timur, Islam, Katolik Roma dan Protestan consumer behavior) (Hanel, 2009), perilaku konsumen
yang menyimpulkan bahwa di antara empat denominasi yang bertanggung jawab menyangkut lingkungan
agama tersebut hanya Protestan yang ditemukan tak ada (environmentally responsible consumer behavior)
kombinasi antara ekstrinsik dan intrinsik sehingga layak (Haytko & Matulich, 2008), perilaku dan pengetahuan
diduga bahwa orientasi intrinsik hanya terdapat pada tentang tanggung jawab sosial (socially responsible
Kristen Protestan. Dalam penelitian ini, responden knowledge and behavior) (Kozar & Connell, 2010),
penelitian bervariasi dalam latar belakang agama yakni konsumsi yang bertanggung jawab secara sosial (socially
Islam, Kristen, Katolik, Buddha, dan Konghucu dan rata- responsible consumption behavior) (Lau, 2010; Ozkan,
rata skor yang hampir sama untuk kedua orientasi 2009; Webb, Mohr & Harris, 2007), dan Environmentally
religiusitas. Dengan demikian, orientasi intrinsik yang friendly consumer behavior (Majláth, 2010). Selain itu,
dianggap memiliki keterkaitan erat dengan perilaku etis yang diajukan oleh Mohr et al (2001) tampaknya belum
yakni bertanggung jawab secara sosial menjadi tidak berhasil mencakup tahapan konsumsi yang penting yang
signifikan. dapat mempengaruhi perolehan, penggunaan, dan
Penelitian ini mengandung sejumlah keterbatasan. disposisi konsumen di masa depan misalnya pencapaian
Yang terutama adalah permasalahan sampel. Jumlah informasi, penyimpanan dan pasca pembuangan produk
responden dalam penelitian ini tergolong kecil atau jasa. Karena itu, diperlukan pengujian konstruk ini
dibandingkan jumlah mahasiswa Indonesia di berbagai tersendiri berupa uji psikometrik khususnya dalam
negara sehingga dianggap kurang mewakili populasi. konteks Indonesia terutama pada kalangan mahasiswa.
Selain itu, teknik pengambilan responden secara
aksidental berimplikasi pada terbatasnya generalisasi
temuan penelitian semata-mata kepada subyek yang SIMPULAN
Penelitian ini tidak menunjukkan adanya ataupun disonansi kognitif (Festinger, 1957), dan model
hubungan orientasi keberagamaan dengan perilaku sintesis perubahan perilaku konsumen yang
konsumen yang bertanggung jawab secara sosial, komprehensif berupa sikap tak berkepentingan
demikian pula karakteristik demografis berupa pilihan (disinterest), kepedulian, sikap, dan komitmen
moda transportasi dan keterlibatan dalam organisasi (Manzano, Rivas, & Bonilla, 2012).
tidak menjadi faktor yang membedakan. Adapun Terlepas dari keterbatasan dan kelemahan
variabel jenis kelamin dan lainnya tidak diikutkan dalam yang dimiliki, penelitian ini telah berupaya
analisis mengingat adanya perbedaan yang sangat menambahkan khazanah kepustakaan perilaku
signifikan dalam jumlah atau jumlah tak berimbang. konsumen terkait tanggung jawab sosial dan
Mengingat perilaku konsumen yang bertanggung
mendorong atau merangsang adanya penelitian
jawab secara sosial masih merupakan konstruk baru dan
kompleks yang membutuhkan lebih banyak penelitian lanjutan dan penelitian terkait mengingat urgensi
yang lebih komprehensif dan mendalam yang dan terbatasnya riset mengenai permasalahan ini di
melibatkan sejumlah variabel terkait maka sejumlah Indonesia.
faktor patut dipertimbangkan untuk diteliti keterkaitan
dan pengaruhnya antara lain self-construal dan
efektivitas tindakan individual atau kemampuan
DAFTAR PUSTAKA
membuat adanya perbedaan yang dipersepsikan
(Cojuharenco, Cornelissen & Karelaia, 2011; 2012), Adomaviciute, K. (2013). Relationship between
tanggung jawab sosial perusahaan (Becker-Olsen, utilitarian and hedonic consumer behavior and
Cudmoreb & Hill, 2006), penilaian dan belief konsumen socially responsible consumption. Economics
tentang kinerja perusahaan yang berkelanjutan and Management, 18(4), 754-760
(sustainable corporate performance) tentang lingkungan http://dx.doi.org/10.5755/j01.em.18.4.5580
dan sosial (Haytko & Matulich, 2008; Collins, Steg & Allport, G. W. (1950). The individual and his religion.
Koning, 2007), sikap terhadap iklan layanan masyarakat New York: Macmillan.
tentang lingkungan hijau (Daban & Kahyaoglu, 2013), Allport, G. W., & Ross, J. M. (1967). Personal religious
identitas diri etis (ethical self-identity) dalam orientation and prejudice. Journal of
pemrosesan informasi sebagai bagian dari core self- Personality and Social Psychology, 5, 432-443.
identity (Hanel, 2009), priming tentang lingkungan Anuar, M.M., Adam, F., & Omar, O. (2012). The role of
(Hanel, 2009), etika tentang uang (money etchics) (Lau, religiosity in socially responsible consumption.
2010), nilai (value) khususnya nilai hedonik dan International Journal of Asian Social Science,
utilitaristik (Adomaviciute, 2013), faktor demografik 2(9):1467-1476
berupa tingkat pendidikan (Ozkan, 2009), persepsi Bañeguil, T. & Chamorro, A. (2002). Buying behavior of
konsumen tentang efektivitas tindakan individual terkait organic products: A proposed model.
green behavior (Majláth, 2010), serta nilai materialisme Consumption Studies, 62, 49-61
personal dan sosial politik (Pepper, Jackson & Uzzell, Becker-Olsen, K.L., Cudmoreb, B.A., & Hill, R.P.
2009). Selain itu, peran karakteristik sosio-demografik (2006). The impact of perceived corporate
berupa usia dan strata perkuliahan responden juga perlu social responsibility on consumer behavior.
mendapatkan perhatian sebagaimana ditemukan oleh Journal of Business Research, 59, 46-53
Shanka (2005). Dengan demikian penelitian terhadap Belk, R.W., Wallendorf, M., & Sherry, J.F.Jr. (1989).
responden berbeda usia dan tingkat kesarjanaan yakni The sacred and the profane in consumer
mahasiswa strata satu maupun strata dua hendaknya behavior: Theodicy on the odyssey. The Journal
mendapatkan perhatian serius. of Consumer Research, 16(1), 1-38
Secara khusus, peran tanggung jawab sosial Cojuharenco, I., Cornelissen, G., & Karelaia, N. (2011).
perusahaan (corporate social responsibility) terhadap One person in the battlefield is not a warrior:
tanggung jawab sosial konsumen diharapkan Self-construal, perceived ability to make a
mendapatkan perhatian serius dalam penelitian lanjutan difference, and socially responsible behavior.
mengingat dalam konstruk yang dipakai dalam Ditemukan kembali dari
penelitian ini mencakup hal tersebut didukung oleh http://research.barcelonagse.eu/tmp/working_p
Lombardo (2011) bahwa di antara persepsi konsumen apers/589.pdf
tentang tanggung jawab sosial perusahaan dengan Cojuharenco, I., Cornelissen, G. & Karelaia, N. (2012).
perilaku aktual membeli pada konsumen. “Yes, we can”: Self-construal, Perceived Ability
Selain itu, perlu juga dipertimbangkan penerapan to Make a Difference, and Socially Responsible
kerangka kerja atau model teoritik tertentu yang Behavior. Ditemukan kembali dari
dianggap memadai dalam menjelaskan perilaku http://www.insead.edu/facultyresearch/research
konsumen semisal Teori Tindakan Beralasan (Theory of /doc.cfm?did=51197
Reasoned Action framework) sebagaimana dilakukan Collins, C.M., Steg, L. & Koning, M.A.S. (2007).
oleh Ha-Brookshire & Hodges (2009), Model of Customers’ values, beliefs on sustainable
Environmental Behavior dari Grob (1995), Ecological corporate performance, and buying behavior.
consumer purchasing model (Bañeguil & Chamorro,

Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat 64


Psychology & Marketing, 24(6), 555–577 DOI: money ethics. International Journal of Trade,
10.1002/mar.20173 Economics and Finance, 1(1), 32-35
Daban, S. & Kahyaoglu, M. (2013). The relationships Leigh, J. H., Murphy, P. E., & Enis, B. N. (1988). A new
between teacher candidates’ environmentally approach to measuring socially responsible
responsible behaviors and attitudes towards consumption tendencies. Journal of
green advertising. Procedia-Social and Macromarketing, 8(1), 5-21. doi:
Behavioral Sciences, 106, 3046-3051 doi: 10.1177/027614678800800102
10.1016/j.sbspro.2013.12.351 Lombardo, R. (2011). The role of corporate social
Davis, K. (1975). Five propositions for social responsibility in consumer behaviour: An
responsibility. Business Horizons, 19-24 unresolved paradox. Ditemukan kembali dari
Emerson, T.L.N & Mckinney, J.A. (2010). Importance of http://www.ecostat.unical.it/RePEc/WorkingPa
religious beliefs to ethical attitudes in business. pers/WP15_2011.pdf
Journal of Religion and Business Ethics, 1(2), Masters, K.S. & Knestel, A. (2011). Religious orientation
1-15 among a random sample of community-
Festinger L. (1957). A theory of cognitive dissonance, dwelling adults: Relations with health status and
California, USA: Stanford University Press. health-relevant behaviors. The International
Flere, S & Lavric, M. (2008). Is intrinsic religious Journal for the Psychology of Religion, 21, 63-
orientation a culturally specific American 76,
Protestant concept? The fusion of intrinsic and McCormick, J., Hoekman, K. & Smith, D. (2000).
extrinsic religious orientation among non- Religious orientation and locus of control in an
Protestants. Eur. J. Soc. Psychol., 38(3), 521- Australian Open Enrolment Christian School.
530 DOI: 10.1002/ejsp.437 Makalah yang disajikan pada Australian
Gielissen, R.B. (2011). Why do Consumers Buy Socially Association for Research in Education Annual
Responsible Products? International Journal of Conference, Sydney, 4–7 Desember. Ditemukan
Business and Social Science, 2(3), 21-35 kembali dari
Gorsuch, R. L., & McPherson, S. E. (1989). http://www.aare.edu.au/data/publications/2000/
Intrinsic/extrinsic measurement: I/E–Revised mcc00072.pdf
and single-item scales. Journal for the Scientific Majláth, M. (2010). Can Individuals do anything for the
Study of Religion, 28, 348-354 Environment? The role of perceived consumer
Graham, M.D. (2001). A phenomenological study of effectiveness. Diunduh dari http://kgk.uni-
quest-oriented religion. Ditemukan kembali dari obuda.hu/system/files/majlath.pdf
http://www2.twu.ca/cpsy/theses/grahammatthe Manzano, Rivas, N.L. & Bonilla, G. (2012). Explanatory
w.pdf models of change of consumer behavior applied
Grob A. (1995). A structural model of environmental to social marketing. iBusiness, 4, 246-255
attitudes and behaviour, Journal of http://dx.doi.org/10.4236/ib.2012.43031
Environmental Psychology, 15(3), 209-220 Mas’od, A. & Chin, T.A. (2014). Determining socio-
Ha-Brookshire, J.E. & Hodges, N.N. (2009). Socially demographic, psychographic and religiosity of
responsible consumer behavior? Exploring used green hotel consumer in Malaysia. Procedia-
clothing donation behavior. Clothing & Textiles Social and Behavioral Sciences, 130, 479-489
Research Journal, 27(3), 179-196 DOI Mokhlis, S. (2009). Relevancy and measurement of
10.1177/0887302X08327199 religiosity in consumer behavior research.
Haytko, D.L. & Matulich, M. (2008). Green advertising International Business Research, 2(3), 75-84
and environmentally responsible consumer Mohr, L.A, Webb, D.J., & Harris, K.E. (2001). Do
behaviors: Linkages examined. Journal of consumers expect companies to be socially
Management and Marketing Research, 1, 2-11 responsible? The impact of corporate social
Hanel, V.K. (2009). Socially conscious consumer responsibility on buying behavior. Journal of
behaviour: The role of ethical self-identity in the Consumer Affairs, 35(1), 45-72
use of mental accounting. Ditemukan kembali DOI: 10.1111/j.1745-6606.2001.tb00102.x
dari Nilsson, J., Nordvall, A.N., & Isberg, S. (2010). The
https://www.uleth.ca/dspace/bitstream/handle/1 information search process of socially
0133/2598/hanel,%20vanessa.pdf?sequence=2 responsible investors. Journal of Financial
Kozar, J.M. & Connell, K.Y.H. (2010). Socially Services Marketing, 15, 5-18. doi:
responsible knowledge and behaviors: 10.1057/fsm.2010.5
Comparing upper-vs. lower-classmen. Oskan, Y. (2009). The effect of some demographic
Ditemukan kembali dari http://krex.k- characteristics of Turkish consumers on their
state.edu/dspace/bitstream/handle/2097/8376/H socially responsible consumption behaviors.
illerConnellCSJ2010.pdf&embedded=true?seq World Applied Sciences Journal, 6(7), 946-960
uence=1 Pepper, M., Jackson, T., & Uzzell, D. (2009). An
Lau, T.C. (2010). Towards socially responsible examination of the values that motivate socially
consumption: An evaluation of religiosity and conscious and frugal consumer behaviours.

Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat 65


International Journal of Consumer Studies, 33,
126-136
Prud’homme, B. (2012). Impact of small hotel
customers’ socially responsible consumer
behaviour upon their hotel choice criteria and
intention to pay a premium for an eco-certified
hotel. Ditemukan kembali dari
http://sbaer.uca.edu/research/icsb/CCSBE%202
012%20Internet%20Conference/Impact%20of
%20Small%20Hotel%20Customers%E2%80%
99%20Socially%20Responsible%20Consumer
%20Behaviour_Full%20Paper.pdf
Reich, A.Z. (2002). The influence of consumer and brand
social responsibility on brand loyalty in quick-
service restaurants. Ditemukan kembali dari
http://scholar.lib.vt.edu/theses/available/etd-
09062002-160833/unrestricted/Reich.pdf
Rosen,B.N., Sandler, D.M., Shani, D. (1991). Social
issues and social responsible invenstment
behavior: A preliminary empirical investigation.
The Journal of Consumer Affairs, 25(2), 221-
234
Shanka, T. (2005). Socially responsible consumer
behavior: Higher education students’
perceptions. Ditemukan kembali dari
http://www.anzmac.org/conference_archive/20
05/cd-site/pdfs/20-Corporate-Resp/20-
Shanka.pdf
Smith, N.C. & Williams, E. (2011). Responsible
consumers and stakeholder marketing: building
a virtuous circle of social responsibility.
Ditemukan kembali dari
http://ubr.universia.net/pdfs_web/UBR30010-
06.pdf
Stancu, C. (2011). Meaning and practices regarding the
concept of “responsible consumer” in the view
of the Romanian consumers. Ditemukan
kembali dari http://pure.au.dk/portal-asb-
student/files/39694363/Meaning_and_practices
_regarding_the_concept_of_responsible_consu
mer_in_the_view_of_the_Romanian_consumer
s.pdf
Tilikidou, T., Aoamson, I., & Sarmanidt, C. (2002). The
measurement instrument of ecologically-
conscious consumer behavior. New Medit, 4,
46-53
Webb, D.J., Mohr, L.A, & Harris, K.E. (2007). A re-
examination of socially responsible
consumption and its measurement. J Bus Res
(2007), doi:10.1016/j.jbusres.2007.05.007
Webb, D.J., Mohr, L.A, & Harris, K.E. (2008). A re-
examination of socially responsible
consumption and its measurement. Journal of
Business Research, 61(2), 91-98
Zohar, D. & Marshall, I (2000). SQ: Memanfaatkan
kecerdasan spiritual dalam berfikir
integralistik dan holistik untuk memaknai
kehidupan. Bandung: Penerbit Mizan

Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat 66


GAMBARAN PEER ATTACHMENT PADA SISWA MADRASAH ALIYAH
PROGRAM KHUSUS (MAPK) MAN 4 BANJAR DI MARTAPURA
PEER ATTACHMENT OF STUDENTS IN ISLAMIC SENIOR HIGH SCHOOL FOR THE SPECIAL
PROGRAM (MAPK) MAN 4 BANJAR AT MARTAPURA

Nor Mai Leza*, Hemy Heryati Anward


Program Studi Psikologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Lambung Mangkurat, Jl.
Ahmad Yani km. 36, Banjarbaru, Kalimantan Selatan, 70714, Indonesia
*E-mail: auliyamanshur@gmail.com
No. Handphone: 082353342565

ABSTRAK

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran peer attachment pada siswa Madrasah Aliyah Program
Khusus (MAPK) MAN 4 Banjar di Martapura. Peer attachment adalah sebuah ikatan yang berhubungan dengan
pikiran, perasaan dan emosi yang terjadi antara seorang anak dengan teman-temannya, baik dengan seseorang maupun
dengan kelompok sebayanya. Metode penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif untuk menggambarkan
secara sistematis tentang subjek yang diteliti secara tepat, sehingga mendapatkan data yang akurat mengenai peer
attachment. Subjek dalam penelitian ini sebanyak 3 (tiga) orang, yang merupakan siswa MAPK MAN 4 Banjar. Teknik
penggalian data yaitu berupa observasi non partisipan dan wawancara. Hasil penelitian menunjukkan bahwa subjek
memiliki kualitas peer attachment yang baik. Hal ini tampak dari komunikasi subjek dengan teman sebayanya. Subjek
dapat mengungkapkan perasaan, meminta pendapat, menanyakan solusi untuk permasalahan yang dialaminya pada
teman mereka. Mereka saling membantu teman sebaya agar memahami diri sendiri. Selain itu, ada kepercayaan subjek
pada teman sebayanya. Berkembang perasaan aman untuk berbagi cerita, dan hal-hal yang mereka rasakan; berkeluh
kesah, dan menceritakan rasa keterasingan yang mereka rasakan. Mereka merasa ada hal yang berbeda (asing) jika
teman sebaya tidak berada di sisi atau sedang tidak masuk sekolah

Kata kunci: Peer Attachment, Madrasah Aliyah Program Khusus (MAPK), MAN 4 Banjar

ABSTRACT

The purpose of this research is to find out the description peer attachment of students in Islamic Senior High School for
The Special Program (MAPK) MAN 4 Banjar at Martapura. Peer attachment is a bond associated with thoughts, feelings
and emotions that occur between a child and his friends, either with a person or with peers. This research using qualitative
research methods to describe systematically about the subject precisely, so get accurate data about peer attachment.
Subjects in this study is three students in Islamic Senior High School for The Special Program (MAPK) MAN 4 Banjar. The
technique of data mining is non-participant observation and interviews. The results showed that subjects had good peer
attachment quality. This is evident from the subject communication with peers. Subjects can express feelings, ask opinions,
ask solutions for problems they have with their friends. They help each other to understand themselves. In addition, there
is confidence in the subject of peers. Developing a sense of security to share stories, and things they feel; complaints, and
tell the sense of alienation they feel. They feel there are different things (foreign) if peers are not on the side or are not in
school.

Keywords: Peer Attachment, Islamic Senior High School for the Special Program (MAPK), MAN 4 Banjar
Pendidikan memegang peranan penting dalam pendidikan perlu mendapatkan perhatian, penanganan
pengembangan sumber daya manusia dan insan yang dan prioritas, baik oleh pemerintah, keluarga, masyarakat
berkualitas (Sukmadinata, 2007). Untuk itu bidang maupun pengelolaan aktivitas. Berdasarkan Undang-

Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat 67


Undang Sistem Pendidikan Nasional (dalam Hidayat, Beberapa penelitian mengungkapkan bahwa remaja yang
2012) No. 20 Tahun 2003 dijelaskan bahwa sistem memiliki peer attachment yang tinggi akan diterima oleh
pendidikan dibagi ke dalam jalur, jenjang, dan jenis sosialnya, memiliki sifat empati yang baik, bersedia
pendidikan. Jenis pendidikan meliputi pendidikan umum, bekerjasama, mampu mengembangkan diri, peduli
kejuruan, akademik, profesi, vokasi, keagamaan dan terhadap kesulitan yang dialami orang lain dan mudah
pendidikan khusus. Salah satu jenis pendidikan menyesuaikan diri di lingkungan yang baru. Sedangkan
keagamaan adalah Madrasah Aliyah Program Khusus remaja yang ditolak oleh teman sebayanya menunjukkan
(MAPK). bahwa ia memiliki peer attachment yang rendah,
sehingga akan merasa dikucilkan, tidak percaya diri dan
Madrasah Aliyah Program Khusus (MAPK) sulit untuk menyesuaikan diri di lingkungan yang baru.
digagas pada tahun 1987 sebagai proyek prestisius dan Remaja membutuhkan perhatian dan rasa nyaman ketika
ambisius Departemen Agama mengantisipasi akutnya mereka menghadapi masalah, butuh orang yang mau
persoalan madrasah, terutama menyangkut pengaderan mendengarkan dengan penuh simpati, serius dan
ulama (program tafaqquh fiddin). Hanya terdapat 10 memberikan kesempatan untuk berbagi kesulitan dan
madrasah di Indonesia yang menerapkan MAPK yaitu, perasaan seperti rasa marah, takut, cemas dan keraguan
Samarinda, Jember, Jombang, Surakarta, Martapura, (Cowie & Wallace, 2000).
NTB, Sulawesi Selatan, Padang, Ciamis, dan
Yogyakarta. MAPK adalah lembaga pendidikan formal Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang
non-pesantren dengan unsur utamanya adalah mengkaji dilakukan peneliti terhadap ANG salah satu siswa MAPK
kitab kuning. MAPK adalah bagian dari Madrasah Aliyah MAN 4 Banjar pada 26 Februari 2018, ia
(MA) dengan struktur program kurikulum yang porsi mengungkapkan bahwa siswa yang sebelumnya berasal
pelajaran agamanya 70 % dan padat Bahasa (Arab dan dari sekolah berasrama akan mudah menyesuaikan diri
Inggris) dengan sistem asrama seperti pesantren. Sistem dengan lingkungan dan teman pergaulan yang baru,
asrama diterapkan oleh MAPK dalam rangka melakukan sedangkan siswa yang sebelumnya sekolah umum
pembentukan akhlak peserta didik. Salah satu sekolah merasa tidak betah dengan sekolah berasrama karena
yang menerapkan program MAPK adalah MAN 4 Banjar tidak terbiasa dengan jadwal kegiatan yang padat seperti
yang terletak di Martapura, Kabupaten Banjar, adanya kegiatan belajar hingga larut malam. Selain itu,
Kalimantan Selatan. Terdapat 27 siswa yang mengikuti ketika merasa bosan berada di asrama banyak hal yang
program MAPK pada tahun pertama. Saat ini, siswa yang dilakukan ANG bersama temannya dalam
mengikuti program MAPK di MAN 4 Banjar sudah menghabiskam waktu senggangnya, seperti pergi ke
berjumlah 69 orang dengan asrama putra dan putri yang pasar dan memasak bersama, mendengarkan musik dan
terpisah (Widodo, H., 2017). bernyanyi, menonton film, pergi berziarah ke makam
salah satu ulama yang terkenal di Martapura, dan
Kehidupan siswa atau peserta didik di MAPK bercerita tentang pengalaman atau berbagi perasaan
berbeda dengan kehidupan siswa yang bersekolah di hingga larut malam.
pendidikan formal pada umumnya. Di MAPK siswa
dituntut untuk dapat beradaptasi dengan baik terhadap Berdasarkan latar belakang permasalahan
kegiatan-kegiatan dan peraturan yang berlaku di tersebut, maka permasalahan penelitian ini dirumuskan
lingkungan sekolah dan asrama. Dalam kegiatan dalam grand tour question, yaitu : Bagaimana gambaran
pendidikan formal pada umumnya, siswa hanya peer attachment pada siswa MAPK MAN 4 Banjar di
melakukan kegiatan belajar ± 6-7 jam dalam sehari. Martapura?. Dari perumusan masalah tersebut, maka
Dalam lingkungan MAPK siswa mempunyai kegiatan tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui
yang harus dilakukan mulai dari bangun tidur di gambaran peer attachment pada siswa MAPK MAN 4
waktu subuh hingga tidur kembali di malam hari. Banjar di Martapura.
Perubahan lingkungan yang dialami siswa MAPK
terkadang membuat siswa membutuhkan bantuan atau METODE PENELITIAN
dukungan dari lingkungan, dalam hal ini terdiri dari
teman sebaya atau guru pembimbing. Menurut Allen Penelitian ini dilaksanakan di MAN 4 Banjar.
(dalam Oldfield, J., Humphrey, N., Hebron, J., 2016 ) Subjek penelitian ini adalah siswa Madrasah Aliyah
remaja cenderung lebih banyak mencurahkan isi hatinya Program Khusus (MAPK) MAN 4 Banjar sebanyak 3
kepada teman-teman sebayanya karena remaja memiliki (tiga) orang, yang merupakan satu kelompok teman
tugas perkembangan untuk menjadi semakin mandiri, sebaya.
mulai mentransfer ketergantungannya dari orang tua
kepada teman sebaya sehingga teman menjadi figur yang Penelitian ini menggunakan pendekatan
lebih signifikan dibandingkan orang tua. Kelekatan kualitatif untuk menggambarkan secara sistematis
antara individu dengan teman ini dinamakan peer tentang subjek yang diteliti secara tepat, sehingga
attachment. mendapatkan data yang akurat mengenai peer
attachment pada siswa Madrasah Aliyah Program
Menurut Youniss dan Smollar, Mueller dan Khusus (MAPK) MAN 4 Banjar di Martapura.
Cooper dalam Monks (1992) menunjukkan betapa
pentingnya peer attachment bagi perkembangan anak. Metode penelitian yang digunakan dalam

Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat 68


penelitian ini adalah studi kasus. Kasus dimaknai mempengaruhinya, dampak peer attachment tersebut
sebagai suatu fenomena khusus yang hadir dalam suatu terhadap subjek, dan bagaimana peran teman sebaya
konteks yang terbatasi (bounded context), meski batas- bagi subjek.
batas antara fenomena dan konteks tidak sepenuhnya
jelas. Metode studi kasus dipilih karena mampu
menggali dan memahami pandangan subjek secara Aspek-aspek Peer Attachment
mendalam dalam konteks alamiah. Studi kasus sebagai
sebuah penelitian mempunyai keunikan penelitian, Pertama, aspek komunikasi. Rasyid (2012)
yaitu mampu memberikan akses atau peluang yang luas mengungkapkan bahwa komunikasi tercakup dalam
kepada peneliti untuk menelaah secara mendalam, beberapa komponen, yaitu: (1) adanya ungkapan
detail, intensif, dan menyeluruh terhadap unit sosial perasaan, masalah, dan kesulitan yang dialami individu
yang diteliti (Creswell, 2013). pada teman sebaya. (2) individu meminta pendapat
dari teman sebayanya. (3) teman sebaya menanyakan
Ada pun teknik penggalian data untuk permasalahan yang dialami individu, dan (4) teman
mengetahui gambaran peer attachment pada siswa sebaya membantu individu agar memahami dirinya
Madrasah Aliyah Program Khusus MAN 4 Banjar ini sendiri. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pada
berupa observasi non partisipan dan wawancara semi komponen pertama, yaitu adanya ungkapan perasaan,
terstruktur. Dalam observasi non partisipan, peneliti masalah, dan kesulitan yang dialami individu pada
tidak telibat langsung dengan aktivitas orang-orang dan teman sebaya, ketiga subjek mengatakan bahwa
hanya sebagai pengamat. Teknik pengumpulan data dirinya mengungkapkan perasaan positif maupun
yang digunakan adalah anectodal record yang perasaan negatif dengan teman sebayanya, seperti
merupakan cara pencatatan observasi yang berisi ketertarikannya pada seorang lelaki, pengalaman
gambaran secara naratif kejadian atau peristiwa yang bahagia maupun rasa kesalnya ketika di sekolah
terjadi secara beberapa detik atau beberapa menit. ataupun diluar sekolah, menceritakan masalahnya
Anecdotal record biasanya digunakan untuk mencatat seperti perdebatan dengan orang lain, perselisihan
perilaku yang tidak dapat diantisipasi sebelumnya, atau dengan teman sebayanya sendiri serta mengungkapkan
perilaku yang terjadi secara spontan. Dalam observasi kesulitan seperti dalam hal pelajaran maupun kesulitan
ini peneliti akan mencatat hal-hal yang penting secara dalam pemecahan masalahnya dengan orang lain,
teliti berdasarkan aspek-aspek peer attachment. namun pada subjek 3, ia lebih sering menceritakan
Peneliti menggunakan wawancara semi tersruktur tentang pengalaman bahagianya karena takut jika
yang merupakan bentuk dari wawancara mendalam, mengungkapkan keluh kesahnya akan membebani
sehingga peneliti mendapatkan gambaran yang teman sebayanya, sedangkan subjek 2 mengaku saat
mendalam mengenai topik yang sedang diteliti. Dalam ini ia membatasi bercerita tentang masalahnya karena
penelitian ini, peneliti terlebih dahulu membuat panduan ia menyadari tidak semua masalah dapat bergantung
wawancara dengan tujuan agar wawancara yang dengan teman sebayanya dan ia mengaku mencoba
dilakukan terarah dan mendapat informasi yang runtut untuk lebih menutup diri.
dan akurat. Panduan wawancara dibuat berdasarkan “Sahabat tu penyemangat saat sedih atau
aspek-aspek peer attachment. susah, peduli saat banyak orang yang kada
peduli, pengingat saat ulun lupa sesuatu hal.”
(W2/2/S2)
HASIL DAN PEMBAHASAN
“Seberapa penting itu tergantung orang-
orangnya. Kalau ulun sendiri mengungkapkan
Hasil penelitian ini didapatkan dari 3 (tiga) keluh kesah atau perasaan tu tergantung. Kalau
orang subjek yang merupakan siswa MAPK MAN 4 pas lagi bingung bisa ay atau ada kabar atau
Banjar di Martapura dengan teknik pengumpulan data perasaan bahagia baru bisa. Tapi kalau kisah
yaitu wawancara dan observasi. Subjek pertama kesedihan susah banget cerita takutnya kalau
berinisial ANG (berusia 16 tahun), sebelumnya sudah ikut membebani sesama sahabat atau ada sisi
pernah menjalani pendidikan di sekolah berasrama, simana ulun masih kada siap mengungkapkan ke
sedangkan subjek kedua yaitu KHS dan subjek ketiga sahabat. Tapi kadang ada ay bercerita tentang
yaitu HNH (berusia 17 tahun), keduanya baru pertama lika liku hidup yang menyakitkan dan sedih, tapi
kali menjadi peserta didik di sekolah berasrama yaitu gak sampai terlalu dalam dan jarang.”
di MAPK MAN 4 Banjar. Ketiga subjek berada pada (W2/4/S3)
satu kelompok teman sebaya atau satu kelompok
“Sekarang ulun kada terlalu terbuka dengan
persahabatan. Gambaran hasil dan pembahasan pada
buhannya wayah ulun handak bekesah ja,
penelitian ini memfokuskan pada bagaimana
hanyar bekesah. Mau belajar lebih tertutup aja.
gambaran peer attachment pada subjek yang ditinjau
Karena kada semua masalah harus diceritakan
dari aspek-aspek peer attachment menurut Armsden
lewat sahabat.” (W2/66/S2)
dan Greenberd, beberapa faktor-faktor yang

Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat 69


Pada komponen kedua, individu meminta kepercayaan hubungan persahabatan bisa
pendapat dari teman sebayanya dimana pada ketiga kuat. Ulun lebih nyaman mengungkapkan yang
subjek selain mengenai pelajaran yang sulit, mereka ingin dibagikan ke sahabat daripada kawan
juga meminta solusi untuk pemecahan masalah lain.” (W2/50/S2)
pribadinya.
“Saling percaya itu penting banget. Tapi
“Kalo AG tu pelajaran tahfidz sama bahasa meskipun saling percaya, pasti ada hal-hal
Indonesia sama ilmu hadits, kagum ulun sama yang diragukan, jadi lebih baik ditanyain
kesungguh-sungguhannya. Kalo KH rajin langsung dan pasti ada alasannya. Dengan
belajar apalagi bila ada ulangan mun ada tugas adanya kepercayaan, maka kita bisa merasa
atau PR hancap ngerjakan. Kalo dalam aman. Bilanya saling percaya nyaman tu pang
pelajaran kami kadang belajar bersama, enggak sudah bekisah kisah membuka aib sorang asal
ada yang dibandingkan ka ay.” (W2/22/S3) ada batasnya.” (W2/34/S3)
Pada komponen ketiga, teman sebaya Pada aspek keterasingan, dimana individu akan
menanyakan permasalahan yang dialami individu merasa asing jika figur kelekatan tidak hadir. Pada
dimana dari ketiga subjek mengatakan bahwa ANG subjek 1, ia tidak memiliki perasaan khusus jika teman
adalah orang yang paling sering menanyakan duluan sebayanya tidak masuk sekolah atau sedang tidak
permasalahan yang dialami teman sebayanya. berada disisinya, tetapi subjek tetap menanyakan kabar
teman sebayanya melalui telepon. Pada subjek 2 dan 3,
“Inggih, ini nah ANG yang biasanya duluan subjek mengatakan bahwa ia merasakan sunyi jika
betakun.” (W1/38/S2) temannya sedang tidak berada disisinya atau sedang
Pada komponen keempat, teman sebaya tidak masuk sekolah, karena subjek sulit bergaul
membantu individu agar memahami dirinya sendiri, dengan teman lainnya sehingga subjek lebih memilih
dimana jika ada permasalahan atau suatu perilaku yang melakukan kegiatan sendiri seperti memainkan
tidak disuka satu sama lain akan diungkapkan dan handphone atau tidur di kamar, subjek 3
teman sebaya memberi saran untuk mengubah menambahkan bahwa ia juga memilih untuk belajar
perilakunya tersebut sehingga individu dapat sendiri di kelas karena tidak menyukai keributan ketika
memahami dan belajar untuk mengendalikan dan di asrama.
mengatur dirinya. “Oh kawan ini, tapi kadapapa jua pang ka ay.
“Asalnya tu niatnya begayaan aja tapi mbah tu Bisa ay, menelponi.” (W1/54/S1)
sekalinya kawan ulun meraju sarik-sarik gara- “Sunyi, kededa lagi kawan bepender, amun
gara kada suka. Terus sampai parak tiga hari lawan yang lain kada tapi akrab.” (W1/26/S3)
kada betaguran karena kada diherani lagi. Pas
hari ketiganya hanyar betaguran karena ada “Guring, main HP.” (W1/52/S2)
tugas kelompok selajur minta maaf. Terus
jujur-jujur an apa yang kada disuka.” “Emm belajar di kelas, belawas-lawas di kelas.
(W2/10/S3) Kalo di asrama kada ketuju rebut, mun malam
bisa bemata lampu bedahulu, misalnya siang tu
Pada aspek kepercayaan, dimana menurut gin sorangan jua rasa ngalih kayak itu nah
subjek 1 saling berbagi cerita, perasaan, dan keluh ribut.” (W1/12/S3)
kesah pada teman sebaya tidak akan dialami individu
jika tidak ada kepercayaan atau keyakinan dengan
teman sebayanya. Menurut subjek 2, bentuk Faktor yang Mempengaruhi Peer Attachment
kepercayannya dengan teman sebaya adalah ia lebih
nyaman untuk berbagi cerita, perasaan, keluh kesah Beberapa perbedaan pada aspek peer
pada teman sebayanya dibandingkan dengan temannya attachment dari masing-masing subjek yang telah
yang lain karena tidak terlalu akrab. Menurut subjek 3, diuraikan diatas karena dipengaruhi beberapa faktor
dengan adanya kepercayaan dengan teman sebaya attachment. Beberapa faktor tersebut yaitu pertama
maka dirinya akan merasa aman, sehingga dapat adanya pengalaman masa lalu, dimana menurut
terbuka untuk bercerita bahkan untuk mengungkapkan Ainsworth, (dalam Feeney & Noller, 1996) perlakuan
aib sendiri. orang tua dan orang-orang di sekitar subjek sejak
masih kecil hingga memasuki dewasa muda akan
“Kepercayaan tu penting, amun kada saling mempengaruhi dirinya dalam membangun kelekatan
percaya kaya apa. Intinya persahabatn tu kada dalam dirinya. Dimana semua orang tua subjek
bakal ada kalo kededa kepercayaan dan menanamkan hubungan yang lekat dengan anaknya
kepercayaan tu kada bakal ada kalo kededa sehingga ketika subjek menjalin hubungan dengan
kejujuran.” (W2/102/S1) orang lain, subjek juga akan menanamkan kelekatan
“Kepercayaan sangat penting karena dengan pada orang tersebut jika satu sama lain saling
mengalami kecocokan.

Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat 70


Kedua, faktor keturunan dimana keturunan “Alim banar buhannya tu, tapi kan sikap
dikatakan dapat mempengaruhi pembentukan seseorang dilihat dari inya bekawan lawan
kelekatan karena anak cenderung untuk meniru orang siapa kan, jadi rasa ulu buhannya bedua tuh
tuanya. Anak akan meniru hal yang mereka lihat, tidak bagus gasan dijadikan kawan.” (W2/84/S1)
hanya yang dilakukan oleh orang tua tetapi oleh orang-
orang di sekitarnya. Pada subjek 1, orang tua subjek “Alhamdulillah karena HNH ulun termotivasi
juga menjalin kedekatan dengan orang lain yaitu kalo dalam soal akademik. Waktu kelas 10 baru
dengan teman-temannya sehingga secara tidak masuk jar kawannya HNH di MTs tu unggul
langsung subjek meniru perilaku orang tuanya. Pada tarus mun pelajaran. Habis tu ulun banyak
subjek 2, orang tua subjek adalah orang yang suka belajar lawan inya. Pas itu inya ranking 2, dan
berbagi cerita dan terbuka mengenai permasalahan alhamdulillah ulun ranking 4, KHS 7 rasanya,
dengan pasangan, anak, maupun keluarga lain, karena seasrama lo jua dulu tuh jadi naman
sehingga subjek dengan mudah dapat berbagi cerita belajar betiga.” (W2/88/S1)
dan permasalahan yang dialaminya dengan teman Pada subjek 2, ia mengalami peningkatan
sebayanya setelah terbentuk rasa saling percaya. dalam prestasi akademiknya karena subjek semakin
Sedangkan pada subjek 3, orang tua subjek berbagi semangat untuk belajar dan subjek juga mengaku
permasalahan dengan hanya melibatkan orang dewasa menjadi pribadi yang semakin rajin dan mandiri.
sehingga anak-anak tidak turut terlibat didalamnya,
begitu juga dengan subjek dalam berkomunikasi “Makin meningkat dalam prestasi belajar,
dengan teman sebayanya dimana ia lebih sering makin rajin, makin semangat.” (W2/62/S2)
menceritakan tentang pengalaman bahagianya karena
takut jika mengungkapkan keluh kesahnya akan Pada subjek 3, ia mengaku semakin percaya diri
membebani teman sebayanya. dan semakin terbuka dengan orang lain, selain itu
subjek juga semakin termotivasi untuk menghafal
Faktor ketiga yaitu jenis kelamin, dimana pelajaran karena selalu diberi dorongan atau semangat
menurut Claudia dan Huebner (dalam Rahma, F. O., oleh sahabatnya.
Prasetyaningrum, S., 2015), gaya kelekatan dengan
teman sebaya pada perempuan dilaporkan memiliki “Perasa ulun sikap percaya diri dan
peringkat yang lebih tinggi dari pada laki-laki, terbukanya ulun ke orang meningkat. Sama
sehingga subjek membentuk kelekatan yang baik dan motivasi dari teman jua tambah kuat. Motivasi
lebih akrab dengan teman sebayanya. dalam hal menghafal ka ay, hahaha salah
satunya.” (W2/38/S3)
Faktor terakhir yaitu kepribadian, dimana salah
satu faktor perbedaan kelekatan pada setiap individu Hal tersebut sesuai dengan yang diungkapan
yaitu sifat dasar yang dimiliki oleh setiap individu itu Rasyid (2012), dimana remaja yang memiliki
sendiri. Menurut Marusic dan Kamenov (2010) adanya kelekatan dengan teman sebaya tidak akan mudah
hubungan kepribadian dengan kelekatan dalam stress karena mereka mampu mengkomunikasikan hal-
hubungan persahabatan yang dilakukan, dimana pada hal negatif yang mereka rasakan secara terbuka. Selain
subjek 1 karena memiliki sifat yang mudah bergaul, itu, remaja yang menjalin kelekatan dengan teman
subjek tidak merasakan perasaan khusus jika sebaya akan merasakan adanya dukungan sosial. Hal
sahabatnya sedang tidak sekolah karena subjek ini juga sesuai dengan Azizah dan Hidayati (2015),
memiliki teman akrab lain di sekolahnya. Pada subjek bahwa pada remaja, kualitas peer attachment yang
2 dan 3, karena memiliki sifat pendiam subjek kurang tinggi dapat meningkatkan pretasi akademik, perilaku
mudah bergaul atau menjalin kedekatan yang lebih keseharian, pola pikir, dan kesejahteraan. Selain itu
dengan teman lainnya. remaja yang memiliki hubungan baik dengan teman
sebayanya dapat menurunkan tingkat kenakalan,
meningkatkan regulasi emosi dan memiliki
penyesuaian diri yang tinggi, sehingga akan lebih
Dampak Peer Attachment pada Subjek memudahkan remaja berbaur dengan lingkungan baru
Selama menjalin persahabatan dengan teman atau lingkungan sosialnya agar remaja selalu merasa
sebayanya, subjek mengalami banyak perubahan aman dan tidak merasa di singkirkan dari lingkungan
dalam dirinya. Pada subjek 1, ia mengaku semakin sosialnya.
rajin, tidak mudah stress karena dapat menceritakan
perasaannya secara terbuka, menurunkan tingkat
kenakalan karena berteman dengan teman yang baik, Peran Teman Sebaya Bagi Subjek
dan meningkatkan prestasi akademik.
Sigelman, C.K. dan Shaffer, D.R. (1995)
“Makin rajin. Iya nya pang melihat buhannya menjelaskan peran dari teman sebaya bagi remaja,
rajin masa ulun pengoler supan lo jadi ulun yaitu: 1) teman sebaya sebagai penguat sosial, dimana
membiasakan.” (W2/108/S1) jika ada suatu perilaku yang tidak disuka satu sama
lain, akan diungkapkan dan teman sebaya memberi

Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat 71


saran untuk mengubah perilakunya tersebut sehingga komunikasi yang intens sehingga akan memunculkan
individu dapat memahami dan belajar untuk rasa saling bergantung, aman, dan nyaman. Dari
mengendalikan dan mengatur dirinya. 2) teman sebaya uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa masing-
sebagai model tingkah laku remaja, dimana subjek masing subjek memiliki kualitas peer attachment yang
memiliki role model nya masing-masing. Menurut baik karena terpenuhinya seluruh aspek peer
subjek 1, KHS dan HNH memiliki perilaku yang baik attachment yaitu komunikasi, kepercayaan dan
dan agama yang kuat sehingga menjadi panutan subjek keterasingan. SIMPULAN
untuk meniru perilakunya karena menurutnya sikap
dan perilaku seseorang dilihat dari dengan siapa ia
berteman. Pada subjek 2, diantara ANG dan HNH, Berdasarkan hasil penelitian yang telah
subjek menjadikan HNH sebagai model untuk meniru dilakukan peneliti, didapat hasil bahwa ketiga subjek
perilakunya. Subjek menyukai sifat penyabar dalam memiliki kualitas peer attachment yang baik. Hal itu
diri HNH sehingga subjek termotivasi untuk meniru tampak dari komunikasi subjek dengan teman sebaya
perilakunya, dengan adanya motivasi tersebut subjek dimana subjek mengungkapkan perasaan, meminta
kemudian mengalami perubahan menjadi seseorang pendapat, menanyakan permasalahan yang dialami, dan
yang lebih penyabar. Sedangkan pada subjek 3, ia membantu teman sebaya agar memahami diri sendiri,
mengatakan kedua sahabatnya yaitu ANG dan KHS selain itu adanya kepercayaan subjek dengan teman
menjadi role model baginya karena mereka memiliki sebaya dimana berkembang perasaan aman untuk berbagi
kelebihan masing-masing. cerita, perasaan dan keluh kesah, dan keterasingan
dimana subjek merasakan ada hal yang berbeda (asing)
Menurut Balluerka, N., Gorostiaga, A., Alonso, jika teman sebaya tidak berada disisi. Dari masing-
A., Aritzeta, A. (2016), pada tahap perkembangannya masing subjek terdapat hal yang membedakan
remaja merasa aman dengan teman sebaya mereka, kelekatannya dengan teman sebayanya yaitu pada aspek
dukungan diberikan ketika kelekatan remaja aktif dan komunikasi dimana pada subjek 1 individu menanyakan
remaja mulai merasa enggan untuk kembali ke orang permasalahan yang dialami teman sebaya, sedangkan
tua untuk merasakan kenyamanan pada saat-saat pada subjek 2, teman sebayanya lah yang lebih dulu
tertekan. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh menanyakan permasalahan yang dialami subjek begitu
subjek bahwa teman sebaya merupakan pengganti juga dengan subjek 3, tetapi hal yang membedakannya
orang tua ketika berada di asrama. Adanya jalinan adalah pada subjek 2 saat ini ia membatasi bercerita
komunikasi yang baik antara subjek dengan teman masalahnya karena ia menyadari tidak semua masalah
sebayanya seperti saling menghibur, memberikan dapat bergantung dengan teman sebayanya dan ia
dukungan ketika mengalami kesulitan, saling berbagi mengaku mencoba untuk lebih menutup diri, sedangkan
cerita dan perasaan maupun keluh kesah membentuk subjek 3 lebih sering menceritakan tentang pengalaman
sebuah hubungan erat atau kelekatan dengan teman bahagianya karena takut jika mengungkapkan keluh
sebayanya dimana hal ini disebut dengan peer kesahnya akan membebani teman sebayanya. Selain itu
attachment. pada aspek keterasingan dimana subjek 1 tidak memiliki
Menurut Armsden & Greenberg, (2009), kelekatan perasaan khusus jika teman sebayanya tidak masuk
yang terjadi pada teman sebaya, pada umumnya sekolah atau sedang tidak berada disisinya, sedangkan
akan menimbulkan suatu persahabatan, adanya subjek 2 dan 3 sama-sama merasa sunyi jika teman tidak
kepercayaan terhadap teman, penerimaan dan berada di sisi.

Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat 72


Gambar 1. Bagan Peer Attachment pada Siswa Madrasah Aliyah Program Khusus (MAPK) MAN 4 Banjar

Komunikasi: Komunikasi: Komunikasi:

Individu menanyakan Teman sebaya menanyakan Lebih sering menceritakan


permasalahan yang dialami permasalahan yang dialami tentang pengalaman
teman sebaya individu, saat ini ia membatasi bahagianya karena takut jika
bercerita masalahnya karena ia mengungkapkan keluh
Keterasingan: menyadari tidak semua masalah kesahnya akan membebani
dapat bergantung dengan teman teman sebayanya
Tidak memiliki perasaan khusus
jika teman sebayanya tidak sebayanya dan ia mengaku
Keterasingan:
masuk sekolah atau sedang mencoba untuk lebih menutup
tidak berada disisinya, tetapi diri. Merasakan sunyi jika teman
tetap menanyakan kabar tidak berada di sisi.
Keterasingan:
melalui telepon.

Subjek 1 (ANG) Subjek 2 Subjek 3 (HNH)

(KHS)

Komunikasi: Kepercayaan: Keterasingan:

Mengungkapkan perasaan, Adanya perasaan aman untuk Merasakan ada hal yang
meminta pendapat, berbagi cerita, perasaan dan berbeda (asing) jika teman
menanyakan permasalahan, keluh kesah. sebaya tidak berada disisi
membantu agar memahami
diri sendiri.

Kualitas Peer Attachment


yang Baik

Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat 73


DAFTAR PUSTAKA Herdiansyah, Haris. (2012). Metodologi Penelitian
Kualitatif untuk Ilmu-Ilmu. Sosial. Jakarta:
Armsden, G, C.,& Greenberg, M, T. (1987). The Salemba Humanika.
inventory of parent and peer attachment:
individual differences and their relationship to Hidayat, S. (2013). Pengembangan Kurikulum Baru,
psychological well-being in adolesence. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya.
Journal of Youth and Adolescence, 16, 21-26.
Hilman. (2002). Kemandirian Remaja yang Tinggal di
Armsden, G., dan Greenberg, M.T. (2009). Inventory Of Panti Asuhan Ditinjau dari Persepsi Pelayanan
Parent And Peer Attachment (IPPA). Sosial dan Dukungan Sosial. Tesis. Universitas
Gadjah Mada.
Azizah, Anistya., & Hidayati, Farida. (2015). Hubungan
Antara Penyesuaian Sosial dengan School Monks, F.J., Knoers, A.M.P., Haditono, S.R. (1992).
Well-Being (Studi Pada Siswa Pondok Psikologi Perkembangan: Pengantar dalam
Pesantren. Yang Bersekolah di MBI Amanatul Berbagai Bagiannya. Yogyakarta: Gadjah Mada.
Ummah Pacet Mojokerto). Seminar Nasional
Well-being, 225-239. Monks, F.J., Knoers, A.M.P., Haditono, S.R.
(2004). Psikologi Perkembangan: Pengantar
Balluerka, N., Gorostiaga, A., Alonso, A., Aritzeta., A. dalam Berbagai Bagiannya. Yogyakarta: Gajah
(2016). Peer attachment and class emotional Mada. University Press.
intelligence as predictors of adolescents
psychological well-being: A multilevel Nelis, S. M., & Rae, G. (2009). Brief report: Peer
Approach. Journal of Adolescence, 53, 1-9. attachment in adolescent. Journal of
http://dx.doi.org/10.1016/j.adolescence.2016.08. Adolescence, 32, 443-447.
009.
Nelson-Jones, R. (1982). The Theory and Practice of
Barocas, Andrea L. (2006). Adolescent Attachment to Counseling Psychology. London: Holt,
Parents and Peers. The Emory Center for Myth Rinehart, & Winston.
and Ritual in American Life. Working Paper, 50.
Neufeld, G. (2004). Hold on to your kids: why parents
Barrocas, A. L. (2009). Adolescent attachement to matter (1st ed.). Toronto: A. Knopf Canada
parents and peers. Diambil dari books.google.com.
http://www.marial.emory.edu/pdfs/barrocas%20
thesisfinal.doc. Diakses tanggal 09 Maret Oldfield, J., Humphrey, N., Hebron, J. (2016). The Role
2017. of Parental and Peer Attachment Relationships
and School Connectedness In Predicting
Claudia, M. A. Q., & Huebner, E. S. (2008). Attachment Adolescent Mental Health Outcomes. Journal of
relationship and adolescent’s life satisfaction: Child and Adolescent Mental Health, 21 (1), 21–
Some relationship matter more to girls than 9. http://dx.doi.org/10.1111/camh.12108.
boys. Psychology in the Schools. 45, 2, 177-
191. Papalia, E. D. dan Feldman, R. T. (2014). Menyelami
Perkembangan Manusia: Experience Human
Cowie, H., & Wallace, P. (2000). Peer support in action. Development. Jakarta: Salemba Humanika.
London: Sage Publications.
Rahma, F. O., Prasetyaningrum, S. (2015). Kepribadian
Creswell, John. W. (2014). Pendidikan Kualitatif & Terhadap Gaya Kelekatan Dalam Hubungan
Desain Riset. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Persahabatan. Psympathic, Jurnal Ilmiah
Psikologi, 2 (2), 153 – 168.
Desmita. (2009). Psikologi Perkembangan Peserta
Didik Bandung: PT Remaja. Rosdakarya. Rasyid, M. (2012). Hubungan antara Peer Attachment
dengan Regulasi Emosi Remaja yang
Feeney, J & Noller, P. (1996). Adult Attachment. Menjadi Siswa di Boarding School SMA Negeri
California: SAGE Publications, Inc. 10 Samarinda. Jurnal Psikologi Pendidikan dan
Perkembangan, 1, 3.
Gorrese, A., Ruggieri, R. (2013). Peer attachment and
self-esteem: A Meta-Analytic Review. Santrock, J., W. (2003). Adolesence: Perkembangan
Journal Of Personality and Individual Remaja. Jakarta: Erlangga. Sigelman, C.K. &
Differences, 55, 559-568. Shaffer, D.R. (1995). Life Span Human
http://dx.doi.org/10.1016/j.paid.2013.04.025. Development. California: Broks Cole Publishing
Company.

Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat 74


Muncie: Accelerated Development Inc.
Simbolon, M. (2012). Perilaku Bullying pada
Mahasiswa Berasrama. Naskah Publikasi. Widodo, H. (2017). MAN 2 Martapura Kembali
Laksanakan Penerimaan Siswa Program
Sugiyono. (2012). Metode penelitian kuantitatif Keagamaan. Tribukalsel.com.
kualitatif dan r&b. Bandung: Alfabeta.
Wijdan, Farid. (2015). MAPK dan Kaderisasi Ulama.
Sukmadinata, N., S. (2007). Landasan Psikologi Proses Republika.co.id.
Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya.

Tindall, J.D. and Gray, H.D. (1985). Peer Counseling:


In-Depth Look at Training Peer Helpers.

Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat 75


SIKAP ALTRUISTIK PADA RELAWAN TAGANA (TARUNA SIAGA
BENCANA) DI KABUPATEN BANJAR
ALTRUISTIC ATTITUDE ON TAGANA VOLUNTEERS (TARUNA'S DISASTER ALERT) IN
BANJAR DISTRICT

Rahmah*, Hemy Heryati Anward


Program Studi Psikologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Lambung Mangkurat, Jalan A. Yani
km.36, Banjarbaru, KalimantanSelatan, 70714, Indonesia
*E-mail: rahmahsyahran@yahoo.com
No. Handphone: 0822234425440

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana sikap altruistik relawan TAGANA (Taruna Siaga Bencana) di
Kabupaten Banjar. Sikap altruistik merupakan suatu tindakan untuk menolong yang dilakukan oleh individu secara
sukarela tanpa pamrih dan tidak meminta imbalan sedikitpun. Berusaha untuk meningkatkan kesejahteraan orang lain
dengan keyakinan pada diri sendiri atas dasar rasa suka menolong. Metode penelitian ini menggunakan metode penelitian
kualitatif. Subjek dalam penelitian ini ada 3 (tiga) orang. Terdiri dari 1 (satu) orang laki-laki, dan dua (2) orang
perempuan. Alat pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan wawancara dan observasi. Dari hasil wawancara
dan observasi ditemukan bahwa ketiga subjek telah memenuhi aspek-aspek altruisme, yaitu empati, meyakini keadilan
dunia, tanggung jawab sosial, kontrol diri internal dan ego yang rendah . Oleh karena itu, mereka dapat dikatakan memiliki
sikap altruistik yang cukup tinggi.

Kata kunci: Sikap Altruistik, Relawan.

ABSTRACT

The purpose of this study is to find out about altruisticattitude on TAGANA (Taruna Siaga Bencana)volunteers in Banjar
District. Altruistic attitude is an act to help that is done by individuals voluntarily,selflessly, while also not asking for the
slightest reward. The efforts to improve the welfare of others with confidence in oneself on the basis of a sense to help.
The research method used are qualitativeresearch method. The subjects in this study are 3 (three) people. Consisted of 1
(one) male, and two (2) women. Data collection tools used in this study are interviews and observation. From the
outcomes of interviews and observations,it is found that the three subjects have met the aspects of altruism, namely
empathy, believing in world justice, social responsibility, internal self-control and low ego. Therefore, they can be said
to have a fairly high altruistic attitude.

Keywords: Altruistic Attitude, Volunteer

Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat 76


Di kabupaten Banjar biasanya kalau musim berasal dari masyarakat dalam penanggulangan bidang
hujan selalu ada area tertentu yang mengalami perlindungan sosial, bahwa TAGANA sebagai modal
kebanjiran. Kebanjiran tersebut dikarenakan curah stategis berbasis masyarakat dalam kerangka sistem
hujan yang besar dan mengakibatkan air sungai yang penanggulanagan bencana nasional bahwa
berada disekitarnya meluap. Luapan air tersebut selalu perkembangan kuantitas dan kualitas anggota
tergenang untuk beberapa hari dan terkadang membuat TAGANA yang semakin meningkat memerlukan
hambatan tersendiri bagi masyarakat yang mengalami pengelolaan lebih baik dan profesional di dalam
kebanjiran. Walaupun banjir sudah di anggap hal yang pengaturan maupun pelaksanaan tugas penanggulangan
biasa bagi masyarakat, tetap saja ketika banjir itu datang bencana (Markas Komando TAGANA
aktivitas masyarakat tersebut bisa terhambat. Bahkan Indonesia).Selain relawan TAGANA juga disebut
saat banjir itu terjadi tinggi air bisa mencapai 2 meter sebagai sebuah organisasi pelayanan sosial atau
atau sekitar dada orang dewasa. organisasi pelayanan manusia yang mempunyai
serangkaian karakteristik sebagai berikut yaitu
Berdasarkan data Status Lingkungan Hidup bertujuan untuk memproses serta merubah manusia
Daerah (SLHD) dari Badan Lingkungan Hidup Daerah sebagai alat untuk mencapai hasil akhir yang bersifat
(BLHD) Provinsi Kalimantan Selatan tahun 2015, sosial. Selanjutnya yang menjadi sasaran sekaligus
mengenai gambaran tentang kualitas lingkungan hidup sebagai masukan dan keluaran utama organisasi ini
di Kalimantan Selatan cukup memprihatinkan karena adalah manusia. Mengingat tujuannya yang beraneka
berada pada peringkat 26 secara nasional. Kondisi ini ragam, maka organisasi pelayanan sosial kerapkali
disebabkan oleh indikator kualitas air yang tercemar harus menentukan prioritas di antara tujuan-tujuannya
berat, serta penutupan lahan hanya mencapai 3%. Luas misalnya pencegahan, pemberdayaan, perlindungan,
lahan kritis 761.041 ha, luas bahan berbahaya 18.344 ha dan rehabilitasi (Forum Komunikasi TAGANA).
serta jumlah titik api sebanyak 9.172 titik serta
seringnya terjadi bencana banjir.Berdasarkan data Kegiatan yang dilakukan para relawan
Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Kalimantan membantu sesama tanpa mengharapkan imbalan
Selatan 2015 menunjukkan bahwa wilayah Provinsi merupakan bentuk perilaku altruisme. Altruisme
Kalimantan Selatan sebesar 18,18% termasuk dalam merupakan sebuah perhatian yang tidak mementingkan
kategori kritis dan 2,10% dalam kategori sangat kritis, diri sendiri untuk kebutuhan orang lain. Dengan
selain itu juga kualitas udara yang ada di Kalimantan demikian, ada tiga komponen dalam altruisme, yaitu
Selatan tidak sehat (Badan Lingkungan Hidup Daerah mencintai orang lain, menolong orang lain ketika perlu
Provinsi Kalimantan Selatan, 2015). Data dari Badan dibantu, dan membuat orang lain merasa diperhatikan
Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi (Arifin, 2015). Menurut Batson (dalam Carr, 2004)
Kalimantan Selatan selama tahun 2015 bencana alam perilaku altruisme adalah respon yang menimbulkan
yang terjadi yaitu banjir terdapat 23 kejadian, longsor 2 perasaan positif seperti empati. Seseorang yang altruis
kali, puting beliung 11 kali, kebakaran 113 kejadian memiliki motivasi altruistik, keinginan untuk selalu
serta sambaran petir 1 kali dan terjadi ROB 1 kali menolong orang lain. Motivasi altruistik muncul karena
(Badan Penanggulangan Bencana Daerah Provinsi ada alasan internal di dalam dirinya yang menimbulkan
Kalimantan Selatan, 2015). perasaan positif. Menurut Feiler, Leigh, & Adam (2012)
bahwa ketika dalam diri individu terdapat egois yang
Banyaknya masalah lingkungan yang tinggi maka altruisme akan sangat kurang.
menimbulkan dampak pada global warming, maka ada
beberapa individu –individu yang prihatin pada kondisi Baron dan Byrne (2005), altruisme merupakan
lingkungan sehingga membentuk komunitas relawan. bentuk khusus dalam penyesuaian perilaku yang
Relawan adalah orang yang tanpa dibayara ditunjukkan demi kepentingan orang lain, biasanya
menyediakan waktunya untuk mencapai tujuan merugikan diri sendiri dan biasanya termotivasi
organisasi, dengan tanggung jawab yang besar atau terutama oleh hasrat untuk meningkatkan kesejahteraan
terbatas, tanpa atau sedikit latihan khusus tetapi dapat orang lain agar lebih baik tanpa mengharapkan
pula dengan latihan yang intensif dalam bidang tertentu penghargaan. Faktor yang mempengaruhi perilaku
untuk bekerja sukarela membantu tenaga profesional altruisme menurut Wortman,Camille dan Loflus (Arifin,
(Laila dan Asmarany, 2015). Tobing (2015) 2005) yaitu, suasana hati, meyakini keadilan dunia,
mendefinisikan relawan sebagai seseorang yang empati, faktor situasional, dan faktor sosiobiologis.
melakukan kegiatan sukarela tanpa adanya paksaan. Pada dasarnya sikap merupakan hasil dari proses
Rasa sosial yang tinggi membuat relawan termotivasi sosialisasi dan interaksi seseorang dengan
untuk melakukan tindakan sukarela atau bersikap lingkungannya, yang merupakan perwujudan dari
altruistik atau perilaku menolong. pikiran, perasaan seseorang serta penilaian terhadap
objek, yang didasarkan pada pengetahuan, pemahaman,
Relawan yang ada di Kalimantan Selatan pendapat dan keyakinan dan gagasan-gagasan terhadap
tepatnya di Kabupaten Banjar adalah TAGANA (Taruna suatu obyek sehingga menghasilkan suatu
Siaga Bencana). TAGANA merupakan relawan yang kecenderungan untuk bertindak pada suatu obyek.

Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat 77


Dengan demikian sikap altruistik merupakan suatu Kredibilitas penelitian ini dicapai dengan menggunakan
tindakan menolong yang tidak mengharapkan imbalan triangulasi subjek dan waktu.12-14
sedikitpun dan juga tanpa memikirkan akibat yang akan Jenis observasi yang digunakan berupa
terjadi kepada dirinya, serta semua yang dilakukannya observasi tak berstruktur. Dalam metode tak berstruktur
hanyalah sebagai kesenangan dari dirinya. terdapat tiga metode observasi tak berstruktur yaitu
catatan lapangan, catatan spesimen, dan anekdot. Disini
Berdasarkan realita permasalahan yang terjadi peneliti mengamati perilaku secara rinci dan cermat
seperti uraian di atas, peneliti tertarik untuk mengetahui pada saat proses wawancara berlangsung. Hasil
sikap altruistik pada relawan TAGANA (Taruna Siaga observasi dicatat pada catatan lapangan dengan
Bencana) di Kabupaten Banjar. menuliskan pula tanggal dan waktu pencatatan. Data
Adapun perumusan masalah dalam dalam yang diperoleh mencakup pengamatan perilaku,
penelitian ini yaitu ingin mengetahui bagaimana pencatatan perubahan fisiologis, dan jawaban yang
gambaran sikap altruistik pada relawan TAGANA diperoleh untuk setiap pertanyaan yang diajukan
(Taruna Siaga Bencana) di Kabupaten Banjar?. Tujuan mengenai perasaan subjek sebelum, selama, dan
dari penelitian ini yaitu ingin mengetahui bagaimana sesudah adanya penelitian.
sikap altruistik pada relawan TAGANA (Taruna Siaga
Bencana) di Kabupaten Banjar. HASIL DAN PEMBAHASAN
Kata altruisme pertama kali muncul pada abad ke TAGANA merupakan relawan yang berasal
19 oleh Auguste Comte. Kata ini berasal dari bahasa dari masyarakat dalam penanggulangan bidang
Yunani, yaitu alteri yang berarti orang lain. Menurut perlindungan sosial, bahwa TAGANA sebagai modal
Comte, seseorang memiliki tanggung jawab moral stategis berbasis masyarakat dalam kerangka sistem
untuk melayani umat manusia sepenuhnya sehingga penanggulanagan bencana nasional bahwa
altruisme menjelaskan sebuah perhatian yang tidak perkembangan kuantitas dan kualitas anggota
mementingkan diri sendiri untuk kebutuhan orang lain. TAGANA yang semakin meningkat memerlukan
Dengan demikian, ada tiga komponen dalam altuisme, pengelolaan lebih baik dan profesional di dalam
yaitu loving others, helping them doing their time of pengaturan maupun pelaksanaan tugas penanggulangan
need, and making sure that they are appreciated. bencana (Markas Komando TAGANA
Altruisme adalah egoisme secara terbalik. Aspek-aspek Indonesia).Selain relawan TAGANA juga disebut
perilaku altruistime terdiri atas lima hal, yaitu: empati, sebagai sebuah organisasi pelayanan sosial atau
meyakini keadilan dunia, tanggung jawab sosial, kontrol organisasi pelayanan manusia yang mempunyai
diri internal, dan ego yang rendah. Faktor-faktor yang serangkaian karakteristik sebagai berikut yaitu
memengaruhi perilaku altruisme, yaitu: suasana hati, bertujuan untuk memproses serta merubah manusia
empati, meyakini keadilan dunia, faktor sosiobiologis, sebagai alat untuk mencapai hasil akhir yang bersifat
dan faktor situasional. sosial. Selanjutnya yang menjadi sasaran sekaligus
sebagai masukan dan keluaran utama organisasi ini
Seseorang yang altruis memiliki motivasi adalah manusia. Mengingat tujuannya yang beraneka
altruistik, keinginan untuk selalu menolong orang lain. ragam, maka organisasi pelayanan sosial kerapkali
Yang muncul karena ada alasan internal di dalam harus menentukan prioritas di antara tujuan-tujuannya
dirinya yang menimbulkan positive felling. Ketika misalnya pencegahan, pemberdayaan, perlindungan,
dalam diri individu terdapat egois yang tinggi maka dan rehabilitasi (Forum Komunikasi TAGANA).
altruisme akan sangat kurang. Altruisme memiliki Thurstone mengemukakan sikap merupakan
motivasi dengan tujuan akhir meningkatkan suatu bentuk evaluasi atau reaksi perasaan. Sikap
kesejahteraan orang lain. mengandung tiga komponen yaitu komponen kognitif
(keyakinan), komponen afektif (emosi/perasaan), dan
komponen perilaku (tindakan). Faturrochman (2009)
METODE PENELITIAN mengemukakan bahwa altruisme merupakan memberi
pertolongan tanpa mengharap mendapatkan keuntungan
Penelitian ini menggunakan pendekatan dari orang yang diberikan pertolongan tersebut. Dapat
kualitatif dengan metode wawancara dan observasi. dikatakan bahwa sikap altruistik merupakan suatu
Jenis wawancara yang digunakan dalam penelitian ini tindakan untuk menolong yang dilakukan oleh
adalah wawancara semi-terstruktur dan masuk dalam seseorang secara sukarela tanpa pamrih tanpa meminta
kategori in-depth interview.Tujuan dari wawancara ini imbalan sedikitpun bahkan untuk meningkatkan
adalah untuk menemukan permasalahan secara lebih kesejahteraan orang lain dengan keyakinan terhadap
terbuka, di mana pihak yang diajak wawancara diminta dirinya atas rasa suka menolong.Sehingga untuk
pendapat dan ide-idenya. Data yang dihasilkan dari mengetahui bagaimana gambaran sikap altruistik pada
wawancara berupa transkrip verbatim wawancara yang relawan TAGANA (Taruna Siaga Bencana) di
kemudian dianalisa secara kualitatif kemudian di Kabupaten Banjar berdasarkan aspek-aspek altruistik
koding, dikategorisasi, dan kemudian diinterpretasikan. yaitu empati, meyakini keadilan dunia, tanggung jawab
sosial, kontrol diri internal dan ego yang rendah.

Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat 78


Dalam aspek altruistik, Myers (2009) empati seseorang yang membutuhkan pertolongan, orang
yaitu perilaku altruisme akan terjadi dengan adanya tersebut harus menolongnya. Hasil penelitian ini
empati dalam diri seseorang. Seseorang yang altruisme menunjukkan bahwa ketiga subjek walaupun memiliki
merasa diri mereka bertanggung jawab, bersifat sosial, tanggung jawab yang berbeda-beda dan sudah pasti
selalu menyesuaikan diri, toleran, dapat mengontrol diri, banyak karena mereka semua merupakan orang yang
dan termotivasi membuat kesan yang baik. Hasil juga bekerja selain sebagai relawan. Mereka tetap
penelitian ini menunjukkan bahwa ketiga subjek memperhatikan setiap tanggung jawab yang
merupakan orang yang mempunyai empati dimana diterimanya dengan baik dan tidak akan melewatkan
mereka merasa mempunyai tanggungjawab yang besar atau mengecewakan pimpinan mereka.
pada dirinya untuk menolong orang lain yang sedang Pada aspek selanjutnya dari orang yang
mengalami kesusahan. Mereka berpendapat bahwa altruisme yaitu mengontrol dirinya secara internal.
ketika seseorang mengalami kasusahan seakan mereka Berbagai hal dilakukannya dimotivasi oleh kontrol
juga merasakannya. internal (misalnya kepuasan diri). Berdasarkan hasil
Pada aspek meyakini keadilan dunia yaitu penelitian ini menunjukkan bahwa ketiga subjek mampu
Karakteristik dari perilaku altruisme adalah percaya mengontrol dirinya dengan baik dimana ketika mereka
bahwa dunia adalah tempat yang baik dan dapat dipertemukan dengan hal-hal yang dapat membuat
diramalkan bahwa yang baik selalu mendapatkan hadiah emosi mereka malah menghindarinya dan mencoba
dan yang buruk selalu mendapatkan hukuman. Dengan mencari pekerjaan yang tidak menimbulkan emosi,
kepercayaan tersebut, seseorang dapat dengan mudah sehingga mereka tidak pernah pusing dalam setiap
menunjukkan tingkah laku menolong (yang dapat keadaan. Pada aspek yang terakhir yaitu ego yang
dikategorikan sebagai yang baik). Hasil penelitian ini rendah, seorang yang altruisme memiliki keegoisan
menunjukkan bahwa ketiga subjek percaya dengan yang rendah. Dia mementingkan kepentingan orang lain
adanya keadilan dunia dimana mereka berpikir bahwa terlebih dahulu dibandingkan kepentingan dirinya
ketika seseorang berbuat baik kepada orang lain maka sendiri. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa mereka
dia pun akan mendapatkan hal yang baik pula. Hal inilah benar-benar mendahulukan kepentingan orang lain
yang membuat mereka yakin dan percaya bahwa semua dibandingkan kepentingan sendiri karena mereka
itu baik, mereka tidak memikirkan hal yang aneh-aneh memiliki empati yang besar sehingga rasa yang ada pada
sehingga pikirannya selalu tenang. diri mereka mampu meninggalkan kepentingannya
Pada aspek tanggung jawab sosial yaitu Setiap sendiri demi membantu orang lain yang lebih
orang bertanggung jawab terhadap apapun yang membutuhkan.
dilakukan oleh orang lain., sehingga ketika ada

Gambar 1. Bagan Sikap Altruistik pada Relawan Tagana di Kabupaten Banjar

memiliki memiliki sikap altruistik yang cukup tinggi.


Hal itu terlihat dari hasil observasi dan wawancara
dimana ketiga subjek memiliki rasa peduli atau rasa
ingin menolong yang besar dalam dirinya terhadap
orang lain. Ketiga subjek pun memenuhi aspek-aspek
SIMPULAN yang ada dalam altruistik yaitu empati, meyakini
keadilan dunia, kontrol diri internal, tanggung jawab
Berdasarkan hasil penelitian yang telah sosial dan ego yang rendah. Selain itu, ketiga subjek
dilakukan peneliti, didapat hasil bahwa ketiga subjek juga memenuhi komponen dari sikap yaitu komponen

Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat 79


kognitif, komponen afektif dan juga komponen perilaku. Faturrochman. (2009). Pengantar Psikologi Sosial.
Hal-hal ini lah yang mendasari ketiga subjek untuk Yogyakarta: Pinus.
menolong orang lain, dimana mereka percaya bahwa
ketika kita bisa membantu dan menolong orang lain Feiler, D.C. dkk. (2012). Mixed Reason, Missed
maka kelak ketika kita mengalami kesusahan kita juga Givings: The cost of blending egoistic and
akan ditolong oleh orang lain juga. Berbuat baiklah altruistic. Reasons in donation requests.
kepada orang lain walaupun orang tersebut tidak baik Journal of Experimental Social Psychology
dengan kita ataupun tidak mengenal kita. 48: 1332-1328.

Haryati, T.D. (2013). Kematangan Emosi, religiusitas


dan Perilaku Prososial Perawat Dirumah
DAFTAR PUSTAKA Sakit Pesona. Jurnal Psikologi Indonesia, 2
(2) 162-172.

Andromeda, S. (2014). Hubungan antara Empati John M.Echol dan Hassan Shadity, Kamus Inggris
dengan Perilaku Altruisme Pada Karang Indonesia. Gramedia Pustaka Agama.
Taruna Desa Pakang. Naskah Publikasi. Jakarta. 2006.
Universitas Muhammadiyah surakarta.
Laila, K.N. dan Asmarany, A.I. (2015). Altruisme pada
Arifin. Bambang. S. (2015). Psikologi Sosial. Pustaka Relawan Perempuan yang Mengajar Anak
Setia Bandung. Berkebutuhan Khusus di Yayasan Anak
Jalanan Bina Insan Mandiri. Jurnal Psikologi.
Asih, G.Y, dan Pratiwi, M.M.S. (2010). Perilaku 8 (1).
Prososial Ditinjau dari Empati dan
Kematangan Emosi. Jurnal Psikologi Markas Komando Tagana Indonesia Kementrian Sosial
Universitas Maria Kudus, 1 (1). PP:33-42 RI. http://en.gravatar.com/korantagana.

Baron dan Byrne. (2006). Psikologi Sosial. Alih Bahasa: Moore. (2015). Critical thingking: 11 th edition. New
Ratna Djuwita. Jakarta Selatan: Salemba York: McGraw. Hill Education.
Humanika.
Myers. G.D. (2012). Psikologi Sosial jilid 2. Jakarta
Batson, D.C. (2011). Altruisme in humans. New York: Selatan: Salemba Humanika.
Oxford University Press.
Nashori, F. (2008). Psikologi Sosial Islami. Bandung:
Badan Lingkungan Hidup Daerah. (2015). Laporan PT. Refika Aditama.
Status Lingkungan Hidup Daerah
Kalimantan Selatan. Sugiyono. (2010 ). Metode penelitian kuantitatif
kualitatif dan r & d. Bandung: Alfabeta.
Badan Penanggulangan Bencana Daerah Provinsi
Kalimantan Selatan. Taylor, S.E. Letitia, A.P,.& David, O.S. (2009).
Psikologi Sosial. Edisi ke 12. Diterjemahkan
Carr, A. (2004). Positive Psychology the science of oleh Tri Wibowo B.S. Jakarta Kencana.
happiness and human strengths. New York:
Brunner-Rantledge. Tim Redaksi Pusat Bahasa Departemen Pendidikan
Nasional. Kamus Bahasa Indonesia, Jakarta
Edi. Basuki. (2013). “Apa Itu Kerelawanan dan Siapa 2008.
yang Di Sebut
Relawan???”.http://ebasoline.blogdetik.com/ Tobing, E.M. (2015). Subjective Well-being pada
2013/03/07/apa-itu-kerelawanan-dan-siapa- Relawan Skizofrenia Yayasan Sosial Joint
yang-disebut-relawan/ Adulam Ministry (JAM) Di Samarinda. E-
journal Psikologi. 3 (1). 407-420.

Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat 80


IDENTITAS TEMPAT PADA TAMAN KAMBOJA -- RUANG TERBUKA
HIJAU DI KOTA BANJARMASIN
PLACE IDENTITY ON KAMBOJA PARK -- THE GREEN OPEN SPACE IN BANJARMASIN

RR. Nabila Ghina Amalia*, Hemy Heryati Anward


Program Studi Psikologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Lambung Mangkurat, Jalan A. Yani Km 36,00
Banjarbaru Kalimantan Selatan, 70714, Indonesia
*E-mail: nabilaghinaamalia@gmail.com
No. Handphone: 082154638820

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana identitas tempat pengunjung Taman Kamboja terhadap ruang
terbuka hijau di kota Banjarmasin tersebut. Identitas tempat adalah suatu keterikatan emosional individu yang kuat
terhadap tempat atau setting tertentu yang dipengaruhi oleh hubungan antara individu dengan lingkungan fisik di
sekitarnya yang secara esensial tergantung pada pengalaman konkrit yang dialami individu, sehingga diperoleh nilai
simbolik secara signifikan dalam kaitannya dengan sosial, emosional dan tindakan individu pada lingkungan tersebut.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif untuk menggambarkan bagaimana identitas tempat yang
mencakup aspek keberlanjutan, keakraban, kelekatan, komitmen dan perbandingan evaluasi terhadap tempat tersebut
dan hal yang mendasari terbentuknya identitas tempat pada diri individu terhadap suatu tempat yakni faktor hubungan
personal, faktor lingkungan fisik, dan faktor komitmen pada subjek penelitian. Teknik penggalian data yang digunakan
adalah observasi non-partisipan dan wawancara. Subjek dalam penelitian ini berjumlah tiga orang yang terdiri dari
laki-laki dan perempuan dengan usia yang berbeda. Subjek perempuan yaitu RA berusia 20 tahun dan subjek laki-laki
yaitu MA berusia 47 tahun sering mengunjungi kawasan Taman Kamboja. Sementara subjek laki-laki yaitu PA berusia
20 tahun jarang mengunjungi kawasan tersebut. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa identitas tempat yang
terbentuk antara subjek RA cenderung sama dengan subjek MA dan berbeda dari subjek PA. Jadi, identitas tempat
terhadap Taman Kamboja bervariasi, yakni sebagai tempat berolahraga, sebagai tempat rekreasi keluarga, sebagai
tempat bermain anak serta sebagai tempat bersantai.

Kata kunci: identitas tempat, taman kamboja, ruang terbuka hijau

ABSTRACT

This study aims to find out how the place identity of visitors Kamboja Park for green open space in the city of Banjarmasin.
Place identity is an individual strong emotional attachment to place or a particular setting that is affected by the
relationship between the individual with the surrounding physical environment which is essential depends on the
individuals concrete experience so that symbolic values acquired significantly in relation to the social, emotional and
individual actions on the environment. This study uses qualitative research methods to describe how place identity that
includes aspects of continuity, familiarity, attachment, commitment and evaluation for the place and the things that
underlie the formation of place identity on the individual self related to personal factors, physical environment factors,
and commitment on the subject. Data mining techniques used are non-participant observation and interviews. The subject
in this study amounted to three people consisting of men and women with different age. Female subject RA aged 20 years
old and male subject MA aged 47 years old are frequent visits the Kamboja Park. While the male subject PA aged 20
years old is rare. The results obtained indicate that the place identity which is between subject MA and RA tends to equal
and different from the subject PA. So that, place identity are varies as a place to work out, as a place for family recreation,
as a place playground as well as a place to relax

Keywords: place identity, kamboja park, green open space

Banjarmasin yang dijuluki Kota Seribu Sungai memenuhi kebutuhan masyarakat kota Banjarmasin
memiliki wilayah seluas 98,46 km² yang wilayahnya terhadap ruang terbuka hijau (RTH), pemerintah kota
merupakan kepulauan yang terdiri dari sekitar 25 pulau Banjarmasin membangun suatu kawasan di pusat kota
kecil yang dipisahkan oleh sungai-sungai. Dalam upaya yang diperuntukkan bagi masyarakat kota Banjarmasin.

Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat 81


Taman Kamboja merupakan ruang terbuka hijau (RTH) menentukan keberadaan sehari-hari individu, apa yang
yang terdapat di pusat kota dan terletak di Jalan H. muncul sebagai identitas tempat adalah struktur kognitif
Anang Adenansi, Banjarmasin. Tempat ini dulunya yang kompleks yang ditandai oleh sejumlah besar sikap,
merupakan komplek pemakaman nasrani milik warga nilai, pemikiran, keyakinan, makna dan kecenderungan
keturunan Tionghoa di Banjarmasin (Nabila, 2018). perilaku yang berjalan baik hanya sekedar keterikatan
Berdasarkan studi pendahuluan yang telah emosional dan memiliki tempat khusus (Proshansky,
dilakukan, kawasan Taman Kamboja ini digunakan 1983). Lalli (1992) mengemukakan lima aspek identitas
masyarakat sebagai tempat untuk berolahraga dan suatu tempat dalam konteks perkotaan, yatu pertama
bersantai bersama keluarga. Disini juga terdapat wahana keberlanjutan dengan masa lalu individu. Prinsip ini
permainan anak sehingga tempat ini sering dijadikan mencerminkan hubungan hipotetis antara biografi
sebagai area bermain anak. Bahkan pemerintah kota individu dengan kota, simbolisasi pengalaman personal.
Banjarmasin telah menyediakan peralatan fitness di Aspek ini sejalan dengan prinsip continuity dalam
tempat tersebut yang bertujuan untuk menambah model Breakwell. Kedua, kelekatan individu terhadap
fasilitas pelayanan umum di kota Banjarmasin. Selain tempat. Prinsip ini melibatkan ikatan pengalaman secara
itu, kawasan ini telah dilengkapi dengan WC umum dan positif, terkadang terjadi tanpa kesadaran, yang tumbuh
terdapat pos penjagaan. Di kawasan Taman Kamboja ini sepanjang waktu dari ikatan perilaku, afektif, dan
terdapat jalan setapak, kolam sungai kecil dan berbagai kognitif antara individu dan/atau kelompok dengan
macam tumbuh-tumbuhan (Tribun,2015). lingkungan sosial dan lingkungan fisiknya. Ketiga,
Menurut Rahmad & Ruslan (2012), Ruang keakraban individu terhadap suatu tempat. Aspek ini
terbuka hijau (RTH) di wilayah perkotaan merupakan diasumsikan sebagai hasil dari tindakan tindakan
bagian dari penataan ruang kota yang berfungsi sebagai individu di dalam lingkungan perkotaan, yang dalam hal
kawasan hijau pertamanan kota, kawasan hijau hutan ini merupakan ekspresi dari keberhasilan orientasi
kota, kawasan hijau rekreasi kota, kawasan hijau kognitif individu. Keempat, komitmen yang merupakan
kegiatan olahraga dan kawasan hijau pekarangan. konsep penting dalam diri individu karena menunjukkan
Ruang terbuka hijau adalah ruang-ruang dalam kota atau adanya kestabilan konsep diri sebagaimana banyak
wilayah yang lebih luas, baik dalam bentuk ditekankan dalam berbagai teori dalam psikologi
area/kawasan maupun dalam bentuk area lingkungan dan sosial. Kelima, perbandingan evaluasi
memanjang/jalur. Berdasarkan Undang-undang Nomor terhadap tempat tersebut. Hal ini menunjukkan
26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, luas ruang perbandingan evaluative antara kota sendiri dengan kota
terbuka hijau (RTH) kawasan perkotaan adalah minimal orang lain, dengan karakter khusus yang dimiliki oleh
30 %. Sementara, menurut Jennifer Wolch (2014) ruang suatu tempat, dan keunikan kota seperti yang dirasakan
terbuka hijau (RTH) umum mencakup taman dan cagar, oleh masyarakatnya. Kemudian terdapat tiga faktor
lapangan olahraga, daerah riparian seperti sungai dan yang mendasari penilaian individu terhadap konsep
tepi sungai, jalur hijau dan jalan setapak, kebun identitas tempat di lingkungan perkotaan tempat hunian
masyarakat dan pohon jalanan. Penelitian yang mereka yang dikemukakan oleh Ernawati (2018) yakni
dilakukan oleh Jennifer Wolch (2014) menunjukkan faktor hubungan personal, faktor lingkungan fisik, dan
bahwa pentingnya ruang terbuka hijau perkotaan bagi faktor komitmen pada subjek penelitian. Penelitian yang
kesehatan masyarakat dapat menyediakan layanan dilakukan oleh Bernardo Hernandez (2007) mengenai
penting bagi fungsi dan integritas ekologis dalam place attachment dan place identity pada penduduk asli
sebuah kota. Kemudian menurut Muhammad Ruslan dan bukan penduduk asli menyatakan bahwa keterikatan
(2012), dari penelitian yang telah dilakukan didapatkan (attachment) suatu tempat berkembang sebelum
bahwa keberadaan ruang terbuka hijau (RTH) dapat identitas tempat. Penduduk asli mendirikan lebih
meningkatkan kualitas lingkungan hidup kota serta banyak lagi hubungan intens, baik dari keterikatan atau
dapat dimanfaatkan untuk melakukan berbagai aktivitas identitas dengan kota dimana mereka tinggal.
sosial-budaya warga kota. Dari gambaran diatas dapat diketahui bahwa
Menurut Fisher (2006) sebagai manusia, kita Taman Kamboja memiliki identitas yang berbeda-beda
mempunyai keinginan untuk merasa ”termasuk” dalam bagi masing-masing penduduk kota. Dengan kata lain,
suatu komunitas sosial atau budaya tertentu, rasa identitas tempat terhadap kawasan Taman Kamboja
keterikatan secara psikologis terhadap suatu tempat sangat variatif. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk
tertentu, dan rasa memiliki terhadap sesuatu yang meneliti bagaimana identitas tempat Taman Kamboja
signifikan dalam hidup kita. Apabila seseorang sebagai ruang terbuka hijau Banjarmasin. Berdasarkan
memiliki perasaan-perasaan tersebut dalam uraian latar belakang sebelumnya, maka perumusan
berhubungan dengan suatu tempat (place), maka akan masalah penelitian ini adalah bagaimana identitas
meningkatkan rasa kebanggaan dan kebahagiaan tempat pada Taman Kamboja sebagai ruang terbuka
terhadap lingkungan tempat tinggalnya. Identitas tempat hijau Banjarmasin. Adapun tujuan penelitian ini adalah
sebagai keterikatan emosional individu yang kuat untuk mengetahui identitas tempat pada Taman
terhadap tempat atau setting tertentu. Identitas tempat Kamboja sebagai ruang terbuka hijau Banjarmasin.
dipengaruhi oleh berbagai macam pengaturan orang /
fisik pengalaman dan hubungan berdasarkan berbagai METODE PENELITIAN
konteks fisik yang dari saat kelahiran sampai kematian

Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat 82


Subjek dalam penelitian ini berjumlah tiga orang merupakan tempat bagi masyarakat kota Banjarmasin
yang terdiri dari laki-laki dan perempuan dengan usia untuk dapat menggelar piknik. Hal ini dikarenakan
yang berbeda. Subjek perempuan yaitu RA berusia 20 Taman Kamboja yang hijau dan rindang sehingga
tahun dan subjek laki-laki yaitu MA berusia 47 tahun membuat tempat ini menjadi ramah untuk keluarga.
sering mengunjungi kawasan Taman Kamboja. Selanjutnya identitas sebagai tempat bermain anak
Sementara subjek laki-laki yaitu PA berusia 20 tahun berarti bahwa Taman Kamboja menyediakan wadah
jarang mengunjungi kawasan tersebut. Penelitian ini untuk anak-anak agar dapat bermain dengan segala
menggunakan metode penelitian kualitatif untuk sarana permainan yang telah disediakan di kawasan
menggambarkan bagaimana identitas tempat pada tersebut. Selain itu tersedianya lapangan yang luas untuk
Taman Kamboja tersebut. Teknik pengumpulan data anak-anak dapat bermain dan bersepeda di kawasan
menggunakan teknik observasi dan wawancara. Teknik tersebut. Identitas sebagai tempat bersantai berarti
wawancara dalam penelitian ini adalah yang utama, bahwa Taman Kamboja dapat digunakan masyarakat
sedangkan teknik observasi dan dokumentasi sebagai kota Banjarmasin sebagai tempat untuk melepas lelah
pelengkap dalam pengumpulan data penelitian. Dalam dan menikmati suasana di kawasan tersebut baik
penelitian ini jenis observasi yang digunakan adalah dengam duduk di kursi-kursi yang telah disediakan
observasi non partisipan, peneliti tidak terlibat langsung maupun hanya sekedar berjalan-jalan menyusuri
dalam kegiatan yang dilakukan observee. Dalam hal ini, kawasan Taman Kamboja tersebut. Hasil yang diperoleh
peneliti bertindak sebagai observer utama dalam menunjukkan bahwa identitas tempat yang terbentuk
melakukan observasi dengan tujuan mengamati perilaku antara subjek RA cenderung sama dengan subjek MA
subjek mengenai bagaimana ia melakukan aktivitas dan berbeda dari subjek PA. Subjek RA berusia 20 tahun
pada ruang terbuka hijau Kamboja Banjarmasin. Pada mengidentitaskan tempat ini sebagai tempat rekreasi
penelitian ini jenis wawancara yang digunakan adalah yang ramah keluarga karena ditempat ini subjek sering
wawancara semi-terstruktur, peneliti mengajukan melihat pengunjung yang datang menggelar tikar untuk
beberapa pertanyaan kepada subjek yang akan piknik dan tak jarang ada juga pengunjung yang
diwaawancarai. Tujuan dalam peneliti menggunakan mendirikan tenda di kawasan tersebut. Sebagai tempat
wawancara semi-terstruktu agar lebih bebas berolahraga, subjek biasanya memanfaatkan batu-batu
mengungkapkan pendapat dan ide-ide nya mengenai refleksi yang terdapat di kawasan tersebut untuk
kawasan Taman Kamboja Banjarmasin. Hal ini merenggangkan otot-otot kaki. Kemudian sebagai
bertujuan untuk mengungkap bagaimana gambaran tempat bermain anak, dalam hal ini subjek sering
identitas tempat subjek terhadap ruang terbuka hijau mengajak adiknya untk bermain di kawasan bermain
Kamboja Banjarmasin anak yang terdapat di kawasan tersebut. Subjek MA
berusia 47 tahun mengidentitaskan tempat ini sebagai
HASIL DAN PEMBAHASAN tempat berolahraga, hampir setiap hari subjek biasanya
melakukan aktivitas fisik seperti jogging di kawasan ini.
Identitas secara umum mendefinisikan internal dan Kemudian subjek PA berusia 20 tahun
konsep subjektif diri individu sebagai individu (Knez, mengidentitaskan tempat ini hanya sebagai tempat
2005). Proshansky (1983) mengungkapkan identitas bersantai, biasanya subjek bersantai dengan berjalan-
tempat sebagai keterikatan emosional individu yang jalan mengelilingi kawasan ini. subjek juga sering
kuat terhadap tempat atau setting tertentu. Kemudian melihat pengunjung yang duduk-duduk sambil
menurut Laili (1992) hubungan antara individu dengan menikmati makanan atau sekedar menikmati suasana di
lingkungan fisik di sekitarnya secara esensial tergantung Taman Kamboja ini.
pada pengalaman konkrit yang dialami orang tersebut. Ada beberapa aspek yang membentuk identitas
Melalui hubungan seperti ini suatu lingkungan tempat subjek terhadap kawasan Taman Kamboja yang
memperoleh nilai simboliknya secara signifikan dalam dikemukakan oleh Lalli (1992) yang dalam hal ini
kaitannya dengan sosial, emosional dan tindakan sejalan dengan prinsip-prinsip identitas dari Breakwell.
individu. Dalam hal ini Taman Kamboja memiliki Pada subjek RA dan subjek MA, keduanya sama-sama
identitas tempat yang berbeda-beda tergantung dari memenuhi lima aspek pembentuk identitas tempat
konsep subjektif dari masing-masing individu, namun subjek terhadap kawasan Taman Kamboja. Sedangkan
dapat diklasifikasikan bahwa identitas tempat pada subjek PA, hanya dua aspek pembentuk identitas
masyarakat terhadap Taman Kamboja sebagai Ruang tempat yang terpenuhi dari lima aspek pembentuk
Terbuka Hijau Banjarmasin yaitu: Tempat berolahraga, identitas tempat yang tersedia. Yang pertama terkait
tempat rekreasi keluarga, tempat bermain anak dan dengan keberlanjutan dengan masa lalu individu
tempat bersantai. Identitas sebagai tempat berolahraga terhadap Taman Kamboja Banjarmasin. Subjek RA
berarti bahwa Taman Kamboja merupakan tempat bagi terdapat beberapa memori dan pengalaman yang terjadi
masyarakat kota Banjarmasin untuk dapat melakukan pada diri subjek terkait Taman Kamboja Banjarmasin.
aktivitas fisik seperti jogging. Selain itu, Taman Hal ini terjadi saat subjek menggelar lapak baca dan
Kamboja juga sudah dilengkapi dengan peralatan fitness tiba-tiba terjadi tawuran yang mana hal tersebut
sehingga memudahkan masyarakat kota Banjarmasin merupakan salah satu pengalaman yang tidak terlupakan
untuk melakukan aktivitas fisik. Identitas sebagai oleh subjek. Kemudian pada subjek MA terdapat
tempat rekreasi keluarga berarti bahwa Taman Kamboja beberapa memori yang melekat pada diri subjek terkait

Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat 83


Taman Kamboja Banjarmasin ini. Memori yang masih kurangnya aktivitas subjek yang dilakukan di Taman
diingat oleh subjek adalah bahwa area kawasan Taman Kamboja ini. subjek juga tidak memiliki kegiatan sosial
Kamboja ini dulunya merupakan pasar dadakan dan di Taman Kamboja ini.
biasanya digunakan sebagai tempat pameran. Tempat Aspek keempat yang membentuk identitas
ini dulunya gersang dan panas serta menakutkan. Hal ini tempat subjek terhadap kawasan Taman Kamboja yaitu
juga dapat mencakup mengenai aspek kedua yang aspek dari komitmen individu terhadap Taman Kamboja
membentuk identitas tempat subjek terhadap kawasan Banjarmasin. Pada subjek RA, subjek ingin merubah
Taman Kamboja yaitu aspek dari keakraban subjek stigma atau paradigma dari Taman Kamboja ini. Subjek
terhadap Taman Kamboja Banjarmasin dimana subjek juga ingin tempat ini untuk terus ada karena tempat ini
mengetahui sejarah mengenai tempat ini. Pada subjek penting untuk masa depan. Kemudian pada subjek MA,
PA tidak terdapat memori atau pengalaman yang terjadi subjek ingin tempat ini untuk terus ada karena tempat ini
pada diri subjek terkait dengan Taman Kamboja berperan penting untuk masa depan kota. Subjek PA,
Banjarmasin. Hal ini dikarenakan subjek merupakan subjek ingin merubah Taman Kamboja ini menjadi lebih
pendatang dari Kotabaru dan baru-baru saja subjek baik lagi, namun untuk sekarang bukan subjek yang
mengunjungi Taman Kamboja ini untuk sekedar turun langsung namun dari pihak terkait. Subjek juga
berjalan-jalan. memaparkan bahwa tempat ini bisa menjadi penting jika
Aspek kedua yang membentuk identitas tempat pengelolaannya diperbaiki lagi.
subjek terhadap kawasan Taman Kamboja yaitu aspek Kemudian Aspek kelima yang membentuk
dari keakraban subjek terhadap Taman Kamboja identitas tempat subjek terhadap kawasan Taman
Banjarmasin. Pada subjek RA mengetahui sejarah Kamboja yaitu aspek dari perbandingan evaluasi
mengenai tempat ini, subjek memaparkan bahwa tempat terhadap Taman Kamboja Banjarmasin. Subjek RA
ini dulunya merupakan komplek pemakaman nasrani berpendapat bahwa kualitas taman kamboja ini sudah
milik warga keturunan Tionghoa di Banjarmasin yang cukup baik karena sudah dikelola dengan serius oleh
kemudian di alih fungsikan oleh pemerintah menjadi pemerintah. Tempat ini juga berpotensi menjadi tempat
RTH. Subjek juga sering mengunjungi Taman Kamboja, wisata di Banjarmasin. Namun, sarana dan prasarana
hampir setiap minggu subjek datang ke tempat ini. nya masih kurang terawat. Keadaan di sekitar kawasan
subjek memaparkan banyak aktivitas/kegiatan yang taman kamboja ini juga sedikit kumuh karena terdapat
dapat dilakukan ketika berada di kawasan Taman rumah-rumah kumuh warga. Pada subjek MA, subjek
Kamboja ini, antara lain yakni berjalan-jalan, berpendapat bahwa kualitas taman kamboja ini sudah
berolahraga, mengajak adik bermain di tempat bermain cukup baik namun perlu pemeliharaan yang lebih baik
anak dan berkegiatan sosial. Di kawasan taman kamboja lagi oleh pemerintah. Tempat ini juga berpotensi
ini ,subjek juga menyukai tempat duduk yang berposisi menjadi tempat wisata di Banjarmasin jika dapat
di dekat danau. Subjek MA, subjek mengetahui ditangani lebih baik lagi dalam hal perawatannya.
bagaimana kawasan ini di masa lampau, subjek juga Subjek juga ingin pemerintah lebih memperhatikan lagi
sering mengunjungi Taman Kamboja hampir setiap pagi pemeliharaan sarana-prasarananya dan tanaman yang
hari. Subjek memaparkan bahwa subjek dapat tumbuh di Taman Kamboja tersebut. Kemudian pada
melakukan aktivitas fisik seperti menggerakkan badan subjek PA, subjek berpendapat bahwa kualitas taman
dengan berolahraga ketika berada di kawasan Taman kamboja ini cukup baik namun perlu dikelola menjadi
Kamboja ini. Subjek juga menyukai area parkir yang lebih baik lagi. Selain itu perlunya ditambah fasilitas
terdapat di samping Taman Kamboja sebagai tempat seperti kantin dan penambahan kursi di Taman Kamboja
jogging. Kemudian pada subjek PA, subjek ini. subjek juga berpendapat perlunya ditingkatkannnya
memaparkan bahwa subjek tidak terlalu mengetahui kebersihan kawasan ini dan besarnya kemungkinan
sejarah mengenai tempat ini. Selain itu tidak banyak tempat ini menjadi ikon kota jika pengelolaannya
aktivitas/kegiatan yang dapat dilakukan ketika berada di diperbaiki lagi.
kawasan Taman Kamboja ini. Biasanya subjek hanya Oleh karena itu, dari perbedaan pemenuhan
berjalan-jalan selama setengah jam di area kawasan aspek-aspek yang membentuk identitas tempat pada
Taman Kamboja ini. setiap diri individu terhadap kawasan Taman Kamboja
Aspek ketiga yang membentuk identitas tersebut, maka akan menghasilkan identitas yang
tempat subjek terhadap kawasan Taman Kamboja yaitu berbeda-beda pula pada diri individu terhadap Taman
terkait dengan kelekatan individu terhadap Taman Kamboja sebagai Ruang Terbuka Hijau (RTH)
Kamboja Banjarmasin. Pada subjek RA, subjek Banjarmasin. Kemudian dari hasil penelitian ini,
menyukai tempat ini. Subjek juga memiliki kegiatan didapat pula bahwa hal-hal yang mendasari
sosial di tempat ini yaitu lapak baca yang didirikannya terbentuknya identitas tempat pada diri individu
tahun 2016 silam bersama rekan-rekannya. Subjek terhadap kawasan Taman Kamboja ini yaitu faktor
memaparkan bahwa tempat ini sangat penting bagi diri Hubungan Personal. Hal ini mengindikasikan bahwa
subjek. Subjek MA menyukai tempat ini karena subjek identitas suatu tempat ditentukan oleh hubungan
dapat menghirup udara segar di kawasan ini. Subjek personal antara manusia pengguna atau penghuni tempat
juga merasakan kenyamanan saat beraktivitas di tempat tersebut dengan lingkungannya baik lingkungan fisik
ini. Kemudian pada subjek PA,subjek tidak terlalu maupun sosial. Identitas tempat dibangun di atas
memiliki kelekatan terhadap Taman Kamboja ini karena interaksi yang terjadi antara individu dengan tempat

Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat 84


tersebut (Targowski & Piotr, 2017). Seseorang terikat Urban. Journal of Environmental Engineering
kepada suatu tempat melalui suatu proses yang and Sustainable Technology, 1(1), 21-32.
mencerminkan perilaku mereka, pengalaman kognitif
dan emosional dalam lingkungan sosial dan fisik Ernawati, J. (2018). Dimensions Underlying Place
(Bernardo & Palma, 2005). Hubungan Personal yang Identity For Sustainable Urban Development.
mencakup aspek keakraban, keberlanjutan dan Matter:International Journal of Science and
kelekatan ini melibatkan ikatan pengalaman secara Technology, 3(3).
positif, terkadang terjadi tanpa kesadaran, yang tumbuh Fisher, J. J. (2006). Creating Place Identity: It’s Part of
sepanjang waktu dari ikatan perilaku, afektif, dan Human Nature. Course Description of Place,
kognitif antara seseorang dan/atau kelompok dengan Identity and Difference. Built Environment
lingkungan sosial dan lingkungan fisiknya. Dalam hal Geography.
ini sesuai pula dengan apa yang di kemukakan oleh
Fisher (2006) bahwa apabila individu memiliki Herdiansyah, Haris. 2011. Metodologi Penelitian
perasaan-perasaan tersebut dalam berhubungan dengan Kualitatif untuk Ilmu-Ilmu Sosial.
suatu tempat (place), maka akan meningkatkan rasa Jakarta: Salemba Humanika.
kebanggaan dan kebahagiaan terhadap lingkungan
tempat tinggalnya, yang pada gilirannya akan Hernández, B., Hidalgo, M. C., Salazar-Laplace, M. E.,
menciptakan rasa memiliki (sense of belonging) yang & Hess, S. (2007). Place attachment and place
menunjukkan perasaan pada individu dalam lingkungan identity in natives and non-natives. Journal of
huniannya. Sehingga menurut Knez (2005) keterikatan environmental psychology, 27(4), 310-319.
yang tinggi bersama dengan tempat akan mempengaruhi
proses identitas terkait tempat tinggal. Hasil penelitian Karimifard, L., & Malazi, F. T. (2017). Physical Factors
ini menunjukkan bahwa identitas suatu tempat lebih Influencing Place Identity in Higher Education
banyak ditentukan oleh faktor “diri” individu tersebut. Environments (Case study: Islamic Azad
SIMPULAN University, South Tehran Branch).

Berdasarkan hasil penelitian yang telah Knez, I. (2005). Attachment and identity as related to a
dilakukan didapat hasil bahwa Taman Kamboja place and its perceived climate. Journal of
Banjarmasin merupakan Ruang Terbuka Hijau yang ada environmental psychology, 25(2), 207-218.
di kota Banjarmasin dan dimanfaatkan masyarakat
untuk melakukan berbagai kegiatan. Identitas tempat Lalli, M. (1992). Urban-related identity: Theory,
yang dimiliki Taman Kamboja ini sangat bervariasi measurement, and empirical findings. Journal
yakni sebagai tempat berolahraga, sebagai tempat of environmental psychology, 12(4), 285-303.
rekreasi keluarga, sebagai tempat bermain anak serta
sebagai tempat bersantai. Hal ini di dasari oleh lima Moleong, Lexy J. (2007). Metodologi Penelitian
aspek yang membentuk identitas tempat subjek terhadap Kualitatif. Bandung: Penerbit PT Remaja
kawasan Taman Kamboja yaitu aspek keberlanjutan, Rosdakarya Offset.
keakraban, kelekatan, komitmen dan perbandingan
evaluasi terhadap tempat tersebut serta didasari oleh Proshansky, H. M., Fabian, A. K., & Kaminoff, R.
faktor Hubungan Personal pada diri individu. Dengan (1983). Place-identity: Physical world
memahami identitas tempat Taman Kamboja sebagai socialization of the self. Journal of
Ruang Terbuka Hijau Banjarmasin ini diharapkan dapat environmental psychology, 3(1), 57-83.
membantu pemerintah dalam membuat kebijakan terkait Rijal, S. (2008). Kebutuhan ruang terbuka hijau di kota
pengelolaan kawasan ini. Makassar tahun 2017. Jurnal Hutan dan
Masyarakat, 3(1).
DAFTAR PUSTAKA
Ruslan, M., & Rahmad, B. (2016). Kajian Ruang
Bernardo, F., & Palma-Oliveira, J. M. (2016). Urban Terbuka Hijau dalam rangka pembentukan
neighbourhoods and intergroup relations: The hutan kota di Banjarbaru. Jurnal Hutan
importance of place identity. Journal of Tropis, 13(1).
Environmental Psychology, 45, 239-251.
Samsudi, S. (2010). Ruang Terbuka Hijau Kebutuhan
Ernawati, J. (2011). Faktor-Faktor Pembentuk Identitas Tata Ruang Perkotaan Kota Surakarta. Journal
Suatu Tempat. Jurnal Universitas of Rural and Development, 1(1).
Brawijaya, 3(2), 01-09.
Setyowati, D. L. (2008). Iklim Mikro dan kebutuhan
Ernawati, J. (2014). Hubungan Aspek Residensial Ruang Terbuka Hijau di Kota Semarang (The
Dengan Place Identity Dalam Skala Micro Climate and The Need of Green Open
Space for The City of Semarang). Jurnal
Manusia dan Lingkungan, 15(3), 125-140.

Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat 85


justice: The challenge of making cities ‘just
Sugiyono. 2010. Metodologi Penelitian Kuantitatif green enough’. Landscape and Urban
Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta. Planning, 125, 234-244.

Targowski, W., & Piotr, C. (2017, October). Shaping Twigger-Ross, C. L., & Uzzell, D. L. (1996).
Place Identity through Interaction on the Place and identity processes. Journal of environmental
Example of the European Solidarity Centre in psychology, 16(3), 205-220.
Gdansk. In IOP Conference Series: Materials
Science and Engineering (Vol. 245, No. 4, p.
042055). IOP Publishing.

Wolch, J. R., Byrne, J., & Newell, J. P. (2014). Urban


green space, public health, and environmental

Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat 86


LAMPIRAN

Peralatan fitness yang terdapat di kawasan Taman Kamboja Banjarmasin

Danau yang terdapat di kawasan Taman Kamboja Banjarmasin

Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat 87


Tempat bermain anak yang terdapat di kawasan Taman Kamboja Banjarmasin

Jalan Setapak yang terdapat di kawasan Taman Kamboja Banjarmasin

Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat 88


GAMBARAN PERSEPSI SISWA SMP DI SMPN 1 MARTAPURA TIMUR
TERHADAP IKLIM SEKOLAHNYA
DESCRIPTION OF STUDENT PERCEPTION STUDENTS IN SMPN 1 EAST MARTAPURA IN
CLIMATE SCHOOL

Saidatul Magfirah*, Dwi Nur Rachmah


Program Studi Psikologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Lambung Mangkurat, JL. A. Yani Km. 36.00
Banjarbaru, Kalimantan Selatan 70712, Indonesia
*E-mail: saidatulmagfirah15@gmail.com
No. Handphone: 085755283867

ABSTRAK

Persepsi terhadap iklim sekolah adalah proses menerima stimulus, menyeleksi, mengorganisasikan, dan kemudian
memberikan makna terhadap suasana atau kualitas yang dimiliki sekolah yang membantu setiap individu merasa
berharga dan penting dan menjadikan sekolah sebagai tempat yang baik untuk belajar. Penelitian ini bertujuan untuk
melihat Gambaran Siswa di SMPN 1 Martapura Timur terhadap Iklim Sekolahnya. Subjek pada penelitian ini ada dua,
pertama subjek 1 berinisial AN kelas VIIIA dan subjek 2 berinisial SA kelas VIIIB yaitu salah satu siswa di sekolah di
SMPN 1 Martapura. Penelitianinimenggunakanmetodekualitatifdenganmelakukanteknikwawancara semi
terstrukturdanobservasi non partisipandalampengumpulandatanya tentang subjek yang diteliti secara tepat, sehingga
mendapatkan data yang akurat mengenai persepsi siswa terhadap iklim di sekolahnya. Hasilnya menurut kedua subjek
yaitu persepsinya terhadap iklim sekolah negatif dalam hal, Teaching and Learning dorongan dari guru dalam metode
pembelajaran tidak adanya praktik pengajaran yang mendukung dan Institutional Environmental yaitu di sekolahnya
kurang adanya fasilitas, tidak ada media pembelajaran.

Kata kunci: persepsi, iklim sekolah, siswa, SMP

ABSTRACT

The perception of school climate is the process of receiving stimulus, selecting, organizing, and then giving meaning to
the school's atmosphere or quality that helps each individual feel valuable and important and makes the school a good
place to learn. This study aims to look at the Student's Picture in SMPN 1 Martapura Timur on the School Climate.
Subjects in this study there are two, first subject 1 initials AN class VIIIA and subject 2 initials SA class VIIIB is one of
the students at school at SMPN 1 Martapura. This research uses qualitative method by conducting semi-structured
interview technique and non participant observation in collecting data about the subjects examined appropriately, thus
getting accurate data about students' perception on climate in their school. The result according to the two subjects is
the perception of negative school climate in the case, Teaching and Learning encouragement from the teacher in the
method of learning the absence of supporting teaching practices and Institutional Environmental namely in the school
lack of facilities, no learning media.

Keywords: perception, school climate, students, junior high school

Proses pendidikan yang baik dapat tercipta jika mendukung terciptanya iklim sekolah yang positif
iklim sekolahnya kondusif. Iklim sekolah adalah suatu (Moedjiarto, 2002).
keadaan yang dapat di amati dan di interpretasikan oleh Persepsi terhadap iklim sekolah adalah proses
siswa yang meliputi kondisi sekolah yang di ciptakan dari menerima stimulus, menyeleksi, mengorganisasikan, dan
perpaduan antara norma, kebiasaan dan interaksi antar kemudian memberikan makna terhadap suasana atau
berbagai faktor (pribadi, sosial, budaya) yang kualitas yang dimiliki sekolah yang membantu setiap
mempengaruhi sikap civitas sekolah yang mengarah pada individu merasa berharga dan penting dan menjadikan
prestasi siswa yang tinggi. Sehingga perlu adanya persepsi sekolah sebagai tempat yang baik untuk belajar. Persepsi
yang baik tentang pencitraan siswa terhadapat image siswa terhadap sekolahnya merupakan suatu hal yang
sekolah. Selain itu adanya hubungan yang baik antar subyektif, sehingga penilaian siswa terhadap norma dan
civitas sekolah dan pelaksanaan tata tertib sekolah yang kondisi lingkungan sekolahnya bisa berbeda dengan
ketat serta lingkungan sekolah yang kondusif juga keadaan yang sebenarnya. Iklim sekolah yang positif

Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat 89


dapat dipersepsi siswa secara negatif. Sehingga perbedaan datang dengan alasan sibuk, bagi siswanya pun ada yang
persepsi ini akan mempengaruhi tingkah laku dan kembali semangat untuk bersekolah namun ada juga yang
perasaan siswa di sekolah (Moedjiarto, 2002). akhirnya benar-benar berhenti. Permasalah pada SMPN 1
Salah satu penelitian terdahulu yang memperkuat Martapura Timur ini menjadi tantangan tersendiri bagi
penelitian yang akan di teliti peneliti sekarang yaitu, pihak sekolah untuk lebih memperhatikan prosedur, iklim
penelitian bertujuan untuk menganalisis pengaruh dan keadaan sekolah, maupun cara yang tepat agar bisa
persepsi siswa tentang iklim sekolah dan kemandirian menarik minat siswa dan merasa nyaman untuk
belajar terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran bersekolah dan tidak ada yang berhenti sekolah lagi.
ekonomi kelas XI IPS SMA N 1 Pariangan. Hasil Pentingnya iklim sekolah memberikan dampak
penelitian menunjukkan bahwa: (1) Terdapat pengaruh bagi hasil belajar siswa, baik itu dampak positif maupun
yang positif dan signifikan antara iklim sekolah terhadap dampak yang negatif, iklim sekolah yang positif
hasil belajar ekonomi siswa kelas XI IPS SMA N 1 memberikan dampak langsung terhadap keberhasilan
Pariangan, ditunjukkan dengan nilai koefisien sebesar sekolah seperti siswa putus sekolah rendah, tingkat
0,244 dengan nilai t-hitung sebesar 4,184> t-tabel kekerasan menurun dan prestasi siswa meningkat, untuk
1,99045. (2) Terdapat pengaruh yang positif dan iklim sekolah dampaknya negatif salah satunya adalah
signifikan antara kemandirian belajar terhadap hasil terjadi hambatan yang signifikan dalam pembelajaran.
belajar ekonomi siswa kelas XI IPS SMA N 1 Pariangan, Berdasarkan latar belakang masalah pada penelitian ini,
ditunjukkan dengan nilai koefisien sebesar 0,163 dengan peneliti ingin meneliti bagaimana gambaran persepsi
nilai thitung sebesar 2,371> ttabel 1,99045 (Alfattory, siswa SMP di Martapura Timur terhadap iklim di
2016). sekolahnya, apakah iklim sekolah merupakan faktor siswa
Angka siswa putus sekolah di Kabupaten Banjar putus sekolah, karena data siswa yang berhenti di SMPN
menjadi penyebab target Angka Partisipasi Murni (APM) 1 Martapura Timur terus meningkat setiap tahunnya dan
masih di bawah target, telah diketahui bahwaangka masih kurangnya kepedulian atau ketertarikan pada
pendaftaran siswa di Kabupaten Banjar menurut jenjang kegiatan-kegiatan dan berpartisipasi pada sekolah yang
pendidikan terus menurun dilihat dari APM atau Angka merasa lelah dengan tugas ataupun PR yang di berikan.
Partisipasi Murni yakni SD/MI sebanyak 98,37, Karena suatu iklim sekolah merupakan kualitas dari
SMP/MTS sebanyak 67,28, dan SMA/SMK/MA lingkungan sekolah yang terus menerus dialami oleh siswa
sebanyak 36,53 (Kabupaten Banjar dalam angka Banjar sehingga dapat mempengaruhi tingkah laku mereka dan
Regency in Figures 2017). Selain karena menikah dan berdasarkan persepsi kolektif tingkah laku mereka
membantu orang tua bekerja, faktor yang sangat terhadap hasil belajar siswa.
berpengaruh yakni banyaknya siswa yang melanjutkan
pendidikan ke pondok pesantren ataupun madrasah METODE PENELITIAN
diniyah. Kepala Dinas Pendidikan (Disdik) Banjar HG
Ruspan Noor menjelaskan, salah satu penyebab masih
belum tercapainya target APM karena banyaknya siswa Subjek dalam penelitian ini merupakan 2 orang
lulusan SD yang tidak melanjutkan ke SMP atau MTsN. siswa yang ada di SMPN 1 Martapura Timur. Subjek
Siswa SD di desa-desa itu, melanjutkan pendidikan ke berinisial AN dan SA. Subjek pertama AN berada di kelas
pondok pesantren ataupun Madrasah Diniyah sehingga VIIIA berusia 13 tahun, dan subjek kedua SA kelas VIIIB
mereka tidak terdata. Oleh sebab itu mereka kemudian di yang juga berusia 13 tahun. Penggalian data dilakukan di
anggap putus sekolah. Data BPS menyatakan, 34% ruangan UKS di SMPN 1 Martapura Timur.
siswa putus sekolah ini adalah siswa yang melanjutkan Penggalian data dilakukan menggunakan metode
pendidikan ke sekolah madrasah diniyah atau pondok wawancara semi terstruktur dan observasi nonpartisipan.
pesantren (Widodo, 2018). Peneliti menggunakan wawancara semi tertsruktur yang
Terdapat permasalahandi salah satu sekolah di merupakan bentuk dari wawancara mendalam, sehingga
kabupaten Banjar, banyaknya siswa yang putus sekolah peneliti mendapatkan gambaran yang mendalam
yakni di SMP Negeri 1 Martapura Timur, terdapat 2 kelas mengenai topik yang sedang diteliti. Sedangkan, dalam
untuk kelas VII, 3 kelas untuk kelas VIII, dan 2 kelas observasi nonpartisipan peneliti tidak terlibat pada
untuk kelas IX. Banyak siswa yang berhenti sekolah aktivitas sehari-hari orang yang sedang diamati dan hanya
dengan berbagai macam alasan, ada yang ingin segera sebagai pengamatin dependen.
menikah, ada yang putus sekolah karena masalah
ekonomi, ada yang berhenti karena melanjutkan ke
pesantren bahkan ada yang berhenti karena lelah dengan
HASIL DAN PEMBAHASAN
tugas ataupun PR yang di berikan. Data siswa yang
berhenti sekolah paling banyak berasal dari kelas VIII.
Antara siswa laki-laki dan siswi perempuan pun yang Pada penelitian ini, peneliti menggunakan
berhenti sekolah seimbang, setiap tahunnya data anak komponen persepsi untuk
sekolah yang berhenti terus meningkat. Berbagai upaya mengetahuibagaimanagambaran persepsi siswa SMP di
sudah di lakukan pihak sekolah, mulai dari memanggil SMPN 1 Martapura Timur, menurut Bimo Walgito
orang tua siswa bagi siswa yang sering tidak berhadir ke (2002), persepsi itu mengandung tiga komponen yang
sekolah, ada yang bersedia datang dan ada juga yang tidak membentuk struktur sikap, yaitu kognitif, afektif dan

Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat 90


konatif, sedangkan menurut Thapa, (2012) ada terdapat memahami dengan materi pembelajaran yang di ajarkan
empat dimensi dari iklim sekolah yaitu Safety, Teaching dia akan bertanya kepada teman lebih dulu, namun bila
and Learning, Interpersonal Relationship dan teman juga tidak mengerti lalu dia akan menanyakan
Institutional Environmental. langsung oleh guru yang bersangkutan, guru
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi pada memberikan penjelasan ulang dan akhirnya bisa di
subjek 1 AN, persepsinya dari segi afektif, kognitif dan pahami oleh subjek 1 AN. Yang kedua ada Social and
konatif di lihat dari Safety yaitu merasa aman di sekolah Civic Learning yaitu dukungan untuk pengembangan
dapat memberikan pengaruh yang baik untuk pengetahuan sosial dan kemasyarakatan, keterampilan,
meningkatkan perkembangan belajar pada anak, dan kemampuan dalam mendengar, menyelesaikan
mengenai kejelasan aturan dan norma di sekolah, dalam masalah, refleksi diri dan regulasi emosi, empati,
hal ini subjek 1 AN merasa aman, karena peraturan di tanggung jawab diri, dan pengambilan keputusan secara
sekolah selalu di ingatkan setiap senin saat upacara oleh etis. Di sekolah ini juga di adakan kegiatan
pembina upacara mengenai peraturan dan tata tertib di ekstrakurikuler dan organisasi osis, untuk siswa dapat
sekolah, sangsi yang di berikan sekolah bagi yang mengembangkan kemampuan bersosial dan
melanggar mulai teguran secara verbal sampai pada bertanggung jawab serta dapat mengambi keputusan,
pihak sekolah memanggil orang tua siswa. Yang kedua subjek 1 AN adalah siswa yang aktif mengikuti kegiatan
mengenai rasa aman siswa secara fisik dan emosional di dan organisasi tersebut, untuk organisasi osis
sekolah, subjek 1 AN merasa sering dari teman- mengatakan biasanya yang di lakukannya mengurus
temannya mengganggu dirinya, awalnya subjek 1 AN acara-acara sekolah serta rapat bersama dengaan teman
merasa marah namun lama-lama menjadi terbiasa karena osis yang lain, hal ini juga di jelaskan oleh MN yaitu
hanya untuk bercanda dan sudah terbiasa serta tidak jadi significant others dari subjek 1 AN, bahwa dia adalah
masalah, subjek 1 AN mengatakan bahwa di sekolahnya anak yang aktif di sekolah.
pernah terjadi sampai salah satu siswa menangis karena Selanjutnya, persepsi dari segi afektif, kognitif dan
sering di ganggu oleh temannya satu kelas dan tidak konatif di lihat dari Interpersonal Relationship yaitu
berhadir kesekolah, lalu pihak sekolah memanggil orang hubungan di sekolah bagaimana orang-orang di sekolah
tuanya, pernah adanya perkelahian di sekolah dan bagi merasa terhubung dengan satu yang lainnya. Hubungan
siswa yang bersangkutan di panggil ke ruang BP untuk tidak hanya seperti memiliki suatu hubungan dengan
di mintai keterangan. Di sekolah ini pun menurut orang lain melainkan dengan diri kita, seperti bagaimana
keterangan subjek 1 AN di dalam kelasnya ada tiga kita merasa dan menjaga diri kita. Bila siswa
orang siswa yang berhenti sekolah untuk alasannya mempersespsikan hubungan interpersonal yang positif
subjek 1 AN kurang mengetahuinya. maka siswa cenderung mau terlibat dan berperilaku yang
Selanjutnya, persepsi dari segi afektif, kognitif dan sesuai aturan. Terdapat tiga jenis yaitu pertama Respect
konatif di lihat dari Teaching and Learning yaitu proses for Diversity adalah saling menghormati perbedaan
belajar mengajar untuk membentuk lingkungan individu (misalnya jenis kelamin, ras, budaya, dll) di
pengajaran dan pembelajaran karena iklim sekolah yang semua tingkat sekolah, dalam hal ini subjek 1 AN
positif adalah yang memberikan proses belajar mengajar mengatakan bahwa menurutnya di sekolah tidak adanya
yang suportif, partisipatif, saling menghargai, serta perbedaan yang mencolok dan adanya siswa lain berasal
kompak. Terdapat dua jenis yang pertama Support for dari luar kalimantan, namun karena tidak satu kelas
learning yaitu dorongan untuk belajar seperti adanya subjek 1 AN kurang mengetahuinya lebih banyak,
praktek pengajaran yang mendukung, dorongan dan menurut subjek 1 AN siswa yang di jadikan perwakilan
feedback yang jelas, banyaknya peluang dalam sekolah untuk mengikuti lomba-lomba seimbang antara
menunjukkan pengetahuan dan keterampilan, suasana laki-laki dan perempuan, untuk jumlah siswa dalam
yang nyaman untuk melakukan tanya jawab, adanya kelas ada 18 orang dan lebih di dominasi oleh
tantangan dalam hal akademik dan ada perhatian secara perempuan, subjek 1 AN pun pernah menjadi
individu. Dalam hal ini subjek 1 AN, mengatakan bahwa perwakilan sekolah saat berada di kelas VII untuk
tidak adanya praktikum di sekolahnya, dan baginya mengikuti salah satu lomba. Yang kedua ada Social
untuk jumlah buku di perpustakaan masih kurang Support-Adults yaitu pola hubungan siswa dan orang
walaupun setiap buku yang dia cari selalu ada, cara dewasa yang mendukung dan sama-sama peduli,
mengajar guru di dalam kelas pun berbeda-beda karena termasuk memiliki harapan yang tinggi bagi siswa. Di
menurutnya guru di sekolahnya mengajar per mata dalam kelas, selain metode ceramah yang di pakai oleh
pelajaran, ada guru yang hanya diam bila ada siswa yang guru untuk mengajarnya, juga memamakai metode
tidak memperhatikan pelajaran, ada juga yang menegur biasanya di buat kelompok diskusi dalam kelas, tapi
dan ada juga yang pemarah di dalam kelas, di dalam setiap guru berbeda-beda, biasanya ada dari siswa yang
kelas adanya feedback dari guru yang mengajar subjek 1 berbeda pendapat dengan siswa yang lain, bagi subjek 1
AN mengatakan bahwa dalam kelas biasanya ada di AN, saat adanya teman diskusi satu kelompok
adakan tanya jawab secara lisan dan rebutan siapa yang dengannya berbeda pendapat dengannya, masing-
dapat menjawabnya langsung angkat tangan, subjek 1 masing akan menjelaskan alasannya namun saat tidak di
AN sering menjawab pertanyaan yang di berikan guru temukan jalan keluar mereka akan bertanya kepada guru,
karena dia mengetahui jawabannya dan langsung angkat selain kelompok ada metode lain yaitu guru memberikan
tangan, di dalam pembelajaran saat subjek 1 AN tidak pertanyaan lisan secara rebutan untuk di jawab oleh

Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat 91


siswa di dalam kelas. Peraturan di sekolah ini, saat siswa menambah penjelasan dalam materi serta siswa di
berpapasan dengan guru salaman untuk mengormati dan sekolah tidak pernah di bawa langsung untuk melihat
sopan santun, begitu pun yang di lakukan oleh subjek 1 objek yang di pelajari agar lebih memudahkan untuk di
AN, ada satu mata pelajaran yang sulit di mengerti oleh pahami, ruangan di dalam kelasnya menurut subjek 1
subjek 1 AN yaitu mata pelajaran matermatika karena AN saat pagi hari terkena sinar matahari karena tidak di
adalah pelajaran hitung menghitung, baginya bila dia berikan gorden pada jendela di kelas, ruangan di kelas
tidak mengerti dia akan bertanya pada teman-temannya saat sudah siang sekitar jam 12 akan panas, biasanya
lain dan untuk nilai menurut subjek 1 AN bagus saja. Di subjek 1 AN menggunakan kipas tangan untuk
sekolah ini pun pernah terjadi masalah, pernah terjadi mengurangi suasana panas dalam ruangan kelas, tugas
perkelahian dengan sekolah lain penyebabnya adalah piket di sekolah ini di lakukan sesudah pulang sekolah
karena perebutan pacar, yang akhirnya berurusan untuk sampah di sekolah ini menurut subjek 1 AN bersih
dengan pihak sekolah. Yang ketiga ada Social Support- karena di sediakan tempat untuk membuang sampah.
Students adalah pola hubungan dengan teman sebaya Untuk duduk siswa di dalam kelas yaitu satu persatu dan
yang mendukung, termasuk persahabatan untuk suasana kelas saat guru sedang menjelaskan ada yang
bersosialisasi, mendukung bila ada masalah, mau memperhatikan dan ada yang mengobrol dengan teman
mendukung pelajaran siswa baru. Biasanya subjek 1 AN untuk subjek 1 AN sendiri dia mengatakan bahwa dia
mengatakan saat dia tidak memahami tentang PR yang memperhatikan apa yang di jelaskan oleh guru, hal ini
di berikan oleh guru dia akan bertanya pada temannya, juga di benarkan oleh MN yaitu significant others dari
subjek 1 AN pun mempunyai teman akrab di kelas dua subjek 1 AN.
orang, subjek 1 AN senang berteman dengan temannya Selanjutnya pembahasan dengan subjek 2 SA,
karena merasa nyaman dan cocok untuk berteman, saat berdasarkan hasil wawancara dan observasi pada subjek
ada masalah pun subjek 1 AN biasanya akan bercerita 2 SA, persepsi dari segi afektif, kognitif dan konatif di
pada dua orang temannya tersebut karena merasa kedua lihat dari Safety, dalam hal ini subjek 2 SA juga
temannya adalah orang yang paham dengan dirinya. Di merasakan hal yang sama seperti subjek 1 AN, merasa
dalam kelas pun ada orang yang tidak di sukai oleh aman berada di sekolah, kejelasan penyampaian
subjek 1 AN karena tidak suka dengan kelakuannya, peraturan sekolah, sangsi yag di berikan pada siswa yang
subjek 1 AN mengatakan saat adanya siswa baru melanggar. Subjek 2 SA juga sering di ganggu dan di
pindahan dia akan menemaninya dan mengajaknya ke goda oleh teman yang lain namun subjek 2 SA merasa
warung sekolah bersama. biasa saja tidak pernah tersinggung atau marah dalam
Terakhir persepsi dari segi afektif, kognitif dan hati hanya beranggapan bahwa itu hanyalah sebuah
konatif di lihat dari Institutional Environmental yaitu candaan dari teman-temannya. Subjek 2 SA pun tidak
lingkungan sekitar institusi/sekolah yang baik dapat pernah melanggar peraturan di sekolah dan juga tidak
memberikan dampak yang positif terhadap perna ada terlibat masalah dengan sekolah, sesuai
pembentukan iklim sekolah yang baik, siswa akan lebih dengan pernyataan MN yaitu significant others dari
tertarik dan nyaman dengan lingkungan sekolah yang subjek 2 SA yang mengatakan bahwa dia adalah siswa
baik secara fisik seperti lingkungan yang tertata rapi, yang baik tidak pernah melanggar peraturan atau
bersih, sarana dan prasarana tersedia dan terawat serta melakukan permasalahan, namun menurut MN subjek 2
lingkungan sekolah yang baik secara non fisik, seperti SA adalah anak yang pendiam.
tidak gaduh, dan lingkungan masyarakat yang Selanjutnya, persepsi dari afektif, kognitif dan
mendukung, terdapat dua jenis pertama School konatif di lihat dari Teaching and Learning yaitu proses
Connected/ Engagement yaitupenilaian positif kepada belajar mengajar untuk membentuk lingkungan
sekolah dan norma-norma yang ada didalamnya pengajaran dan pembelajaran. Terdapat dua jenis yang
sehingga mau berpartisipasi aktif dalam kehidupan pertama Support for learning, sama halnya dengan yang
sekolah bagi siswa, staf, dan keluarga, dalam hal ini katkan oleh subjek 1 AN bahwa di sekolah ini tidak ada
subjek 1 AN merasa nyaman berada di sekolah karena di lakukannya belajar praktikum, namun untuk subjek 2
menurutnya sekolah memberikan yang dia tidak tahu SA dia mengatakan bahwa dirinya jarang pergi ke
menjadi tahu, bertambahnya teman-teman baru, dan perpustakaan sehingga kurang mengetahui tentang
baginya hal yang di perhatikan di dalam sekolah jangan keadaan perpustakaan di sekolahnya. Subjek 2 SA juga
membuat masalah dan melanggar peraturan sekolah mengatakan adanya feedback dari guru untuk menjawab
karena hanya akan membuat malu, harapan subjek 1 AN pertanyaan rebutan saat guru memberikan pertanyaan
pada sekolah pun yaitu lebih di perbanyak lagi buku- secara lisan di dalam kelas, subjek 2 SA mengatakan dia
buku di perpustakaan. Yang kedua Physical tidak pernah menjawabnya karena memang tidak
Surroundings yaitu tentang kebersihan, ketertiban, dan mengetahui jawabanya, hal ini pun juga sesuai dengan
daya tarik dari fasilitas dan sumber daya yang memadai. yang di nyatakan MN bahwa subjek 2 AN tidak pernah
Dalam hal ini subjek 1 AN mengatakn bahwa fasilitas angkat tangan untuk menawab pertanyaan yang di
yang ada di dalam kelasnya seperti meja, kursi, sapu dan berikan di dalam kelas. Saat ada materi pembelajaran
lemari untuk tempat Al-Qur’an yang menurutnya masih yang tidak di pahami oleh subjek 2 SA dia akan bertanya
kurang, kegiatan rutin di sekolah ini yaitu tadarus kepada teman, namun bila teman tersebut juga tidak
bersama membaca Al-Qur’an, namun di sekolah ini memahami pelajaran mereka akan bertanya bersama-
tidak adanya di sediakan media pembelajaran untuk sama kepada guru yang bersangkutan, dan akhirnya

Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat 92


setelah di jelaskan kembali oleh guru bisa di pahami. teman di kelasnya karena tidak suka dengan
Yang kedua ada Social and Civic Learning, dalam hal kelakuannya, subjek 2 SA adalah siswa yang meanggap
ini subjek 2 SA hanya mengikuti kegiatan ektrakurikuler biasa saja saat adanya siswa pindahan baru.
pramuka dan untuk oragnisasi osis dia tidak ikut karena Yang terakhir persepsi dari segi afektif, kognitif
menurunya itu hal yang melelahkan. dan konatif di lihat dari Institutional Environmental
Selanjutnya, persepsi dari segi afektif, kognitif dan yaitu lingkungan sekitar institusi/sekolah yang baik
konatif di lihat dari Interpersonal Relationship yaitu dapat memberikan dampak yang positif terhadap
hubungan di sekolah bagaimana orang-orang di sekolah pembentukan iklim sekolah yang baik, terdapat dua jenis
merasa terhubung dengan satu yang lainnya. Terdapat pertama School Connected/ Engagement, dalam hal ini
tiga jenis yaitu pertama Respect for Diversity, subjek 2 subjek 2 SA merasa nyaman berada di sekolah dia
SA menyatakan hal yang sama dengan subjek 1 AN, bertemu dengan teman-temannya, subjek 2 SA
menurutnya ada salah satu siswa yang berasal dari luar mengatakan bila dirinya berada di rumah dia lebih sering
kalimantan namun karena tidak satu kelas menjadi terkena marah oleh ayahnya, dan pernah di suruh oleh
kurang mengetahuinya dan menurutnya tidak ada siswa ayahnya untuk berhenti sekolah di karenakan ekonomi
ataupun guru yang berbeda dari yang lain di sekolahnya, yang tidak mecukupi, harapan subjek 2 SA yaitu untuk
dalam hal yang lain subjek 2 SA tidak pernah menjadi tugas dan PR sekolah di tiadakan. Yang kedua Physical
perwakilan sekolahnya untuk mengikuti lomba-lomba, Surroundings yaitu tentang kebersihan, ketertiban, dan
dan baginya juga seimbang antara laki-laki dan daya tarik dari fasilitas dan sumber daya yang memadai.
perempuan di sekolahnya yang mewakili untuk Dalam hal ini tidak jauh berbeda dengan pernyataan dari
mengikuti lomba-lomba. Lebih dominan siswa subjek 1 AN bahwa fasilitas yang ada di dalam kelasnya
perempuan di banding siswa laki-laki dan di kelas subjek seperti meja, kursi, sapu dan lemari untuk tempat Al-
2 SA juga bejumlah 18 orang. Yang kedua ada Social Qur’an, yang menurutnya masih kurang, kegiatan rutin
Support-Adults, selain metode ceramah yang di pakai di sekolah tadarus bersama membaca Al-Qur’an, tidak
oleh guru untuk mengajarnya, juga memamakai metode adanya di sediakan media pembelajaran untuk
biasanya di buat kelompok diskusi dalam kelas, biasanya menambah penjelasan dalam materi serta siswa di
ada dari siswa yang berbeda pendapat dengan siswa sekolah tidak pernah di bawa langsung untuk melihat
yang lain, di dalam kelompok diskusi subjek 2 SA objek yang di pelajari agar lebih memudahkan untuk di
adalah siswa yang kurang aktif dalam diskusi dia pahami, ruangan di dalam kelasnya menurut subjek 2 SA
mengatakan walaupun yang di sampaikan oleh saat pagi hari terkena sinar matahari karena tidak di
temannya sebenarnya tidak sependapat dengannya dia berikan gorden pada jendela di kelas, ruangan di kelas
hanya diam tidak menyampaikan pendapatnnya, hal ini saat sudah siang sekitar jam 12 akan panas, biasanya
juga sesuai dengan pernyataan MN bahwa subjek 2 SA subjek 2 SA juga menggunakan kipas tangan untuk
adalah anak yang kurang aktif dalam diskusi kelompok. mengurangi suasana panas dalam ruangan kelas, tugas
Di buatnya diskusi kelompok oleh guru adalah salah satu piket di sekolah ini di lakukan sesudah pulang sekolah
metode selain ceramah menurut subjek 2 SA. Hal yang untuk sampah di sekolah ini menurut subjek 2 SA bersih
sama juga di katakan oleh subjek 1 AN bahwa di karena di sediakan tempat untuk membuang sampah.
sekolahnya setiap berpapasan dengan guru akan Untuk duduk siswa di dalam kelas yaitu satu persatu dan
bersalaman. Baginya ada satu mata pelajaran yang sulit suasana kelas saat guru sedang menjelaskan ada yang
di mengerti oleh subjek 2 SA yaitu mata pelajaran memperhatikan dan ada yang mengobrol dengan teman
matermatika dengan alasan yang sama seperti subjek 1 untuk subjek 2 SA sendiri dia mengatakan bahwa dia
AN yaitu karena pelajaran hitung menghitung, subjek 2 banyak mengobrol dengan temannya namun juga ada
SA juga bertanya pada teman-temannya lain untuk hak memperhatikan penjelasan dari guru.
yang tidak di pahaminya dan untuk nilai menurut subjek SIMPULAN
1 AN biasa saja. Hal yang sama di nyatakan oleh subjek
2 SA di sekolah ini pun pernah terjadi masalah, adanya Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat dilihat
perkelahian di sekolah, adanya siswa yang berhenti bahwa persepsi pada kedua subjek terhadap iklim di
sekolah, subjek 2 SA mengatakan bahwa dirinya pernah sekolahnya . Pada subjek 1 AN dan pada subjek 2 SA
di suruh oleh ayahnya untuk berhenti sekolah di persepsinya mengenai Safety yaitu merasa aman di
karenakan keadaan ekonomi. Yang ketiga ada Social sekolah, baik secara fisik maupun sosio-emosional, dan
Support-Students, sama halnya dengan subjek 1 AN , adanya kejelasan penyampaian dari sekolah tentang
subjek 2 SA juga akan bertanya pada teman-temannya peraturan di sekolah serta sangsi tegas bagi yang
bila tidak memahami PR yang di berikan oleh guru, melanggar, kedua subjek tidak pernah melanggar
subjek 2 SA pun mempunyai teman akrab di kelas satu peraturan. Yang kedua persepsi kedua subjek mengenai
orang, subjek 1 AN senang berteman dengan temannya Teaching and Learning yaitu di sekolah tidak adanya
karena merasa nyaman dan cocok untuk berteman, saat kegiatan praktikum sekolah, feedback dari guru berbeda-
ada masalah pun subjek 2 SA biasanya akan bercerita beda dalam kelas karena guru per maata pelajaran untuk
pada temannya tersebut karena merasa temannya adalah subjek 1 aktif di kelas, ikut osis, sedangkan pada subjek 2
orang yang paham dengan dirinya. Sama dengan hal kurang aktif di kelas, tidak ikut osis. Yang ketiga persepsi
yang di nyatakan oleh subjek 1 AN bahwa subjek 2 SA kedua subjek mengenai Interpersonal Relationship yaitu
juga merasakan hal yang tidak di sukai oleh salah satu tidak ada membeda-bedakan dalam sekolah, saling

Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat 93


mendukung dari teman akrab, untuk subjek 1 siswa yang National School Climate Council. (2007). The School
berprestasi menjadi perwakilan sekolah sedangkan pada Climate Challenge: Narrowing the gap between
subjek 2 kurang berprestasi. Yang terakhir persepsi kedua school climate research and school climate policy,
subjek mengenai Institutional Environmental yaitu practice guidelines and teacher education policy.
kurangnya fasilitas dalam sekolah, tidak ada media New York: Center for Social and Emotional
pembelajaran, tidak ada belajar di luar sekolah. Education; & Denver, CO: National Center for
Kesimpulan dari kedua subjek tentang persepsi iklim di Learning and Citizenship, Education Commission
sekolahnya negatif dalam hal, Teaching and Learning of the States.
dorongan dari guru dalam metode pembelajaran tidak Nasution, (1998). Metodologi Penelitian Naturalistic.
adanya praktik pengajaran yang mendukung dan Bandung : PN.
Institutional Environmental yaitu di sekolahnya kurang Noonan, J. (2004). School Climate and Safe School:
adanya fasilitas, tidak ada media pembelajaran. Seven Contributing Factors. Journal of School
Saran untuk subjek 2 SA yaitu lebih aktif dalam Health. Volume 83 Page 61-65.
mengikuti pembelajaran di sekolah serta dapat Sugiyono. (2010). Metode penelitian kuantitatif kualitatif
memberikan pendapat di dalam diskusi kelompok di kelas. dan r&d. Bandung: Alfabeta.
Saran untuk sekolah, hendaknya meningkatkan derajat Slameto. (2008). Belajar dan Faktor-faktor yang
iklim sekolah tertama dalam hal sarana dan prasarana Mempengaruhinya. Edisi VI. Jakarta: Rineka
sekolah , meningkatkan metode pembelajarannya serta Cipta.
adanya praktikum di sekolah yang merupakan indikator Supardi. (2013). Sekolah Efektif konsep dasar dan
dari variabel persepsi siwa tentang iklim sekolah dan saran prakteknya. Jakarta: PT Raja grafindo persada.
untuk peneliti selanjutnya Sarwono, S, W. (2006). Pengantar Ilmu Psikologi.
diharapkanuntukpenelitianselanjutnyadi sarankan untuk Jakarta. Bulan Bintang.
lebih menggali lagi tentang persepsi iklim sekolah dan Syahrul, Alfattory Rheza dan Musrifa, Afifatul. (2016).
menggunakan variabel lebih dari satu. Pengaruh Perepsi Siswa Tentang Iklim Sekolah
dan Kemandirian Belajar Terhadap Hasil Belajar
DAFTAR PUSTAKA Siswa Pada Mata Pelajaran Ekonomi Kelas XI IPS
SMA N 1 PARIANGAN. Sematera: Journal of
Depdiknas . (2003). Undang-undang RI No.20 tahun Economic and Economic Education Vol.4 No.2
2003. Tentang sistem pendidikan nasional. (227-232).
Freiberg, HJ. (2005). School Climate Measuring, Thapa Amrit, et.al. (2012) “School Climate Research
Improving and Sustaining Healty Learning Summary”. Journal National School Climate
Environment (e-library edition). Philadelphia: Center. School Climate Brief.
Falmers Press. Thoha, M. (2007). Perilaku Organisasi. Jakarta. Raja
Grunert, S. L. (2008). The relationship between adult Grasindo Persada.
attachment style and resilience factors of hope and Walgito. Bimo (2002). Pengantar Psikologi Umum.
positive affect. Yogyakarta: Andi Offset.
Irwanto. (2002). Psikologi Umum, (Buku Panduan Walgito, Bimo. (2003). Pengantar Psikologi
mahasiswa). Jakarta: PT. Prehallindo. Umum, Yogyakarta: Andi.
Kabupaten Banjar Dalam Angka Banjar Regency in Walgito, Bimo. (2004). Pengantar Psikologi Umum.
Figures 2017. Yogyakarta: Andi Ofset
Moedjiarto. (2002). Sekolah Unggul. Jakarta: Duta Graha Widodo, Hari. (2018). Berita kabupaten banjar.
Pustaka. Banjarmasinpost.co.id, Martapura,. 25 Februari
2018.

Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat 94


INTERVENSI BERBASIS KOMUNITAS: MODEL REKONSTRUKSI
WARGA BINAAN DINAS SOSIAL KOTA PEKANBARU BERDAYA GUNA
MELALUI PENDAMPINGAN PSIKOLOGIS
COMMUNITY-BASED INTERVENTIONS: A MODEL OF RECONSTRUCTION OF THE CITY-
ASSISTED SOCIAL SERVICE IN PEKANBARU, EFFECTIVE THROUGH PSYCHOLOGICAL
COUNSELORS

Alma Yulianti
Fakultas Psikologi, UIN Sultan Syarif Kasim, Jl. Raya Pekanbaru-Sungai Pagar, Rimba Panjang, Tambang,
Kota Pekanbaru, Riau, 28293, Indonesia
*E-mail: almayulianti@rocketmail.com
No. Handphone: 081378863164

ABSTRAK

Persoalan rehabilitasi bagi penyandang masalah sosial masih menjadi ‘tugas rumah’ yang harus diselesaikan. Penyandang
masalah sosial yang tergabung dalam warga binaan yang dikelola oleh Dinas Sosial Kota Pekanbaru merupakan warga
yang berusia produktif yang berpotensi menciptakan inovasi-inovasi dalam banyak bidang. Tujuan penelitian ini adalah
mengekplorasi dan menemukan bentuk-bentuk dukungan psikologis dan sosial serta upaya pemberdayaan. Desain yang
digunakan dalam penelitian ini adalah desain penelitian kasus dan pendekatan kualitatif sebagai basis analisis dan
interpretasi data. Analisis data yang digunakan adalah reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Penelitian
ini menggunakan metode triangulasi sumber untuk menjelaskan keabsahan data Kesimpulan hasil penelitian ini bahwa
1) penanganan warga binaan Dinas Sosial dilakukan dengan beberapa cara yang saling melengkapi, antara lain outreach,
shelter home, kelompok bersama (support group), home visit (kunjungan rumah), pemberdayaan keluarga. 2) program
pendampingan yang dilakukan menggunakan prinsip penerimaan apa adanya (unconditional positive regard) dan
pemberdayaan dilakukan mencakup aspek psikologis dan sosial. Hasil penelitian ini dapat memberikan kontribusi secara
teori dalam pengembangan komunitas. Kontribusi secara praktis adalah sebagai bahan pertimbangan pagi pemerintah
dalam hal ini Dinas Sosial dalam merancang kebijakan penanganan warga binaan Dinas Sosial yang produktif, serta dapat
menjadi masukan bagi pengembangan kapasitas lembaga berbasis komunitas.

Kata kunci: warga binaan dinas sosial, pendampingan psikologis, sosial

ABSTRACT

The issue of rehabilitation for people with social problems is still a 'home duty' to be solved. People with social problems
who are members of the assisted people managed by the Pekanbaru City Social Service are productive citizens who have
the potential to create innovations in many areas. This study aims to explore models of community -based citizen fron
Dinas Sosial Kota Pekanbaru, namely finding other forms of psychological support, such as social competencies. This
study design in a case study design a qualitative approach as a basis for analysis and interpretation of data . Conclusion
The results of this study that 1) the handling of citizen from Dinas Sosial conducted by several complementary ways,
including formal education, nonformal education, outreach, shelter home, family empowerment. 2 ) Control and
mentoring is using the principle of receiving citizen are (unconditional positive regard) ,empowerment do include social,
and psychological. The results of this study can contribute to community development theory, particularly those working
in the field of human resource development. Contribution is practically the early consideration in designing government
policies to deal with citizen from Dinas Sosial, and can be input for the development of the capacity of community -based
agencies in dealing with this citizen .

Keywords: citizen, mentoring psychological, social

Penyandang masalah sosial yang tergabung dalam keterbatasan yaitu kemiskinan dan kesulitan terhadap
warga binaan yang dikelola oleh Dinas Sosial Kota akses pendidikan dan pekerjaan.
Pekanbaru merupakan warga yang berusia produktif dan Kemiskinan adalah salah satu penyebab utama dari
berpotensi mampu menciptakan inovasi-inovasi dalam berbagai masalah yang berkaitan dengan tindak negatif
banyak bidang namun disisi lain mereka memiliki yang terjadi dimasyarakat. Karena kemiskinan disebabkan
ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan

Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat 95


dasar seperti makanan, pakaian, tempat berlindung, dan Pendekatan penelitian yang digunakan pendekatan
kesehatan ataupun sulitnya akses terhadap pendidikan dan kualitatif sebagai basis analisis data dan interpretasi data.
pekerjaan. Penentuan unit analisis pada penelitian ini diarahkan pada
Gelandangan, eks narapidana, eks penghuni RSJ kegiatan warga binaan Dinas Sosial di Panti Sosial. Empat
adalah segelintir contoh orang-orang yang dianggap responden dipilih berdasarkan purposive sampel. Metode
berpotensi mengancam rasa aman lingkungan. Oleh pengumpulan data yang digunakan adalah sebagai berikut
karena itu dibutuhkan upaya-upaya konkrit guna : tahap pertama wawancara, tahap berikutnya observasi,
pemberdayaan masyarakat. Memberikan pendidikan dan dan kemudian melakukan diskusi kelompok terfokus
menjaga rasa aman lingkungan dan menjaga kesatuan (focus group discussion). Setelah data-data diperoleh
bangsa adalah menjadi tanggung jawab semua pihak, kemudian dianalisis dengan model interaktif dan alir
namun lembaga dalam hal ini Dinas Sosial memiliki peran (Milles dan Huberman, 1992).
yang sangat penting untuk menemukan dan
mengembangkan program-program penanganan dan HASIL DAN PEMBAHASAN
pencegahan yang efektif.
MODEL PENDAMPINGAN DAN KEGIATAN
Pengertian Warga Binaan
Panti Sosial Bina Laras adalah lembaga yang
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia istilah
menangani warga yang baru bebas dari lapas dan
warga binaan digunakan untuk anggota (keluarga,
mendapatkan pembinaan keterampilan dan kemampuan
perkumpulan, dan sebagainya dalam tingkatan di
sehingga siap untuk terjun dimasyarakat. Panti ini juga
masyarakat serta mengusahakan supaya lebih baik (maju,
mempersiapkan warganya untuk berinteraksi langsung
sempurna). Dengan kata lain adalah usaha, tindakan, dan
dengan mengandalkan skill yang telah dipelajari serta
kegiatan yang dilakukan secara efisien dan efektif untuk
keterampilan-keterampilan sosial lainnya. Program
memperoleh hasil yang lebih baik serta upaya untuk
layanan yang diberikan adalah memberikan pendidikan
meningkatkan mutu antara lain mencakupi peningkatan
bagi warga binaan yang tidak mampu dan terlantar,
sikap, pengetahuan, dan keterampilan melalui jalur
memberikan keterampilan sosial sebagai bekal terjun
pendidikan dan pemasyarakatan.
kemasyarakat. Berikut adalah kegiatan-kegiatan yang
Salah satu panti yang ada di Kota Pekanbaru yang
dilakukan :
melayani penyandang masalah sosial seperti bekas
1. Program Pendidikan Formal
narapidana, eks penghuni RSJ, gelandangan dan pengemis
Panti Sosial Bina Laras Pekanbaru bekerja sama
adalah Panti Sosial Bina Laras dimana para warga binaan
dengan SMK, bentuk kerjasama yang dilakukan adalah
ditampung untuk diberdayakan. Panti Sosial Bina Laras
memberikan pendidikan kejuruan termasuk pemberian
merupakan Unit Pelaksana Teknis Dinas Sosial Provinsi
dana dalam pelaksanaan belajar mengajar.
Riau beralamat di Jalan Sekolah No.160 Meranti Pandak,
2. Program Pendidikan Non Formal
Rumbai Pesisir, Kota Pekanbaru yang bertugas dalam
Panti sosial Bina Laras Pekanbaru juga melakukan
pelayanan dan rehabilitasi sosial bagi penyandang
kerjasama dengan Lembaga-lembaga kursus, dunia
masalah sosial, khususnya eks narapidana, gelandangan,
usaha/perusahaan swasta dan keterampilan seperti
pengemis, pemulung, maupun eks penderita sakit jiwa
keterampilan memotong rambut dan public speaking.
(psikotik) terlantar.
3. Outreach
Pelaksanaan kegiatannya meliputi bimbingan fisik,
Kegiatan ini adalah bentuk kegiatan aktif yang
mental, sosial dan keterampilan, pembinaan lanjut agar
dilakukan dengan cara menjangkau warga binaan Dinas
warga binaan sosial yang telah dibina dapat berperan aktif
Sosial Kota Pekanbaru ke lapangan berdasarkan rujukan
kembali dalam kehidupan bermasyarakat. Warga binaan
berbagai pihak yang tidak datang langsung ke lembaga.
sosial panti ini masih tergolong usia produktif yaitu usia
Outreach ini merupakan wujud tanggung jawab dan
antara 16 sampai 45 tahun. Usia produktif berpotensi
kepedulian dari Dinas Sosial sehingga walaupun warga
untuk menciptakan inovasi dalam berbagai bidang sesuai
tidak dapat datang langsung ke lembaga karena berbagai
dengan kebutuhan dimayarakat. Oleh karenanya
kendala, maka mereka tetap memungkinkan untuk
diperlukan pemberdayaan sebagai upaya untuk
mendapatkan layanan pendampingan melalui proaktivitas
meningkatkan kualitas sumber daya manusia khususnya
staf di lapangan. Seperti pernyataan yang diungkapkan
bagi warga binaan Panti Sosial Bina Laras Kota
oleh salah satu warga binaan :
Pekanbaru.
“awal ketemu pak susilo, hanya diajak mengobrol
Adapun bentuk kerjasama proses pelayanan dan
saja, Nah pertemuan kedua saya bersedia diajak
rehabilitasi sosial melibatkan 4 (empat) unsur terkait; 1)
kesini oleh pak susilo, katanya saya akan diajarkan
Akademi (Sekolah Tinggi, SLTA, SMK) 2) Dunia usaha
keterampilan-keterampilan untuk kemajuan
(Perusahaan swasta) 3) Masyarakat (Tokoh masyarakat,
saya,ya saya maulah”
Tokoh agama, LSM dan LKS) 4) Pemerintah (Instansi/
Staf juga melakukan pendekatan positif dan
Institut terkait).
persuasif terus menerus dan memberikan pemahaman
bahwa lembaga menerima apa adanya diri mereka (warga
METODE PENELITIAN binaan).

Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat 96


“di sini banyak kegiatannya, banyak kawannya Mitsubishi Pekanbaru, Membantu menjadi seller di toko
yang senasib seperti saya...lagipula saya bisa Motor yang tersebar di Kota Pekanbaru.
melanjutkan sekolah saya yang sempat terputus.”
Warga binaan juga menyadari mereka perlu PARADIGMA INTERVENSI BERBASIS
melakukan sesuatu untuk hidup mereka dan mendapatkan KOMUNITAS
fasilitas pada outreach ini. Lima sistem lingkungan Brofenbrener (Santrock,
“saya bisa lho nyalon rambut untuk orang-orang, 2007) dapat menjelaskan dan menganalisis konteks sosial
banyak model gitu. Rencananya saya mau buka perkembangan perilaku individu dengan lingkungannya.
salon kalo dikasih modal. Model rambut saya ini Teori sistem ekologi ini memandang pribadi berkembang
juga idenya saya...bagus kan kak”. dalam suatu sistem hubungan di bawah pengaruh ragam
4. Kunjungan Rumah tingkat lingkungan sekitarnya (Berg, 2012). Setiap lapisan
Adapun tujuan dari program kunjungan rumah lingkungan dianggap memiliki dampak kuat bagi
ini bagi warga binaan adalah untuk melakukan perkembangan individu termasuk dalam hal ini adalah
pemahaman dan edukasi pada keluarga. Kenyataan yang Warga Binaan Bina Laras Pekanbaru. Lima sistem itu
dihadapi adalah bahwa keluarga menganggap mereka terdiri dari:
adalah aset, sehingga didukung untuk bekerja dan tidak 1) Mikrosistem, merupakan aktivitas maupun pola
menempatkan pendidikan sebagai prioritas. Staf interaksi di lingkungan langsung dari individu atau tempat
melakukan persuasi kembali agar orangtua dimana individu hidup, seperti keluarga, teman sebaya,
menyekolahkan mereka (dalam hal ini warga binaan yang sekolah, pekerjaan dan seterusnya
sempat putus sekolah). 2) Mesosistem, meliputi keterkaitan antara yang
5. Pengembangan Keterampilan terdiri atas hubungan-hubungan antara berbagai
Kegiatann pengembangan ketrampilan adalah mikrosistem, seperti seberapa baik peran seseorang
bentuk bimbingan karir yang disiapkan untuk bekerja. sebagai orangtua dirumah dipengaruhi oleh hubungan
Kegiatan pengembangan ketrampilan yang sudah ditempat kerja begitu juga sebaliknya (Berg, 2012).
dilakukan adalah kursus singkat salon dan public speaking 3) Ekosistem, yang terdiri dari latar sosial yang
(seller). Bimbingan karir merupakan program yang tidak memuat pribadi berkembang tetapi mempengaruhi
mencakup pengenalan minat bakat dan pengenalan secara pengalaman dalam latar langsung, seperti anak-anak
teknis untuk memasuki dunia kerja, misalnya cara menulis dipengaruhi oleh jaringan sosial orangtua mereka dan
lamaran kerja, menghadapi wawancara. Dalam kegiatan dapat mempengaruhi pengasuhan kepada anaknya di
ini para staf juga mendampingi warga binaan dalam rumah.
mencari lowongan pekerjaan. 4) Makrosistem merupakan tingkat terluar dari
6. Kelompok Bersama model Bronfenbrenner yang berisi nilai budaya yang ada
Tujuan diadakannya program kelompok bersama di lingkungan individu, seperti bangsa yang menetapkan
ini adalah untuk memberikan penguatan pada warga standar bagi kesejahteraan lanjut usia.
binaan dan keluarganya. Ada kelompok bersama orangtua 5) Kronosistem atau lingkungan sosio historis,
dan kelompok bersama bagi warga binaan. Forum ini dimana perkembangan tidak dikendalikan oleh keadaan
hanya dapat diikuti oleh keluarga dan warga binaan yang lingkungan, individu sebagai hasil dan penghasil
secara mental-psikologis dan fisik telah mengalami proses lingkungan itu sendiri yaitu pribadi dan lingkungan
pematangan diri dan jumlah waktunya lebih banyak di membentuk sebuah jaringan yang saling membutuhkan,
lingkungan Panti Sosial. Kelompok Bersama diadakan seperti keluarga dengan kondisi kemiskinan.
setiap awal bulan sekali. Warga binaan dikumpulkan dan Paradigma inilah yang digunakan sebagai upaya
difasilitasi untuk saling berbagi rasa dan saling metodologis dalam intervensi berbasis komunitas.
memberikan dukungan. Mereka membicarakan tekanan- Meningkatnya minat dalam pengembangan komunitas
tekanan masih dialami, yaitu pandangan masyarakat merupakan respon dari temuan masalah yang muncul.
terhadap mereka dan ketidak berdayaan mereka. Dalam komunitas terdiri atas adanya status dan peran,
Dalam kelompok bersama ini juga dibicarakan kelompok dan lembaga yang saling berkaitan satu dengan
upaya mengajak teman-teman yang berpotensi diajak yang lain. Pendekatan berbasis komunitas adalah
bergabung dalam program lembaga. Kelompok bersama pendekatan pencegahan dan penanganan. Hal ini
bagi orangtua baru satu kali dilakukan karena kesulitan merupakan usaha mengatasi masalah yang tidak hanya
jadwal yang sesuai antara orangtua satu dengan yang difokuskan pada individu usia produktif, melainkan juga
lainnya. melakukan penguatan pada keluarga dan masyarakat.
7. Kerjasama dengan Masyarakat Sekitar Keluarga dan masyarakat merupakan human resource
Kegiatan kerjasama dengan masyarakat yang menjadi elemen komunitas (Matarrita-Cascante &
merupakan bentuk tanggung jawab dan kepedulian Dinas Brennan, 2012). Reber dan Reber (2012) menyebutkan
Sosial Kota Pekanbaru sebagai impliasi dari adanya keluarga adalah suatu kelompok individu dengan ikatan
program pendidikan formal dan non formal. Setelah sosial atau pribadi yang ketat. Memiliki serangkaian
menyelesaikan pendidikan di SMK mereka dirujuk aturan dan peran untuk terlibat dalam perilaku kerjasama
kepada masyarakat sekitar yang membutuhkan untuk bertahan dan memenuhi kebutuhan atau tugas-tugas
perbengkelan, misalnya membantu di pusat servis perkembangannya (Afiatin, 2018).

Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat 97


Proses pendekatan berbasis komunitas berlangsung krisis, berisi adaptabilitas dan melihat krisis sebagai
pada keluarga warga binaan Panti Laras dan masyarakat tantangan dan peluang (Afiatin, 2018). Faktor keluarga
yang memungkinkan mereka untuk menciptakan yang berpengaruh terhadap kekuatan keluarga yaitu
perubahan. Satu hal menarik dalam paradigma intervensi kecukupan waktu bersama anggota keluarga, cinta dan
berbasis komunitas ini adalah terletak pada fungsi keterhubungan dengan anggota kelaurga dan tinggal
dukungan psikologis yang dapat dilakukan keluarga. bersama kedua orang tua. Berikut model penanganan
Model intervensi digabungkan dengan beberapa warga binaan Bina Laras melalui pendampingan
pendekatan sekaligus yaitu, konseling keluarga, psikologis. Tahap intervensi ini dimulai dengan cara
pengembangan ketrampilan dan psikososial. Selama mengenali dan mengatasi masalah warga binaan dengan
peneliti mengobservasi pendekatan yang dilakukan para upaya membangun karakter positif dan mengembangkan
staf Panti Sosial Bina Laras dan mendalaminya lebih jauh, ketrampilan sosial, tahap ke dua diberikan program
paradigma yang digunakan adalah pendekatan humanistik pengembangan keterampilan kemudian
terutama Client Centered Therapy dari Carl R. Rogers mempraktekannya melalui latihan kerja. Tahap ke tiga
(Non-direktif konseling). Sikap yang dominan muncul adalah tahap penguatan perilaku, dalam bentuk diskusi
dari pendampingatau mentor, yaitu penerimaan positif, kelompok bersama yang berisi saling bertukar pendapat,
penerimaan secara penuh terhadap diri warga binaan dan mendengarkan pengalaman masing-masing, bertujuan
keluarga tanpa prasyarat apapun (unconditional positive untuk memperkuat kondisi yang ingin dicapai pada tahap
regard). Selama berkomunikasi berlangsung, pendamping intervensi psikologis. Namun penguatan perilaku tidak
mengambil peran sebagai pendengar yang aktif dan selamanya berjalan lancar, sehingga perlu diberikan
menjadi teman ‘curhat’ bagi warga binaan. kontrol dan monitoring pada warga binaan yaitu layanan
Dalam penelitian ini dapat dijelaskan model dalam bentuk kunjungan ke rumah pada keluarga dan
penanganan bagi warga binaan berdasarkan data yang berinteraksi dengan masyarakat disekitarnya.
diperoleh dari lapangan. Model penanganan dalam bentuk Melaksanakan konseling kelompok, yaitu memberikan
pendampingan psikologis ini merupakan intervensi konseling secara kelompok pada warga binaan mengenai:
berbasis komunitas. Hal ini melibatkan sumber daya fungsi diri mereka di dalam komunitas, belajar
manusia dalam bentuk lembaga yang memiliki nilai-nilai menghadapi tekanan dan krisis, belajar merespon secara
kemasyarakatan dan sosial. tepat ketika mengalami tekanan dan krisis. Tahap ke
Berikut ini adalah gambaran model penanganan empat adalah evaluasi perilaku mampu menyesuaikan diri
warga binaan melalui pendampingan psikologis. dengan lingkungan dan dapat terjun ke masyarakat atau
1. Asesmen, yaitu evaluasi secara holistik yang kembali pada keluarga.
mengeksplorasi kebutuhan warga binaan, antara lain
kemampuan yang dimiliki, baik secara emosi, sosial, SIMPULAN
hambatan dan potensi lingkungan yang dihadapi
(Hershenson, Power, Waldo, 1996). Asesmen ini Berdasarkan hasil penelitian dan interpretasi data
merupakan tahap awal yang ditujukan untuk mengenal penelitian, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan
warga binaan. Dalam pengukuran ini warga binaan dan berikut ini:
keluarganya atau significant others lainnya (untuk istilah (1) Bentuk-bentuk pemberdayaan warga binaan
lembaga, pihak terkait yang memberi rujukan) mendapat dapat dilakukan dalam berbagai program yang saling
informasi tentang lembaga/panti. Data awal yang melengkapi, yaitu intervensi langsung pada warga binaan
dikumpulkan diantaranya; keluarga, lingkungan, dan keluarga. Program yang dilaksanakan antara lain
pendidikan, pekerjaan program pendidikan forman dan nonformal, outreach,
2. Intervensi psikologis, sebagai langkah awal, kunjungan rumah, pengembangan keterampilan,
warga binaan yang masuk ke dalam lingkungan lembaga membentuk kelompok bersama dan kerjasama dengan
akan diperkenalkan mengenai; tujuan, norma, nilai, masyarakat sekitar.
kegiatan, dan kebiasaaan yang dirancang secara umum 2) Konsep dan aplikasi pendampingan menggunakan
dan khusus agar dapat kembali ke masyarakat umum. prinsip menerima warga binaan apa adanya, sehingga
Keluarga adalah basis utama dalam program intervensi ini. program pemberdayaan dapat dilakukan dengan
Keluarga yang tangguh dapat menjadi model bagi mencakup aspek sosial dan psikologis.
keluarga lainnya, berikut adalah kualitas keluarga (3) Program intervensi berbasis komunitas ini dilakukan
tangguh, antara lain (1) Apresiasi dan afeksi, berisi oleh lembaga yang memiliki nilai-nilai sosial dan nilai-
kepedulian satu sama lain, (2) Komunikasi efektif, berisi nilai masyarakat serta menjunjung tinggi asas
pujian, berbagi perasaan, (3) Kesejahteraan spiritual, kemanusiaan
berisi harapan, iman, dan kepercayaan, (4) Komitmen,
berisi kepercayaan, dapat diandalkan, (5) Menghabiskan
waktu bersama, berisi waktu berkualitas dan
menyenangkan, dan (6) kemampuan mengelola stres dan

Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat 98


Gambar 1. Model Penanganan Warga Binaan Melalui Pendampingan Psikologis

1. Asesmen

2. Intervensi Psikologis

Berpikir Pengembangan Konseling


Terbuka & Keterampilan Keluarga
Positif

3. Penguatan Perilaku

Diskusi Konseling
Kelompok
Bersama Kelompok

4. Monitoring dan Evaluasi

Mampu menyesuaikan diri dengan


lingkungan

Kembali kelingkungan dan keluarga


dan masyarakat

Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat 99


DAFTAR PUSTAKA Miles, M.G., & Hubermen, A.M. (1992). Analisa Data
Kualitatif. Jakarta. Penerbit Universitas
Afiatain, Tina. 2018. Psikologi Perkawinan dan Indonesia.
Keluarga (Penguatan Keluarga di Era Digital
Berbasis Kearifan Lokal). Yogyakarta. Orford, Jim. (1992). Community Psychology (Theory
PT.Kanisius Yogyakarta and Practice). Chicester. John Wiley and Sons.

Berg, Laura. 2012. Develoment Through The Lifespan 1 Santrock, J.W., (1996). Perkembangan Remaja. Ed. 6.
(Edisi Terjemahan). Yogyakarta. Penerbit Erlangga. Jakarta
Pustaka Pelajar.
Santrock, J.W., (2007). Psikologi Perkembangan. Jilid
Departemen Sosial R.I. (1985). Study Kasus: Aspek- 2. Erlangga. Jakarta
aspek Kemiskinan di Beberapa Daerah di
Indonesia. Jakarta Yulianti, Alma. 2013. Psikologi Perkembangan
Sepanjang Rentang Kehidupan. Pekanbaru. Al-
Hershenson, D.B., Power, P.W., Waldo, M. (1996). Mujtahadah Press.
Community Counseling. Allyn and Bacon.
Boston Yumpi Festa. 2013. Rekonstruksi Model Penanganan
Anak Jalanan Melalui Pendampingan Psikologis,
Matarrita-Cascante, D., & Brennan, M.A. (2012). Suatu Intervensi Berbasis Komunitas . Jurnal
Conceptualizing Community Development in the Penelitian Psikologi 2013, Vol. 04, No. 02, 142-
Twenty-first Century. Community Development. 153. Universitas Muhammadiyah Jember.
Vol. 43, No. 3. July 2012, 293-305.

Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat 100


ONLINE SMART SHOPING KAWASAN WISATA DANAU SIPIN (WATER
FRONT CITY) UNTUK MENINGKATKAN PENDAPATAN MASYARAKAT
DI KELURAHAN LEGOK
ONLINE SMART SHOPPING AT SIPIN LAKE TOURISM AREA (WATER FRONT CITY) FOR
INCREASING COMMUNITY’S INCOME AT LEGOK URBAN VILLAGE

Nofrans Eka Saputra1, Edi Saputra2, Fitri Widiastuti3


1
Departement of Psychology, Jambi University, Jl. Lintas Jambi-Muara Bulian Km. 15, Mendalo
Darat, Jambi Luar Kota, Kota Jambi, Jambi, 36122, Indonesia
2
Departement of Technology and Science, Jambi University, Jl. Lintas Jambi-Muara Bulian Km.
15, Mendalo Darat, Jambi Luar Kota, Kota Jambi, Jambi, 36122, Indonesia
3
Departement of Economy, Jambi University, Jl. Lintas Jambi-Muara Bulian Km. 15, Mendalo
Darat, Jambi Luar Kota, Kota Jambi, Jambi, 36122, Indonesia
E-mail: nofransekasaputra@unja.ac.id1 , edisaputra@unja.ac.id2, fitriwidiastuti@gmail.com3
No. Handphone: -

ABSTRAK

Danau Sipin merupakan ikon baru wisata dengan konsep water front city oleh Pemerintah Kota Jambi. Potensi
wisata danau sipin dimediasi melalui galeri dan website sebagai sarana pemasaran berbagai macam produk
masyarakat secara efektif, aman, dan edukatif. Sebagai upaya dalam meningkatkan produksi masyarakat
diperlukan pelatihan serta penyuluhan. Metode kegiatan yang dilakukan dalam pengabdian masyarakat ini
yaitu pelatihan pengemasan produk, pelatihan penjualan dan pemasaran, penyuluhan dan praktik manajemen
keuangan dan organisasi serta penyuluhan dan praktek pembuatan galeri dan paket wisata. Sasaran dalam
pengabdian masyarakat ini merupakan pengelola usaha yang ada di Danau Sipin dan sekitarnya. Hasil
pengabdian masyarakat ini berupa keterampilan masyarakat dalam pengemasan produk dengan merk lokal,
penjualan melalui media online, serta identifikasi paket wisata DsipinTour yang dikemas melalui website
dsipinshop.com sebagai sarana online smart shoping sehingga mampu mendorong keterampilan masyarakat
dalam meningkatkan kuantitas, dan kualitas produk.

Kata kunci: Danau Sipin, Online Smart Shoping, Wisata

ABSTRACT

Sipin Lake is a new icon of tourist attraction with water front city concept by Jambi City’s Government.
Tourism potential of Sipin Lake was effectively, safely, and educatively mediated by using gallery and website
as means marketing of community’s various products. As an effort in increasing production of community, it
was potentially needed a training andcounseling program.The activity methods conducted on this program
were product packaging training, sales and marketing training, counseling and practicing of financial and
organization management, counseling and practicing of making galleries and tour packages. The community
target of this program was business managers at Sipin Lake and sorrounding areas. The results of this
program were skills of community in packing local brand product, selling on online media, and identifying
DsipinTour tour packages which were packed by using dsipinshop.com website as means of online smart
shopping so that it could encourage skills of communityin increasing the quantity and quality of product.

Keywords: Online Smart Shopping, Sipin lake, Tourism

Kawasan Danau Sipin merupakan salah satu memperbaiki dan membudayakan Danau Sipin dan Sungai
wilayah yang memiliki potensi wisata di Kota Jambi. Batanghari sebagai ikon baru dan menjadi pusat wisata
Potensi wisata ini digagas dengan konsep Water Front City bagi masyarakat Jambi. Kawasan Danau Sipin berada
oleh Pemerintah Kota Jambi dengan misi untuk dalam Kelurahan Legok yang terdiri dari beberapa wilayah

Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat 101


yaitu Danau Sipin, Pulau Pandan, Legok, Kampung Baru.
Daerah ini merupakan kawasan rawan banjir karena
berada diantara Sungai Batanghari dan Danau sipin.
Kelurahan Legok juga terkenal dengan daerah
padat penduduk dengan jumlah penduduk 12.895 jiwa,
yang terdiri dari 3272 kepala keluarga (KK) (Bapeda Kota
Jambi, 2016). Kelurahan Legok bisa dikatakan memiliki
lokasi yang strategis karena dikelilingi oleh perhotelan,
perkantoran, kampus, dan sekolah, dan dilalui salah salah Gambar 1. Hasil Keterampilan anyaman enceng gondok dan
satu jalan utama menuju ibu kota provinsi Jambi. barang bekas
Meskipun demikian, pada kenyataannya banyak warga
jambi yang berpandangan bahwa Kelurahan Legok Sisi lain, sebagai penunjang potensi wisata Danau
termasuk red area atau zona rawan. Masyarakat memiliki Sipin beberapa masyarakat berinisiatif dengan
pandangan bahwa beberapa pelaku pencurian, membangun anjungan wisata yang bernama Sipin Lake.
perampokan, pengemis, bermukim di Kelurahan Legok Sipin Lake bisa dikatakan telah berhasil menjadi perhatian
sehingga daerah ini semakin memiliki citra sebagai masyarakat, dimana antusias warga Kota Jambi
wilayah yang keras, kejam, bahkan menjadi tempat ditunjukkan melalui banyaknya kunjungan ke destinasi
transaksi narkoba, prostitusi, bahkan penyalahgunaan baru ini.
Napza. Berita mengenai penggerebekan pengedar
Kawasan Danau Sipin juga memiliki daya tarik
narkotika di Kelurahan Legok, khususnya Danau Sipin dan
tersendiri untuk dikembangkan menjadi kawasan wisata
Pulau Pandan bukan hal yang aneh lagi. Wilayah ini sering
air. Potensi sebagai wahana permainan air, seperti paddle
disebut sebagai kampung narkoba
boat, bumper boat, water ball, speed boat, perahu kayak,
(http://www.tribunnews.com/regional/2016/01/23/polisi-
perahu naga merupakan beberapa hal yang bisa dijadikan
gerebek-kampung-narkoba-danau-sipin-jambi). Fakta
wahana wisata baru. Berbagai permainan ini bisa sangat
menunjukkan bahwa sindikat pengedar narkoba yang
mungkin untuk dilakukan dikarenakan sebagian
tertangkap di Pulau Pandan disebut sebagai bagian dari
masyarakat sadar bahwa Danau Sipin memiliki potensi
Jaringan Internasional (Jambi Independent, 2015). Baru-
untuk itu. Misalnya saja sekolah dayung yang dibentuk
baru ini juga Pulau pandan kembali menjadi sorotan,
oleh Ibu Leni Haini yang telah memanfaatkan Danau Sipin
dimana tujuh orang diamankan karena bertransaksi
sebagai sarana untuk berlatih mendayung. Sekolah dayung
narkoba (Serujambi, 2018).
ini merupakan sekolah alternatif bagi anak dan remaja
Masyarakat Kelurahan Legok sebagian besar putus sekolah di Kelurahan Legok. Anak dan remaja ini
bekerja sebagai buruh harian lepas dimana jumlahnya dilatih menjadi calon atlit dayung agar bisa berkompetisi
sebanyak 880 jiwa laki-laki dan 217 jiwa perempuan, di tingkat lokal, regional maupun nasional. Kurang lebih
kebanyakan mereka minimal berpendidikan sekolah dasar. sebanyak 25 orang siswa yang dirangkul atau dibina.
Dikarenakan lokasi daerah ini berdekatan dengan aliran Sekolah Dayung merupakan sekolah berbasis pendidikan
sungai batanghari dan danau sipin banyak masyarakat dengan tujuan untuk menciptakan lingkungan yang sehat
yang memanfaatkannya menjadi usaha perikanan sebagai karena selain memberikan pendidikan kepada anak dan
sumber penghasilan, khususnya usaha keramba ikan patin, remaja sekolah Dayung juga menerapkan program bank
dan ikan belibis. Para ibu-ibu yang berada didaerah sampah. Dimana nanti masyarakat Kelurahan Legok
kelurahan legok juga bekerja sebagai pengupas bawang menabung uang melalui sampah, yang nantinya
yang didapat dari Pengepul Pasar Angso Duo. Jumlah dipergunakan untuk biaya pendidikan. Meskipun
pendapatan rill masyarakat rata-rata per kepala keluarga demikian, tidak banyak masyarakat yang ikut
adalah kurang lebih Rp 1.000.000. berpartisipasi dalam kegiatan ini.

Beberapa kelompok masyarakat diantaranya Keterbatasan sumber daya manusia, masih kuatnya
memberdayakan diri dengan membuat keterampilan sikap permisif terhadap kejadian penyalahgunaan napza di
anyaman enceng gondok dan dari barang bekas lainnya lingkungan masyarakat, dan masih terbentuknya persepsi
menjadi tempat tisu, vas bunga, tas, keranjang. Sisi lain, negatif terhadap orangluar untuk masuk berkontribusi
beberapa kelompok masyarakat juga membuat olahan dalam memecahkan masalah lingkungan masyarakat
dengan bahan dasar ikan yaitu aneka kerupuk, ikan teri Kelurahan Legok, membuat tantangan untuk menjadikan
krispi (gambar 1). Beberapa usaha ini masih memiliki Danau Sipin sebagai ikon wisata Kota Jambi semakin
omzet yang kecil, dan belum memiliki ijin dari institusi besar. Namun dengan melihat lokasi daerah ini yang dekat
terkait. pusat kota, mudah ditempuh/ akses maka akan lebih
mudah melakukan pemberdayaan untuk masyarakat
disana dengan mengembangkan potensi yang ada dalam
diri dan lingkungan sekitar mereka (Saputra, 2017).
Sebagai upaya dalam mengembangkan potensi wisata,
masyarakat Danau Sipin selaku pengelola usaha kecil
masih menggunakan proses pemasaran yang tradisional

Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat 102


yaitu dari mulut ke mulut, dan pengemasan produknya Setiap kebutuhan masyarakat dibahas melalui
masih bisa dikatakan masih kurang baik. Usaha ini juga pertemuan kelompok yang menghasilkan beberapa
mengalami kesulitan diantaranya terkait dengan bahan rencana kegiatan seperti pelatihan pengemasan produk,
baku olahan yang cenderung naik turun, khususnya ikan pelatihan penjualan produk secara online maupun manual,
patin, sehingga pesanan yang terjadi biasanya cenderung pelatihan pengelolaan dana dan organisasi, pelatihan
pada musim tertentu saja. Para pengelola usaha ini pembuatan paket wisata, galeri dan sistim penjualan online
membutuhkan pelatihan dalam pengelolaan usaha agar menggunakan website.
menambah pendapatan keluarga. Para pengelola usaha Kegiatan-kegiatan yang direncanakan dalam
membutuhkan pelatihan untuk pengemasan produk dan pengabdian masyarakat telah berhasil dilakukan dengan
memasarkan produk mereka ke masyarakat luas dengan baik. Dalam pelatihan pengemasan produk tim pengabdian
lebih modern yaitu melalui website dan galeri produk, masyarakat mengundang narasumber dari kelompok usaha
dikarenakan sistim tradisional kurang efektif. Amanah yang telah berhasil menjadi salah satu usaha
produk makanan ringan di Kota Jambi. Amanah memiliki
Pengelola usaha juga membutuhkan pelatihan upaya pemasaran yang cukup dikenal oleh warga jambi,
tentang manajemen pemasaran dan keuangan serta baik secara manual melalui gerai maupun online/ media
pelatihan dalam pengembangan paket wisata permainan sosial. Intagram Amanah bisa diakses melalui
air, serta memperkenalkan potensi olahan lain dari ikan @amanah.co. Berbagai produk gerai Amanah merupakan
seperti Nugget, Bakso, Abon. Pengolahan potensi wisata aneka hasil olahan ikan, dan lain-lain.
air juga masih belum maksimal, meskipun murah Sebagai upaya dalam meningkatkan pemahaman
masyarakat luas masih belum banyak mengetahui masyarakat pelatihan pengemasan produk juga disertai
tersedianya perahu masyarakat untuk dijadikan fasilitas dengan kunjungan ke gerai Amanah, sehingga masyarakat
wisata air untuk mengarungi danau sipin, belum lagi danau sipin yang menjadi sasaran pengabdian masyarakat
banyak spot foto yang bisa dijadikan lokasi swafoto yang lebih memahami mengenai setiap hal yang terkait dengan
menarik bagi kalangan muda. pengemasan produk seperti macam-macam bahan baku
kemasan yaitu kertas, aluminium foil, film, plastik, dan
METODE PENELITIAN proses pengemasan. Sisi lain, masyarakat juga mengetahui
bahwa pembuatan merk barang juga terkait dengan
Metode pengabdian masyarakat ini dilakukan pengemasan. Pada akhirnya, masyarakat telah berhasil
dengan bentuk pelatihan (penyuluhan dan praktek). memberikan produknya dengan beberapa merk barang
Pengabdian masyarakat juga menggunakan beberapa seperti BBQ (belibis-belibis crispy), Elok (aksesoris
tahapan kegiatan (gambar 1) yaitu : enceng gondok), sipin island dan lain-lain.
Pelatihan penjualan produk secara online dan
1. Identifikasi pelaku usaha/ mitra binaan manual menghasilkan beberapa hal yaitu penyesuaian
2. Identifikasi kebutuhan masyarakat harga barang antara online dan manual, penentuan admin
3. Perancangan kegiatan pengabdian masyarakat sebagai pengelola website, dan galeri, pembuatan alur
4. Penerapan kegiatan pengabdian masyarakat proses penjualan dalam sistim online dan manual.
5. Pendampingan operasional Penyesuaian harga barang dan online dilakukan dengan
6. Evaluasi taksiran harga barang oleh masyarakat yang sesuai dengan
ongkos produksi dan biaya pengiriman barang. Dalam
penjualan sistim online harga setiap barang dinaikan
HASIL DAN PEMBAHASAN menjadi 5-10% ditambah dengan ongkos pengiriman.
Keuntungan ini diharapkan dapat dijadikan sebagai salah
Pengabdian masyarakat ini telah berhasil melalui satu upaya pembiayaan pemeliharaan website oleh admin.
tahapan kegiatan yang telah direncanakan. Identifikasi Admin website tersebut telah dipilih bersama oleh
mitra yang terlibat sebagai pelaku usaha di Danau Sipin masyarakat danau sipin, dengan kriteria masyarakat
berjumlah 7 (tujuh) kelompok yaitu kelompok usaha aneka kelurahan Legok sekitarnya, bersedia membantu
olahan ikan (ikan krispi), hidroponik, anyaman enceng masyarakat danau sipin, mengetahui teknologi, serta
gondok, batik, tangkul ikan, kelompok tani, pengrajin akar mampu mengelola administrasi melalui website dan galeri.
hiasan, serta kelompok paket wisata. Kelompok-kelompok Admin website bertanggung jawab mengenai kesesuaian
ini telah memiliki produk yang siap dipasarkan, namun alur penjualan dalam sistim online dengan manual.
masih perlu dikemas dengan lebih menarik serta dapat Hasil pelatihan pengelolaan dana dan organisasi
menjangkau konsumen yang lebih luas. Kegiatan menunjukkan bahwa masyarakat danau sipin memerlukan
identifikasi kelompok usaha yang menjadi mitra pembentukan koperasi sebagai pengelola utama dalam
pengabdian masyarakat menghasilkan beberapa kegiatan usaha masyarakat. Namun hal tersebut belum bisa
kebutuhan dari setiap masing-masing kelompok usaha, terwujud, karena setiap usaha dari kelompok masyarakat
yaitu permasalahan pengemasan, pemasaran, pengelolaan masih menggunakan modal sendiri. Sebagai upaya
dana dan organisasi, serta belum terintegrasinya aneka mewujudkan terbentuknya koperasi, tim pengabdian
paket wisata melalui sebuah galeri dan atau media online masyarakat menjajaki kerjasama dengan pengelola dana
seperti website yang dapat menfasilitasi produk yang siap PNPM setempat sehingga koperasi dapat segera terbentuk
dipasarkan ke masyarakat yang lebih luas. di lingkungan masyarakat danau sipin.

Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat 103


MASALAH SOLUSI

M
Pengemasan Produk Mitra PELATIHAN 1
Kurang Menarik Penyuluhan dan Praktek
Pengemasan Aneka Produk

I Pemasaran Produk Mitra Monitoring dan pendampingan


Kurang luas PELATIHAN 2 setelah pelatihan 1

T Dana, keuangan, organisasi


Penyuluhan dan Praktek Penjualan
dan Pemasaran melalui media
belum terkelola dengan baik online/ manual
Monitoring dan pendampingan
R setelah pelatihan 2
PELATIHAN 3

A Belum terintegrasinya Penyuluhan dan Praktek


Pemodalan, Manajemen Keuangan
Aneka potensi wisata dan Manajemen Organisasi Monitoring dan pendampingan
setelah pelatihan 3

PELATIHAN 4
Penyuluhan dan Praktek Galeri
dan Paket Wisata Monitoring dan pendampingan
setelah pelatihan 4

EVALUASI

LUARAN
1. Metode Pengemasan Aneka Produk
2. Metode Pemasaran Aneka Produk
3. Metode Manajemen Keuangan dan Organisasi
4. Produk Paket Wisata Online Smart Shoping
5. Publikasi Paket Wisata Online Smart Shoping

Gambar 1. Tahapan Kegiatan Pengabdian Masyarakat

Dalam pelatihan pembuatan paket wisata telah Meskipun masih banyak kekurangan dalam tampilan,
ditentukan bahwa beberapa destinasi baru wisata seperti namun website ini dirasa cukup baik dalam mengakomodir
sipin island dan sipin lake bisa dijadikan salah satu lokasi sistim penjualan online bagi masyarakat luas. Dimana
tujuan wisata, selain paket wisata lainnya. Beberapa sistim penjualan online ini bisa melakukan interaksi dua
kegiatan paket wisata lainya yang telah ditentukan oleh arah antara admin website dan pembeli. Pembeli dalam
masyarakat yaitu bersampan, menangkul ikan, memanen penjualan melalui website ini dapat memilih produk yang
sesuai dengan keinginannya, sehingga pada akhirnya
enceng gondok, serta pelatihan keterampilan menganyam
pembeli hanya cukup melakukan transaksi langsung
enceng gondok, pengolahan barang bekas, hidroponik,
melalui atm (anjungan tunai mandiri) dengan tranfer ke
serta pembuatan batik, pembuatan kayu ukir, dan outbond. rekening yang telah ditentukan oleh admin pengelola
Sisi lain, dalam paket wisata ini para peserta atau website. Sebagai upaya mempermudah penjualan, website
pengunjung akan mendapatkan bonus produk lokal juga telah menampilkan taksiran ongkos kirim barang ke
sebagai cinderamata yang telah ditentukan oleh setiap wilayah di Indonesia. Hal ini diharapkan para
masyarakat. Aneka pililhan paket bisa dikatakan pembeli merasakan kemudahan dalam membeli produk
merupakan paket wisata edukatif dan aneka kegiatanya lokal masyarakat danau sipin.
telah ditentukan oleh masyarakat serta telah diberikan Pembuatan galeri telah dilakukan
harga ekonomis atau terjangkau bagi pengunjung yang Dalam kegiatan pengabdian masyarakat ini telah
berminat. Harga tiket untuk setiap pengunjung berkisar dapat diketahui bahwa setiap rencana kegiatan telah dapat
anatara Rp. 50.000,- sd Rp. 100.000.-. Hal ini juga terkait dilakukan dengan baik, namun hanya saja terkendala
dengan jumlah peserta serta aneka produk paket yang ingin sumber dana yang bisa digunakan sebagai modal ongkos
produksi setiap usaha masyarakat. Sisi lain, upaya dalam
dimililki oleh peserta.
membentuk koperasi masih terus dilakukan oleh tim
Pelatihan pembuatan galeri dan website telah pengabdian dan masyarakat.
menghasilkan website yang disebut dengan
dsipinshop.com. Dalam website ini telah ditampilkan SIMPULAN
beberapa produk lokal masyarakat beserta harga.

Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat 104


Berdasarkan hasil pengabdian masyarakat dapat kreatifitas dalam membangun produk yang
disimpulkan bahwa luaran dalam pengabdian masyarakat berkualitas.
ini telah tercapai yaitu terlaksannya pelatihan pengemasan
produk, pelatihan penjualan online dan galeri, pelatihan DAFTAR PUSTAKA
pengelolaan dana dan organisasi, pelatihan pembuatan Bapeda Kota Jambi (2016). Laporan Data Statistik
aneka paket wisata dan website. Pengabdian masyarakat Kelurahan Legok Kecamatan Telanai Pura Kota
ini juga telah berhasil membangun website yang disebut Jambi. Bulan Februari 2016
dsipinshop.com sebagai website yang pertama kali dirilis Jambi Independent. (2015). Sindikat Pulau Pandan
oleh mayarakat danau sipin untuk upaya sosialisasi produk Jaringan Internasional. Terbit 31 Juli 2015.
penjualan masyarakat Kelurahan Legok pada umumnya, Saputra, N. E. (2017). Pengembangan Komunitas
dan khususnya bagi masyarakat danau sipin. Kampung Pintar Indonesia Sebagai Upaya Penerapan
Saran Digital Seloko Melayu Jambi Dalam Prevensi
1. Bagi pemerintah diharapkan dapat mendukung Perilaku Berisiko. Presentasi oral. Temu Ilmiah
masyarakat Kelurahan Legok untuk menyusun Ikatan Psikologi Sosial. 10-11 November.
kebijakan dalam memberikan bantuan peminjaman Universitas Gadjah Mada Yogyakarta
dana usaha atau dan dukungan operasional bagi Serujambi (2018). Polisi Acak-acak Pulau Pandan, Tujuh
pemeliharan website dsipinshop.com orang Diamankan. Terbit 26 Januari 2018.
2. Bagi masyarakat diharapkan terus berkomitmen http://www.tribunnews.com/regional/2016/01/23/polisi-
dalam menjaga ketersediaan barang produksi untuk gerebek-kampung-narkoba-danau-sipin-jambi.
dipasarkan dalam website dsipinshop.com.
Masyarakat juga diharapkan dapat segera
membentuk koperasi sebagai upaya mempermudah
alur transaksi penjualan serta meningkatkan

Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat 105


HUBUNGAN ANTARA IKLIM ORGANISASI DAN KEPUASAN KERJA
PADA KARYAWAN
THE RELATIONSHIP BETWEEN THE ORGANIZATIONAL CLIMATE AND JOB SATISFACTION
AMONG EMPLOYEES

Olievia Prabandini Mulyana*, Umi Anugerah Izzati


Jurusan Psikologi, FIP, Universtitas Negeri Surabaya, Surabaya, 60213, Indonesia
*E-mail: olieviaprabandini@unesa.ac.id
No. Handphone: 0811272081

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara iklim organisasi dan kepuasan kerja pada karyawan. Metode
penelitian yang digunakan adalah metode kuantitatif. Subjek pada penelitian ini adalah 46 karyawan. Instrumen
penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala iklim organisasi dan skala kepuasan kerja. Analisis data
pada penelitian ini menggunakan analisis korelasi product moment. Hasil analisis data menunjukkan bahwa ada
hubungan antara iklim organisasi dengan kepuasan kerja. Hubungan antar variabel bersifat positif, yang artinya
semakin baik persepsi karyawan terhadap iklim organisasi, maka semakin tinggi pula kepuasan kerjanya.

Kata kunci: iklim organisasi, kepuasan kerja, karyawan

ABSTRACT

This research aims to find out the relationship between the organizational climate with job satisfaction among employees.
The method used in this research is a quantitative method. Subjects of this research are 46 employees. The instruments
are the organizational climate scale and job satisfaction scale. Data analysis using product moment. The results show
that there is a relationship between organizational climate and job satisfaction. Relationships between variables are
positive, it means if the employee has a good perception of the organizational climate, so job satisfaction will be high.

Keywords: litter, table-littering, environmental psychology, social intervention

Produktivitas merupakan hal yang penting dalam Robbins dan Judges (2008) mengatakan bahwa
keberlangsungan suatu perusahaan. Salah satu komponen ada konsekuensi ketika terdapat kepuasan dan
yang memegang peranan penting dalam produktivitas ketidakpuasan kerja pada karyawan. Respon-respon
perusahan adalah karyawan. Karyawan merupakan tersebut dapat diungkapkan ke dalam berbagai cara
individu yang bekerja melalui fisik dan pikirannya pada seperti: usaha aktif dan konstruktif sebagai upaya untuk
suatu perusahaan dan memperoleh balas jasa yang sesuai memperbaiki kondisi dengan memberikan saran
dengan perjanjian yang telah disekapakati sebelumnya perbaikan, mendiskusikan masalah dengan atasan, dan
(Hasibuan, 2009). Produktivitas dapat dikatakan sebagai beberapa bentuk aktivitas serikat kerja; sikap
salah satu dampak dari kepuasan kerja yang dimiliki oleh membiarkan keadaan menjadi lebih buruk dengan
karyawan (Wibowo, 2007). ketidakhadiran atau keterlambatan yang terus-menerus,
Kepuasan kerja merupakan harapan masing- upaya berkurang, kesalahan yang dibuat makin banyak;
masing individu saat bekerja. Kepuasan kerja adalah sikap menunggu secara pasif sampai kondisinya menjadi
sikap yang menggambarkan bagaimana perasaan lebih baik dengan membela perusahaan terhadap kritik
seseorang terhadap pekerjaannya secara keseluruhan dari luar dan percaya bahwa organisasi dan manajemen
maupun terhadap berbagai aspek dari pekerjaannya akan melakukan hal yang tepat untuk memperbaiki
(Spector, 1997). Masing-masing karyawan memiliki kondisi; usaha terakhir yang dilakukan karyawan keluar
tingkat kepuasan kerja yang berbeda sesuai dengan nilai dari perusahaan dengan mencari posisi baru dan
yang dianutnya. Semakin banyak aspek-aspek dalam mengundurkan diri.
pekerjaan yang sesuai dengan keinginan dan kebutuhan Berdasarkan studi pendahuluan pada karyawan
karyawan, maka semakin tinggi pula tingkat kepuasan diperoleh informasi bahwa karyawan mengatakan bahwa
kerja yang dirasakan. mereka bekerja diperusahaan ini mungkin tidak untuk
selamanya, dengan berbagai macam latar belakang

Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat 106


diantaranya yakni apabila mereka menemukan pekerjaan dilakukan pada sebuah perusahaan yang bergerak di
atau perusahaan yang lebih baik, beberapa yang lain industri kreatif di kota Yogyakarta.
ingin pindah ketempat mereka berasal, dan beberapa Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini
yang lainnya ada yang berencana untuk membuka adalah skala iklim organisasi dan skala kepuasan kerja.
industry sendiri dalam bidang usaha yang sama. Model penskalaan yang digunakan adalah model skala
Kepuasan kerja karyawan di pengaruhi oleh likert. Uji validitas yang digunakan dalam penelitian ini
faktor internal dan eksternal. Hal ini sesuai dengan dilakukan dengan mengkorelasikan skor-skor pada setiap
pendapat Robbins dan Judge (2008) mengemukakan dua item dengan skor total (corrected item-total correlation).
faktor yang memengaruhi kepuasan kerja terdiri dari dua Batas yang digunakan pada penelitian ini adalah yaitu r
hal yaitu faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik. Secara hitung > 0,30. Sedangkan uji reliabilitas dengan teknik
lebih rinci, faktor intrinsik adalah faktor yang berasal dari analisis data alpha cronbach dengan bantuan SPSS versi
diri individu sendiri seperti: kemajuan, pengakuan, 21.0 for windows.
tanggung jawab, dan pencapaian. Hal ini sejalan dengan Skala iklim organisasi mengukur mengenai cara
pendapat Herzberg yang menemukan bahwa faktor- pandang subjektif inidvidu terhadap situasi lingkungan
faktor yang berkaitan dengan isi pekerjaan, yang kerjanya kemudian dimaknai sesuai interpretasi individu
kemudian dinamakan faktor intrinsik yang terdiri dari terhadap situasi lingkungan kerjanya. Aspek-aspek yang
tanggung jawab (responsibility), capaian (achievement), digunakan dalam skala iklim organisasi terdiri dari
kemajuan (advancement), pengakuan (recognition), structure, responsibility, reward, warmth, support,
pekerjaan itu sendiri (Munandar, 2011). Faktor ekstrinsik organizational identity and loyalty, risk (Lussier, 2015).
adalah faktor yang berhubungan dengan hal-hal yang Jumlah aitem pada skala iklim organisasi sejumlah 46
berasal dari luar individu seperti pengawasan, imbalan aitem dengan koefisien validitas pada penelitian ini
kerja, kebijaksanaan perusahaan, dan kondisi-kondisi bergerak antara 0.301-0.742 dan koefisien reliabilitasnya
kerja. Herzberg menjabarkan faktor lain yang sebesar 0.945.
menimbulkan ketidakpuasan yang biasanya berkaitkan Skala kepuasan kerja mengukur mengenai sikap
dengan konteks dari pekerjaan yang meliputi positif individu terhadap pekerjaannya. Aspek-aspek
administrasi atau kebijakan perusahaan, gaji, penyeliaan, yang digunakan dalam skala kepuasan kerja terdiri dari
hubungan antarpribadi, dan kondisi kerja (Munandar, gaji, promosi, supervisi, tunjangan tambahan,
2011). penghargaan, prosedur dan peraturan kerja, rekan kerja,
Kondisi kerja dalam perusahaan dapat pula pekerjaan itu sendiri dan komunikasi (Spector, 1997).
menunjukkan suasana psikologis dalam organisasi yang Jumlah aitem pada skala kepuasan kerja sejumlah 33
disebut iklim organisasi. Iklim organisasi merupakan aitem dengan koefisien validitas pada penelitian ini
lingkungan kerja yang bersifat psikologis yang tidak bergerak antara 0.370-0.600 dan koefisien reliabilitasnya
terlihat nyata tetapi dapat dirasakan oleh para anggota sebesar 0.891.
didalam organisasi tersebut. Lussier (2005) Teknik analisis data yang digunakan untuk
mendefinisikan iklim organisasi sebagai persepsi menguji hipotesis dalam penelitian ini adalah teknik
individu terhadap lingkungan yang mempunyai pengaruh korelasi product moment, karena teknik tersebut dapat
langsung terhadap kinerja inidvidu dalam organisasi. digunakan untuk mengetahui hubungan antara kedua
Persepsi individu terkait lingkungan kerjanya secara variabel yang diteliti. Uji hipotesis yang digunakan pada
rutin yang mempengaruhi sikap dan perilaku invidu penelitian ini dilakukan dengan bantuan SPSS versi 21.0
terhadap organisasi dan berhubungan erat dengan for windows. Sebelum menggunakan teknik korelasi
kenyamanan ataupun kepuasan kerja. Berdasarkan hal product moment, data penelitian harus memenuhi asumsi
tersebut, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dasar sehingga dilakukan uji asumsi terlebih dahulu. Uji
apakah ada hubungan antara iklim organisasi dan asumsi terdiri dari uji normalitas dan uji linearitas. Uji
kepuasan kerja pada karyawan. normalitas dalam penelitian ini bertujuan untuk
Hipotesis penelitian ini adalah ada hubungan antara iklim mengetahui apakah data yang diperoleh berdistribusi
organisasi dengan kepuasan kerja pada karyawan. normal atau tidak berdistribusi normal. Normalitas data
diuji dengan menggunakan Kolomogorov-Smirnov Test
METODE PENELITIAN dengan bantuan SPSS versi 21.0 for windows. Kemudian
dilakukan uji linearitas dalam penelitian ini yang
Penelitian ini menggunakan metode penelitian bertujuan untuk mengetahui apakah data penelitian
kuantitatif. Penelitian kuantitatif menekankan bersifat linear atau tidak. Linearitas data dalam penelitian
analisisnya pada data-data numerial (angka), yang diolah ini diuji dengan menggunakan test for linearity dengan
dengan metode statistika (Azwar, 2009). Rancangan taraf signifikansi 0,05 dengan bantuan SPSS versi 21.0
penelitian deskriptif korelasional digunakan pada for windows. Setelah data terbukti memenuhi asumsi
penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara iklim dasar, maka dilakukan uji hipotesis dengan teknik
organisasi dengan kepuasan kerja pada karyawan. korelasi product moment dengan menggunakan bantuan
Penelitian ini merupakan penelitian populasi. SPSS versi 21.0 for windows.
Subjek penelitian adalah karyawan tetap yang bekerja
pada sebuah perusahaan industri kreatif. Jumlah subjek HASIL DAN PEMBAHASAN
pada penelitian ini adalah 46 orang. Penelitian ini

Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat 107


Hasil analisis deskripsi data dalam penelitian ini lebih rendah dari yang diharapkan, maka akan
adalah sebagai berikut: menyebabkan pegawai tersebut menjadi tidak puas.
Kepuasan kerja juga dipengaruhi oleh proses
Tabel 1. Deskripsi Data Penelitian individu mempersepsikan kondisi lingkungan kerjanya,
Std. yakni terkait bagaimana karyawan melihat kondisi
lingkungan kerja perusahaan. Jika dikatakan demikian
N Min Max Mean Deviation
anggota organisasi yang memiliki sikap positif terhadap
Iklim Organisasi 46 140 216 166,41 17,278 iklim organisasi akan memiliki kepuasan kerja yang
Kepuasan Kerja 46 101 161 116,89 11,308 tinggi. Kepuasan kerja yang didapatkan oleh karyawan
dapat bersumber pada persepsi individu yang positif
Berdasarkan data pada tabel deskripsi data terhadap structure, responsibility, reward, warmth,
penelitian, dapat diketahui bahwa data iklim organisasi support, organizational identity and loyalty, dan risk
memiliki nilai minimum 140, nilai maksimum 216, nilai yang ada di dalam organisasi.
rata-rata 166,41 dan standar deviasi 17,278. Sedangkan Hasil perhitungan R-Square pada penelitian ini
data kepuasan kerja memiliki nilai minimum 101, nilai adalah sebesar 0.471. Hal ini menunjukkan bahwa
maksimum 161, nilai rata-rata 116,89 dan standar deviasi sebesar 47,1% variasi kepuasan kerja dijelaskan oleh
11,308. iklim organisasi, sedangkan sisanya sebesar 52,9%
Uji normalitas dan hemogenitas merupakan uji variasi kepuasan kerja dijelaskan oleh variabel lain yang
prasyarat sebelum dilakukan pengujian hipotesis. Uji tidak diteliti dalam penelitian ini seperti jenis pekerjaan,
normalitas pertama dilakukan untuk melihat masa kerja, kepemimpinan, tanggung jawab dan
penyimpangan frekuensi hasil penelitian dari frekuensi karakteristik pekerjaan itu sendiri.
hipotetik. Jika tidak ada penyimpangan maka variabel
yang diuji memiliki sebaran normal. Uji normalitas SIMPULAN
menggunakan teknik Kolmogorov-Smirnov
menunjukkan p>0,05 yang berarti sebaran data pada Hipotesis pada penelitian ini adalah ada hubungan
iklim organisasi dan kepuasan kerja dinyatakan normal. antara iklim organisasi dan kepuasan kerja pada
Uji hemogenitas berdasarkan Levene’s test karyawan. Berdasarkan hasil analisis data, diperoleh
menunjukkan p>0,05 artinya sebaran data iklim suatu kesimpulan bahwa ada hubungan antara iklim
organisasi dan kepuasan kerja memiliki varian yang organisasi dan kepuasan kerja pada karyawan. Arah
homogen, atau data berasal dari populasi-populasi hubungan bersifat positif, artinya semakin baik iklim
dengan varian yang sama. Setelah dilakukan uji prasyarat organisasi di perusahaan maka semakin tinggi pula
atau ujii asumsi dan hasilnya terpenuhi maka tahapan kepuasan kerja pada karyawannya.
selanjutnya dapat menggunakan analisa data parametrik. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa iklim
Uji hipotesis menggunakan analisis korelasi organisasi memiliki hubungan dengan kepuasan kerja
product moment dengan bantuan SPSS versi 21.0 for pada karyawan, diharapkan perusahaan dapat
windows .untuk membuktikan hubungan antara iklim meningkatkan iklim organisasi yang positif di
organisasi dan kepuasan kerja. Hasil analisis product perusahaan dengan memfasilitasi program yang dapat
moment (r=0,686, p<0,05) menunjukkan bahwa memberi ruang kepada karyawan untuk mengambil
siginifikan. Dengan demikian, hipotesis penelitian yang risiko dalam menjalankan tugas sebagai sebuah
menyatakan bahwa ada hubungan antara iklim organisasi tantangan.
dan kepuasan kerja pada karywan, diterima. Koefisien Peneliti selanjutnya diharapkan dapat melakukan
korelasi sebesar 0,686 menunjukkan arah hubungan penelitian yang melibatkan faktor-faktor lain dari
dalam penelitian ini yang positif, artinya semakin baik kepuasan kerja yang tidak diteliti dalam penelitian ini
iklim organisasinya maka semakin tinggi pula kepuasan seperti jenis pekerjaan, masa kerja, kepemimpinan
kerjanya. sehingga dapat memberikan rekomendasi yang lebih
Menurut Robbins (2015) salah satu aspek yang komprehensif untuk meningkatkan kepuasan kerja
sering digunakan untuk melihat kondisi suatu organisasi karyawan.
adalah tingkat kepuasan kerja para anggotanya.
Kepuasan kerja merupakan sikap umum seseorang DAFTAR PUSTAKA
terhadap pekerjaannya yang dimunculkan dengan sikap
yang positif maupun negatif terhadap pekerjaannya.
Lebih lanjut Locke menyatakann bahwa kepuasan kerja As’ad, M. (2008). Psikologi industri. Yogyakarta:
seseorang bergantung pada discrepancy antara should be Penerbit Liberty
(expectation, needs, and value) dengan apa menurut Azwar, S. (2009). Metode penelitian. Yogyakarta:
perasaannya telah diperoleh atau dicapai melalui Pustaka Pelajar.
pekerjaan (As’ad, 2008) Dengan demikian, apabila yang
Hasibuan, M.S.P. (2009). Manajemen sumber daya
didapatkan oleh karyawan ternyata sama atau lebih besar
dari apa yang diharapkan maka pegawai tersebut menjadi manusia (edisi revisi). Jakarta: PT. Bumi
puas, namun sebaliknya, apabila yang didapat pegawai Aksara.

Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat 108


Munandar, A.S. (2011). Psikologi industri dan Spector, P. E. (1997). Job satisfaction: application,
organisasi. Jakarta: UI-Press. assesment, cause and consequences.
Robbins, S.P. (2015). Perilaku organisasi. California: Sage Publications Inc.
Jakarta: Penerbit Salemba Empat. Wibowo. (2007). Manajemen kinerja. Jakarta: PT
Robbins, S. P., & Judge, T. A. (2014). Perilaku Raja Grafindo Parsada
organisasi (edisi 12). Jakarta: Salemba
Empat.

Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat 109


FAKTOR LINGKUNGAN KERJA YANG MENIMBULKAN
KECEMASAN PADA PEKERJA TRANSPORTASI DARAT DI
PERUSAHAAN TAMBANG
WORK ENVIRONMENT FACTORS WHICH CREATE ANXIETY IN BLOOD TRANSPORTATION
WORKERS IN PERPIANTAMBANG

Shanty Komalasari
Program Studi Psikologi IslamFakultas Ushuluddin dan Humaniora Universitas Islam
Negeri (UIN)Antasari Banjarmasin
Email:shantykomalasari.sk@gmail.com

ABSTRAK

Kecemasan adalah pengalaman subjektif mengenai ketegangan mental yang menggelisahkan sebagai reaksi umum dan
ketidakmampuan menghadapi masalah atau tidak adanya rasa aman.Kecemasan sering terjadi apabila seseorang
mengalami masalah yang tidak mampu dihadapi. Penyebab kecemasan bisa berasal dari sebab-sebab fisik, emosi yang
ditekan, dan lingkungan. Bagi seseorang yang melakukan pekerjaan di luar ruangan,salah satu faktor yang menimbulkan
kecemasan banyak berasal dari lingkungan kerja. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui faktor lingkungan kerja yang
menimbulkan kecemasan pada pekerja transportasi darat di perusahaan tambang. Penelitian ini menggunakan jenis
penelitian kualitatif dengan metode penelitian wawancara kelompok, FGD, observasi, dan dokumentasi. Kemudian
analisis data menggunakan analisis deskriptif. Subjek dalam penelitian ini adalah 165 pekerja transportasi darat
diperusahaan. Hasil analisis menunjukkan faktor lingkungan yang menimbulkan kecemasan adalah penerangan jalan pada
jalur transportasi darat perusahaan tambang yang kurang dan kondisi jalan yang tidak rata
.
Kata Kunci:Faktor Lingkungan Kerja, Kecemasan, Pekerja Tambang.

ABSTRACT

Anxiety is a subjective experience about agitating mental tension as a common reaction due to Anxiety is a subjective
experience about agitating mental tension as a common reaction due to inability to deal with problems and feeling insecure
a bout them. Anxiety often happens when someone face problem she or she cannot handle .The factors that cause anxiety
vary; it could be physical, emotional, orenvironmental. Forthose who work out door, the problem might come from work
environment. This research aim stoknow work environmental factors that cause anxietytol and transport workers in
amining company. This is a qualitative study with group interview, FGD, observation, and documentationas the data
collection methods. The datawere analyzed descriptively. The subjects in this researchare 160l and transportworkers
working in the company. The analysis results showed that environmental factors that cause anxiety are the lack of street
lights and rocky road along the transportation lane of the mining company.

Keywords: workenvironmentalfactors, anxiety,mining worker

Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat 110


Usia dewasa merupakan usia yang produktif untuk menjadi salah satu faktor penyebab kecemasan.
bekerja.Banyak pilihan pekerjaan yang bisa dilakukan, Lingkungan dapat mempengaruhi cara berpikir
baik pekerjaan jenis kantoran yang berada di dalam ruangan individu tentang dirinya sendiri, orang lain
atau diluar ruangan seperti pekerja tambang. Semua jenis disekitarnya atau hal-hal lainnya. Hal ini disebabkan
pekerjaan tentu memiliki resiko dan bahayanya masing- karena adanya pengalaman yang tidak
masing. Pekerja yang melakukan pekerjaan diruangan menyenangkan pada individu dengan keluarga,
ataupun diluar ruangan sama-sama memiliki kemungkinan sahabat,maupun dengan rekan kerja, sehingga
besar mengalami dampak-dampak buruk dari pekerjaan individu tersebut merasa tidak nyaman terhadap
mereka sehari-hari. Seperti hasil observasi dan wawancara lingkungan disekitarnya (Ramaiah, 2003).
yang dilakukan disalah satu perusahaan tambang di Segala hal dalam pekerjaan harus diatur serapi
Kalimantan Selatan, kecemasan menjadi hal yang banyak dan senyaman mungkin agar tidak menimbulkan
dialami oleh pekerja, ungkap paraatasan. kecemasan bagi para pekerja, salah satu hal yang harus
Kecemasan adalah suatu keadaan aprehensi atau dijaga adalah lingkungan kerja. Lingkungan kerja
keadaan khawatir yang mengeluhkan bahwa sesuatu yang merupakan salah satu unsur yang cukup penting
buruk akan terjadi. Banyak hal yang menyebabkan didalam dunia kerja. Lingkungan kerja dapat diartikan
kecemasan dalam diri seseorang misalnya kesehatan, sebagai tempat seseorang bekerja, dan segala sesuatu
relasisosial, ujian, karier, relasi internasional,dan kondisi yang ada disekitar pekerja yang mendukung aktivitas
lingkungan (Neviddkk, 2005). Kecemasan adalah sesuatu pekerja itu sendiri (Kaswan, 2017). Kondisi fisik
yang menimpa hampir setiap orang pada waktu tertentu tempat kerja yang menyenangkan sangat diperlukan
dalam kehidupan, seperti yang terjadi pada para pekerja guna menunjang peningkatan produktivitas oleh
tambang yang telah diobservasi sebelumnya. Kecemasan pekerja. Hal ini sejalan dengan pendapat yang
merupakan reaksi normal terhadap situasi yang sangat menyatakan bahwa bila lingkungan kerja yang positif
menekan kehidupan seseorang, artinya kecemasan dan menguntungkan bagi para pekerjanya merupakan
merupakan reaksi yang normal dialami oleh seseorang, hal terpenting untuk meningkatkan produktivitas
namun menjadi tidak wajar bila terjadi dalam waktu yang (Luthans, 2010). Hal-hal yang dimaksud dengan
terus menerus dan dalam tingkat yang tinggi. Kecemasan kondisi fisik yang menyenangkan antara lain
bisa muncul sendiri atau bergabung dengan gejala-gejala terdapatnya ventilasi ruangan yang baik, penerangan
lain dari berbagai gangguan emosi (Ramaiah, 2003). yang cukup untuk pencegahan kecelakaan, tata ruang
Kecemasan berhubungan dengan keadaan yang rapi, terjaganya kebersihan ruangan dan terbebas
emosional seseorang yang ciri- cirinya bisa terlihat dari dari polusi udara (Kaswan, 2017).
kondisi fisik seseorang contohnya seperti berkeringat, Kondisi lingkungan kerja yang menyenangkan
kepala pusing, sulit bernafas, mual, gelisah dan gugup harus diperhatikan, baik lingkungan kerja yang berada
(Nevid dkk,2005). Kecemasan yang dialami oleh tiap didalam ruangan maupun diluar ruangan. Seperti yang
individu berbeda-beda, ada yang bisa diatasi oleh individu ada pada salah satu perusahaan tambang yang ada
tersebut dana da juga yang memerlukan penanganan lebih diIndonesia yang lingkungan kerjanya lebih banyak
lanjut. Kecemasan juga dapat berkembang dalam jangka dilakukan diluar ruangan. PT. X adalah salah satu
waktu yang tidak dapat ditentukan karena hal itu bagian dari perusahaan pertambangan batu bara
tergantung pada seluruh pengalaman hidup seseorang. kontraktor yang dapat diandalkan dan terkemuka di
Suatu kejadian atau situasi tertentu dapat menyebabkan Indonesia. Sebagai perusahaan jasa pertambangan
munculnya kecemasan pada diri seseorang. Ada beberapa batu bara diIndonesia, PT.X bergerak dibidang jasa
faktor penyebab kecemasan diantaranya yaitu: faktor pertambangan terpadu dengan standar internasional.
sebab-sebab fisik, emosi yang ditekan dan lingkungan Sebagai perusahaan yang sudah berstandar
(Ramaiah, 2003). internasional, seharusnya segala unsur yang
Pada saat mengalami kecemasan yang disebabkan menyangkut tentang hal-hal yang ada di dalam
oleh fisik, pikiran dan tubuh akan berinteraksi sehingga perusahaan tambang sudah diatur dengan baik.
menimbulkan kecemasan, misalnya pada saat kondisi Lingkungan kerja, keamanan dan kenyamanan
seseorang sedang berada dalam keadaan terancam, atau pekerja tentu harus menjadi faktor utama yang
sedang dalam keadaan sakit kemudian dipaksa untuk diperhatikan oleh perusahaan karena mengingat
melakukan sesuatu yang tidak memungkinkan, misalnya pekerja adalah unsur yang sangat penting dalam
selama melakukan pekerjaan, maka selama mengalami perusahaan tambang. Salah satu bagian yang penting
keadaan itu akan terjadi perubahan-perubahan perasaan adalah pekerja transportasi darat diperusahaan
yang dialami oleh individu dan dapat memunculkan tambang atau yang biasa disebut operator.
kecemasan. Faktor lain yang menyebabkan kecemasan Menurut laporan tim produktivitas
adalah emosi yang ditekan. Individu dapat merasakan International Labour Office(ILO) hal pertama yang
kecemasan apabila ia tidak mampu menemukan jalan harus diusahakan untuk memperbaiki kinerja pegawai
keluar untuk perasaannya sendiri,contohnya apabila adalah menjamin agar pekerja dapat melaksanakan
individu sedang menekan rasa marah atau frustasi dalam tugasnya dalam keadaan yang memenuhi syarat,
jangka waktu yang sangat lama.Faktor terakhir yang dapat sehingga mereka dapat melaksanakan tugasnya tanpa
menyebabkan indivudu mengalami kecemasan adalah mengalami ketegangan atau dengan kata lain
faktor lingkungan tempat individu tinggal atau bekerja

Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat 111


perusahaan harus menyediakan lingkungan kerja yang baik yang jelas. Gangguan kecemasan dibagi kedalam
bagi karyawan (Pramudyo, 2010). Penelitian ini dilakukan di jalur transportasi darat
Para pengemudi transportasi darat harus berhati- disalah satu perusahaan tambang terkemuka di
hati saat mengemudi agar kecelakaan kerja tidak terjadi. Indonesia yang berada di wilayah Kalimantan
Menurut data statistik di China sejak tahun 1949 hingga Selatan.
2007 terjadi lebih dari 250.000 pekerja tambang yang beberapa jenis, yaitu: fobia spesifik, fobia sosial,
meninggal dunia akibat kecelakaan kerja (Jianjun:2007), gangguan panik, dan gangguan cemas menyeluruh
dan berdasarkan data ststistik kecelakaan Departemen (FitriFauziah dan JuliantyWiduri, 2007).
SHEPT. X Rantau Nangka Kalimantan Selatan tahun Fobia spesifik merupakan suatu
2012, tercatat pada tahun 2005-2008 jalur transportasi ketakutan yang tidak diinginkan karena kehadiran
darat menjadi area terbanyak terjadinya kasus kecelakaan atau antisipasi terhadap obyek atau situasi yang
fatal yaitu sebesar 3 kasus hilangnya nyawa pekerja spesifik. Sedangkan fobia sosial merupakan
(Pratomodan Puspitasari, 2016). Hal ini sesuai dengan ketakutan yang tidak rasional dan menetap,
penelitian yang menyatakan bahwa setiap tempat kerja biasanya berhubungan dengan kehadiran orang
selalu mengandung potensi bahaya yang dapat lain. Gangguan kecemasan lainnnya adalah
mempengaruhi kondisi fisik atau psikis tenaga kerja gangguan panik yang merupakan gangguan
(Azizah: 2013). Hanya saja hal ini kadang kurang kecemasan yang terjadi jika mengalami serangan
terperhatikan oleh pihak perusahaan, selain itu banyakf panik yang spontan dan tidak terduga yang dapat
aktor-faktor lain yang juga harus diperhatikan oleh menyebabkan seseorang mengalami simtom
perusahaan, misalnya semangat para pekerja dalam berupa sulit bernafas, jantung berdetak kencang,
melaksanakan tugas, kompensasi yang diberikan, mual, rasa sakit didada, berkeringat dingin dan
penempatan yang tepat, latihan, rasa aman, motivasi, gemetar. Selanjutnya yang terakhir gangguan
promosi, dan salah satu faktor lain yang dapat memberikan cemas menyeluruh, gangguan ini merupakan
motivasi dalam pelaksanaan tugas, yaitu lingkungan kerja kekhawatiran yang berlebihan dan bersifat
(Kaswan,2017). Potensi-potensi yang dapat menyebabkan pervasif, disertai dengan berbagai simtom
ketidaknyamanan di lingkungan kerja seharusnya lebih somatik, yang menyebabkan gangguan signifikan
diperhatikan lagi oleh pihak perusahaan agar pada saat dalam kehidupan sosial atau pekerjaan pada
melakukan pekerjaan pegawai bisa melakukannya dengan penderitaan, atau menimbulkan stress yang nyata
maksimal tanpa ada tekanan fisik atau psikis yang dialami. (FitriFauziahdanJuliantyWiduri, 2007).
Rasa aman pada lingkungan kerja harusnya lebih Sedangkan subjekyang dijadikan sebagai
ditingkatkan untuk kenyamanan para pegawai. Jika kondisi sampel dalam penelitian ini adalah salah satu
lingkungan kerja yang tidak aman tetap dibiarkan dan tidak perusahaan tambang dari beberapa perusahaan
diatasi maka akan menimbulkan kecemasan pada pegawai. tambang yang menggunakan jalur transportasi
Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, pada studi darat. Berdasarkan pemaparan yang sudah
pendahuluan yang dilakukan di PT.X, pihak managerial disampaikan sebelumnya,karena para pekerja
menyebutkan bahwa beberapa pekerja mengaku sedang transportasi darat lebih banyak bekerja di luar
mengalami kecemasan dan menimbulkan beberapa ruangan maka dalam penelitian ini, peneliti
hambatan selama 6 (enam) bulan terakhir. Akan tetapi bermaksud meneliti lebih dalam apa saja faktor
belum jelas apafaktor penyebab kecemasan yang dialami lingkungan kerja yang menimbulkan kecemasan
oleh pekerja. pada pekerja transportasi darat diperusahaan
Rasa takut dan cemas yang dialami oleh setiap tambang PT. X.
individu dapat menyebabkan individu merasa terancam
dalam beberapa situasi tertentu. Kecemasan yang Metode Penelitian
berlebihan ini berdampak pada pikiran serta tubuh bahkan
dapat menimbulkan penyakit fisik (Cutler, 2004). Jenis penelitian yang digunakan dalam
Beberapa dampak yang dapat muncul akibat kecemasan penelitian ini adalah penelitian kualitatif yang akan
antara lain: simtom suasana hati, simtom kognitif dan memberikan gambaran faktor lingkungan kerja yang
simtom motorik. Selain ketiga dampak tersebut menimbulkan kecemasan pada pekerja. Kemudian
kecemasan juga menyebabkan kelelahan pada pekerja dan analisis data dalam penelitian ini menggunakan
menurunnya kesehatan para pekerja. Kecemasan sangat analisis deskriptif.
terlihat langsung dampaknya pada fisik seseorang,hal ini Pegumpulan data dalam metode kualitatif
dapat meneyebabkan melemahnya tenaga pada saat bermacam-macam, dan metode pengumpulan data
melakukan pekerjaan, dan hal ini dapat menimbulkan yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah
kesalahan dalam bekerja bahkan kecelakaan wawancara kelompok, FGD (Focus Group
kerja(Budiono, 2003). Discussion), observasi, dan dokumentasi.
Kecemasan yang berkelanjutan juga dapat Wawancara adalah percakapan dengan
menyebabkan ganguan kecemasan. Gangguan kecemasan maksud tertentu, percakapan ini dilakukan oleh dua
merupakan suatu gangguan yang memiliki ciri kecemasan pihak,yaitu pewawancara (Interviewer)yang
atau ketakutan yang tidak realistik, juga irrasional, dan mengajukan pertanyaan dan terwawancara
tidak dapat secara intensif ditampilkan dalam cara-cara

Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat 112


(interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan tersedia secara merata disepanjang jalur transportasi.
itu (Herdiansyah ,2015). Kurangnya pencahayaan yang ada dijalur transportasi
Wawancara yang dilakukan dalam penelitian ini tersebut tentu saja mengganggu kenyamanan bekerja
adalah wawancara semi terstruktur yang dilakukan secara ungkap hampir seluruh subjek penelitian setelah
berkelompok. Jenis wawancara ini dipilih agar peneliti diwawancara. Para pekerja transportasi darat
dapat bertanya sebebas-bebasnya terhadap subjek diperusahaan tambang PT. X mengaku mengalami
penelitian dan memiliki kebebasan dalam mengatur alur ketidaknyamanan bekerja pada malam hari karena para
dan setting wawancara. Jenis wawancara ini dipilih agar pekerja mengaku tidak bisa bekerja dengan masksimal
didapat data yang lengkap dan bertujuan untuk menggali karena kurangnya penerangan yang ada dan
data sebanyak mungkin dari subjek penelitian menyebabkan kenyamanan secara visual pada saat
(Herdiansyah, 2015). Sedangkan FGD (Focus Group bekerja dimalam hari tidak mereka dapatkan. Padahal
Discussion) adalah diskusi yang dilakukan secara pencahayaan merupakan salah satu hal penting yang
sistematis dan terarah mengenai suatu isu atau masalah perlu diperhatikan oleh perusahaan karena area kerja
tertentu (Herdiansyah, 2015). membutuhkan tingkat kenyamanan yang memadai agar
Sedangkan observasi adalah pengamatan dan para pekerja dapat melakukan aktivitas dengan lancar
pencatatan secara sistematik terhadap gejala yang tampak dan memiliki produktivitas kerja yang baik
pada objek penelitian (Herdiansyah, 2015). Observasi (Widiyantoro, 2017).
dilakukan secara langsung maupun tidak langsung dengan Rue dan Byars(2010) juga menyatakan bahwa
menelusuri lajur transportasi yang ada pada perusahaan kondisi pencahayaan yang kurang ditempat kerja
tersebut sebagai bentuk cross check terhadap data menimbulkan situasi yang memungkinkan terjadinya
wawancara dan dokumentasi yang diperoleh. peningkatan prekuensi kecelakaan, situasi seperti ini
Subjek yang dijadikan sebagai sampel dalam menimbulkan perasaan tidak aman atau cemas. Hal ini
penelitian ini adalah salah satu perusahaan tambang dari dapat mengganggu kondisi fisik dan mental pekerja
beberapa perusahaan tambang yang menggunakan jalur Selain kondisi pencahayaan jalur transportasi
transportasi darat.Ada pun populasi dalam penelitian ini darat yang tidak maksimal hal lain yang menimbulkan
berjumlah 560 orang, teknik pengambilan sampel dalam kecemasan pada pekerja adalah karena kondisi jalan
penelitian ini dilakukan dengan menggunakan purposive yang tidak rata. Kondisi jalan yang tidak rata
sampling. Sampel dalam penelitian berjumlah 165 orang menimbulkan ketakutan untuk para pekerja dan merasa
yang diambil berdasarkan jadwal shift pekerja yang masuk tidak aman pada saat bekerja. Hal ini tentu saja
saat penjadwalan wawancara yang dilakukan dalam 8 menghambat perjalanan para pekerja yang melintas
(delapan) sesi wawancara selama 2 (dua) bulan. dijalur tersebut. Kondisi lingkungan yang aman
seharusnya menjadi hal penting yang harus
Hasil dan Pembahasan diperhatikan oleh perusahaan karena mengingat resiko
Berdasarkan data yang diperoleh melalui kecelakaan kerja yang mungkin saja terjadi pada
wawancara, FGD, observasi dan dokumentasi yang telah pekerja yang melintas dijalur tersebut. Hal inilah yang
dilakukan oleh peneliti diketahui bahwa faktor lingkungan menimbulkan kecemasan pada pekerja.
kerja yang menimbulkan kecemasan paling banyak dialami Kecemasan adalah sebuah perasaan ketakutan
oleh para pekerja karena disebabkan oleh penerangan pada yang ada didalam diri individu dalam beberapa situasi
jalur transportasi darat yang kurang dan kondisi jalan yang tertentu yang terkadang mengancam diri individu
tidak rata. tersebut dan ciri-cirinya bisa dikenali melalui kondisi
Para pekerja transportasi darat yang sering melintas fisik. Menurut hasil wawancara, FGD, observasi dan
dimalam hari pada jalur transportasi yang disediakan dokumentasi kurangnya pencahayaan dan jalur
perusahaan mengaku sangat cemas,karena kondisi transportasi yang tidak rata menjadi faktor lingkungan
penerangan yang kurang disepanjang jalur transportasi. kerja yang menimbulkan kecemasan pada pekerja.
Pada jalan transportasi ada jalur yang memiliki penerangan Kecemasan pada pekerja yang ditimbulkan oleh faktor
yang cukup dan ada juga jalur yang gelap karena tidak lingkungan ini dikarenakan kondisi lingkungan kerja
adanya lampu penerangan, sehingga para pekerja hanya yang tidak nyaman, lingkungan kerja yang tidak
mengandalkan lampu yang berasal dari armada transportasi. ergonomis,dan pekerjaan yang dilakukan terlalu
Hal ini juga menghambat konsentrasi pada saat bekerja berisiko tinggi. Hal ini sesuai dengan pendapat yang
dimalam hari. Padahal pada dasarnya para pekerja sangat dikemukakan oleh Ramaiah (2003) bahwa faktor
memerlukan cahaya dimalam hari untuk melihat objek yang lingkungan tempat individu tinggal atau bekerja
ada dijalur transportasi secara visual. Cahaya yang berasal menjadi salah satu faktor penyebab kecemasan. Karena
dari lampu jalanakan memudahkan pemantulan objek-objek lingkungan dapat mempengaruhi cara berpikir individu
yang ada disekitar lokasi jalur transportasi pada malam hari. tentang dirinya sendiri,orang lain disekitarnyaatau hal-
Hal tersebut akan menimbulkan kenyamanan secara visual hal lainnya.Hal ini disebabkan karena adanya
jika pencahayaan yang ada pada jalur transportasi tersedia pengalaman yang tidak menyenangkan pada individu
secara merata di sepanjang jalur transportasi. dengan keluarga, sahabat, maupun dengan rekan
Seperti yang sudah disampaikan sebelumnya kerja,sehingga individu tersebut merasa tidak nyaman
bahwa ternyata pencahayaan yang ada pada jalur terhadap lingkungan disekitarnya.
transportasi darat di perusahaan tambang PT.X tidak

Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat 113


Kondisi fisik tempat kerja yang menyenangkan sangat pekerja. Hal ini sejalan dengan pendapat yang
diperlukan guna menunjang peningkatan produktivitas oleh menyatakan bahwa bila lingkungan
dikemukakan oleh Ramaiah (2003) bahwa faktor darat di perusahaan tambang. Penelitian ini
lingkungan tempat individu tinggal atau bekerja menggunakan jenis penelitian kualitatif dengan metode
menjadi salah satu faktor penyebab kecemasan. Karena penelitian wawancara kelompok, FGD, observasi, dan
lingkungan dapat mempengaruhi cara berpikir dokumentasi, kemudian analisis data menggunakan
individu tentang dirinya sendiri,orang lain analisis deskriptif. Populasi dalam penelitian ini
disekitarnyaatau hal-hal lainnya.Hal ini disebabkan berjumlah 560 orang, dan yang dijadikan sampel
karena adanya pengalaman yang tidak penelitian berjumlah 165 orang yang diambil
menyenangkan pada individu dengan keluarga, berdasarkan jadwal shift pekerja yang masuk saat
sahabat, maupun dengan rekan kerja,sehingga individu penjadwalan wawancara yang dilakukan dalam
tersebut merasa tidak nyaman terhadap lingkungan (delapan) sesi wawan cara selama 2(dua)bulan.
disekitarnya. Kondisi fisik tempat kerja yang Hasil analisis menunjukkan faktor lingkungan yang
menyenangkan sangat diperlukan guna menunjang menimbulkan kecemasan adalah penerangan jalan pada
peningkatan produktivitas oleh pekerja. Hal ini sejalan jalur transportasi darat yang kurang dan kondisi jalan yang
dengan pendapat yang menyatakan bahwa bila tidak rata.Selain faktor lingkungan yang menimbulkan
lingkungan kerja yang positif akan menguntungkan kecemasan, pekerja juga mengalami panik saat bekerja.
bagipara pekerja danmerupakanhal terpenting Ada pun dampak dari kecemasan yang dialami oleh para
untukmeningkatkan produktivitas (Luthans,2010). pekerja menurut hasil wawancara dan observasi adalah
Jika kondisi lingkungan kerjadalam keadaan baikmaka simtom motorik, yaitu para pekerja merasa tidak tenang,
para pekerjaakan mengalami kemudahan dalam gugup, kegiatan gerakan yang tanpa arti dan tujuan,
melakukan aktivitas, akan tetapi jika misalnya jari-jari tangan atau kaki yang mengetuk-
kondisilingkungankerja tidakdalam kondisi baik ngetuk,sering kaget saat ada cahaya kendaraan
dalam hal ini pencahayaan yang kurang dan jalan masyarakat sekitar atau suara kendaraan yang tiba-tiba
berlubang maka akan menimbulkan hambatan bagi melintas dijalur transportasi darat. Simtom ini merupakan
para pekerja dalam meningkatkan produktivitas. gambaran rangsangan kognitif yang tinggi pada individu
Dampak dari kecemasan yang dialami oleh dan merupakan usaha untuk melindungi dirinya dari apa
para pekerja menurut hasil wawancara dan observasi saja yang dirasa mengancam.
adalah simtom motorik, yaitu para pekerja merasa Berdasarkan hasil penelitian yang didapatkan
tidak tenang, gugup, kegiatan gerakan yang tanpa arti maka kondisi lingkungan kerja dimana pun berada harus
dan tujuan, misalnya jari-jari tangan atau kaki yang mempertimbangkan kondisi lingkungan kerja, sehingga
mengetuk-ngetuk, sering kaget saat ada cahaya perlu dibuat perancangan sistem kerja yang sesuai
kendaraan masyarakat sekitar atau suara kendaraan dengan prinsip ergonomik,yaitu suatu sistem kerja yang
yang tiba-tiba melintas dijalur transportasi darat. meningkatkan kenyamanan dan produktivitas kerja
Simtom ini merupakan gambaran rangsangan kognitif (Husein, dkk, 2009). yang dialami oleh para pekerja
yang tinggi pada individu dan merupakan usaha untuk menurut hasil wawancara dan observasi adalah simtom
melindungi dirinya dari apa saja yang dirasa motorik,
mengancam. Hal lainnya yang sering dirasakan oleh
para pekerja akibat mengalami kecemasan adalah DAFTAR PUSTAKA
sering panik pada saat bekerja dimalam hari dan
mudah merasa lelah saat bekerja karena kondisi
Azizah, M.F.(2013).Analisis Faktor- Faktoryang
lingkungan kerja yang mereka hadapi sehari-hari.
berhubungandengan
KejadianStressKerjapadaKaryawan
Bank(Studipada KaryawanBank BMT). Jurnal
Simpulan Kesehatan Masyarakat, Vol. 2 No.1.
Kecemasan merupakan perasaan takut atau Bangkit,R.PdanNia, P.(2016). Analisis Penyebab
khawatir pada situasi tertentu yang sangat KelelahanOperatorHaul Dumptruck(HD)(Studi
mengancam yang dapat menyebabkan kegelisahan. Kasus di PT X Rantau Nangka Kalimantan
Kecemasan sering terjadi apabila individu Selatan).Jurnal Teknik Industri, Universitas
mengalami masalah yang tidak mampu dihadapi. Diponegoro Semarang,
Penyebab kecemasan bisa berasal dari lingkungan, 2, 1-11.
emosi yang ditekan, dan sebab- sebab fisik. Bagi Budiono, dll. (2003). Bunga Rampai Hiperkes
individu yang melakukan pekerjaan diluar ruangan, danKeselamatan Kerja. Semarang: Badan
salah satu faktor yang menimbulkan kecemasan Penerbit Universitas Diponegoro.
banyak berasal dari lingkungan kerja. Seperti pada Culter, dan Howard, C. (2004)Seni Hidup
penelitian ini yang dilakukan pada salah satu Bahagia.Jakarta:Gramedia Pustaka Utama.
perusahaan tambang PT.X dengan tujuan untuk Fitri, F. dan Julianty, W. (2007). Psikologi
mengetahui faktor lingkungan kerja yang AbnormalKlinis Dewasa.Jakarja:
menimbulkan kecemasan pada pekerja transportasi UniversitasIndonesia(UI-Press).

Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat 114


Kantor (Studi Kasus:Kantor PT. SandimasIntimitra Dosen Negeri pada Kopertais Wilayah V Yogyakarta.
DivisiMarketing di Bekasi).JurnalArsitektur, Jurnal Universitas Muhamadiyah Yogyakarta,3,
Bangunan&Lingkungan,66,65–70. 1-11.
Jianjun,T.(2007).Coal Mining Safety: China Ramaiah, Savitri. (2003). Kecemasan Bagaimana
’sachilles’ heel. Clinical Security, 3, 36-53. Mengatasi Penyebabnya. Jakarta: Pustaka
Kaswan. (2017). Psikologi Industri dan Organisasi. Populer Obor.
Bandung: Alfabeta. Luthans, Fred. (2010) Rue, L.W.,Byars,L.L.(2010).Supervision Key
Organizational Behavior.NewYork: LinktoProductivity. NewYork: McGraw-Hill.
McGraw-Hill. Torik Husein,dkk. (2009). Perancangan Sistem Kerja
Nevid, dkk. (2005). Pengantar Psikologi Abnormal. Ergonomis Untuk Mengurangi Tingkat
Bandung: Erlangga. Kelelahan Kerja. Jurnal INASEA, 46, 45-58
Pramudyo, A. (2010). AnalisisFaktor- Faktor yang
Mempengaruhi Kinerja

Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat 115


GAMBARAN PERILAKU AGRESIF REMAJA DIWILAYAH PADAT
PENDUDUK DI KALAYAN KOTA BANJARMASIN SELATAN DITINJAU
DARI KONFORMITAS TEMAN SEBAYA
DESCRIPTION OF AGGRESSIVE BEHAVIOR OF ADOLESCENTS IN THE SOLID AREA OF
POPULATION IN BANJARMASIN CITY, SOUTH VIEWED FROM PEER FRIENDS
'CONFORMITY

Dyta Setiawati Hariyono1,Muhammad Husaini Aditya Noor2,Via Yulandari3, Muhammad Ajie


Sadewa4
Program Studi S1 Psikologi, Fakultas Psikologi, Universitas Muhammadiyah Banjarmasin, Jalan
Gubernur Sarkawi, 70581, Handil Bakti, Indonesia
E-mail:nandhita007@gmail.com
No. Handphone: 085347111747

ABSTRAK

Kepadatan penduduk adalah salah satu problem pokok yang dihadapi oleh Kota besar dan Kota-Kota lainnya tanpa
menutup kemungkinan banyak terjadi tindakan kriminalitas. Salah satu tindakan kriminalitas tersebut adalah perilaku
agresif. Perilaku Agresif dikalangan remaja sangat tinggi dan tingkat konformitas pada remaja juga sangat tinggi, yang
menyebabkan meningkatnya perilaku agresif. Kedua faktor ini sangat berhubungan erat menentukan perilaku remaja.
Dimana masa remaja adalah masa mencari identitas diri, yang menyebabkan mudahnya mereka salah pergaulan dan
terjerumus kedalam hal yang tidak diinginkan. Masa remaja masa penuh emosi dan ada kalanya emosinya meledak -
ledak yang muncul karena adanya pertentangan nilai-nilai. Emosi yang menggebu-gebu ini adakalanya menyulitkan, baik
bagi remaja maupun bagi orang tua atau orang dewasa di sekitarnya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memberikan
gambaran perlilaku agresif remaja diwilayah padat penduduk di KalayanKota Banjarmasin Selatan ditinjau dari
konformitas teman sebaya.Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian
kualitatif. Subyek dalam penelitian ini adalah remaja dan masyarakat di daerah KalayanKota Banjarmasin. Pengumpulan
data menggunakan teknik wawancara dan observasi. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa gambaran perilaku
agresif remaja di wilayah yang ada di wilayah Kalayan, Banjarmasin selatan adalah mereka sering terlibat perkelahian,
pengeroyokan, dan sampai terjadi pembunuhan. Sedangkan apabila ditinjau dari konformitas teman sebayanya adalah
mereka sering berkumpul pada malam hari dan apabila salah satu temannya diganggu, maka teman yang lain ikut serta
dalam perkelahian hingga terjadi pembunuhan.
.
Kata Kunci:Perilaku Agresif, Remaja, Konformitas

ABSTRACT

Crowded Population is one of the main problems faced by big cities and other cities without closing the possibility of
many crimes occur. One such crime is aggressive behavior. Aggressive Behavior among juvenile is very high and the
level of conformity in juvenile is also very high, leading to increased aggressive behavior. Both of these factors are very
closely related to the behavior of juvenile. Where juvenile is a period of self-identity, which makes it easy for them to
misunderstand and fall into the undesirable. The juvenile period is full of emotion and there are times when his emotions
explode - the explosion that arises because of the contradiction of values. This exciting emotion is sometimes
troublesome, both for the teenager and for the parents or the adults around him. The purpose of this study is to provide
an overview of aggressive behavior of juvenile in densely populated areas in Kalayan City of South Banjarmasin in terms
of peer conformity. Method used in this research is qualitative research method. Subjects in this study were juvenile and
communities in Kalayan Kota Banjarmasin. We using interview and observation techniques. The results of this study
indicate that the image of aggressive behavior of juvenile in the area in Kalayan, southern Banjarmasin is that they often
engage in fights, beatings, and until the killing occurs. When viewed from the conformity of peers is that they often
gather at night and when one of his friends is disturbed, then another friend participated in a fight until the killing.

Keywords: Aggressive Behavior, Juvenile, Conformity

Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat 116


Salah satu problem pokok yang dihadapi oleh Kota sebagai determinan-determinan dalam pembentukan agresi
besar dan Kota-Kota lainnya tanpa menutup kemungkinan (Susantyo, 2016).
terjadi di kelurahan, adalah kriminalitas di kalangan anak, Pengaruh sosial dan kultural memainkan peranan
remaja, dewasa. Dalam berbagai liputan berita di televisi yang besar dalam pembentukan atau pengkondisian perilaku
dan sosial media, hampir setiap hari selalu ada berita agresif anak-anak dan remaja. Perilaku anak-anak dan
mengenai tindak kriminalitas di kalangan anak, remaja, dan remaja ini menunjukkan tanda-tanda kurang atau tidak
adanya konformitas terhadap Norma-Norma sosial.
dewasa. Hal ini cukup meresahkan, dan fenomena ini terus
Konformitas adalah tendensi untuk mengubah keyakinan
berkembang di masyarakat.
atau perilaku seseorang agar sesuai dengan perilaku orang
Masyarakat modern yang serba kompleks sebagai lain (Taylor, dkk, 2009). Dasar utama dari konformitas
produk kemajuan teknologi, mekanisasi, industrialisasi dan adalah ketika individu melakukan aktivitas dimana terdapat
urbanisasi memunculkan banyak masalah sosial. Usaha tendensi yang kuat untuk melakukan sesuatu yang sama
adaptasi atau penyesuaian diri terhadap masyarakat modern dengan yang lainnya, walaupun tindakan tersebut
sangat kompleks itu menjadi tidak mudah. Kesulitan merupakan cara-cara yang menyimpang. Remaja yang
mengadakan adaptasi menyebabkan banyak kebimbangan, mempunyai tingkat konformitas tinggi akan lebih banyak
kebingungan, kecemasan dan konflik, baik konflik eksternal tergantung pada aturan dan Norma yang berlaku dalam
yang terbuka, maupun yang internal dalam batin sendiri kelompoknya. Sedangkan menurut santrock, konformitas
yang tersembunyi dan tertutup sifatnya. Sebagai dampaknya muncul ketika individu meniru sikap atau tingkah laku
orang lalu mengembangkan pola tingkahlaku menyimpang orang lain dikarenakan tekanan yang nyata maupun yang
dari Norma-Norma umum, dengan jalan berbuat semau dibayangkan oleh mereka. Konformitas terjadi apabila
sendiri demi keuntungan sendiri dan kepentingan pribadi, individu mengadopsi sikap atau perilaku orang lain karena
kemudian mengganggu dan merugikan pihak lain. merasa didesak oleh orang lain. Desakan untuk conform
Dalam perkembangan masyarakat seperti ini, pada kawan-kawan sebaya cenderung sangat kuat selama
pengaruh budaya di luar sistem masyarakat sangat masa remaja (Santrock, 2007)
mempengaruhi perilaku anggota masyarakat itu sendiri, Hasil penelitian tentang perilaku sosial dengan
terutama anak-anak, lingkungan, khususnya lingkungan agresivitas siswa SMK yang dilakukan Putri (2011)
sosial, mempunyai peranan yang sangat besar terhadap menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara
pembentukan perilaku anak-anak, termasuk perilaku jahat perilaku sosial dengan agresivitas siswa di SMKN 1
yang dilakukan oleh anak-anak dan remaja.Fakta Cikarang. Perilaku sosial yang buruk diikuti agresivitas
menunjukkan bahwa semua tipe kejahatan remaja itu siswa yang tinggi. Hasil penelitian tersebut memberikan
semakin bertambah jumlahnya dengan semakin lajunya gambaran bahwa perilaku agresif yang ditunjukkan siswa
perkembangan industrialisasi dan urbanisasi. Kriminalitas tidak terlepas dari perilaku yang ditunjukkannya ketika
yang dilakukan oleh remaja pada intinya merupakan produk berada di lingkungan sosial. Salah satu faktor yang diduga
dari kondisi masyarakatnya dengan segala pergolakan sosial memengaruhi perilaku agresif, yaitu lingkungan sosial
yang ada di dalamnya. Kejahatanremaja ini disebut sebagai pengaruh kelompok, yaitu adanya peracunan tanggung
salah satu penyakit masyarakat atau penyakit sosial. jawab tidak merasa ikut bertanggung jawab karena
Penyakit sosial atau penyakit masyarakat adalah segala dikerjakan beramai-ramai, ada desakan kelompok dan
bentuk tingkah laku yang di anggap tidak sesuai, melanggar identitas kelompok apabila tidak ikut melakukan bukan dari
Norma-Norma umum, adat istiadat, hukum formal , atau anggota kelompok sehingga identitas kelompok yang sangat
tidak bisa diintegrasikan dalam pola tingkah laku kuat menyebabkan timbul sikap yang negatif dan
umum.Kejahatan dalam segala usia termasuk remaja dan mengeksklusifkan kelompok lain (Sarwono, 2005). Dasar
anak-anak berawal dari perilaku agresif yang muncul. utama dari konformitas adalah ketika individu melakukan
Perilaku agresif sepertinya telah menjadi sesuatu hal aktivitas dimana terdapat tendensi yang kuat untuk
yang sangat biasa terjadi pada kehidupan sosial individu saat melakukan sesuatu yang sama dengan yang lainnya,
ini. Agresi bukanlah perilaku yang sifatnya sederhana dan walaupun tindakan tersebut merupakan cara-cara yang
mudah diidentifikasi. Agresi seringkali digunakan oleh menyimpang. Remaja yang mempunyai tingkat konformitas
manusia sebagai jalan untuk mengungkapkan suatu tinggi akan lebih banyak tergantung pada aturan dan Norma
perasaan dan menyelesaikan suatu persoalan. Pada yang berlaku dalam kelompoknya sehingga remaja
kenyataannya, agresi tampil dalam bentuk yang sangat cenderung mengatribusikan setiap aktivitasnya sebagai
beragam, dan berhimpitan dengan konsep-konsep lain usaha kelompokbukan dari dirinya sendiri (Monks, dkk,
seperti permusuhan, asertivitas, marah, violence ataupun 2004)
bullying. Salah satu faktor yang sangat penting menjadi Beberapa pengaruh situasi yang memicu perilaku
pemicu agresi adalah marah. Menurut Potegal dan Knutson, agresif tersebut diantaranya adalah karena adanya efek
marah adalah salah satu faktor yang cukup menentukaan senjata, pengaruh stimulus alkohol dan suhu udara,
apakah perilaku agresi tersebut akan muncul atau tidak kepadatan (crowding), kebisingan, dan polusi udara, dan
(Rahman, 2017). Pendekatan ini meyakini bahwa perilaku juga karena adanya kompetisi antar kelompok yang
agresif bukanlah merupakan faktor bawaan (naluri) yang menimbulkan konflik (Susantyo, 2016). Kepadatan
ada pada setiap individu. Munculnya perilaku agresif (crowding) adalah suatu kepadatan yang dirasakan oleh
melibatkan faktor-faktor (stimulus-stimulus) eksternal seseorang dan bersifat psikologis. Hal ini berarti bahwa

Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat 117


banyaknya orang tersebut dinamakan sebagai kepadatan. ubbalanced = tidak/belum seimbang, unstable = tidak/belum
Hal ini dikarenakan orang tersebut memaknakan kerumunan stabil dan unpredictable = tidak dapat diramalkan. Pada
orang-orang tersebut tidak menyenangkan. Kepadatan periode ini terjadi perubahan - perubahan baik dalam segi
penduduk di suatu perKotaan menimbulkan permasalahan psikologis, sosial dan intelektual (Mohammad Ali dan
yang kompleks dalam kehidupan Kota. Begitu juga di Mohammad Asrori, 2012).
Provinsi Kalimantan Selatan termasuk urutan ke-17 dari Masa remaja merupakan suatu periode penting dari
jumlah penduduk yang terpadat, data yang di dapat dari rentang kehidupan, suatu periode transisional, masa
Badan Pusat Statistik Indonesia. Penduduk Kalimantan perubahan, masa usia bermasalah, masa dimana individu
Selatan sebanyak 3.626.616 jiwa dari beberapa kabupaten. mencari identitas diri, usia menyeramkan (dreaded), masa
Salah satu penduduk yang terpadat adalah di Kacamatan unrealism, dan ambang menuju kedewasaan. (Krori, 2011)
Banjarmasin Selatan dengan jumlah penduduk 155.505 Menurut Hall (Sarwono, 2011), masa remaja
jiwa, Kelurahan Kalayan. merupakan masa “sturm unddrang” (topan dan badai), masa
Kepadatan yang ada di Kalayanmenjadi salah satu penuh emosi dan ada kalanya emosinya meledak-ledak,
penyebab tingkat perilaku agresifitas yang terjadi di daerah yang muncul karena adanya Pertentangan nilai-nilai. Emosi
itu sangat tinggi. Dari hasil wawancara denganpihak yang menggebu-gebu ini adakalanya menyulitkan, baik bagi
Kepolisian Daerah Kalimantan Selatan Resort Kota si remaja maupun bagi orangtua/ orang dewasa di
Banjarmasin Sektor Banjarmasin Selatan dapat diketahui sekitarnya. Namun emosi yang menggebu-gebu ini juga
bahwa pada tahun 2017 jumlah kasus tindak pidana (Crime bermanfaat bagi remaja dalam upayanya menemukan
Total) 137 Kasus, dan Penyelesaian Tindak Pidana (Crime identitas diri. Reaksi orang-orang di sekitarnya akan
Clearence) 112 Kasus. Kemudian pada tahun 2018 jumlah menjadi pengalaman belajar bagi si remaja untuk
kasus tindak pidana (Crime Total ) 41 Kasus, dan menentukan tindakan apa yang kelak akan dilakukannya.
Penyelesaian Tindak Pidana ( Crime Clearence ) 34
kasus.Berdasarkan hasil wawancara dengan warga di Perilaku agresif
Kalayan dapat disimpulkan bahwa tingkat kriminalitas di Agresi bukanlah perilaku tanpa sebab. Agresi
daerah tersebut memang sangat tinggi, apalagi dikalangan muncul karena banyak faktor yang terkondisikan
remaja yang sering terjadi tawuran antar mereka yang sedemikian rupa. Salah satu faktor yang sangat penting
biasanya terjadi apabila ada kesalah pahaman antar mereka menjadi pemicu agresi adalah marah. Menurut Potegal dan
dan adanya perebutan wilayah, adapun akibat lainnya yaitu Knutson, marah adalah salah satu faktor yang cukup
karena mereka mengkonsumsi obat-obatan. Mereka menentukan apakah perilaku agresi tersebut akan muncul
memiliki komunitas masing-masing yang rata-rata anak dan atau tidak (dalam Rahman, 2017).
remaja, warga yang bermukim di Kalayan merasa sangat
Setidaknya terdapat beberapa faktor yang
terganggu dengan keadaan komunitas atau perkumpulan itu
mempengaruhi manusia melakukan agresivitas, yaitu
yang sering membuat keributan dan meresahkan warga di
(dalam Sarwono dan Meinarno, 2009):
Kalayan.
Berdasarkan kondisi yang telah digambarkan di atas, 1. Sosial
maka tulisan ini di maksudkan untuk memberikan gambaran Frustasi, terhambatnya atau tercegahnya
perlilaku agresif remaja diwilayah padat penduduk di upaya mencapai tujuan kerap menjadi penyebab
Kalayan di Kota Banjarmasin Selatan ditinjau dari agresi. Ketika calon legeslator gagal, ia akan merasa
konformitas teman sebaya. sedih, marah, dan bahkan depresi. Dalam keadaan
seperti itu, besar kemungkinan ia akan menjadi frustasi
TINJAUAN PUSTAKA dan mengambil tindakan-tindakan yang bernuansa
agresi, seperti penyerangan terhadap orang lain.
Remaja Kondisi ini menjadi mungkin dengan pemikiran bahwa
Tahapan perkembangan remaja menurut Mapiarre agresi yang dilakukan dapat mengurangi emosi marah
(dalam Moh Ali : 2012) berlangsung antara antara umur 12 yang dialami. Agresi tidak selalu muncul karena
tahun sampai 22 tahun yaitu umur 12 tahun sampai 21tahun frustasi. Manusia, misal petinju dan tentara, dapat
bagi wanita dan 13 tahun sampai 22 bagi pria. Rentang usia melakukan agresi karena alasan lain. Namun, frustasi
remaja ini dibagi menjadi dua bagian yaitu remaja awal dapat menimbulkan agresi jika penyebab frustasi
dengan rentan usia antara 12/13 tahun sampai 17/18 tahun dianggap tidak sah atau tidak dibenarkan (dalam
dan remaja akhir usia 17/18 sampai 21/22 tahun. Sarwono dan Meinarno, 2009).
Perkembangan masa remaja merupakan periode Provokasi verbal atau fisik adalah salah satu
transisi atau peralihan dari kehidupan masa kanak-kanak ke penyebab agresi. Manusia cenderung untuk membalas
masa dewasa. periode dimana individu dalam proses dengan derajat agresi yang sama atau sedikit lebih
pertumbuhannya (terutama pertumbuhan fisik) telah tinggi dari pada yang diterimanya (balas dendam).
mencapai kematangan, Mereka tidak mau lagi diperlakukan Menyepelekan dan merendahkan sebagai ekspresi
sebagai anak-anak namun mereka belum mencapai sikap arogan atau sombong adalah prediktor yang kuat
kematangan yang penuh dan belum memasuki tahapan bagi munculnya agresi. Rangsangan memuncak dan
perkembangan dewasa. Secara negatif periode ini disebut pengaruh media masuk melalui desentisisasi. Faktor
juga periode “serba tidak” (the “un” stage), yaitu sosial lainnya adalah alkohol. Kebanyakan hasil

Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat 118


penelitian yang terkait dengan konsumsi alkohol manusia adalah daya dukung alam. Daya dukung alam
menunjukkan kenaikan agresivitas (dalam Sarwono terhadap kebutuhan manusia tak selamanya
dan Meinarno, 2009). mencukupi. Oleh karena itu, dibutuhkan upaya lebih
untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Diawali dengan
2. Personal tawar-menawar, jika tidak tercapai kata sepakat, maka
Pola tingkah laku berdasar kepribadian. akan terbuka dua kemungkinan besar. Pertama,
Orang dengan pola tingkah laku tipe A cenderung lebih mencari sumber pemenuhan kebutuhan lain, kedua,
agresif daripada orang dengan tipe B. Tipe A identik mengambil paksa dari pihak pemiliknya. Dunia ini
dengan karakter terburu-buru dan kompetitif. Tingkah tidak bisa menghentikan agresi AS ke Irak tahun 2003.
laku yang ditunjukkan oleh orang dengan tipe B adalah Walaupun beragam alasan sudah disampaikan kepada
bersikap sabar, kooperatif, nonkompetisi, dan masyarakat dunia, tetapi tujuan untuk menguasai
nonagresif. Orang denga tipe A cenderung lebih minyak di Irak tak pelak lagi terasa (dalam Sarwono
melakukan hostile anggression yang merupakan agresi dan Meinarno, 2009).
bertujuan untuk melukai atau menyakiti korban. Di sisi Indonesia sebagaimana bangsa-bangsa lain di
lain, orang tipe B cenderung melakukan tingkah laku benua Asia juga mengalami hal yang sama ketika
agresif yang dilakukan karena ada tujuan yang utama berhadapan dengan para pedagang asing Eropa pada
dan tidak ditunjukkan untuk melukai atau menyakiti abad XVI-XX. Saat itu, bangsa-bangsa Asia dilirik
korban. oleh bangsa Eropa karena rempah-rempahnya. Untuk
Hal dasar lain yang perlu diperhatikan adalah itu, tampaknya usaha-usaha untuk melakukan
adanya perbedaan pada jenis kelamin. Lelaki lebih perjanjian-perjanjian kerja sama dan persiapan untuk
agresif daripada perempuan. Penelitian yang dilakukan kompromi adalah hal yang wajar bagi para pemilik
terhadap anak usia 3-11 tahun menunjukkan bahwa sumber daya alam (dalam Sarwono dan Meinarno,
anak lelaki lebih menunjukkan ekspresi dominan, 2009).
merespon secara agresif hingga memulai tingkah laku
agresif, anak lebih menampilkan agresi dalam bentuk 6. Media Massa
fisik dan verbal. Pada anak perempuan, agresivitas
Kasus Ryan menjadi ispirasi dari sebuah
diwujudkan secara tidak langsung. Bentuknya adalah
pembunuhan yang diikuti pemutilasian oleh Sri
menyebarkan gosip atau kabar burung, atau dengan
Rumiyati. Rumiyati yang membunuh suaminya
menolak atau menjauhi seseorang sebagai bagian dari
ternyata selalu mengikuti perkara pembunuhan yang
lingkungan pertemanannya (dalam Sarwono dan
dilakukan Ryan. Oleh karena itu, ketika melakukan
Meinarno, 2009).
pembunuhan, ia mengikuti cara Ryan untuk
menghilangkan bukti yang ia ikuti dari paparan kasus
3. Kebudayaan Ryan melalui televisi. Pengakuan Rumiyati ini
Ketika kita menyadari bahwa lingkungan merupakkan hasil dari pemeriksaan dari tim forensik
juga berperan terhadap tingkah laku, maka tidak heran Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM).
jika muncul ide bahwa salah satu penyebab agresi Menurut Ade E. Mardiana, tayangan dari televisi
adalah faktor kebudayaan. Lingkungan geografis, berpotensi besar diimitasi oleh pemirsanya. Khusus
seperti pantai atau pesisir menunjukkan karakter lebih untuk media massa televisi yang merupakan media
keras daripada masyarakat yang hidup di pedalaman. tontonan dan secara alami mempunyai kesempatan
Nilai dan Norma yang mendasari sikap dan tingkah lebih bagi pemirsanya untuk mengamati apa yang
laku masyarakat juga berpengaruh terhadap agresivitas disampaikan secara jelas (dalam Sarwono dan
satu kelompok (dalam Sarwono dan Meinarno, 2009). Meinarno, 2009). Perilaku agresif dapat dimunculkan
secara fisik maupun verbal. Perilaku agresi fisik, yaitu
4. Situasional perilaku agresi yang dilakukan dengan cara melakukan
Penelitian terkait dengan cuaca dan tingkah kekerasan secara fisik, seperti menampar, memukul,
laku menyebutkan bahwa ketidaknyamanan akibat melempar dengan benda terhadap orang lain di
panas menyebabkan kerusuhan dan bentuk-bentuk sekitarnya. Perilaku agresi verbal yaitu perilaku agresi
agresi lainnya. penelitian di AS, yang memiliki empat yang dilakukan dengan cara mengeluarkan kata-kata
musim, menunjukkan bahwa pada suhu 28,33-29,44 untuk menyerang orang lain, dapat berupa ejekan,
derajat Celcius memunculkan peningkatan tingkah hinaan, caci maki (dalam Sarwono dan Meinarno,
laku penyerangan, perampokkan, kekerasan kolektif, 2009).
dan pemerkosaan. Dalam konsteks global, Hitler
senantiasa memulai pertempuran saat musim panas Beberapa penelitian tentang televisi dan
(dalam Sarwono dan Meinarno, 2009). kekerasan telah banyak dilakukan, baik di luar maupun
di dalam negeri. Secara teoritis, penjelasan dari kajian
ini adalah teori belajar sosial. Banyaknya faktor yang
5. Sumber Daya bisa menimbulkan agresi pada akhirnya membutuhkan
Manusia senantiasa ingin memenuhi kerangka pikir proses dari agresi yang berupa model
kebutuhannya. Salah satu pendukung utama kehidupan (dalam Sarwono dan Meinarno, 2009).

Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat 119


Kepadatan penduduk Menurut Baron Dan Byrne (2005) konformitas
Kepadatan penduduk yang mewakili pengertian remaja adalah penyesuaian perilaku remaja untuk menganut
density adalah pengertian di mana ukuran tingkat kepadatan pada Norma kelompok acuan, menerima ide atau aturan-
penduduk pada suatu daerah. pengertian kepadatan aturan yang menunjukkan bagaimana remaja berperilaku.
penduduk ini biasanya dinyatakan dengan jumlah penduduk Aspek-aspek yang terdapat pada konformitas adalah: a.
di suatu daerah yang memiliki ukuran luas dan dinyatakan Kepercayaan terhadap kelompok. Semakin besar
dalam ukuran km2 ( kilometer persegi) atau Ha (hektar). kepercayaan individu terhadap kelompok sebagai sumber
Menurut Iskandar (2016), Kepadatan atau crowding informasi yang benar, semakin besar pula kemungkinan
adalah suatu kepadatan yang dirasakan oleh seseorang dan untuk menyesuaikan diri terhadap kelompok. b.
bersifat psikologis. Hal ini berarti bahwa banyaknya orang Kepercayaan yang lemah terhadap diri sendiri Individu yang
tersebut dinamakan sebagai kepadatan. Hal ini dikarenakan percaya terhadap penilaiannya sendiri akan menurunkan
orang tersebut memaknakan kerumunan orang-orang tingkat konformitas karena kemudian kelompok bukan
tersebut tidak menyenangkan. Kepadatan penduduk di suatu merupakan sumber informasi yang unggul lagi. c. Rasa takut
perKotaan menimbulkan permasalahan yang kompleks terhadap celaan sosial Alasan konformitas adalah demi
dalam kehidupan Kota. memperoleh persetujuan atau menghindari celaan
Kepadatan yang dirasakan oleh seseorang kelompok. d. Takut menjadi orang yang menyimpang Orang
merupakan faktor yang tidak kalah penting. Kepadatan yang tidak mau mengikuti apa yang berlaku di dalam
tinggi yang dihasilkan oleh seseorang, maka kepadatan kelompok akan menanggung resiko mengalami akibat yang
tersebut akan dimaknai sebagai hal yang negatif. Penilaian tidak menyenangkan. e. Ketaatan atau kepatuhan Salah satu
negatif terhadap kepadatan akan memberikan Efek pada cara untuk membuat orang rela melakukan sesuatu yang
faktor fisiologis seseorang yang memiliki kepadatan sebagai sebenarnya tidak ingin mereka lakukan adalah melalui
hal yang negatif, akan dirasakan sebagai hal yang tidak tekanan sosial dan juga perundingan.
nyaman.Dengan munculnya perasaan negatif akibat Menurut Baron & Byrne (2005), faktor-faktor yang
kepadatan yang tidak membuat rasa nyaman, maka akan mempengaruhi konformitas ada 3 faktor yang
meningkatkan denyut jantung. mempengaruhi konformitas, antara lain : a. Kohesivitas
Kepadatan Dalam pemahaman massa, maka dapat yang dapat didefinisikan sebagai derajat ketertarikan yang
dilihat dalam dua bentuk, yaitu massa yang aktif dan massa dirasa oleh individu terhadap suatu kelompok. Ketika
yang pasif. Pada massa yang pasif dapat dilihat pada kohesivitas tinggi, ketika kita suka dan mengagumi suatu
kepadatan yang terjadi di tempat pertunjukan, menonton kelompok orang-orang tertentu, tekanan untuk melakukan
film, pasar malam, dan sebagainya. Pada kepadatan massa konformitas bertambah besar. b. Ukuran kelompok, Studi-
tersebut, mereka hanya melakukan kegiatan menonton. studi terkini menemukan bahwa konformitas cenderung
Namun demikian, kepadatan yang pasif dapat saja berubah meningkat seiring dengan meningkatnya ukuran kelompok.
menjadi aktif, misalnya ketika sedang menonton, ada Hal ini menunjukkan bahwa semakin besar kelompok
bahaya kebakaran di gedung pertunjukan. tersebut, maka semakin besar pula kecenderungan kita
Pada kepadatan massa yang aktif, dapat bervariasi untukikut serta. c. Norma sosial deskriptif dan norma sosial
kegiatannya, yaitu misalnya kegiatan merampok, perbuatan injungtif. Norma yang hanya mendeskripsikan apa yang
rusuk, dan kegiatan ekspresif. Kegiatan ekspresif tersebut sebagian besar orang lakukan pada situasi tertentu. Norma-
dapat dilihat pada aktivitas demonstrasi demikian pula norma ini mempengaruhi tingkah laku dengan cara memberi
dengan kegiatan karnaval, di mana kegiatan tersebut tahu kita mengenai apa yang umumnya dianggap efektif
mengundang kerumunan lain yang akan menonton karnaval atau adaptif pada situasi tersebut. Sebaliknya, norma
tersebut. injungtif menetapkan apa yang harus dilakukan, tingkah
laku apa yang diterima atau tidak diterima pada situasi
Konformitas tertentu.
Konformitas muncul ketika individu meniru sikap
atau tingkah laku orang lain dikarenakan tekanan yang nyata HASIL DAN PEMBAHASAN
maupun yang dibayangkan oleh mereka. Konformitas Salah satu problem pokok yang dihadapi oleh Kota
terjadi apabila individu mengadopsi sikap atau perilaku besar dan Kota-Kota lainnya tanpa menutup kemungkinan
orang lain karena merasa didesak oleh orang lain. Desakan terjadi di kelurahan, adalah kriminalitas di kalangan anak,
untuk konform pada kawan-kawan sebaya cenderung sangat remaja, dewasa. Hal ini cukup meresahkan, dan fenomena
kuat selama masa remaja (Santrock, 2007). ini terus berkembang di masyarakat terutama didaerah
Baron dan Byrne (2005) berpendapat bahwa Kalayan, Banjarmasin Selatan.
seseorang konform terhadap kelompok terjadi jika perilaku Menurut kepolisian Banjarmasin Selatan, Resort
individu didasarkan pada harapan kelompok atau Kota Banjarmasin sektor Banjarmasin selatan ada bebarapa
masyarakat. Keinginan dari remaja untuk selalu berada dan tindakan kriminalitas di wilayah Banjarmasin selatan pada
diterima oleh kelompoknya akan mengakibatkan remaja tahun 2017 ialah, Ancam saja sebanyak 2 kasus, Anirat
bersikap konformitas terhadap kelompoknya. Jalaludin sebanyak 12 kasus, Curat sebanyak 19 kasus, Curas
(2004) mengatakan bahwa bila sejumlah orang dalam sebanyak 2 kasus, curanmor sebanyak 13 kasus, curbis
kelompok mengatakan atau melakukan sesuatu, ada sebanyak 3 kasus, judi sebanyak 13 kasus, kebakaran
kecenderungan para anggota untuk mengatakan dan sebanyak 9 kasus, pengeroyokan sebanyak 6 kasus, sajam
melakukan hal yang sama.

Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat 120


sebanyak 19 kasus, temu mayat sebnyak 4 kasus, yaitu di salah satu wilayah Kalayan ada yang semua
pembenuhan 2 kasus, penggelapan 6 kasus, penggelapan warganya memiliki suatu kebiasaan yang selalu mencurigai
dalam jamabatan 1 kasus, penadah 1 kasus, perc curat 1 orang asing yang masuk wilayah tersebut. Seperti pada
kasus, pencabulan 1, dan sedangkan untuk kasus UU kejadian beberapa waktu silam, yang dimana salah satu intel
kesehatan ialah paling tinggi sebanyak 23 kasus selama yang bertugas di wilayah tersebut melakukan patroli di
tahun 2017. wilayah Banjarmasin Selatan, pada saat itu memasuki
Data tindak kriminalitas pada tahun 2018 pada bulan wilayah dan petugas mulai di curigai oleh warga di wilayah
Januari sampai dengan Juni ialah Anirat 6 kasus, ancam tersebut sempat terjadi adu mulut yang berujung kepada
sajam 1 kasus, bunuh diri 1 kasus, curat 5 kasus, curanmor pengoroyokan sampai mengakibatkan polisi tersebut tewas
2 kasus, curbis 1 kasus, pengeroyokan 2 kasus, laka kerja 2 terbunuh.
kasus, sajam 6 kasus, temu mayat 1 kasus, penggelapan 1 Faktor sosial lainnya yang menyebabkan perilaku
kasus, penggelapan dalam jabatan 1 kasus, penipuan 2 agresi adalah alkohol. Kebanyakan hasil penelitian yang
kasus, uu perlindungan anak 2 kasus, sedangkan tindak terkait dengan konsumsi alkohol menunjukkan kenaikan
kriminalitas dalam katagori narkotika pada bulan Januari agresivitas (dalam Sarwono dan Meinarno, 2009).Seperti
sampai dengan Juni sebanyak 8 kasus. pada halnya warga Kalayan terutama para remaja yang
Hasil wawancara dari ketua Rt. 26 Kalayan sering berkumpul, minum-minuman keras pada setiap jam
Banjarmasin selatan ialah, terdapat banyak pelaku kejahatan 10 malam keatas, dan akibat dari minum-minuman keras
yang terjadi seperti tawuran dan perkelahian. Itu terjadi tidak lepas dari kesalahpahaman dari kelompok yang satu
karena kesalah pahaman sesama Tetangga, yang terindikasi dengan kelompok yang lainnya.Semuanya berawal ketika
di salah satu gang didaerah tersebut.Sedangkan menurut salah satu teman mereka diserang atau di ganggu dan tanpa
salah satu ketua TPA, di wilayah Kalayan sangat padat dan pikir panjang teman dari korban yang diganggu, langsung
tindak kriminalitas yang menjulang tinggi, menurut ketua merencanakan penyerangan dalam bentuk balas dendam.
TPA faktor yang mempengaruhi ialah lingkungan dan Konformitas terjadi apabila individu mengadopsi sikap atau
pertemanan. Ketua TPA mengakui untuk lingkungan perilaku orang lain karena merasa didesak oleh orang lain.
wilayah Kalayan sangat sering terjadi tindak kriminalitas Desakan untuk konform pada kawan-kawan sebaya
entah itu dewasa, remaja, dan bahkan ada juga anak di cenderung sangat kuat selama masa remaja (Santrock,
bawah umur.Menurut tokoh masyarakat, para remaja sering 2007).
berkumpul dan kriminalitas di daerah tersebut memang Kriminal memang sering terjadi dimana-mana lebih
sudah dari sejak dulu karena di situ tempat perkumpulan khususnya diKota-Kota besar, itu tekadang terjadi karena
orang – orang yang merantau dari berbagai daerah. berbagai macam faktor lebih utamanya ialah akaibat dari
Kemudian menurut tokoh masyarakat yang lain, telah di kepadatan penduduk setempat. Jika dikaitan denga teori
temukan senjata tajam di suatu tempat di pengkajian ilmu kepada sebagai berikut, Kepadatan Dalam pemahaman
rutin setiap malam, beliau berkata pemilik sajam itu adalah massa, maka dapat dilihat dalam dua bentuk, yaitu massa
kelompok remaja yang sering bermarkas di daerah tersebut, yang aktif dan massa yang pasif. Pada massa yang pasif
sajam di simpan dan di indikasikan untuk tawuran. Selain dapat dilihat pada kepadatan yang terjadi di tempat
itu menurut tokoh masyarakat yang membuat warga resah pertunjukan, menonton film, pasar malam, dan sebagainya.
dan terganggu ialah setiap malam komunitas tersebut Pada kepadatan massa tersebut, mereka hanya melakukan
berkumpul sambil bernyanyi keras di dalam gang bahkan kegiatan menonton. Namun demikian, kepadatan yang pasif
sering menghalangi jalan umum di daerah tersebut.Agresi dapat saja berubah menjadi aktif, misalnya ketika sedang
bukanlah perilaku tanpa sebab. Agresi muncul karena menonton, ada bahaya kebakaran di gedung pertunjukan.
banyak faktor yang terkondisikan sedemikian rupa. Salah Pada kepadatan massa yang aktif, dapat bervariasi
satu faktor yang sangat penting menjadi pemicu agresi kegiatannya. Yaitu misalnya kegiatan merampok, perbuatan
adalah marah. Menurut Potegal dan Knutson, marah adalah rusuk, dan kegiatan ekspresif. Kegiatan ekspresif tersebut
salah satu faktor yang cukup menentukan apakah perilaku dapat dilihat pada aktivitas demonstrasi demikian pula
agresi tersebut akan muncul atau tidak (dalam Rahman, dengan kegiatan karnaval, di mana kegiatan tersebut akan
2017).Faktor yang mempengaruhi manusia melakukan mengundang kerumunan lain yang akan menonton karnaval
agresivitas, yaitu: Sosial, Kebudayaan, Situasional, Sumber tersebut.
Daya, Media Massa(dalam Sarwono dan Meinarno, 2009). Berdasarkan hasil wawancara dengan warga di
Pada masyarakat Kalayan terutama remajanya, faktor yang Kalayanbahwa tingkat kriminalitas di daerah tersebut
paling dominan mempengaruhi perilaku agresifnya adalah memang sangat tinggi, apalagi dikalangan remaja yang
faktor sosial. Provokasi verbal atau fisik adalah salah satu sering terjadi tawuran antar mereka yang biasanya terjadi
penyebab agresi. Manusia cenderung untuk membalas apabila ada kesalah pahaman antar mereka dan adanya
dengan derajat agresi yang sama atau sedikit lebih tinggi perebutan wilayah. Mereka memiliki komunitas masing-
dari pada yang diterimanya (balas dendam). Seperti masing yang rata-rata anak dan remaja, warga yang
kesaksian ketua TPA pernah terjadi dimana salah satu anak bermukim di Kalayan merasa sangat terganggu dengan
dari Instansi Negara pernah dibunuh, yang kejadiannya keadaan komunitas atau perkumpulan itu yang sering
berawal dari kalah bermain bola dan salah satu pihak tidak membuat keributan dan meresahkan warga di Kalayan.
terima, lalu terjadilah adu mulut yang mana pihak yang Pendapatyang telah dijelaskan di atas, sesuai dengan
kalah menyerang anak dari instansi dari negara tersebut, teori Konformitas yaitu, konformitas muncul ketika
hingga tewas. Selain kasus tersebut pada kasus lainnya, individu meniru sikap atau tingkah laku orang lain

Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat 121


dikarenakan tekanan yang nyata maupun yang dibayangkan Desakan untuk konform pada kawan-kawan sebaya
oleh mereka.Menurut Baron dan Byrne (2005) konformitas cenderung sangat kuat selama masa remaja.
remaja adalah penyesuaian perilaku remaja untuk menganut Semakin tinggi konformitas teman sebaya di
pada Norma kelompok acuan, menerima ide atau aturan- Kalayan maka semakin tinggi perilaku agresif, dan
aturan yang menunjukkan bagaimana remaja berperilaku. sebaliknya. Seperti pada remaja di Kalayan yang sering
Jadi dapat disimpulkan bahwagambaran perilaku berkumpul pada malam hari yang menimbulkan keresahan
agresif di wilayah Kalayan, Banjarmasin Selatan adalah pada warga sekitar, hubungan kelompok remaja itu pun
banyaknya terjadi perkelahian, pengeroyokan, dan sampai hubungannya sangat erat, misalnya salah satu dari mereka
pada pembunuhan. Pada masyarakat Kalayan terutama yang diganggu maka teman yang lainnnya akan ikut serta
remajanya, faktor yang paling dominan mempengaruhi dalam perkelahian bahkan menimbulkan pembunuhan. Jadi
perilaku agresifnya adalah faktor sosial. Provokasi verbal erat kaitannya antara konformitas dengan perilaku agresif.
atau fisik adalah salah satu penyebab agresi. Manusia
cenderung untuk membalas dengan derajat agresi yang sama DAFTAR PUSTAKA
atau sedikit lebih tinggi dari pada yang diterimanya (balas
dendam).Sedangkan konformitas yang terlihat pada remaja
di Kalayan, Banjarmasin Selatan yaitu mereka sering Iskandar, Zulrizka. (2016). Psikologi Lingkungan.
berkumpul di malam hari.Dalam kelompok mereka, apabila Bandung: PT. Refika Aditama
salah satu anggota dari mereka digangguoleh orang lain Jaenudin, Ujam, Marliani, Rosleny. (2017). Psikologi
teman yang lain ikut memberi perlawanan untuk membantu Lingkungan. Bandung: CV Pustaka Setia
temannya. Krori, Smita Deb. (2011). Developmental Psychology,
dalam Homeopathic Journal. Vol. 4 No. 3
Meilinda, Endah. 2013. Hubungan Antara Penerimaan Diri
SIMPULAN dan Konformitas Terhadap Intensi Merokok Pada
Remaja di SMK Istiqamah Muhammadiyah 4
Kepadatan penduduk adalah Salah satu problem Samarinda. Jurnal Psikologi. Vol. 1 No. 1: 15
pokok yang dihadapi oleh Kota besar dan Kota-Kota lainnya Mohammad Ali, Mohammad Asrori. (2012). Psikologi
tanpa menutup kemungkinan banyak terjadi tindakan Remaja Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: PT.
kriminalitas yang mana salah satu penyebabnya adalah Bumi Aksara
perilaku agresif. Perilaku agresif yaitu perilaku yang Monks, Knoers, Haditono. (2006). Konformitas teman
cenderung (ingin) menyerang kepada sesuatu yang sebaya dan asertivitas pada siswa Islam
dipandang sebagai hal yang mengecewakan, menghalangi, Hidayatullah Semarang. Jurnal Empati. Vol.4 No.
menghambat dan menganggu diri individu tersebut. Seperti 193
pada remaja didaerah Kalayan Banjarmasin selatan yang Rahman, A. A. (2017). Psikologi Sosial.Jakarta: Rajawali
sering melakukan perkelahian antar individu maupun antar Pers.
kelompok yang menyebabkan terjadinya pembunuhan. Sarwono, S. (2011). Psikologi Remaja. Jakarta: PT.
Didaerah Kalayanbanyak perkumpulan atau Rajagrafindo Persada
komunitas remaja yang sering membuat resah warga Sarwono, Meinarno (2009). Perilaku Agresif. Pustaka
sekitarnya. Warga sering merasa resah karena mereka sering Pelajar. Yogyakarta.
berkumpul setiap malam dan melakukan keributan seperti Santrock, John W. (2007). Adollescence: Perkembangan
bernyanyi, berbicara keras dan merusak fasilitas warga. Remaja (diterjemahkan oleh Shintho B. Adelar dan
Dalam perkumpulan tersebut hubungan mereka sangat erat Sherly Saragih). Jakarta: Erlangga.
seperti salah satu diantar mereka diganggu maka teman yang Susantyo. (2012). Faktor-faktor Determinan penyebab
lain langsung ikut serta dalam perkelahian itu. Di perilaku Agresif Remaja di permungkiman kumuh di
KalayanKonformitas pada remaja sangat tinggi. Kota Bandung. Jurnal Psikologi. Vol. 1 No. 1: 7
Konformitas adalah perilaku yang muncul ketika individu Shelly E, Taylor, Letina Anne Peplu, David O, Sears.
meniru sikap atau tingkah laku orang lain dikarenakan (2009). Psikologi Sosial. Jakarta: Kencana Prenada
tekanan yang nyata maupun yang dibayangkan oleh mereka. Media Group
Konformitas terjadi apabila individu mengadopsi sikap atau Widyastuti, Yeni. (2014). Psikologi Sosial. Yogyakarta:
perilaku orang lain karena merasa didesak oleh orang lain. Graha Ilmu.

Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat 122


FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KENAKALAN REMAJA DI
DAERAH PELAMBUAN BANJARMASIN
FACTORS AFFECTING JUVENILE DELINQUENCY IN PELAMBUAN BANJARMASIN

Lita Ariani1, Cici Yunita Putri2, Novi Natalia Anggara3, Muhammad Thaha4
Program Studi Psikologi, Fakultas Psikologi, Universitas Muhammadiyah Banjarmasin
Jln Gubernur Syarkawi, Handil Bakti – Barito Kuala 70117
Email : Arianilita87@gmail.com
No. Handphone: 085234123490

ABSTRAK

Masa atau fase remaja merupakan salah satu periode yang paling unik dan menarik dalam rentang kehidupan individu,
dimana seorang remaja sudah tidak dapat lagi dikatakan anak-anak namun masih belum matang untuk dikatakan
dewasa. Masa remaja juga sebagai masa mencari identitas dan dianggap juga sebagai fase usia bermasalah, baik untuk
anak perempuan maupun anak laki-laki. Masalah kenakalan remaja yang berujung pada tindak kenakalan remaja.
Kenakalan remaja terjadi disebabkan karena beberapa faktor yang mempengaruhi baik secara internal maupun
eksternal. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi kenakalan remaja di daerah
Pelambuan Banjarmasin. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif. Subjek yang digunakan
adalah remaja, orang tua dan masyarakat di daerah Pelambuan Banjarmasin. Pengumpulan data menggunakan teknik
wawancara dan observasi. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa faktor-faktor penyebab kenakalan remaja yang
paling dominan adalah terjadinya krisis identittas, lemahnya kontrol keluarga dan tingginya pengaruk kelas sosial dan
komunitas.

Kata Kunci: Remaja, kenakalan remaja, faktor yang mempengaruhi.

ABSTRACT

The adolescent phase or phase is one of the most unique and exciting periods in the life span of the individual, where a
teenager can no longer besaid to be children but still immature for adult hood. Adolescence is also a period of identity
seeking and is also considered a troubled age phase, both for girls and boys. The problem of juvenile delinquency that
ledtojuvenile delinquency. Juvenile delinquency occurs due to several factors that affect both internally and externally.
The purposeofthis study is to determine the factors that affect juvenile delinquency in Pelambuan Banjarmasin area. The
research method use disqualitative research method. Subjects used are teenagers, parents and communities in Pelambuan
Banjarmasin area. Data collection using interview and observation techniques. The results of the research indicate that
the factors that cause the most dominant juvenile delinquency are the occurrence of identity crisis, weak family control
and high social and community class awarenes

Keywords: Teens, Juveniledelinquency, Factoraffecting

Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat 123


Masa remaja merupakan masa peralihan dari jarang memperhatkan nilai moral yang terkandung dalam
anak-anak menuju dewasa, dimana seorang remaja sudah setiap perbuatan yang mereka lakukan. Remaja
tidak dapat lagi dikatakan anak-anak namun masih belum mempunyai sifat yang cenderung lebih agresif, emosi
matang untuk dikatakan dewasa (Sumara Dadan, tidak stabil, dan tidak biasa menahan dorongan nafsu.
Humaedi hadi&Meilanny, 2017). Periode ini dianggap Pada masa pubertas atau masa menjelang dewasa, remaja
sebagai masa-masa yang sangat penting dalam mengalami banyak pengaruh-pengaruh dari luar yang
kehidupan seseorang karena di masa transisi inilah ia menyebabkan remaja terbawah pengaruh oleh
sedang mencari pola hidup yang paling sesuai untuk lingkungan tersebut. Hal tersebut mengakibatkan remaja
dirinya dan menjadikan remaja memiliki emosi yang yang tidak bisa menyesuaikan atau beradaptasi dengan
kurang stabil. Menurut Hall(Jamaluddin Adon Nasrullah, lingkungan yang selalu berubah-ubah akan melakukan
2015)menyebut masa ini sebagai masa topan badai perilaku yang maladaptif, seperti contohnya kenakalan
(stumanddrang), yaitu sebagai periode yang berada remaja yang dapat merugikan orang lain dan juga diri
dalam dua situasi antara kegoncangan, penderitaan, sendiri.
asmara, dan pemberontkan dengan otoritas orangdewasa. Berdasarkan keterangan sementara di daerah
Mulyono(Jamaluddin Adon Nasrullah, 2015) Pelambuan Banjarmasin kepada penulis, ada beberapa
menjelaskan bahwa pada fase ini remaja memiliki ciri- kenakalan yang dilakukan oleh remaja di daerah
ciri sering dan mulai menimbulkan sikap untuk pelambuan. Kenakalan-kenakalan itu antara lain perilaku
menentang dan melawan, terutama dengan orang yang sexs bebas yang berujung pada pernikahan dini,
lebih dekat dan sikap inilah yang sering disebut sebagai penggunaan zat adaftif yakni mengkonsumsi obat-obatan
kenakalan remaja. jenis jinet serta mabuk dengan menghirup aroma lem fox,
Kenakalan remaja biasa disebut dengan istilah berkelahi antar geng serta merokok. Perilaku ini
juvenile berasal dari bahasa latin juvenilis, yang artinya dilakukan mulai dari kalangan anak-anak yang berusia 7
anak-anak, anak muda, sifat khas pada periode remaja, tahun sampai dengan kalangan remaja.
sedangkan delinquencyberasal dari bahasa latin Kenakalan yang dilakukan oleh para remaja tidak
“delinquere” yang berarti terabaikan, mengabaikan, berdiri sendiri karena banyak faktor yang menyebabkan
yang kemudian diperluas artinya menjadi jahat, nakal, terbentuknya kenakalan pada remaja. B.
anti sosial, kriminal, pelanggar aturan, pembuat ribut, Simadjuntak(Jamaluddin Adon Nasrullah, 2015)
dan lain sebagainya. Juveniledelinquency atau kenakalan menyebutkan faktor-faktor yang menyebabkan
remaja adalah perilaku jahat atau kenakalan anak-anak kenakalan pada remaja menjadi dua klasifikasi; faktor
muda, merupakan gejala sakit (patologis) secara sosial internal yang berasal dari dalam diri dan faktor eksternal
pada remaja Istilah kenakalan remaja mengacu pada yang berasal dari luar diri remaja. Sedangkan Nasrullah
suatu rentang yang luas, dari tingkah laku yang tidak (2015) menambahkannya menjadi lima faktor penyebab
dapat diterima sosial sampai pelanggaran status hingga terjadinya kenakalan remaja, antara lain; faktor identitas,
tindak kriminal (Kartono Kartini, 2014).Marsito kontrol diri, proses keluarga, kelas sosial atau komunitas,
(Fatimah Siti &Umuri M Towil, 2014) menjelaskan dan rendahnya pemahaman agama.
bahwa kenakalan remaja merupakan suatu Berdasarkan hasil latar belakang di atas, penulis
penyimpangan, bertentangan dan bahkan merusak norma akan mencoba melakukan penelitian guna melihat
karena kenakalan remaja merupakan sutau pelanggaran “Faktor-faktor yang mempengaruhi kenakalan remaja di
batasan konsep nilai dan norma kewajaran yang ada di daerah Pelambuan, Banjarmasin. Dengan tujuan akhir
masyarakat. yaitu memberikan informasi kepada masyarakat
Pada awalnya, kenakalan remaja hanya mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi kenakalan
merupakan perilaku “nakal” karena proses pencarian jati remaja di daerah Pelambuan Banjarmasin.
diri. Kenakalan seperti itu, pada awalnya tidak
menimbulkan rasa kekhawatiran di masyarakat luas
karena dianggap sebagai fase yang akan terjadi dan Remaja
dialami oleh setiap orang yang akan berlalu begitu saja.
Akan tetapi, sekarang ini kenakalan remaja bukan lagi Menurut Monks (Ermawati Erli & E.P Indriyati, 2011)
bersifat nakal tetapi sudah menjurus pada tindakan brutal Remaja merupakan individu yang sedang mengalami
(Jamaluddin Adon Nasrullah, 2015). masa transisi dari kehidupan kanak-kanak menuju
Masalah kenakalan remaja sekarang ini terjadi kehidupan orang dewasa yang ditandai dengan
tidak hanya di kota-kota besar namun juga sudah perubahan dan perkembangan yang pesat baik dari segi
menyasar di daerah-daerah yang akhirnya menjadi isu maupun psikis.
nasional. Badan Narkotika Nasional (BNN) menyebut Pada masa ini pilihan aktivitas, teman, dan
pengguna narkoba di Indonesia mencapai 5,1 juta orang, pakaian menjadi penting agar remaja dapat diterima oleh
dan itu terbesar di Asia. Dari jumlah itu, 40% di temannya. Monks (Ermawati Erli & E.P Indriyati, 2011)
antaranya berasal dari kalangan pelajar dan mahasiswa menjelaskan menyatakan bahwa permulaan masa remaja
(https://nasional.sindonews.com). Menurut Penelitian ditandai dengan kuatnya kohesi kelompok sehingga
Trisnawati Junia (2014),keadaan remaja di Indonesia saat perilaku remaja benar-benar ditentukkan oleh norma
ini sangat memprihatinkan. Hal tersebut dapat dilihat dari kelompoknya. Batasan usia remaja yang umum
kondisi remaja saat ini yang cenderung lebih bebas dan

Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat 124


digunakan oleh para ahli adalah antara 12 hingga 21 7. Ketidaktahuan keluarga dalam menangani
tahun. Rentang waktu usia remaja ini biasanya dibedakan masalah remaja, baik dalam segi pendekatan
atas tiga, yaitu 12-15 tahun = masa remaja awal, 15-18 sosiologis, psikologis maupun pedagogik.
tahun = masa remaja pertengahan, dan 18-21 tahun = Sedangkan menurut Jamaludin (2015) faktor
masa remaja akhir. Tetapi Monks, Knoers, dan Handito penyebab kenakalan remaja adalah :
membedakan masa remaja menjadi empat bagian, yaitu
masa pra-remaja 10-12 tahun, masa remaja awal 12-15 1. Identitas. Erickson(Jamaludin Nasrullah Adon,
tahun, masa remaja pertengahan 15-18 tahun, dan masa 2015)mengemukakan bahwa masa remaja
remaja akhir 18-21 tahun (Desmita, 2006). berada pada tahap krisis identitas versus difusi
Kenakalan Remaja identitas yang harus di atasi. la percaya bahwa
perubahan biologis berupa pubertas merupakan
Kenakalan remaja dalam arti luas meliputi perbuatan awal dari perubahan yang terjadi bersamaan
anak remaja yang bertentangan dengan kaidah-kaidah dengan harapan sosial yang dimiliki keluarga,
hukum yang tertulis, baik yang terdapat di KUHP teman sebaya, dan sekolah terhadap remaja.
maupundalam perundang-undangan diluar KUHP Perubahan biologis dan sosial memungkinkan
(pidana khusus). Perbuatan tersebut bersifat antisosial terjadinya dua bentuk integrasi pada
yang menimbulkan kekerasan dalam masyarakat pada kepribadian remaja, yaitu terbentuknya
umumnya. Selanjutnya, kenakalan remaja tersebut perasaan akan konsistensi dalam kehidupan dan
semakin luas cakupannya dan lebih dalam bobot isinya tercapainya identitas peran dengan cara
yang meliputi perbuatan-perbuatan yang sering menggabungkan motivasi, nilai-nilai,
menimbulkan keresahan dilingkungan masyarakat, kemampuan dan gaya yang dimiliki remaja
sekolah ataupun keluarga. Contoh sederhana dalam hal dengan peran yang dituntut dari remaja.
ini, yaitu perkelahian antarsekolah, pencurian dan Erickson percaya bahwa kenakalan ditandai
pembentukan geng motor yang menimbulkan keresahan dengan kegagalan remaja dalam memenuhi
masyarakat (Jamaludin Nasrullah Adon, 2015). bentuk integrasi yang kedua, yang melibatkan
berbagai aspek peran identitas. Bagi Erickson,
Faktor Penyebab Kenakalan Remaja
kenakalan adalah upaya membentuk suatu kan
Faktor internal : identitas, walaupun identitas tersebut negatif.
2. Kontrol diri. Kenakalan remaja juga dapat
1. Cacat keturunan yang bersifat biologis-psikis. digambarkan sebagai kegagalan untuk
2. Pembawaan negatif yang mengarah pada mengembangkan kontrol diri yang cukup dalam
perbuatan nakal. hal tingkah laku. Beberapa anak gagal
3. Ketidakseimbangan pemenuhan kebutuhan mengembangkan kontrol yang esensial yang
pokok dengan keinginan. Hal ini menimbulkan sudah dimiliki orang lain selama proses
frustasi dan ketegangan. pertumbuhan. Kontrol diri yang rendah dalam
merespons perbedaan sering menjadi
4. Lemahnya kontrol diri dan persepsi sosial. penyebabnya.
5. Ketidakmampuan penyesuaian diri terhadap 3. Proses keluarga. Pengawasan orangtua
perubahan lingkungan yang baik dan kreatif. terhadap remaja penting dalam menentukan
6. Tidak ada kegemaran, tidak memiliki hobi yang apakah remaja akan melakukan kenakalan atau
sehat. tidak.
4. Kelas sosial atau komunitas. Sekalipun
kenakalan remaja batas pada kelas masalah
Faktor Eksternal : sosial yang lebih rendah dibandingkan pada
masa sebelumnya, beberapa ciri kebudayaan
1. Rasa cinta dari orangtua dan lingkungan.
kelas sosial yang lebih rendah cenderung
2. Pendidikan yang kurang mampu menanamkan memicu terjadinya kenakalan Norma yang
bertingkah laku sesuai dengan alam sekitar berlaku di antara teman-teman sebaya dan geng
yang diharapkan orangtua, sekolah, dan dari kelas sosial yang lebih rendah adalah
masyarakat. antisosial dan berlawanan dengan tujuan dan
3. Menurunnya wibawa orangtua, guru, dan norma masyarakat secara meluas.
pemimpin masyarakat. 5. Rendahnya pemahaman keagamaan, kenakalan
4. Pengawasan yang kurang efektif dalam remaja disebabkan fitrah iman yang ada pada
pembinaan yang berpengaruh dalam domain individu tidak berkembang dengan sempurna,
efektif, kognisi, konisi dari orangtua, dan atau imannya berkembang, tetapi tidak
masyarakat, dan guru. berfungsi dengan baik. Iman yang berkembang
5. Kurangnya pemahaman terhadap remaja dari dengan sempurna akan berfungsi sebagai
lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat. pemberi arah, pendorong sekaligus pengendali
6. Kurangnya sarana penyaluran waktu senggang. bagi fitrah jasmani, rohani, dan nafas; yang pada

Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat 125


akhirnya akan melahirkan kecenderungan untuk Nasrullah, 2015) menyebutkan faktor-faktor yang
berperilaku positif. menyebabkan kenakalan pada remaja menjadi dua
klasifikasi; faktor internal yang berasal dari dalam diri
dan faktor eksternal yang berasal dari luar diri remaja.
METODE PENELITIAN Sedangkan Jamaluddin (2015) memperjelasnya menjadi
lima faktor penyebab terjadinya kenakalan remaja, antara
Penelitian ini dilakukan di daerah Pelambuan, lain; faktor identitas, kontrol diri, proses keluarga, kelas
Banjarmasin pada bulan Mei – Juli 2018. Subjek sosial atau komunitas, dan rendahnya pemahaman agama
penelitian ini adalah remaja, orang tua dan tokoh
masyarakat yang bertempat tinggal dan bertugas di Hal ini sejalan dengan temuan yang ada di daerah
daerah Pelambuan, Banjarmasin. Penelitian ini berbentuk Pelambuan, yang mana merupakan kawasan pelabuhan
deskriptif kualitati, dimana penelitian ini dilakukan yang ada di area Banjarmasin. Kenakalan remaja yang
dengan pendekatam studi kasus, yaitu meneliti fenomena banyak ditemukan didaerah ini adalah pergaulan bebas
sosial dari suatu kelompok atau golongan tertentu. yang berujung pada pernikahan dini, tawuran antar geng,
penggunaan obat zenith yang tidak sesuai kebutuhan dan
Penelitian ini menggunakan teknik dosis yang tidak tepat, mabuk lem fox dan
pengumpulan data yang dilakukan dengan menggunakan merokok.Kegagalan remaja dalam memenuhi kebutuhan
studi literatur dan penelitian lapangan berdasarkan integritas membuatnya kesulitan untuk menjawab
observasi dan wawancara. Dalam penelitian ini, teknik pertanyaan tentang siapa dirinya sehingga akan
analisis data yang digunakan adalah teknik analisa menghasilkan konsep diri yang negatif. Konsep diri
deskriftif kualitatif, dimana data yang dikumpulkan menjadi salah satu fokus utama dalam
adalah hasil dari wawancara, kemudian dianalisis mengorganisasikan pemikiran kita dan memandu
menggunakan indikator yang telah ditentukan perilaku sosial kita. Myers(Widyastuti, 2013)
sebelumnya. menyatakan bahwa pengaruh-pengaruh yang
berdasarkan pengalaman sosial antara lain; peran yang
kita mainkan, identitas sosial yang kita bentuk,
HASIL DAN PEMBAHASAN perbandingan yang kita buat terhadap orang lain,
kesuksesan dan kegagalan kita, bagaimana kita menilai
Masa remaja merupakan salah satu periode orang lain, dan budaya yang ada di sekitar kita. Ketika
penting dalam kehidupan seseorang, karena pada masa seseorang gagal dalam menentukan konsep dirinya maka
remaja terjadi perubahan baik pada fisik maupun akan berpengaruh terhadap pengalaman sosialnya.
psikologis remaja. Masa remaja juga dianggap sebagai Seperti halnya yang terjadi di daerah Pelambuan,
periode peralihan, dimana remaja sudah tidak dapat para remaja yang gagal dalam menentukan konsep
dikatakan anak-anak lagi namun belum masuk pada masa dirinya maka akan berpengaruh terhadap cara
dewasa. Masa ini juga dikatakan sebagai periode pandangnya mengenai identias sosial yang ia bentuk
perubahan, dimana terjadi perubahan dalam sikap dan serta pandangannya terhadap budaya. Lingkungan
perilaku. Selain itu, masa remaja juga dianggap sebagai masyarakat dengan tingkat kriminalitas yang tinggi
usia bermasalah dan masa pencarian identitas. Menurut memungkinkan remaja mengamati berbagai model yang
Ericson (Jamaluddin Adon Nasrullah, 2015) identitas dilakukan dan mencontohnya kedalam perbuatan
yang dicari remaja adalah menjelaskan siapa dirinya dan mereka. Dari hasil wawancara diketahui bahwapara
perannya dalam masyarakat. Secara keseluruhan apakah remaja mempelajari cara merokok dari orang dewasa
ia akan berhasil atau gagal. Pada masa ini, remaja berada lingkungan tempat tinggal.Orang dewasa yang ada di
pada tahap krisis identitas versus difusi identitas yang lingkungan memberikan contoh bagaimana cara
harus di atasi. Ketika remaja berhasil melalui dengan merokok dan bahkan memfasilitasi dengan memberikan
baik maka akan berpengaruh pada tercapainya integritas secara cuma-cuma rokok kepada para remaja. Para
dan kepribadian remaja, namun ketika remaja gagal remaja akan melakukan proses modelling terhadap
dalam memenuhi bentuk integritasnya maka ia akan perilaku masyarakat sekitar. Menurut Chesney-Lind,
membentuk identitas negatif yang sering disebut sebagai Figueira dan McDonough (Jamaludin, 2015) komunitas
kenakalan remaja. juga dapat berperan serta dalam munculnya kenakalan.
Selain itu rendahnya pengawasan orang tua terhadap
Penelitian yang dilakukan Fatimah Siti &Umuri remaja menjadi faktor lain terjadinya kenakalan remaja.
Towil M (2014) menjelaskan bahwa faktor yang paling orang tua yang seharusnya merupaka tempat teraman dan
dominan penyebab kenakalan remaja adalah faktor paling penting dalam membangun identitas remaja justru
dalam diri remaja, faktor yang berasal dari pertemanan di menjadi tempat pembelajaran utama tentang merokok.
lingkungan masyarakat, dan faktor teman di sekolah. Dari hasil wawancara diketahui bahwa anak pertama kali
Lemahnya pertahanan diri remaja menyulitkannya untuk belajar merokok dari orang tua dan bahkan belajar apa itu
mengontrol dan mempertahankan diri terhadap pengaruh minuman keras dari proses belajar orang tua. Rendahnya
negatif dari lingkungan. Bentuk-bentuk kenakalan pemahaman akan agama menjadi faktor lain kenapa
remaja tersebut tidak terlepas dari beberapa faktor kenakalan remaja terjadi. Anwar (Jamaludin, 2015)
diantanya menurut B. Simadjuntak (Jamaluddin Adon menjelaskan bahwa kenakalan remaja disebabkan fitrah

Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat 126


iman yang ada pada individu tidak berkembang dengan perbandingan yang kita buat terhadap orang lain,
sempurna serta tidak berfungsi dengan baik. Dari hasil kesuksesan dan kegagalan kita, bagaimana kita menilai
observasi dan wawancara diketahui hanya ada satu TPA orang lain, dan budaya yang ada di sekitar kita. Ketika
yang ada di daerah Pelambuan dan itupun tidak berfungsi seseorang gagal dalam menentukan konsep dirinya maka
sehingga para remaja kesulitan untuk mengebangkan akan berpengaruh terhadap pengalaman sosialnya.
pengetahuan tentang keimanan. Situasi bingung dan Seperti halnya yang terjadi di daerah Pelambuan,
konflik batin menyebabkan remaja berada di para remaja yang gagal dalam menentukan konsep
persimbangan jalan. Jalaludin (Jamaludin, 2015) dirinya maka akan berpengaruh terhadap cara
menjelaskan bahwa tingkat relegiulitas pada remaja akan pandangnya mengenai identias sosial yang ia bentuk
berpengaruh terhadap perilakunya. Remaja dengan serta pandangannya terhadap budaya. Lingkungan
tingkar relegiulitas yang tinggi akan menunjukkan masyarakat dengan tingkat kriminalitas yang tinggi
perilaku ke arah hidup yang religius, sedangkan remaja memungkinkan remaja mengamati berbagai model yang
yang memiliki tingkat religiusitas rendah akan dilakukan dan mencontohnya kedalam perbuatan
menunjukkan ke arah penyimpangan atau kenakalan mereka.
remaja.
Daftar Pustaka
SIMPULAN
Desmita. 2006. Psikologi Perkembangan. Bandung : PT.
Peneliti menyimpulkan bahwa masa remaja Remaja Rosdakarya
merupakan periode perubahan atau masa peralihan Ermawati Erli &E.P Indriyati.(2011).Hubungan Antara
karena pada masa remaja terjadinya perubahan fisik, Konsep Diri Denga Perilaku Konsumtif Pada
psikologis, sikap, dan perilaku. Kanak -kanak yang Remaja Di SMP N 1 Piyungan Hal (6)
memasuki pada masa remaj umumnya antara 12-21 Fatimah Siti &Umuri M Towil. (2014). Faktor-Faktor
tahun. Dalam hal ini ada dua klasifikasi yang Penyebab Kenakalan Remaja di Desa Kemadang
mempengaruhi terjadinya kenakalan pada remaja Kecamatan Tanjungsari Kabupaten
meliputi yaitu internal dan eksternal, internal yang Gunungkidul. Jurnal Citizenship (4) (1) 87-95.
berasal dari dalam diri sedangkan internal berasal dari Jamaliduin Adon Nasrullah. (2015). Sosiologi Perkotaan
luar diri remaja. Lalu ada lima faktor penyebab terjadinya Memahami Masyarakat Kota dan
kenakalan remaja,antara lain; faktor identias, kontrol diri, Problemayikanya.Bandung : Pustaka Setia.
proses keluarga, kelas sosial atau komunitas atau Kartono Kartini. 2014. Patologi Sosial 2 Kenakalan
komunitas dan rendahnya pemahaman agama. Remaja. 2014.Jakarta : Rajawali Pers.
Hal ini sejalan dengan temuan yang ada di daerah Koran Sindo, Rabu 15 November 2017. Diunduh 20 Juni
Pelambuan, yang mana merupakan kawasan pelabuhan 2017 dari
yang ada di area Banjarmasin. Kenakalan remaja yang https://nasional.sindonews.com/read/1257498/15
banyak ditemukan didaerah ini adalah pergaulan bebas /40-pengguna-narkoba-pelajar-mahasiswa-
yang berujung pada pernikahan dini, tawuran antar geng, 1510710950
penggunaan obat zenith yang tidak sesuai kebutuhan dan Sumara Dadan, Humaedi Sahadi&Meilanny Budiarti
dosis yang tidak tepat, mabuk lem fox dan Santoso. 2017. Kenakalan Remaja dan
merokok.Kegagalan remaja dalam memenuhi kebutuhan Penanganannya. Jurnal Penelitian & PPM (4) (2)
integritas membuatnya kesulitan untuk menjawab 346 – 353
pertanyaan tentang siapa dirinya sehingga akan Trisnawati Junia, Nauli Annis Fathra&Agrina. (2014).
menghasilkan konsep diri yang negatif. Konsep diri Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku
menjadi salah satu fokus utama dalam Agresif Remaja Di SMK Negeri 2 Pekan Baru.
mengorganisasikan pemikiran kita dan memandu Hal (1)
perilaku sosial kita. Myers(Widyastuti, 2013) Widyastuti Yeni. 2013. Psikologi Sosial.
menyatakan bahwa pengaruh-pengaruh yang Yogyakarta: Graha Ilmu.
berdasarkan pengalaman sosial antara lain; peran yang
kita mainkan, identitas sosial yang kita bentuk,

Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat 127


STUDI TENTANG PERILAKU MENYIMPANG PADA
SISWA DI MI NURUDDIN I BANJARMASIN
STUDY OF BEHAVIOR ON STUDENTS IN NURUDDIN I BANJARMASIN MI

Ririanti Rachmayanie Jamain 1 dan Muhammad Irfan hafidzi 2


Jurusan Ilmu Pendidikan, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Lambung
Mangkurat, Jl. Hasan Basri Banjarmasin 70123 Banjarmasin, Indonesia
E-mail: ririanti.bk@ulm.ac.id
No. Handphone: 08125016781

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui variasi jenis perilaku menyimpang pada siswa di MI Nuruddin I
Banjarmasin yang bertempat tinggal di sekitar pelabuhan. Metode yang digunakan dalam penelitian kali ini yaitu
pendekatan kualitatif dan jenis penelitian adalah deskriptif, dengan peneliti mendeskripsikan suatu fenomena perilaku
menyimpang siswa di MI Nuruddin I Banjarmasin. Teknik pengumpulan data menggunakan wawancara yang diperkuat
dengan observasi dan dokumentasi. Responden Wali Kelas, Guru Mata Pelajaran, Siswa, dan Orang Tua Siswa. Hasil
penelitian menunjukkan jenis perilaku menyimpang siswa di MI Nuruddin I Banjarmasin adalah perkelahian, berkata
kotor dan kasar atau mengolok-olok, membuat keributan, memalak, merusak barang milik teman, merusak fasilitas
sekolah, tidak menaati peraturan sekolah, membolos, perilaku menyimpang ini tergolong kategori primer.

Kata kunci: Perilaku Menyimpang, Kategori Perilaku Menyimpang, Siswa

ABSTRACT

The purpose of this study was to determine the variation of types of deviant behavior in students at MI Nuruddin I
Banjarmasin who reside around the port. The method used in this research is a qualitative approach and the type of
research is descriptive, with researchers describing a phenomenon of deviant behavior of students in MI Nuruddin I
Banjarmasin. Data collection techniques use interviews that are reinforced by observation and documentation.
Respondent Guardian Class, Subject Teacher, Student, and Parent Student. The results of this study indicate the type of
student deviant behavior in MI Nuruddin I Banjarmasin is fighting, saying dirty and rude or making fun of, making noise,
memalak, damaging belongings of friends, destroying school facilities, disobeying school rules, ditching. This deviant
behavior is classified as primary.

Keywords: Deviant Behavior, Categories of Deviant Behavior, Students

Sekolah Dasar merupakan lembaga pendidikan dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak bekerja
dasar yang diselenggarakan untuk mengembangkan sikap, sendiri-sendiri melainkan memerlukan bantuan orang lain.
kemampuan dan keterampilan dasar yang diperlukan Manusia di kehidupan terus tumbuh dan
siswa untuk hidup dalam masyarakat. Di samping itu juga berkembang di lingkungan tempat tinggal disertai dengan
sekolah dasar mempersiapkan peserta didik untuk terbentuknya sikap. Jika kita memahami sikap seseorang,
mengikuti pendidikan lanjut. mungkin kita dapat mengerti/memahami perilaku apa
Masa usia sekolah dasar sebagai masa kanak- yang ditampilkan seseorang (Mar’at & Kartono, 2006:
kanak akhir yang berlangsung dari usia enam tahun hingga 102). Sehingga sikap cenderung dapat ditampilkan dalam
kira-kira usia dua belas tahun atau tiga belas tahun. bentuk perilaku.
Karakteristik utama siswa sekolah dasar adalah mereka Darwis (2006: 43) mengemukakan bahwa ada
menampilkan perbedaan - perbedaan individual dalam dua jenis perilaku manusia, yaitu perilaku normal dan
banyak segi dan bidang, di antaranya perbedaan dalam perilaku abnormal. Perilaku normal adalah perilaku yang
intelegensi, kemampuan dalam kognitif dan bahasa, dapat diterima oleh masyarakat pada umumnya,
perkembangan kepribadian dan perkembangan fisik anak. sedangkan perilaku abnormal adalah perilaku yang tidak
Anak usia sekolah dasar memiliki dorongan yang bisa diterima oleh masyarakat pada umumnya dan tidak
kuat untuk berhubungan dengan kelompok sebayanya, sesuai dengan norma-norma sosial yang ada. Perilaku
rasa ingin tahu yang tinggi tentang dunia sekitarnya, dan abnormal ini bisa disebut perilaku bermasalah atau
menyenangi permainan-permainan yang selalu perilaku menyimpang.
berhubungan sosial. Manusia adalah makhluk sosial,

Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat 128


Menurut Kuyo (2013: 3), perilaku menyimpang Karakteristik siswa sekolah dasar yang umumnya
adalah bentuk dari pada suatu kenakalan baik yang berusia antara 7-12 tahun yaitu mulai memiliki rasa ingin
dilakukan oleh remaja atau pun orang dewasa. tahu yang tinggi dengan cara menyelidiki, mencoba, dan
Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan bereksperimen mengenai suatu hal yang dia anggap
peneliti di MI Nuruddin I Banjarmasin yang bertempat di menarik bagi dirinya serta siswa sudah mampu memhami
sekitar pelabuhan pada tahun 2017, diketahui bahwa ada cara mengkombinasikan beberapa golongan benda yang
beberapa siswa kelas V dan kelas VI yang mengalami bervariasi tingkatannya selain itu anak sudah mampu
perilaku menyimpang, seperti beberapa siswa yang tidak berpikir sistematis mengenai benda-benda dan peristiwa-
masuk sekolah tanpa alasan, siswa yang merokok, peristiwa yang konkret. Dengan ciri khas seperti diatas
menghirup lem serta ada juga siswa yang sering berkelahi khususnya siswa kelas V dan VI merupakan anak SD kelas
dengan teman sekelasnya bahkan siswa tersebut sampai tinggi, dimana mereka memiliki sifat khas yaitu sangat
membawa senjata tajam. Menurut pemaparan dari orang realistik, ingin tahu dan ingin belajar serta gemar
tua siswa faktor yang mempengaruhi perilaku anak membentuk kelompok sebaya. Pada periode ini acapkali
tersebut berawal dari pola hidup atau kebiasaan di anak SD kelas tinggi tersebut memunculkan perilaku-
lingkungan tempat tinggal mereka yang dianggap buruk perilaku menyimpang yang disebabkan oleh rasa ingin
dan kurang baik bagi perkembangan anaknya. tahu yang besar dan pengaruh kelompok sebaya (gang).
Dari hasil wawancara dengan siswa diketahui Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan
faktor penyebab dikarenakan faktor lingkungan tempat peneliti di MI Nuruddin I Banjarmasin (yang lokasinya
tinggalnya, serta mereka mau mencari perhatian. Untuk berada di sekitar Pelabuhan Trisakti ) diperkuat oleh hasil
menindak lanjuti segala informasi dan data yang telah observasi dan wawancara dengan beberapa pihak yang
diperoleh peneliti di MI Nuruddin I Banjarmasin, maka terkait, yaitu guru mata pelajaran, beberapa siswa yang
peneliti tertarik menggunakan pendekatan kualitatif teknik bersangkutan dan salah satu orang tua siswa yang
deskriptif dalam penelitian kali ini. mengalami perilaku menyimpang membuat peneliti
Tujuan penelitian ini adalah agar dapat tertarik melakukan sebuah penelitian deskriptif “Studi
menggambarkan jenis-jenis perilaku menyimpang siswa Tentang Perilaku Menyimpang Pada Siswa Di MI
MI Nuruddin I Banjarmasin sehingga dapat memberikan Nuruddin I Banjarmasin Tahun 2017”.
informasi kepada guru untuk bisa bisa mengiidentifikasi
dan mempunyai strategi-strategi dalam menangani dan METODE PENELITIAN
mencegah perilaku menyimpang secara efektif dan
efisien. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini
Menurut Wahyu (2013: 84-88) sebab musabab adalah pendekatan kualitatif dan jenis penelitian yang
terjadinya perilaku menyimpang dikarenakan adanya: dipakai dalam penelitian ini adalah deskriptif.
sikap mental yang tidak sehat, ketidak harmonisan dalam Penelitian ini dilakukan di MI Nuruddin I
keluarga, pelampiasan rasa kecewa, dorongan kebutuhan Banjarmasin, Jl. Barito Hulu Rt. 56 No 32 Kel.
ekonomi, pengaruh lingkungan dan media massa, Pelambuan, Kec. Banjarmasin Barat, Kotamadya.
keinginan untuk dipuji, proses belajar yang menyimpang, Banjarmasin, Kalimantan Selatan, Kode pos 70118.
ketidak sanggupan menyerap norma, proses sosialisasi Penelitian dilakukan pada Semester Satu atau
nilai-nilai subkultur menyimpang, kegagalan dalam Ganjil Tahun Ajaran 2017-2018. Subyek penelitian ini
proses sosialisasi, adanya ikatan sosial yang berlainan. adalah siswa kelas V dan VI MI Nuruddin I Banjarmasin,
Budiati (2009: 102) membagi jenis perilaku wali kelas, guru mata pelajaran dan orangtua siswa. Objek
menyimpang menjadi beberapa bagian, sebagai penelitiannya adalah jenis-jenis perilaku menyimpang.
berikut:penyimpangan narkoba, perkelahian pelajar, Sumber data dalam penelitian terdiri dari
penyimpangan seksual, tindak kriminalitas. responden , yaitu siswa kelas V dan VI MI Nuruddin I
Darwis (2006: 46) membagi 2 kategori perilaku Banjarmasin, guru mata pelajaran, wali kelas dan orangtua
menyimpang sebagai berikut : penyimpangan primer atau siswa, serta dokumen berupa data-data tentang jenis-jenis
yang disebut juga penyimpangan ringan adalah suatu perilaku menyimpang yang ditemukan di lapangan.
perilaku seseorang yang menyimpang akan tetapi Teknik pengumpulan data yang digunakan oleh
mempunyai sifat sementara. Penyimpangan yang seperti peneliti berupa wawancara, observasi dan dokumentasi.
ini dilakukan pada saat tertentu saja (insidentil) dan Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan sejak
umumnya tidak merugikan orang lain. Contohnya seperti sebelum memasuki lapangan , selama dilapangan, dan
mencoret-coret dinding/tembok, siswa terlambat masuk setelah selesai dilapangan (Sugiyono, 2015: 336-345).
sekolah/kelas dan melanggar tata tertib. Pengecekan penemuan keabsahan data melalui
Penyimpangan sekunder atau bisa disebut juga triangulasi. Pada penelitian ini menggunakan triangulasi
penyimpangan berat adalah sesuatu perilaku seseorang metode, teknik pengumpulan data yang digunakan dalam
yang menyimpang dan tidak bisa diterima oleh penelitian ini, yaitu wawancara, observasi dan
masyarakat setempat. Penyimpangan ini menuju ke dokumentasi.
tindakan kriminalitas sehingga masyarakat tidak
menginginkan orang melakukan penyimpangan sekunder
ini. Contohnya pencurian, perampokan, begal, pemerkosa, HASIL DAN PEMBAHASAN
dan pembunuhan.

Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat 129


Berdasarkan paparan hasil observasi dan Menurut Suryawati (2001: 129) bahwa secara umum
wawancara dari beberapa sumber seperti wali kelas, guru perilaku menyimpang terbagi menjadi dua, yaitu
mata pelajaran, siswa dan orang tua siswa tidak pernah penyimpangan positif dan penyimpangan negatif.
ditemukan siswa yang mengkonsumsi narkoba. Perilaku Penyimpangan positif adalah yang terarah pada nilai-nilai
menyimpang yang sering muncul pada siswa seperti sosial yang ideal walaupun cara atau tindakan yang
berkelahi karena bercanda berlebihan sehingga membuat dilakukan seolah-olah menyimpang dari norma-norma
tersinggung siswa lain dan membalasnya dengan berkata yang berlaku, sebenarnya tidak menyimpang. Pada
kasar seperti mengejek atau mengolok-olok dengan penyimpangan positif selama penelitian tidak ditemukan
menyebutkan nama orang tua sebagai bahan lelucon. siswa yang melakukan penyimpangan yang postif.
Selain itu siswa suka membuat keributan didalam Penyimpangan negatif adalah kecenderungan bertindak
kelas,tidak memperhatikan pelajaran. Melanggar kearah dan nilai-nilai sosial yang dipandang rendah serta
peraturan sekolah seperti memakai pakaian tidak rapi, selalu berdampak buruk.
tidak memakai sepatu di lingkungan sekolah, tidak Berdasarkan hasil observasi, wawancara dan analisis
memakai sepatu berwarna hitam dengan alasan terlihat dokumentasi terdapat beberapa jenis perilaku
polos (culun) sehingga diejek oleh temannya. Siswa menyimpang yang ditemukan peneliti pada siswa kelas V
membolos karena tidak mengerjakan tugas sehingga dan VI di MI Nuruddin I Banjarmasin, yaitu perkelahian
mendapat teguran oleh gurunya, dan siswa terlambat pelajar dan tindak kriminalitas. Menurut Budiati (2009:
masuk kelas. 102) membagi jenis perilaku menyimpang menjadi
Dari dokumentasi yang diperoleh berupa catatan beberapa bagian, yaitu penyimpangan narkoba,
dari sekolah tentang perilaku menyimpang siswa di perkelahian pelajar, penyimpangan seksual, tindak
sekolah seperti siswa terlambat masuk sekolah, siswa kriminalitas.
terlambat masuk kedalam kelas, siswa dengan santai Dimana perkelahian pelajar ini terjadi karena saling
keluar masuk kelas untuk jajan didekat sekolah, membuat mengolok-olok berkata kasar seperti menyebut nama
keributan saat jam pelajaran berlangsung. Ditemukan juga orang tua sebagai bahan lelucon, sering membandingkan
siswa tidak masuk sekolah tanpa keterangan, perkelahian warna kulit mereka satu sama lain, terlebih jika salah satu
antar siswa, mencoret baku raport, bahkan memalak teman diantaranya memiliki warna kulit yang lebih gelap, maka
saat jam istirahat berlangsung. Dari hasil dokumentasi siswa tersebut akan mendapatkan perlakuan yang kurang
juga dapat dilihat banyak siswa yang berpakaian tidak rapi baik. Kalimat kasar yang pernah terdengar yaitu,
seperti mengeluarkan baju seragam, siswa tidak menyebut alat kelamin, mengucapkan sumpah serapah,
mengenakan atribut sekolah ( tidak memakai ikat memaki, menyebut nama binatang. Menurut penuturan
pinggang) tidak mengganti baju olahraga dengan baju siswa kata-kata kasar yang sering diucapkannya didapat
seragam saat jam olahraga berakhir, dan banyak siswa dari lingkungan tempat tinggal, dimana mereka sering
yang berkeliaran tanpa mengenakan sepatu, bahkan mendengar kata-kata kotor (tidak pantas) dan kasar
banyak siswa yang menggunakan sandal didalam tersebut apabila sedang berbincang sembari bergurau.
lingkungan sekolah. Untuk hasil dokumentasi yang Lingkungan tempat tinggal maupun lingkungan
menyatakan kebenaran dari hasil observasi dan sekolah merupakan lingkungan sosial yang menjadi
wawancara didapatkan peneliti dari buku catatan kasus tempat berlangsungnya macam-macam interaksi sosial
siswa, raport siswa dan foto-foto saat siswa melakukan antara berbagai kelompok beserta pranatanya dengan
pelanggran di sekolah. simbol dan nilai serta norma yang sudah mapan, serta
Anak sekolah dasar adalah anak yang berusia 6-12 tahun, terkait dengan lingkungan alam dan lingkungan binaan
memiliki fisik lebih kuat mempunyai sifat individual serta atau buaatan (Purba, 2002: 13).
aktif dan tidak bergantung Menurut Wahyu (2013: 84-88) pengaruh
dengan orang tua. Banyak ahli menganggap masa ini lingkungan dan media massa bisa menjadikan sebab
sebagai masa tenang atau masa latent, di mana apa yang musabab terjadinya perilaku menyimpang yang dimana
telah terjadi dan dipupuk pada masa-masa sebelumnya lingkungan yang tidak sehat, seperti lingkungan dengan
akan berlangsung terus untuk masa-masa selanjutnya banyak anggota masyarakat yang menyimpang akan
(Gunarsa, 2006: 74 ). Tingkah laku anak dalam sangat berpengaruh pada perilaku anak-anak.
menghadapi lingkungan sosial maupun non sosial Kebanyakan dari sifat anak adalah
meningkat. Siswa memiliki kemampuan tenggang rasa mengidentifikasi perilaku orang-orang yang di dalam
dan kerja sama yang lebih tinggi, bahkan ada diantara lingkungan sosialnya. Hal ini didukung oleh penelitian
mereka yang menampakan tingkah laku anak remaja Erlin Oktavianti (2015) yang mengatakan bahwa faktor
pemula. Mereka mengembangkan rasa percaya dirinya yang mempengaruhi siswa berperilaku menyimpang
terhadap kemampuan dan pencapaian yang baik dan disebabkan melihat contoh yang salah dari lingkungan
relevan (Sunarto, 2008:44). Namun perilaku tersebut ada sekitar. Dari penjelasan diatas bahwa faktor dari
yang normal dan ada yang tidak normal atau menyimpang. lingkungan tempat tinggal mempengaruhi terjadinya
Bruce J. Cohen memberikan definisi perilaku perilaku menyimpang.
menyimpang adalah setiap perilaku yang tidak berhasil Perilaku menyimpang berikutnya yang
menyesuaikan diri dengan kehendak-kehendak ditemukan adalah siswa memalak temannya dengan
masyarakat atau meminta secara paksa uang jajan. Ia meminta tanpa
kelompok tertentu dalam masyarakat (Muin, 2013: 160).

Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat 130


melihat apakah temannya tersebut merupakan anak dari patah. Pernah juga siswa merusak sapu yang dijadikannya
orang tua yang berlatar belakang ekonomi menengah. sebagai alat bermain hingga patah. Kondisi-kondisi diatas
Dari hasil observasi juga terlihat siswa meminta apabila dirujuk pada karakteristik anak sekolah dasar yang
makanan milik temannya secara paksa. Siswa juga dikemukakan oleh Somantri (2004:37) dimana anak kelas
merampas barang milik temannya yaitu alat-alat tulis. tinggi diantaranya memiliki sifat yang sangat realistik,
Alat-alat tulis tersebut dirampas bukan digunakan untuk ingin tahu dan ingin belajar, gemar membentuk kelompok
belajar, namun untuk dirusak atau dijadikan alat bermain sebaya, dan anak membutuhkan guru atau orang-orang
saja. Alasan siswa melakukan hal tersebut dikarenakan dewasa lainnya untuk menyelesaikan tugasnya dan
uang jajan yang diberikan oleh orang tuanya masih memenuhi rasa ingin tahu. Apabila lingkungan tidak
kurang. Selain itu alasan siswa melakukan hal tersebut mendukung pengembangan sifat tersebut maka anak SD
awalnya hanya sekedar bercanda dan teman yang sering dapat terjerumus pada perilaku menyimpang, dimana
dia palak itu pun tidak pernah protes, selalu memberi perilaku menyimpang ini menunjukkan ketidakberhasilan
karena takut, sehingga hal ini menjadi kebiasaan. menyesuaikan diri dengan kehendak-kehendak
Kondisi diatas sesuai dengan yang dikatakan masyarakat atau kelompok tertentu dalam masyarakat
oleh Budiati (2009: 102) pada jenis perilaku menyimpang (Muin, 2013: 160).
tindakan kriminalitas. Tindakan kriminalistas adalah Perilaku menyimpang yang ditunjukkan oleh
tindakan kejahatan atau tindakan yang merugikan orang siswa kelas V dan VI MI Nuruddin I Banjarmasin ini perlu
lain dan melanggar norma hukum, norma sosial, dan mendapat perhatian dari semua pihak baik sekolah
norma agama. Berkaitan dengan faktor penyebab maupun orangtua dengan cara melakukan identifikasi
perilaku diatas menurut Wahyu (2013: 84-88) termasuk penyebab masalah dan bisa segera diberikan tindakan
dalam dorongan kebutuhan ekonomi dimana seeorang guna mengurangi penyimpangan perilaku dalam
atau sekelompok orang untuk kehidupan sehari-hari.
memenuhi kebutuhan hidupnya akan tetapi untuk Kondisi-kondisi diatas sesuai dengan pendapat
mendapatkan kepuasan dari terpenuhnya kebutuhan itu Darwis (2006: 46) yang membagi 2 kategori perilaku
tidaklah mudah karena uang jajan anak yang diberikan menyimpang, yaitu penyimpangan primer (ringan) dan
orang tuanya masih kurang untuk memenuhi penyimpangan berat. Dari temuan di lapangan perilaku
kebutuhannya sehingga anak memunculkan perilaku menyimpang tersebut termasuk penyimpangan primer
tersebut. (ringan).Penyimpangan primer atau yang disebut juga
Kemudian ditemukan juga jenis perilaku penyimpangan ringan adalah suatu perilaku seseorang
menyimpang lainnya seperti melanggar tata tertib sekolah. yang menyimpang akan tetapi mempunyai sifat
siswa memakai seragam tidak rapi, tidak memakai sepatu sementara. Penyimpangan yang seperti ini dilakukan pada
di lingkungan sekolah, dan tidak memakai sepatu saat terttentu saja (insidentil) dan umumnya tidak
berwarna hitam dengan alasan malu diejek temannya merugikan orang lain. Contohnya seperti mencoret-coret
karena terlihat tidak keren. Siswa ingin mendapatkan tembok, merusak fasilitas sekolah, siswa terlambat masuk
pujian dari teman-temannya. Perilaku menyimpang itu sekolah/kelas dan melanggar tata tertib.
disebabkan keinginan untuk dipuji oleh lingkungan Adapun upaya penanganan yang dilakukan oleh
sekitar,kondisi ini sesuai dengan karakteristik anak SD pihak sekolah selama ini terhadap semua perilaku
dimana mereka cenderung memiliki sifat senang dipuji menyimpang diatas yaitu memberikan perhatian dan
(Indra, 2010 :4). nasehat kepada siswa yang bersangkutan, apa bila sudah
Perilaku menyimpang lainnya adalah membolos diberikan nasehat tetapi siswa tersebut masih saja
karena tidak mengerjakan tugas yang diberikan sehingga melakukannya maka pihak sekolah memberikan hukuman
mendapat teguran dari guru. Siswa sering membuat dengan harapan dapat menjadi efek jera bahkan tidak
keributan di dalam kelas juga bisa disebut memiliki jarang juga orang tua / wali siswa dipanggil ke sekolah
perilaku menyimpang seperti, saat pembelajaran untuk membahas perilaku menyimpang yang dilakukan
berlangsung siswa malah berbincang tentang hal di luar anaknya disekolah.
mata pelajaran. Adapula siswa yang memukul-mukul
meja sehingga kelas menjadi berisik dan mengganggu SIMPULAN
proses pembelajan. Terlihat pula siswa yang tidak dapat
diatur seperti sering berjalan-jalan di dalam kelas dan
mengganggu teman didekatnya. Semua perilaku Dari hasil penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan
menyimpang dalam belajar yang dilakukan siswa diatas bahwa perilaku menyimpang yang terjadi di MI Nuruddin
berdampak pada prestasi belajar siswa sehingga I Banjarmasin termasuk dalam kategori perilaku
memperoleh hasil yang kurang maksimal dan sering menyimpang primer (ringan), berikut beberapa jenis
mendapatkan nilai yang rendah dibandingkan teman- perilaku menyimpang yang terjadi berupa : perkelahian
temannya. Selain itu siswa ketika diperintah oleh guru siswa,berkata tidak pantas dan kasar atau mengolok-olok
untuk mengerjakan soal dipapan tulis, siswa tidak bisa , membuat keributan, memalak, merusak barang milik
mengerjakan soal yang diberikan. teman, merusak fasilitas sekolah, tidak mentaati peraturan
Ditemukan pula perilaku menyimpang berupa sekolah, dan membolos. Adapun faktor penyebab
merusak fasilitas sekolah, dimana siswa menggunakan terjadinya perilaku menyimpang tersebut dikarenakan
penggaris kelas untuk bermain dan dipukul ke meja hingga

Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat 131


keinginan untuk dipuji, dorongan kebutuhan ekonomi dan Muin, Idianto. (2013). Sosiologi Untuk SMA/MA Kelas X.
faktor dari lingkungan tempat tinggal. Bekasi: Erlangga.

Okvianti, Erlin. (2016). Studi Kasus Siswa Perilaku


DAFTAR PUSTAKA Menyimpang Siswa Kelas 1 SD Negeri Ngemplak
Nganti Sleman. Diunduh 20 Oktober 2016 dari
Budiati, Antik Catur. (2009). Sosiologi Kontekstual Untuk http://eprints.uny.ac.id/36146/
SMA & MA.Jakarta: CV Mediatama.
Purba, Jonny. (2002). Pengelolaan Lingkungan Sosial.
Darwis, Abu (2006). Perubahan Perilaku Menyimpang Jakarta: Yayasan Obor.
Murid Sekolah Dasar, Jakarta: Departemen
Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Somantri. (2004). Proses Pembelajaran IPS Sekolah
Pendidikan Tinggi Direktorat Ketenagaan. Dasar. Diunduh 22 Maret 2014 dari
http://www.pembelajaransoemantri.wordpress.c
Gunarsa, Singgih. (2006). Psikologi Perkembangan Anak om/
dan Remaja. Jakarta: PT BPK Gunung Mulia
Sugiono. 2(015). Metode Penelitian Pendidikan
Indra. (2010). Memahami karakteristik anak dalam Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D.
mengatasi masalah belajar murid di Sekolah Bandung: Alfabeta.
Dasar. Diunduh 21 November 2016 dari
http://repository.unpas.ac.id/7435/10/BAB%20I Sunarto dan Hartono. (2008). Perkembangan Peserta
I.docx Dididk. Jakarta: Rineka Cipta.

Kuyo, Rahmat H. (2013). Perilaku Menyimpang Anak Wahyu. (2013). Sosiologi Dan Politik. Modul disajikan
Usia Remaja. Skripsi. Gorontalo: Universitas dalam mata kuliah sosiologi dan politik
Negeri Gorontalo. STIENAS Banjarmasin, Banjarmasin, 1 Maret.

Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat 132


KOMITMEN OGANISASI PEGAWAI NEGERI SIPIL (PNS)
DI LINGKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI JAMBI
CIVIL SERVICE ORGANIZATION COMMITMENT (PNS) IN THE GOVERNMENT
ENVIRONMENT, JAMBI PROVINCE

Fadzlul, Elvin Rosalina, Natalia Damayanti


Staf Pengajar Prodi Psikologi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Email: aloels_psy@yahoo.com
Phone: 081328022060

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana gambaran komitmen organisasi Pegawai Negeri Sipil (PNS) di
Lingkungan Pemerintah Provinsi Jambi, untuk menambah khasanah keilmuan di bidang Psikologi Industri dan Organisasi
khususnya tentang Komitmen Organisasi serta untuk menjadi masukan sebagai salah satu acuan dalam meningkatkan
kinerja PNS. Subjek dalam penelitian ini adalah pegawai negeri sipil yang ada di kota Jambi. Batasan usianya adalah
dewasa awal hingga dewasa menengah. Berjenis kelamin laki-laki dan perempuan. Cara mengambil subjek ialah dengan
mendatangi instansi yang ada di kota Jambi dan membagikan skala (angket) lalu mereka mengisinya. Pada saat
pengambilan data, jumlah subjek yang bersedia berpartisipasi sebagai responden penelitian berjumlah 242 orang. Adapun
gambaran dari hasil penelitian adalah sebagian besar responden memiliki komitmen organisasi yang tergolong sedang
serta tidak terdapat perbedaan komitmen organisasi pada PNS ditinjau dari aspek jenis kelamin, pangkat/golongan, masa
kerja, serta divisi/biro kerjanya. Terkait dengan hasil penelitian, maka saran-saran yang dapat diberikan adalah atasan
harus secara konsisten dan terus menerus untuk memberikan motivasi kepada bawahannya, atasan memberikan
kesempatan kepada stafnya untuk berpartisipasi dan berkonribusi secara adil dalam organisasi baik terkait pekerjaan
maupun kegiatan lain di luar jam kerja, adanya kegiatan yang bersifat rutin untuk merefleksikan dan menekankan tentang
nilai-nilai dan tujuan organisasi sebagai pelayan masyarakat sehingga para PNS memahami, serta menerima nilai-nilai
tersebut agar dapat memberikan layanan yang baik kepada masyarakat sebagai abdi negara.

Kata Kunci: Komitmen organisasi ; pegawai negeri sipil

ABSTRACT

This study aims to find out how the organizational commitment of Civil Servants (PNS) in Jambi Provincial Government
Environment, to increase scientific repertoire in the field of Industrial Psychology and Organization in particular about
Organizational Commitment and to be input as one of the references in improving the performance of civil servants.
Subjects in this study were civil servants in the city of Jambi. The age limit is early adult to middle adult. Male and female
sex. The way to take a subject is by going to an agency in the city of Jambi and distributing a scale (questionnaire) and
then filling it in. At the time of data collection, the number of subjects who were willing to participate as research
respondents amounted to 242 people. The description of the research results is the majority of respondents have moderate
organizational commitment and there is no difference in organizational commitment in civil servants in terms of gender,
rank / class, years of service, and work division / bureau. Related to the results of the research, the suggestions that can
be given are that the supervisor must consistently and continuously provide motivation to his subordinates, the employer
gives the opportunity for his staff to participate and contribute fairly in the organization both in relation to work and
other activities outside working hours, the existence of routine activities to reflect and emphasize the values and goals of
the organization as public servants so that civil servants understand and accept these values in order to provide good
service to the public as state servants.

Keywords: organizational commitment; government employees

Menurut Handaru (2012), sumber daya pada faktor-faktor yang mempengaruhi sikap individual
manusia merupakan penentu penting atas kesuksesan terhadap perubahan, salah satunya ditekankan pada
atau kegagalan dari proses perubahan organisasi dan faktor-faktor paling penting atas kesuksesan atau
sebagai konsekuensi, perhatian akan sangat ditekankan kegagalan dari proses perubahan organisasi adalah

Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat 133


komitmen mereka pada organisasi. Dalam dunia kerja, Komitmen Organisasi Berdasarkan Jenis Kelamin
komitmen seseorang terhadap organisasi/perusahaan Jenis Kelamin Jumlah Skor F test
merupakan isu yang sangat penting. Karena sangat Laki-laki 121 0,065
pentingnya, sampai-sampai membuat beberapa Perempuan 116 (F test > 0,05)
organisasi memasukkan unsur komitmen ini sebagai
salah satu syarat seseorang untuk memegang jabatan/ Berdasarkan tabel diatas terlihat bahwa skor F Test
posisi. Meskipun hal ini sudah sangat umum, tidak adalah 0,065, yang berarti bahwa tidak terdapat
jarang pengusaha maupun pegawai masih belum perbedaan komitmen organisasi antara PNS laki-laki
memahami arti komitmen secara sungguh-sungguh. dan perempuan.
Padahal hal ini sangatlah penting demi terciptanya
kondisi kerja yang kondusif dan nyaman sehingga Komitmen Organisasi Berdasarkan
perusahaan dapat berjalan secara efektif dan efisien. Golongan/Pangkat
Komitmen organisasi juga dapat membantu
Pangkat/ Golongan Jumlah Skor F test
karyawan dalam melakukan manajemen stres di
CPNS 37 0,646
lingkungan kerja. Karyawan yang memiliki komitmen
I 32 (F test > 0,05)
organisasi yang kuat akan cenderung terlibat dan
II 166
menikmati keanggotaannya dalam organisasi, serta akan
III 7
bertahan dalam organisasi karena mereka
menginginkannya. Mereka dapat menyesuaikan diri
keseluruhan faktor dari lingkungan pekerjaan, yang Berdasarkan tabel diatas terlihat bahwa skor F Test
berarti pula mereka dapat mencegah timbulnya stres adalah 0,646, yang berarti bahwa tidak terdapat
serta meningkatkan ambang stres dari diri mereka perbedaan komitmen organisasi pada CPNS maupun
sendiri (Allen & Meyer, 1990 dalam Hutagalung, 2014 PNS dengan Golongan I, II, dan III.
). Mempertimbangkan pentingnya komitmen organisasi,
menjadi menarik untuk mendapatkan gambaran Komitmen Organisasi Berdasarkan Masa Kerja
mengenai Komitmen Organisasi PNS di lingkungan Masa Kerja Jumlah Skor F test
Pemerintah Provinsi Jambi. 0-1 tahun 42 1,202
1,1 – 2 tahun 61 (F test > 0,05)
METODE PENELITIAN 2,1 – 3 tahun 118
> 3 tahun 21
Metode pengumpulan data yang digunakan
adalah skala yaitu alat ukur psikologi yang mengukur Berdasarkan tabel diatas terlihat bahwa skor F Test
aspek-aspek komitmen organisasi. Cara mengambil adalah 1,202, yang berarti bahwa tidak terdapat
subjek ialah mendatangi instansi pemerintah di Kota perbedaan komitmen organisasi pada PNS dengan masa
Jambi dan membagikan skala lalu partisipan kerja tertentu.
mengisinya. Jumlah subjek yang bersedia menjadi
responden adalah sebanyak 242 orang.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Komitmen Organisasi Secara Umum
Kategori Jumlah Persentase
Rendah 33 13,63 %
Sedang 173 71, 47 %
Tinggi 36 14, 8 %
Total 242 100 %

Berdasarkan tabel diatas terlihat bahwa komitmen


organisasi pada PNS di lingkungan Sekretariat Provinsi
Jambi saat ini berada pada kategori sedang, yaitu
sejumlah 173 orang (71,47%).

Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat 134


Komitmen Organisasi Berdasarkan Biro serta mendapatkan pengakuan terhadap hasil kerjanya,
Divisi/ Biro Jumlah Skor F test baik oleh atasan maupun masyarakat secara umum.
Hukum 14 1,918 Secara afeksi, dapat dikatakan bahwa sebagian besar
(F test > PNS memiliki penghayatan yang cukup baik terhadap
Pengelolaan Barang 14
pekerjaannya ditandai dengan adanya keinginan untuk
Milik Daerah 0,05)
terus mempertahankan pekerjaannya. Ada kebanggaan
Pem dan Otonomi 14 saat menjadi PNS serta berkontribusi aktif dalam
Daerah pekerjannya merupakan salah satu indikator bahwa para
Perekonomian dan 12 PNS di Pemprov Jambi memiliki rasa syukur sebagai
SDA nilai yang dipegang dalam menjalankan pekerjannya.
Umum 54 Secara kontinyu, terlihat bahwa sebagian besar
Organisasi 38 PNS di Pemprov Jambi saat ini ingin bertahan dalam
Pemb. Dan Kerja Sama 30 organisasi. Artinya penghasilan yang didapatkannya
Kesramas 25 sebagai PNS saat ini dirasakan sudah cukup memadai
Humas dan Protokol 41 untuk memenuhi kebutuhan maupun keperluan hidup.
Total 242 Ketiga komitmen dalam berorganisasi ini terlihat sudah
mulai berkembang pada sebagian besar PNS di Pemprov
Berdasarkan tabel diatas terlihat bahwa skor F Test Jambi. Hal ini merupakan fakta yang cukup baik untuk
adalah 1,918, yang berarti bahwa tidak terdapat dijadikan sebagai permulaan dalam mengembangkan
perbedaan komitmen organisasi pada PNS-PNS antar komitmen yang lebih tinggi bagi para PNS di Pemprov
biro di lingkungan Sekretariat Provinsi Jambi saat ini. Jambi ke depannya.
Berdasarkan hasil perhitungan secara Statistik
terhadap komitmen organisasi pada PNS di lingkungan SIMPULAN
Sekretariat Provinsi Jambi, saat ini terlihat bahwa
sebagian besar PNS di sana memiliki komitmen Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan
organisasi yang tergolong sedang dengan angka sebelumnya, maka kesimpulan dari penelitian yang
71,47%. Meskipun terdapat sekitar 13,63% PNS dilakukan di Sekretariat Provinsi Jambi (Pemprov Jambi
memiliki komitmen organisasi yang tinggi, namun ) ini adalah :
sangat disayangkan bahwa masih terdapat PNS yang a. Sebagian besar PNS memiliki komitmen
memiliki komitmen organisasi yang rendah dengan organisasi yang tergolong sedang.
persentase 14,8%. b. Tidak terdapat perbedaan komitmen organisasi
Secara umum, komitmen organisasi yang pada PNS ditinjau dari aspek jenis kelamin,
tergolong sedang pada PNS di lingkungan Sekretariat pangkat/golongan, masa kerja, serta divisi/biro
Provinsi Jambi (Pemprov Jambi) saat ini terlihat tidak kerjanya.
menunjukkan perbedaan yang berarti jika ditinjau dari
aspek-aspek seperti : jenis kelamin, pangkat/golongan, Saran
masa kerja, divisi/biro kerjanya. Artinya, baik pada PNS Dari kesimpulan tersebut, maka beberapa saran
laki-laki maupun perempuan, dengan pangkat/golongan yang dapat diberikan dalam rangka meningkatkan
yang berbeda, yang memiliki masa kerja terhitung baru komitmen organisasi pada PNS di lingkungan
maupun lama, dari divisi/biro manapun, semuanya rata- Sekretariat Provinsi Jambi (Pemprov Jambi) agar lebih
rata menunjukkan komitmen yang sedang terhadap tinggi lagi di masa yang akan datang adalah :
organisasi. a. Atasan harus secara konsisten dan terus
Berdasarkan teori yang disampaikan oleh menerus untuk memberikan motivasi kepada
Mayer dan Allen (1987), dapat dikatakan bahwa bawahannya dengan cara memberikan
komitmen organisasi yang tergolong sedang pada PNS pengakuan-pengakuan terhadap hasil kerja
Pemprov Jambi saat ini nenunjukkan mayoritas PNS di serta prestasi yang dihasilkan oleh stafnya.
sana mulai mengembangkan komitmennya dalam b. Atasan memberikan kesempatan kepada
berorganisasi baik secara normatif, afektif serta staffnya untuk berpartisipasi dan berkonribusi
kontinyu. secara adil dalam organisasi baik terkait
Secara normatif, sebagian besar PNS memiliki pekerjaan maupun kegiatan lain di luar jam
motivasi yang cukup baik dalam bekerja dikarenakan kerja.
telah mengetahui hak dan tanggung jawab pekerjaannya

Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat 135


c. Adanya kegiatan yang bersifat rutin untuk Jaros, S. (2007). Mayer And Allen Model Of
merefleksikan dan menekankan tentang nilai- Organizational Commitment : Measurement
nilai dan tujuan organisasi sebagai pelayan Issues. The Icfai Journal of Organizational
masyarakat sehingga para PNS memahami, Behavior. 4(4).
serta menerima nilai-nilai tersebut agar dapat
memberikan layanan yang baik kepada Matondang, Z. (2009) “Validitas dan Reliabelitas Suatu
masyarakat sebagai abdi negara. Instrumen Penelitian”. Jurnal Tabularasa PPS
UNIMED. 6(1).
DAFTAR PUSTAKA
Periantalo, J. (2015). Penyusunan Skala Psikologi.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Budihardjo, A. (2013). The Relationship Between Job
Satisfaction, Affective Commitment,
Periantalo, J. (2015). Penyusunan Skala Psikologi:
Organizational Learning Climate and Corporate
Asyik, Mudah & Bermanfaat. Yogyakarta:
Prformance. GSTF Journal on Business Review.
Pustaka Pelajar.
2(4).
Rahayu, F. D. (2012). Hubungan Antara Budaya
Dixit, V. (2012). A Study about Employee Commitment
Organisasi Dengan Komitmen Organisasi Pada
and its impact on Sustained Productivity in
Perawat Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Syaiful
Indian Auto-Component Industry. European
Anwar Malang. Jurnal Psikologi. 1(2), 61-73.
Journal of Business and Social Sciences 1 (6),
38-39.
Rehman, Khalid. (2013). Impacts of Job Satisfaction on
Organizational Commitment: A Theoretical
Djastuti, I. (2011). Pengaruh Karakteristik Pekerjaan
Model for Academicians in HEI of Developing
Terhadap Komitmen Organisasi Karyawan
Countries like Pakistan. International Journal of
Tingkat Managerial Perusahaan Jasa Konstruksi
Academic Research in Accounting, Finance and
di Jawa Tengah. Jurnal Bisnis dan Akutansi.
Management Sciences. 3(1) .
13(1).
Tranggono, K. (2008). Pengaruh Komitmen
Handaru, A.W., (2013). Pengaruh Kepuasan Gaji dan
Organisasional dan Profesional Terhadap
Komitmen Organisasi Terhadap Intensi
Kepuasan Kerja Auditor dengan Motivasi
Turnover pada Divisi PT JAMSOSTEK. Jurnal
Sebagai Variabel Interving. Jurnal Bisnis dan
Riset Manajemen Sains Indonesia (JRMSI). 3(1).
Ekonomi (JBE). (15) 1.

Hutagalung, I. (2014). Pengaruh Kecerdasan


Yudhaningsih, R. (2011). Peningkatan Efektivitas Kerja
Emosional, Komunikasi Interpersonal,
Melalui Komitmen, Perubahan dan Budaya
Komitmen Organisasi terhadap Manajemen Stres
Organisasi. Jurnal Pengembangan
Kerja. Jurnal Interaksi. 3(2), 103-111.
Humaniora. (11)

Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat 136


PENGARUH IKLIM SEKOLAH TERHADAP KOMITMEN GURU
SCHOOL CLIMATE EFFECT ON TEACHER COMMITMENT

Umi Anugerah Izzati 1dan Olievia Prabandini Mulyana 2


1
Jurusan Psikologi, FIP, Universtitas Negeri Surabaya, Surabaya, Indonesia
2
Jurusan Psikologi, FIP, Universtitas Negeri Surabaya, Surabaya, Indonesia
Email : umianugerah@unesa.ac.id
No. Handphone : 0818518007

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh iklim sekolah terhadap komitmen organisasi. Metode penelitian yang
digunakan adalah metode kuantitatif. Penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling dengan jumlah responden
sebanyak 50 orang guru SMK. Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini ada dua yakni skala iklim
sekolah dan skala komitmen organisasi. Analisis data pada penelitian ini menggunakan analisis regresi. Hasil analisis
data menunjukkan bahwa terdapat pengaruh iklim sekolah terhadap komitmen organisasi pada guru.

Kata Kunci: iklim sekolah, komitmen organisasi, guru.

ABSTRACT

This study aims to influence the school climate to organization commitment. The research method used is quantitative
method. This study uses purposive sampling technique with the number of respondents as many as 50 vocational high
school teachers. Research instrument used in this research there are two namely school climate scale and scale of
organization commitment. Data analysis in this study using regression analysis. The result of data analysis shows that
there is school climate influence to organization commitment to teachers.

Keywords: school climate, organization commitment, teachers.

Sumber daya manusia (SDM) merupakan hal yang sebagai orang yang berhadapan langsung dengan peserta
penting di dalam suatu organisasi. Organisasi yang didik.
diartikan sebagai sebuah unit sosial yang terdiri dari dua Kualitas dari pendidikan dinilai dari layanan
orang atau lebih dalam suatu basis yang kontinu untuk pembelajaran yang diberikan oleh guru atau kinerja dari
mencapai sebuah atau serangkaian tujuan bersama-sama guru kepada peserta didiknya. Kinerja guru perlu
(Robbins dan Judge, 2015). Sumber daya manusia dalam ditingkatkan agar guru dapat memainkan perannya
organisasi menjadi kebutuhan dasar untuk memenuhi sebagai pendidik yang diharapkan (Dani, 2016). Guru
tuntutan bisnis yang kompetitif dimana sumber daya berperan penting dalam negara Indonesia karena
manusia yang baik akan membawa banyak kemajuan
memiliki tanggung jawab yang besar, yaitu
bagi organisasi tempatnya bekerja. Salah satu organisasi
mencerdaskan kehidupan bangsa seperti yang tertulis
tersebut ialah organisasi sekolah, dimana guru memiliki
peran utama didalam dunia pendidikan. Guru sebagai dalam Undang-Undang Dasar 1945 sebagai tujuan
sumber daya manusia disekolah memiliki peranan yang nasional Indonesia. Guru dapat mendukung untuk
sangat penting, tidak hanya bagi kemajuan sekolah tapi mencapai tujuan ini dengan melalui komitmen
juga peningkatan pendidikan peserta didiknya. Hal ini organisasinya sebagai guru di sekolah. Hal inilah yang
dikarenakan, guru merupakan seorang pendidik dan harus dimiliki oleh guru yakni komitmen terhadap
penyampai ilmu kepada peserta didiknya. Guru yang organisasinya agar kualitas sekolah dan siswanya
mampu terus meningkatkan kemampuannya tentu akan mengalami peningkatan. Pernyataan ini senada dengan
membawa banyak perubahan yang positif. Sebaliknya, Hoy, Tarter, & Kottkamp (1991 dalam Raman dkk, 2015)
guru yang kurang berperan aktif terhadap peningkatan berpendapat bahwa guru yang efektif memerlukan
kemampuannya ataupun peningkatan kualitas komitmen organisasi yang tinggi dan bahwa prestasi
pengajarannya akan membawa dampak yang kurang baik akademik peserta didik yang tinggi membutuhkan guru
bagi sekolah dan peserta didiknya. Dengan kata lain,
yang berdedikasi.
tujuan-tujuan sekolah tidak akan tercapai tanpa guru

Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat 137


Komitmen organisasi memiliki berbagai tempati saat ini. Faktor organisasi, faktor ini ini meliputi
macam definisi. Menurut Colquitt dkk (2013), komitmen initial works experience, job scope, supervision, dan goal
organisasi didefinisikan sebagai keinginan seorang consistency organizational. Semua faktor ini akan
anggota organisasi untuk tetap menjadi anggota membentuk tanggung jawab karyawan tersebut. Faktor
organisasi. Komitmen organisasi akan mempengaruhi organisasi ini merupakan kondisi yang diberikan oleh
apakah seorang anggota organisasi bertahan atau pergi perusahaan kepada karyawan. Wuryanundha (2015)
untuk pekerjaan lain yang lebih baik. Mowday, Porter, mengatakan bahwa faktor organisasi ini dapat dikatakan
dan Steers (dalam Miroshnik, 2013) menjelaskan bahwa sebagai iklim organisasi sehingga iklim organisasi
komitmen organisasi merupakan keyakinan dan merupakan salah satu faktor dari komitmen organisasi.
penerimaan yang kuat terhadap tujuan dan nilai Hoy, Tarter, dan Koottkamp (1991) menyatakan
organisasi ; kemauan untuk memberikan banyak usaha bahwa iklim sekolah adalah kualitas disekeliling sekolah
atas nama organisasi ; keinginan yang kuat untuk atau lingkungan sekolah yang dibiasakan oleh anggota
mempertahankan keanggotaan dalam organisasi. sekolah. Karakteristik ini membedakan satu sekolah dari
Sementara itu, Meyer dan Allen (1997) mengemukakan yang lain dan mempengaruhi perilaku anggota sekolah.
bahwa komitmen organisasi merupakan keadaan Iklim sekolah mempengaruhi perilaku, pembelajaran,
psikologis yang mencirikan hubungan karyawan dengan produktivitas, dan efektivitas, sedangkan administrasi
organisasi dan berimplikasi pada keputusan untuk tetap mempengaruhi iklim sekolah. Ini menunjukkan bahwa
menjadi anggota dalam organisasi. Adanya berbagai jika iklim sekolah tidak positif atau kondusif, maka
macam definisi komitmen organisasi tersebut dapat anggota sekolah tidak akan dapat melakukannya bekerja
disimpulkan bahwa komitmen organisasi adalah secara efisien. Pekerja yang berkomitmen pada suatu
keterikatan antara anggota dengan organisasinya dari segi organisasi lebih cenderung bekerja dengan giat, mencapai
psikologis sehingga anggota tersebut ingin tinggal dalam kinerja yang baik, bekerja secara efektif dan tetap di
organisasi tersebut secara sukarela. dalam organisasi (Mowday, 1998). Iklim oragnisasi perlu
Adapun komponen komitmen organisasi. mempertimbangkan peran operasional birokrasi. Hal ini
terdiri dari affective commitment, continuance digambarkan sebagai totalitas dari kepribadian sekolah
commitment dan normative commitment. Pada affective (Macionis, 2006). Iklim organisasi adalah makna
commitment, menunjukkan adanya keinginan individu subjektif anggota organisasi terhadap lingkungan internal
untuk menjadi bagian karena adanya ikatan emosional. organisasi mengenai kualitas dari organisasi berdasarkan
Continuance commitment, menunjukkan adanya pengalaman dan pengamatan.
kesadaran untuk tetap bertahan karena membutuhkan gaji Ada empat dimensi dari iklim sekolah yakni
dan keuntungan-keuntungan lain. Normative tuntutan lingkungan, kepemimpinan kolegial,
commitment, mengacu pada adanya kewajiban untuk profesionalisme guru dan tuntutan akademik. Keempat
tetap bertahan karena merupakan hal yang seharusnya dimensi ini memiliki tiga hubungan vertikal (instituasi,
(Meyer dan Allen, dalam Sopiah, 2008) administrasi, dan guru) serta hubungan horizontal di
Mengingat komitmen organisasi merupakan hal antara rekan-rekan guru (Hoy, 2002). Iklim sekolah yang
yang penting maka peneliti tertarik melakukan studi kondusif menunjukkan adanya interaksi yang positif
pendahuluan yang dilakukan di salah satu Sekolah antara pemimpin yakni kepala sekolah, guru, siswanya,
Menengah Kejuruan Swasta di Suarabaya melalui serta orang-orang disekitar sekolah. Iklim sekolah yang
wawancara pada beberapa guru. Studi awal menunjukkan kondusif akan menjadikan guru yang bekerja bisa merasa
bahwa guru tersebut merasa nyaman bekerja disekolah nyaman dan totalitas dengan perannya.
tersebut. Beberapa guru mengatakan mereka memiliki Beberapa penelitian menunjukkan hasil bahwa
keinginan untuk menghabiskan sisa karirnya sampai usia iklim sekolah memiliki hubungan dengan komitmen,
pensiun di sekolah tersebut. Mereka tidak tertarik untuk diantaranya Najeemah (2012) telah melakukan penelitian
pindah kerja ke sekolah lain dengan alasan mereka sudah untuk menganalisis hubungan antara iklim sekolah dan
merasa sesuai dengan nilai-nilai yang ada di sekolah komitmen guru. Populasi melibatkan lima sekolah dasar
tersebut. Selain itu, mereka merasa sudah menjadi bagian di Penang, Malaysia. Hasil penelitiannya menunjukkan
dari sekolah. bahwa transparansi tingkat lembaga dan komitmen guru
Menurut Steers dan Porter (dalam Sopiah, 2008) di lima sekolah tinggi. Korelasi antara dimensi iklim
ada beberapa faktor yang mempengaruhi komitmen sekolah menunjukkan korelasi positif dengan komitmen
karyawan pada organisasi, yaitu: faktor personal, faktor guru. Sementara itu penelitian Collie, Shapka, dan Perry
non-organisasi, dan faktor organisasi. Allen dan Meyer (2011) tentang iklim sekolah dan pembelajaran sosial-
(dalam Coetzee, 2005) menjelaskan bahwa faktor emosional mengarah untuk membuktikan bahwa ada
personal berasal dari dalam diri sendiri. Steers dan Porter dampak pada komitmen guru. Sampelnya adalah 664
menjelaskan bahwa faktor personal meliputi job guru sekolah umum di British Columbia dan Ontario di
expectationsi, pyschological contract, job choice factors, Kanada. Responden menyelesaikan kuesioner online
dan karakteristik personal. Faktor-faktor ini akan tentang komitmen guru, iklim sekolah dan pembelajaran
membentuk komitmen awal. Faktor Non-Organisasi, sosial-emosional. Analisis regresi menunjukkan bahwa
yaitu faktor yang bukan berasal dari dalam organisasi iklim sekolah yang positif menunjukkan memiliki
seperti ada tidaknya alternatif pekerjaan lain. Jika ada pengaruh pada tiga jenis komitmen guru yaitu; komitmen
tentunya karyawan akan meninggalkan organisasi yang ia

Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat 138


profesional umum, komitmen profesional di masa depan pengaruh yang tinggi antara iklim sekolah dengan
dan komitmen organisasi. komitmen organisasi.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh para Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sekolah
peneliti sebelumnya tentang iklim sekolah dan komitmen menengah kejuruan ini memiliki iklim sekolah yang
guru terhadap organisasi serta fenomena yang ada inilah bagus dimana hubungan antara sekolah dan komunitas,
maka peneliti untuk mengetahui apakah komitmen keterbukaan perilaku pemimpin kepala sekolah,
organisasi guru di salah satu sekolah menengah kejuruan keterbukaan interaksi guru-guru, serta hubungan antara
di Surabaya dipengaruhi oleh iklim sekolah. sekolah dan peserta didiknya dapat terjalin dengan baik
sehingga guru-gurunya juga mampu menunjukkan
METODE PENELITIAN komitmen yang tinggi terhadap organisasinya seperti
guru tersebut merasa nyaman bekerja disekolah tersebut
Penelitian ini menggunakan populasi guru-guru dan
yang bekerja di salah satu Sekolah Menengah Kejuruan mereka memiliki keinginan untuk menghabiskan sisa
Swasta di Kota Surabaya. Teknik pengambilan sampel karirnya sampai usia pensiun di sekolah tersebut. Selain
menggunakan Purposive Sampling dengan jumlah 50 itu, guru-guru menunjukkan adanya keinginan
orang guru yang terdiri dari 25 orang guru pria dan 25 individu untuk menjadi bagian dari sekolah
orang guru wanita. Adapun karakteristiknya adalah guru- tempatnya bekerja karena adanya ikatan emosional,
guru memiliki masa kerja minimal 2 tahun dan ada juga beberapa guru yang tetap bertahan karena
berpendidikan minimal S1. Instrumen disajikan membutuhkan penghasilan rutin setiap bulan serta
menggunakan skala iklim sekolah dan komitmen ada beberapa yang merasa sebagai kewajiban untuk
organisasi. Peneliti menggunakan program SPSS 21
tetap melaksanakan tugas sebagai guru.
dalam memudahkan proses pengolahan data. Analisis
Hasil penelitian ini senada dengan pernyataan
yang di gunakan dalam penelitian ini yaitu analisa regresi
Luthans (2011), guru yang berkomitmen tinggi akan
linier sederhana. Dalam penelitian ini menggunakan
memiliki usaha yang lebih keras dari lainnya sehingga
instrument yang telah diuji coba validitas dan
sekolah dapat segera mencapai tujuannya. Salah satu
reliabilitasnya.
faktor yang mempengaruhi komitmen organisasi adalah
iklim organisasi. Iklim yang hangat dan mendukung akan
Hasil dan Pembahasan membuat anggota organisasi semakin nyaman dan
memiliki keinginan untuk tetap mempertahankan
Penelitian ini menggunakan analisa regresi linier keanggotaannya dalam organisasi.
sederhana untuk mengetahui pengaruh iklim sekolah Penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian
terhadap komitmen organisasi pada guru di salah satu Najeemah (2012) yang melakukan penelitian tentang
SMK Swasta di kota Surabaya. hubungan antara iklim sekolah dan komitmen guru. Hasil
penelitiannya menunjukkan bahwa transparansi tingkat
Tabel 1. Hasil Analissi Regresi lembaga dan komitmen guru di lima sekolah tinggi.
Korelasi antara dimensi iklim sekolah menunjukkan
Model R R Square Adjusted Std. Error of korelasi positif dengan komitmen guru. Hal ini
R square the Estimate menunjukkan bahwa iklim sekolah yang baik akan
1 .766 .586 .583 .26081 meningkatkan komitmen guru terhadap sekolahnya.
Hasil penelitian lain juga mendukung penelitian ini yang
Hasil analisis menunjukkan menunjukkan bahwa dilakukan oleh Collie, Shapka, dan Perry (2011) tentang
nilai koefisien determinasi adalah sebesar 0.586. Nilai ini iklim sekolah dan pembelajaran sosial-emosional
menunjukkan bahwa 58.6% variasi data komitmen membuktikan bahwa memiliki dampak pada komitmen
organisasi pada guru dapat dijelaskan oleh iklim sekolah. guru.
Dengan interpretasi yang lain dapat disimpulkan bahwa
iklim sekolah memiliki pengaruh sebesar 58.6% terhadap SIMPULAN
komitmen organisasi pada guru dan ada sebesar 41.4 %
dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diteliti dalam
penelitian ini. Penelitian ini menunjukkan hasil adanya pengaruh
Nilai koefisien variabel iklim sekolah dengan antara iklim sekolah terhadap komitmen organisasi pada
komitmen organisasi menunjukkan nilai yang tinggi dan guru-guru di salah satu Sekolah Menengah Kejuruan
hubungan tersebut bersifat positif yang artinya searah. Swasta di Surabaya.
Data tersebut menunjukkan bahwa semakin tinggi Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh,
persepsi anggota terhadap iklim sekolah maka semakin maka peneliti memberikan saran kepada beberapa pihak
tinggi komitmen organisasinya. Penelitian ini terbatas yang terkait sehingga dapat dijadikan pertimbangan,
pada iklim sekolah dan komitmen organisasi pada guru di yaitu; penelitian ini dapat memberikan informasi
salah satu sekolah menengah kejuruan swasta di mengenai keterkaitan iklim sekolah dengan komitmen
Surabaya. Hasil ini menunjukkan bahwa adanya organisasi yang dimiliki oleh guru di salah satu Sekolah
Menengah Kejurua Swasta di Surabaya yang diharapkan
bahwa pihak sekolah dapat mempertahankan dan

Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat 139


menambahkan beberapa hal yang berkaitan dengan iklim Robbins, S. P. dan Judge, T. A. (2015). Organizational
sekolah yang kondusif sehingga dapat dijadikan landasan Behavior (R. Saraswati & F. Sirait, penerjemah).
untuk meningkatkan komitmen organisasi guru. New Jersey: Pearson. (Karya asli terbit 2015)
Penelitian ini hanya menekankan pada variabel Sopiah. (2008). Perilaku Organisasional. PT. Andi
iklim sekolah, jadi bagi peneliti selanjutnya diharapkan Indonesia, Jakarta.
dapat meneliti variabel-variabel lain yang dapat Wuryanindha, A. G. (2015). Hubungan Iklim Organisasi
mempengaruhi komitmen organisasi. Pada penelitian dengan Komitmen Organisasi pada Karyawan
selanjutnya juga perlu mempertimbangkan penambahan Hotel Grand Wahid Salatiga. [versi elektronik].
populasi lain seperti jumlah guru yang akan diteliti. Jurnal Psikologi. Diunduh dari
http://repository.uksw.edu/handle/123456789/9
347
DAFTAR PUSTAKA

Coetzee, M. (2005). Employee Commitment. Pretoria:


University of Pretoria etd.
Collie, R. J., Shapka, J. D., & Perry, N. E. (2011).
Predicting teacher commitment : the impact of
school climate and social-emotional learning.
Psychology in The Schools, 48(10), 1034-1048.
Colquitt, J.A. ; LePine, J.A. ; dan Wesson, M,J. (2013).
Organizational Behavior. New York : McGraw-
Hill Education.
Dani, A.K. (2016). Hubungan Komunikasi Organisasi
dan Komitmen Organisasi dengan Manajemen
Konflik pada Guru di Sekolah Islam Bungan
Bangsa Samarinda. [versi elektronik]. Jurnal
Psikologi, 4(2), 189-199. Diunduh dari
ejournal.psikologi.fisip-unmul.ac.id.
Hoy, W. K, & Tarter, C. J,& Kottkamp, R. B. (1991).
Open School/ Healthy School: Measuring
Organizational Climate, London, Sage
Publication.
Hoy, W.K., Smith, P.A., dan Sweetland, S.R. (2002). The
development of the organizational climate index
for high school: its measure and relationship to
faculty trust. The high school Journal. Vol 86. NO
2, pp. 38-49.
Luthans, F. (2011). Organizational Behavior Twelfth
Edition. New York : McGraw-Hill Irwin.
Macionis .J. J. (2006). Sociology (Tenth Edition), New
Delhi, Pension Inc.
Meyer,J.P dan Allen J.N (1997) Commiment in the
Workplace. Sage Publications
Miroshnik, V. (2013) Organizational Culture and
Commitment. New York : Palgrave Macmillan.
Mowday, R. T. (1998). Reflections on the study and
relevance of organizational commitment.
Human Resource Management Review, 8(4),
387-401. Tesis Ph.D, Northeastern University.
Najeemah, M. Y, (2012). School Climate and Teachers’
Commitment: A Case Study of Malaysia. Jurnal
Psikologi. e-ISSN: 2304-6945/p-ISSN: 2226-
4809 Vol. 1, No.2. p65-67
Raman, A., Ling.C.C., dan Khaid, R. (2015).
Relationship between school climate and teacher’s
commitment in an excellet school of kubang pasu
district, kedah Malaysia. Mediterranean Journal
of Social Sciences. Vol 6 No. 3.

Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat 140


KECERDASAN SPIRITUAL DAN KOMITMEN ORGANISASI
MAHASISWA PENGURUS UNIT KEGIATAN KHUSUS (UKK) DAN UNIT
KEGIATAN MAHASISWA(UKM)
SPIRITUAL INTELLIGENCE AND ORGANIZATIONAL COMMITMENT OF STUDENTS OF
SPECIAL ACTIVITIES UNIT (UKK) AND STUDENT ACTIVITY UNITS (UKM)

Shanty Komalasarindan TriYuliani


Jurusan Psikologi Islam Fakultas Ushuluddin dan Humaniora UIN Antasari Banjarmasin, Jl. A.
Yani, Km. 4,5 Banjarmasin Timur, Kota Banjarmasin, Kalimantan Selatan, 70235, Indonesia
Email: Shantykomalasari.sk@gmail.com
No. Handphone: 081351139523

ABSTRAK
Kurangnya komitmen organisasi sering terjadi dikalangan mahasiswa, terkhusus untuk mahasiswa yang menjadi pengurus
di suatu organisasi. Hal tersebut sering kali dipengaruhi oleh kurangnya kemampuan untuk menetapkan aturan bagi diri
sendiri. Kemampuan untuk mengatur diri sendiri dan bertanggung jawab terhadap diri sendiri, terkait dengan bagaimana
seseorang menilai dan memaknai setiap tindakan, hal ini berkaitan dengan kecerdasan spiritual seseorang. Penelitian ini
bersifat kuantitatif dengan tujuan untuk mengetahui tingkat kecerdasan spiritual, komitmen organisasi dan hubungan antara
keduanya. Subjek dalam penelitian ini adalah 92 pengurus UKK dan UKM periode 2017/2018 di UIN Antasari
Banjarmasin. Instrumen pengumpulan data menggunakan skala model likert dan analisis menggunakan korelasi Product
Moment dengan bantuan SPSS21. Berdasarkan hasil perhitungan menunjukkan bahawa tingkat komitmen organisasi dan
kecerdasan spiritual mahasiswa tergolong sedang. Hasil uji korelasi menunjukkan adanya hubungan positif yang signifikan
antara kedua variabel (p=0,002<0,05). Semakin tinggi kecerdasan spiritual maka semakin tinggi pula komitmen organisasi
mahasiswa ataupun sebaliknya.

Kata Kunci:Kecerdasan Spiritual, Komitmen Organisasi, Mahasiswa

ABSTRACT
Lack of organizational commitment often occurs among students, especially for students who become administratorsin
anorganization. It is often influenced by the lack of ability to set rules for oneself. The ability to self-organize and be
responsible for oneself, related to how one judges and defines everyaction, relatestoone's spiritual intelligence. This
research is quantitative with the aim toknow the level of spiritual intelligence, organizational commitment and the
relationship between the two. Subjects in this study were 92 UKK and UKM managersin 2017/2018 at UIN Antasari
Banjarmasin. Instrument data collection used Likert scale modeland analysis using Product Moment correlation with the
help of SPSS21. Based on the result of calculation, it is found that the level of organizational commitment and spiritual
intelligence of students are classified. The correlation test results showed a significant positive relationship between the
two variables(p= 0.002<0.05). The higherthe spiritual intelligenceis, the higher the student organization's commitment
befomeor vice versa.

Keyword: SpiritualIntelligence, Organizational Commitment, Student

Mahasiswa adalah peserta didik yang terdaftar dan organisasi yang ada di kampus. Hampir semua kampus yang
belajar pada perguruan tinggi. Mahasiswa dalam tahap ada di Indonesia memiliki organisasi yang beragam dengan
perkembangannya digolongkan sebagai remaja akhir dan tujuannya masing-masing, guna menampung kreatifitas
dewasa awal, yaitu usia 18-21 tahun dan 22-24 tahun mahasiswa.
(Fibrianti,2009). Mahasiswa dengan kesempatan dan Seperti yang ada pada kampus Universitas Islam
kelebihan yang dimilikinya mampu berada sedikit diatas Negeri Antasari Banjarmasin. Kampus ini selain
masyarakat karena mahasiswa memiliki potensi-potensi menawarkan pendidikan berbasis agama pada mahasiswa,
yang beragam dan bakat-bakat yang bisa menunjang juga menawarkan berbagai organisasi kemahasiswaan.
kehidupan baik di akademik maupun dimasyarakat. Oleh Terdapat puluhan organisasi mahasiswa yang tersebar di
karena itu, mahasiswa diharapkan mampu menjadi agen UIN Antasari Banjarmasin, mulai dari organisasi yang
perubahan bangsa. bergerak dibidang kemanusiaan, beladiri, seni, musik,
Banyak cara agar mahasiswa bisa melakukan olahraga, pecinta alam dan lain sebagainya. Pada tingkat
perubahan, salah satunya adalah dengan cara mengikuti universitas ada 5 UKK (Unit Kegiatan Khusus) dan 14

Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat 141


UKM (Unit Kegiatan Mahasiswa) yang artinya ada19 memiliki kesadaran yang tinggi dan memiliki kepekaan
bidang organisasi berbeda yang ditawarkan pada sosial yang tinggi kepada sesama.
mahasiswa. Secara fungsional UKK kegiatan Teori yang akan digunakan untuk membuat angket
kemahasiswaan ini sama dengan UKM, hanya saja UKK dalam penelitian ini adalah teori komitmen organisasi
berada dibawah naungan kampus dan juga memiliki jalur menurut Allen dan Mayer dan teori kecerdasan spiritual
organisatoris di luar kampus, seperti UKK Pramuka, menurut DanahZohar dan Ian Marshall.
Resimen Mahasiswa, Koperasi Mahasiswa, Mahasiswa Allen dan Mayer mengungkapkan dalam King
Pencinta Alam, dan Krops Suka Rela(KSR-PMI). Selain (2010) bahwa bentuk komitmen organisasi ada 3 yaitu
berbagai kelebihan yang ditawarkan tentunya ada juga komitmen afektif, kesinambungan, dan normatif.
berbagai kendala yang dialami mahasiswa saat Komitmen afektif merupakan rasa keterkaitan anggota
berorganisasi. Menurut hasil observasi dan wawancara secara emosional kepada pekerjaannya, sedangkan
beberapa kendala mahasiswa dalam berorganisasi adalah komitmen kesinambungan adalah jenis komitmen anggota
kesulitan mengatur waktu antara perkuliahan dan yang didasarkan pada pertimbangan tentang apa yang
organisasi. Perbedaan pendapat sesama teman, minimnya harus dikorbankan jika meninggalkan organisasi. Dalam
fasilitas dan dana pada saat kegiatan serta yang sering hal ini, anggota memutuskan menetap pada suatu
dialami oleh beberapa organisasi adalah kurang aktifnya organisasi karena menganggapnya sebagai suatu
anggota ataupun pengurus. Kendala lainnya adalah pemenuhan kebutuhan, dan komitmen normatif yaitu
kurangnya komitmen organisasi para pengurus keyakinan anggota tentangtanggung jawab terhadap
organisasi. Kesibukan dibangku kuliah dan organisasi dan tetap tinggal pada suatu organisasi karena
ketidakmampuan membagi waktu. merasa wajib untuk menjaga komitmen pada organisasi
Komitmen organisasi menurut Sulianti (2009) tersebut.
dipandang sebagai suatu orientasi nilai terhadap organisasi Menurut Zohar dan Marshall (2007) kecerdasan
yang menunjukkan individu sangat memikirkan dan spiritual adalah kecerdasan untuk menghadapi dan
mengutamakan pekerjaan dan organisasinya. Individu memecahkan persoalan makna dan nilai, yaitu kecerdasan
akan berusaha memberikan segala usaha yang dimilikinya untuk menempatkan perilaku dan hidup kita dalam konteks
dalam rangka membantu organisasi mencapai tujuannya. makna yang lebih luas dan kaya, kecerdasan untuk menilai
Sebagai seorang mahasiswa yang sudah memasuki bahwa tindakan atau jalan hidup seseorang lebih bermakna
masa dewasa seharusnya mahasiswa mampu menjalankan dibandingkan dengan yang lain.
kewajiban dengan baik, dan mengatur setiap tindakan yang Zohar dan Marshall (2007) mengungkap bahwa
akan dilakukan. Kemampuan untuk mengatur diri sendiri kecerdasan spiritual terdiridari dimensi-dimensi sebagai
atau bertanggungjawab terhadap diri sendiri, terkait dengan berikut: Kemampuan bersikap fleksibel, tingkat
bagaimana seseorang menilai dan memaknai setiap kesadaranyang tinggi, kemampuan untuk menghadapi dan
tindakannya. Kemampuan untuk menilai makna tindakan memanfaatkan penderitaan, kemampuan untuk menghadapi
dan makna hidup ini berkaitan erat dengan kecerdasan dan ,kualitas hidup yang diilhami oleh visi dan nilai-nilai,
spiritual yang dikemukakan oleh Zohar dan Marshall(2007). keengganan untuk menyebabkan kerugian yang tidak
Mereka menyebutkan bahwa kecerdasan spiritual sebagai perlu, kemampuan untuk melihat keterkaitan dalam
kecerdasan individu untuk menilai makna dari tindakan berbagai hal (berpandangan holistik), dan memiliki
yang dilakukannya. kecenderungan bertanya.
Kecerdasan spiritual menurut Ginanjar (2016) bisa Tujuan diadakannya penelitian ini adalah untuk
terus diasah dan ditingkatkan melalui berbagai cara, artinya mengetahui tingkat komitmen organisasi, tingkat
kecerdasan spiritual tidak seperti IQ (Intelektual Quotient) kecerdasan spiritual dan hubungan antara kedua variabel
yang cenderung memiliki angka tetap atau sukar berubah. tersebut. Sedangkan hipotesis yang diajukan dalam
Belajar ilmu-ilmu agama diperguruan tinggi bisa menjadi penelitian ini adalah terdapat hubungan yang positif dan
salah satu cara yang bisa dipilih untuk mengasah kecerdasan signifikan antara kecerdasan spiritual dengan komitmen
spiritual. organisasi pada mahasiswa pengurus UKK dan UKM di
Kecerdasan intelektual atau emosional menurut UIN Antasari Banjarmasin
Sunar (2010) tidak cukup untuk membuat seseorang
memiliki komitmen yang tinggi pada organisasi, METODE PENELITIAN
diperlukan kecerdasan lain seperti kecerdasan spiritual.
Kecerdasan spiritual sangatlah penting untuk lebih Metode yang digunakan dalam penelitian ini
menyadarkan mahasiswa tentang tugas-tugas yang mereka adalah metode penelitian kantitatif. Dalam penelitian ini
miliki saat mereka berorganisasi maupun kuliah. Karena yang dijadikan subjek penelitian adalah mahasiswa aktif
orang-orang yang memiliki kecerdasan spiritual yang pengurus Unit Kegiatan Khusus (UKK) dan Unit Kegiatan
tinggi mampu memaknai penderitaan hidup dengan Mahasiswa (UKM) di Universitas Islam Negeri Antasari
memberi makna positif pada setiap peristiwa, masalah, Banjarmasin periode 2017/2018 yang populasinya
bahkan penderitaan yang dialaminya. Dengan demikian, berjumlah 919 orang dan yang dijadikan sampel dalam
mahasiswa yang memiliki kecerdasan spiritual yang tinggi penelitian berjumlah 10% (92 orang). Teknik pengambilan
diharapkan dapat membentuk mereka menjadi pribadi sampel yang digunakan adalah random sampling.
yang cerdas, ikhlas, memiliki misi hidup yang jelas, Sedangkan Objek dalam penelitian ini terbagi menjadi dua

Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat 142


yaituVariabel Bebas (X) Kecerdasan Spiritual dan dibutuhkan telah terkumpul, maka peneliti melakukan uji
Variabel Terikat (Y) Komitmen Organisasi. asumsi yang meliputi uji normalitas dan uji linieritas.Uji
Instrumenatau alat ukur yang digunakan untuk normalitas dilakukan dengan menggunakan tes normalitas
mengumplkan data dalam penelitian ini adalah skala yakni Kolmogorov-Smirnov. Setelah uji asumsi, peneliti
likert. Aspek-aspek yang dijadikan dasar dalam melakukan uji hipotesis dengan menggunakan korelasi
pembuatan item adalah sebagai berikut: pearson Product Moment. Proses analisis data dilakukan
1.Skala KomitmenOrganisasi dengan menggunakan program SPSS21.0 fo rWindows
Untuk mengukur skala komitmen organisasi dalam
penelitian peneliti menyusun skala berdasarkan aspek Hasil danPembahasan
komitmen organisasi yang dikemukakan Allen dan Mayer
menggunakan adaptasi model skala deskriptif dari likert
Hasil uji normalitas variabel komitmen organisasi
atau sering disebut skala likert. Dalam penelitian ini skala
dan kecerdasan spiritual menunjukkan nilai signifikasi
disusun terdiri pernyataan favourable dan pernyataan
Kolmogorov-smirnovsebesar 0,352(p > 0,05). Hal ini
negatif unfavourable yang tersebar secara acak.
menunjukkan bahwa data komitmen organisasi dan
kecerdasasn spiritual dalam penelitian ini memiliki data
2. Skala Kecerdasan Spiritual yang berdistribusi normal.
Untuk mengukur skala kecerdasan spiritual dalam
Sedangkan hasil ujilinieritas menunjukkan nilai
penelitian peneliti menyusun skala berdasarkan tanda-tanda
linieritas sebesar 0,002(p<0,05). Hal ini menunjukkan
atau ciri-ciri kecerdasan spiritual yang dikemukakan Zohar
bahwa terdapat hubungan linear antara kedua variabel.
dan Marshall menggunakan adaptasi model skala deskriptif
Hasil analisis korelasi menunjukan adanya korelasi
dari Likert atau sering disebut skala Likert.
atau hubungan yang sangat signifikan antara variabel
Dalam penelitian ini skala yang didisusun terdiri dari
komitmen organisasi dan kecerdasan spiritual. Untuk
pernyataan favourable dan pernyataan unfavourabely ang
lebih jelasnya berikut ini adalah tabel hasil korelasi
tersebar secara acak. Setelah keseluruhan data yang
product moment
:

Tabel.1 Correlasion Product Moment(Rxy)

Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of theEstimate

1 ,313a ,098 ,088 7,983

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa besarnya spiritual rendah maka akan rendah pula komitmen
nilai korelasi atau hubungan yaitu sebesar 0,313 yang organisasi para pengurus UKK dan UKM di UIN Antasari
dalam hal ini berarti termasuk dalam kategori hubungan Banjarmasin.
rendah, dan nilai koefisien determinasi (R Square) sebesar Untuk menjawab rumusan masalah yang pertama tentang
0,98 yang berarti bahwa pengaruh kecerdasan spiritual tingkat kecerdasan spiritual, dari hasil penelitian ini
terhadap komitmen organisasi adalah sebesar9,8%. diperoleh data bahwa komitmen organisasi berada
Selanjutnya, untuk mencari makna atau arah hubungan dikategori tinggi 17 orang (18,5%), dikategori sedang 61
antara variabel X dan variabel Y maka dilakukan uji orang (66,3%) dan yang dikategori rendah 14 orang
signifikansi dengan hipotesis yang telah diajukan oleh (15,2%). Selanjutnya untuk menjawab rumusan masalah
peneliti. Dasar pengambilan keputusan tersebut jika nilai yang kedua tentang tingkat kecerdasan spiritual berada
probabilitas α lebih besar dari pada atau sama dengan nilai dikategori tinggi 15orang (16,3%), dikategori sedang
probabilitas Sig.(0,05≥ Sig.), maka Ha di terima artinya 59orang (64,1%) dan yang dikategori rendah 18 orang
signifikan (Sugiyono, 2016). (19,6%), dari hasil penelitian ini diperoleh data bahwa.
Berdasarkan hasil perhitungan uji korelasi dengan Kemudian untuk menjawab rumusan masalah yang ketiga
menggunakan Teknik Pearson Product Moment maka tentang apakah ada hubungan antara kecerdasan spiritual
didapatkan hasil uji arah atau hubungan antara variabel dengan komitmen organisasi, dari hasil penelitian ini
adalah 0,05 ≥Sig.=0,05≥0,002. Maka hipotesis yang diperoleh data bahwa besar hubungan antara kecerdasan
menyatakan bahwa ada hubungan yang signifikan antara spiritual dengan komitmen organisasi adalah (rxy2x100)
kecerdasan spiritual dengan komitmen organisasi sebesar 9,8%,ini artinya ada indikator lain sebesar
diterima, Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa 90,2%yang memiliki hubungan dengan komitmen
terdapat hubungan antara kecerdasan spiritual dengan organisasi selain kecerdasan spiritual yang dalam hal ini
komitmen organisasi. tidak diteliti lebih lanjut oleh peneliti. Hasil analisis
Berdasarkan hasil koefisien korelasi tersebut juga tersebut dapat diartikan bahwa semakin tinggi kecerdasan
dapat diketahui bahwa korelasinya bersifat positif, artinya spiritual semakin tinggi pula komitmen organisasinya.
semakin tinggi kecerdasan spiritual maka semakin tinggi Sesuai dengan hasil analisis, maka dapat diambil
pula komitmen organisasi. Sebaliknya, jika kecerdasan kesimpulan bahwa terdapat hubungan positif antara

Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat 143


kecerdasan spiritual dengan komitmen organisasi pada organisasi karena mereka memang ingin melakukan hal
mahasiswa pengurus UKK dan UKM diUIN Antasari tersebut (Luthans, 2006).
Banjarmasin, tetapi dalam tingkat hubungan yang rendah, Pada umumnya mahasiswa yang menjadi pengurus
hal ini menyatakan bahwa komitmen organisasi seseorang organisasi memiliki karakter yang berbeda-beda dan dari
tidak mesti ada hubungannya dengan kecerdasan spiritual latar belakang yang berbeda. Selain kecerdasan spiritual
yang dimiliki oleh individu. Antara kecerdasan spiritual ada kecerdasan lain yang juga memiliki peran penting
dengan komitmen organisasi memang saling dalam kehidupan sehari-hari yaitu kecerdasan intelektual,
berdekatan,akan tetapi bisa saja seseorang yang memiliki dan kecerdasan emosional.Seperti yang diungkapkan oleh
komitmen organisasi yang tinggi dikarenakan faktor-faktor Daniel Golemen bahwa kontribusi IQ bagi keberhasilan
penyebab lainnya. seseorang hanya sekitar 20% dan sisanya yang 80%
Rendahnya hubungan antara variabel X dan Y ditentukan oleh serumpun faktor-faktor yang disebut
dikarenakan komitmen organisasi tidak hanya dipengaruhi kecerdasan emosional (Sunar, 2010).
oleh satu faktor saja, hal demikian sesuai dengan teori yang Toto Tasmara mendefinisikan kecerdasan spiritual adalah
dikemukakan oleh Daniel Goleman yang menyatakan kemampuan seseorang untuk mendengarkan hati
bahwa perkembangan manusia sangat dipengaruhi oleh dua nuraninya, baik dan buruk dan rasa moral dalam cara
faktor,yaitu internal dan eksternal (Sunar,2010). Selain itu menempatkan diri dalam pergaulan (Tasmara, 2001).
menurut teori Rhoades, Eisenberg & Armeli Kecerdasan spiritual meliputi juga kemampuan seseorang
menyatakanbahwa salah satu hal yang menyebabkan dalam menempatkan diri dalam pergaulan.Hal ini selaras
seseorang memiliki keterikatan terhadap organisasinya dengan salah satu faktor pendukung komitmen organisasi
adalah keterikatan emosional. Hal ini juga dapat dibuktikan yaitu ciri pekerjaan yang menekankan bahwa komitmen
dengan salah satu penelitian yang menyatakan bahwa salah organisasi meliputi identitas tugas dan kesempatan
satu hal penting yang membuat seseorang mempunyai berinteraksi dengan rekan kerja dalam organisasi tersebut.
komitmen terhadap organisasinya adalah keterikatan Kecerdasan spiritual dalam Islam menekankan segala
emosional (Candra,2007). Dalam penelitian tersebut juga sesuatunya berasal dari hati, sesuai dengan hadits nabi
dijelaskan bahwa rasa aman dari lingkungan juga menjadi Muhammad sawyang memaparkan bahwa apabila
salah satu faktor pendukung komitmen organisasi. Pada segumpal darah dalam diri manusia itu baik maka baik
kesimpulannya dapat diketahui bahwa selain kecerdasan pulalah tubuh tersebut. Hati yang dimaksud haruslah
emosional yang berasal dari dalam diri individu ada faktor memiliki hubungan yang kuat denganAllah,menyerahkan
lain yang menunjang komitmen organisasi yaitu faktor seluruh hidupnya dengan penuh ridha, pasrah dan mengabdi
eksternal yang berasal lingkungan organisasinya. dengan ikhlas setelah itu barulah menghasilkan kekuatan
Kategori komitmen organisasi mahasiswa pengurus UKK luar biasa yang sangat besar terhadap diri pribadi
dan UKM di UIN Antasari Banjarmasintermasuk kategori seseorang. Maka akan bangkitlah kekuatandan kecerdasan
sedang, dalam artian bisa dikatakan sudah dalam kondisi juga membangun rasa tanggungjawab dengan terus
yang baik, hanya saja perlu lebih ditingkatkan lagi.Hal ini melakukanamal shaleh.
dikarenakan di dalam organisasi pada umumnya mahasiswa Salah satu cara untuk mendapatkan kekuatan yang luar
banyak yang masih belajar bagaimana menjalani tugas- biasa terhadap diri seseorang adalah dengan meningkatkan
tugasnya diorganisasi, dan juga organisasi kemahasiswaan kualitas hubungannya dengan Allah swt, dengan begitu
yang ada di kampus bersifat sukarela, artinya tidak ada yang kecerdasan spiritualnya akan meningkatdan juga akan
dibayar untuk menjadi bagian dari organisasi. Kurikulum membangun rasa tanggung jawab pada diri pribadi. Maka
perkuliahan yang semakin padat juga menjadi salah satu dengan kecerdasan spiritual yang meningkat akan membuat
alasan mengapa komitmen organisasi yang dimiliki kita lebih bertanggung jawab lagi dengan apa yang kita
mahasiswa termasuk dalam kategori sedang. Selain itu rasa lakukan dalam hidup, hal ini akan membuat komitmen
memiliki pada organisasi yang kurang juga bisa organisasi seseorang meningkat atau berkembang. Jadi,
menyebabkan komitmen organisasi pada mahasiswa berada salah satu cara untuk meningkatkan komitmen organisasi
dalam kategori sedang (Wawancara dengan salah satu adalah dengan meningkatkan kecerdasan spiritual dalam
mahasiswa, 2018). diri pribadi kita. Salah satu caranya adalah dengan
Faktor lain yang menyebabkan komitmen organisasi meningkatkan kualitas hidup dan mendekatkan diri
berada dalam kategori sedang adalah pada organisasi UKK kepadaAllah swt.
dan UKM di UIN Antasari Banjarmasin, para pengurus
organisasi tidak hanya difokuskan mengerjakantugas Simpulan
organisasisaja, akan tetapi ada tugas utama lain yang pasti
didahulukan oleh mereka yaitu kuliah. Karena tujuan utama Berdasarkan hasil uji korelasi dalam penelitian ini,
mereka di kampus UIN Antasari Banjarmasin adalah untuk dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang positif
menuntutilmu. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya antara kecerdasan spiritual dengan komitmen organisasi
juga, bahwa kurangnya keterikatan emosional para pada mahasiswa pengurus Unit Kegiatan Khusus (UKK)
pengurus menjadi salah satu faktor yang menyebabkan dan Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) di Universitas
kurangnya komitmen organisasi pengurus. Sedangkan Islam Negeri Antasari Banjarmasin periode 2017/2018.
dalan teori komitmen organisasi dijelaskan bahwa Dengan katalain, semakin tinggi kecerdasan spiritual,maka
seseorang yang memiliki keterikatan emosional anggota semakin tinggi komitmen organisasi seseorang dan
pada organisasi akan terus menerus bekerja dalam begitupun sebaliknya. Hal ini didukung oleh pendapat

Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat 144


Zohar dan Marshall yang menyatakan bahwa kecerdasan IrmawatiDwi Fibrianti,“Hubungan Antara Dukungan
spiritual akan menolong seseorang untuk memutuskan Sosial Orang Tua dengan Prokrastinasi Akademik
tindakan yang tepat dan memikirkan dampak yang akan dalam Menyelesaikan Skripsi Pada Mahasiswa
ditimbulkan oleh tindakannya. Oleh karena itu,bagi para Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro
pengurus organisasi yang memiliki kecerdasan spiritual Semarang,” Skripsi (Semarang:Fakultas Psikologi
yang tinggi komitmen organisasi yang tinggi pula. Sebagai Universitas Diponegoro,2009).
penelitianyang dilakukandalamlingkup pendidikan maka Syauta,JackHenry.(2012).TheInfluence of
implikasi penelitian ini diharapkan mampu memperluas OrganizationalCulture, Organizational
wawasan mahasiswa yang berorganisasi tentang Commitmentto Job Satisfactionand
pentingnya kecerdasan spiritual dan komitmen organisasi. EmployeePerformance(Study at Municipal
Penelitian ini juga diharapkan mampu dijadikan referensi Waterworksof Jayapura,
untuk mahasiswa yang akan melakukan penelitian PapuaIndonesia.InternationalJournal of
selanjutnya Business and Management Invention,
29-40.
DAFTAR PUSTAKA Junaidi.(2012).Hubungan Good Governance, Mahasiswa
dan Teknologi Informasi dan Komunikasi (E-
Government). Jurnal Ilmu Administrasi Negara,
Agustian, Ary Ginanjar.(2001).Rahasia Sukses King,Laura A. (2010).Psikologi Umum Jilid 2.
Menggunakan Kecerdasan Emosidan Spiritual Jakarta: Salemba Humanika.
ESQ: Emotional Spiritual Quotient Berdasarkan Sugiyono. (2015). Statistika Untuk Penelitian. Bandung:
6 Rukun Iman dan 5 Rukun Islam.Jakarta: Arga Alfabeta.
Widya Persada. Tasmara,Toto. (2001).Kecerdasan Ruhaiah (Transcedental
Tobing,Diana SuliantiK. L. (2009). Pengaruh Komitmen Intellgence: Membentu kKepribadian Yang
Organisasional dan Kepuasan Kerja Terhadap Bertanggung Jawab, Profesional dan Berakhlak).
Kinerja Karyawan PT. Perkebuanan NusantaraII Jakarta: GemaInsani.
diSumatera Utara. Jurnal Manajeman dan Yuanita Candra,dkk,2007.“Relation Between Perception to
Kewirausahaan, 31-37. Organizational Change with Affective
Sunar P,Dwi.(2010).Edisi Lengkap te sIQ, EQ dan SQ. Commitment Worker of Bank Rakyat Indonesia
Jogjakarta: Flash Books. (BRI) Syariah.”Jurnal Biennial International
Luthans,Fred.(2006).Perilaku Organisasi, terj. Vivin Conferenceon I/OPsychology, 10-17.
AndhikaYuwanto, Shekar Purwanti,Th.ArieP dan
Winong Rosari. Yogyakarta: ANDI.

Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat 145


PENGUNGKAPAN DIRI PADA KORBAN PELECEHAN SEKSUAL
SELF DISCLOSURE OF SEXUAL HARASSMENTS VICTIMS

Jehan Safitri1, Zerlinda Rezkika Lestari Putri2


Program Studi Psikologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Lambung Mangkurat, Jl. A. Yani Km 36
Banjarbaru Kalimantan Selatan, 70714, Indonesia
E-mail: jehansafitri@yahoo.com
No. Handphone : 081250713236

ABSTRAK

Dewasa ini semakin banyak kasus pelecehan seksual dan pemerkosaan yang dapat terjadi kapan dan dimana saja. Pelecehan
seksual dapat terjadi dalam berbagai bentuk yaitu fisik maupun verbal. Dengan melakukan pengungkapan diri, dapat
membantu korban pelecehan seksual meningkatkan kepercayaan pada individu lain. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui aspek aspek pengungkapan diri pada korban pelecehan seksual. Subjek penelitian berjumlah dua orang dengan
dua significant other. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Teknik pengumpulan data
dalam penelitian ini menggunakan wawancara dan observasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwakedua subjek memenuhi
aspek-aspek pengungkapan diri.

Kata kunci: pengungkapan diri, korban, pelecehan seksual

ABSTRACT

These days there is an increase in number of sexual harassment and rape which can be happened at anytime and anyehwere.
Sexual harassment can be happened in various type which are physically and verbally. By doing self disclosure, can help the
victims of sexual harassment increase their trust to other people. The purpose of this study is to find out the aspects of self
disclosure of sexual harassments victims. Participants of this research consist of two participants with two significant others.
This study usesqualitative method with descriptive approach. The technicsused in this research are interviewsand
observations. Results shows that both of the subjects qualified to the aspects of self disclosure.

Keywords: self disclosure, victims, sexual harassment

Dewasa ini semakin banyak kasus pelecehan seksual kedua dalam bentuk verbal seperti siulan, gosip, gurauan
dan pemerkosaan yang dapat terjadi kapan dan dimana saja. seks, dan pernyataan yang bersifat mengancam, dan yang
Korban pelecehan seksual tidak memandang usia dan jenis ketiga dalam bentuk fisik yaitu sentuhan, mencubit,
kelamin, baik laki-laki maupun perempuan dapat menepuk, menyenggol dengan sengaja, meremas, dan
mengalami pelecehan seksual (Yudha, 2017). Pelecehan mendekatkan diri tanpa diinginkan (Lubis, 2013).
seksual yang dihadapi laki-laki maupun perempuan dapat Angka kekerasan seksual terhadap anak perempuan
terjadi dalam berbagai bentuk, mulai dari komentar yang sekitar 3.5% dan pada anak laki-laki sekitar 8%. Sementara
berkonotasi seksual dan kontak fisik secara tersembunyi jumlah populasi anak Indonesia sampai saat ini tercatat ada
(memegang, sentuhan ke bagian tubuh tertentu) hingga 87 juta jiwa (tribunnews.com, 2017). Selain itu hasil riset
ajakan yang dilakukan secara terang-terangan dan serangan Badan Pusat Statistik Nasional tahun 2016, terdapat 28 juta
seksual (Santrock, 2007). perempuan usia produktif mengalami kekerasan seksual.
Pelecehan seksual pada dasarnya adalah setiap Mereka masih berusia 16 hingga 25 tahun
bentuk perilaku yang memiliki muatan seksual yang (news.okezone.com, 2017).
dilakukan seseorang atau sejumlah orang namun tidak Tahun 2016 di Indonesia sendiri kekerasan seksual
disukai dan tidak diharapkan oleh orang yang menjadi berada di peringkat kedua terkait dengan kekerasan
sasaran sehingga menimbulkan akibat negatif seperti rasa terhadap perempuan dengan jumlah kasus mencapai 2.399
malu, tersinggung, terhina, marah, kehilangan harga diri, kasus (72%), pencabulan mencapai 601 kasus (18%), dan
kehilangan kesucian, dan sebagainya, pada diri orang yang pelecehan seksual mencapai 166 kasus (5%) (Komnas
menjadi korban (Supardi & Sadarjoen, 2001). Pelecehan Perempuan). Survei Badan Pusat Statistik (BPS), menyebut
seksual memiliki beberapa golongan antara lain, pertama 1 dari 3 perempuan usia 15-64 tahun pernah menjadi korban
dalam bentuk isyarat yaitu tatapan penuh nafsu, tatapan kekerasan. Data tersebut merupakan hasil Survei
yang mengancam, dan gerak-gerik yang bersifat seksual, Pengalaman Hidup Perempuan Nasional (SPHPN) 2016

Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat 146


dengan melibatkan 9.000 responden dari seluruh Indonesia. yaitu memilah-milah informasi padaopen coding yang
korban kekerasan kebanyakan memiliki latar belakang dianggap berkaitan dengan penelitian lalumemberikan
pendidikan minimal SMA, dengan persentase 39,4%. kategori-kategori baru pada informasi yang telahdipilah.
(nasional.kompas.com, 2017) Langkah terakhir yang dilakukan dalam prosesanalisis
Dengan melakukan pengungkapan diri, dapat data adalah selective coding yaitu memilah-
membantu korban pelecehan seksual meningkatkan milahkategori-kategori yang telah dibuat sebelumnya
kepercayaan pada individu lain (Asandi dan Rosyidi, yang sesuaidengan tujuan dari peneliti terkait dengan
2010).Pengungkapan diri adalah proses pengungkapan pengungkapan diri pada korban pelecehan seksual.
informasi diri pribadi seseorang kepada orang lain atau
sebaliknya. Pengungkapan diri merupakan kebutuhan Hasil dan Pembahasan
seseorang sebagai jalan keluar atas tekanan-tekanan yang
terjadi pada dirinya (Bungin, 2006). Wawancara pada subjek 1 dilakukan hari Sabtu 24
Devito (2010) menyebutkan bahwa terdapat lima Maret 2018 pukul 21.00 WITA. Subjek pertama bernama Z.
aspek di dalam pengungkapan diri, yaitu: (1) Amount, yaitu Z berjenis kelamin perempuan dan berumur 21 tahun. Z
frekuensi dengan siapa individu mengungkapkan diri dan merupakan korban pelecehan seksual secara verbal. Z
durasi atau waktu yang diperlukan untuk mengungkapkan mengalami hal tersebut sekitar 2 tahun yang lalu ketika
diri individu terhadap orang lain. (2)Valence, merupakan
subjek masih berstatus sebagai mahasiswa baru. Subjek
hal yang positif atau negatif dari pengungkapan diri.
mengatakan bahwa ia dilecehkan secara verbal oleh teman
(3)Accuracy/Honesty, yaitu ketepatan dan kejujuran
individu dalam melakukan pengungkapan diri. (4)Intention, satu angkatannya, dengan menyinggung bagian tubuh
seluas apa individu mengungkapkan tentang apa yang ingin subjek secara frontal. Subjek merasa harga dirinya jatuh.
diungkapkan. (5)Intimacy, yaitu individu dapat Subjek hanya menceritakan masalah ini pada teman-
mengungkapkan detail yang paling intim dari hidupnya. teman terdekatnya. Namun subjek mengatakan bahwa
Berdasarkan studi pendahuluan yang telah dilakukan hanya ada satu orang yang mengetahui kronologis dan
peneliti pada hari Minggu tanggal 19 Maret 2018, perasaannya secara detail, yaitu teman terdekatnya, W. W
diketahui bahwa subjek yang berinisial Z berumur 21 menjadi orang pertama yang mengetahui hal ini karena
tahun dan subjek berinisial D yang berumur 20 tahun ketika subjek mengalami pelecehan seksual, subjek
merupakan merupakan korban pelecehan seksual. Kedua langsung menceritakannya pada W.
subjek berjenis kelamin perempuan. Subjek Z mengalami Subjek menceritakan hal ini hanya sekitar dua atau
pelecehan seksual secara verbal dan subjek D mengalami tiga kali pada W dan lama durasi subjek bercerita sekitar
pelecehan seksual secara fisik. Subjek merupakan sepuluh sampai lima belas menit.Subjek mengaku tidak
mahasiswa Universitas Lambung Mangkurat. Peneliti
pernah melebih-lebihkan saat bercerita pada orang lain
menemui subjek secara langsung. Bahkan di Universitas
mengenai hal ini.Subjek mengatakan bahwa saat
Lambung Mangkurat sendiri, terdapat korban yang
pernah mengalami pelecehan seksual. Hal inilah yang menceritakan hal ini pada orang lain, ia menceritakan hal
membuat penulis tertarik untuk mengetahui bagaimana tersebut dari sisi negatif. Karena menurut subjek, apa
pengungkapan diri pada korban pelecehan seksual. baiknya menjadi korban pelecehan.
Wawancara pada subjek 2 dilakukan hari Minggu 25
METODE PENELITIAN Maret 2018 pukul 20.00 WITA. Subjek kedua bernama D.
D berjenis kelamin perempuan dan berumur 20 tahun. D
Penelitian ini menggunakanmetode kualitatif dengan merupakan korban pelecehan seksual secara fisik.Dimana
pendekatan deskriptif. Teknik pengumpulan data pada seorang laki-laki tak dikenal meremas payudara subjek saat
penelitian ini yaitu dengan wawancara dan observasi. sedang di jalan.
Subjek penelitian berjumlah dua orang dengan dua Subjek saat itu bercerita pada sahabatnya mengenai
significant other. Wawancara dilakukan di kediaman subjek apa yang terjadi. Subjek mengatakan bahwa hanya ada
di kota Banjarbaru. beberapa orang saja yang mengetahui tersebut.Setelah
Subjek pertama yaitu Z berusia 21 tahun berjenis kejadian itu, subjek mengalami trauma untuk beberapa
kelamin perempuan, mengalami pelecehan seksual dalam bulan, dan menjadi paranoid selama sekitar 4 bulan. Selain
bentuk verbal. Significant othersubjek ini adalah W yaitu pada sahabatnya, subjek juga bercerita pada pacar dan orang
teman dekatnya sendiri. Subjek kedua yaitu D berusia 20 tuanya.Sahabat subjekberinisial C. C merupakan orang
tahun berjenis kelamin perempuan, mengalami pelecehan pertama yang tau kejadian itu secara detail.
seksual secara fisik. Significant other subjek kedua adalah Waktu yang diperlukan subjek untuk melakukan
C yang merupakan teman terdekat subjek. pengungkapan diri yaitu sekitar satu jam. Subjek hanya
Analisis data pada penelitian ini mengguanakan coding. dapat melakukan pengungkapan diri mengenai hal ini pada
Langkah awal yang dilakukan adalah melakukan open orang-orang yang dekat dengannya dan yang hanya ia
coding yaitu memberikan kode-kode pada seluruh data percayai saja.Subjek mengatakan bahwa ia adalah tipe
hasilwawancara yang telah ditransformasikan ke dalam orang yang suka melakukan pengungkapan diri pada
bentuk verbatim. Selanjutnya melakukan axial coding sahabatnya.

Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat 147


Setelah subjek melakukan pengungkapan diri bahwa kesadaran individu untuk mengontrol informasi-informasi
ia mengalami pelecehan seksual, subjek merasa lega dan yang akan dikatakan pada orang lain. Subjek Z dan D
merasa ketakutannya sedikit berkurang. Saat bercerita mengungkapkan diri seluas-luasnya hanya pada teman
mengenai pelecehan seksual secara fisik yang dialaminya, paling dekat atau sahabat mereka. Namun mereka memiliki
subjek menceritakan hal tersebut dari segi negatif. Karena kesadaran untuk mengontrol informasi tersebut pada orang
hal tersebut berdampak secara psikologis bagi lain, dimana subjek Z dan D hanya melakukan
dirinya.Subjek mengaku tidak pernah melebih-lebihkan pengungkapan diri pada orang-orang yang mereka dapat
cerita saat ia melakukan pengungkapan diri pada teman- percaya atau hanya orang-orang terdekat mereka.
temannya. Intimacy yaitu individu dapat mengungkapkan detail
Dalam kasus ini kedua subjek berjenis kelamin yang paling intim dari hidupnya, hal-hal yang dirasa sebagai
perempuan. Subjek pertama bernama Z dan subjek kedua impersonal atau hal yang hanya bohong. Subjek Z dan D
bernama D. Kedua subjek pernah mengalami pelecehan dapat mengungkapkan detail paling intim yang mereka
seksual sebelumnya.Pengungkapan diri adalah proses alami sebagai korban pelecehan seksual pada teman
pengungkapan informasi diri pribadi seseorang kepada terdekat mereka. Walaupun hal tersebut dirasa sebagai
orang lain atau sebaliknya. Pengungkapan diri merupakan impersonal, namun kedua subjek dapat mengungkapkannya
kebutuhan seseorang sebagai jalan keluar atas tekanan- pada sahabat mereka. Karena keintiman yang dimiliki
tekanan yang terjadi pada dirinya (Bungin, 2006). Dalam antara subjek dengan sahabatnya yang membuat mereka
hal ini, pengungkapan diri yang dilakukan kedua subjek dapat mengungkapkan hal yang paling intim mengenai
adalah curhat kepada teman terdekat mereka. Subjek Z pelecehan seksual yang dialami mereka.
bercerita pada teman dekatnya W, dan subjek D bercerita
pada teman dekatnya C. SIMPULAN
Devito (2010) menyebutkan bahwa terdapat lima
Berdasarkan kasus yang terjadi dapat ditarik
aspek di dalam pengungkapan diri, yaitu amount, valence,
kesimpulan bahwa pada aspek amount subjek Z dan
accuracy/honesty, intention, dan intimacy. Amount yaitu subjek D melakukan pengungkapan diri pada teman
kuantitas dari pengungkapan diri dapat diukur dengan terdekat mereka. Pada aspek valence kedua subjek
mengetahui frekuensi dengan siapa individu mengungkapkan kejadian yang mereka alami dari segi
mengungkapkan diri dan durasi atau waktu yang diperlukan negatif dan dianggap sebagai hal yang tidak
untuk mengungkapkan diri individu terhadap orang lain. menyenangkan. Pada aspek accuracy/honesty, subjek Z
Dalam hal ini, kedua subjek hanya mengungkapkan diri dan D jujur dalam bercerita tentang pelecehan seksual
pada teman dekat mereka dan orang-orang yang dapat yang dialami dan tidak melebih-lebihkan cerita saat
mereka percaya. Durasi waktu yang diperlukan Z untuk melakukan pengungkapan diri. Pada aspek intention
mengungkapkan diri sekitar 15 menit dan D sekitar satu subjek Z dan D mengungkapkan diri seluas-luasnya
jam. hanya pada teman paling dekat atau sahabat mereka. Dan
Valence merupakan hal yang positif atau negatif dari pada aspek intimacy, subjek Z mengungkapkan pelecehan
yang dialami secara detail pada W dan subjek D
pengungkapan diri. Individu dapat mengungkapkan diri
mengungkapkan diri paling intim pada C. Dari aspek-
mengenai hal-hal yang menyenangkan atau tidak
aspek tersebut dapat disimpulkan bahwa kedua subjek
menyenangkan tentang dirinya, memuji hal-hal yang ada memenuhi aspek-aspek pengungkapan diri.
dalam dirinya atau menjelek-jelekkan dirinya. Dalam hal ini
kedua subjek mengungkapkan kejadian yang mereka alami DAFTAR PUSTAKA
dari segi negatif. Dan kedua subjek tidak memuji-muji diri
mereka atas apa yang terjadi. Subjek Z dan subjek D Asandi, Q., & Rosyidi, H. (2010). Self-disclosure pada
mengungkapkan pecelehan yang mereka alami merupakan remaja pengguna facebook. Jurnal Penelitian
hal yang tidak menyenangkan. Psikologi, 1(1), 87-98.
Accuracy/honesty yaitu ketepatan dan kejujuran Bungin, B. (2006). Sosiologi Komunikasi. Jakarta:
individu dalam melakukan pengungkapan diri. Ketepatan Kencana.
dari pengungkapan diri individu dibatasi oleh tingkat DeVito A. (2010). Komunikasi Antarmanusia. Edisi
dimana individu mengetahui dirinya sendiri. Pengungkapan Kelima. Jakarta: Karisma Publishing.
diri dapat berbeda dalam hal kejujuran. Individu dapat saja Lubis, N. M. (2013). Psikologi Kespro Wanita dan
jujur secara total atau dilebih-lebihkan, melewatkan bagian Perkembangan Reproduksinya Ditinjau dari Aspek
penting atau berbohong. Subjek Z dan D tidak pernah Fisik dan Psikologi. Jakarta: Kencana Prenada
berbohong atau melebih-lebihkan cerita saat melakukan Media Group
pengungkapan diri pada temannya. Mereka jujur apa adanya Santrock, J. W. (2007). Remaja (edisi 11). Terjemahan:
dalam bercerita tentang pelecehan seksual yang dialami. Benecdictine Widyasinta. Jakarta: Erlangga.
Intention seluas apa individu mengungkapkan Supardi & Sadarjoen, S. (2001). Seksual perempuan : Suatu
tentang apa yang ingin diungkapkan, seberapa besar pendekatan psikoanalisa. Jurnal Psikologi, 7, 53-79

Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat 148


Yudha, I. N. B. D., & Tobing, D. H. (2017). Dinamika
Memaafkan Pada Korban Pelecehan Seksual. Jurnal
Psikologi Udayana, 4(2), 435-447.

DETEKSI STRES ANGGOTA DEWAN DENGAN MENGGUNAKAN


KEPRIBADIAN THE BIG FIVE PERSONALITY
THE BIG FIVE PERSONALITY DETECTOR TO DETECT THE WORK STRESS OF THE BOARD
MEMBERS OF DPR RI

Gusti Yuli Asih1, Rusmalia Dewi2, Hardani Widhiastuti3


Fakultas Psikologi Universitas Semarang, Jl. Arteri Soekarno-Hatta Tlogosari, Semarang
50194, Indonesia
E-mail:lala_psi_usm@yahoo.co.id, liadewi@usm.ac.id, dancerdas62@yahoo.com
No Handphone : 08164246949, 081328311879, 082135059203

ABSTRAK

Adanya kompleksitas tugas para anggota DPR RI, maka diperlukan pribadi yang tangguh, penuh dedikasi,
memiliki wawasan luas, dan pribadi tangguh yang jauh dari stress kerja. Tugas yang kompleks tersebut, dibutuhkan
untuk menunjang kinerja yang baik. Oleh sebab itu kepribadian para anggota dewan perlu dideteksi agar tetap
menjadi individu yang jauh dari stres sehingga dapat mendukung kinerja para anggota dewan. Penelitian ini
bertujuan untuk menganalisa stress kerja para anggota dewan agar dapat meningkatkan kinerja dengan
menggunakan deteksi kepribadian The big Five Personality. Metode pengumpulan data dengan menggunakan skala
stress kerja dan skala Big Five Personality. Subyek penelitian sejumlah 42 anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR
RI). Analisis data yang digunakan dengan analisis Regresi Ganda. Hasil dari penelitian ini adalah (1) Tidak ada
pengaruh antara Neuroticism, Agreebleness, dan Conscientiousness dengan stress kerja. (2) Ada pengaruh negatif
Extraversion dan Openness dengan stress kerja.

Kata kunci: stress kerja, big five personality

ABSTRACK

Indonesia is a republic which consists of three governmental elements, i.e., legislative, executive and judicative. The
Board of Representatives of the Republic of Indonesia or DPR RI as the legislative element has a very complex duty. The board
members must have high dedication, vast view, and tough personality to do their tasks. These characters are crucial to support
their work. The complexity of their tasks forces the board members to have tough personality that is far away from work stress.
The research is aimed at analyzing the work stress of the board members by using the Big Five Personality Detector. The
subject of the research is 42 members of the Board of Representatives of the Republic of Indonesia or DPR RI. The research
uses a quantitative method with Multiple Regression analysis. The research found that : (1). There is not any influence of
Neuroticism, Agreeableness, and Conscientiousness on work stress. (2) There is a negative influence of Extraversion and
Openness on work stress. Thus, if the results of the research is applied to the daily activities of the board members of DPR RI,
not all of the elements of the Big Five Personality of the board members of DPR RI influence the work stress.

Keywords : work stress, the big five personality

Tujuan organisasi akan berhasil apabila ada Dewan Perwakilan Rakyat(DPR RI) memegang peran
kebersamaan dan komitmen diantara para pemegang penting sebagai pengambil kebijakan.
kendali organisasi tersebut. Negara merupakan Terkait dengan fungsi legislasi, DPR memiliki
organisasi terbesar yang dikelola dengan kompleksitas tugas dan wewenang: Menyusun Program Legislasi
yang lebih rinci. Selain kepala negara, para menteri, Nasional (Prolegnas), Menyusun dan membahas
pengelola daerah dari provinsi hingga kabupaten, Rancangan Undang-Undang (RUU), Menerima RUU

Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat 149


yang diajukan oleh DPD (terkait otonomi daerah; kepribadianBig Five Personality yang dapat
hubungan pusat dan daerah; pembentukan, pemekaran dan menurunkan tingkat stress kerja anggota Dewan.
penggabungan daerah; pengelolaan SDA dan SDE Kebaruan dari penelitian ini, adalah untuk menelaah
lainnya; serta perimbangan keuangan pusat dan kinerja anggota Dewan kaitannya dengan stress kerja
daerah),Membahas RUU yang diusulkan oleh Presiden melalui deteksi kepribadian.
ataupun DPD, Menetapkan UU bersama dengan Presiden,
Menyetujui atau tidak menyetujui peraturan pemerintah Seseorang yang mengalami stres kerja menunjukkan
pengganti UU (yang diajukan Presiden) untuk ditetapkan reaksi tertentu. Hunsaker dan Cook (dalam Wijono 2010:
menjadi UU. 122-123) menyatakan beberapa gejala stres dapat dilihat
Tugas para anggota DPR RIsangat kompleks, dari berbagai faktor yang menunjukkan adanya perubahan
oleh sebabitu diperlukan pribadi yang tangguh, penuh baik secara fisiologis, psikologis dan sikap, antara lain
dedikasi, memiliki wawasan luas, serta jiwa yang sehat. :Perubahan Fisiologis, ditandai dengan merasa lelah atau
Dengan tugas yang kompleks tersebut, dibutuhkan letih, pusing, gangguan pencernaan, gangguan
kekuatan untuk menghadapi tantangan dan hambatan pernapasan, tangan dan kaki berkeringat, tekanan darah
pekerjaan, sehingga kinerja anggota DPR RI dapat tinggi, jantung berdebar, sulit tidur, napas tersengal-
berhasil dengan baik sengal, ketergantungan obat, dan merokok berlebihan.
Perubahan Psikologis, Perubahan ini ditandai dengan
Big Five Personality merupakan salah satu kecemasan yang berlebihan, murung, tidak dapat rileks.
teori kepribadian yang berkembang di abad 20an. Teori Perubahan Sikap, Perubahan ini ditandai dengan mudah
ini memiliki lima faktor kepribadian yang masing- marah, suka menyerang atau melawan, merasa takut atau
masing faktornya memiliki enam facet. Dengan gelisah, tidak puas terhadap apa yang dicapai, suka
demikian, Big Five Personality memiliki 30 unsur mempertahankan diri.
kepribadian yang mendasari kepribadian setiap orang.
Dengan adanya kupasan terhadap kecenderungan Hipotesis dalam penelitian ini, yaitu (H1) Ada pengaruh
kepribadian yang lebih unik ini, diharapkan dapat positif dan signifikan antara Neuroticismdenganstress kerja.
mendeteksi kreativitas para anggota dewan dalam (H2) Ada pengaruh negatif dan signifikan antara
rangka meningkatkan kinerjanya. Freud (Pervin, 2012) Exstraversion dengan stress kerja.(H3) Ada pengaruh
menjelaskanbahwa kreativitas muncul sebagai bagian dari negatif dan signifikan antara Openness to experience
upaya mekanisme pertahanan diri. dengan stress kerja. (H4) Ada pengaruh negatif dan
signifikan antara Agreeableness dengan stress kerja. (H5)
Permasalahan yang sering dijumpai adalah Ada pengaruh negatif dan signifikan antara
adanya berbagai pemberitaan mengenai anggota Conscientiousness dengan stres kerja.
Dewan, misalnya tidak patuh pada peraturan yang telah
ditetapkan, banyak anggota DPRD yang absen, banyak METODE PENELITIAN
melakukan tindakan tidak terpuji, seperti
penyelewengan anggaran oleh anggota DPRD Sragen
(Bramantyo, 2013), anggota DPRD Wonosobo yang
terima uang proyek dari korban penyekapan Bekasi Subjek penelitian ini adalah 42 anggota dewan dari
(Amelia, 2013). berbagai fraksi.Penelitian ini termasuk penelitian
kuantiatif,yaitu pendekatan yang mengukur variasi sebuah
Permasalahan yang muncul saat inidi lingkungan DPR RI situasi atau fenomena sosial dengan menggunakan data
yang notabene sebagai pendukung utama dewan, dituntut berupa angka atau variabel kuantitatif. Variabel tergantung
untuk terus sehat. Padahal tak dapat dipungkiri beban dan : stress kerja Anggota Dewan. Variabel bebas:Big
tanggung jawab terhadap pekerjaan tersebut terkadang bisa Five personality yang terdiri dari Neuroticsm,
membuat stress.
Extraversion,Opennes, toExperience, Agreeableness, dan
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis Conscientiousness.
Pengaruh Big Five Personality terhadap stress kerja anggota
DPR RI. Penelitian ini dilakukan sebagai upaya Teknik analisis data Big Five Personality sebagai
meningkatkan kinerja anggota DPR RI. Manfaat hasil prediktor stress kerja anggota Dewan dengan menggunakan
penelitian ini adalah,selain untuk pengembangan ilmu analisis regresi linier berganda dengan bantuan Software
Psikologi Industri dan Organisasi juga untuk SPSS versi 21.Rangkuman hasil analisis regresi tahap
mendapatkan jalan keluar atau masukan kepada calon pertama dan tahap kedua
maupun anggota Dewan mengenai faktor

Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat 150


Tabel 1. Rangkuman Hasil Estimasi Regresi

Standardized
Unstandardized Coefficients
Variabel Independen Coefficients t Sig.
B Std. Error Beta
(Constant) 129.392 10.217 12.664 .000
Neuroticism -.269 .125 -.296 -2.147 .039
Extraversion -.260 .123 -.286 -2.116 .041
Open to Experience -.381 .160 -.340 -2.379 .023
Agreeableness -.034 .120 -.038 -.280 .781
Conscientiousness -.005 .148 -.005 -.037 .971

Persamaan regresi yang dipaparkan di atas, di dapat hasil 0,781 lebih besar dibanding tingkat signifikansi yang
bahwa faktor Openness to Experience (38,1%) merupakan digunakan α = 0,05 (Tabel 6). Hal ini membuktikan
faktor yang paling berpengaruh terhadap tingkat stress bahwa faktorAgreeableness tidak berpengaruh signifikan
kerja anggota Dewan, selanjutnya terhadap stress kerja.Dengan demikian hipotesis keempat
faktorNeuroticism(26,9%) berpengaruh terhadap stress yang menyatakan ada pengaruh negatif dan signifikan
kerja anggota Dewan. Pada urutan ketiga adalah faktor antara Agreeableness denganstress kerja adalah ditolak
conscientionousness(26,0%) berpengaruh terhadap VariabelConscientiousness dapat dilihat nilai t hitung
tingkat stress kerja anggota Dewan.Faktor Agreebleness sebesar - 0,037 (negatif) dengan nilai signifikansi 0,971
(3,4%)dan faktor Conscientiousness(0,5%) berdasarkan lebih besardibanding tingkat signifikansi yang
analisis statistik hasilnya tidak berpengaruh signifikan. digunakan α = 0,05 (Tabel 6). Hal inimembuktikan
Dengan demikian, pada penelitian ini seluruh item bahwa faktorConscientiousness tidak berpengaruh
variabel Big Five Personality memberikan tanda yang signifikan terhadap stress kerja.Dengan demikian
negatif. Hal ini menunjukkan bahwa semakin baik Big hipotesis kelima yang menyatakan ada pengaruh positif
Five Personality anggota Dewan dapat menurunkan dan signifikan antara Conscientiousnessdenganstress kerja
tingkat stess kerjanya. adalah ditolak.Uji koefisien determinasi (R2)
Hasil uji koefisien determinasi dalam penelitian ini dapat
HASIL DAN PEMBAHASAN dilihat pada Tabel 7 sebagai berikut:

Hasil analisis data Neuroticism memberikan nilai Tabel 2 Uji Koefisien Determinasi Model Summaryb
t hitungsebesar -2,147 (negatif) dengan nilai signifikansi Std. Error of
Model R R Square Adjusted R Square the Estimate
0,039 lebih kecil dibanding tingkat signifikansi yang 1 .795a .633 .582 7.96045
digunakan α = 0,05 (Tabel 6). Hal inimenunjukkan bahwa a. Predictors: (Constant), Conscientiousness (X5), Neuroticism
faktorNeuroticism berpengaruh negatif dan signifikan (X1), Agreeableness (X4), Extraversion (X2), Openness to
terhadap stress kerja anggota Dewan. Dengan demikian Experience (X3)
b. Dependent Variable: Stres Kerja (Y)
Hipotesis pertama (H1) yang menyatakan pengaruh
negatif dan signifikan antara Neuroticism dengan stress Berdasarkan tabel di atas terlihat nilai koefisien
kerja adalah ditolak determinasi dalam regresi linear berganda ditunjukkan
Variabel Exstraversion memberikan nilai t dengan adjusted R2 sebesar 0,582 yang artinya58,2%
hitung sebesar - 2,116 (negatif) dengan nilai signifikansi variabel Big Five Personality yang terdiri dari faktor
0,041 lebih kecil dibanding tingkat signifikansi yang Neuroticism, Extraversion, Openness to Experience,
digunakan α = 0,05 (Tabel 6). Hal inimembuktikan Agreeableness, dan Conscientiousness mampu
bahwa faktorExtraversion berpengaruh negative dan menjelaskan variasi dari tingkat stress anggota Dewan.
signifikan terhadap tingkat stress kerja.Dengan demikian Sedangkan sisanya 41,8% dijelaskan faktor lainnya di luar
Hipotesis kedua yang menyatakan ada pengaruh negatif model, seperti kondisi pekerjaaan, ketidakjelasan peran,
dan signifikan antara Exstraversion dengan stress kerja dukungan sosial, persaingan politik, keamanan pekerjaan.
adalah diterima Safaria (2012: 32) menyatakan sumber stressor
Variabel Openness to experiencedapat dilihat seperti beban kerja yang tinggi, konflik yang muncul
nilai t hitung sebesar -2,379 (negatif) dengan nilai antara pasangan, orang lain atau rekan kerja, hubungan
signifikansi 0,023 lebih kecil dibanding tingkat antara atasan dan bawahan yang buruk, kondisi
signifikansi yang digunakan α = 0,05 (Tabel 6). Hal lingkungan kerja yang bising, panas, bau, dan
inimenunjukkan bahwa faktorOpenness to Experience membahayakan jiwa, kesulitan keuangan, kesulitan
berpengaruh negative dan signifikan terhadap tingkat tugas yang diluar kemampuan karyawan untuk
stress kerja Dewan. Dengan demikian Hipotesis kedua mengerjakannya dan lain-lain. Untuk mengatasi atau
yang menyatakan ada pengaruh negatif dan signifikan mengelola stres kerja dengan cara yang efektif, individu
antara Openness to Experience dengan stress kerja adalah dan perusahaan diharapkan mempunyai pendekatan
diterima untuk mengelola stres kerja yang muncul. Ada lima
VariabelAgreeableness dapat dilihat nilai t pendekatan dalam mengelola stres kerja diantaranya
hitung sebesar - 0,280 (negatif) dengan nilai signifikansi

Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat 151


pendekatan pertama yaitu meningkatkan komunikasi, Berdasarkan hasil penelitian di atas, maka
pendekatan kedua sistem penilaian dan ganjaran yang disarankan para anggota DPR RI mampu menjaga
efektif, pendekatan ketiga meningkatkan partisipasi emosinya, serta memiliki pengendalian diri yang baik.
karyawan, pendekatan keempat memperkaya tugas dan Di samping itu juga perlu dilakukan tes psikologi agar
pendekatan terakhir adalah mengembangkan dapat dideteksi calon legislatif yang memiliki kemampuan
keterampilan, kepribadian dan pekerjaan. Berdarkan yang diharapkan memiliki ketahanan stress yang tinggi
hasil berbagai penelitian menunjukkan bahwa, tingkat terhadap lingkungan kerja yang penuh tekanan. Dengan
stress yang tinggi dapat dilihat dari: kemarahan, pemilihan calon legislatif yang memadai, harapannya para
kelelahan secara fisik dan emosional, nervous, mudah anggota Dewan nantinya dapat bekerja sesuai dengan
tersinggung, ketegangan, kebosanan, agresi harapan masyarakat atau konstituennya.
antarpersonal, serta sikap permusuhan antar rekan kerja.
Masalah perilaku yang berkaitan dengan stress, DAFTAR PUSTAKA
mencakup perilaku kurang makan atau terlalu banyak
makan, tidak bisa tidur, merokok, penyalahgunaan obat Amelia.(2013). Anggota DPRD Wonosobo Terima Uang
terlarang. Perilaku stress padatingkat yang tinggi dapat Proyek Dari Korban Penyekapan di
berpengaruh dalm kinerja seperti: meningkatnya absensi, Wonosobo.http://news.detik.com/read/2013/10/2
lebih lambat dalam melakukan pekerjaan, serta tingkat 5/185341/2395927/10/anggota-dprd-wonosobo-
perputaran kerja yang tinggi. terima-uang-proyek-dari-korban-penyekapan-di-
Orang yang tinggi dalam dimensi Extroversion, bekasi?r771108bcj.
akan menikmati kebersamaannya dengan orang lain,
berani, bersemangat, berambisi, dan besar mulut, Ardian. A.(2014). DPRD Bombana Hasilkan Sembilan
cenderung menjadi politisi yang sukses atau pemimpin Perda Selama 2013. Diunduh dari:
yang terkenal. Orang yang memiliki skor tinggi pada http://www.ciputranews.com/politik/dprd-
dimensi Conscientiousness tampaknya dapat bekerja bombana-hasilkan-sembilan-perda-selama-2013.
dengan baik, terutama dalam latar perusahaan.Ketekunan, Asih, G.Y &Purwaningtyastuti.(2011). Berpikir Positif
tanggung jawab, dan tujuan hidup mereka membantu Untuk Menurunkan Stres Pada Narapidana
mereka untuk dapat mencapai sasaran dan mendapat Wanita. Laporan Penelitian. LPPM Universitas
pujian dari atasan. Orang dengan skor agreeableness yang Semarng
tinggi cenderung altruistis dan suka terlibat dalam
kegiatan sosial. Cenderung menjadi pemimpin organisasi Baron,A.R.,&Jerald,G.(2000).BehaviorinOrganization:
nirlaba, menjadi orangtua yang baik. Orang yang neurotic, Understanding&ManagingTheHumanSide of
yang gugup, tegang, mudah cemas, dapat menjalani satu Work, Prentice Hall InternationalInc.Canada.
dari dua kemungkinan, mengubah kecemasan mereka ke Barrick,M.R.,&Mount,M.K.( 1991).“ TheBigFivePerson
semacam bentuk kompulsi menuju kesuksesan atau alityDimensionsandJobPerformance:AMetaAna
membiarkan kecemasan mereka ke dalam kegagalan. lysis”.PersonalPsychologyJournal,44, 1-26.
Orang yang memiliki skor tinggi pada dimensi Openness
cenderung kreatif dan menghargai minat yang berbau Barrick, M.R., Piotrowski, M., & Stewart, C.L. (2002).
estetika dan intelektual, karena mereka mencari berbagai “Personality and Job Performance: Test of The
jenis pengalaman (Friedmand dan Schustack, 2008: 310- Mediating Effect of Motivation Among Sales
311). Representatives”,Journal of Applied
Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan secara Psychology,87(1), 43-51.
metodologis, sehingga untuk peneliti selanjutnya bisa Berry,C.M.,Ones,D.S., and
melakukan perbaikan. Perbaikan yang bias dilakukan Sackett,P.R.(2007).”Interpersonal Deviance,
seperti teknik pengambilan sampel. Karena kesibukan Organizational Deviance, and Their Common
para anggota Dewan, pengambilan data yang dilakukan Corelates “:A Review an Meta Analysis. Jornal
tidak proporsional. of Applied Psychology, 92,411-424.

SIMPULAN Bramantyo. (2013).Selewengkan Anggaran, 18 Anggota


DPRD Sragen Harus Diperiksa, Diunduh dari:
Berdasarkan temuan hasil penelitian, maka dapat http://jogja.okezone.com/read/2013/12/05/513/9
disimpulkan bahwa: (1) Tidak ada pengaruh antara 08046/selewengkan-anggaran-18-anggota-dprd-
Neuroticism, Agreebleness, dan Conscientiousness sragen-harus-diperiksa/large.
dengan stress kerja. (2) Ada pengaruh negatif Buchanan, L.B., Roseanne,J., 1998. The Impact of Big
Extraversion dan Openness dengan stress kerja. Sehingga Five personality Characteristics on Group
apabila hasil penelitian diterapkan pada kehidupan Cohesion an Creativetask
keseharian para anggota Dewan Perwakilan Rakyat RI, Performance.Desertation of Philosophy in
tidak semua unsur kepribadian Big Five Personality Psychology. Blacksburg. Virginia.
anggota DPR RI berpengaruh terhadap stress kerja.
Dunnette,M. D.,&Hough, L. M.( 1998). Handbook of
Industrial and Organizational Psychology;

Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat 152


Consulting Psychologists Press.Inc.Palo
Alto.California. Luthans, Fred. (2006). Perilaku organisasi edisi 10.
Yogyakarta : Penerbit Andy Alih
Dunn,W.S.,Mount,M.K.,Barrick, M.R.,& Ones,D.S.
Bahasa.
(1995).“Relative Importance of Personality and
General Mental Ability in Pervin.L. A.,& Oliver P.J.(2000).Personality Theory &
Manager’Judgments of Applicant th
Research.8 edition. JohnWiley&SonsInc.New
Qualifications”.Jurnal of Applied Psychology, 4,
York.p 256-271.
500-509.
Pervin, L. A., Cervone, D., & Oliver, P. J.(2012).Psikologi
Ferdinand, A. (2011) Metode Penelitian Manajemen.
Kepribadian: Teori dan Penelitian (edisi ke-9).
Badan Penerbit Universitas Diponegoro
Kencana Prenada Media Group. Jakarta.
Semarang.
Robbins, Stephen P & Jugde, Timothy A.
Friedman, H.S, & Schustack, M. W. (2008). Kepribadian. (2011).Perilaku Organisasi. Jakarta : Salemba
Teori Klasik dan Riset Modern. Jilid 1. Alih Empat. Alih Bahasa Diana Angelica, Ria
bahasa:Fransiska Dian Ikarini, Maria Hany, Cahyani dan Abdul Rosyid.
Andreas Provita Prima. Jakarta: Erlangga. Safaria, Trianto & Saputro Nofrans Eka. (2012).
Manajemen Emosi. Jakarta: Bumi Aksara.
Ghozali, I. (2011). Aplikasi Analisis Multivariate Dengan
Program IBM SPSS 19. Badan Penerbit UNDIP. Saut, P.D..(2014). Penilaian Kinerja DPR Versi Formappi
Semarang. : Mayoritas Rapornya Sangat Buruk. DetikNews.
Diunduh
Goldberg, L.R.(1990).“An Alternative Description of
dari:http://news.detik.com/read/2014/04/03/13075
Personality:The Big Five Factor Structure”.
0/2544326/10/penilaian-kinerja-dpr-versi-
Journa lof Personality and Social
formappi-mayoritas-rapornya-sangat-buruk.
Psychology,59:1216-1229.
Sharpley, D. (1998). Personality Profiles, and The
Greer,C. R. (1995).Strategy and Human Resources,A Dynamicsof HighPerformance. Diunduh dari:
General Managerial,Perspective. Prentice- http://www.david.co.uk/Pagefiles/pp%2022%20.p
Hall.Inc.New York.
df
Ivancevic,J.M.(2001).Human Resource Management,
Salgado, J. F.(1997).“The Five Factor Model of
McGraw-HillCompanies, New York.
Personality and Job Performance In The Europea
John,O.P.(1990).“TheBigFiveFactor nCommunity”,Journal of Applied
Taxonomy:Dimension of Personality in The Psychology,82(1), 30-43.
Natural Language & in Questionaires”. in
Sonnentag,S. (2000). Expertise At Work: Experience and
L.Pervin(Ed.). Handbook of
Excellent Performance.International Review of
Personality:Theory& Research.(pp 66-100).
Industrial and Organizational Psychology, 15,
Guilford Press.New York.
223-264.
Jauk,E., Mathios ,B.,Beate,D., and Aljoscha,C.N.”, The Staw,B. M. (1991).Psychologycal Demension of
relationship between Intelligence and Creativity; Organizational Behavior. Colliner Macmillan
New Support for The Tresshold Hypothesis by Canada Inc. New York.
Means ofEmpirical Breakpoint Detection. Forum Masyarakat Peduli Parlemen Indonesia
Journal of Intelligence. July 2013. 41(4):pp. (Formappi). 2014. Penelitian : “83 Persen Anggota
212-221. DPR Berkinerja Buruk”. Tempo.Co. Diunduh dari
:http://pemilu.tempo.co/read/news/2014/04/03/269
Kreitner,R.,& Angelo,K.(2001).Organizational 567571/Penelitian-83-Persen-Anggota-DPR-
Behavior.McGraw-HillCompanies. North Berkinerja-Buruk.
America.
Widhiastuti, H & Asih, G.Y (2015).Detection Model of
Lazarus,A.(2004).Reality Check: Is Your Behavior Creativity Development to Improve the Council
Aligned With Organizational Goal”. Diunduh Members’ Performance by Using the Big Five
dari:http://www.findarticles.com/p/articles. Personality Detection. International Journal of
Lucius.(2013). Rapor Kinerja DPR Periode 2013 Applied Psychology. 5(3). June 2015, 73-82
“Jeblok”. Republika.Co.Id. Diunduh dari : Wijono, Sutarto. (2010). Psikologi Industri dan
http://www.republika.co.id/berita/nasional/umu Organisasi.Jakarta: Kencana Prenada Media
m/13/11/20/mwjjyr-rapor-kinerja-dpr-periode- Group.
2013-jeblok.

Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat 153


KETANGGUHAN PADA IBU YANG MENGASUH ANAK TUNARUNGU
THE HARDINESS OF THE MOTHER IN THE CARE OF DEAF CHILDREN

Jehan Safitri1,Dyah Nurdina Rahmah2


Program Studi Psikologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Lambung Mangkurat, Jl. A. Yani Km 36
Banjarbaru Kalimantan Selatan, 70714, Indonesia
E-mail: jehansafitri@yahoo.com
No. Handphone : 081250713236

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ketangguhan pada Ibu dalam mengasuh anak tunarungu, faktor apa saja yang
kepribadian hardiness pada ibu yang memiliki anak tunarungu. Hardiness merupakan kemampuan penting yang harus
dimiliki oleh semua individu. Melalui hardiness, individu mampu untuk mengatasi tekanan dan masalah dengan cepat.
Hardiness dapat terlihat ketika seseorang mendapatkan masalah, oleh karena itu semakin sering seseorang mendapatkan
masalah dan banyak tantangan maka akan semakin terlihat apakah dia berhasil mengembangkan karateristik kepribadian
hardiness dalam dirinya atau tidak. Individu yang memiliki kepribadian hardiness, akan memiliki kepribadian yang lebih
kuat dan optimis. Berarti hardiness akan membentuk pola pikir individu bagaimana berinteraksi dengan lingkungan sekitar
dan memiliki motivasi dan optimis dalam mengadapi hal-hal yang sulit. Dalam penelitian ini menggunakan metode penelitian
kualitatif dengan menggunakan teknik wawancara semi-terstruktur dan observasi non partisipan. Subjek penelitian ini adalah
2 orang wanita berusia 28 dan 30 tahun yang merupakan ibu dari anak yang mengalami tunarungu. Dari penelitian ini
diketahui bahwa kedua subjek memiliki kepribadian hardiness karena kedua subjek dapat memenuhi ke 3 aspek hardiness.

Kata kunci: Ketangguhan, Tunarungu, Ibu

ABSTRACT

This study aims to determine the hardiness of the mother in the care of deaf children, any factors that can affect the personality
hardiness of mothers who have deaf children. Hardiness is an important ability that must be possessed by all individuals.
Through hardiness, individuals are able to cope with stresses and problems quickly. Hardiness can be seen when someone
gets into trouble, therefore the more often a person gets into trouble and many challenges it will be more visible whether he
managed to develop the characteristics of personality hardiness in him or not. Individuals who have hardiness personality,
will have a stronger and more optimistic personality. Means, hardiness will shape the mindset of individuals how to interact
with the environment and have the motivation and optimism in facing the difficult things. In this research use qualitative
research method by using semi-structured interview technique and non participant observation. The subjects of this study
were 2 women aged 28 and 30 years who were mothers of deaf children. From this research note that both subjects have
hardiness personality because both subjects can fullfill all three aspects of hardiness.

Keywords: Hardiness, Deaf Children, Mother

Dalam sebagian besar keluarga, kelahiran seorang serta kapasitas luar biasa untuk menghadapi tantangan
anak membawa harapan dan kehidupan baru.Hal ini dalam hidup, termasuk di dalamnya tantangan memiliki
menjadi berbeda saat orangtua harus menghadapi kenyataan anak berkebutuhan khusus.
bahwa anaknya memiliki disabilitas. Menurut Ello dan Orangtua tetap bertahan dan menyesuaikan diri
Sandra (2005), saat ibu melahirkan anak dengan disabilitas mereka, meskipun banyak tekanan-tekanan yang harus
perkembangan, mereka biasanya akan merasakan mereka hadapi.Pada akhirnya mereka berusaha untuk
kehilangan suatu gambaran ideal yang selama ini mereka berkembang dan keluar dari tekanan tersebut (Greenspan,
impikan (idealized object loss). Hal ini juga didukung oleh Serena & Robin, 2006). Pada kehidupan berkeluarga di
pendapat Greenspan, Serena dan Robin (2006), yaitu Indonesia, perempuan dipersepsikan oleh masyarakat
tuntutan cara mengasuh yang berbeda dengan anak normal sebagai aktor yang berperan sebagai figure ekspresif
akan membuat orangtua mengalami perubahan emosi ke (berfungsi sebagai pemelihara dan pendidik keluarga),
arah yang lebih negatif dan merasa lebih berat dalam sedangkan laki-laki dipersepsikan oleh masyarakat sebagai
menjalani hidup.Ada orangtua yang menemukan kekuatan figure instrumental (berfungsi sebagai pencari nafkah

Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat 154


keluarga) (Puspitawati, 2010).Tidak jarang tugas dan peran kepribadian hardiness, akan memiliki kepribadian yang
ibu dalam keluarga memiliki masalah sehingga lebih kuat dan optimis. Berarti hardiness akan membentuk
menciptakan lingkungan yang membuat ibu merasa stres, pola pikir individu bagaimana berinteraksi dengan
termasuk salah satunya kondisi anak berkebutuhan khusus lingkungan sekitar dan memiliki motivasi dan optimis
tuna rungu. dalam mengadapi hal-hal yang sulit (Maddi, 2002).
Melalui situs resmi Kementrian Sosial yang ditulis Seperti yang terjadi pada subjek penelitian ini subjek R
oleh Jerry J. Tulla (2015) jumlah disabilitas runguwicara dan I merupakan seorang ibu yang mengasuh seorang anak
mencapai 472.855 di Indonesia. Murni Winarsih (2007: 22) yang mengalami kekurangan yaitu tunarungu subjek R
mengemukakan bahwa tunarungu adalah suatu istilah merupakan seorang ibu muda yang berusia 30 tahun dia
umum yang menunjukkan kesulitan mendengar dari yang mengasuh anaknya yang berumur 8 tahun seorang diri
ringan sampai berat, digolongkan ke dalam tuli dan kurang karena sudah bercerai dengan suaminya dan subjek I
dengar. Orang tuli adalah yang kehilangan kemampuan merupakan seorang ibu yang juga memiliki seroang anak
mendengar sehingga menghambat proses informasi bahasa yang masih balita mengalami tunarungu. Dalam kondisi
melalui pendengaran, baik memakai ataupun tidak memakai ini membutuhkan seseorang dengan kepribadian hardiness
alat bantu dengar dimana batas pendengaran yang agar dapat menjalani kehidupannya dengan baik dan dapat
dimilikinya cukup memungkinkan keberhasilan proses mengasuh anak-anaknya dengan baik pula.
informasi Bahasa melalui pendengaran. Tin Suharmini
(2009: 35) mengemukakan tunarungu dapat diartikan
sebagai keadaan dari seorang individu yang mengalami
kerusakan pada indera pendengaran sehingga menyebabkan METODE PENELITIAN
tidak bisa menangkap berbagai rangsang suara, atau
rangsang lain melalui pendengaran. Penelitian ini menggunakanmetode kualitatif dengan
Ibu yang mengasuh anaknya sendiri mengalami pendekatan deskriptif. Teknik pengumpulan data pada
situasi kehidupan yang membuat stres lebih banyak, penelitian ini yaitu dengan wawancara semi terstruktur dan
sehingga dapat meningkatkan risiko pengasuhan yang salah observasi non-partisipan. Subjek penelitian berjumlah dua
pada anak (Belsky, 1993).Berdasarkan situasi-situasi orang dengan dua significant other. Wawancara dan
menekan tersebut, seorang ibu yang menjadi pengasuh observasi dilakukan di kediaman subjek.
membutuhkan kepribadian yang membuat dirinya bisa Subjekpertamayaitu I 28 tahun seorang ibu yang
bertahan dalam situasi yang membuat stres yaitu hardiness. memiliki anak yang mengalami tuna rungu dia
Hardiness merupakan sebuah konsep yang awalnya
mengasuhanaknya di bantu oleh suaminya, significant other
dikembangkan oleh Kobasa pada tahun 1979 (Escolas, Pitts,
Safer, Bartone, 2013). Menurut Kobasa, hardiness adalah dari subjek I adalah suaminya. Subjek kedua yaitu R 30
konstruk kepribadian yang membedakan seseorang yang tahun seorang ibu tunggal yang mengasuh anak yang
akan sakit saat stres dan yang akan tetap sehat. Hardiness mengalami tunarungu suaminya meninggalkannya pada
merupakan konstruk kepribadian yang dapat membuat saat mengandung anaknya, saat ini subjek mengasuh
kejadian yang tidak menguntungkan menjadi suatu anaknya sendiri dan terkadang di bantu oleh ibunya,
kesempatan belajar. Hardiness menurut Maddi (2002)
significant other dari subjek R adalahibunya.
merupakan karateristik kepribadian seseorang yang
membuat individu menjadi lebih tahan, stabil, kuat dan Analisis data pada penelitian ini mengguanakan
optimis dalam menghadapi tekanan dan mengurangi efek Reduksi data. Reduksi data merupakan proses pemilihan,
negatif yang ditimbulkan dari tekanan tersebut. Individu pemusatanperhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan,
yang hardiness menurut Hystad dan Ied (2011) merupakan transformasi data kasar yang munculdaricatatan-
individu yang memiliki keyakinan diri dalam mengontrol catatanlapangan. Langkah-langkah yang dilakkan adalah
tekanan, melihat tekanan sebagai pengalaman dan menajamkan analisis, menggolongkan atau
tantangan, lalu menjadikan sebuah proses pembelajaran dan
pengkategorisasian kedalam tiap permasalahan melalui
pengembangan diri.
Kenyataan di kehidupan sehari-hari individu akan uraian singkat, mengarahkan, membuang yang tidak perlu,
mendapatkan kemalangan, bencana, kesulitan yang dan mengorganisasikan data sehinggadapatditarik dan
menimbulkan tekanan sehingga membuat individu sendiri diverifikasi. Data yang di reduksi antara lain seluruh data
merasa stres, sedih dan putus asa. Keadaan itulah yang mengenai permasalahan penelitian.
membuat individu yang hardiness mampu untuk mengatasi
perubahan dan masalah dengan mudah. Hardiness
merupakan kemampuan penting yang harus dimiliki oleh
HASIL DAN PEMBAHASAN
semua individu. Melalui hardiness, individu mampu untuk
mengatasi tekanan dan masalah dengan cepat. Hardiness Menurut Kobasa hardiness merupakan suatu
dapat terlihat ketika seseorang mendapatkan masalah, oleh karakteristik kepribadian yang dimiliki individu dalam
karena itu semakin sering seseorang mendapatkan masalah menghadapi keadaan stress. Hardiness merupakan
dan banyak tantangan maka akan semakin terlihat apakah ketahanan psikologis yang dapat membantu seseorang
dia berhasil mengembangkan karateristik kepribadian dalam mengelola stres yang dialami (Sukmono, 2009).
hardiness dalam dirinya atau tidak. Individu yang memiliki

Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat 155


Menurut Kobasa individu yang memiliki hardiness tinggi seiring berjalannya waktu dank arena dukungan yang positif
mempunyai serangkaian sikap yang membuat mereka tahan dari keluarga besarnya subjek R bisa menerima keadaan
terhadap stres. Individu dengan kepribadian hardiness yang dialaminya saat ini subjek R juga selalu berusaha agar
senang bekerja keras karena dapat menikmati pekerjaan anaknya dapat berkembang dengan optimal bagaimanapun
yang dilakukan, senang membuat sesuatu yang harus caranya.
dimanfaatkan dan diisi agar mempuyai makna dan membuat Dimensi yang ketiga adalah challenge,
individu tersebut sangat antusias dalam menyongsong masa kecenderungan untuk memandang suatu perubahan dalam
depan, karena perubahan-perubahan dalam kehidupan hidupnya sebagai suatu yang wajar dan menganggapnya
dianggap sebagai tantangan dan sangat berguna untuk sebagai sebuah tantangan yang menyenangkan. Subjek I
perkembangan hidupnya.Menurut Kobassa dan Maddi menjelaskan bahwa situasi ini bukanlan situasi yang harus
(dalam Sarafino, 1997) menjelaskan bahwa hardiness membuatnya merasa terpuruk dan menyerah namun situasi
meliputi 3 aspek yaitucommitment yaitu kemampuan ini bisa memberi pelajaran bagi dirinya agar bisa menjadi
individu untuk terlibat dalam kegiatan di lingkungan pribadi yang lebih kuat dan bersabar serta lebih mensyukuri
sekitar, control yaitu kecenderungan untuk menerima dan kehidupan yang telah diberikan oleh Tuhan, serta bisa lebih
percaya bahwa mereka dapat mengontrol dan meghargai kehidupannya dan juga menghargai kehidupan
mempengaruhi suatu kejadian dengan pengalamannya, dan orang lain karena menurut nya tidak ada kehidupan yang
challenge yaitu kecenderungan untuk memandang suatu berjalan mulus dan semua ujian yang diturunkan kepadanya
perubahan dalam hidupnya sebagai suatu yang wajar dan merupakan pembelajaran bagi dirinya agar bisa lebih
menganggapnya sebagai sebuah tantangan yang mensyukuri lagi kehidupannya.
menyenangkan. Subjek R mengungkapkan bahwa apa yang dia alami
Subjek I merupakan seorangi burumah tangga yang saat ini merupakan pelajaran untuk nya serta bisa
mengasuh sendiri anaknya yang mengalami tuna rungu membuatnya menjadi ibu yang jauh lebih sabar dan lebih
tanpa bantuan dari orang lain selain suaminya, dan subjek baik untuk anakny, banyak hikmah yang bisa dia ambil dari
R juga mengasuh anaknya sendir tanpa bantuan dari orang apa yang dia alami saat ini salah satunya yaitu banyak rezeki
lain karena dia sudah bercerai dengan suaminya menurut yang diturunkan Allah melalui keadaan anaknya saat ini.
kobasa ciri pertama yang menentukan seseorang memiliki Menurut significant other yang merupakan ibu dari
kepribadian hardiness adalah commitment yaitu subjek, selama ini subjek telah mengasuh anaknya dengan
kemampuan individu untuk terlibat dalam kegiatan di baik dan selalu mengusahakan yang terbaik untuk
lingkungan sekitar. perkembangan anaknya walaupun terkadang subjek pernah
Dimensi yang kedua adalah control yaitu mengeluh dan pernah down hingga ingin menyerah tetapi
kecenderungan untuk menerima dan percaya bahwa mereka menurut ibu subjek hal tersebut merupakan hal yang wajar
dapat mengontrol dan mempengaruhi suatu kejadian bagi seorang ibu yang mengasuh anak seorang diri dengan
dengan pengalamannya. Subjek I bahwa pada saat kekurangan yang di alaminya, namun hingga saat ini subjek
pertamakali dia mengetahui bahwa anaknya mengalami masih terus berusaha agar bisa mengasuh anaknya dengan
tunarungu dia sangat terkejut namun dia bisa menerima baik.
keadaaan tersebut dengan cepat karena selalu mendapat Dari penjelasan kasus dan teori diatas dapat disimpulkan
dukungan dari keluarganya terutama suaminya, subjek juga bahwa subjek I memeuhi semuadimensi kepribadian
tidak merasa berkecil hati apabila berada di tengah keluarga hardiness sesuai dengan teori begitu pula dengan subjek R
juga memenuhi seluruh dimensi hardiness sesuai dengan
besarnya dengan kondisi anaknya yang seperti sekarang ini,
teori, walaupun pernah ingin menyerah namun saat ini
subjek mengungkapkan bahwa selama ini dia merasa subjek R sudah tidak pernah lagi merasakan hal tersebut
mampu menghadapi kondisi ini dan dan tidak pernah ada karena telah menyadari banyak pelajaran yang ia
perasaan ingin menyerah sedikitpun dengan kondisi dapatkan.
anaknya, bahkan subjek selalu berusaha untuk mencari cara
agar anak nya dapat berkembang dengan baik layaknya
anak yang normal dan bisa hidup mandiri, subjek selalu SIMPULAN
berusaha mencari cara seperti terapi atau mengusahakan
untuk mencari tahu apakah anaknya bisa menggunakan alat Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan
bantu dengar namun belum bisa dilakukan secara maksimal mengenai “Hardiness pada ibu dalam mengasuh anak tuna
karena anaknya masih balita. rungu” dengan menggunakan metode penelitian wawancara
Subjek R awalnya down saat mengetahui anaknya semi-terstruktur dan observasi non-partisipan,
mengalami tunarungu apalagi dia harus merawat anaknya makadapatdisimpulkan bahwa subjek I dan R sama-sama
sendiri karena sudah bercerai dengan suaminya namun dapat memenuhi seluruhan aspek hardiness dengan dibantu

Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat 156


oleh dukungan dari pihak keluarga, nemun perbedaanya Tula, Jerry J. 2015. Pelayanan Penyandang Disabilitas
subjek I dari awal mendapatkan dukungan penuh dari Dalam Menggunakan Berbagai Sarana
seluruh anggota keluarganya sehingga dari awal sudah Aksebilitas.http://www.kemsos.go.id/modules.php?
memilik ikepribadian haridness sedangkan subjek R name=News&file=article&sid=18765.
melalui beberapa proses terlebih dahulu karena subjek R
hanya mendapat dukungan dari orangtuanya dan MurniWinarsih. (2007). Intervensi Dini
keluarganya namun tidak didampingi oleh suaminya, BagiAnakTunarungudalamPemerolehan Bahasa.
sehingga subjek R sempat mengalami keterpurukan hingga Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
pada akhirnya subjek R bias memiliki kepribadian DirektoratJenderal Pendidikan Tinggi.
hardiness dengan proses dan dukungan dari keluarganya. DirektoratKetenagaan

DAFTAR PUSTAKA Suharmini, Tin. 2009. Psikologi Anak Berkebutuha


nKhusus. Yogyakarta: Kanwa Publisher.
Ello, L. M, & Sandra, J.D. (2005).Assessment of the
relationship between parenting stress and achild’s Belsky, J. (1993). Etiology of child maltreatment: A
ability to functionally communicate.Research on developmental-ecological analysis. Psychological
Social WorkPractice, 15(6), 531-544.
Bulletin, 114, 413-434.
Greenspan, S. I., Serena, W., & Robin, S. (2006). Anak
Bartone, P. T., Hystad, S. W., Eid, J., &Brevik, J. I. (2012).
berkebutuhan khusus. Jakarta: Kanoman.
Psychological Hardiness and Coping Style as
Puspitawati, H. (2010). Persepsi tentang konsep dan peran Risk/Resilience Factors for Alcohol Abuse. Journal
gender terhadap pekerjaan domesticdan publik pada of Military Medicine, 517-524.
mahasiswa IPB. Institusi Pertanian Bogor.Diakses
padatanggal 13 September 2014, Maddi, Salvatore R. 2002. The Story of Hardiness :Twenty
darihttp://ejournal.stainpurwokerto.ac.id/index.php/ years of theorizing, Research, and practice .
yinyang/article/view/112 Consulting Psychology Journal.

Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat 157


WELL-BEING PADA LANSIA DITINJAU DARI
KEINGINAN UNTUK BERTEMPAT TINGGAL DIPANTI WERDHA
WELL-BEING OF THE ELDERLY REVIEWED FROM DESIRE TO LIVE IN NURSING HOME

Marina Dwi Mayangsari1, Febry Juliyanto2


Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat, Jl.A.Yani Km.36,
Banjarbaru, Indonesia

E-mail: md.mayangsari@unlam.ac.id
No.Handphone: 085752337915

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui well-being pada lansia ditinjau dari keinginan bertempat tinggal di panti werdha.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode kualitatif dengan teknik pengumpulan data berupa wawancara
dan observasi. Subjek penelitian adalah 2 orang lansia yang tinggal di panti werdha, terdiri atas lansia yang memilih
bertempat tinggal di panti werdha oleh karena keinginan sendiridan yang bukan karena keinginan nya sendiri. Hasil
penelitian menunjukan bahwa lansia yang memilih bertempat tinggal di panti werdha karena keinginannya sendiri memiliki
well-being yang lebih baik daripada yang bukan karena keinginannya sendiri, hal ini dikarenakan lansia yang tinggal karena
keinginannya sendiri lebih menerima keadaannya di panti werdha sedangkan lansia yang tinggal bukan karena keinginan
sendiri merasa kurang puas dengan kehidupannya di panti werdha. Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa
pemilihan terhadap tempat tinggal dapat mempengaruhi psychological well-being lansia, seseorang yang tinggal karena
pilihan atas keinginan sendiri akan memunculkan rasa penerimaan dan kepuasan terhadap kondisi dimana ia tinggal,
demikian sebaliknya.

Kata Kunci : Well-being, Lansia, PantiWerdha, Keinginan bertempat tinggal

ABSTRACT

This study aims to find out well-being of the elderly reviewed from desire to live in nursing home. The method used in this
research is qualitative with interview and observation technique. The subjects of the study were 2 elderly people living in the
nursing home, consisting of elderly who chose to live in the nursing home because of their own desire and not because of their
own desire. The results showed that the elderly who chose to live in the nursing home because of their own desire to have a
better well-being than those not because of his own desire, this is because the elderly who live because of his own desire more
accept the situation at the nursing home while the elderly who live not because his own desire was not satisfied with his life
at the nursing home. Based on this study can be concluded that the choice of residence may affect the psychological well-
being of the elderly, a person living by choice of own desire will generate a sense of acceptance and satisfaction with the
conditions in which he lives, and vice versa.

Keywords : Well-being, Elderly, Nursing Home, Desire to live

Lansia atau lanjut usia adalah masa dimana individu sudah membentuk keluarga merekasendiri, maka lepaslah
yang berada pada tahap akhir perkembangan hidup tanggung jawablansiadan ia kembali lebih bebas seperti
manusia. Menurut Peraturan Pemerintah Republik pada masa lalu. Kewajiban mengasuh, membiayai,
Indonesia Nomor 43 Tahun 2004, lanjut usia adalah mendidik dan mengawasi anak-anak tidak lagi dilakukan.
seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun keatas. Tetapi pada saat kebebasan diperoleh, ia telah berada pada
Berdasarkan data proyeksi penduduk menurut Kementrian kondisi kemunduran fisik biologis dan psikologis, serta
kesehatan RI dalam Analisis Lansia di Indonesia (2017), hilangnya anak-anak dari rumah. Terjadinya perubahan
diperkirakan tahun 2017 terdapat 23,66 jutajiwa penduduk struktur keluarga serta penurunan fisik menyebabkan
lansia di Indonesia (9,03%).Diprediksi jumlah penduduk lansia terabaikan dan kesepian. Dalam kondisi ini untuk
lansia tahun2020 (27,08 juta), tahun 2025 (33,69 mencapai suatu kebahagiaan di masa tua dan menghindari
juta),tahun 2030 (40,95 juta) dan tahun 2035 (48,19 juta). kesepian salah satu solusi yang bisa dipilih lansia adalah
Ketika seseorang mencapai usia lanjut, dan anak-anak tinggal di panti werdha.

Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat 158


Panti werdha adalah sebuah tempat perawatan dan wawancara dibuat berdasarkan aspek- aspekpsychological
pelayanan kesehatan untuk lansia yang disediakan well-being pada lansia seperti penerimaan diri, hubungan
pemerintah dengan harapan lanjut usia dapat menikmati positif dengan sesama, autonomi, penguasaan lingkungan,
hidupnya dengan rasa aman, tentram lahir dan bathin. tujuan dalam hidup, dan pertumbuhan pribadi. Metode
Keuntungan bagi lansia yang tinggal di panti werdha observasi digunakan untuk mengamati penampilan
adalah selain dapat bersosialisasi dengan teman sebaya, perilaku subjek yang meliputi ciri fisik, sifat, penampilan
juga tersedia perawatan kesehatan dan kegiatan yang dan pembawaan juga dalam perilaku ketika wawancara.
dikhususkan untuk lansia.Keberadaan panti werdha di Observasi dilakukan untuk mengungkap respon subjek
tengah masyarakat sebenarnya bisa membantu dalam menjawab pertanyaan wawancara, serta ada atau
meringankan tugas keluarga untuk merawat orang tua dan tidaknya ketidakjujuran dalam jawaban yang diberikan
memberi kesempatan pada orang tua untuk beraktivitas subjek.
dengan teman baru yang sebaya kekurangan diantaranya
adalah kesepian, keterasingan dari lingkungan dan HASIL DAN PEMBAHASAN
ketergantungan. Hal ini membuat lansia merasa
kekurangan kebahagiaan, kehilangan hasrat dan merasa Berdasarkan hasil wawancara pada subjek subjek S
kurangnya perhatian dari keluarga. Perasaan tersebut awalnya ia tidak betah tinggal dipanti, namun seirig waktu
muncul dikarenakan rendahnya tingkat psychological berjalan sudah mulai merasa nyaman tinggal di
well-being pada diri lansia tersebut. pantiwerdha, selama di panti werdha subjek sering merasa
Pada akhirnya, pemilihan tempat tinggal dapat bosan dengan kegiatan yang dirasa itu-itu saja
mempengaruhi psychological well-being padal dibandingkan denganmasalalunya yang banyak kegiatan.
ansia. Psychological well-being merupakan Hasil wawancara pada subjek F mengaku memutuskan
realisasi dan pencapaian penuh dari potensi tinggal di pantiwerdha karena kemauan sendiri. Dulu ia
individu dimana individu dapat menerima seorang petani karena sekarang sudah tidak kuat lagi dan
alasan kemiskinan maka subjek memilih tinggal di panti
kekurangan dan kelebihan dirinya, mandiri,
werdha, ia mengakui menikmati tinggal dipanti werdha
mampu membina hubungan positif dengan orang karena tempat tinggal dan makan sudah dipenuhi oleh
lain, dapat menguasai lingkungannya dalam arti pihak panti sehngga ia tidak memiliki ketakutan lagi
memodifikasi lingkungannya agar sesuai dengan karena tinggal dipanti werdha hidupnya terjamin.
keinginannya, memiliki tujuan hidup, serta terus Berdasarkan aspek-aspek well being menurut
mengembangkan pribadinya. Psychological well- Ryff(2005) yang terdiri atas penerimaan diri, hubungan
positif dengan sesama dan autonomi, maka penerimaan
being bukan hanya kepuasan hidup dan
diri kedua subjek sudah cukup baik, karena memiliki rasa
keseimbangan antara afek positif dan afek negatif pasrah dan menerima situasi mereka sekarang tinggal di
namun juga melibatkan persepsi dari keterlibatan pantiwerdha. Namun pada subjek F lebih menyukai
dengan tantangan-tantangan sepanjang hidup tinggal di panti werdha karena sudah terjamin masa
(Ryff, 1989). Dari penjelasan tersebut maka tuanya, sedangkan subjek S lebih menyukai dirinya dahulu
peneliti tertarik untuk mengetahui Well-being pada yang lebih sehat dan dapat mencari uang sendiri dari pada
lansia ditinjau dari keinginan untuk bertempat diam di panti.
Seseorang yang memiliki hubungan positif dengan
tinggal di panti werdha
orang lain mampu membina hubungan yang hangat dan
penuh kepercayaandengan orang lain (Ryff, 1995).Pada
Metode Penelitian aspek hubungan dengan sesame subjek S dan F sudah
sangat baik, mereka saling mengenal penghuni panti yang
Subjek penelitian adalah 2 orang lansia yang tinggal lain.
di panti werdha, terdiri atas subjek 1 berinisial S berusia74 Ciri seorang yang memiliki tingkat autonomi yang
Tahun telah tinggal di panti werdha lebih dari 5 tahun, tinggi yaitu orang yang dapat melakukan tugasnya sendiri
namun awal tinggal disana bukan karena keinginannya atau mandiri (Ryff, 2005), pada subjek S dan F memiliki
sendiri, sedangkan subjek 2 berinisial F berusia72 Tahun tingkat yang baik walaupun ada pengasuh, tugas nya
telah tinggal di panti werdha selama 1 tahun yang memilih hanya untuk menjaga dan membantu lansia dan selebihnya
bertempat tinggal di panti werdha oleh karena keinginan bias dilakukan lansia sendiri. Penguasaanl ingkungan
sendiri dengan alas an fisik sudah tidak kuat lagi dan pada subjek S dan F juga sangat baik dilihat dari
mengalami kemiskinan, ia ingin tinggal di panti karena pengenalan antar penghuni lain dan kedekatan dengan
merasa masa depannya akan lebih terjamin. pengasuh.
Metode pengumpulan yang digunakan dalam Well-being juga dapat tercermin dari tujuan dalam
penelitian ini adalah wawancara dan observasi. Metode hidup yaitu adalah seseorang yang mempunyai komitmen
wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah dalam mengejar tujuan hidupnya, dia akan dapat
wawancara semi terstruktur. Tujuan dari wawancara jenis memahami makna hidup dan mampu mengatasi masalah
ini adalah untuk menemukan permasalahan secara lebih (Ryff, 2005)Hal itu memiliki arti pada masa sekarang dan
terbuka, dimanapihak yang diajak wawancara diminta masa lalu dalam kehidupan. Pada subjek F memiliki
pendapatdan ide-idenya (Creswell,2010). Panduan tingkat yang baik dalam aspek ini karena memang pilihan

Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat 159


nya sendiri tinggal di panti werdha dan menikmati tinggal SIMPULAN
disana, sedangkan pada subjek S kurang pada aspek ini
karena memang tujuan awalnya bukan kehendaknya Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan
sendiri tinggal dipanti werdha dan kurang menikmati mengenai well-being pada lansia ditinjau dari keinginan
kegiatan disana. bertempat tinggal di panti werdha dapat digambarkan
Sedangkan aspek terakhir yakni pertumbuhan pribadi bahwa lansia yang memilih bertempat tinggal di panti
adalah dimana seseorang tidak melihat orang lain untuk werdha karena keinginannya sendiri memiliki well-being
mendapatkan persetujuan, tetapi mengevaluasi diri dengan yang lebih baik dari pada yang bukan karena keinginannya
menggunakan standard pribadinya (Ryff, 2005). Pada sendiri, hal ini dikarenakan lansia yang tinggal karena
subjek F ia memiliki tingkat yang baik secara keinginannya sendiri lebih menerima keadaannya
pertumbuhan pribadi karena memiliki pilihan sendiri sehingga sangat menikmati dan jarang mengeluh dengan
untuk tinggal dipanti werdha dan tidak atas dasar situasi di panti werdha sedangkan lansia yang tinggal
kehendak orang lain. Berikut gambaran ringkas gambaran bukan karena keinginan sendiri merasa kurang puas
well-being pada kedua subjek : dengan kehidupannya di panti werdha. Berdasarkan hal
tersebut dapat disimpulkan bahwa pemilihan terhadap
tempat tinggal dapat mempengaruhi psychological well-
being lansia, seseorang yang tinggal karena pilihan atas
keinginan sendiri akan memunculkan rasa penerimaan dan
kepuasan terhadap kondisi dimana ia tinggal, sebaliknya
seseorang yang memilih tempat tinggal bukan karena
keinginan sendiri cenderung masih kurang puas dengan
kondisi yang ia rasakan ditempat tersebut.

DAFTAR PUSTAKA
Bechtel, Robert B & Churchman, Arza. (2002).
Handbook of Environmental Psychology. John
Wiley&Dons, Inc.

Creswell, John W (2010). Research


Well-being seseorang juga ditentukan oleh beberapa Design Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan
factor seperti usia, jenis kelamin, status social dan Mixed.Yogyakarta: PustakaPelajar.
ekonomi, dan budaya. Menurut Ryffdan Keyes (1995)
seiring bertambah nya usia penguasaan lingkungan dan Kementriankesehatan RI. (2017). AnalisisLansia Di
otonomi juga bertambah seiring bertambahnya usia. Indonesia. Pusat data dan informasi
Sebaliknya tujuan hidup dan pertumbuhan pribadi
mengalami penurunan. Ryff, C. D. (1989). Happiness is everything, or is it ?
Pada penelitian Ryffdan Keyes (1995) menemukan Explorations on the meaning of
bahwa wanita memiliki skor yang lebih tinggi dari pada psychological well-being. Journal of
laki-laki dalam hubungan positif dengan sesame dan Personality and Social Psychology, 57, 1069-
pertumbuhan pribadi. 108
Status social dan ekonomi juga mempengaruhi well-
being seseorang. Seperti perbedaan kelas social dan Ryff, C. D. (1995). Psychological Well-Being in Adult
pekerjaan akan mempengaruhi penerimaan diri dan tujuan Life. Current Directions In Psychological Science,
hidup, semakin tinggi kelas social seseorang semakin baik vol 4:99-104
pula penerimaan diri dan tujuan hidup (Ryff, 1995).
Pada penelitian di Amerika dan Korea Selatan Ryff, C. dan Keyes. C. 2005. The Ryff Scales of
Ryffdan Keyes (1995) menemukan bahwa terdapat Psychological Well-
perbedaan pada hubungan dengan sesame dan penerimaan
diri. Hal ini dapat disebabkan oleh orientasi budaya yang Being.Journal of Personality and Social Psychology.
lebih kolektif dan saling ketergantungan. Volume

Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat 160


FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KINERJA KOGNITIF PADA
MAHASISWA DI TINJAU DARI PENGATURAN RUANG KELAS
FACTORS AFFECTING COGNITIVE PERFORMANCE ON STUDENTS IN THE REVIEW OF THE
CLASSROM SETTING

Marina DwiMayangsari1, Jayanti Puji Astuti 2


Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat, Jl.A.Yani Km.36,
Banjarbaru, Indonesia
E-mail: md.mayangsari@unlam.ac.id
No.Handphone: 085752337915

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi kinerjakognitif pada mahasiswa ditinjau dari
pengaturan ruang kelas. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode kualitatifdenganteknikpengumpulan data
berupawawancaradanobservasi. Subjek penelitian ini adalah mahasiswa psikologi angkatan 2016 sebanyak 4 orang subjek.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ke empat orang subjek mengaku bahwa adanyapengaturan ruang kelasberdampak
positif terhadap kinerja kognitif mereka di dalam kelas, seperti pengaturan suhu ruangan, metode yang digunakan terkait
dengan variasi tempat duduk, luas ruangan, pencahayaan, termasuksikap dan kemampuan pengajar dalam memberikan
materi kepada mahasiswa. Berdasarkan hasil yang diperoleh maka penelitian ini dapat digunakan sebagai studi awal
bagipenelitian-penelitian tentangpsikologi ingkungan yang lebih luas dan kaitannya dengan setting pendidikan.Selainitu
setelah mengetahui faktor yang dapat mempengaruhi kinerja kognitif pada mahasiswa di dalamruang
kelasmakapenelitianinijugadapatmenjadibahanpertimbangan pengajar mengenai pentingnya pengaturan ruang kelas bagi
kinerja kognitif mahasiswa di dalam pembelajaran yang akan diterapkan.

Kata Kunci : kinerja kognitif, pengaturan ruang kelas, mahasiswa psikologi

ABSTRACT

This study aims to determine the factors that affect cognitive performance on students in terms of classroom setting. The
method used in this research is qualitative with interview and observation technique. The subjects of this study are students
of psychology class of 2016 as many as 4 people subject. The results showed that the four subjects admitted that there were
positive effect from classroom setting to their cognitive performance, such as setting of room temperature, the method used
in relation to seat variation, room width, lighting, besides the ability of the teacher to give the material to the students. Based
on the results obtained, this research can be used as a preliminary study for broader environmental psychology research and
its relation to educational setting. In addition, after knowing the factors that can affect the cognitive performance of students
in the classroom then this study can also be a consideration of the teacher about the importance of setting the classroom for
student cognitive performance in the learning that will be applied.

Keyword: kinerja kognitif, pengaturan ruang kelas, psychology student

Pendidikan dalam KBBI merupakan proses secara maksimal dan mencapai tujuan pembelajaran yang
pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok ingin dicapai, guru selain harus menguasai topik
orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pembelajaran yang disampaikan kepada siswa juga harus
pengajaran dan pelatihan. Pendidikan juga termasuk usaha mampu mengelola kelas dengan baik secara fisik maupun
sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan non fisik (Bahrur, 2011).
proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif Dalam pengelolaan kelas ada dua subjek yang
mengembangkan potensi dirinya. Pembelajaran dapat memegang peranan yaitu guru dan siswa. Guru sebagai
didefinisikan sebagai pengaruh permanen atas perilaku, pengelola, sebagai pemimpin mempunyai peranan yang
pengetahuan, dan keterampilan berpikir (Santrock, lebih dominan dari siswa. motivasi kerja guru dan gaya
2007).Dalam proses pembelajaran, khususnya pembelajaran kepemimpinan guru merupakan komponen yang akan ikut
formal di Indonesia tak lepas dari proses pembelajaran di menentukan sejauh mana keberhasilan guru dalam
dalam kelas. Untuk kelangsungan proses pembelajaran mengelola kelas (Bahrur, 2011).

Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat 161


Salah satu faktor yang mempengaruhi motivasi Dari latar belakang tersebut, maka peneliti tertarik
belajar berasal dari kondisi lingkungan fisik yang mengitari untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi kinerja
peserta didik. Peserta didik disekolah lebih banyak belajar kognitif pada siswa ditinjau dari pengaturan lingkungan fisik
dikelas daripada diluar kelas karena kelas merupakan setting kelas.
untuk berbagai aktivitas atau kegiatan, mulai dari kegiatan
akademis sampai kegiatan sosial. Oleh sebab itu, lingkungan METODE PENELITIAN
fisik kelas sangat berperan dalam menciptakan suasana
kondusif yang mendorong peserta didik untuk belajar Subjek dalam penelitian ini adalahmahasiswa
sehingga penataan ruang dan fasilitas yang ada di kelas psikologi ULM sebanyak empat orang. Subjek pertama R,
hendaknya meningkatkan motivasi peserta didik untuk berjenis kelamin laki-laki berusia 19 tahun. Subjek kedua S
belajar. Hal tersebut didukung oleh hasil penelitian Yesim perempuan berusia 19 tahun. Subjek ketiga RY perempuan
Bektas-Cetinkaya dan Nesrin Oruc (2011) menyebutkan berusia 20 tahun dan subjek ke empat N laki-laki berusia 20
bahwa lingkungan fisik belajar memiliki pengaruh positif tahun. Penggalian data dilakukan di gedung Psikologi FK
terhadap motivasi mahasiswa dalam mempelajari bahasa, ULM dan Aula FK ULM.
disamping status sosial ekonomi. Penelitian tersebut Penggalian data dilakukan menggunakan metode
menunjukkan bahwa tingkat motivasi mahasiswa universitas wawancara semi terstruktur dan observasi nonpartisipan.
swasta terbukti signifikan lebih tinggi dari mahasiswa Peneliti menggunakan wawancara semi tertsruktur yang
universitas umum. Pengelolaan kelas secara fisik, dalam merupakan bentuk dari wawancara mendalam, sehingga
pembelajaran dapat dilakukan dengan pengaturan ruang peneliti mendapatkan gambaran yang mendalam mengenai
kelas seperti keberadaan papan tulis. Papan tulis merupakan topik yang sedang diteliti. Sedangkan,dalam observasi
fasilitas dalam pembelajaran. Papan tulis yang dapat terlihat nonpartisipan peneliti tidak terlibat pada aktivitas sehari-
jelas oleh siswa, memungkinkan siswa memahami apa yang hari orang yang sedang diamati dan hanya sebagai
diterangkan oleh guru. Selain masalah estetika, salah satu pengamatin dependen. Peneliti menggunakan guide
masalah terbesar dalam menata ruangan yaitu berhubungan interview dan juga guide observasi.
dengan penglihatan. Papan tulis dalam ruang kelas memang
harus dapat terlihat oleh semua siswa (Lou, Anne, 2015) HASIL DAN PEMBAHASAN
Neisser (Syah,2002:65) menjelaskan istilah
cognitive berasal dari kata cognition, yang berarti knowing Pada penelitian ini, peneliti menggunakan komponen
atau mengetahui, yang dalam arti luas berarti perolehan, dalam aspek-aspek kinerja kognitif berdasarkan teori
penataan dan penggunaan pengetahuan. Menurut Mayers Benyamin S. Bloom. Menurut Benyamin S. Bloom ada
(Desmita, 2010) kognitif merupakan kemampuan enam tingkatan dengan aspek belajar yang berbeda-beda
membayangkan dan menggambarkan benda atau peristiwa dalam kinerja kognitif, yaitu pertama Pengetahuan
dalam ingatan dan bertindak sesuai penggambaran tersebut. (knowledge) adalah kemampuan seseorang untuk mengingat
Piaget (Syah,2002) mengatakan bahwa kinerja kognitif kembali (recall) atau mengenali kembali tentang nama,
merupakan hasil perbaikan dari perkembangan tahap istilah, ide, gejala, rumus-rumus dan sebagainya tanpa
sebelumnya, sedangkan menurut Arpan (2012) kinerja mengharapkan kemampuan untuk menggunakannya. Kedua
kognitif adalah istilah yang digunakan untuk menjelaskan yaitu Pemahaman (comprehension) adalah kemampuan
semua aktivitas mental yang berhubungan dengan persepsi, seseorang untuk mengerti atau memahami sesuatu setelah
pikiran dan ingatan, dan pengolahan informasi yang sesuatu itu diketahui atau di ingat. Ketiga yaitu Penerapan
memungkinkan seseorang untuk memperoleh pengetahuan. (application)adalah kesanggupan seseorang untuk
Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Arpan, dkk (2016) menerapkan atau menggunakan ide-ide umum,
menunjukkan bahwa ada hubungan antara kemampuan tatacaraataupunmetode-metode, prinsip-prinsip, rumus-
kognitif dan psikomotor mahasiswa dalam mempersiapkan rumus, teori-teoridan sebagainya dalamsituasi yang
diri untuk workshop komputer Prodi PTIK IKIPPGRI barudankonkret. Keempat yaitu Analisis
Pontianak. (analysis)mencakup kemampuan untuk merinci suatu
Dari studi pendahuluan yang dilakukan di Fakultas kesatuan kedalam bagian-bagian sehingga struktur
Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat Prodi keseluruhan atau organisasinya dapat dipahami dengan baik.
Psikologi, didapatkan hasil bahwa tata letak papan tulis dan Kelima yaitu Sintesis (synthesis) adalah kemampuan
(liquid crystal display) dapat terlihat dengan jelas oleh seseorang untuk merinci atau menguraikan suatu bahan atau
mahasiswa. Untuk penataan tempat duduk, menurut subjek keadaan menurut bagian-bagian yang lebih kecil dan mampu
terkadang ada variasi tempat duduk yang diminta oleh dosen memahami hubungan di antara bagian-bagian atau faktor-
tergantung metode pembelajaran yang digunakan. Misal faktor yang satu dengan faktor-faktor yang lainnya.Keenam
menggunakan metode jigsaw, maka variasi tempat duduk yaitu Evaluasi (evaluation) menurut Bloom
pun dibuat seperti melingkar atau bahkan berkelompok- evaluasimerupakan jenjang berpikir paling tinggi dalam
kelompok kecil, sedangkan jika menggunakan metode ranah kognitif. Penilaian atau evaluasi disini merupakan
persentasi maka variasi tempat duduk pun juga kemampuan seseorang untuk membuat pertimbangan
menyesuaikan. Menurut subjek, ia sangat menyukai jika terhadap suatu situasi, nilai, atau ide.
tempat duduk dibuat bervariasi setiap pembelajaran karena Berdasarkan hasil observasi dan wawancara.
menurut subjek hal itu akan membuat mahasiswa tidak padasubjek 1, subjek adalah seorang laki-laki yang berusia
merasa jenuh.

Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat 162


19 tahun yang merupakan mahasiswa psikologi, dari hasil hasil wawancara peneliti, semua subjek mengaku bahwa
wawancara tersebut subjek 1 mengatakan bahwa pengaturan biasanya mereka jarang sekali untuk dapat membuat
ruang kelas memiliki pengaruh terhadap kinerja kognitif, pelajaran tersebut dipahami jika informasi yang
begitu pula dengan subjek 2 seorang perempuan yang disampaikan tidak seutuhnya atau hanya sedikit saja karena
berinisial S dan berusia 19 tahun, subjek 3 seorang menurut mereka yang mereka pelajari merupakan ilmu-ilmu
perempuan yang berinisial RY berusia 20 tahun dan subjek baru sehingga akan lebih mudah dipahami jika dijelaskan
4 seorang laki-laki berusia 20 tahun. Menurut hasil dengan rinci.
wawancara semua subjek mengatakan bahwa ada Sintesis yaitu kemampuan untuk memilah dan
pengaturan ruang kelas mempengaruhi kinerja menghubungkan suatu informasi pengetahuan yang
kognitif.Enam aspek kinerja kognitif dari Benyamin S. didapatkan. Menurut subjek 1, 3 dan 4 mereka sering sekali
Bloom yang akan di ungkap peneliti terhadap empat orang mengaitkan antara pelajaran satu dengan pelajaran lainnya,
subjek, yaitu: seperti materi pelajaran yang didapatkan pada semester awal
Pengetahuan yaitu kemampuan untuk akan kembali dipelajari di semester berikutnya, oleh sebab
menghafalkan atau mengingat kembali tentang definisi, itu mereka berusaha mengingat materi pelajaran yang telah
rumus atau ide-ide. Berdasarkan hasil wawancara, semua dipelajari dengan cara mencatat nya agar bisa di pelajari
subjek mengatakan bahwa cara mereka untuk dapat kembali jika di lain waktu diperlukan.
mengingat pelajaran yaitu dengan cara mencatat materi Evaluasi menurut Bloom merupakan jenjang berfikir
yang disampaikan oleh dosen sehingga nantinya materi paling tinggi dalam ranah kognitif yang merupakan
tersebut dapat dipelajari kembali sesampainya dirumah atau kemampuan seseorang untuk membuat pertimbangan
diskusi bersama teman diluar kelas baik secara offline terhadap suatu situasi seperti jika seseorang dihadapkan
maupun online. pada beberapa pilihan maka ia akan mampu memilih satu
Pemahaman yaitu kemampuan untuk mengerti atau pilihan yang terbaik. Berdasarkan hasil wawancara, keempat
memahami sesuatu yang telah ia ketahui. Menurut subjek 1 subjek mengatakan bahwa pengambilan keputusan biasanya
dan subjek 4, mereka dapat memahami pelajaran tergantung dilakukan dengan cara berdiskusi dengan teman-teman, baik
bagaimana materi tersebut disampaikan, disamping hal itu tugas individu maupun tugas kelompok, karena menurut
tersebut, suhu ruangan, luas ruangan serta metode yang subjek ketika berdiskusi maka saran-saran dari teman-teman
digunakan juga mempengaruhi kinerja kognitif mereka . akan menjadi bahan pertimbangan dalam membuat
Suhu udara yang panas, luas ruangan yang tidak sesuai keputusan yang terbaik.
dengan jumlah mahasiswa sehingga membuat ruangan Menurut Ahamd Susanto (2011) faktor-faktor yang
menjadi panas seringkali membuat subjek 1 dan subjek 4 dapat mempengaruhi perkembangan kinerjakognitif, antara
menjadi kurang konsentrasi, sedangkan paad ssubjek 2 dan lain Faktor Hereditas atau keturunan, menurut hasil
subjek 3, selain hal tersebut yang turut mempengaruhi wawancara, orang tua masing-masing subjek mempunyai
kinerja kognitif mereka adalah pencahayaan, menurut intelegensi masing-masing yang turut mempengaruhi
subjek 3 kadang-kadang jika pada saat perkuliahan cuaca kognitif anak.Faktor lingkungan, berdasarkan hasil
menjadi mendung yang mengakibatkan pencahayaan di wawancara, semua subjek berpendapat bahwa faktor
ruang kelas menjadi berkurang hal ini akan menyebabkan lingkungan turut berpengaruh terhadap kinerja kognitif
menurunnya konsentrasi. mahasiswa, oleh sebab itu dikelas mereka hanya berteman
Untuk metode pembelajaran, semua subjek dengan orang-orang yang mereka anggap akan memberi
mengatakan mereka lebih menyukai metode ceramah atau dampak positif terhadap mereka, karena masing-masing
bisa juga dengan kelompok-kelompok kecil namun tetap subjek mempunyai teman sendiri yang dapat di ajak untuk
diberikan feedback ketika di akhir perkuliahan, semua berdiskusi terkait materi pelajaran.
subjek beranggapan karena mereka masih dalam tahap Faktor kematangan juga berpengaruh pada diri subjek,
belajar oleh sebab itu harus di sampaikan kembali oleh menurut subjek 1 yang merupakan lulusan SMK, tentunya
dosen apa yang telah mereka pelajari, sedangkan untuk akan jauh berbeda pengetahuan yang dimliki dibandingkan
tempat duduk subjek 1,2 dan 4 mengaku lebih menyukai dengan lulusan SMA, oleh sebab itu subjek 1 berusaha
dengan pola Leather U, sedangkan untuk subjek 3 lebih semaksimal mungkin untuk dapat menyesuaikan diri dengan
menyukai posisi duduk tradisional menghadap ke depan jurusan perguruan tinggi yang sekarang ia jalani, berbeda
namun menurut subjek 3, ia tetap tidak keberatan jika dengan subjek 2, 3 dan 4 yang merupakan lulusan SMA,
menggunakan variasi tempat duduk yang lain. sehingga pengetahuan yang didapatkan selama di sekolah
Penerapan yaitu kemampuan untuk kemampuan akan berbeda dengan subjek 1 yang lulusan dari SMK.
menerapkan pelajaran ke dalam situasi yang baru. Faktor pembentukan, berdasarkan hasil wawancara
Beradasarkan hasil wawancara, semua subjek mengatakan peneliti kepada empat orang subjek yaitu, faktor pembentuk
bahwa sejauh ini mereka dapat menerapkan ilmu disini yang lebih berperan yakni secara sengaja dalam hal ini
pengetahuan yang mereka dapatkan kedalam kehidupan perguruan tinggi, cara dosen dalam menyampaikan materi
sehari-hari jika mereka memahami dengan baik pelajaran dikelas akan berpengaruh terhadap cogntive performance
tersebut, misal saat praktikum konseling teori-teori yang mahasiswa.
didapatkan tersebut dapat mereka aplikasikan ke praktik. Faktor minat bakat, hasil wawancara kepada subjek 1
Analisis yaitu mencakup kemampaun untuk merinci dan subjek 2 yang mengatakan bahwa jurusan yang mereka
suatu informasi pengetahuan agar pengetahuan tersebut jalani sekarang tidak sesuai dengan minat dan bakat mereka,
dapat dipahami dengan baik..Dalam hal ini berdasarkan namun karena saran dari orang tua yang menyarakan mereka

Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat 163


untuk mengambil jurusan yang sekarang ini. Hal ini akan metode pembelajaran yang bervariasi juga membuat
berbeda cognitve performance antara subjek 1 dan subjek 2 mahasiswa tidak merasakan kejenuhan dalam belajar karena
dengan subjek 3 dan subjek 4 yang memilih jurusan sesuai adanya variasi dalam penataan tempat duduk. Luas ruangan
dengan minat dan bakat mereka. juga mempengaruhi kinerja kognitif mereka misal
Faktor kebebasan, kebebasan disini terkait dengan menggunakan metode jigsaw yang luas ruangannya tidak
pengaturan ruang kelas yaitu dosen memberikan kebebasan sebanding dengan jumlah mahasiswa maka akan
untuk setiap mahasiswa bertanya mengenai pelajaran yang menganggu konsentrasi mahasiswa karena terdengar suara-
belum di mengerti, namun berdasarkan hasil wawancara suara dari kelompok-kelompok lain, begitupula dengan
peneliti dengan ke empat subjek, bahwa seringkali subjek kejelasan pandangan mahasiswa terhadap materi yang
tidak memanfaatkan dengan baik kesempatan tersebut ditampilkan dalam LCD, jika materi sulit untuk dibaca maka
karena beberapa alasan, untuk subjek 1, subjek 2 dan subjek mahasiswa akan merasa malas untuk mencatat dan
3 mengaku bahwa mereka adalah sosok yang pemalu memperhatikan pelajaran.
dikelas, jika ada pertanyaan maka subjek akan meminta Saran untuk subjek sebagai seorang mahasiswa
teman disamping untuk menanyakan pertanyaan mereka maka belajar bukan hanya ketika diperkuliahan tetapi akan
kepada dosen karena disamping merasa malu untuk lebih baik jika mengulang kembali pelajaran tersebut
menyampaikan pertanyaan, subjek juga mengatakan bahwa dirumah dan jangan takut atau merasa malu untuk bertanya
takut jika pertanyaan mereka tidak sesuai konteks walaupun dikelas ketika tidak memahami materi pelajaran. Saran
hal tersebut tidak terbukti namun karena mereka malu maka untuk dosen atau pengajar agar dapat menerapkan
mereka beranggapan seperti itu. Sedangkan untuk subjek 4 pengaturan ruang kelas yang baik agar mampu
mengaku jarang sekali bertanya didepan kelas karena meningkatkan kinerja kognitif pada mahasiswa, seperti
menurut subjek 4 merupakan tipe yang lambat dalam memperhatikan metode-metode yang akan digunakan dalam
berfikir, menurut subjek seringkali pertanyaan tersebut pembelajaran hingga menerapkan variasi tempat duduk.
muncul setelah proses perkuliahan selesai hal ini karena Saran untuk peneliti selanjutnya yakni penelitian ini
subjek 4 lebih sering mengulang atau memahami kembali melakukan observasi dan wawancara dalam waktu yang
pelajaran yang telah disampaikan tersebut untuk dipelajari singkat, sehingga peneliti hanya dapat mengungkap dari segi
kembali dirumah. Hal ini dikarenakan subjek yang lebih lingkungan fisik kelas, diharapkan untuk peneliti
suka jika belajar sambil makan atau minum sedangkan di selanjutnya agar bisa menggali lebih dalam terkait
kelas ada beberapa larangan agar saat perkuliahan dimulai lingkungan non fisik kelas yang mungkin saja berpengaruh
tidak diperkenankan makan walaupun ada peraturan yang terhadap kinerja kognitif pada mahasiswa.
memperbolehkan diruang kelas sambil minum.
Berdasarkan hasil wawancara dengan empat subjek DAFTAR PUSTAKA
tersebut, maka pengaturan ruang kelas yang dilakukan
dapat efektif dalam meningkatkan kinerja Ahmadi, A & Uhbiyati , N (2001). Ilmu Pendidikan. Jakarta
kognitifmahasiswa secara positif yaitu metode pembelajaran : Rineka Cipta
dari dosen yang dibuat bervariasi, variasi tempat duduk
seperti leather U atau berkelompok-kecil membuat Ahmad Susanto. (2011). Perkembangan Anak Usia Dini.
mahasiswa tidak merasa jenuh, luas rungan juga Jakarta: Kencana Prenada. Media Group
mempengaruhi kinerja kognitif mahasiswa karena jika
ruangan sempit tidak sebanding dengan jumlah mahasiswa Arnoldd .Froese etc (2012). Effect sof class room cell phone
maka jarak antar tempat duduk akan semakin dekat, hal ini Useo nexpectedandactuallearning. Journal Of
tentunya akan membuat terhalangnya pandangan mahasiswa Collage Students. 46(2):323-332.
atau bahkan kemungkinan untuk berbicara dengan teman
disamping juga semakin tinggi dan jika ruangan sempit Asmani, J.M (2011). 7 Tips Aplikasi PAKEM :
maka akan membuat ruangan semakin panas, karenanya Pembelajaran Aktif, dan Menyenangkan. Jogjakarta:
suhu ruangan juga turut berpengaruh karena ruangan yang Diva Press.
terlalu panas atau terlalu dingin akan mengganggu
konsentrasi pada mahasiswa. Bloom, Benjamin S., etc. 1956. Taxonomy of Educational
Objectives : The Classification of Educational Goals,
SIMPULAN Handbook I Cognitive Domain. New York :
Longmans, Green and Co.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan
mengenai faktor yang mempengaruhi kinerja kognitif pada Creswell, J. W. (2010). Research Design : Pendekatan
mahasiswa ditinjau dari pengaturan ruang kelas Kualitatif, Kuantitatif, dan Mixed. Yogjakarta: PT
disimpulkan bahwa ke empat subjek mengatakan bahwa Pustaka Pelajar.
pengaturan ruang kelas memiliki efek positif dan cukup
berpengaruh terhadap kinerja kognitif mereka di dalam Desmita. (2010). Psikologi Perkembangan. Bandung: PT.
kelas. Pengaturan ruang kelas tersebut berupa metode Remaja Rosdakarya
pembelajaran yang digunakan, pencahayaan, luas ruangan,
kejelasan pandangan terhadap LCD, penggunaan microfon Duraisy, Bahrur Rosyidi. Pengelolaan Kelas Dalam
hingga suhu udara di ruang kelas. Dalam hal ini yaitu Konteks Secara Fisik dan Non Fisik. (ebook).

Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat 164


pengaturan ruang kelas. Journal of Environmental
Puspitaningrum, Ervina. (2017). Kemampuan Guru Dalam Psychology. (29) :513–521.
Pengelolaan Kelas Di SD Negeri Minomartani 2.
Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar Edisi 1 Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif
dan R&D. Bandung: Alfabeta
Rahayu, Iin Tri., Ardani, Tristiadi Ardi.(2004). Observasi
dan Wawancara. Bayumedia Publishing, Malang. Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif
dan R&B. Bandung: Alfabeta
Santrock, J.W. (2007). Psikologi Pendidikan (edisi kedua).
(Penerj. Tri Wibowo B.S). Jakarta: Kencana. Srimindarti, Ceacila. (2006). Balanced Scorecard Sebagai
Alternatif Untuk Mengukur Kinerja.Jurnal: fokus
Jill T. Shelton. etc (2009) The distracting effects of a ringing ekonomi.
cell phone: An investigation of the laboratory and the

Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat 165


GAMBARAN MOTIVASI PROSOSIAL DITINJAU DARI LIFE EVENTS PADA
ANGGOTA ORGANISASI LASKAR HIJAU DI SMKN 1 MARTAPURA
PROSOCIAL MOTIVATION VIEWED FROM LIFE EVENTS IN LASKAR HIJAU ORGANIZATION
MEMBERS IN SMKN 1 MARTAPURA

Niken Lestari1*, Neka Erlyani1, dan Muhammad Abdan Shadiqi2


1.Program Studi Psikologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Lambung Mangkurat,
Jl. Ahmad Yani Km. 36, Banjarbaru, Kalimantan Selatan, 70714, Indonesia.
2.Fakultas Psikologi, Universitas Indonesia, Depok, Jawa Barat, 16424, Indonesia
Email: nl.nikenlestari@gmail.commailto:N.erlyani@ulm.ac.id
No. Handphone: 085246790203

ABSTRAK

Motivasi prososial adalah keinginan untuk melakukan tingkah laku yang berorientasi pada melindungi, memelihara, atau
meningkatkan kesejahteraan dari objek sosial eksternal baik itu manusia secara individual, kelompok, atau suatu
perkumpulan secara keseluruhan, institusi sosial atau menjadi simbol, seperti contohnya ideologi atau sistem moral.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran motivasi prososial ditinjau dari life events pada anggota organiasi
Laskar Hijau di SMK Negeri 1 Martapura. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Penelitian ini menggunakan teknik
observasi non partisipan dan wawancara semi-terstruktur. Hasil penelitian menunjukan bahwa life events yang dimiliki oleh
anggota Laskar Hijau terdiri dari dua jenis yaitu, life event positif dan life event negatif. Life events positif maupun negatif
yang dialami ketiga subjek dipengaruhi oleh orang-orang yang dekat, terpercaya ataupun sering berinteraksi dengan
subjek.Namun perbedaan life events atau peristiwa-peristiwa kehidupan yang terjadi pada masing-masing individu tidak
memengaruhi jenis motivasi prososial yang dimiliki oleh subjek. Ketiga subjek sama-sama memiliki jenis motivasi prososial
intrinsic motivation karena alasan ketiga subjek melakukan perilaku prososial adalah didasari dari dorongan dalam diri
subjek sendiri untuk memperbaiki kondisi orang lain menjadi lebih baik.

Kata Kunci: Motivasi prososial, life events, dan organisasi laskar hijau, kualitatif.

ABSTRACT

Prosocial motivation is the desire to conduct an individual’s action which is oriented toward protection,maintenance, or
enhancement of well-being of an external social object: aspecific person, a group, a society as a whole, a social institution
or a symbolic being, for example, an ideology or system of morality.The purpose of the current study is to determine the
descriptionof prosocial motivation viewed from life events in Laskar Hijau organization members in SMKN 1 Martapura. A
qualitative, non participant observation and semi structural interview were used in this study. The finding shows that Laskar
Hijau members’ life events consist of two types, positive life event and negative life event. The positive or negative life events
experienced by the three subjects influenced by people who are close, trusted or often interact with the subjects.However the
differences in life events or events that occur in each individual does not affect the type of prosocial motivation owned by the
subjects.All three subjects share the same kind of intrinsic prosocial motivation because the reason subjects do prosocial
behavior isbased on the urge within theirselves, to improve the condition of others to be better.

Keywords: Prosocial motivation, life events, laskar hijau organization, qualitative.

Manusia dikatakan makhluk sosial karena manusia helping behavior (Faturochman, 2006). Perilaku menolong
membutuhkan pertolongan orang lain. Perilaku prososial ini dimotivasi dari dalam diri individu. Dalam suatu
adalah suatu tindakan menolong yang menguntungkan penelitiandidapatkan bahwa individu yang pernah
orang lain tanpa harus menyediakan suatu keuntungan mengalami trauma seumur hidup akan lebih terlibat dalam
langsung pada orang yang melakukan tindakan tersebut, dan perilaku prososial (Frazier, Greer, Gabrielsen & Park, 2012).
mungkin bahkan melibatkan suatu resiko bagi orang yang Penelitian lain telah mengindikasikan bahwa mereka terlibat
menolong (Baron & Byrne, 2005). Bentuk yang paling jelas dalam perilaku prososial untuk membantu orang lain dan
dari perilaku prososial adalah perilaku menolong atau juga untuk membantu diri mereka sendiri (Reeves, Merriam,

Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat 166


& Courtenay, 1999; Steffen & Fothergill, 2009). Hal ini Street Child Bandung. Komunitas ini adalah komunitas
membuktikan bahwa kejadian di masa lalu seseorang independen peduli anak jalanan dalam mengayomi
memiliki pengaruh terhadap bagaimana perilaku prososial kebutuhan yang sangat diperlukan oleh anak jalanan seperti
seseorang di masa depan. kegiatan belajar mengajar, edutrip dan kasih sayang.
Perilaku prososial terdiri atas tujuh dimensi menurut Terdapat suatu organisasi yang berfokus pada
Eisenberg & Mussen (1989) yaitu berbagi, kerjasama, kegiatan prolingkungan di Kalimantan Selatan, yaitu
menolong, kejujuran, menyumbang, berderma, dan organisasi Laskar Hijau. Laskar Hijau merupakan salah satu
mempertimbangkan hak dan kesejahteraan orang lain(dalam organisasi yang bergerak dalam bidang lingkungan di SMK
Dayakisni & Hudaniah, 2006). Negeri 1 Martapura. Kegiatan organisasi Laskar Hijau
Sedangkan motivasi prososial berasal dari kata biasanya dilaksanakan sebanyak 1 sampai 2 kali pertemuan
motivasi yang berarti menunjukkan keinginan atau alasan setiap minggu. Kegiatan yang dilakukan oleh anggota
untuk bertindak, dan "prososial" secara harfiah berarti untuk Laskar Hijau adalah seperti menanam tanaman hidroponik,
kepentingan orang lain dengan maksud membantu orang mengolah kompos, mengumpulkan sampah di bank sampah,
lain (Oxford English Dictionary, 2009). Dengan demikian, memberikan materi mengenai lingkungan ke siswa, dan
motivasi prososial adalah keinginan untuk memberi manfaat melakukan bakti sosial.
kepada orang lain atau kelompok (Batson, 1987; Grant, Berdasarkan realita permasalahan yang terjadi seperti
2007). Lebih jelasnya, Reykowsky (1982) menyatakan uraian di atas, peneliti tertarik untuk mengetahui
bahwa motivasi prososial adalah keinginan untuk gambaran motivasi prososial ditinjau dari life events
melakukan tingkah laku yang berorientasi pada melindungi, pada anggota organisasi Laskar Hijau di SMKN 1
memelihara, atau meningkatkan kesejahteraan dari objek Martapura.
sosial eksternal baik itu manusia secara individual,
kelompok, atau suatu perkumpulan secara keseluruhan, METODE PENELITIAN
institusi sosial atau menjadi simbol, seperti contohnya
ideologi atau sistem moral. Ada tiga jenis motivasi prososial Partisipan dalam penelitian ini berjumlah 3 orang (2
yaitu ipsocentric motivation, endocentric motivation, dan perempuan, 1 laki-laki). Partisipan telah bergabung dalam
intrinsic motivation(Reykowsky, dalam Eisnberg, 1982). organisasi Laskar Hijau selama minimal 1 tahun
Gebauer, Riketta, Broemer, danMaio (2008) kepengurusan. Salah satu partisipan telah berusia 21 tahun
mengusulkan bahwa dua motif besar yang mendasari yang merupakan pembina dari organisasi tersebut. Dua
perilaku prososial adalah Pleasure based Prosocial orang lainnya masih berusia 15 dan 17 tahun.
Motivation (PLBPM; antisipasi untuk mendapatkan Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif
kesenangan dari membantu orang lain) dan Pressure based dengan metode wawancara dan observasi. Jenis
Prosocial Motivation (PRBPM; pemenuhan kewajiban dan wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah
norma sosial). PLBPM selaras dengan motivasi intrinsik dan wawancara semi-terstruktur dan masuk dalam kategori in-
otonom sedangkan PRBPM selaras dengan motivasi depth interview (Sugiyono, 2012).Data yang dihasilkan
ekstrinsik dan terkontrol (Vecina & Chacon, 2013). dari wawancara berupa transkripverbatim
Penelitian yang telah dilakukan Vollhardt wawancara.Wawancara dilakukan menggunakan bahasa
(2009)menemukan bahwa pada beberapa individu yang daerah (bahasa Banjar)dan diolah menjadi verbatim dengan
telah mengalami peristiwa hidup yang merugikan atau bahasa Indonesia. Kredibilitas penelitian ini dicapai
traumatis (life events negatif), perilaku prososial dapat dengan menggunakan triangulasi subjek dan waktu
terjadi tidak hanya meskipun, tetapi bahkan karena (Sugiyono, 2012).
pengalaman negatif yang dapat menimbulkan motivasi Jenis observasi yang digunakan berupa observasi tak
altruistik tertentu.Life events merupakan peristiwa berstruktur. Disini peneliti mengamati perilaku secara
kehidupan yang dikonseptualisasikan disini sebagai rincidan cermat pada saat proses wawancara berlangsung.
perubahan kehidupan yang signifikan yang mempengaruhi Hasil observasi dicatat pada catatan lapangan dengan
atau menuntut adaptasi baru individu untuk membangun menuliskan pula tanggal dan waktu pencatatan (Rakhmat,
kembali lingkungan masyarakat. Ada dua jenis life events, 2012).
yaitu life events positif dan life events negatif. (Filipp &
Aymanns, dalam Leist, Feering & Filipp, 2010). HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian sebelumnya dilakukan oleh Rahmah dan
Rositawati (2017) tentang Studi Deskriptif Mengenai Hasil wawancara dilakukan dengan subjek ACR (17)
Motivasi Prososial pada Volunteer Save Street Child yang merupakan wakil ketua, subjek NK (15) sebagai
Bandung berdasarkan teori motivasi prososial dari bendahara, dan subjek IF (21) yang merupakan pembina dari
Reykowsky di dapatkan hasil yang menunjukkan bahwa organisasi Laskar Hijau.
sebanyak tujuh orang (46,67%) memiliki Instrinsic Dari hasil wawancara didapatkan bahwa
Motivation, lima orang (33,33%) memiliki Endosentric keikutsertaan ketiga subjek dalam organisasi atau pun dalam
Motivation, dan tiga orang (20%) memiliki Ipsosentric setiap kegiatan yang dilakukan oleh Laskar Hijau adalah
Motivation dalam diri mereka. Hal ini membuktikan bahwa bersifat sukarela tanpa ada imbalan apapun dari sekolah.
perilaku prososial yang dilakukan oleh para volunteer Keikutsertaan ketiga subjek dalam organisasi ini adalah
didasari oleh motivasi prososial yang berbeda-beda. Para bentuk perilaku prososial yang telah mereka lakukan, karena
volunteers berperan sebagai pengajar dalam komunitas Save

Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat 167


kegiatan yang dilakukan oleh Laskar Hijau adalah kegiatan- mengundurkan diri. Life event positif tersebut adalah kesan
kegiatan yang bermanfaat bagi masyarakat, sekolah maupun pertama yang didapatkan subjek ketika subjek
alam. membersihkan kamarnya tanpa suruhan untuk pertama
Selain bergabung di organisasi Laskar Hijau, subjek- kalinya. Ibu subjek memujinya. Dan hal itu membuat subjek
subjek yang peneliti wawancara dan observasi ini juga ikut bahagia. Lalu dulu ketika subjek membersihkan halaman
serta dalam kegiatan-kegiatannya. Dari hasil wawancara dan nenek subjek dan gerobak pentol lewat, subjek dibelikan
observasi, didapatkan bahwa subjek ACR melakukan pentol itu sebagai reward telah membersihkan halaman
perilaku prososial seperti bakti sosial, membantu sekolah rumah. Ingatan tersebut membawa memori yang bahagia
untuk mencapai prediket sekolah adiwiyata mandiri, dan untuk subjek.
membantu sekolah dalam pembuatan gas metan sebagai
pemasok sebagian listrik sekolah. Perilaku prososial yang “Dulu saat pertama kali saya membersihkan kamar
dilakukan subjek NK agak berbeda dengan subjek ACR, sendiri, mama memuji saya sebagai anak yang rajin.
didapatkan bahwa subjek NK melakukan perilaku prososial Saya merasa senang sekali. Lalu, saat saya
seperti bakti sosial, membantu sekolah untuk mencapai membersihkan halaman nenek, ada gerobak pentol
prediket sekolah adiwiyata mandiri, dan membersihkan lewat, kemudian nenek membelikan saya pentol. Jadi
selokan yang mampet di luar sekolah. Perilaku prososial hal menyenangkan itu mengingatkan saya setiap kali
yang dilakukan subjek IF sebagai pembina organisasi Laskar saya bersih-bersih.”(Subjek NK)
Hijau adalah melakukan bakti sosial, membantu sekolah
untuk mencapai prediket sekolah adiwiyata mandiri, Lalu, life event negatifnya adalah pengalaman subjek
membersihkan selokan yang mampet di luar sekolah, dan yang selalu mendapatkan teman-teman sekelas yang
memberikan materi mengenai lingkungan pada anak-anak pemalas dalam membersihkan lingkungan sejak SD hingga
Laskar Hijau. Kegiatan yang telah dilakukan ketiga subjek SMK. Ketika subjek ikut dalam organisasi berbasis
ini dapat dikategorikan ke dalam tujuh dimensi perilaku lingkungan, subjek merasa memiliki naungan dari sekolah
prososial oleh Eisenberg& Mussen(1989). Membantu yang memberikan wewenang untuk subjek menegur teman-
sekolah untuk mencapai prediket sekolah adiwiyata mandiri temannya tersebut.
dan membantu sekolah dalam pembuatan gas metan
merupakan perilaku prososial pada dimensi kerja sama “Saya kan orangnya itu sering negurin orang lain
(cooperative), melakukan bakti sosial merupakan perilaku (yang berhubungan dengan kebersihan lingkungan),
prososial pada dimensi menyumbang (donating), jadi saya itu mencari alasan buat negur dia, biat
membersihkan selokan yang mampet di luar sekolah dianya juga biar jadi lebih baik. Jadi saya mencari
merupakan perilaku prososial pada dimensi menolong perlindungan gitu. Jadi kan misalkan saya masuk
(helping), memberikan materi mengenai lingkungan organisasi ini pasti udah dapat perlindungan dari
merupakan perilaku prososial pada dimensi berbagi sekolah, jadi misalkan saya mau nyuruhin dia itu
(sharing). lebih mudah.” (Subjek NK)
Life events atau peristiwa-peristiwa kehidupan juga “Seperti temen-temen sekelas saya aja anak-anaknya
mempengaruhi individu melakukan perilaku prososial. pada malas, tapi mereka mau kelasnya jadi yang
Terdapat dua jenis life events, yaitu life events positif dan life terbaik (kelas terbersih). Apalagi kan ketua kelas
events negatif.Dari hasil wawancara didapat bahwa subjek kami itu orangnya keras kepala. Jadi misalkan saya
ACR memiliki life event positif yang menjadi salah satu tidak mengikuti Laskar Hijau ini saya bakal kesulitan
alasan kuat bergabung di organisasi Laskar Hijau dan tetap untuk negur orang-orang yang tadi.” (Subjek NK)
bertahan walaupun teman-teman yang lain sudah banyak
mengundurkan diri. Life event tersebut adalah kesenangan Subjek IF memiliki life event positif dan life event
subjek bersih-bersih yang berasal dari kebiasaan neneknya. negatif yang menjadi salah satu alasan kuat bergabung di
Nenek subjek merupakan orang yang rajin sekali bersih- organisasi Laskar Hijau serta menjadi alasan kuat untuk
bersih sehingga kebiasaan tersebut tertular pada subjek. memperjuangkan organisasi ini adalah pengalaman subjek
Hubungan subjek dengan neneknya pun dekat, karena nenek yang didapatkan dari mimpi. Subjek mengaku merupakan
subjek juga tinggal di rumah orang tua subjek. seorang sufiisme. Dulu subjek pernah bermimpi ada orang
yang mengaku sebagai Nabi Khidir. Subjek mimpi Nabi
“Kalau urusan bersih-bersih itu saya suka. Seperti Khidir sedang duduk disebelah pohon rimbun. Setelah
nggak ada rasa bosennya saat bersih- subjek membaca riwayat, manaqib dan kisah beliau, subjek
bersih.”(Subjek ACR) menemukan jika makna kata Khidir itu adalah “pohon yang
“Ketularan nenek, orangnya rajin banget. Nenek itu rimbun bergoyang”. Lalu subjek mengasumsikan bahwa
kalau nggak ada kerjaan pasti langsung nyari-nyari seandainya subjek menumbuhkan spirit tentang alam,
kerjaan. Jadi, apapun yang kotor itu pasti beliau mungkin Allah SWT merestui subjek melalui Nabi Khidir.
bersihkan.”(Subjek ACR)
“Eee aku seorang sufiisme, aku ngga tau waktu itu
Sedangkan subjek NK memiliki life event positif dan mimpi yang emang positifnya arahnya spiritual. Ada
life event negatif, yang menjadi salah satu alasan kuat orang yang mengaku sebagai nabi khidir. Nabi yang
bergabung di organisasi Laskar Hijau dan tetap bertahan sampai akhir zaman tetap hidup. Aku mimpi beliau
walaupun teman-teman yang lain sudah banyak dan beliau yang duduk disebelah pohon rimbun. Dan

Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat 168


aku ketika menilai membaca riwayat-riwayat beliau Dari hasil wawancara pada ketiga subjek, peneliti
manaqib-manaqib dan kisah-kisah beliau, ternyata menemukan bahwa ketiga subjek memiliki jenis motivasi
kata khidir itu adalah kata makna pohon yang prososial yang berupa Intrinsic motivation. Ketiga subjek
rimbun bergoyang, jadi aku pikir seandainya aku mengaku melakukan kegiatan dalam organisasi Laskar
numbuhin lagi spirit tentang alam. Mungkin tuhan Hijau secara suka rela, tanpa ada harapan untuk
Allah SWT merestui aku melalui nabi mendapatkan keuntungan pribadi. Intrinsic motivation
khidir.”(Subjek IF) adalah keinginan untuk memberikan perlindungan,
perawatan, dan meningkatkan kesejahteraan dari objek
Lalu, life event negatifnya adalah kondisi daerah asal sosial eksternal yaitu manusia secara individual maupun
subjek di Hulu Sungai Selatan yang memprihatinkan, kelompok, yang menekankan pada kondisi yang diharapkan
banyak tambang dimana-mana. Serta kondisi sekolah subjek sesuai persepsi dari social need yaitu untuk memperbaiki
yang kurang peduli lagi terhadap lingkungan. kondisi orang lain menjadi lebih baik.
Dalam penelitian ini terdapat satu subjek yang hanya
“Wah kalau negatif banyak, sepertidi daerah memiliki life event positif dan dua subjek yang memiliki life
Barabai itu sudah ada penghancuran gunung event positif serta negatif yang terkait dengan motivasi
meratus, lalu di kandangan mulai ada pengecekan subjek melakukan perilaku prososial. Life events positif
tambang di bawah tanah, di SMK jelasnya cuma subjek ACR dan NK berasal dari pengaruh orang terdekat
yang cari gelar. Itu yang malah membuatku, ini yaitu, nenek dan ibu subjek. Sedangkan untuk subjek IF, life
sebenarnya konsep yang salah. Sebenarnya konsep event positifnya dipengaruhi dari mimpi spiritual yang
lingkungan adalah kepedulian total dari dipercayai oleh subjek. Dapat disimpulkan bahwa ketiga life
hati.”(Subjek IF) events positif yang terkait dengan motivasi subjek ACR,
NK, dan IF melakukan perilaku prososial berasal dari
Subjek ACR dan NK menceritakan life events pengaruh orang yang dekat dan dipercayai oleh subjek.
mereka dengan kurang mendalam, saat wawancara subjek Subjek NK dan IF memiliki life event negatif yang
ACR dan NK juga agak kesulitan mencari life events mana terkait dengan motivasi prososial. Life event negatif subjek
yang ingin diceritakan kepada peneliti. Berbeda dengan NK berasal dari pengaruh teman-temannya kelasnya yang
subjek IF yang menceritakan dengan jelas dan lancar. Hal pemalas dan tidak peduli dengan lingkungan. Sedangan life
ini mungkin disebabkan oleh perbedaan usia yang cukup event negatif subjek IF berasal dari pengaruh kolega di
jauh. Subjek ACRdan NK masih berusia 15 dan 17 tahun sekolah yang hanya peduli terhadap gelar yang ingin diraih
sedangkan subjek IFtelah berusia 21 tahun. Remaja yang oleh sekolah, bukan karena benar-benar peduli terhadap
berusia 15-18 tahun dapat dikategorikan sebagai remaja lingkungan. Life event negatif lain subjek IF berasal dari
pertengahan atau middleadolescence dan remaja berusia 18- pengalaman subjek melihat kondisi kampung halamannya
21 tahun dapat dikategorikan sebagai remaja akhir yang telah banyak berubah diakibatkan oleh pertambangan.
lateadolescence (Hurlock, 2003). Menurut hurlock, pada Dapat disimpulkan bahwa kedua lifeevents negatif subjek
remaja akhir (lateadolescence) individu mulai stabil, mulai NK dan IF berasal dari tingkah laku orang disekitar subjek
memahami arah hidup dan menyadari tujuan hidupnya, yang mempengaruhi subjek untuk melakukan perilaku
mempunyai pendirian tertentu berdasarkan satu pola yang prososial.
jelas. Perbedaanlife events atau peristiwa-peristiwa kehidupan
Bentuk yang paling jelas dari perilaku prososial yang terjadi pada masing-masing individu tidak
adalah perilaku menolong atau helping behavior mempengaruhi jenis motivasi prososial yang dimiliki
(Faturochman, 2006). Perilaku menolong ini dimotivasi dari oleh subjek. Ketiga subjek sama-sama memiliki jenis
dalam diri individu. Motivasi prososial adalah keinginan motivasi prososial intrinsic motivation. Tujuanketiga
untuk melakukan tingkah laku yang berorientasi pada subjek dalam melakukan perilaku prososial adalah
melindungi, memelihara, atau meningkatkan kesejahteraan untuk membantu orang lain dan membantu instansi
dari objek sosial eksternal baik itu manusia secara seperti sekolah. Walaupun life events tidak
individual, kelompok, atau suatu perkumpulan secara mempengaruhi jenis motivasi prososial yang dimiliki
keseluruhan, institusi sosial atau menjadi simbol, seperti oleh subjek, namun pada subjek yang memiliki life
contohnya ideologi atau sistem moral (Reykowsky,1982). event negatif cenderung lebih terlibat dalam
Motivasi prososial merupakan suatu proses yang dimulai pelaksanakan kegiatan di organisasi Laskar Hijau.
dengan kondisi yang mendahului, kondisi yang Seperti hasil wawancara subjek NK yang
memfasilitasi, kondisi yang menghalangi, perkiraan hasil menjelaskan bahwa subjek telah mengikuti
yang diharapkan, dan berakhir pada kualitas tindakan yang organisasi berbasis lingkungan sejak SMP dan ketika
dilakukan. Kelima proses ini dipengaruhi oleh dua jenis masa perekrutan anggota Laskar hijau, subjeklah
sistem kognitif yang terdapat pada individu yaitu yang paling pertama mendaftar. Subjek IF juga
standards of well-being dan standards of social behavior. menjelaskan bahwa subjek memiliki banyak sekali
Kedua jenis sistem kognitif ini menghasilkan tiga macam life events negatif yang mempengaruhinya untuk
motivasi prososial yang menurut Reykowsky yaitu bergabung di organisasi Laskar Hijau serta menjadi
ipsocentric motivation, endocentric motivation, dan intrinsic alasan kuat untuk memperjuangkan organisasi
motivation. tersebut. Banyaknya life events negatif ini
mempengaruhi keterlibatan perilaku prososial yang

Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat 169


dilakukan subjek. Subjek IF mengaku bahwa dia rela masing-masing individu tidak mempengaruhi jenis motivasi
mengeluarkan uang pribadinya untuk membangun prososial yang dimiliki oleh subjek. Ketiga subjek sama-
tanaman hidroponik di sekolah sebelum diadakannya sama memiliki jenis motivasi prososial intrinsic
penilaian sekolah adiwiyata mandiri. Hal ini sesuai motivation.Intrinsic motivation adalah keinginan untuk
dengan suatu penelitian yang didapatkan bahwa memberikan perlindungan, perawatan, dan meningkatkan
individu yang pernah mengalami trauma seumur kesejahteraan dari objek sosial eksternal yaitu manusia
hidup (life event negatif) akan lebih terlibat dalam secara individual maupun kelompok, yang menekankan
perilaku prososial (Frazier et al, 2012). pada kondisi yang diharapkan sesuai persepsi dari social
need yaitu untuk memperbaiki kondisi orang lain menjadi
lebih baik. Namun,pada subjek yang memiliki life event
negatif cenderung lebih terlibat dalam pelaksanakan
Life Events kegiatan dalam organisasi Laskar Hijau. Tujuanketiga
subjek melakukan perilaku prososial adalah untuk
membantu orang lain dan membantu instansi seperti
sekolah.
Positif Negatif Berdasarkan hasil penelitian dapat diberikan
beberapa saran. Saran untuk sekolah hendaknya
mendukung organisasi Laskar Hijau dengan mempercepat
dan memperlancar pengeluaran anggaran organisasi yang
Subjek NK telah ditentukan. Saran ntuk peneliti selanjutnya agar bisa
Subjek
dan menggunakan observasi partisipan dan menambahkan
ACR
Subjek IF keterangan significant other.

DAFTAR PUSTAKA
Motivasi Prososial Baron, Robert,R. A., & Byrne. D. (2005). Psikologi sosial
Jenis: (10th ed.). Jakarta: Erlangga.
Intrinsic Motivation
Batson, C. D. (1987). Prosocial motivation: Is it ever truly
altruistic? In L. Berkowitz (Ed.), Advances in
experimental social psychology, 20 (pp. 65-122).
New York, NY: Academic Press.
Perilaku Prososial
Dimensi: Dayakisni, T.,ri& Hudaniah. (2006). Psikologi Sosial. Cet:2.
Berbagi, Kerjasama, Menyumbang, Malang: UMM Press.
Menolong
Dictionary, O. E. (2009). 1989. OED online. Robert A. Orsi.
Eisenberg, N., & Mussen, P. H. (1989). The roots of
Bentuk Perilaku Prososial prosocial behavior in children. Cambridge
University Press.
Gambar 1. Bagan Kesimpulan Subjek Faturrochman. (2006). Pengantar Psikologi Sosial.
Yogyakarta: Pustaka Book Publishing.

SIMPULAN Frazier, P., Greer, C., Gabrielsen, S., Tennen, H., Park, C.,
& Tomich, P. (2013). The relation between trauma
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan exposure and prosocial behavior. Psychological
didapat hasil bahwa lifeevents yang dimiliki oleh anggota Trauma: Theory, Research, Practice, and Policy,
Laskar Hijau terdiri dari dua jenis yaitu, life events positif 5(3), 286.
dan life events negatif. Ketiga life events positif yang terkait
Gebauer, J. E., Riketta, M., Broemer, P., & Maio, G. R.
dengan motivasi subjek ACR, NK, dan IF melakukan
(2008). Pleasure and pressure based prosocial
perilaku prososial berasal dari pengaruh orang yang dekat
motivation: Divergent relations to subjective well-
dan dipercayai oleh subjek, sedangkankedua lifeevents
being.Journal of Research in Personality, 42, 399–
negatif subjek NK dan IF berasal dari tingkah laku orang
420. doi:10.1016/j.jrp.2007.07.002
disekitar subjek yang mempengaruhi subjek untuk
melakukan perilaku prososial. Dapat disimpulkan bahwa life Grant, A. M. (2007). Relational job design and the
events positif maupun negatif yang dialami ketiga subjek motivation to make a prosocial difference. Academy
dipengaruhi olehorang-orang yang dekat, terpercaya of Management Review, 32, 393-417.
ataupun sering berinteraksi dengan subjek. Perbedaan life
events atau peristiwa-peristiwa kehidupan yang terjadi pada

Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat 170


Grant, A. M., & Berg, J. M. (tahun?) Prosocial Motivation coping strategies over time. Qualitative Health
at Work: When, Why, and How Making a Difference Research, 9(3), 344-361.
Makes a Difference, dalam Kim, SC, Gretchen, MS,
eds, 2007. REYKOWSKI, J. (1982). Development of prosocial
motivation: A dialectic process. In The development
Hurlock, E. B., Perkembangan, P., & Kehidupan, S. P. S. R. of prosocial behavior (pp. 377-394).
(2003). Edisi kelima. Psikologi Perkembangan (suatu
pendekatan sepanjang rentang kehidupan). Jakarta: Sugiyono. (2012). Memahami Penelitian Kualitatif.
Erlangga. Bandung: Alfabeta.

Leist, A. K., Ferring, D., & Filipp, S. H. (2010). Vecina, M. L., & Chacon, F. (2013). Volunteering and well-
Remembering positive and negative life events. being: Is pleasure-based rather than pressure-based
GeroPsych. prosocial motivation that which is related to positive
effects?Journal of Applied Social Psychology, 43,
Rahmah, P. A., & Rositawati, S. (2017). Descriptive Study 870–878. doi:10.1111/jasp.12012
of Prosocial Motivation of Volunteer Save Street
Child Bandung. Vollhardt, J. R. (2009). Altruism born of suffering and
prosocial behavior following adverse life events: A
Rakhmat, J. (2012). Metode Penelitian Komunikasi: review and conceptualization. Social Justice
Dilengkapi Contoh Analisis Statistik. Bandung: PT Research, 22(1), 53-97.
Remaja Rosdakarya.
Reeves, P. M., Merriam, S. B., & Courtenay, B. C. (1999).
Adaptation to HIV infection: The development of

Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat 171


GAMBARAN INTERAKSI PARASOSIAL PADA WANITA DEWASA AWAL
PENGGEMAR ARTIS KOREA DI MEDIA SOSIAL
OVERVIEW OF PARASOCIAL INTERACTION IN EARLY WOMEN ADULT KOREAN ARTIST FANS IN
SOCIAL MEDIA

Rizka Aulia dan Faridya Khairina Eka Putri


Program Studi Psikologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Lambung Mangkurat, Jalan Ahmad Yani
Km 36, Banjarbaru, 70714, Indonesia
E-mail: tomo.rizka@gmail.com
No. Handphone : 081258105426

ABSTRAK

Interaksi parasosial merupakan sebuah hubungan persahabatan atau kelekatan yang terjalin dengan tokoh yang muncul di
media, berdasarkan ikatan afektif yang dirasakan oleh seseorang terhadap tokoh media tersebut. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui bagaimana gambaran interaksi parasosial pada wanita dewasa awal penggemar artis korea di sosial
media. Metode dalam penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan menggunakan teknik pengambilan data observasi
dan wawancara, penelitian ini menggunakan observasi jenis non-partisipan dan wawancara semi-terstruktur. Hasil
penelitian menunjukkan kedua subjek yang merupakan penggemar artis korea melakukan interaksi parasosial dengan idola
mereka melalui akun media sosial mereka. Kabur dari realita menjadi alasan mereka melakuakan interaksi parasosial dengan
idola mereka.

Kata kunci: Interaksi Parasosial, Dewasa Awal, Media Sosial

ABSTRACT

Parasocial interaction is a relationship of friendship of attachment that is intertwined with figures that appear in the media,
based on affective bonds that are felt by a person against the character of the media. This study aims to find out how the
description of parasocial interaction in early adult female fans of Korean artists in social media. Methods in this study using
qualitative methods using observation and interview data collection techniques, this study used non-participant type
observation and semi-structured interview. The results show that both subjects who are fans of Korean artists do a parasocial
interaction with their idol through their social media accounts. Blurred from reality becomes the reason they do a parasocial
interaction with their idols.

Keywords: Parasocial Interaction, Early Adult, Social Media

Sekarang ini penyebaran budaya korea sangat luar usia dewasa awal memiliki keterkaitan yang kuat terhadap
biasa di seluruh dunia, salah satunya Indonesia. Banyak selebriti dalam kehidupannya, kebanyakan terhadap idola
masyarakat Indonesia menjadi penggemar artis Korea, pop, bintang film dan banyak figur lainnya (Boon &
beberapa menyukai drama Korea dan beberapa lainnya Lomore, 2001).
menyukai musik pop Korea (K-Pop). Seperti yang kita Semakin tinggi tingkatan pemujaan selebriti yang
ketehaui sekarang ini sering diadakannya konser musik dilakukan oleh individu pada usia dewasa, maka semakin
Korea di Indonesia dan setiap diselenggarakannya konser besar pula tingkat keintiman (intimacy) yang diimajinasikan
tersebut tiket selalu habis terjual bahkan dalam waktu terhadap sosok selebriti yang diidolakan (Sheridan, North,
singkat. Maltby, & Gillet, 2007). Proses keintiman yang dirasakan
Hal tersebut membuktikan bahwa banyaknya diawali dengan perasaan kuat dari keterkaitan terhadap
penggemar artis korea di Indonesia, penggemar tersebut selebriti ditunjukan dalam pengorbanan yang seseorang
didomonasi oleh kaum perempuan. lakukan seperti, waktu, pikiran, uang dalam interaksi yang
Orang-orang yang menjadi fans dari seorang selebriti seseorang lakukan dengan idolanya (Boon & Lomore,
biasanya banyak berasal dari usia remaja. Peran selebriti 2001). Investasi semacam ini mendorong tumbuhnya rasa
dalam kehidupan remaja adalah sebagai role model. Namun keterlibatan dengan idolanya yang berlanjut pada
fakta di lapangan membuktikan bahwa masih banyak peningkatan pengorbanan yang dilakukan dan seiring
individu yang melakukan pemujaan pada selebriti di usianya berjalannya waktu memunculkn persepsi bahwa ia memiliki
yang sudah memasuki dewasa awal. Salah satu penelitian hubungan khusus dan keintiman dengan idolanya .
menemukan bahwa 75% dari individu yang berada dalam

Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat 172


Banyaknya media sosial sekarang ini seperti Metode yang digunakan dalam penelitian ini
Facebook, Instagram, Twitter, dll. Penggemar dapat menggunakan penelitian kualitatif dengan teknik observasi
terhubung dengan artis atau idola mereka melalui media dan wawancara. Observasi yang digunakan penelitian
sosial tersebut. Melalui media sosial mereka dapat adalah observasi non-partisipan. Peneliti tidak terlibat secara
mengetahui rutinitas harian para artis. Beberapa aplikasi langsung, tidak berinteraksi langusung dengan objek yang
bahkan dapat membuat mereka berkomunikasi dengan idola diteliti, namun hanya merekam segala aktivitas sesuai fokus
mereka. Oleh karena itu interaksi penggemar dengan idola atau indikator yang diinginkan.
mereka melalui media sosial dapat dikategorikan sebagai Teknik wawancara yang digunakan dalam
interaksi parasosial. penelitian ini adalah wawancara semi terstruktur
Istilah parasosial dikenalkan oleh Horton & Wohl ke (semistructure interview) dimana dalam pelaksanaan
dunia psikologi pada 1956 dalam paper seminar mereka. wawancara lebih bebas bila dibandingkan dengan
Mereka menggunakan istilah parasosial untuk wawancara terstruktur karena tak selalu terikat dengan
mendeskripsikan perkembangan sebuah hubungan yang pedoman wawancara yang ada. Wawancara semi terstruktur
terlihat seperti hubungan tatap muka antara artis dengan sudah termasuk dalam kategori in-depth interview yang
penontonnya (Calvert & Wilson, 2010). Interaksi parasosial pelaksanaanya lebih bebas bila dibandingkan dengan
terjadi dimana sosok dalam media mengarahkan perilaku wawancara terstruktur. Tujuan wawancara jenis ini adalah
sosial dan kamunikasi mereka kepada penonton yang untuk menemukan permasalahan secara lebih terbuka dan
dikehendaki. Mereka menyapa, berkedip, menatap dan pihak yang diajak wawancara diminta pendapatnya. Dalam
mengarahkan komunikasi kepada penonton dengan berbagai melakukan wawancara, peneliti perlu mendengarkan secara
cara. Penonton merespon komunikasi yang dilakukan oleh teliti dan mencatat apa yang dikemukakan oleh informan.
sosok yang muncul di media tersebut seperti sosok tersebut
benar-benar ada di hadapan mereka, bukan berada dalam HASIL DAN PEMBAHASAN
suatu media telivisi maupun radio (Hartmann dalam Konijn,
Utz, Tanis, & Barnes, 2008). Hal ini disebabkan karena otak Interaksi parasosial merupakan sebuah hubungan
manusia memproses pengalaman melihat melalui media persahabatan atau kelekatan yang terjalin dengan tokoh yang
sama seperti “pengalaman langsung”, penonton secara muncul di media, berdasarkan ikatanafektif yang dirasakan
khusus bereaksi terhadap selebriti yang muncul di televisi oleh seseorang terhadap tokoh media tersebut (Horton &
seperti yang mereka lakukan terhadap orang yang secara Wohl dalam Harvey & Manusov, 2001). Rubin & McHugh
nyata ada di depan mereka (Kanazawa dalam Schiappa, (dalam Taylor, 2005) mendefinisikan interaksi parasosial
2008). sebagai “sebuah jenis kedekatan, hubungan seperti
Interaksi parasosial merupakan jenis ikatan afektif pertemanan yang terjadi antara sosok yang muncul di media
yang terbentuk seiring berjalannya waktu (Hoffner, 2002). dan penonton”. Seperti yang terjadi pada subjek 1, dimana
Interaksi parasosial merupakan hubungan yang secara alami dirinya melakukan interaksi dengan idolanya melalui sosial
bersifat unidireksional, dimana penggemar merasakan media seperti instagram, line, twitter, dan youtube. Dimana
hubungan dengan para artis atau tokoh media, namun para dari interaksi tesebut subjek merasakan kedekatan dengan
artis atau tokoh media tersebut tidak merasakan hal yang idolanya. Pada subjek 2, dimana dirinya melakukan interaksi
sama. Sifat unidireksinal ini sering membuat para peneliti dengan idolanya melalui sosial media seperti instagram,
menganggap jika interaksi parasosial ini hanyalah line, dan twitter. Dimana dari interaksi tesebut subjek
“khayalan” (McGee dalam Japp, Mister & Japp, 2005). merasakan kedekatan dengan idolanya.
Dari studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti, Maltby, Giles, Barber, & McCutcheon (2005)
sebjek pertama maupun subjek kedua mengaku dirinya membagi keterlibatan dengan arti menjadi tiga aspek yang
memang penggemar artis korea. Mereka menggemari artis- bisa digambarkan sebagai suatu tingkatan interaksi
artis korea baik itu seorang aktor maupun anggota dari parasosial. Yang pertama adalah Entertaiment social-value,
boyband korea. Mereka biasanya bahkan sangat sering yaitu terkait para penggemar mencari informasi mengenai
dalam satu hari membuka media sosial mereka untuk selebriti yang disukainya adalah karena dua alasan, yaitu
melihat aktivitas-aktivitas idola mereka. Saat peneliti untuk melakukan konformitas terhadap norma sosial, dan
menanyakan apakah dari melihat aktivitas-aktivitas idola “kabur” dari realita (fantasy escape from reality). Pada
mereka di media sosial, apakah mereka merasakan subjek 1 dirinya sering mencari informasi tentang idolanya
kehadiran idolanya di hadapan mereka. Mereka mengatakan di sosial media untuk kabur dari realita yaitu ketika dirinya
bahwa aktivitas idola mereka seperti tersenyum atau banyak pikiran dan bosan karena tugas yang menumpuk
menyapa terjadi di hadapan mereka. ataupun karena subjek 1 bertengkar dengan pacarnya. Pada
subjek 2, subjek merasa kangen dengan idolanya dan merasa
METODE PENELITIAN tidak nyaman tidak membuka media sosial dalam sehari.
Subjek melakukan hal tersebut ketika dirinya sedang banyak
Subjek dalam penelitian ini merupakan mereka yang pikiran dan masalah.
berada pada usia dewasa awal. Subjek dalam penelitian ini Aspek yang kedua adalah Intense-personal feeling
berjumlah 2 orang dan merupakan seorang mahasiswa. Merefleksikan perasaan intensif dan kompulsif terhadap
Kedua subjek merupakan penggemar artis korea. Mereka selebriti. Hal ini menyebabkan penggemar kemudian
sama-sama penggemar boyband dari Korea. menjadi memiliki kebutuhan untuk mengetahui apapun
tentang selebriti yang disukainya, mulai dari berita terbaru

Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat 173


hingga informasi mengenai pribadi selebriti. Seiring dengan jika mereka berkumpul subjek merasa senang karena ada
meningkatnya intensitas keterlibatan dengan selebriti, yang memahami perasaan mereka. Pada subjek 2, subjek
penggemar mulai melihat selebriti sebagai orang yang di tidak memiliki grup obrolan sesame penggemar. Tapi saat
anggap dekat dan mengembangkan hubungan parasosial dirinya berkumpul dengan sesame penggemar dia merasa
dengan selebriti tersebut. Pada subjek 1, Subjek terkadang senang karena memiliki kesamaan dan dapat saling bertukar
mengacuhkan pacarnya dan lebih memilih untuk melihat informasi tentang idola mereka.
idolanya di sosial media. Subjek merasakan ikatan batin
seperti merasakan apa yang dirasakan oleh idolanya. SIMPULAN
Sedangkan pada subjek 2, Subjek amat sangat menyukai
idolanya, bahkan dengan melihat foto idolnya saja membuat Berdasarkan dari hasil penelitian, dapat disimpulkan
dirinya berdebar. Subjek merasa terikat secara emosional bahwa gambaran interaksi parasosial kedua subjek
dengan idolanya. merupakan wanita dewasa muda yang merupakan
Aspek yang ketiga Borderline-pathological tendency penggermar artis korea yang melakukan interaksi parasosial
Merupakan tingkatan paling parah dari interaksi parasosial melalui media sosial dengan idola mereka. Karena
dengan selebriti. Tingkatan ini dimanifestasikan dalam sikap menggemari atau menyukai idola mereka yang
seperti, kesedian untuk melakukan apapun demi selebriti menyebabkan mereka terus-menerus mencari informasi
yang disukainya meskipun hal tersebut dapat berpotensi idola mereka dan menjadi tempat mereka untuk kabur dari
melanggar hukum. Penggemar pada tingkatan ini tampak realita saat mereka sedang banyak pikiran dan masalah.
memiliki pemikiran yang tidak terkontrol dan menjadi Kedua subjek merasakan adanya kedekatan diri mereka
irasional. Pada subjek 1, subjek tidak pernah melakukan dengan idola mereka dan merasa terikat secara emosional
sesuatu yang berlebihan hingga melanggar hukum. Subjek dengan idola mereka. Mereka tidak pernah melakukan hal
hanya membeli barang-barang yang berhubungan dengan yang berlebihan yang melanggar hukum demi idola mereka,
idolanya. Subjek hanya membayangkan dinner dengan mereka hanya suka membeli barang-barang yang
idolanya. Pada subjek 2 sama halnya dengan subjek 1, berhubungan dengan idola mereka. Hanya saja pada subjek
subjek tidak pernah melakukan hal yang sampai melanggar 1 dirinya sampai membayangkan hal-hal seperti makan
hukum, subjek hanya membeli barang-barang yang malam dengan idolanya. Adapun faktor yang mepengaruhi
berhubungan dengan idolanya. interaksi parasosial, yang pertama adanya motivasi, seperti
Adapun faktor yang mempengaruhi interaksi pada kedua subjek yang merasa kangen dengan idolanya dan
parasosial adalah yang pertama motivasi. Individu merasa tidak nyaman jika mereka tidak membuak media
termotivasi untuk memenuhi kebutuhan dan kepuasan akan sosial sehari saja. Faktor yang kedua adalah kesamaan
hubungan sosial dan emosional Pada subjek 1, subjek dengan idola mereka, dimana kedua subjek merasakan
merasa senang jika melihat idolanya di sosial media dan kesamaan seperti kepribadian dan kebiasaan dengan idola
merasa semakin dekat dan merasa tidak nyaman tidak mereka. Faktor yang ketiga adalah keinginan untuk
membuka sosial media sehari saja untuk melihat idolanya. mengidentifikasi adalah dimana kedua subjek merasakan
Pada subjek 2, subjek merasakan adanya kecocokan antara adanya sesuatu yang spesial yang dimiliki idola mereka.
dirinya dengan idolanya. Faktor yang terakhir adalah komunikasi antarpenggemar
Faktor yang kedua yaitu kesamaan dengan selebriti. dimana komunikasi tersebut dilakukan untuk saling bertukar
Seseorang akan lebih cenderung tertarik kepada selebriti informasi tentang idola mereka.
yang memiliki kesamaan dengan dirinya, baik kesamaan
dalam jenis kelamin, etnis, kels sosial dan umur. Pada subjek DAFTAR PUSTAKA
1, subjek merasa memiliki kesamaan kepribadian yang sama
dengan idolanya yaitu sama-sama suka kebersihan. Pada Boon, S. D., & Lomore, C. D. (2001). Admirer-celebrity
subjek 2, su jek merasakan behwa dirinya memiliki relationships among young adults: Explaining
kebiasaan yang sama dengan idolanya yang bias tidur perceptions of celebrity influence on identity. Human
dimana saja Communication Research, 27(3), 432-465.
Faktor yang ketiga yaitu keinginan untuk Calvert, S.L., & Wilson, B.J. (2011). The Handbook of
mengidentifikasi. Penggemar memiliki kecenderungan Children, Media and Development. West Susex :
untuk mengidentifikasi dengan atau berbagi perspektif Blackwell Publishing Ltd.
dengan selebriti tersebut dan melalui media tersebut ikut Harvey, J.H., & Manusov, V. (2001). Attribution,
berpartisipasi dalam pengelamannya. Pada subjek 1, subjek Communication Behavior, and Close Relationship.
melihat idolanya yang ramah dan dewasa subjek merasa Cambridge : Cambridge University Press.
ingin bertemu orang seperti itu yang menurutnya bias Hoffner, C. A. (2002). Attachment to Media Characters.
dianggap sempurna. Pada subjek 2, subjek menganggap Dalam Scehement, J.R (Eds.), Encyclopedia of
walau sudah tenar idolanya tetap rendah hati, itulah yang Communication and Information. New York :
membuat subjek merasa idolanya tersebut special. Macmilian Reference.
Faktor yang terakhir yaitu komunikasi Japp M.P., Meister, M., & Japp, D.K. (2005).
antarpenggemar. Komunikasi terjadi untuk mengurangi Communications Ethics, Media, & Popular Culture.
ketidakpastian dan meningkatkan pengetahuan mengenai New York : Peter Lang Publishing, Inc.
selebriti yang disukai. Pada subjek 1, subjek memiliki grup
obrolan sesama penggemar untuk bertukar informasi dan

Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat 174


Konijn, E.A., Utz, S., Tanis, M., & Barnes, S.B. (2008). Sheridan, L., North, A., Maltby, J., & Gillett, R. (2007).
Mediated Interpersonal Communication. New York : Celebrity worship, addiction and
Taylor & Francis e-Library. criminality. Psychology, Crime & Law, 13(6), 559-
Maltby, J., Giles, D. C., Barber, L., & McCutcheon, L. E. 571.
(2005). Intense‐personal celebrity worship and body Taylor. M. (2013). The Oxford Handbook of the
Development of Imagination. New York : Oxford
image: Evidence of a link among female
University Press.
adolescents. British journal of health
psychology, 10(1), 17-32.
Schiappa, E. (2008). Beyond Representational Correctness:
Rethinking Criticism of Popular Media. New York :
University of New York Press

Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat 175


GAMBARAN MOTIVASI PROSOSIAL DITINJAU DARI LIFE EVENTS PADA
ANGGOTA ORGANISASI IAAS FAKULTAS PERTANIAN ULM
PROSOCIAL MOTIVATION VIEWED FROM LIFE EVENTS ON IAAS ORGANIZATION MEMBERS
IN FACULTY OF AGRICULTURE ULM

Ria Novita Rahimi1*, Neka Erlyani1 dan Muhammad Abdan Shadiqi2


1. Program Studi Psikologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Lambung Mangkurat, Jalan Ahmad Yani
Km 36, Banjarbaru, 70714, Indonesia
2. Fakultas Psikologi, Universitas Indonesia, Kampus UI, Depok, 16424, Indonesia
*E-mail: rianovitarahimi@gmail.com
No. Handphone : 0895616786304

ABSTRAK

Perilaku prososial merupakan suatu tindakan menolong yang menguntungkan orang lain tanpa harus menyediakan suatu
keuntungan langsung pada orang lain yang melakukan tindakan tersebut dan mungkin bahkan melibatkan suatu resiko bagi
orang yang menolong. Perilaku prososial didasari oleh motivasi atau suatu dorongan untuk melakukan tingkah laku yang
bertujuan untuk menolong atau mensejahterkan orang lain, baik sebagai individu ataupun kelompok. Peristiwa-peristiwa
kehidupan yang dialami oleh seseorang (life events) juga mempengaruhi seseorang dalam melakukan perilaku prososial.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran motivasi prososial ditinjau dari life events pada anggota organisasi IAAS
(International Association Of Students In Agricultural And Related Science) Fakultas Pertanian Universitas Lambung
Mangkurat. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan teknik pengambilan data melalui wawancara dan
observasi. Kami menemukan pada subjek 1 terdapat life events negatif yang turut memotivasi subjek dalam melakukan
kegiatan-kegiatan prososial yaitu berkaitan dengan kehidupan serta kondisi pertanian di tempat tinggal asalnya, sedangkan
pada subjek 2 terdapat life events positif yang membuat subjek termotivasi untuk juga melakukan kegiatan-kegiatan prososial
yaitu berkaitan dengan pengalaman-pengalaman menyenangkan yang ia dapat ketika bergabung di IAAS. Salah satu bentuk
perwujudannya adalah dengan aktif mengikuti kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan oleh organisasi IAAS terutama yang
berkaitan dengan kegiatan menolong dan memberdayakan masyarakat serta lingkungan disekitar mereka khususnya yang
berhubungan dengan bidang pertanian.

Kata kunci: Motivasi Prososial, Life Events, IAAS (International Association Of Students In Agricultural And Related
Science)

ABSTRACT

Prosocial behavior is a helping behavior that benefits others without having to provide a direct benefit to the person who do
such actions and may even involve a risk to the person who helps. Prosocial behavior is driven by a motivation or an impulse
to conduct a behavior that aims to help or prosper other people, either as individuals or groups. Life events experienced by a
person also affect them in doing prosocial behavior. This study aims to determine the description of prosocial motivation
viewed from life events on IAAS (International Association of Agricultural And Related Science) members in faculty of
agricultural Universitas Lambung Mangkurat. This research used a qualitative research methods with interviews and
observation as data collection techniques. We found that in subject 1 there is a negative life event that motivated the subject
in doing prosocial activities, which is related to the agriculture life and condition in her residence, whereas in subject 2 there
is a positive life event that make the subject motivated to do prosocial activities, which is related to the pleasant experiences
that he had when joining IAAS. One form of its manifestation is to actively participate in activities undertaken by IAAS
organization, especially those relating to the activities of helping and empowering the community and the environment around
them, especially those related to agriculture.

Keywords: Prosocial Motivation, Life Events, IAAS (International Association Of Students In Agricultural And Related
Science)

Perilaku menolong orang lain dalam ilmu Psikologi keuntungan langsung pada orang yang melakukan tindakan
Sosial dikenal dengan istilah Perilaku Prososial. Perilaku tersebut dan mungkin bahkan melibatkan suatu resiko bagi
prososial merupakan suatu tindakan menolong yang orang yang menolong (Baron & Bryne, 2005). Telah
menguntungkan orang lain tanpa harus menyediakan suatu diterima secara luas bahwa aspek khas dari sosialitas

Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat 176


manusia adalah keterlibatan yang meluas dalam "perilaku Adapun kegiatan yang dilakukan sebagian besar berfokus
prososial," yang secara kasar dapat dicirikan sebagai pilihan pada pemberdayaan masyarakat serta lingkungan
individu untuk melupakan kepentingan material disekitarnya. Melalui program IAAS, mahasiswa pertanian
langsungnya untuk menguntungkan orang lain atau dilatih untuk mempertajam keterampilan mereka dalam
kelompok tempat dia berada (Godman, Nagatsu & Salmela, pemecahan masalah yang dapat digunakan dalam mencari
2014). solusi atas komplikasi yang dihadapi dunia. Selanjutnya,
Kita ketahui bahwa tidak semua orang memiliki organisasi ini juga memfasilitasi proses transfer informasi
keinginan serta usaha untuk menolong orang lain. Namun antar mahasiswa secara global. IAAS LC ULM adalah satu
demikian, tidak sedikit juga kita ditemui orang yang rela dari delapan Komite Lokal di bawah IAAS Indonesia
mengorbankan waktu, tenaga serta pikirannya untuk (IAAS LC ULM, 2018).
menolong orang lain yang membutuhkan. Perilaku Berdasarkan pemaparan diatas, peneliti ingin
menolong sendiri ditentukan oleh motivasi-motivasi yang menjelaskan gambaran motivasi prososial ditinjau dari life
ada di dalam diri individu untuk memunculkan perilaku events pada anggota organisasi IAAS Fakultas Pertanian
menolong tersebut. Penelitian sebelumnya yang dilakukan Universitas Lambung Mangkurat Banjarbaru.
oleh Rahmah dan Rositawati (2017) mendeskripsikan
motivasi prososial pada volunteer Save Street Child METODE PENELITIAN
Bandung berdasarkan teori motivasi prososial dari
Reykowsky didapatkan hasil yang menunjukkan bahwa
sebanyak tujuh orang (46,67%) memiliki instrinsic Penelitian ini menggunakan metode kualitatif
motivation (motivasi prososial yang dikontrol oleh harapan dengan teknik pengumpulan data menggunakan observasi
untuk mendapatkan keuntungan pribadi atau untuk dan wawancara. Teknik wawancara dalam penelitian ini
menghindari kerugian pribadi), lima orang (33,33%) adalah yang utama, sedangkan teknik observasi digunakan
memiliki endosentric motivation (motivasi prososial yang sebagai pelengkap dalam pengumpulan data penelitian.
dikontrol oleh harapan untuk mendapatkan perubahan Penelitian ini menggunakan observasi non
dalam self-esteem), dan tiga orang (20%) memiliki partisipan, dimana peneliti tidak terlibat langsung dalam
ipsosentric motivation (motivasi yang menekankan pada kegiatan yang dilakukan observee untuk mengamati
kondisi yang diharapkan sesuai persepsi dari social need perilaku subjek mengenai motivasi prososial yang ditinjau
yaitu untuk memperbaiki kondisi orang lain menjadi lebih dari life events sebagai anggota organisasi IAAS.
baik) dalam diri mereka. Hal ini membuktikan bahwa Wawancara yang digunakan adalah wawancara
perilaku prososial yang dilakukan oleh para volunteer semi-terstruktur, peneliti menggunakan pedoman
didasari oleh motivasi prososial yang berbeda-beda yang wawancara tetapi subjek dapat secara bebas
berpengaruh terhadap kualitas bantuan yang diberikan. mengungkapkan pendapat dan ide-ide nya mengenai
Selain itu, peristiwa-peristiwa kehidupan yang motivasi prososialnya yang ditinjau dari life events sebagai
dialami (life events) juga turut berperan bagi individu dalam anggota organisasi IAAS. Pedoman wawancara berisikan
melakukan perilaku prososial. Frazier dkk. (2013) dalam topik pertanyaan berupa (1) gambaran kegiatan prososial,
penelitiannya mengungkapkan bahwa individu yang pernah (2) motivasi prososial ditinjau dari life events. Wawancara
mengalami trauma selama hidupnya lebih banyak terlibat berlangsung rata-rata selama 60-90 menit untuk tiap subjek.
dalam perilaku prososial. Selain itu, Frazier (2013) Subjek penelitian adalah anggota IAAS sebanyak
menemukan bahwa partisipan yang terlibat dalam kegiatan 2 orang. Subjek 1 berjenis kelamin perempuan berusia 21
sukarela megaku bahwa pekerjaan tersebut juga terkait tahun. Ia adalah mahasiswa di Fakultas Pertanian ULM
dengan peristiwa kehidupan yang mereka alami, dimana serta aktif sebagai anggota IAAS. Subjek 2 berjenis kelamin
motivasi yang paling umum terkait dengan kejadian laki-laki berusia 20 tahun. Ia juga merupakan mahasiswa di
kehidupan negatif yang disebutkan oleh 44% responden. Fakultas Pertanian ULM serta tercatat sebagai anggota aktif
Meski kejadian kehidupan negatif paling sering disebutkan, IAAS. Pemilihan subjek dilakukan dengan cara pemberian
namun sekiitar 14% responden menyebutkan bahwa kuisioner via Google Form untuk mengetahui anggota
peristiwa kehidupan yang positif memotivasi mereka untuk IAAS yang memiliki life events khusus yang memotivasi
terlibat dalam kegiatan sukarela tersebut. mereka untuk aktif terlibat dalam kegiatan prososial.
Untuk mengoptimalkan dan memperluas cakupan Metode analisis data dalam penelitian ini menggunakan
serta efektifitas seseorang dalam melakukan perilaku analisis tematik. Data selama penelitian berlangsung ditulis
prososial, seringkali individu-individu tersebut bergabung dalam bentuk transkrip verbatim yang merupakan langkah
dan membentuk suatu komunitas atau organisasi yang awal koding. Langkah-langkah koding yang dilakukan
bergerak di bidang sosial-kemanusiaan dan lingkungan. Di untuk menganalisis transkrip verbatim terdiri dalam 3
Kalimantan Selatan, salah satu orgaisasi yang bergerak di bagian, yaitu (Poerwandari, 2005): koding terbuka (open
bidang tersebut adalah IAAS (International Association Of coding), koding aksial (axial coding) dan koding selektif
Students In Agricultural And Related Science). IAAS (selective coding). Kredibilitas data untuk meningkatkan
adalah organisasi kemahasiswaan untuk mahasiswa hasil penelitian ini dilakukan dengan menggunakan
pertanian di seluruh dunia yang berbasis di Leuven, Belgia triangulasi data melalui significant other agar data yang
yang didirikan pada tahun 1957. IAAS menyediakan tempat diperoleh penulis dapat bervariasi dari sumber yang
dimana para siswa pertanian dapat mewujudkan aspirasi berbeda-beda.
mereka melalui berbagai kegiatan di bidang pertanian.

Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat 177


HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil wawancara subjek 1 mengaku
bahwa salah satu motivasinya untuk ikut berpartisipasi
Subjek 1 dalam upaya membantu masyarakat serta dalam usaha
Subjek 1 merupakan seorang mahasiswa semester pelestarian lingkungan adalah karena ia memang menyukai
8 dan berkuliah di jurusan Agroekoteknologi Fakultas hal yang berkaitan dengan sosial dan lingkungan serta ia
Pertanian ULM. Subjek merupakan angggota organisasi ingin agar masyarakat bisa merasa terbantu dengan
IAAS selama kurang lebih 4 tahun dan sekarang menjabat kehadiran mereka, menjadi lebih maju dan mandiri.
sebagai Control Council Local Commitee, dimana
sebelumnya ia pernah menjabat sebagai Ketua pada periode “Saya motivasinya ya suka kegiatan sosial,
kepengurusan sebelumya, wakil ketua serta anggota dari lingkungan, ya itu sih, apa ya, pengen belajar
departemen Project ketika subjek awal masuk organisasi dan berguna aja untuk sekitar kayak gitu.”
IAAS di tahun pertama.
Adapun life events yang dimiliki subjek yang
mempengaruhi dia untuk menolong masyarakat,
“Pertama kan pasti jadi anggota dulu, kedua
lingkungan serta juga merupakan alasan dia untuk ikut
itu jadi wakil ketua, namanya itu kalau di IAAS
bergabung di organisasi IAAS adalah karena pengalaman
deputi local director, kalau yang tahun ketiga
dari ayah subjek yang merupakan seorang petani serta juga
itu jadi ketua, tahun keempat sekarang ini jadi
petani-petani di kampung halamannya, dimana ayahnya dan
DPO, control commitee gitu.”
petani lain sering mengeluhkan mahalnya harga bibit dan
pupuk, namun ketika panen tiba mereka harus menjual hasil
Menurut subjek, bentuk-bentuk kegiatan yang panen mereka dengan harga rendah, yang mana pengaturan
dilakukan selama ia menjadi anggota di organisasi IAAS harga tersebut diatur oleh pembeli hasil panen mereka
diantaranya yaitu program desa binaan, dimana subjek (tengkulak).
bersama rekan-rekannya yang lain memberdayakan
masyarakat di suatu kawasan serta membantu mengajarkan
“Iyaa itu kan petani di desa saya itu mereka
bagaimana cara memelihara lingkungan pertanian yang
itu kalau mau nanam kan musiman nih tadah
baik. Selain itu juga ada program agro care dimana mereka
hujan sawahnya, mau nanam mereka itu, apa
pergi ke sekolah-sekolah untuk mensosialisasikan
ya, minjam lah istilahnya ngutang dulu sama
penanaman pengetahuan pertanian sejak dini dan peduli
yang punya buat bibit sama pupuk, setelah itu
lingkungan sejak dini.
mereka kan pannennya serentak nih, karena
serentak panennya jadi harga jatuh, nah
“Kalau yang sasaran utamanya ke seperti itu jadi mereka itu kalau diistilahkan
masyarakat ya village conserve projecct tadai, kembali modal bisa juga diistilahkan tapi
jadi kita punya satu desa binaan, jadi kita sangat seidikit keuntungan yang mereka
masuk kesana kita lihat masalahnya disana dapat.”
apa terus kita adakan sebuah konsep
pertanian disana tidak hanya pertanian tapi
“Iyaa itu memang masih sampai saat ini kan
juga pemberdayaan anak-anak dan wanita,
bapak saya juga petani kayak gitu jadi sering
apa lagi ya, iya kira-kira begitu kalau disitu.
lah ngeluh harga pupuk naik nih, terus nanti
Kita juga bekerjanya bersama masyarakat
saat panen harga padi turun gitu kan untuk
disana kayak gitu.”
bayar hutangnya aja pas-pasan apalagi untuk
kita makan, apa untungnya pertaniannya gitu
“Kalau yang lain itu namanya ada agro care, kan, agak sedikit miris sih sama orang-orang
agro care itu ke anak-anak. kalau di IAAS ngga hanya bapak saya soalnya, orang-orang
UNLAM agro care itu penanaman kampung situ juga. Saya kan orang pertanian
pengetahuan pertanian sejak dini dan peduli gitu kan masa ngga bisa ngasih solusi kayak
lingkungan sejak dini. itu sasarannya anak gitu.”
SD. Agro care pertama itu dilaksanakan di
SDN 6 Sungai Besar. Jadi kan mereka tinggal
di perkotaan, mereka kan ngga tau tuh tentang Subjek 2
pertanian jadi kita ngajak mereka nanam Subjek 2 merupakan seorang mahasiswa semester
sayur dan barang-barang bekas kayak botol 4 dan berkuliah di jurusan Agroekoteknologi Fakultas
bekas seperti itu.” Pertanian ULM. Subjek merupakan angggota organisasi
“Jadi dia itu ada yang ke masyarakat, kalau IAAS selama kurang lebih 2 tahun kepengurusan dan
ke masyarakat itu ada namanya villlage sekarang menjabat sebagai Kooerdinator Departemen
conserve project atau desa binaan, kalau ke Project, dimana sebelumnya ia juga pernah menjabat
lingkungan kayak agro care tadi, jadi ya ada sebagai anggota dari departemen Project ketika subjek awal
ke masyarakat dan ada ke lingkungan dan masuk organisasi IAAS di tahun pertama.
bahkan ke member sendiri ada juga.”
“Koordinator departemen Project ka.”

Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat 178


“Eee waktu awal masuk itu di Berdasarkan hasil wawancara subjek 2 mengaku
departemen Project ka, departemen Project bahwa salah satu motivasinya untuk ikut berpartisipasi
itu yang mennangani tentang sosial dalam upaya membantu masyarakat serta dalam usaha
kemasyarakatan begitu, jadi ada bina desanya pelestarian lingkungan adalah karena ia memang menyukai
juga, ada kunjungan ke sekolah buat mengajar dan tertarik dengan hal yang berkaitan dengan sosial dan
juga.” lingkungan serta ingin berbagi ilmu yang di dapat di bangku
kuliah.
Menurut subjek, bentuk-bentuk kegiatan yang
dilakukan diantaranya yaitu diantaranya adalah agro care, “Mungkin karena peduli akan sosial sih
peringatan hari bumi atau earth day, youth agriculture, ka, jdi tertarik gitu untuk terjun.”
serta live in village. Adapun menurut pandangan subjek,
kegiatan-kegiatan dari IAAS sendiri lebih banyak “Eee itu ka bisa langsung komunikasi
berorientasi di bidang pertanian, lingkungan serta pelatihan sama warga gitu ka apalagi misalnya bisa
dan penanaman pentingnya kesadaran lingkungan bagi berbagi ilmu yang kita dapat di kuliah.”
masyakat.
Adapun life events yang dimiliki subjek yang
“Mungkin dari departmen Project nya mempengaruhi dia untuk menolong masyarakat,
dulu ya ka, jadi departemen Project tadi lingkungan serta juga merupakan alasan dia untuk bertahan
menangani sosial kemasyarakatan, contoh di organisasi IAAS adalah karena setelah bergabung di
prokernya itu ada agro care, agro care itu IAAS ia mendapatkan pengalaman-pengalaman untuk
kami menanamkan pertanian sejak dini, jadi terjun langsung ke masyarakat dalam bentuk pelaksanaan
tujuannya itu ke anak-anak SD biasanya, terus program kerja – program kerja dari IAAS, yang mana hal
ada juga namanya itu youth agriculture, nah itu merupakan hal yang menarik bagi subjek dan
itu tuh menanamkan rasa peduli pemuda menurutnya sejalan dengan passion-nya.
akann lingkungan dan pertanian gitu ka, jadi
eee kami ke SMA gitu tujuannya biasanya, nah “Jadi kan awalnya itu tadi mau belajar
terus ada juga eee dari yang kami secara sih, tapi setelah jalan setengah tahun atau
umum ada earth day atau peringatan hari setahun gitu ada tertariknya gitu untuk
bumi, kemaren eee perayaannya di lapangan melanjutkan di organisasi IAAS ni, terutama
Murjani, nah itu kami kayak menanamkan kan untuk di departemen saya sendiri gitu
rasa peduli akan sampah gitu ka, jadi orang karena memang eee passion saya sendiri
itu tidak membuang sampah sembarangan pengabdian masyarakat gitu ka, jadi memang
lagi. ingin terjun langsung, jadi tekadnya itu kan
eee supaya lebih baik, peduli lingkungan
“Lebih ke menyadarkan masyarakat pertanian dan masyarakat gitu ka.”
akan lingkungan ka kayak gitu.”
Perilaku prososial adalah suatu tindakan menolong
“Iyaa ada pelatihan-pelatihan seperti itu yang menguntungkan orang lain tanpa harus menyediakan
dan juga kami juga melatih member itu sendiri suatu keuntungan langsung pada orang yang melakukan
kaya pas agro care itu, jadi sebelum kami tindakan tersebut dan mungkin bahkan melibatkan suatu
melatih si peserta, kami juga latihan terlebih resiko bagi orang yang menolong (Baron & Bryne, 2005).
dahulu tentang ilmu yang ingin kami berikan Perilaku prososial dapat dilakukan oleh siapa saja dan untuk
ka.” siapa saja baik dalam bentuk perorangan ataupun dalam
sebuah badan organisasi atau komunitas. IAAS merupakan
Oke kalau kami kan IAAS ada desa organisasi kemahasiswaan untuk mahasiswa pertanian yang
binaan sendiri gitu kan ka, yang disebutnya tesebar di seluruh dunia, dimana untuk di Banjarbaru sendiri
village conserve project. Jadi desa binaan IAAS berada dibawah naungan Fakultas Pertanian ULM
kami itu ada disekitar perkotaan ini juga Banjarbaru. IAAS menyediakan tempat dimana para siswa
sekitar 1.4 km dari kampus kami, terus untuk pertanian dapat mewujudkan aspirasi mereka melalui
wilayah disana kami menerapkan urban berbagai kegiatan di bidang pertanian. Adapun kegiatan
farming commnity gitu jadi pertanian di yang dilakukan sebagian besar berfokus pada
perkotaan. Jadi untuk lingkungan disana itu pemberdayaan masyarakat serta lingkungan disekitarnya.
lebih memanfaatkan pekarangan rumah terus Melalui program IAAS, mahasiswa pertanian dilatih untuk
disana sudah memang inisiatif mereka mempertajam keterampilan mereka dalam pemecahan
awalnya itu ada membentuk kelompok tani. masalah yang dapat digunakan dalam mencari solusi atas
Disana itu mereka aktif dan ikut-ikut lomba komplikasi yang dihadapi dunia.
gtu ka, misal ada KRPL terus ada bank Berdasarkan wawancara yang telah dilakukan
sampah, tapi kami dari IAAS ikut membantu diketahui bahwa banyak dari program kerja – program kerja
juga disana ikut kerjasama ikut melatih dan dari IAAS yang bertujuan untuk membantu serta
kami belajar juga.” memberdayakan masyarakat khususnya pada bidang

Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat 179


pertanian serta mengupayakan kelestarian lingkungan yang pada kondisi yang diharapkan sesuai persepsi dari social
dituangkan dalam program kerja seperti desa binaan, need yaitu untuk memperbaiki kondisi orang lain menjadi
dimana para anggota IAAS membantu serta lebih baik.
memberdayakan masyarakat serta lingkungan di suatu Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan
lokasi agar dapat memanfaatkan potensi pertanian yang ada kepada subjek 1 dan 2 dapat diketahui bahwa jenis motivasi
disana dengan maksimal serta membantu pelestarian prososial yang terdapat pada diri subjek 1 adalah tipe
lingkungan sekitarnya, selain itu juga ada program Intrinsic Motivation, dimana ia berpendapat bahwa salah
peringatan hari bumi dengan tujuan untuk satu motivasinya untuk ikut berpartisipasi dalam upaya
mengampanyekan kesadaran serta perilaku yang ramah membantu masyarakat dan dalam usaha pelestarian
terhadap lingkugan seperti tidak membuang sampah lingkungan adalah karena ia memang menyukai hal yang
sembarangan, tidak menyia-nyiakan makanan, serta berkaitan dengan sosial dan lingkungan, ingin agar bisa
berbagai kegiatan lainnya yang termasuk ke dalam kegiatan membantu dan memberi kontribusi bagi masyarakat serta
sosial dan lingkungan. ingin membuat masyarakat bisa menjadi lebih maju dan
Eisenberg dan Mussen (1989) mengungkapkan mandiri dengan membantu mereka mengenali dan
tujuh dimensi dari perilaku prososial yang meliputi: Berbagi memanfaatkan potensi diri dan lingkungan mereka.
(Sharing), Kerjasama (Cooperative), Menyumbang Sementara pada subjek 2 dapat diketahui bahwa motiasi
(donating), Menolong (helping), Kejujuran (honestly), prososialnya lebih mengarah kepada tipe Endosentric
Dermawan (generosity) dan Mempertimbangkan hak dan Motivation, dimana ia ingin memperoleh pengalaman serta
kesejahteraan orang lain. Berdasarkan hasil wawancara menambah teman dan relasi disamping karena ia memang
yang dilakukan kepada subjek 1 maupun subjek 2 mereka menyukai dan tertarik dengan hal yang berkaitan dengan
sama-sama memiliki ketujuh dimensi ini dalam kaitannya sosial dan lingkungan serta ingin berbagi ilmu yang di dapat
dengan perilaku prosoosial yang mereka lakukan pada di bangku kuliah.
program kerja – program kerja dari IAAS, dimana mereka Beberapa penelitian mengungkapkan bahwa
saling berbagi ilmu maupun pengalaman baik kepada peristiwa-peristiwa kehidupan yang dialami oleh seseorang
masyarakat maupun anak-anak sekolah, bersama-sama (life events) juga mempengaruhi seseorang dalam
bekerja dengan masyarakat dalam upaya membina desa melakukan perilaku prososial. Salah satunya yaitu Frazier
agar potensi lahan pertanian yang ada disana dapat dkk. (2013) dalam penelitiannya mengungkapkan bahwa
dimanfaatkan dengan optimal, menyumbang waktu, tenaga individu yang pernah mengalami trauma selama hidupnya
serta pikiran mereka bagi masyarakat serta untuk perbaikan lebih banyak terlibat dalam perilaku prososial. Selain itu,
lingkungan pertanian yang ada, melolong masyarakat untuk partisipan yang terlibat dalam kegiatan sukarela mengaku
mengoptimalkan potensi serta hasil lahan pertanian mereka bahwa pekerjaan tersebut juga terkait dengan peristiwa
serta menolong para petani dengan cara menampung kehidupan yang mereka alami. Life events atau peristiwa
aspirasi dan berperan sebagai mediator untuk membantu kehidupan dikonseptualisasikan sebagai perubahan
menyelesaikan permasalahan yang ada, dermawan dengan kehidupan yang signifikan yang mempengaruhi atau
tidak sungkan untuk berbagi ilmu serta pengalaman yang menuntut adaptasi baru individu untuk membangun
didapat di bangku kuliah kepada masyarakat serta dalam kembali lingkungan manusia yang sesuai. Life events atau
melaksanakan kegiatan-kegiatannya mereka juga tidak peristiwa kehidupan membentuk dan mengorganisir
terlepas untuk mempertimbangkan hak dan kesejahteraan pengetahuan otobiografi dan karenanya dapat berfungsi
dari orang ataupun masyarakat yang mereka bantu. sebagai landmark (temporal) yang mengatur memori dan
Motivasi prososial adalah suatu dorongan untuk mengorganisir kisah hidup seseorang (Leist, Ferring, &
melakukan tingkah laku yang bertujuan untuk menolong Filipp, 2010). Life Events terbagi menjadi dua jenis yaitu
atau mensejahterkaan orang lain, baik sebagai individu life events positif dan life events negatif. Life events positif
ataupun kelompok (Eisenberg & Mussen (1989). Terdapat merupakan peristiwa hidup yang bersifat menyenangkan,
tiga jenis motivasi prososial yang didasarkan pada standar dimana enangan akan kejadian positif cenderung
yang berkembang dalam sistem kognitif individu, yaitu meningkatkan mood sehingga mengingat kejadian hidup
(Reykowsky, 1982): (1) Ipsosentric Motivation yang positif dapat dikaitkan dengan regulasi emosi (Leist,
merupakan keinginan untuk memberikan perlindungan, Ferring, & Filipp, 2010). Sedangkan, life events atau
perawatan dan meningkatkan kesejahteraan dari objek peristiwa hidup negatif didefinisikan oleh Leist sebagai
sosial eksternal yang dikontrol oleh harapan untuk pengalaman kurang menyenangkan yang dialami individu
mendapatkan keuntungan pribadi atau untuk menghindari yang dapat berpotensi mengubah dunia sosial seseorang
kerugian pribadi, (2) Endosentric Motivation yaitu secara signifikan
keinginan untuk memberi perlindungan, perawatan dan
meningkatkan kesejahteraan dari objek sosial yang
dikontrol oleh harapan untuk mendapatkan perubahan
dalam self-esteem yang bergantung pada realisasi
pembuktian norma dengan melakukan tindakan yang tepat
dan (3) Instrinsic Motivation yang merupakan keinginan
untuk memberi perlindungan, perawatan dan meningkatkan
kesejahteraan dari objek sosial eksternal yaitu manusia
secara individual maupun kelompok, yang menekankan

Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat 180


ketika bergabung di IAAS. Adapun salah satu bentuk
perwujudannya adalah dengan aktif mengikuti kegiatan-
kegiatan yang dilaksanakan oleh organisasi IAAS terutama
yang berkaitan dengan kegiatan menolong dan
memberdayakan masyarakat serta lingkungan disekitar
mereka khususnya yang berhubungan dengan bidang
pertanian.
Saran yang dapat diberikan kepada subjek yaitu
hendaknya subjek tetap aktif mengikuti kegiatan-kegiatan
organisasi IAAS untuk menjaga serta meningkatkan
. motivasi prososialnya. Kemudian saran yang dapat
diberikan bagi organisasi IAAS dalam meningkatkan
Bagan 1. Bagan Motivasi Prososial Ditinjau Dari Life motivasi prososial anggotanya yaitu dengan terus membuat
Events Pada Anggota Organisasi IAAS Fakultas Pertanian lebih banyak program kerja yang bergerak di bidang sosial
Universitas Lambung Mangkurat Banjarbaru lingkungan agar para pengurus serta anggotanya memiliki
wadah untuk menyalurkan perilaku prososial mereka, selain
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan itu juga perlu adanya monitoring dan evaluasi dalam setiap
diketahui bahwa motivasi dalam melakukan perilaku kegiatann agar hasil yang didapatkan bisa maksimal.
prososial subjek 1 sehubungan dengan keanggotaannya di Adapun saran yang dapat diberikan untuk institusi dalam
IAAS salah satunya karena peristiwa hidup atau life events meningkatkan motivasi prososial mahasiswanya yaitu
negatif yang dialami subek, dimana ia mengungkapkan dengan mempermudah perizinan serta meningkatkan sarana
bahwa peristiwa nyata yang terjadi di lingkungan sekitar dan prasarana untuk menunjang pelaksanaan program kerja
tempat tinggalnya yaitu ayah subjek yang merupakan mahasiswa yang bergerak di bidang sosial-kemanusiaan.
seorang petani serta juga petani-petani yang ada di
kampung halamannya, dimana ayahnya dan petani lain DAFTAR PUSTAKA
sering mengeluhkan mahalnya harga bibit dan pupuk,
namun ketika panen tiba mereka harus menjual hasil panen Baron, R. A. & Byrne, D. (1997). Social Psychology 8th
mereka dengan harga yang rendah yang mana pengaturan Ed) Boston: Allyn and Bacon.
harga tersebut diatur oleh pembeli hasil panen mereka Eisenberg, N., & Mussen, P. H. (1989). The roots of
(tengkulak). Subjek juga mengaku bahwa salah satu prosocial behavior in children. Cambridge
alasannya untuk ikut bergabung di IAAS dan berpartisipasi University Press.
pada kegiatan-kegiatan prososial yang ada salah satunya Frazier, P., Greer, C., Gabrielsen, S., Tennen, H., Park, C.,
adalah karena peristiwa hidup negatif yang dialami keluarga & Tomich, P. (2013). The relation between trauma
dan masyrakat di daerahnya tadi yang memotivasinya untuk exposure and prosocial behavior. Psychological
ingin berbuat perubahan yang positif bagi orang-orang Trauma: Theory, Research, Practice, and
disekitarnya. Policy, 5(3), 286.
Sedangkan pada subjek 2 pengalaman hidup atau Godman, M., Nagatsu, M., & Salmela, M. (2014). The
life event yang memotivasinya dalam melakukan kegiatan social motivation hypothesis for prosocial
prososisal sehubungan dengan keanggotaannya di IAAS behavior. Philosophy of the Social
salah satunya adalah karena peristiwa hidup atau life event Sciences, 44(5), 563-587.
positif yang dialami subjek, dimana ia merasa bahwa IAAS LC ULM. (2018). Retrieved from
pengalaman-pengalaman yang didapatnya selama http://iaas.ulm.ac.id/.
bergabung di IAAS yang kebanyakan kegiatannya bersifat Leist, A. K., Ferring, D., & Filipp, S.-H. (2010).
terjun langsung ke masyarakat membuatnya merasa Remembering positive and negative life events:
semakin termotivasi untuk berbuat sesuatu yang positif bagi Associations with future time perspective and
masyarakat. functions of autobiographical memory. GeroPsych –
The Journal of Gerontopsychology and Geriatric
SIMPULAN Psychiatry, 23(3), 137-147.Moleong, Lexy J.
(2007). Metodologi penelitian kualitatif. Bandung:
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan Penerbit PT Remaja Rosdakarya Offset.
didapat hasil bahwa pada subjek 1 terdapat life events Poerwandari, E.K. (2005). Pendekatan Kualitatif untuk
negatif yang turut memotivasi subjek dalam melakukan Penelitian Perilaku Manusia. Depok: Lembaga
kegiatan-kegiatan prososial yaitu berkaitan dengan Pengembangan Sarana Pengukuran dan Pendidikan
kehidupan serta kondisi pertanian di tempat tinggal asalnya, Psikologi (LPSP3).
sedangkan pada subjek 2 terdapat life events positif yang Reykowski, J. (1982). Motivation of prosocial behavior.
membuat subjek termotivasi untuk juga melakukan Cooperation and helping behavior (pp. 355-375).
kegiatan-kegiatan prososial yaitu berkaitan dengan
pengalaman-pengalaman menyenangkan yang ia dapat

Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat 181


GAMBARAN MOTIVASI PROSOSIAL DITINJAU DARI LIFE EVENTS PADA
KADER LINGKUNGAN HIDUP “GO GREEN AND CLEAN” KOTA
BANJARBARU
PROSOCIAL MOTIVATION VIEWED FROM LIFE EVENTS ON ENVIROMENTAL VOLUNTEERS
“GO GREEN AND CLEAN” IN BANJARBARU CITY

Syifa Oktavia1*, Neka Erlyani1 dan Muhammad Abdan Shadiqi2


1
Program Studi Psikologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Lambung Mangkurat, Jl. Ahmad Yani km.
36, Banjarbaru, 70714, Indonesia.
2
Fakultas Psikologi, Universitas Indonesia, Depok, Jawa Barat, 16424, Indonesia.
*Email: oktaviasyifa@gmail.com
No. Hp: 08115001097

ABSTRAK

Perilaku menolong kepada orang lain merupakan salah satu bentuk dari perilaku prososial. Perilaku prososial
dapat muncul atas inisiatif sendiri atau didasari oleh motivasi yang ada dalam diri seseorang. Motivasi seseorang untuk
membantu, menolong, atau meringankan penderitaan seseorang, kelompok atau obyek lain disebut dengan motivasi
prososial. Banyak faktor yang mempengaruhi motivasi prososial individu, peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam kehidupan
(life events) juga mempengaruhi seseorang dalam melakukan perilaku prososial. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui gambaran motivasi prososial ditinjau dari life events pada Kader Lingkungan Hidup “Go Green and Clean”
Kota Banjarbaru. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan teknik pengambilan data wawancara semi terstruktur
dan observasi. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini yaitu subjek VS mengalami life events positif dan subjek S mengalami
life events negatif. Pada kedua subjek memiliki motivasi prososial jenis intrinsic motivation, yaitu kedua subjek melakukan
perilaku prososial karena memang motivasi atau tujuan mereka untuk membantu orang lain tanpa ada harapan-harapan
lainnya. Dapat disimpulkan bahwa baik life events positif maupun negatif keduanya sama-sama memiliki pengaruh dalam
motivasi prososial individu yang di wujudkan oleh kedua subjek dengan ikut berpartisipasi aktif pada komunitas “Go Green
and Clean” Kota Banjarbaru.

Kata kunci: motivasi prososial, life events, kader lingkungan hidup.

ABSTRACT

Behavior of helping others is a prosocial behavior. Prosocial behavior appears on its own initiative or based on the
motivation that exists within a person. A person's motivation to help or relieve the suffering of a person, group or other object
is called prosocial motivation. Many factors affect the prosocial motivation of individuals, where events that occur in life (life
events) also affect a person in doing prosocial behavior. The purpose of this research is to know prosocial motivation viewed
of life events on enviromental volunteers "Go Green and Clean" in Banjarbaru City. This research is a qualitative research
with semi-structured interview and observation. The results from this study that each individual experience different life events
in this life that encourages their prosocial motivation in the community, where the subject VS experienced positive life events
and subject S experienced negative life events. In both subjects have a prosocial motivation type of intrinsic motivation, both
subjects do prosocial behavior because it is motivation or their goal to help others without any other expectations. It can be
concluded that both positive and negative life events both have an influence in individual prosocial motivation manifested by
both subjects by actively participating in the community "Go Green and Clean" in Banjarbaru City.

Keyword: prosocial motivation, life events, environmental volunteers.

Pada interaksi kesehariannya, manusia yang oleh manusia sebagai makhluk sosial dan ada dalam diri
merupakan makhluk sosial tidak lepas untuk saling tolong- pribadi individu (Staub, 1978).
menolong dalam kehidupannya. Perilaku menolong Perilaku prososial muncul atas inisiatif sendiri,
kepada orang lain merupakan salah satu bentuk dari yang mana perilaku tersebut ditampilkan oleh seseorang
perilaku prososial yang mana perilaku prososial dimiliki didasari oleh motivasi yang ada dalam diri seseorang.

Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat 182


Motivasi seseorang untuk membantu, menolong, atau Bandung. Hasil yang berbeda ini membuktikan bahwa
meringankan penderitaan seseorang, kelompok atau obyek perilaku prososial yang dilakukan oleh para volunteer
lain disebut dengan motivasi prososial. Selain itu, peristiwa- didasari oleh motivasi prososial yang berbeda-beda yang
peristiwa yang terjadi dalam kehidupan (life events) juga berpengaruh terhadap kualitas bantuan yang mereka
mempengaruhi seseorang dalam melakukan perilaku berikan. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk melihat
prososial. Frazier dkk. (2013) menemukan bahwa 44% gambaran motivasi prososial ditinjau dari life events pada
responden melaporkan peristiwa hidup yang negatif sebagai Kader Lingkungan Hidup “Go Green and Clean” Kota
motivasi terlibat pada kegiatan relawan. Frazier dkk. juga Banjarbaru.
menyebutkan bahwa 14% menjadikan peristiwa hidup yang Penelitian ini diharapkan dapat memberikan
positif sebagai alasan dibalik keikutsertaan mereka pada manfaat dalam pengembangan ilmu psikologi terutama
kegiatan relawan. Kemudian, terdapat 47% responden lebih dalam mengembangkan teori tentang motivasi prososial
sering memberikan dukungan emosional pada orang lain dalam diri individu melalui perspektif life event subjek
setelah pernah mengalami kematian orang yang dicinta penelitian.
(Frazier dkk., 2013). Dapat ditarik simpulan dari studi
Frazier dkk. bahwa orang yang terpapar trauma berusaha METODE PENELITIAN
untuk mengurangi kesusahan yang dialami orang lain dan
lebih cenderung terlibat dalam perilaku prososial. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif
Di Banjarbaru terdapat berbagai komunitas dengan metode wawancara dan observasi. Jenis wawancara
kemanusiaan dan kepedulian lingkungan, salah satunya yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara
adalah Kader Lingkungan Hidup “Go Green and Clean” semi-terstruktur dan termasuk dalam kategori wawancara
Kota Banjarbaru. Kader Lingkungan Hidup “Go Green and mendalam (Sugiyono, 2010). Wawancara dalam studi ini
Clean” merupakan komunitas yang berada di bawah berfokus mengenai motivasi prososial yang ditinjau dari life
naungan dan tanggung jawab Dinas Lingkungan Hidup events pada kader lingkungan hidup “Go Green and Clean”
Provinsi Kalimantan Selatan. Kader “Go Green and Clean” Kota Banjarbaru. Data yang dihasilkan dari wawancara
ada sejak tahun 2012 hingga sekarang tahun 2018 yang berupa transkrip verbatim wawancara yang kemudian
beranggotakan kurang lebih 120 anggota dari jumlah dianalisa secara kualitatif dan diinterpretasikan.
keseluruhan yang tersebar di berbagai daerah di Kota Kredibilitas penelitian ini dicapai dengan menggunakan
Banjarbaru. Kader-kader ini adalah orang-orang terbaik triangulasi subjek dan waktu (Sugiyono, 2010).
yang di pilih dari berbagai kecamatan di kota Banjarbaru Teknik observasi yang digunakan dalam penelitian
yang berkesempatan untuk mendapatkan pelatihan serta ini adalah observasi non partisipan dengan teknik
pengalaman oleh Dinas Lingkungan Hidup. Tidak hanya pengumpulan data anecdotal record. Anecdotal record
sebatas terhenti pada pelatihan, mereka mulai mengenalkan merupakan cara pencatatan observasi yang berisi gambaran
dan mempraktikan keterampilan yang mereka kuasai secara naratif kejadian atau peristiwa yang terjadi secara
kepada masyarakat di sekitar. Kader tersebut bekerjasama spontan atau perilaku yang tidak dapat diantisipasi
dengan Dinas Lingkungan Hidup mulai mengampanyekan sebelumnya selama sesi wawancara berlangsung
perilaku cinta terhadap lingkungan dengan melakukan (Sugiyono, 2010). Pengamatan dilakukan selama proses
berbagai cara yang sederhana guna mensejahterakan wawancara, dimana fokus pengamatan pada penelitian ini
masyarakat dari segi ekonomi dan sosial. Jadi, komunitas adalah untuk melihat bagaimana situasi, sikap dan perilaku
ini tidaklah hanya bergerak di bidang sosial-lingkungan, dari subjek yang dapat menggambarkan motivasi prososial
tetapi mereka juga fokus terhadap bidang sosial- para kader lingkungan hidup “Go Green and Clean” Kota
kemanusiaan. Salah satu wujud nyata komunitas ini adalah Banjarbaru ditinjau dari life events mereka.
terbentuknya komunitas Bank Sampah Guntung Rambai Penelitian ini menggunakan teknik snowball
Sejahtera. sampling dengan 2 orang subjek. Subjek tercatat aktif
Studi pendahuluan kepada salah satu anggota sebagai kader lingkungan hidup “Go Green and Clean” di
Kader Lingkungan Hidup “Go Green and Clean,” pada kota Banjarbaru..
awalnya komunitas tersebut hanya berupa perkumpulan.
Beberapa aktivitas yang telah mereka berikan pada
masyarakat yaitu berbagi ilmu dan keterampilan kepada HASIL DAN PEMBAHASAN
masyarakat di suatu daerah tertentu ataupun sekolah-
sekolah, bantuan dalam menyediakan peralatan dari bahan Wawancara dan observasi dilakukan dengan 2
guna ulang untuk menunjang perlombaan. Dari beberapa orang subjek berinisial VS dan S. Subjek VS seorang
kegiatan yang dipaparkan oleh anggota kader tersebut dan perempuan berusia 55 tahun dan subjek S seorang laki-laki
penjelasan terkait dengan perilaku prososial. Kegiatan yang berusia 53 tahun.
mereka lakukan merupakan contoh perilaku prososial.
Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Subjek VS
Rahmah & Rositawati (2017) berdasarkan teori motivasi
prososial dari Reykowsky di dapatkan hasil 46,67% Dari hasil wawancara tersebut dapat diketahui
memiliki Instrinsic Motivation, 33,33% memiliki bahwa subjek bernama VS dan berusia 55 tahun. Dari hasil
Endosentric Motivation, dan 20% memiliki Ipsosentric wawancara diketahui subjek bernama VS sudah bergabung
Motivation dalam diri Volunteer Save Street Child

Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat 183


dengan komunitas Go Green and Clean selama 4 tahun berjalan nanti mudah pikun atau apa makanya lebih
lamanya. baiknya kita gunakan untuk tetap produktif.”

“Saya mulai bergabung di GNC pada tahun 2014” Subjek bercerita dulunya dia tidak ada kepikiran
maupun ketertarikan untuk membantu orang lain maupun
Dari kegiatan yang dipaparkan oleh subjek lingkungan, tetapi setelah subjek mendapat pengalaman di
komunitas yang bergerak di bidang sosial-lingkungan ini Surabaya semuanya berubah. Jadi terlintas di pikiran untuk
tidak hanya melakukan kegiatan terkait lingkungan, tetapi tetap meneruskan ilmu yang didapat ini saat di
dari kegiatan-kegiatan itu ada yang bertujuan untuk lingkungannya. Setelah kejadian itu, setiap melihat sesuatu
membantu sesama atau orang lain. Subjek memutuskan yang baru dari internet maupun televisi membuat subjek
untuk ikut bergabung dengan komunitas karena sebelumnya ingin mencobanya dan melatihnya sendiri dirumah. Saat
ada kejadian yang membuat subjek terpilih menjadi 20 dirasa sudah mampu lalu subjek membagikan ilmunya ini
kader terbaik dan hingga sekarang memutuskan untuk tetap dengan orang-orang disekitar rumahnya, ke anak-anak di
bergabung di komunitas. sekolah atau ke ibu-ibu PKK.

“Ohh kegiatan GNC selama ini yaa pertama “Ya kalau dulu sih ya awal-awalnya biasa aja. Ngga
kebersihan lingkungan, membersihkan lingkungan pernah melihat atau membuat keterampilan-
lah pastinya. Terus penanaman penghijauan, terus keterampilan kayak gini. Tapi setelah saya di
memberikan penyuluhan di sekolah-sekolah sama di magangkan di Surabaya, di Jawa Timur kemarin.
masyarakat sekitar. Terus selain itu, kita Saya melihat dan mengalami langsung terus ada
memberikan pelatihan atau mengajari ke orang- perasaan ingin bikin ini bikin itu yaa macam-macam
orang tentang barang-barang yang ngga berguna lah buat keterampilan.”
jadi berguna lagi atau guna ulang, kayak bahan dari “Iya dari setelah itu yang nambah semangat karena
Koran, plastik, karton, botol bekas dan banyak lagi ya senangnya itu jadi nambah wawasan, nambah
yang masih bisa kita gunakan.” ilmu, nambah temanlah yang nomer satu. Dari
pelatihan itukan yang langsung saya kembangkan
Subjek mengatakan bahwa dia bergabung di disini, terus dari situ juga baru cari-cari di internet
komunitas selain ingin mengisi waktu luang di usia yang baru saya coba-coba sendiri di rumah. Dapat ide-ide
sudah tidak muda, dia juga merasa senang saat bertemu baru eh ada ini cobalah ini dibuat.”
dengan banyak orang dan bisa membagikan ilmu yang “Iya jadi lebih terpacu dan terbuka gitu naa pikiran.
dimilikinya kepada orang lain. Subjek sangat senang saat Saya merasa terbuka dengan sendirinya gitu pikiran.
lingkungan menjadi bersih dan orang-orang di Dulukan ngga ada kepikiran oh aku mau bikin ini,
lingkungannya itupun menjadi sehat. bikin itu, ngga ada sama sekali di pikiran tapi setelah
kejadian ikut di Surabaya itu bikin pikiran terbuka
“Kitakan membersihkan lingkungannya, kalau dan hati juga. Sebelum ke Surabaya itu ya biasa aja
bersih kan sehat ya? Kayak selokan-selokan ngga ada kepikiran, tapi setelah dari sana ya mikir
tersumbat kita benahi kan orang-orang yang kenapa ilmunya ngga dibagikan ke orang-orang,
terbantu jadi ngga tersumbat, ngga banjir kan ya? masyarakat juga. Ya lewat GNC ini bisa ikut
Ngga jadi sarang nyamuk juga. Nah itukan, kegiatan-kegiatan.”
membantu orang lain juga toh.”
Apa yang dikatakan oleh subjek ini telah
Subjek mengatakan yang mendorong dia untuk diklarifikasi dan ditanyakan langsung tentang
tetap aktif itu selain senang adalah karena banyak bertemu kebenarannya kepada orang terdekat subjek yaitu, teman
dengan teman-teman, bisa interaksi satu sama lain. Jadinya akrab subjek di komunitas. Klarifikasi ini merupakan
saat saya kesusahan juga masih banyak yang bantu saya bentuk triagulasi hasil wawancara dengan subjek. Teman
karena banyaknya teman. subjek mengatakan benar adanya bahwa subjek sudah
bergabung dari tahun 2014 dan aktif dalam setiap kegiatan
“Ya saya mau aja, saya mau dan senang bergabung yang dilaksanakan oleh komunitas. Subjek sehari-harinya
di GNC itu. Ya sebabnya banyak temen, kita bisa juga senang membantu tetangga sekitar rumahnya untuk
membenahi lingkungan, membersihkan lingkungan tetap menjaga lingkungannya agar tetap bersih dan hijau.
sama-sama temen-temen gotong royong gitu.”
“Iya suka dan ikhlas juga. Istilahnya kan suka biasa “Aktif ya, beliau ini senang membuat kerajinan-
aja nih ngga dapat apa-apa, tapi karena hati ikhlas kerajinan, mengolah sampah gitu. Ya aktif lah beliau
jadinya senang walaupun ngga dapat apa-apa. Niat kalau sudah ada kegiatan itu. Kadang kalau saya
kita kan itu yaa, senang itu jadi senang.” telpon, bu ini kita dapat undangan disini beliau mau
“Yaa itukan istilahnya kita sudah tua ini mikirnya menghadirinya.”
kalau saya masih bisa masih mampu masih bisa “Kalau yang sepengetahuan saya sih iya ya. Selama
dimanfaatkan ya pasti akan membantu yaa dijalani. kegiatan kalau kita ketemu itu beliau tanggap, baik
Selain itu, daripada otak nih sudah tua ngga sama kita-kita. Senang bercanda. Kalau diminta
buat sosialisasi sama sekolah-sekolah juga cepat

Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat 184


maunya. Dan yang saya tau beliau sering bantu ibu- “Dulu itu LH itu mau kayak gimana caranya
ibu PKK di lingkungannya buat kerajinan-kerajinan Banjarbaru ini jadi hijau dan bersih nah lalu ada
begitukan terus dijual sama-sama mereka.” rancangan membentuk GNC ini untuk Banjarbaru
tapi dengan syarat ada kader-kader yang
Subjek S menjalankan. Lalu, diberilah minimal setiap
kelurahan itu ada 2 kader. Jadi dipilih langsung dari
Dari hasil wawancara diketahui subjek bernama S kelurahan, kelurahan melihat-lihat langsung dari RT
sudah bergabung dengan komunitas Go Green and Clean buat memilihnya tuh, lalu terpilihlah saya. Waktu
selama 6 tahun lamanya, dari tahun 2012 hingga sekarang dipilih lagi 20 kader terbaik saya masuk didalamnya
menjadi ketua dari komunitas tersebut. Subjek dulunya dan kami 20 orang ini di magangkan di Surabaya 3
sebelum bergabung di GNC ini merupakan ketua RT hari 3 malam untuk melihat langsung bagaimana
teladan yang terpilih menjadi 20 kader terbaik. warga disana menjaga dan memelihara
lingkungannya.”
“Ya awalnya itu di tahun 2012, berarti sudah berapa “Jadi saya banyak dapat ilmu dari mereka. Setelah
tahun tuh? 6 tahunan lah.” itu, pulang ke Banjarbaru saya langsung kumpulkan
“Iya aktif lah, wong saya ketuanya.” warga sini, saya sosialisasikan ke warga nah ini loh
hasil magang saya. Supaya warga tuh percaya saat
Subjek mengatakan dulunya dia sangat kesal itu juga pas saya lagi ada rezeki 3 warga saya ajak
melihat lingkungannya yang tidak enak di pandang karena langsung ke Surabaya nya melihat, merasai
banyak sampah yang berserakan dan menimbulkan bau langsung. Pikir saya waktu itu supaya saya punya
setiap harinya. Dari tanggung jawabnya sebagai ketua RT teman yang bisa di ajak kerjasama saat di
subjek berpikir untuk mencari jalan keluar terkait lingkungan saya nanti.”
permasalahan sampah ini. Awalnya subjek bekerjasama
dengan warga di lingkungannya untuk membantu Berawal dari terpilih dan mendapatkan ilmu
membersihkan sampah dengan berinisiatif menyediakan selama magang, subjek bergabung dengan komunitas Go
tempat sampah, lalu mencari orang yang mau mengambil Green and Clean ini dan sampai sekarang masih aktif dalam
sampahnya secara rutin hingga subjek membuat tempat setiap kegiatannya. Subjek mengatakan bahwa komunitas
penampungan sampah yang masih bisa dimanfaatkan untuk ini banyak melakukan kegiatan menjaga dan melestarikan
dijual nantinya. lingkungan yang tujuannya untuk membantu sesama atau
orang lain, agar mereka merasa terbantu dan ikut
“Lingkungan saya ini dulu kada kayak gini Mba. bersemangat menjaga lingkungannya. Subjek mengatakan
Dulu kededa tuh hijau-hijau dimuka rumah. Dulu dia bergabung dengan komunitas ini karena merasa satu
sampah menumpuk Mba diujung sana, maka dulu itu tujuan dengan apa yang diinginkannya, yaitu menjaga
banyak anjing di lingkungan sini. Jadi, setiap malam lingkungan tetap bersih guna membantu orang-orang
sampah-sampah tuh disereti, digigiti anjing nah didalam lingkungan tersebut.
paginya pasti langsung banyak beserakan dimana- Semua yang telah subjek ceritakan kepada peneliti
mana. Bingung dulu saya melihat banyak banar telah di pertanyakan langsung kebenarannya kepada istri
beserakan.” subjek. Istrinya mengatakan bahwa memang benar subjek
“Nah, saya itu dulu jadi ketua RT di lingkungan ini, senang membersihkan lingkungannya bersama teman-
itupun dijebak sama warga. Warga langsung temannya dan tidak jarang subjek rela mengeluarkan dana
memilih saya baru ngasih tau saya tiba-tiba warga pribadi untuk tetap merealisasikan apa yang dia inginkan
sudah ngumpul semua buat pemilihan ketua RT ini. untuk warga dan lingkungan di rumahnya.
Pas, jadi ketua RT tuh saya bepikir kayapa caranya Dari hasil observasi dan wawancara kepada kedua
pas saya yang mimpin ada perubahan, biar sedikit. subjek didapatkan bahwa keikutsertaan dan segala kegiatan
Ada bebagus lah handaknya lingkungan nih. Jadi, yang dilakukan subjek dalam komunitas mereka adalah
saya mulai dulu tuh membenahi sampah.” bersifat sukarela dan menolong orang lain, yang mana ini
merupakan bentuk dari perilaku prososial. Baron dan Byrne
Dari keaktifan subjek di lingkungannya sebagai (2005) mendefinisikan perilaku prososial sebagai suatu
RT itu, subjek di pilih untuk menjadi 20 kader terbaik yang tindakan menolong yang menguntungkan orang lain tanpa
dibawa ke Surabaya untuk melihat langsung bagaimana harus menyediakan suatu manfaat langsung kepada orang
pengelolaan lingkungan disana. Selama 3 hari 3 malam yang melakukan tindakan menolong tersebut.
subjek belajar langsung untuk mengelola lingkungan dan Bergabungnya mereka dalam komunitas Go Green and
balik ke Banjarbaru subjek langsung menerapkannya Clean ini adalah bentuk dari perilaku prososial yang telah
bersama warga. Malahan subjek dengan sukarela mau mereka lakukan karena dalam komunitas ini mereka tidak
mengajak 3 warganya kembali ke Surabaya untuk mendapatkan imbalan apapun karena memang diawal
menunjukkan kepada mereka secara langsung bagaimana terbentuknya komunitas ini hanya bertujuan untuk
masyarakat disana mengelola lingkungannya dan bisa membuat bagaimana Banjarbaru menjadi kota yang bersih
diterapkan di lingkungan mereka. dan hijau secara merata diberbagai wilayah. Selain itu,
diperkuat dengan pengertian perilaku prososial dari
Eisenberg dan Mussen (1989) yang menjelaskan bahwa

Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat 185


perilaku prososial mengarah pada perilaku sukarela yang dan meningkatkan kesejahteraan orang lain. Janus
dimaksudkan untuk membantu kelompok atau individu Reykowsky membedakan ketiga jenis motivasi prososial
lain. berdasarkan lima aspek. Aspek-aspek tersebut ialah kondisi
Dalam komunitas Go Green and Clean mereka awal yang mendahului, keadaan akhir yang diharapkan,
melakukan banyak kegiatan terkait lingkungan yang keadaan yang memfasilitasi, keadaan yang menghambat,
tujuannya selain untuk kepentingan lingkungan juga untuk serta karakteristik kualitas dan tindakan. Selain itu terdapat
masyarakat di dalam lingkungan tersebut. Mereka yang tiga jenis motivasi prososial, yaitu ipsocentric motivation,
berasal dari berbagai kelas sosial yang berbeda dan endosentric motivation, dan instrinsic motivation
pekerjaan yang berbeda saling bekerjasama, menolong dan (Eisenberg, 1982).
berbagi satu sama lain baik antar anggota maupun kepada Melihat dari perbedaan life events atau kejadian-
masyarakat di luar sana. Kegiatan-kegiatan yang mereka kejadian dalam hidup kedua subjek ini tidak terlihat dengan
rancang pun selalu mempertimbangkan untuk kesejahteraan adanya perbedaan pada motivasi prososial mereka.
orang lain, salah satunya seperti yang dikatakan oleh subjek Keduanya sama-sama memiliki motivasi prososial jenis
1 bahwa mereka sering ikut terjun langsung dalam instrinsic motivation yaitu dorongan atau keinginan
membersihkan selokan maupun sungai-sungai yang individu untuk memberikan bantuan, perlindungan,
tergolong kotor untuk membantu masyarakat disana. perawatan, dan meningkatkan kesejahteraan dari objek
Terlihat jelas bahwa yang dilakukan kedua subjek dalam sosial atau orang lain. Dimana subjek baik secara individual
komunitasnya ini adalah sebuah perilaku prososial dimana maupun kelompok, menekankan pada kondisi yang
banyak tokoh yang menyebutkan perilaku prososial diharapkan sesuai persepsi dari social need yaitu untuk
meliputi tindakan berbagi (sharing), kerjasama memperbaiki orang lain menjadi lebih baik. Kedua subjek
(cooperation), menolong (helping), kejujuran (honesty), melakukan perilaku prososial karena memang motivasi atau
dermawan (generousity) serta mempertimbangkan hak dan tujuan mereka untuk membantu orang lain. Dalam hal
kesejahteraan orang lain (Dayakisni & Hudaniah, 2006). motivasi prososial memang tidak terlihat adanya perbedaan,
Peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam kehidupan tetapi dalam kualitas perilaku prososial yang diberikan ada
(life events) mempengaruhi seseorang dalam melakukan sedikit perbedaan. Dimana subjek 2 yang mengalami life
perilaku prososial. Sesuai dengan hasil penelitian dari events negative lebih gigih, bersemangat dan berani dalam
Frazier dkk. (2013) mengungkapkan bahwa orang yang membantu orang lain. Sebagai bukti yaitu subjek 2 lebih
terpapar trauma lebih cenderung terlibat dalam perilaku rela mengeluarkan uang secara pribadi demi mewujudkan
prososial. Pada subjek 1 ditemukan adanya life events keinginannya untuk menjadikan lingkungannya lebih
positif dalam hidupnya yaitu adanya pengalaman subjek bersih. Hal ini didukung dengan hasil penelitian dari
mendapatkan ilmu dan keterampilan selama di Surabaya Frazier dkk. (2013) yang menyatakan bahwa orang yang
yang membuat dia akhirnya memutuskan untuk tetap mengalami life events negatif lebih termotivasi untuk ikut
melakukan perilaku prososialnya dengan bergabung di terlibat dalam kegiatan yang bersifat sukarela.
komunitas itu. Life events positif merupakan peristiwa
hidup yang bersifat menyenangkan. Kenangan akan SIMPULAN
kejadian positif cenderung meningkatkan mood sehingga
mengingat kejadian hidup positif dapat dikaitkan dengan Setiap individu memiliki peristiwa yang berbeda-
regulasi emosi (Leist, Ferring, & Filipp, 2010). Menurut beda di dalam kehidupan ini sehingga meninggalkan kesan
subjek 1 pengalamannya di Surabaya adalah hal yang maupun kenangan yang berbeda pula pada setiap
menyenangkan, maka dari itu setiap mengingat hal tersebut individunya. Peristiwa kehidupan atau life events yang
dia selalu lebih bersemangat untuk membagikan setiap ilmu terjadi pada subjek 1 dan 2 berbeda, yaitu subjek 1
yang dimilikinya kepada orang lain. Sedangkan untuk mengalami life events positif dan subjek 2 mengalami life
subjek 2 ditemukan adanya life events negatif, dimana events negatif. Life events positif yang dialami oleh subjek
subjek yang dulunya mendadak mendapat tanggung jawab 1 berawal dari pengalaman magang dan mendapatkan ilmu
sebagai ketua RT dan melihat adanya sampah yang selama di Surabaya, berbeda halnya dengan subjek 2 yang
berserakan membuat subjek berpikir keras untuk keluar dari mengalami life events negatif berupa mendapatkan
keadaan itu dan setelah dirinya berhasil membuat dia tanggung jawab yang mendadak sebagai ketua RT dengan
ketagihan dan malah merasa senang saat bisa membantu kondisi lingkungannya yang sangat buruk.
orang lain atau lingkungannya menjadi lebih bersih. Dari life events yang mereka alami inilah yang
Perilaku prososial dapat muncul atas inisiatif memotivasi perilaku prososial mereka di masyarakat. Pada
sendiri, yang mana perilaku tersebut ditampilkan oleh kedua subjek memiliki motivasi prososial jenis instrinsic
seseorang didasari oleh motivasi yang ada dalam diri motivation, yaitu kedua subjek melakukan perilaku
seseorang. Motivasi seseorang untuk membantu, menolong, prososial karena memang motivasi atau tujuan mereka
atau meringankan penderitaan seseorang, kelompok atau untuk membantu orang lain tanpa ada harapan-harapan
objek lain disebut dengan motivasi prososial. Menurut lainnya. Dalam hal motivasi prososial memang tidak
Reykowsky (Eisenberg, 1982) motivasi prososial adalah terlihat adanya perbedaan, tetapi dalam kualitas perilaku
dorongan, keinginan, hasrat dan tenaga penggerak yang prososial yang diberikan ada sedikit perbedaan. Subjek 2
berasal dari dalam diri yang menimbulkan semacam yang mengalami life events negatif lebih gigih, bersemangat
kekuatan agar seseorang berbuat atau bertingkah laku untuk dan berani dalam membantu orang lain serta semua ini
mencapai tujuan yaitu memberi perlindungan, perawatan,

Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat 186


terwujud dengan jadinya subjek sebagai ketua pada Trauma: Theory, Research, Practice, and Policy,
komunitas kader lingkungan hidup “Go Green and Clean” 5(3), 286.
kota Banjarbaru.
Leist, A. K., Ferring, D., & Filipp, S.-H. (2010).
DAFTAR PUSTAKA Remembering positive and negative life events:
Associations with future time perspective and
Baron, R. A., & Bryne, B. D. (2005). Psikologi sosial jilid 2 functions of autobiographical memory. GeroPsych –
(Edisi Kesepuluh). Alih Bahasa Ratna Djuwita. The Journal of Gerontopsychology and Geriatric
Jakarta: Erlangga. Psychiatry, 23(3), 137-147.

Dayakisni, T & Hudaniah. (2006). Psikologi sosial. Rahmah, P. A., & Rositawati, S. (2017). Studi deskriptif
Malang: Universitas Muhammadiyah Malang. mengenai motivasi prososial pada Volunteer Save
Street Child Bandung. Prosiding Psikologi
Eisenberg, Nancy. (1982). The Development of Prosocial Universitas Islam Bandung, 3 (1). ISSN: 2460-6448.
Behavior. New York: Academic Press.
Staub, E. (1978). Positive Social Bahavior and Morality,
Eisenberg, N., & Mussen, P. H. (1989). The root of Social and Personal Influence. New York: Academic
prosocial in children. New York: Cambridge Press inc.
University Press.
Sugiyono. (2010). Metode penelitian kuantitatif kualitatif
Frazier, P., Greer, C., Gabrielsen, S., Tennen, H., Park, C., dan R&D. Bandung: Alfabeta.
& Tomich, P. (2013). The relation between trauma
exposure and prosocial behavior. Psychological

Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat 187


GAMBARAN HARDINES PADA ANGGOTA TARUNA TANGGAP BENCANA
(TAGANA) DI KABUPATEN BANJAR
DESCRIPTION OF HARDINESS ON TARUNA TANGGAP BENCANA (TAGANA) MEMBERS IN
KABUPATEN BANJAR

Rika Vira Zwagery1, Muhammad Rizky Amada2


Program Studi Psikologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Lambung Mangkurat, Jl. A. Yani Km 36
Banjarbaru Kalimantan Selatan, 70714, Indonesia
E-mail: zwagery@unlam.ac.id
No. Handphone : 08125111987

ABSTRAK
Bencana alam merupakan suatu peristiwa yang tidak bisa dihindari dan saat ini angka peristiwa bencana alam semakin
meningkat setiap tahunnya. Bencana alam yang terjadi bukan saja berdampak pada perubahan lingkungan fisik, namun juga
berdampak pada makhluk hidup disekitarnya khususnya masyarakat. Oleh karena itu dibutuhkan tim yang dapat dengan
siaga membantu dan memberikan pertolongan pada masyarakat yang terkena bencana alam. Salah satu kelompok yang
dibentuk untuk menolong korban bencana alam adalah Taruna Siaga Bencana (TAGANA). Anggota TAGANA harus siap
secara fisik dan mental untuk membantu korban bencana alam diberbagai kondisi yang seringkali tidak mudah tanpa
mendapatkan balasan yang setimpal atau dalam konsep psikologi disebut sebagai Hardiness.Tujuan dari penelitian ini
adalah untuk mengetahui Gambaran hardiness pada anggota Taruna Siaga Bencana (Tagana) di Kabupaten Banjar”.Metode
Penelitian ini menggunakan metode peneletian kualitiatif dengan pengambilan data menggunakan teknik wawancara dan
observasi. Subjek dari penelitian ini adalah dua orang anggota TAGANA di Kabupaten Banjar. Hasil penelitian menunjukan
bahwa terdapat Hardiness yang tinggi pada anggota TAGANA yang ditunjukkan melalui aspek komitmen, kontrol dan
tantangan.
Kata Kunci: Hardines, Bencana Alam

ABSTRACT
Natural disasters are an inevitable event and the current incidence of natural disasters is increasing every year. Natural
disasters that occur not only affect the changes in the physical environment, but also affect the surrounding creatures,
especially the community. Therefore, it is needed a team that can be on standby to help and provide relief to people affected
by natural disasters. One of the groups to help victims of natural disasters is TarunaSiagaBencana (TAGANA). TAGANA
members must be physically and mentally health to assist victims of natural disasters in various conditions that are often not
easy or in the concept of psychology it’s called Hardiness. The purpose of this research is to know the description of hardiness
on Taruna Tanggap Bencana (Tagana) members in Kabupaten Banjar.The research method is qualitative with data retrieval
using interview and observation techniques. The subject of this research is two members of TAGANA in Kabupaten Banjar.
The results showed that there is a high Hardiness on TAGANA members shown through aspects of commitment, control and
challenge.

Keywords:Hardines, Natural Disaster

Indonesia merupakan salah satu negara yang (www.bnpb.go.id). Sedangkan untuk angka kejadian di
sangat rawan bencana, baik bencana karena peristiwa alam Kalimantan Selatan sebesar 37 kejadian dan berdampak
seperti gempa bumi dan tsunami atau gelombang dahsyat, pada 10.125 korban jiwa. Bencana alam yang terjadi di
letusan gunung berapi, banjir, tanah Iongsor dan musim Kalimantan Selatan adalah Puting beliung, tanah longsor
kering panjang, ataupun bencana yang disebabkan karena dan banjir. Sebelumnya pada tahun 2017, terdapat 63 angka
karena perilaku manusia seperti kebakaran kejadian bencana alam.
hutan/lahan/permukiman, kontaminasi Iingkungan hidup, Mengingat bahwa bencana alam berdampak tidak
kebocoran bahan beracun dan berbahaya dan akhir-akhir ini hanya pada perubahan lingkungan fisik namun juga
kerusuhan sosial. Jumlah angka kejadian bencana alam berdampak pada masyarakat disekitarnya sehingga
setiap tahun semakin meningkat. Menurut data dari Badan mengakibatkan kerugian yang bersifat materiil dan non
Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) diketahui materiil, maka dari dibutuhkan suatu bentuk intervensi
bahwa sampai bulan Mei 2018 terhitung 1.134 kejadian untuk menanggulangi hal tersebut. Salah satu bentuk
bencana alam di Indonesia di sepanjang tahun 2018 intervensi yang dilakukan adalah dengan membentuk

Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat 188


sebuah organisasi untuk penanggulangan bencana yaitu Metode penelitian menggunakan metode
yang dinamakan Taruna Siaga Bencana (Tagana). Taruna kualitatif. Sedangkan untuk pengambilan data, peneliti
Siaga Bencana merupakan suatu perkumpulan dari relawan menggunakan metode wawancara dan observasi.
sosial yang berasal dari masyarakat yang memiliki Wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah
kepedulian dan bersedia untuk berjuangdan selalu aktif wawancara mendalam dan semi terstruktur. Dalam
dalam penanggulangan bencana di bidang perlindungan penelitian iani peneliti akan menggunakan observasi non-
sosial. Maksud dan tujuan dari dibentuknya partisipan pada anggota Tagana.Obesravasi dilakukan
TAGANAadalah untuk mendayagunakan dan bersamaan ketika wawancara sedang berlangsung.
memberdayakan generasi muda dalam penanggulangan
bencana dan ditunjuk untuk meningkatkan partisipasi HASIL DAN PEMBAHASAN
masyarakat dalam penanggulangan bencana baik pada
prabencana, tanggap darurat dan pasca bencana. Berdasarkan wawancara Subjek menyampaikan
Aktivitas dari TAGANA adalah membantu bahwa untuk menjadi anggota Tagana ini dikarenakan dari
masyarakat yang mengalami bencana dan membantu hobi dan juga cita-citanya yang ingin menjadi seorang
rehabilitasi pasca bencana alam. Anggota TAGANA harus relawan. Dan juga subjek mengatakan yang terpenting itu
siap secara fisik dan psikis untuk membantu yang adalah ke ikhlasan dari diri kita. Sebagai anggota Tagana
masyarakat korban bencana dan harus berhadapan dengan Subjek juga mengatakan bahwa dirinya harus selalu
situasi sosial yang tidak mudah. Kejadian bencana yang standbyagar siap dalam menangani bencana.
mendadak dan tidak dapat diprediksikan, lokasi bencana Subjek merupakan sosok yang menyukai kegiatan
yang relatif sulit dijangkau, resiko dari bencana yang tinggi, sosial sehingga ia memilih untuk menjadi anggota
jumlah korban jiwa yang banyak dan banyak hal lainnya TAGANA dibalik pekerjaannya menjadi seorang petani. Ia
yang penuh tantangan menuntut seorang anggota TAGANA menyukai menjadi relawan dan langsung turun kelapangan
memiliki kepribadian yang tangguh dan memiliki minat untuk menolong ketika terjadi bencana. Bahkan, ia tidak
untuk berjuang keras agar selalu siap siaga dalam mengatasi mengenal waktu
bencana atau musibah yang terjadi dimana saja dan kapan
saja. Anggota Tagana harus dapat bertahan dalam Menurut Maddi dan Kobasa (2005),
menghadapi stressdan tekanan tanpa mengkibatkan terdapattigaaspek hardiness yaitukomitmen, kontrol dan
gangguan yang berarti, dimana hal tersebut disebut dengan tantangan. Komitmen adalah kecenderungan untuk selalu
hardiness. melibatkan diri dalam aktivitas yang sedang dihadapi.
Hardiness merupakan suatu bagian dari Aspek ini berisi bahwa kehidupan yang ada memiliki
karakteristik kepribadian yang menjadikan individu lebih makna dan berarti. Individu juga berkeyakinan teguh pada
kuat, memiliki daya tahan, stabil dan terhindar dari stres dirinya sendiri walau apapun yang akan terjadi, ia akan
yang dapat berdampak pada fisik maupun mental individu. tetap melakukan sesuatu yang sama.Dalam kasus yang di
Hardiness yang dimiliki oleh seseorang mempengaruhi alami subjek, subjek mempunyai jiwa relawan yang tinggi
perasaan tertekan dengan meningkatkan penyesuaian diri untuk menolong warga yang terkena bencana. Subjek selalu
menggunakan sumber sosial di lingkungannya untuk mengutamakan untuk menolong orang yang terkena
dijadikan tameng, motivasi dan dukungan. (Ganellen, musibah terlebih dahulu ketimbang dirinya.Ia juga berjuang
Ronald dan Paul dalam Fitroh, 2011).Kobasa dan Maddi denga segala kondisi untuk membantu oranglain yang
(2005) mengemukakan bahwa hardiness berfungsi untuk terkena bencana karena merasa bahwa orang lain
membuat seseorang dapat beradaptasi dengan situasi yang membutuhkan keberadaannya.Bahkan, ia mampu
penuh dengan tekanan, mengurangi dampak negatif dari merelakan waktu bersama keluarga untuk membantu
stres, meningkatkan ketahanan diri dan mengurangi oranglain yang terkena bencana untuk menunaikan
persepsi negatif terhadap kejadian yang membuat stres. tugasnya sebagai anggota TAGANA. Hal ini menunjukkan
Sebagai anggota TAGANA, seseorang harus bahwa subjek memiliki komitmen yang tinggi karena
memiliki hardiness yang tinggi karena ia akan berhadapan menurut (Kreitner& Kinicki, 2005) seseorang yang
dengan situasi yang penuh dengan resiko dan tekanan. berkomitmenakan mengetahui mengenai tujuan yang ia
Resiko stres yang dialami oleh anggota TAGANA realtif lakukan dan tidak menyerah di bawah tekanan karena
tinggi karena ia berhadapan dengan situasi yang penuh mereka cenderung merelakan diri mereka sendiri dalam
dengan tekanan. Selain itu, kondisi yang tidak diprediksikan situasi tersebut. Alasan subjek jadi memiliki komitemen
waktu dan tempat juga akan menambah tekanan bagi seperti itu dikarenakan menolong sesama itu adalah
anggota TAGANA tersebut. Apalagi, keanggotaan kewajiban yang terpenting bagi dirinya, dan juga
TAGANA bersifat sukarela sehingga mereka tidak keseruannya dalam bekerja sama demi tercapainya suatu
mendapatkan bayaran atas jerih payah yang telah mereka tujuan, selain itu juga keikhlasan dan ketulusan hatinya
lakukan. Berdasarkan hal tersebut, peneliti tertarik untuk yang ingin membantu orang tanpa pamrih.
mengungkap mengenai gambaran hardiness anggota
TAGANA. Kontro lmenurut Maddi dan Kobasa (2005)
merupakan keyakinan individu bahwa dirinya dapat
METODE PENELITIAN mengendalikan peristiwa-peristiwa yang terjadi atas
dirinya. Individu percaya bahwa dirinya dapat menentukan
terjadinya sesuatu dalam hidupnya, sehingga tidak mudah

Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat 189


menyerah ketika sedang berada dalam keadaan tertekan. yang mempengaruh iindividu untuk mempersepsi situasi
Dalam kasus yang di alami subjek, dapat dikatakan bahwa stres dan menentukan respon yang sesuai.
Subjek siap menerima resiko apapun dan dirinya tidak
pernah merasa jera dan takut dalam menangani bencana SIMPULAN
serta subjek tidak pernah berkepikiran pesimis dalam
menangani suatu bencana. Maka dari itu subjek Dari pembahasan yang telah dilakukan peneliti
mengatakan bahwa dirinya selalu berpikir optimis dalam menarik kesimpulan yaitu subjek memenuhi ketiga aspek
menangani bencana. Ketika berhadapan dengan masyarakat dari hardiness. Dimana pada aspek pertama subjek
yang menjadi korban bencana, subjek berupaya untuk selalu mempunyai komitmen yang tinggi, dikarenakan subjek
mengamati dan memahami kondisinya terlebih dahulu agar mempunyai jiwa relawan yang tinggi untuk menolong
tidak berdampak buruk. Hal ini menunjukkan bahwa subjek warga yang terkena bencana. Pada aspek kedua Subjek siap
memiliki Kontrol yang baik karena menurut Kreitner& menerima resiko apapun dan dirinya tidak pernah merasa
Kinicki (2005) seseorang yang memiliki kontrol yang baik jera dan takut dalam menangani bencana serta subjek selalu
akan dapat mengarahkan perilakunya sesuai dengan bersemangat dalam menangani suatu bencana apapun
keadaan dan memiliki perilaku yang tepat sesuai dengan resionya. Dan pada aspek yang terakhir subjek
keadaan. mempertaruhkan jiwa dan raga dalam menangani berbagai
Tantangan adalah kecenderunganyang dimiliki rintangan dan bencana yang telah dilaluinya.
seseorang untuk memandang perubahan yang terjadi
sebagai kesempatan untuk mengembangkan diri, bukan
sebagai ancaman terhadap rasa amannya. Aspek ini
menunjukkan bahwa hal-hal yang suli tuntuk dilakukan atau DAFTAR PUSTAKA
diwujudkan adalah sesuatu yang umum terjadi dalam
kehidupan, yang pada akhirnya akan dating kesempatan Carston, M. C., dan Gardner, D. (2009). Cogitive Hardiness
untuk melakukan dan mewujudkan hal tersebut. Dalam in the New Zealand Military. New Zealand Journal
kasus yang dialami subjek, subjek menyatakan bahwa Of Psychology , vol. 38 no. 3.
banyak sekali rintangan rintangan musibah yang pernah
dilalui olehnya selama di TAGANA. Menjadi seorang Fitroh, S. F. (2011). Hubungan Antara Kematangan Emosi
anggota TAGANA yang dihadapkan pada berbagai kondisi dan Hardiness dengan Penyesuaian Diri Menantu
bencana alam seperti banjir, kebakaran, puting beliung Perempuan yang Tinggal Dirumah Ibu Mertua.
membuatnya merasa memiliki tantangan untuk menjadi Jurnal Psikologi Islam , vol. 8 no. 1.
lebih baik lagi dan mendapatkan keterampilan baru dalam
menghadapi bencana.Seseorang akan mempelajari bahwa Franken, R.E. (2002). Human Motivation (5th ed.).
pengalaman hidup merupakan kesempatan untuk belajar Belmont, CA: Wadsworth
dan mengembangkan keterampilan lainnya (Nowack dalam Kreitner, R., & Kinicki, A. (2005). Perilakuorganisasi,buku
Carston dan Gardner, 2009).Menurut Franken (2002) 2, edisi 5 (alihbahasa: ErlySuandy). Jakarta:
seseorang yang menyukai tantangan akan rela untuk SalembaEmpat.
mengambil resiko yang terjadi. Sebagaimana yang subjek
lakukan bahwa ia berani untuk mengambil resiko sesulit Maddi, S. R dan Kobasa. (2005). The Story of Hardiness :
apapun itu dan seberapa parah bencana yang telah terjadi Twenty Years of Theorizing, Research and
dengan menyesuaikan dengan kondisi yang ada.Hardiness Practice. Consulting Psychology Journal Practice
dibutuhkan seseorang untuk mengurangi pengaruh kejadian and Research, Volume 54. No. 3, 175-185
yang beresiko dengan meningkatkan penyesuaian diri
(Rahardjo, 2005). Margowiyono. 2013. Buku saku Taruna Siaga Bencana
(Tagana). Jakarta Pusat: Salemba
Berdasarkan aspek aspek Hardiness, diketahui
bahwa subjek memiliki Hardiness yang tinggi karena ia Odgen, J. (2007). Health psychology. New York: Open
memiliki komitmen yang tinggi menjadi anggota University Press.
TAGANA, mampu mengontrol perilakunya agar sesuai
dengan situasi kondisi yang dialami dan berani mengambil Rahardjo, W. (2005). Kontribusi Hardiness dan Self-
setiap resiko yang akan dihadapi. Hal ini menunjukkan Efficacy Terhadap Stres Kerja (Studi pada
bahwa subjek memiliki kepribadian yang tangguh dalam Perawat RSUP DR. Soeradji Titonegoro Klaten).
mengatasi tekanan dan stress yang ada. Tekanan dan stres
yang dihadapi adalah kondisi yang terkait dengan kejadian
dan resiko bencana alam. Sebagaimana yang diungkapkan
oleh Odgen (2007) hardiness merupakan salah satukarakter

Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat 190


GAMBARAN KELEKATAN TERHADAP TEMAN SEBAYA PADA SISWA
LAKI-LAKI DI SMPN 1 MARTAPURA TIMUR
DESCRIPTION OF PEER ATTACHMENT ON MALE STUDENTS AT SMPN 1 MARTAPURA TIMUR

Nathasya Inneke Putri1, Dwi Nur Rachmah2


Program Studi Psikologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Lambung Mangkurat, Jl. Ahmad Yani Km.
36, Banjarbaru, 70714, Indonesia
Email : nathasyaputri919@ymail.com
No Handphone : 081251881594

ABSTRAK

Manusia adalah makhluk yang tidak dapat terlepas dari suatu interaksi , sosialisasi, dan komunikasi.Remaja identik dengan
masa peralihan dari kanak-kanak menuju kedewasaan. Banyak sekali siswa yang menjalin kedekatan kepada teman sebaya
nya tidak hanya pada siswa perempuan, tetapi juga pada siswa laki-laki. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Gambaran
Kelekatan Terhadap Teman Sebaya Pada Siswa Laki-Laki di SMPN 1 Martapura Timur . Subjek yang merupakan siswa SMP
kelas 8 ini masih termasuk dalam tahap perkembangan remaja tengah dimana masih berusia 15 tahun. Pada penelitian ini ,
peneliti meminta 2 orang subjek laki-laki untuk melakukan sesi observasi juga wawancara yang juga ditinjau dari berbagai
aspek dari teori Kelekatan Teman Sebaya (Peer Attachment). Penelitian ini menggunakan tekhnik wawancara semi-struktur
dan tes Observasi dan menggunakan jenis observasi non partisipan dimana peneliti tidak terlibat langsung dengan partisipan
. Dari hasil observasi yang dilakukan , dikatakan bahwa ubjek AB lebih mendominasi pada aspek keterasingan dimana sulit
untuk berperilaku sesuai dengan tuntutan lingkungan serta kegagalan dalam membina hubungan yang erat bersama teman
sebaya , sedangkan subjek M hanya masuk pada aspek komunikasi dan kepercayaan sehingga M mampu untuk berperilaku
Adaptive dimana akan mudah dalam berperilaku sesuai pada lingkungan serta adanya keberhasilan dalam menjalin suatu
hubungan yang erat antar individu dan terciptanya kelekatan teman sebaya (Peer Attachment)

Kata kunci: kelekatan teman sebaya, kelekatan, siswa laki-laki

ABSTRACT

Humans are creatures that can not be separated from an interaction, socialization, and communication. Teenagers are
identical with the transition from childhood to be mature. There are so many students who are closed to their peers not only
to female students but also to male students. The purpose of this research is findin out the description of Peers attachment on
Male Students in SMPN 1 Martapura Timur. The subject is a grade 8 of junior high school which are still included in the
stage of develop the middle teenagers who are 15 years old. In this study, the researcher asked 2 male subjects to conduct
an observation sessions as well as interviews that are also reviewed from various aspects of Peer Attachment theory. This
study uses semi-structured interview techniques and the Observation test and uses non-participant observation type where
the researcher is not directly involved with the participants. From the results of observations made, it is said that AB is more
dominant in the aspect of alienation where it is difficult to behave in accordance with the demands of the environment and
failure in fostering close relationships with peers, while the subject M only entered on the aspects of communication and trust
so that M is being able to behave Adaptive which will be easy to behave in accordance with the environment and the success
in establishing a close relationship between individuals and the creation of attachment (Peer Attachment)

Keywords: peer attachment, attachment, male students

Remaja yang dikatakan sebagai masa peralihan atau gagal, maka akan menyebabkan ketidakbahagiaan pada diri
transisi dari masa kanak-kanak hingga ke masa dewasa, individu yang bersangkutan, menimbulkan penolakan
yaitu dimana remaja dituntut untuk menyelesaikan tugas- masyarakat dan kesulitan dalam menuntaskan tugas-tugas
tugas perkembangan yang khusus sebagai prasyarat untuk perkembangan berikutnya. Tugas-tugas perkembangan ini
memenuhi kebahagiaan serta menjadi bagian dari hidupnya. berkaitan dengan 1 sikap, perilaku, atau keterampilan
Apabila tugas itu dapat berhasil dituntaskan, akan dimiliki oleh individu (Gunarsa,2000). Pada konteks remaja
membawa kebahagiaan dan kesuksesan dalam saat ini, berkaitan erat dengan kelekatan yang dibangun agar
menuntaskan tugas-tugas berikutnya. Sementara apabila

Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat 191


dapat membina hubungan yang baik antara individu satu di Kabupaten Banjar tentunya sangat kurang
dengan teman sebaya. menggembirakan . Pasalnya data tersebut menyatakan
Kelekatan merupakan suatu ikatan emosional yang bahwa hanya ada 62,58 persen pada jenjang Sekolah
abadi dan dibentuk kepada individu yang lainnya dengan Menengah Pertama . Dinas Pendidikan pun berupaya
adanya ikatan yang kuat terhadap ruang dan waktu . Adanya menetapkan target pada tahun 2018 yaitu harus dapat lebih
hubungan timbal balik antara dengan yang lain , kelekatan daripada 70,06 persen. Banyak hal serta faktor yang
akan membawa pada suatu kualitas hubungan yang erat mendominasi pola pikir anak ataupun remaja yang lebih
pula . Dalam hal ini kebutuhan psikososial serta psikologis memilih untuk berhenti bersekolah seperti adanya kelekatan
individu akan terpenuhi. juga mengatakan bahwa Kelekatan pada keluarga , teman sebaya ataupun orang lain.
Teman Sebaya mampu memberikan nilai-nilai positif pada Terdapat permasalahandi salah satu sekolah di
individu guna memberikan informasi-informasi mengenai Kabupaten Banjar mengenai angka anak yang putus sekolah
pembandingan identitas dirinya. Teman sebaya atau dimana di SMPN 1 Martapura Timur yang berada di Kecamatan
individu dengan tingkat usia atau kematangan yang sama Martapura Timur . SMPN1 Martapura Timur merupakan
dan bagaimana Kelekatan Teman Sebaya memandang serta sekolah Negri yang dimana segala sarana dan prasarana
menganggap dirinya merupakan hal terpenting dalam sudah tersedia . SMPN 1 Martapura Timur ini telah berdiri
kehidupan mereka (Santrock,2010). sejak 2009 dimana ada beberapa ruangan utama pada
Pada era yang baru ini , sering kita temui banyak nya sekolah ini diantara nya yaitu kelas 7 terdapat 2 ruang kelas
anak-anak serta remaja-remaja yang lebih memilih untuk , kelas 8 terdapat 3 ruang kelas dan kelas 9 terdapat 2
berhenti sekolah dikarenakan faktor keluarga , ekonomi ruangan, ruang guru , perpustakaan , uks serta kantin .
serta lingkungan . Lingkungan mereka yang begitu kuat SMPN 1 Martapura Timur ini memukangkan para siswa
akan mengubah pola pikir remaja serta anak untuk lebih nya saat pukul 13.20 di hari Senin hingga kamis , Jumat
memilih berhenti sekolah atau dapat dikatakan putus pukul 11.00 serta hari Sabtu pukul 13.10. SMPN 1
sekolah.Putnam (2015) mengatakan bahwa, putus sekolah Martapura Timur ini beroperasi setiap hari dan proses
lebih menekankan pada suatu peran integrasi, dan belajar mengajar selama 37 jam dalam seminggu serta ada
pemisahan integrasi akademis dari integrasi sosial. Pada beberapa esktrakulikuler yang diadakan oleh sekolah. Salah
masa remaja sendiri , khususnya pada anak laki-laki lebih satu subjek yang berinisial AB berjenis kelamin laki-laki
sering menghabiskan waktu nya bersama teman sebaya dan berusia sekitar 15 tahun telah mengatakan jika ia lebih
yaitu dimana ia sedang mencari lingkungan yang baru terbuka kepada teman daripada oleh kedua orang tua , dan
daripada di lingkungan keluarga , hal ini diperkuat oleh lebih banyak menghabiskan waktu bersama seperti pergi ke
adanya keterbukaan individu dalam menjali sebuah kantin bersama serta berangkat sekolah pun bersama baik
hubungan pertemanan. Sehingga seringkali mengakibatkan disekolah maupun di lingkungan luar sekolah karena subjek
terlepas nya ikatan serta peran orang tua dengan anak-anak merasa aman dan nyaman ketika bersama dikarenakan
mereka yang dimana disebut dengan Peer Attachment. adanya kelekatan antar teman sebaya terhadap subjek
Adapun faktor-faktor yang me latar belakangi tersebut.Subjek AB pun mengatakan bahwa jika ada salah
keluarga dan atribut individu yaitu faktor ekonomi , Budaya seorang murid yang pendidikannya terhenti dikarenakan ia
, Status Sosial . Tidak hanya itu ada pun umur dan jenis memilih pergaulan diluar sekolah karena ketidak
kelamin dan pendidikan sebelumnya merupakan fakor hadirannya yang tidak diinginkan disekolah. Seperti yang
lainnya. Pendidikan sebelumnya telah mencakup diketahui bahwa adanya beberapa faktor-faktor yang
pengalaman pendidikan masa lalu, dalam hal pencapaian, mempengaruhi diantara nya adalah pengaruh dari
yaitu, nilai, tapi juga dalam hal pengalaman lain yang lingkungan. Seorang guru mengatakan bahwa tingkat anak
berhubungan dengan pendidikan. Keluarga merupakan hal SMPN 1 Martapura Timur yang putus atau berhenti sekolah
yang begitu penting karena pendidikan orang tua, status meningkat dari tahun ke tahun . Tidak hanya laki-laki ,
kerja dan sikap terhadap pendidikan akan mempengaruhi tetapi juga banyak siswa yang berhenti atau putus sekolah
cara berfikir serta kemampuan siswa. Adapun orang dengan berjenis kelamin perempuan .
latar belakang pendidikan tinggi memiliki pendapatan lebih Maka, perlunya kelekatan teman sebaya( peer
tinggi, lebih formal dan memiliki jaringan yang luas dimana attachment ) sebagai suatu tempat dimana anak dapat
anak-anak mereka dapat memperoleh manfaat dan lebih mengeksplorasi segala hal serta menjadikan suatu contoh
banyak waktu dan sumber daya untuk mendukung serta agar dapat ditiru serta bergantung satu sama lain.
diketahui pada tahun 2016 UNICEF menyatakan bahwa
sekitar 1,9 juta Anak Sekolah Menengah Pertama tidak METODE PENELITIAN
dapat melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi
. Hal didasari oleh adanya faktor lingkungan , faktor Subjek dalam penelitian ini merupakan 2 orang
ekonomi serta faktor kebudayaan yang mendominasi atas siswa yang ada di SMPN 1 Martapura Timur. Subjek
bagaimana pilihan hidup mereka yang mana ditentukan oleh berinisial AB dan M. Subjek pertama dan kedua sama-sama
mereka. Kalimantan Selatan disebutkan bahwa angka anak berusia 15 tahun, serta berjenis kelamin yang sama yaitu
putus sekolah Tahun 2016-2017 yaitu sebanyak 38.702 % laki-laki. Penggalian data dilakukan di SMPN 1 Martapura
yang mana hal ini memerlukan perhatian lebih dari Timur.
pemerintah agar angka tersebut tidak akan berlangsung Pada penggalian data dalam penelitian ini ialah
lebih lama beban masyarakatan di tahun mendatang .
dengan menggunakan observasi non partisipan yaitu
Adapun hasil persentase Angka Partisipasi Murni yang ada

Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat 192


peneliti tidak terlibat langsung dengan subjek penelitian dan menjadikan X sebagai teman yang lebih spesial.Berbeda
tidak ikut serta dalam semua aktivitas yang dilakukan dengan M yang mana adanya keterbukaan dalam menyikapi
subjek tetapi hanya mencatatnya.Observasi yang dilakukan suatu masalah dan bersikap bijak hal ini tentu membuat M
peneliti juga merupakan observasi tak berstruktur diterima oleh teman-teman yang lainnya dan tidak memiliki
(Poerwandari,2007). Observasi tak berstruktur merupakan pengalaman yang buruk layaknya AB .Pada Kelekatan
observasi yang tidak dipersiapkan secara sistematis tentang Teman Sebaya sendiri lebih mendominasi antara siswa satu
dengan yang lain bahkan, figur attachment dapat melebihi
apa yang akan diobservasi (Sugiyono, 2012). Observasi
peran orangtua sebagai sumber intimasi dan dukungan.
yang dilakukan pada penelitian ini menggunakan metode
Selain itu , Menurut Santrok (2003) meskipun Kelekatan
catatan lapangan. Catatan lapangan merupakan catatan Teman Sebaya atau peer attachment telah menjadi role
tertulis yang diberikan tanggal dan waktu, dan berisi model, sahabat dan orang terdekat, mereka tetap
catatan-catatan peneliti mengenai hal-hal penting yang menganggap orangtua sebagai basis keamanan . Adanya
diamati peneliti dalam mengumpulkan data dan refleksi rasa aman dibutuhkan remaja saat berupaya untuk menjadi
terhadap data dalam penelitian kualitatif (Moleong 2007). pribadi yang lebih independen dan memiliki
Sedangkan wawancara yang peneliti gunakan dalam otonom.Seperti yang dialami oleh AB menganggap bahwa
penelitian ini berupa wawancara semi terstruktur. X adalah sahabat yang dapat menjadikan AB sebagai diri
Wawancara dalam riset kualitatif selalu bersifat semi nya sendiri , yang dimana AB hanya dapat membuka diri
terstruktur karena selalu membawa pola kekuasaan yang serta kepercayaan terhadap X mendapatkan rasa aman dan
bersifat mengatur segala sesuatu dan sekaligus untuk nyaman . Sedangkan Kelekatan Teman Sebaya yang
melihat kemampuan individu yang menjadi subjek dimiliki oleh AB lebih terkesan pada pola attachment yang
dikemukakan oleh Ainsworth (1978) yaitu Anxious
penelitian untuk menolak dan melawan apa yang ingin
Avoidant Attachment (Cemas Menghindar), Gaya kelekatan
diwujudkan oleh penelitian (Parker, 2005) ini muncul karena kurangnya pemenuhan emosional dan
kurangnya sensitifnya pada pemenuhan kebutuhan
HASIL DAN PEMBAHASAN (biologis) yang dimana AB seringkali merasa khawatir jika
ikatan emosional nya tidak berhasil dijalankan . Sedangkan
Pada penelitian ini, peneliti menggunakan M termasuk dalam pola Secure Attachment (Aman), Gaya
komponen persepsi untuk mengetahui bagaimana gambaran kelekatan ini muncul karena adanya pemenuhan, baik
kelekatan teman sebaya pada siswa laki-laki di SMPN 1 kebutuhan (biologis) maupun emosional perhatian. Individu
Martapura Timur.menurut Armsden dan Greenberg (2009) yang mendapatkan pemenuhan secara utuh
terdapat 3 aspek kelekatan teman sebaya (peer attachment) akan menunjukkan rasa percaya yang tinggi bagi individu
ialah komunikasi (communication), kepercayaan (trust) dan lain yang berada di luar dirinya yang dimana M merasa
keterasingan (alienation) kedekatan atau kelekatan yang ia miliki saat ini atas dasar
Pada wawancra yang dilakukan pada subjek AB ,ia keterbukaan serta kepercayaan diri nya dalam menerima
mampu untuk meluapkan serta mengekspolrasi apa yang ia orang lain didalam hidupnya seperti menceritakan hal baru
miliki dengan teman sebaya nya tersebut , AB mengatakan , berbagi pengalaman , menonton youtube , chat secara
pula bahwa peranan teman sebaya sangat penting dan begitu intens dan berkumpul dengan teman-teman dalam suatu
dibutuhkan karena dengan adanya hubungan antar teman kelompok .Serta berguna untuk bersikap netral seperti tidak
sebaya akan merasakan kelekatan lebih dari sekedar teman adanya pilih kasih ataupun berteman dengan salah satu
pada umumnya yang hanya kenal begitu saja , AB pun orang saja , yang berbeda hal nya dengan subjek AB m.
sering menghabiskan waktu bersama ketika mengerjakan pr Meskipun ia dapat berinteraksi dengan baik dengan teman-
, kegiatan futsal , lomba disekolah dan bahkan bermain temannya tetapi ia selalu bergantung dengan X yang mana
bersama. AB akan terlihat lebih manja dan kurang nya mandiiri serta
Dalam perkembangan Kelekatan Teman Sebaya hanya menemani satu orang saja . menjadikan individu lain
pada remaja yang khususnya mengarah pada kedua subjek sebagai contoh dalam kehidupan karena M mengaku bahwa
AB dan M tidak seperti pada masa anak-anak dimana ia tidak dapat hidup sendirian dan pasti memerlukan
attachment selalu dikaitkan hanya dengan orangtua, bantuan dari orang lain , baik keluarga maupun teman
Kelekatan masa remaja seringkali terjadi dengan figur sebaya (peer attachment). M mengatakan pula bahwa
selain orangtua atau caregiver. AB dan M merupakan siswa adanya ketulusan dalam membagun hubungan dengan
yang juga berhubungan baik dengan orangtua khususnya orang lain sehingga terciptanya sebuah interaksi dan
dengan ibu nya . Seperti hal nya AB katakan bahwa ia tidak penyesuaian dengan baik pula .
memiliki keberanian untuk bercerita kepada ibunya saat Selain pembahasan mengenai pengertian serta pola
memiliki masalaha ketika teman-teman nya mengejek dan dan bagaimana perkembangan seorang remaja dalam suatu
AB pun melakukan suatu tindakan seperti memarahi hubungan dalam pertemanan (peer attachment ) juga
temannya tersebut sehingga interaksi yang semakin mencakup beberapa aspek kualitas dari Kelekatan Teman
berkurang antara AB dengan teman lainnya , karena adanya Sebaya yang dikemukakan oleh Greenberg (dalam
pengalaman seperti yang disebutkan , AB nampak lebih Barrocas, 2009) yang dimana aspek-aspek tersebut
menutup diri dari teman yang menjadikan nya trigger tetapi diartikan kedalam satu statement yaitu sensitivitas dan
AB mampu dalam menjaga suatu hubungan dengan baik responsivitas figur attachment dalam bertingkah laku dan
dengan X yang meupakan teman dari awal bersekolah dan

Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat 193


berinteraksi dengan individu tersebut.Pada aspek-aspek memiliki waktu senggang , begitu juga hal nya dengan M
kualitas Kelekatan Teman Sebaya sendiri terbagi menjadi 3 yang menunjukkan kelekatan lebih etika berada dirumah
aspek diantara nya adalah aspek komunikasi atau bisa yaitu dengan ibunya seperti mengajak ibu nya berbicara dan
disebut dengan (communication ), kedua ialah Trust dengan selalu dalam pengawasan sang ibu sehingga meskipun
kata lain adanya kepercayaan antara indvidu satu dengan begitu , AB dan M tetap membutuhkan rasa kepercayaan
yang lainnya dalam menjalin sebuah hubungan serta dengan teman sebaya yang mereka anggap sebagai
timbulnya figur yang dapat menjamin kemanaan serta alternatif selain kelekatan dengan sang ibu . Pada Trust ini
kenyamaan individu tersebut , yang terakhir ialaha terdapat terdapat beberapa indikator diantara nya mampu
pada aspek keterasingan , yaitu dimana seseorang akan memberikan rasa aman dn nyaman , adanya keterbukaan
bahkan melakukan penghindara serta penolakan secara serta dapat menyesuaikan diri dengan baik .
langsung kepada individu yang bersangkutan . seperti pada Pada aspek terakhir yaitu pada keterasingan dengan
subjek AB katakan , ia akan senang untuk berkenalan kata lain Alienation ini berfokus pada penghindaraan serta
dengan teman-teman baru tetapi tidak dalam konteks penolakan yang dikemukakan oleh greenberg ialah Ketika
beradaptasi secara cepat ,dan AB juga mengatakan jika ia seseorang merasa atau menyadari bahwa figur tidak hadir,
tidak menyukai jika ada seorang teman yang membicarakan maka akan berakibat pada buruknya attachment yang
keburukan orang lain seperti hal nya mengejek dan dimilki oleh individu.Pada aspek ini tentu menunjukkan
mengatakan nama orang tua AB , hal ini ketika suatu seorang individu yang memiliki hubungan pertemanan yang
harapan AB dalam menginginkan suatu hubungan tidak rendah dan keinginan untuk mengatur hubungan secara
sesuai dengan kenyataan sampai akhirnya individu lain intens tidak tersalurkan sehingga beberapa penolakan
yang juga melakukan aksi dan adanya keterbatasan jarak menjadikan figur yang dibutuhkan menghilang sehingga
dengan AB , sehingga terciptanya hubungan yang kurang pada AB mengalami kegagalan dalam menjalin hubungan
optimal sebagaimana harusnya terjalin dengan erat . Hal ini pertemanan teman sebaya (peer attachment). Dalam aspek
disebabkan oleh adanya pengalaman yang menunjukkan keterasingan ini terdapat beberapa indikator yang diantara
tidak adanya rasa aman serta nyaman yang dirasakan oleh nya akan adanya terbentuk kualitas diri yang rendah ,
AB , tetapi dari pribadi AB yang diketahui adalah lumayan adanya penghindaran dari hubungan pertemanan serta
pendiam dan berfikir demikian , ia berbanding terbalik jika menutup diri dari satu kelompok sehingga Kelekatan
kepada teman akrab AB yaitu X ,AB mengatakan bahwa ia Teman Sebaya tidak berjalan secara optimal . Berbeda
selalu memahami apabila X sedang ada masalah , bad mood dengan subjek M yang dimana ketika ia bersekolah di
, sulit makan , dan sedang sakit , AB begitu perduli terhadap SMPN 1 Martapura Timur ia bertemu dengan banyak teman
X bahkan terkadang AB menemani ketika X masuk UKS dari berbagai sifat , perilaku sehingga M mampu untuk bijak
dan selalu menanyakan bagaimana keadaan nya serta dalam bersikap , dan M yang merupakan ketua kelas dapat
keluhan yang dirasakan . Terlebih pada subjek M yang juga menjadikan ia figure yang seharusnya diinginkan leh
merupakan salah seorang siswa di SMPN 1 Martapura teman-temannya sehingga tidak ada penolakan hanya ada
Timur memenuhi aspek yang disebutkan diatas dan juga penerimaan antara ia dengan individu lainnya .Sehingga
memenuhi beberapa indikator yang terdapat pada aspek diketahui bahwa perilaku yang ditimbulkan oleh AB ialah
komukasi yaitu adanya menjaga ikatan emosional , M akan perilaku yang tidak sesuai dengan tuntutan lingkungan atau
selalu bertanya kepada temannya jika temannya tersebut yang disebut (Maladaptive) seperti menhindari teman,
sedang tidak enak hati , galau dan saat mendapat nilai yang mudah tersinggung dan marah , sedangkan perilaku yang
jelek . M juga termasuk pada salah satu indikator dimana timbul dari subjek M ialah perilaku yang sesuai dengan
menjaga perasaan orang lain yaitu ketika M menegur teman tuntutan lingkungan . Maka, di dapatkan Kelekatan Teman
yang mencontek dengan bahasa yang alus , pelan serta Sebaya yang rendah atau gagal pada subjek AB dan
lemah lembut guna tidak menyebabkan kesenjangan dan didapatkan Peer Attachment yang tinggi atau berhasil pada
kesalah pahaman dalam pertemanan. Berdasarkn subjek M . Berdasarkan beberapa issues serta kasus yang
pengakuan M menagapa melakukan hal tersebut karena menjadi fenomenal di SMPN1 Martapura Timur ialah
ingin menjaga serta tidak ingin menyakiti hati individu banyaknya anak yang berhenti bersekolah dikarenakan
lainnya. adanya faktor lingkungan seperti penolakan dan
Tidak hanya itu , ada beberapa aspek lainnya yaitu penghindaraan , seseorang yang berharap dan
Trust atau kepercayaan antar individu satu dengn yang menginginkan suatu hubungan pertemanan yang baik
lainnya . Dalam hal ini subjek AB dan M memiliki ternyata adanya ketidak seimbangan antara ekpetasi dengna
kesamaan yaitu adalah adanya figure yng menyebabkan realita seperti yang termasuk pada aspek Alienation . Serta
keduanya merasa lebih dapat menceritakan permasalahan kebanyakan dari adanya perasaan keterasingan tersebut
satu dengan yang lainnya dan adanya perasaan aman karena akan menurunkan kualitas kepercayaan diri yang rendah ,
adanya peran seorang ibu . M mengatakan jika ia lebih menjadi pribadi yang tertutup , berupaya untuk mencari
menyukai menghabiskan waktu bersama keluarga seperti peran lainnya agar dapat menyempurnakan kebutuhan dari
menemani ibunya kepasar dan menonton tv bersama ketika individu tersebut serta menjadikan diri adalah sumber

Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat 194


masalah dan tidak mampu untuk menyesuaikan diri Washington DC, National Campaign to Prevent
ditengah kelompok lainnya . Teen Pregnancy.
Argawal, S & Pojitha , S.R. (2017). Parents and Peer
SIMPULAN Attachment and Assertiveness in College
Students.Journal of Indian Psychology.4(100) 138-
150
Berdasarkan hasil penelitian ini, maka Peer
Armsden, G., and Greenberg, M. (1987). The Inventory of
Attachment adalah suatu kelekatan yang dimana individu
Parent and Peer Attachment: Relationships to well-
akan menjalin hubungan yang lebih erat antar individu
being in adolescence. Journal of Youth and
tersebut bersama teman-temannya .Berdasarkan hasil
Adolescence. 427-454.
penelitian mengenai peer attachment yang dimiliki oleh AB
Barocas, Andrea L. (2006). Adolescent Attachment to
telah mencakup ketiga aspek yang dimana diantaranya :
Parents and Peers. The Emory Center for Myth and
a. Komunikasi (communication)
Ritual in American Life. Working Paper No. 50.
b. Kepercayaan (trust)
Bowlby, J. (1982) Attachment and Loss: Vol. 1, Attachment
c. Keterasingan (alienation)
(2nd ed). New York: Basic
Berdasarkan hasil studi pendahuluan , tinjaun
Cobb, C.J. & Hoyer, W.D. (1986). “Planned versus impulse
pustaka , serta proses wawancara disebutkan bhwa AB
purchase Behavior”, Journal of Retailing 62 ( 4).
masih kurang mampu memaknai suatu hubungan
John W. Santrock (2007). Perkembangan Anak. Jilid 1
pertemanan yang disebut dengan Peer Attachment . Pada
Edisi kesebelas. Jakarta : PT. Erlangga.
subjek AB dikatakan gagal ketika ingin menjalin hubungan
Meeus, W., Oosterwegel, A., Vollebergh, W. (2000).
yang erat antara individu satu dengan individu lainnya atau
Parental and peer attachment and identity
disebut dengan Peer Attachment , karena subjek AB
development in adolescence. Journal of Adolescent.
memiliki pengalaman yang kurang menyenangkan di masa
25, 93–106
lalu serta berperilaku adaptive dimana individu sulit
Monks, F.J., Knoers, A.M.P., Haditono, S.R. 2006.
menyesuaikan tuntutan lingkungan .Subjek AB termasuk
Psikologi Perkembangan: Pengantar dalam
dalam salah satu pola Anxious Avoidant Attachment yaitu
Berbagai Bagiannya. Yogyakarta: Gadjah Mada
dimana adanya penghindaran dari subjek langsung terhadap
University Press.
suatu kelompok karena adanya kecemasan akan terjadi
Mudis, P., A. (2015). Role of Peer Counseling on the
kembali dan kelekatan (Attachment). Sedangkan pada
Relationship between Prefects and the Students’
subjek M mampu menjalin hubungan yang erat antar
body in public Secondary schools in Migori Sub-
individu lainnya karena subjek M tidak mencakup dalam
county, Migori County, Kenya.
aspek keterasingan , sehingga M dapat diterima oleh
Journal of Academic Research in Progressive Education
kelompok dan menimbulkan perilaku maladaptive dimana
and Development. 4(4)136-148
ia dapat berperilaku sesuai dengan tuntutan lingkungan
Neufeld, G. (2014). Hold On To Your Kids: Why Parents
serta masuk pada pola secure attachment dimana terdapat
Matter (1st ed) Toronto: A.A. Knopf Canada.
rasa aman terhadap individu lainnya .
Rageliene, T (2016).Links of Adolescents Identity
Saran subjek agar memiliki gambaran diri yang lebih
baik, positif dalam menjalani kehidupan ke depannya Development and Relationship with Peers: A
meskipun mengalami konflik dan masalah yang begitu Systematic Literature Review. Journal of Canadian
besar.Juga diharapkan subjek tetap mampu menjaga Academy of Child and Adolescent Psychiatry. 25(2)
hubungan kepada individu yang lainnya tidak hanya kepada 97-105
teman akrab. Santrock, J.W. 2002. Life-Span Development:
Perkembangan Masa Hidup (edisi kelima). (Penerj.
DAFTAR PUSTAKA Achmad Chusairi, Juda Damanik; Ed. Herman
Sinaga, Yati Sumiharti). Jakarta: Erlangga.
Ainsworth, M., Blehar, M., Waters, E., & Wall, S. 1978. Purnama, R.A& Wahyuni, S. (2017). Attachment to
Patterns of Attachment: Assesed in the Strange Mothers and Fathers and Social Competence on
Situastion and at Home. Hillsdale, NJ: Erlbaum Adolescents.Journal of Psychology. 13(1) 30-40.
Albert, B., Brown, S., & Flanagan CM. (2003) 14 and
younger: the sexual behavior of young adolescents.

Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat 195


HARDINESS PADA WIRAUSAHA YANG MELAKUKAN INOVASI PRODUK
HARDINESS OF THE PRODUCT INNOVATION ENTERPRENEUR

Muhammad Syarif Hidayatullah1, Ayu Dinyati2


Program Studi Psikologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Lambung Mangkurat, Jl. Ahmad
Yani Km. 36, Banjarbaru, 70714, Indonesia
E-mail: mshidayatullah@ulm.ac.id
No. Handphone : 08135638549

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hardiness pada wirausaha yang melakukan inovasi produk. Wirausaha yang
melakukan inovasi pada produk diharuskan menghadapi beragam resiko dalam prosesnya mengenalkan produk kepada
masyarakat. Dalam penelitian ini menggunakan metode teknik wawancara semi-terstruktur dan observasi non-partisipan.
Subjek penelitian ini adalah dua orang wirausaha berumur 21 tahun yang melakukan inovasi pada produk. Hasil yang
didapatkan dari penelitian ini adalah subjek dapat dikatakan memenuhi aspek hardiness karena mampu mengatasi tantangan,
memaknnai proses dan produk sebagai suatu pengalaman berharga dan memiliki kesiapan yang matang untuk menerima
kritik serta perubahan selera masyarakat era modern.

Kata kunci: hardiness, wirausaha, inovasi produk

ABSTRACT

This research aims to determine the hardiness of entrepreneur who innovate products. Entrepreneur who innovate products
are required to face a variety of risks in the process of introducing products to the public. This research using semi-structured
interview and non-participant observation. The subject of thisstudy are two 21-year-old entrepreneurs who innovate on the
product. The result obtained from this research is the subject can be said to meet the aspect of hardiness because it is able to
overcome challenges, process and product as a valuable experience and have a mature readiness to accept criticism and
changes in the tastes of the modern era society.

Keywords: hardiness, enterpreneur, product innovate

Drucker mengatakan bahwa kewirausahaan adalah tidak benar-benar berbeda dengan yang sudah ada
kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru (Mulyono, 2015).
(Rusdiana, 2014). Dalam lampiran keputusan Menteri Resiko inovasi dalam berwirausaha dapat menjadi
Koperasi dan Pembinaan Pengusahaan Kecil Nomer sebuah tantangan besar bagi pelaku wirausaha dalam
961/KEP/XI/1995 dicantumkan bahwa wirausaha adalah mempertahankan inovasi yang di gagas. Oleh karena itu,
orang yang mempunyai semangat, sikap, perilaku dan memerlukan komitmen dan kontrol yang kuat untuk dapat
kemampuan kewirausahaan (Rusdiana, 2014). mempertahankan inovasi yang dilakukan. Tantangan,
Inovasi adalah suatu proses memikirkan dan komitmen dan kontrol merupakan dimensi-dimensi dari
mengimementasikan pemikiran tersebut sehinggga suatu karakteristik yang disebut hardiness.
menghasilkan hal baru berbentuk produk jasa proses bisnis Menurut Kobasa (2005) hardiness merupakan
cara baru kebijakan dan lain sebagainya (Ancok, 2012). suatu karakteristik kepribadian yang dimiliki individu
Schumpter mendefinisikan inovasi sebagai kombinasi dalam menghadapi keadaan stress. Hardiness dapat
baru dari factor-faktor produksi yang dibuat oleh diartikan sebagai karakteristik kepribadian yang
pengusaha dan pemikiran inovasi adalah kekuatan mempunyai fungsi sebagai sumber perlawanan di saat
pendorong yang penting dalam pertumbuhan ekonomi individu menemui suatu kejadian yang menimbulkan stres
(Dewanto, W. dkk., 2013). Berkenaan dengan inovasi, (Olivia, 2014). Hardiness merupakan salah satu karakter
Schumpeter menyatakan bahwa tidak ada yang benar- yang dapat mempengaruhi individu tentang bagaimana
benar baru di dunia ini. Yang ada hanyalah kombinasi- dirinya melihat sebuah situasi stres dan menentukan
kombinasi baru. Dengan demikian inovasi yang dihasilkan respon yang efektif (Odgen, 2007).

Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat 196


Menurut Kobasa hardiness didefinisikan dalam hal subjek N. Subjek F ini diketahui tidak merasa mengalami
dimensi yang lebih spesifik dari karakteristik kontrol, kesulitan yang berarti karena rasa percaya diri yng tumbuh
komitmen, dan tantangan yang dapat mempengaruhi, baik seiring dengan manfaat yang orang lain dapatkan dari
penilaian kognitif dan perilaku dalam menanggapi
produk karya subjek. Kontrol yang tinggi mencerminkan
peristiwa stres (Mirzaei & Kadivarzare, 2014). Karena
individu dengan sifat Hardiness tinggi dapat menemukan keyakinan bahwa orang dapat memberikan pengaruh pada
kehidupan mereka sendiri yang menarik dan bermakna lingkungan mereka.
dan menghadapi perubahan dalam kehidupan mereka Kobasa, Maddi, dan Courington menyatakan
seperti biasa. bahwa komitmen adalah pendekatan hidup yang ditandai
Kobasa menyebutkan ada beberapa aspek yang dengan rasa ingin tahu dan perasaan bermakna
menunjukkan kepribadian Hardiness, yakni control,
(Amiruddin & Ambarini, 2014). Subjek N mengatakan
commitment dan challenge. Control adalah keyakinan
seseorang pada kemampuannya untuk mempengaruhi bahwa ada kepuasan tersendiri yang bermakna bagi subjek
kejadian-kejadian yang ada dalam hidupnya. Kontrol yang ketika produk sudah terkemas rapi dan siap diberi kepada
tinggi mencerminkan keyakinan bahwa orang dapat pelanggan. Subjek F mengatakan bahwa berbagi manfaat
memberikan pengaruh pada lingkungan mereka. dan khasiat dari resep alami buatan sendiri membuat
Selanjutnya, Kobasa, Maddi, dan Courington menyatakan subjek menjadi lebih bersemangat. Selain itu, subek
bahwa komitmen adalah pendekatan hidup yang ditandai mengaku mendapat banyak pengalaman dan uang
dengan rasa ingin tahu dan perasaan bermakna.
tambahan setelah menjadi wirausaha.
Sedangkan, challenge atau menantang adalah suatu
harapan akan adanya perubahan yang normal dan dapat Challenge adalah suatu harapan akan adanya
menstimulasi perkembangan (Amiruddin & Ambarini, perubahan yang normal dan dapat menstimulasi
2014). Punamaki, Qouta, & El-Sarraj menyatakan bahwa perkembangan (Amiruddin & Ambarini, 2014). Subjek N
individu yang sangat menantang percaya bahwa ciri mengaku merasa optimis dengan produknya yang dapat
kehidupan adalah perubahan bukan stabilitas. Orang bersaing dan bahkan menjadi penyangga perekonomian
tersebut mengantisipasi perubahan yang memberikan bagi masyarakat. Subjek mengaku siap menghadapi
kesempatan untuk mengembangkan diri (Mirzaei &
perubahan tren dan perubahan minat masyarakat untuk
Kadivarzare, 2014).
mengembangkan usahanya. Punamaki, Qouta dan El-
METODE PENELITIAN Sarraj dan menyatakan bahwa orang yang memiliki
challenge mengantisipasi perubahan dengan
Penelitian dilakukan dengan metode wawancara menjadikannya kesempatan untuk mengembangkan diri
dan observasi. Penelitian menggunakan dua orang subjek (Mirzaei & Kadivarzare, 2014). Subjek F mengaku belum
yang merupakan wirausaha yang melakukan inovasi siap bersaing karena terkendala dengan izin edar. Tetapi
produk. subjek optimis apabla mendapat kesempatan mendapat
Teknik wawancara yang digunakan adalah modal lebih subjek akan berusaha untuk mendapatkan izin
wawancara semi terstruktur. Wawancara semi terstruktur
untuk produknya.
menggunakan panduan wawancara yang berasal dari
pengembangan topik (Moleong, 2007). Sedangkan Bagan 1. Psikodinamika
metode observasi yang digunakan adalah observasi non- N F
Perempuan, 21 Tahun Perempuan, 21 Tahun
partisipan dengan teknik pencatatan checklist. Penelitian
ini menggunakan teknik observasi non-partisipan, dimana
peneliti tidak ikut terlibat secara langsung dalam kegiatan-
Pendidikan terakhir: Pendidikan terakhir:
kegiatan yang dilakukan oleh subjek. SMA SMA
Hardiness
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini dilakukan dengan wawancara dan Control: Subjek “N” Commitment:Subjek Challenge: Subjek “N”
mampu mengatasi “N” memiliki kemauan mengaku siap mengikuti
observasi terhadap dua orang subjek yang merupakan kritik dan keluhan untuk mengembangkan perubahan minat dan tren
wirausaha yang melakukan inovasi produk. Adapun pelanggan serta jaringan dan mengikuti masyarakat dengan terus
mengetahui setiap kegiatan-kegiatan yang menggali pengetahuan di
hasilnya adalah sebagai berikut: resiko dari tindakan mendukung usaha. bidang seni
Control adalah keyakinan seseorang pada dengan Subjek juga optimis
denggan keunggulan
rupa.Sedangkan
Subjek F, Subjek “F”
pada
baik.Sedangkan pada
kemampuannya untuk mempengaruhi kejadian-kejadian Subjek F, Subjek “F” produk inovasi yang mengaku siap mengikuti
termotivasi untuk dimiliki.Sedangkan perubahan minat dan tren
yang ada dalam hidupnya (Amiruddin & Ambarini, 2014). berbagi manfaat dan pada Subjek F, Subjek masyarakat dengan terus m
khasiat perawatan “F” memiliki kemauan eningkatkan kemampuan
Subjek N dapat mengatasi masalah maupun tantangan untuk mengembangkan dan agar produk bisa
yang terjadi ketika menjalankan usahanya. Produk yang Memenuhi keseluruhan aspek
cacat karena pengiriman, salah cetak, strategi promosi Hardiness
yang baik semua kejadian yang terjadi mampu diatasi oleh SIMPULAN

Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat 197


commitment a unique contributor. Journal of Police
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan and Criminal Psychology, 31(4), 261-269.
mengenai “Hardiness Pada Wirausaha Yang Melakukan Herdiansyah, H. (2011). Metodologi penelitian kualitatif.
Inovasi Produk” dengan menggunakan metode Jakarta: Salemba Humanika
wawancara semi-terstruktur dan observasi non-partisipan, Maddi, S. R dan Kobasa. (2005). The Story of Hardiness :
maka dapat ditarik kesimpulan kedua subjek memenuhi Twenty Years of Theorizing, Research and
aspek-aspek kepribadian Hardiness. Kepribadian Practice. Consulting Psychology Journal Practice
Hardiness dapat dikatakan mampu mendukung pelaku and Research, Volume 54. No. 3, 175-
usaha dalam membentuk dan memperkenalkan inovasi Marjanti, S. (2015). Upaya Meningkatkan Rasa Percaya
produknya. Diri Melalui Konseling Kelompok Bagi Siswa XII
IPS 6 SMA 2 Bae Kudus Tahun Pelajaran
DAFTAR PUSTAKA 2014/2015. Jurnal Konseling Gusjigang, 1(2).
Mirzaei, F., &Kadivarzare, H. (2014).Relationship
Amiruddin, J. H., & Ambarini, T. K. (2014). Pengaruh between parenting styles and hardiness in high
Hardiness dan Coping Stress Terhadap Tingkat school students.Procedia-Social and Behavioral
Stres pada Kadet Akademi TNI-AL. Jurnal Sciences, 116, 3793-3797.
Psikologi Industri dan Organisasi, 03 (02), 72, 78. Mulyono, F. (2015). Inovasi: Sebuah Pengantar. Jurnal
Ancok, D. (2012). Psikologi Kepemimpinan dan Inovasi. Administrasi Bisnis, 4(2).
Jakarta: Erlangga. Moleong, L.J. (2007). Metode penelitian kualitatif.
Ayudhia, R. R., & Kristiana, I. F. (2017). Hubungan Bandung: PT. Remaja Rosda Karya.
Antara Hardiness Dengan Perilaku Prososial Pada Olivia, D. O. (2014). Kepribadian hardiness dengan
Siswa Kelas XI SMA Islam Hidayatullah prestasi kerja pada karyawan bank. Jurnal Ilmiah
Semarang. Empati, 5(2), 205-210. Psikologi Terapan, 2(1), 115-129.
Civitci, N., &Civitci, A. (2015).Social comparison Odgen, J. (2007). Health psychology. New York: Open
orientation, hardiness and life satisfaction in University Press.
undergraduate students.Procedia-Social and Pratitis, N. T. (2013). Peran Kreativitas Dalam
Behavioral Sciences, 205, 516-523. Membentuk Strategi Coping Mahasiswa Ditinjau
Dismawan, R., & Indonesia, J. M. E. U. K. (2013). Dari Tipe Kepribadian Dan Gaya Belajar.
Pengaruh kreativitas produk dan inovasi produk PERSONA: Jurnal Psikologi Indonesia, 2(3).
terhadap keunggulan bersaing produk kue soes Republika (2014, 6 Mei). BPS: Jumlah Wirausaha
pada toko kue soes merdeka di Jl. Merdeka No. 25 Meningkat. www.republika.co.id Diakses pada
Bandung. tanggal 25 Februari 2018 dari
Depkop (2017, 11 Maret).Ratio WirausahaNaikJadi 3.1 http://www.republika.co.id/berita/ekonomi/makro/
Persen. www.depkop.go.id Diakses pada tanggal 14/05/06/n54k9p-bps-jumlah-wirausaha-
25 Februari 2018 dari meningkat.
http://www.depkop.go.id/content/read/ratio- Rusdiana (2014). Kewirausahaan: Teori dan Praktek.
wirausaha-indonesia-naik-jadi-31-persen/ Bandung: Pustaka Setia.
Dewanto, W. dkk.(2013). Manajemen Inovasi. Bandung: Sa’ad, M. Fauziah., Yusooff, F., Nen, S., Subhi, N.
Penerbit Andi. (2013). The effectiveness of person-centered
Dodik, A. A., &Astuti, K. (2012).Hubungan antara therapy and cognitive psychology ad-din group
kepribadian hardiness dengan stress kerja pada counseling on self-concept, depression and
anggota POLRI bagian operasional di POLRESTA resilience of pregnant out- of- wedlock teenagers.
Yogyakarta. Insight, 10(1), 37-48. Procedia: Social and Behavioral Science. Vol. 114,
Frinces, Z. H. (2010). Pentingnya Profesi Wirausaha di 927 – 932.
Indonesia. Jurnal Ekonomi & Pendidikan, 7(1). Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Kuantitatif,
Olivia, D. O. (2014). Kepribadian hardiness dengan Kualitatif dan R&D. Bandung: Penerbit Alfabeta.
prestasi kerja pada karyawan bank. Jurnal Ilmiah Wahyuningsih, S. (2009). Peranan UKM Dalam
Psikologi Terapan, 2(1), 115-129. Perekonomian Indonesia. MEDIAGRO, 5(1).
Fyhn, T., Fjell, K. K., & Johnsen, B. H. (2016). Resilience
factors among police investigators: Hardiness-

Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat 198


KECERDASAN EMOSIONAL DOSEN
PENGEMBANGAN ALAT UKUR, UJI VALIDITAS DAN RELIABILITAS
Windy Daisy1, Pradana Aditya Ariono2,Desy Noor Hadijah3,Ermina Istiqomah4
Program Studi Psikologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Lambung Mangkurat, Jl. Ahmad
Yani Km. 36, Banjarbaru, 70714, Indonesia
4
E-mail: erminaistiqomah06@yahoo.com

ABSTRAK

Tujuan dari studi kuantitatif ini adalah pengembangan alat ukur kecerdasan emosional pada dosen dan melakukan uji validitas
dan reliabilitas. Instrumen kecerdasan emosional disusun berdasarkan aspek menurut Goleman, Boyatzis & McKee (2002)
yaitu kesadaran diri, manajemen diri, kesadaran sosial, dan manajemen hubungan dengan orang lain. Instrumen ini dilakukan
uji coba pada 125 orang dosen Universitas Lambung Mangkurat Kalimantan Selatan. Hasil hasil menunjukkan nilai koefisien
korelasi aitem totalnya berkisar antara rix = -0.004 sampai rix = 0.732 dengan nilai rix standar = 0.300. Nilai koefisien
reliabilitas kecerdasan emosional yaitu sebesar 0.931. Artinya instrumen kecerdasan emosional adalah valid dan reliabel.
Implementasi penelitian ini dapat digunakan untuk mengetahui tingkat kecerdasan emosional dosen yang tidak kalah penting
peranannya dengan kecerdasan intelektual dalam penampilan kerja.

Kata kunci: kecerdasan emosional, validitas reliabilitas, dosen

ABSTRACT

The purpose of this quantitative study is the development of a measure of emotional intelligence in the lecturer and to test the
validity and reliability. The instruments of emotional intelligence are based on aspects according to Goleman, Boyatzis &
McKee (2002): self-awareness, self-management, social awareness, and relationship management with others. This
instrument was tested on 125 lecturers of Lambung Mangkurat University, South Kalimantan. The result shows the value of
the total correlation coefficient ranged from rix = -0.004 to rix = 0.732 with the standard rix value = 0.300. Emotional
intelligence reliability coefficient value that is equal to 0.931. This means that the instrument of emotional intelligence is valid
and reliable. Implementation of this research can be used to determine the level of emotional intelligence of lecturers that is
not less important role with intellectual intelligence in job performance.

Keywords: emotional intelligence, reliability validity, lecturers

Banyaknya masalah penelitian memerlukan kemampuan individu secara maksimal. Sementara itu,
pengembangan instrumen yang dapat dipercaya, serta indikator perilaku yang diungkap oleh instrumen non tes
mampu mengukur hal-hal yang abstrak, seperti hasil bersifat tipikal (typical performance). Instrumen ini
belajar, kecerdasan, motivasi, sikap, minat, dan lain-lain standar sehingga individu dapat membuat penafsiran
(Ary, Jacobs dan Razavieh, 1982). Alat atau instrumen sendiri terhadap stimulus tersebut dan meresponnya sesuai
yang berbeda-beda diperlugan untuk mengukur variabel dengan aspek afektif dalam dirinya saat ini (Edward,
yang berbeda-beda pula. 1957). Kualitas instrumen ditentukan oleh validitas
Sesuatu yang digunakan untuk melakukan reliabilitas (Mueller, 1986). Jadi, hakikat instrumen adalah
pengukuran disebut alat ukur atau instrumen. Suatu alat ukur yang memiliki validitas dan reliabilitas yang baik
instrumen yang berkualitas haruslah terlebih dahulu dan digunakan untuk mengumpulkan data dalam suatu
divalidasi sebelum digunakan. Pada dasarnya instrumen penelitian.
dibagi dua, yaitu instrumen yang berbentuk tes dan Thorndike (1982) menunjukkan beberapa langkah
instrumen yang non tes. Tes merupakan prosedur yang harus dilakukan untuk menyusun instrumen sehingga
sistematis untuk melakukan pengamatan terhadap perilaku alat tersebut layak untuk digunakan. Langkah-langkah
seseorang dan mendeskripsikan perilaku dengan bantuan tersebut meliputi (a) mendifinisikan kawasan atau atribut
skala angka atau suatu sistem penggolongan (Cronbech, laten yang akan diukur, (b) menemukan siapa yang akan
1984). menggunakan atau siapa respondennya, (c) menspesifikasi
Indikator perilaku yang digunakan oleh instrumen isinya, mencakup topik apa saja, (d) menentukan format-
tes bersifat kinerja maksimal (maximum performance) format butirnya, jenis respon yang diharapkan dan
karena suatu tes dirancang untuk mengungkapkan prosedur pemberian skornya, (e) membuat rencana uji

Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat 199


coba agar diperoleh data untuk dianalisis, guna emosional sebagai variabel yang akan dikembangkan
menyeleksi butir-butir yang akan atau dapat digunakan, (f) instrumennya, (2) mengembangkan definisi konsepsual
menemukan prosedur yang digunakan untuk pembakuan dan operasional dari variabel kecerdasan emosional, (3)
alat skor ukur, dan (g) membuat rancangan petunjuk menyusun butir-butir pertanyaan kecerdasan emosional
pelaksanaan tes. dosen sebagai instrumen penilaian berdasarkan skala
Goleman (2002) mendefinisikan kecerdasan likert, (4) melaksanakan validitas teoritik kepada penelis
emosional mengarah pada kapasitas pengenalan perasaan
ahli sebagai judges untuk seleksi butir, (5) melaksanakan
diri sendiri dan orang lain, kapasitas memotivasi diri
uji coba, (6) menganalisis butir dengan menggunakan
sendiri dan kapasitas mengelola emosi dengan baik dalam
diri sendiri dan dalam hubungan dengan orang lain. program analisis statistik SPSS.
Kecerdasan emosional melibatkan kemampuan Pada pelaksanaan uji coba instrumen caring
untuk memahami secara akurat, menilai, dan perawat diujicobakan atau tryout kepada 125 orang dosen
mengekspresikan emosi; kemampuan untuk mengakses Universitas Lambung Mangkurat Banjarbaru Kalimantan
atau membangkitkan perasaan saat berpikir; kemampuan Selatan. Dosen adalah dengan masa kerja minimal 2 tahun
untuk memahami emosi dan pengetahuan tentang dan pendidikan minimal S2 yang meliputi Fakultas
emosional; dan kemampuan untuk mengatur emosi untuk MIPA, Kehutanan, Perikanan dan Kelautan, Pertanian,
mendorong pertumbuhan emosional dan intelektual dan Teknik. Proses analisis statistik menggunakan
(Mayer & Salovey, 1997) program SPSS for Windows Version 13.0.
Pada penelitian ini difokuskan pada pengembangan Instrumen awal terdiri dari 72 item pernyataan
instrumen kecerdasan emosional dosen dengan dengan 36 butir bentuk favorable dan 36 butir bentuk
menggunakan teknik corrected item-total
unfavorable. Setiap item disediakan 4 pilihan jawaban,
correlation.Adapun pertanyaan penelitian adalah
Bagaimana validitas dan reliabilitas instrumen kecerdasan yaitu tidak pernah, jarang, sering, sering sekali. Pilihan
emosional yang dikembangkan? jawaban ini menggunakan skala likert dengan cara
Hasil penelitian pengembangan instrumen penyekoran adalah sebagai berikut :
kecerdasan emosional dosen diharapkan dapat Tabel 1. Penyekoran item instrumen KE
memberikan kontribusi yang signifikan antara lain 1) Katagori Pilihan F UF
Secara akademis, hasil penelitian ini dapat memperkaya Sangat tidak 1 4
khasanah ilmu pengetahuan / kepustakanan kependidikan setuju
tentang kecerdasan emosional, khususnya instrumen
kecerdasan emosional dosen yang baku dan terpercaya. 2) Tidak setuju 2 3
Hasil penelitian ini dapat menjadi data empirik bagi Setuju 3 2
penelitian lain untuk melakukan kajian lebih lanjut. Sangat setuju 4 1

METODE PENELITIAN Instrumen kecerdasan emosional disusun berdasakan


pada teori Goleman, Boyatzis, & McKee (2002) yang
Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan menyebutkan bahwa dalam kecerdasan emosional terbagi
analisa statistik menggunakan program SPSS for Windows menjadi 4 (empat) komponen yaitu kesadaran diri,
Version 13.0. untuk menguji validitas dan reliabilitas manajemen diri, kesadaran sosial, dan manajemen
instrumen kecedrasan emosional yang dikembangkan. hubungan dengan orang lain. Setiap komponen tersebut
Sebelum dilakukan uji statistik maka dilakukan langkah- terbagi lagi menjadi beberapa kemampuan yang harus
langkah metodologis penelitian. dipenuhi, seperti kesadaran diri memiliki 3 (tiga)
kemampuan yaitu kesadaran emosional, penilaian diri, dan
HASIL DAN PEMBAHASAN rasa percaya diri. Manajemen diri memiliki 6 (enam)
kemampuan yaitu mengelola emosi diri, transparan,
Cronbach (1984) mendeskripsikan langkah- adaptasi, pencapaian, inisiatif, dan optimis. Kesadaran
langkah yang perlu mendapat perhatian dalam penyusunan sosial memiliki 3 (tiga) kemampuan yaitu empati,
atau pengembangan suatu tes yaitu sebagai berikut: (a) kesadaran berkelompok, berorientasi melayani orang lain.
perlu ada kejelasan konsep atau teori yang dijadikan Serta manajemen hubungan dengan orang lain memiliki 6
landasan kerja pengukuran, (b) perlu diindentifikasi secara (enam) kemampuan yaitu mengembangkan kemampuan
tuntas, atribut-atribut yang akan diukur, (c) perlu orang lain, pemimpin yang menginspirasi, mampu
didefinisikan operasional atribut-atribut yang telah mempengaruhi, menjadi agen perubahan, manajemen
didefinisikan, dan (d) perlu dipilih bentuk atau format alat konflik, dan mampu berkolaborasi. Sehingga, hal itu lah
ukur yang sesuai dengan atribut-atribut itu dan dengan yang menjadikan alasanya adanya perbedaan dari setiap
manusia Indonesia. bobot komponen kecerdasan emosional. Kemudian, untuk
Adapun langkah-langkah metodologis penelitian lebih jelasnya akan dipaparkan pada tabel yang ada
ini dirancang sebagai berikut (1) menentukan kecerdasan dibawah ini :
.Tabel 2. Blueprint Kecerdasan Emosional

Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat 200


Nomor Koefisien korelasi aitem totalnya berkisar antara rix
No Komponen Indikator Aitem = -0.004 sampai rix = 0.732 dengan nilai rix standar =
F UF
0.300. Nilai koefisien reliabilitas kecerdasan emosional
Memahami emosi berserta 16, 12,
dampak terhadap diri sendiri 28 21 yaitu sebesar 0.931 yang artinya aitem yang digunakan
Menyadari kekuatan dalam diri 25, 11, dapat dikatakan reliabel, hal ini sesuai dengan teori yang
1 Kesadaran Diri beserta batasan yang dimiliki 52 62 dikemukakan oleh Azwar (2012) yaitu semakin koefisien
Memiliki harga diri yang tinggi 6,2 46, mendekati angka 1,00 berarti semakin tinggi reliabilitas.
dan percaya pada kemampuan 4 57 Sebaliknya, koefisien yang mendekati angka 0 semakin
diri
rendah reliabilitas.
Menghindari diri dari 30, 14,
rangsangan dan emosi yang 44 40 Selanjutnya dilakukan perubahan tata letak (urutan
menganggu nomor) aitem-aitem pada skala alat ukur, karena aitem
Jujur dengan diri sendiri 35, 59, yang memiliki korelasi aitem total yang dibawah standar
55 68 (aitem yang gugur) tidak diikutsertakan lagi sehingg
Fleksibel dalam menghadapi 9,1 33,
perubahan 9 49
instrumen alat ukur kecerdasan emosional dosen
2 Manajemen Diri berjumlah 51 butir.
Mendorong diri untuk 5,5 66,
mencapai keinginan 6 72
Memiliki kesiapan untuk 54, 8,3
bertindak dan menangkap 70 9
SIMPULAN
peluang
Melihat sisi kebaikan dari 38, 10, Disimpulkan bahwa instrumen kecerdasan
kejadian 51 29 emosional dosen adalah valid dan riliabel ditinjau nilai
Merasakan emosi orang lain, 41, 32, koefisien korelasi aitem totalnya berkisar antara rix = -
memahami perspektif mereka, 69 60
dan mempunyai minat untuk
0.004 sampai rix = 0.732 dengan nilai rix standar = 0.300.
terlibat dalam Nilai koefisien reliabilitas kecerdasan emosional yaitu
3 Kesadaran Sosial Mengenali keadaan emosional 31, 4,6 sebesar 0.931.
yang terjadi dalam 48 5
berhubungan dengan orang lain
Mengenali dan memenuhi 2,5 17,
kebutuhan orang lain 3 42
DAFTAR PUSTAKA
Membimbing dan memotivasi 7,3 13,
seseorang untuk mencapai 7 27 Ary, Donald, Lucy CheserJacobsdanAsgharazavieh.
tujuannya
1982.Pengantar Penelitian Dalam Pendidikan.
Kemampuan untuk 47, 45,
menginspirasi dan 64 61 Terjemahan Arief Furchan, Surabaya: Usaha
mengarahkan individu atau Nasional.
kelompok Azwar,S. (2012). Reliabilitas dan Validitas.Yogyakarta:
Manajemen
Kemampuan untuk membujuk 1,5 15,
Hubungan PustakaBelajar
4 orang lain 0 63
dengan Orang
Mampu mengatur dan 18, 34, Cronbach, Lee J. 1984. Essentials of Psychological
Lain
mengelola perubahan 23 67 Testing. NewYork: Harper & Row Publishers.
Mampu menegosiasi dan 36, 3,2 Goleman, D., Boyatzis R., & McKee, A. (2002).Primal
menyelesaikan perselisihan 43 6 leadership: Realizing the Power of Emotional
Kemampuan untuk mencapai 58, 20,
tujuan dan meciptakan kerja 71 22
Intelligence. Boston: Harvard Business School
sama yang produktif bersama Press.
kelompok. Mayer, J. D., &Salovey, P. (1997).What is emotional
Total 72 intelligence? In P. Salovey& D.Sluyter (Eds.),
Emotional development and emotional
Hasil uji validitas dan reliabilitas terhadap skala intelligence: Implications for educators (pp. 3-
kecerdasan emosional, diperoleh aitem yang valid 31). New York: Basic Books..
sebanyak 51 aitem dari 72 butir aitem dengan rincian Norusis, Marija J. 1993. SPSS for Windows Professional
nomor aitem yaitu 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 14, StatisticsRelease 6,0. Chicago: Marketing
15, 17, 18, 19, 21, 22, 23, 24, 25, 26, 27, 29, 33, 34, 35, Department SPSS Inc.
36, 37, 38, 40, 41, 42, 44, 47, 48, 53, 54, 55, 57, 58, 60, Thorndike, Robert L. 1982. Applied Psychometrics.
61, 62, 63, 64, 65, 66, 68, dan 72. Sementara aitem gugur Boston:Houghton Mifflin Company.
berjumlah 21 aitem yaitu 13, 16, 20, 28, 30, 31, 32, 39, 43,
45, 46, 49, 50, 51, 52, 56, 59, 67, 69, 70, dan 71.

Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat 201


LINGKUNGAN IKLIM KERJA PADA TAMBANG BATU BARA DI WILAYAH
LAHAN BASAH KALIMANTAN SELATAN
WORK CLIMATE ENVIRONMENT IN COAL MINES IN WET LAND AREA OF SOUTH
KALIMANTAN

Aisyah Sofia Agustina1, Rissa Yulianti Sabra2, Noor Anita Hartati3, Ermina Istiqomah4
Program Studi Psikologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Lambung Mangkurat, Jl. Ahmad Yani Km.
36, Banjarbaru, 70714, Indonesia
4
E-mail: erminaistiqomah06@yahoo.com

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran lingkungan iklim kerja pada tambang batu bara di wilayah lahan basah
Kalimantan Selatan. Penelitian kualitatif dengan metode wawancara mendalam dan observasi kepada 5 orang responden
karyawan PT KPP Hasil penelitian menunjukan bahwa Untuk lingkungan fisik buruk karena banyak karyawan yang terpapar
debu, dukungan organisasi baik, dan keterikatan kerja karyawan juga baik. Implementasi penelitian ini dapat dijadikan acuan
untuk menciptakan lingkungan kerja yang baik untuk mendukung situasi kerja karyawan

Kata kunci: lingkungan,iklim kerja, tambang batu bara

ABSTRACT

The objective of this research is to find out the picture of the working climate climate in coal mine in South Kalimantan
wetland area. Qualitative research with in-depth interview method and observation to 5 respondents of PT KPP employees
The result of research shows that For the physical environment is bad because many employees are exposed to dust, good
organizational support, and employee work ties are also good. Implementation of this research can be used as a reference
to create a good working environment to support employee work situation

Keywords: environment, work climate, coal mine

Industri batubara Indonesia terbagi dengan hanya batu aji, dan sumber daya perikanan dan kelautan serta
sedikit produsen besar dan banyak pelaku skala kecil yang kehutanan yang potensial untuk dikembangkan, sumber
memiliki tambang batubara dan konsesi tambang batubara daya alam yang paling banyak dikelola di Kalimantan
(terutama di Sumatra dan Kalimantan). Sejak awal tahun Selatan salah satunya yaitu batu bara. Pada tahun 2015
1990an, ketika sektor pertambangan batubara dibuka Kalimantan Selatan memiliki sekitar 229.541 ha Bahan
kembali untuk investasi luar negeri, Indonesia mengalami Galian batu bara, minyak, pasir kwarsa, biji besi, dll
peningkatan produksi, ekspor dan penjualan batubara dalam (Kementrian Perencanaan dan Pembangunan Nasional,
negeri. Dalam beberapa tahun terakhir terjadi peningkatan 2015).
penjualan batubara domestik yang pesat karena pemerintah Terdapat banyaknya jumlah lahan dengan isi
Indonesia berkomitmen terhadap program energi kekayaan, banyak perusahaan batu bara yang terdapat di
ambisiusnya (menyiratkan pembangunan berbagai Kalimantan Selatan salah satunya PT Kalimantan Prima
pembangkit listrik, yang sebagian besar menggunakan Persada (KPP) Rantau. KPP merupakan anak perusahaan PT
batubara sebagai sumber energi karena Indonesia memiliki Pamapersada Nusantara (PAMA), salah satu kontraktor
cukup banyak cadangan batubara). Selain itu, beberapa pertambangan terbesar di Asia Tenggara. PT Kalimantan
perusahaan pertambangan besar di Indonesia telah Prima Persada (KPP) telah berdiri sejak tahun 2003 dan
berekspansi ke sektor energi karena harga komoditas yang sejak saat itu telah mencapai kinerja yang optimal dengan
rendah membuatnya tidak menarik untuk tetap fokus pada kontribusi terbaik di industri pertambangan.
ekspor batubara, sehingga menjadi perusahaan energi Untuk memastikan profesionalisme dan kualitas
terintegrasi yang mengkonsumsi batubara mereka sendiri. layanan KPP, mereka menerapkan Sistem Manajemen KPP
Propinsi Kalimantan Selatan memiliki kekayaan Terpadu (IKMS) dan empat pilar budaya perusahaan KPP;
sumber daya alam yang melimpah seperti deposit minyak Kompetensi, Integritas, Sinergi dan Keselamatan.
bumi, intan, platina, batu bara, emas, bijih besi, nikel, Perusahaan ini menerapkan budaya kerja CISS, yaitu :
mangan, kromit, batu gamping, marmer, pasir kuarsa, fosfat, Competence (Handal) dapat diandalkan dengan semangat
kaolin, lempung, gambut, oker, batu kerikil, batu gunung, menjadi yang terbaik untuk memberikan nilai tambah

Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat 202


terhadap seluruh pihak. Integrity (Terpercaya) dapat menemukan permasalahan secara lebih terbuka, dimana
dipercaya dengan prinsip memegang teguh kejujuran, pihak yang diajak wawancara diminta pendapat dan ide-
tanggung jawab, keterbukaan, dan kedisiplinan. Synergy idenya (Sugiyono, 2009).
(Sinergi) dapat bekerjasama, menghargai perbedaan dengan Observasi yang digunakan pada penelitian ini adalah
menyatukan keunggulan masing-masing sebagai sebuah observasi non partisipan. Dalam observasi nonpartisipan
kekuatan yang mengutamakan kebersamaan. Safety peneliti tidak terlibat dan hanya sebagai pengamat
(Keselamatan) mengutamakan keselamatan dan kesehatan independen. Peneliti datang ke tempat kegiatan subjek yang
kerja, peduli lingkungan hidup dan pemberdayaan diamati, tetapi tidak terlibat dalam kegiatan subjek
masyarakat sekitar (dalam kppmining.com). (Sugiyono, 2009). Tujuan observasi adalah mendeskripsikan
Dalam sebuah perusahaan menciptakan Iklim setting yang dipelajari, aktivitas-aktivitas yang berlangsung,
Organisasi, Perceived Oorgazational Support dan Work orang-orang yang terlibat dalam aktivitas, dan makna
engagement sangatlah penting karena dengan adanya hal kejadian dilihat dari perspektif mereka yang terlibat dalam
tersebut dapat mempengaruhi kinerja dan akan menciptakan kejadian yang diamati tersebut.
keberhasilan organisasi tersebut. Iklim organisasi
merupakan faktor penting yang menentukan kehidupan HASIL DAN PEMBAHASAN
suatu organisasi. Iklim organisasi menurut Forehand and
Gilmers pada tahun 1964, yang menyatakan bahwa iklim Iklim Organisasi
organisasi adalah serangkaian deskripsi dari karakteristik Pada penelitian ini, peneliti memfokuskan pada
organisasi yang bertahan dalam jangka waktu lama (Toulson bagaimana gambaran iklim organisasi pada PT.KPP site
& Smith, 1994:455). Sungai Puting Rantau. Kedua subjek A dan subjek S
Menurut Davis and Newstrom (2001:25) keduanya merupakan pegawai PT.KPP Site Sungai Putting
memandang iklim organisasi sebagai kepribadian sebuah Rantau. Subjek A dan subjek S merasa kalau Iklim
organisasi yang membedakan dengan organisasi lainnya Organisasi PT.KPP Site Sungai Putting Rantau buruk dalam
yang mengarah pada persepsi masing-masing anggota dalam segi lingkungan fisik tempat kerja mereka karena banyak
memandang organisasi. Carolyn S. Andersen (Wayne N. debu dan terbukti dengan adanya masalah kesehatan yang di
Welsh, 2000) mendefinisikan iklim organisasi sekolah alami oleh kedua subjek yang menyebabkan kinerja kedua
sebagai rasa sekolah, seperti dipersepsikan oleh mereka subjek dalam bekerja terganggu bahkan subjek S sampai
yang bekerja atau yang mengikuti kelas di sekolah. Iklim pernah dirawat inap di rumah sakit dan menyebabkann
organisasi sekolah merupakan apa yang kita rasakan dalam subjek S harus libur dalam bekerja. Sesuai dengan
kehidupan interaktif sekolah. (Dalam Kustrianingsih Dkk, pengertian Iklim Organisasi Menurut Lussier (2005:486)
2016). mengatakan bahwa iklim organisasi adalah persepsi pegawai
Menurut Litwin dan Stringer (dalam shanker, 2015) mengenai kualitas lingkungan organisasi yang secara relatif
Iklim organisasi didefinisikan sebagai kesan global dari dirasakan oleh anggota organisasi yang kemudian akan
organisasi seseorang dan dampak pribadi dari lingkungan mempengaruhi perilaku mereka berikutnya. Sesuai dengan
kerja, yang mempengaruhi perilaku kerja individu, persepsi kenyataannya menunjukkan bahwa subjek A dan S
karyawan, terhadap organisasi mereka, terkait dengan merasakan tempat kerja mereka sangat berdebu dan
pekerjaan yang berhubungan dengan pekerjaan. membuat kedua subjek selalu tidak lepas dengan masker saat
Oleh karena itu pada penelitian ini ingin diketahui gambaran bekerja. Agar gangguan pernafasan yang dialami kedua
lingkungan kerja pada tambang batu bara di wilayah lahan subjek dapat terkontrol.
basah Kalimantan selatan. Menurut Litwin and Stringer (1986) menjelaskan
iklim organisasi menjadi sembilan (9) dimensi yaitu (dalam
METODE PENELITIAN Wirawan, 2009) pertama dimensi Struktur. Karyawan
mempersepsikan dirinya mengetahui aturan, peraturan,
Penelitian ini merupakan studi pendahuluan dari prosedur yang ada serta birokasi tertentu dalam organisasi.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Teknik Dalam dimensi ini kedua subjek sama-sama merasa kalau
pengambilan data yang digunakan adalah metode struktur yang berjalan di PT.KPP Site Sungai Putting Rantau
wawancara dan observasi kepada 5 (lima) orang karyawan sudah lengkap, tetapi dalam segi kejelasan dalam pembagian
PT KPP sebagai responden terpilih. Pada penelitian ini, dan batasan pekerjaan kurang adanya kejelasan dari atasan
daftar pertanyaan dibuat berdasarkan dimensi Iklim atau kantor pusat sehingga membuat kedua subjek
Organisasi yang dikemukakan oleh Litwin and Stringer kebingungan dalam mengerjakan apa yang diperintahkan.
(1986). Dimensi kedua adalah Tanggung jawab. Karyawan
Jenis wawancara yang digunakan dalam penelitian mempersepsikan dirinya menjadi seorang pimpinan dalam
ini adalah wawancara semi terstruktur, dimana peneliti melakukan pekerjaannya sendiri, tanpa perlu meninjau
memiliki daftar pertanyaan tertulis tetapi memungkinkan ulang keputusan yang diambilnya. Kedua subjek
dalam pelaksanaannya lebih bebas yang terkait dalam menunjukan tanggung jawabnya yang dituntut oleh
permasalahan. Jenis wawancara ini termasuk dalam kategori perusahaan ditandai dengan kedua subjek sama-sama
in-depth interview (wawancara mendalam), karena mengerjakan setiap tugasnya dan menyelesaikannya walau
pelaksanaannya lebih bebas daripada wawancara saat awal-awal bekerja merasa kebingungan untuk
terstruktur.Tujuan dari wawancara jenis ini adalah untuk penjelasan tugasnya tetapi waktu berjalan kedua subjek
sama-sama belajar dari pengalaman nya dan rekan kerjanya.

Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat 203


Dimensi ketiga yaitu Penghargaan. Karyawan sebuah tim kerja. Dimensi ini kurang terbentuk di PT.KPP
mempersepsikan sebuah penghargaan yang diterima adalah Rantau karena subjek A mangaku kalau dia ingin pindah
hasil dari pekerjaan yang dilakukan dengan baik. Dimensi apabila ada perusahaan lain yang menawarkannya pekerjaan
penghargaan yang dibuat oleh PT.KPP sangat baik sehingga yang sesuai minatnya, tetapi berbeda dengan subjek S yang
membuat subjek merasa dihargai akan pekerjaannya. merasa nyaman saat bekerja di PT.KPP Rantau karena
Ditandai dengan subjek S menerima penghargaan dipengaruhi oleh besarnya gaji dan banyaknya tunjangan
pencapaian inpeksi terstruktur terbanyak dan subjek S yang diterima.
merasa lebih semangat untuk kedepannya dalam pencapaian Terdapat beberapa faktor yang menentukan iklim
inspeksi. Sedangkan subjek A belum pernah mendapat organisasi antara lain, (dalam Wirawan,2009). Faktor
penghargaan apapun dari perusahaan tetapi dia merasa kalau pertama yaitu Kepemimpinan dalam organisasi.
gaji nya cukup besar dan gaji tersebut sudah sesuai dengan Kepemimpinan adalah salah satu bagian penting dari
hasil kerja nya dan resiko yang diterimanya didalam manajemen sebuah organisasi. Seorang manajer tugasnya
pekerjaan. antara lain merencanakan dan mengorganisasikan, tetapi
Dimensi yang keempat yaitu Kehangatan. Karyawan peran utama pimpinan adalah mempengaruhi orang lain
melihat keseluruhan persahabatan yang terbentuk dari untuk mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan.
interaksi kelompok sosial secara informal di dalam Seorang pemimpin bisa disebut manajer lemah apabila
organisasi. Dimensi ini terbentuk di PT.KPP sangat baik perencanaannya yang jelek menyebabkan kelompoknya
karena ditandai dengan kedua subjek sama-sama merasa bergerak ke arah yang salah. Akan tetapi sebaliknya
kalau kekeluargaan di tempat kerjanya sangat kuat karena di pemimpin dapat dikatakan manajer yang relatif efektif,
pengaruhi oleh banyaknya kegiatan rutin bersama yang khususnya apabila ia kebetulan mengelola orang-orang yang
dilakukan oleh pegawai dan adanya disediakan tempat sangat memahami pekerjaannya dan memiliki dorongan
penginapan oleh perusahaan untuk pegawainya sehingga yang kuat dalam bekerja. Didalam kasus peran pemimpin
membuat pegawai dapat berinteraksi satu sama lain lebih dalam perusahaan masih belum efektif dalam instruksi
dalam tidak saat ditempat kerja saja. penjelasan tentang rincian pekerjaan pegawainya karena
Dimensi kelima yaitu Dukungan. Karyawan melihat ditandai dengan kedua subjek sama-sama meras
pemberian bantuan yang dilakukan berdasarkan pada kebingungan tentang kejelasan tugasnya dan batasan-
hubungan timbal balik antara atasan dengan bawahan atau batasan irinya di dalam perusahaan.
sesama rekan kerja. Dimensi dukungan yang terbentuk di Faktor kedua yaitu Partisipasi Pegawai. Manajer
PT.KPP sangat baik ditandai dengan saling tolong menolong yang partisipatif akan mengikutsertakan karyawan dalam
yang terjadi saat subjek A harus Off bekerja padahal saat itu memecahkan masalah dan pengambilan keputusan. Cara
dia sedang kena shift tetapi rekan kerjanya mau semacam ini bukan untuk melepaskan tanggung jawab,
menggantikan saat subjek A minta tolong, kemudian melainkan untuk berbagi tanggung jawab operasional
ditandai juga saat subjek S menjadi penengah anatar rekan dengan karyawan yang akan melaksanakan putusan
kerjanya yang sedang berkonflik dan subjek S juga sering bersama, hasilnya adalah karyawan merasa terlibat tujuan
membantu rekan kerjanya yang masih junior saat kelompok, karyawan merasa ikut berpartisipasi dalam
kebingungan dalam bekerja. memecahkan masalah. Dalam kasus pemimpin di PT.KPP
Dimensi keeenam yaitu Standar. Karyawan melihat tidak meikut sertakan pegawainya dalam pemecahan
standar kinerja yang dinyatakan secara implisit dan eksplisit masalah, tetapi hanya ada sesi pelaporan dari karyawan
dalam organisasi. Dimensi tersebut tercipta sangat jelas di tentang masalah kerjanya ke atasan dan atasan lah yang akan
PT.KPP ditandai dengan pengakuan kedua subjek tentang menentukan dan menyelesaikan masalahnya jadi tidak ada
tunjangan-tunjangan dan fasilitas yang didapat oleh pegawai keikut sertaan pegawai dalam penyelesaian masalah di
PT.KPP sangat lengkap. Dimensi ketujuh yaitu Konflik. PT.KPP.
Karyawan melihat sebuah konflik terjadi karena adanya Faktor ketiga yaitu Lingkungan Fisik. Iklim
perbedaan pendapat dari masing-masing anggota di dalam organisasi sebagian besar ditentukan oleh sikap manajemen
organisasi. Dimensi ini juga terbentuk ditandai dengan terhadap orang-orang dan hakekat hubungan diantara
subjek A pernah mengalami konflik dengan rekan kerjanya pegawai-pegawai dan diantara kelompok-kelompok. Faktor
dan merasa kesal karena perbedaan pandangan diantara yang mempengaruhi iklim, baik secara langsung maupun
keduanya tentang prioritas tugas. Sedangkan subjek S juga tidak langsung melalui pengaruhnya terhadap perilaku
pernah menghadapi konflik dan menjadi penengah antara manusia, Hakekat pekerjaan, Luas, bentuk dan susunan
rekan kerjanya yang sedang berkonflik. organisasi, Kesehatan dan keselamatan kerja. Dalam suatu
Dimensi selanjutnya yang kedelapan yaitu Risiko. organisasi harus mampu memberikan kondisi kerja yang
Karyawan melihat resiko kerja dapat terjadi di dalam melindungi kesehatan dan keselamatan para pegawainya.
organisasi. Salah satu penyebab terlihat pada jenis Yaitu memberikan lingkungan pekerjaan yang melindungi
pekerjaannya. Jenis pekerjaan tersebut mempengaruhi besar dari resiko pencemaran udara, suara mesin, radiasi dan yang
kecilnya risiko yang di dapat. Kedua subjek sama sama lainnya. Dalam kasus ini PT. KPP mengalami permasalahan
merasakan dan sadar akan risiko yang didapatnya dalam dalam pencemaran udara yang dapat mempengaruhi
pekerjaan yaitu gangguan kesehatan karena lingkungan fisik kesehatan pegawainya ditandai dengan kedua subjek sama-
tempat kerjanya yang banyak debu. Dimensi terakhir sama merasa kalau mengalami masalah dengan
kesembilan yaitu Identitas. Karyawan melihat dirinya kesehatannya karena adanya debu yang terdapat di tempat
merasa memiliki perusahaan serta menjadi anggota dalam kerjanya. Subjek A merasa terganggu dengan lingkungan

Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat 204


fisik tempat kerjanya karena dia harus terpapar debu setiap Kemudian gaji yang setiap tahun meningkat juga menambah
kali bekerja bahkan sering mengalami batuk-batuk saat dukungan organisasi yang dirasakan responden. Adanya
bekerja sehingga membuat kinerja nya terganggu dan subjek pengakuan serta promosi jabatan saat karyawan
A juga takut kalau konsdisi lingkungan fisik tempat kerjanya menunjukkan hasil kerja yang baik juga dirasakan
dapat mempengaruhi kesehatannya. responden. Sesuai dengan teori dukungan organisasi,
kesempatan untuk mendapatkan hadiah (gaji, pengakuan,
“Pernah sih saya jadi batuk batuk beberapa hari dan promosi) akan meningkatkan kontribusi karyawan dan
karna saya kemaren itu ga pake masker pelindung akan meningkatkan perceived organizational support
jadinya debunya masuk ke paru-paru saya, saya (Rhoades & Eisenberger dalam Suryani, 2013).
kedokter kemaren itu trus dikasih obat sama Mengenai keamanan bekerja diperusahaan juga
dokternya ya mendingan lah” (S1/S/B96-99) diakui oleh responden Y yaitu saat karyawan terkendala
Dari lingkungan fisik tempat kerjanya subjek S juga dalam menyelesaikan pekerjaan perusahaan tidak akan
merasa terganggu dengan debu yang ada disekitarnya karena langsung mengganti posisinya tetapi membantu karyawan
subjek S bekerja nya di lapangan. Subjek S mengaku telah tersebut untuk meningkatkan kemampuannya. Kemudian
mengalami gangguan kesehatan karena debu yang sering dia asuransi kerja juga dinyatakan oleh responden sebagai
hirup ditempat kerjanya bahkan subjek S sempat di rawat jaminaan keselamatan kerja karyawan yang membuat
inap di rumah sakit sehingga membuat kinerja nya terganggu karyawan lebih nyaman bekerja. Adanya jaminan bahwa
dan subjek S harus absen bekerja. organisasi ingin mempertahankan keanggotaan di masa
depan memberikan indikasi yang kuat terhadap perceived
“Ya namanya begawi di batu bara jadi debu yang organizational support (Griffith dkk dalam Suryani, 2013).
mengganggu banar apalagi kaka kerjanya full Dukungan moral sesama karyawan juga dirasakan
dilapangan dijalan itu sih yang jadi kendala kerja di responden. Sesama karyawan akan saling membantu saat
PT.KPP ini bahkan pernah dirawat inap gara gara karyawan lainnya mengalami kesulitan. Mereka akan saling
debu dan jadinya off dulu kerjanya”(S2/S/B49-52) berbagi dan mencari solusi untuk menyelesaikan masalah.
Kekeluargaan yang sangat kental juga dirasakan responden,
Perceived Organizational Support hal ini membuat suasana kerja mereka lebih menyenangkan.
Karena atasan bertindak sebagai agen dari organisasi Perceived organizational support (POS) dapat didefinisikan
yang memiliki tanggung jawab untuk mengarahkan dan sebagai persepsi karyawan mengenai sejauh mana organisasi
mengevaluasi kinerja bawahan, karyawan pun melihat memberi dukungan kepada karyawan dan sejauh mana
orientasi atasan mereka sebagai indikasi adanya dukungan kesiapan organisasi dalam memberikan bantuan saat
organisasi (Levinson dkk dalam Suryani, 2013). Dukungan dibutuhkan (Mujiasih, 2015).
yang responden rasakan adalah seperti, respon baik yang
diberikan pemimpin terhadap keluhan yang disampaikan Work Engagement
karyawannya. Responden mengatakan pemimpin akan Begitu banyak aspek yang dapat dilihat dari
mencarikan solusi yang tepat untuk menyelesaikan masalah. lingkungan pertambangan yang ada di PT.KPP ini, salah
Personal Contact adalah salah satu proses yang akan satunya yang dilakukan oleh peneliti yakni ingin melihat
menangani penyelesaian masalah tersebut. Begitu juga saat keterikatan kerja karyawan yang ada diperusahaan tersebut.
ada karyawan yang menunjukkan kinerja yang baik, maka Keterikatan kerja sendiri menurut Schaufeli et al adalah
akan diberi reward yang sesuai dengan hasil kerja pandangan hidup yang positif, pemikiran tentang kesatuan
karyawannya. Saat karyawannya melakukan kesalahan juga hubungan kerja yang dicirikan dengan adanya semangat,
akan diberikan sangsi yang sesuai. dedikasi dan penghayatan. Menurut Schaufeli dan Bakker
Karyawan mengembangkan pandangan umum (2003) ada tiga dimensi yang menjadi karakteristik dari
tentang sejauh mana atasan menilai kontribusi mereka dan keterikatan kerja yakni vigor,dedication dan juga
peduli terhadap kesejahteraan mereka (Kottke & Sharafinski absorption.Responden EAI dan F berusia sekitar 24 tahun
dalam Suryani, 2013). Pada penelitian ini responden Y bekerja sebagai instruktur mekanik, sedangkan F berusia
mengakui bahwa kepedulian pemimpin terhadap sekitar 40 tahun bekerja sebagai shipping planer.
kesejahteraan karyawannya sudah sangat baik. Hal ini Berdasarkan hasil wawancara dan observasi yang
ditunjukkan dengan adanya bonus-bonus yang diberikan dilakukan tidak didapatkan perbedaan keterikatan kerja
kepada karyawan yang sudah lama bekerja diperusahaan antara EAI dan F. Pada subjek EAI terdapat vigor atau
tersebut, kemudian adanya pemilihan karyawan teladan energi ketika dia melakukan pekerjaannya, begitupula
setiap tahunnya. dengan subjek F. Vigor atau energi yang ada subjek EAI
Penghargaan organisasi yang dirasakan pada dibuktikan dengan hasil observasi dan wawancara yakni
responden yaitu adanya program pengembangan dari jawaban subjek tentang bagaimana energi,
kemampuan yaitu training yang sudah rutin dilaksanakan kemampuan subjek dalam menyelesaikan masalah dan
setiap tahunnya. Training ini diberikan kepada semua keluhan subjek yakni subjek akan melakukan yang terbaik
karyawan untuk meningkatkan kemampuan dibidang untuk pekerjaannya itu termasuk dalam energi yang
pekerjannya dan mempunyai pengetahuan serta kehandalan dimiliki oleh subjek, sedangkan untuk kemampuan dalam
dibidang yang lain. . Pelatihan dalam bekerja dilihat sebagai pemecahan masalah subjek sudah melakukan usaha untuk
investasi pada karyawan yang nantinya akan perceived menyelesaikan permasalahannya yakni dengan belajar dan
organizational support (Wayne dkk dalam Suryani, 2013). subjek kadang malas untuk bekerja dikarenakan rindu

Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat 205


dengan keluarganya. Sedangkan subjek F tidak jauh Kondisi kerja yang sangat kekeluargaan menjadikan kedua
berbeda dengan subjek EAI hal tersebut juga dibuktikan responden menganggap hal tersebut sebagai dukungan
lewat wawancara dan observasi yakni subjek merasa moral yang membuat mereka semakin nyaman dalam
antusias dalam menjalani pekerjaan dan menghadapi bekerja.
permasalahan yang ada sewaktu-waktu. Sementara work engagement responden pada
Kemudian dalam dimensi dedication subjek EAI dan PT.KPP site Sungai Putting Rantau dapat disimpulkan
F juga tidak memiliki perbedaan yang signifikan. Hal bahwa responden memiliki engaged yang baik, karena
tersebut dibuktikan dari hasil observasi dan wawancara pada kemauan mereka yang kuat untuk lebih bisa terlibat dalam
subjek EAI mengatakan bahwa subjek merasa bangga perusahaan dan lebih mampu membantu kemajuan
bekerja disana dan sangat bersyukur. Sedangkan untuk perusahaan.
subjek F mengatakan bahwa subjek merasa bangga juga
karena bekerja disini. Untuk dimensi absorption pada subjek DAFTAR PUSTAKA
EAI dan F juga hampir sama keduanya memiliki absorption.
Hal tersebut dibuktikan dari hasil observasi dan wawancara Bakker, A. B., Schaufeli, W. B. & Taris, T. W. (2008). Work
pada subjek EAI mengatakan tidak pernah mencampurkan Engagement : An Emerging Concept in
urusam pribadi dalam pekerjaannya. Subjek F mengatakan Occupational Health Psychology. Journal of Work
hal yang sama dengan subjek EAI bahwa subjek tidak & Stress, 187-200.
mencampurkan urusan rumah tangganya dengan Kementrian Perencanaan Pembangunan Nasional, provinsi
pekerjaannya. Kalimantan Selatan Tahun 1990 Dalam Angka
Hasil yang didapatkan dari kedua subjek EAI dan F dapat 2015.
dikatakan mereka memiliki keterikatan kerja karena dapat Kimberly. & Utoyo, S.D.B. (2013). Hubungan
memenuhi ketiga dimensi yang telah dikemukan oleh Psychological Well-Being dan Work Engagement
Schafeli dan Bakker (2003) yakni vigor, dedication dan pada Karyawan yang Bekerja di Lokasi Tambang.
aborption. Subjek EAI dan F juga dapat di golongkan Program Sarjana Fakultas Psikologi Universitas
sebagai karyawan yang engaged. Istilah engeged dikemukan Indonesia.
oleh Gallup (2004) yakni seorang pembangun (bulider), Kumar, A., GHumro, I. A., & Soomro, H. J. (2015).
mereka selalu menunjukkan kinerja dengan level yang Perceived Organizational Support as Predictor of the
tinggi. Karyawan ini akan bersedia menggunakan bakat dan Three Components of Organizational
kekuatan mereka dalam bekerja setiap hari serta selalu Commitment. Salu- Commerce & Economics
bekerja dengan gairah dan selalu mengembangkan inovasi Review, 1(1), 09-19.
agar perusahaan berkemban. Kurtessis, J. N., Eisenberger, R., Ford, M. T., Buffardi, L.
C., Stewart, K. A., & Adis, C. S. (2017). Perceived
SIMPULAN organizational support: A meta-analytic evaluation
of organizational support theory. Journal of
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara terhadap Management, 43(6), 1854-1884.
kedua responden yang merupakan pegawai PT.KPP site Kustrianingsih, Minarsih dan Hasiolan, 2016. Pengaruh
Sungai Putting Rantau, diketahui bahwa Iklim Organisasi Motivasi Kerja, kepemimpinan dan Iklim Organisasi
pada PT.KPP Site Sungai Putting Rantau dalam dimensi Terhadap Kinerja Karyawan Pada Dinas
strukturnya masih kurang baik. Untuk lingkungan fisik Kebudayaan dan Pariwisata Kota Semarang..
PT.KPP Site Sungai Putting Rantau buruk karena banyak Journal of Management Vol.02 No.02 , Maret 2016.
karyawan yang terpapar debu dan dapat menggangu Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas
kesehatan para pegawai, sehingga dapat mempengarahui Pandanaran Semarang.
kinerja mereka dan hal tersebut juga akan berdampak Lewiuci, P. G. & Mustamu, R. H. (2016). Pengaruh
langsung ke perusahaan. Employee Enggement Terhadap Kinerja
Sedangkan perceived organizational support yang Karyawan Pada Perusahaan Keluarga Produsen
tercipta pada PT.KPP site Sungai Putting Rantau baik. Senapan Angin. AGORA. Vol. 4 (2).
Responden merasakan dukungan organisasi yang baik. Mujiasih, E. (2015). Hubungan Antara Persepsi Dukungan
Dukungan-dukungan tersebut jika dipaparkan berdasarkan Organisasi (Perceived Organizational Support)
dimensi yaitu berasal dari (1) Keadilan , keadilan disini Dengan Keterikatan Karyawan. Jurnal
mencakup aspek struktual yaitu yang dirasakan responden Psikologi, 14(1), 40-51.
adalah adilnya perusahaan dalam membagi jabatan serta Shanker, Meera. 2015. Organizational climate an antecedent
penempatan kerja. Kemudian aspek sosial yang dirasakan to organizational commitment: an empirical study.
adalah adanya cuti yang diberikan secara bijaksana serta A peer reviewed research journal, Vol. 14, issue 1.
diperbolehkannya karyawan untuk pensiun dini. (2) Weschool.
Dukungan Pemimpin yang dirasakan kedua responden Sugiyono.(2009). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan
adalah kepedulian pemimpin saat ada karyawan yang Kuantitatif,Kualitatif, dan R&D. Bandung :
berprestasi serta respon yang tanggap saat ada masalah Alfabeta.
diperusahaan. (3) Penghargaan organisasi dirasakan kedua Suryani, E., & SE, M. (2013). Analisis Pengaruh Perceived
responden melalu gaji yang meingkat setiap tahun, bonus Organizational Support, Kepuasan Kerja,
yang besar serta diberikannya kesematan promosi jabatan.

Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat 206


Organizational Citizenship Behavior, Komitmen Undang-undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang
Organisasi Dan Iklim Organisasi Terhadap Kinerja Pertambangan Mineral dan Batubara.
Karyawan Pada Pt. X (Doctoral dissertation, Wirawan, 2009, Budaya dan Iklim Organisasi, Penerbit
BINUS). Salemba Empat, Jakarta.

Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat 207


GAMBARAN PERILAKU CYBER BULLYING PADA PEMAIN GAME
MOBILE LEGEND
Description Of Cyber Bullying Behaviour In Mobile Legend Game Players

Eka Wardanah, Rendy Alfiannor Achmad


1
Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat, Jl.A.Yani Km.36,
Kota Banjarbaru, Indonesia
Email : ekawardanah28@gmail.com
No Handphone: 082251508206

ABSTRAK
Cyber bullying atau yang biasa disebut perundungan merupakan tindakan negatif yang dilakukan oleh orang lain kepada
seseorang baik secara verbal maupun non verbal dan berulang. Tindakan ini sering menyebabkan korban tidak berdaya,
terlukai secara fisik maupun mental. Penelitian ini dilakukan terhadap tiga orang yang sedang bermain game online mobile
legend. Latar belakang penelitian ini dilakukan karena adanya perilaku cyber bullying yang timbul pada saat game online
mobile legend dipermainkan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui mengetahui Gambaran perilaku cyber bullying pada
pemain mobile legend. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kualitatif. Penelitian ini dilaksanakan di wilayah
banjarbaru. Teknik pengambilan data yang digunakan adalah observasi dan wawancara. Dari hasil penelitian ini dapat
disimpulkan bahwa adanya perilaku cyber bullying yang timbul pada saat bermain game online mobile legend.
Kata Kunci: perilaku cyber bullying

ABSTRACT
Cyber bullying or so-called harassment is a negative act done by others to someone both verbally and non-verbally and
repeatedly. This act often causes the victim to be helpless, physically and mentally injured. This study was conducted on three
people who are playing legend online mobile games. The background of this research is done because of the behavior of cyber
bullying that arise when the legend mobile online game played. This study aims to find out the description of cyber bullying
behavior on the legend mobile player. The approach used is qualitative approach. This research was conducted in banjarbaru
area. Technique of taking data used is observation and interview. From the results of this study can be concluded that the
existence of cyber bullying behavior that arises when the legendary online mobile game game
Keywords: cyber bullying behavior

Dalam hal semakin berkembangnya zaman akan menciptakan perusahaan pengembang video game baru.
selalu diiringi dengan Teknologi yang tidak pernah berhenti Salah satu jenis video game yang persaingannya ketat adalah
untuk bergerak maju untuk membuat terobosan-terobosan MOBA (Multiplayer Online Battle Arena) yang merupakan
baru dalam semua segi kehidupan. Salah satunya adalah pada permainan yang bersifat real time yang dimainkan dengan
segi hiburan (Saleha, 2013:26). Salah satu teknologi di kerjasama tim (Abdul, Putra, & Komarudin, 2017:45).
bidang hiburan adalah video game. Perkembangan video Teknologi Informasi dapat membawa dampak positif
game belakangan ini sangatlah pesat, terutama di kawasan dan negatif bagi kehidupan kita. Salah satu dampak negatif
Asia tenggara yang laju pertumbuhan majemuk tahunan dari Teknologi Informasi adalah munculnya Cyberbullying.
(Compound Annual Growth Rate) pendapatan video game Di negara lain ada banyak kasus Cyberbullying yang
mencapai +28.8%. Sedangkan di Indonesia pencapaian laju berakhir dengan kejadian yang lebih serius seperti bunuh
pertumbuhan majemuk tahunan lebih baik lagi, yaitu diri.
mencapai +37.3% (Newzoo, 2015:3). Artinya bahwa Perundungan atau yang lebih dikenal dengan istilah
persaingan di bidang video game juga meningkat. bullying merupakan tindakan negatif yang dilakukan oleh
Meningkatnya persaingan dalam industri video game orang lain kepada seseorang secara terus-menerus dan
menuntut para pengembang untuk meningkatkan daya tarik berulang baik secara fisik maupun psikis. Tindakan ini sering
video game yang dipasarkan agar dapat bertahan dan menyebabkan korban tidak berdaya, terlukai secara fisik
bersaing. Semakin men-janjikannya bisnis dalam industry maupun mental (Rigby, 2002:27). Ditinjau dari aspek
video game juga akan mengundang pebisnis baru yang etimologi, bully yang dalam bahasa Indonesia kerap

Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat 208


dipadankan dengan kata rundung bermakna mengganggu; dianiaya melalui media sosial (Mordecki et. al., 2014).
mengusik terus-menerus; menyusahkan. Beberapa hasil riset Menurut (Belsey, 2007; Lines, 2007) Cyberbullying adalah
menunjukkan perundungan terjadi pada fisik, namun bentuk bullying yang terjadi ketika seseorang atau beberapa
bentuknya semakin melebar juga pada verbal dan atau siswa menggunakan teknologi informasi dan komunikasi
psikologi (Cowie & Jennifer, 2008:2-3). seperti email, ponsel atau pager, pesan teks, pesan singkat,
Perundungan sering kali terjadi di dunia nyata (offline) website pribadi, situs jejaring sosial (misalnya facebook,
maupun dunia virtual (online). Sementara itu, di dunia cyber, twitter, plurk, dan lain-lain), dan game online, untuk
perundungan siber atau cyber-bullying dijelaskan sebagai digunakan secara sengaja, berulang-ulang dan perilaku yang
tindakan perundungan yang terjadi dan memakai medium tidak ramah yang dimaksudkan untuk merugikan orang lain.
siber (Campbell, 2005; Kowalski, Limber, & Agatston, Cyberbullying merupakan istilah yang ditambahkan ke
2008; Smith, 2004). Selain cyber-bullying, ada istilah lain dalam kamus OED pada tahun 2010. Istilah ini merujuk
yang juga bisa digunakan untuk menggambarkan kepada penggunaan teknologi informasi untuk menggertak
perundungan siber ini, yaitu online social cruetly atau orang dengan mengirim atau posting teks yang bersifat
electronic bullying (Kowalski et al., 2008:42). Kasus Cyber mengintimidasi atau mengancam. OED menunjukkan
bullying marak dibicarakan dimedia beberapa tahun terakhir, penggunaan pertama dari istilah ini pertama kali di Canberra
diamerika beberapa orang remaja memilih bunuh diri akibat pada tahun 1998, tetapi istilah ini sudah ada sebelumnya di
cyber bullying. Artikel New Yorks Time 1995 di mana banyak sarjana dan
Cyber bullying adalah bentuk bullying yang terjadi penulis Besley seorang Kanada yang meluncurkan website
ketika seseorang atau beberapa siswa menggunakan cyberbullying tahun 2013 dengan istilah coining. 14
teknologi informasi dan komunikasi seperti email, ponsel Pengertian cyberbullying adalah teknologi internet untuk
atau pager, pesan teks, pesan singkat, website pribadi, situs menyakiti orang lain dengan cara sengaja dan diulang-
jejaring social (misalnya facebook,twitter,plurk, dan lain- ulang.”15 Cyberbullying adalah bentuk intimidasi yang
lain), dan game online, untuk digunakan secara sengaja, pelaku lakukan untuk melecehkan korbannya melalui
berulang-ulang dan perilaku yang tidak ramah dimaksudkan perangkat teknologi. Pelaku ingin melihat seseorang terluka,
untuk merugikan orang lain (Besley, 2007; Lines,2007). ada banyak cara yang mereka lakukan untuk menyerang
Dari studi pendahuluan yang dilakukan kepada subjek, korban dengan pesan kejam dan gambar yang mengganggu
ketiga subjek mengatakan bahwa jika mereka memang dan disebarkan untuk mempermalukan korban bagi orang
terbilang sangat sering main mobile legend, ketika ada waktu lain yang melihatnya.
kosong saat kuliah dengan tim yang bergabung mereka Beberapa faktor terpenting yang mempengaruhi praktik
melakukan duel, dalam duel berlangsung saling komentar cyberbullying, yaitu karena:
satu sama lain dengan cara mengina,menyakiti lawan main  Anonimitas: pelaku mampu melecehkan atau
atau pun dalam tim dan saling menjatuhkan adalah hal yang menggangu korban selama 24 jam. Anonimitas
lumrah dilakukan untuk membuat lawan kalah. yang terdapat dalam setiap model komunikasi
Berdasarkan uraian diatas mengatakan bahwa berbagai elektronik tidak hanya menyamarkan identitas
perilaku cyber bullying dalam permainan game online namun dapat mengurangi akuntabilitas sosial,
mobile legend dengan alasan untuk menjatuhkan sehingga memudahkan pengguna untuk terlibat
lawan,membuat lawan tak berdaya,hingga terjadi dalam permusuhan, tindakan agresif (Li, 2007).
penyebutan kata kata yang tidak selayaknya diucapkan untuk Kemudahan teknologi memungkinkan pelaku dapat
mencap lawan. semua itu dilakukan untuk semata mata menganggu korban kapan saja dan di mana saja
memenangkan permainan tersebut dengan ambisi yang (David-Ferdon & Hertz, 2007).
begitu besar.  Dendam: kelompok sosial yang tidak bisa
Bullying memiliki beberapa bentuk, salah satunya yaitu didamaikan dan dirukunkan dan selalu terlibat
cyberbullying, Cyberbullying bisa diartikan sebagai dalam ketegangan, persaingan dan benturan sosial
pencemaran nama baik dalam bentuk teks atau gambar yang diwarnai rasa benci dan dendam kesumat.
(termasuk foto dan video) melalui internet, ponsel, atau Kebudayaan tegangan tinggi ini menjadi
media elektronik lain. Semakin maraknya pengguna social persemaian yang subur bagi berkembangnya
networking seperti facebook, friendster, twitter dan tingkah laku delinkuen anak-anak, remaja dan para
sebagainya membuat banyak orang membuka informasinya. pemuda yang menyebarkan pengaruh jahat dan
Informasi-informasi pribadi jika dimanfaatkan oleh orang buruk dan pada akibatnya bisa mengganggu
yang tidak bertanggung jawab bisa disalahgunakan ketenteraman umum. Karena dendam yang tak
(Agatson, Kowalski, & Limber, 2007). Bullying merupakan terselesaikan pelaku melakukan aksinya dengan
suatu tindakan agresif yang mengganggu kenyamanan dan beberapa cara yakni: Flaming (amarah), yaitu
menyakiti orang lain dengan adanya perbedaan kekuatan pendapat online menggunakan pesan elektronik
maupun psikis dari korban dan pelaku yang dilakukan secara dengan bahasa yang agresif atau kasar. Flaming
berulang. (Kowalski & Limber, 2013). mengacu kepada adanya kebencian antara dua atau
Berdasarkan medianya bullying dibedakan menjadi dua, lebih individual yang terjadi melalui setiap
yakni traditional bullying dan cyber bullying. Traditional teknologi komunikasi. Biasanya flaming terjadi
bullying terjadi dengan kontak secara langsung antara korban dalam lingkungan publik seperti chatroom atau
dan pelaku. Sedangkan, cyber bullying terjadi melalui kelompok diskusi daripada surat elektronik. Jika
perantaraan media sosial dan korban dilecehkan atau terjadi penghinaan berbalas-balasan, maka akan

Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat 209


terjadi kemudian perang kata-kata yang lebih kewenangan untuk memperlihatkan bahwa pelaku
berbahaya. Harassment (pelecehan), yakni pesan- cukup kuat dalam membuat dan mengontrol orang
pesan yang berisi pesan kasar, menghina atau yang lain dengan rasa takut. Pelaku dengan didasari
tidak diinginkan, berulang kali mengirimkan pesan keinginan untuk dihormati kadang hanya iseng
berbahaya untuk seseorang secara online, perilaku untuk menyakiti remaja lain, kadang karena
atau tindakan berulang yang diarahkan pada orang ketidaksukaan pelaku terhadap remaja lain. Pelaku
tertentu atau kelompok untuk mengganggu atau bukanlah orang yang berpengaruh melainkan
menyebabkan tekanan emosional substansial dalam khalayak kecil di antara teman-teman atau
orang itu. Harassment merupakan pelecehan yang lingkaran sekolah pelaku. Seringkali kekuasaan
umumnya dipandang unik dari cyberbullying yang dirasakan ketika terlibat dalam cyberbullying
karena melibatkan pesan ofensif berulang dan pesan terhadap seseorang tidak memberikan kepuasan
harassment pada umumnya dikirim melalui saluran untuk diperhatikan sebagai pribadi yang kuat dan
komunikasi pribadi, termasuk email, instant menakutkan. (Mira Marleni Pandie & Ivan Th. J.
messaging dan SMS.(sarlito,2013). Weismann,2016)
 Pelaku yang Termotivasi (Motivated Offender):  Mean Girls: biasanya dilakukan melalui
Motivasi pelaku melakukan kejahatan di internet perencanaan Bersama dalam kelompok dan
sangatlah banyak antara lain pembajakan, balas dilakukan bersama-sama dalam suatu ruangan.
dendam, pencurian atau sekedar iseng. Salah satu Mungkin terjadi di perpustakaan, kamar tidur dan
bentuk motivated offender, yakni sekedar iseng dan dari ruang keluarga seseorang setelah sekolah.
dalam istilah bullying bentuknya adalah: Cyberbullies dalam “Mean Girls” hanya ingin
Denigration (pencemaran nama baik) yaitu proses terkenal dan memiliki kekuatan untuk cyberbully
mengumbar keburukan seseorang di internet yang lain. Cyberbullying semacam ini tumbuh
dengan maksud merusak reputasi dan nama baik ketika adanya kekaguman dan kebanggaan
seseorang tersebut. Denigration merujuk kepada kelompok. Cyberbullying jenis ini akan cepat
fitnah yang merupakan pembicaraan tentang target meninggalkan tindakannya jika pelaku tidak
yang berbahaya, tidak benar, atau kejam. Sebuah mendapatkan nilai hiburan yang dicari. (Mira
sub kategori tertentu fitnah adalah posting publik Marleni Pandie & Ivan Th. J. Weismann,2016).
atau mengirim gambar digital yang telah diubah
secara digital untuk menyajikan gambar palsu, Metode Penelitian
seperti menempatkan gambar seksual eksplisit dari
tubuh target yang diperoleh di tempat lain. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif.
Denigraton juga secara khusus menimbulkan Teknik pengambilan data yang digunakan adalah metode
masalah yang berkaitan dengan perlindungan wawancara dan observasi. Jenis wawancara yang digunakan
kebebasan berbicara. Impersonation (peniruan) di dalam penelitian ini adalah wawancara semi terstruktur,
mana seseorang berpura-pura menjadi orang lain dimana peneliti memiliki daftar pertanyaan tertulis tetapi
dan mengirimkan pesan-pesan atau status yang memungkinkan dalam pelaksanaannya lebih bebas yang
tidak baik. Pelaku mengambil kesempatan dan terkait dalam permasalahan. Jenis wawancara ini termasuk
kemampuan peniruan terhadap target dan dalam kategori in-depth interview (wawancara mendalam),
mengirimkan materi yang mencerminkan hal buruk karena pelaksanaannya lebih bebas daripada wawancara
kepada teman target. Hal ini dapat terjadi di terstruktur.Tujuan dari wawancara jenis ini adalah untuk
halaman pribadi target, web, profile, blog atau menemukan permasalahan secara lebih terbuka, dimana
melalui bentuk komunikasi lainnya. Pertukaran pihak yang diajak wawancara diminta pendapat dan ide-
password di antara pemuda atau gadis-gadis idenya (Sugiyono, 2009). Pada penelitian ini, daftar
memungkinkan pelaku cyberbully untuk pertanyaan dibuat berdasarkan dimensi adaptabilitas karier
mendapatkan akses ke akun target dan berpose yang dikemukakan oleh Savickas (2009) berupa kepedulian
sebagai target. Setelah cyberbully berhasil karir, pengendalian karir, keingintahuan karir dan keyakinan
menyamar jadi target, maka dengan sesuka hati karir
mengirimkan mengirim pesan ancaman kepada Observasi yang digunakan pada penelitian ini adalah
guru atau siswa. Ini berdasarkan keinginan setting observasi non partisipan. Dalam observasi nonpartisipan
panggung pelaku supaya target menjadi terdakwa. peneliti tidak terlibat dan hanya sebagai pengamat
Trickery (tipu daya) yaitu membujuk seseorang independen. Peneliti datang ke tempat kegiatan subjek yang
dengan tipu daya supaya mendapatkan rahasia atau diamati, tetapi tidak terlibat dalam kegiatan subjek
foto pribadi orang tersebut. Biasanya dilakukan (Sugiyono, 2009). Observasi yang dilakukan dicatat dengan
oleh pelaku yang memang sudah kenal lama dengan menggunakan alat pengumpul data berupa checklist yang
korbannya, baik secara nyata maupun maya. Atau berisi perilaku-perilaku yang akan diobservasi berdasarkan
bisa juga berlanjut pada jenis cyberbully dimensi adaptabilitas karir. Tujuan observasi adalah
denigration dan outing, yakni dengan mencemarkan mendeskripsikan setting yang dipelajari, aktivitas-aktivitas
nama baik dan penyebaran foto-foto pribadi. (Mira yang berlangsung, orang-orang yang terlibat dalam aktivitas,
Marleni Pandie & Ivan Th. J. Weismann,2016)
 Keinginan untuk dihormati: Pelaku menggunakan

Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat 210


dan makna kejadian dilihat dari perspektif mereka yang Keinginan untuk dihormati yaitu Pelaku menggunakan
terlibat dalam kejadian yang diamati tersebut kewenangan untuk memperlihatkan bahwa pelaku cukup
kuat dalam membuat dan mengontrol orang lain dengan rasa
Hasil dan Pembahasan takut. Pelaku dengan didasari keinginan untuk dihormati
kadang hanya iseng untuk menyakiti remaja lain, kadang
Pada penelitian ini, peneliti memfokuskan pada karena ketidaksukaan pelaku terhadap remaja lain. (Mira
bagaimana gambaran perilaku cyberbullying pada pemain Marleni Pandie & Ivan Th. J. Weismann,2016), Sesuai
game online mobile legend. Adapun Beberapa faktor pengungkapan subjek tentang menganggap orang yang
terpenting yang mempengaruhi praktik cyberbullying, yaitu dibawah levelnya itu tidak hebat dan bukan bandingannya.
karena: Anonimitas (David-Ferdon & Hertz, 2007). Dendam Selanjutnya factor mean girls yaitu biasanya dilakukan
(sarlito,2013).Pelaku yang Termotivasi (Motivated Offender melalui perencanaan Bersama dalam kelompok dan
(Mira Marleni Pandie & Ivan Th. J. Weismann,2016). dilakukan bersama-sama dalam suatu ruangan, sesuai dengan
Keinginan untuk dihormati (Mira Marleni Pandie & Ivan Th. pengungkapan subjek tentang bagaimana ia dan teman dalam
J. Weismann,2016). Mean Girls (Mira Marleni Pandie & tim mobilelegendnya membangun strategi untuk
Ivan Th. J. Weismann,2016). menjatuhkan lawan lainnya.
Hal ini berkaitan dengan perilaku yang ditimbulkan Sedangkan pada subjek R, seorang perempuan
ketika bermain game online mobile legend. Subjek pada berusia 21 tahun, subjek sama dengan subjek sebelumnya
penelitian ini berinisial P, R, dan FM yang merupakan berada disemester 6 diuniversitas lambung mangkurat.
seorang mahasiswa disalah satu universitas daerah Subjek juga bermain mobile legend tetapi subjek kedua ini
banjarbaru. P berumur 21 tahun berjenis kelamin laki-laki. tidak menggunakan akun bukan atas nama dirinya daan juga
Kemudian subjek R berumur 21 tahun berjenis kelamin subjek kedua hanya menggunakan mobile legend dalam
perempuan. Dan yang terakhir subjek FM berumur 19 tahun mengisi waktu luangnya. sesuai dengan hasil wawancara
berjenis kelamin laki laki. Berdasarkan hasil observasi dan dengan subjek 2 berdasarkan beberapa faktor yang diungkap
wawancara terhadap 3 subjek terdapat perbedaan antara bahwa subjek 2 tidak mencapai anonimitas, tidak juga
ketiga subjek terhadap perilaku cyber bullying yang timbul dengan faktor dendam, faktor untuk dihormati atau pun
ketika bermain mobile legend. Pada subjek P, subjek adalah faktor yang termotivasi dan mean girls karena subjek dua
seorang laki- laki berusia 21 tahun yang sekarang berada memainkan mobile legend hanya bermain untuk mengisi
disemester 6 di universitas lambung mangkurat, subjek waktu luang sebagai hiburan dan menganggap semua halnya
adalah seorang pemain mobile legend, berdasarkan factor- biasa saja.
faktor cyber bullying yang pertama ada anonimitas yaitu Dan Berdasarkan hasil observasi dan wawancara.
pelaku mampu melecehkan atau menggangu korban selama pada subjek FM, subjek adalah seorang laki- laki berusia 19
24 jam. Anonimitas yang terdapat dalam setiap model tahun yang sekarang berada disemester 6 di universitas
komunikasi elektronik tidak hanya menyamarkan identitas lambung mangkurat, subjek adalah seorang pemain mobile
namun dapat mengurangi akuntabilitas sosial, sehingga legend, berdasarkan factor-faktor cyber bullying yang
memudahkan pengguna untuk terlibat dalam permusuhan, pertama ada anonimitas yaitu pelaku mampu melecehkan
tindakan agresif (Li, 2007). Kemudahan teknologi atau menggangu korban selama 24 jam. Anonimitas yang
memungkinkan pelaku dapat menganggu korban kapan saja terdapat dalam setiap model komunikasi elektronik tidak
dan di mana saja (David-Ferdon & Hertz, 2007). sesuai hanya menyamarkan identitas namun dapat mengurangi
pengungkapan subjek bahwa subjek pertama menggunakan akuntabilitas sosial, sehingga memudahkan pengguna untuk
akun bukan atas data dirinya dan memaanfaatkannya untuk terlibat dalam permusuhan, tindakan agresif (Li, 2007).
kenyamanan dan kelancaran ia ketika bermain mobile legend Kemudahan teknologi memungkinkan pelaku dapat
dan sering mengungkapkan kata-kata yang tidak pantas menganggu korban kapan saja dan di mana saja (David-
diucapkan dalam setiap permainan dimulai dalam mobile Ferdon & Hertz, 2007). sesuai pengungkapan subjek bahwa
legend. subjek pertama menggunakan akun bukan atas data dirinya
Kemudian ada factor Dendam yaitu kelompok dan memaanfaatkannya untuk kenyamanan dan kelancaran
sosial yang tidak bisa didamaikan dan dirukunkan dan selalu ia ketika bermain mobile legend dan sering mengungkapkan
terlibat dalam ketegangan, persaingan dan benturan sosial kata-kata yang tidak pantas diucapkan dalam setiap
yang diwarnai rasa benci dan dendam permainan dimulai dalam mobile legend.
kesumat.(sarlito,2013).sesuai pengungkapan subjek bahwa Kemudian ada factor Dendam yaitu kelompok
ketika ada lawan yang membuat ia tersulut amarah makai a sosial yang tidak bisa didamaikan dan dirukunkan dan selalu
akan membalas dengan cara apapun untuk menjatuhkan terlibat dalam ketegangan, persaingan dan benturan sosial
lawannya tersebut dalam bermain mobile legend. yang diwarnai rasa benci dan dendam
Selanjutnya factor ketiga, factor Pelaku yang Termotivasi kesumat.(sarlito,2013).sesuai pengungkapan subjek bahwa
(Motivated Offender): Motivasi pelaku melakukan kejahatan ketika ada lawan yang membuat ia tersulut amarah maka ia
di internet sangatlah banyak antara lain pembajakan, balas akan membalas dengan cara apapun untuk menjatuhkan
dendam, pencurian atau sekedar iseng. (Mira Marleni Pandie lawannya tersebut dalam bermain mobile legend.
& Ivan Th. J. Weismann,2016), Sesuai pengungkapan subjek Selanjutnya factor ketiga, factor Pelaku yang Termotivasi
bahwa ia pernah menghina lawan mainnya dengan sebutan (Motivated Offender): Motivasi pelaku melakukan kejahatan
cupu atau dengan menghina orang tua. Selanjutnya ada factor di internet sangatlah banyak antara lain pembajakan, balas
dendam, pencurian atau sekedar iseng. (Mira Marleni Pandie

Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat 211


& Ivan Th. J. Weismann,2016), Sesuai pengungkapan subjek
bahwa ia pernah menghina lawan mainnya dengan sebutan Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan
cupu atau dengan menghina orang tua. Selanjutnya ada factor mengenai “Gambaran perilaku cyberbullying pada pemain
Keinginan untuk dihormati yaitu Pelaku menggunakan mobile legend” dengan menggunakan metode wawancara
kewenangan untuk memperlihatkan bahwa pelaku cukup semi-terstruktur dan observasi terstruktur non-partisipan,
kuat dalam membuat dan mengontrol orang lain dengan rasa maka dapat disimpulkan bahwa Subjek memiliki kesehatan
takut. Pelaku dengan didasari keinginan untuk dihormati yang baik dan kondisi fisik yang bagus, setiap permainan
kadang hanya iseng untuk menyakiti remaja lain, kadang berlangsung subjek 1 akan melakukan anonimitas yaitu
karena ketidaksukaan pelaku terhadap remaja lain. (Mira dengan menggunakan akun perempuan, factor dendam yaitu
Marleni Pandie & Ivan Th. J. Weismann,2016), Sesuai subjek 1 sering tersulut amarah ketika merasa direndahkan
pengungkapan subjek tentang menganggap orang yang oleh lawan mainnya dimobile legend,factor termotivasi juga
dibawah levelnya itu tidak hebat dan bukan bandingannya. subjek miliki karena adanya keinginan dari subjek untuk bisa
Selanjutnya factor mean girls yaitu biasanya dilakukan diatas lebih dari teman mainnya dan factor untuk dihormati
melalui perencanaan Bersama dalam kelompok dan dapat membuat meningkatkan percaya diri subjek serta mean
dilakukan bersama-sama dalam suatu ruangan, sesuai dengan girls yang subjek lakukan perundungan dalam kelompok tim
pengungkapan subjek tentang bagaimana ia dan teman dalam untuk mejatuhkan Bersama-sama. Berdasarkan aspek aspek
tim mobilelegendnya membangun strategi untuk cyberbullying yang berhasil diungkap. Subjek memiliki
menjatuhkan lawan lainnya. potensi yang tinggi dalam perilaku cyber bullying saat
Dari paparan diatas, dapat diketahui bahwa Berdasarkan bermain mobile legend.
penelitian yang telah dilakukan mengenai “Gambaran
perilaku cyberbullying pada pemain mobile legend” dengan DAFTAR PUSTAKA
menggunakan metode wawancara semi-terstruktur dan Adams, E. 2010. Fundamentals of Game Design 2nd Edition.
observasi terstruktur non-partisipan, maka dapat Berkeley: New Riders.
disimpulkan bahwa Subjek memiliki kesehatan yang baik Agatston, P. W., Kowalski, R., & Limber, S. (2007).
dan kondisi fisik yang bagus, setiap permainan berlangsung Students' Perspectives on Cyber Bullying. Journal
subjek 1 akan melakukan anonimitas yaitu dengan of Adolescent Health, 41: 59 – 60.
menggunakan akun perempuan, factor dendam yaitu subjek Akbar, Sukma Noor & Meydisa Utami Tanau.
1 sering tersulut amarah ketika merasa direndahkan oleh (2017).Pengantar Psikodiagnostik II (Wawancara).
lawan mainnya dimobile legend,factor termotivasi juga Banjarbaru: Program Psikologi Fakultas
subjek miliki karena adanya keinginan dari subjek untuk bisa Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat.
diatas lebih dari teman mainnya dan factor untuk dihormati Arina Selawati. Mustofa. Mega Asteroid,Kurani. Suci
dapat membuat meningkatkan percaya diri subjek serta mean Ridha,Meirina.(2017). IMPLEMENTASI
girls yang subjek lakukan perundungan dalam kelompok tim ALGORITMA APRIORI UNTUK ANALISA
untuk mejatuhkan Bersama-sama. Berdasarkan aspek aspek PEMILIHAN TIPE KARAKTER PADA
cyberbullying yang berhasil diungkap. Subjek memiliki PERMAINAN MOBILE LEGEND. Jurnal
potensi yang tinggi dalam perilaku cyber bullying saat AKRAB JUARA .Vol 3,No1 Edisi Februari (130-
bermain mobile legend. 141)
Belsey, B. (2005). Cyber Bullying. Retrieved December 26,
Bagan 1 Psikodinamika Subjek 2014, from http://www.cyberbullying.ca/
Hidajat,Monica. Adam Angry, Ronald.
Danaparamita,Muhammad. Suhendrik.(2015).
DAMPAK MEDIA SOSIAL DALAM CYBER
BULLYING. Comtech.Vol. 6 No.72-81
Hindujaa, S., & Patchinb, J. W. (2008). Cyberbullying: An
Exploratory Analysis of Factors Related to
Offending and Victimization. Deviant Behavior,
29(2), 129-156.
Holfeld, brett, j. leadbeater, bonnie. 2014. The Nature and
Frequency of cyber bullying behaviors and
victimization experiences in young Canadian
children . journal of school
psychology.vol.30(2)116-135
Li, “Cyberbullying in Schools A Research of Gender
Differences”, School Psychology International, 27,
157-170, 2006.
Kowalski, R. M., Limber, S. P. (2013). Psychological,
Physical, and Academic Correlates of
Cyberbullying. Journal of Adolescent Health,
SIMPULAN 53(1):13 - 20.

Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat 212


Marleni Pandie,Mira. Th. J. Weismann, Ivan. (2016). Nur Maya. (2015). FENOMENA CYBERBULLYING DI
PENGARUH CYBERBULLYING DI MEDIA KALANGAN PELAJAR . Jurnal Ilmu Sosial dan
SOSIAL TERHADAP PERILAKU REAKTIF Ilmu Politik ,Vol. 4, No. 3
SEBAGAI PELAKU MAUPUN SEBAGAI Ramadhan, R., & Widyani, Y. 2013. Game Development
KORBAN CYBERBULLYING PADA SISWA Life Cycle Guidelines. ICACSIS. 2013, 95-100.
KRISTEN SMP NASIONAL MAKASSAR Saleha, A. 2013. Arus Sosial dan Budaya Jepang pada
JURNAL JAFFRA. Vol. 14, No. 1. Zaman Globalisasi. Jurnal Kajian Wilayah, 25-
M, Kowalski, robin. Giumetti, Gray W. Schroeder, amber N. 43.
R. Lattanner,micah.2014. Bullying in the Digital Sapty Rahayu,Flourensia.(2012).CYBERBULLYING
Age: A Critical Review anda meta-analysis of SEBAGAI DAMPAK NEGATIF PENGGUNAAN
cyberbullying Research Among youth. American TEKNOLOGI INFORMASI. Journal of
Psychological Information Systems, Volume 8, Issue 1.
Association.2014,Vol.140,No.4,1073-1137. Sarlito W. Sarwono, Psikologi Remaja (Jakarta:
Modecki, K. L., Minchin, J., Harbaugh, A. G., Guerra, N. G., Rajagradindo Perkasa, 2013), 254.
Runions, K. C. (2014). Bullying Prevalence Smith, W. J. (2004). Balancing security and human rights:
Across Contexts: A Meta-analysis Measuring. Quebec schools between past and future.
Journal of Adolescent Health,55(5): 602 - 611. Education and Law Journal, 14(1), 99–136.
Newzoo. 2015. Preview of the Southeast Asian Game Market
Opportunities in the world’s fastest growing region.
Shanghai: Newzoo.

Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat 213


GAMBARAN SELF EFFICACY SOCIAL PADA MAHASISWA PEMAIN
MOBILE LEGEND DI BANJARBARU
Description Of Self Efficacy Social On Mobile Legend Player In Banjarbaru

Nur Amalia Muslimah 1, Rendy Alfiannor Achmad 1


1
Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat, Jl.A.Yani Km.36,
Banjarbaru, Indonesia
Email: namalia46@gmail.com
No Handphone: 082251545138

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran self efficacy social pada mahasiswa pemain mobile legend Banjarbaru.
Tiap individu memiliki self efficacy social didalam dirinya, dan permainan mobile legend sedang banyak dimainkan oleh
kalangan mahasiswa. Subjek disini merupakan mahasiswa yang tengah memainkan permainan mobile legend, game online
memiliki dampak negative, namun jika seseorang memiliki self efficacy social yang tinggi, makai a bisa mengarahkan dirinya
untuk bermain game online dengan batas wajar. Hal tersebut membuat peneliti tertarik untuk meneliti tentang penelitian ini.
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan Teknik wawancara semi-terstruktur dan observasi partisipan. Subjek penelitian
ada dua yaitu FM berusia 19 tahun dan FE berusia 20 tahun merupakan mahasiswa di sebuah Fakultas di Banjarbaru.
Keduanya sama sama bermain mobile legend,namun dengan waktu yang berbeda. Hasil yang didapatkan dalam penelitian ini
adalah self efficacy social pada mahasiswa pemain mobile legend di Banjarbaru pada FM ditemukan memiliki self efficacy
social yang rendah, dan pada FE memiliki self efficacy social yang tinggi.

Kata Kunci: self efficacy social, mahasiswa Banjarbaru, mobile legends

ABSTRACT

This study aims to find out the description of self-efficacy social on student mobile player legend Banjarbaru. Each individual
has self-efficacy social within him, and legend mobile games are being played by many students. Subjects here are students
who are playing legend mobile games, online games have a negative impact, but if someone has a high social self efficacy,
makai a can direct himself to play online games with reasonable limits. This makes researchers interested in researching about
this research. In this research the researcher uses semi-structured interview technique and participant observation. The subjects
of the study were two FMs aged 19 years and 20 years old FE was a student at a faculty in Banjarbaru. Both are equally
playing legend mobile, but with different times. The result of this research is self efficacy social on student of legend mobile
player in Banjarbaru on FM found to have low self efficacy social, and at FE have high self efficacy social.

Keywords: self efficacy social, student of Banjarbaru, mobile legends

Perkembangan ilmu dan teknologi dewasa ini lagi untuk game online bernama “Mobile Legend”. Di
semakin berkembang pesat, salah satu manfaatnya adalah Indonesia sendiri, selama 12 tahun terakhir game online
sebagai sarana hiburan, misalnya untuk bermain. Salah telah mengalami kemajuan yang sangat pesat yang dapat
satu media dari bermain dengan teknologi adalah game terlihat dari banyaknya pusat game di kota-kota besar
online. Game online sangat berpengaruh terhadap pikiran maupun kecil. Jumlah pemain game online di Indonesia
manusia, yang diserap melalui dua panca indera yakni meningkat antara 5%-10% setiap tahunnya. Sejak tahun
melihat dan mendengar. Seiring dengan perkembangan 2013, terhitung ada lebih dari 25 juta pemain game online
dan kemajuan teknologi, game sangat berkembang pesat di Indonesia, dan statistik terakhir pada tahun 2014
di dunia, seperti halnya perkembangan game online yang mengalami peningkatan menjadi diatas 26 juta pemain
marak terjadi pada masa-masa sekarang ini (Arjadi, 2015). Game online sendiri membawa berbagai
(Afrianti,2004). pengaruh terhadap pemainnya. Yahya (2013) dalam
Dewasa ini game online sedang marak di masyarakat, penelitiannya mengemukakan bahwa bermain game
peminatnya mulai dari anak-anak sampai orang dewasa online dalam jumlah yang proporsional dan tidak
termasuk mahasiswa. Penyebarannya pun sangat cepat berlebihan memberikan pengaruh positif diantaranya
sekali terutama dalam beberapa tahun terakhir. Terlebih adalah otak akan lebih aktif dalam berpikir, refleks

Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat 214


berpikir lebih cepat, dan mendorong mahasiswa untuk selalu khawatir hingga stress dan tak berdaya, selalu
berpikir kreatif. membuat alasan atas kegagalan.
Selain memberikan pengaruh positif, ketika porsi
bermain berlebihan dan menjurus ke arah adiksi, game METODE PENELITIAN
online memberikan berbagai pengaruh negatif terhadap
penggunanya (Anand, 2007). Hasil penelitian Yeni Subjek dalam penelitian ini merupakan 2 orang
mengungkapkan bahwa dampak psikis bagi individu yang mahasiswa di Banjarbaru yang bermain game online mobile
suka bermain game online adalah sulitnya konsentrasi dan legend . Subjek berinisial FM dan FE. Subjek pertama FM
susahnya bersosialisasi. Karena terus-menerus keasyikan berusia 19 tahun berjenis kelamin laki-laki dan merupakan
main game online bahkan kecanduan, itu akan membuat mahasiswa yang bermain mobile legend dalam satu waktu
indvidu malas bersosialisasi. Penelitian selanjutnya yang bisa mencapai lebih dari 8 jam. Subjek yang kedua
dilakukan oleh Charoenwanit dan Sumneangsanor (2014) merupakan mahasiswa laki-laki berusia 20 tahun yang
menunjukkan bahwa rendahnya self efficacy serta intensitas bermain mobile legend dalam sehari tidak
keberfungsian keluarga merupakan faktor dasar seorang menentu.
remaja mengalami adiksi terhadap game online. Bandura Penggalian data dilakukan menggunakan metode
(1982) mengatakan bahwa memiliki self efficacy yang wawancara semi terstruktur dan observasi nonpartisipan.
rendah akan menimbulkan resiko mengalami adiksi, dan Peneliti menggunakan wawancara semi tertsruktur yang
individu dengan self efficacy tinggi akan dapat berusaha merupakan bentuk dari wawancara mendalam, sehingga
mengatasi adiksi tersebut. peneliti mendapatkan gambaran yang mendalam mengenai
Smahel (2008) menjelaskan bahwa memperoleh self topik yang sedang diteliti. Sedangkan, dalam observasi
efficacy yang positif merupakan salah satu tujuan nonpartisipan peneliti tidak terlibat pada aktivitas sehari-
perkembangan pada individu, sehingga pemain dengan hari orang yang sedang diamati dan hanya sebagai
self efficacy rendah cenderung menjadikan game online pengamat independen.
sebagai kompensasi atas ketidakmampuan mereka
mendapatkan self efficacy yang positif dalam kehidupan HASIL DAN PEMBAHASAN
nyata. Self efficacy sosial melibatkan keyakinan diri
dalam membentuk atau mempertahankan hubungan Dalam penelitian ini peneliti meneliti mengenai
sosial. Dengan demikian individu dengan self efficacy gambaran self efficacy social pada mahasiswa pemain
sosial yang lebih besar lebih mungkin memiliki dan mobile legend di Banjarbaru. Berdasarkan hasil observasi
berhasil mempertahankan hubungan sosial dan cenderung dan wawancara. pada subjek 1, subjek adalah seorang laki-
tidak mengalami kesepian laki berusia 21 tahun semester enam, subjek sering bermain
Bandura (1997) mengatakan bahwa self efficacy pada mobile legends, dimanapun saat ia menginginkannya.
dasarnya adalah Sedangkan pada subjek 2, seorang laki-laki berusia 20 tahun
hasil dari proses kognitif berupa keputusan, keyakinan , semester enam, subjek sering bermain mobile legends
atau pengharapan tentang sejauh mana individu ketika diajak oleh teman-temannya yang lain. Bandura
memperkirakan kemampuan dirinya dalam melaksanakan (1997) mengatakan bahwa self efficacy pada dasarnya
tugas atau tindakan tertentu yang diperlukan untuk adalah hasil dari proses kognitif berupa keputusan,
mencapai hasil yang diinginkan. Konsep self efficacy keyakinan , atau pengharapan tentang sejauh mana individu
sebenarnya adalah inti dari teori sosial cognitive yang memperkirakan kemampuan dirinya dalam melaksanakan
dikemukakan Albert Bandura yang menekankan peran tugas atau tindakan tertentu yang diperlukan untuk
belajar observasional, pengalaman sosial, dan mencapai hasil yang diinginkan. Konsep self efficacy
determinisme timbal balik dalam pengembangan sebenarnya adalah inti dari teori sosial cognitive yang
kepribadian. dikemukakan Albert Bandura yang menekankan peran
Pada dasarnya setiap individu memiliki self belajar observasional, pengalaman sosial, dan determinisme
efficacy dalam dirinya masing-masing. Hal yang timbal balik dalam pengembangan kepribadian.
memebedakan adalah seberapa besar tingkat sself efficacy Sesuai dengan hasil wawancara dengan subjek 1
tersebut apakah tergolong tinggi atau rendah, self efficacy dan 2 bahwa yang dirasakan mereka adalah hasil dari
yang tinggi menurut Bandura ketika individu tersebut kognitif mereka, dimana subjek 1 pikirannya yakin jika ia
aktif memilih kesempatan terbaik, mengelola keadaan, lebih mudah menjalin hubungan sosial dengan orang
menetralkan halangan, menetapkan tujuan, menciptakan didalam game, karena pengalaman sosialnya dimana ia
standar, mempersiapkan, merencanakan dan lebih banyak berdiam diri didunia nayata dibandingkan
melaksanakan tindakan, pantang menyerah, memecahkan dunia dalam game, sedangkan subjek 2 kognitifnya yakin
masalah dengan kreatif, belajar dari pengalaman masa jika ia adalah seorang yang mudah menjalin hubungan
lalu, memvisualisasikan kesuksesan, dan mampu sosial didunia nyata, karena sesuai dengan pengalamannya.
mengelola stress. Self efficacy yang rendah menurut Dimensi dan Aspek Manejemen Kelas Bandura (1997)
Bandura ketika individu tersebut pasif, menghindari tugas yaitu : Kemampuan Individu menyelesaikan suatu tugas dan
yang sulit, mengembangkan aspirasi yang lemah, melihat aspeknya ialah Kepercayaan diri dalam alur tidak menentu
kelemahan diri sendiri, tidak mau mencoba hal baru, mengandung kekaburan dan penuh tekanan. Keyakinan
menyerah, tidak bersemangat, menyalahkan masa lalu, akan kemampuan mencapai target yang telah ditetapkan.

Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat 215


Untuk subjek 1 dimana lebih yakin dan mampu untuk Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan
menjalin hubungan sosial di dalam dunia game, sedangkan mengenai “Self Efficacy Social pada mahasiswa pemain
subjek 2 lebih yakin dan mampu menjalin hubungan sosial mobile legend di Banjarbaru” dengan menggunakan metode
di dunia nyata. wawancara semi-terstruktur dan observasi tidak terstruktur,
Dimensi Kekuatan Keyakinan individu terhadap maka dapat disimpulkan bahwa subjek pertama memiliki
kemampuannya, Keyakinan akan kemampuan dalam self efficacy social yang rendah. Hal tersebut dikarenakan
mengatasi masalah atau tantangan yang muncul. Pada subjek pasif karena tidak memulai pembicaraan
subjek 1 yang meyakini dirinya mampu menjalin hubungan dahulu,melihat kelemahan diri sendiri yaitu bingung untuk
dalam game, namun ketika ada pertemuan secara nyata ia memulai pembicaraan dengan orang baru, selalu membuat
lebih memilih menghindarinya, karena ia tidak alasan atas kegagalan, yakni ketika subjek gagal
menggunakan dirinya sendiri dalam bermain, hal ini dapat bersosialisasi, ia mengatakan karna dirinya memang susah
menunjukkan bahwa subjek memandang lemah dirinya, untuk berkomunikasi di dunia nyata.Sebaliknya subjek
karena megatakan bahwa jika menjalin hubungan didunia kedua memiliki self efficacy social yang tinggi dalam. Hal
nyata memuat dirinya bingung dan merasa tidak nyaman. tersebut dikarenakan subjek aktif memilih kesempatan
Sedangkan subjek 2 yakin dan mampu mengatasi jika ada terbaik seperti memilih menjalin hubungan sosial di dunia
suatu masalah dalam pertemanannya, dengan menunjukkan nyata,memvisualisasikan kesuksesan yakni dengan
bahwa seperti dikelompok ia akan menyelesaikan tanggung memandang bahwa dirinya bisa sukses di kehidupan nyata
jawabnya. karena kemampuan bersosialisasinya yang baik.
Dimensi generalisasi (generality) Keyakinan dan
kemampuan individu terhadap aktivitasnya. Keyakinan
akan kemampuan untuk menumbuhkan motivasi, DAFTAR PUSTAKA
kemampuan kognitif, dan melakukan tindakan yang Afrianti, Lusiana. (2009). Perbedaan Tingkat Agresivitas
diperlukan untuk mencapai suatu hasil. Untuk subjek 1 Pada Remaja Yang Bermain Online Game Jenis
karena kognitifnya yang membuat dirinya yakin hanya bisa Agresif dan Non Agresif. Skripsi. Fakultas
menjalin hubungan dalam game, dan kurang bisa menjalin Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta
hubungan di dunia nyata seperti diperkuliahan, sehingga Arjadi, R. (2015). Adiksi game online pada rmaja dan cara
subjek 1 terlihat tidak yakin untuk motivasi dari dalam bijak menyikapinya.
dirinya , meskipun ia menginginkan ingin menjalin http://health.kompas.com/read/2015/02/11/20000
hubungan dengan semua orang, tetapi apa yang 0523/Adiksi.Game.Online.pada.Remaja.dan.Cara.
dilakukannya belum sesuai dengan keinginannya, itu Bijak.Menyikapinya, diakses pada tanggal pada 20
karena subjek 1 memandang dirinya ,ia juga tidak Maret 2018
mengikuti organisasi dikampus, dan lebih memilih untuk Bandura. (1997). Self-Efficacy: The Exercise of Control.
berada disekitar orang yang juga suka bermain game. New York: W.H. Freeman and Company.
Sebaliknya untuk subjek 2 karena lebih memilih dunia Bandura, A. (1998). Self Efficacy. In H. Friedman (Ed.),
nyata, maka didalam perkuliahan ia belajar meningkatkan Encyclopedia of Mental Health. San Diego:
motivasi untuk menjadi lebih baik lagi,karena baginya Academis Press.
bermain bukan untuk mencapai suatu prestasi, bermain Charoenwanit, S., & Sumneangsanor, T. (2014).
hanya dijadikan sekedar hiburan agar tidak ketinggalan Predictors of Game online addiction in Children
dalam perkuliahannya, dan ia senang mengikuti berbagai and adolescents. Thammasat Review, Volume 17,
organisasi yang ada dikampus untuk menjalin hubungan No.1, 150-166, 2014.
sosial dengan teman-teman lainnya. Smahel, D. (2008). Adolescents and young players of
MMORPG games: Virtual communities as a form
Gambar 1. Bagan psikodinamika of social group.
Yahya, M. (2013). Pengaruh game online terhadap
prestasi belajar siswa. Fakultas ilmu pendidikan.
Universitas Negeri Sebelas Maret, Surakarta.

SIMPULAN

Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat 216


HUBUNGAN ANTARA PSYCHOLOGICAL WELL BEING DENGAN
KECEMASAN DALAM MENGHADAPI KEMATIAN PADA LANSIA DI
PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI SEJAHTERA BANJARBARU

RELATIONSHIP BETWEEN PSYCHOLOGICAL WELL BEING AND DEATH


ANXIETY IN THE ELDERLY IN PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI
SEJAHTERA BANJARBARU

Sukma Noor Akbar

Program Studi Psikologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Lambung Mangkurat,


Jl, A. Yani, km. 36 Banjarbaru, Indonesia
E-mail: snakbar@ulm.ac.id
No. Handphone : 081330121200

ABSTRAK

Kecemasan akan kematian pada lansia menandakan keadaan fisik yang tidak sehat, bagi individu yang
mengalami kecemasan akan kematian tentu gejala-gejala yang dirasakan dapat mengganggu aktivitasnya. Lansia yang
pasrah dan penerimaan terhadap kematian sudah merasa puas dan dengan apa yang telah dicapai sampai saat ini seperti
anak-anak yang sudah berhasil dan mapan sehingga lansia tidak perlu khawatir lagi akan lanjut usia. Keadaan
psychologycal well being akan membuat lansia menjadi lebih merasa nyaman dengan kehidupannya di masa tua. Tujuan
utama penelitian ini adalah untuk mengetahui: (1) psychological well being lansia di PSTW Banjarbaru, (2) kecemasan
dalam menghadapi kematian di PSTW Banjarbaru, dan (3) hubungan antara psychological well being dengan kecemasan
dalam menghadapi kematian lansia di PSTW Banjarbaru. Populasi dalam penelitian ini adalah lansia di panti werdha
budi sejahtera Landasan Ulin Banjarbaru sejumlah 110 orang dengan sampel penelitian sebanyak 56 orang. Teknik
analisa yang digunakan adalah analisis korelasional, yakni analisis korelasi Product Moment dari Karl Pearson untuk
mengetahui apakah ada hubungan antara psychological well being dan kecemasan dalam menghadapi kematian pada
lansia di Panti Werdha. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) psychological well being di PSTW Banjarbaru berada
pada tingkat sedang, (2) kecemasan dalam menghadapi kematian lansia di PSTW Banjarbaru berada tingkat tinggi, dan
(3) terdapat korelasi negatif yang rendah antara psychological well being dengan kecemasan dalam menghadapi
kematian lansia di PSTW Banjarbaru.

Kata kunci: psychological well being, kecemasan dalam menghadapi kematian, lansia

ABSTRACT

Death anxiety in the elderly indicates an unhealthy physical condition, for individuals who experience anxiety about
death, symptoms that are felt can interfere with their activities. Elderly who surrender and acceptance of death are
satisfied and with what has been achieved to date like children who have been successful and established so that the
elderly do not need to worry about aging. The state of psychologycal well being will make the elderly feel more
comfortable with their life in old age. The main objectives of this study were to find out: (1) psychological well being
elderly in Banjarbaru PSTW, (2) death anxiety PSTW, and (3) the relationship between psychological well being with
anxiety in dealing with elderly deaths in Banjarbaru PSTW. The population in this study were elderly in Panti Werdha
Landasan Ulin Banjarbaru. 110 people with a sample of 56 people. The analysis technique used is correlational analysis,
namely the Karl Pearson Product Moment correlation analysis to determine whether there is a relationship between
psychological well being and death anxiety. The results showed that: (1) psychological well being in PSTW Banjarbaru
was at a moderate level, (2) anxiety in facing the death of elderly in the PSTW Banjarbaru was high, and (3) there was a
low negative correlation between psychological well being with death anxiety in the PSTW Banjarbaru.

Keywords: psychological well being, death anxiety, elderly

Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat 217


Data BPS (Badan Pusat Statistik) mengatakan berdebar, tangan dan kami gemetar, susah tidur,
jumlah lanjut usia terus meningkat dan menurut ketakutan, gelisah dan mengeluarkan keringat dingin.
proyeksi WHO pada 1995 dimana, pada tahun 2050 Hal ini menandakan mereka mengalami kecemasan
dibandingkan dengan tahun 1990 bahwa pertumbuhan ketika memikirkan tentang kematiannya.
penduduk lanjut usia Indonesia mengalami Berdasarkan penelitian Wijaya dan Safitri
pertumbuhan terbesar di Asia, yaitu sebesar 414%, (2012) lansia yang pasrah dan penerimaan terhadap
Thailand 337%, India 242%, dan China 220%. Jumlah kematian sudah merasa puas dan dengan apa yang telah
lanjut usia Indonesia, menurut sumber BPS bahwa pada dicapai sampai saat ini seperti anak-anak yang sudah
tahun 2004 sebesar 16.522.311, tahun 2006 sebesar berhasil dan mapan sehingga lansia tidak perlu khawatir
17.478.282, dan pada tahun 2008 sebesar 19.502.355 lagi akan lanjut usia, meskipun berdasarkan penelitian
(8,55% dari total penduduk sebesar 228.018.900), tersebut penghuni panti werdha adalah mantan
sedangkan pada tahun 2020 diperkirakan jumlah lanjut gelandangan dan pengemis tapi persepsi mereka tetap
usia sekitar 28 juta jiwa. positif. Hal positif ini bisa terjadi karena adanya
Lanjut usia adalah seseorang yang telah psychological well being yang dimiliki lanjut usia.
mencapai usia 60 tahun keatas atau serendah-rendahnya Kecemasan akan kematian pada lansia menandakan
berusia 60 tahun (Hurlock, 1999), lanjut usia merupakan keadaan fisik yang tidak sehat, bagi individu yang
suatu proses berkelanjutan dalam kehidupan yang mengalami kecemasan akan kematian tentu gejala-
ditandai dengan berbagai perubahan kearah penurunan, gejala yang dirasakan dapat mengganggu aktivitasnya.
seperti menurunnya berbagai fungsi organ tubuh. Berdasarkan penelusuran dari referensi dan
Probematika yang harus dihadapi orang-orang yang penelitian dan uraian di atas tentang kecemasan dalam
lanjut usia sangat khas. Selain mengalami penurunan menghadapi kematian pada lansia maka penulis tertarik
fisik, para lansia juga harus menghadapi masalah untuk melakukan penelitian tentang hubungan
psikologis yaitu munculnya kecemasan dalam psychological well being dengan kecemasan dalam
menghadapi kematian pada lanjut usia. menghadapi kematian sehingga rumusan masalah pada
Chusairi (1997) menyatakan kematian sebagai penelitian ini adalah “Bagaimana Hubungan
pengalaman yang tak terelakkan dapat terjadi setiap Psychological Well Being dengan Kecemasan dalam
saat, maka dari itulah hal ini dapat menimbulkan Menghadapi Kematian pada Lansia di Panti Sosial
kecemasan dalam diri individu. Belsky (Henderson, Trena Werdha Budi Sejahtera?”
2002) menggambarkan kecemasan terhadap kematian
sebagai pemikiran, ketakutan dan emosi tentang Metode Penelitian
peristiwa terakhir dari hidup yang individu alami di Dalam penelitian tentang hubungan
bawah kondisi-kondisi hidup yang normal. Dengan kata psychological well being dengan kecemasan dalam
lain seseorang dalam kehidupan sehari-hari mengalami menghadapi kematian pada lansia di Panti Sosial Tresna
tingkat yang berbeda mengenai kematian, sehingga Werdha Budi Sejahtera Banjabaru, peneliti
lanjut usia (old age) juga membutuhkan orientasi dan menggunakan rancangan penelitian deskriptif dan
tujuan baru. korelasional.
Kecemasan menghadapi kematian adalah Variabel yang diteliti dalam penelitian ini adalah
kondisi emosional yang tidak menyenangkan di mana psychological well being dan kecemasan dalam
individu merasa tidak nyaman, tegang, gelisah, tidak menghadapi kematian. Adapun penelitian korelasional
tenang, was-was, dan bingung yang disebabkan oleh adalah penelitian yang mengorelasikan dua variabel
objek yang tidak jelas atau belum terjadi berupa atau lebih. Variabel yang dikorelasikan dalam penelitian
peristiwa saat terlepasnya ruh atau jiwa raga. Dengan ini adalah psychological well being sebagai variabel
adanya kesehatan secara psikologis lansia akan berpikir bebas dan kecemasan dalam menghadapi kematian
positif tentang dirinya. sebagai variabel terikat. Sesuai dengan tujuan dan
Menurut Ryff (1995) psychological well being rumusan masalah yang ada, maka dibuatlah rancangan
merupakan istilah yang digunakan untuk penelitian sebagai berikut:
menggambarkan kesehatan psikologis individu
berdasarkan pemenuhan kriteria fungsi psikologi Kecemasan dalam
Psychological well menghadapi kematian
positif. Kesejahteraan psikologis adalah suatu kondisi being
psikologis individu yang sehat ditandai dengan
berfungsinya aspek-aspek psikologis positif dalam (X) (Y)
prosesnya mencapai aktualisasi diri. Ryff (1989) Gambar 1 Rancangan Penelitian
mengkontruksikan aspek-aspek kesejahteraan Populasi dan Sampel
psikologis antara lain penerimaan diri, hubungan positif Populasi dalam penelitian ini adalah Lansia
dengan orang lain, kemandirian, penguasaan penghuni Panti Sosial Tresna Werdha Budi Sejahtera
lingkungan, tujuan hidup dan pengembangan pribadi. Banjabaru, yakni sebanyak 110 orang. Pada penelitian
Hasil studi pendahuluan peneliti terhadap empat ini sampel yang diambil sebanyak 56 orang.
orang lansia berumur 60-80 tahun menemukan bahwa Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan
ketika lansia memikirkan tentang kematian maka yang teknik purposive sample.
muncul adalah gejala-gejala fisik seperti gejala jantung

Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat 218


Untuk mengukur psychological well being aktif dan mempunyai jaringan teman dan keluarga yang
digunakan skala psychologial well being disusun oleh baik.
peneliti yang dikembangkan dari teori Ryff (2004). Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa
Untuk mengukur kecemasan dalam menghadapi lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Sejahtera
kematian, akan disusun instrumen psikologi untuk Banjarbaru dengan kecemasan dalam menghadapi
melihat sejauh mana tingkat kecemasan dalam kematian sangat tinggi sebanyak 3 orang dengan
menghadapi kematian di Panti Sosial Tresna Werdha persentase 5,36%. Lansia dengan kecemasan dalam
Budi Sejahtera Banjabaru. Skala ini akan dikembangkan menghadapi kematian tinggi sebanyak 19 orang dengan
berdasarkan pada teori kecemasan yang dikemukakan persentase 33,93%. Lansia dengan kecemasan dalam
Blackburn dan Davidson (dalam Zainudin, 2000). menghadapi kematian sedang sebanyak 15 orang
dengan persentase 26,78%. Lansia dengan kecemasan
Hasil dan Pembahasan dalam menghadapi kematian rendah sebanyak 17 orang
Pokok bahasan dalam penelitian ini mencakup dengan persentase 30,35%. Sedangkan lansia dengan
dua variabel, yaitu variabel psychological well being kecemasan dalam menghadapi kematian sangat rendah
dan kecemasan dalam menghadapi kematian. Variabel sebanyak 2 orang dengan persentase 3.57%.
psychological well being dan kecemasan dalam Jadi dapat disimpulkan bahwa secara umum
menghadapi kematian diukur dengan skala yang kecemasan dalam menghadapi kematian lansia di Panti
diberikan kepada responden penelitian. Berikut adalah Sosial Tresna Werdha Budi Sejahtera Banjarbaru
hasil analisis data psychological well being dan berada pada tingkat tinggi yang berarti berada pada
kecemasan dalam menghadapi kematian. tingkat yang banyak mengalami kecemasan pada lansia,
Perhitungan yang telah dilakukan diperoleh maka upaya penanggulangan dan pencegahan
korelasi antara psychological well being dengan terjadinya kecemasan dalam menghadapi kematian
kecemasan dalam menghadapi kematian pada lansia di harus tetap diperhatikan dengan melihat faktor-faktor
Panti Sosial Tresna Werdha Budi Sejahtera Banjarbaru penyebab terjadinya kecemasan dalam menghadapi
sebesar rxy = -0,283 dengan p > 0.05. Ini menunjukkan kematian.
adanya hubungan negatif di antara kedua variabel. Nilai Salah satu bentuk kecemasan menurut Tillich
signifikansi tersebut membuktikan bahwa adanya (dalam Nugrahaeni, 2005) adalah the anxiety of rate and
hubungan yang rendah antara psychological well being death atau ontic anxiety yaitu kecemasan akan nasib dan
dengan kecemasan dalam menghadapi kematian. kematian. Kematian merupakan suatu kenyataan yang
akan datang kapan saja dan terhadap semua makhluk
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa lansia di yang ada diduni tanpa kecuali dan tak satu makhluk pun
Panti Sosial Tresna Werdha Budi Sejahtera Banjabaru mampu menolaknya.
dengan psychological well being sangat tinggi sebanyak Kematian adalah mediator untuk proses
4 orang dengan persentase 7,14%. Lansia dengan tendensi manusia itu sendiri. Kematian dapat terungkap
psychological well being tinggi sebanyak 13 orang dari pemahaman atas struktur manusia yang terdiri dari
dengan persentase 23,21%. Lansia dengan jiwa dan raga, sehingga kematian merupakan peristiwa
psychological well being sedang sebanyak 20 orang yang terjadi dari berpisahnya jiwa dan raga (Zubair,
dengan persentase 35,71%. Lansia dengan 2001).
psychological well being rendah sebanyak 15 orang Shihab (Hidayat, 2006), rasa cemas terhadap
dengan persentase 26,78%. Sedangkan lansia dengan kematian dapat disebabkan oleh (a) kematian dan apa
psychological well being sangat rendah sebanyak 4 yang terjadi sesudahnya merupakan suatu misteri (b)
orang dengan persentase 7,14%. Jadi dapat disimpulkan adanya pemikiran tentang sanak keluarga yang ditinggal
bahwa secara umum psychological well being lansia di (c) boleh jadi juga kecemasan akan kematian muncul
Panti Sosial Tresna Werdha Budi Sejahtera Banjarbaru karena merasa bahwa tempat yang akan dikunjungi
berada pada tingkat sedang. sangat buruk.
Ryff dan Keyes (1995), psychological well
being saat dimana seseorang hidup dengan bahagia Hubungan Antara Psychological Well Being Dengan
berdasarkan pengalaman hidupnya, bagaimana mereka Kecemasan dalam Menghadapi Kematian
memandang pengalaman tersebut berdasarkan potensi
yang dimiliki mereka miliki dan didasari enam dimensi Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada
yaitu : kemandirian, menguasai lingkungan, menjadi tidaknya hubungan negatif antara psychological well
pribadi yang berkembang, memiliki hubungan positif being dengan kecemasan dalam menghadapi kematian
dengan orang lain, memiliki tujuan hidup dan pada lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Budi
penerimaan yang baik. Lansia memiliki penilaian yang Sejahtera Banjarbaru. Hipotesis yang menyatakan
cukup baik terhadap pengalaman-pengalaman hidupnya adanya hubungan negatif antara psychological well
selama ini. Santrock (2002) berpendapat ada beberapa being dengan kecemasan dalam menghadapi kematian
hal yang perlu dilakukan oleh para lansia untuk pada lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Budi
membantu psychological well being, yaitu mencakup Sejahtera Banjarbaru telah dibuktikan dalam penelitian
memiliki pendapatan, kesehatan yang baik, gaya hidup ini. Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan
negatif yang rendah antara psychological well being

Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat 219


dengan kecemasan dalam menghadapi kematian pada Lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Sejahtera
lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Sejahtera Banjabaru berada pada tingkatan sedang. (2)
Banjarbaru (rxy= -0,283, p = 0,057 > 0,05), artinya Kecemasan dalam menghadapi kematian di Panti Sosial
psychological well being tidak menjamin tinggi Tresna Werdha Budi Sejahtera Banjabaru berada pada
rendahnya kecemasan dalam menghadapi kematian tingkatan tinggi; (3) Terdapat korelasi negatif yang
dialami lansia. rendah antara psychological well being dengan
Hasil penelitian ini memberikan gambaran kecemasan dalam menghadapi kematian lansia di Panti
bahwa psychological well being merupakan faktor yang Sosial Tresna Werdha Budi Sejahtera Banjabaru,
sedikit berpengaruh terhadap kecemasan dalam artinya Psychological well being, tidak menjamin
menghadapi kematian yang dialami lansia tersebut, rendahnya kecemasan dalam menghadapi kematian
yaitu sebesar 8 %, walaupun 92 %, pengaruh yang lain dialami lansia.
merupakan faktor diluar psychological well being,
seperti jenis kelamin, perempuan lebih rentan
mengalami kecemasan apabila dibandingkan pria, status DAFTAR PUSTAKA
ekonomi, individu yang mengalami kesulitan ekonomi
berpotensi mengalami kecemasan, dukungan sosial, Bustan M.N. (2007). Epidemiologi Penyakit Tidak
religiusitas, kesiapan diri (Hamby dalam Subandi, Menular. Edisi kedua. Jakarta : Rieneka
1998) dan tingkat pendidikan (Wijaya, 2012). Cipta.
Kematian merupakan suatu kenyataan yang Rineka Cipta. p : 213.Henderson, L. (2001). Variabel
akan datang kapan saja dan terhadap semua makhluk Affecting Death Anxiety. International
yang ada di dunia ini tanpa kecuali dan tak satu Journal of Aging and Human
makhlukpun akan menolaknya (Siswati & Haditono, Developmental. Le Moyne College
1999). Papalia, dkk (2002) mengungkapkan bahwa Hidayat, K., (2006). Psikologi Kematian : Mengubah
keberadaan manusia bersifat nyata dan konkrit, tetapi Ketakutan Menjadi Optimisme. Jakarta :
kematian juga nyata dan tak terelakkan. Setiap individu Hikmah
pasti akan mengalami kematian, baik diri sendiri Hurlock, E.B, (1999), Psikologi Perkembangan Suatu
maupun orang lain. Karena kematian merupakan suatu Pendekatan Sepanjang Rentan Kehidupan,
kenyataan yang bisa terjadi kapan saja dan akan dialami Matindas D. (1994). Aspek Psikologi pada Lanjut Usia.
oleh setiap makhluk hidup. Berdasarkan hal tersebut Majalah Kesehatan Indonesia. Nomor 9.
kesejahteraan psikologis tidak terlalu berperan Papalia, (2002), Adult Development and Aging,
dikarenakan setiap lansia menganggap bahwa kematian Singapura : Mc Graw Hill
tidak akan terelakkan. Indonesia. Nomor 9. Hal : 533-35.Nugrahaeni, S. D. ,
Psychological well being di Panti Sosial (2005). Hubungan Antara Kecerdasan
Tresna Werdha Budi Sejahtera Banjarbaru berada pada Ruhaniah dengan Kecemasan Menghadapi
kategori sedang. Berdasarkan penelitian Wijaya dan Kematian pada Lanjut Usia. Indigenous
Safitri (2012) lansia yang pasrah sudah merasa puas dan Jurnal Berkala Ilmiah Psikologi.
dengan apa yang telah dicapai sampai saat ini seperti Ryff,C.D. 1989. Happiness Is Everything, or Is It?
anak-anak yang sudah berhasil dan mapan sehingga Explorations on the Meaning of
lansia tidak perlu khawatir lagi akan lanjut usia, Psychological WellBeing. Journal of
meskipun berdasarkan penelitian tersebut penghuni Personality and Social Psychology. USA
panti werdha adalah mantan gelandangan dan pengemis Ryff, C.D., Keyes, C.L.M. (1995). The structure of
tapi persepsi mereka tetap positif. Hal positif ini bisa Psychological Well Being revisited. Journal
terjadi karena adanya psychological well being yang of Personality and social Psychology. USA
dimiliki lanjut usia. Santroct, J.W (2002). Life-Span Development,
Berbagai reaksi kecemasan menghambat usaha Perkembangan Masa Hidup (ed. 5). Jakarta
individu untuk dapat mengekspresikan dirinya secara Erlangga
utuh serta dalam menjalankan tugasnya secara Schemutte, P.S. dan Ryff, C.D (1997). Personality and
maksimal. Kecemasan dalam kadar rendah dapat Well Being : Reexaming Methodes and
berperan membantu individu untuk selalu siaga dalam Meaning. Journal of Personality and Social
mengambil langkah-langkah pencegahan bahaya atau Psychology. Vol 73
untuk memperkecil kadar bahaya tersebut. Namun Subandi. (1998) Hubungan Antara Tingkat Regiusitas
apabila kecemasan yang dialami sangat besar, justru Dengan Kecemasan Pada Remaja. Laporan
akan menghambat individu tersebut dalam melakukan Penelitian. Yogyakarta : Fakultas Psikologi
aktivitas, menjalin hubungan dengan orang lain da Universitas Gajah Mada
mengembangkan diri (Fausiah dalam Wijaya, 2012). Susanti, C., Wahyuningsih, S., Sukamto, M. E., (2003)
Makna Hidup dan Ketakutan akan Kematian
SIMPULAN pada Penderita Kanker Usia Dewasa Madya.
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, Jurnal Psikologi. Surabaya : Fakultas
serta teori yang mendasari penelitian ini, maka dapat Psikologi Universitas Surabaya.
ditarik kesimpulan yaitu (1) Psychological well being

Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat 220


Wijaya. F.S & Safitri, R.M, (2012) Persepsi Terhadap Mercubuana, Fakultas Psikologi Mercu
Kematian dan Kecemasan Menghadapi Buana Yogyakarta.
Kematian pada Lanjut Usia, Jurnal

Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat 221


STRATEGI COPING DAN KESIAPSIAGAAN MASYARAKAT DALAM
UPAYA MENGHADAPI BENCANA BANJIR AIR PASANG DI PINGGIRAN
SUNGAI KUIN UTARA BANJARMASIN
COPING STRATEGIES AND COMMUNITY PREPAREDNESS TO TIDE WATER IN
KUIN UTARA RIVER

Sukma Noor Akbar1, Marina Dwi Mayangsari2, Dwi Nurrachmah3

Program Studi Psikologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Lambung Mangkurat,


Jl, A. Yani, km. 36 Banjarbaru, Indonesia
E-mail: snakbar@ulm.ac.id
No. Handphone : 081330121200

ABSTRAK

Kota Banjarmasin secara geografis terletak di bawah permukaan laut dengan kondisi daerah berpaya-paya dan relatif
datar. Pada waktu air pasang hampir seluruh wilayah digenangi air. Kondisi tersebut menyebabkan mereka sulit
beraktifitas dengan normal seperti harus mempersiapkan barang-barang agar tidak terkena air, tidur yang kurang
dikarenakan air takut akan lebih tinggi lagi sehingga aktivitas dalam bekerja dan sekolah anakpun menjadi terganggu.
Oleh karena bencana air pasang yang terus menerus terjadi, tentunya masyarakat mempunyai cara atau strategi sendiri
untuk mengatasi bencana air pasang yang disebut dengan coping, Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui strategi
koping dan kesiapsiagaan masyarakat dalam upaya menghadapi bencana banjir air pasang di Pinggiran Sungai Kuin
Utara Banjarmasin”, Pendekatan penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah pendekatan kualitatif. Teknik
pengumpulan data dengan menggunakan (1) In-depth Interview yang dilakukan oleh dua pihak yaitu komunikasi antara
peneliti dengan informan. (2) Focus Group Discussion (FGD) Diskusi Kelompok Terarah adalah media bagi sekelompok
orang untuk mendiskusikan satu topik tertentu secara lebih mendalam. Diskusi Kelompok Terarah ini mencakup 7 (tujuh)
warga masyarakat. Hasil dari penelitian ini mendapatkan Problem Focused Coping yang paling menonjol informan
lakukan dengan cara menyelesaikan langsung masalah sedangkan Emotion Focused Coping lebih banyak berorientasi
pada mencari hikmah atau pelajaran dari bencana air pasang, Kesiapsiagaan terhadap bencana yang dilakukan lebih
banyak akan bersiap masuk ke perahu untuk menyelamatkan diri dan barang-barang perabotan rumah tangga ketika
terjadi bencana yang besar.

Kata kunci: strategi coping, kesiapsiagaan, bencana air pasang

ABSTRACT

Banjarmasin city is geographically located below the sea level with the conditions of the region being swampy and
relatively flat. At high tide, almost all areas were flooded. These conditions make it difficult for them to engage in normal
activities such as having to prepare things so that they are not exposed to water, lack of sleep because the water is afraid
that it will be even higher so that the activities of children and school become disturbed. Because of the high tide disaster
that continues to occur, of course the community has its own way or strategy to overcome the tidal disaster called coping.
The purpose of this study was to determine coping strategies and community preparedness in the effort to deal with the
tidal flood disaster in the Kuin Utara River Banjarmasin ", the research approach used by researchers is a qualitative
approach. Data collection techniques using (1) In-depth interviews (2) Focus Group Discussion (FGD). The results of
this study get the Problem Focused Coping that most prominent informants do by solving the problem directly while
Emotion Focused Coping is more oriented towards seeking lessons or lessons from tidal disasters, more preparedness
for disasters will be prepared to get into the boat to save themselves and household furniture when a major disaster
occurs.

Keywords: coping strategy, preparedness, tide water

Kalimantan Selatan adalah sebuah provinsi yang serta dataran tinggi yang dibentuk oleh pegunungan
terletak di bagian tenggara pulau Kalimantan, memiliki meratus di tengah. Kondisi geografis Kalimantan Selatan
kawasan dataran rendah di bagian barat dan pantai timur, lainnya banyak mempunyai rawa serta sungai, sedangkan

Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat 222


suku terbesar di Kalimantan selatan adalah suku banjar. terganggu.
(www.m.wikipedia.org). Kehidupan dan kebudayaan Bencana dalam Undang-undang Nomor 24 Tahun
kelompok masyarakat Banjar yang geografisnya banyak 2007 Tentang Penanggulangan Bencana, memiliki
rawa dan sungai sehingga banyak masyarakat beraktivitas pengertian yaitu peristiwa atau serangkaian peristiwa yang
di pinggiran sungai yang membuat masyarakat Suku mengancam dan mengganggu kehidupan dan
Banjar terkenal dengan budaya sungainya. penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh
Sungai oleh masyarakat Banjar dipandang sebagai faktor alam dan atau non alam maupun faktor manusia,
sumber daya alam yang sangat penting, masyarakat dapat kerusakan lingkungan, kerugian harta benda dan dampak
memanfaatkan sungai-sungai yang banyak terdapat di psikologis. Definisi bencana seperti dipaparkan
pulau Kalimantan untuk berbagai keperluan kehidupan. sebelumnya mengandung tiga aspek dasar, yaitu
Keberadaan sungai, danau dan rawa-rawa di sekitar terjadinya peristiwa atau gangguan yang mengancam dan
lingkungan masyarakat banjar merupakan salah satu tepat merusak (hazard), peristiwa atau gangguan tersebut
yang menyediakan sumber makanan yang cukup mengancam kehidupan, penghidupan, dan fungsi dari
digemari. Selain untuk keperluan sehari-hari seperti masyarakat, dan ancaman tersebut mengakibatkan korban
mandi, cuci dan memasak makanan serta minuman dan melampaui kemampuan masyarakta untuk mengatasi
masyarakat banjar juga sering memanfaatkan sungai dengan sumber daya mereka.
sebagai jalur perhubungan dan komunikasi antar desa atau Oleh karena bencana air pasang yang terus
kampung serta berdagang. Belum adanya infrastuktur menerus terjadi, tentunya masyarakat mempunyai cara
jalan darat yang bagus yang menghubungkan antar atau strategi sendiri untuk mengatasi bencana air pasang.
kampung, membuat sungai merupakan jalur perhubungan Hal tersebut dikenal dengan nama coping, secara teoritis
yang sangat vital bagi kehidupan masyarakat banjar coping merupakan upaya individu baik secara kognitif,
(Sugiyanto, 2004). afektif dan perilaku untuk mengelola tuntutan eksternal
Kota Banjarmasin terletak sekitar 50 km dari dan internal secara spesifik (Croker, dkk, 1999). Perilaku
muara sungai Barito dan dibelah oleh Sungai Martapura, coping juga diartikan sebagai tingkah laku dimana
sehingga secara umum kondisi morfologi Banjarmasin individu melakukan interaksi dengan lingkungan sekitar
didominasi oleh daerah yang relatif datar dan berada di dengan tujuan menyelesaikan tugas atau masalah
dataran rendah. Daerah ini terletak di bawah permukaan (Pramadi dalam Wardani, 2009).
air laut rata-rata 0,16 m (dpl) dengan tingkat kemiringan Keterlibatan masyarakat telah menjadi salah satu
lereng 0%-2%. Ketinggian di bawah permukaan laut prioritas utama untuk membangun kemitraan yang efektif
menyebabkan sebagian besar wilayah kota Banjarmasin dalam pengurangan risiko bencana. Berkaitan dengan
merupakan rawa tergenang yang sangat dipengaruhi oleh bencana, mengidentifikasikan faktor-faktor resiko dan
kondisi pasang surut air (Dahliani, 2012). Kota memahami cara masyarakat menangani dan menghadapi
Banjarmasin secara geografis terletak antara 3°16’46’’ bencana (coping strategies) serta beradaptasi dengan
sampai dengan 3°22’54’’ lintang selatan dan 114°31’40’’ lingkungan yang berbahaya dianggap sebagai faktor
sampai dengan 114°39’55’’ bujur timur. Berada pada penentu penting bagi pengurangan risiko dan pengambilan
ketinggian rata-rata 0,16 m di bawah permukaan laut keputusan (Herdarsah, 2012). Jika Individu dapat
dengan kondisi daerah berpaya-paya dan relatif menggunakan copingnya dengan baik maka ia dapat
datar. Pada waktu air pasang hampir seluruh wilayah melakukan penyesuaian sosial dengan baik pula (Chaplin
digenangi air (BPS, 2012) dalam Wardani, 2009).
Kelurahan Kuin Utara sebagai kawasan yang Berdasarkan penelusuran dari referensi dan
perkembangannya cukup pesat merupakan kawasan yang penelitian dan uraian di atas maka penulis tertarik untuk
sangat terpengaruhi oleh kondisi tersebut di atas. Hal ini mengetahui Strategi koping dan Kesiapsiagaan
disebabkan selain letaknya di pinggir Sungai Barito juga Masyarakat dalam Upaya Menghadapi Bencana Air
relief permukaan tanahnya yang relatif datar sehingga Pasang di Pinggiran Sungai Banjarmasin.
seringkali mengalami bencana pasang surut. Secara ruang
kawasan Kelurahan Kuin Utara berbentuk L dengan Metode Penelitian
panjang 1.5 km termasuk ke dalam wilayah Kecamatan Pendekatan penelitian yang digunakan oleh
Banjar Utara, berada di persimpangan jalan yang ramai peneliti adalah pendekatan kualitatif. Patton (dalam
sehingga cenderung berkembang pesat. Berdasarkan fakta Poerwandari, 2005) pemilihan pendekatan kuantitatif atau
dilapangan Kelurahan Kuin Utara khususnya di pinggiran pendekatan kualitatif dilakukan dengan
Sungai Kuin sering mengalami banjir air pasang mempertimbangkan pendekatan mana yang sesuai dengan
disebabkan karena wilayahnya berdekatan dengan Sungai masalah penelitian, dan paling baik untuk menjawab
Barito yang daerah hulunya merupakan laut. masalah tersebut. Creswell (1994) mengatakan bahwa
Media online pasti.co.id (2013) menjelaskan sifat masalah hanyalah salah satu kriteria pemilihan, selain
kondisi air pasang ini dikeluhkan warga, warga pandangan peneliti terhadap dunia (worldview), pelatihan
mengeluhkan kondisi tersebut menyebabkan mereka sulit atau pengalaman peneliti, atribut-atribut psikologis
beraktifitas dengan normal seperti harus mempersiapkan peneliti, dan audience penelitian. Namun demikian, sifat
barang-barang agar tidak terkena air, tidur yang kurang masalah tetap menjadi faktor yang penting. Untuk
dikarenakan air takut akan lebih tinggi lagi sehingga penelitian kuantitatif, masalah muncul dari literatur,
aktivitas dalam bekerja dan sekolah anakpun menjadi variabel-variabelnya diketahui, dan terdapat teori-teori

Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat 223


yang perlu diuji dan diverifikasi. Untuk penelitian strategi koping dalam problem focused coping, maka
kualitatif, masalah perlu digali karena terdapat sedikit berikut adalah gambaran problem focused coping yaitu :
informasi tentang topik tersebut. Dalam banyak penelitian Tabel 1 problem focused coping
kualitatif, landasan teori tidak mengarahkan penelitian
Bentuk problem
karena tidak mencukupi, tidak lengkap, atau hilang. focused coping
Informan 1 Informan 2 Informan 3
Pertimbangan
Populasi dan Sampel alternatif
  
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh Penyelesaian
  
warga yang berada dipinggiran sungai Kuin Utara masalah langsung
Negosiasi   
Banjarmasin, Kalimantan Selatan.
Teknik sampling yang digunakan dalam
Pada ketiga informan melakukan semua bentuk-
penelitian ini adalah purposive sampling, yaitu suatu
bentuk dari problem focused coping, disebabkan bencana
teknik pengambilan sumber data yang dilakukan dengan
air pasang merupakan peristiwa yang sering di alami oleh
pertimbangan tertentu. Penentuan sampel dalam penelitian
informan maka informan memiliki strategi sendiri ketika
kualitatif dilakukan saat peneliti mulai memasuki
terjadi bencana tersebut, Informan 1 dengan menyediakan
lapangan dan selama penelitian berlangsung (emergent
triplek pada tempat yang tinggi seperti kursi tamu
sampling design). Caranya yaitu peneliti memilih
sehingga barang-barang yang terletak di bawah bias
masyarakat tertentu yang dipertimbangkan akan
langsung diangkat. Informan 2 meninggikan perabotan
memberikan data yang diperlukan. Jumlah sampel yang
seperti lemari es, tempat tidur dengan cara meninggikan
digunakan dalam penelitian ini sebanyak 3 sampel yang
letak perabotan itu yaitu menambah kayu dibawah
disesuaikan dengan kriteria peneliti. Kriteria sampel yang
sehingga tidak terendam, sedangkan informan 3
digunakan yaitu perwakilan warga di wilayah pinggiran
melakukan dengan cara menaruh perabotan rumah tangga
Sungai Kuin Utara, Kecamatan Kuin Utara Banjarmasin
ke atas kursi tamu.
Bentuk negosiasi yang informan lakukan ketika
Hasil dan Pembahasan terjadinya bencana air pasang berbeda, informan 1
Informan dalam penelitian ini terdiri dari tiga disebabkan berteman dengan pegawai BMKG maka ia
orang, dimana ketiga informan dalam kesehariannya meminta informasi dari temannya tersebut, sedangkan
bertempat tinggal di pinggiran Sungai Kuin Utara, informan 2 dan informan 3 berusaha meminta bantuan tim
Banjarmasin. Berikut ini adalah profil masing-masing SAR ketika terjadi bencana air pasang namun tidak ada
informan penelitian. tanggapan untuk menolong sebab tim SAR pada saat itu
beralasan bahwa ia juga mengalami hal yang sama
1. Informan 1 sehingga tidak bias membantu.
Nama :M 1.1 Emotion Focused Coping
Usia Sekarang : 63 Tahun Berdasarkan hasil dari bentuk strategi koping
Pekerjaan : Swasta dalam emotional focused coping, maka berikut adalah
Pendidikan Terakhir : SD gambaran emotion focused coping yaitu :
Alamat : Jl. Kuin Utara RT. Tabel 2 emotion focused coping
12
Bentuk emotion
Informan 1 Informan 2 Informan 3
focused coping
2. Informan 2 Menghindar X X X
Nama :S Pengabaian  X X
Usia Sekarang : 40 Tahun Menyalahkan diri X X X
Berdoa   
Pekerjaan : Swasta
Ketiga informan tidak ada menerapkan perilaku
Pendidikan Terakhir : SD
menghindar, keseluruhan menghadapi bencana banjir air
Alamat : Jl. Kuin Utara RT.
pasang tersebut, sedangkan pada pengabaian perilaku
11
yang muncul hanya pada informan 1 saja, informan 1
mengatakan bahwa bencana air pasang meskipun ia alami
3. Informan 3
setiap tahun namun tidak lebih besar daripada kejadian di
Nama : MA
martapura yang banjirnya beberapa minggu tidak turun
Usia Sekarang : 37 Tahun
sehingga mengganggu aktivitas lainnya.
Pekerjaan : Buruh
Bentuk emotion focused coping yang muncul pada
Pendidikan Terakhir : SD
seluruh informan adalah perilaku dimana informan
Alamat : Jl. Kuin Utara RT.
mencari segi-segi yang menurutnya bisa diambil
11
pelajaran, semua informan merasa pasrah akan musibah
yang dialaminya dan merasa bahwa musibah ini sudah
Dari hasil FGD dan wawancara maka didapat
dialami mereka selama hidupnya sehingga sudah dianggap
bentuk-bentuk strategi koping dan kesiapsiagaan dalam
biasa.
menghadapi bencana air pasang. Berdasarkan bentuk

Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat 224


Kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana banjir Dengan kondisi sedih, tertekan dan stres,
air pasang yang ditunjukkan oleh informan hampir sama memungkinkan masyarakat untuk melakukan strategi
yaitu ketika terjadi bencana air pasang yang besar maka koping. Melalui strategi koping yang digunakan oleh
yang dilakukan mereka adalah dengan cara masyarakat diharapkan masyarakat mampu
menyelamatkan diri ke perahu karena masing-masing mempertahankan keseimbangan emosi, mengurangi
informan ada memiliki perahu atau perahu milik kondisi yang penuh tekanan, dan menanggulangi masalah.
saudaranya sehingga bisa menyelamatkan perabotan Hapsari, dkk (dalam Wardani, 2009) menyebutkan strategi
rumah tangga dan diri keluarga di perahu. koping dilakukan untuk menyeimbangkan emosi individu
Bagi informan 3, ia melihat dari tanda-tanda alam dalam situasi yang penuh tekanan. Seluruh informan
seperti angin yang kencang untuk memprediksikan mencari hikmah dari bencana yang dialami dan juga
bencana air pasang dan pada keseluruhan informan menganggap bahwa musibah ini merupakan rutinitas
mengetahui akhir tahun atua tahun sering terjadi banjir air mereka setiap tahun sehingga mereka merasa pasrah akan
pasang. Pola mencari informasi atau mencari bantuan bencana banjir air pasang tersebut.
berbeda antara informan. Untuk informan 1 mencari Hasil kegiatan FGD dan wawancara menunjukkan
informasi dari BMKG sedangkan informan 2 dan 3 bahwa masyarakat lokal lebih mengetahui karakteristik
mencari informasi atau bantuan pada tim SAR. dan potensi bahaya yang ada di lingkungannya. Tanda-
Banjir adalah suatu kondisi di mana tidak tanda terjadinya bencana alam dapat dipetakan oleh
tertampungnya air dalam saluran pembuang (palung masyarakat berdasarkan pengalaman dan pengetahuan
sungai) atau terhambatnya aliran air di dalam saluran masyarakat terhadap gejala alam seperti pada akhir tahun
pembuang, sehingga meluap menggenangi daerah maupun pada awal tahun serta angin kencang yang terjadi
(dataran banjir) sekitarnya. Banjir air pasang (rob) sangat di sungai atau laut.
berpengaruh dengan tingginya debit air laut disekitar Informasi terhadap bahaya banjir air pasang
sungai kuin utara. Akibat dari bencana air pasang itu selain merupakan salah satu bentuk kesiapsiagaan masyarakat
mengalami kerugian secara materil juga secara psikologis dalam menghadapi bahaya banjir air pasang. Bentuk
juga memerlukan strategi untuk meredakan emosi atau informasi dapat dilakukan secara lisan ataupun tulisan.
menyelesaikan masalah yang dinamakan dengan strategi Bentuk informasi secara lisan biasanya disampaikan
koping. langsung kepada masyarakat oleh pemerintah ataupun
Kertamuda dan Herdiansyah (2009) mengatakan aparat kecamatan atau kelurahan, namun sesuai dengan
strategi koping adalah suatu proses tertentu yang disertai Undang-Undang No. 24/2007 tentang Penanggulangan
dengan suatu usaha yang dilakukan individu untuk Bencana Bab V diatur tentang Hak dan Kewajiban dalam
menghadapi dan mengatasi situasi dan kondisi yang penyelenggaraan penanggulangan bencana, salah satunya
bersifat menekan atau mengancam fisik maupun psikis dijelaskan bahwa setiap orang dan masyarakat
yang diprediksi akan dapat membebani dan melampaui berkewajiban melakukan kegiatan penggulangan bencana
kemampuan dan ketahanan individu yang bersangkutan serta memberikan informasi yang benar kepada publik
maka digunakan strategi koping. tentang penanggulangan bencana. Dengan demikian
pemberian informasi yang benar kepada masyarakat di
Lazarus dan Folkman (dalam Wardani, 2009) daerah rawan bencana merupakan kewajiban pemerintah
menjelaskan bahwa problem focused coping adalah dan masyarakat.
strategi dengan cara menyelesaikan masalah yang Berdasarkan hasil analisis data dapat disimpulkan
dihadapi, sehingga individu segera terbebas dari bahwa Informan 1, informan 2 dan Informan 3 cenderung
masalahnya tersebut. Bentuk strategi coping ini adalah: melakukan semua bentuk strategi problem focused coping
exercised caution (cautiousness), instrumental action, seperti mencari penyelesaian masalah secara langsung
negotiation (negosiasi). Strategi coping untuk mengatasi dengan meninggikan perabotan rumah tangga,
emosi negative yang menyertainya (emotion focused mengangkat perabotan pada tempat yang lebih tinggi dan
coping) yaitu escapism (menghindar). minimization mencari informasi dari pihak yang lebih mengetahui
(pengabaian), self blame (menyalahkan diri), seeking seperti BMKG dan Tim SAR. Bentuk strategi emotion
meaning (berdoa). untuk bentuk strategi problem focused focused coping seperti yang tampak pada informan 1,
coping keseluruhan aspek dimiliki oleh informan, namun informan 2 dan informan 3 hampir sama yaitu
untuk emotion focused coping hanya seeking meaning menyerahkan diri ke hadapan Tuhan Yang Maha Esa
yang tampak pada keseluruhan informan. dengan menerima atau pasrah akan bencana banjir air
Berdasarkan hasil penelitian, pada keseluruhan pasang. Kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana banjir
strategi koping yang dilakukan yaitu mencari informasi, air pasang yang ditunjukkan oleh informan sama yaitu
melakukan tindakan langsung untuk menyelesaikan dengan cara menyelamatkan diri ke perahu ketika terjadi
masalah. Strategi koping yang dilakukan ketiga informan bencana.
tersebut termasuk kedalam bentuk strategi koping problem
focused coping. Lam dan Mackenzie (2002) menyebutkan SIMPULAN
strategi yang sering digunakan adalah penghindaran, Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, serta teori
kemandirian, dan mencari dukungan sosial. Hal ini juga yang mendasari penelitian ini, maka dapat ditarik
termasuk kedalam karakteristik problem focused coping. kesimpulan yaitu Berdasarkan analisis data terhadap 3
(tiga) informan maka peneliti dapat menyimpulkan (1)

Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat 225


Problem Focused Coping yang paling menonjol adalah Tanggal 14 Maret 2014. Dari
bentuk strategi coping menyelesaikan langsung masalah http://Isjd.Pdii.Lipi.Go.Id/Admin/Jurnal/61091
tersebut yaitu dengan cara meninggikan perabotan rumah 123.Pdf
tangga, menyelamatkan isteri atau anak dan melakukan Khasan, M & Widjanarko, M. (2011), Perilaku Coping
negosiasi atau bantuan untuk mendapatkan informasi dari Masyarakat Menghadapi Banjir, Jurnal Pitutur,
pihak yang berwenang. (2) Emotion Focused Coping Vol I No. 2, Juni 2011
lebih banyak berorientasi pada mencari hikmah atau Kordoatie. R & Sugiyanto. (2000). Banjir : Beberapa
pelajaran dari bencana air pasang, ketiga informan merasa Penyebab dan Metode Pengendaliannya.
bahwa bencana yang mereka alami merupakan bencara Pustaka Pelajar. Yogyakarta.
rutin setiap tahun dan mereka pasrah akan terjadai bencana Rustiana, Er, & Cahyati, W.H. (2012. Hubungan Antara
tersebut disebabkan sudah terbiasa menghadapinya. (3) Stress Kerja dengan Pemilihan Strategi Coping
Kesiapsiagaan terhadap bencana yang dilakukan lebih Pada Dosen. Jurnal Kesehatan Masyarakat.
banyak akan bersiap masuk ke perahu untuk Universitas Negeri Semarang, Indonesia. Vol 7,
menyelamatkan diri dan barang-barang perabotan rumah No 2. Diakses Tanggal 14 Maret 2014, Dari
tangga ketika terjadi bencana yang besar. Selain itu http://Journal.Unnes.Ac.Id/Nju/Index.Php/Ke
masyarakat mengharapkan adanya informasi dari pihak mas/Article/View/1774/1966
terkait ketika terjadi air pasang.
Merton R.K., Fiske M. & Kendall P.L. (1990). The
DAFTAR PUSTAKA Focused Interview: A Manual of Problems and
Procedures, 2nd edn. Free Press, New York.
Chaplin, J.P. (2006). Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta: Moleong, LJ. (2006). Metode Penelitian
Raja Grafindo Persada. Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Creswell, J. W. (1994). Research design: Qualitative and Moleong, LJ. (2006). Metode Penelitian Kualitatif.
quantitative approaches. California: SAGE Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Publications, Inc. Misra. (2007). Antisipasi Rumah di Daerah Rawan
Denzin & Lincoln (1994) Handbook of Qualitative Banjir. Griya Kreasi, Jakarta
Research, Pustaka Pelajar : Yogyakarta Poerwandari, E. K. (2005). Pendekatan Kualitatif dalam
Fajriansyah (2012), Pengaruh Pengetahuan dan Sikap Penelitian Psikologi. Jakarta : LPSP3 Fakultas
Kepala Keluarga terhadap Kesiapsiagaan Rumah Psikologi UI.
Tangga dalam Menghadapi Banjir di Gampong Safaria. T. (2006). Stres Ditinjau Dari Active Coping,
Mesjid Tuha Kecamatan Meureudu Kabupaten Avoidance Coping Dan Negative Coping.
Pidie Jaya, Tesis, Fakultas Kesehatan Humanitas Jurnal Psikologi Indonesia.
Masyarakat : USU Medan, Universitas Ahmad Dahlan. Vol. 3 No. 2.
www.epository.usu.ac.id/bitstream/123456789/3 Diakses tanggal 14 Maret 20142012. Dari
3105/ diakses tanggal 14 Maret 2014 http://journal.uad.ac.id/index.php/HUMANIT
Herdiansyah, H. (2007). Kecemasan Dan Strategi Coping AS/article/view/720
Waria Pelacur. Indigenous: Jurnal Ilmiah Sugiyanto, B., (2004). Sungai dan Geneologi Budaya
Psikologi. Fakultas Psikologi Upm. Vol 9 No 1. Banjar. Jurnal Kebudayaan. Edisi 7 Tahun II,
Diakases Tanggal 14 Maret 20142012, Dari Lembaga Kajian Keislaman dan Kemasyarakatan.
http://publikasiilmiah.ums.ac.id/bitstream/handl Suripin (2004). Sistem Drainase Perkotaan yang
e/123456789/1408/7Haris__Vol%209%20No% Berkelanjutan. ANDI Offset Yogyakarta
201%20Mei%202007.pdf?sequence=1
Indirawati E. (2006). Hubungan Antara Kematangan Suwarti. (2009). Strategi Coping Waria Dalam
Beragama Dengan Kecenderungan Strategi Menghadapi Kecemasan Terjangkit Hiv /Aids
Coping. Vol.3 No. 2. Jurnal Psikologi. Di Purwokerto. Jurnal Ilmiah Psikologi.
Universitas Diponegoro. Diakses Tanggal 13 Universitas Muhammadiyah Purwokerto. Vol
Maret 2014 2012. Dari 1, No 2. Diakses tanggal 14 Maret 2014, dari
http://Ejournal.Undip.Ac.Id/Index.Php/Psikologi http://jurnal.ump.ac.id/index.php/index/search/
/Article/View/658/532 results
Intani, F.S., & Surjaningrum, E.R. (2010) Coping Strategy Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24, (2007)
Pada Mahasiswa Salah Jurusan. Jurnal Insan Tentang Penanggulangan Bencana, Jakarta
Media Psikologi. Universitas Airlangga. Vol. 12 Wardani, D,S., (2009). Strategi Coping orang Tua
No. 02, Agustus 2010. Diakses Tanggal 14 Maret Menghadapi Anak Autis. Indigenous, Jurnal
2014. Dari Ilmiah Berkala Psikologi. Universitas
http://210.57.222.46/Index.Php/Jimp/Article/Vie Muhammadiyah Surakarta. Vol. 11, No. 1, 26-
w/650/651 35. Diakses tanggal 14 Maret 2014, dari
Kertamuda, F., & Herdiansyah, H. (2009). Pengaruh http://publikasiilmiah.ums.ac.id/bitstream/handl
Strategi Coping Terhadap Penyesuaian Diri e/123456789/1431/3Desi_sulityo_Volume%201
Mahasiswa Baru. Jurnal Universitar 1%20No.%201%20Mei%202009.pdf?sequence
Paramadina. Vol. 6, No. 1, 11-23. Diakases =1

Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat 226


______, (2013) Sebagian Wilayah Pengambangan
Tergenang Air, http://www.pasti.co.id/sistem-
drainase-buruk-banjir-mengancam-warga-
banjarmasin/. Di akses tanggal 14 Maret 2014

Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat 227


PSIKOEDUKASI MERUBAH MOTIF PERILAKU KEGIATAN MCK
(MANDI CUCI KAKUS) DI PINGGIRAN SUNGAI MARTAPURA TIMUR
PSYCHOEDUCATION FOR CHANGING BEHAVIOR MOTIVES MCK (BATH
WASH TOILET) ON THE RIVERSIDE MARTAPURA TIMUR

Jehan Safitri1, Sukma Noor Akbar2, Neka Erlyani3

Program Studi Psikologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Lambung Mangkurat,


Jl, A. Yani, km. 36 Banjarbaru, Indonesia
E-mail: jehansafitri@yahoo.com
No. Handphone : 081250713236

ABSTRAK

Dalam kesehariannya masyarakat Banjar sangat bergantung pada air sungai. Namun saat ini, air sungai menjadi
tercemar sehingga tidak lagi layak pakai. Adanya lembah industri, penambangan, dan bahkan kegiatan dari warga
sendiri yang pada akhirnya membuat sungai menjadi tercemar, seperti membuang sampah dan menjadikan sungai dalam
kegiatan MCK yaitu mandi, cuci, dan kakus. Dari pencemaran air sungai ini ada banyak yang dapat ditimbulkan dan
dapat berpengaruh buruk bagi kesehatan, yaitu tifus, disentri, diare, dsb. Apalagi pada masyarakat kecamatan martapura
timur yang memang tinggal di pinggiran sungai, menggunakan air sungai sebagai sumber kebutuhan sehari-hari sudah
biasa dilakukan oleh warga sekitarnya. Metode yang digunakan dalam kegiatan ini adalah berupa psikoedukasi
mengenai motif perilaku, dampak dan sisi negatif penggunaan air sungai dalam kegiatan MCK di wilayah pinggiran
sungai Kecamatan Martapura Timur, selain itu, menyebar spanduk yang senantiasa mengingatkan warga dampak dari
pengguanaan air sungai, adanya poster dan juga pembagian leaflet pada warga. Hasil dari pelaksanaan pengabdian ini
adalah masyarakat memiliki pengetahuan tentang dampak yang ditimbulkan oleh air sungai dan bagaimana menerapkan
perilaku mandi, cuci, dan kakus secara bersih dan sehat.

Kata kunci: psikoedukasi,motif perilaku, pinggiran sungai

ABSTRACT

In their daily lives the Banjar people are very dependent on river. Currently, river has become polluted so it is no longer
suitable for use. The existence of industrial valleys, mining, and even activities of the residents themselves which in turn
makes the river become polluted, such as dumping garbage and making rivers in MCK activities, namely bathing,
washing, and latrines. From this river water pollution there is a lot that can be caused and can have a bad effect on
health, such us typhus, dysentery, diarrhea, etc. Moreover, in the people of Kecamatan Martapura Timur which indeed
lives on the banks of the river, using river water as a source of daily necessities is commonly done by the surrounding
residents. The method used in this activity is in the form of psychoeducation about behavioral motives, impacts and
negative side of river water use in MCK activities in the riverside area of Kecamatan Martapura Timur, in addition,
spread banners that always remind residents of the impact of using river water, posters and also distribution of leaflets
to residents. The result of the implementation of this service is that the community has knowledge of the impacts caused
by river water and how to apply clean, healthy bathing, washing and latrines.

Keywords: psychoeducation, behavior motives, riverside

Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat 228


Provinsi Kalimantan Selatan terletak di bagian Berdasarkan hasil observasi dalam studi pendahuluan
tenggara dari Pulau Kalimantan dengan di kelilingi yang telah dilakukan, dapat dilihat ada sekitar 15 jamban
pegunungan serta dataran rendah.Daerah ini juga pada setiap desanya. Martapura Timur adalah sebuah
banyak mempunyai rawa serta sungai kecamatan di Kabupaten Banjar, dengan jumlah
(www.wikipedia.org). Kehidupan dan kebudayaan penduduk 27.056 jiwa dan luas 29,99 km². Kecamatan
masyarakat Banjar sangat dipengaruhi oleh sungai. Oleh Martapura Timur terdiri dari 20 desa yang beberapa desa
karena itu, masyarakat Banjar terkenal dengan budaya dialiri oleh Sungai Martapura (BPS, 2012). Dengan
sungainya. menggunakan sungai saat beraktifitas sehari-hari,
Bagi Masyarakat Banjar, sungai dipandang sebagai masyarakatnya tidak cukup menjaga kebersihan aliran
sumber daya yang sangat penting, karena digunakan sungai, justru lebih banyak mencemarinya. Oleh karena
untuk berbagai aktifitas kehidupan. Penggunaan sungai itu, penting dilakukan pemberian informasi terhadap
mulai dari aktifitas mencuci, mandi dan juga airnya masyarakatnya untuk menjaga kebersihan sungai,
digunakan untuk memasak. Selain itu, jalur sungai juga sehingga muncul perilaku yang sehat.
digunakan sebagai jalur perhubungan dan jalur Menurut Notoatmodjo (2005) perilaku dipengaruhi
komunikasi antar desa serta sebagai tempat untuk oleh faktor internal dan faktor eksternal, salah satunya
berdagang (Sugiyanto, 2004). dalam Motivasi. Motif adalah suatu pengertian yang
Dalam kesehariannya masyarakat Banjar sangat melingkupi semua penggerak, alasan-alasan atau
bergantung pada air sungai. Namun saat ini, air sungai dorongan-dorongan dalam diri manusia yang
menjadi tercemar sehingga tidak lagi layak pakai. menyebabkan iamenampilkan perilaku tertentu.
Adanya lembah industri, penambangan, dan bahkan (Gerungan, 2002).
kegiatan dari warga sendiri yang pada akhirnya Studi pendahuluan dari hasil penelitian di desa
membuat sungai menjadi tercemar, seperti membuang binaan Martapura Timur menemukan bahwa yang
sampah dan menjadikan sungai dalam kegiatan MCK menjadi motif dari sebagian masyarakat
yaitu mandi, cuci, dan kakus. Kebutuhan yang besar mempertahankan perilaku dalam menggunakan air
akan sungai tidak disertai dengan pengetahuan sungai meskipun dari mereka sadar bahwa hal itu
mengenai kebersihan, sehingga diperlukan adanya berdampak kepada penyakit dan masalah lainnya.
kesadaran masyarakat untuk berperilaku sehat dan juga Mereka sependapat bahwa aktifitas MCK di pinggiran
menjaga aliran sungai adar tetap bersih. sungai tidak mudah dihilangkan, karena mereka sudah
Salah satu masalah mengenai sungai yang mengidentifikasi dirinya sebagai mansyarakat yang
memperihatinkan adalah di perairan Sungai Martapura secara turun temurun menggunakan jamban terapung
dengan ditemukan pencemaran logam berat, yang sebagai sentral dari kehidupan. Karena mereka adalah
seluruhnya sudah melampaui ambang batas. Untuk masyarakat pinggiran sungai, memang sudah sepatutnya
merkuri (Hg) misalnya, sudah mencapai 5,876. menggunakan sungai dalam keseharian. Selain itu,
Sedangkan untuk pencemaran yang disebabkan secara kognitif, mereka pada dasarnya kurang
pertambangan batubara dan besi (Fe) sebesar 16,209, menyadari dampak dari penggunaan air sungai sebagai
semestinya batas normalnya hanya 0,3. Timbal (Pb) MCK, (Mandi-Cuci-Kakus) karena menganggap tidak
sudah mencemari sebesar 0,125 untuk batas normalnya berdampak secara langsung pada kesehatan. Hal ini
hanya 0. Data ini diperoleh dari media online Focus dikarenakan kurangnya rasa ingin tahu terkait dengan
Batulicin yang mendapatkan data dari Walhi dampak dan sisi negatif dari penggunaan air sungai.
Kalimantan Selatan. Sedangkan pencemaran dari tinja Pada aspek kebutuhan, mereka merasakan lebih nyaman
menjadikan kondisi air sungai mengandung bakteri yang untuk menggunakan air sungai untuk beraktifitas MCK
cukup membahayakan bagi kesehatan masyarakat, yaitu karena volume air yang melimpah. Selain itu, adanya
bakteri jenise-coli, dimana bakteri ini menjadi penyebab kesempatan untuk menjalin interaksi dengan warga dan
utama penyakit diare. juga sungai menjadi sarana hiburan gratis, salah satunya
Menteri Kesehatan Nila Djuwita Moeloek adalah mereka bisa berenang di sungai tersebut.
berpendapat bahwa pada dasarnya wisata pasar terapung Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan,
di Banjarmasin cukup indah, hanya saja kegiatan mandi, maka dirancanglah suatu kegiatan berupa pengabdian
cuci dan kakus di sungai tentunya tidak bisa dibiarkan kepada masyarakat untuk merubah perilaku masyarakat
karena sangat berpengaruh pada kesehatan. "Kondisi ini dalam menggunakan jamban terapung saat beraktifitas
tentu tidak benar, dan harus dikurangi sedikit demi MCK sehari-hari.
sedikit melalui penyediaan sarana prasarana oleh Permasalahan Mitra
pemerintah dan sosialisasi tentang pentingnya hidup Kecamatan Martapura Timur merupakan
sehat," katanya. Hal ini menjadi perhatian Menkes, kecamatan yang warganya masih menggunakan jamban
karena pada saat berkunjung, ada warga yang sedang untuk melakukan kegiatan MCK pada setiap harinya.
menggunakan kakus, padahal tidak juah dari situ ada Walaupun mereka memiliki kamar mandi di rumahnya,
warga lainnya yang sedang menggosok gigi dan mandi, dalam satu hari mereka pasti meluangkan waktunya
serta ada yang mencuci (Antaranews.com). untuk menggunakan jamban dalam melakukan kegiatan
Salah satu daerah di Kalimantan Selatan yang MCK. Adapun jumlah jamban yang masih dipakai
masyarakatnya masih menggunakan jamban terapung kurang lebih berjumlah 15 buah dalam 1 desa. Adapun
dalam aktifitas kesehariannya adalah Martapura Timur. pengabdian masyarakat ini dilakukan pada 3 desa di

Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat 229


pinggiran sungai, dengan langsung memberikan 1. Pembagian handout dan leaflet yang berisi
psikoedukasi pada warga pinggiran sungai, puskesmas, informasi mengenai motif perilaku dan dampak
serta sekolah mengenai motif perilaku yang membuat serta sisi negative penggunaan air sungai
para warga tidak meninggalkan jamban dalam 2. Pemberian Mmateri mengenai motif perilaku dan
beraktifitas MCK walaupun mereka memiliki sarana di dampak serta sisi negative penggunaan air sungai
rumah mereka masing-masing. Dengan mengetahui 3. Sharing tentang motif perilaku dan dampak serta
berbagai motif yang mendasari perilaku, diharapkan sisi negative penggunaan air sungai
akan ada perubahan perilaku menjadi perilaku yang 4. Penutup
lebih sehat dengan meninggalkan jamban sabagai sarana 5. Pemasangan Spanduk di masing - masing
MCK sehari-hari. kecamatan dan pembagian rambu larangan
Berdasarkan data pendahuluan saat penelitian menggunakan air sungai yang diletakkan di sekitar
mengenai motif perilaku yang dilakukan di tahun 2016, pinggiran sungai.
maka terdapat 5 motif perilaku yang membuatt warga
enggan untuk meninggalkan jamban dalam aktifitas Hari 2
MCK, yaitu yang pertama adalah Cognitive needs yang Psikoedukasi yang dilakukan di 1 sekolah dasar (SD)
membuat mereka enggan untuk mencari informasi dan Puskesmas.
terkait dengan dampak yang mungkin akan dirasakan 1. Pembagian handout dan leaflet yang berisi
apabila tetap menggunakan air sungai sebagai sumber informasi mengenai motif perilaku dan dampak
kehidupan sehari-hari. Motif kedua adalah Affective serta sisi negative penggunaan air sungai
needs yang membuat warga merasa lebih nyaman 2. Pemberian Materi mengenai motif perilaku dan
menggunakan air sungai ketimbang air yang ada di dampak serta sisi negative penggunaan air sungai
rumahnya, terkait dengan banyaknya volume air yang 3. Sharing tentang motif perilaku dan dampak serta
mereka gunakan saat melakukan aktifitas MCK. Motif sisi negative penggunaan air sungai
ketiga adalah Personal Integrative Needs, dimana 4. Penutup
mereka percaya bahwa adalah suatu identitas diri
seseorang yang tinggal di pinggir sungai, tentunya Evaluasi Kegiatan
menggunakan air sungai sebagai sumber kehidupannya, Evaluasi dilaksanakan pada akhir sesi dengan
kemudian motif yang kelima adalah Escapist Needs, memberitahukan kepada peserta manfaat dari masing-
dimana jamban menjadi sarana mereka untuk mencari masing sesi dan bertanya kepada peserta bagaimana
hiburan disaat mereka membutuhkan, misalnya dapat perasaannya setelah mendapat informasi mengenai
berenang secara gratis ataupun menjalin interaksi psikoedukasi yang telah dilakukan.
dengan warga lain.
Adapun alasan mengapa warga martapura timur HASIL DAN PEMBAHASAN
dijadikan sebagai mitra dalam pengabdian masyarakat Pelaksanaan program pengabdian masyarakat
kali ini adalah karena sebagai tindak lanjut hasil dengan tema “Psikoedukasi Merubah Motif Perilaku
penelitian yang sebelumnya sudah dilakukan, sehingga Kegiatan Mck Di Pinggiran Sungai Martapura Timur”
sasaran psikoedukasi yang akan dilakukan disesuaikan kegiatan pertama dilaksanakan pada hari kamis tanggal
dengan hasil penelitian sebelumnya, yaitu memberikan 20 April 2017 di Sekolah Dasar Negeri Mekar pada
psikoedukasi terkait dengan motif perilaku penggunaan siswa kelas 4 dan 5 yang berjumlah 36 orang dan
jamban, sehingga dengan memahami apa yang menjadi kegiatan kedua dilaksanakan pada hari kamis tanggal 27
motif perilaku, maka perubahan perilaku akan lebih April 2017 di Desa Dalam Pagar Ulu Kecamatan
mudah dilakukan karena lebih tepat sasaran. Selain itu, Martapura Timur yang berjumlah 30 orang.
pemberikan psikoedukasi juga tidak terbatas pada Kegiatan ini menjadi penting dilaksanakan sebagai
warga, namun juga ke puskesmas dan juga sekolah, upaya meningkatkan pengetahuan bagi masyarakat
sehingga diharapkan warga menerima psikoedukasi pinggiran sungai Martapura Timur mengenai motif
secara menyeluruh di berbagai rentang usia. perilaku yang mendasari mereka berperilaku
menggunakan jamban terapung dalam aktifitas MCK
METODE PELAKSANAAN dengan melakukan psikoedukasi terhadap warga.
Metode yang digunakan dalam kegiatan ini adalah Psikoedukaso sendiri dilakukan di 3 desa pada
berupa psikoedukasi mengenai motif perilaku, dampak masyarakat pinggiran sungai, di sekolah dan juga
dan sisi negative penggunaan air sungai dalam kegiatan puskesmas.
MCK. Selain itu, menyebar spanduk yang senantiasa Dengan adanya psikoedukasi, aspek yang paling
mengingatkan warga dampak dari pengguanaan air penting dapat dicapai adalah adanya peningkatan aspek
sungai, adanya poster dan juga pembagian leaflet pada kognitif (pemahaman) pada warga terkait tentang
warga. Adapun rincian kegiatannya adalah sebagai pentingnya mengenai motif perilaku. Dengan seseorang
berikut : mengetahui dengan jelas apa yang menjadi alasan
mereka untuk melakukan sesuatu, maka perubahan akan
Hari 1 lebih mudah dilakukan. Selain pemahaman yang
Psikoedukasi pada 3 Desa di kecamatan Martapura diterima warga selaku mitra pengabdian masyarakat,
Timur. dengan adanya publikasi ilmiah, maka pengetahuan

Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat 230


tentang motif dan bagaimana solusinya akan menjadi mandi, cuci, dan kakus secara bersih dan sehat.
suatu informasi yang dapat diterima oleh masyarakat
pada umumnya. DAFTAR PUSTAKA
Berdasarkan Pelaksanaan kegiatan yang telah kami
lakukan didapatkan hasil bahwa sebagian besar Andrew, D. (2009). Schistosomiasis. In: Gordon C.
masyarakat di daerah pinggir Sungai Martapura Timur Cook, Alimuddin L Z, editors. Manson’s Tropical
menggunakan air sungai untuk aktivitas sehari-hari Diseases. 21 ed. China: Saunders Elsevier.
seperti mandi, mencuci, dan kakus. Padahal pada Andriani, E. W. N., dkk. (2014). Kajian penatalaksanaan
kenyataannya ada beberapa dampak negatif dari terapi pengobatan demam berdarah dengue
penggunaan air sungai bagi kegiatan MCK (mandi, cuci, (DBD) pada penderita anak yang menjalani
dan kakus). perawatan di RSUP Prof. Dr. R.d Kandou tahun
Dari hal ini kami memberikan pemahaman kepada 2013. Jurnal Ilmiah Farmasi UNSRAT,3 (2), 57-
siswa dan juga warga tentang perilaku mck disungai dan 61.
apa saja motif yang menyebabkan mereka berperilaku Arsin, A.A. (2012). Malaria di Indonesia: Tinjauan
seperti itu. Selain itu, kami juga memberikan aspek epidemiologi. Makassar: Masagena Press.
pengetahuan seputar dampak penggunaan air sungai BPS (2012), Kabupaten Banjar Dalam Angka 2012
terhadap kesehatan dan juga solusi untuk mencegah
dampak negatif tersebut. Sasaran kami yang pertama Candra, Aryu. (2010). Demam Berdarah Dengue:
adalah siswa SD yang berusia 10-11 yaitu siswa/i SDN Epidemiologi, Patogenesis, dan Faktor Risiko
Martapura Timur, di mana anak-anak masih belum Penularan. Aspirator, 2 (2),110 –119.
memiliki pengalaman dan pengetahuan yang banyak Focus Batulicin, Kualitas air sungai menurun, diakses
mengenai dampak penggunaan air sungai, selain itu tanggal 01 Februari 2017,
dengan memberikan psikoedukasi mengenai motif http://www.fokusbatulicin.com/2011/04/kualit
MCK dan dampak penggunaan air sungai juga bisa as-air-sungai-di-kalimantan.html
menanamkan pengetahuan sejak dini untuk Gerungan (2004), Psikologi Sosial, Bandung : Refika
menumbuhkan perilaku yang tepat didalam melakukan Aditama
aktivitas MCK secara sehat, sehingga diharapkan Hidayati, (2012). Perilaku masyarakat dalam
nantinya anak-anak ini dapat menerapkan pengetahuan menggunakan air sungai untuk kebutuhan rumah
yang ada untuk mengubah persepsi dan kebiasaan tangga (studi di desa semelagi besar kecamatan
mereka dari MCK di sungai menjadi MCK di dalam selakau kabupaten sambas). Jurnal Mahasiswa
rumah atau tempat tertutup menggunakan air bersih. Ilmu Sosiatri , 1(1), 1-22.
Sasaran kami yang kedua adalah warga desa Dalam Ulu Hutahuruk, Johan . (1998) . Pencegahan Kebutaan Pada
Pagar Martapura Timur dimana di desa ini masih ada Anak . Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
beberapa warga yang menggunakan air sungai untuk Istiawan, R.S. (2014). Pemanfaatan koleksi
keperluan MCK, hal ini juga terlihat dari adanya jamban perpustakaan pada mahasiswa di perpustakaan
terapung yang ada di pinggiran sungai desa tersebut. universitas katolik widya mandala surabaya.
Psikoedukasi ini juga bertujuan untuk memberikan Journal Unair. 3 (2), 305-319.
pengetahuan pada warga tentang motif perilaku Juriastuti, P., dkk. (2010). Faktor risiko kejadian
penggunaan air sungai untuk aktivitas MCK beserta filariasis di kelurahan jati sampurna. Makara,
dampak dari air sungai dan solusi untuk mengubah kesehatan, 14 (1), 31-36.
kebiasaan tersebut. Kementrian Kesehatan. (2015). InfoDATIN: Pusat data
dan informasi Kementrian Kesehatan RI
SIMPULAN [KUSTA]. Di akses pada tanggal 29 April
Dalam kesehariannya masyarakat Banjar http://www.depkes.go.id/resources/download/pu
sangat bergantung pada air sungai. Namun saat ini, air sdatin/infodatin/infodatin_kusta.pdf.
sungai menjadi tercemar sehingga tidak lagi layak pakai. Mutiara, H & Syailindra, F. (2016). Skabies. Majority,
Adanya lembah industri, penambangan, dan bahkan 5 (2), 37-42.
kegiatan dari warga sendiri yang pada akhirnya Notoatmodjo, S. (2003) Pengantar Pendidikan
membuat sungai menjadi tercemar, seperti membuang Kesehatan dan Perilaku Kesehatan, Jakarta:
sampah dan menjadikan sungai dalam kegiatan MCK Rineka Cipta
yaitu mandi, cuci, dan kakus. Dari pencemaran air Notoatmojo. (2010). Promosi kesehatan: teori &
sungai ini ada banyak yang dapat ditimbulkan dan dapat aplikasi. Jakarta: Rineka Cipta.
berpengaruh buruk bagi kesehatan, yaitu tifus, disentri, Poerwandari, E. K. (2005). Pendekatan Kualitatif dalam
diare, dsb. Apalagi pada masyarakat kecamatan Penelitian Psikologi. Jakarta : LPSP3 Fakultas
martapura timur yang memang tinggal di pinggiran Psikologi UI.
sungai, menggunakan air sungai sebagai sumber Pramana, Erisita. (2012). Rancang Bangun Aplikasi
kebutuhan sehari-hari sudah biasa dilakukan oleh warga Diagnosa Penyakit Hepatitis Menggunakan
sekitarnya. Sehingga penyuluhan ini diadakan untuk Certainty Factor. Undergraduate thesis,
memberikan edukasi tentang dampak yang ditimbulkan STIKOM Surabaya
oleh air sungai dan bagaimana menerapkan perilaku

Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat 231


Profita, P.R. (2015). Identifikasi motif menonton
tayangan program televisi “laptop si unyil” trans
7 pada siswa sdn 010 kec. samarinda utara kel.
sungai pinang dalam samarinda. eJournal Ilmu
Komunikasi, 3 (4) 29-43.
Rahmawati, J. (2013). Hubungan antara kebutuhan
informasi pengguna dengan pengadaan koleksi
di perpustakaan SMA Negeri 1 Jepara.
Undergraduate thesis, Ilmu Perpustakaan.
Simadibrata, M., Daldiyono. (2006). Diare Akut. In:
Sudoyo, Aru W,et al, ed. Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam Jilid I Edisi VI. Jakarta : Pusat
Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia, 408-413.
Siswoyo. (2015). Pengaruh psikoedukasi terhadap
pengetahuan, intensi, dan sick role behaviour
pada pasien katarak dengan pendekatan model
theory of planned behaviour ajzen. Jurnal Ilmu
Keperawatan, 3 (2), 198-210.
Sholihah, B.N. (2010). Identifikasi penyakit typhus
dengan analisis citradarah menggunakan
jaringan syaraf tiruan. Jurnal Neutrino, 3 (1),56-
65.
Sobur, A. (2003). Psikologi umum dalam lintasan
sejarah. Bandung : Pustaka Setia.
Sugiyanto, B., (2006). Sungai dan Geneologi Budaya
Banjar.Jurnal Kebudayaan.Edisi7 Tahun II,
Lembaga Kajian Keislaman dan
Kemasyarakatan
Wanti, Sinaga, R.E., Ganggar, M. (2013). Kondisi
Sarana air bersih, perilaku hidup bersih dan sehat
terhadap Frambusia pada anak-anak. Jurnal
Kesehatan Masyarakat, 8 (2), 66-71.
Widodo, A.R. (2014). Motif membaca rubrik for her
surat kabar jawa pos pada perempuan.
Commonline Departemen Komunikasi. 3 (3),
619-629.

Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat 232


Peran Religiositas dalam Menumbuhkan Perilaku Ramah Lingkungan
The Role of Religiosity in Fostering the Environmentally Friendly Behavior

Oleh
Nurfaizal
Jurusan Psikologi Fakultas Psikologi UIN Suska Riau
JL. H.R. Soebrantas No. 155 KM 15 Simpang Baru PanamPekanbaru Riau 28293
nurfaizal56@yahoo.com
No. Handphone: 081365697891

Abstrak

Lingkungan adalah sesuatu yang ada di sekitar manusia dan mempengaruhi perkembangan kehidupan manusia.
Lingkungan di Indonesia disebut lingkungan hidup yang berarti kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan
makhluk hidup termasuk manusia, dan perilakunya yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan
manusia serta makhluk hidup lain. Persoalan lingkungan sudah menjadi issu global mengingat banyaknya terjadi
kerusakan lingkungan yang mengancam eksistensi keberadaan manusia di muka bumi. Sementara agama (Islam)
mengajarkan bahwa segala sesuatu yang ada di muka bumi ini diciptakan oleh Allah untuk kesejahteraan manusia (QS.
2:29). Apabila ada kerusakan lingkungan, baik di darat maupun di laut itu tak lain adalah karena perilaku manusia yang
kurang ramah lingkungan (QS. 30:41). Religiolitas adalah perilaku beragama seseorang yang terlihat berupa kesalehan
dalam mengamalkan ajaran agamanya. Dalam menyikapi persoalan lingkungan hidup, kadar religiolitas seseorang yang
amat tinggi akan dapat menumbuhkan dan membentuk perilaku yang ramah terhadap isu-isu lingkungan. Indonesia
sebagai Negara yang Berketuhanan YME, maka upaya memberikan kesadaran beragama kepada masyarakatnya adalah
sesuatu yang niscaya sehingga mereka memiliki religiolitas yang tinggi dan akan sangat membantu dalam menumbuhkan
perilaku manusia yang ramah terhadap persoalan lingkungan.

Kata Kunci: Lingkungan, Religiolitas, Perilaku

Abstract

Environment is something that exists around humans and influences the development of human life. The environment in
Indonesia is called the living environment which means the unity with all objects, potencies, circumstances and living
organisms including human and their behavior that influence the continuity of many human life and prosperity along with
other living things. Environmental issues have become global issues considering the large number of environmental
damage that threatens the human existence on earth. Meanwhile, the religion (Islam) teaches that all things on earth are
created by God for the human prosperity. (QS. 2:29). Moreover, if there is damage to the environment, both on land and
in the sea it is surely caused by the human behavior that is less environmentally friendly (QS. 30:41). Religiosity is the
religious behavior of someone who is seen in the form of godliness in practicing the teachings of his religion. In addressing
the question of the environment, the high levels of someone religiosity will be able to grow and establish a friendly behavior
towards environmental issues. Finally, Indonesia as a country which believed in the One and Only God, so that providing
religious awareness to the community is necessary so that they have high religiosity and will be very helpful in fostering
human behavior that is friendly to the environment.

Keywords: Environment, Religiosity, behavior

Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat 233


Lingkungan atau lingkungan hidup telah menjadi Negara yang berketuhanan YME mestinya rakyatnya
issu global mengingat banyaknya terjadi kerusakan menunjukkan perilaku sebagai insan yang beragama dan
lingkungan. Sebut saja umpamanya pemanasan global mengamalkan ajaran agamanya. Orang yang
(global warming) akibat dari efek rumah kaca sehingga mengamalkan ajaran agamanya dengan religiositas yang
mencairnya es di kutub, naiknya permukaan air laut, tinggi akan sangat hati-hati dalam berperilaku, termasuk
meningkatnya intensitas fenomena cuaca yang ekstem, dalam berinteraksi dengan alam sekitarnya. Seperti apa
perubahan jumlah presipitasi, terpengaruhnya hasil perilaku manusia dengan religiositasnya terhadap
pertanian, hilangnya glester, dan punahnya berbagai lingkungan, inilah yang hendak dibentangkan pada
jenis hewan. Efek rumah kaca dapat menunjuk kepada makalah ini dengan tajuk “Peran Religiositas dalam
dua hal yang berbeda, efek rumah kaca alami dari benda- Menumbuhkan Perilaku Ramah Lingkungan”.
benda langit dan efek rumah kaca yang terjadi akibat
kegiatan manusia. Alam dan Lingkungan Hidup

Kerusakan lingkungan itu berupa dete-riorasi Alam adalah segala sesuatu selain Allah. Dalam
lingkungan dengan hilangnya sumber-daya air, udara, bahasa Arab diibaratkan dengan ung-kapan ma siway
dan tanah; kerusakan eko sistem, dan punahnya fauna Allah (‫ )ﻣﺎﺳﻮىﷲ‬yang berarti apa saja selain Allah.
liar. Kepedulian terhadap rusaknya lingkungan dapat Dengan pengertian ini secara garis besar alam itu terbagi
disebut sebagai bentuk kecemasan terhadap eksistensi dua, alam nyata dan alam gaib. Gaib juga bisa
manusia di muka bumi. dibedakan, gaib muthlaq yang tidak terikat dengan
ruang dan waktu, seperti Malaikat, Jin, Roh, dsb; dan
Demi menjaga lingkungan muncullah bermacam- gaib nisby yang sebenarnya nyata tapi tidak terjangkau
macam lembaga swadaya masya-rakat (LSM) oleh panca indera, mungkin karena terlalu kecil seperti
lingkungan seperti Wahana Lingkungan Hidup bakteri atau terlalu jauh seperti benda-benda langit.
(WALHI), LSM Gempal di Indonesia atau Non- Maka pengererian alam gaib yang dimaksud di sini
Governmental Organization (NGO) di luar negeri, adalah gaib muthlaq.
seperti Greenpeace sebuah organisasi lingkungan
global, yang memiliki pusat di Amsterdam, Belanda; Bumi ini adalah sejumput kecil dari alam semesta
World Wide Fund for Nature (WWF) sebuah organisasi raya dan di situlah manusia ditempat-kan oleh Allah
non-pemerintah international yang menangani masalah- sebagai khalifah untuk hidup dan berkehidupan serta
masalah tentang konservasi, penelitian, dan restorasi mengelola bumi. Allah pun menciptakan segala sesuatu
lingkungan. Pemerintah Indonesia pada masa presiden yang ada di muka bumi ini untuk kesejahteraan manusia.
Soehato juga telah membentuk kementerian Negara
Dialah Allah, yang menjadikan segala yang ada di
Lingkingan Hidup dengan menteri pertamanya Emil
bumi untuk kamu dan Dia berkehendak (menciptakan)
Salim
langit, lalu dijadikan-Nya tujuh langit dan Dia Maha
Walau berbagai upaya telah dilakukan oleh LSM Mengetahui segala sesuatu(Q.S. 2:29).
baik dalam maupun luar negeri, begitu juga oleh
Bila saja manusia bisa menyadari apa yang ada di
kementerian lingkungan hidup dalam mencegah
muka bumi ini adalah miliknya maka ia akan
terjadinya kerusakan lingkungan, bahkan Undang-
memperlakukan alam dan lingkungannya sebagai hak
undang No. 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan
milik dengan cara menjaganya dan merawatnya. Tapi
Pengelolaan Lingkungan Hidup juga telah disiapkan,
justeru yang terjadi hal sebaliknya, alam ini dijarah,
namun kerusakan itu tetap saja berlangsung. Seperti
hutannya dibabat, flora dan faunanya dieksploitasi, laut,
sampah yang diprodusi setiap hari tak kunjung
danau, sungai tercemar oleh limbah industri, udaranya
mendapatkan solusi pengelolaan yang tepat; eksploitasi
menyesakkan nafas, cuacanya jadi tidak menentu, dsb.
flora dan fauna yang berlebihan; pencemaran atau polusi
air dan udara yang kesemuanya itu berawal dari perilaku Walau sering terjadi bencana alam, seperti gempa
manusia-nya yang kurang ramah. . bumi, tsunami, gunung meletus, banjir, tanah longsor,
angin badai, kerusakan yang ditimbulkannya hanya
Di atas dikatakan bahwa efek rumah kaca erjadi
sekian persen dibanding kerusakan yang terjadi
karena kegiatan manusia. Agama (Islam) juga
disebabkan oleh ulah tangan manusia.
mengingatkan rusaknya lngkungan baik di darat
maupun di laut juga karena perilaku manusia yang Telah nampak kerusakan di darat dan di laut
kurang ramah terhadap lingkungan. Indonesia sebagai disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya

Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat 234


Allah merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat) Artinya, ibarat penyakit di tubuh manusia penyebab
perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang utamanya sudah ditemukan, yaitu perilaku manusia,
benar). (Q.S. 30:41) tinggal lagi bagaimana mengobatinya.Bila demikian
halnya, solusi yang tepat untuk mencegah terjadinya
Katakanlah: “Adakanlah perjalanan di muka bumi kerusakan lingkungan adanya regulasi terhadap sikap
dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang atau perilaku manusia.
yang terdahulu. Kebanyakan dari mereka itu adalah
orang-orang yang mempersekutukan (Allah). (Q.S. Perilaku dan Religiositas
30:42)
Perilaku adalah tindakan atau aktivitas dari manusia
Ayat di atas menjelaskan kerusakan ling-kungan di itu sendiri yang mempunyai bentangan yang sangat luas
antara lain : berjalan, berbi-cara, menangis, tertawa,
daratan maupun di lautan adalah ulah tangan-tangan
bekerja, kuliah, menulis, membaca, dan sebagainya. Jadi
manusia, sekaligus sebagai peringatan akibat yang akan yang dimaksud perilaku manusia adalah semua kegiatan
dialami bila tidak mau bersahabat dengan alam. Kita atau aktivitas manusia, baik yang diamati langsung,
juga disuruh berjalan di muka bumi untuk maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar. Atau
memperhatikan akibat yang ditanggung oleh manusia dapat juga dikatakan perilaku manusia adalah
yang dulu pernah melakukan penjarahan terhadap alam sekumpulan perilaku yang dimiliki oleh manusia dan
dan tidak mau peduli dengan kerusakan lingkungan. dipengaruhi oleh adat, sikap, emosi, nilai, etika,
kekuasaan, persuasi, dan/atau genetika. Ada juga yang
Dan janganlah kamu berbuat kerusakan di muka memberikan pengertian bahwa perilaku adalah keadaan
jiwa untuk berpendapat, berfikir, bersikap, dan lain
bumi, sesudah (Allah) memperbaikinya, .dan berdoalah
sebagainya yang merupakan refleksi dari berbagai
kepada-Nya dengan rasa t akut (tidak akan diterima) macam aspek, baik fisik maupun non fisik
dan harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya rahmat
Allah amat dekat kepada orang-orang yang berbuat Skinner merumuskan, seperti yang dikutip oleh
baik. (Q.S. 7:56) Notoatmodjo, bahwa perilaku merupakan respon atau
reaksi seseorang terhadap stimulus atau rangsangan dari
Ayat ini secara tegas melarang manusia bebuat luar. Oleh karena perilaku ini terjadi melalui proses
kerusakan di muka bumi, karena Allah telah adanya stimulus terhadap organisme, dan kemudian
organisme tersebut merespons, maka teori Skinner ini
menciptakannya dengan baik, tetaplah berdoa dengan
disebut teori “S-O-R” atau Stimulus – Organisme –
penuh harap, dan yakinlah rahmat Allah itu sangat dekat Respon.
kepada orang-orang yang suka berbuat baik.
Dari beberapa pengertian perilaku yang dikemu-
Lingkungan hidup adalah kesatuan antara seluruh kakan di atas dapatlah ditarik benang merahnya, bahwa
makhluk hidup dan non-hidup, meliputi berbagai unsur perilaku adalah bentuk tindak tanduk seseorang dalam
lingkungan serta manfaatnya, termasuk interaksi seluruh menerima pengaruh dari luar. Pengertian sederhana ini
spesies dan sumber daya alam. Menurut Emil Salim, akan mempermudah memahami perilaku seseorang
lingkungan hidup mengacu kepada semua benda, apakah nanti tindak tanduknya itu termasuk baik atau
buruk ketika diukur dengan aturan yang berlaku maupun
keadaan, kondisi, dan juga pengaruh yang berada dalam
sistem nilai yang dianut.
ruangan yang sedang kita tinggali dan hal tersebut
Berikut ini adalah faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi kehidupan di sekitarnya, baik itu hewan,
mempengaruhi perilaku:
tumbuhan, dan juga manusia. Pengertian lain,
lingkungan adalah kombinasi antara kondisi pisik yang
Faktor Internal
mencakup keadaan sumber daya alam seperti tanah, air,
energi surya, mineral, serta flora dan fauna yang tumbuh Tingkah laku manusia adalah corak kegiatan yang
di atas tanah maupun di dalam lautan, dengan sangat dipengaruhi oleh faktor yang ada dalam dirinya.
kelembagaan yang meliputi ciptaan manusia seperti Faktor-faktor internal yang dimaksud antara lain jenis
keputusan bagaimana meng-gunaan ligkungan fisik ras/keturunan, jenis kelamin, sifat fisik, keperibadian,
tersebut. Lingkungan juga dapat diartikan menjadi bakat, dan intelegensia. Faktor-faktor tersebut akan
segala sesuatu yang ada di sekitar manusia dan dijelaskan secara lebih rinci seperti di bawah ini.
mempengaruhi perkembangan kehidupan manusia.
Jenis Ras/ Keturunan. Setiap ras yang ada di dunia
Penjelasan ayat maupun pengertian ling-kungan di memperlihatkan tingkah laku yang khas. Tingkah laku
khas ini berbeda pada setiap ras, karena memiliki ciri-
atas menempatkan manusia sebagai pelaku utama
ciri tersendiri. Ciri perilaku ras Negroid antara lain ber-
terhadap buruk baiknya, rusak tidaknya lingkungan.

Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat 235


temperamen keras, tahan menderita, menon-jol dalam Agama. Agama akan menjadikan individu bertingkah
kegiatan olah raga. Ras Mongolid mempunyai ciri laku sesuai dengan norma dan nilai yang diajarkan oleh
ramah, senang bergotong royong, agak tertutup/pemalu agama yang diyakininya.
dan sering mengadakan upacara ritual. Demikian pula
beberapa ras lain memiliki ciri perilaku yang berbeda Kebudayaan, diartikan sebagai kesenian, adat istiadat
pula. atau peradaban manusia. Tingkah laku seseorang dalam
kebudayaan tertentu akan berbeda dengan orang yang
Jenis Kelamin. Perbedaan perilaku berdasarkan jenis hidup pada kebudayaan lainnya, misalnya tingkah laku
kelamin antara lain cara berpakaian, melakukan orang Jawa dengan tingkah laku orang Papua.
pekerjaan sehari-hari, dan pembagian tugas pekerjaan.
Perbedaan ini bisa dimungkikan karena faktor hormo- Lingkungan, adalah segala sesuatu yang ada di sekitar
nal, struktur fisik maupun norma pembagian tugas. individu, baik lingkungan fisik, biologis, maupun sosial.
Wanita seringkali berperilaku berda-sarkan perasaan, Lingkungan berpe-ngaruh untuk mengubah sifat dan
sedangkan orang laki-laki cenderung berperilaku atau perilaku individu karena lingkungan itu dapat meru-
bertindak atas pertimbangan rasional. pakan lawan atau tantangan bagi individu untuk
mengatasinya. Individu terus berusaha menaklukkan
Sifat Fisik. Kretschmer Sheldon membuat tipologi lingkungan sehingga menjadi jinak dan dapat
perilaku seseorang berdasarkan tipe fisiknya. Misalnya, dikuasainya.
orang yang pendek, bulat, gendut, wajah berlemak
adalah tipe piknis. Orang dengan ciri demikian Sosial Ekonomi. Status sosial ekonomi seseorang akan
dikatakan se-nang bergaul, humoris, ramah dan banyak menentukan tersedianya suatu fasilitas yang diperlukan
teman untuk ke-giatan tertentu, sehingga status sosial eko-
nomi ini akan mempengaruhi perilaku seseorang. K.H.
Kepribadian. Segala corak kebiasaan manusia yang Zainuddin MZ menyebut orang kaya dengan orang
terhimpun dalam dirinya yang digunakan untuk bereaksi miskin cara ber-jalannya saja berbeda.
serta menye-suaikan diri terhadap segala rangsangan
baik yang datang dari dalam dirinya maupun dari Akan tetapi, ketika kita melihat perilaku manusia
lingkungannya, sehingga corak dan kebia-saan itu malah kita semakin tidak mengerti siapa sebenarnya
merupakan suatu kesatuan fung-sional yang khas untuk manusia itu. Seperti dike-mukakan oleh Achmad
manusia itu. Dari pengertian tersebut, kepribadian Mubarok, bahwa kita bisa mengerti perilaku aneh yang
seseorang jelas sangat berpengaruh terhadap perilaku dilakukan orang-orang primitif di Negara terbelakang.
sehari-harinya. Namun kita terheran-heran dengan perilaku biadab yang
dilakukan oleh manusia terpelajar dari Negara maju
Inteligensia. adalah keseluruhan kemam-puan individu yang melakukan penghan-curan infrastruktur, warisan
untuk berpikir dan bertindak secara terarah dan efektif. budaya, ekploitasi, bahkan pemusnahan umat manusia.
Bertitik tolak dari pengertian tersebut, tingkah laku Atas dasar ini pula kita jadi maklum kenapa kerusakan
individu sangat dipengaruhi oleh inteligensia. Tingkah lingkungan terus dan terus saja terjadi. Ini pulalah
laku yang dipengaruhi oleh inteligensia ada-lah tingkah barangkali kenapa Ahmad Mubarok tidak memberikan
laku inteligen di mana seseorang dapat bertindak secara definisi atau pengertian kepada perilaku manusia.
cepat, tepat, dan mudah terutama dalam mengambil
keputusan Pada faktor eksternal terlihat agama dapat
mempengaruhi tingkah laku individu sesuai dengan
Bakat, adalah suatu kondisi pada seseorang yang norma dan nilai yang diajarkan oleh agama yang
memungkinkannya dengan suatu latihan khusus diyakininya. Agama Islam, um-pamanya, sangat tegas
mencapai suatu kecakapan, pengetahuan dan menyatakan kerusakan lingkungan adalah karena
keterampilan khusus, misalnya berupa kemampuan perilaku manusia.
memainkan musik, melukis, olah raga, dan sebagainya
Ada beberapa larangan dalam melaksana-kan
Faktor Eksternal ibadah haji dan umrah, di antaranya adalah larangan
berburu atau membunuh binatang dan menebang pohon
Pendidikan. Inti dari kegiatan pendidikan adalah proses atau mencabut rumput. Larangan ini dapat dipandang
belajar mengajar. Hasil dari proses belajar mengajar sebagai isyarat untuk tidak memburu atau membunuh
adalah seperangkat perubahan perilaku. Dengan binatang dan menebang pohon atau mencabut rumput
demikian pendidikan sangat besar pengaruhnya secara illegal walau bukan pada musim haji atau
terhadap perilaku seseorang. Seseorang yang umrah.Seperti kisah Sunan Bonang yang me-nangis
berpendidikan tinggi akan berbeda peri-lakunya dengan karena tidak sengaja telah mencabut rumput. Ia merasa
orang yang berpendidikan rendah. berdosa karena makhluk Allah baik benda hidup mapun
benda mati bertasbih kepada Allah. Dengan tercabutnya
rumput itu berarti berkurang makhluk Allah yang

Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat 236


bertasbih mengagungkan Asma-Nya.. Contoh ini adalah bahwa religiositas ialah tingkah laku yang sepenuhnya
etika yang halus dalam berinteaksi antar sesama dibentuk oleh kepercayaannya kepada kegaiban atau
makhluk Allah di muka bumi. alam gaib, yaitu kenyataan-kenyataan yang supra-
empiris. Ia melakukan sesuartu yang empiris
Dalam beberapa riwayat Hadits Nabi SAW terdapat sebagaimana layaknya, tetapi ia meletakkan nilai
larangan buang air kecil atau besar di air yang sesuatu yang empiris dibawah supra-empiris.
menggenang, di bawah pohon yang berbuah, di jalan
(yang biasa dilalui manusia), di tempat berteduh, dan di Menurut pandangan Glock dan Stark dalam
lubang. Buang air kecil atau besar di tempat-tempat psikologi ada beberapa dimensi atau teori religiositas,
yang disebutkan di atas jelas mencemari lingkungan, yaitu:
mengganggu kenyamanan orang yang lewat, orang
berteduh atau orang yang istirahat di bawah pohon. Pertama, adalah teori keyakinan. Teori ini
Demikian juga buang air kecil di lobang, bagi hewan merupakan dimensi ideologis, yang memberikan
yang ada di dalamnya bisa jadi itu adalah sunami. gambaran sejauh mana seseorang menerima hal-hal
yang dogmatis dari agamanya. Dimensi keyakinan berisi
Dalam riwayat lain dikatakan liang di tanah adalah pengharapan-pengharapan di mana orang religius
tempat tinggal Jin. Guru Fikih mene-rangkan hikmah berpegang teguh pada paradigma teologis tertentu
tidak boleh beristinjak dengan tulang adalah karena mengakui kebenaran doktrin-doktrin tersebut.
tulang itu makanan Jin. Ibu-ibu di desa bila membuang
air ke luar rumah di malam hari selalu bilang: “elak-elak Kedua, teori keperibadatan dan praktik agama.
orang di bawah saya membuang air”. Dari ungkapan ini Teori ini merupakan dimensi ritual, yakni sejauh mana
ternyata kita tidak hanya harus ramah sesama makhluk seseorang menjalankan kewajiban ritual agamanya,
Allah di alam nyata, tetapi juga dengan makhluk Allah sesuai dengan ritual yang diajarkan oleh agama dan
di alam gaib, yaitu Jin “saudara” manusia yang juga kepercayaannya. Isinya mencakup perilaku pemujaan,
hidup di bumi pada dimensi yang lain. ketaatan dan hal-hal yang dilakukan orang untuk
menun-jukkan komitmen terhadap agama yang dia-
Bila agama dapat mempengaruhi perilaku manusia, nutnya.
maka memberikan kesadaran dan pemahaman beragama
merupakan keniscayaan, mengingat rusaknya Ketiga, teori pengalaman atau konsekwensi. Teori
lingkungan ternyata karena perilaku manusia yang ini menunjuk pada seberapa tingkatan seseorang
kurang ramah terhadap lingkungan. berperilaku yang dimotivasi oleh ajaran-ajaran
agamanya. Yaitu tentang bagai-mana individu itu bisa
Religiositas terambil dari kata dasar religi, atau melakukan relasi yang baik dengan lingkungan
religion (Inggeris), religie (Belanda), religio/relegare sekitarnya ataupun dengan dunianya secara umum,
(Latin) yang berarti mengikat, yang kemudian menjadi terutama hubungan sosial dengan sekitarnya.Teori ini
istilah untuk menyebut agama. Dalam bahasa Arab pada umumnya meliputi perilaku yang suka menolong,
disebut al-dien. bekerja sama, bederma, menegakkan keadilan dan
kebenaran, berlaku jujur, memaafkan, tidak mencuri,
Anggasari membedakan antara istilah religi atau mematuhi norma-norma secara umum sesuai dengan
agama dengan religiositas. Religi atau agama menunjuk ajaran agamanya.
pada aspek formal yang berkaitan dengan aturan-aturan
dan kewajiban-kewajiban,sedangkan religiositas Keempat, teori pengetahuan. Teori ini merupakan
menunjuk pada aspek yang dihayati oleh individu. teori yang menunjuk pada seberapa tingkat pengetahuan
seseorang terhadap ajaran-ajaran agamanya, terutama
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) mengenai ajaran-ajaran pokok yang sudah tersurat
mengartikan religi dengan kepercayaan kepada Tuhan; dalam kitab suci agama itu sendiri.
kepercayaan akan adanya kekuatan adikodrati di atas
manusia; kepercayaan (ani-misme, dinamisme); agama. Kelima, teori penghayatan. Teori ini menunjuk pada
Religiositas diar-tikan dengan pengabdian terhadap seberapa jauh tingkat seseorang dalam merasakan dan
agama; kesalehan. Sementara religius bersifat religi; mengalami yang bersifat religius tersebut. Teori ini
bersifat keagamaan; yang bersangkut paut dengan religi. biasanya terwujud dalam bentuk perasaan dekat atau
akrab dengan Tuhan, perasaan yang meyakini dan
Dalam pendekatan psikologi agama religio-sitas merasakan bahwasanya doanya sering terkabul,
merupakan konstruk psikologi dan agama yang tak perasaan tenteram dan bahagia, perasaan tawakkal,
terpisahkan. Religiositas adalah inti dari kwalitas hidup perasaan khusuk ketika beribadah, dan beberapa
manusia, dan harus dimaknai dengan rasa rindu, rasa perasaan lainnya yang dirasakan oleh sang pemeluk
ingin bersatu, rasa ingin berada dengan sesuatu yang agama tertentu.
abstrak. Sementara Nurcholis Madjid menyatakan,

Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat 237


Dari uraian di atas dapat dipahami bahwa dicopet, bukan menangis karena kehilangan uangnya,
religiositas adalah perilaku beragama seseorang yang tapi karena uangnya orang telah berdosa dibuatnya.
terlihat berupa kesalehan dalam meng-amalkan ajaran
agamanya, baik kesalehan peribadi berupa hubungannya Kesadaran beragama dan kecintan kepada
dengan Allah (hablun min Allah) maupun kesalehan agamanya telah mengantarkan seseorang berperilaku
sosial berupa hubungannya dengan sesama manusia saleh dan taat. Kesalehan dan ketaatan dalam psikologi
(hablun min al-nas), termasuk hubungannya dapat disebut orang yang memiliki religiositas. Semakin
tiggi relgiositas seseorang semakin hati-hati dia dalam
Perilaku Ramah Lingkungan bertindak dan berperilaku. Religiositas dapat
menumbuhkan perilaku yang ramah, tidak hanya sesama
Kerusakan lingkungan ternyata lebih didominasi manusia tapi juga lingkungan hidup, bahkan makhluk
oleh perilaku manusia. Artinya, manusia yang perlu Allah di alam gaib.
“diterapi” sehingga ia bisa sedikit ramah terhdap
lingkungan. Simpulan

Di atas telah disebutkan bahwa perilaku Rusaknya alam, baik di darat maupun di laut adalah
dipengaruhi oleh dua faktor, faktor internal dan faktor karena perilaku manusia. Karenanya perilaku harus
eksternal. Pada faktor ekstenal salah satu yang bisa menjadi pusat perhatian dalam pengendalian kerusakan
mempengaruhi perilaku adalah agama. Orang yang lingkungan. Perilaku yang baik dapat dibentuk, salah
beragama dan tingkat keberagamaannya sampai kepada satunya dengan intervensi agama. Agama (Islam)
religiositas, akan sangat hati-hati dalam bertindak dan umpamanya, telah mengingatkan untuk tidak berbuat
berperilaku. Kepercayaan kepada agamanya keru-sakan di muka bumi dan sejumlah larangan yang
mengajarkan setiap perbuatan manusia akan dinilai. Bila berkaitan dengan masalah lingkungan. Bila tingkat
perbuatannya baik akan diberi imbalan pahala, pengalaman dan pengamalan beragama seseorang sudah
sebaliknya bila perbuatannya tercela, buruk, merusak, terlihat dalam bentuk kesalehan peribadi dan kesalehan
akan dinilai sebagai perbuatan dosa. sosial berarti dia sudah dapat disebut sebagai orang yang
memiliki religiositas. Semakin tinggi tingkat religiositas
Salah satu teori atau dimensi religiositas disebutkan di seseorang semakin terkendali perilakunya. Khusus
atas berupa pengalaman dan konsekwensi. Dari teoti ini dalam masalah lingkungan dia tdak akan melakukan hal-
dapat dilihat sebe-rapa besar perilaku beragama hal yang dilarang agamanya, karena dia meyakini
seseorang yang betul-betul dimotivasi oleh ajaran perbuatan tersebut tidak hanya merusak lingkungan
agamanya. Dari pengalaman beragama, seseorang akan hidup tapi juga berdosa di sisi Allah.
tahu mana yang baik mana yang buruk, mana yang halal
mana yang haram, mana yang sah mana yang batil, Religiositas dapat membimbing seseorang untuk
mana yang boleh mana yang dilarang. Pengalaman dan bisa berperilaku ramah terhadap lingkungan. Bahkan di
pengamalan beraga-manya semakin dalam dan kuat dalam Islam berlaku ramah tidak hanya sesama makhluk
ketika secara sadar dia juga tahu konsekwensi atau Allah di alam syahadah (nyata), tapi juga dengan
akibat (baca dosa) dari perilaku yang dilarang oleh makhluk Allah di alam ghaib (gaib), seperti makhluk
agama, seperti berbohong, ego atau individual, kikir, Allah Jin yang juga hidup di bumi dalam dimensi yang
berlaku zhalim, mencuri, berzina, iri hati, hasad, dengki, lain.
termasuk merusak lingkungan hidup.
DAFTAR PUSTAKA
Teori keperibadatan dan praktik agama dari
religiositas patut juga dicermati. Teori ini memberikan Abudin Nata (2010), Akhlak Tasauf, Rajawali,Jakarta
petunjuk bahwa seseorang yang tekun melaksanakan Achmad Mubarok (2009), Psikologi Islam, Jakarta
ritual agamanya, (terlepas dari kepura-puraan) adalah Selatan: The IIIT dan WAP
pertanda dia me-miliki religiositas yang tinggi. Disebut Ahmad Fathoni (t.t.), Penjelasan Tentang Lingkungan
terlepas dari kepura-puraan, karena praktik ibadah Hidup, Lengkap Diakses 22 Juli 2018 dari
terkadang dilakukan untuk tujuan selain Allah, dalam https://www.zonasiswa.com///
konsep Islam disebut “ria”. Orang melakukan praktik Dosen Psikologi (.t.t.) 5 Teori Religiositas dalam
agama dengan ria tidak mempunyai nilai sama sekali, Psikologi Paling Lengka.. diakses 20 Juli 2018 dari
malah termasuk syirik kecil, dan jauh sekali dari apa https/ dosenpsikologi.com
yang disebut dengan religiositas. Hamka (1982), Tafsir Al-Azhar, Pustaka Panjimas,
Jakarta
Demikian juga teori penghayatan adalah puncak Hana Dwi Utami (2013) Mempengaruhi Sikap gan
dari rasa keberagamaan seseorang. Rasa inilah Perilaki. Diakses 22 Juli 1918 dari
barangkali yang terlihat pada Sunan Bonang yang https://hanadwiutami.wordpress.com,
menangis ketika dengan tidak sengaja dia telah
mencabut rumput. Kisah sufi yang menangis karena

Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat 238


Islachul Iman (2014) Memahami Makna Religiusitas.
Diakses 21 Juli 2018 dari islachul08.blogspot.com
Jalaluddin, Peof.Dr. H. (2016), Psikologi Agama, PT.
RajaGrafindo Persada Jakarta
Jalur Ilmu (t.t,) Pengertian Religiostas. Diakses 20 Juli
2018 dari jalurilmu.blokspot.com
Robert Frager (Syekh Ragib al-Jerahi) (2005), Hati,
Diri & Jiwa, Psikologi Sufi untuk Transformasi, PT.
Serambi Ilmu Semesta
Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa (2007), Kamus
Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka Jakarta
Lembaga Swadaya Masyarakat (t.t.). diakses 20 Juli
2018 dari https://id.wikipedia.org,

Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat 239


GAMBARAN PENYESUAIAN DIRI TERHADAP LINGKUNGAN
MAHASISWA AFIRMASI PAPUA UNIVERSITAS LAMBUNG
MANGKURAT
DESCRIPTION OF SELF ADJUSTMENT TO STUDENTS OF PAPUA AFFIRMATION OF
LAMBUNG MANGKURAT UNIVERSITY

Akhmad Sugianto
Program Studi Bimbingan dan Konseling, FKIP, Universitas Lambung Mangkurat
E-mail: sugianto.bk@ulm.ac.id
No. Handphone: 082352832806

ABSTRAK
Penyesuaian diri merupakan salah satu faktor penunjang keberhasilan dalam proses belajar mahasiswa di perguruan
tinggi, namun faktanya ada mahasiswa afirmasi yang tidak mampu dalam menyesuaikan dirinya terhadap lingkungan di
perguruan tinggi dikarenakan adanya perbedaan budaya. Berdasarkan hasil wawancara dan layanan konseling yang
dilakukan, mahasiswa afirmasi papua mengalami kesulitan dalam berkomunikasi, kesulitan berteman dengan sebayanya
dan mengalami strees budaya. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana gambaran permasalahan
mahasiswa afirmasi papua di bidang sosial pada aspek penyesuaian diri terhadap lingkungan di perguruan tinggi.
Metode penilitian ini adalah deskriptif dengan jenis penelitian kualitatif. Penelitian ini dilaksanakan di R. Sidang Lantai
II Fakultas Kedokteran ULM Banjarbaru. Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa afirmasi papua angkatan
2017 ULM yang berjumlah 17 orang mahasiswa. Penarikan sampel dalam penelitian ini menggunakan porpusif sampling
yang didapatkan 17 orang mahasiswa afirmasi papua angkatan 2017. Instrumen penelitian yang digunakan untuk
mengetahui gambaran penyesuaian diri dilingkungan perguruan tinggi adalah dengan instrument non tes Daftar Cek
Masalah (DCM). Teknik analisis data menggunakan analaisis persentase. Berdasarkan hasil analisis data yang
digunakan didapatkan hasil 25% termasuk katagori kurang sekali pada aspek penyesuaian diri terhadap lingkungan di
perguruan tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata mahasiswa afirmasi papaua angkatan 2017 cenderung memiliki
permasalahan pada aspek tersebut.

Kata Kunci: Penyesuaian Diri, Lingkungan, Afirmasi Papua

ABSTRACT
Adjustment is one factor supporting the success of the learning process of students in college, but in fact there are students
who are unable affirmation in adjusting itself to the environment in higher education due to cultural differences. Based
on interviews and counseling services are performed, Papua affirmation students have difficulty in communicating,
difficulty making friends with peers and experience the culture stress. The purpose of this study was to determine how the
image problems affirmation Papuan students in the social sector in aspects of adaptation to the environment in college.
The method of this research is descriptive qualitative research. The research was conducted in R. Floor Session II Faculty
of Medicine ULM Banjarbaru. The population in this study were students in 2017 ULM affirmation of Papua force
totaling 17 students. Sampling in this study were obtained using sampling porpusif 17 students Papua force affirmation
2017. The research instrument used to describe the environment of college adjustment is the non-test instrument Daftar
Cek Masalah (DCM). Data were analyzed using percentages analaisis. Based on the analysis of the data used showed
25% include the category less so on the aspect of adaptation to the environment in college. This shows that the average
student affirmation papua force in 2017 are likely to have problems in that aspect.

Keywords: Adjustment, Environment, Affirmation of Papua

Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat 240


Manusia sebagai makhluk sosial selalu mengadakan penelitian ini adalah mahasiswa Afirmasi Papua.
interaksi dengan lingkungannya untuk memenuhi Mahasiswa Afirmasi Papua adalah Mahasiswa yang
berbagai kebutuhannya. Individu selalu berusaha mendapatkan kesempatan untuk menuntut ilmu di
mencapai hubungan yang harmonis dengan perguruan tinggi. Lingkungan yang berada di di
lingkungannya. Individu juga dituntut untuk mampu Universitas sangatlah berbeda dengan di Sekolah
dalam mengatasi segala permasalahan yang timbul Menengah Atas, mulai dari teman yang baru, tenaga
sebagai akibat dari interaksi dengan lingkungan sosial pengajar yang baru, dan bahkan sampai aturan-
dan harus mampu menampilkan diri yang sesuai dengan aturan yang ada di Universitas. Mahasiswa harus
norma atau aturan yang berlaku dalam lingkungan sosial mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan yang baru.
tersebut. Tanpa lingkungan universitas yang baik, maka individu
Mahasiswa sebagai individu yang dinamis dan berada akan merasa kesulitan dalam proses belajar mengajar.
dalam proses perkembangan memiliki kebutuhan dan Penyesuaian diri merupakan salah satu faktor
dinamika dalam interaksinya dengan lingkungan sosial. keberhasilan dalam proses belajar di sekolah. Hal ini
Individu sebagai pribadi yang unik memiliki perbedaan sesuai pendapat Syah (2003) yang menyebutkan faktor-
dalam karakteristik antara individu yang satu dengan faktor yang mempengaruhi keberhasilan belajar siswa
lainnya. Perkembangan individu pada hakekatnya adalah diantaranya yaitu unsur-unsur kepribadian tertentu
usaha penyesuaian diri terhadap lingkungan sosial, yaitu seperti sikap, kebiasaan, minat, kebutuhan, motivasi
usaha secara aktif mengatasi tekanan-tekanan dan berprestasi, emosi dan penyesuaian diri. Ditambahkan
mencari jalan keluar dari berbagai masalah yang oleh Schneiders (1994) faktor- faktor yang
dihadapinya. Kemampuan individu dalam mengatasi mempengaruhi penyesuaian diri diantaranya yaitu
masalah yang ada tersebut tergantung dari individu kondisi lingkungan seperti lingkungan keluarga,
tersebut bagaimana dia dapat memahami dan lingkungan sekolah/universitas, lingkungan kerja dan
mempergunakan pengalamannya yang diperoleh dari teman sebaya.
lingkungan sosial Santrock (2008). Berdasarkan wawancara yang dilaksanakan pada tanggal
Penyesuaian diri lingkungan adalah suatu upaya yang 10 November 2017 sampai dengan 12 November 2017
dilakukan oleh seorang individu yang bertujuan untuk terhadap Mahasiswa Afirmasi Papua angkatan 2017
mengubah dirinya agar sesuai dengan lingkungan yang ULM didapatkan hasil bahwa hampir seluruh mahasiswa
baru ditempatinya. “Penyesuaian diri merupakan proses Afirmasi Papua angkatan 2017 ULM belum mampu
bagaimana inidividu mencapai keseimbangan diri dalam menyesuiakan diri dengan lingkungan hal ini ditndai
memenuhi kebutuhan sesuai dengan lingkungan” dengan adanya gegar akademik dan suasana belajar,
(Sarwono, 2007). Penyesuaian diri lingkungan gegar budaya serta gegar terhadap lingkungan.
mempunyai peranan yang sangat penting dalam Fenomena diatas menunjukkan bahwa hampir seluruh
menentukan bagaiamana indvidu tersebut memperoleh mahasiswa Afirmasi Papua ULM masih belum mampu
keharmonisan baik secara jasmani ataupun rohani. dalam menyesuaikan dirinya terhadap lingkungan yang
Penyesuaian diri lingkungan dalam prosesnya muncul baru sehingga akan berdampak negative terhadap dirinya
berbagai hambatan atau masalah yaitu berupa konflik, seperti ketinggalan dalam hal akademik, tidak mampu
tekanan, dan juga frustasi, dan dalam keadaan tersebut mencari teman sebaya dan tidak mampu dalam
individu berusaha untuk mencoba berbagai perilaku agar memahami aturan-aturan yang berlaku dalam
dirinya tersebut dapat membebaskan diri dari masalah lingkungan.
yang ada agar inidividu tersebut dapat meningkatkan Paparan diatas menunjukkan bahwa mahasiswa Afirmasi
kemampuan penyesuaian dirinya terhadap lingkungan. Papua angkatan 2017 ULM belum mampu menyesuiakan
Penyesuaian diri lingkungan menuntut kemampuan dirinya terhadap lingkungan, hal ini di perkuat oleh
individu untuk hidup dan bergaul secara wajar terhadap Devina (2010) yang mengatakan bahwa penyesuaian diri
lingkungannya, sehingga individu merasa puas terhadap lingkungan yang kurang baik ditandai dengan adanya
dirinya dan juga terhadap lingkungannya. Individu yang ketidakmampuan dalam mentaati perratutan, mengalami
mengalami penyesuaian diri lingkungan yang buruk, kecemasan terhadap lingkungan sosial dan mengalami
kehidupan kejiwaannya ditandai dengan kegoncangan kesulitan dalam melakukan kominukasi dengan
emosi atau kecemasan yang menyertai rasa bersalah, ligkungan sosial.
cemas, merasa tidak puas dengan apa yang telah Berdasarkan fenomena diatas peneliti teratarik untuk
didapatkan, dan keluhan terhadap apa yang dialaminya. menggambarkan lebih dalam lagi tentang bagaimana
Jika seorang individu tersebut berhasil dalam melakukan gambaran penyesuaian diri terhadap lingkungan
proses penyesuaian diri lingkungan, maka individu Mahasiswa Afirmasi Papua Angkatan 2017 ULM.
tersebut merasa aman, bahagia, memiliki sikap dan juga
pandangan yang positif terhadap lingkunganny. METODE PENELITIAN
Mahasiswa yang berada pada lingkungan yang baru, Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini
yaitu Universitas harus mampu melakukan adalah penelitian deskriptif dengan jenis penelitian
penyesuaian diri terhadap lingkungan Universitas. kualitiatif. Penelitian dilaksanakan selama 3 hari mulai
Mahasiswa yang berada dalam lingkungan baru dalam tanggal 10 November 2017 sampai dengan 12 November

Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat 241


2017 yang bertempat di Ruang Sidang Fakultas 2. Reliabilitas ≥ 0,89 RELIABEL
Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat
Banjarbaru.
Hasil perhitungan validitas dan reliabilitas dikatan valid
dan reliabel apabila nilai koesfesien =≥ 0,5 (Adi Atmoko,
Tabel 1. Populasi dan Sampel Penelitian 2012).
No. Populasi Sampel Jumlah
1. EK EK 1 HASIL DAN PEMBAHASAN
2. SW SW 1 Hasil pemelitian menunjukkan bahwa penyesuaian
3. RBAK RBAK 1 terhadap sekolah dalam hal ini adalah universitas dalam
4. CA CA 1 katagori kurang sekali dengan persentase 25%.
5. MSRS MSRS 1 Penyesuaian diri terhadap lingkungan di universitas
6. MW MW 1 masih dalam katagori yang kurang sekali seperti pada
7. HS HS 1 gambar 1.
8. APG APG 1
9. ISP ISP 1 Gambar 1. Persentase Hasil Instrumen
10. JN JN 1
11.
12.
JH
AVAY
JH
AVAY
1
1
Persentase Aspek
13. AZ AZ 1
14. EL EL 1 90%
15. PIMJ PIMJ 1 80%
16. SR SR 1 70%
17. FF FF 1 60%
50%
JUMLAH 17 40%
30%
20%
Teknik penarikan sampel yang digunakan dalam 10%
penelitian ini adalah tekanik sampling jenuh. Teknik 0%
sampling jenuh adalah teknik penarikan sampel apabila
anggota populasi digunakan sebagai sampel dalam
penelitian.
Instrumen non tes yang digunakan dalam penelitian ini
adalah Daftar Cek Masalah. Daftar Cek Masalah adalah
daftar berisi pernyataan-pernyataan yang merupakan
masalah yang diasumsikan biasa dialami oleh individu
dalam tingkat perkembangan tertentu. DCM digunakan
untuk mengungkap masalah-masalah yang dialami oleh
Tabel 3. Katagorisasi Aspek Daftar Cek Masalah
individu, dengan merangsang atau memancing individu
untuk pengutaraan masalah yang pernah atau sedang Rentang Katagori
dialaminya. Beberapa aspek yang berusaha diungkap
0 % - 25 % Kurang Sekali
lewat DCM ini adalah Kesehatan, Keadaan Penghidupan/
26 % - 50 % Cukup
Ekonomi, Rekreasi dan Hobi, Kehidupan Keluarga,
51 % - 75 % Baik
Agama dan Moral, Kehidupan Sosial dan Keaktifan
76 % - 100 % Baik Sekali
Berorganisasi, Hubungan Pribadi, Muda-Mudi,
Penyesuaian Terhadap Sekolah dan Masa Depan dan
Cita-cita Pendidikan Jabatan.
Hasil pemelitian menunjukkan bahwa penyesuaian
Validitas dan Reliabilitas menggunakan rumus Alpha
terhadap sekolah dalam hal ini adalah universitas dalam
Cronbach, dengan menggugurkan butir item yang
katagori kurang sekali dengan persentase 25%.
dinyatakan tidak valid satu persatu hingga menemukan
Penyesuaian diri terhadap lingkungan di universitas
butir item dengan angka koefesien valid semua, maka
masih dalam katagori yang kurang sekali seperti diagram
hasil didapatkan seperti berikut :
dibawah ini.
Berdasarkan hasil analisis diperoleh nilai persentase 25%
Tabel 2. Hasil Validitas dan Reliabilitas Instrumen
dalam katagori kurang sekali. Hasil ini menunjukkan
No. Nama Angka Hasil bahwa mahasiswa Afirmasi Papua Angkatan 2017
1. Validitas ≥ 0,78 VALID Universitas Lambung Mangkurat belum mampu dalam
menyesuaikan diri terhadap lingkungan di universitas,

Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat 242


hal ini dirasakan oleh mahasiswa Afirmasi Papua DAFTAR PUSTAKA
Angkatan 2017 Universitas Lambung Mangkurat yang
ditandai dengan hal-hal berikut : tidak senang bermain Aqib, Z. (2011). Pendidikan Karakter Membangun
dalam kelompok, sukar dalam bergaul, merasa tidak Perilaku Positif Anak Bangsa. Bandung:
disenangi teman-teman, mudah tersinggung, takut Yramawidya
bergaul dengan orang yang lebih tua, sukar menerima
pendapat orang lain, sering bingung bila berhadapan Dahar, B. (2007). Teori-Teori Belajar dan
dengan orang banyak, merasa malu bila berhadapan Pembelajaran. Bandung: Rineka Cipta.
dengan orang banyak, sering ditegur karena kurang
sopan, ingin pindah ke universitas lain, ingin pindah Klausmeier, H.J. (1985). Educational Psychology.
keprogram studi lain, sering datang terlambat, merasa
dibenci oleh teman-teman dan merasa diperlakukan tidak 5 ed. New York: Herper & Row
adil.
Usaha penyesuaian diri terhadap lingkungan dapat Santrock, J.W. (2008). Live Span Development,
berlangsung dengan baik dan dapat juga berlangsung Perkembangan Masa Hidup. Edisi Kelima
tidak baik. Penyesuaian diri yang baik adalah dengan Jilid 2. (terjemahan Chusaeri dan Damanik)
mempunyai ciri-ciri dapat diterima dalam suatu Jakarta : Erlangga.
kelompok di lingkungan. Sedangkan penyesuaian diri
yang tidak baik ditunjukkan dengan rendahnya hubungan Sarwono, S.W. ( 2004). Pengantar Psikologi Umum.
sosial individu terhadap lingkungan sekitarnya. Jakarta : Bulan Bintang.
Penyesuaian diri yang buruk memiliki ciri-ciri tidak
mampu bergaul dengan orang disekittar, tidak mampu Scheniders, A.A. (1994). Personal Adjusment and
bergabung dalam kelompok masyarakat, tidak mampu Mental Health. New York : Rinehart And Winston.
mematuhi norma-norma yang berlaku dalam lingkungan
dan memiliki oandangan yang tidak realistis terhadap Syah, M. ( 2003). Psikologi Pendidikan. Bandung:
lingkungan. Ciri-Ciri yang dialami mahasiswa Afirmasi Remaja Rosda Karya.
Papua Angkatan 2017 seperti tidak senang bermain
dalam kelompok, sukar dalam bergaul, merasa tidak
disenangi teman-teman, mudah tersinggung, takut
bergaul dengan orang yang lebih tua, sukar menerima
pendapat orang lain, sering bingung bila berhadapan
dengan orang banyak, merasa malu bila berhadapan
dengan orang banyak, sering ditegur karena kurang
sopan, ingin pindah ke universitas lain, ingin pindah
keprogram studi lain, sering datang terlambat, merasa
dibenci oleh teman-teman dan merasa diperlakukan tidak
adil, ternyata cirri-ciri tersebut senada dengan yang
dikemukan oleh Sceniders (1994), bahwa penyesuaian
diri yang tidak baik ditunjukkan dengan rendahnya
hubungan sosial individu terhadap lingkungan
sekitarnya. Berdasarkan hal tersebut mahasiswa Afirmasi
Papua Angkatan 2017 termasuk dalam katagori
penyesuaian diri terhadap lingkungan yang kurang baik.

SIMPULAN
Penyesuaian diri terhadap lingkungan dapat berlangsung
dengan baik dan dapat juga berlangsung tidak baik.
Penyesuaian diri yang baik adalah dengan mempunyai
cirri-ciri dapat diterima dalam suatu kelompok di
lingkungan. Sedangkan penyesuaian diri yang tidak baik
ditunjukkan dengan rendahnya hubungan sosial individu
terhadap lingkungan sekitarnya. Berdasarkan hal tersebut
mahasiswa Afirmasi Papua Angkatan 2017 termasuk
dalam katagori penyesuaian diri terhadap lingkungan
yang kurang sekali.

Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat 243


FAKTOR FAKTOR PSIKOLOGIS DALAM PELESTARIAN LINGKUNGAN
PSYCHOLOGICAL FACTOR FACTORS IN ENVIRONMENTAL SUSTAINABILITY

Ceria Hermina,1 Sekar Safitri2, Noryana,3Yanuar Rizky4


Program Studi PsikologiFakultas Psikologi, Universitas Muhammadiyah Banjarmasin,Jln. Gubernur
Syarkawi, Handil Bakti Barito Kuala
Email :
ceria.hermina@gmail.com
081351345050

ABSTRAK

Masalah lingkungan adalah masalah yang sangat penting saat ini. Sikap merendahkan kualitas lingkungan adalah
langkah menuju kehancuran masa depan manusia. Kemudian alam harus diperlakukan secara manusiawi dengan rasa
tanggung jawab bersama. Masalah ini memang tanggung jawab kolektif yang melibatkan setiap individu, keluarga,
masyarakat dan bangsa. Sebagai budaya, semua tindakan manusia idealnya harus didasarkan pada nilai-nilai etika dan
moral, dan ideal ini termasuk cara memperlakukan lingkungan. Untuk menumbuhkan manajemen lingkungan yang
bertanggung jawab sehingga harus menjadi penting. Penulisan ini bertujuan menguraikan Faktor faktor Psikologis
dalam menciptakan masyarakat yang mampu melestarikan lingkungan. Metode penulisan ini adalah kajian kepustakaan
dengan pendekatan deskriptif dan eksploratif. Disimpulkan bahwa dalam hal upaya pelestarian lingkungan sangat
beragam sikap, tingkah laku yang ditampilkan oleh masyarakat. Proses terjadinya tingkah laku manusia tidak terlepas
dari aspek-aspek psikologis yang berperan dalam munculnya sikap dan tingkah laku tersebut. Pengetahuan lingkungan,
nilai dan norma, motivasi tentang lingkungan, sikap terhadap lingkungan, tanggung jawab, kemampuan diri, kesadaran,
pengetahuan , regulasi diri,serta kontrol tingkah laku adalah aspek yang penting diperhatikan dalam mewujudkan
masyarakat yang mampu untuk melakukan pelestarian lingkungan.

Kata Kunci : Faktor faktor Psikologis, Pelestarian lingkungan

ABSTRACT

Environmental issues are a very important issue nowadays. The degrading attitude of environmental quality is a step
towards the future destruction of human beings.Then nature must be treated humanely with a sense of shared
responsibility.This issue is indeed a collective responsibility that involves every individual, family, community and
nation.As a culture, all human actions should ideally be based on ethical and moral values, and this ideal includes how
to treat the environment.To cultivate responsible environmental management so it must be important.This writing aims
to describe the Psychological Factors in creating a society that is able to preserve the environment.This method of writing
is the study of literature with descriptive and explorative approaches.It was concluded that in terms of environmental
conservation efforts are very diverse attitudes, behaviors displayed by the community.The process of human behavior is
inseparable from the psychological aspects that play a role in the emergence of attitudes and behavior.Environmental
knowledge, values and norms, environmental motivation, attitudes toward the environment, responsibility, self-efficacy,
awareness, knowledge, self-regulation, and behavior control are important aspects to be considered in creating a society
capable of environmental conservation.

Keyword: Psychological Factors, Environmental Sustainability

Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat 244


Masalah lingkungan adalah masalah lingkungan yang bertanggung jawab
yang sangat penting saat ini. Sikap merupakan suatu imperatif. Di sinilah peran
merendahkan kualitas lingkungan adalah moral dan etika sangat mendasar yang pada
langkah menuju kehancuran masa depan akhirnya akan membangun hubungan
manusia. Kemudian alam harus diperlakukan lingkungan dan manusia yang berbudaya.
secara manusiawi dengan rasa tanggung jawab Suatu faktor penyebab terpenting yang
bersama. Masalah ini memang tanggung jawab perlu diperhatikan dalam proses terjadinya
kolektif yang melibatkan setiap individu, perusakan lingkungan oleh manusia adalah
keluarga, masyarakat dan bangsa. Sebagai faktor ekonomi. Secara lebih khusus lagi
budaya, semua tindakan manusia idealnya adalah kerakusan manusia, di mana ia
harus didasarkan pada nilai-nilai etika dan melakukan eksploitasi tak terbatas terhadap
moral, dan ideal ini termasuk cara alam. Alam hanya dilihat sebagai benda
memperlakukan lingkungan. Untuk penghasil uang. Dunia masih berada dalam
menumbuhkan manajemen lingkungan yang sistem ekonomi lama, yaitu kapitalisme yang
bertanggung jawab sehingga harus menjadi menjunjung tinggi keuntungan dan
penting. Di sini kita menemukan nilai dasar mengakibatkan hilangnya nilai kebersamaan.
etika lingkungan dalam menciptakan Lingkungan merupakan tempat hidup
hubungan yang berbudaya antara manusia manusia. Manusia hidup, berada, tumbuh, dan
dengan lingkungannya. Manusia dan alam berkembang di atas bumi sebagai lingkungan.
semesta adalah dua hal yang tidak dapat Lingkungan memberi sumber-sumber
dipisahkan. Antara keduanya saling penghidupan manusia. Lingkungan
berinteraksi, berhubungan dan tidak dapat mempengaruhi sifat, karakter, dan perilaku
dipisahkan. Di zaman kontemporer ini ternyata manusia yang mendiaminya. Lingkungan
masalah hubungan manusia dengan memberi tantangan bagi kemajuan peradaban
lingkungan masih dibicarakan bahkan menjadi manusia. Manusia memperbaiki, mengubah,
isu global. Masalah lingkungan di abad ke-21 bahkan menciptakan lingkungan untuk
muncul justru karena kemampuan manusia kebutuhan dan kebahagiaan hidup. Manusia
menguasai alam, sehingga memanfaatkan adalah makhluk hidup ciptaan tuhan dengan
sebesar-besarnya untuk kepentingan dan segala fungsi dan potensinya yang tunduk
kebutuhan manusia. Kebutuhan manusia selalu kepada aturan hukum alam, mengalami
berkembang dan harus dipenuhi, apa yang kelahiran,pertumbuhan, perkembangan, dan
dibutuhkan manusia sebagian besar tersedia di mati, dan seterusnya, serta terkait serta
alam. Dengan melihat kenyataan seperti ini berinteraksi dengan alam dan lingkungannya
masalah lingkungan menjadi sangat rumit. Ada dalam sebuah hubungan timbal balik itu positif
tarik-menarik antara aspek kebutuhan maupun negatif. Manusia sebagai makhluk
manusia, cara melihat lingkungan, dan situasi yang mempunyai kemampuan yang melebihi
ideal bagaimana seharusnya manusia dari makhluk lain di alam ini, seharusnya
memperlakukan lingkungan hidupnya. mendayagunakan kemampuannya untuk
Permasalahanannya memang sangat menjaga dan memelihara ekosfer dan
kompleks, akan tetapi mau tidak mau manusia ekosistem. Ekosistem adalah satuan kehidupan
harus benar-benar jeli dan bijaksana dalam yang terdiri atas suatu komunitas makhluk
memahami masalah ini. hidup (dari berbagai jenis) dengan berbagai
Fakta menunjukkan manusia adalah benda mati yang membentuk suatu sistem.
makhluk yang mempunyai ketergantungan Manusia adalah bagian dari ekosistem.
paling besar terhadap lingkungannya. Manusia Manusia diharapkan dapat merubah sikapnya
adalah makhluk yang berbudaya. Secara ideal dari destruktif ke konstruktif. Akal budi bisa
segala tindakannya merupakan tindakan yang digunakan untuk memperbaiki alam. Dengan
beradab yang dilandasi etika moral dan akal budinya, manusia memiliki kemampuan
tanggung jawab, termasuk dalam masalah tidak hanya menghasilkan mesin dan industri
lingkungan. Membudayakan pengelolaan yang bisa merusak alam tetapi juga mampu

Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat 245


'digiring' untuk menciptakan teknologi yang individu dan seting fisiknya. Dalam transaksi
mendukung kelestarian alam. tersebut individu mengubah lingkungan dan
Manusia dan lingkungaan memiliki sebaliknya, yaitu perilaku dan pengalaman
hubungan yang saling ketergantungan dan individu diubah oleh lingkungan. Dalam
timbal balik. Lingkungan bagi manusia perkembangannya, pendapat mengenai
merupakan salah satu unsur yang sangat hubungan antara manusia dan lingkungannya
penting dalam kehidupannya. interaksi antara tampak pada teori-teori yang dikembangkan
manusia dan lingkungan yang terjadi secara pada disiplin psikologi lingkungan. (Jaenudin
terus menerus, akan mempengaruhi perilaku , Ujam & Marliani, Rosleny.2016)
manusia terhadap lingkungan. Sikap dan Psikologi lingkungan mempunyai fungsi
perilaku manusia akan menentukan baik yaitu, memberikan pemahaman mengenai
buruknya kondisi suatu lingkungan. Cara konsep dasar tentang manusia dan
manusia memperlakukan lingkungannya akan lingkungannya;memberikan dasar kemampuan
berdampak pada kualitas hidup manusia itu untuk melakukan analisis mengenai
sendiri (Hamzah, 2013). permasalahan lingkungan aktual, baik yang
Sikap yang positif terhadap perilaku pro- terjadi di tingkat lokal, regional, maupun
lingkungan akan mempengaruhi perilaku global, mengantar penemuan solusi alternatif
seseorang menjadi lebih peduli terhadap tentang cara mengatasi permasalahan
lingkungan. Hal tersebut menjadi penting lingkungan melalui pendekatan ekologis dan
dalam rangka mengurangi dampak negatif dari penerapan bagi kehidupan manusia.
kerusakan lingkungan sehingga tercipta Faktor faktor Psikologis
lingkungan yang berkelanjutan.
Dari beberapa studi pendahuluan yang Proses terjadinya tingkah laku manusia
dilakukan ditemukan bahwa beberapa dalam berinteraksi dengan manusia, tidak
masyarakat kurang memilki pemahaman, terlepas dari Faktor faktor psikologis yang
sikap maupun kesadaran akan pentingnya berperan dalam terjadinya tingkah laku. Oleh
kelestarian lingkungan. Ada beberapa sikap karena itu, perlu dijelaskan bagaimana
dan perilaku yang kurang bertanggung jawab dinamika hingga terjadinya tingkah laku
tetapi mereka tidak menyadari bahwa sikap manusia yang beragam dalam menghadapi
dan perilaku mereka tersebut sangatlah upaya pelestarian lingkungan. Adapun aspek-
merugikan loingkungan. Ada pula beberapa aspek psikologis menurut Iskandar, Zulrizka,
temuan bahwa mereka masing masing merasa adalah:
bahwa tanggung jawab pelestraian liingkungan 1. Pengetahuan Lingkungan
adalah tanggung jawab pemerintah. Lingkungan akan menjadi
Berdasarkan hal tersebut, tulisan ini di masalah bagi manusia, apabila manusia
maksudkan memberikan gambaran tersebut mulai merasakan adanya
bahwasanya faktor faktor psikologis apa saja masalah dengan lingkungannya.
yang terkait hubungannya dengan pelestarian Tetapi, selama lingkungan tidak
lingkungan. bermasalah maka manusia tidak
mempermasalahkannya. Padahal,
Ruang Lingkup Psikologi Dalam dalam masalah pelestarian lingkungan
Lingkungan
tidak harus muncul masalah
Peranan Psikologi Lingkungan dalam lingkungan terlebih dahulu. Misalnya,
Upaya Mewujudkan Pembangunan yang ketika banjir datang, tanah longsor,
Berwawasan Lingkungan yaitu seebagai pencemaran udara, maka manusia
disiplin yang memperhatikan dan mempelajari mulai mempermasalahkan lingkungan.
hubungan antara perilaku manusia dan Padahal masalah yang dialami
lingkungannya, psikologi lingkungan lingkungan atau rusaknya lingkungan
menekankan studi pada transaksi antara adalah karena perbuatan manusia juga.

Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat 246


Seharusnya manusia berpikir untuk penanaman nilai-nilai baik dan buruk
jangka panjang mengenai kondisi suatu tingkah laku. Mana tingkah laku
lingkungannya. Hal ini dikarenakan, yang diperbolehkan, karena didasarkan
lingkungan tersebut akan digunakan pada nilai yang baik. tingkah laku yang
oleh manusia generasi berikut, dilarang merupakan tingkah laku yang
sehingga lingkungan tersebut harus tidak diharapkan oleh orang tua karena
dilestarikan dan harus memiliki memeiliki nilai-nilai yang tidak baik.
keberlanjutan. proses belajar demikian yang selalu
Agar manusia dapat memikirkan berulang, maka akan menjadi suatu
lingkungan dalam jangka panjang, maka elemen kognitif yang dapat digunakan
sudah barang tentu dia harus memiliki untuk mengevaluasi lingkungannya
pengetahuan tentang lingkungan. dan menjadi pedoman acuan tingkah
Manusia harus dapat berinteraksi dengan laku yang disetujui oleh orang tua.
lingkungan secara biadab. Hal ini harus Dengan demikian, orang tualah yang
dapat dilakukan oleh manusia seperti
menanamkan nilai-nilai kepada
layaknya berhubungan dengan manusia
yang lain, sehingga ia harus dapat manusia.
memperlakukan lingkungan fisik (alam 3. Motivasi
dan buatannya) adalah sama. Selama ini Motivasi yang merupakan
banyak manusia yang tidak mau tahu elemen dari konatif atau tingkah laku,
mengenai lingkungan fisik, tetapi akan muncul karena adanya stimulasi
mereka hanya berorientasi pada lingkungan yang menggugahnya
kepentingan diri dan tidak peduli dengan untuk menjadi kebutuhan yang harus
orang lain. dipenuhinya. Kebutuhan yang harus
2. Nilai dan norma dipenuhinya tersebut adalah
Nilai merupakan elemen yang merupakan tujuan yang akan dicapai
dengan tingkah lakunya tersebut.
lebih dalam bila dibandingkan dengan
dengan demikian, motivasi mucul
pengetahuan . nilai-nilai yang dianut
sebagai hasil proses interaksi dengan
oleh manusia adalah sangat penting, lingkungannya. Apabila dalam
karena didalam berinteraksi dengan interaksi dengan lingkungannya yang
lingkungannya (fisik, sosial, dan memberikan stimulasi tidak dapat
budaya), maka nilai tersebut akan membangkitkan kebutuhan, maka
mewarnai tingkah lakunya. Baik atau tujuan yang akan dicapai tidak akan
buruknya tingkah laku seseorang terwujud.
dalam berinteraksi tidak terlepas dari 4. Sikap terhadap Lingkungan
nilai-nilai yang dianutnya. Nilai-nilai Sikap adalah kecendrungan
yang dianut oleh seseorang tidak manusia untuk bertingkah laku
terlepas dari proses belajar yang terhadap suatu objek. Sikap akan
dialami oleh seseorang dengan selalu diperhadapkan dengan objek.
Objek dalam hal ini adalah pelestarian
lingkungannya. Sejak manusia
lingkungan. Ketika seseorang
menyadari tentang dirinya dan pihak berinteraksi dengan upaya pelestarian
lain selain dirinya (termasuk lingkungan, apakah ia akan setuju
lingkungan fisik dan manusia lainnya), atau tidak setuju terhadap pelestarian
maka terjadilah interaksi. Manusia lingkungan. Dengan demikian,
akan berinteraksi sejak kelahirannya di didalam sikap tersebut akan
dunia, adalah dengan lingkungan tergambarkan komponen-komponen
keluarga. Keluarga yang mengawali

Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat 247


sikap, yaitu kognitif, afektif, dan pelestarian lingkungan sudah barang
konatif. tentu akan berguna dalam kesadaran
5. Tanggung jawab personal terhadap lingkungan. Walaupun pengetahuan
lingkungan tentang pelestarian lingkungan
Tanggung jawab personal berasal dari sikap terhadap pelestarian
merupakan bentuk dinamika dalam lingkungan. Tetapi hubungan yang
diri yang lebih lanjut, sehingga di terjadi adalah merupakan suatu
dalam diri seseorang muncul rasa dinamika tingkah laku.
bahwa objek tersebut merupakan 8. Kompetensi tentang lingkungan
tanggung jawab dirinya pula. Hal ini Pengetahuan merupakan salah
dikarenakan aspek-aspek psikologis satu indikasi bahwa untuk
yang telah diuraikan sebelumnya menunjukan seseorang memiliki
akan memunculkan rasa atau kompetensi adalah penting. Orang
kesadaran dirinya bahwa ia akan yang kompeten tidak mungkin dia
bertanggung jawab. Tetapi merasa tidak memiliki pengetahuan
diri akan bertanggung jawab. Tetapi mengenai pelestarian lingkungan.
merasa diri akan bertanggung jawab Namun demikian, tidak berarti bahwa
terhadap suatu objek, belum orang yang memiliki pengetahuan
merupakan tingkah laku. Oleh karena tentang pelestarian lingkungan adalah
itu, rasa bertanggung jawab tersebut orang yang kompeten. Karena aspek
masih berproses dalam diri seseorang, lain dari kompetensi adalah penting,
sebagai proses psikologis. sehingga kompetensi tidak dapat
6. Kemampuan (ability) mengolah bahan diukur hanya menggunakan tolok
untuk pelestarian lingkungan ukur pengetahuan yang dikuasainya.
Kemampuan (ability) dalam hal Sedangkan keterampilan
ini merupakan potensi yang dimiliki merupakan kemampuan yang
seseorang dalam berbuat sesuatu. Hal dipelajari dan bukan merupakan
ini berarti, bahwa seseorang yang potensi yang dimiliki. Tetapi apabila
memiliki kemampuan tersebut dapat ia memiliki potensi diri yang baik,
dikarenakan ia memang memiliki maka keterampilan akan lebih cepat
bakat untuk melakukan tindakan dimilikinya. Proses belajar dan
tersebut, atau ia memiliki metode belajar dalam meningkatkan
keterampilan yang telah keterampilan seseorang adalah sangat
dipelajarinya. Seseorang yang penting.
memiliki kemampuan (ability), ia 9. , Regulasi diri
mempunyai pengetahuan tentang Regulasi diri pada dasarnya
objek atau masalah dan dapat merupakan upaya mengatur dirinya
mengatasinya. Tetapi apabila orang dalam menghadapi situasi
tersebut tidak memiliki kemampuan, lingkungannya. Regulasi diri dalam
maka ketika ia menghadapi upaya pelestarian lingkungan
masalahnya akan menunjukan sangatlah penting. Pengatur tingkah
ketidakmampuannya. laku karena adanya kebutuhan,
7. Kesadaran tentang lingkungan pemikiran, dan perasaan yang muncul
Kesadaran tentang lingkungan untuk memutuskan apakah yang akan
merupakan suatu kondisi psikologis dilakukan untuk pelestarian
dari seseorang yang menyadari bahwa lingkungan. Dengan demikian,
dalam berinteraksi dengan melalui proses regulasi diri atau
lingkungan terdapat permasalahan pengaturan diri tersebut, seseorang
yang harus diatasi. Pengetahuan yang dapat memlih tindakan-tindakan yang
dimiliki oleh seseorang tentang akan diambil berdasarkan proses

Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat 248


internal (dalam dirinya). Regulasi diri yang dapat disimpulkan , bahwa faktor fsktor
tersebut berbeda dengan kontrol diri tersebutlah yang mempengaruhi terwujudnya
yang ditetapkan oleh batasan-batasan pelestarian lingkungan. dapat dikatakan bahwa
yang secara sadar harus diikuti. pengetahuan tentang lingkungan tidak cukup
Tetapi dalam regulasi diri, dinamika untuk menyebabkan seseorang tidak
dan proses yang terjadi dalam melakukan perusakan lingkungan. Tindakan
pemikiran, kebutuhan, dan perasaan tersebut terlihat pula pada masyarakat yang
dimiliki, maka akan muncul sebagai banyak berinteraksi dengan lingkungan kota,
gagasan-gagasan yang dapat yaitu membuang sampah tidak pada
memberikan alternatif keputusan tempatnya. Oleh karena itu pengetahuan
yang dapat diambil. tentang lingkungan tidak menjamin tingkah
10. Dukungan Sosial laku pelestarian lingkungan.Namun demikian,
Dukungan sosial merupakan tidaklah berarti bahwa pengetahuan tentang
dukungan yang diberikan oleh lingkungan tidak diperlukan oleh masyarakat.
lingkugan sosial. adanya dukungan Pengetahuan tentang lingkungan sangat
sosial tersebut, akan memperkuat dibutuhkan oleh masyarakat. Masyarakat
terjadinya tingkah laku upaya dengan pengetahuannya akan menyadari
pelestarian lingkungan. Dukungan betapa lingkungan yang ada perlu dilestarikan.
sosial tersebut akan lebih Mereka mengetahui tentang pentingnya
memperkuat keyakinan diri seseorang lingkungan untuk umat manusia akan berupaya
dalam bertingkah laku. untuk melestarikan lingkungan. Hanya saja
11. Kontrol tingkah laku untuk menjadikan pengetahuan tentang
Kontrol tingkah laku dari lingkungan agar berbentuk menjadi tingkah
lingkungan dapat merupakan aspek laku yang melestarikan lingkungan masih
dari luar drinya yang dapat menjaga membutuhkan aspek psikologi yang lainnya
konsistensi seseorang dalam seperti perilaku. Apabila tingkah laku
bertingkah laku. Upaya pelestarian masyarakat yang tampak saat ini tidak peduli
lingkungan merupakan proses yang dengan orang lain, maka perlu dipertanyakan
membutuhkan waktu yang tidak bagaimanakah penanaman nilai di keluarga
sebentar, sehingga perlu adanya dan sanksi sosial yang ada di masyarakat.
konsistensi dalam bertingkah laku Tidak pedulinya anggota masyarakat terhadap
melestarikan lingkunga. pelestarian lingkungan sangat terkait dengan
proses penanaman nilai dan pembentukan
PENUTUP norma sosial di masyarakat. Dengan kata lain,
Upaya dalam menciptakan sebuah kekeliruan yang terjadi dalam masalah tingkah
masyarakat yang sadar akan pentingnya laku pelestarian lingkungan berada di pihak
kelestarian lingkungnan tentunya tidak mudah, masyarakat dan keluarga. Asumsi yang dapat
tingkah laku pelestarian lingkungan bagi muncul adalah proses penanaman nilai tentang
sebagian masyarakat masih menjadi masalah lingkungan di keluarga kurang berhasil atau
besar. Permasalahan yang muncul terkait malah tidak dilakukan sama sekali. Demikian
faktor faktor psikologis individu itu sendiri pula halnya dengan tidak dijadikannya nilai-
tidak lagi berada pada tataran individual, nilai yang terkait dengan masalah lingkungan
melainkan sudah pada tingkat komunitas. sebagai norma sosial, maka banyak kelaurga
Sehingga penting sekali adanya edukasi, yang kurang menanamkan nilai tentang
penyuluhan, gerakan yang kembali keluarga. Tidak adanya kebutuhan untuk
menyadarkan masyarakat banwa pentingnya menjaga lingkungan, merupakan pula hasil
mengetahui dan memahami bahwa banyak proses belajar dalam berinteraksi dengan
faktor psikologis yang harus ditumbuhkan agar lingkungan. Hal ini berarti bahwa ketika ia
pelestarian lingkungan terwujud. Seperti yang bertingkah laku keliru dalam memperlakukan
sudah diuraikan diatas ada 11 faktor psikologis lingkungan, ia tidak mendapatkan hukuman.

Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat 249


Aturan terhadap tingkah laku yang salah tadi terbentuk nilai-nilai bahwa lingkungan perlu
tidak diterapkan, sehingga tingkah laku keliru dilestarikan. Faktor tanggung jawab personal,
terhadap lingkungan akan mucul kembali. akan lebih memperkuat untuk terjadinya
Demikian pula sebaliknya, tingkah laku yang tingkah laku daripada sekedar sikap yang
benar terhadap lingkungan tidak mendapatkan setuju terhadap upaya pelestarian lingkungan.
imbalan penghargaan yang baik, sehingga Kemantapan untuk kecenderungan bertingkah
tingkah laku yang keliru yang akan diikutinya.. laku tersebut akan lebih kuat. Di dalam diri
begitu pula faktor sikap, sikap seseorang seseorang yang memiliki rasa bertanggung
terhadap upaya pelestarian lingkungan, sudah jawab personal akan terbentuk keteguhan hati
barang tentu harus dilengkapi dengan yang bulat untuk bertingkah laku. Faktor
pengetahuannya tentang pelestarian kesadaran juga tidak kalah penting,
lingkungan. Seseorang apabila akan Kesadarakan akan lingkungan tidak akan
melakukan evaluasi tentang pelestarian terjadi apabila tidak adanya nilai-nilai peduli
lingkungan, sehingga ia dapat mengatakan pada lingkungan dalam dirinya yang dapat
baik atau buruk. Penilaian baik dan buruk membangkitkan kesadaran seseorang pada
dapat merupakan pengetahuan, atau lingkungannya. Nilai-nilai tersebut
pengalamannya yang kemudian melakukan menyadarkan seseorang mengenai
pembandingan. Dengan adanya permasalahannya yang ada di lingkungannya.
pengetahuanuntuk melakukan evaluasi, maka Nilai-nilai yang sudah diyakininya akan
ia dapat memberikan penilaian yang meningkatkan kesadaran seseorang terhadap
baik.Komponen afeksi atau perasaan dalam lingkungan. Dengan demikian, tingkat
sikap cukup banyak memberikan warnanya kesadaran seseorang dengan nilai-nilai yang
dalam hal seseorang menyatakan sikapnya. dapat diyakini tersebut memiliki peran
Seseorang di dalam hal menyatakan senang tersendiri dalam membentuk tingkah laku
atau tidaknya terhadap pelestarian lingkungan pelestarian lingkungan. Atau dengan perkataan
tentu akan memberikan evaluasi tersendiri. lain, nilai-nilai tersebut memiliki peranan
Aspek evaluasinya dalam hal ini melibatkan dalam meningkatkan kesadaran seseorang
perasaan senang atau tidak senang. Perasaan terhadap lingkungannya, dan pada akhirnya
senang atau tidak senang akan lebih kaya akan memperkuat kemunculan tingkah laku
dalam menyatakan sikapnya apabila seseorang pelestarian lingkungan.
memiliki pengalaman terhadap pelestarian
lingkungan. Pengalaman yang menyenangkan DAFTAR PUSTAKA
dalam pelestarian lingkungan akan Jaenudin, Ujam & Marliani, Rosleny. 2016.
menyatakan positif terhadap upaya pelestarian Psikologi lingkungan. Bandung : CV
lingkungan.Sedangkan komponen konatif atau Pustaka setia.
timgkah laku, akan dinyatakan dalam tindakan Notosoedirdjo, Moeljono & Latipun. 2014.
pro atau kontra terhadap terhadap upaya Kesehatan mental. Malang : Penerbitan
pelestarian lingkungan. Apabila dalam hal Universitas Muhammadiyah Malang.
motivasi sudah dapat membentuk Iskandar, Zulrizka. 2012. Psikologi
kebutuhannya, maka tujuan terhadap tindakan lingkungan: teori dan konsep. Bandung:
pelestarian lingkungan sudah jelasnya Relika aditama.
arahnya. Tetapi, apabila stimulasi lingkungan Widyastuti, Yeni. 2014. Psikologi sosial.
belum dapat membentuk arah yang jelas, maka Yogyakarta : Graha ilmu.
komponen tingkah laku ini pun arah yang jelas, Palupi, Tyas & Sawitri, Dian Ratna. 2017.
maka komponen tingkah laku ini pun belum Hubungan antara sikap dengan prilaku
memiliki arah yang jelas. Oleh karena itu, pro-lingkun gan ditinjau dari persfektif
komponen konatif ini terkait dengan theory of planned behavior. Proceeding
kemunculan motivasi seseorang. Rasa Biology Education Conference.14(1),
tanggung jawab terhadap upaya pelestarian 214-217.
lingkungan muncul karena dalam dirinya telah

Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat 250


Darmawan, Darwis & Fadjarajani, Siti. 2016.
Hubungan Antara Pengetetahuan dan
Sikap Pelestarian Lingkungan dengan
Perilaku Wisatawan Dalam Menjaga
Kebersihan Lingkungan. Jurnal Geografi.
4(1), 40-49.
Azhar., M. Djahir Basyir., & Alfitri. 2015.
Hubungan Pengetahuan dan Etika
Lingkungan dengan Sikap dan Perilaku
Menjaga Kelestarian. Jurnal Ilmu
Lingkungan.13(1), 36-41.

Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat 251

Anda mungkin juga menyukai