Penerbit:
Program Studi Psikologi
Fakultas Kedokteran
Universitas Lambung Mangkurat
PROSIDING
SEMINAR NASIONAL & CALL FOR PAPER
“Harmonisasi Perilaku Manusia Dengan
Lingkungan”
Panitia Pelaksana :
Ketua : Rika Vira Zwagery, M.Psi., Psikolog
Sekretaris : Sukma Noor Akbar, M.Psi., Psikolog
Bendahara : Firdha Yuserina, M.Psi., Psikolog
Acara : Rusdi Rusli, M.Psi., Psikolog
Transportasi dan Akomodasi : Rahmi Fauzia, S.Psi., M.A., Psikolog
Kesekretariatan : Rendy Alfiannoor Achmad, S.Psi., M.A
Humas : Dr. Ermina Istiqomah, S.Psi., M.Si., Psikolog
Konsumsi : Jehan Safitri, M.Psi., Psikolog
Publikasi dan Dokumentasi : Dwi Nur Rachmah, S.Psi., M.A
Steering Committee :
Prof.Dr. Zairin Noor, dr, SPOT(K).MM
dr. H. Iwan Aflanie, M. Kes, Sp. F, SH
dr. Istiana, M.Kes
dr. Edyson, M.Kes
Dr. Hemy Heriyati Anward, M.Sc
Neka Erlyani, M.Psi., Psikolog.
Reviewer :
Prof. Dr. Qomariyatus Sholihah, Amd.hyp., ST, M.Kes
Dra. Srisiuni Sugoto, M.Si., Ph.D., Psikolog
Dr. Marty Mawarpury, M.Psi., Psikolog
Dr. Rahkman Ardi, M.Psych
Dr. Ermina Istiqomah, S.Psi., M.Si., Psikolog
Rusdi Rusli, M.Psi., Psikolog
Rahmi Fauzia, S.Psi., M.A., Psikolog
Editor :
Rendy Alfiannoor Achmad, S.Psi., M.A
Dwi Nur Rachmah, S.Psi., M.A
Sukma Noor Akbar, M.Psi., Psikolog
Penerbit :
Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran ULM
Redaksi :
Jl. A.Yani Km 36, Banjarbaru, Kalimantan Selatan, 70714
Telp. 0511 4773470
Email: psikologi@unlam.ac.id
Website : http://psikologi.ulm.ac.id/
Hak cipta dilindungi oleh undang-undang. Dilaran memperbanyak atau memindahkan sebagian
atau seluruh isi buku ini dalam bentuk apa pun, secara elektronis atau pun mekanis, termasuk
memfotokopi, atau dengan teknik perekaman lainnya tanpa seizin tertulis dari penerbit.
Kata Pengantar
Puji Syukur kehadirat ALLAH SWT karena atas berkat rahmat dan Hidayahnya, kami Program
Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat dapat menyelenggarakan Kegiatan
Seminar Nasional dan Call for Paper Psikologi Lingkungan bertemakan “Harmonisasi Perilaku Manusia
dengan Lingkungan”.
Ucapan terimakasih saya haturkan kepada Pimpinan Fakultas dan Universitas, Para Pembicara
yang luar biasa yaitu Prof. Dr. H. Tb. Zulrizka Iskandar (Universitas Padjajaran, Bandung) , Prof. Dr.
Fattah Hanurawan, M.Si, M.Ed (Universitas Negeri Malang) dan Prof. Dr. Ir. H. Abdul Hadi, M.Agr
(Universitas Lambung Mangkurat), serta para peserta yang sudah berpartisipasi dalam kegiatan ni yang
berasal dari beberapa wilayah Indonesia . Selamat datang di Bumi Kalimantan Selatan. Ucapan
terimakasih juga saya sampaikan kepada para panitia yang sudah bekerja keras dan bekerja ikhlas demi
terselenggaranya Kegiatan Seminar Nasional dan Call for Paper ini.
Seminar Nasional dan Call for Paper Psikologi Lingkungan “Harmonisasi Perilaku Manusia
dengan Lingkungan” diselenggarakan dalam rangka 10 Tahun Dies natalis Program Studi Psikologi.
Tema Psikologi Lingkungan diangkat karena sesuai dengan Visi Misi Program Studi Psikologi yaitu
mewujudkan Pusat Pendidikan Psikologi yang berorientasi pada Psikologi Lingkungan. Psikologi dan
lingkungan merupakan kajian yang unik dalam ranah ilmu Psikologi dimana sinergitas antara manusia
dengan lingkungan menjadi fokus utama dalam bidang Ini. Permasalahan mengenai lingkungan menjadi
isu utama saat ini dan dibutuhkan peran ilmuwan psikologi untuk mengatasinya karena kerusakan
lingkungan yang terjadi tidak luput dari campur tangan manusia. Kegiatan ini diharapkan dapat menjadi
solusi permasalahan lingkungan yang terjadi.
Demikian sambutan dari saya, atas nama panitia saya menghaturkan mohon maaf jika dalam
penyelenggaraan kegiatan terdapat kekhilafan dan kesalahan yang kami lakukan. Selamat Menikmati
Seminar Nasional dan Call For Paper Psikologi “Harmonisasi Perilaku Manusia dan Lingkungan”,
Semoga bermanfaat.
Halaman Judul i
Kata Pengantar iv
Daftar Isi v
Pemetaan Pengetahuan Guru Di Daerah Rawan Bencana Tentang Pendidikan Bencana Berbasis 7
Psychological First Aid
Listyo Yuwanto, Setiasih
Asesmen Penyesuaian Diri Terhadap Kurikulum Pendidikan Pada Mahasiswa Program Studi Biologi 16
Fkip ULM
Nina Permata Sari*, Rizky Ildiyanita
Rancangan Ruang Voluntary Counseling And Testing Di Rumah Sakit : Sebuah Kajian Psikologi 28
Lingkungan
Imadduddin
Implikasi Media Sosial Terhadap Perilaku Remaja Dan Pemuda Dalam Lingkungan Perkotaan 35
Frendly Albertus, Pahmi Hidayat dan Muh. Harianto Ahamung
Peran Ecoliteracy Dalam Membentuk Perilaku Ramah Lingkungan Pada Anak Usia Dini 47
Yulia Hairina
Environmental Values Pada Guru Di Sd Muhammadiyah Hajjah Nuriyah Banjarbaru Dan Sd Alam 52
Muhammadiyah Banjarbaru
Asmaul Fauziah, Hemy Heryati Anward
Orientasi Keberagamaan dan Perilaku Mahasiswa Sebagai Konsumen Yang Bertanggung Jawab 60
Secara Sosial
Bonar Hutapea
Gambaran Peer Attachment Pada Siswa Madrasah Aliyah Program Khusus (MAPK) MAN 4 Banjar di 68
Martapura
Nor Mai Leza*, Hemy Heryati Anward
Sikap Altruistik Pada Relawan TAGANA (Taruna Siaga Bencana) di Kabupaten Banjar 77
Rahmah, Hemy Heryati Anward
Identitas Tempat Pada Taman Kamboja Ruang Terbuka Hijau di Kota Banjarmasin 82
RR. Nabila Ghina Amalia*, Hemy Heryati Anward
Intervensi Berbasis Komunitas: Model Rekonstruksi Warga Binaan Dinas Sosial Kota Pekanbaru 96
Berdaya Guna Melalui Pendampingan Psikologis
Alma Yulianti
Online Smart Shoping Kawasan Wisata Danau Sipin (Water Front City) Untuk Meningkatkan 102
Pendapatan Masyarakat di Kelurahan Legok
Nofrans Eka Saputra, Edi Saputra, Fitri Widiastuti
Hubungan Antara Iklim Organisasi Dan Kepuasan Kerja Pada Karyawan 107
Olievia Prabandini Mulyana, Umi Anugerah Izzati
Faktor Lingkungan Kerja Yang Menimbulkan Kecemasan Pada Pekerja Transportasi Darat di 111
Perusahaan Tambang
Shanty Komalasari
Gambaran Perilaku Agresif Remaja Diwilayah Padat Penduduk di Kalayan Kota Banjarmasin Selatan 117
Ditinjau Dari Konformitas Teman Sebaya
Dyta Setiawati Hariyono, Muhammad Husaini Aditya Noor, Via Yulandari, Muhammad Ajie Sadewa
Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Kenakalan Remaja di Daerah Pelambuan Banjarmasin 124
Lita Ariani, Cici Yunita Putri, Novi Natalia Anggara, Muhammad Thaha
Komitmen Oganisasi Pegawai Negeri Sipil (PNS) di Lingkungan Pemerintah Provinsi Jambi 134
Fadzlul, Elvin Rosalina, Natalia Damayanti
Kecerdasan Spiritual Dan Komitmen Organisasi Mahasiswa Pengurus Unit Kegiatan Khusus (UKK) 142
dan Unit Kegiatan Mahasiswa(UKM)
Shanty Komalasarindan TriYuliani
Deteksi Stres Anggota Dewan Dengan Menggunakan Kepribadian The Big Five Personality 150
Gusti Yuli Asih, Rusmalia Dewi, Hardani Widhiastuti
Well-Being Pada Lansia Ditinjau Dari Keinginan Untuk Bertempat Tinggal Dipanti Werdha 159
Marina Dwi Mayangsari, Febry Juliyanto
Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja Kognitif Pada Mahasiswa di Tinjau Dari Pengaturan Ruang 162
Kelas
Marina DwiMayangsari, Jayanti Puji Astuti
Gambaran Interaksi Parasosial Pada Wanita Dewasa Awal Penggemar Artis Korea di Media Sosial 173
Rizka Aulia dan Faridya Khairina Eka Putri
Gambaran Motivasi Prososial Ditinjau Dari Life Events Pada Anggota Organisasi IAAS Fakultas 177
Pertanian ULM
Ria Novita Rahimi1*, Neka Erlyani1 dan Muhammad Abdan Shadiqi
Gambaran Motivasi Prososial Ditinjau Dari Life Events Pada Kader Lingkungan Hidup “Go Green 183
And Clean” Kota Banjarbaru
Syifa Oktavia, Neka Erlyani dan Muhammad Abdan Shadiqi
Gambaran Hardines Pada Anggota Taruna Tanggap Bencana (TAGANA) Di Kabupaten Banjar 189
Rika Vira Zwagery, Muhammad Rizky Amada
Gambaran Kelekatan Terhadap Teman Sebaya Pada Siswa Laki-Laki Di Smpn 1 Martapura Timur 192
Nathasya Inneke Putri, Dwi Nur Rachmah
Kecerdasan Emosional Dosen Pengembangan Alat Ukur, Uji Validitas Dan Reliabilitas 200
Windy Daisy, Pradana Aditya Ariono, Desy Noor Hadijah, Ermina Istiqomah
Lingkungan Iklim Kerja Pada Tambang Batu Bara di Wilayah Lahan Basah Kalimantan Selatan 203
Aisyah Sofia Agustina, Rissa Yulianti Sabra, Noor Anita Hartati, Ermina Istiqomah
Gambaran Perilaku Cyber Bullying Pada Pemain Game Mobile Legend 208
Eka Wardanah, Rendy Alfiannor Achmad
Gambaran Self Efficacy Social Pada Mahasiswa Pemain Mobile Legend di Banjarbaru 214
Nur Amalia Muslimah, Rendy Alfiannor Achmad
Hubungan Antara Psychological Well Being Dengan Kecemasan Dalam Menghadapi Kematian Pada 217
Lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Sejahtera Banjarbaru
Sukma Noor Akbar
Strategi Coping Dan Kesiapsiagaan Masyarakat Dalam Upaya Menghadapi Bencana Banjir Air 222
Pasang Di Pinggiran Sungai Kuin Utara Banjarmasin
Sukma Noor Akbar, Marina Dwi Mayangsari, Dwi Nurrachmah
Psikoedukasi Merubah Motif Perilaku Kegiatan Mck (Mandi Cuci Kakus) Di Pinggiran Sungai 228
Martapura Timur
Jehan Safitri, Sukma Noor Akbar, Neka Erlyani
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menguji validitas konstrak terhadap Tes Potensi Akademik Universitas Jambi melalui
teknik konvergen, diskriminan dan kelompok. Subjek terdiri dari siswa SMA dan mahasiswa dari hasil tes Psikologi yang
pernah dilakukan penulis. Terdapat hubungan positif sedang antara tiga komponen dalam TPA dengan rabc 0,4–0,6;
p=0,000; untuk validitas konvergen. Validitas diskriminan menunjukkan tidak terdapat hubungan dengan tinggi badan
rxy 0,036; p =0,550; berat badan rxy 0,066; p=0,283. Terdapat perbedaan skor siswa berdasarkan asal sekolah t=11,705;
p=0,000. Siswa sekolah unggulan memiliki skor TPA lebih tinggi. Terdapat perbedaan skor TPA di antara empat program
studi dengan F=27,022; p = 0,000. Mahasiswa Kedokteran memiliki skor TPA yang paling tinggi dari program studi lain.
Tidak terdapat perbedaan skor TPA antara kepribadian ekstrover dan introver dengan t=-1,035; p=0,301. Hipotesis yang
diajukan didukung data sehingga TPA memiliki kebenaran konstrak yang tinggi. Penelitian berikutnya melakukan uji
validitas kriteria dengan alat ukur sejenis dan prestasi belajar.
ABSTRACT
The purpose of this research was to examine construct validity of Academic Aptitude Test of Jambi University through
convergent, discriminant dan group techniques. Subjects of this research consisted of high school and university students
from author’s psychological tests report. There was positive medium correlation among three components of TPA rabc
0,4–0,6; p=0,000; for convergent technique. Discriminant validity showed that there was no correlation with body weight
rxy 0,036; p =0,550; body height rxy 0,066; p=0,283. There was a difference between students’ scores based on their
school, t=11,705; p=0,000. Students from excellent school had higher score from common school. The result showed that
the scores between four majors in the faculty were different, F=27,022; p=0,000; Medical students had the highest score.
There was no difference between extrovert and introvert personality t=-1,035; p=0,301. All hypotheses were supported
with data, which means that the test had high level of construct validity. Suggestion for next research was to examine
with standardized intelligence test and academic achievement.
Periantalo dkk (2013) diminta untuk melakukan kuantitatif dan abstrak yang berjumlah 60 soal. Penalaran
tes Psikologi di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan verbal terdiri dari persamaan kata, lawan kata, analogi
Universitas Jambi dalam rangka penerimaan mahasiswa dan kelompok berbeda. Penalaran kuantitatif terdiri dari
baru yang lolos seleksi. Pihak dekanat meminta deret angka, aritmatika, aljabar dan geometri. Penalaran
melakukan Tes Potensi Akademik seperti seleksi abstrak terdiri dari simbol, diagram dan gambar. Subjek
mahasiswa pascasarjana. Peneliti tidak memiliki tes diminta untuk memilih salah satu jawaban yang benar
tersebut sehingga perlu melakukan konstruksi terhadap dari lima pilihan jawaban. Jawaban yang benar akan
alat tes tersebut. Berbekal ilmu Psikometri dan pelatihan mendapatkan skor 1 dan salah atau tidak menjawab
membuat alat tes kognitif potensial sehingga dibuatlah mendapatkan skor 0.
alat ukur tersebut. Pihak dekanat merasa puas dengan
konstruksi tes tersebut, sehingga tes tersebut terus 17. HUTAN : POHON
digunakan setiap tahunnya. (A) rumah : bata
Tes Potensi Akademik (TPA) menggunakan tes (B) piala : tropi
kognitif potensial model PAPS UGM yang dimodifikasi (C) kursi : meja
(Periantalo, 2014). Tes terdiri dari penalaran verbal, (D) apel : anggur
Validitas Kelompok
Konfirmasi karakteristik alat ukur dengan suatu Uji F test (Anova) One Way menunjukkan bahwa
kelompok tertentu serta harus menunjukkan apa yang terdapat perbedaan potensi akademik mahasiswa
seharusnya terjadi. Kelompok subjek yang memiliki berdasarkan program studi. Uji menghasilkan nilai F
karakteristik dari atribut alat ukur harus ditunjukkan oleh sebesar 27,022 dengan nilai p = 0,000 serta signifikansi
hasil uji Statistika alat ukur tersebut. Sebaliknya, pada p=0,00. Berbeda atau tidak suatu uji beda bisa
kelompok yang tidak memiliki karakteristik alat ukur dilihat melalui nilai signifikansi yang kurang dari standar
tersebut pun harus menunjukan secara Statistika bahwa yang ditetapkan (0,01). Bisa kita lihat secara mendalam
memang tidak ada atribut tersebut pada kelompok. melalui nilai rata-rata (M) bahwa mahasiswa Kedokteran
Validitas kelompok dilakukan melalui tiga jenis uji memiliki skor TPA paling tinggi dari tiga program studi
Statistika yang diambil dari berbagai kelompok. yang lain. Nilai rata-rata TPA mahasiswa Kedokteran
Kelompok pertama yang dijadikan acuan adalah siswa sebesar 34,41; program studi yang lain sebesar 27 dan 29.
dari sekolah unggulan dan sekolah pinggiran. Nilai TPA mahasiswa Kedokteran lebih tinggi dari
Diasumsikan bahwa siswa sekolah unggulan memiliki mahasiswa program studi yang lain. Hal tersebut dapat
potensi akademik yang lebih tinggi dari siswa sekolah diterima bahwa mahasiswa Kedokteran berisi mahasiswa
pinggiran. Kelompok kedua adalah mahasiswa dari pintar, banyak anak pintar yang ingin berkuliah disana.
empat program studi di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Di perguruan tinggi negeri, passing grade paling tinggi
Kesehatan – Universitas Jambi. Diasumsukan bahwa biasanya berada di program studi Kedokteran. Apa yang
mahasiswa Kedokteran memiliki skor TPA yang paling dihoptesiskan terbukti sehingga TPA didukung oleh
tinggi di antara tiga program studi yang lain. Uji validitas validitas kelompok dengan teknik beberapa kelompok
kelompok yang ketiga dengan aspek pertama dari MBTI yang berbeda.
(Myers Briggs Type Indicator), yaitu: cara mendapatkan
energi. Subjek dengan kepribadian Extrovert dan Tabel 3. Hasil Uji T-Test Independent Sample TPA
Introvert tidak memiliki perbedaan di dalam hasil TPA. Dengan Kepribadian
Kepribadian N M SD
Tabel 1. Hasil Uji T-Test Independent Sample TPA
Dengan Jenis Sekolah Extrovert 289 30,19 8,214
Introvert 291 30,92 8,597
Jenis Sekolah N M SD t = -1,035 (p=0,301; p < 0,01)
Sekolah Unggulan 173 31,61 7,982
Sekolah Pinggiran 153 21,19 6,719
t = 11,705 (p=0,00; p < 0,01) Hasil uji beda dengan teknik t-test independent
menghasilkan nilai t sebesar -1,035 dengan nilai p=0,301.
Nilai tersebut lebih besar dari nilai p yang ditegakkan
Hasil Analisis Statistika menunjukkan bahwa sehingga hal tersebut menunjukkan bahwa tidak ada
terdapat perbedaan antara skor TPA siswa di sekolah perbedaan di antara kedua kelompok yang dibandingkan.
unggulan dengan sekolah pinggiran dengan nilai t sebesar Ada tidaknya perbedaan di antara dua kelompok
11,705 serta signifikan pada LOS 0,01 dengan nilai p ditunjukkan dengan nilai p=0,01. Hal tersebut
sebesar 0,00. Siswa sekolah unggulan memiliki skor TPA menunjukkan bahwa orang yang extrovert maupun
yang lebih tinggi dari sekolah pinggiran. Siswa sekolah introvert memiliki skor TPA yang setara. Tidak ada
ABSTRAK
Pendidikan bencana merupakan tanggungjawab orang tua, guru, BPBD, dan agen pendidikan bencana lain. Guru adalah
agen pendidikan yang paling strategis perannya dalam pendidikan kebencanaan. Berdasarkan hasil analisis kebutuhan,
guru-guru pendidikan anak usia dini (PAUD) yang tergabung dalam Ikatan Guru TK Desa Kepuharjo yang termasuk
kawasan rawan bencana erupsi Gunung Merapi belum pernah mendapatkan pendidikan bencana berbasis psychological
first aid. Dengan demikian dalam kurikulum pembelajaran yang diterapkan selama ini belum mencakup pendidikan
bencana. Mengacu pada permasalahan guru-guru PAUD di IGTK Kepuharjo, maka penelitian ini hendak memetakan
pengetahuan guru PAUD dalam menghadapi bencana erupsi Gunung Merapi. Subjek penelitian 85 guru IGTKI Desa
Kepuharjo. Metode pengumpulan data menggunakan angket dan dianalisis menggunakan statistik deskriptif. Hasil
penelitian menunjukkan Guru pendidik anak usia dini di IGTKI Cangkringan memiliki pengetahuan yang cukup terutama
di cakupan physiological health yang meliputi potensi bencana, dampak positif dan negatif bencana, serta proses siaga
bencana. Pendidikan bencana sebagai upaya untuk peningkatan kapasitas masyarakat dalam mengurangi risiko bencana
mencakup tiga komponen yaitu physiological health, psychological health, dan behavioral health. Perlu adanya
pembekalan lebih lanjut mengenai pendidikan bencana pada cakupan psychological health dan behavioral health.
Dengan adanya pembekalan secara komprehensif tentang pendidikan bencana kepada guru pendidik anak usia dini
diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan guru dalam menghadapi bencana sebagai bentuk pengurangan terhadap
risiko bencana.
ABSTRACT
Disaster education is the responsibility of parents, teachers, BPBD, and other disaster education agencies. Teachers are
the most strategic education agents in disaster education. Based on the results of needs analysis, early childhood
education teachers (PAUD) incorporated in IGTKI Desa Kepuharjo which includes disaster-prone areas eruption of
Mount Merapi has not received a disaster education, based on psychological first aid. Thus in the curriculum of learning
that has been applied so far has not included disaster education. Referring to the problems of teachers of PAUD in IGTKI
Kepuharjo, this research will map the knowledge of PAUD teachers related to eruption of Mount Merapi. Research
subjects 85 teachers IGTKI Kepuharjo. Methods of data collection using questionnaires and analyzed using descriptive
statistics. The results show that PAUD teachers in IGTKI Kepuharjo have sufficient knowledge, especially in
physiological health coverage which includes disaster potential, positive and negative impact of disaster, and disaster
preparedness process. Disaster education as an effort to increase community capacity in disaster risk reduction includes
three components, namely physiological health, psychological health, and behavioral health. There needs to be further
debriefing on disaster education on the scope of psychological health and behavioral health. The comprehensive
provision of disaster education to early childhood teachers is expected to increase the capacity of teachers, to face
disaster as a form of disaster risk reduction.
DAFTAR PUSTAKA
http://www.penataanruang.com/rawan-letusan-gunung-
api-dan-gempa-bumi.html
http://www.merapi.bgl.esdm.go.id/images_stock/Risk%
20Index%20Ranking_ccb44e.jpg
Minnesota Department of Health (2013). Psychological
first aid (PFA). Diunduh dari
http://www.health.state.mn.us/oep/responsesystems
/pfa.pdf
Puturuhu, F. (2015). Mitigasi bencana dan penginderaan
jauh. Jakarta : Graha Ilmu.
Supriyono, P. (2014). Seri pendidikan pengurangan
risiko: Bencana gunung meletus. Yogyakarta:
Penerbit Andi.
World Health Organization. (2002). The World Health
repport 2002 : Reducing risk, promoting healty life.
Geneva: WHO Library Cataloguing in Publication.
Yuwanto, L., Adi, C. M. P., Pamudji, S.S, & Santoso, M.
(2014). Issue kontemporer psikologi bencana.
Sidoarjo: Dwi Putra Pustaka Jaya.
Yuwanto, L., Adi, C. M. P., & Budiman, A. F. (2017).
Disaster education based on psychological first aid
for students: Increasing capacity dealing with
disaster. US-China Education Review B, 7(5), 255-
260.
Yuwanto, L. (2017). Penerapan psikologi bencana pada
desa tangguh untuk peningkatan kapasitas sekolah
dan keluarga. Sidoarjo : Dwi Putra Pustaka Jaya.
ABSTRAK
Asesmen non tes Daftar Cek Masalah (DCM) merupakan salah satu cara asesmen dalam layanan bimbingan dan konseling
untuk mengetahui kemampuan individu dalam mengidentifikasi permasalahan yang dihadapi salah satunya adalah
kemampuan menyesuaikan diri terhadap kurikulum pendidikan di program studinya. Hal ini dilakukan karena
berdasarkan hasil observasi dan layanan konseling yang dilakukan oleh tim Unit Layanan Bimbingan dan Konseling
(ULBK) FKIP ULM kecenderungan permasalahan yang dialami oleh mahasiswa dari program studi biologi FKIP ULM
adalah terkait pada bidang akademik. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana gambaran permasalahan
di bidang penyesuaian terhadap kurikulum pada mahasiswa program studi biologi FKIP ULM. Penelitian ini merupakan
penelitian kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif. Penelitian ini dilaksanakan di program studi biologi FKIP ULM.
Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa program studi biologi FKIP ULM angkatan 2016 yang berjumlah 50
orang mahasiswa. Sampel pada penelitian ini menggunakan teknik random sampling yang didapatkan 24 orang.
Instrumen penelitian yang digunakan untuk mengetahui gambaranpermasalahan di bidang penyesuaian terhadap
kurikulum adalah dengan asesmen non tes Daftar Cek Masalah (DCM). Teknik analisis data menggunakan persentase
hasil DCM di bidang masalahpenyesuaian terhadap kurikulum. Diketahui hasil persentasepermasalahan di bidang
penyesuaian terhadap kurikulum mahasiswa program studi biologi FKIP ULM adalah 58,3% termasuk kategori
kurangdankurangsekali. Hal ini menunjukkan bahwa lebihdarisetengahresponden mahasiswa program studi biologi FKIP
ULMangkatan 2016 memiliki permasalahan di bidang tersebut.
ABSTRACT
Non test assessment Daftar Cek Masalah (DCM) is one of the assessment method in guidance and counseling service to
identify problems, one of them is curriculum adaptation in academic problems. It is done based on observational result
of academic guidance and counseling that has been done by Unit Layanan Bimbingan dan Konseling (ULBK) FKIP ULM
that there is a tendency of curriculum adaptation problems at students of biology study program at FKIP ULM. The
research purpose is to describe students of biology study program’s problem of curriculum adaptation in academic
context. The research is descriptive qualitative research that has been done at biology study program FKIP ULM. The
population sample is the students of biology study program FKIP ULM. The result of research is the average of students
at biology study program at FKIP ULM is having a problem with curriculum adaptation in academic field.
Pada dasarnya tujuan pendidikan adalah Tuhan yang maha esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,
membantu individu mencapai perkembangan sesuai cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang
dengan potensi yang dimilikinya secara optimal, sehingga demokratis serta dapat bertanggung jawab.
diperoleh generasi bangsa yang berkualitas pada bidang Untuk mencapai tujuan pendidikan tersebut
akademis, religius dan sosial. Hal ini sesuai dengan tujuan maka diperlukan dukungan yang harmonis dari
dari Undang-undang mengenai Sistem Pendidikan penyelenggara pendidikan dan sistem pendidikan itu
Nasional Nomor 20 tahun 2003 yakni: Pendidikan sendiri dengan memberikan fasilitas yang mendukung
nasional bertujuan mengembangkan potensi peserta didik terwujudnya pengembangan potensi peserta didik secara
agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada optimal, salah satunya adalah membantu peserta didik
f. Waktu yang diberikan pada mahasiswa setara dengan Nm : Banyaknya mahasiswa yang bermasalah
satu jam pelajaran, yakni 40 menit. untuk butir tertentu.
N : Banyaknya mahasiswa yang
Dalam pengolahannya DCM ini dapat dianalisa mengerjakan DCM
secara kelompok dan individu, sedangkan aspek yang b.
dianalisa adalah perbutir masalah dan pertopik. c. Analisa per topic masalah
Langkah-langkah analisa secara individual adalah sebagai • Harus diketahui jumlah mahasiswa yang
berikut : mengerjakan DCM
• Harus diketahui jumlah butir yang menjadi
a. Menjumlah item yang menjadi masalah individu pada masalah mahasiswa (dicek)
setiap topik masalah. • Menghitung Prosentase permasalahan topik
Muhammad Arsyad
Program Studi Bimbingan dan Konseling Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Lambung Mangkurat, Jl. Brigjen H. Hasan Basri No.3, RW.02, Pangeran,
Banjarmasin Utara, Kota Banjarmasin, Kalimantan Selatan 70124, Indonesia
E-mail: arsyad.bk@ulm.ac.id
No Handphone: +62 817 2323 254
ABSTRAK
Prestasi bagi seorang atlet merupakan hal yang penting. Semakin tinggi prestasi olahraga seorang atlet maka semakin
besar kebanggaan suatu daerah atau negara. Meraih prestasi bagi seorang atlet tidaklah mudah, karena membutuhkan
perjuangan dan pengorbanan. Bagi siswa atlet, prestasi terbesarnya adalah tidak hanya mampu meraih medali di lapangan,
namun juga mampu mencapai kesesuaian secara akademik di sekolah maupun di kampus. Faktor yang mempengaruhi
prestasi tersebut salah satunya yaitu lingkungan. Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan faktor lingkungan
pembentuk atlet berprestasi. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif yang mengambil dua orang atlet yang
pernah meraih prestasi nasional. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa dukungan dari keluarga dalam proses
latihan sangat berpengaruh terhadap penampilan atlet. Selain itu, situasi lingkungan olahraga juga sangat berpengaruh
terhadap penampilan dan prestasi atlet. Lingkungan olahraga ini diantaranya adalah interaksi antara atlet dengan atlet dan
antara atlet dengan pelatih. Pelatih mempunyai peran yang sangat penting, melatih, mengarahkan, membuat program
latihan, dan menjadi teman. Fasilitas yang menunjang akan sangat berguna pula dalam pembentukan atlet menjadi
berprestasi. Selain itu teman juga sangat berperan dan dibutuhkan untuk saling memberi masukan, evaluasi dan juga
menjadi teman dalam sparing partner.
ABSTRACT
Achievement for an athlete is crucial. The higher the sporting achievement of an athlete the greater the pride of a region
or country. Achievement for an athlete is not easy, because it requires struggle and sacrifice. For student athletes, his
greatest accomplishment was not only able to win a medal in the field, but also able to achieve conformity academically
in school or in college. One of them factor to affect the achivement is environment. This study aimed to describe the
environmental factors forming outstanding athlete. This research is a qualitative descriptive study took two athletes who
had won the national achievement. Based on the research results found that support from the family in the exercise process
is very influential on the appearance of athletes. In addition, the sports environment situation is also very influential on
the performance of athletes. This sporting environment including the interaction between athletes with athletes and
between athletes with coaches. The coach has a very important role, training, directing, setting up an exercise program,
and becoming a friend. Facilities that support will be very useful also in the formation of athletes to be achievers. Besides
friends are also very instrumental and necessary to give each other feedback, evaluation and also be a friend to a sparring
partner.
Imadduddin 1
Prodi Psikologi Islam, Fakultas Ushuluddin dan Humaniora, Universitas Islam Negeri Antasari ,
E-mail: imadduddin@uin-antasari.ac.id
No. Handphone : 081227266003
ABSTRAK
Penanggulangan HIV dan AIDS di Indonesia masih menghadapi banyak sekali hambatan dan tantangan. Ada dua faktor
yang menyebabkan masalah ini terjadi, Pertama karena terbatasnya jumlah layanan Voluntary Counceling and Testing
(VCT) dan kedua karena kurangnya kualitas layanan yang ada di setiap layanan Voluntary Councelling and Testing.
Persoalan pertama banyak terkait dengan fasilitas fisik dari VCT, yaitu berkaitan dengan desain, dari bangunan atau ruang
VCT. tulisan ini mengkaji tentang masalah fasiltas fisik dari desain ruang VCT yang ideal untuk pelayanan VCT di
layanan kesehatan seperti rumah sakit. Terdapat hubungan yang interaksional antara lingkungan fisik yang ada di VCT
dengan perilaku yang dimunculkan oleh orang yang mengakses VCT. Dalam mendesain ruang layanan VCT , terdapat
beberapa hal yang harus diperhatikan, yaitu: tujuan dari di dirikannya VCT, perkiraan jumlah klien yang mengakses,
rencana ukuran fisik ruangan VCT, fasiltas yang tersedia di dalam layanan VCT, rencana tata ruang umum yang ada
disekitar layanan VCT, dan kebijakan yang diambil oleh pihak Rumah sakit terkait desain umum layanan kesehatan. Pada
dasarnya ruang VCT yang ideal terdiri dari lima ruangan, yaitu ruangan tunggu, ruangan konseling, ruangan pengambilan
darah, ruangan petugas kesehatan dan non petugas kesehatan dan ruang laboratorium. Ada tiga unsur yang penting dalam
desain layanan, yaitu unsur sumber daya manusia, unsur sarana dan unsur prasarana, Akhirnya, salah satu hal yang perlu
diperhatikan dalam terjadinya perubahan perilaku setiap klien VCT adalah bagaimana rancangan lingkungan VCT yang
baik dan membuat setiat klien yang mengakses layanan VCt menjadi nyaman dan aman sehingga mendorong klien
menjadi berubah perilakunya dari yang beresiko menjadi tidak beresiko.
ABSTRACT
HIV and AIDS prevention in Indonesia still faces many obstacles and challenges. There are two factors that cause this
problem to occur first because of the limited number of Voluntary Counseling and Testing (VCT) services and secondly
because of the lack of quality of service available in every Voluntary Counseling and Testing service. The first problem
is much related to the physical facilities of VCT, that is related to the design, from the building or VCT room. this paper
reviews the physical facilitation issues of VCT room design that are ideal for VCT services in health services such as
hospitals. There is an interactional relationship between the physical environment present in the VCT and the behavior
raised by people accessing VCT. In designing the VCT service room, there are several things to note: the purpose of the
establishment of VCT, the approximate number of clients accessing, the VCT room physical size plan, the facilities
available in the VCT service, the general spatial plan that exists around the VCT services , and the policies adopted by
the Hospital related to the general design of health services. Basically the ideal VCT room consists of five rooms, namely
waiting room, counseling room, blood-taking room, health worker room and non-health workers and laboratory room.
There are three elements that are important in the design of services, namely the element of human resources, elements
of facilities and elements of infrastructure, Finally, one thing to note in the changing behavior of each VCT client is how
to design a VCT environment is good and make setiat clients who access the service VCT becomes comfortable and secure
so it encourages clients to change their behavior from being at risk of being at risk.
Toilet
membuat sebuah perjanjian, dan 8) meja dan kursi dalam Pengam
tunggu Konselin Staf
jumlah cukup dan nyaman. Konseling bilan
g VCT
Ruangan konseling harus dalam kondisi nyaman, Ruang Darah
aman, terjaga kerahasiaannya dan terpisah dari ruangan Penerima dan
tunggu dan ruang pengambilan darah. Ruangan konseling an Laborat
orium Ruang
memiliki dua pintu yang berbeda, yaitu pintu masuk dan Tungg
Pintu Masuk
pintu keluar sehingga klien yang sudah selesai Hasil
melaksanakan konseling tidak langsung bertemu dengan Konseling
klien lain yang sedang menunggu giliran. Di dalam Ruang
ruangan konseling yang dapat di isi 2 sampai 3 orang Kasir
tersebut dilengkapi dengan berbagai hal, seperti 1) tempat
duduk bagi klien maupun konselor 2) buku catatan Pintu Keluar
perjanian klien dan catatan harian, formulir informed
consent, catatan medis klien, formulir pra dan pasca
testing, buku rujukan, formulir rujukan, kalender dan alat
tulis 3) kondom dan alat peraga penis maupun perga alat Unsur Penting dalam Desain Ruang VCT
reproduksi perempuan. 4) gambar berbagai penyakit AIDS Dalam sebuah layanan VCT, akan selalu terdapat
dan alat menyuntik yang aman. 5) Buku resep gizi tiga unsur yang tidak dapat terpisahkan satu sama lain dan
seimbang. 6) Tisu. 7) Air minum 8) Kartu rujukan dan 9) saling terkoneksi dalam sebuah ruang VCT, yaitu unsur
Lemari arsip yang dapat dikunci: sumber daya manusia, unsur sarana dan unsur prasarana
Ruangan pengambilan darah harus dekat dengan (Kementerian Kesehatan RI, 2006a). Hal ini sejalan
ruang konseling dan terpisah dengan ruang an dengan pendapat Green (Lolita Sary, 2009), bahwa
laboratorium. Adapun peralatan yang dipersyaratkan ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas kesehatan
tersedia dalam ruangan laboratorium antara lain: 1) jarum adalah salah satu faktor pemungkin (enabling factor) yang
dan semprit steril 2) tabung dan botol tempat penyimpanan memungkinkan keinginan atau tujuan dapat terlaksana
darah 3) stiker kode 4) kapas alkohol 5) cairan disinfektan dalam bentuk perilaku. Sedangkan dua faktor yang lainnya
6) sarung tangan karet 7) apron plastik 8) Sabun dan yang dapat membentuk perilaku adalah faktor predisposisi
tempat cuci tangan dengan air mengalir 9) tempat sampah (predisposing factor) dan faktor penguat (reinforcing
barang terinfeksi, barang tidak terinfeksi, dan barang factor) (Wenny Chartika, Andri Dwi Hermawan, & Abduh
tajam (sesuai petunjuk kewaspadaan Universal Ridha, 2013)
Departemen Kesehatan) 10) petunjuk pajanan okupasional Unsur sumber daya manusia berhubungan erat
dan alur permintaan pertolongan pasca pajanan dengan fasilitas di dalam ruangan VCT yang akan
okupasional. diberikan kepada petugas atau staf yang bekerja di ruang
Ruangan petugas kesehatan dan non petugas VCT. Fasilitas-fasilitas yang diberikan kepada petugas
kesehatan digunakan untuk melakukan pemeriksaan atau staf yang bekerja di ruang VCT antara lain meja untuk
kesehatan dari klien yang memerlukan pemeriksaan melakun konseling antara konselor dengan kliennya, meja
kesehatan yang lebih lanjut. Di dalam ruangan ini dapat pengambilan darah, meja pemeriksaan kesehatan maupun
berisi 1) meja dan kursi. 2) tempat pemeriksaan fisik. 3) non kesehatan, tempat pemeriksaan dan ruang untuk staf
stetoskop dan tensimeter. 3) kondom dan alat peraga atau petugas VCT. Meja konseling diletakkan di ruangan
penggunaannya. 4) KIE HIV dan AIDS serta infeksi konseling yang digunakan untuk melaksanakan konseling
oportunistik. 5) Blangko resep, dan 6) Alat timbangan kepada klien baik dalam sesi konseling pra tes maupun
badan. pasca tes. Meja pengambilan darah diletakkan di ruangan
Sedangkan laboratorium dapat terletak di bagian pengambilan darah dan laboratorium. Digunakan sebagai
Patologi Klinik layanan kesehatan atau boleh juga tempat untuk proses pengambilan darah klien yang sudah
langsung berada di dalam ruang VCT itu sendiri. Adapun melewati proses konseling. Meja pemeriksaan dan tempat
materi yang seyogyanya tersedia di dalam ruangan pemeriksaan (biasanya ranjang) diletakkan diruangan
laboratorium antara lain: 1) reagen untuk testing dan pemeriksaan kesehatan dan non kesehatan. Meja
peralatannya. 2) sarung tangan karet. 3) jas laboratorium. pemeriksaan dan tempat pemeriksaan digunakan petugas
4) lemari pendingin. 5) alat sentrifusi. 6) ruang atau staf VCT untuk proses pemeriksaan kesehatan
penyimpanan testing kit, barang habis pakai. 7) buku-buku lanjutan bagi klien yang memerlukan. Sedangkan ruang
register (stok habis pakai, penerimaan sampel, hasil staf VCT cenderung menjadi ruang kerja, dimana ruang ini
ABSTRAK
Media Sosial sudah menjadi ketergantungan di kalangan masyarakat khususnya dikalangan remaja dan pemuda.
Sehingga media sosial berpengaruh besar dalam perubahan perilaku remaja dan pemuda. Dari dampak positif dan
negatif. Menurut Crish Garret (2009) media sosial adalah alat, jasa dan komunikasi yang memfasilitasi hubungan antara
orang dengan satu sama lain dan memiliki peminat yang banyak tidak terkecuali para remaja, bahkan usia di bawah
umur sudah memiliki akun media sosial pribadi. Dalam kondisi sosial saat ini penggunaan media sosial sangat
digandrungi oleh berbagai macam usia. Khususnya para pemuda dan remaja memiliki nilai tersendiri yang punya unsur
dominasi dalam penggunaan alat ini. Maka perlu adanya pendidikan karakter untuk melindungi mereka dalam
menggunakan aplikasi tersebut. Yaumi (2014) Pendidikan karakter adalah upaya sengaja untuk membantu orang
mengerti, peduli tentang, dan berbuat atas dasar nilai-nilai etik. Penggunaan media sosial seharusnya didukung oleh
elemen ini, dikarenakan para remaja dan pemuda sebagai generasi penerus bangsa harus dibekali oleh pendidikan yang
mampu memotivasi serta membuat mereka untuk menjadi pribadi yang lebih baik ke depannya. Di dalam penelitian ini
menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif, dengan cara wawancara, dokumentasi dan studi pustaka. Media
sosial hadir untuk menjawab dan memenuhi kebutuhan manusia terkait kemajuan teknologi dewasa ini, dikarenakan
tingkat peradaban dunia yang berskala kompleks dan juga didukung oleh perkembanganpesat dari ilmu pengetahuan dan
teknologi. Namun tidak dapat dipungkiri bahwa social media hadir membawa dampak positif dan negatif terhadap pola
perilaku manusia secara individu dan kelompok.
ABSTRACT
Social media already be dependence among people community especially among teens and young man. So that social
media take effect big in change behavior teens and young man. From impact positive and negative. According to Crish
Garret (2009:78) Social Media is tools, services and facilitating communication relationship between people with one
each other and have many enthusiasts no except teenagers, even age in under age already have social media even age in
under age alerady have social media accounts personal. In condition social moment this use of social accounts personal.
In condition social moments this use of social media very loved by various kind of age. Especially the youth and teens
have value its own got element domination in use tool this. Then need exixtence education character for protect they in
use the application. Yaumi (2014:8-9) education character is a deliberate attempt to help people understand, care about,
and do on basic values ethics. Use of social media should supported by element this, because of teenagers and young
man as generation successor nation must provided by education capable motivate and make they for be more personal
good to in front of capable motivate and make they for be more.
Teknologi informasi tidak terlepaskan dari proses menciptakan dan memberdayakan proses komunikasi
komunikasi manusia sebagai makhluk sosial. Teknologi yang lebih efektif. Teknologi informasi sendiri terdiri
informasi dituntut untuk selalu menciptakan hal yang dari gabungan antara teknologi komputer dan teknologi
baru dalam mempermudah proses komunikasi manusia. komunikasi. Teknologi komputer adalah teknologi yang
Teknologi informasi dianggap mampu untuk berhubungan dengan komputer, termasuk peralatan-
Kalangan remaja dan pemuda adalah salah satu Devito A, Josep. 2011. Komunikasi Antar Manusia Edisi
kelompok masyarakat produktif yang menggunakan Ke Lima. Karisma Publising Group, Tangerang.
sarana teknologi informasi berupa media sosial dengan Roesma Joy, Mulya Nadia. 2018. Media Sosialita, Eksis
baik. Manfaat positif dan negatif didapatkan sekaligus. Narsis Jadi Daring Darling. PT. Gramedia Pustaka
Media sosial ini juga sering memposting kegiatan sehari- Utama, Jakarta.
hari mereka seperti berwirausaha, memberikan informasi Nurudin,2005. Sistem Komunikasi Indonesia, PT.
yang benar, juga menggambarkan gaya hidup yang sesuai RajaGrafindo Persada, Jakarta
dengan perkembangan jaman, sehingga mereka dianggap Rakhmat Jalaluddin, 2003. Psikologi Komunikasi, PT.
lebih populer di lingkungannya. Namun apa yang mereka Remaja Rosdakarya, Bandung
lakukan di media sosial tidak selalu menggambarkan Website: www.katadata.co.id (diakses 22 Juli 2018)
keadaan social life mereka yang sebenarnya. Ketika para
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana sense of place yang dimiliki oleh para mahasiswa baru pendatang
dari Jakarta yang harus melanjutkan pendidikannya di kota Banjarbaru. Sense of place adalah makna yang melekat pada
sebuah setting ruang bagi seseorang atau kelompok yang tidak diilhami oleh keadaan fisik suatu tempat sendiri
melainkan berada didalam interpretasi manusia terhadap keadaan itu. Penelitian ini menggunakan metode
penelitian kualitatif. Teknik penggalian data yang digunakan adalah observasi non-participant dan wawancara. Subjek
penelitian merupakan 3 orang mahasiswa dari Jakarta dimana dua diantaranya merupakan mahasiswa baru dan satu
orang merupakan mahasiswa lama. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sense of place yang dimiliki oleh subjek MA
tergolong tinggi sedangkan subjek HB dan subjek DZ sama-sama memiliki sense of place yang rendah.
ABSTRACT
This study aims to find out the sense of place of these newcomer freshmen from Jakarta who have to
continue their study in Banjarbaru. Sense of place is an inherent meaning to a space setting for individual or
group in which not inspired by a place’s physical state but human interpretation of that state. This
research used qualitative research methods. Data mining techniques used were non-participant observation
and interview. Subject of this study were three college student from Jakarta which two people were freshmen
and one person was an old student. Results of this study shows that sense of place of subject MA was high
while sense of place of subject HB and subject DZ were low.
Banyaknya jumlah perguruan tinggi di yang baik entah itu pilihan mereka sendiri ataupun
Indonesia membuat mahasiswa mempnyai banyak pilihan orang tua agar dapat belajar dengan baik,
pilihan. Menurut data dari Dirjen Pendidikan mencapai cita-cita sejak kecil dan kemudian bisa
Tinggi (DIKTI, 2015), terdapat 4,307 institusi mendapatkan pekerjaan yang baik walaupun harus
yang tersebar di seluruh Indonesia. Mahasiswa meninggalkan kota asal mereka atau biasa disebut
baru merupakan individu yang sedang menuju dengan merantau
kematangan pribadi. Ketika lulus sekolah Di tempat baru, mahasiswa baru pendatang
mengengah atas, kebanyakan siswa ingin akan mengalami situasi yang berbeda dengan
melanjutkan studiny ke universitas- universitas kehidupan ditempat asalnya misalnya saja
MA :
- mengunjungi tempat
wisata
tercukupi
HB :
- menyusuri kota
tempat berkumpul)
DZ :
Sense of Sense of
Place tinggi Place
rendah
Gambar 1. Bagan Sense of Place pada mahasiswa baru pendatang dari Jakarta di Banjarbaru
Yulia Hairina
Prodi Psikologi Islam, Fakultas Ushuluddin dan Humaniora, Universitas Islam Negeri Antasari ,
E-mail: yhairina@gmail.com
No. Handphone : 081351734073
ABSTRAK
Seorang anak sejak dini harus mempunyai kesadaran dalam mencintai lingkungan sekitarnya sehingga ketika anak mulai
memasuki tahapan selanjutnya ia sudah mempunyai kesadaran untuk mencintai lingkungan maka anak dengan
senang hati akan memperlihatkan perilaku peduli lingkungan dan menjaga alam semesta ini. Ecoliteracy salah satu
upaya dalam membentuk perilaku ramah lingkungan pada anak usia dini dengan melalui peran orang dewasa yang
ada di sekitar mereka baik orangtua maupun guru di sekolah. Pada studi ini, dilakukan kajian literatur terhadap
berbagai sumber terkait ecoliteracy yang relevan dengan perilaku ramah lingkungan. Hasil pembahasan dari berbagai
sumber ini kemudian dijadikan dasar dalam merumuskan sebuah strategi membentuk perilaku ramah
lingkungan yang relevan untuk anak usia dini.
ABSTRACT
An early child must have awareness in loving the surrounding environment so that when the child begins to enter the
next stage he already has the awareness to love the environment then the child will gladly show the behavior of care for
the environment and keep the universe. Ecoliteracy is one of the efforts in shaping eco-friendly behavior in early
childhood through the role of adults around them both parents and teachers at school. In this study, a literature review
was conducted on various ecoliteracy- related sources relevant to eco-friendly behaviors. The results of the discussion
from these various sources are then used as the basis for formulating a strategy to form environmentally friendly
behaviors that are relevant for early childhood.
Lingkungan merupakan tempat tinggal kita lingkungan, serta kebiasaan-kebiasaan buruk yang kerap
bersama oleh karena itu sudah selayaknya di jaga dan di dilestarikan tidak memperhatikan kelangsungan
lestarikan agar kita dapat hidup nyaman dan tenteram lingkungan, hal ini serupa dengan pendapat Vaquette
sehingga dengan begitu keberlangsungan hidup dari ke (2001) yang mengatakan bahwa lingkungan hidup kita
generasi pun akan terjamin. Lingkungan merupakan secara keseluruhan, terbentuk oleh tangan- tangan
sebuah warisan, Akhadi (2009) menyebutkan bahwa manusia dan apapun yang terjadi pada lingkungan
“lingkungan tempat hidup manusia sangat disekitar, itu semua dipengaruhi oleh keberadaan
mempengaruhi kualitas hidup manusia”. Namun, pada manusia itu sendiri. Apabila manusia bisa melestarikan
kenyataannya kualitas lingkungan tempat tinggal kita dan mencintai lingkungan, maka manusia akan
semakin menurun dari tahun ke tahun. Hal ini dapat di mendapatkan manfaatnya, namun sebaliknya apabila
lihat dari situs web resmi Kementrian Lingkungan Hidup manusia hanya mengkesplorasi alam maka yang terjadi
dan Kehutanan yang menyatakan bahwa Indeks Kualitas adalah kerusakan dan bencanalah yang akan diperoleh
Lingkungan Hidup (IKLH)l Indonesia kian manusia.
memprihatinkan dari tahun ke tahunnya. Jika hal ini terus dibiarkan maka akan
Salah satu penyebab buruknya kualitas berdampak pada banyak hal. Dilihat dari segi kesehatan,
lingkungan tersebut, jika di cermati sebenarnya berakar misalnya lingkungan yang kualiatasnya buruk dapat
dari cara pandang dan perilaku masyarakat itu sendiri menimbulkan berbagai macam gangguan kesehatan.
sebagai pengguna alam lingkungan, misalnya: karena Sedangkan dari sisi psikologis seseorang akan lebih
kurangnya inisiatif menjaga lingkungan dan seringkali mudah mengalami stress, gangguan emosional bahkan
melakukan kegiatan-kegiatan yang tidak memperdulikan dapat menimbulkan tindakan-tindakan agresif dan
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana environmental values pada guru di SD Muhammadiyah
Hajjah Nuriyah Banjarbarudan SD Alam Muhammadiyah Banjarbaru sehubungan dengan konsep sekolah
alam yang diterapkan.Environmental values adalah prinsip atau keyakinan yang mengarahkan atau
memelihara sikap seseorang sehubungan dengan lingkungan. Penelitian ini menggunakan metode penelitian
kualitatif untuk menggambarkan bagaimana orientasi environmental values yang mencakup nilai egoistik,
altruistik, dan biosferik pada subjek penelitian. Teknik penggalian data yang digunakan adalah observasi non-
partisipan dan wawancara semi terstruktur. Subjek dalam penelitian ini adalah tiga orang dimana dua orang
adalah guru dan satu orang kepala sekolah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai egoistik dan biosferik
antaraguru SD Alam Muhammadiyah Banjarbaru dan guru SD Muhammadiyah Hajjah Nuriyah Banjarbaru
memiliki perbedaan. Pada nilai altruistik menunjukkan orientasi nilai yang berbeda-beda. Meskipun terdapat
perbedaan orientasi nilai, namun secara umum sikap dan perilaku terhadap lingkungan ketiga subjek tidak
jauh berbeda. .
ABSTRACT
This study aims to find out how the environmental values of teachers in the Muhammadiyah elementary school
Hajjah Nuriyah Banjarbaru and SD Alam Muhammadiyah Banjarbaru in connection with the concept of green
school. Environmental values are principles or beliefs that direct or maintain one's attitude with respect to the
environment. This research uses qualitative research methods to describe how the orientation of
environmental values that include egoistic, altruistic, and biospheric values on the subject of research. Data
mining techniques used were non-participant observation and semi-structured interviews. Subjects in this
study were three teachers in each school. The results showed that there are differences between egoistic and
biospheric values among elementary school teachers Alam Muhammadiyah Banjarbaru with elementary
school teacher Muhammadiyah Hajjah Nuriyah Banjarbaru. While the altruistic value shows the different
orientation. However, despite the differences in their values orientation, their attitudes and behavior toward
the environment are not much different.
Pendidikan merupakan hal yang sangat fundamental daya manusia dapat dikembangkan dengan
dalam kehidupan, termasuk bagi kesejahteraan baik.Pendidikan di Indonesia merangsang
bangsa dan negara. Setiap negara berupaya tumbuhnya sekolah-sekolah alternatif yang di
meningkatkan sistem pendidikannya agar sumber
Bonar Hutapea*
Fakultas Psikologi, Universitas Tarumanegara, Jl. Let.Jend. S. Parman No. 1 Jakarta 11440, Indonesia
*E-mail: bonarh@fpsi.untar.ac.id
No. Handphone: 085946355650
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah kajian bersifat eksploratif dan preliminer yang mencoba mengungkap keterkaitan orientasi
keberagamaan dan karakteristik demografis dengan perilaku konsumen yang bertanggung jawab secara sosial.
Pendekatan kuantitatif tipe korelasional dengan menggunakan skala psikologis berupa adaptasi Socially Responsible
Consumer Behavior questionnaire dan adaptasi Religious Orientation Scale serta pertanyaan-pertanyaan demografik
dilakukan terhadap 114 mahasiswa di Jakarta. Data dianalisis dengan analisis deskriptif, korelasi dan uji beda. Hasilnya
menunjukkan bahwa perilaku tanggung jawab secara sosial sebagai konsumen tergolong rendah, tak ada korelasi
signifikan antara orientasi keagamaan baik intrinsik maupun ekstrinsik dengan perilaku tersebut. Selain itu, tidak
ditemukan adanya perbedaan CSR Performance, Consumer recycling behavior, dan Environmental impact purchase and
use criteria ditinjau dari pilihan moda transportasi dan keterlibatan dalam organisasi sosial. Keterbatasan penelitian
dibahas dalam rangka penelitian lanjutan yang diharapkan dapat berkontribusi terhadap pemahaman tentang perilaku
konsumen di Indonesia khususnya terkait dengan perilaku pro-lingkungan dan tanggung jawab sosial.
ABSTRACT
This exploratory and preliminary study examined the relationship between religious orientation and demographic
characteristics with socially responsible behavior among 114 college students in Jakarta who completed Socially
Responsible Consumer Behavior questionnaire, Religious Orientation Scale and demographic questions. The data were
analyzed using descriptive analysis, correlation and independent sample T-test. Results show that college student report
low level of socially responsible consumer behavior, neither intrinsic nor extrinsic orientation has significant correlation
with this behavior. Moreover, there was no statistically significant differences on CSR Performance, Consumer recycling
behavior, and Environmental impact purchase and use criteria for different transportation modes preferences and social
organizational activism. Limitations of the research are discussed in terms of possible further research on consumer
behavior in Indonesia as it relates to pro-environmental behavior and social responsibility
Hasil korelasi antar variabel menunjukkan Dari hasil analisis korelasi Pearson untuk menguji
bahwa kedua orientasi keberagamaan tidak memiliki keterkaitan variabel independen dan variabel terikat di
korelasi yang signifikan dengan semua sub-variabel atas menunjukkan bahwa jika partisipan memiliki skor
perilaku konsumen yang bertanggung jawab secara orientasi keberagamaan ekstrinsik maupun intrinsik yang
sosial. Hasil perhitungan berupa matriks interkorelasi tinggi maka belum tentu diikuti dengan tinggi atau
dapat dilihat pada tabel 2 rendahnya skor pada perilaku yang bertanggung jawab
secara sosial, begitu pula sebaliknya.
Tabel 2. Hasil interkorelasi variabel
Selanjutnya, hasil independent sample T-test,
1 2 3 4 5 dengan asumsi equal variances yang diuji dengan
1. CSRP 1
2. Recycle 0,170 1
Levene’s Test untuk menguji perbedaan perilaku
3. Environment 0,634** 0,261** 1 konsumen yang bertanggung jawab secara social
4. Ekstrinsik 0,061 -0,015 -0,021 1 ditinjau dari status keanggotaan dalam organisasi
5. Intrinsik 0.123 -0,150 0,026 0,339** 1
dan moda transportasi dapat dilihat pada table 3 dan
*p< 0,05; p<0,01
4
Tabel 3. Perbedaan tanggung jawab sosial konsumen ditinjau dari moda transportasi
Moda transportasi
Tanggung jawab sosial konsumen Umum Pribadi df t p
M SD M SD
CSRP 2,56 0,63 2,79 0,81 112 -1,73 0,08
Tabel di atas menunjukkan bahwa tidak ada pengguna transportasi umum tidak berbeda dalam
perbedaan signifikan dimensi-dimensi tanggung jawab perilakunya sebagai konsumen yang bertanggung jawab
sosial konsumen ditinjau dari moda transportasi yang secara sosial.
digunakan oleh responden. Dengan kata lain, baik
pengguna kendaraan pribadi maupun pejalan kaki dan
Tabel 4. Tanggung jawab sosial konsumen ditinjau dari keterlibatan organisasi
ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran peer attachment pada siswa Madrasah Aliyah Program
Khusus (MAPK) MAN 4 Banjar di Martapura. Peer attachment adalah sebuah ikatan yang berhubungan dengan
pikiran, perasaan dan emosi yang terjadi antara seorang anak dengan teman-temannya, baik dengan seseorang maupun
dengan kelompok sebayanya. Metode penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif untuk menggambarkan
secara sistematis tentang subjek yang diteliti secara tepat, sehingga mendapatkan data yang akurat mengenai peer
attachment. Subjek dalam penelitian ini sebanyak 3 (tiga) orang, yang merupakan siswa MAPK MAN 4 Banjar. Teknik
penggalian data yaitu berupa observasi non partisipan dan wawancara. Hasil penelitian menunjukkan bahwa subjek
memiliki kualitas peer attachment yang baik. Hal ini tampak dari komunikasi subjek dengan teman sebayanya. Subjek
dapat mengungkapkan perasaan, meminta pendapat, menanyakan solusi untuk permasalahan yang dialaminya pada
teman mereka. Mereka saling membantu teman sebaya agar memahami diri sendiri. Selain itu, ada kepercayaan subjek
pada teman sebayanya. Berkembang perasaan aman untuk berbagi cerita, dan hal-hal yang mereka rasakan; berkeluh
kesah, dan menceritakan rasa keterasingan yang mereka rasakan. Mereka merasa ada hal yang berbeda (asing) jika
teman sebaya tidak berada di sisi atau sedang tidak masuk sekolah
Kata kunci: Peer Attachment, Madrasah Aliyah Program Khusus (MAPK), MAN 4 Banjar
ABSTRACT
The purpose of this research is to find out the description peer attachment of students in Islamic Senior High School for
The Special Program (MAPK) MAN 4 Banjar at Martapura. Peer attachment is a bond associated with thoughts, feelings
and emotions that occur between a child and his friends, either with a person or with peers. This research using qualitative
research methods to describe systematically about the subject precisely, so get accurate data about peer attachment.
Subjects in this study is three students in Islamic Senior High School for The Special Program (MAPK) MAN 4 Banjar. The
technique of data mining is non-participant observation and interviews. The results showed that subjects had good peer
attachment quality. This is evident from the subject communication with peers. Subjects can express feelings, ask opinions,
ask solutions for problems they have with their friends. They help each other to understand themselves. In addition, there
is confidence in the subject of peers. Developing a sense of security to share stories, and things they feel; complaints, and
tell the sense of alienation they feel. They feel there are different things (foreign) if peers are not on the side or are not in
school.
Keywords: Peer Attachment, Islamic Senior High School for the Special Program (MAPK), MAN 4 Banjar
Pendidikan memegang peranan penting dalam pendidikan perlu mendapatkan perhatian, penanganan
pengembangan sumber daya manusia dan insan yang dan prioritas, baik oleh pemerintah, keluarga, masyarakat
berkualitas (Sukmadinata, 2007). Untuk itu bidang maupun pengelolaan aktivitas. Berdasarkan Undang-
(KHS)
Mengungkapkan perasaan, Adanya perasaan aman untuk Merasakan ada hal yang
meminta pendapat, berbagi cerita, perasaan dan berbeda (asing) jika teman
menanyakan permasalahan, keluh kesah. sebaya tidak berada disisi
membantu agar memahami
diri sendiri.
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana sikap altruistik relawan TAGANA (Taruna Siaga Bencana) di
Kabupaten Banjar. Sikap altruistik merupakan suatu tindakan untuk menolong yang dilakukan oleh individu secara
sukarela tanpa pamrih dan tidak meminta imbalan sedikitpun. Berusaha untuk meningkatkan kesejahteraan orang lain
dengan keyakinan pada diri sendiri atas dasar rasa suka menolong. Metode penelitian ini menggunakan metode penelitian
kualitatif. Subjek dalam penelitian ini ada 3 (tiga) orang. Terdiri dari 1 (satu) orang laki-laki, dan dua (2) orang
perempuan. Alat pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan wawancara dan observasi. Dari hasil wawancara
dan observasi ditemukan bahwa ketiga subjek telah memenuhi aspek-aspek altruisme, yaitu empati, meyakini keadilan
dunia, tanggung jawab sosial, kontrol diri internal dan ego yang rendah . Oleh karena itu, mereka dapat dikatakan memiliki
sikap altruistik yang cukup tinggi.
ABSTRACT
The purpose of this study is to find out about altruisticattitude on TAGANA (Taruna Siaga Bencana)volunteers in Banjar
District. Altruistic attitude is an act to help that is done by individuals voluntarily,selflessly, while also not asking for the
slightest reward. The efforts to improve the welfare of others with confidence in oneself on the basis of a sense to help.
The research method used are qualitativeresearch method. The subjects in this study are 3 (three) people. Consisted of 1
(one) male, and two (2) women. Data collection tools used in this study are interviews and observation. From the
outcomes of interviews and observations,it is found that the three subjects have met the aspects of altruism, namely
empathy, believing in world justice, social responsibility, internal self-control and low ego. Therefore, they can be said
to have a fairly high altruistic attitude.
Andromeda, S. (2014). Hubungan antara Empati John M.Echol dan Hassan Shadity, Kamus Inggris
dengan Perilaku Altruisme Pada Karang Indonesia. Gramedia Pustaka Agama.
Taruna Desa Pakang. Naskah Publikasi. Jakarta. 2006.
Universitas Muhammadiyah surakarta.
Laila, K.N. dan Asmarany, A.I. (2015). Altruisme pada
Arifin. Bambang. S. (2015). Psikologi Sosial. Pustaka Relawan Perempuan yang Mengajar Anak
Setia Bandung. Berkebutuhan Khusus di Yayasan Anak
Jalanan Bina Insan Mandiri. Jurnal Psikologi.
Asih, G.Y, dan Pratiwi, M.M.S. (2010). Perilaku 8 (1).
Prososial Ditinjau dari Empati dan
Kematangan Emosi. Jurnal Psikologi Markas Komando Tagana Indonesia Kementrian Sosial
Universitas Maria Kudus, 1 (1). PP:33-42 RI. http://en.gravatar.com/korantagana.
Baron dan Byrne. (2006). Psikologi Sosial. Alih Bahasa: Moore. (2015). Critical thingking: 11 th edition. New
Ratna Djuwita. Jakarta Selatan: Salemba York: McGraw. Hill Education.
Humanika.
Myers. G.D. (2012). Psikologi Sosial jilid 2. Jakarta
Batson, D.C. (2011). Altruisme in humans. New York: Selatan: Salemba Humanika.
Oxford University Press.
Nashori, F. (2008). Psikologi Sosial Islami. Bandung:
Badan Lingkungan Hidup Daerah. (2015). Laporan PT. Refika Aditama.
Status Lingkungan Hidup Daerah
Kalimantan Selatan. Sugiyono. (2010 ). Metode penelitian kuantitatif
kualitatif dan r & d. Bandung: Alfabeta.
Badan Penanggulangan Bencana Daerah Provinsi
Kalimantan Selatan. Taylor, S.E. Letitia, A.P,.& David, O.S. (2009).
Psikologi Sosial. Edisi ke 12. Diterjemahkan
Carr, A. (2004). Positive Psychology the science of oleh Tri Wibowo B.S. Jakarta Kencana.
happiness and human strengths. New York:
Brunner-Rantledge. Tim Redaksi Pusat Bahasa Departemen Pendidikan
Nasional. Kamus Bahasa Indonesia, Jakarta
Edi. Basuki. (2013). “Apa Itu Kerelawanan dan Siapa 2008.
yang Di Sebut
Relawan???”.http://ebasoline.blogdetik.com/ Tobing, E.M. (2015). Subjective Well-being pada
2013/03/07/apa-itu-kerelawanan-dan-siapa- Relawan Skizofrenia Yayasan Sosial Joint
yang-disebut-relawan/ Adulam Ministry (JAM) Di Samarinda. E-
journal Psikologi. 3 (1). 407-420.
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana identitas tempat pengunjung Taman Kamboja terhadap ruang
terbuka hijau di kota Banjarmasin tersebut. Identitas tempat adalah suatu keterikatan emosional individu yang kuat
terhadap tempat atau setting tertentu yang dipengaruhi oleh hubungan antara individu dengan lingkungan fisik di
sekitarnya yang secara esensial tergantung pada pengalaman konkrit yang dialami individu, sehingga diperoleh nilai
simbolik secara signifikan dalam kaitannya dengan sosial, emosional dan tindakan individu pada lingkungan tersebut.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif untuk menggambarkan bagaimana identitas tempat yang
mencakup aspek keberlanjutan, keakraban, kelekatan, komitmen dan perbandingan evaluasi terhadap tempat tersebut
dan hal yang mendasari terbentuknya identitas tempat pada diri individu terhadap suatu tempat yakni faktor hubungan
personal, faktor lingkungan fisik, dan faktor komitmen pada subjek penelitian. Teknik penggalian data yang digunakan
adalah observasi non-partisipan dan wawancara. Subjek dalam penelitian ini berjumlah tiga orang yang terdiri dari
laki-laki dan perempuan dengan usia yang berbeda. Subjek perempuan yaitu RA berusia 20 tahun dan subjek laki-laki
yaitu MA berusia 47 tahun sering mengunjungi kawasan Taman Kamboja. Sementara subjek laki-laki yaitu PA berusia
20 tahun jarang mengunjungi kawasan tersebut. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa identitas tempat yang
terbentuk antara subjek RA cenderung sama dengan subjek MA dan berbeda dari subjek PA. Jadi, identitas tempat
terhadap Taman Kamboja bervariasi, yakni sebagai tempat berolahraga, sebagai tempat rekreasi keluarga, sebagai
tempat bermain anak serta sebagai tempat bersantai.
ABSTRACT
This study aims to find out how the place identity of visitors Kamboja Park for green open space in the city of Banjarmasin.
Place identity is an individual strong emotional attachment to place or a particular setting that is affected by the
relationship between the individual with the surrounding physical environment which is essential depends on the
individuals concrete experience so that symbolic values acquired significantly in relation to the social, emotional and
individual actions on the environment. This study uses qualitative research methods to describe how place identity that
includes aspects of continuity, familiarity, attachment, commitment and evaluation for the place and the things that
underlie the formation of place identity on the individual self related to personal factors, physical environment factors,
and commitment on the subject. Data mining techniques used are non-participant observation and interviews. The subject
in this study amounted to three people consisting of men and women with different age. Female subject RA aged 20 years
old and male subject MA aged 47 years old are frequent visits the Kamboja Park. While the male subject PA aged 20
years old is rare. The results obtained indicate that the place identity which is between subject MA and RA tends to equal
and different from the subject PA. So that, place identity are varies as a place to work out, as a place for family recreation,
as a place playground as well as a place to relax
Banjarmasin yang dijuluki Kota Seribu Sungai memenuhi kebutuhan masyarakat kota Banjarmasin
memiliki wilayah seluas 98,46 km² yang wilayahnya terhadap ruang terbuka hijau (RTH), pemerintah kota
merupakan kepulauan yang terdiri dari sekitar 25 pulau Banjarmasin membangun suatu kawasan di pusat kota
kecil yang dipisahkan oleh sungai-sungai. Dalam upaya yang diperuntukkan bagi masyarakat kota Banjarmasin.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah Knez, I. (2005). Attachment and identity as related to a
dilakukan didapat hasil bahwa Taman Kamboja place and its perceived climate. Journal of
Banjarmasin merupakan Ruang Terbuka Hijau yang ada environmental psychology, 25(2), 207-218.
di kota Banjarmasin dan dimanfaatkan masyarakat
untuk melakukan berbagai kegiatan. Identitas tempat Lalli, M. (1992). Urban-related identity: Theory,
yang dimiliki Taman Kamboja ini sangat bervariasi measurement, and empirical findings. Journal
yakni sebagai tempat berolahraga, sebagai tempat of environmental psychology, 12(4), 285-303.
rekreasi keluarga, sebagai tempat bermain anak serta
sebagai tempat bersantai. Hal ini di dasari oleh lima Moleong, Lexy J. (2007). Metodologi Penelitian
aspek yang membentuk identitas tempat subjek terhadap Kualitatif. Bandung: Penerbit PT Remaja
kawasan Taman Kamboja yaitu aspek keberlanjutan, Rosdakarya Offset.
keakraban, kelekatan, komitmen dan perbandingan
evaluasi terhadap tempat tersebut serta didasari oleh Proshansky, H. M., Fabian, A. K., & Kaminoff, R.
faktor Hubungan Personal pada diri individu. Dengan (1983). Place-identity: Physical world
memahami identitas tempat Taman Kamboja sebagai socialization of the self. Journal of
Ruang Terbuka Hijau Banjarmasin ini diharapkan dapat environmental psychology, 3(1), 57-83.
membantu pemerintah dalam membuat kebijakan terkait Rijal, S. (2008). Kebutuhan ruang terbuka hijau di kota
pengelolaan kawasan ini. Makassar tahun 2017. Jurnal Hutan dan
Masyarakat, 3(1).
DAFTAR PUSTAKA
Ruslan, M., & Rahmad, B. (2016). Kajian Ruang
Bernardo, F., & Palma-Oliveira, J. M. (2016). Urban Terbuka Hijau dalam rangka pembentukan
neighbourhoods and intergroup relations: The hutan kota di Banjarbaru. Jurnal Hutan
importance of place identity. Journal of Tropis, 13(1).
Environmental Psychology, 45, 239-251.
Samsudi, S. (2010). Ruang Terbuka Hijau Kebutuhan
Ernawati, J. (2011). Faktor-Faktor Pembentuk Identitas Tata Ruang Perkotaan Kota Surakarta. Journal
Suatu Tempat. Jurnal Universitas of Rural and Development, 1(1).
Brawijaya, 3(2), 01-09.
Setyowati, D. L. (2008). Iklim Mikro dan kebutuhan
Ernawati, J. (2014). Hubungan Aspek Residensial Ruang Terbuka Hijau di Kota Semarang (The
Dengan Place Identity Dalam Skala Micro Climate and The Need of Green Open
Space for The City of Semarang). Jurnal
Manusia dan Lingkungan, 15(3), 125-140.
Targowski, W., & Piotr, C. (2017, October). Shaping Twigger-Ross, C. L., & Uzzell, D. L. (1996).
Place Identity through Interaction on the Place and identity processes. Journal of environmental
Example of the European Solidarity Centre in psychology, 16(3), 205-220.
Gdansk. In IOP Conference Series: Materials
Science and Engineering (Vol. 245, No. 4, p.
042055). IOP Publishing.
ABSTRAK
Persepsi terhadap iklim sekolah adalah proses menerima stimulus, menyeleksi, mengorganisasikan, dan kemudian
memberikan makna terhadap suasana atau kualitas yang dimiliki sekolah yang membantu setiap individu merasa
berharga dan penting dan menjadikan sekolah sebagai tempat yang baik untuk belajar. Penelitian ini bertujuan untuk
melihat Gambaran Siswa di SMPN 1 Martapura Timur terhadap Iklim Sekolahnya. Subjek pada penelitian ini ada dua,
pertama subjek 1 berinisial AN kelas VIIIA dan subjek 2 berinisial SA kelas VIIIB yaitu salah satu siswa di sekolah di
SMPN 1 Martapura. Penelitianinimenggunakanmetodekualitatifdenganmelakukanteknikwawancara semi
terstrukturdanobservasi non partisipandalampengumpulandatanya tentang subjek yang diteliti secara tepat, sehingga
mendapatkan data yang akurat mengenai persepsi siswa terhadap iklim di sekolahnya. Hasilnya menurut kedua subjek
yaitu persepsinya terhadap iklim sekolah negatif dalam hal, Teaching and Learning dorongan dari guru dalam metode
pembelajaran tidak adanya praktik pengajaran yang mendukung dan Institutional Environmental yaitu di sekolahnya
kurang adanya fasilitas, tidak ada media pembelajaran.
ABSTRACT
The perception of school climate is the process of receiving stimulus, selecting, organizing, and then giving meaning to
the school's atmosphere or quality that helps each individual feel valuable and important and makes the school a good
place to learn. This study aims to look at the Student's Picture in SMPN 1 Martapura Timur on the School Climate.
Subjects in this study there are two, first subject 1 initials AN class VIIIA and subject 2 initials SA class VIIIB is one of
the students at school at SMPN 1 Martapura. This research uses qualitative method by conducting semi-structured
interview technique and non participant observation in collecting data about the subjects examined appropriately, thus
getting accurate data about students' perception on climate in their school. The result according to the two subjects is
the perception of negative school climate in the case, Teaching and Learning encouragement from the teacher in the
method of learning the absence of supporting teaching practices and Institutional Environmental namely in the school
lack of facilities, no learning media.
Proses pendidikan yang baik dapat tercipta jika mendukung terciptanya iklim sekolah yang positif
iklim sekolahnya kondusif. Iklim sekolah adalah suatu (Moedjiarto, 2002).
keadaan yang dapat di amati dan di interpretasikan oleh Persepsi terhadap iklim sekolah adalah proses
siswa yang meliputi kondisi sekolah yang di ciptakan dari menerima stimulus, menyeleksi, mengorganisasikan, dan
perpaduan antara norma, kebiasaan dan interaksi antar kemudian memberikan makna terhadap suasana atau
berbagai faktor (pribadi, sosial, budaya) yang kualitas yang dimiliki sekolah yang membantu setiap
mempengaruhi sikap civitas sekolah yang mengarah pada individu merasa berharga dan penting dan menjadikan
prestasi siswa yang tinggi. Sehingga perlu adanya persepsi sekolah sebagai tempat yang baik untuk belajar. Persepsi
yang baik tentang pencitraan siswa terhadapat image siswa terhadap sekolahnya merupakan suatu hal yang
sekolah. Selain itu adanya hubungan yang baik antar subyektif, sehingga penilaian siswa terhadap norma dan
civitas sekolah dan pelaksanaan tata tertib sekolah yang kondisi lingkungan sekolahnya bisa berbeda dengan
ketat serta lingkungan sekolah yang kondusif juga keadaan yang sebenarnya. Iklim sekolah yang positif
Alma Yulianti
Fakultas Psikologi, UIN Sultan Syarif Kasim, Jl. Raya Pekanbaru-Sungai Pagar, Rimba Panjang, Tambang,
Kota Pekanbaru, Riau, 28293, Indonesia
*E-mail: almayulianti@rocketmail.com
No. Handphone: 081378863164
ABSTRAK
Persoalan rehabilitasi bagi penyandang masalah sosial masih menjadi ‘tugas rumah’ yang harus diselesaikan. Penyandang
masalah sosial yang tergabung dalam warga binaan yang dikelola oleh Dinas Sosial Kota Pekanbaru merupakan warga
yang berusia produktif yang berpotensi menciptakan inovasi-inovasi dalam banyak bidang. Tujuan penelitian ini adalah
mengekplorasi dan menemukan bentuk-bentuk dukungan psikologis dan sosial serta upaya pemberdayaan. Desain yang
digunakan dalam penelitian ini adalah desain penelitian kasus dan pendekatan kualitatif sebagai basis analisis dan
interpretasi data. Analisis data yang digunakan adalah reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Penelitian
ini menggunakan metode triangulasi sumber untuk menjelaskan keabsahan data Kesimpulan hasil penelitian ini bahwa
1) penanganan warga binaan Dinas Sosial dilakukan dengan beberapa cara yang saling melengkapi, antara lain outreach,
shelter home, kelompok bersama (support group), home visit (kunjungan rumah), pemberdayaan keluarga. 2) program
pendampingan yang dilakukan menggunakan prinsip penerimaan apa adanya (unconditional positive regard) dan
pemberdayaan dilakukan mencakup aspek psikologis dan sosial. Hasil penelitian ini dapat memberikan kontribusi secara
teori dalam pengembangan komunitas. Kontribusi secara praktis adalah sebagai bahan pertimbangan pagi pemerintah
dalam hal ini Dinas Sosial dalam merancang kebijakan penanganan warga binaan Dinas Sosial yang produktif, serta dapat
menjadi masukan bagi pengembangan kapasitas lembaga berbasis komunitas.
ABSTRACT
The issue of rehabilitation for people with social problems is still a 'home duty' to be solved. People with social problems
who are members of the assisted people managed by the Pekanbaru City Social Service are productive citizens who have
the potential to create innovations in many areas. This study aims to explore models of community -based citizen fron
Dinas Sosial Kota Pekanbaru, namely finding other forms of psychological support, such as social competencies. This
study design in a case study design a qualitative approach as a basis for analysis and interpretation of data . Conclusion
The results of this study that 1) the handling of citizen from Dinas Sosial conducted by several complementary ways,
including formal education, nonformal education, outreach, shelter home, family empowerment. 2 ) Control and
mentoring is using the principle of receiving citizen are (unconditional positive regard) ,empowerment do include social,
and psychological. The results of this study can contribute to community development theory, particularly those working
in the field of human resource development. Contribution is practically the early consideration in designing government
policies to deal with citizen from Dinas Sosial, and can be input for the development of the capacity of community -based
agencies in dealing with this citizen .
Penyandang masalah sosial yang tergabung dalam keterbatasan yaitu kemiskinan dan kesulitan terhadap
warga binaan yang dikelola oleh Dinas Sosial Kota akses pendidikan dan pekerjaan.
Pekanbaru merupakan warga yang berusia produktif dan Kemiskinan adalah salah satu penyebab utama dari
berpotensi mampu menciptakan inovasi-inovasi dalam berbagai masalah yang berkaitan dengan tindak negatif
banyak bidang namun disisi lain mereka memiliki yang terjadi dimasyarakat. Karena kemiskinan disebabkan
ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan
1. Asesmen
2. Intervensi Psikologis
3. Penguatan Perilaku
Diskusi Konseling
Kelompok
Bersama Kelompok
Berg, Laura. 2012. Develoment Through The Lifespan 1 Santrock, J.W., (1996). Perkembangan Remaja. Ed. 6.
(Edisi Terjemahan). Yogyakarta. Penerbit Erlangga. Jakarta
Pustaka Pelajar.
Santrock, J.W., (2007). Psikologi Perkembangan. Jilid
Departemen Sosial R.I. (1985). Study Kasus: Aspek- 2. Erlangga. Jakarta
aspek Kemiskinan di Beberapa Daerah di
Indonesia. Jakarta Yulianti, Alma. 2013. Psikologi Perkembangan
Sepanjang Rentang Kehidupan. Pekanbaru. Al-
Hershenson, D.B., Power, P.W., Waldo, M. (1996). Mujtahadah Press.
Community Counseling. Allyn and Bacon.
Boston Yumpi Festa. 2013. Rekonstruksi Model Penanganan
Anak Jalanan Melalui Pendampingan Psikologis,
Matarrita-Cascante, D., & Brennan, M.A. (2012). Suatu Intervensi Berbasis Komunitas . Jurnal
Conceptualizing Community Development in the Penelitian Psikologi 2013, Vol. 04, No. 02, 142-
Twenty-first Century. Community Development. 153. Universitas Muhammadiyah Jember.
Vol. 43, No. 3. July 2012, 293-305.
ABSTRAK
Danau Sipin merupakan ikon baru wisata dengan konsep water front city oleh Pemerintah Kota Jambi. Potensi
wisata danau sipin dimediasi melalui galeri dan website sebagai sarana pemasaran berbagai macam produk
masyarakat secara efektif, aman, dan edukatif. Sebagai upaya dalam meningkatkan produksi masyarakat
diperlukan pelatihan serta penyuluhan. Metode kegiatan yang dilakukan dalam pengabdian masyarakat ini
yaitu pelatihan pengemasan produk, pelatihan penjualan dan pemasaran, penyuluhan dan praktik manajemen
keuangan dan organisasi serta penyuluhan dan praktek pembuatan galeri dan paket wisata. Sasaran dalam
pengabdian masyarakat ini merupakan pengelola usaha yang ada di Danau Sipin dan sekitarnya. Hasil
pengabdian masyarakat ini berupa keterampilan masyarakat dalam pengemasan produk dengan merk lokal,
penjualan melalui media online, serta identifikasi paket wisata DsipinTour yang dikemas melalui website
dsipinshop.com sebagai sarana online smart shoping sehingga mampu mendorong keterampilan masyarakat
dalam meningkatkan kuantitas, dan kualitas produk.
ABSTRACT
Sipin Lake is a new icon of tourist attraction with water front city concept by Jambi City’s Government.
Tourism potential of Sipin Lake was effectively, safely, and educatively mediated by using gallery and website
as means marketing of community’s various products. As an effort in increasing production of community, it
was potentially needed a training andcounseling program.The activity methods conducted on this program
were product packaging training, sales and marketing training, counseling and practicing of financial and
organization management, counseling and practicing of making galleries and tour packages. The community
target of this program was business managers at Sipin Lake and sorrounding areas. The results of this
program were skills of community in packing local brand product, selling on online media, and identifying
DsipinTour tour packages which were packed by using dsipinshop.com website as means of online smart
shopping so that it could encourage skills of communityin increasing the quantity and quality of product.
Kawasan Danau Sipin merupakan salah satu memperbaiki dan membudayakan Danau Sipin dan Sungai
wilayah yang memiliki potensi wisata di Kota Jambi. Batanghari sebagai ikon baru dan menjadi pusat wisata
Potensi wisata ini digagas dengan konsep Water Front City bagi masyarakat Jambi. Kawasan Danau Sipin berada
oleh Pemerintah Kota Jambi dengan misi untuk dalam Kelurahan Legok yang terdiri dari beberapa wilayah
Beberapa kelompok masyarakat diantaranya Keterbatasan sumber daya manusia, masih kuatnya
memberdayakan diri dengan membuat keterampilan sikap permisif terhadap kejadian penyalahgunaan napza di
anyaman enceng gondok dan dari barang bekas lainnya lingkungan masyarakat, dan masih terbentuknya persepsi
menjadi tempat tisu, vas bunga, tas, keranjang. Sisi lain, negatif terhadap orangluar untuk masuk berkontribusi
beberapa kelompok masyarakat juga membuat olahan dalam memecahkan masalah lingkungan masyarakat
dengan bahan dasar ikan yaitu aneka kerupuk, ikan teri Kelurahan Legok, membuat tantangan untuk menjadikan
krispi (gambar 1). Beberapa usaha ini masih memiliki Danau Sipin sebagai ikon wisata Kota Jambi semakin
omzet yang kecil, dan belum memiliki ijin dari institusi besar. Namun dengan melihat lokasi daerah ini yang dekat
terkait. pusat kota, mudah ditempuh/ akses maka akan lebih
mudah melakukan pemberdayaan untuk masyarakat
disana dengan mengembangkan potensi yang ada dalam
diri dan lingkungan sekitar mereka (Saputra, 2017).
Sebagai upaya dalam mengembangkan potensi wisata,
masyarakat Danau Sipin selaku pengelola usaha kecil
masih menggunakan proses pemasaran yang tradisional
M
Pengemasan Produk Mitra PELATIHAN 1
Kurang Menarik Penyuluhan dan Praktek
Pengemasan Aneka Produk
PELATIHAN 4
Penyuluhan dan Praktek Galeri
dan Paket Wisata Monitoring dan pendampingan
setelah pelatihan 4
EVALUASI
LUARAN
1. Metode Pengemasan Aneka Produk
2. Metode Pemasaran Aneka Produk
3. Metode Manajemen Keuangan dan Organisasi
4. Produk Paket Wisata Online Smart Shoping
5. Publikasi Paket Wisata Online Smart Shoping
Dalam pelatihan pembuatan paket wisata telah Meskipun masih banyak kekurangan dalam tampilan,
ditentukan bahwa beberapa destinasi baru wisata seperti namun website ini dirasa cukup baik dalam mengakomodir
sipin island dan sipin lake bisa dijadikan salah satu lokasi sistim penjualan online bagi masyarakat luas. Dimana
tujuan wisata, selain paket wisata lainnya. Beberapa sistim penjualan online ini bisa melakukan interaksi dua
kegiatan paket wisata lainya yang telah ditentukan oleh arah antara admin website dan pembeli. Pembeli dalam
masyarakat yaitu bersampan, menangkul ikan, memanen penjualan melalui website ini dapat memilih produk yang
sesuai dengan keinginannya, sehingga pada akhirnya
enceng gondok, serta pelatihan keterampilan menganyam
pembeli hanya cukup melakukan transaksi langsung
enceng gondok, pengolahan barang bekas, hidroponik,
melalui atm (anjungan tunai mandiri) dengan tranfer ke
serta pembuatan batik, pembuatan kayu ukir, dan outbond. rekening yang telah ditentukan oleh admin pengelola
Sisi lain, dalam paket wisata ini para peserta atau website. Sebagai upaya mempermudah penjualan, website
pengunjung akan mendapatkan bonus produk lokal juga telah menampilkan taksiran ongkos kirim barang ke
sebagai cinderamata yang telah ditentukan oleh setiap wilayah di Indonesia. Hal ini diharapkan para
masyarakat. Aneka pililhan paket bisa dikatakan pembeli merasakan kemudahan dalam membeli produk
merupakan paket wisata edukatif dan aneka kegiatanya lokal masyarakat danau sipin.
telah ditentukan oleh masyarakat serta telah diberikan Pembuatan galeri telah dilakukan
harga ekonomis atau terjangkau bagi pengunjung yang Dalam kegiatan pengabdian masyarakat ini telah
berminat. Harga tiket untuk setiap pengunjung berkisar dapat diketahui bahwa setiap rencana kegiatan telah dapat
anatara Rp. 50.000,- sd Rp. 100.000.-. Hal ini juga terkait dilakukan dengan baik, namun hanya saja terkendala
dengan jumlah peserta serta aneka produk paket yang ingin sumber dana yang bisa digunakan sebagai modal ongkos
produksi setiap usaha masyarakat. Sisi lain, upaya dalam
dimililki oleh peserta.
membentuk koperasi masih terus dilakukan oleh tim
Pelatihan pembuatan galeri dan website telah pengabdian dan masyarakat.
menghasilkan website yang disebut dengan
dsipinshop.com. Dalam website ini telah ditampilkan SIMPULAN
beberapa produk lokal masyarakat beserta harga.
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara iklim organisasi dan kepuasan kerja pada karyawan. Metode
penelitian yang digunakan adalah metode kuantitatif. Subjek pada penelitian ini adalah 46 karyawan. Instrumen
penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala iklim organisasi dan skala kepuasan kerja. Analisis data
pada penelitian ini menggunakan analisis korelasi product moment. Hasil analisis data menunjukkan bahwa ada
hubungan antara iklim organisasi dengan kepuasan kerja. Hubungan antar variabel bersifat positif, yang artinya
semakin baik persepsi karyawan terhadap iklim organisasi, maka semakin tinggi pula kepuasan kerjanya.
ABSTRACT
This research aims to find out the relationship between the organizational climate with job satisfaction among employees.
The method used in this research is a quantitative method. Subjects of this research are 46 employees. The instruments
are the organizational climate scale and job satisfaction scale. Data analysis using product moment. The results show
that there is a relationship between organizational climate and job satisfaction. Relationships between variables are
positive, it means if the employee has a good perception of the organizational climate, so job satisfaction will be high.
Produktivitas merupakan hal yang penting dalam Robbins dan Judges (2008) mengatakan bahwa
keberlangsungan suatu perusahaan. Salah satu komponen ada konsekuensi ketika terdapat kepuasan dan
yang memegang peranan penting dalam produktivitas ketidakpuasan kerja pada karyawan. Respon-respon
perusahan adalah karyawan. Karyawan merupakan tersebut dapat diungkapkan ke dalam berbagai cara
individu yang bekerja melalui fisik dan pikirannya pada seperti: usaha aktif dan konstruktif sebagai upaya untuk
suatu perusahaan dan memperoleh balas jasa yang sesuai memperbaiki kondisi dengan memberikan saran
dengan perjanjian yang telah disekapakati sebelumnya perbaikan, mendiskusikan masalah dengan atasan, dan
(Hasibuan, 2009). Produktivitas dapat dikatakan sebagai beberapa bentuk aktivitas serikat kerja; sikap
salah satu dampak dari kepuasan kerja yang dimiliki oleh membiarkan keadaan menjadi lebih buruk dengan
karyawan (Wibowo, 2007). ketidakhadiran atau keterlambatan yang terus-menerus,
Kepuasan kerja merupakan harapan masing- upaya berkurang, kesalahan yang dibuat makin banyak;
masing individu saat bekerja. Kepuasan kerja adalah sikap menunggu secara pasif sampai kondisinya menjadi
sikap yang menggambarkan bagaimana perasaan lebih baik dengan membela perusahaan terhadap kritik
seseorang terhadap pekerjaannya secara keseluruhan dari luar dan percaya bahwa organisasi dan manajemen
maupun terhadap berbagai aspek dari pekerjaannya akan melakukan hal yang tepat untuk memperbaiki
(Spector, 1997). Masing-masing karyawan memiliki kondisi; usaha terakhir yang dilakukan karyawan keluar
tingkat kepuasan kerja yang berbeda sesuai dengan nilai dari perusahaan dengan mencari posisi baru dan
yang dianutnya. Semakin banyak aspek-aspek dalam mengundurkan diri.
pekerjaan yang sesuai dengan keinginan dan kebutuhan Berdasarkan studi pendahuluan pada karyawan
karyawan, maka semakin tinggi pula tingkat kepuasan diperoleh informasi bahwa karyawan mengatakan bahwa
kerja yang dirasakan. mereka bekerja diperusahaan ini mungkin tidak untuk
selamanya, dengan berbagai macam latar belakang
Shanty Komalasari
Program Studi Psikologi IslamFakultas Ushuluddin dan Humaniora Universitas Islam
Negeri (UIN)Antasari Banjarmasin
Email:shantykomalasari.sk@gmail.com
ABSTRAK
Kecemasan adalah pengalaman subjektif mengenai ketegangan mental yang menggelisahkan sebagai reaksi umum dan
ketidakmampuan menghadapi masalah atau tidak adanya rasa aman.Kecemasan sering terjadi apabila seseorang
mengalami masalah yang tidak mampu dihadapi. Penyebab kecemasan bisa berasal dari sebab-sebab fisik, emosi yang
ditekan, dan lingkungan. Bagi seseorang yang melakukan pekerjaan di luar ruangan,salah satu faktor yang menimbulkan
kecemasan banyak berasal dari lingkungan kerja. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui faktor lingkungan kerja yang
menimbulkan kecemasan pada pekerja transportasi darat di perusahaan tambang. Penelitian ini menggunakan jenis
penelitian kualitatif dengan metode penelitian wawancara kelompok, FGD, observasi, dan dokumentasi. Kemudian
analisis data menggunakan analisis deskriptif. Subjek dalam penelitian ini adalah 165 pekerja transportasi darat
diperusahaan. Hasil analisis menunjukkan faktor lingkungan yang menimbulkan kecemasan adalah penerangan jalan pada
jalur transportasi darat perusahaan tambang yang kurang dan kondisi jalan yang tidak rata
.
Kata Kunci:Faktor Lingkungan Kerja, Kecemasan, Pekerja Tambang.
ABSTRACT
Anxiety is a subjective experience about agitating mental tension as a common reaction due to Anxiety is a subjective
experience about agitating mental tension as a common reaction due to inability to deal with problems and feeling insecure
a bout them. Anxiety often happens when someone face problem she or she cannot handle .The factors that cause anxiety
vary; it could be physical, emotional, orenvironmental. Forthose who work out door, the problem might come from work
environment. This research aim stoknow work environmental factors that cause anxietytol and transport workers in
amining company. This is a qualitative study with group interview, FGD, observation, and documentationas the data
collection methods. The datawere analyzed descriptively. The subjects in this researchare 160l and transportworkers
working in the company. The analysis results showed that environmental factors that cause anxiety are the lack of street
lights and rocky road along the transportation lane of the mining company.
ABSTRAK
Kepadatan penduduk adalah salah satu problem pokok yang dihadapi oleh Kota besar dan Kota-Kota lainnya tanpa
menutup kemungkinan banyak terjadi tindakan kriminalitas. Salah satu tindakan kriminalitas tersebut adalah perilaku
agresif. Perilaku Agresif dikalangan remaja sangat tinggi dan tingkat konformitas pada remaja juga sangat tinggi, yang
menyebabkan meningkatnya perilaku agresif. Kedua faktor ini sangat berhubungan erat menentukan perilaku remaja.
Dimana masa remaja adalah masa mencari identitas diri, yang menyebabkan mudahnya mereka salah pergaulan dan
terjerumus kedalam hal yang tidak diinginkan. Masa remaja masa penuh emosi dan ada kalanya emosinya meledak -
ledak yang muncul karena adanya pertentangan nilai-nilai. Emosi yang menggebu-gebu ini adakalanya menyulitkan, baik
bagi remaja maupun bagi orang tua atau orang dewasa di sekitarnya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memberikan
gambaran perlilaku agresif remaja diwilayah padat penduduk di KalayanKota Banjarmasin Selatan ditinjau dari
konformitas teman sebaya.Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian
kualitatif. Subyek dalam penelitian ini adalah remaja dan masyarakat di daerah KalayanKota Banjarmasin. Pengumpulan
data menggunakan teknik wawancara dan observasi. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa gambaran perilaku
agresif remaja di wilayah yang ada di wilayah Kalayan, Banjarmasin selatan adalah mereka sering terlibat perkelahian,
pengeroyokan, dan sampai terjadi pembunuhan. Sedangkan apabila ditinjau dari konformitas teman sebayanya adalah
mereka sering berkumpul pada malam hari dan apabila salah satu temannya diganggu, maka teman yang lain ikut serta
dalam perkelahian hingga terjadi pembunuhan.
.
Kata Kunci:Perilaku Agresif, Remaja, Konformitas
ABSTRACT
Crowded Population is one of the main problems faced by big cities and other cities without closing the possibility of
many crimes occur. One such crime is aggressive behavior. Aggressive Behavior among juvenile is very high and the
level of conformity in juvenile is also very high, leading to increased aggressive behavior. Both of these factors are very
closely related to the behavior of juvenile. Where juvenile is a period of self-identity, which makes it easy for them to
misunderstand and fall into the undesirable. The juvenile period is full of emotion and there are times when his emotions
explode - the explosion that arises because of the contradiction of values. This exciting emotion is sometimes
troublesome, both for the teenager and for the parents or the adults around him. The purpose of this study is to provide
an overview of aggressive behavior of juvenile in densely populated areas in Kalayan City of South Banjarmasin in terms
of peer conformity. Method used in this research is qualitative research method. Subjects in this study were juvenile and
communities in Kalayan Kota Banjarmasin. We using interview and observation techniques. The results of this study
indicate that the image of aggressive behavior of juvenile in the area in Kalayan, southern Banjarmasin is that they often
engage in fights, beatings, and until the killing occurs. When viewed from the conformity of peers is that they often
gather at night and when one of his friends is disturbed, then another friend participated in a fight until the killing.
Lita Ariani1, Cici Yunita Putri2, Novi Natalia Anggara3, Muhammad Thaha4
Program Studi Psikologi, Fakultas Psikologi, Universitas Muhammadiyah Banjarmasin
Jln Gubernur Syarkawi, Handil Bakti – Barito Kuala 70117
Email : Arianilita87@gmail.com
No. Handphone: 085234123490
ABSTRAK
Masa atau fase remaja merupakan salah satu periode yang paling unik dan menarik dalam rentang kehidupan individu,
dimana seorang remaja sudah tidak dapat lagi dikatakan anak-anak namun masih belum matang untuk dikatakan
dewasa. Masa remaja juga sebagai masa mencari identitas dan dianggap juga sebagai fase usia bermasalah, baik untuk
anak perempuan maupun anak laki-laki. Masalah kenakalan remaja yang berujung pada tindak kenakalan remaja.
Kenakalan remaja terjadi disebabkan karena beberapa faktor yang mempengaruhi baik secara internal maupun
eksternal. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi kenakalan remaja di daerah
Pelambuan Banjarmasin. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif. Subjek yang digunakan
adalah remaja, orang tua dan masyarakat di daerah Pelambuan Banjarmasin. Pengumpulan data menggunakan teknik
wawancara dan observasi. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa faktor-faktor penyebab kenakalan remaja yang
paling dominan adalah terjadinya krisis identittas, lemahnya kontrol keluarga dan tingginya pengaruk kelas sosial dan
komunitas.
ABSTRACT
The adolescent phase or phase is one of the most unique and exciting periods in the life span of the individual, where a
teenager can no longer besaid to be children but still immature for adult hood. Adolescence is also a period of identity
seeking and is also considered a troubled age phase, both for girls and boys. The problem of juvenile delinquency that
ledtojuvenile delinquency. Juvenile delinquency occurs due to several factors that affect both internally and externally.
The purposeofthis study is to determine the factors that affect juvenile delinquency in Pelambuan Banjarmasin area. The
research method use disqualitative research method. Subjects used are teenagers, parents and communities in Pelambuan
Banjarmasin area. Data collection using interview and observation techniques. The results of the research indicate that
the factors that cause the most dominant juvenile delinquency are the occurrence of identity crisis, weak family control
and high social and community class awarenes
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui variasi jenis perilaku menyimpang pada siswa di MI Nuruddin I
Banjarmasin yang bertempat tinggal di sekitar pelabuhan. Metode yang digunakan dalam penelitian kali ini yaitu
pendekatan kualitatif dan jenis penelitian adalah deskriptif, dengan peneliti mendeskripsikan suatu fenomena perilaku
menyimpang siswa di MI Nuruddin I Banjarmasin. Teknik pengumpulan data menggunakan wawancara yang diperkuat
dengan observasi dan dokumentasi. Responden Wali Kelas, Guru Mata Pelajaran, Siswa, dan Orang Tua Siswa. Hasil
penelitian menunjukkan jenis perilaku menyimpang siswa di MI Nuruddin I Banjarmasin adalah perkelahian, berkata
kotor dan kasar atau mengolok-olok, membuat keributan, memalak, merusak barang milik teman, merusak fasilitas
sekolah, tidak menaati peraturan sekolah, membolos, perilaku menyimpang ini tergolong kategori primer.
ABSTRACT
The purpose of this study was to determine the variation of types of deviant behavior in students at MI Nuruddin I
Banjarmasin who reside around the port. The method used in this research is a qualitative approach and the type of
research is descriptive, with researchers describing a phenomenon of deviant behavior of students in MI Nuruddin I
Banjarmasin. Data collection techniques use interviews that are reinforced by observation and documentation.
Respondent Guardian Class, Subject Teacher, Student, and Parent Student. The results of this study indicate the type of
student deviant behavior in MI Nuruddin I Banjarmasin is fighting, saying dirty and rude or making fun of, making noise,
memalak, damaging belongings of friends, destroying school facilities, disobeying school rules, ditching. This deviant
behavior is classified as primary.
Sekolah Dasar merupakan lembaga pendidikan dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak bekerja
dasar yang diselenggarakan untuk mengembangkan sikap, sendiri-sendiri melainkan memerlukan bantuan orang lain.
kemampuan dan keterampilan dasar yang diperlukan Manusia di kehidupan terus tumbuh dan
siswa untuk hidup dalam masyarakat. Di samping itu juga berkembang di lingkungan tempat tinggal disertai dengan
sekolah dasar mempersiapkan peserta didik untuk terbentuknya sikap. Jika kita memahami sikap seseorang,
mengikuti pendidikan lanjut. mungkin kita dapat mengerti/memahami perilaku apa
Masa usia sekolah dasar sebagai masa kanak- yang ditampilkan seseorang (Mar’at & Kartono, 2006:
kanak akhir yang berlangsung dari usia enam tahun hingga 102). Sehingga sikap cenderung dapat ditampilkan dalam
kira-kira usia dua belas tahun atau tiga belas tahun. bentuk perilaku.
Karakteristik utama siswa sekolah dasar adalah mereka Darwis (2006: 43) mengemukakan bahwa ada
menampilkan perbedaan - perbedaan individual dalam dua jenis perilaku manusia, yaitu perilaku normal dan
banyak segi dan bidang, di antaranya perbedaan dalam perilaku abnormal. Perilaku normal adalah perilaku yang
intelegensi, kemampuan dalam kognitif dan bahasa, dapat diterima oleh masyarakat pada umumnya,
perkembangan kepribadian dan perkembangan fisik anak. sedangkan perilaku abnormal adalah perilaku yang tidak
Anak usia sekolah dasar memiliki dorongan yang bisa diterima oleh masyarakat pada umumnya dan tidak
kuat untuk berhubungan dengan kelompok sebayanya, sesuai dengan norma-norma sosial yang ada. Perilaku
rasa ingin tahu yang tinggi tentang dunia sekitarnya, dan abnormal ini bisa disebut perilaku bermasalah atau
menyenangi permainan-permainan yang selalu perilaku menyimpang.
berhubungan sosial. Manusia adalah makhluk sosial,
Kuyo, Rahmat H. (2013). Perilaku Menyimpang Anak Wahyu. (2013). Sosiologi Dan Politik. Modul disajikan
Usia Remaja. Skripsi. Gorontalo: Universitas dalam mata kuliah sosiologi dan politik
Negeri Gorontalo. STIENAS Banjarmasin, Banjarmasin, 1 Maret.
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana gambaran komitmen organisasi Pegawai Negeri Sipil (PNS) di
Lingkungan Pemerintah Provinsi Jambi, untuk menambah khasanah keilmuan di bidang Psikologi Industri dan Organisasi
khususnya tentang Komitmen Organisasi serta untuk menjadi masukan sebagai salah satu acuan dalam meningkatkan
kinerja PNS. Subjek dalam penelitian ini adalah pegawai negeri sipil yang ada di kota Jambi. Batasan usianya adalah
dewasa awal hingga dewasa menengah. Berjenis kelamin laki-laki dan perempuan. Cara mengambil subjek ialah dengan
mendatangi instansi yang ada di kota Jambi dan membagikan skala (angket) lalu mereka mengisinya. Pada saat
pengambilan data, jumlah subjek yang bersedia berpartisipasi sebagai responden penelitian berjumlah 242 orang. Adapun
gambaran dari hasil penelitian adalah sebagian besar responden memiliki komitmen organisasi yang tergolong sedang
serta tidak terdapat perbedaan komitmen organisasi pada PNS ditinjau dari aspek jenis kelamin, pangkat/golongan, masa
kerja, serta divisi/biro kerjanya. Terkait dengan hasil penelitian, maka saran-saran yang dapat diberikan adalah atasan
harus secara konsisten dan terus menerus untuk memberikan motivasi kepada bawahannya, atasan memberikan
kesempatan kepada stafnya untuk berpartisipasi dan berkonribusi secara adil dalam organisasi baik terkait pekerjaan
maupun kegiatan lain di luar jam kerja, adanya kegiatan yang bersifat rutin untuk merefleksikan dan menekankan tentang
nilai-nilai dan tujuan organisasi sebagai pelayan masyarakat sehingga para PNS memahami, serta menerima nilai-nilai
tersebut agar dapat memberikan layanan yang baik kepada masyarakat sebagai abdi negara.
ABSTRACT
This study aims to find out how the organizational commitment of Civil Servants (PNS) in Jambi Provincial Government
Environment, to increase scientific repertoire in the field of Industrial Psychology and Organization in particular about
Organizational Commitment and to be input as one of the references in improving the performance of civil servants.
Subjects in this study were civil servants in the city of Jambi. The age limit is early adult to middle adult. Male and female
sex. The way to take a subject is by going to an agency in the city of Jambi and distributing a scale (questionnaire) and
then filling it in. At the time of data collection, the number of subjects who were willing to participate as research
respondents amounted to 242 people. The description of the research results is the majority of respondents have moderate
organizational commitment and there is no difference in organizational commitment in civil servants in terms of gender,
rank / class, years of service, and work division / bureau. Related to the results of the research, the suggestions that can
be given are that the supervisor must consistently and continuously provide motivation to his subordinates, the employer
gives the opportunity for his staff to participate and contribute fairly in the organization both in relation to work and
other activities outside working hours, the existence of routine activities to reflect and emphasize the values and goals of
the organization as public servants so that civil servants understand and accept these values in order to provide good
service to the public as state servants.
Menurut Handaru (2012), sumber daya pada faktor-faktor yang mempengaruhi sikap individual
manusia merupakan penentu penting atas kesuksesan terhadap perubahan, salah satunya ditekankan pada
atau kegagalan dari proses perubahan organisasi dan faktor-faktor paling penting atas kesuksesan atau
sebagai konsekuensi, perhatian akan sangat ditekankan kegagalan dari proses perubahan organisasi adalah
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh iklim sekolah terhadap komitmen organisasi. Metode penelitian yang
digunakan adalah metode kuantitatif. Penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling dengan jumlah responden
sebanyak 50 orang guru SMK. Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini ada dua yakni skala iklim
sekolah dan skala komitmen organisasi. Analisis data pada penelitian ini menggunakan analisis regresi. Hasil analisis
data menunjukkan bahwa terdapat pengaruh iklim sekolah terhadap komitmen organisasi pada guru.
ABSTRACT
This study aims to influence the school climate to organization commitment. The research method used is quantitative
method. This study uses purposive sampling technique with the number of respondents as many as 50 vocational high
school teachers. Research instrument used in this research there are two namely school climate scale and scale of
organization commitment. Data analysis in this study using regression analysis. The result of data analysis shows that
there is school climate influence to organization commitment to teachers.
Sumber daya manusia (SDM) merupakan hal yang sebagai orang yang berhadapan langsung dengan peserta
penting di dalam suatu organisasi. Organisasi yang didik.
diartikan sebagai sebuah unit sosial yang terdiri dari dua Kualitas dari pendidikan dinilai dari layanan
orang atau lebih dalam suatu basis yang kontinu untuk pembelajaran yang diberikan oleh guru atau kinerja dari
mencapai sebuah atau serangkaian tujuan bersama-sama guru kepada peserta didiknya. Kinerja guru perlu
(Robbins dan Judge, 2015). Sumber daya manusia dalam ditingkatkan agar guru dapat memainkan perannya
organisasi menjadi kebutuhan dasar untuk memenuhi sebagai pendidik yang diharapkan (Dani, 2016). Guru
tuntutan bisnis yang kompetitif dimana sumber daya berperan penting dalam negara Indonesia karena
manusia yang baik akan membawa banyak kemajuan
memiliki tanggung jawab yang besar, yaitu
bagi organisasi tempatnya bekerja. Salah satu organisasi
mencerdaskan kehidupan bangsa seperti yang tertulis
tersebut ialah organisasi sekolah, dimana guru memiliki
peran utama didalam dunia pendidikan. Guru sebagai dalam Undang-Undang Dasar 1945 sebagai tujuan
sumber daya manusia disekolah memiliki peranan yang nasional Indonesia. Guru dapat mendukung untuk
sangat penting, tidak hanya bagi kemajuan sekolah tapi mencapai tujuan ini dengan melalui komitmen
juga peningkatan pendidikan peserta didiknya. Hal ini organisasinya sebagai guru di sekolah. Hal inilah yang
dikarenakan, guru merupakan seorang pendidik dan harus dimiliki oleh guru yakni komitmen terhadap
penyampai ilmu kepada peserta didiknya. Guru yang organisasinya agar kualitas sekolah dan siswanya
mampu terus meningkatkan kemampuannya tentu akan mengalami peningkatan. Pernyataan ini senada dengan
membawa banyak perubahan yang positif. Sebaliknya, Hoy, Tarter, & Kottkamp (1991 dalam Raman dkk, 2015)
guru yang kurang berperan aktif terhadap peningkatan berpendapat bahwa guru yang efektif memerlukan
kemampuannya ataupun peningkatan kualitas komitmen organisasi yang tinggi dan bahwa prestasi
pengajarannya akan membawa dampak yang kurang baik akademik peserta didik yang tinggi membutuhkan guru
bagi sekolah dan peserta didiknya. Dengan kata lain,
yang berdedikasi.
tujuan-tujuan sekolah tidak akan tercapai tanpa guru
ABSTRAK
Kurangnya komitmen organisasi sering terjadi dikalangan mahasiswa, terkhusus untuk mahasiswa yang menjadi pengurus
di suatu organisasi. Hal tersebut sering kali dipengaruhi oleh kurangnya kemampuan untuk menetapkan aturan bagi diri
sendiri. Kemampuan untuk mengatur diri sendiri dan bertanggung jawab terhadap diri sendiri, terkait dengan bagaimana
seseorang menilai dan memaknai setiap tindakan, hal ini berkaitan dengan kecerdasan spiritual seseorang. Penelitian ini
bersifat kuantitatif dengan tujuan untuk mengetahui tingkat kecerdasan spiritual, komitmen organisasi dan hubungan antara
keduanya. Subjek dalam penelitian ini adalah 92 pengurus UKK dan UKM periode 2017/2018 di UIN Antasari
Banjarmasin. Instrumen pengumpulan data menggunakan skala model likert dan analisis menggunakan korelasi Product
Moment dengan bantuan SPSS21. Berdasarkan hasil perhitungan menunjukkan bahawa tingkat komitmen organisasi dan
kecerdasan spiritual mahasiswa tergolong sedang. Hasil uji korelasi menunjukkan adanya hubungan positif yang signifikan
antara kedua variabel (p=0,002<0,05). Semakin tinggi kecerdasan spiritual maka semakin tinggi pula komitmen organisasi
mahasiswa ataupun sebaliknya.
ABSTRACT
Lack of organizational commitment often occurs among students, especially for students who become administratorsin
anorganization. It is often influenced by the lack of ability to set rules for oneself. The ability to self-organize and be
responsible for oneself, related to how one judges and defines everyaction, relatestoone's spiritual intelligence. This
research is quantitative with the aim toknow the level of spiritual intelligence, organizational commitment and the
relationship between the two. Subjects in this study were 92 UKK and UKM managersin 2017/2018 at UIN Antasari
Banjarmasin. Instrument data collection used Likert scale modeland analysis using Product Moment correlation with the
help of SPSS21. Based on the result of calculation, it is found that the level of organizational commitment and spiritual
intelligence of students are classified. The correlation test results showed a significant positive relationship between the
two variables(p= 0.002<0.05). The higherthe spiritual intelligenceis, the higher the student organization's commitment
befomeor vice versa.
Mahasiswa adalah peserta didik yang terdaftar dan organisasi yang ada di kampus. Hampir semua kampus yang
belajar pada perguruan tinggi. Mahasiswa dalam tahap ada di Indonesia memiliki organisasi yang beragam dengan
perkembangannya digolongkan sebagai remaja akhir dan tujuannya masing-masing, guna menampung kreatifitas
dewasa awal, yaitu usia 18-21 tahun dan 22-24 tahun mahasiswa.
(Fibrianti,2009). Mahasiswa dengan kesempatan dan Seperti yang ada pada kampus Universitas Islam
kelebihan yang dimilikinya mampu berada sedikit diatas Negeri Antasari Banjarmasin. Kampus ini selain
masyarakat karena mahasiswa memiliki potensi-potensi menawarkan pendidikan berbasis agama pada mahasiswa,
yang beragam dan bakat-bakat yang bisa menunjang juga menawarkan berbagai organisasi kemahasiswaan.
kehidupan baik di akademik maupun dimasyarakat. Oleh Terdapat puluhan organisasi mahasiswa yang tersebar di
karena itu, mahasiswa diharapkan mampu menjadi agen UIN Antasari Banjarmasin, mulai dari organisasi yang
perubahan bangsa. bergerak dibidang kemanusiaan, beladiri, seni, musik,
Banyak cara agar mahasiswa bisa melakukan olahraga, pecinta alam dan lain sebagainya. Pada tingkat
perubahan, salah satunya adalah dengan cara mengikuti universitas ada 5 UKK (Unit Kegiatan Khusus) dan 14
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa besarnya spiritual rendah maka akan rendah pula komitmen
nilai korelasi atau hubungan yaitu sebesar 0,313 yang organisasi para pengurus UKK dan UKM di UIN Antasari
dalam hal ini berarti termasuk dalam kategori hubungan Banjarmasin.
rendah, dan nilai koefisien determinasi (R Square) sebesar Untuk menjawab rumusan masalah yang pertama tentang
0,98 yang berarti bahwa pengaruh kecerdasan spiritual tingkat kecerdasan spiritual, dari hasil penelitian ini
terhadap komitmen organisasi adalah sebesar9,8%. diperoleh data bahwa komitmen organisasi berada
Selanjutnya, untuk mencari makna atau arah hubungan dikategori tinggi 17 orang (18,5%), dikategori sedang 61
antara variabel X dan variabel Y maka dilakukan uji orang (66,3%) dan yang dikategori rendah 14 orang
signifikansi dengan hipotesis yang telah diajukan oleh (15,2%). Selanjutnya untuk menjawab rumusan masalah
peneliti. Dasar pengambilan keputusan tersebut jika nilai yang kedua tentang tingkat kecerdasan spiritual berada
probabilitas α lebih besar dari pada atau sama dengan nilai dikategori tinggi 15orang (16,3%), dikategori sedang
probabilitas Sig.(0,05≥ Sig.), maka Ha di terima artinya 59orang (64,1%) dan yang dikategori rendah 18 orang
signifikan (Sugiyono, 2016). (19,6%), dari hasil penelitian ini diperoleh data bahwa.
Berdasarkan hasil perhitungan uji korelasi dengan Kemudian untuk menjawab rumusan masalah yang ketiga
menggunakan Teknik Pearson Product Moment maka tentang apakah ada hubungan antara kecerdasan spiritual
didapatkan hasil uji arah atau hubungan antara variabel dengan komitmen organisasi, dari hasil penelitian ini
adalah 0,05 ≥Sig.=0,05≥0,002. Maka hipotesis yang diperoleh data bahwa besar hubungan antara kecerdasan
menyatakan bahwa ada hubungan yang signifikan antara spiritual dengan komitmen organisasi adalah (rxy2x100)
kecerdasan spiritual dengan komitmen organisasi sebesar 9,8%,ini artinya ada indikator lain sebesar
diterima, Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa 90,2%yang memiliki hubungan dengan komitmen
terdapat hubungan antara kecerdasan spiritual dengan organisasi selain kecerdasan spiritual yang dalam hal ini
komitmen organisasi. tidak diteliti lebih lanjut oleh peneliti. Hasil analisis
Berdasarkan hasil koefisien korelasi tersebut juga tersebut dapat diartikan bahwa semakin tinggi kecerdasan
dapat diketahui bahwa korelasinya bersifat positif, artinya spiritual semakin tinggi pula komitmen organisasinya.
semakin tinggi kecerdasan spiritual maka semakin tinggi Sesuai dengan hasil analisis, maka dapat diambil
pula komitmen organisasi. Sebaliknya, jika kecerdasan kesimpulan bahwa terdapat hubungan positif antara
ABSTRAK
Dewasa ini semakin banyak kasus pelecehan seksual dan pemerkosaan yang dapat terjadi kapan dan dimana saja. Pelecehan
seksual dapat terjadi dalam berbagai bentuk yaitu fisik maupun verbal. Dengan melakukan pengungkapan diri, dapat
membantu korban pelecehan seksual meningkatkan kepercayaan pada individu lain. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui aspek aspek pengungkapan diri pada korban pelecehan seksual. Subjek penelitian berjumlah dua orang dengan
dua significant other. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Teknik pengumpulan data
dalam penelitian ini menggunakan wawancara dan observasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwakedua subjek memenuhi
aspek-aspek pengungkapan diri.
ABSTRACT
These days there is an increase in number of sexual harassment and rape which can be happened at anytime and anyehwere.
Sexual harassment can be happened in various type which are physically and verbally. By doing self disclosure, can help the
victims of sexual harassment increase their trust to other people. The purpose of this study is to find out the aspects of self
disclosure of sexual harassments victims. Participants of this research consist of two participants with two significant others.
This study usesqualitative method with descriptive approach. The technicsused in this research are interviewsand
observations. Results shows that both of the subjects qualified to the aspects of self disclosure.
Dewasa ini semakin banyak kasus pelecehan seksual kedua dalam bentuk verbal seperti siulan, gosip, gurauan
dan pemerkosaan yang dapat terjadi kapan dan dimana saja. seks, dan pernyataan yang bersifat mengancam, dan yang
Korban pelecehan seksual tidak memandang usia dan jenis ketiga dalam bentuk fisik yaitu sentuhan, mencubit,
kelamin, baik laki-laki maupun perempuan dapat menepuk, menyenggol dengan sengaja, meremas, dan
mengalami pelecehan seksual (Yudha, 2017). Pelecehan mendekatkan diri tanpa diinginkan (Lubis, 2013).
seksual yang dihadapi laki-laki maupun perempuan dapat Angka kekerasan seksual terhadap anak perempuan
terjadi dalam berbagai bentuk, mulai dari komentar yang sekitar 3.5% dan pada anak laki-laki sekitar 8%. Sementara
berkonotasi seksual dan kontak fisik secara tersembunyi jumlah populasi anak Indonesia sampai saat ini tercatat ada
(memegang, sentuhan ke bagian tubuh tertentu) hingga 87 juta jiwa (tribunnews.com, 2017). Selain itu hasil riset
ajakan yang dilakukan secara terang-terangan dan serangan Badan Pusat Statistik Nasional tahun 2016, terdapat 28 juta
seksual (Santrock, 2007). perempuan usia produktif mengalami kekerasan seksual.
Pelecehan seksual pada dasarnya adalah setiap Mereka masih berusia 16 hingga 25 tahun
bentuk perilaku yang memiliki muatan seksual yang (news.okezone.com, 2017).
dilakukan seseorang atau sejumlah orang namun tidak Tahun 2016 di Indonesia sendiri kekerasan seksual
disukai dan tidak diharapkan oleh orang yang menjadi berada di peringkat kedua terkait dengan kekerasan
sasaran sehingga menimbulkan akibat negatif seperti rasa terhadap perempuan dengan jumlah kasus mencapai 2.399
malu, tersinggung, terhina, marah, kehilangan harga diri, kasus (72%), pencabulan mencapai 601 kasus (18%), dan
kehilangan kesucian, dan sebagainya, pada diri orang yang pelecehan seksual mencapai 166 kasus (5%) (Komnas
menjadi korban (Supardi & Sadarjoen, 2001). Pelecehan Perempuan). Survei Badan Pusat Statistik (BPS), menyebut
seksual memiliki beberapa golongan antara lain, pertama 1 dari 3 perempuan usia 15-64 tahun pernah menjadi korban
dalam bentuk isyarat yaitu tatapan penuh nafsu, tatapan kekerasan. Data tersebut merupakan hasil Survei
yang mengancam, dan gerak-gerik yang bersifat seksual, Pengalaman Hidup Perempuan Nasional (SPHPN) 2016
ABSTRAK
Adanya kompleksitas tugas para anggota DPR RI, maka diperlukan pribadi yang tangguh, penuh dedikasi,
memiliki wawasan luas, dan pribadi tangguh yang jauh dari stress kerja. Tugas yang kompleks tersebut, dibutuhkan
untuk menunjang kinerja yang baik. Oleh sebab itu kepribadian para anggota dewan perlu dideteksi agar tetap
menjadi individu yang jauh dari stres sehingga dapat mendukung kinerja para anggota dewan. Penelitian ini
bertujuan untuk menganalisa stress kerja para anggota dewan agar dapat meningkatkan kinerja dengan
menggunakan deteksi kepribadian The big Five Personality. Metode pengumpulan data dengan menggunakan skala
stress kerja dan skala Big Five Personality. Subyek penelitian sejumlah 42 anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR
RI). Analisis data yang digunakan dengan analisis Regresi Ganda. Hasil dari penelitian ini adalah (1) Tidak ada
pengaruh antara Neuroticism, Agreebleness, dan Conscientiousness dengan stress kerja. (2) Ada pengaruh negatif
Extraversion dan Openness dengan stress kerja.
ABSTRACK
Indonesia is a republic which consists of three governmental elements, i.e., legislative, executive and judicative. The
Board of Representatives of the Republic of Indonesia or DPR RI as the legislative element has a very complex duty. The board
members must have high dedication, vast view, and tough personality to do their tasks. These characters are crucial to support
their work. The complexity of their tasks forces the board members to have tough personality that is far away from work stress.
The research is aimed at analyzing the work stress of the board members by using the Big Five Personality Detector. The
subject of the research is 42 members of the Board of Representatives of the Republic of Indonesia or DPR RI. The research
uses a quantitative method with Multiple Regression analysis. The research found that : (1). There is not any influence of
Neuroticism, Agreeableness, and Conscientiousness on work stress. (2) There is a negative influence of Extraversion and
Openness on work stress. Thus, if the results of the research is applied to the daily activities of the board members of DPR RI,
not all of the elements of the Big Five Personality of the board members of DPR RI influence the work stress.
Tujuan organisasi akan berhasil apabila ada Dewan Perwakilan Rakyat(DPR RI) memegang peran
kebersamaan dan komitmen diantara para pemegang penting sebagai pengambil kebijakan.
kendali organisasi tersebut. Negara merupakan Terkait dengan fungsi legislasi, DPR memiliki
organisasi terbesar yang dikelola dengan kompleksitas tugas dan wewenang: Menyusun Program Legislasi
yang lebih rinci. Selain kepala negara, para menteri, Nasional (Prolegnas), Menyusun dan membahas
pengelola daerah dari provinsi hingga kabupaten, Rancangan Undang-Undang (RUU), Menerima RUU
Standardized
Unstandardized Coefficients
Variabel Independen Coefficients t Sig.
B Std. Error Beta
(Constant) 129.392 10.217 12.664 .000
Neuroticism -.269 .125 -.296 -2.147 .039
Extraversion -.260 .123 -.286 -2.116 .041
Open to Experience -.381 .160 -.340 -2.379 .023
Agreeableness -.034 .120 -.038 -.280 .781
Conscientiousness -.005 .148 -.005 -.037 .971
Persamaan regresi yang dipaparkan di atas, di dapat hasil 0,781 lebih besar dibanding tingkat signifikansi yang
bahwa faktor Openness to Experience (38,1%) merupakan digunakan α = 0,05 (Tabel 6). Hal ini membuktikan
faktor yang paling berpengaruh terhadap tingkat stress bahwa faktorAgreeableness tidak berpengaruh signifikan
kerja anggota Dewan, selanjutnya terhadap stress kerja.Dengan demikian hipotesis keempat
faktorNeuroticism(26,9%) berpengaruh terhadap stress yang menyatakan ada pengaruh negatif dan signifikan
kerja anggota Dewan. Pada urutan ketiga adalah faktor antara Agreeableness denganstress kerja adalah ditolak
conscientionousness(26,0%) berpengaruh terhadap VariabelConscientiousness dapat dilihat nilai t hitung
tingkat stress kerja anggota Dewan.Faktor Agreebleness sebesar - 0,037 (negatif) dengan nilai signifikansi 0,971
(3,4%)dan faktor Conscientiousness(0,5%) berdasarkan lebih besardibanding tingkat signifikansi yang
analisis statistik hasilnya tidak berpengaruh signifikan. digunakan α = 0,05 (Tabel 6). Hal inimembuktikan
Dengan demikian, pada penelitian ini seluruh item bahwa faktorConscientiousness tidak berpengaruh
variabel Big Five Personality memberikan tanda yang signifikan terhadap stress kerja.Dengan demikian
negatif. Hal ini menunjukkan bahwa semakin baik Big hipotesis kelima yang menyatakan ada pengaruh positif
Five Personality anggota Dewan dapat menurunkan dan signifikan antara Conscientiousnessdenganstress kerja
tingkat stess kerjanya. adalah ditolak.Uji koefisien determinasi (R2)
Hasil uji koefisien determinasi dalam penelitian ini dapat
HASIL DAN PEMBAHASAN dilihat pada Tabel 7 sebagai berikut:
Hasil analisis data Neuroticism memberikan nilai Tabel 2 Uji Koefisien Determinasi Model Summaryb
t hitungsebesar -2,147 (negatif) dengan nilai signifikansi Std. Error of
Model R R Square Adjusted R Square the Estimate
0,039 lebih kecil dibanding tingkat signifikansi yang 1 .795a .633 .582 7.96045
digunakan α = 0,05 (Tabel 6). Hal inimenunjukkan bahwa a. Predictors: (Constant), Conscientiousness (X5), Neuroticism
faktorNeuroticism berpengaruh negatif dan signifikan (X1), Agreeableness (X4), Extraversion (X2), Openness to
terhadap stress kerja anggota Dewan. Dengan demikian Experience (X3)
b. Dependent Variable: Stres Kerja (Y)
Hipotesis pertama (H1) yang menyatakan pengaruh
negatif dan signifikan antara Neuroticism dengan stress Berdasarkan tabel di atas terlihat nilai koefisien
kerja adalah ditolak determinasi dalam regresi linear berganda ditunjukkan
Variabel Exstraversion memberikan nilai t dengan adjusted R2 sebesar 0,582 yang artinya58,2%
hitung sebesar - 2,116 (negatif) dengan nilai signifikansi variabel Big Five Personality yang terdiri dari faktor
0,041 lebih kecil dibanding tingkat signifikansi yang Neuroticism, Extraversion, Openness to Experience,
digunakan α = 0,05 (Tabel 6). Hal inimembuktikan Agreeableness, dan Conscientiousness mampu
bahwa faktorExtraversion berpengaruh negative dan menjelaskan variasi dari tingkat stress anggota Dewan.
signifikan terhadap tingkat stress kerja.Dengan demikian Sedangkan sisanya 41,8% dijelaskan faktor lainnya di luar
Hipotesis kedua yang menyatakan ada pengaruh negatif model, seperti kondisi pekerjaaan, ketidakjelasan peran,
dan signifikan antara Exstraversion dengan stress kerja dukungan sosial, persaingan politik, keamanan pekerjaan.
adalah diterima Safaria (2012: 32) menyatakan sumber stressor
Variabel Openness to experiencedapat dilihat seperti beban kerja yang tinggi, konflik yang muncul
nilai t hitung sebesar -2,379 (negatif) dengan nilai antara pasangan, orang lain atau rekan kerja, hubungan
signifikansi 0,023 lebih kecil dibanding tingkat antara atasan dan bawahan yang buruk, kondisi
signifikansi yang digunakan α = 0,05 (Tabel 6). Hal lingkungan kerja yang bising, panas, bau, dan
inimenunjukkan bahwa faktorOpenness to Experience membahayakan jiwa, kesulitan keuangan, kesulitan
berpengaruh negative dan signifikan terhadap tingkat tugas yang diluar kemampuan karyawan untuk
stress kerja Dewan. Dengan demikian Hipotesis kedua mengerjakannya dan lain-lain. Untuk mengatasi atau
yang menyatakan ada pengaruh negatif dan signifikan mengelola stres kerja dengan cara yang efektif, individu
antara Openness to Experience dengan stress kerja adalah dan perusahaan diharapkan mempunyai pendekatan
diterima untuk mengelola stres kerja yang muncul. Ada lima
VariabelAgreeableness dapat dilihat nilai t pendekatan dalam mengelola stres kerja diantaranya
hitung sebesar - 0,280 (negatif) dengan nilai signifikansi
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ketangguhan pada Ibu dalam mengasuh anak tunarungu, faktor apa saja yang
kepribadian hardiness pada ibu yang memiliki anak tunarungu. Hardiness merupakan kemampuan penting yang harus
dimiliki oleh semua individu. Melalui hardiness, individu mampu untuk mengatasi tekanan dan masalah dengan cepat.
Hardiness dapat terlihat ketika seseorang mendapatkan masalah, oleh karena itu semakin sering seseorang mendapatkan
masalah dan banyak tantangan maka akan semakin terlihat apakah dia berhasil mengembangkan karateristik kepribadian
hardiness dalam dirinya atau tidak. Individu yang memiliki kepribadian hardiness, akan memiliki kepribadian yang lebih
kuat dan optimis. Berarti hardiness akan membentuk pola pikir individu bagaimana berinteraksi dengan lingkungan sekitar
dan memiliki motivasi dan optimis dalam mengadapi hal-hal yang sulit. Dalam penelitian ini menggunakan metode penelitian
kualitatif dengan menggunakan teknik wawancara semi-terstruktur dan observasi non partisipan. Subjek penelitian ini adalah
2 orang wanita berusia 28 dan 30 tahun yang merupakan ibu dari anak yang mengalami tunarungu. Dari penelitian ini
diketahui bahwa kedua subjek memiliki kepribadian hardiness karena kedua subjek dapat memenuhi ke 3 aspek hardiness.
ABSTRACT
This study aims to determine the hardiness of the mother in the care of deaf children, any factors that can affect the personality
hardiness of mothers who have deaf children. Hardiness is an important ability that must be possessed by all individuals.
Through hardiness, individuals are able to cope with stresses and problems quickly. Hardiness can be seen when someone
gets into trouble, therefore the more often a person gets into trouble and many challenges it will be more visible whether he
managed to develop the characteristics of personality hardiness in him or not. Individuals who have hardiness personality,
will have a stronger and more optimistic personality. Means, hardiness will shape the mindset of individuals how to interact
with the environment and have the motivation and optimism in facing the difficult things. In this research use qualitative
research method by using semi-structured interview technique and non participant observation. The subjects of this study
were 2 women aged 28 and 30 years who were mothers of deaf children. From this research note that both subjects have
hardiness personality because both subjects can fullfill all three aspects of hardiness.
Dalam sebagian besar keluarga, kelahiran seorang serta kapasitas luar biasa untuk menghadapi tantangan
anak membawa harapan dan kehidupan baru.Hal ini dalam hidup, termasuk di dalamnya tantangan memiliki
menjadi berbeda saat orangtua harus menghadapi kenyataan anak berkebutuhan khusus.
bahwa anaknya memiliki disabilitas. Menurut Ello dan Orangtua tetap bertahan dan menyesuaikan diri
Sandra (2005), saat ibu melahirkan anak dengan disabilitas mereka, meskipun banyak tekanan-tekanan yang harus
perkembangan, mereka biasanya akan merasakan mereka hadapi.Pada akhirnya mereka berusaha untuk
kehilangan suatu gambaran ideal yang selama ini mereka berkembang dan keluar dari tekanan tersebut (Greenspan,
impikan (idealized object loss). Hal ini juga didukung oleh Serena & Robin, 2006). Pada kehidupan berkeluarga di
pendapat Greenspan, Serena dan Robin (2006), yaitu Indonesia, perempuan dipersepsikan oleh masyarakat
tuntutan cara mengasuh yang berbeda dengan anak normal sebagai aktor yang berperan sebagai figure ekspresif
akan membuat orangtua mengalami perubahan emosi ke (berfungsi sebagai pemelihara dan pendidik keluarga),
arah yang lebih negatif dan merasa lebih berat dalam sedangkan laki-laki dipersepsikan oleh masyarakat sebagai
menjalani hidup.Ada orangtua yang menemukan kekuatan figure instrumental (berfungsi sebagai pencari nafkah
E-mail: md.mayangsari@unlam.ac.id
No.Handphone: 085752337915
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui well-being pada lansia ditinjau dari keinginan bertempat tinggal di panti werdha.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode kualitatif dengan teknik pengumpulan data berupa wawancara
dan observasi. Subjek penelitian adalah 2 orang lansia yang tinggal di panti werdha, terdiri atas lansia yang memilih
bertempat tinggal di panti werdha oleh karena keinginan sendiridan yang bukan karena keinginan nya sendiri. Hasil
penelitian menunjukan bahwa lansia yang memilih bertempat tinggal di panti werdha karena keinginannya sendiri memiliki
well-being yang lebih baik daripada yang bukan karena keinginannya sendiri, hal ini dikarenakan lansia yang tinggal karena
keinginannya sendiri lebih menerima keadaannya di panti werdha sedangkan lansia yang tinggal bukan karena keinginan
sendiri merasa kurang puas dengan kehidupannya di panti werdha. Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa
pemilihan terhadap tempat tinggal dapat mempengaruhi psychological well-being lansia, seseorang yang tinggal karena
pilihan atas keinginan sendiri akan memunculkan rasa penerimaan dan kepuasan terhadap kondisi dimana ia tinggal,
demikian sebaliknya.
ABSTRACT
This study aims to find out well-being of the elderly reviewed from desire to live in nursing home. The method used in this
research is qualitative with interview and observation technique. The subjects of the study were 2 elderly people living in the
nursing home, consisting of elderly who chose to live in the nursing home because of their own desire and not because of their
own desire. The results showed that the elderly who chose to live in the nursing home because of their own desire to have a
better well-being than those not because of his own desire, this is because the elderly who live because of his own desire more
accept the situation at the nursing home while the elderly who live not because his own desire was not satisfied with his life
at the nursing home. Based on this study can be concluded that the choice of residence may affect the psychological well-
being of the elderly, a person living by choice of own desire will generate a sense of acceptance and satisfaction with the
conditions in which he lives, and vice versa.
Lansia atau lanjut usia adalah masa dimana individu sudah membentuk keluarga merekasendiri, maka lepaslah
yang berada pada tahap akhir perkembangan hidup tanggung jawablansiadan ia kembali lebih bebas seperti
manusia. Menurut Peraturan Pemerintah Republik pada masa lalu. Kewajiban mengasuh, membiayai,
Indonesia Nomor 43 Tahun 2004, lanjut usia adalah mendidik dan mengawasi anak-anak tidak lagi dilakukan.
seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun keatas. Tetapi pada saat kebebasan diperoleh, ia telah berada pada
Berdasarkan data proyeksi penduduk menurut Kementrian kondisi kemunduran fisik biologis dan psikologis, serta
kesehatan RI dalam Analisis Lansia di Indonesia (2017), hilangnya anak-anak dari rumah. Terjadinya perubahan
diperkirakan tahun 2017 terdapat 23,66 jutajiwa penduduk struktur keluarga serta penurunan fisik menyebabkan
lansia di Indonesia (9,03%).Diprediksi jumlah penduduk lansia terabaikan dan kesepian. Dalam kondisi ini untuk
lansia tahun2020 (27,08 juta), tahun 2025 (33,69 mencapai suatu kebahagiaan di masa tua dan menghindari
juta),tahun 2030 (40,95 juta) dan tahun 2035 (48,19 juta). kesepian salah satu solusi yang bisa dipilih lansia adalah
Ketika seseorang mencapai usia lanjut, dan anak-anak tinggal di panti werdha.
DAFTAR PUSTAKA
Bechtel, Robert B & Churchman, Arza. (2002).
Handbook of Environmental Psychology. John
Wiley&Dons, Inc.
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi kinerjakognitif pada mahasiswa ditinjau dari
pengaturan ruang kelas. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode kualitatifdenganteknikpengumpulan data
berupawawancaradanobservasi. Subjek penelitian ini adalah mahasiswa psikologi angkatan 2016 sebanyak 4 orang subjek.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ke empat orang subjek mengaku bahwa adanyapengaturan ruang kelasberdampak
positif terhadap kinerja kognitif mereka di dalam kelas, seperti pengaturan suhu ruangan, metode yang digunakan terkait
dengan variasi tempat duduk, luas ruangan, pencahayaan, termasuksikap dan kemampuan pengajar dalam memberikan
materi kepada mahasiswa. Berdasarkan hasil yang diperoleh maka penelitian ini dapat digunakan sebagai studi awal
bagipenelitian-penelitian tentangpsikologi ingkungan yang lebih luas dan kaitannya dengan setting pendidikan.Selainitu
setelah mengetahui faktor yang dapat mempengaruhi kinerja kognitif pada mahasiswa di dalamruang
kelasmakapenelitianinijugadapatmenjadibahanpertimbangan pengajar mengenai pentingnya pengaturan ruang kelas bagi
kinerja kognitif mahasiswa di dalam pembelajaran yang akan diterapkan.
ABSTRACT
This study aims to determine the factors that affect cognitive performance on students in terms of classroom setting. The
method used in this research is qualitative with interview and observation technique. The subjects of this study are students
of psychology class of 2016 as many as 4 people subject. The results showed that the four subjects admitted that there were
positive effect from classroom setting to their cognitive performance, such as setting of room temperature, the method used
in relation to seat variation, room width, lighting, besides the ability of the teacher to give the material to the students. Based
on the results obtained, this research can be used as a preliminary study for broader environmental psychology research and
its relation to educational setting. In addition, after knowing the factors that can affect the cognitive performance of students
in the classroom then this study can also be a consideration of the teacher about the importance of setting the classroom for
student cognitive performance in the learning that will be applied.
Pendidikan dalam KBBI merupakan proses secara maksimal dan mencapai tujuan pembelajaran yang
pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok ingin dicapai, guru selain harus menguasai topik
orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pembelajaran yang disampaikan kepada siswa juga harus
pengajaran dan pelatihan. Pendidikan juga termasuk usaha mampu mengelola kelas dengan baik secara fisik maupun
sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan non fisik (Bahrur, 2011).
proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif Dalam pengelolaan kelas ada dua subjek yang
mengembangkan potensi dirinya. Pembelajaran dapat memegang peranan yaitu guru dan siswa. Guru sebagai
didefinisikan sebagai pengaruh permanen atas perilaku, pengelola, sebagai pemimpin mempunyai peranan yang
pengetahuan, dan keterampilan berpikir (Santrock, lebih dominan dari siswa. motivasi kerja guru dan gaya
2007).Dalam proses pembelajaran, khususnya pembelajaran kepemimpinan guru merupakan komponen yang akan ikut
formal di Indonesia tak lepas dari proses pembelajaran di menentukan sejauh mana keberhasilan guru dalam
dalam kelas. Untuk kelangsungan proses pembelajaran mengelola kelas (Bahrur, 2011).
ABSTRAK
Motivasi prososial adalah keinginan untuk melakukan tingkah laku yang berorientasi pada melindungi, memelihara, atau
meningkatkan kesejahteraan dari objek sosial eksternal baik itu manusia secara individual, kelompok, atau suatu
perkumpulan secara keseluruhan, institusi sosial atau menjadi simbol, seperti contohnya ideologi atau sistem moral.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran motivasi prososial ditinjau dari life events pada anggota organiasi
Laskar Hijau di SMK Negeri 1 Martapura. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Penelitian ini menggunakan teknik
observasi non partisipan dan wawancara semi-terstruktur. Hasil penelitian menunjukan bahwa life events yang dimiliki oleh
anggota Laskar Hijau terdiri dari dua jenis yaitu, life event positif dan life event negatif. Life events positif maupun negatif
yang dialami ketiga subjek dipengaruhi oleh orang-orang yang dekat, terpercaya ataupun sering berinteraksi dengan
subjek.Namun perbedaan life events atau peristiwa-peristiwa kehidupan yang terjadi pada masing-masing individu tidak
memengaruhi jenis motivasi prososial yang dimiliki oleh subjek. Ketiga subjek sama-sama memiliki jenis motivasi prososial
intrinsic motivation karena alasan ketiga subjek melakukan perilaku prososial adalah didasari dari dorongan dalam diri
subjek sendiri untuk memperbaiki kondisi orang lain menjadi lebih baik.
Kata Kunci: Motivasi prososial, life events, dan organisasi laskar hijau, kualitatif.
ABSTRACT
Prosocial motivation is the desire to conduct an individual’s action which is oriented toward protection,maintenance, or
enhancement of well-being of an external social object: aspecific person, a group, a society as a whole, a social institution
or a symbolic being, for example, an ideology or system of morality.The purpose of the current study is to determine the
descriptionof prosocial motivation viewed from life events in Laskar Hijau organization members in SMKN 1 Martapura. A
qualitative, non participant observation and semi structural interview were used in this study. The finding shows that Laskar
Hijau members’ life events consist of two types, positive life event and negative life event. The positive or negative life events
experienced by the three subjects influenced by people who are close, trusted or often interact with the subjects.However the
differences in life events or events that occur in each individual does not affect the type of prosocial motivation owned by the
subjects.All three subjects share the same kind of intrinsic prosocial motivation because the reason subjects do prosocial
behavior isbased on the urge within theirselves, to improve the condition of others to be better.
Manusia dikatakan makhluk sosial karena manusia helping behavior (Faturochman, 2006). Perilaku menolong
membutuhkan pertolongan orang lain. Perilaku prososial ini dimotivasi dari dalam diri individu. Dalam suatu
adalah suatu tindakan menolong yang menguntungkan penelitiandidapatkan bahwa individu yang pernah
orang lain tanpa harus menyediakan suatu keuntungan mengalami trauma seumur hidup akan lebih terlibat dalam
langsung pada orang yang melakukan tindakan tersebut, dan perilaku prososial (Frazier, Greer, Gabrielsen & Park, 2012).
mungkin bahkan melibatkan suatu resiko bagi orang yang Penelitian lain telah mengindikasikan bahwa mereka terlibat
menolong (Baron & Byrne, 2005). Bentuk yang paling jelas dalam perilaku prososial untuk membantu orang lain dan
dari perilaku prososial adalah perilaku menolong atau juga untuk membantu diri mereka sendiri (Reeves, Merriam,
DAFTAR PUSTAKA
Motivasi Prososial Baron, Robert,R. A., & Byrne. D. (2005). Psikologi sosial
Jenis: (10th ed.). Jakarta: Erlangga.
Intrinsic Motivation
Batson, C. D. (1987). Prosocial motivation: Is it ever truly
altruistic? In L. Berkowitz (Ed.), Advances in
experimental social psychology, 20 (pp. 65-122).
New York, NY: Academic Press.
Perilaku Prososial
Dimensi: Dayakisni, T.,ri& Hudaniah. (2006). Psikologi Sosial. Cet:2.
Berbagi, Kerjasama, Menyumbang, Malang: UMM Press.
Menolong
Dictionary, O. E. (2009). 1989. OED online. Robert A. Orsi.
Eisenberg, N., & Mussen, P. H. (1989). The roots of
Bentuk Perilaku Prososial prosocial behavior in children. Cambridge
University Press.
Gambar 1. Bagan Kesimpulan Subjek Faturrochman. (2006). Pengantar Psikologi Sosial.
Yogyakarta: Pustaka Book Publishing.
SIMPULAN Frazier, P., Greer, C., Gabrielsen, S., Tennen, H., Park, C.,
& Tomich, P. (2013). The relation between trauma
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan exposure and prosocial behavior. Psychological
didapat hasil bahwa lifeevents yang dimiliki oleh anggota Trauma: Theory, Research, Practice, and Policy,
Laskar Hijau terdiri dari dua jenis yaitu, life events positif 5(3), 286.
dan life events negatif. Ketiga life events positif yang terkait
Gebauer, J. E., Riketta, M., Broemer, P., & Maio, G. R.
dengan motivasi subjek ACR, NK, dan IF melakukan
(2008). Pleasure and pressure based prosocial
perilaku prososial berasal dari pengaruh orang yang dekat
motivation: Divergent relations to subjective well-
dan dipercayai oleh subjek, sedangkankedua lifeevents
being.Journal of Research in Personality, 42, 399–
negatif subjek NK dan IF berasal dari tingkah laku orang
420. doi:10.1016/j.jrp.2007.07.002
disekitar subjek yang mempengaruhi subjek untuk
melakukan perilaku prososial. Dapat disimpulkan bahwa life Grant, A. M. (2007). Relational job design and the
events positif maupun negatif yang dialami ketiga subjek motivation to make a prosocial difference. Academy
dipengaruhi olehorang-orang yang dekat, terpercaya of Management Review, 32, 393-417.
ataupun sering berinteraksi dengan subjek. Perbedaan life
events atau peristiwa-peristiwa kehidupan yang terjadi pada
Leist, A. K., Ferring, D., & Filipp, S. H. (2010). Vecina, M. L., & Chacon, F. (2013). Volunteering and well-
Remembering positive and negative life events. being: Is pleasure-based rather than pressure-based
GeroPsych. prosocial motivation that which is related to positive
effects?Journal of Applied Social Psychology, 43,
Rahmah, P. A., & Rositawati, S. (2017). Descriptive Study 870–878. doi:10.1111/jasp.12012
of Prosocial Motivation of Volunteer Save Street
Child Bandung. Vollhardt, J. R. (2009). Altruism born of suffering and
prosocial behavior following adverse life events: A
Rakhmat, J. (2012). Metode Penelitian Komunikasi: review and conceptualization. Social Justice
Dilengkapi Contoh Analisis Statistik. Bandung: PT Research, 22(1), 53-97.
Remaja Rosdakarya.
Reeves, P. M., Merriam, S. B., & Courtenay, B. C. (1999).
Adaptation to HIV infection: The development of
ABSTRAK
Interaksi parasosial merupakan sebuah hubungan persahabatan atau kelekatan yang terjalin dengan tokoh yang muncul di
media, berdasarkan ikatan afektif yang dirasakan oleh seseorang terhadap tokoh media tersebut. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui bagaimana gambaran interaksi parasosial pada wanita dewasa awal penggemar artis korea di sosial
media. Metode dalam penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan menggunakan teknik pengambilan data observasi
dan wawancara, penelitian ini menggunakan observasi jenis non-partisipan dan wawancara semi-terstruktur. Hasil
penelitian menunjukkan kedua subjek yang merupakan penggemar artis korea melakukan interaksi parasosial dengan idola
mereka melalui akun media sosial mereka. Kabur dari realita menjadi alasan mereka melakuakan interaksi parasosial dengan
idola mereka.
ABSTRACT
Parasocial interaction is a relationship of friendship of attachment that is intertwined with figures that appear in the media,
based on affective bonds that are felt by a person against the character of the media. This study aims to find out how the
description of parasocial interaction in early adult female fans of Korean artists in social media. Methods in this study using
qualitative methods using observation and interview data collection techniques, this study used non-participant type
observation and semi-structured interview. The results show that both subjects who are fans of Korean artists do a parasocial
interaction with their idol through their social media accounts. Blurred from reality becomes the reason they do a parasocial
interaction with their idols.
Sekarang ini penyebaran budaya korea sangat luar usia dewasa awal memiliki keterkaitan yang kuat terhadap
biasa di seluruh dunia, salah satunya Indonesia. Banyak selebriti dalam kehidupannya, kebanyakan terhadap idola
masyarakat Indonesia menjadi penggemar artis Korea, pop, bintang film dan banyak figur lainnya (Boon &
beberapa menyukai drama Korea dan beberapa lainnya Lomore, 2001).
menyukai musik pop Korea (K-Pop). Seperti yang kita Semakin tinggi tingkatan pemujaan selebriti yang
ketehaui sekarang ini sering diadakannya konser musik dilakukan oleh individu pada usia dewasa, maka semakin
Korea di Indonesia dan setiap diselenggarakannya konser besar pula tingkat keintiman (intimacy) yang diimajinasikan
tersebut tiket selalu habis terjual bahkan dalam waktu terhadap sosok selebriti yang diidolakan (Sheridan, North,
singkat. Maltby, & Gillet, 2007). Proses keintiman yang dirasakan
Hal tersebut membuktikan bahwa banyaknya diawali dengan perasaan kuat dari keterkaitan terhadap
penggemar artis korea di Indonesia, penggemar tersebut selebriti ditunjukan dalam pengorbanan yang seseorang
didomonasi oleh kaum perempuan. lakukan seperti, waktu, pikiran, uang dalam interaksi yang
Orang-orang yang menjadi fans dari seorang selebriti seseorang lakukan dengan idolanya (Boon & Lomore,
biasanya banyak berasal dari usia remaja. Peran selebriti 2001). Investasi semacam ini mendorong tumbuhnya rasa
dalam kehidupan remaja adalah sebagai role model. Namun keterlibatan dengan idolanya yang berlanjut pada
fakta di lapangan membuktikan bahwa masih banyak peningkatan pengorbanan yang dilakukan dan seiring
individu yang melakukan pemujaan pada selebriti di usianya berjalannya waktu memunculkn persepsi bahwa ia memiliki
yang sudah memasuki dewasa awal. Salah satu penelitian hubungan khusus dan keintiman dengan idolanya .
menemukan bahwa 75% dari individu yang berada dalam
ABSTRAK
Perilaku prososial merupakan suatu tindakan menolong yang menguntungkan orang lain tanpa harus menyediakan suatu
keuntungan langsung pada orang lain yang melakukan tindakan tersebut dan mungkin bahkan melibatkan suatu resiko bagi
orang yang menolong. Perilaku prososial didasari oleh motivasi atau suatu dorongan untuk melakukan tingkah laku yang
bertujuan untuk menolong atau mensejahterkan orang lain, baik sebagai individu ataupun kelompok. Peristiwa-peristiwa
kehidupan yang dialami oleh seseorang (life events) juga mempengaruhi seseorang dalam melakukan perilaku prososial.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran motivasi prososial ditinjau dari life events pada anggota organisasi IAAS
(International Association Of Students In Agricultural And Related Science) Fakultas Pertanian Universitas Lambung
Mangkurat. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan teknik pengambilan data melalui wawancara dan
observasi. Kami menemukan pada subjek 1 terdapat life events negatif yang turut memotivasi subjek dalam melakukan
kegiatan-kegiatan prososial yaitu berkaitan dengan kehidupan serta kondisi pertanian di tempat tinggal asalnya, sedangkan
pada subjek 2 terdapat life events positif yang membuat subjek termotivasi untuk juga melakukan kegiatan-kegiatan prososial
yaitu berkaitan dengan pengalaman-pengalaman menyenangkan yang ia dapat ketika bergabung di IAAS. Salah satu bentuk
perwujudannya adalah dengan aktif mengikuti kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan oleh organisasi IAAS terutama yang
berkaitan dengan kegiatan menolong dan memberdayakan masyarakat serta lingkungan disekitar mereka khususnya yang
berhubungan dengan bidang pertanian.
Kata kunci: Motivasi Prososial, Life Events, IAAS (International Association Of Students In Agricultural And Related
Science)
ABSTRACT
Prosocial behavior is a helping behavior that benefits others without having to provide a direct benefit to the person who do
such actions and may even involve a risk to the person who helps. Prosocial behavior is driven by a motivation or an impulse
to conduct a behavior that aims to help or prosper other people, either as individuals or groups. Life events experienced by a
person also affect them in doing prosocial behavior. This study aims to determine the description of prosocial motivation
viewed from life events on IAAS (International Association of Agricultural And Related Science) members in faculty of
agricultural Universitas Lambung Mangkurat. This research used a qualitative research methods with interviews and
observation as data collection techniques. We found that in subject 1 there is a negative life event that motivated the subject
in doing prosocial activities, which is related to the agriculture life and condition in her residence, whereas in subject 2 there
is a positive life event that make the subject motivated to do prosocial activities, which is related to the pleasant experiences
that he had when joining IAAS. One form of its manifestation is to actively participate in activities undertaken by IAAS
organization, especially those relating to the activities of helping and empowering the community and the environment around
them, especially those related to agriculture.
Keywords: Prosocial Motivation, Life Events, IAAS (International Association Of Students In Agricultural And Related
Science)
Perilaku menolong orang lain dalam ilmu Psikologi keuntungan langsung pada orang yang melakukan tindakan
Sosial dikenal dengan istilah Perilaku Prososial. Perilaku tersebut dan mungkin bahkan melibatkan suatu resiko bagi
prososial merupakan suatu tindakan menolong yang orang yang menolong (Baron & Bryne, 2005). Telah
menguntungkan orang lain tanpa harus menyediakan suatu diterima secara luas bahwa aspek khas dari sosialitas
ABSTRAK
Perilaku menolong kepada orang lain merupakan salah satu bentuk dari perilaku prososial. Perilaku prososial
dapat muncul atas inisiatif sendiri atau didasari oleh motivasi yang ada dalam diri seseorang. Motivasi seseorang untuk
membantu, menolong, atau meringankan penderitaan seseorang, kelompok atau obyek lain disebut dengan motivasi
prososial. Banyak faktor yang mempengaruhi motivasi prososial individu, peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam kehidupan
(life events) juga mempengaruhi seseorang dalam melakukan perilaku prososial. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui gambaran motivasi prososial ditinjau dari life events pada Kader Lingkungan Hidup “Go Green and Clean”
Kota Banjarbaru. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan teknik pengambilan data wawancara semi terstruktur
dan observasi. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini yaitu subjek VS mengalami life events positif dan subjek S mengalami
life events negatif. Pada kedua subjek memiliki motivasi prososial jenis intrinsic motivation, yaitu kedua subjek melakukan
perilaku prososial karena memang motivasi atau tujuan mereka untuk membantu orang lain tanpa ada harapan-harapan
lainnya. Dapat disimpulkan bahwa baik life events positif maupun negatif keduanya sama-sama memiliki pengaruh dalam
motivasi prososial individu yang di wujudkan oleh kedua subjek dengan ikut berpartisipasi aktif pada komunitas “Go Green
and Clean” Kota Banjarbaru.
ABSTRACT
Behavior of helping others is a prosocial behavior. Prosocial behavior appears on its own initiative or based on the
motivation that exists within a person. A person's motivation to help or relieve the suffering of a person, group or other object
is called prosocial motivation. Many factors affect the prosocial motivation of individuals, where events that occur in life (life
events) also affect a person in doing prosocial behavior. The purpose of this research is to know prosocial motivation viewed
of life events on enviromental volunteers "Go Green and Clean" in Banjarbaru City. This research is a qualitative research
with semi-structured interview and observation. The results from this study that each individual experience different life events
in this life that encourages their prosocial motivation in the community, where the subject VS experienced positive life events
and subject S experienced negative life events. In both subjects have a prosocial motivation type of intrinsic motivation, both
subjects do prosocial behavior because it is motivation or their goal to help others without any other expectations. It can be
concluded that both positive and negative life events both have an influence in individual prosocial motivation manifested by
both subjects by actively participating in the community "Go Green and Clean" in Banjarbaru City.
Pada interaksi kesehariannya, manusia yang oleh manusia sebagai makhluk sosial dan ada dalam diri
merupakan makhluk sosial tidak lepas untuk saling tolong- pribadi individu (Staub, 1978).
menolong dalam kehidupannya. Perilaku menolong Perilaku prososial muncul atas inisiatif sendiri,
kepada orang lain merupakan salah satu bentuk dari yang mana perilaku tersebut ditampilkan oleh seseorang
perilaku prososial yang mana perilaku prososial dimiliki didasari oleh motivasi yang ada dalam diri seseorang.
“Saya mulai bergabung di GNC pada tahun 2014” Subjek bercerita dulunya dia tidak ada kepikiran
maupun ketertarikan untuk membantu orang lain maupun
Dari kegiatan yang dipaparkan oleh subjek lingkungan, tetapi setelah subjek mendapat pengalaman di
komunitas yang bergerak di bidang sosial-lingkungan ini Surabaya semuanya berubah. Jadi terlintas di pikiran untuk
tidak hanya melakukan kegiatan terkait lingkungan, tetapi tetap meneruskan ilmu yang didapat ini saat di
dari kegiatan-kegiatan itu ada yang bertujuan untuk lingkungannya. Setelah kejadian itu, setiap melihat sesuatu
membantu sesama atau orang lain. Subjek memutuskan yang baru dari internet maupun televisi membuat subjek
untuk ikut bergabung dengan komunitas karena sebelumnya ingin mencobanya dan melatihnya sendiri dirumah. Saat
ada kejadian yang membuat subjek terpilih menjadi 20 dirasa sudah mampu lalu subjek membagikan ilmunya ini
kader terbaik dan hingga sekarang memutuskan untuk tetap dengan orang-orang disekitar rumahnya, ke anak-anak di
bergabung di komunitas. sekolah atau ke ibu-ibu PKK.
“Ohh kegiatan GNC selama ini yaa pertama “Ya kalau dulu sih ya awal-awalnya biasa aja. Ngga
kebersihan lingkungan, membersihkan lingkungan pernah melihat atau membuat keterampilan-
lah pastinya. Terus penanaman penghijauan, terus keterampilan kayak gini. Tapi setelah saya di
memberikan penyuluhan di sekolah-sekolah sama di magangkan di Surabaya, di Jawa Timur kemarin.
masyarakat sekitar. Terus selain itu, kita Saya melihat dan mengalami langsung terus ada
memberikan pelatihan atau mengajari ke orang- perasaan ingin bikin ini bikin itu yaa macam-macam
orang tentang barang-barang yang ngga berguna lah buat keterampilan.”
jadi berguna lagi atau guna ulang, kayak bahan dari “Iya dari setelah itu yang nambah semangat karena
Koran, plastik, karton, botol bekas dan banyak lagi ya senangnya itu jadi nambah wawasan, nambah
yang masih bisa kita gunakan.” ilmu, nambah temanlah yang nomer satu. Dari
pelatihan itukan yang langsung saya kembangkan
Subjek mengatakan bahwa dia bergabung di disini, terus dari situ juga baru cari-cari di internet
komunitas selain ingin mengisi waktu luang di usia yang baru saya coba-coba sendiri di rumah. Dapat ide-ide
sudah tidak muda, dia juga merasa senang saat bertemu baru eh ada ini cobalah ini dibuat.”
dengan banyak orang dan bisa membagikan ilmu yang “Iya jadi lebih terpacu dan terbuka gitu naa pikiran.
dimilikinya kepada orang lain. Subjek sangat senang saat Saya merasa terbuka dengan sendirinya gitu pikiran.
lingkungan menjadi bersih dan orang-orang di Dulukan ngga ada kepikiran oh aku mau bikin ini,
lingkungannya itupun menjadi sehat. bikin itu, ngga ada sama sekali di pikiran tapi setelah
kejadian ikut di Surabaya itu bikin pikiran terbuka
“Kitakan membersihkan lingkungannya, kalau dan hati juga. Sebelum ke Surabaya itu ya biasa aja
bersih kan sehat ya? Kayak selokan-selokan ngga ada kepikiran, tapi setelah dari sana ya mikir
tersumbat kita benahi kan orang-orang yang kenapa ilmunya ngga dibagikan ke orang-orang,
terbantu jadi ngga tersumbat, ngga banjir kan ya? masyarakat juga. Ya lewat GNC ini bisa ikut
Ngga jadi sarang nyamuk juga. Nah itukan, kegiatan-kegiatan.”
membantu orang lain juga toh.”
Apa yang dikatakan oleh subjek ini telah
Subjek mengatakan yang mendorong dia untuk diklarifikasi dan ditanyakan langsung tentang
tetap aktif itu selain senang adalah karena banyak bertemu kebenarannya kepada orang terdekat subjek yaitu, teman
dengan teman-teman, bisa interaksi satu sama lain. Jadinya akrab subjek di komunitas. Klarifikasi ini merupakan
saat saya kesusahan juga masih banyak yang bantu saya bentuk triagulasi hasil wawancara dengan subjek. Teman
karena banyaknya teman. subjek mengatakan benar adanya bahwa subjek sudah
bergabung dari tahun 2014 dan aktif dalam setiap kegiatan
“Ya saya mau aja, saya mau dan senang bergabung yang dilaksanakan oleh komunitas. Subjek sehari-harinya
di GNC itu. Ya sebabnya banyak temen, kita bisa juga senang membantu tetangga sekitar rumahnya untuk
membenahi lingkungan, membersihkan lingkungan tetap menjaga lingkungannya agar tetap bersih dan hijau.
sama-sama temen-temen gotong royong gitu.”
“Iya suka dan ikhlas juga. Istilahnya kan suka biasa “Aktif ya, beliau ini senang membuat kerajinan-
aja nih ngga dapat apa-apa, tapi karena hati ikhlas kerajinan, mengolah sampah gitu. Ya aktif lah beliau
jadinya senang walaupun ngga dapat apa-apa. Niat kalau sudah ada kegiatan itu. Kadang kalau saya
kita kan itu yaa, senang itu jadi senang.” telpon, bu ini kita dapat undangan disini beliau mau
“Yaa itukan istilahnya kita sudah tua ini mikirnya menghadirinya.”
kalau saya masih bisa masih mampu masih bisa “Kalau yang sepengetahuan saya sih iya ya. Selama
dimanfaatkan ya pasti akan membantu yaa dijalani. kegiatan kalau kita ketemu itu beliau tanggap, baik
Selain itu, daripada otak nih sudah tua ngga sama kita-kita. Senang bercanda. Kalau diminta
buat sosialisasi sama sekolah-sekolah juga cepat
Dayakisni, T & Hudaniah. (2006). Psikologi sosial. Rahmah, P. A., & Rositawati, S. (2017). Studi deskriptif
Malang: Universitas Muhammadiyah Malang. mengenai motivasi prososial pada Volunteer Save
Street Child Bandung. Prosiding Psikologi
Eisenberg, Nancy. (1982). The Development of Prosocial Universitas Islam Bandung, 3 (1). ISSN: 2460-6448.
Behavior. New York: Academic Press.
Staub, E. (1978). Positive Social Bahavior and Morality,
Eisenberg, N., & Mussen, P. H. (1989). The root of Social and Personal Influence. New York: Academic
prosocial in children. New York: Cambridge Press inc.
University Press.
Sugiyono. (2010). Metode penelitian kuantitatif kualitatif
Frazier, P., Greer, C., Gabrielsen, S., Tennen, H., Park, C., dan R&D. Bandung: Alfabeta.
& Tomich, P. (2013). The relation between trauma
exposure and prosocial behavior. Psychological
ABSTRAK
Bencana alam merupakan suatu peristiwa yang tidak bisa dihindari dan saat ini angka peristiwa bencana alam semakin
meningkat setiap tahunnya. Bencana alam yang terjadi bukan saja berdampak pada perubahan lingkungan fisik, namun juga
berdampak pada makhluk hidup disekitarnya khususnya masyarakat. Oleh karena itu dibutuhkan tim yang dapat dengan
siaga membantu dan memberikan pertolongan pada masyarakat yang terkena bencana alam. Salah satu kelompok yang
dibentuk untuk menolong korban bencana alam adalah Taruna Siaga Bencana (TAGANA). Anggota TAGANA harus siap
secara fisik dan mental untuk membantu korban bencana alam diberbagai kondisi yang seringkali tidak mudah tanpa
mendapatkan balasan yang setimpal atau dalam konsep psikologi disebut sebagai Hardiness.Tujuan dari penelitian ini
adalah untuk mengetahui Gambaran hardiness pada anggota Taruna Siaga Bencana (Tagana) di Kabupaten Banjar”.Metode
Penelitian ini menggunakan metode peneletian kualitiatif dengan pengambilan data menggunakan teknik wawancara dan
observasi. Subjek dari penelitian ini adalah dua orang anggota TAGANA di Kabupaten Banjar. Hasil penelitian menunjukan
bahwa terdapat Hardiness yang tinggi pada anggota TAGANA yang ditunjukkan melalui aspek komitmen, kontrol dan
tantangan.
Kata Kunci: Hardines, Bencana Alam
ABSTRACT
Natural disasters are an inevitable event and the current incidence of natural disasters is increasing every year. Natural
disasters that occur not only affect the changes in the physical environment, but also affect the surrounding creatures,
especially the community. Therefore, it is needed a team that can be on standby to help and provide relief to people affected
by natural disasters. One of the groups to help victims of natural disasters is TarunaSiagaBencana (TAGANA). TAGANA
members must be physically and mentally health to assist victims of natural disasters in various conditions that are often not
easy or in the concept of psychology it’s called Hardiness. The purpose of this research is to know the description of hardiness
on Taruna Tanggap Bencana (Tagana) members in Kabupaten Banjar.The research method is qualitative with data retrieval
using interview and observation techniques. The subject of this research is two members of TAGANA in Kabupaten Banjar.
The results showed that there is a high Hardiness on TAGANA members shown through aspects of commitment, control and
challenge.
Indonesia merupakan salah satu negara yang (www.bnpb.go.id). Sedangkan untuk angka kejadian di
sangat rawan bencana, baik bencana karena peristiwa alam Kalimantan Selatan sebesar 37 kejadian dan berdampak
seperti gempa bumi dan tsunami atau gelombang dahsyat, pada 10.125 korban jiwa. Bencana alam yang terjadi di
letusan gunung berapi, banjir, tanah Iongsor dan musim Kalimantan Selatan adalah Puting beliung, tanah longsor
kering panjang, ataupun bencana yang disebabkan karena dan banjir. Sebelumnya pada tahun 2017, terdapat 63 angka
karena perilaku manusia seperti kebakaran kejadian bencana alam.
hutan/lahan/permukiman, kontaminasi Iingkungan hidup, Mengingat bahwa bencana alam berdampak tidak
kebocoran bahan beracun dan berbahaya dan akhir-akhir ini hanya pada perubahan lingkungan fisik namun juga
kerusuhan sosial. Jumlah angka kejadian bencana alam berdampak pada masyarakat disekitarnya sehingga
setiap tahun semakin meningkat. Menurut data dari Badan mengakibatkan kerugian yang bersifat materiil dan non
Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) diketahui materiil, maka dari dibutuhkan suatu bentuk intervensi
bahwa sampai bulan Mei 2018 terhitung 1.134 kejadian untuk menanggulangi hal tersebut. Salah satu bentuk
bencana alam di Indonesia di sepanjang tahun 2018 intervensi yang dilakukan adalah dengan membentuk
ABSTRAK
Manusia adalah makhluk yang tidak dapat terlepas dari suatu interaksi , sosialisasi, dan komunikasi.Remaja identik dengan
masa peralihan dari kanak-kanak menuju kedewasaan. Banyak sekali siswa yang menjalin kedekatan kepada teman sebaya
nya tidak hanya pada siswa perempuan, tetapi juga pada siswa laki-laki. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Gambaran
Kelekatan Terhadap Teman Sebaya Pada Siswa Laki-Laki di SMPN 1 Martapura Timur . Subjek yang merupakan siswa SMP
kelas 8 ini masih termasuk dalam tahap perkembangan remaja tengah dimana masih berusia 15 tahun. Pada penelitian ini ,
peneliti meminta 2 orang subjek laki-laki untuk melakukan sesi observasi juga wawancara yang juga ditinjau dari berbagai
aspek dari teori Kelekatan Teman Sebaya (Peer Attachment). Penelitian ini menggunakan tekhnik wawancara semi-struktur
dan tes Observasi dan menggunakan jenis observasi non partisipan dimana peneliti tidak terlibat langsung dengan partisipan
. Dari hasil observasi yang dilakukan , dikatakan bahwa ubjek AB lebih mendominasi pada aspek keterasingan dimana sulit
untuk berperilaku sesuai dengan tuntutan lingkungan serta kegagalan dalam membina hubungan yang erat bersama teman
sebaya , sedangkan subjek M hanya masuk pada aspek komunikasi dan kepercayaan sehingga M mampu untuk berperilaku
Adaptive dimana akan mudah dalam berperilaku sesuai pada lingkungan serta adanya keberhasilan dalam menjalin suatu
hubungan yang erat antar individu dan terciptanya kelekatan teman sebaya (Peer Attachment)
ABSTRACT
Humans are creatures that can not be separated from an interaction, socialization, and communication. Teenagers are
identical with the transition from childhood to be mature. There are so many students who are closed to their peers not only
to female students but also to male students. The purpose of this research is findin out the description of Peers attachment on
Male Students in SMPN 1 Martapura Timur. The subject is a grade 8 of junior high school which are still included in the
stage of develop the middle teenagers who are 15 years old. In this study, the researcher asked 2 male subjects to conduct
an observation sessions as well as interviews that are also reviewed from various aspects of Peer Attachment theory. This
study uses semi-structured interview techniques and the Observation test and uses non-participant observation type where
the researcher is not directly involved with the participants. From the results of observations made, it is said that AB is more
dominant in the aspect of alienation where it is difficult to behave in accordance with the demands of the environment and
failure in fostering close relationships with peers, while the subject M only entered on the aspects of communication and trust
so that M is being able to behave Adaptive which will be easy to behave in accordance with the environment and the success
in establishing a close relationship between individuals and the creation of attachment (Peer Attachment)
Remaja yang dikatakan sebagai masa peralihan atau gagal, maka akan menyebabkan ketidakbahagiaan pada diri
transisi dari masa kanak-kanak hingga ke masa dewasa, individu yang bersangkutan, menimbulkan penolakan
yaitu dimana remaja dituntut untuk menyelesaikan tugas- masyarakat dan kesulitan dalam menuntaskan tugas-tugas
tugas perkembangan yang khusus sebagai prasyarat untuk perkembangan berikutnya. Tugas-tugas perkembangan ini
memenuhi kebahagiaan serta menjadi bagian dari hidupnya. berkaitan dengan 1 sikap, perilaku, atau keterampilan
Apabila tugas itu dapat berhasil dituntaskan, akan dimiliki oleh individu (Gunarsa,2000). Pada konteks remaja
membawa kebahagiaan dan kesuksesan dalam saat ini, berkaitan erat dengan kelekatan yang dibangun agar
menuntaskan tugas-tugas berikutnya. Sementara apabila
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hardiness pada wirausaha yang melakukan inovasi produk. Wirausaha yang
melakukan inovasi pada produk diharuskan menghadapi beragam resiko dalam prosesnya mengenalkan produk kepada
masyarakat. Dalam penelitian ini menggunakan metode teknik wawancara semi-terstruktur dan observasi non-partisipan.
Subjek penelitian ini adalah dua orang wirausaha berumur 21 tahun yang melakukan inovasi pada produk. Hasil yang
didapatkan dari penelitian ini adalah subjek dapat dikatakan memenuhi aspek hardiness karena mampu mengatasi tantangan,
memaknnai proses dan produk sebagai suatu pengalaman berharga dan memiliki kesiapan yang matang untuk menerima
kritik serta perubahan selera masyarakat era modern.
ABSTRACT
This research aims to determine the hardiness of entrepreneur who innovate products. Entrepreneur who innovate products
are required to face a variety of risks in the process of introducing products to the public. This research using semi-structured
interview and non-participant observation. The subject of thisstudy are two 21-year-old entrepreneurs who innovate on the
product. The result obtained from this research is the subject can be said to meet the aspect of hardiness because it is able to
overcome challenges, process and product as a valuable experience and have a mature readiness to accept criticism and
changes in the tastes of the modern era society.
Drucker mengatakan bahwa kewirausahaan adalah tidak benar-benar berbeda dengan yang sudah ada
kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru (Mulyono, 2015).
(Rusdiana, 2014). Dalam lampiran keputusan Menteri Resiko inovasi dalam berwirausaha dapat menjadi
Koperasi dan Pembinaan Pengusahaan Kecil Nomer sebuah tantangan besar bagi pelaku wirausaha dalam
961/KEP/XI/1995 dicantumkan bahwa wirausaha adalah mempertahankan inovasi yang di gagas. Oleh karena itu,
orang yang mempunyai semangat, sikap, perilaku dan memerlukan komitmen dan kontrol yang kuat untuk dapat
kemampuan kewirausahaan (Rusdiana, 2014). mempertahankan inovasi yang dilakukan. Tantangan,
Inovasi adalah suatu proses memikirkan dan komitmen dan kontrol merupakan dimensi-dimensi dari
mengimementasikan pemikiran tersebut sehinggga suatu karakteristik yang disebut hardiness.
menghasilkan hal baru berbentuk produk jasa proses bisnis Menurut Kobasa (2005) hardiness merupakan
cara baru kebijakan dan lain sebagainya (Ancok, 2012). suatu karakteristik kepribadian yang dimiliki individu
Schumpter mendefinisikan inovasi sebagai kombinasi dalam menghadapi keadaan stress. Hardiness dapat
baru dari factor-faktor produksi yang dibuat oleh diartikan sebagai karakteristik kepribadian yang
pengusaha dan pemikiran inovasi adalah kekuatan mempunyai fungsi sebagai sumber perlawanan di saat
pendorong yang penting dalam pertumbuhan ekonomi individu menemui suatu kejadian yang menimbulkan stres
(Dewanto, W. dkk., 2013). Berkenaan dengan inovasi, (Olivia, 2014). Hardiness merupakan salah satu karakter
Schumpeter menyatakan bahwa tidak ada yang benar- yang dapat mempengaruhi individu tentang bagaimana
benar baru di dunia ini. Yang ada hanyalah kombinasi- dirinya melihat sebuah situasi stres dan menentukan
kombinasi baru. Dengan demikian inovasi yang dihasilkan respon yang efektif (Odgen, 2007).
ABSTRAK
Tujuan dari studi kuantitatif ini adalah pengembangan alat ukur kecerdasan emosional pada dosen dan melakukan uji validitas
dan reliabilitas. Instrumen kecerdasan emosional disusun berdasarkan aspek menurut Goleman, Boyatzis & McKee (2002)
yaitu kesadaran diri, manajemen diri, kesadaran sosial, dan manajemen hubungan dengan orang lain. Instrumen ini dilakukan
uji coba pada 125 orang dosen Universitas Lambung Mangkurat Kalimantan Selatan. Hasil hasil menunjukkan nilai koefisien
korelasi aitem totalnya berkisar antara rix = -0.004 sampai rix = 0.732 dengan nilai rix standar = 0.300. Nilai koefisien
reliabilitas kecerdasan emosional yaitu sebesar 0.931. Artinya instrumen kecerdasan emosional adalah valid dan reliabel.
Implementasi penelitian ini dapat digunakan untuk mengetahui tingkat kecerdasan emosional dosen yang tidak kalah penting
peranannya dengan kecerdasan intelektual dalam penampilan kerja.
ABSTRACT
The purpose of this quantitative study is the development of a measure of emotional intelligence in the lecturer and to test the
validity and reliability. The instruments of emotional intelligence are based on aspects according to Goleman, Boyatzis &
McKee (2002): self-awareness, self-management, social awareness, and relationship management with others. This
instrument was tested on 125 lecturers of Lambung Mangkurat University, South Kalimantan. The result shows the value of
the total correlation coefficient ranged from rix = -0.004 to rix = 0.732 with the standard rix value = 0.300. Emotional
intelligence reliability coefficient value that is equal to 0.931. This means that the instrument of emotional intelligence is valid
and reliable. Implementation of this research can be used to determine the level of emotional intelligence of lecturers that is
not less important role with intellectual intelligence in job performance.
Banyaknya masalah penelitian memerlukan kemampuan individu secara maksimal. Sementara itu,
pengembangan instrumen yang dapat dipercaya, serta indikator perilaku yang diungkap oleh instrumen non tes
mampu mengukur hal-hal yang abstrak, seperti hasil bersifat tipikal (typical performance). Instrumen ini
belajar, kecerdasan, motivasi, sikap, minat, dan lain-lain standar sehingga individu dapat membuat penafsiran
(Ary, Jacobs dan Razavieh, 1982). Alat atau instrumen sendiri terhadap stimulus tersebut dan meresponnya sesuai
yang berbeda-beda diperlugan untuk mengukur variabel dengan aspek afektif dalam dirinya saat ini (Edward,
yang berbeda-beda pula. 1957). Kualitas instrumen ditentukan oleh validitas
Sesuatu yang digunakan untuk melakukan reliabilitas (Mueller, 1986). Jadi, hakikat instrumen adalah
pengukuran disebut alat ukur atau instrumen. Suatu alat ukur yang memiliki validitas dan reliabilitas yang baik
instrumen yang berkualitas haruslah terlebih dahulu dan digunakan untuk mengumpulkan data dalam suatu
divalidasi sebelum digunakan. Pada dasarnya instrumen penelitian.
dibagi dua, yaitu instrumen yang berbentuk tes dan Thorndike (1982) menunjukkan beberapa langkah
instrumen yang non tes. Tes merupakan prosedur yang harus dilakukan untuk menyusun instrumen sehingga
sistematis untuk melakukan pengamatan terhadap perilaku alat tersebut layak untuk digunakan. Langkah-langkah
seseorang dan mendeskripsikan perilaku dengan bantuan tersebut meliputi (a) mendifinisikan kawasan atau atribut
skala angka atau suatu sistem penggolongan (Cronbech, laten yang akan diukur, (b) menemukan siapa yang akan
1984). menggunakan atau siapa respondennya, (c) menspesifikasi
Indikator perilaku yang digunakan oleh instrumen isinya, mencakup topik apa saja, (d) menentukan format-
tes bersifat kinerja maksimal (maximum performance) format butirnya, jenis respon yang diharapkan dan
karena suatu tes dirancang untuk mengungkapkan prosedur pemberian skornya, (e) membuat rencana uji
Aisyah Sofia Agustina1, Rissa Yulianti Sabra2, Noor Anita Hartati3, Ermina Istiqomah4
Program Studi Psikologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Lambung Mangkurat, Jl. Ahmad Yani Km.
36, Banjarbaru, 70714, Indonesia
4
E-mail: erminaistiqomah06@yahoo.com
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran lingkungan iklim kerja pada tambang batu bara di wilayah lahan basah
Kalimantan Selatan. Penelitian kualitatif dengan metode wawancara mendalam dan observasi kepada 5 orang responden
karyawan PT KPP Hasil penelitian menunjukan bahwa Untuk lingkungan fisik buruk karena banyak karyawan yang terpapar
debu, dukungan organisasi baik, dan keterikatan kerja karyawan juga baik. Implementasi penelitian ini dapat dijadikan acuan
untuk menciptakan lingkungan kerja yang baik untuk mendukung situasi kerja karyawan
ABSTRACT
The objective of this research is to find out the picture of the working climate climate in coal mine in South Kalimantan
wetland area. Qualitative research with in-depth interview method and observation to 5 respondents of PT KPP employees
The result of research shows that For the physical environment is bad because many employees are exposed to dust, good
organizational support, and employee work ties are also good. Implementation of this research can be used as a reference
to create a good working environment to support employee work situation
Industri batubara Indonesia terbagi dengan hanya batu aji, dan sumber daya perikanan dan kelautan serta
sedikit produsen besar dan banyak pelaku skala kecil yang kehutanan yang potensial untuk dikembangkan, sumber
memiliki tambang batubara dan konsesi tambang batubara daya alam yang paling banyak dikelola di Kalimantan
(terutama di Sumatra dan Kalimantan). Sejak awal tahun Selatan salah satunya yaitu batu bara. Pada tahun 2015
1990an, ketika sektor pertambangan batubara dibuka Kalimantan Selatan memiliki sekitar 229.541 ha Bahan
kembali untuk investasi luar negeri, Indonesia mengalami Galian batu bara, minyak, pasir kwarsa, biji besi, dll
peningkatan produksi, ekspor dan penjualan batubara dalam (Kementrian Perencanaan dan Pembangunan Nasional,
negeri. Dalam beberapa tahun terakhir terjadi peningkatan 2015).
penjualan batubara domestik yang pesat karena pemerintah Terdapat banyaknya jumlah lahan dengan isi
Indonesia berkomitmen terhadap program energi kekayaan, banyak perusahaan batu bara yang terdapat di
ambisiusnya (menyiratkan pembangunan berbagai Kalimantan Selatan salah satunya PT Kalimantan Prima
pembangkit listrik, yang sebagian besar menggunakan Persada (KPP) Rantau. KPP merupakan anak perusahaan PT
batubara sebagai sumber energi karena Indonesia memiliki Pamapersada Nusantara (PAMA), salah satu kontraktor
cukup banyak cadangan batubara). Selain itu, beberapa pertambangan terbesar di Asia Tenggara. PT Kalimantan
perusahaan pertambangan besar di Indonesia telah Prima Persada (KPP) telah berdiri sejak tahun 2003 dan
berekspansi ke sektor energi karena harga komoditas yang sejak saat itu telah mencapai kinerja yang optimal dengan
rendah membuatnya tidak menarik untuk tetap fokus pada kontribusi terbaik di industri pertambangan.
ekspor batubara, sehingga menjadi perusahaan energi Untuk memastikan profesionalisme dan kualitas
terintegrasi yang mengkonsumsi batubara mereka sendiri. layanan KPP, mereka menerapkan Sistem Manajemen KPP
Propinsi Kalimantan Selatan memiliki kekayaan Terpadu (IKMS) dan empat pilar budaya perusahaan KPP;
sumber daya alam yang melimpah seperti deposit minyak Kompetensi, Integritas, Sinergi dan Keselamatan.
bumi, intan, platina, batu bara, emas, bijih besi, nikel, Perusahaan ini menerapkan budaya kerja CISS, yaitu :
mangan, kromit, batu gamping, marmer, pasir kuarsa, fosfat, Competence (Handal) dapat diandalkan dengan semangat
kaolin, lempung, gambut, oker, batu kerikil, batu gunung, menjadi yang terbaik untuk memberikan nilai tambah
ABSTRAK
Cyber bullying atau yang biasa disebut perundungan merupakan tindakan negatif yang dilakukan oleh orang lain kepada
seseorang baik secara verbal maupun non verbal dan berulang. Tindakan ini sering menyebabkan korban tidak berdaya,
terlukai secara fisik maupun mental. Penelitian ini dilakukan terhadap tiga orang yang sedang bermain game online mobile
legend. Latar belakang penelitian ini dilakukan karena adanya perilaku cyber bullying yang timbul pada saat game online
mobile legend dipermainkan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui mengetahui Gambaran perilaku cyber bullying pada
pemain mobile legend. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kualitatif. Penelitian ini dilaksanakan di wilayah
banjarbaru. Teknik pengambilan data yang digunakan adalah observasi dan wawancara. Dari hasil penelitian ini dapat
disimpulkan bahwa adanya perilaku cyber bullying yang timbul pada saat bermain game online mobile legend.
Kata Kunci: perilaku cyber bullying
ABSTRACT
Cyber bullying or so-called harassment is a negative act done by others to someone both verbally and non-verbally and
repeatedly. This act often causes the victim to be helpless, physically and mentally injured. This study was conducted on three
people who are playing legend online mobile games. The background of this research is done because of the behavior of cyber
bullying that arise when the legend mobile online game played. This study aims to find out the description of cyber bullying
behavior on the legend mobile player. The approach used is qualitative approach. This research was conducted in banjarbaru
area. Technique of taking data used is observation and interview. From the results of this study can be concluded that the
existence of cyber bullying behavior that arises when the legendary online mobile game game
Keywords: cyber bullying behavior
Dalam hal semakin berkembangnya zaman akan menciptakan perusahaan pengembang video game baru.
selalu diiringi dengan Teknologi yang tidak pernah berhenti Salah satu jenis video game yang persaingannya ketat adalah
untuk bergerak maju untuk membuat terobosan-terobosan MOBA (Multiplayer Online Battle Arena) yang merupakan
baru dalam semua segi kehidupan. Salah satunya adalah pada permainan yang bersifat real time yang dimainkan dengan
segi hiburan (Saleha, 2013:26). Salah satu teknologi di kerjasama tim (Abdul, Putra, & Komarudin, 2017:45).
bidang hiburan adalah video game. Perkembangan video Teknologi Informasi dapat membawa dampak positif
game belakangan ini sangatlah pesat, terutama di kawasan dan negatif bagi kehidupan kita. Salah satu dampak negatif
Asia tenggara yang laju pertumbuhan majemuk tahunan dari Teknologi Informasi adalah munculnya Cyberbullying.
(Compound Annual Growth Rate) pendapatan video game Di negara lain ada banyak kasus Cyberbullying yang
mencapai +28.8%. Sedangkan di Indonesia pencapaian laju berakhir dengan kejadian yang lebih serius seperti bunuh
pertumbuhan majemuk tahunan lebih baik lagi, yaitu diri.
mencapai +37.3% (Newzoo, 2015:3). Artinya bahwa Perundungan atau yang lebih dikenal dengan istilah
persaingan di bidang video game juga meningkat. bullying merupakan tindakan negatif yang dilakukan oleh
Meningkatnya persaingan dalam industri video game orang lain kepada seseorang secara terus-menerus dan
menuntut para pengembang untuk meningkatkan daya tarik berulang baik secara fisik maupun psikis. Tindakan ini sering
video game yang dipasarkan agar dapat bertahan dan menyebabkan korban tidak berdaya, terlukai secara fisik
bersaing. Semakin men-janjikannya bisnis dalam industry maupun mental (Rigby, 2002:27). Ditinjau dari aspek
video game juga akan mengundang pebisnis baru yang etimologi, bully yang dalam bahasa Indonesia kerap
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran self efficacy social pada mahasiswa pemain mobile legend Banjarbaru.
Tiap individu memiliki self efficacy social didalam dirinya, dan permainan mobile legend sedang banyak dimainkan oleh
kalangan mahasiswa. Subjek disini merupakan mahasiswa yang tengah memainkan permainan mobile legend, game online
memiliki dampak negative, namun jika seseorang memiliki self efficacy social yang tinggi, makai a bisa mengarahkan dirinya
untuk bermain game online dengan batas wajar. Hal tersebut membuat peneliti tertarik untuk meneliti tentang penelitian ini.
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan Teknik wawancara semi-terstruktur dan observasi partisipan. Subjek penelitian
ada dua yaitu FM berusia 19 tahun dan FE berusia 20 tahun merupakan mahasiswa di sebuah Fakultas di Banjarbaru.
Keduanya sama sama bermain mobile legend,namun dengan waktu yang berbeda. Hasil yang didapatkan dalam penelitian ini
adalah self efficacy social pada mahasiswa pemain mobile legend di Banjarbaru pada FM ditemukan memiliki self efficacy
social yang rendah, dan pada FE memiliki self efficacy social yang tinggi.
ABSTRACT
This study aims to find out the description of self-efficacy social on student mobile player legend Banjarbaru. Each individual
has self-efficacy social within him, and legend mobile games are being played by many students. Subjects here are students
who are playing legend mobile games, online games have a negative impact, but if someone has a high social self efficacy,
makai a can direct himself to play online games with reasonable limits. This makes researchers interested in researching about
this research. In this research the researcher uses semi-structured interview technique and participant observation. The subjects
of the study were two FMs aged 19 years and 20 years old FE was a student at a faculty in Banjarbaru. Both are equally
playing legend mobile, but with different times. The result of this research is self efficacy social on student of legend mobile
player in Banjarbaru on FM found to have low self efficacy social, and at FE have high self efficacy social.
Perkembangan ilmu dan teknologi dewasa ini lagi untuk game online bernama “Mobile Legend”. Di
semakin berkembang pesat, salah satu manfaatnya adalah Indonesia sendiri, selama 12 tahun terakhir game online
sebagai sarana hiburan, misalnya untuk bermain. Salah telah mengalami kemajuan yang sangat pesat yang dapat
satu media dari bermain dengan teknologi adalah game terlihat dari banyaknya pusat game di kota-kota besar
online. Game online sangat berpengaruh terhadap pikiran maupun kecil. Jumlah pemain game online di Indonesia
manusia, yang diserap melalui dua panca indera yakni meningkat antara 5%-10% setiap tahunnya. Sejak tahun
melihat dan mendengar. Seiring dengan perkembangan 2013, terhitung ada lebih dari 25 juta pemain game online
dan kemajuan teknologi, game sangat berkembang pesat di Indonesia, dan statistik terakhir pada tahun 2014
di dunia, seperti halnya perkembangan game online yang mengalami peningkatan menjadi diatas 26 juta pemain
marak terjadi pada masa-masa sekarang ini (Arjadi, 2015). Game online sendiri membawa berbagai
(Afrianti,2004). pengaruh terhadap pemainnya. Yahya (2013) dalam
Dewasa ini game online sedang marak di masyarakat, penelitiannya mengemukakan bahwa bermain game
peminatnya mulai dari anak-anak sampai orang dewasa online dalam jumlah yang proporsional dan tidak
termasuk mahasiswa. Penyebarannya pun sangat cepat berlebihan memberikan pengaruh positif diantaranya
sekali terutama dalam beberapa tahun terakhir. Terlebih adalah otak akan lebih aktif dalam berpikir, refleks
SIMPULAN
ABSTRAK
Kecemasan akan kematian pada lansia menandakan keadaan fisik yang tidak sehat, bagi individu yang
mengalami kecemasan akan kematian tentu gejala-gejala yang dirasakan dapat mengganggu aktivitasnya. Lansia yang
pasrah dan penerimaan terhadap kematian sudah merasa puas dan dengan apa yang telah dicapai sampai saat ini seperti
anak-anak yang sudah berhasil dan mapan sehingga lansia tidak perlu khawatir lagi akan lanjut usia. Keadaan
psychologycal well being akan membuat lansia menjadi lebih merasa nyaman dengan kehidupannya di masa tua. Tujuan
utama penelitian ini adalah untuk mengetahui: (1) psychological well being lansia di PSTW Banjarbaru, (2) kecemasan
dalam menghadapi kematian di PSTW Banjarbaru, dan (3) hubungan antara psychological well being dengan kecemasan
dalam menghadapi kematian lansia di PSTW Banjarbaru. Populasi dalam penelitian ini adalah lansia di panti werdha
budi sejahtera Landasan Ulin Banjarbaru sejumlah 110 orang dengan sampel penelitian sebanyak 56 orang. Teknik
analisa yang digunakan adalah analisis korelasional, yakni analisis korelasi Product Moment dari Karl Pearson untuk
mengetahui apakah ada hubungan antara psychological well being dan kecemasan dalam menghadapi kematian pada
lansia di Panti Werdha. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) psychological well being di PSTW Banjarbaru berada
pada tingkat sedang, (2) kecemasan dalam menghadapi kematian lansia di PSTW Banjarbaru berada tingkat tinggi, dan
(3) terdapat korelasi negatif yang rendah antara psychological well being dengan kecemasan dalam menghadapi
kematian lansia di PSTW Banjarbaru.
Kata kunci: psychological well being, kecemasan dalam menghadapi kematian, lansia
ABSTRACT
Death anxiety in the elderly indicates an unhealthy physical condition, for individuals who experience anxiety about
death, symptoms that are felt can interfere with their activities. Elderly who surrender and acceptance of death are
satisfied and with what has been achieved to date like children who have been successful and established so that the
elderly do not need to worry about aging. The state of psychologycal well being will make the elderly feel more
comfortable with their life in old age. The main objectives of this study were to find out: (1) psychological well being
elderly in Banjarbaru PSTW, (2) death anxiety PSTW, and (3) the relationship between psychological well being with
anxiety in dealing with elderly deaths in Banjarbaru PSTW. The population in this study were elderly in Panti Werdha
Landasan Ulin Banjarbaru. 110 people with a sample of 56 people. The analysis technique used is correlational analysis,
namely the Karl Pearson Product Moment correlation analysis to determine whether there is a relationship between
psychological well being and death anxiety. The results showed that: (1) psychological well being in PSTW Banjarbaru
was at a moderate level, (2) anxiety in facing the death of elderly in the PSTW Banjarbaru was high, and (3) there was a
low negative correlation between psychological well being with death anxiety in the PSTW Banjarbaru.
ABSTRAK
Kota Banjarmasin secara geografis terletak di bawah permukaan laut dengan kondisi daerah berpaya-paya dan relatif
datar. Pada waktu air pasang hampir seluruh wilayah digenangi air. Kondisi tersebut menyebabkan mereka sulit
beraktifitas dengan normal seperti harus mempersiapkan barang-barang agar tidak terkena air, tidur yang kurang
dikarenakan air takut akan lebih tinggi lagi sehingga aktivitas dalam bekerja dan sekolah anakpun menjadi terganggu.
Oleh karena bencana air pasang yang terus menerus terjadi, tentunya masyarakat mempunyai cara atau strategi sendiri
untuk mengatasi bencana air pasang yang disebut dengan coping, Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui strategi
koping dan kesiapsiagaan masyarakat dalam upaya menghadapi bencana banjir air pasang di Pinggiran Sungai Kuin
Utara Banjarmasin”, Pendekatan penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah pendekatan kualitatif. Teknik
pengumpulan data dengan menggunakan (1) In-depth Interview yang dilakukan oleh dua pihak yaitu komunikasi antara
peneliti dengan informan. (2) Focus Group Discussion (FGD) Diskusi Kelompok Terarah adalah media bagi sekelompok
orang untuk mendiskusikan satu topik tertentu secara lebih mendalam. Diskusi Kelompok Terarah ini mencakup 7 (tujuh)
warga masyarakat. Hasil dari penelitian ini mendapatkan Problem Focused Coping yang paling menonjol informan
lakukan dengan cara menyelesaikan langsung masalah sedangkan Emotion Focused Coping lebih banyak berorientasi
pada mencari hikmah atau pelajaran dari bencana air pasang, Kesiapsiagaan terhadap bencana yang dilakukan lebih
banyak akan bersiap masuk ke perahu untuk menyelamatkan diri dan barang-barang perabotan rumah tangga ketika
terjadi bencana yang besar.
ABSTRACT
Banjarmasin city is geographically located below the sea level with the conditions of the region being swampy and
relatively flat. At high tide, almost all areas were flooded. These conditions make it difficult for them to engage in normal
activities such as having to prepare things so that they are not exposed to water, lack of sleep because the water is afraid
that it will be even higher so that the activities of children and school become disturbed. Because of the high tide disaster
that continues to occur, of course the community has its own way or strategy to overcome the tidal disaster called coping.
The purpose of this study was to determine coping strategies and community preparedness in the effort to deal with the
tidal flood disaster in the Kuin Utara River Banjarmasin ", the research approach used by researchers is a qualitative
approach. Data collection techniques using (1) In-depth interviews (2) Focus Group Discussion (FGD). The results of
this study get the Problem Focused Coping that most prominent informants do by solving the problem directly while
Emotion Focused Coping is more oriented towards seeking lessons or lessons from tidal disasters, more preparedness
for disasters will be prepared to get into the boat to save themselves and household furniture when a major disaster
occurs.
Kalimantan Selatan adalah sebuah provinsi yang serta dataran tinggi yang dibentuk oleh pegunungan
terletak di bagian tenggara pulau Kalimantan, memiliki meratus di tengah. Kondisi geografis Kalimantan Selatan
kawasan dataran rendah di bagian barat dan pantai timur, lainnya banyak mempunyai rawa serta sungai, sedangkan
ABSTRAK
Dalam kesehariannya masyarakat Banjar sangat bergantung pada air sungai. Namun saat ini, air sungai menjadi
tercemar sehingga tidak lagi layak pakai. Adanya lembah industri, penambangan, dan bahkan kegiatan dari warga
sendiri yang pada akhirnya membuat sungai menjadi tercemar, seperti membuang sampah dan menjadikan sungai dalam
kegiatan MCK yaitu mandi, cuci, dan kakus. Dari pencemaran air sungai ini ada banyak yang dapat ditimbulkan dan
dapat berpengaruh buruk bagi kesehatan, yaitu tifus, disentri, diare, dsb. Apalagi pada masyarakat kecamatan martapura
timur yang memang tinggal di pinggiran sungai, menggunakan air sungai sebagai sumber kebutuhan sehari-hari sudah
biasa dilakukan oleh warga sekitarnya. Metode yang digunakan dalam kegiatan ini adalah berupa psikoedukasi
mengenai motif perilaku, dampak dan sisi negatif penggunaan air sungai dalam kegiatan MCK di wilayah pinggiran
sungai Kecamatan Martapura Timur, selain itu, menyebar spanduk yang senantiasa mengingatkan warga dampak dari
pengguanaan air sungai, adanya poster dan juga pembagian leaflet pada warga. Hasil dari pelaksanaan pengabdian ini
adalah masyarakat memiliki pengetahuan tentang dampak yang ditimbulkan oleh air sungai dan bagaimana menerapkan
perilaku mandi, cuci, dan kakus secara bersih dan sehat.
ABSTRACT
In their daily lives the Banjar people are very dependent on river. Currently, river has become polluted so it is no longer
suitable for use. The existence of industrial valleys, mining, and even activities of the residents themselves which in turn
makes the river become polluted, such as dumping garbage and making rivers in MCK activities, namely bathing,
washing, and latrines. From this river water pollution there is a lot that can be caused and can have a bad effect on
health, such us typhus, dysentery, diarrhea, etc. Moreover, in the people of Kecamatan Martapura Timur which indeed
lives on the banks of the river, using river water as a source of daily necessities is commonly done by the surrounding
residents. The method used in this activity is in the form of psychoeducation about behavioral motives, impacts and
negative side of river water use in MCK activities in the riverside area of Kecamatan Martapura Timur, in addition,
spread banners that always remind residents of the impact of using river water, posters and also distribution of leaflets
to residents. The result of the implementation of this service is that the community has knowledge of the impacts caused
by river water and how to apply clean, healthy bathing, washing and latrines.
Oleh
Nurfaizal
Jurusan Psikologi Fakultas Psikologi UIN Suska Riau
JL. H.R. Soebrantas No. 155 KM 15 Simpang Baru PanamPekanbaru Riau 28293
nurfaizal56@yahoo.com
No. Handphone: 081365697891
Abstrak
Lingkungan adalah sesuatu yang ada di sekitar manusia dan mempengaruhi perkembangan kehidupan manusia.
Lingkungan di Indonesia disebut lingkungan hidup yang berarti kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan
makhluk hidup termasuk manusia, dan perilakunya yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan
manusia serta makhluk hidup lain. Persoalan lingkungan sudah menjadi issu global mengingat banyaknya terjadi
kerusakan lingkungan yang mengancam eksistensi keberadaan manusia di muka bumi. Sementara agama (Islam)
mengajarkan bahwa segala sesuatu yang ada di muka bumi ini diciptakan oleh Allah untuk kesejahteraan manusia (QS.
2:29). Apabila ada kerusakan lingkungan, baik di darat maupun di laut itu tak lain adalah karena perilaku manusia yang
kurang ramah lingkungan (QS. 30:41). Religiolitas adalah perilaku beragama seseorang yang terlihat berupa kesalehan
dalam mengamalkan ajaran agamanya. Dalam menyikapi persoalan lingkungan hidup, kadar religiolitas seseorang yang
amat tinggi akan dapat menumbuhkan dan membentuk perilaku yang ramah terhadap isu-isu lingkungan. Indonesia
sebagai Negara yang Berketuhanan YME, maka upaya memberikan kesadaran beragama kepada masyarakatnya adalah
sesuatu yang niscaya sehingga mereka memiliki religiolitas yang tinggi dan akan sangat membantu dalam menumbuhkan
perilaku manusia yang ramah terhadap persoalan lingkungan.
Abstract
Environment is something that exists around humans and influences the development of human life. The environment in
Indonesia is called the living environment which means the unity with all objects, potencies, circumstances and living
organisms including human and their behavior that influence the continuity of many human life and prosperity along with
other living things. Environmental issues have become global issues considering the large number of environmental
damage that threatens the human existence on earth. Meanwhile, the religion (Islam) teaches that all things on earth are
created by God for the human prosperity. (QS. 2:29). Moreover, if there is damage to the environment, both on land and
in the sea it is surely caused by the human behavior that is less environmentally friendly (QS. 30:41). Religiosity is the
religious behavior of someone who is seen in the form of godliness in practicing the teachings of his religion. In addressing
the question of the environment, the high levels of someone religiosity will be able to grow and establish a friendly behavior
towards environmental issues. Finally, Indonesia as a country which believed in the One and Only God, so that providing
religious awareness to the community is necessary so that they have high religiosity and will be very helpful in fostering
human behavior that is friendly to the environment.
Kerusakan lingkungan itu berupa dete-riorasi Alam adalah segala sesuatu selain Allah. Dalam
lingkungan dengan hilangnya sumber-daya air, udara, bahasa Arab diibaratkan dengan ung-kapan ma siway
dan tanah; kerusakan eko sistem, dan punahnya fauna Allah ( )ﻣﺎﺳﻮىﷲyang berarti apa saja selain Allah.
liar. Kepedulian terhadap rusaknya lingkungan dapat Dengan pengertian ini secara garis besar alam itu terbagi
disebut sebagai bentuk kecemasan terhadap eksistensi dua, alam nyata dan alam gaib. Gaib juga bisa
manusia di muka bumi. dibedakan, gaib muthlaq yang tidak terikat dengan
ruang dan waktu, seperti Malaikat, Jin, Roh, dsb; dan
Demi menjaga lingkungan muncullah bermacam- gaib nisby yang sebenarnya nyata tapi tidak terjangkau
macam lembaga swadaya masya-rakat (LSM) oleh panca indera, mungkin karena terlalu kecil seperti
lingkungan seperti Wahana Lingkungan Hidup bakteri atau terlalu jauh seperti benda-benda langit.
(WALHI), LSM Gempal di Indonesia atau Non- Maka pengererian alam gaib yang dimaksud di sini
Governmental Organization (NGO) di luar negeri, adalah gaib muthlaq.
seperti Greenpeace sebuah organisasi lingkungan
global, yang memiliki pusat di Amsterdam, Belanda; Bumi ini adalah sejumput kecil dari alam semesta
World Wide Fund for Nature (WWF) sebuah organisasi raya dan di situlah manusia ditempat-kan oleh Allah
non-pemerintah international yang menangani masalah- sebagai khalifah untuk hidup dan berkehidupan serta
masalah tentang konservasi, penelitian, dan restorasi mengelola bumi. Allah pun menciptakan segala sesuatu
lingkungan. Pemerintah Indonesia pada masa presiden yang ada di muka bumi ini untuk kesejahteraan manusia.
Soehato juga telah membentuk kementerian Negara
Dialah Allah, yang menjadikan segala yang ada di
Lingkingan Hidup dengan menteri pertamanya Emil
bumi untuk kamu dan Dia berkehendak (menciptakan)
Salim
langit, lalu dijadikan-Nya tujuh langit dan Dia Maha
Walau berbagai upaya telah dilakukan oleh LSM Mengetahui segala sesuatu(Q.S. 2:29).
baik dalam maupun luar negeri, begitu juga oleh
Bila saja manusia bisa menyadari apa yang ada di
kementerian lingkungan hidup dalam mencegah
muka bumi ini adalah miliknya maka ia akan
terjadinya kerusakan lingkungan, bahkan Undang-
memperlakukan alam dan lingkungannya sebagai hak
undang No. 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan
milik dengan cara menjaganya dan merawatnya. Tapi
Pengelolaan Lingkungan Hidup juga telah disiapkan,
justeru yang terjadi hal sebaliknya, alam ini dijarah,
namun kerusakan itu tetap saja berlangsung. Seperti
hutannya dibabat, flora dan faunanya dieksploitasi, laut,
sampah yang diprodusi setiap hari tak kunjung
danau, sungai tercemar oleh limbah industri, udaranya
mendapatkan solusi pengelolaan yang tepat; eksploitasi
menyesakkan nafas, cuacanya jadi tidak menentu, dsb.
flora dan fauna yang berlebihan; pencemaran atau polusi
air dan udara yang kesemuanya itu berawal dari perilaku Walau sering terjadi bencana alam, seperti gempa
manusia-nya yang kurang ramah. . bumi, tsunami, gunung meletus, banjir, tanah longsor,
angin badai, kerusakan yang ditimbulkannya hanya
Di atas dikatakan bahwa efek rumah kaca erjadi
sekian persen dibanding kerusakan yang terjadi
karena kegiatan manusia. Agama (Islam) juga
disebabkan oleh ulah tangan manusia.
mengingatkan rusaknya lngkungan baik di darat
maupun di laut juga karena perilaku manusia yang Telah nampak kerusakan di darat dan di laut
kurang ramah terhadap lingkungan. Indonesia sebagai disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya
Di atas telah disebutkan bahwa perilaku Rusaknya alam, baik di darat maupun di laut adalah
dipengaruhi oleh dua faktor, faktor internal dan faktor karena perilaku manusia. Karenanya perilaku harus
eksternal. Pada faktor ekstenal salah satu yang bisa menjadi pusat perhatian dalam pengendalian kerusakan
mempengaruhi perilaku adalah agama. Orang yang lingkungan. Perilaku yang baik dapat dibentuk, salah
beragama dan tingkat keberagamaannya sampai kepada satunya dengan intervensi agama. Agama (Islam)
religiositas, akan sangat hati-hati dalam bertindak dan umpamanya, telah mengingatkan untuk tidak berbuat
berperilaku. Kepercayaan kepada agamanya keru-sakan di muka bumi dan sejumlah larangan yang
mengajarkan setiap perbuatan manusia akan dinilai. Bila berkaitan dengan masalah lingkungan. Bila tingkat
perbuatannya baik akan diberi imbalan pahala, pengalaman dan pengamalan beragama seseorang sudah
sebaliknya bila perbuatannya tercela, buruk, merusak, terlihat dalam bentuk kesalehan peribadi dan kesalehan
akan dinilai sebagai perbuatan dosa. sosial berarti dia sudah dapat disebut sebagai orang yang
memiliki religiositas. Semakin tinggi tingkat religiositas
Salah satu teori atau dimensi religiositas disebutkan di seseorang semakin terkendali perilakunya. Khusus
atas berupa pengalaman dan konsekwensi. Dari teoti ini dalam masalah lingkungan dia tdak akan melakukan hal-
dapat dilihat sebe-rapa besar perilaku beragama hal yang dilarang agamanya, karena dia meyakini
seseorang yang betul-betul dimotivasi oleh ajaran perbuatan tersebut tidak hanya merusak lingkungan
agamanya. Dari pengalaman beragama, seseorang akan hidup tapi juga berdosa di sisi Allah.
tahu mana yang baik mana yang buruk, mana yang halal
mana yang haram, mana yang sah mana yang batil, Religiositas dapat membimbing seseorang untuk
mana yang boleh mana yang dilarang. Pengalaman dan bisa berperilaku ramah terhadap lingkungan. Bahkan di
pengamalan beraga-manya semakin dalam dan kuat dalam Islam berlaku ramah tidak hanya sesama makhluk
ketika secara sadar dia juga tahu konsekwensi atau Allah di alam syahadah (nyata), tapi juga dengan
akibat (baca dosa) dari perilaku yang dilarang oleh makhluk Allah di alam ghaib (gaib), seperti makhluk
agama, seperti berbohong, ego atau individual, kikir, Allah Jin yang juga hidup di bumi dalam dimensi yang
berlaku zhalim, mencuri, berzina, iri hati, hasad, dengki, lain.
termasuk merusak lingkungan hidup.
DAFTAR PUSTAKA
Teori keperibadatan dan praktik agama dari
religiositas patut juga dicermati. Teori ini memberikan Abudin Nata (2010), Akhlak Tasauf, Rajawali,Jakarta
petunjuk bahwa seseorang yang tekun melaksanakan Achmad Mubarok (2009), Psikologi Islam, Jakarta
ritual agamanya, (terlepas dari kepura-puraan) adalah Selatan: The IIIT dan WAP
pertanda dia me-miliki religiositas yang tinggi. Disebut Ahmad Fathoni (t.t.), Penjelasan Tentang Lingkungan
terlepas dari kepura-puraan, karena praktik ibadah Hidup, Lengkap Diakses 22 Juli 2018 dari
terkadang dilakukan untuk tujuan selain Allah, dalam https://www.zonasiswa.com///
konsep Islam disebut “ria”. Orang melakukan praktik Dosen Psikologi (.t.t.) 5 Teori Religiositas dalam
agama dengan ria tidak mempunyai nilai sama sekali, Psikologi Paling Lengka.. diakses 20 Juli 2018 dari
malah termasuk syirik kecil, dan jauh sekali dari apa https/ dosenpsikologi.com
yang disebut dengan religiositas. Hamka (1982), Tafsir Al-Azhar, Pustaka Panjimas,
Jakarta
Demikian juga teori penghayatan adalah puncak Hana Dwi Utami (2013) Mempengaruhi Sikap gan
dari rasa keberagamaan seseorang. Rasa inilah Perilaki. Diakses 22 Juli 1918 dari
barangkali yang terlihat pada Sunan Bonang yang https://hanadwiutami.wordpress.com,
menangis ketika dengan tidak sengaja dia telah
mencabut rumput. Kisah sufi yang menangis karena
Akhmad Sugianto
Program Studi Bimbingan dan Konseling, FKIP, Universitas Lambung Mangkurat
E-mail: sugianto.bk@ulm.ac.id
No. Handphone: 082352832806
ABSTRAK
Penyesuaian diri merupakan salah satu faktor penunjang keberhasilan dalam proses belajar mahasiswa di perguruan
tinggi, namun faktanya ada mahasiswa afirmasi yang tidak mampu dalam menyesuaikan dirinya terhadap lingkungan di
perguruan tinggi dikarenakan adanya perbedaan budaya. Berdasarkan hasil wawancara dan layanan konseling yang
dilakukan, mahasiswa afirmasi papua mengalami kesulitan dalam berkomunikasi, kesulitan berteman dengan sebayanya
dan mengalami strees budaya. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana gambaran permasalahan
mahasiswa afirmasi papua di bidang sosial pada aspek penyesuaian diri terhadap lingkungan di perguruan tinggi.
Metode penilitian ini adalah deskriptif dengan jenis penelitian kualitatif. Penelitian ini dilaksanakan di R. Sidang Lantai
II Fakultas Kedokteran ULM Banjarbaru. Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa afirmasi papua angkatan
2017 ULM yang berjumlah 17 orang mahasiswa. Penarikan sampel dalam penelitian ini menggunakan porpusif sampling
yang didapatkan 17 orang mahasiswa afirmasi papua angkatan 2017. Instrumen penelitian yang digunakan untuk
mengetahui gambaran penyesuaian diri dilingkungan perguruan tinggi adalah dengan instrument non tes Daftar Cek
Masalah (DCM). Teknik analisis data menggunakan analaisis persentase. Berdasarkan hasil analisis data yang
digunakan didapatkan hasil 25% termasuk katagori kurang sekali pada aspek penyesuaian diri terhadap lingkungan di
perguruan tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata mahasiswa afirmasi papaua angkatan 2017 cenderung memiliki
permasalahan pada aspek tersebut.
ABSTRACT
Adjustment is one factor supporting the success of the learning process of students in college, but in fact there are students
who are unable affirmation in adjusting itself to the environment in higher education due to cultural differences. Based
on interviews and counseling services are performed, Papua affirmation students have difficulty in communicating,
difficulty making friends with peers and experience the culture stress. The purpose of this study was to determine how the
image problems affirmation Papuan students in the social sector in aspects of adaptation to the environment in college.
The method of this research is descriptive qualitative research. The research was conducted in R. Floor Session II Faculty
of Medicine ULM Banjarbaru. The population in this study were students in 2017 ULM affirmation of Papua force
totaling 17 students. Sampling in this study were obtained using sampling porpusif 17 students Papua force affirmation
2017. The research instrument used to describe the environment of college adjustment is the non-test instrument Daftar
Cek Masalah (DCM). Data were analyzed using percentages analaisis. Based on the analysis of the data used showed
25% include the category less so on the aspect of adaptation to the environment in college. This shows that the average
student affirmation papua force in 2017 are likely to have problems in that aspect.
SIMPULAN
Penyesuaian diri terhadap lingkungan dapat berlangsung
dengan baik dan dapat juga berlangsung tidak baik.
Penyesuaian diri yang baik adalah dengan mempunyai
cirri-ciri dapat diterima dalam suatu kelompok di
lingkungan. Sedangkan penyesuaian diri yang tidak baik
ditunjukkan dengan rendahnya hubungan sosial individu
terhadap lingkungan sekitarnya. Berdasarkan hal tersebut
mahasiswa Afirmasi Papua Angkatan 2017 termasuk
dalam katagori penyesuaian diri terhadap lingkungan
yang kurang sekali.
ABSTRAK
Masalah lingkungan adalah masalah yang sangat penting saat ini. Sikap merendahkan kualitas lingkungan adalah
langkah menuju kehancuran masa depan manusia. Kemudian alam harus diperlakukan secara manusiawi dengan rasa
tanggung jawab bersama. Masalah ini memang tanggung jawab kolektif yang melibatkan setiap individu, keluarga,
masyarakat dan bangsa. Sebagai budaya, semua tindakan manusia idealnya harus didasarkan pada nilai-nilai etika dan
moral, dan ideal ini termasuk cara memperlakukan lingkungan. Untuk menumbuhkan manajemen lingkungan yang
bertanggung jawab sehingga harus menjadi penting. Penulisan ini bertujuan menguraikan Faktor faktor Psikologis
dalam menciptakan masyarakat yang mampu melestarikan lingkungan. Metode penulisan ini adalah kajian kepustakaan
dengan pendekatan deskriptif dan eksploratif. Disimpulkan bahwa dalam hal upaya pelestarian lingkungan sangat
beragam sikap, tingkah laku yang ditampilkan oleh masyarakat. Proses terjadinya tingkah laku manusia tidak terlepas
dari aspek-aspek psikologis yang berperan dalam munculnya sikap dan tingkah laku tersebut. Pengetahuan lingkungan,
nilai dan norma, motivasi tentang lingkungan, sikap terhadap lingkungan, tanggung jawab, kemampuan diri, kesadaran,
pengetahuan , regulasi diri,serta kontrol tingkah laku adalah aspek yang penting diperhatikan dalam mewujudkan
masyarakat yang mampu untuk melakukan pelestarian lingkungan.
ABSTRACT
Environmental issues are a very important issue nowadays. The degrading attitude of environmental quality is a step
towards the future destruction of human beings.Then nature must be treated humanely with a sense of shared
responsibility.This issue is indeed a collective responsibility that involves every individual, family, community and
nation.As a culture, all human actions should ideally be based on ethical and moral values, and this ideal includes how
to treat the environment.To cultivate responsible environmental management so it must be important.This writing aims
to describe the Psychological Factors in creating a society that is able to preserve the environment.This method of writing
is the study of literature with descriptive and explorative approaches.It was concluded that in terms of environmental
conservation efforts are very diverse attitudes, behaviors displayed by the community.The process of human behavior is
inseparable from the psychological aspects that play a role in the emergence of attitudes and behavior.Environmental
knowledge, values and norms, environmental motivation, attitudes toward the environment, responsibility, self-efficacy,
awareness, knowledge, self-regulation, and behavior control are important aspects to be considered in creating a society
capable of environmental conservation.