Anda di halaman 1dari 9

James P. Spradley, Brenda J.

Mann - The Cocktail Waitress_ Woman’s Work in a Man’s


World-Alfred A. Knopf (1988)

Laporan Hasil Review


Oleh Kelompok 2:

Aditya Deny Iswoko 13040220140075


Alfiya Ilfa Khoironi 13040221140079
Arifiandi Bagas 13040221140128
Nabila Diah Hapsari 13040221140108

PROGRAM STUDI S1 ANTROPOLOGI SOSIAL


FAKULTAS ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2023
BAB 1. BARS, WOMEN, AND CULTURE
Bab ini menyajikan gambaran luas tentang sebuah bar pada malam yang biasa di Amerika
dengan beragam orang dan perilaku. Di bar, orang-orang mungkin bertemu untuk mencari teman
baru, tampil, menjalankan bisnis, berjudi, menari, atau merayakan ulang tahun atau pernikahan,
semuanya tumpang tindih dan menciptakan atmosfer yang unik. Penulis menggunakan bar
sebagai studi kasus untuk menjelaskan konsep etnografi dalam antropologi.”. Pentingnya gender
di bar, khususnya bagaimana konvensi dan nilai-nilai yang terkait dengan identitas seksual
menjadi pusat interaksi sosial, merupakan topik penting yang dibahas dalam bab ini. Bab ini
memberikan pencerahan mengenai sejarah peran perempuan, yang sering kali merupakan
perluasan dari peran laki-laki. Hal ini juga menyoroti pentingnya perempuan di bar, khususnya
sebagai pelayan koktail.

Bab ini juga menekankan bahwa perbedaan perilaku antara pria dan wanita sebagian
besar dipengaruhi oleh budaya, bukan oleh faktor biologis. Setiap masyarakat menciptakan
definisi khusus tentang apa artinya menjadi pria atau wanita berdasarkan perbedaan biologis
dasar. Penulis menggarisbawahi pentingnya antropologi dalam mendeskripsikan sistem makna
budaya yang beragam, baik di dalam maupun di luar negeri. Antara Juli 1971 dan Juli 1972,
penelitian dilakukan pada bar tertentu di kampus Oakland. Pelayan cocktail berpartisipasi aktif
dalam penelitian sebagai partisipan penelitian, dengan hadirnya pengamat objektif untuk
menjaga objektivitas. Fokus pada perspektif pelayan koktail sebagai perempuan dalam budaya
Amerika kemudian ditempatkan pada temuan penelitian dan deskripsi suasana bar.

Keterbatasan kajian mengenai peran perempuan dalam kebudayaan serta peran para
antropolog dalam menjaga ketidaksetaraan gender juga dikritik dalam bab ini. Penulis
menggarisbawahi pentingnya memahami peran penting yang dimainkan oleh perempuan dalam
budaya ini dan dampaknya terhadap sikap dan perlakuan terhadap perempuan di masyarakat
umum dengan melihat kehidupan sehari-hari pelayan koktail dari sudut pandang mereka sendiri.
Budaya bar, peran gender dalam interaksi sosial, dan metode etnografi dalam antropologi
merupakan topik menarik yang dibahas dalam bab ini.
BAB 2. BRADY’S GIRLS

Bab ini menggambarkan pengalaman para pelayan koktail di Brady's Bar, dengan penekanan
pada individu dan pandangan dunia mereka. Para antropolog mendengarkan pengalaman para
pelayan koktail dan menganggapnya sebagai individu yang berbeda untuk memahami aktivitas
sehari-hari para pekerja tersebut. Perubahan sikap para peneliti terhadap pelayan koktail
merupakan aspek penting dalam bab ini. Mereka mempunyai prasangka mengenai pekerjaan ini
pada awalnya, namun seiring berjalannya waktu, mereka mulai melihat kedalaman dan
kompleksitas kehidupan para pelayan koktail ini.

Bab ini juga menunjukkan bagaimana pramusaji cocktail pada awalnya merasa ragu dan
khawatir dengan pekerjaan mereka, terutama saat berinteraksi dengan pelanggan yang mabuk.
Namun, banyak dari mereka mulai merasa menjadi bagian dari keluarga Brady, sehingga
meningkatkan nilai mereka sebagai karyawan. Setiap pelayan cocktail memiliki latar belakang
yang berbeda-beda. Kemajuan dari ketakutan awal hingga perasaan nyaman di Brady's Bar
ditunjukkan oleh narasi Sandy. Sudut pandang yang berbeda mengenai pengalaman Denise, Sue,
Sharon, dan Holly dalam bidang pekerjaan ini ditawarkan oleh cerita mereka masing-masing.

Gagasan utama bab ini adalah nilai pengalaman unik dalam konteks bekerja di Brady's
Bar. Meskipun mereka memulai dengan prasangka, para pelayan koktail ini akhirnya menyadari
kedalaman, kompleksitas, dan nilai pekerjaan mereka di bar

BAB 3. DIVISION OF LABOR

Penulis menjelaskan bahwa kelangsungan hidup masyarakat manapun termasuk masyarakat kecil
seperti Brady’s Bar, itu bergantung pada pelaksanaan tugas dan pembagian kerjanya
masing-masing. Seperti halnya masyarakat di Afrika Selatan laki-laki memburu hewan liar untuk
diambil dagingnya, sedangkan perempuan menggali akar dan mengumpulkan buah berry untuk
menambah pasokan makanan umum. Dan berbagai contoh lainnya, di mana di berbagai budaya
menekankan bahwa setiap masyarakat mempunyai peran khusus dan memastikan berfungsi
secara efektif untuk menghindari kekacauan. Begitu juga dengan Bardy’s Bar yang yang
memiliki aturan sama dalam mengalokasikan pekerjaan dan membagi tugas. Pembagian kerja
berdasarkan jenis kelamin sangat menonjol di Brady’s Bar. Para pria yang bekerja di bar meracik
minuman, melayani pelanggan di bar, dan mengelola transaksi, (mengurus pekerjaan di bar),
sedangkan perempuan fokus pada pelayanan meja. Setiap pelayan memiliki aturan budaya yang
harus diikuti ketika mereka memulai pekerjaan, aturan tersebut akan diteruskan ke pendatang
baru. Terdapat aturan sosial yang mengatur pembagian kerja ini menunjukkan simbolisme
seksual dan mempertegas nilai-nilai feminitas dan maskulinitas. Ada “aturan handicap” yang
menguntungkan laki-laki dan memastikan mereka tetap di pusat perhatian sosial, sementara
perempuan tetap di posisi pinggiran.

Brady’s Bar memiliki rutinitas atau ritual yang disebut dengan “Last Call atau Panggilan
Terakhir” yang menandakan akhir dari waktu penjualan minuman di bar. Karena kalau di New
York jika bar menjual minuman setelah jam 1 pagi itu merupakan tindakan ilegal. Setelah selesai
bekerja, para karyawan sering berkumpul untuk minum bersama dan mengakhiri malam dengan
pesta atau bermain kartu. Hubungan para karyawan disini sangat baik dan bersahabat. Seperti
salah satu contohnya yaitu tak jarang salah satu dari mereka (para lelaki) salah satunya Mark
memberikan apresiasi ke para gadis-gadis dengan mengucapkan “itu adalah malam yang sulit,
tapi kamu hebat.”

BAB 4. SOCIAL STRUCTURE AND SOCIAL NETWORK


Menuliskan pengalaman seorang pekerja bernama Denise yang pertama kali pekerja di Brady’s
Bar, setiap malam pekerjaan dia terasa membingungkan, membuat frustasi, memalukan dan
melelahkan (chaos) baginya. Lalu lama kelamaan dia mulai mempelajari siapa orang-orang itu,
identitas khusus apa yang mereka miliki dalam budaya bar, dan di mana posisi masing-masing
orang dalam struktur sosial Brady’s Bar.
Struktur sosial Bar ini didasarkan pada struktur jaringan sosial, seperti pelanggan,
karyawan, dan manajer. Setiap pramusaji memiliki sosial yang berbeda, jaringan sosial ini
mencakup berbagai kategori orang seperti pelanggan, manajer, karyawan, pelanggan tetap,
pelanggan wanita dan orang-orang di luar jalanan. Beberapa pramusaji memiliki hubungan yang
lebih erat dengan pelanggan tertentu atau anggota keluarga pemilik bar, sementara yang lain
mungkin lebih terhubung dengan rekan-rekan kerja atau teman-teman sejawat. Ini mencerminkan
kompleksitas struktur sosial dan jaringan sosial di dalam lingkungan kerja Bradys Bar.
Pada pekerja di Brady’s Bar sudah memahami berbagai karakteristik, contohnya ada seorang
laki-laki yang sering datang di Brady’s Bar dan memiliki karakteristik tertentu yang membuatnya
dikenal diantara para pramusaji sebagai “penipu yang harus dihindari.” Penipu disini mengacu
ada perilaku atau sifat yang tidak jujur atau mencoba memanfaatkan atau membingungkan para
pramusaji. Seperti tindakan atau pertanyaan yang sifatnya membingungkan, menipu, atau
mencoba memanfaatkan para pramusaji dalam situasi tersebut. Para pramusaji tentunya memiliki
pengelompokkan kategori yang berbeda untuk mengidentifikasi orang-orang di dalamnya.
Kategori-kategori ini membantu para pramusaji untuk memahami dan mengantisipasi perilaku
serta memperlakukan orang-orang sesuai dengan posisi atau reputasi mereka dalam lingkungan
sosial bar. Seperti membedakan pelanggan tetap, pelanggan wanita, mahasiswa, anggota staf, dan
orang-orang dari luar yang merupakan pengunjung baru. Setiap kelompok tentunya memiliki
perilaku sendiri yang dapat mempengaruhi cara para pramusaji berinteraksi dengan mereka.
Tentunya ini menciptakan struktur sosial yang lebih kompleks di dalam bar dan memengaruhi
dinamika sosial yang ada di dalamnya. Para pramusaji juga memiliki peran untuk memahami dan
mengidentifikasi orang-orang dalam kategori tertentu, membentuk hubungan, dan menjalankan
peran mereka sesuai dengan hierarki sosial yang ada.

BAB 5. THE JOKING RELATIONSHIP


Pelanggan yang baru pertama kali datang ke Brady's Bar tidak akan mengetahui struktur sosial
yang cukup kompleks yang sudah dijelaskan dalam bab sebelumnya. Tetapi seorang yang
terbiasa dengan Brady pasti mengerti kerumitan ini. Hubungan ini penuh dengan kesulitan
seperti yang dijelaskan dalam bab sebelumnya. Pada Bab 7 nanti, kita akan mengkaji lebih dalam
beberapa fitur struktural yang mempengaruhi sifat hubungan ini. Di dalam bab ini terdapat
beberapa konflik penting diciptakan oleh struktur sosial yaitu hubungan antara bartender dan
pelayan. Dalam bab ini, membahas konflik secara singkat dan kemudian menjelaskan hubungan
yang tidak serius atau lelucon antara pelayan dan bartender. Pengalaman pertama pramusaji
koktail bekerja di bar melibatkan kerja sama dengan para bartender. Hubungan ini lebih dari
sekadar ketergantungan satu sama lain untuk menyelesaikan tugas masing-masing. Tetapi mereka
juga saling memberikan semangat saat bekerja dan saling memuji satu sama lain. Lalu, pada saat
jam pulang pun bartender tidak sungkan dalam menawarkan tumpangan ataupun sebuah makan
bersama.
Namun, dengan pernyataan tersebut masih terdapat hal - hal yang masih biasa sampai
terjadilah hal - hal yang kurang mengenakan. Jadi, dalam bab ini menceritakan bahwa pelayan
juga mendapatkan perlakuan yang kurang mengenakan dari orang lain. Para pelayan harus
membiasakan dirinya dari perilaku - perilaku para bartender maupun konsumen yang datang.
Para pelayan sering mendapat julukan seperti “ wanita jalang “ yang membuat diri mereka
sebenarnya sakit hati. walaupun julukan wanita jalang itu hanyalah sebuah lelucon dari
pelanggan. Ada juga perlakuan seorang pelanggan bernama Tom yang memperlakukan pelayan
sebagai mainan seperti, apabila dia datang ke bar Tom tiba - tiba merangkul dan mencoba
melepaskan kaitan pada bra si pelayan. Lalu, perlakuan para bartender yang menganggap dirinya
lebih penting daripada si pelanggan. Maksudnya adalah bartender ingin dilayani secara maksimal
bukan hanya ke pelanggan saja.
Dari kejadian ini, para pelayan dipaksa untuk membiasakan dirinya dalam keadaan
tersebut. mereka harus menganggap itu adalah sebuah hiburan dan candaan semata dan tidak
boleh merasa sakit hati. Hal ini ada sebuah perlakuan yang tidak sopan tetapi diizinkan. Seperti
halnya perkataan bartender yaitu mereka senang melakukan hal itu dengan menyebut si pelayan
orang bodoh dan mereka juga senang mengerjai pelayan karena mereka menganggap itu adalah
sebuah rasa kasih sayang dan menciptakan rasa kedekatan antara mereka. Hal itu juga dijelaskan
oleh si bartender bahwa perkataan itu adalah sebagai bukti bahwa mereka adalah laki - laki dan
pelayan adalah perempuan dan mereka harus menghargai keputusan bartender.

BAB 6. THE TERRITORIAL IMPERATIVE


Di dalam buku ini si peneliti menjelaskan tentang keadaan Brady’s bar ini. Bar tersebut
sebenarnya tidak besar dan hanya sebesar rumah biasa saja yang memiliki area panggung, meja
dan cukup untuk manusia berkerumun. Lalu, dijelaskan juga bahwa dikarenakan tempat yang
tidak luas, seringkali si pramusaji merasa kesulitan dalam melayani karena terhalang orang -
orang, sehingga pramusaji mendorongnya menggunakan nampan sambil berkata permisi. Dalam
buku tersebut juga dijelaskan secara sistematis, bahwa para pelayan mendefinisikan aspek
spasial di bar. Misalnya, mereka membagi bar menjadi beberapa jenis tempat yang berbeda,
antara lain: dapur, ruang belakang, stasiun pramusaji yang lebih rendah, pintu dan toilet. Mereka
juga tidak hanya mengkonsep bar dengan istilah-istilah tersebut saja, tetapi juga, seperti
mengaitkan berbagai tempat di bar dengan berbagai jenis orang dan aktivitas. Contohnya seperti
pada hari sabtu malam bar adalah tempat untuk berkencan. Lalu, Sharon berpikir bahwa jika dia
bekerja di bagian aasa akan mendapatkan tips yang sedikit karena akan dipenuhi orang yang
sedang berkencan. Akan tetapi, ia akan mendapatkan tips walaupun sedikit jika ia pindah
kebagian bawah.

Di buku ini, menceritakan bahwa Brady’s bar adalah suatu tempat kebebasan bagi
seorang pria. Mereka merasa nyaman di bar dengan cahaya yang hangat, musik, dan suhu yang
terkendali. mereka menganggap diri mereka maskulin karena merasa bebas dan mereka berpikir
tidak terisolasi dari seorang perempuan. Para pria di Brady's Bar merasa dirinya memegang
kendali, karena setiap wanita yang masuk ke bar itu pasti mengetahui bahwa dia berdiri di
wilayah laki-laki yang suci. Berbeda dengan tempat lain dimana mereka mengharuskan pria
untuk tunduk pada aturan wanita pertama. Di Brady’s Bar tersebut saluran tv pun juga laki - laki
yang menentukan. Di Brady’s Bar, wanita yang masuk harus memiliki sebuah keberanian dan
tidak boleh merasa ragu - ragu dalam dirinya. Jika mereka merasa ragu maka akan membuat
perasaannya takut dan tidak nyaman karena di bar tersebut wanita kurang dihargai. Ada beberapa
jenis minuman yang netral secara seksual, seperti Bloody Mary, Obeng, Black Rusia, Stingers,
dan martini. Lalu, minuman seperti martini, Black Russian, dan Stingers biasanya dikonsumsi
oleh peminum yang berpengalaman. Di Brady’s Bar juga terdapat carding atau aturan yang
memberikan batasan - batasan bagi orang - orang sesuai dengan semestinya, misalnya orang
yang berusia dibawah 21 tahun dilarang memasuki bar.

BAB 7. HOW TO ASK FOR A DRINK

Penulis membahas tentang pentingnya berbicara dan minum di Brady’s Bar, sebuah tempat yang
dijadikan tempat berkumpul bagi para mahasiswa dan mahasiswi untuk minum dan
bercengkrama. Berbicara dan minum merupakan aktivitas yang tidak dapat dipisahkan. Orang
yang duduk menyendiri akan entah terlibat dalam percakapan atau meninggalkan bar. Minum
juga dipercayai dapat mempengaruhi cara orang berbicara, membuat interaksi sosial lebih lancar.

Selanjutnya, dapat dibandingkan pengalaman ini dengan pengalaman orang Subanun di


Filipina, yang juga menggunakan minum sebagai acara sosial. Mereka memiliki beberapa aturan
khusus untuk sesi minum mereka, dan juga percakapan merupakan bagian yang penting dari
acara ini. Disini dijelaskan juga bahwa mereka akan fokus pada satu peristiwa bicara khusus di
Brady’s Bar, yaitu saat seseorang memesan minuman. Mereka ingin memvisualisasikan aturan
budaya yang terlibat dalam penggunaan bicara dalam situasi ini. Penulis memperkenalkan
konsep “tindakan bicara” sebagai suatu unit analisis. Tindakan bicara dimana adanya rujukan
pada cara ucapan apa pun, baik pendek maupun panjang, digunakan dan aturan penggunaan ini.
Ada banyak tindakan bicara yang sudah banyak diakui oleh orang-orang di Brady’s Bar, seperti
memberikan komentar, memanggil, mengejar, atau bertanya.

Di dalam bab ini juga menjelaskan bagaimana perbedaan yang sangat signifikan antara
cara pria dan wanita memesan minuman di Brady’s Bar. di bar ini memesan minuman memiliki
makna yang berbeda bagi kedua jenis kelamin. Pria cenderung memesan minuman secara
bersamaan dalam kelompok, cara tersebut merupakan bagian dari ritual sosial atau kebiasaan
yang dilakukan di dalam bar. Mereka melihat bahwa memesan minuman merupakan cara untuk
memperkuat identitas mereka sebagai pelanggan tetap, menunjukan bahwa kualitas maskulinitas
mereka merupakan bagian integral dari komunitas bar. Begitu pula sebaliknya, wanita cenderung
memesan minuman secara terpisah. Mereka melihatnya sebagai transaksi ekonomi sederhana.
Wanita sering bertanya banyak pertanyaan tentang minuman, karena mereka melihat minuman
seperti item di menu restoran dan ingin memahami pilihan minuman yang tersedia. Wanita juga
membayar secara terpisah dan jarang memberi tip. Hal ini terjadi dikarenakan atmosfer budaya
bar memberi kesan bahwa pria mendapatkan perlakuan khusus di sini. Wanita tidak terlibat
dalam pertukaran minuman yang bersifat timbal balik, kecuali pada acara seperti ulang tahun.

Kesimpulannya adalah, perbedaan antara pria dan wanita dalam memesan minuman
mencerminkan perbedaan dalam nilai-nilai dan peran gender dalam komunitas Brady’s Bar. Bagi
pria, memesan minuman merupakan peluang untuk menunjukan diri dan merayakan
maskulinitas, sementara bagi wanita, itu merupakan transaksi praktis guna mendapatkan
minuman yang diinginkan.

BAB 8. WOMAN’S WORK IN A MAN’S WORLD


Penulis membahas tentang bagaimana masyarakat menciptakan realitas budaya yang khusus
untuk menggambarkan perbedaan biologis antara pria dan wanita. Identitas feminin dan
maskulin dihubungkan dengan peran, sikap, perasaan, aspirasi, dan pola perilaku yang distingtif.
Bagi setiap budaya, menjadi seorang wanita atau pria yang sangat erat dan saling berkaitan.
Identitas feminin sering menjadi kontra dari nilai-nilai maskulin dan juga sebaliknya. Identitas
seksual menjadi bagian integral dari budaya, dapat dipahami dari dulu oleh banyak orang, dan
berpengaruh dalam struktur sosial.

Studi antropologi perkotaan ini menitik fokuskan pada identitas seksual tunggal: menjadi
seorang wanita dalam budaya Amerika. Tujuan studi ini merupakan cara untuk memahami
pengalaman wanita dan mengungkapkan aturan dan definisi yang terkandung dan digunakan
wanita untuk memahami dan mengorganisasi pengalaman mereka. Penelitian ini menggunakan
Brady’s Bar sebagai jendela untuk mengeksplorasi dunia dalam peran gender perempuan dan
laki-laki, terutama dalam konteks feminitas. Brady’s Bar memberikan pengaturan tempat dimana
penelitian mengenai pengalaman wanita dapat dilakukan secara konkrit.

Ada beberapa faktor yang membuat Brady’s Bar menjadi tempat yang memiliki peran
penting dalam penelitian ini. Pertama, Brady’s Bar merupakan tempat yang baik untuk
mempelajari proses sosial yang mendefinisikan peran wanita. Kehidupan sosial di bar ini
mencerminkan bagaimana peran gender ditentukan dan diekspresikan melalui interaksi sosial
sehari-hari. Kedua, Brady’s Bar mencerminkan fitur tradisional dari budaya yang lebih luas. Ini
merupakan tempat yang didominasi oleh pria. Dan yang terakhir adalah Brady’s Bar merupakan
tempat modern, konsep tradisional tentang peran wanita masih mendominasi. Bahkan diantara
mahasiswa dan lulusan baru yang terpapar dengan perubahan-perubahan dalam masyarakat
pandangan tradisional tentang perempuan sebagai objek seksual dengan status yang rendah dan
masih tetap kuat. Yang terakhir disini penulis membahas mengenai ruang fisik di Brady’s Bar
mendalami peran dalam menyampaikan pesan tentang perbedaan gender. Pengaturan fisik,
seperti lokasi dan wilayah di bar. Digunakan sebagai simbol yang mengkoordinir pentingnya
perbedaan seksual. Dapat disimpulkan bahwa Brady’s Bar merupakan tempat dimana laki-laki
dapat tampil dan mengekspresikan maskulinitas mereka, tetapi wanita terbatas dalam
partisipasinya. Interaksi sosial di bar ini merupakan tempat dimana identitas gender dibentuk,
dan maskulinitas hanya mendapatkan makna melalui kontrast dengan feminitas.

Anda mungkin juga menyukai