Kelompok 10
Dosen Pengampu
Fiona Ivella Harsyaf. S.Psi,M.Psi.,Psikolog
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat
dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini yang diajukan untuk
memenuhi nilai mata kuliah Psikologi Kerjasama Antar Budaya. Shalawat serta salam
semoga dilimpah curahkan kepada Nabi besar Muhammad SAW .
Tujuan pertama penulis membuat makalah ini ialah untuk memenuhi nilai dalam mata
kuliah Psikologi Kerjasama Antar Budaya. Serta yang kedua untuk menyampaikan hal-hal
terkait Interpersonal & Intergroup Relation.
Tidak lupa juga penulis haturkan rasa terima kasih sebesar-besarnya kepada Allah
SWT, karena-Nya dapat menyelesaikan makalah ini dengan cukup baik. Selain itu, kepada
dosen Psikologi Kerjasama Antar Budaya penulis juga menghaturkan banyak rasa terima
kasih karena telah membimbing dalam pembuatan makalah ini. Disisi lain, juga kepada orang
tua penulis yang turut serta memberi dukungan agar dapat mencapai sesuatu yang terbaik
dalam pembuatan makalah ini. Dan tidak lupa kepada rekan-rekan mahasiswa yang turut
memberikan atensinya dalam pembuatan makalah ini.
Harapan penulis dalam pembuatan makalah ini, agar dapat menjadi satu acuan yang
dapat memberikan wawasan baru kepada pembaca tentang materi yang penulis sajikan. Serta
tak lupa dihaturkan maaf bila terdapat penulisan ataupun kata-kata yang kurang berkenan.
Kritik dan saran sangat kita harapkan untuk lebih menyempurnakan makalah ini.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 1
C. Tujuan Penulisan 1
BAB II PEMBAHASAN 2
A. Cultural and Impression Formation 2
1. Culture and Face Recognition 2
2. Impression Formation 2
3. Culture and Attractiveness 2
B. Sex, Marriage Across Cultures dan Budaya dengan Pernikahan Interkultural 2
1. Culture and Mate Selection (Budaya dan Seleksi Pasangan) 2
2. Culture and Love (Budaya dan Cinta) 3
3. Culture and Sex (Budaya dan Sex) 3
4. Culture and Marriage (Budaya dan Pernikahan) 4
5. Intercultural Marriage (Pernikahan Interkultural) 4
C. Budaya dan Intergroup Relation 4
1. Ingroups and Outgroups 4
2. Ethnocentrism and Prejudice 5
3. Stereotypes 5
4. Discrimination 5
D. Intergroup dan Outgroup Relation 6
BAB III PENUTUP 8
A. Kesimpulan 8
B. Saran 8
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Proses psikologis yang penting untuk menciptakan ikatan sosial adalah
kemampuan untuk mengenali wajah orang lain Persepsi seseorang juga mengacu pada
proses pembentukan kesan pada penampilan orang lain khususnya daya tarik fisik,
mempengaruhi penilaian kepribadian Walaupun efek dari daya tarik dan penampilan
fisik dari pembentukan kesan positif sudah didokumentasikan dengan baik dalam
literatur psikologi, namun kebudayaan-kebudayaan berbeda dalam mengartikan dan
mendefinisikan daya tarik.
Lalu hal lain apakah yang membentuk ikatan sosial seseorang dalam psikologi
lintas budaya? Hal ini lah yang akan dikupas satu per satu dalam karya ilmiah ini.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
a. Apakah yang dimaksud dengan cultural and impression formation?
b. Apakah yang dimaksud dengan sex, marriage across cultures dan budaya dengan
pernikahan interkultural?
c. Bagaimanakah budaya dan intergroup relation?
d. Bagaimana intergroup dan outgroup relation?
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan pembuatan makalah ini adalah:
a. Agar mengetahui pengertian cultural and impression formation
b. Agar mengetahui definisi sex, marriage across cultures dan budaya dengan
pernikahan interkultural
c. Agar mengetahui jabaran mengenai budaya dan intergroup relation
d. Agar mengetahui intergroup dan outgroup relation
1
BAB II
PEMBAHASAN
2. Impression Formation
Walaupun efek dari daya tarik dan penampilan fisik dari pembentukan kesan
positif sudah didokumentasikan dengan baik dalam literatur psikologi, namun
kebudayaan-kebudayaan berbeda dalam mengartikan dan mendefinisikan daya tarik.
2
evolusioner pada laki-laki dan perempuan). Preferensi pada perempuan : prospek
keuangan, kerajinan, ambisi dan usia yang lebih tua. Jika pada perempuan di 36 dari
37 budaya menilai prospek finansial itu lebih penting dibandingkan laki-laki.
Perempuan pada 29
3
3
dari 36 budaya menilai bahwa ambisi dan kemampuan industri yang dimiliki laki-laki
lebih penting daripada laki-laki.
Preferensi pada laki-laki : kaum muda, penampilan yang baik, kesucian. Laki-
laki pada 37 budaya lebih condong pada perempuan yang lebih muda, sebaliknya pada
perempuan. Sedangkan laki-laki pada 34 budaya lebih menilai wajah yang menarik itu
lebih penting dibandingkan perempuan. Penelitian Buss (1989), negara-negara non-
Barat seperti China, India, Indonesia, Iran, Taiwan dan Palestina menempatkan
kesucian sebagai hal yang utama bagi calon pasangan. Namun, di negara-negara
Eropa Barat seperti Swedia, Norwegia, Finlandia, Belanda, Jerman Barat dan Perancis
tidak mementingkan kesucian atau pengalaman seks sebelum menikah.
Mate poaching (perburuan pasangan) : mencuri pasangan orang lain. Paling
umum terjadi di Eropa Selatan/Barat/Timur dan Afrika Selatan. Di semua negara,
perburuan pasangan lebih terbuka, tidak menyenangkan, tidak berhati-hati, tidak setia
dan erotophilic. Budaya dengan sumber ekonomi lebih memiliki upaya tarif perburuan
pasangan yang lebih tinggi; perbedaan seks di dalam perburuan pasangan lebih kecil
di dalam budaya yang lebih banyak gender egaliter.
Cinta adalah universal, dan emosi manusia yang unik. Hal ini dinilai berbeda di
dalam budaya yang berbeda. Tidak semua budaya menghargai nilai romantis ke tingkat yang
sama. Ada perbedaan budaya dalam sikap terhadap cinta dan hubungan romantis. Penelitian
Ting- Toomey (1991), orang Perancis dan Amerika sama-sama menekankan komitmen cinta
dan disclosure maintenance dibandingkan orang Jepang. Orang Jepang dan Amerika sama-
sama menekankan conflict expression dibandingkan orang Perancis. Perspektif social
construction merupakan faktor individual dan kultural berperan penting dalam pemilihan
pasangan.
Contoh: laki-laki atau perempuan menarik bila status sosialnya tinggi, agama atau
sukunya sama.
sumber yang lebih sedikit dan stress, memiliki banyak cinta romantis yang lebih aman
dan tingkat kesuburan yang lebih tinggi. Kecemburuan adalah respon universal pada
ketidaksetiaan.
Area yang berpotensial untuk konflik karena budaya : ekspresi cinta dan
keintiman, sifat komitmen dan sikap terhadap pernikahan, membesarkan anak, sikap
terhadap peran seks, pengelolaan uang, sikap terhadap hubungan dengan keluarga
besar, perbedaan dalam definisi pernikahan
Bagaimana pasangan interkultural bisa mengatasi rintangan : komunikasi,
kapitulasi, kompromi, hidup berdampingan, cara bergantian, cara campuran, dan
penyesuaian kreatif, konteks cara konstruksi, fleksibel, berkompromi, dan
berkomitmen pada hubungan.
3. Stereotypes
4. Discrimination
6
Definisi diskriminasi adalah perlakuan yang tidak adil dari orang lain
berdasarkan keanggotaan kelompok mereka. Perbedaan prasangka dengan
diskriminasi, yaitu: Prasangka terkait dengan pikiran / perasaan dan diskriminasi
terkait dengan perlakuan atau perbuatan. Prasangka dan diskriminasi adalah proses –
proses yang terjadi pada level individu. Selalu terjadi kecenderungan kuat bahwa
prasangka melahirkan diskriminasi. Prasangka menjadi sebab diskriminasi manakala
digunakan sebagai rasionalisasi diskriminasi. Artinya prasangka yang dimiliki
terhadap kelompok tertentu menjadi alasan untuk mendiskriminasikan kelompok
tersebut.
2) Outgroup Relation
Outgroup (kelompok luar) ialah kelompok yang berada di luar suatu kelompok
yang ditandai oleh adanya antagonisme, prasangka atau antipati. Misalnya orang-
orang kulit hitam di lingkungan orang-orang kulit putih. Sedangkan Out-Group adalah
kelompok sosial di luar in group, atau di luar kita, di luar kami. Kelompok di luar itu
adalah mereka.
7
Out Group merupakan kelompok sosial yang berada di luar in group. Sikapnya
selalu ditandai dengan suatu kelainan dan sering ditandai antagonism “antipati”.
Perasaan in group dan out group merupakan dasar suatu sikap yang dinamakan
dengan etnosentrisme. Yang anggota-anggota suatu kelompok sosial tertentu, sedikit
banyaknya akan mempunyai kecenderungan yang menganggap bawah segala sesuatu
yang termasuk dalam kebiasaan-kebiasaan kelompoknya sendiri merupakan suatu
yang terbaik apabila dibandingkan dengan kebiasaan-kebiasaan kelompok lainnya.
Dalam hal ini kecenderungan tersebut disebut dengan etnosentrisme yaitu
sikap untuk menilai unsur-unsur kebudayaan lain dengan mempergunakan ukuran-
ukuran kebudayaan sendiri. Sikap etnosentris tersebut sering disamakan dengan sikap
mempercayai sesuatu, yang sehingga kadang-kadang sukar sekali bagi yang
bersangkutan untuk mengubahnya walaupun dia menyadari bahwa sikapnya salah.
Sikap entnosentrsi disosialisasikan atau diajarkan kepada anggota kelompok sosial,
sadar maupun tidak sadar, serentak dengan nilai-nilai kebudayaan yang lain. Di dalam
proses tersebut sering kali digunakan stereotip yakni gambaran atau anggapan-
anggapan yang bersifat mengejek terhadap suatu objek tertentu. Yang keadaan
demikian sering kali dijumpai dalam sikap suatu kelompk etnis terhadap kelompok
etnis lainnya. Yang masalnya golongan orang-orang berkulit putih terhdap orang-
orang negro di Amerika Serikat.
Yang sikap demikian memiliki aneka macam dasar yang saling berhubungan
bahkan kadang-kadang berlawanan satu dengan lainnya. Misalnya seseorang yang
tergolong ke dalam suatu kelompok etnis tertentu, sikapnya mungkin berbeda dengan
sikap kelompoknya sendiri karena memeluk agama lain atau berbeda daerah
kelahirannya. In group dan out group dapat dijumpai disemua masyarakat, meskipun
kepentingan-kepentingan tidak selalu sama. Dalam masyarakat-masyarakat yang
bersahaja mungkin jumlahnya tidak begitu banyak bila dibandingkan dengan
masyarakat-masyarakat yang sudah kompleks, walaupun dalam masyarakat-
masyarakat yang sederhana tersebut perbedaan-perbedaannya tidak begitu tampak
dengan jelas.
Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa setiap kelompk sosial merupakan in
group bagi anggotanya, konsep tersebut dapat diterapkan terhadap kelompok-
kelompok sosial yang relatif kecil sampai yang terbesar, selama para anggotanya
mengadakan identifikasi dengan kelompoknya.
8
A. Kesimpulan
Cultural and Impression Formation terdiri dari Culture and Face Recognition,
Impression Formation & Culture and Attractiveness
Sex, Marriage Across Cultures dan Budaya dengan Pernikahan Interkultural terdiri dari
Culture and Mate Selection (Budaya dan Seleksi Pasangan), Culture and Love (Budaya dan
Cinta), Culture and Sex (Budaya dan Sex), Culture and Marriage (Budaya dan Pernikahan) &
Intercultural Marriage (Pernikahan Interkultural)
Budaya dan Intergroup Relation terdiri dari Ingroups and Outgroups, Ethnocentrism
and Prejudice, Stereotypes & Discrimination
B. Saran
Diharapkan kepada pembaca untuk memberikan masukan yang membangun
demi kesempurnaan makalah ini.
8
DAFTAR PUSTAKA