PENDAHULUAN
Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama
oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya
terbentuk dari banyak unsur yang rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat
istiadat, bahasa, perkakas, pakaian, bangunan, dan karya seni. Bahasa,
sebagaimana juga budaya, merupakan bagian tak terpisahkan dari diri manusia
sehingga banyak orang cenderung menganggapnya diwariskan secara genetis.
Ketika seseorang berusaha berkomunikasi dengan orang-orang yang berbada
budaya dan menyesuaikan perbedaan-perbedaannya, membuktikan bahwa
budaya itu dipelajari.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana gambaran kehidupan Suku Baduy ?
2. Ada berapa kelompok masyarakat pada suku baduy ?
3. Bagaimana Sistem $emerintahan Suku Baduy ?
C. Tujuan
Untuk mengetahu kehidupan suku baduy dan juga untuk memenuhi
tugas mata pelajaran sejarah.
1
BAB II
PEMBAHASAN
beberapa bukti sejarah berupa prasasti, catatan perjalanan pelaut $ortugis dan
*iongkok, serta cerita rakyat mengenai +*atar Sunda+ yang cukup minim
keberadaannya.
2
merupakan pelabuhan dagang yang cukup besar. Sungai Ciujung dapat dilayari
berbagai jenis perahu, dan ramai digunakan untuk pengangkutan hasil bumi dari
wilayah pedalaman. Dengan demikian penguasa wilayah tersebut, yang disebut
sebagai $angeran $ucuk Umum menganggap bahwa kelestarian sungai perlu
dipertahankan. Untuk itu diperintahkanlah sepasukan tentara kerajaan yang
sangat terlatih untuk menjaga dan mengelola kawasan berhutan lebat dan berbukit
di wilayah /unung Kendeng tersebut. Keberadaan pasukan dengan tugasnya yang
khusus tersebut tampaknya menjadi cikal bakal Masyarakat Kanekes yang sampai
sekarang masih mendiami wilayah hulu Sungai Ciujung di /unung Kendeng
tersebut (Adimihardja, 2000). $erbedaan pendapat tersebut membawa kepada
dugaan bahwa pada masa yang lalu, identitas dan kesejarahan mereka sengaja
ditutup, yang mungkin adalah untuk melindungi komunitas Kanekes sendiri dari
serangan musuh-musuh $ajajaran.
Van *richt, seorang dokter yang pernah melakukan riset kesehatan pada
tahun 1923, menyangkal teori tersebut. Menurut dia, orang Kanekes adalah
penduduk asli daerah tersebut yang mempunyai daya tolak kuat terhadap
pengaruh luar (/arna, 1993b4 156).
6rang Kanekes sendiri pun menolak jika dikatakan bahwa mereka berasal
dari orang-orang pelarian dari $ajajaran, ibu kota Kerajaan Sunda. Menurut
Danasasmita dan Djatisunda (19364 5-7) orang Baduy merupakan penduduk
setempat yang dijadikan mandala+ (kawasan suci) secara resmi oleh raja, karena
3
6rang Kanekes masih memiliki hubungan sejarah dengan orang Sunda.
$enampilan fisik dan bahasa mereka mirip dengan orang-orang Sunda pada
umumnya. Satu-satunya perbedaan adalah kepercayaan dan cara hidup mereka.
6rang Kanekes menutup diri dari pengaruh dunia luar dan secara ketat menjaga
cara hidup mereka yang tradisional, sedangkan orang Sunda lebih terbuka kepada
pengaruh asing dan mayoritas memeluk ;slam.Masyarakat Kanekes secara umum
terbagi menjadi tiga kelompok yaitu tangtu, panamping, dan dangka ($ermana,
2001).
Sebagian peraturan yang dianut oleh suku Kanekes Dalam antara lain4
modern.
Kanekes <uar merupakan orang-orang yang telah keluar dari adat dan wilayah
Mereka telah mengenal teknologi, seperti peralatan elektronik, meskipun
penggunaannya tetap merupakan larangan untuk setiap warga Kanekes,
termasuk warga Kanekes <uar. Mereka menggunakan peralatan tersebut
dengan cara sembunyi-sembunyi agar tidak ketahuan pengawas dari Kanekes
Dalam.
Menggunakan pakaian adat dengan warna hitam atau biru tua (untuk
laki- laki), yang menandakan bahwa mereka tidak suci. Kadang
menggunakan pakaian modern seperti kaos oblong dan celana jeans.
Apabila Kanekes Dalam dan Kanekes <uar tinggal di wilayah Kanekes, maka
?Kanekes Dangka? tinggal di luar wilayah Kanekes, dan pada saat ini tinggal 2
5
kampung yang tersisa, yaitu $adawaras (Cibengkung) dan Sirahdayeuh (Cihandam). Kampung Dan
zone atas pengaruh dari luar ($ermana, 2001).
6
antara masyarakat adat Kanekes dengan pemerintah nasional, yang dalam
tugasnya dibantu oleh pangiwa, carik, dan kokolot lembur atau tetua kampong.
7
Dari segi berpakain, didalam suku baduy terdapat berbedaan dalam
berbusana yang didasarkan pada jenis kelamin dan tingkat kepatuhan pada adat
saja, yaitu Baduy Dalam dan Baduy <uar.Untuk Baduy Dalam, para pria memakai
baju lengan panjang yang disebut jamang sangsang, $otongannya tidak memakai
kerah, tidak pakai kancing dan tidak memakai kantong baju. Warna busana
mereka umunnya adalah serba putih.
Untuk bagian bawahnya menggunakan kain serupa sarung warna biru
kehitaman, yang hanya dililitkan pada bagian pinggang. Serta pada bagian kepala
suku baduy menggunakan ikat kepala berwarna putih. bagi suku Baduy <uar,
busana yang mereka pakai adalah baju kampret berwarna hitam. ;kat kepalanya
juga berwarna biru tua dengan corak batik. *erlihat dari warna, model ataupun
corak busana Baduy <uar, menunjukan bahwa kehidupan mereka sudah
terpengaruh oleh budaya luar. Sedangkan, untuk busana yang dipakai di
kalangan wanita Baduy dalam maupun Baduy <uar tidak terlalu menampakkan
perbedaan yang mencolok. Mereka mengenakan busana semacam sarung warna
biru kehitam-hitaman dari tumit sampai dada. Bagi wanita yang sudah menikah,
biasanya membiarkan dadanya terbuka secara bebas, sedangkan bagi para gadis
buah dadanya harus tertutup.
8
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Wilayah Kanekes secara geografis terletak pada koordinat
6°27’27” - 6°30’0” LS dan 108°3’9” - 106°4’55” BT (Permana,
2001). Mereka bermukim tepat di kaki pegunungan Kendeng di
desa Kanekes, Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten Lebak-
Rangkasbitung, Banten, berjarak sekitar 40 km dari kota
Rangkasbitung Orang Baduy Dalam tidak mau di masuki budaya
dari luar sedangkan Baduy Dalam sudah mau mengikuti budaya
dari luar meskipun sedikit.
Masyarakat baduy merupakan masyarakat yang
menjungjung tinggi nilai demokrasi diantara kesukuannya.
Populasi masyrakat suku baduy saat ini mencapai antara ±
5000
9
- 8000 orang yang tersebar dalam 54 kampung yang
mengelilingi tiga kampung utama yaitu kampung cikeusik,
Cikertawana dan cibeo. Orang Baduy tidak mengenal poligami
dan perceraian. Mereka hanya diperbolehkan untuk menikah
kembali jika salah satu dari mereka telah meninggal.
Di dalam proses pernikahan suku baduy pasangan yang
akan menikah selalu dijodohkan dan tidak ada yang namanya
pacaran. Orang tua laki-laki akan bersilaturahmi kepada
orang tua perempuan dan memperkenalkan kedua anak
mereka masing-masing.
Suku baduy merupakan suku asli yang mendiami tanah
banten, kehidupan suku baduy masih mempertahankan adat
istiadat dan budaya leluhur mereka hingga saat ini. mereka
B. Saran-Saran
DAFTAR PUSTAKA
11
Yani.Ahmad, dkk.2008. Etnografi suku Baduy: panduan
pramuwisata Indonesia.
Marcus.A.S. 1986. Kehidupan suku
baduy.Books.google.co.id http://ekspresi-diri.blogspot.com
Koentjaraningrat. Manusia Dan Beberapa Kebudayaan Di
Indonesia. Djakarta : Penerbit Djambatan, 1971
Selo Soemarjan-Soelaeman Soemardi. Setangkai Bunga
Sosiologi. Djakarta : Yayasan Badan Penerbit Fakultas Ekonomi
Universitas Indonesia, 1964.
Soekarto, Soerjono. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta : CV.
Rajawali, 1985
12