Anda di halaman 1dari 2

Nama : Diar Abdul Aziz

NIM : 1203050026
Kelas : Ilmu Hukum 6A
Mata kuliah : Peraktik Penanganan Perkara tun
Dosen pengampu : Dr. H. Tatang Astarudin, S.Ag., S.H., M.Si
Prihal : UAS

SOAL PERTAMA

Penyelesaian sengketa pemilu di PTUN melibatkan beberapa tahapan. Pertama, pihak yang
merasa dirugikan harus mengajukan gugatan sengketa pemilu ke Badan Pengawas Pemilu
(Bawaslu) dalam waktu paling lama 3 x 24 jam setelah penetapan hasil pemilu. Jika gugatan
ditolak oleh Bawaslu, pihak yang merasa dirugikan dapat mengajukan gugatan ke Pengadilan
Tata Usaha Negara (PTUN) dalam waktu 3 x 24 jam setelah putusan Bawaslu dibacakan. Setelah
itu, PTUN akan menetapkan jadwal persidangan dan memanggil para pihak untuk hadir. Pada
persidangan, para pihak akan memaparkan argumen dan bukti-bukti yang dimilikinya. Setelah
itu, PTUN akan mengeluarkan putusan yang bersifat final dan mengikat.

Setelah pengajuan gugatan, permohonan penyelesaian sengketa proses pemilu yang diajukan
secara langsung akan diperiksa kelengkapan dokumen/berkas administrasi oleh petugas penerima
permohonan. Jika dokumen/berkas administrasi dinyatakan lengkap, petugas penerima
permohonan akan mengeluarkan tanda terima berkas. Selanjutnya, petugas penerima
permohonan akan melakukan verifikasi formal terhadap dokumen/berkas administrasi
permohonan dan menyampaikannya kepada pejabat struktural di bidang penyelesaian sengketa
untuk dilakukan verifikasi materiil. Pejabat struktural meregister permohonan dan menuangkan
dalam formulir model PSPP 05 setelah mendapatkan persetujuan dari anggota Bawaslu, Bawaslu
Provinsi, atau Bawaslu Kabupaten/Kota.

Dalam proses penyelesaian sengketa pemilu di PTUN, pihak yang merasa dirugikan harus
memperhatikan waktu yang telah ditentukan untuk mengajukan gugatan dan memastikan
dokumen/berkas administrasi permohonan lengkap dan memenuhi syarat. Selain itu, pihak yang
merasa dirugikan juga harus mempersiapkan argumen dan bukti-bukti yang kuat untuk
memenangkan sengketa pemilu tersebut. Dalam hal dokumen/berkas administrasi permohonan
belum lengkap, petugas penerima permohonan akan memberitahukan permohonan belum
lengkap kepada pihak yang mengajukan permohonan pada hari yang sama. Pihak yang
mengajukan permohonan wajib melengkapi dokumen/berkas administrasi permohonan dalam
jangka waktu paling lama 3 (tiga) hari kerja sejak pemberitahuan diterima.

Dalam penyelesaian sengketa pemilu di PTUN, terdapat beberapa kendala yang dapat muncul.
Berikut adalah beberapa kendala yang mungkin dihadapi:
Keterbatasan waktu: Salah satu kendala utama adalah keterbatasan waktu yang ditetapkan untuk
mengajukan gugatan. Pihak yang merasa dirugikan harus mengajukan gugatan dalam waktu yang
sangat singkat setelah penetapan hasil pemilu, yaitu paling lama 3 x 24 jam. Waktu yang terbatas
ini dapat menjadi kendala bagi pihak yang ingin mengajukan gugatan, terutama jika mereka
membutuhkan waktu untuk mempersiapkan argumen dan bukti yang kuat.

Kelengkapan dokumen: Kendala lainnya adalah kelengkapan dokumen/berkas administrasi


permohonan. Permohonan penyelesaian sengketa pemilu yang diajukan harus memenuhi
persyaratan dokumen yang lengkap. Jika dokumen/berkas administrasi tidak lengkap,
permohonan dapat ditolak atau pihak yang mengajukan permohonan diberikan waktu terbatas
untuk melengkapi dokumen tersebut. Hal ini dapat menjadi kendala bagi pihak yang merasa
dirugikan jika mereka tidak dapat menyediakan dokumen yang diperlukan dalam waktu yang
ditentukan.

Proses persidangan: Proses persidangan di PTUN juga dapat menjadi kendala dalam
penyelesaian sengketa pemilu. Persidangan membutuhkan waktu dan sumber daya yang cukup,
baik dari pihak yang mengajukan gugatan maupun dari PTUN itu sendiri. Persidangan juga
melibatkan pemanggilan para pihak untuk hadir dan memaparkan argumen serta bukti-bukti
yang dimiliki. Jika terdapat kendala dalam koordinasi atau keterbatasan sumber daya, proses
persidangan dapat menjadi lambat atau terhambat.

Salah satu contoh kasus penyelesaian sengketa pemilu di PTUN adalah sengketa pemilihan
umum di Kabupaten Bogor pada tahun 2018. Dalam sengketa ini, pasangan calon nomor urut 1
mengajukan gugatan ke Bawaslu setelah kalah dalam pemilihan umum. Namun, gugatan tersebut
ditolak oleh Bawaslu dan pasangan calon nomor urut 1 kemudian mengajukan gugatan ke PTUN.
Setelah melalui proses persidangan, PTUN memutuskan untuk menolak gugatan tersebut dan
mempertahankan hasil pemilihan umum yang telah ditetapkan.

Contoh kasus lainnya adalah sengketa pemilihan umum di Kota Denpasar pada tahun 2020.
Dalam sengketa ini, pasangan calon nomor urut 2 mengajukan gugatan ke Bawaslu setelah kalah
dalam pemilihan umum. Namun, gugatan tersebut ditolak oleh Bawaslu dan pasangan calon
nomor urut 2 kemudian mengajukan gugatan ke PTUN. Setelah melalui proses persidangan,
PTUN memutuskan untuk menerima gugatan tersebut dan membatalkan hasil pemilihan umum
yang telah ditetapkan. PTUN juga memerintahkan Bawaslu untuk melakukan perhitungan ulang
suara dan menetapkan hasil pemilihan umum yang baru.

Anda mungkin juga menyukai