Anda di halaman 1dari 10

TUGAS UTS KETERAMPILAN FARMASI KLINIK I

FARMAKOEKONOMI

CRITICAL EVALUATION ARTIKEL

“Cost Effectiveness Analysis Between Hemodialysis and Peritoneal Dialysis”

Oleh
HUMAIRA IZKA ALFATIHAH
NIM. 252231025

Dosen Pengampu :
Dr. apt. Yunita Nita, S.Si., M. Pharm.

MAGISTER FARMASI KLINIK


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS AIRLANGGA
2023
Artikel : Cost Effectiveness Analysis Between Hemodialysis and Peritoneal Dialysis
1. Introduction

A. Are the problem statement and resultant study questions clearly and precisely
stated?
Disebutkan bahwa untuk pasien ERSD terdapat dua alternative solusi yaitu
tindakan HD atau PD. Penelitian akan membandingkan efektivitas biaya serta sejauh
mana meningkatkan kualitas hidup pasien diantara PD dengan HD.
B. Is the significance of the inquiry discussed with resultant justification of the
research?
Studi tentang efektivitas biaya dan kualitas hidup kehidupan pasien dengan ESRD
akan membantu meyakinkan pengambilan keputusan untuk melihat potensi PD,
khususnya bagi masyarakat tinggal di daerah terpencil yang hal tersebut tidak mungkin
dilakukan perjalanan mingguan ke pusat HD.
C. Whose perspective is considered (society, healthcare payer, patient, healthcare
provider)? Was the study perspective clearly stated?
Perspektif yang digunakan adalah perspektid pasien, masyarakat, dan healthcare
provider. Disebutkan di bagian metodologi.
II. Methodology

A. Type of Analysis/Study Design


1. What type of analysis is being performed?
Penelitian ini merupakan evaluasi ekonomi untuk dibandingkan biaya dan
hasil, dalam hal kualitas hidup pasien ERSD yang melakukan PD versus HD.
Tujuan dari penelitian ini adalah diharapkan hasil penelitian akan menambah
pengetahuan pasien maupun healthcare spesialis mengenai perbandingan HD dan
PD, dimana penggunaan terapi PD dinilai masih rendah/sedikit.
2. What study design was employed? Was an experimental or quasi-
experimental design used? Is the design internally valid? Is the description
complete enough to allow replication?
Penelitian dilakukan secara prospektif.
3. What is the time horizon? Is the time horizon appropriate for the given
disease state? Is the time horizon appropriate for the study perspective?
Pengumpulan data dilakukan pada bulan Maret-April 2014. Penelitian ini
mengumpulkan data biaya dan kualitas hidup dari 78 pasien HD dan 10 pasien PD
yang memenuhi kriteria inklusi
B. .Subjects
1. Are the sampling frame and method described?
Sampling frame  Pasien yang melakukan HD di RS X dan semua pasien PD di
RS Y
Deskripsi singkat metode  Rincian satuan biaya per pasien per tahun meliputi:
biaya pengobatan langsung, biaya non medis langsung, dan biaya tidak langsung
pengobatan PD dan HD. Kedua komponen ini diidentifikasi dari wawancara
pasien dan penyedia layanan, kemudian total biaya per komponen dihitung dan
dikelompokkan selama satu tahun untuk masing-masing HD dan PD.
2. If applicable, are sources of sampling bias considered?
Tidak disebutkan dalam penelitian ini
3. Are the salient characteristics of the patient population described in
sufficient detail?
Disebutkan pada bagian metodologi. Responden yang dipilih dalam
penelitian ini adalah semua pasien ESRD yang menjalani HD di Rumah Sakit X
dan seluruh pasien PD di RS Y. Kriteria inklusi berusia 18 tahun ke atas,
setidaknya telah menjalani cuci darah satu tahun, dan tidak ada masalah kesehatan
mental. Pasien datang ke RS X tiga kali seminggu untuk menjalani HD
4. Is the patient population appropriate for the study question? How will the
population limit the generalizability of the results?
Populasi telah sesuai dengan pertanyaan penelitian. Populasi yang diambil
adalah pasien ERSD yang menjalani HD maupun PD.
5. Are the diagnostic criteria adequately described? Are they appropriate for
the study disease state?
Kriteria diagnostic tidak dijelaskan secara terperinci. Hanya disebutkan
terapi HD dan PD untuk pasien ERSD (end stage renal disease). HD dan PD
merupakan terapi yang tepat untuk pasien gagal ginjal stadium akhir atau pasien
ERSD.
C. Alternatives
1. What alternatives are compared?
Membandingkan biaya dan kualitas hidup pasien ERSD yang melakukan
PD vs HD.
2. Are the options described in sufficient detail?
Tidak disebutkan secara detail
3. Are the appropriate alternatives compared? Does the analysis compare the
new entity against a current standard? Is a “do-nothing” alternative
included? Is it appropriate? Are all relevant alternatives considered?
Hal yang dibandingan adalah bagaimana efektivitas biaya dan kualitas
hidup pasien HD vs PD. Saat ini, terapi HD lebih banyak digunakan dikarenakan
pengetahuan pasien yang sedikit dan spesialis enggan untuk mempromosikan
Peritoneal Dialisis dianggap sebagai penyebab utama rendahnya angka
penggunaan terapi PD. Selain itu, keterbatasan informasi pada biaya dan kualitas
hidup serta persediaan yang terbatas profesional meningkatkan hambatan untuk
menerapkan lebih banyak PD.
4. Was the efficacy/effectiveness of each alternatives established? What are the
data used to establish efficacy/effectiveness?
Data dari negara lain menunjukkan bahwa proporsi PD dari total dialisis
jauh lebih tinggi. Di Hong Kong, angka PD dibandingkan dengan HD hampir 3:1
(71,8% hingga 25,6%) [USRDS,2013]. Hal ini terutama disebabkan oleh negara-
negara maju negara, PD dianggap lebih hemat biaya dibandingkan HD. Perbedaan
utamanya terletak pada insentif staf dan sumber daya logistik yang dibutuhkan
oleh HD lebih banyak dari PD [Baboolal dkk., 2008; Teerawattananon Y.,
dkk.,2007]. Namun, ada beberapa kasus khususnya di negara berkembang, di
mana biaya satuan PD sedikit lebih tinggi dari HD. Perbedaan terutama terletak
pada biaya pengiriman [Abu-Aisha dkk., 2010].
D. Costs and Consequences
1. Are all relevant costs and consequences (including adverse events) identified
for each alternative? Is their inclusion supported by available clinical data?
If an important variable is excluded, is justification given?
Pada artikel tidak disebutkan mengenai konsekuensi termasuk efek
samping pada masing masing HD maupun PD.
2. Are the treatment alternatives described in sufficient detail?
Tidak disebutkan secara detail. Hanya disebutkan bahwa pasien HD dari
RS X dan pasien PD dari RS Y.
3. Are the costs and consequences included consistent with the perspective and
time horizon that were selected?
Tidak disebutkan dalam penelitian
4. How are the costs and consequences measured or counted?
Kualitas hidup setiap pasien diukur menggunakan SF 36 kuesioner.
5. How are the costs and consequences valued?
Setelah melakukan pengukuran kualitas hidup, penelitian ini menghitung
total skor seluruh variabel dan skor per jenis kualitas hidup. Skor total tersebut
kemudian dikelompokkan menjadi baik dan tidak baik.

E. Assumptions and Limitations


1. Are assumptions and limitations clearly stated?
Asumsi tidak dijelaskan pada penelitian sedangkan disebutkan
keterbatasan dari penelitian ini yaitu sampel pasien dan lokasi penelitian yang
terlibat (hanya dua rumah sakit)

F. Discounting
1. Are future costs and consequences occurring beyond one year discounted?
Tidak disebutkan.
2. What is the rate of discounting?
Tidak disebutkan.
G. Sensitivity Analysis
1. Is a sensitivity analysis conducted for variables that may not be measured
with certainty?
Tidak
2. Do the results change when factors are varied?
Faktor yang berbeda tidak merubah hasil studi. Pada bagian hasil
dijelaskan bahwa studi QoL dilakukan pada beberapa grup seperti sudah
bekerja/tidak, background edukasi, usia, komorbiditas. Hasil menunjukkan bahwa
QoL pada pasien PD tetap lebih besar meskipun faktor bervariasi.
III. Results

A. Costs and Consequences


1. Are the results of the analysis clearly presented? Are the results presented in
disaggregated form?
Hasil analisis disajikan secara tertulis dan juga disajikan dalam bentuk table.
2. Do the results present the total costs and consequences for each alternative, as well
as the incremental results?
Penulis menghitung Rasio Rata-Rata Biaya Efektif untuk mencapai skor kualitas
hidup yang baik untuk HD dan PD pasien. Untuk mencapai kualitas hidup yang baik,
diperlukan pasien HD Rp 2,9 juta sedangkan pasien PD hanya diwajibkan Rp 0,91 juta.
Kemudian menghitung biaya (ICER), menunjukkan. Biaya untuk mencapai kualitas yang
baik HD sebesar Rp 3,2 juta, sedangkan biaya untuk mencapainya kualitas hidup serupa
untuk PD hanya Rp 1,2 juta.
3. Are the results of the sensitivity analyses presented?
Tidak dijelaskan dalam penelitian ini
B. Is there sufficient evidence to answer the study questions?
Diperlukan studi dan atau proyek percontohan yang lebih menyeluruh untuk
mengimplementasikan PD karena keterbatasan dalam penelitian ini. Meskipun demikian,
hasilnya konsisten dengan temuan dari berbagai penelitian di tempat lain di dunia,
tindakan pencegahan disarankan sebelum memperluas PD.
IV. Discussion and Conclusions

A. Are results discussed within the context of the original problem?


Iya, pada bagian discussion dan conclusion membahas mengenai mana yang lebih
efektif antara PD dan HD jika membandingkan efektivitas biaya dan juga kualitas hidup
pasien.
B. Are the limitations of the evaluation discussed?
Disebutkan keterbatasan dari penelitian ini yaitu sampel pasien dan lokasi
penelitian yang terlibat (hanya dua rumah sakit)
C. Are generalizations appropriate?
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa dari perspektif pasien dan penerima
layanan, PD jauh lebih efisien dan efektif untuk pasien ERSD. Penelitian tersebut
menyarankan bahwa PD bisa menjadi prioritas utama untuk menangani pasien ERSD.
D. Are the results compared with published evaluations that are similar or focus on the
same disease state?
Pada bagian discussion, setelah memaparkan hasil, disebutkan bahwa hasil
penelitian serupa dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Philip (2001), Noshad
(2009), Thong and Kaptein A (2008) menyatakan bahwa pasien PD menunjukkan
efektivitas lebih baik.
E. Are the practical and ethical implications of implementing the results of the analysis
discussed?
Para penulis merekomendasikan agar pemerintah dan Dewan Jaminan Sosial
Nasional (DJSN) melakukan kajian yang lebih menyeluruh untuk mengevaluasi CEA dan
ICER PD versus HD dalam skala yang lebih besar. Dari penelitian dapat disimpulkan
bahwa PD memberi manfaat yang lebih besar, JKN akan mendapatkan manfaatnya dan
pasien ESRD di banyak daerah dengan akses fisik yang sulit akan mendapatkan manfaat
yang paling besar.

Anda mungkin juga menyukai