Anda di halaman 1dari 147

1

BAB I

PENDAHULUAN

Penelitian ini berjudul “Pengaruh Tentang Prinsip Hidup Orang Bijak

Berdasarkan Efesus 5:1-21 Terhadap Perilaku Belajar Siswa Kelas IX SMP

Sultan Iskandar Muda Medan. Penelitian ini akan difokuskan untuk meneliti

dan menganalisis pengaruh tentang mengasihi berdasarkan Efesus 5:1-21

terhadap perilaku belajar siswa Kelas IX SMP Sultan Iskandar Muda. Dalam

bab ini akan menjelaskan tentang: Latar Belakang Masalah, Identifikasi

Masalah, Pembatasan Masalah, Rumusan Masalah, Penjelasan Istilah,

Tujuan Penelitian, Kepentingan Penelitian.

Latar Belakang Masalah

Dalam buku yang berjudul “Metodologi Penelitian: Aplikasi dalam

pemasaran” Husein Umar memaparkan bahwa Latar belakang masalah

merupakan pandangan yang jelas mengenai pemikiran ilmiah dengan cara

mengeruaikan setiap masalah dan menghadapkan pada beberapa pustaka

yang relevan yang dapat menuntun pembaca menuju kepada pemikiran

logis.1

Sekolah tentu memiliki arti yang sangat penting bagi kehidupan secara

khusus bagi para siswa/I yang sedang duduk di bangku sekolah. Sekolah

1
Husein Umar, Metodologi Penelitian (Jakarta: Gramedia, 1999).

1
2

pada umumnya di pandang yang dapat memenuhi beberapa kebutuhan para

siswa/I dan menentukan kualitas kehidupan mereka di masa depan. Sekolah

memiliki tujuan dalam pelaksanaan proses belajar mengajar tentunya untuk

membantu siswa agar dapat belajar dengan baik dan memiliki sebuah

perubahan. Guru dan siswa pada umumnya merupakan komponen yang

terjalin interaksi yang saling menunjang dan mendukung proses

pembelajaran dapat terlaksana dengan baik dan ada perubahan pada

perilaku siswa dalam belajar2. Tentu untuk memperoleh masa depan yang

baik, siswa/I yang didik di sekolah harus memiliki prinsip hidup bijak yang

baik supaya perilaku belajar siswa/I tersebut menjadi lebih baik.

Prinsip hidup merupakan sesuatu yang dipegang sebagai panutan

yang utama dan menjadi dasar dalam dalam hidup seseorang. Prinsip hidup

bijak dalam belajar merupakan salah satu upaya meningkatkan

pembelajaran, baik bagi siswa ataupun guru. Dan dalam upaya mencapai

hasil yang diinginkan agar proses belajar mengajar dapat berjalan dengan

baik antara pendidik dengan peserta didik3.

Paulus dalam surat Efesus 5:1-21 mendorong jemaat yang ada di

Efesus untuk tetap mengikuti Prinsip Hidup Bijak dalam menjalani perilaku

hidupnya dengan baik, dan tentunya seuai dengan Firman Tuhan. Tujuan

Paulus menulis surat tersebut dengan tujuan untuk memberi nasihat kepada

mereka supaya mereka benar-benar hidup dalam pertobatan mereka (Efesus

2
Endang Sri Ayuningsih, Model Pembelajaran Mastery Learning (Yogyakarta: Deppublish,
2020).65
3
Cucu Sutianah, Belajar Dan Pembelajaran (Jawa Timur: Qiara Media, 2021). 113
3

4:17-32) dan mereka hidup sebagai manusia yang baru di dalam Kristus

Yesus. Efesus 5:1-21 yang menjadi pedoman hidup bagi kaum pelajar untuk

memperoleh prinsip hidup orang yang bijaksana dalam hal : bagaimana cara

memiliki pola hidup bijak, baik dalam pergaulan, mengikuti kehendak Kristus,

dan bentuk-bentuk perilaku bijak dalam hidup siswa/I sehari-hari. Dan itu

semua akan menolong untuk mengubah koginitf, dan afektif para siswa/I

Kristen Kelas IX SMP Sultan Iskandar Muda Medan di saat belajar.

Pernyataan ini juga disampaikan dalam surat Paulus (Efesus 5:15)

kepada orang-orang (jemaat) yang ada di Efesus, mengingatkan kembali

supaya mereka hidup bijaksana, mempergunakan waktu yang ada, sesuai

dengan konteks dalam nats tersebut iblis berusaha menghancurkan

kehidupan orang-orang percaya. Maka sesuai yang di sampaikan dalam ayat

16 “karena hari ini adalah jahat”. Yang perlu kita sadari adalah bahwa dalam

perjalanan waktu tersebut, Paulus menyampaikan bahwa iblis terus berkarya

untuk menjatuhkan anak-anak Tuhan dan membawa mereka dalam perilaku

yang tidak baik. Kalau anak-anak Tuhan tidak bijaksana, tidak berpegang

erat pada Tuhan, pada saat itulah disebut waktu yang menjadi jahat, sebab

anak-anak Tuhan meniti hari-hari yang berbahaya4. Jadi dalam teks ini

Paulus menjelaskan di ayat 15 sebagaimana anak-anak Tuhan perlu

memperhatikan dirinya dengan saksama tentang bagaimana anak-anak

Tuhan untuk hidup serta menunjukkan dirinya akan sikap hidup yang telah

4
Dkk Anne Avantie, Reformata Menyuarakan Kebenaran (Bandung: Pelangi Lestari,
2021)., 28
4

diperbaharui. Teruatama bagi anak-anak yang sedang duduk di bangku

sekolah.

Dalam ilmu Sosiologi Pendidikan menyatakan bahwa perilaku belajar

yang baik akan berhasil , jika guru dan siswa terjalin interaksi yang saling

menunjang dan mendukung. Agar proses pembelajaran dapat terlaksana

dengan baik yang disertai dengan perubahan perilaku siswa dalam belajar5.

Perilaku belajar merupakan tindakan siswa yang baik yang di alami

oleh siswa itu sendiri. Perilaku juga merupakan bagian dari nilai karakter

yang di artikan sebagai identitas atau jati diri dan menjadi acuan tata nilai

interaksi antara manusia.6 Anne Lockwood 1997 menjelaskan bahwa perilaku

dapat membentuk para peserta didik secara langsung dan sistematis yang

dipengaruhi secara eksplisit.Watson 1913 yang menjelaskan bahwa perilaku

merupakan bagian dari ilmu psikologi (ilmu perilaku) yang berkaitan dengan

kegagalan atau keterbatasan.

Dengan demikian perilaku belajar siswa dapat diartikan sebagai

pemberti tuntunan kepada para peserta didik, untuk menjadi manusia

seutuhnya baik dalam dimensi hati, pikiran, raga, serta rasa, dan karsa. Teori

Watson juga menjelaskan bahwa perilaku manusia terdiri dari refleks

terkondisi dan di kontrol dari lingkungannya yang bisa mengatur tingkah laku

anak menjadi seorang yang ia kehendaki7 karena perilaku juga dimaknai

sebagai pendidikan nilai, pendidikan budi pekerti, pendidikan moral,

5
Akbar Yuli Setianto, Sosiologi Pendidikan (Jakarta: Yayasan Kita Menulis, 2020).12
6
Muchlas Samani, Pendidikan Karakter (Jakarta: PT Remaja Rosdakarya, 2021)., 45
7
Khoe Yang Tun, Filsafat Pendidikan (Yogyakarta: ANDI, 2020)., 151
5

pendidikan watak, yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan peserta

didik dalam memberikan keputusan dalam kehidupan sehari-hari. Perilaku

belajar siswa tentu sangat dipengaruhi oleh dukungan motivasi belajar .

pengaruhnya ialah siswa tersebut akan semakin bergairah untuk tetap

semangat dan melatih diri dalam bertekun untuk belajar. Keunikan dalam

perilaku belajar siswa di sebabkan karena adanya perbedaan karateristik

yang menentukan perilaku tersebut, seperti gaya belajar, gaya kognitif, bakat,

minat, tingkat kecerdasan, kematangan intelektual, dan lainnya yang bisa di

acukan pada karakteristik individual siswa8.

Sehubungan dengan aspek diatas, dengan demikian aspek perilaku

diatas itulah kategori-kategori yang dapat di teliti. Kenyataan yang terjadi

khususnya para siswa/I kelas IX Kristen SMP Sultan Iskandar Muda Medan

tidak menunjukkan perilaku belajar yang baik. Dan itu terlihat dari sikap dan

kebiasaan mereka belajar. Contohnya, siswa/I tersebut kurang manajemen

waktu, malas mengerjakan tugas dan kewajibannya, kurangnya kepatuhan

siswa terhadap guru dalam proses pembelajaran, kurangnya prioritas siswa

dalam mempersiapkan dirinya sebelum belajar. Dalam proses pembelajaran,

perlunya persiapan para peserta didik secara terencana dan tersusun dengan

baik dan realistis. Tetapi kenyataan sekarang ini banyak para peserta didik

mengabaikan dalam tahapan ini. Persiapan belajar yang baik tujuannya

menumbuhkan minat belajar para siswa yang positif dan mendapatkan

8
Septy Nurfhadillah, Media Pembelajaran (Tangerang: PUBLISHER, 2021)., 24
6

pengalaman belajar yang baik9. Saat proses belajar sedang berlangsung,

perlunya siswa juga harus memperhatikan setiap aturan-aturan yang

diberikan oleh guru. Supaya tujuan pembelajaran jelas dan tercapai serta

sesuai dengan harapan para pendidik agar perilaku belajar siswa dapat

berjalan dengan baik dan lancar10.

Tetapi, ada juga pembelajaran yang dilakukan terdapat juga siswa

yang lamban saat bereaksi sewaktu dalam menerima mata pelajaran.

pembelajaran yang dialami oleh siswa selama dalam proses pembelajaran

tentu akan mengakibatkan lahirnya sikap dan tingkah laku dimana antara

siswa satu dengan yang lainnya dimungkinkan berbeda11. Pelaksanaan

proses belajar mengajar tentunya tidak terlepas dari berbagai masalah

belajar. Syahril dan Riska Ahmad masalah merupakan kegagalan individu

dalam pemenuhan satu atau beberapa kebutuhan, sehingga menimbulkan

ketidakseimbangan. Pernyataan Nana Sudjana tentang masalah yang

merupakan suatu proses yang di tandai dengan adanya perubahan pada diri

seseorang, dan perubahan dari proses hasil belajar siswa12. Pernyataan dari

Sukiman yang menjelaskan pada umumnya terdapat ada beberapa masalah

perilaku siswa dalam proses belajar di kelas, yaitu perilaku siswa dalam

situasi belajar di kelas , yaitu perilaku perilaku siswa dalam belajar di kelas

tidak dikehendaki kemunculannya, yang disebut dengan off task behabivor.


9
Dkk H. Syarwani Ahmad, Profesi Kependidikan Dan Keguruan (Yogyakarta: Deppublish,
2020)., 114
10
Jusuf Blegur, Soft Skills - Untuk Prestasi Belajar (Surabaya: Scopindo Media Pustaka,
2019)., 66
11
Arina Restian, Pendidikan Seni Rupa Estetik (Malang: UN MALANG, 2017)., 81
12
7

Shofuhah juga mejelaskan bahwa perilaku siswa yang tidak di kehendaki

dapat berdampak menimbulkan masalah pada pembelajaran siswa di

berbagai tingkat. Dalam tingkat individu proses belajar siswa tersebut mugkin

terbengkalai saat ia tidak berhasil melatih keterampilan yang diajarkan di

kelas.13 Dalam pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa masalah

perilaku belajar siswa akan mengalami dampak perubahan perilaku ketika

belajar, dan perubahan tersebut akan memberikan dampak pada kegiatan

sehari – hari.

Masalah-masalah perilaku belajar dapat muncul tentu sebelum proses

belajar berlangsung dan berhubungan dengan karakteristik siswa sebagai

berikut.

Pertama, Manajemen waktu adalah kemampuan untuk merencanakan,

mengatur, dan mengelola waktu yang dihabiskan secara efektif melakukan

kegiatan tertentu untuk mencapai suatu tujuan14. Manajemen waktu

memastikan bahwa para siswa pelajar tidak menyia-nyiakan waktu dan

memang benar-benar mengikuti jadwal dan mengikuti setiap peraturan yang

sudah di susun dengan baik. Manajemen waktu sangat perlu bagi para siswa

pelajar dan harus memiliki keterampilan yang diperlukan serta melatih siswa

untuk mendisiplinkan dirinya dan memperbaikinya secara terus-menerus15.

Seorang siswa, misalnya dapat dianggap sukses secara afektif dalam belajar

apabila siswa tersebut telah menyenangi dan menyadari dengan ikhlas. Lalu
13
Akbar Yuli Setianto, Sosiologi Pendidikan (Jakarta: Yayasan Kita Menulis, 2020). ,121
14
Hendri Tanjung, Manajemen waktu – Tujuh Langkah embuat Hidup Penuh Arti (Jakarta :
AMZAH, 2022), 29
15
Daniel P. Purba, Pocket Mentor - Manajemen Waktu (Jakarta: Erlangga, 2008)., 2
8

menjadikannya sebagai “sistem nilai diri”. Dan menjadikannya sebagai

penuntun hidupnya, baik suka maupun duka16.

Kenyataan saat ini siswa/I Kelas IX SMP Sultan Iskandar Muda Medan

sering melanggar aturan waktu belajar yang sudah di tetapkan oleh pihak

sekolah. Sehingga mereka terlambat untuk memasuki kelas, Dan tidak

mengikuti pembelajaran dengan baik. Selain itu, siswa/I kelas IX SMP Sultan

Iskandar Muda Medan sering terlambat memberikan tugas-tugasnya.

Sehingga mereka mendapatkan hasil yang tidak baik.

Kedua, Siswa tidak memiliki kebiasaan yang baik. Kebiasaan

merupakan, berusaha memperoleh kecerdasan atau pengetahuan,

mengamalkan, mengubah tingkah laku atau tanggapan yang disebabkan oleh

pengalaman. Kebiasaan merupakan suatu perilaku seseorang yang

dilakukan secara berulang-ulang tanpa melalui proses berpikir.17 Menurut

Burghar (1973), kebiasaan itu muncul di karenakan timbul proses penyusutan

kecenderungan respon dengan menggunakan stimulasi yang berulang-

ulang18. Kebiasaan belajar siswa juga merupakan salah satu faktor yang

mempengaruhi prestasi belajar peserta didik. Jika peserta didik menunjukkan

kebiasaan belajar yang baik tentu akan menghasilkan belajar yang sangat

efektif. Kenyataan saat ini siswa/I Kelas IX SMP Sultan Iskandar Muda

Medan kebiasaan belajar yang buruk terbukti dari nilai tugas dan test yang

diberikan mendapatkan hasil yang tidak baik. Dikarenakan pola kebiasan

16
17
KBBI Pengertian Kebiasaan Belajar
18
Cucu Sutiana, Belajar Dan Pembelajaran (Jawa Timur: Qiara Media, 2020)., 12
9

belajar yang buruk. Kebiasaan yang sering dialami oleh para siswa/I pelajar

adalah malas. Malas merupakan perasaan seseorang yang enggan

melakukan sesuatu, karena dalam pikirannya sudah memiliki penilaian

negatif, atau tidak adanya kemauan untuk melakukannya. Siswa yang

memiliki kebiasaan buruk maka siswa/I tersebut tidak mendapatkan motivasi

yang baik, dan terus menerus tidak memiliki kemauan dalam belajar.19

Kebiasaan buruk belajar siswa juga di pengaruhi pergaulan yang tidak baik.

Apabila siswa memilih pergaulan yang kurang baik, maka akan berdampak

pengaruh yang tidak baik. Dikarenakan kebiasaan pergaulan yang kurang

baik adalah hal yang paling mempengaruhi dalam proses belajar anak dalam

meraih prestasi. Firman Tuhan menjelaskan seorang murid Kristus yang baik

pasti akan meninggalkan perilaku yang buruk. Seperti tertulis “Siapa yang

ada di dalam Kristus adalah ciptaan baru” (2 Kor. 5:17) meninggalkan dalam

arti membuang semua perilaku yang buruk dan beralih kepada hidup yang

baru. Misalnya siswa yang kebiasaan sering membolos, dan bermain tanpa

kenal waktu. Tetapi di saat sudah di bina dalam pendidikan, harapan guru

siswa dapat merubah kebiasaan buruknya menjadi kebiasaan yang positif

dan melakukan tanggung jawabnya sebagai murid Kristus dan berusaha

mengatur waktu dengan baik dan tidak melalaikan beribadah kepada Tuhan
20
. Sesuai dengan Firman Tuhan agar kita tetap berusaha dan belajar

membiasakan dalam melatih untuk pergunakan waktu yang ada (Efesus

19
Yoga Febrianto, Berdamai Dengan Masa Lalu (Jakarta: Anak Hebat Indonesia, 2018)., 3
20
Timotius Sukarman, Gereja Yang Bertumbuh Dan Berkembang (Yogyakarta: ANDI,
2021)., 128
10

5:16) dalam hal membiasakan diri dan peduli supaya murid-murid Kristus

yang baik sopan dan mengharagai Tuhan Allah. Dalam Firman Tuhan

mengajarakan bahwa untuk belajar untuk hidup bijak dalam menggunakan

waktu dengan baik. Oleh karena itu Paulus mengajarkan untuk

memperhatikan hidup dengan saksama bagaimana kita hidup untuk menjadi

arif, bukan menjadi orang yang bebal21.

Siswa tidak menunjukkan sikap yang baik ketika guru sedang

menjelaskan pembelajaran. Menurut KBBI adalah segala perbuatan dan

tindakan yang berdasarkan pada pendirian dan keyakinan yang dimiliki.

Sikap adalah pernyataan evaluatif terhadap segala sesuatu, bisa berupa

objek, orang atau peristiwa22. Sikap mencerminkan perasaan seseorang

terhadap sesuatu. Sikap merupakan tindakan yang dilakukan baik suka atau

tidak suka terhadap suatu objek. Sikap dapat di bentuk dengan cara

mengamati dan menirukan sesuatu yang positif, kemudian melalui penguatan

serta menerima informasi verbal. Teori Walgito menjelaskan bahwa sikap

merupakan cenderung yang relatif menetap untuk bereaksi dengan cara baik

atau buruk. Dengan demikian, pada prinsipnya sikap itu dianggap sebagai

suatu kecenderungan siswa untuk bertindak dengan cara tertentu23. Teori

Yusuf menjelaskan sikap siswa yang baik dalam belajar yang positif jika

siswa tersebut bisa mendisiplinkan dirinya dalam belajar, serta menjalankan


21
Ronal G. Sirait, Digital Karakter Perspektif Agama Dan Pendidikan (Malang: CV
Multimedia Dan Edukasi, 2000)., 40
22
KBBI Pengertian Sikap Yang Baik
23
11

kewajibannya dengan baik.

Kenyataan yang terjadi kepada siswa/I kelas IX SMP Sultan Iskandar

Muda terbukti tidak menunjukkan sikap/attitude yang baik ketika guru sedang

menjelaskan pembelajaran dan bahkan sikap siswa/I tersebut tidak

menunjukkan sikap yang baik dalam berpakaian (tidak rapi). Selain itu siswa/I

SMP Sultan Iskandar Muda juga kurang sopan dalam sikap

komunikasi/berbicara kepada guru, dan tidak menghargai guru sama sekali.

Kita perlu membangun sikap komunikasi yang baik dalam menjalin interaksi

yang baik terhadap lingkungan kita, terutama di lingkungan sekolah tempat

belajar khususnya para pelajar. Dalam Firman Tuhan, Paulus juga

menjelaskan Efesus 5:4 bahwa perkataan yang kotor diartikan sebagai

bentuk isyarat badan dan tingkah laku yang tidak pantas. Yang kosong yang

sembrono yang diartikan sebagai percakapan yang sia-sia yang

menunjukkan banyak kebodohan dan kesembronoan, dan jauh dari

mendidik24.

Tingkah laku efektif merupakan wujud hasil belajar siswa yang

dikatakan berhasil belajar itulah yang merupakan tingkah laku belajar siswa

yang efektif. Artinya siswa yang memiliki tingkah laku yang efektif, akan

menghasilkan perubahan tingkah laku peserta didik yang bermutu, bermoral

dan berkualitas. Pada umumnya belajar pada hakikatnya yang berkelanjutan

dalam rangka perubahan tingkah laku peserta didik secara konstruktif dan

24
Matthew Henry, Tafsiran Surat Galatia, Efesus, Filipi, Kolose, 1 Dan 2 Tes. 1 Dan 2
Timotius, Titus, Filemon (Surabaya: Momentum, 2015)., 211
12

tentunya mencakup aspek kognitif, afektif siswa25. Sadiaman Et Al

menjelaskan bahwa perubahan tingkah laku menyangkut dengan perubahan

yang bersifat pengetahuan (kognitif), keterampilan (psikomotorik), sikap

(afektif), dan kepercayaan (Spiritualitas)26.

Kenyataan yang terjadi saat saat ini, siswa/I kelas IX SMP Sultan

Iskandar Muda tidak memperlihatkan tingkah laku yang efektif dalam

pembelajaran PAK.

Identifikasi Masalah

C.P Joko Subagyo mengatakan konsep identifikasi masalah

(problem identification) adalah proses dan hasil pengenalan masalah atau

inventarisasi masalah. Dengan kata lain, identifikasi masalah adalah salah

satu proses penelitian yang boleh dikatakan paling penting diantara proses

lain27. Lebih lanjut Harefa menjelaskan bahwa:

“Identifikasi masalah merupakan pertanyaan-pertanyaan yang

semuanya terkait dengan inti masalah yang diteliti. Memang untuk

menemukan inti suatu masalah, maka harus di identifikasi terlebih dahulu.

Sebuah masalah harus dilihat dari berbagai segi sehingga nampak akan

menjadi suatu kesatuan yang utuh28.


25
H. Asis Saefenudin, Pembelajaran Efektif (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2022)., 8
26
Detalia Noriza Munahefi, Model Open Ended Project Based Learning (Jawa Tengah:
IKAPI, 2020)., 3
27
C.P. Joko Subagyo, Metode Penelitian Dalam Teori (Jakarta: PT Rineka Cipta,
2004).32.
28
Etiknius Harefa, Metodologi Penelitian, n.d.,65.
13

Dari uraian latar belakang diatas dapat di identifikasikan dalam

beberapa kelompok masalah yang berhubungan dengan Pengaruh Tentang

Prinsip Hidup Orang Bijak Berdasarkan Efesus 5:1-21 Terhadap Perilaku

Belajar Siswa Kelas IX SMP Sultan Iskandar Muda. Sebagai berikut :

Pertama Manajemen waktu. Manajemen waktu menurut KBBI manajemen

waktu adalah kemampuan untuk merencanakan, mengatur, dan mengelola

waktu yang dihabiskan secara efektif melakukan kegiatan tertentu untuk

mencapai suatu tujuan. Manajemen waktu memastikan bahwa para siswa

pelajar tidak menyia-nyiakan waktu dan memang benar-benar mengikuti

jadwal dan mengikuti setiap peraturan yang sudah di susun dengan baik.

Manajemen waktu sangat perlu bagi para siswa pelajar dan harus memiliki

keterampilan yang diperlukan serta melatih siswa untuk mendisiplinkan

dirinya dan memperbaikinya secara terus-menerus.

Dari fakta tersebut muncul pertanyaan bagaimana pemahaman siswa/I

Kelas IX SMP Sultan Iskandar Muda Medan tentang bagaimana manajemen

waktu dengan baik ?

Kedua, kebiasaan. Kebiasaan merupakan suatu perilaku seseorang

yang dilakukan secara berulang-ulang tanpa melalui proses berpikir.

kebiasaan itu muncul di karenakan timbul proses penyusutan kecenderungan

respon dengan menggunakan stimulasi yang berulang-ulang. Kebiasaan

belajar siswa juga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi prestasi

belajar peserta didik. Jika peserta didik menunjukkan kebiasaan belajar yang

baik tentu akan menghasilkan belajar yang sangat efektif. Kebiasaan belajar
14

siswa juga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi prestasi belajar

peserta didik. Jika peserta didik menunjukkan kebiasaan belajar yang baik

tentu akan menghasilkan belajar yang sangat efektif. kebiasaan pergaulan

yang kurang baik adalah hal yang paling mempengaruhi dalam proses belajar

anak dalam meraih prestasinya. Firman Tuhan menjelaskan seorang murid

Kristus yang baik pasti akan meninggalkan perilaku yang buruk. Seperti

tertulis “Siapa yang ada di dalam Kristus adalah ciptaan baru” (2 Kor. 5:17)

meninggalkan dalam arti membuang semua perilaku-perilaku yang buruk dan

beralih kepada pola hidup yang baru. Misalnya siswa yang kebiasaan sering

membolos, dan bermain tanpa kenal waktu.

Dari fakta tersebut timbul pertanyaan, bagaimana pemahaman siswa/I

Kelas IX SMP Sultan Iskandar Muda Medan tentang bagaimana

membiasakan belajar dengan baik?

Ketiga sikap yang baik. Siswa tidak menunjukkan sikap yang baik

ketika guru sedang menjelaskan pembelajaran. Menurut KBBI adalah segala

perbuatan dan tindakan yang berdasarkan pada pendirian dan keyakinan

yang dimiliki. Sikap adalah pernyataan evaluatif terhadap segala sesuatu,

bisa berupa objek, orang atau peristiwa Sikap merupakan tindakan yang

dilakukan baik suka atau tidak suka terhadap suatu objek. Sikap dapat di

bentuk dengan cara mengamati dan menirukan sesuatu yang positif,

kemudian melalui penguatan serta menerima informasi verbal. Kita perlu

membangun sikap komunikasi yang baik dalam menjalin interaksi yang baik

terhadap lingkungan kita, terutama di lingkungan sekolah tempat belajar


15

khususnya para pelajar. Dalam Firman Tuhan, Paulus juga menjelaskan

Efesus 5:4 bahwa perkataan yang kotor diartikan sebagai bentuk isyarat

badan dan tingkah laku yang tidak pantas. Yang kosong yang sembrono

yang diartikan sebagai percakapan yang sia-sia yang menunjukkan banyak

kebodohan dan kesembronoan, dan jauh dari mendidik

Dari fakta tersebut timbul pertanyaan, bagaimana pemahaman siswa/I

Kelas IX SMP Sultan Iskandar Muda terhadap sikap yang baik?

Tingkah laku efektif merupakan wujud hasil belajar siswa yang

dikatakan berhasil belajar itulah yang merupakan tingkah laku belajar siswa

yang efektif. Artinya siswa yang memiliki tingkah laku yang efektif, akan

menghasilkan perubahan tingkah laku peserta didik yang bermutu, bermoral

dan berkualitas. Pada umumnya belajar pada hakikatnya yang berkelanjutan

dalam rangka perubahan tingkah laku peserta didik secara konstruktif dan

tentunya mencakup aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Sadiaman Et Al

menjelaskan bahwa perubahan tingkah laku menyangkut dengan perubahan

yang bersifat pengetahuan (kognitif), dan sikap (afektif).

Dari fakta tersebut timbul pertanyaan, apakah siswa/I Kelas IX SMP

Sultan Iskandar Muda Medan memiliki pemahaman tentang tingkah laku

belajar efektif dengan baik?

Pembatasan Masalah
16

Batasan masalah adalah hal yang penting dalam penelitian.Cholid

menjelaskan bahwa “ Batasan masalah adalah ruang lingkup masalah

atau upaya membatasi ruang lingkup masalah yang teralu luas atau

melebar sehingga penelitian itu lebih bisa fokus untuk dilakukan”29

Dari hasil identifikasi masalah yang telah dilakukan selanjutnya menentukan

pembatasan yang akan diteliti. Adapun pembatasan masalah dalam

penelitian itu jatuh pada identifikasi 1, 2, dan 3. Dari latar belakang masalah

yang diuraikan diatas, maka masalah yang didentifikasikan dalam penelitian

ini sebagai berikut.

Pertama manajemen waktu itu perlu dimiliki oleh setiap siswa/I pelajar.

Manajemen waktu perlu dilakukan dengan disiplin, keuletan, ketekunan, kerja

keras, pantang menyerah yang dilandasi kesabaran merupakan modal

bertarung sekaligus berdamai dengan waktu.30 Manajemen waktu

merupakan pengaruh yang sangat penting bagi para siswa/I Kelas IX Sultan

Iskandar Muda Medan dalam meningkatkan kualitas dan perilaku belajar

sebagai seorang murid Kristus yang sejati, yang mampu memanfaatkan

waktu dengan baik dan tepat.

Dari fakta tersebut bagaimana siswa/I kelas IX SMP Sultan Iskandar

Muda Medan tentang hidup mereka dalam manajemen waktu belajar yang

baik?

29
Dkk Cholid Narbuko, Metodologi Penelitian (Jakarta: Bumi Aksara, 2008).,45.
30
Dwi Nugroho Suprianto, Manajemen Waktu (Depok: Rajagrafindo Persada, 2000)., 106
17

Kedua, kebiasaan sangat perlu untuk di perbaharui. Dimana

kebiasaan merupakan hal yang harus diubah oleh para siswa/I Kelas IX

Sultan Iskandar Muda Medan. kebiasaan belajar adalah proses pembentukan

kebiasaan-kebiasaan baru atau perbaikan kebiasaan yang telah ada.

Tujuannya agar siswa memperoleh sikap-sikap dan kebiasaan-kebiasaan

perbuatan baru yang lebih tepat dan positif dalam arti selaras dengan

kebutuhan ruang dan waktu. Artinya perubahan dalam kebiasaan belajar

akan memperngaruhi prestasi siswa yang baik. Kebiasaan itu timbul karena

proses penyusutan kecenderungan respons dengan menggunakan stimulasi

yang berulang-ulang. Dalam proses belajar, pembiasaan juga meliputi

pengurangan perilaku yang tidak di perlukan.31

Dari fakta tersebut bagaimana siswa/I Kelas IX SMP Sultan Iskandar

Muda Medan dalam pemahaman mengubah kebiasaan belajar?

Ketiga, sikap juga sangat perlu di perbaharui oleh para siswa/I Kelas

IX SMP Sultan Iskandar Muda Medan. Secara khusus sikap para siswa untuk

tunduk dan taat ketika para guru memberikan bimbingan kepada para

siswa/I. Sikap terhadap belajar sangat erat kaitannya dengan kemandirian.

Melatih sikap belajar sebagian besar adalah melatih kemandirian para

peserta didik. Jadi sikap atau tindakan siswa Kristen di tuntut untuk melatih

dirinya dengan tujuan tercapainya kualitas peningkatan perilaku siswa yang

baik.

Dari fakta tersebut, bagaimana siswa/I Kristen Kelas IX SMP Sultan

31
Muhibbin Syah, Psikologi Belajar (Jakarta: PT Rajagrafindo, 2000)., 120
18

Iskandar Muda Medan tentang pengaruh sikap belajar?

Rumusan Masalah

Menurut Pariata Westrabahwa “ suatu masalah yang terjadi apabila

seseorang berusaha mencoba suatu tujuan atau percobaan nya yang

pertama untukmencapai tujuani tuhingga berhasil.”MenurutSutrisnoHadi

“masalah adalah kejadian yang menimbulkan pertanyaan kenapa dan

kenapa”.Sebagai mana ditulis oleh Sukajati,Bahwa pada intinya,rumusan

masalah seharusnya mengandung deskripsi tentang kenyataan yang

ada dan keadaan yang diinginkan.Perumusan masalah merupakan usaha

untuk menyatakan secara tertulis pertanyaan-pertanyaan yang ingin dicari

jawaban nya melalui penelitian.32

Dari batasan yang saya pilih oleh peneliti maka diciptakan rumusan

masalah sebagai berikut :

Pertama, bagaimana pemahaman siswa/I Kelas IX SMP Sultan

Iskandar Muda Medan tentang Prinsip Hidup Orang Bijak berdasarkan

Efesus 5:1-21 ?

Kedua, bagaimana perilaku belajar siswa/I Kelas IX SMP Sultan

Iskandar Muda ?

Ketiga, bagaimana pengaruh prinsip hidup orang bijak berdasarkan

Efesus 5:1-21 terhadap perilaku belajar siswa/I Kelas IX SMP Sultan

32
SoenoRahardjo, Metodologi Penelitian Lanjutan,13.
19

Iskandar Muda Medan ?

Penjelasan Istilah

Pengaruh pemahaman siswa/I kelas IX SMP Sultan Iskandar Muda

Medan tentang prinsip hidup orang bijak berdasarkan Efesus 5:1-22 terhadap

perilaku belajar siswa/I Kristen. Dari judul dapat diuraikan sebagai berikut :

Alkitab merupakan sumber dasar dan prinsip hidup Kristiani yang

membimbing manusia untuk mengenal Allah. Memperhatikan hidup secara

saksama adalah hal yang paling penting. Karena Firman Tuhan berkata,

“siapa bijak hati, memperhatikan perintah-perintah. Tetapi siapa berliku-liku

jalannya, akan diketahui. Prinsip hidup yang bijak merupakan prinsip yang

harus di perhatikan dalam membangun kehidupan33. Prinsip merupakan

suatu kebenaran yang sesungguhnya dan fundamental yang berlaku secara

universal bagi semua umat manusia. Prinsip merupakan pedoman

berperilaku, yang berupa nilai-nilai permanen dan mendasar34. Hidup bijak

merupakan sikap seseorang yang dapat menyesuaikan atau menempatkan

diri. Orang yang hidup bijaksana pada umumnya memiliki kemampuan untuk

mengambil keputusan yang adil, baik, dan untuk dirinya, maupun kepada

orang lain. Menurut Stevenson berpendapat bahwa bijak merupakan manusia

yang kehidupannya menggunakan akal budi dengan berdasarkan

pengalaman dan pengetahuannya35. Seorang siswa pelajar tentu harus


33
34
Hassanudin, Biopsikologi Pembelajaran Teori Dan Aplikasi (Banda Aceh: IKAPI, 2020).,
415
35
Achmad Noor Fatirul, Wisers Habits Dalam Pembelajaran (Tangerang: Pascal Books,
20

mengetahui, bahwa hidup bijak pasti menggunakan atau memanfaatkan

setiap kesempatan untuk memperbaiki perilaku dirinya dengan baik.

Jadi, pemahaman siswa/I tentang prinsip hidup orang bijak

berdasarkan Efesus 5:1-22 terhadap perilaku belajar berarti apakah

pengaruh ada pengaruh yang besar dari pemahaman siswa/I tentang prinsip

hidup orang bijak berdasarkan Efesus 5:1-22 terhadap perilaku belajar

mereka.

Tujuan Penelitian

Peneliti ingin mengetahui bagaimana pemahaman siswa/I kelas IX

SMP Sultan Iskandar Muda Medan tentang prinsip hidup orang bijak

berdasarkan Efesus 5:1-22 dan juga perilaku belajar mereka di sekolah

siswa/I kelas IX SMP Sultan Iskandar Muda Medan. Secara empiric

penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kecenderungan kualitas perilaku

belajar siswa/I yang membentuk aspek-aspek yang membentuk perilaku

mereka. Secara rinci penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi

tentang :

Pertama, untuk memperoleh gambaran pemahaman para siswa/I

kelas IX SMP Sultan Iskandar Muda Medan tentang prinsip hidup orang bijak

berdasarkan Efesus 5:1-22 dalam perilaku belajar mereka.

Kedua, untuk memperoleh gambaran bagaimana perilaku belajar

siswa/I kelas IX SMP Sultan Iskandar Muda.

2021)., 61
21

Ketiga, untuk memperoleh gambaran apakah ada pengaruh yang

signifikan antara pemahaman siswa/I Kristen kelas IX SMP Sultan Iskandar

Muda Medan tentang prinsip hidup orang bijak berdasarkan Efesus 5:1-22

terharap perilaku belajar siswa/I Kelas IX SMP Sultan Iskandar Muda Medan.

Kepentingan Penelitian

Andreas B. Subagyo mengatakan bahwa kepentingan penelitian dari

segi teoritis dan segi praktis. Dari segi teoritis yaitu : hasil penelitian akan

dapat disumbangkan kepada dunia ilmu pengetahuan. Sedangkan dari segi

praktis, hasil penelitian akan dapat disumbangkan kepada penerapan ilmu

pengetahuan.36 Hasil penelitian tentang pengaruh pemahaman siswa/I kelas

IX SMP Sultan Iskandar Muda tentang prinsip hidup orang bijak berdasarkan

Efesus 5:1-22 terhadap perilaku belajar siswa/I, di harapkan memberikan

kontribusi bagi berbagai pihak. Adapaun kepentingan sebagai berikut :

36
Andreas Bambang Subagyo, Pengantar Riset Kualitatif Dan
Kuantitatif (Bandung: Kalam Hidup, 2004).217
22

Kepentingan Teoritis

Secara teori diharapakan penelitian ini dapat memberikan manfaat di

bidang ilmu bagi kalangan pelajar, khususnya siswa/I kelas IX SMP Sultan

Iskandar Muda Medan untuk meningkatkan perilaku belajar siswa/I tersebut.

Kepentingan Praktis

Pertama, hasil penelitian ini dapat dijadikan pembelajaran atau bekal

bagi setiap siswa/I Kristen kelas IX SMP Sultan Iskandar Muda Medan untuk

berperilaku belajar mereka.

Kedua, penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi kalangan siswa/I

kelas IX SMP Sultan Iskandar Muda Medan agar lebih mengevaluasi diri

secara pribadi terhadap perilaku belajarnya sebagai murid-murid teladan

Kristus yang baik.

Ketiga, hasil penelitian ini diharapkan kontribusi bagi setiap pembaca

khususnya, para siswa/I pelajar dan sekolah Tinggi Teologi Baptis Medan

(STTBM).
23

BAB II
LANDASAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR
DAN RUMUSAN HIPOTESIS

Menurut Ngendam Sembiring : “Landasan Teori adalah teori yang

relevan yang dapat digunakan untuk menjelaskan variabel yang akan diteliti,

sebagai dasar untuk memberi jawaban sementara terhadap rumusan

masalah yang diajukan (hipotesis) serta instrument penilaian”37. Sugiyono

menyatakan bahwa “landasan teori merupakan ciri penelitian sebagai bukti

cara ilmiah mendapatkan data. Fungsi teori ini untuk memperjelas dan

mempertajam ruang lingkup (konstruk) variabel yang akan di teliti, untuk

merumuskan hipotesis dan menyusun instrument penelitian.38

Dalam bab II ini akan diuraikan tentang landasan teori yang difokuskan

kepada masalah penelitian. Untuk membangun sebuah landasan teori perlu

dibangun kerangka berpikir serta rumusan hipotesisnya. Hal tersebut diawali

dengan mengadakan penelitian pustaka. Penelitian pustaka merupakan

salah satu bagian yang sangat penting dalam penelitian ilmiah. Penelitian

pustaka difokuskan pada buku-buku yang menjelaskan tentang “Pengaruh

Tentang Prinsip Hidup Orang Bijak Berdasarkan Efesus 5:1-21 Terhadap

Perilaku Belajar Siswa Kelas IX SMP Sultan Iskandar Muda Medan”.

37
Ngendam Sembiring, Metodologi Penelitian (Medan: Diktat, 2012)., 60
38
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Dan Kualitatif (Yogyakarta: Graha Ilmu,
2006)., 49.
24

Perilaku Belajar Siswa (Variabel Y)

Menurut Walgito, perilaku merupakan “suatu aktivitas yang mengalami

perubahan dalam diri individu”.39 Dalam penjelasan tersebut Walgito juga

menjelaskan bahwa perubahan perilaku belajar siswa/I itu di dapat dalam

segi kognitif dan afektif. Purwanto mengemukakan bahwa “hasil belajar

adalah perubahan perilaku siswa/I disebabkan karena siswa/I tersebut

mencapai penguasaan atas sejumlah bahan yang diberikan dalam proses

belajar mengajar”.40 Dalam ilmu psikologi pendidikan menyatakan bahwa

“perilaku belajar yang baik akan berhasil, jika guru dan siswa terjalin interaksi

yang saling menunjang dan mendukung. Sehingga proses pembelajaran

dapat terlaksana dengan baik yang disertai dengan perubahan perilaku siswa

dalam belajar”.41

Perilaku juga merupakan bagian dari nilai karakter yang di artikan

sebagai identitas atau jati diri dan menjadai acuan tata nilai interaksi antar

manusia.42 Anne Lockwood yang menjelaskan bahwa “perilaku dapat

membentuk para siswa/I secara langsung dan sistematis yang dipengaruhi

secara eksplisit. Yang berarti bahwa perilaku merupakan bagian dari ilmu

psikologi (ilmu perilaku) yang berkaitan dengan kegagalan atau

39
Hadion Wijoyo, Monograf Pengaruh Komunikasi Interpersonal Dan Kecerdasan

Emosional Terhadap Perilaku Belajar Siswa (Sumatera Barat: IKAPI, 2021)., 12


40
Mulyoto, “Konvergensi,” Jurnal Konvergensi IX (111AD): 111.
41
Setianto, Sosiologi Pendidikan., 22
42
Samani, Pendidikan Karakter., 31
25

keterbatasan”.43 Watson mejelaskan bahwa perilaku manusia terdiri dari

refleks terkondisi dan di kontrol dari lingkungannya yang bisa mengatur

tingkah laku anak menjadi seorang yang ia kehendaki. Menurut ahli pskologi

tidak semua perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar. Perubahan

perilaku belajar siswa/I itu dikarenakan perubahan faktor kematangan, karena

lupa, karena minum minuman keras.

Thorndike juga menjelaskan bahwa “perilaku belajar adalah proses

interaksi antara stimulus (berupa pikiran, perasaan, atau gerakan) dan

respon (juga bisa berbentuk pikiran, perasaan, atau gerakan)”.44 Kejelasan

dari pernyataan tersebut perubahan perilaku belajar itu boleh berwujud

sesuatu yang konkret (dapat diamati). Meskipun Thorndike tidak menjelaskan

secara detail bagamaina cara mengukur berbagi perilaku belajar yang

nonkonkret itu (dimana pengukuran adalah salah satu hal yang menjadi

obsesi semua penganut teori tingkah laku). Lacman juga menyatakan bahwa

“belajar di tandai dengan adanya perubahan tingkah laku sebagai dampak

dari pengalaman siswa/I yang di dapatkannya.45

Belajar merupakan proses kerja sama. Dalam hal ini dapat diartikan

bahwa manusia saling berinteraksi, saling bergantungan, saling membantu,

dan perlu belajar bersama. Belajar juga merupakan proses yang terjadi

dalam diri individu yang di lakukan oleh siswa itu sendiri. Proses belajar

43
Khoe Yang Tun, Filsafat Pendidikan Kristen (Yogyakarta: ANDI, 2021)., 151
44
Thorndike, Journal Of Educational Physcology, (Indonesian : Guepedia, 2000), 1
45
dkk Agus Priwanto, Pengaruh Pendidikan Kewirausahaan (Jakarta: Pustaka Ilmu,
2021)., 1
26

siswa mampu mengubah siswa/I dalam berperilaku yang baik terhadap

pengetahuan, sikap, dan perilaku manusia yang saling bersangkutan.

Howard L Kingskey mengatakan bahwa “learning is the process by which

behavior (in the broader sence) is originated or changed through pactice or

training” artinya, belajar adalah proses dimana tingkah laku (dalam arti luas)

ditumbuhkan atau diubah melalui praktik atau latihan.

Slameto juga merumuskan pengertian tentang belajar, yang

menjelaskan bahwa belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan

individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara

keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi

dengan lingkungannya. Jadi, dilihat dari beberapa pengertian dari para ahli

dapat disimpulkan bahwa, perilaku belajar merupakan suatu proses

perubahan baru terhadap siswa/I secara keseluruhan untuk memperoleh

perilaku yang baru sekaligus menjadi hasil dari pengalaman individu sendiri

dalam berinteraksi dengan lingkungannya.

Adanya perilaku belajar siswa di sebabkan adanya perbedaan

karakteristik yang menentukan perilaku belajar. Skinner meyakini bahwa

“perilaku dikontrol melalui proses operant conditioning atau pengondisian

yang merupakan suatu proses penguatan perilaku operan (positif dan negatif)

yang dapat mengakibatkan berulang kembali”.46

Yang terpenting adalah, siswa/I yang telah melakukan kegiatan belajar

sebagai upaya untuk memperoleh tingkah laku, tetapi karena berbagai

46
Yulia Pramusinta, Belajar Dan Pembelajaran (Jawa Tengah: Publishing, 2022)., 22
27

macam pengaruh negatif dari faktor perilaku belajar internal dan eksternal

yang dapat menimbulkan kesalahan belajar siswa/I dalam upaya

memperoleh perubahan tingkah laku yang diinginkannya. Jadi kegiatan

belajar tidak selalu membuahkan hasil belajar, tetapi meskipun seorang

mengalami seorang mengalami kegagalan dalam upaya memperoleh

perubahan tingkah laku, maka kegiatan berupaya untuk memperoleh

perubahan itu diakui sebagai kegiatan belajar.47 Hasil belajar akan tampak

pada perubahan perilaku belajarnya. Siswa/I yang belajar akan mengalami

perubahan perilaku sebagai akibat aktivitas belajarnya. Yakni, pengetahuan

dan keterampilannya akan bertambah, dan penguasaan nilai-nilai dan

sikapnya semakin lebih baik.

Ranah Kognitif (Dy1)

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kognitif adalah berhubungan

dengan atau melibatkan kognisi, berdasarkan kepada pengetahuan yang

empiris.48 Menurut Benyamin Taksonomi Bloom tujuan kognitif berkenaan

dengan hasil belajar intelektual terdiri dari enam aspek yaitu : pengetahuan,

pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, Evaluasi. Tujuan dari pada

kognitif tersebut berorientasi kepada kemampuan berpikir, mencakup

kemampuan intelektual yang lebih sederhana, yaitu mengingat sampai pada

tahapan dalam pemecahan suatu masalah yang menuntut siswa/I dalam

47
Endang Sri Wahyuni, Model Pembelajaran Masatery Learning (Yogyakarta:
Deppublish, 2020)., 35
48
KBBI Kognitif
28

memecahkan masalah tersebut.49 Diantara enam aspek yang disebutkan,

beberapa diantara enam aspek tersebut yang akan diteliti. Diantaranya

adalah :

Pengetahuan Belajar Siswa

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengetahuan merupakan

sesuatu yang diketahui yang berhubungan dengan prosedur proses

pembelajaran.50 Proses pengetahuan ini dipengaruhi berbagai faktor dari

dalam, seperti motivasi dan faktor luar berupa sarana informasi yang tersedia

serta keadaan sosial budaya. Dalam pandangan Khrisnamurti mengatakan,

bahwa seringkali pengetahuan memperbudak cara orang berpikir, dan ini

dikarenakan adanya pengetahuan beberapa orang berpikir mengetahuinya

sehingga dengan sadar atau tidak sadar menutup pengetahuan yang baru.51

Dalam proses pengetahuan dalam belajar siswa/I, pembelajaran bukan

hanya mendengar pengetahuan saja tetapi yang terpenting adalah

kesadaran, perhatian, dan rendah hati. Dan pengetahuan tersebut tentu di

dasari dengan pengetahuan akan Firman Allah yang dimiliki oleh setiap

orang, terutama siswa/I yang ada disekolah saat ini (Amsal 1:7). Proses

pengetahuan belajar siswa/I khusus dalam ranah kognitif Pendidikan Agama

Kristen juga sangat penting mereka terima.

Aswan Zain menjelaskan, bahwa siswa/I Kristen yang memperoleh

49
Suryo Hartanto, Lean Manufacturing Goes To School (Jawa Tengah: CV Sarnung
Untung, 2015)., 75
50
Suhardi, Prefensi Filsafat Ilmu (Medan: Pusdikra Mitra Jaya, 2021)., 12
51
Priska Vasantan, Blended Learning Sebagai Strategi Transfer Pengetahuan Di
Daerah Tertinggal (Yogyakarta: Deppublish, 2012)., 18
29

pengetahuan tentang Pendidikan Agama Kristen dengan tujuan agar mereka

menyadari akan Kasih Allah sebagaimana dinyatakan di dalam Kristus Yesus

dan menanggapi kasih tersebut melalui iman dan sarana yang menolong

para siswa/I untuk bertumbuh di dalam pengajaran Firman Allah. Bertumbuh

yang dijelaskan maksudnya adalah bertumbuh sebagai anak Allah, hidup

sesuai dengan kehendak Allah dan bersekutu dengan sesama.

Paulus L. Kristanto mengatakan pengetahuan Pendidikan Agama

Kristen merupakan proses pengajaran pembelajaran yang bersumber dari

Firman Tuhan (Alkitab), berpusat kepada Kristus Yesus dan bergantung pada

kuasa Roh Kudus yang membimbing semua umat manusia dalam proses

pertumbuhan pengetahuannya sekaligus memperlengkapi para siswa secara

pengetahuan dalam mendewasakan para siswa/I.52 Namun, jika seseorang

merasa dirinya mengetahui segalanya maka akan menutup perhatian, dan

kesadarannya untuk memperdalam pengetahuan orang tersebut. Sehingga

itu akan terhalangnya motivasi belajar untuk lebih tahu pengetahuan tersebut.

Namun, fenomena yang terjadi sekarang ini masih banyak orang-orang yang

masih belum memiliki pengetahuan yang disadarkan dari Firman Allah. Itu

dilihat dari peneliti yang memperhatikan siswa/I di SMP Sultan Iskandar

Muda Medan yang belum memiliki pengetahuan akan pengenalan Firman

Tuhan.

Jadi, berdasarkan uraian diatas tersebut, dapat di simpulkan bahwa

52
Syukurman Zebua, Sibernetik Dalam Kualitas Pembelajaran Pendidikan Agama
Kristen (Jawa Tengah: IKAPI, 2020)., 62
30

pengetahuan adalah satu peroses, dimana orang yang sebelumnya tidak

tahu, melalui peroses menjadi tahu, menerima, dan dapat melakukan.

pengetahuan merupakan hal yang terpenting bagi siswa/I dan di tuntut untuk

bisa memahami uraian tentang pengetahuan ajaran Firman Allah dalam

hidupnya sehari-hari. Untuk itu, selama proses belajar siswa/I berlangsung

diharapkan mereka mampu mengetahui/mengingat setiap pelajaran-pelajaran

atau informasi yang disampaikan oleh gurunya termasuk dalam Pendidikan

Agama Kristen.

Pemahaman Belajar Siswa

Menurut Benyamin S. Bloom “pemahaman merupakan kemampuan

seseorang untuk mengerti atau memahami sesuatu setelah sesuatu itu di

ketahui dan diingat”.53 Sedangkan pernyataan dari Winkel yang menyatakan

“pemahaman mencakup kemampuan untuk menangkap makna dan arti dari

bahan yang dipelajari”.54

Pemahaman merupakan kesanggupan dalam mendefinisikan,

merumuskan kata yang sulit dengan perkataan sendiri. Dapat pula

merupakan kesanggupan dalam menafsirkan suatu teori atau melihat

konsekuensi atau implikasi, meramalkan kemungkinan atau akibat sesuatu.55

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, pemahaman berasal dari kata

paham yang artinya adalah mengerti atau tahu, sedangkan pemahaman

adalah proses, metode, perbuatan, memahami atau memahamkan56.


53
Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi (Jakarta: Rajawali Pers, 2011)., 50
54
W.S Winkel, Psikologi Pengajaran (Yogyakarta: Media Abadi, 2009)., 274
55
S. Nasution, Teknologi Pendidikan (Bandung: CV. Jammars, 1999)., 27
56
KBBI Pemahaman
31

Pemahaman merupakan salah satu bagian dari aspek kognitif

(pengetahuan). Penelitian terhadap aspek pengetahuan dapat dilakukan

melalui test lisan dan test tulisan. Teknik penilaian aspek pemahaman

caranya dengan mengajukan pernyataan yang benar dan keliru, dan urutan,

dengan pertanyaan berbentuk essay (open ended), yang menghendaki

uraian rumusan dengan kata-kata dan contoh-contoh.57

Ada beberapa faktor mempengaruhi pemahaman belajar siswa terbagi

menjadi dua bagian. yaitu :

Pertama, Faktor Internal. yang merupakan daya berpikir dalam

menggunakan inteleknya. Cepat tidaknya dan terpecahkan atau tidaknya

sesuatu masalah tergantung kepada kemampuan intelegensinya.

Maksudnya, ketika melihat intelegensinya, dapat mengatakan seseorang itu

pandai atau bodoh, pandai sekali atau cerdas (genius), dungu (idiot).58

Berpikir merupakan salah satu keaktifan pribadi manusia yang

mengakibatkan penemuan yang terarah kepada sesuatu tujuan. Artinya

dalam berpikir tentu menghasilkan pemahaman atau pengertian dari apa

yang kita kehendaki.

Kedua, Faktor Eksternal. Merupakan faktor dari orang yang

menyampaikan, karena penyampainya akan berpengaruh pada pemahaman.

Jika penyampaiannya bagus, maka orang akan lebih mudah mengerti apa

yang disampaikan, begitu pun sebaliknya.

57
Oemar Hamalik, Psikologi Belajar Mengajar (Bandung: Sinar Baru Algensindo,
2002)., 209
58
Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1996)., 52
32

Berdasarkan uraian diatas kedua faktor tersebut merupakan pengaruh

pemahaman siswa/I dalam belajar Pendidikan Agama Kristen dan bagaimana

hasil yang di dapatkan. Betapa pentingnya pemahaman siswa/I terhadap

Pendidikan Agama Kristen. Selain siswa/I tersebut sudah mengenal ajaran

Kristus, maka harapan pendidik siswa/I tersebut mampu memahami setiap

ajaran yang sudah diajarkan kepada mereka dan menerapkannya dalam

kehidupan sehari-hari.

Perlunya siswa/I tersebut memahami karena pembelajaran Pendidikan

Agama Kristen mencakup prinsip-prinsip yang akan menolong kehidupan

rohani oleh para peserta didik yang berpusat pada nilai-nilai hidup yang

terkandung dalam hidup, ajaran teladan Kristus (Christ Center Education).

Dalam pemahaman tersebut, Nuhamara mengemukakan bahwa “Pendidikan

Agama Kristen itu jauh lebih luas dari sekedar membangun karakter Kristiani,

namun karakter Kristiani sangat ensensial dalam Pendidikan Agama Kristen

tindakan dari dari karakter tersebut harus dilakukan karena iman tanpa

perbuatan adalah mati (Yakobus 2:26).59 Namun saat ini masih banyak

orang-orang dalam tingkat pemahaman belajar Pendidikan Agama Kristen

masih sangat kurang memahami akan setiap prinsip pengajaran Yesus.

Terbukti dari siswa/I Kristen kelas IX SMP Sultan Iskandar Muda Medan

masih belum sungguh-sungguh memahami tentang pengajaran Kristus dan

peneliti melihat dari cara mereka belajar dan nilai tugas yang selalu rendah.

59
Karlito Dias Markes, Journal Of Manna Raflessia, (Bengkulu : Manna Raflessia,
2020), 223
33

Jadi, berdasarkan uraian tersebut menyimpulkan bahwa orang-orang

yang memiliki pemahaman belajar yang baik sudah tentu memperoleh hasil

belajar dan perilaku yang baik dan mengenal setiap ajaran Kristus dengan

sungguh-sungguh.

Penerapan Belajar Siswa

Penerapan diartikan sebagai perbuatan dan menerapkan. Menurut

Usman penerapan merupakan “aktivitas, aksi, tindakan, atau adanya

mekanisme suatu sistem. Dan itu bukan hanya sebagai aktivitas, melainkan

suatu kegiatan yang terencana untuk mencapai tujuan kegiatan. Menurut

Mulyadi, penerapan juga diartikan sebagai tindakan dalam mencapai tujuan-

tujuan yang telah di tetapkan dalam suatu keputusan.60

Dalam proses pembelajaran penerapan juga menjadi peran penting

dalam pembentukan perilaku belajar siswa/I selama masa belajar. dimana

penerapan merupakan proses penggunaan pengetahuan dan pemahaman

siswa/I dalam memecahkan masalah dan menerapkannya dalam kehidupan

sehari-hari. Akhmad Sudrajat menjelaskan bahwa penerapan merupakan

kesanggupan seseorang untuk menerapkan atau menggunakan ide-ide

umum dan lain sebagainya.61

Jadi dapat disimpulkan bahwa penerapan adalah proses

mempergunakan pengetahuan dan pemahaman yang sudah dimiliki dalam

situasi dan kondisi yang diperlukan. Untuk menerapkan sesuatu hal,


60
Ahmadi David C.E Lisapaly, Efektifitas Penerapan Pembelajaran Daring (Bandung:
Media SAINS Indonesia, 2022)., 70
61
Andi Suryadi, Life Skill Dalam Pembelajaran Sejarah (Jawa Tengah: Lakiesha,
2019)., 223
34

diperlukan pengetahuan dan pemahaman yang menjadi syarat utamanya.

Penerapan merupakan proses berpikir setingkat lebih tinggi dibandingkan

dengan pemahaman. pemahaman dari Taksonomi Bloom penerapan

termasuk dalam kategori dari kognitif. Tujuan penerapan belajar siswa/I yaitu

untuk melatih dan membiasakan siswa/I untuk memecahkan suatu masalah

yang dihadapinya dan menerapkan setiap ajaran-ajaran yang sudah

diberikan oleh gurunya, sekaligus mengubah watak kepribadiannya dari

pengajaran yang dia terima.

Pendidikan Agama Kristen juga sangat penting diterapkan oleh

siswa/I. dengan tujuan para siswa/I tersebut membangun hidup di dalam

iman Kristiani yang artinya membangun kesetiaan di dalam Tuhan serta

mengubah sikapnya dan dapat menjadi pengaruh baik jika siswa/I tersebut

menerapkan setiap pengajaran Kristus dengan baik dan itu dilakukan untuk

medisiplinkan dirinya. Bukti kita mengasihi Tuhan, maka haruslah kita

menerapkan pengajaran yang sudah diterima yang diajarkan secara

berulang-ulang (Ulangan 6:7). Tujuan utama dari penerapan Pendidikan

Agama Kristen itu dengan alasannya adalah “perintah” yang harus

dilakukan.62

Namun fenomena yang terjadi saat ini masih banyak orang-orang yang

belum menerapkan pengajaran Pendidikan Agama Kristen dalam hidupnya

sehari-hari. Itu terlihat bagaimana peneliti memperhatikan siswa/I kelas

62
Hasudungan Simatupang, Pengantar Pendidika Agama Kristen (Yogyakarta: ANDI,
2020)., 20
35

Kristen IX SMP Sultan Iskandar Muda Medan dalam pola hidupnya sehari-

hari, dan bahkan banyak pengaruh buruk seperti, penerapan kecakapan,

penerapan nilai-nilai Kristiani, dan penerapan dalam tindakan masih kurang.

Sehingga perilaku belajarnya akan memperoleh hasil yang tidak baik.

Jadi, berdasarkan penjelasan tersebut diatas peneliti menyimpulkan

bahwa orang-orang yang menerapkan pembelajaran Pendidikan Agama

Kristen dalam hidupnya maka ia memperoleh hasil perilaku belajar dan watak

yang baik dan dapat menjadi pengaruh dalam hidupnya sehari-hari.

Ranah Afektif (Dy2)

Belajar afektif berbeda dengan belajar intelektual dan keterampilan,

karena segi afektif sangat bersifat subjektif, lebih muda berubah, dan tidak

ada materi khusus yang harus dipelajari.63

Afektif dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah berkenaan

dengan perasaan (seperti takut, cinta); mempengaruhi perasaan emosi;

mempunyai gaya atau makna yang menunjukkan perasaan (tentang gaya

bahasa atau makan).64 Penilaian siswa/I terhadap perilaku belajar tentu

sangat berpengaruh nantinya perilaku siswa/I di masa depan. Afektif juga

berkenaan dengan sikap dan nilai. Tipe perilaku belajar afektif yang baik

dalam berperilaku belajar akan terlihat pada siswa/I itu sendiri dengan

berbagai tingkah laku seperti perhatiannya terhadap pelajaran, disiplin,

63
Nana Syaodih, Landasan Psikologi Proses Pendidikan (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2003)., 192.
64
KBBI Ranah Afektif
36

motivasi belajar, menghargai guru dan teman sekelasnya, kebiasaan, dan

hubungan sosial.65 Ranah afektif yang dimaksud dalam perilaku belajar yang

melibatkan perasaan atau nilai terhadap fakta atau konsep yang dipelajari

yang disajikan dalam bentuk penerimaan materi belajar, respon yang

diberikan dan internalisasi.66 Bloom menyatakan bahwa “domain afektif,

sama halnya dengan domain kognitif, tersusun dalam urutan hierarkis

sehingga masing-masing kategori perilaku akan diasumsikan dan merupakan

hasil dari kategori perilaku dibawahnya”.67 Domain afektif di dasari oleh

prinsip dari sederhana kompleks atau prinsip dari konkret ke abstrak, seperti

pada domain kognitif. Analisis tujuan afektif dilakukan untuk menentukan

karakteristiknya yang unik. Harapanya adalah untuk menemukan faktor-

faktor yang diperlukan agar domain afektif menjadi kontinum. Afektif domain

(ranah afektif) berisi perilaku- perilaku yang menekankan aspek perasaan,

minat, sikap, apresiasi, dan cara penyesuaian diri. Ada lima aspek dari ranah

kognitif. Yaitu : penerimaan, menanggapi, menilai, mengola, dan karateristik.

Namun peneliti akan lebih menfokus kan dari beberapa aspek tersebut, yang

akan diteliti. Diantaranya :

Penerimaan Belajar Siswa

65
66

67
Hamzah, Belajar Dengan Pendekatan (Jakarta: Bumi Aksara, 2022)., 2
37

Yang dimaksud dengan penerimaan adalah kemauan/minat seorang

murid dalam memperhatikan hal-hal atau rangsangan tertentu, baik dalam

kegiatan dalam kelas seperti : buku pelajaran, bermain musik, dan

sebagainya. Dalam pengajaran pembelajaran hal ini menyangkut tentang

bagaimana siswa/I itu mendapatkan, memikat, dan mengarahkan perhatian

dan minatnya dalam menerima pembelajaran68. Penerimaan/receiving ini

merupakan tingkat hasil belajar merupakan dari ranah afektif yang paling

rendah. Dalam pembelajaran ada beberapa hal yang akan diperhatikan dari

tindakan siswa/I bagaimana mereka menerima setiap pembelajaran yang

sudah diberikan. Diantaranya adalah sebagai berikut :

Mendengar. Merupakan salah satu aspek yang sangat penting dalam

menghasilkan komunikasi yang efektif. Dalam keberhasilan proses

komunikasi amat ditentukan dalam keseriusan para siswa/I yang terlibat

dalam untuk memperhatikan, mendengarkan, dan memahami informasi atau

pesan yang disampaikan kepada mereka. Tanpa dukungan pendengaran

yang baik, pasti proses komunikasi pembelajaran guru dan murid pasti akan

memperoleh komunikasi yang kurang baik.69 siswa/I perlu menjadi

pendengar yang efektif. Sehingga para guru yang terlibat sebagai pembicara

juga merasa bahwa mereka didengarkan dan dimengerti selama proses

belajar berlangsung. Dengan demikian jika guru dan muridnya saling

memperhatikan itu akan membangun lingkungan dimana guru dan para


68
Sebastianus Widanarto Prijowuntanto, Evaluasi Pembelajaran (Yogyakarta: Sanata
Dharma, 2016)., 86
69
Amrazi Zakso, Pengembangan Pengelolaan Sekolah Dalam Peningkatan
Kompetensi Guru (Bogor: IPB Press, 2019)., 25
38

siswa/I akan merasa nyaman dalam menyampaikan ide, opini, dan perasaan,

dalam pemecahan masalah yang secara kreatif serta menghemat waktu dari

kejadian kesalahpahaman dan menghindari tindakan emosional yang negatif.

Komunikasi yang Non Verbal. Merupakan komunikasi yang

menggunakan bahasa tubuh, ekspresi wajah, kontak mata, nada suara, dan

lain-lainnya. Menggunakan komunikasi non verbal pada umumnya sangat

membantu secara khusus dalam menjalin hubungan dengan orang lain.

komunikasi non verbal pada umumnya membantu siswa dan guru dalam

membangun hubungan yang baik dan akrab. Sama seperti halnya ketika guru

memberikan pujian bagi siswa/I nya karena atas keberhasilannya dalam tes

di sekolah.

Kesadaran emosional. Merupakan peran penting dalam hal

mendukung komunikasi baik guru maupun siswa/I nya dalam menjalankan

kegiatan proses pembelajaran di kelas. Emosional merupakan tindakan

reaktif terhadap suatu kejadian, suasana, atau situasi yang mendorong oleh

faktor emosional tersebut. Jika siswa/I mampu memiliki kecerdasan

emosionalnya yang baik, tentu mereka akan menunjukkan rasa senang, akan

bergairah dan bersemangat dalam belajar dan respon yang positif saat

siswa/I tersebut menerima pelajaran dan disertai motivasi belajar.70 Menurut

Daniel Goleman kecerdasan emosional merupakan kemampuan yang dimiliki

seseorang untuk memotivasi diri sendiri, bertahan menghadapi frustasi,

70
Jaja Jamaludin, Memahami Pendidikan Multilevel Multidimensional (Magelang:
Tidar Media, 2020)., 54
39

mengendalikan implus, menunda keputusan, mengatur suasana hati

seseorang, dan menjaga agar tidak membanjiri kemampuan berpikir

seseorang. Berdasarkan penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa jika

siswa/I memiliki kecerdasan emosional yang baik dalam pembelajaran maka

siswa/I tersebut bisa diajak dalam komunikasi dan membangun hubungan

yang kuat dan hubungan yang menguntungkan untuk mencapai hasil dengan

tujuan yang diharapkan.

Pembelajaran Pendidikan Agama Kristen dapat membentuk afektif dan

sangat tepat dalam mewujudkan transformasi nilai-nilai Kristiani dalam

kehidupan para siswa/I baik dalam pembentukan dan bagaimana mereka

menerima dengan rendah hati, mendengar, dan mengendalikan setiap

emosional dalam diri siswa/I setiap didikan dari pengajaran tersebut. Dalam

penjelasan tersebut, merupakan bagian pola penerimaan belajar siswa dari

tahapan ranah afektif yang harus dimiliki oleh setiap siswa/I dalam

melakukan proses belajar yang baik. jika siswa/I tersebut memiliki aspek-

aspek penerimaan yang belajar yang sudah dijelaskan tadi, bahwa pola

perilaku anak tersebut akan semakin lebih baik dan hasil belajarnya pun baik.

Namun fenomena yang terjadi saat ini masih banyak orang-orang yang

belum menerima pengajaran Pendidikan Agama Kristen dengan baik.

dikarenakan peneliti melihat siswa/I Kristen kelas IX belum sungguh-sungguh

menerima pengajaran tersebut sesuai aspek-aspek yang sudah di jelaskan.

Responding/Menanggapi
40

Menanggapi (responding), memiliki arti yaitu “adanya partisipasi aktif”.

Jadi kemampuan menanggapi merupakan kemampuan yang dimiliki

seseorang dalam mengikut sertakan dirinya secara aktif dalam fenomena

tertentu dan membuat reaksi terhadapnya dengan salah satu cara.71 Respon

siswa/I tersebut dilihat dari ekpresi, pendapat langsung perihal ketertarikan

media pembelajaran tersebut serta bagaimana bagaimana motivasi siswa/I

setelah menyimak pembelajaran tersebut. Respon tidak sama dengan

evaluasi hasil belajar, namun lebih berupa persepsi dari tanggapan siswa/I

terhadap pembelajaran tersebut.72

Menurut Robert Gagne yang menjelaskan bahwa,”respon merupakan

aliran psikologi belajar yang fokus bagaimana respon atau pancingan siswa

yang dihasilkan. Dengan semakin stimulus respon yang diberikan sesuai

dengan tahap perkembangan siswa/I tersebut maka respon siswa/I pun akan

semakin baik dan sebaliknya”.73 Siswa/I yang menerima respon dalam

belajar yang baik maka ia pun akan menunjukkan perubahan gaya

belajarnya. Hilgard menjelaskan bahwa “belajar merupakan proses dimana

perilaku akan muncul atau berubah karena adanya respon dan situasi.74 Ada

beberapa aspek-aspek respon siswa/I saat mengikuti pembelajaran,

diuraikan sebagai berikut :


71
Rabiudin, Evaluasi Pembelajaran (Bandung: Media SAINS Indonesia, 2021)., 60
72
Rusdi Susilana, Evaluasi Pembelajaran (Bandung: CV Wacana Prima, 2009)., 83
73
Dkk Fahrurrozi, Metode Pembelajaran Matematika (NTB: Universitas Hamzanwadi,
n.d.).38
74
Amral, Penerapan Belajar Everyone Is A Teacher Here (ETH) Melalui Penelitian
Tindakan Kelas (Jakarta: Guepedia, 2020).12
41

Stimulus dalam belajar. Merupakan pesan yang diterima oleh siswa/I

dari guru melalui informasi dalam bentuk stimulus. Stimulus dapat berbentuk

verbal/bahasa, visual, auditif, taktif, dan lain sebagainya. Stimulus dapat

dibagikan menjadi dua cara supaya siswa/I tersebut memperoleh pesan

informasi belajar dengan cepat. Pertama, adanya pengulangan biasanya

untuk menolong siswa/I untuk memperkuat pemahaman belajarnya. Kedua,

siswa/I tersebut menyampaikan kembali setiap pesan yang sudah diajarkan

oleh gurunya.

Adanya perhatian dan motivasi. Merupakan syarat utama dalam

proses belajar mengajar. Beberapa cara untuk menumbuhkan perhatian dan

motivasi melalui metode mengajar yang bervariasi. Misalnya dalam

memberikan pertanyaan kepada murid, dan memberikan kesempatan kepada

muridnya menyalurkan keinginan belajarnya, menggunakan alat media

belajar dan lain sebagainya yang dapat membangun perhatian siswa/I. dalam

meningkatkan motivasi itu diperoleh dari siswa/I tersebut.

Penguatan. Yang merupakan sumber penguat dalam belajar untuk

pemuasan kebutuhan baik dari dalam, maupun dari luar dirinya. Misalnya

seperti nilai, pengakuan prestasi, persetujuan pendapat murid, ganjaran, atau

hadiah-hadiah, dan lain sebagainya.75

Belajar akan terjadi jika adanya interaksi antar stimulus respon.

Thorndike menjelaskan belajar merupakan proses interaksi antar stimulus

75
Anis Fua’adah, Pembelajaran Metode Tutor Sebaya Untuk Meningkatkan Prestasi
Dan Motivasi (NTB: Pusat Pengembangan Pendidikan Dan Penelitian Indonesia, 2021)., 6
42

dan respon. Menurut dari teori “Opera Conditioning” respon yang

memberikan efek yang sama terhadap lingkungan sekitar. Oleh karena itu,

penganut teori ini mengatakan bahwa segala tingkah laku merupakan hasil

dari conditioning yaitu hasil berbagai latihan atau kebiasaan bereaksi

terhadap syarat-syarat atau perangsang-perangsang tertentu yang ia alami

dalam kehidupannya.76

Dalam belajar Pendidikan Agama Kristen para siswa/I harus memiliki

adanya respon/tanggapannya yang positif dan itu dari karya Roh Kudus.

Siswa/I yang memiliki respon yang positif terhadap pengajaran Pendidikan

Agama Kristen, maka pola hidup sehari-harinya akan menghasilkan orang

Kristen yang menghasilkan buah roh dalam dirinya yang nyata dalam

hidupnya sehari-hari.77 Respon atau tanggapan positif yang sebenarnya itu

adalah kekristenan digambarkan sebagai sesuatu yang hidup, bertumbuh,

berproses atau dinamis, bagaikan manusia yang bertumbuh dari anak-anak

menuju dewasa yang berakar dan berbuah.

Jadi, berdasarkan penjelasan yang dimaksud dapat ditarik kesimpulan

bahwa respon positif siswa/I dalam pembelajaran merupakan suatu dorongan

siswa/I untuk memotivasi belajar mereka. Namun fenomena yang terjadi saat

ini, masih banyak orang-orang tidak memiliki respon positif untuk belajar

Pendidikan Agama Kristen. Peneliti memperhatikan dari siswa/I Kristen Kelas

IX SMP Sultan Iskandar Muda Medan yang tidak sama sekali menunjukkan

76
Harianto GP, Pendidikan Agama Kristen Dalam Alkitab Dan Dunia Pendidikan
Masa Kini (Yogyakarta: ANDI, 2012)., 192-193
77
Zebua, Sibernetik Dalam Kualitas Pembelajaran Pendidikan Agama Kristen., 69
43

respon positif dalam belajar Pendidikan Agama Kristen dalam hal belajar

Alkitab, tidak mau ditunjuk untuk berdoa, dan tidak mau mengerjakan tugas-

tugasnya.

Penilaian/Valuing

Penilaian dalam ranah afektif merupakan penilaian terhadap aspek-

aspek-aspek non-intelektual seperti sikap, minat, dan motivasi. Penilaian

menjadi peranan yang penting untuk mengingat afektif yang berpengaruh

terhadap perilaku siswa/I di masa depan. Dalam ranah tersebut harapan guru

ketika memberikan pembelajaran siswa/I memiliki sikap positif yang baik

terhadap belajar. Karena banyak studi yang menunjukkan bahwa sikap dan

minat sangat berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa/I.78 Sikap siswa/I

yang merupakan sebagai penilaian terhadap perilaku dan keyakinan siswa/I

tersebut terhadap suatu objek, fenomena, atau masalah. Penilaian ini dapat

di lakukan dengan beberapa cara, yaitu : pertama, obersvasi perilaku siswa

misalnya, kerja sama, inisiatif, perhatian. Kedua, mengajukan pertanyaan

langsung, misalnya tanggapan terhadap tata tertib sekolah yang baru, dan

laporan pribadi. Penilaian yang dilakukan oleh guru kepada siswa/I sangat

berguna untuk mengukur ketercapaian proses belajar tersebut. Hasil ukur

nantinya akan diperoleh siswa/I agar mereka mengetahui sudah sejauh mana

78
Trianto, Desain Pengembangan Pembelajaran Tematik (Jakarta: Kencana Prenada
Media Group, 2011)., 276
44

tingkat keberhasilan mereka dalam memahami mata pelajaran tersebut.

Sehingga dengan siswa/I mengetahui sejauh mana hasil ataupun kemajuan

belajarnya, itu dapat memberi makna kepada murid untuk merencanakan

ataupun menentukan perilakunya di masa yang akan datang.79 Jadi dalam

penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa penilain dilakukan dengan

tujuan untuk mengukur ketercapaian bagi sekolah, dalam meningkatkan

kualitas dan mutu sekolahnya dan meningkatkan kualitas siswa/I dalam cara

belajarnya.

Pendidikan Agama Kristen dapat membentuk ranah afektif siswa/I

dalam tingkat penilaiannya tentunya pemahaman pengenalannya akan Allah

dan menuruti setiap pengajarannya dengan baik sehingga para siswa/I akan

mewujudkan nilai-nilai Kristiani yang bermakna yang dapat dilihat dalam

kehidupannya sehari-hari. Jadi, penilaian yang harus dicapai oleh siswa/I

Kristen yaitu sikap dan penerapan hidupnya. Siswa/I yang memiliki sikap

yang baik dan bertanggung jawab maka seluruh hidup siswa/ tersebut akan

hidup dalam iman dan menerapkan pegajaran Agama Kristen dengan baik

melalui kehidupannya yang takut akan Tuhan80. Namun, fenomena yang

terjadi saat ini masih banyak orang-orang yang tidak memiliki nilai-nilai

kekristenan dengan baik. peneliti memperhatikan siswa/I Kristen kelas IX

SMP Sultan Iskandar Muda Medan yang tidak menunjukkan sikap yang

mencerminkan tentang pengenalan akan Kristus dari cara sikap belajarnya


79
Yahya Hairun, Evaluasi Dan Penilaian Dalam Pembelajaran (Yogyakarta:
Deppublish, 2020)., 61
80
Sri Wahyuni, Peran Guru Pendidikan Agama Kristen (Jawa Tengah: Nasya
Expanding Management, 2021)., 25
45

yang tidak disiplin dan tidak mengikuti setiap tata aturan yang ada disekolah.

Jadi, dalam uraian secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa, : penilaian

belajar siswa sangat besar pengaruhnya dari perilaku belajar para siswa/I

tersebut serta berani bertanggung jawab.

Dari uraian tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa perilaku belajar

siswa/I dari ranah afektif merupakan sikap dan nilai yang harus di miliki oleh

siswa yang dapat dilihat dari perilaku belajarnya di dalam kelas. Seperti

perhatiannya di dalam menanggapi pembelajaran, disiplin, memiliki motivasi

belajar yang baik, menghargai guru dan teman sekelas, kebiasaan belajar

hubungan sosialnya di dalam kelas.

Berdasarkan semua penjelasan diatas, bahwa ranah kognitif dan

afektif sangat besar pengaruhnya bagi siswa/I Kristen dalam belajar. Namun

penelitii melihat, bahwa siswa/I Kristen Kelas IX SMP Sultan Iskandar Muda

Medan yang masih belum memahami tentang konsep kognitif dan afektif, dan

itu di karenakan tidak memiliki prinsip hidup bijak didalam diri siswa.

Sehingga perilaku belajar siswa/I masih sangat rendah tingkat pemahaman,

pengetahuan, dan respon siswa/ terhadap pembelajaran tersebut, terutama

pelajaran Pendidikan Agama Kristen.

Pengaruh Prinsip Hidup Orang Bijak Berdasarkan


Efesus 5:1-21 Terhadap Perilaku Belajar Siswa Kelas IX
Di SMP Sultan Iskandar Muda Medan (Variabel X)

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia pengaruh artinya daya yang

timbul dari sesuatu (orang atau benda) yang ikut. Mempengaruhi watak atau
46

perbuatan seseorang.81

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia prinsip adalah dasar, asas

kebenaran (kebenaran yang menjadi dasar berpikir, bertindak dan

sebagainya).82 Menurut Purwadarminta menjelaskan bahwa yang di maksud

kata prinsip adalah “asas dari kebenaran yang menjadi pokok dasar berpikir,

bertindak, dan sebagainya)”.83 Kata prinsip berasal dari kata latin yaitu

“principium” yang artinya penyebab utama, asas, atau dasar.84 Prinsip

merupakan sesuatu yang dipegang ataupun sesuatu panutan yang utama,

ataupun jadi sebuah pokok dalam berpikir serta berpijak yang butuh dipunyai

oleh setiap manusia. Apabila manusia tidak mempunyai suatu prinsip dalam

hidupnya hingga ia tidak hendak ketahui tujuan hidupnya itu, maka ia tidak

berarti apa-apa. Ayuni juga menjelaskan bahwa “prinsip merupakan sebuah

pandangan ataupun motto dalam diri seseorang yang akan menjadi patokan

orang tersebut dalam berperilaku dan bertutur sapa.85

Mengikuti prinsip hidup menurut Pdt. Warren Wiersbe adalah sangat

penting karena prinsip itu bersumber dari Firman-Nya. Prinsip hidup menurut

Rasul Paulus ialah hidup yang berfokus pada Yesus, oleh sebab itu Paulus

menulis “Karena Bagiku adalah Kristus Dan Mati adalah Keuntungan” (Fil.

1:21).86 Jadi dapat disimpulkan dalam pengertian diatas bahwa prinsip hidup

81
KBBI Pengertian Pengaruh
82
KBBI, Pengertian Prinsip
83
Sukarni, Hukum Perdagangan Internasional (Malang: UB Press, 2021).,51
84
Anis Umi Khoirotunnisa, Pengantar Belajar Dan Pembelajaran (Tasikmalaya:
IKAPI, 2022)., 27
85
Dkk Suprano, Politik Pendidikan (Jawa Timur: PUSTAKA ABADI, 2017)., 44
86
Warren Wiersbe, Pengertian Tentang Prinsip Hidup (Jakarta: Yayasan Gloria,
2020)., 512
47

artinya bersikap untuk mengikuti asas atau standart atau pokok atau acuan

baik dalam berkata-kata, berpikir, atau bertindak yang sesuai dengan maksud

Allah dan Firman-Nya di dalam menjalankan perilaku kehidupannya sehari-

hari sehingga perilaku dalam kehidupan seseorang akan berlangsung

dengan baik sesuai kehendak Tuhan.

Sesuai pengertian diatas, siswa/I dalam proses pembentukan dirinya

di sekolah pasti butuh prinsip/pegangan dan motto hidup dalam menjalani

prosesnya di sekolah. karena siswa yang memegang prinsip dalam hidupnya

akan ada perubahan perilaku yang baik dan di masa prosesnya siswa/I

tersebut akan menjadi anak yang sukses di masa depannya kelak.87 Karena

itu hidup Paulus dipenuhi dengan keadaan mutlak pada Allah, dan dia tidak

bermain-main akan panggilannya.

Bijaksana diartikan yaitu pandai dan hati-hati (cermat, teliti, dan

sebagainya) apabila menghadapi kesulitan dan sebagainya.88 Hidup bijak

merupakan seseorang yang selalu bertindak berdasarkan akal sehat dan

logis sehingga dapat bersikap tepat dalam menghadapi setiap keadaan dan

peristiwa. Hidup bijak diartikan dalam penjelasan tersebut adalah dimana

seseorang dapat menyesuaikan atau menempatkan diri dan segala

sesuatunya terhadap keadaan yang sedang terjadi. Umumnya, orang yang

bijaksana dapat mengambil keputusan yang adil dalam menjalani hidupnya

baik untuk dirinya sendiri maupun terhadap orang lain.89 Bijaksana atau
87
Rahmi Rahmadani, Belajar Dan Pembelajaran (Jakarta: Yayasan Kita Menulis,
2020)., 15
88
KBBI Hidup Bijaksana
89
M. Prawiro, Pengertian, Manfaat, dan ciri-ciri hidup bijaksana
48

hikmat sangat memiliki banyak arti. Bijaksana berarti menjadi arif, bisa

membuat pertimbangan yang baik, bisa membuat pilihan atau keputusan

yang tepat, tahu diri, tahu berterima kasih, cermat, hemat, bisa

mengendalikan dirinya, dan menghargai orang lain. Secara teoritis bijaksana

berarti mengetahui apa yang baik dan melakukannya. Seorang pelajar yang

baik pasti sangat perlu memiliki prinsip perilaku belajar yang baik dalam rupa-

rupa arti yang sudah dijelaskan diatas. Dimana siswa/I yang hidup belajar

yang bijaksana pasti akan menghadapi tanggung jawab yang makin besar

dan makin besar juga kebutuhan untuk bersifat bijak.90

Belajar merupakan suatu proses perubahan di dalam kepribadian

manusia, dan perubahan tersebut di tampakkan dalam bentuk peningkatan

kualitas dan kuantitas tingkah laku seperti peningkatan kecakapan,

pengetahuan, sikap kebiasaan, pemahaman, keterampilan, daya pikir, dan

lain-lain kemampuan91.

Berdasarkan penjelasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa prinsip

hidup bijak dalam belajar merupakan suatu dasar panutan utama yang

dimiliki oleh para pelajar yang dengan tujuan dalam membentuk proses

perubahan perilaku belajarnya yang dapat menghasilkan perubahan perilaku

yang baik. jika siswa/I memiliki prinsip hidup bijak belajar tentu siswa/I

tersebut akan memiliki hasil belajar yang baik. Pernyataan siswa/I dalam

memengang sebuah prinsip hidup bijak dalam perilaku belajar tentu sangat

(https://www.maxmanroe.com/vid/umum/arti-bijaksana.html) dikutip pukul 20.00


90
Andar Ismail, Selamat Menabur (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2008)., 8
91
Thursan Hakim, Belajar Secara Efektif (Jakarta: Niaga Swadaya, 2000)., 1
49

relevan. Supaya siswa/I pelajar PAK semakin ingat akan hidup arif

(bijaksana) dalam belajar. Pernyataan ini juga disampaikan dalam surat

Paulus (Efesus 5:15) kepada orang-orang (jemaat) yang ada di Efesus,

mengingatkan kembali supaya mereka hidup bijaksana, mempergunakan

waktu yang ada, sesuai dengan konteks dalam nats tersebut iblis berusaha

menghancurkan kehidupan orang-orang percaya. Maka sesuai yang di

sampaikan dalam ayat 16 “karena hari ini adalah jahat”. Yang perlu kita

sadari adalah bahwa dalam perjalanan waktu tersebut, Paulus

menyampaikan bahwa iblis terus berkarya untuk menjatuhkan anak-anak

Tuhan dan membawa mereka dalam perilaku yang tidak baik. Kalau anak-

anak Tuhan tidak bijaksana, tidak berpegang erat pada Tuhan, pada saat

itulah disebut waktu yang menjadi jahat, sebab anak-anak Tuhan meniti hari-

hari yang berbahaya.92 Jadi dalam teks ini Paulus menjelaskan di ayat 15

sebagaimana anak-anak Tuhan perlu memperhatikan dirinya dengan

saksama tentang bagaimana anak-anak Tuhan untuk hidup serta

menunjukkan dirinya akan sikap hidup yang telah diperbaharui.

Prinsip hidup orang bijak terhadap siswa/I Kristen tentu sangat

berpengaruh kepada perilaku belajar siswa. Paulus menyampaikan dalam

Efesus 5:1-21 jika anak-anak Tuhan yang memiliki prinsip hidup bijak tentu

dia akan memperhatikan dirinya dengan baik sekaligus memberi nasihat

kepada orang-orang percaya yang telah diperbaharui oleh Roh Kudus. Anak-

anak Tuhan yang memiliki prinsip hidup bijak akan semakin bertumbuh akan

92
Anne Avantie, Reformata Menyuarakan Kebenaran., 28
50

pengenalan akan Tuhan. Dalam penjelasan tersebut diatas, bahwa prinsip

hidup orang bijak mempunyai peranan penting dalam memperbaiki perilaku

belajar siswa/I. Jikalau siswa/I tersebut memperhatikan perilaku belajarnya

dengan baik, dan sesuai dengan Firman Tuhan maka hasil yang diperoleh

oleh siswa/I tersebut akan jauh lebih baik. Dan diperlukan juga akan

pemahaman dan respon siswa/I tentang prinsip hidup bijak dalam perilaku

belajar yang benar. Jika respon siswa/I tidak ada, maka perilaku belajar

mereka kurang baik.

Tinjauan Tentang Kitab Efesus

Sebelum peneliti menjelaskan hasil penelitian tentang variabel X,

terlebihn dahulu peneliti menjelaskan tentang latar belakang; tema; tujuan

penulis dan inti berita; dan analisa Kitab Efesus 5:1-21.

Teks Efesus 5:1-21 Dalam Bahasa Yunani

Γίνεσθε οὖν μιμηταὶ τοῦ Θεοῦ, ὡς τέκνα ἀγαπητά· (Eph 5:1 SCR)

καὶ περιπατεῖτε ἐν ἀγάπῃ, καθὼς καὶ ὁ Χριστὸς ἠγάπησεν ἡμᾶς καὶ

παρέδωκεν ἑαυτὸν ὑπὲρ ἡμῶν προσφορὰν καὶ θυσίαν τῷ Θεῷ εἰς ὀσμὴν

εὐωδίας. (Eph 5:2 SCR)

πορνεία δὲ καὶ πᾶσα ἀκαθαρσία ἢ πλεονεξία μηδὲ ὀνομαζέσθω ἐν ὑμῖν,


51

καθὼς πρέπει ἁγίοις· (Eph 5:3 SCR)

καὶ αἰσχρότης, καὶ μωρολογία, ἢ εὐτραπελία, τὰ οὐκ ἀνήκοντα· ἀλλὰ

μᾶλλον εὐχαριστία. (Eph 5:4 SCR)

τοῦτο γὰρ ἔστε γινώσκοντες, ὅτι πᾶς πόρνος, ἢ ἀκάθαρτος, ἢ πλεονέκτης,

ὅς ἐστιν εἰδωλολάτρης, οὐκ ἔχει κληρονομίαν ἐν τῇ βασιλείᾳ τοῦ Χριστοῦ καὶ

Θεοῦ. (Eph 5:5 SCR)

μηδεὶς ὑμᾶς ἀπατάτω κενοῖς λόγοις· διὰ ταῦτα γὰρ ἔρχεται ἡ ὀργὴ τοῦ

Θεοῦ ἐπὶ τοὺς υἱοὺς τῆς ἀπειθείας. (Eph 5:6 SCR)

μὴ οὖν γίνεσθε συμμέτοχοι αὐτῶν· (Eph 5:7 SCR)

ἦτε γάρ ποτε σκότος, νῦν δὲ φῶς ἐν Κυρίῳ· ὡς τέκνα φωτὸς περιπατεῖτε

(Eph 5:8 SCR)

ὁ γὰρ καρπὸς τοῦ Πνεύματος ἐν πάσῃ ἀγαθωσύνῃ καὶ δικαιοσύνῃ καὶ

ἀληθείᾳ, (Eph 5:9 SCR)

δοκιμάζοντες τί ἐστιν εὐάρεστον τῷ Κυρίῳ· (Eph 5:10 SCR)

καὶ μὴ συγκοινωνεῖτε τοῖς ἔργοις τοῖς ἀκάρποις τοῦ σκότους, μᾶλλον δὲ

καὶ ἐλέγχετε· (Eph 5:11 SCR)

τὰ γὰρ κρυφῇ γινόμενα ὑπ᾽ αὐτῶν αἰσχρόν ἐστι καὶ λέγειν.

(Eph 5:12 SCR)

τὰ δὲ πάντα ἐλεγχόμενα ὑπὸ τοῦ φωτὸς φανεροῦται· πᾶν γάρ τό

φανερούμενον φῶς ἐστί (Eph 5:13 SCR)

διὸ λέγει, Ἔγειραι ὁ καθεύδων καὶ ἀνάστα ἐκ τῶν νεκρῶν, καὶ ἐπιφαύσει

σοι ὁ Χριστός (Eph 5:14 SCR)


52

Βλέπετε οὖν πῶς ἀκριβῶς περιπατεῖτε, μὴ ὡς ἄσοφοι, ἀλλ᾽ ὡς σοφοί,

(Eph 5:15 SCR)

ἐξαγοραζόμενοι τὸν καιρόν, ὅτι αἱ ἡμέραι πονηραί εἰσι. (Eph 5:16 SCR)

διὰ τοῦτο μὴ γίνεσθε ἄφρονες, ἀλλὰ συνιέντες τί τὸ θέλημα τοῦ Κυρίου.

(Eph 5:17 SCR)

καὶ μὴ μεθύσκεσθε οἴνῳ, ἐν ᾧ ἐστιν ἀσωτία, ἀλλὰ πληροῦσθε ἐν

Πνεύματι, (Eph 5:18 SCR)

λαλοῦντες ἑαυτοῖς ψαλμοῖς καὶ ὕμνοις καὶ ᾠδαῖς πνευματικαῖς, ᾄδοντες

καὶ ψάλλοντες ἐν τῇ καρδίᾳ ὑμῶν τῷ Κυρίῳ, (Eph 5:19 SCR)

εὐχαριστοῦντες πάντοτε ὑπὲρ πάντων ἐν ὀνόματι τοῦ Κυρίου ἡμῶν Ἰησοῦ

Χριστοῦ τῷ Θεῷ καὶ πατρί, (Eph 5:20 SCR)

ὑποτασσόμενοι ἀλλήλοις ἐν φόβῳ Θεοῦ. (Eph 5:21 SCR)

Teks Dalam Bahasa Indonesia

5:1 Sebab itu jadilah penurut-penurut Allah, seperti anak-anak yang

kekasih

5:2 dan hiduplah di dalam kasih, sebagaimana Kristus Yesus juga telah

mengasihi kamu dan telah menyerahkan diri-Nya untuk kita sebagai

persembahan dan korban yang harum bagi Allah.

5:3 Tetapi percabulan dan rupa-rupa kecemaran atau keserakahan

disebut saja pun jangan di antara kamu, sebagaimana sepatutnya bagi

orang-orang kudus.

5:4 Demikian juga perkataan yang kotor, yang kosong atau yang
53

sembrono -- karena hal-hal ini tidak pantas -- tetapi sebaliknya

ucapkanlah syukur.

5:5 Karena ingatlah ini baik-baik: tidak ada orang sundal, orang cemar

atau orang serakah, artinya penyembah berhala, yang mendapat bagian

di dalam Kerajaan Kristus dan Allah.

5:6 Janganlah kamu disesatkan orang dengan kata-kata yang hampa,

karena hal-hal yang demikian mendatangkan murka Allah atas orang-

orang durhaka.

5:7 Sebab itu janganlah kamu berkawan dengan mereka.

5:8 Memang dahulu kamu adalah kegelapan, tetapi sekarang kamu

adalah terang di dalam Tuhan. Sebab itu hiduplah sebagai anak-anak

terang,

5:9 karena terang hanya berbuahkan kebaikan dan keadilan dan

kebenaran,

5:10 dan ujilah apa yang berkenan kepada Tuhan.

5:11 Janganlah turut mengambil bagian dalam perbuatan-perbuatan

kegelapan yang tidak berbuahkan apa-apa, tetapi sebaliknya

telanjangilah perbuatan-perbuatan itu.

5:12 Sebab menyebutkan saja pun apa yang dibuat oleh mereka di

tempat-tempat yang tersembunyi telah memalukan.

5:13 Tetapi segala sesuatu yang sudah ditelanjangi oleh terang itu

menjadi nampak, sebab semua yang nampak adalah terang.

5:14 Itulah sebabnya dikatakan: "Bangunlah, hai kamu yang tidur dan
54

bangkitlah dari antara orang mati dan Kristus akan bercahaya atas

kamu."

5:15 Karena itu, perhatikanlah dengan saksama, bagaimana kamu

hidup, janganlah seperti orang bebal, tetapi seperti orang arif,

5:16 dan pergunakanlah waktu yang ada, karena hari-hari ini adalah

jahat.

5:17 Sebab itu janganlah kamu bodoh, tetapi usahakanlah supaya kamu

mengerti kehendak Tuhan.

5:18 Dan janganlah kamu mabuk oleh anggur, karena anggur

menimbulkan hawa nafsu, tetapi hendaklah kamu penuh dengan Roh,

5:19 dan berkata-katalah seorang kepada yang lain dalam mazmur,

kidung puji-pujian dan nyanyian rohani. Bernyanyi dan bersoraklah bagi

Tuhan dengan segenap hati.

5:20 Ucaplah syukur senantiasa atas segala sesuatu dalam nama Tuhan

kita Yesus Kristus kepada Allah dan Bapa kita

5:21 dan rendahkanlah dirimu seorang kepada yang lain di dalam takut

akan Kristus.

Teks Dalam Bahasa Inggris (KJV)

Be ye therefore followers of God, as dear children; (Eph 5:1 KJV) And walk in

love, as Christ also hath loved us, and hath given himself for us an offering

and a sacrifice to God for a sweetsmelling savour. (Eph 5:2 KJV) But

fornication, and all uncleanness, or covetousness, let it not be once named


55

among you, as becometh saints; (Eph 5:3 KJV) Neither filthiness, nor foolish

talking, nor jesting, which are not convenient: but rather giving of thanks.

(Eph 5:4 KJV) For this ye know, that no whoremonger, nor unclean person,

nor covetous man, who is an idolater, hath any inheritance in the kingdom of

Christ and of God. (Eph 5:5 KJV) Let no man deceive you with vain words: for

because of these things cometh the wrath of God upon the children of

disobedience. (Eph 5:6 KJV) Be not ye therefore partakers with them.

(Eph 5:7 KJV) For ye were sometimes darkness, but now are ye light in the

Lord: walk as children of light: (Eph 5:8 KJV) (For the fruit of the Spirit is in all

goodness and righteousness and truth;) (Eph 5:9 KJV) Proving what is

acceptable unto the Lord. (Eph 5:10 KJV) And have no fellowship with the

unfruitful works of darkness, but rather reprove them. (Eph 5:11 KJV) For it is

a shame even to speak of those things which are done of them in secret.

(Eph 5:12 KJV) But all things that are reproved are made manifest by the

light: for whatsoever doth make manifest is light. (Eph 5:13 KJV) Wherefore

he saith, Awake thou that sleepest, and arise from the dead, and Christ shall

give thee light. (Eph 5:14 KJV) See then that ye walk circumspectly, not as

fools, but as wise, (Eph 5:15 KJV) Redeeming the time, because the days are

evil. (Eph 5:16 KJV) Wherefore be ye not unwise, but understanding what the

will of the Lord is. (Eph 5:17 KJV) And be not drunk with wine, wherein is

excess; but be filled with the Spirit; (Eph 5:18 KJV) Speaking to yourselves in

psalms and hymns and spiritual songs, singing and making melody in your

heart to the Lord; (Eph 5:19 KJV) Giving thanks always for all things unto God
56

and the Father in the name of our Lord Jesus Christ; (Eph 5:20 KJV)

Submitting yourselves one to another in the fear of God. (Eph 5:21 KJV).

Latar Belakang Kitab Efesus

Surat Efesus ini ditulis bukan untuk menghadapi ajaran sesat atau

masalah dalam jemaat. Melainkan surat ini di kirimkan dengan di bawa oleh

Tikhikus untuk menguatkan dan menghibur gereja-gereja di daerah tersebut.

Paulus telah menghabiskan waktu selama tiga tahun lebih bersama jemaat di

Efesus. Hal itu membuat Paulus sangat dekat dengan mereka, dan bertemu

dengan para penatua-penatua jemaat Efesus di Miletus (Kis. 20:17-38).

Dimana pertemuan Paulus dengan mereka penuh dengan kesedihan. Karena

ia akan meninggalkan mereka untuk yang terakhir kalinya. Karena surat ini

tidak menyebutkan orang-orang atau masalah-masalah di dalam jemaat

Efesus, dan karena tidak ada kata-kata di Efesus (Efesus 1:1).93

Dalam Latar belakang teologi surat Efesus yang menekankan gereja

sebagai gereja yang universal berpijak pada kehidupan gereja pada waktu

itu. Penulis surat Efesus dengan jemaat yang beraneka ragam itu terjadi

karena struktur sosiologis itu bukan sesuatu yang dasariah. Sedangkan

dasariah atau diartikan sebagai yang terpenting adalah kesatuan Iman

kepada Allah di dalam Yesus Kristus yang lebih alkitabiah dari masalah

keberaneka ragam secara sosiologis. Sehingga penulis kitab Efesus pada

93
Alkitab Penuntun, Latar Belakang Surat Efesus
57

prinsipnya mengakui bahwa dalam jemaat yang beriman kepada Yesus

Kristus terdapat keberanekaragaman.94

Penulis dan Tanggal Penulisan Kitab Efesus

Penulis kitab Efesus ialah Rasul Paulus menurut dari Efesus 1:1, yang

mengatakan “Dari Paulus Rasul Kristus Yesus atas kehendak Allah.” Paulus

dijadikan seorang rasul Kristus bukan oleh manusia, tetapi melalui kehendak

Allah. Rasul Paulus menulis surat ini sekitar tahun 62. Kedudukan ini

memberinya otoritas dalam menjabarkan tujuan kekal Allah mengenai gereja

dalam surat ini. Paulus sebagai rasul Kristus ditujukan kepada

kedudukannya, sedang ia sebagai rasul oleh kehendak Allah di tujukan

kepada kekuasaannya. Sebagai seorang rasul yang demikian, Paulus

menjadi penulis kitab ini.95 Yang menerima surat ini tentu adalah orang-orang

yang setia di dalam iman. Orang-orang yang setia yang disebutkan dalam

Efesus 4:13. Para penerima surat ini orang-orang setia di dalam Yesus

Kristus tidak saja memiliki kedudukan yang dikuduskan, juga memiliki

kehidupan yang setia. Mereka hidup dengan setia dalam iman mereka.

Maksud dan Tujuan Penulisan Kitab Efesus

Maksud dan tujuannya adalah, Paulus ingin memberikan nasihat

tentang persekutuan dan cara hidup bergereja (Efesus 1:10). Dan rencana
94
Yohanes Bambang Mulyono, Firman Hidup (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2002).,
95-96
95
Witness Lee, Pelajaran-Pelajaran Hayat Efesus (Jakarta: Yayasan Perpustakaan
Injil Indonesia, 2021)., 23
58

Tuhan diwujudkan dalam Kristus sehingga jemaat harus mempunyai

pengetahuan tentang anugerah Allah (Ef. 1:17; 3:18-19). Bahkan ditegaskan

kembali bahwa jemaat adalah pembangunan dan tubuh Kristus (Efesus 2:20-

22; 1-22-23; 4:1-6, 12, 15-16).96 Selain itu Rasul Paulus berdoa agar mereka

diteguhkan dan mengerti seluruh kekayaan akan rahmat Tuhan (Efesus 1:15-

21). Dan dalam Efesus 4:17-32, Rasul Paulus juga mengajak mereka untuk

“menanggalkan” jubbah kebiasaan (perilaku) mereka yang lama dan

“mengenakan” manusia barunya. Kalau tidak bersedia mengubah sikap dan

kebiasaan itu, maka hal itu akan “mendukakan Roh Kudus”. Dan di Efesus

5:1-21 yang menjelaskan akan teguran yang spesifik. Roh itu akan membina

kita memiliki pola hidup yang baru. Paulus menjelaskan bahwa anak-anak

Tuhan memiliki kewajiban untuk mengajar yang merupakan salah satu

interaksi antara pribadi-pribadi Kristen97. Selain itu Paulus juga menasihati

mereka, agar mereka menjadi “penurut-penurut Allah” (Efesus 5:1).98 Dalam

hal :

Pertama, jemaat harus “memelihara kesatuan Roh oleh ikatan damai

sejahtera” (Efesus 4:3), demi pertumbuhan dan perkembangannya.

Kedua, dalam soal perilaku orang-orang Kristen tidak boleh “turut

mengambil bagian dalam perbuatan-perbuatan kegelapan yang tidak

berbuahkan apa-apa (Efesus 5:11). Tetapi seharusnya mereka “penuh

dengan Roh”.
96
R.M. Drie S. Brotosudarno, Pengantar Perjanjian Baru (Yogyakarta: ANDI, 2000).,
227
97
Stanley Health, Di Serambi Kebakaan (Yogyakarta: ANDI, 2000)., 32
98
John Drane, Memahami Perjanjian Baru (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1996)., 386
59

Ketiga, Rasul Paulus mengingatkan supaya kehidupan orang Kristen

sekali lagi harus dikuasai oleh kasih yang rela memberi, baik dalam keluarga

(Efesus 5:21-6:4) maupun dalam pekerjaan (Efesus 6:5-9).

Prinsip Hidup Orang Bijak Berdasarkan


Kitab Efesus 5:1-21 (Variabel X)

Prinsip hidup merupakan sesuatu yang dipegang sebagai panutan

yang utama dan menjadi dasar dalam dalam hidup seseorang. Bijak

menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah tindakan yang sesuai

dengan akal sehat, yang dapat menghasilkan perilaku yang tepat sesuai dan

pas.99 Jadi berdasarkan kesimpulan diatas, Prinsip hidup bijak dalam belajar

merupakan salah satu upaya meningkatkan pembelajaran, baik bagi siswa

ataupun guru yang disertai dengan akal sehat yang dapat dengan tujuan

supaya perilaku belajar siswa/I akan semakin baik. Dalam upaya mencapai

hasil yang diinginkan agar proses belajar mengajar dapat berjalan dengan

baik antara pendidik dengan peserta didik.100

Berdasarkan penjelasan yang sudah diuraikan diatas, bahwa prinsip

hidup bijaksana tentu sangat di tekankan sekali khususnya bagi anak-anak

Tuhan yang sudah percaya dan mengenal Kristus dengan baik. Anak-anak

Kristen yang memiliki prinsip hidup bijak sudah tentu memiliki pola perilaku

belajar dan karakteristik yang baik. Untuk mencapai hasil perilaku belajar

99
Husaini, Pembelajaran Materi Pendidikan Akhlak (Medan: Pusdikra Mitra Jaya,
2021)., 140
100
Sutianah, Belajar Dan Pembelajaran., 113
60

siswa/I yang baik, tentu harus memiliki prinsip dalam belajar mereka. Prinsip

hidup orang bijak memiliki syarat-syarat berdasarkan dari Efesus 5:1-21,

adalah sebagai berikut :

Pola Hidup Orang Bijak (DX1)

Pengertian pola hidup dapat disamakan dengan kebiasaan. Jika kita

memiliki kebiasaan yang buruk, pasti pola hidup kita menjadi buruk. Namun

jika kita memiliki kebiasaan yang baik, pasti kita memiliki pola hidup yang

baik. jadi dapat disimpulkan bahwa pola hidup merupakan kebiasaan atau

perilaku sehari-hari yang dilakukan sesuai kebutuhan dan kemampuan serta

tidak berlebihan. Pola hidup Yesus yang menjadi sebuah ukuran yang harus

ditaati. Tentang bagaimana kehendak Allah akan hal-hal yang berkenan

kepada-Nya. Seorang Kristen yang memiliki pola hidup sebagai seorang

murid Kristen yang baik dengan meniru pola hidup Yesus dalam kehidupan

sehari-hari.101 Tentu sebagai siswa/I yang baik, tentu harus memiliki pola

hidup sebagai berikut :

Hidup Menuruti Perintah Allah

Seperti penjelasan Rasul Paulus yang terdapat dalam Efesus 5:1-2

yang memberikan nasihat kepada seluruh jemaat yang ada di Efesus untuk

menuruti setiap perintah Tuhan. Orang-orang yang hidup dalam perintah


101
Hermin Lambe, Firman Hidup (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2008)., 53
61

Tuhan akan disebut sebagai anak-anak yang dikasihi oleh Tuhan. Tujuan

penjelasan Paulus tersebut supaya mereka menjadi “orang-orang kudus” dan

“orang-orang percaya”102. Menjadi penurut dilihat dari bahasa aslinya

“μιμηταὶ” yang mengartikan sebagai peniru yang merupakan kata

nominative masculine plural dari akar kata “μιμητής” 103. Dan menurut dari

terjemahan Bahasa Indonesia Masa Kini (BIS) penurut diartikan sebagai

“teladan”. Jadi kata peniru merupakan penjelasan hubungan dari seorang

murid dengan gurunya. Dan penjelasan tersebut juga terdapat dalam 1 Tes.

2:14 dan 1 Kor. 4:16. Konteks dalam nats ini Paulus menyampaikan bahwa

perjalanan pemuridan itu di dasarkan pada pola hidup untuk meniru-meniru

Yesus secara langsung dan juga meniru kehidupan orang-orang percaya

yang lain yang ada disekitar kita, terutama orang-orang yang dapat kita tiru

sebagai teladan hidup.104 Paulus menghabiskan waktunya untuk tinggal di

Efesus dan mengenali jemaat itu dengan sangat baik. harapannya Paulus

menyampaikan ini karena Paulus sangat peduli dan mengasihi mereka.

Paulus juga menanamkan ajaran-ajaran Kristus dan mengingatkan mereka

bahwa Kristus Yesus sudah menunjukkan bukti akan kasih-Nya kepada

semua umat manusia demikian mereka juga harus menyerahkan hidup dan

percaya kepada-Nya. Supaya jemaat di Efesus menjadi anak-anak yang

kekasih yang mau menuruti perintah Allah.

Dengan kata lain menjadi peniru-peniru Allah dalam menjadi murid

102
J.L. Abineno, Tafsiran Surat Efesus (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2003)., 170
103
Bible Works Menjadi Penurut Allah
104
Bobby Harrington, Discipleship That Fits (Jakarta: Yayasan Gloria, 2018)., 26
62

Kristus sangat penting ditanamkan, khususnya bagi para pelajar. Dari

penjelasan tersebut siswa/I akan memperoleh perilaku yang baik jika mereka

memiliki pola hidup yang mengasihi Allah, terutama menuruti setiap perintah

Tuhan dan menuruti setiap perkataan gurunya di dalam mata pelajaran PAK.

Guru menyampaikan setiap pengajaran kepada murid, dan harapannya

mereka juga bisa belajar untuk memahami dengan sungguh-sungguh dan

menerapkannya dalam hidup mereka.

Dari uraian tersebut diatas peneliti menyimpulkan bahwa orang yang

hidup dalam menuruti perintah Allah adalah orang yang menunjukkan bukti

kasihnya kepada Allah di dalam kehidupan sehari-hari.

Hidup Di Dalam Pergaulan Yang Baik

Dalam 1 Kor. 15:33 “janganlah kamu sesat : pergaulan yang buruk

merusak kebiasaan yang baik”. Sekolah Kristen merupakan sarana

komunikasi yang wajar. Sarana komunikasi yang baik ketika pola

pergaulannya yang positif akan membuat perilaku belajar siswa/I tersebut

akan semakin baik.

Pergaulan yang dimaksud adalah menjalin pertemanan dalam

kehidupan masyarakat. Pergaulan yang baik tentu harus memiliki interaksi

sosial antara individu yang satu dengan individu yang lainnya dalam kurin

dengan waktu yang lama sehingga menimbulkan tindakan yang saling

memberikan pengaruh satu dengan yang lain.105 Karakteristik dari pergaulan

105
Budhi Setianto, Glosarium (Jakarta: PERKI, 2021)., 206
63

yang baik diantaranya yaitu : memiliki akhlak yang baik, selalu memiliki

prasangka yang baik, mudah memaafkan, berbicara dengan sopan, ramah

seorang terhadap yang lain dan lain sebagainya. Dalam Efesus 5:3-8

menjelaskan bagaimana pergaulan yang baik di dalam Kristus. Menjadi anak-

anak terang harus memiliki pergaulan yang berbeda sebagai bukti untuk

menjadi teladan. Menjadi anak –anak terang harus menjauhi pergaulan yang

buruk, “Hiduplah di dalam kasih, dan hindarilah percabulan dan rupa-rupa

kecemaran”. Untuk itu Paulus menjelaskan untuk menjauhi segala perbuatan-

perbuatan tersebut dan banyak orang-orang yang menganggap perbuatan

yang remeh dan dapat di maafkan, termasuk dalam perkataan yang kotor,

percakapan cabul, dan menunjukkan perilaku yang bodoh dan sembronoan

yang sia-sia dan jauh dari mendidik (Efesus 5:4). Dalam bahasa asli yang

dipakai dalam bentuk kata ini adalah “εὐτραπελία” Eutrapelia nominative

feminine singular yang diartikan senda gurau yang kasar.106 Orang

beranggapan bahwa perkataan Paulus adalah perkataan yang tidak senonoh.

Tetapi dalam pandangan Paulus itu disebutkan sebagai percakapan yang

kotor, atau buruk dan busuk (Efesus 4:29). Justru tuntutan Paulus, pergaulan

Kristen yang sebenarnya harus hidup menurut Firman Allah, yaitu :

Pertama, seorang murid Kristen harus memperhatikan perkataannya

yang menunjukkan sebagai orang Kristen yang harus mempermuliakan nama

Tuhan (Efesus 5:19). Kedua, Seorang murid harus hidup dalam perbuatan

yang harus diperhatikan dengan baik dalam pergaulan hidup. Paulus

106
BibleWorks Percakapan Yang Kotor
64

berulang kali menjelaskan untuk tidak hidup dalam perbuatan-perbuatan

gelap yang mendukakan hati Tuhan.107

Sebagai remaja Kristen, memang diperbolehkan dalam bergembira

dan bersenang-senang, tetapi para remaja pun harus memiliki pergaulan

yang bijaksana dalam hal memilih teman dan mendukung untuk menjadi

teladan dirinya. Untuk itu para siswa/I Kristen harus menanamkan nilai-nilai

pergaulan yang baik supaya para siswa/I tersebut akan disebut sebagai

anak yang menjadi penurut Allah yang berbuahkan keadilan dan kebaikan.

Dari uraian tersebut peneliti dapat menyimpulkan bahwa pergaulan itu

merupakan salah satu interaksi yang baik dalam membangun hubungan

antara guru dan siswa/I baik dalam kelas, maupun di sekolah. Jika orang-

orang yang hidup dalam pergaulan yang tidak sembrono maka ia akan

menjadi anak yang penurut di dalam perintah Allah.

Hidup Sadar Di Dalam Tuhan

Kata sadar dalam pengertian rendah adalah bangun dari pingsan, dan

dalam pengertian luasnya dapat diartikan sebagai orang yang mampu

mengetahui tentang apa yang terjadi di dalam dirinya dan di sekitarnya yang

terjadi dalam kehidupan manusia dalam sehari-hari, sehingga ia mampu

menceritakan apa yang terjadi dengan pikirannya.108 Dasar Alkitab yang

mengungkapkan Efesus 5:14, “Bangunlah, hai kamu yang tidur dan

107
Lukas Eko, Pertolonganku Ialah Dari Tuhan (Yogyakarta: ANDI, 2001)., 86
108
Achamd Chodjim, Hidup Penuh Makna (Jakarta: Serambi Ilmu Semesta, 2021).,
220
65

bangkitlah dari antara orang mati dan Kristus akan bercahaya atas kamu”.

Kata tidur juga dijelaskan bukan tidur secara fisik. Tetapi tertidur secara

psikologi, yakni pikiran, perhatian, pendengaran, bahkan kesadaran pun tidak

ada. Selain itu kita bisa tertidur secara rohani. Tertidur rohani yang dimaksud

adalah bahwa roh kita tertidur dan kita tidak bisa berhubungan dengan

Allah.109 Paulus memberi pengertian bahwa sebagai orang percaya siswa/I

pelajar Kristen yang tuntut untuk menjadi terang di dalam Tuhan, sama

seperti Kristus yang datang ke dunia (Yoh. 12:46 dan Matius 5:14).110

Menurut G.J. BAAN yang menyatakan bahwa orang-orang percaya

diperintahkan untuk berjaga-jaga supaya tidak jatuh dalam dosa. Kata

“bangunlah” menurut Efesus 5:14 diartikan sebagai “sadarlah”. Hal-hal yang

diungkapkan oleh Paulus dalam penjelasannya supaya manusia hidup sadar

di dalam Tuhan :

Pertama, berjaga-jaga. Yang merupakan perintah yang berulang-ulang

sudah disampaikan oleh Yesus terhadap murid-muridnya sampai bila hari

Tuhan akan tiba.

Kedua, tidak tergoda dengan duniawi. Untuk itu Tuhan member

perintah untuk tidak mabuk oleh kepentingan-kepentingan duniawi supaya

bila hari Tuhan tiba akan jatuh keatas dirimu seperti suatu jerat (Lukas

21:34). Tetapi Tuhan mengajak manusia untuk hidup yang sesuai dengan

perintahnya.

109
Yasperin, Kristalisasi (Surabaya: Yasperin, 2022)., 24
110
Hanna Kristanto, Tiga Jam Di Surga (Yogyakarta: ANDI, 2013)., 48
66

Jadi, dengan demikian orang-orang yang hidupnya memiliki kesadaran

hidup di dalam Kristus tentu dia harus tetap sadar di dalam pola hidup

dimana pun dia berada.

Berdasarkan uraian diatas peneliti menyimpulkan bahwa orang yang

hidup sadar di dalam Kristus dan menjadi teladan dalam hidupnya, dia harus

mengendalikan dirinya dan perilaku hidupnya harus dijaga dengan baik.

Ciri Khas Orang Bijaksana (DX2)

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) ciri khas merupakan

jati diri111. Lainnya dari ciri khas adalah ciri-ciri. Berikut ciri-ciri khas hidup

orang bijak. Yaitu :

Hidup dengan Saksama

Kata “Hidup dengan Saksama” menurut dalam Efesus 5:15 dalam

bahasa Yunani yaitu, ἀκριβῶς (akribos) yang ditinjau dari pengertiannya

adalah “Perhatikanlah” dirimu. Yang dimaksudkan disini bahwa anak-anak

Tuhan harus memperhatikan dirinya, untuk tetap hidup sebagai anak-anak

terang. Kata “memperhatikan” dirinya yang dimaksud adalah perilaku, sikap,

111
KBBI Ciri Khas Hidup Orang Bijak
67

dan watak nya harus benar-benar di perhatikan dengan baik, dan menjaga

perilakunya dengan baik dan benar-benar memiliki “hikmat dan pengertian

yang dari Tuhan”. Bukan hanya supaya mereka memilikinya dan

menyimpannya, tetapi mereka juga memakainya dalam hidup mereka.112

Hal-hal yang harus di “perhatikan” untuk memperoleh perilaku yang benar-

benar memiliki hikmat di dalam Tuhan. Yaitu :

Pertama, Tidak seperti orang bebal (Efesus 5 :15). yang dimaksud

orang yang bebal adalah : percabulan, rupa-rupa kecemaran, keserakahan,

hidup yang sembrono, dan tidak mengeluarkan kata-kata kotor (Efesus 5:3-4)

dan menelanjangi perbuatan-perbuatan kegelapan. Hal itu dijelaskan kembali

oleh Rasul Paulus bahwa anak-anak yang sudah mengenal Tuhan, tidak

pantas menjadi pembicaraan oleh orang-orang Kristen. Justru sebagai orang

Kristen yang baik haruslah mengeluarkan kata-kata yang membangun.113

Kedua, Berusaha untuk hidup di dalam kasih sebagaimana Kristus mengasihi

kamu. Yang artinya selalu mengingat bagimana Kristus yang memberi terang

dan mengeluarkan kita dari kegelapan. Dan mengusahakan untuk hidup

berbuahkan keadilan dan kebenaran.

Jadi, Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa siswa/I

Kristen yang memperhatikan dirinya dengan saksama maka siswa/I tersebut

akan semakin memperoleh hikmat dan pengetahuan dari Tuhan yang baik

dalam proses perilaku belajarnya.

112
J.L. Ch. Abineno, Tafsiran Alkitab, Surat Efesus (Jakarta: BPK Gunung Mulia,
2021)., 190
113
Eko, Pertolonganku Ialah Dari Tuhan., 86
68

Hidup Dengan Arif

Hidup arif (bijaksana) dalam bahasa Yunani yaitu ἄσοφοι114 adjective

nominative masculine plural no degree (sophoi). Kata Sophoi dalam

terjemahan oleh LAI yang mengartikan sebagai “orang bebal”. Dalam

penjelasan tersebut diartikan bahwa hidup arif (bijaksana).

Paulus menjelaskan bahwa anak-anak Kristen harus hidup Arif dan harus

benar-benar hidup sesuai dengan kearifan itu. Dan sebaliknya Paulus

menegaskan kembali bahwa anak-anak Tuhan yang perilakunya tidak hidup

dalam kearifan itu, itu disebut sebagai “anak yang tidak mengenal Allah”.

Sebagai anak-anak terang tentu harus wajib hidup dalam kasih berpadanan

dengan panggilan Allah (Efesus 4:1; 5:2, 8). Anak-anak Tuhan yang memiliki

perilaku yang arif, pasti mengetahui bahwa waktu-waktu ini sangat berharga.

Namun, kita dapat memilih bagaimana memanajemenkan waktu dengan

baik. sama halnya dengan perilaku belajar siswa/I Kristen saat ini, jika

memperhatikan dirinya dengan saksama dan memanfaatkan kesempatan

yang ada.115 Dalam prinsip perilaku yang arif, siswa/I harus memiliki aspek-

aspek yang harus dilakukan.

Pertama. Seorang murid, harus menjadi penurut-penurut Allah.

Sebagai anak-anak terang tentu perlunya ketundukan dan mendengar setiap

nasihat-nasihat yang diberikan.

114
Bible Works Kata arif (Bijaksana)
115
John R.W. Stott, Seri Pemahaman Kitab Efesus (Jakarta: IKAP, 2000)., 196
69

Kedua, seorang murid harus mengubah /sikap. Merupakan perubahan

pada karakteristik anak-anak sesuai dengan kehendak Tuhan. Dalam Efesus

5:4-5 yang menjelaskan tentang menghilangkan kebiasaan-kebiasaan watak

perilaku yang buruk. Mulai dari perkataan, hidup sembrono yang bersifat

kosong. Dan juga menghilangkan kebiasaan-kebiasaan tindakan yang

menyimpang. Seperti pergaulan bebas, gadget, bahkan hidup dalam

keserakahan.

Ketiga, seorang murid harus berdoa dan membaca Alkitab. Sebagai

anak-anak terang, perlu melatih diri dalam berdoa, dan membaca Firman

Tuhan, agar anak-anak semakin hidup dalam kehendak Tuhan.

Keempat, siswa yang arif harus menunjukkan buah kebaikan dan keadilan

yang dijelaskan di Efesus 5:8-9. Yang dimaksud berbuah, adalah

menunjukkan dampak yang positif dalam dirinya sehingga siswa/I menjadi

pengaruh yang baik dalam lingkungannya berada. Dan hidup dalam keadilan

berarti, menunjukkan perilaku yang jujur selama siswa/I belajar PAK dengan

baik.

Berdasarkan penjelasan dapat disimpulkan bahwa siswa/I yang hidup

orang bebal akan membuat hidup seseorang semakin buruk, tetapi

sebaliknya ketika hidup seseorang berkelakukan arif atau bijaksana tentu

perilaku hidupnya akan menunjukkan keteladan yang baik dalam hidup

sehari-hari dan merusak perilakunya.


70

Hidup Mempergunakan Waktu

Mempergunakan waktu yang ada yang tertulis dalam Efesus 5:16

yang menjadi ketegasan Rasul Paulus terhadap jemaat Efesus agar mereka

tidak menjadi bodoh. Tetapi melainkan berusaha untuk mengerti hal yang

menjadi kehendak Tuhan. Mempergunakan yang dimaksudkan disini adalah

bagaimana anak-anak Tuhan melatih dirinya untuk melatih dirinya untuk

disiplin untuk belajar bertanggung jawab dalam hal mengatur waktunya

dengan baik. tujuannya ialah, sebagai anak-anak Kristen yang baik, harus

memiliki kesadaran bahwa tugas orang percaya adalah menjadi orang bijak

yang bertanggung jawab. Dalam Matius 25:14-30 bagaimana Tuhan Yesus

yang selalu memperingatkan murid-muridNya supaya mereka

mempergunakan waktu dengan baik dengan setiap talenta yang diberikan.116

Tetapi kenyataan yang dihadapi sekarang ini, banyak manusia secara khusus

anak-anak Allah yang masih dalam naungan pendidikan yang masih tidak

bertanggung jawab untuk menyelesaikan tanggung jawabnya. Rasul Paulus

memiliki prinsip perilaku yang bertanggung jawab dalam hal waktu. Istilah

“waktu” dalam bahasa Yunani yaitu “καιρόν“117 atau disebut “Kairos”. Yang

mengartikan menggunakan kesempatan dalam berperilaku yang baik.

dengan begitu kita sebagai orang percaya akan tetap hidup menurut

kehendak Allah jika kita tidak menyia-nyiakan setiap waktu yang ada. Untuk

itu, sebagai anak-anak Kristen yang percaya tidak boleh meremehkan setiap

116
Sukarman, Gereja Yang Bertumbuh Dan Berkembang. 28
117
Bible Works Efesus 5:16 “Pergunakanlah Waktu Yang Ada”
71

waktu yang ada dan harus mengerjakan setiap tanggung jawabnya dengan

baik.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa hidup mempergunakan waktu adalah

kesempatan dalam menjalankan tanggung jawab/kewajibannya. Anak-anak

yang hidup di dalam Tuhan, sangatt mempergunakan waktu dengan bijak.

Perilaku Orang Bijak (DX3)

Perilaku merupakan bagian dari nilai karakter yang diartikan sebagai

identitas atau jati diri dan menjadi acuan tata nilai interaksi antar manusia.

Dengan demikian, sebagai anak-anak Allah yang baik, tentu kita di

tuntut menjadi teladan, dan memiliki karakter hidup kudus, memiliki visi hidup,

memiliki pengetahuan, rajin berdoa, dan memiliki prestasi yang baik dan

bersemangat untuk menjadi pengaruh di ranah lingkungannya. Jadi, Perilaku

dapat membentuk karakter siswa/I dengan mudah, jika siswa/I tersebut

memiliki pola hidup yang bijaksana dalam menjalani hidupnya. Beberapa

aspek yang dijelaskan bagaimana kita hidup dalam perilaku hidup bijak

dalam ranah Kekristenan. Yaitu :

Berusaha Mengerti Kehendak Allah

Berusaha menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia yaitu bekerja giat

(untuk mencapai sesuatu); berikthiar; berdaya upaya118. Berusaha menurut

Efesus 5:17 dalam bahasa KJV Wherefore be ye not unwise, but

118
KBBI Berusaha
72

understanding what the will of the lord is. Yang di maksud Rasul Paulus

menyampaikan akan “usahakan” atau “berusaha” mengartikan nasihat

Paulus yang disampaikan kepada mereka (jemaat Efesus) hendak dilakukan

secara terus berulang-ulang untuk mengerti akan kewajiban-kewajiban yang

Tuhan berikan kepada mereka. Paulus mempertentangkan kata “bebal” dan

“bodoh”. Karena kebodohan anak-anak yang memiliki kecerdasan yang tinggi

tetapi cara anak tersebut yang malas mengasah pikirannya untuk belajar.119

Pada umumnya, perilaku hidup arif hidup orang percaya dan mengenal

Kristus harus melatih dirinya untuk mendisiplinkan diri supaya semakin hari

semakin terus belajar untuk mengerti kehendak Tuhan dan semakin

sempurna diahadapanNya. Campbel menjelaskan tingkat kesadaran anak-

anak Allah yang percaya mereka akan semakin bertumbuh di dalam

pengajaran Kristus dan semakin berusaha mengerti kehendak Tuhan.120

Beberapa cara supaya anak-anak Tuhan mengerti dan terus berusaha untuk

mengerti kehendak Tuhan.121 Yaitu :

Pertama hidup orang percaya harus aktif mencari kehendak Tuhan di

dalam Doa. Artinya anak-anak Tuhan harus hidup sungguh-sungguh untuk

hidup dan mengerti akan kehendak Tuhan. Mencari Tuhan dalam arti berdoa

dan meminta hikmat dari Tuhan. Tanpa doa kepada Tuhan, mustahil anak-

anak akan mengerti kehendak Tuhan. Kedua, tidak memikirkan kehendaknya

sendiri. Artinya membuang semua sifat kesombongan kita. Tetapi belajar


119
Kamibun, Bertumbuh Di Dalam Kristus (Yogyakarta: KAMIBUN, 2000)., 95
120
Dr. Tri Hananto, Antologi Exsequendum Didaktik : Teologi Praktika Dan Pendidikan
Agama Kristen Jilid 1 (Sulawesi Tengah: IKAPI, 2021). 87
121
Kalis Stevanus, Cekcok Tapi Sudah Cocok, (Yogyakarta : ANDI, 2017), 17
73

untuk tidak berbantah-bantah dengan Tuhan. Tetapi terus melatih diri untuk

taat dan hidup di dalam Iman kasih Kristus. Ketiga tetap berpegang pada

Firman Tuhan. Firman Tuhan adalah satu-satunya sumber tuntunan yang

paling objektif. anak-anak Tuhan harus menunjukkan dampak yang baik dan

tekun dalam pengajaran Firman Tuhan agar mememperoleh kesempurnaan

atau kedewasann rohaninya. Tuhan meminta anak-anak Tuhan untuk

percaya dengan segenap hati kita dan tidak bersandar dengan pengertian

kita sendiri. Sebagai tanda bahwa kita mengakui Dia, maka Kristus pun akan

meluruskan jalan (Amsal 3:5-6).

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa anak-anak yang

terus belajar untuk mengerti kehendak Tuhan adalah anak yang memiliki

kesadaran diri dan bertumbuh di dalam Kristus, dalam hidupnya sehari-hari.

Hidup di Pimpin Oleh Roh

Dalam Efesus 5:18 yang berbunyi “dipenuhi Roh Kudus” dengan

bahasa Yunaninya πληροῦσθε ἐν Πνεύματι.122 (plerousthe en pneumati). Kata

plerousthe terdiri dari waktu kini, imperative, pasif, orang kedua jamak dari

akar kata “πληρόω” yang artinya “to make replete, to carm, to furnish”. Dan

dalam arti dari terjemahan bahasa Indonesianya adalah “memenuhi,

memasukkan, memperlengkapi”123. Dalam teks tersebut dapat diterjemahkan

sebagai “terus-meneruslah dipenuhi, diperlengkapi, dan di masuki dalam Roh

122
Bible Works Efesus 5:18
123
Vermineto Sitanggang, Penuh Roh Kudus, (Sukabumi : CV IKAPI, 2020), 10
74

Kudus. Dalam kitab Kisah Para Rasul 2:4 juga memakai kata yang sama dan

terjemahan yang sama. Jadi bisa disimpulkan dari penjelasan tersebut diatas,

bahwa arti dari Penuh dengan Roh Kudus adalah kehidupan orang percaya

kepada Allah, yang hidupnya terus-menerus dipenuhi, diperlengkapi oleh Roh

Kudus. Berkaitan dengan penjelasan diatas, beberapa hal yang perlu

diperhatikan. Yaitu :

Pertama, bentuk imperative, yang merupakan perintah. “dipenuhi”

bukanlah usul atau saran untuk uji coba. Melainkan perintah yang berdaulat.

Jadi, dipenuhi dengan Roh Kudus adalah kewajiban, bukan pilihan.

Kedua, bentuk jamak, yang artinya Paulus menyampaikan ini kepada

segenap masyarakat Kristen (jemaat Efesus). Untuk itu orang Kristen tidak

boleh mabuk. Dan wajib dipenuhi oleh Roh.

Ketiga, bentuk pasif, dari kata ”biarlah Roh Kudus memenuhimu”. Yang

merupakan tujuan penyampaian Paulus kepada mereka, supaya hidup dalam

pertobatan. Dalam arti bertobat dari apa saja yang mendukakan Roh Kudus,

dan keterbukaan dengan penuh kepercayaan penuh kepada Kristus Yesus.

Paulus menjelaskan setiap pembaca suratnya telah dikatakan

“dimateraikan oleh Roh Kudus” dan supaya mereka tidak mendukakan Roh

Kudus (Efesus 1:13; 4:30). Dan kini Paulus mendorong jemaat yang ada di

Efesus supaya mereka “hendaklah kamu penuh dengan Roh”. Secara detail

Paulus juga menjelaskan bahwa tugas orang Kristen harus menghindari

hawa nafsu duniawi. Awalnya, Paulus membandingkan kemabukan dengan

kepenuhan Roh Kudus. “Pemabuk” yang merupakan “di bawah pengaruh”


75

alcohol, dan seorang Kristen yang dipenuhi Roh Kudus tidak akan

kehilangann penguasaan diri manusia.124

Penguasaan diri manusia ada dalam bagian akhir dari daftar buah-

buah Roh (Gal. 5:22-23). Dalam pengaruh Roh Kudus, tentu orang Kristen

tidak akan kehilangan pengendalian dirinya, justru penguasaan dirinya lebih

meningkat. Bahkan sebaliknya alkohol akan merangsang sekaligus akan

memasuki saraf-saraf paling peka dalam otak manusia yang berkaitan

dengan penguasaan diri, kebijaksanaan, diskriminasi, keseimbangan,

kemampuan menalar, dan menilai sesuatu. Padahal Roh Kudus memacu,

menghidupkan, dan menggairahkan semua hal yang baru saja disebutkan.

Paulus juga menjelaskan kontras yang sangat mencolok antara kemabukan

dan penuh dengan Roh. Kata mabuk anggur adalah berhubungan dengan

tindakan-tindakan yang sangat bodoh dan tidak terkendalikan lagi yang terus

bertidak seperti binatang bahkan lebih burk lagi. Justru Paulus

mengutarakan orang-orang yang sudah mengenal Yesus pasti akan

menunjukkan dampak perilaku yang baik. berikut Paulus mengemukakan

dampak positif dari Roh Kudus. Yaitu :

Pertama, mampu mengusai dirinya dari hal-hal yang buruk. Anak-anak

Tuhan yang dipenuhi oleh Roh Kudus akan terus menerus dituntun dan

memperhatikan dirinya dengan saksama, serta mampu mengelola setiap

bahasa (perkataan) yang keluar dari dirinya, supaya membangun dan yang

mendengarnya akan beroleh kasih Karunia.

124
John R.W. Stott, Tafsiran Kitab efesus, (Jakarta : IKAPI, 2000), 225
76

Kedua, berani menjalankan kehendak Allah. Orang yang dipenuhi oleh

Roh Kudus, tentu dikatakan orang yang berani dan tidak takut menjalankan

kehendak Allah secara terus menerus dan berulang-ulang.

Ketiga hidup taat di dalam pimpinan Roh Kudus. Anak-anak Tuhan

yang dipenuhi oleh roh kudus adalah anak yang taat kepada Tuhan. Karena

Allah adalah yang berkuasa atas diri manusia, pikiran manusia, dan cinta

kasihNya menguasai perasaan/emosional kita. Dan dari situlah seluruh

keberadaan anak-anak Tuhan akan dipenuhi olehNya karena kita taat.

Dengan demikian anak-anak Allah yang dapat menguasai dirinya dan di

pimpin oleh Roh maka perilaku belajar anak Pendidikan Agama Kristen, akan

memperoleh perubahan yang baik.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa perlunya anak-

anak Tuhan dipenuhi oleh Roh Kudus. Dan menjaga dirinya untuk

mempertahankan perilakunya sesuai dengan kehendak Tuhan. Dan percaya

penuh terhadap Kristus. Sehingga orang yang dipenuhi oleh Roh Kudus,

perilaku nya tidak akan terpengaruh dan dapat mengatur dirinya dengan baik.

Mengucap Syukur Kepada Tuhan

Pertumbuhan rohani akan bertumbuh apabila seseorang itu dapat

memahami setiap nasihat atau ajaran Firman Tuhan, serta mampu menerima

dengan baik dan pertumbuhan Rohani akan timbul dari dalam dan dari luar

seseorang. Sehingga pertumbuhan itu yang akan akan membuat diri kita

dekat dengan Allah dan memiliki perubahan perilaku. Dalam Efesus 5:20
77

“ucaplah syukur senantiasa atas segala sesuatu dalam nama Tuhan kita

Yesus Kristus Kepada Allah Bapa Kita”. Dalam teks ini, Paulus mendorong

para jemaat yang ada di Efesus untuk bersyukur. Bersungut-sungut atau

menggerutu tentu sangat tidak cocok dalam kepenuhan Roh Kudus. Tetapi,

sebagai anak-anak Tuhan harus ada menalar dalam ungkapan Senantiasa

atas Segala Sesuatu. Sebab di karenakan adanya kejahatan dan

penderitaan.

Kata mengucap syukur atas “segala sesuatu” haruslah berdasarkan

kualitas dari “segala sesuatu” itu yang akan mengindahkan dan menjunjung

tinggi kedaulatan nama Tuhan Yesus Kristus. ucapan syukur merupakan

kewajiban lain yang dinasihatkan Rasul Paulus kepada mereka (Efesus

5:20). Anak-anak Tuhan di perintahkan untuk menyanyikan puji-pujian

mazmur, untuk mengungkapkan rasa terima kasih kita kepada Allah.

Sekalipun kita tidak bernyanyi, hendaklah kita jangan lalai dalam kewajiban

mengucap syukur.125 Bersyukur yang dimaksud bukan berkat jasmani, (yang

sudah ada di tangan kita), bahkan perkara-perkara yang kekal yang

diharapkan (yang kita miliki dalam pengharapan), melainkan berbagai belas

kasihan yang Tuhan berikan bagi semua umat manusia.

Jadi, kesimpulan dalam penjelasan tersebut bahwa seorang murid

yang memiliki perilaku sikap yang arif dalam berdoa dan bersyukur kepada

Tuhan yaitu, Memiliki keyakinan akan iman Kristen kepada Tuhan,

Mengarahkan hati kepada Tuhan, Mengakui Allah sebagai Bapa, Bertindak

125
Matthew Henry, Tafsiran Efesus
78

sesuai dengan kehendak Allah.

Penyerahan Diri Kepada Kristus

Efesus 5:21 “Rendahkanlah dirimu seorang kepada yang lain di dalam

takut akan Kristus” Paulus kembali memberikan nasihat sebagai dasar umum

untuk melaksanakan kewajiban-kewajiban ini, dan ia menyatakan peraturan

itu. Paulus menyampaikan kepada jemaat Efesus untuk memberi diri kepada

Kristus untuk :

Pertama, merendahkan diri kepada Tuhan. Rendah hati adalah lawan

kata dari tinggi hati (sombong). Artinya Kristus mengajak anak-anak Tuhan

untuk belajar kepada Dia yang mempunyai sifat rendah hati. Sikap rendah

hati-Nya terbukti melalui kedatanganNya yang lahir seperti manusia biasa.

Merendahkan hati untuk saling menanggung beban, dan tidak meninggikan

diri di atas orang lain.

Kedua, memberi diri dalam melayani Tuhan. Merupakan suatu

kewajiban yang harus dilakukan dalam kehidupan sehari-hari sebagai orang

percaya. Melayani merupakan pekerjaan yang baik untuk meningkatkan

pertumbuhan kualitas kerohanian anak-anak Tuhan serta melakukan itu

dengan segenap hati dan taat kepada Tuhan.126

Dalam penjelasan ini, Rasul Paulus menjelaskan akan dirinya untuk

126
James Montgomercy Boice, Dasar-Dasar Iman Kristen (Jl. Simp. Dukuh,
Surabaya : Momentum Christian Literature) 584
79

menjadi teladan dalam berperilaku seorang Kristen yang sejati. Selain itu,

Rasul Paulus juga menjelaskan bahwa berperilaku Kristen yang sejati harus

memiliki roh yang tunduk dan rendah hati, dan siap menjalankan semua

kewajiban di dala Takut akan Allah.

Berdasarkan kesimpulan berdasarkan penjelasan diatas bahwa, siswa/I

yang Takut akan Kristus artinya menghormati dan menghargai Tuhan. Takut

akan Tuhan berarti memandang Kristus dengan kekaguman dan

penghormatan kudus serta menghormati-Nya sebagai Allah karena

kemuliaan, kekudusan, keagungan, dan kuasa-Nya yang besar. Sehingga

bukti ketundukan siswa/I PAK akan semakin meningkat berperilaku yang baik

dan memperoleh hasil belajar yang baik.

KERANGKA BERPIKIR

Kerangka berpikir merupakan “apriori” artinya sebelum data penelitian

di kumpulkan mengenai apa yang diduga akan terjadi beberapa guru yang

beserta alasan yang dipakai. Prof. Sasmoko menyatakan ada enam ciri khas

kerangka berpikir. Dari yang enam tersebut, ada tiga yang utama dibutuhkan

dalam hal ini, yaitu : “pertama, bertolak dari rujukan kajian teori. Kedua,

jumlah kerangka berpikir sama dengan jumlah rumusan masalah. Ketiga,

setiap satu kerangka berpikir diberi judul tersendiri.”127 Dibawah ini akan

diuraikan kerangka berpikir yang terkait dengan rumusan masalah penelitian.

127
Sasmoko, 252
80

Pertama, Perilaku Belajar Siswa/I


Di SMP Sultan Iskandar Muda Medan

Berdasarkan kajian teori diatas, maka perilaku belajar Siswa/I SMP

Sultan Iskandar Muda Medan yang memiliki 3 Dimensi, yaitu DY1 Ranah

Kognitif dengan 2 Indikator yaitu Dy 1.1 Pemahaman Belajar Siswa, DY2

Ranah Afektif dengan 1 Indikator yaitu Dy 2.1 Kedisplinan Belajar Siswa, dan

DY3 Ranah Psikomotorik dengan 1 indikator Dy 3.1 Keterampilan Belajar

Siswa.

Dalam Efesus 5:1-21 menjelaskan tentang keseluruhan bagaimana

prinsip hidup orang bijak terhadap perilaku belajar siswa/I yang seharusnya

sesuai dengan kebenaran Firman Tuhan dengan di sertai dengan nasihat

Paulus. Berdasarkan pendapat para ahli, dari gambaran nats tersebut

digambarkan bahwa siswa/I seharusnya mau menyimpan setiap nasihat

melalui Firman Allah dalam diri siswa/I melatih dirinya dengan sungguh-

sungguh, maka perilakunya akan menjadi bijaksana yang dari Allah.

Seorang siswa/I Kristen sesungguhnya harus berbeda dengan siswa/I

yang lainnya. Terlebih khusus dalam perilakunya belajar. Baik di sekolah, di

rumah, dan di masyarakat. Perilaku belajar merupakan kebiasaan, kemauan,

dan keterampilan belajar yang dimiliki oleh seseorang dan juga kebiasaan

belajar yang dilakukan oleh individu secara berulang-ulang secara otomatis

atau berlangsung secara spontan. Maka dari itu siswa/I yang berperilaku

belajar yang baik, sudah tentu akan mengalami perubahan jika siswa/I

tersebut terus melatih diri dengan pola kebiasaan perilaku belajar yang tekun.
81

Dan di sertai siswa/I menerima pengajaran akan Firman Tuhan, justru

perilaku mereka akan semakin baik dan akan tampak dari perilaku belajar

mereka.

Peneliti setuju dengan penjelasan diatas siswa/I di tentukan apa yang

diterima dari prinsip hidup orang bijak yang benar. Dalam Efesus 5:1-21 akan

memperbaiki hasil perilaku belajar siswa/I Kristen yang berbeda,

mendengarkan pengajaran guru, melakukan apa yang baik, berpikir sebelum

melakukan, dapat mengendalikan dirinya, dan mengatur waktu belajarnya

dengan benar.

Prinsip Hidup Orang Bijak akan mempengaruhi perilaku belajar para

siwa/I baik dalam hal waktu, perhatiannya terhadap pelajaran, komunikasi,

menerima pelajaran PAK, dan menaati setiap perintah dan ajaran Tuhan.

Perilaku Belajar siswa/I ada yang mengarah yang positif dan ada juga yang

negatif. Ada beberapa siswa/I di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Sultan

Iskandar Muda Medan yang perilaku belajar mereka yang rendah, seperti

terlambat masuk kelas, terlambat mengumpulkan tugas, tidak disiplin, tidak

menghargai gurunya, dan lain sebagainya. Ada juga dari beberapa siswa/I di

Sekolah Menengah Pertama (SMP) Sultan Iskandar Muda Medan yang

Perilaku Belajar yang positif seperti siswa/I memberikan tugas dengan tepat

waktu, tidak terlambat, mengerti setiap penjelasan yang diajarkan, disiplin

belajar yang baik, dan keterampilan belajar yang baik di dalam kelas.

Dari penjelasan di atas, patut di lihat Perilaku Belajar Siswa di Sekolah


82

Menengah Pertama (SMP) Sultan Iskandar Muda Medan ada pada kategori

rendah.

Pengaruh Siswa/I Kristen Kelas IX SMP Sultan Iskandar Muda Medan


Tentang Prinsip Hidup Orang Bijak Berdasarkan Efesus 5:1-21

Berdasarkan kajial teori diatas, maka Prinsip Hidup Orang Bijak di

tandai dengan 3 Dimensi yaitu DX. 1 Pola Hidup Bijak dengan 3 indikator

yaitu I.1 Hidup Menuruti Perintah Allah, I.2 Hidup Dalam Pergaulan Yang

Baik, I.3 Hidup sadar di dalam Tuhan. DX. 2 Ciri Khas Orang Bijak dengan 3

Indikator yaitu II. 1 Hidup Dengan Saksama, II. 2 Hidup Dengan Arif, II. 3

Hidup Mempergunakan Waktu. Dan DX. 3 Perilaku Orang Bijak dengan 4

indikator yaitu III. 1 Berusaha Mengerti Kehendak Allah, III. 2 Hidup Penuh

dengan Roh, III. 3 Mengucap Syukur Kepada Tuhan, III. 4 Takut Akan

Kristus.

Pemahaman Tentang Prinsip Hidup Orang Bijak Berdasarkan Efesus

5:1-21 adalah tindakan yang dapat memperbaiki Perilaku Belajar Siswa, yang

dapat membangun pengetahuan belajar siswa, pemahaman belajar siswa,

dan penerapan belajar siswa (ranah kognitif). Penerimaan belajar siswa,

responding/menanggapi, dan penilaian/valuing (ranah afektif). Berdasarkan

pendapat para ahli, Prinsip Hidup Orang Bijak sangat mempengaruhi Perilaku

Belajarnya yang terdapat dalam Efesus 5:1-21 masih sangat relevan sampai

saat ini untuk dipahami. Prinsip Hidup Orang Benar Berdasarkan ayat

tersebut menjelaskan bahwa Prinsip Hidup bijak dalam belajar berperan


83

penting dan dapat menjadikan perilaku laku belajar siswa/I PAK disertai

dengan adanya ketekunan yang sungguh-sungguh dalam belajarnya di kelas.

Peneliti setuju dengan pernyataan diatas, bahwa Prinsip Hidup Orang

Bijak akan memperbaiki Perilaku Belajar siswa/i. Efesus 5:1-21 berisi

pengaruh siswa terhadap Prinsip Hidup Orang Bijak yaitu Hidup menuruti

perintah Allah, hidup dalam pergaulan yang baik, hidup di dalam kasih, hidup

dengan saksama, hidup dengan arif, hidup mempergunakan waktu,

berusaha mengerti kehendak Allah, hidup penuh dengan Roh, mengucap

syukur kepada Tuhan, dan takut akan Kristus.

Kenyataan dilapangan secara khusus dikalangan siswa/I di Sekolah

SMP Sultan Iskandar Muda Medan memberi gambaran bahwa diantara

siswa/I tersebut masih ada beberapa yang memiliki hasil belajar yang kurang

baik dan belum mampu memberi dampak perilaku belajar yang baik sebagai

siswa/I Kristen selayaknya. Banyak siswa/I yang belajar PAK kurang memberi

perhatiannya di dalam kelas dan perilaku belajar mereka yang masih perlu di

perhatikan. Misalnya, tidak disiplin, terlambat masuk kelas, terlambat

mengumpulkan tugas, tidak rapi dalam berpakaian, tidak membawa Alkitab,

suka berbohong, tidak memperhatikan sikap nya dalam komunikasi di

sekolah, dan lain sebagainya. Namun di sisik lain, ada juga siswa/I yang

mempunyai kesungguh-sungguhannya dalam belajar dan mau

memperhatikan dirinya, dan memperhatikan gurunya serta menerima setiap

perintah dan pelajaran PAK yang diberikan berdasarkan Efesus 5:1-21.


84

Berdasarkan uraian diatas, maka patut dilihat bahwa pemahaman

siswa/I tentang Prinsip Hidup Orang Bijak berdasarkan Efesus 5:1-21 di

Sekolah Menengah Pertama Sultan Iskandar Muda Medan adalah ada pada

kategori rendah.

RUMUSAN HIPOTESA

Menurut Bambang Sriyanto, hipotesis adalah : “jawaban sementara

terhadap masalah yang diteliti, yang kebenarannya perlu diuji secara empiris.

Pernyataan yang diterima secara sementara sebagai suatu kebenaran

sebagaiamana adanya pada saat fenomena dikenal dan merupakan dasar

kerja secara panduan dalam verifikasi.”128

Berdasarkan rumusan masalah, kajian teori dan kerangka berpikir,

serta pedoman tersebut diatas, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut :

Pertama : Diduga perilaku belajar siswa/I Kristen Kelas IX SMP Sultan

128
Bambang Sriyanto, Disertasi yang Berjudul “Implikasi Misi Gembala Sidang
Gereja Baptis Indonesia di GGBI semarang” (Semarang: STBI, 2005), 55.
85

Iskandar Muda Medan ada pada kategori sedang.

Kedua : Diduga pemahaman siswa/I Kristen kelas IX SMP Sultan

Iskandar Muda Medan tentang prinsip hidup orang bijak Berdasarkan

Efesus 5:1-21 ada pada kategori sedang.

Ketiga : Diduga pemahaman siswa/I Kelas IX SMP Sultan Iskandar

Muda Medan tentang Prinsip Hidup Orang Bijak Berdasarkan Efesus 5:1-21

terhadap perilaku belajarnya ada pada kategori signifikan


86

BAB III
METODE PENELITIAN

“Yang dimaksud dengan rancangan penelitian adalah sebuah rencana

untuk melakukan penelitian yang biasanya meliputi pernyataan yang pasti

dan terpisah mengenai unsur-unsur yang akan diperiksa dan prosedur yang

akan dipakai.” Diungkapkan oleh Sugiyono yang menjelaskan bahwa

“metodologi penelitian merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data

dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Cara ilmiah yang dimaksud adalah :

kegiatan penelitian yang rasional, empiris, dan sistematis.129 Dalam bab ini

peneliti akan menjelaskan tentang hal-hal yang meliputi: “Tujuan penelitian,

tempat dan waktu penelitian, metode penelitian, populasi dan sampel, teknik

pengumpulan data, pengembangan instrument, analisis data dan

keterbatasan penelitian.130

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif (positivis).

“Penelitian positivis berdasar pada kualifikasi dalam pengumpulan dan

analisis data untuk penelitian ini lebih kepada penggunaan pendekatan

kuantitatif (positivis). “Penelitian positivis berdasar pada kualifikasi dalam

pengumpulan dan analisis data untuk menguji hipotesis yang ditetapkan.

Kemudian rancangan penelitian positiv adalah menyelidiki dengan

menggunakan metode ilmiah, yaitu prosedur langkah demi langkah dalam

memecahkan masalah atas dasar pengataman empiris.131


129
Sugiono, Metode Penelitian Administrasi, (Bandung : Alfabet, 2005), 1
130
E. Sasmoko, Metode Penelitian Pengukuran dan Analisis Data, (Lippo Karawaci
Tanggerang: HITS, 2005), 385.
131
A. Bambang Subagyo, Pengantar Riset Kuantitatif dan Kualitatif, (Bandung: Kalam
87

Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat atau lokasi penelitian adalah SMP Sultan Iskandar Muda

Medan. Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Juni sampai pada bulan

Juli 2022

Penyebaran angket serta pengambilan kepada populasi dilakukan

pada bulan Juli 2022.

Metode Penelitian

Menurut Sugiyono, metode yang digunakan dalam penelitian dapat

dikelompokkan menjadi delapan, yaitu: 1) penelitian survey, 2) ex post fakto,

3) eksperimen, 4) naturallistik, 5) policy reserch, 6) action research, 7)

evaluasi, 8) sejarah.132 Berdasarkan pada tipe-tipe penelitian tersebut di atas,

maka jenis penelitian yang digunakan pada skripsi (penelitian) ini adalah:

Penelitian kuantitatif dengan metode survey. Menurut Singarimbun,

penelitian survey adalah: Penelitian yang mengambil satu populasi dan

menggunakan kuesioner (angket) sebagai alat pengumpulan data.133

Kemudian, pengolahan data untuk melakukan penelitian dilakukan

dengan Statistik Parametrik. “Statistic parametric berhubungan dengan

inferensi statistic yang membahas parameter-parameter populasi, jenis data

Hidup, 2004), 57.


132
Sugiyono, Statistik Untuk Penelitian, (Bandung: Alfabeta, 1999), 7.
133
Masri Singarimbun, Metode Penelitian Survey, (Jakarta: Pustaka LP3ES, 1989), 3.
88

interval atau rasio, distribusi data normal atau mendekati normal.”134

Penelitian ini bersifat eksplanatori karena dalam proses penelitiannya

ingin mengkaji secara mendalam variabel terikat (Y) melalui pengembangan

exogenous dan endogenous variabel. Dilakukan kajian secara mendalam

(telaah teoritis atau telaah teologis) dari hasil studi eksplanatori (studi

eksegeses) terhadap variabel terikat tentang Pengaruh Pengaruh Prinsip

Hidup Orang Bijak Berdasarkan Efesus 5:1-21 Terhadap Perilaku Belajar

Siswa. Adapun yang menjadi variabel Bebas adalah Prinsip Hidup Orang

Bijak Berdasarkan Efesus 5:1-21 (variabel X). sedangkan yang menjadi

variabel terikat adalah Perilaku Belajar Siswa/I Kelas IX SMP Sultan Iskandar

Muda Medan (variabel Y).

Variabel X, Pengaruh Prinsip Hidup Orang Bijak Berdasarkan Efesus

5:1-21 memiliki 3 Dimensi dan 10 indikator yaitu :

1. Dimensi X 1 : Pola Hidup Bijak

a. Hidup menuruti perintah Allah

b. Hidup dalam pergaulan yang baik

c. Hidup Sadar Di Dalam Tuhan

2. Dimensi X 2 : Ciri Khas Orang Bijak

a. Hidup dengan Saksama

b. Hidup Dengan Arif

c. Hidup Mempergunakan Waktu

134
Google (Aseplecture.ub.ac.id/files/2011/12/statistic-Non-parametrik.pdf) (Diakses:
Selasa, 01 juni 2021, Pukul 14.38 Wib).
89

3. Dimensi X 3 : Perilaku Orang Bijak

a. Berusaha mengerti kehendak Allah

b. Hidup Penuh dengan Roh

c. Mengucap Syukur Kepada Tuhan

d. Penyerahan Diri Kepada Kristus

Variabel Y Perilaku Belajar Siswa memiliki 2 dimensi dan 9 indikator:

D. X1 : Ranah Kognitif

1. Pengetahuan Belajar Siswa

2. Pemahaman Belajar Siswa

3. Penerapan Belajar Siswa

D. X2 : Ranah Afektif

1. Penerimaan Belajar Siswa

2. Responding/Menanggapi

3. Penilaian/Valuing

Gambar 3. 1. Hubungan antara Variabel X dengan Variabel Y.


90

I.1

D.X. I.2
1 I.1
I.3
R
D.Y. 1 I.2
II.1

D.X. II.2 X Y I.3


2
D.Y. 2
II.3 II.1

III.1 II.2

III.2
D.X. II.3
3 III.3
Keterangan :
III.4
Variabel X : Pengaruh Prinsip Hidup Orang Bijak Berdasarkan Efesus 5:1-

21

D. X. 1 : Pola Hidup Bijak

I. 1 : Hidup Menuruti Perintah Allah

I. 2 : Hidup Dalam Pergaulan Baik

I. 3 : Hidup Sadar Di Dalam Tuhan

D. X. 2 : Ciri Khas Orang Bijak

II. 1 : Hidup Dengan Saksama

II. 2 : Hidup Dengan Arif

II. 3 : Hidup Mempergunakan Waktu

D. X. 3 : Perilaku Orang Bijak

III. 1 : Berusaha Mengerti Kehendak Allah


91

III. 2 : Hidup Penuh Dengan Roh

III. 3 : Mengucap Syukur Kepada Tuhan

III. 4 : Penyerahan Diri Kepada Kristus

Variabel Y : Perilaku Belajar Siswa

D. Y. 1 : Ranah Kognitif

I.1 : Pengetahuan Belajar Siswa

I. 2 : Pemahaman Belajar Siswa

I. 3 : Penerapan Belajar siswa

D. Y. 2. : Ranah Afektif

II. 1 : Penerimaan Belajar Siswa

II. 2 : Responding/Menanggapi

II. 3 : Penilaian/Valuing

R : Pengaruh antara variabel X dan variabel

Populasi
Menurut Iskandar, “ populasi merupakan seluruh subjek penelitian.”135

Selanjutnya Populasi adalah wilayah generalisasi penelitian yang terdiri atas

subjek atau objek amatan dengan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh

peneliti untuk pengambilan kesimpulan. Populasi tidak selalu orang, namun

populasi dapat juga berupa benda. Kemudian menurut Nawawi populasi

adalah keseluruhan objek penelitian yang dapat terdiri dari menusia benda-

benda, hewan, tumbuh-tumbuhan, gejala-gejala, nilai tes atau peristiwa-

135
Iskandar, Metode Penelitian Pendidikan dan Sosial, (Jakarta: Gaung Persada
Press, 2009), 68.
92

peristiwa sebagai sumber data yang memiliki karakteristik tertentu di dalam

suatu penelitian.”136 Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah

Siswa/I Kristen Kelas IX SMP Sultan Iskandar Muda Medan yang berjumlah

40 orang.

Oleh karena jumlah populasi dibawah 100 orang, maka penelitian

adalah penelitian populasi, artinya: tidak menggunakan sampel, sehingga

semua populasi akan menjadi responden (langsung mengisi angket, yang

sudah divalidasi oleh validator, dan ditanda tangani oleh pembimbing satu

dan dua.137

Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan cara penelitian

lapangan, yatu melakukan penelitian secara langsung dilokasi penelitian

untuk mendapatkan data yang dibutukan. Pengumpulan data dilapangan

dilakukan dengan menggunakan data yang dibutuhkan. Pengumpulan data

dilapangan dilakukan dengan menggunakan kuesioner. “Kuesioner adalah

teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan memberi seperangkat

pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawab.”138

Menurut Sasmoko, “ada dua hal mendasar yang menentukan kualitas

136
Suharsimi Arikunto, Manajemen Penelitian, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2000), 126.
137
Dr. Indra Jaya, Penerapan Statistik Untuk Penelitian Pendidikan, (Jakarta:
PrenadaMedia Group, 2019), 8
138
Suharsimi Arikunto, Manajemen Penelitian, (Jakarta: PT Rineka Gaung Persada,
2000), 126.
93

penelitian yaitu kualitas pengumpulan data dan kualitas instrumen

penelitian.”139 Oleh karena itu hal-hal yang berkaitan dengan kualitas

pengumpulan data untuk semua variabel penelitian akan menjadi perhatian

oleh peneliti. Hal-hal tersebut antara lain teknik pengumpulan data, jenis alat

yang digunakan, kesesuaian teknik pengumpulan data dengan variabel yang

sedang diukur, teknik model/skala untuk mengukur dan konsep kalibrasi

instrument.

Tabel 3. 1 Alat Pengukur Data: Skala Linkert Pernyataan Positif.

Untuk pernyataan positif (favorable) maka skor jawaban adalah sebagai

berikut:

Pernyataan Positif Skor Jawaban

Sangat setuju 5

Setuju 4

Ragu-ragu 3

Tidak setuju 2

Sangat tidak setuju 1

Tabel 3. 2 Alat Pengukur Data : Skala Linkert Pernyataan Negatif.

Untuk pernyataan yang sifatnya negative (unfavorable) skor jawaban sebagai

berikut:

139
Sasmoko, 58.
94

Pernyataan Negatif Skor Jawaban

Sangat setuju 1

Setuju 2

Ragu-ragu 3

Tidak setuju 4

Sangat tidak setuju 5

Instrumen yang dipergunakan harus diukur kesahihannya

(validitasnya) dan kehandalannya (relibelitasnya). “Menurut Sambas Ali

Muhidin, instrumen yang valid dapat mengukur sesuatu yang hendak diteliti

dengan tepat.”140

Validitas yang dilakukan adalah validitas isi, yaitu dengan

pertimbangan para ahli (rationale judgment). “Menurut Sasmoko, Validitas ini

mengacu kepada face validity (dosen ahli/ pembimbing menilai butir-butir

instrumen, agar mencerminkan variabel yang diukur dan telah mewakili

teori).”141

Menurut Iskandar, instrumen yang reliabel adalah “instrumen yang

bila digunakan beberapa kali untuk mengukur obyek yang sama, akan

menghasilkan data yang sama.”142 Daftar pernyataan: yang digunkaan dlam

140
Sambas Ali Muhidin, Analisis Korelasi Regresi dan Jalur dalam Penelitian,
(Bandung: Pustaka Setia, 2007), 30.
141
Sasmoko, 100.
142
Iskandar, 94.
95

penelitian ini menyangkut variabel X (Pengaruh Siswa/i Kristen Kelas IX SMP

Sultan Iskandar Muda Medan Tentang Prinsip Hidup Orang Bijak

Berdasarkan Efesus 5:1-21) dan tentang variabel Y (Terhadap Perilaku

Belajar Siswa). Menurut Sutrisno Hadi, teknik ini dipilih karena subjek adalah

“orang-orang yang mengetahui dirinya sendiri, apa yang dikatakan subjek

kepada peneliti adalah benar, sama dengan yang dimaksud oleh peneliti.”143

Tabel 3.3 Teknik pengumpulan data

Jenis
Teknik Model Rentang Sumber
No Variabel Skala Ket
Pengumpulan Skala Skor Data
Data
1. Pengaruh Siswa/I Siswa SMP
Kristen Kelas IX Angket Likert 1-5 Interval Sultan

143
Sutrisno Hadi, Metodologi Reseach 2, (Yogyakarta: Fakultas Psikologi Universitas
Gajah Mada, 2002), 57.
96

SMP Sultan
Iskandar Muda Iskandar
Medan Tentang Muda Medan
Prinsip Hidup Kelas IX
Orang Bijak Yang
Berdasarkan Beragama
Efesus 5:1-21 (X) Kristen

Siswa SMP
Sultan
Perilaku Belajar Iskandar
2. Siswa (Y) Angket Likert 1-5 Interval Muda Medan
yang
beragama
Kristen

Instrument Penelitian

Instrumen penelitian yang akan diuji Validasi dan Reliabelitas pada

Siswa SMP Sultan Iskandar Muda Medan kelas IX Yang Beragama Kristen

adalah:

Variabel Pengaruh Siswa/i Kristen Kelas IX SMP Sultan Iskandar

Muda Medan Tentang Prinsip Hidup Orang Bijak Berdasarkan Efesus 5:1-21

(X).

Validasi Instrumen

Penelitian ini menggunakan Validasi isi, yang mengacu pada Face

Validity dan Logical Validity. Dari pedoman ini, menurut Sasmoko Face
97

Validitas menitik beratkan pada validitas tampak. Dalam hal ini peneliti

meminta kepata validator atau tim ahli untuk menilai butir-butir instrument,

apa sudah baik dan mencerminkan indikator atau dimensi variabel. Sedang

Logical Validity, menitikberatkan pada: Apakah dimensi dan indikator sudah

mencerminkan gambaran variabel yang diukur atau sudah representatif

seperti teori.144 Sehingga dalam penelitian ini, peneliti meminta kepada Bapak

Dr. Baskita Ginting, M.Pd.K sebagai Validator I, Bapak Apolo Zebua M.Pd.K

sebagai Validator II yang hasil validasinya dan Bapak Ibu Andi Sadarita

Sembiring Validator III (lampiran 3).

Tabel 3.6. Hasil Validasi Variabel Y dari tim ahli setelah diperbaiki

N0 VALIDATOR Rt/rt Keterangan Keterangan


I II III I II
1 Saya mampu menjelaskan 4 4 5 4.3 Sangat Valid
144
Sasmoko, hal. 121-122.
98

kembali pembelajaran relevan


sebelumnya dan sangat
jelas
2 Saya selalu 4 4 5 4.3 Sangat Valid
memperhatikan guru disaat relevan
menerangkan dan jelas
pembelajaran di kelas

3 Saya mengikuti 4 4 5 4.3 Sangat Valid


pembelajaran dengan jelas dan
serius sangat
relevan
4 Jika saya ingin belajar saya 4 4 5 4.3 Sangat Valid
harus mempersiapkan relevan
perlengkapan sekolah dengan
baik
dan sangat
jelas
5 Saya berusaha 5 5 5 5.0 Sangat Valid
memahami setiap relevan
penjelasan yang dansangat
disampaikan oleh guru jelas
6 Saya berjuang 5 5 5 5.0 Sangat Valid
mengingat pembelajaran relevan
yang disampaikan oleh dan sangat
guru jelas
7 Saya mengerjakan tugas 4 4 5 4.3 Sangat Valid
dengan benar relevan
dan sangat
jelas
8 Saya aktif belajar dalam 4 4 5 4.3 Sangat Valid
kelas dengan relevan
mengajukan pertanyaan dan sangat
jelas
9 Saya mampu berpikir 3 3 5 3.6 Sangat Valid
dengan baik ketika relevan
sedang belajar dan sangat
jelas
10 Saya mampu 4 4 5 4.3 Sangat Valid
menjelaskan pelajaran relevan
dalam bahasa saya dan sangat
sendiri jelas
11 Saya mengikuti 5 5 4 4.6 Sangat Valid
komunitas Kristen di relevan
sekolah secara online dan sangat
jelas
12 Saya selalu mengikuti 4 4 5 4.3 Sangat Valid
99

peraturan yang ada relevan


disekolah dan di kelas dan sangat
jelas
13 Saya mengikuti nasihat 4 4 5 4.3 Sangat Valid
guru yang selalu relevan
disampaikan dan sangat
jelas
14 Saya menerapkan 4 4 5 4.3 Sangat Valid
kedisiplinan belajar revelan
setiap hari dan sangat
jelas
15 Saya meluangkan waktu 5 5 5 5.0 Sangat Valid
berdoa sebelum belajar relevan
dan sangat
jelas
16 Saya menerima materi 5 3 5 4.3 Sangat Valid
pelajaran guru dengan relevan
tulus dan sangat
jelas
17 Saya Semangat 4 4 5 4.3 Sangat Valid
mengikuti mata pelajaran Relevan
pendidikan Agama dan Jelas
Kristen
18 Saya dapat membangun 5 5 5 5.0 Sangat Valid
komunikasi dengan baik, Relevan
dengan teman-teman dan Jelas
saya

19 Saya menasihati teman, 4 4 5 4.3 Sangat Valid


jika teman saya salah Relevan
dan Jelas
20 Saya Selalu mendengar 4 4 5 4.3 Sangat Valid
guru saat Relevan
menyampaikan pelajaran dan Jelas
21 Saya selalu aktif 5 5 5 5.0 Sangat Valid
bertanya saat belajar Relevan
Pendidikan Agama dan Jelas
Kristen
22 Saya rajin belajar 4 5 5 4.6 Sangat Valid
walaupun nilai saya Relevan
rendah dan Jelas
23 Saya melakukan apa 5 3 5 4.3 Sangat Valid
yang diajarkan Firman Relevan
Tuhan dan Jelas
100

24 Saya Berdoa saat 4 4 5 4.3 Sangat Valid


hendak tidur malam dan Relevan
bangun pagi dan Jelas
25 Saya tetap 4 4 5 4.3 Sangat Valid
memperhatikan hasil Relevan
belajar saya dan Jelas
26 Saya bertanggung jawab 5 5 5 5.0 Sangat Valid
dengan hasil belajar Relevan
yang saya terima dan Jelas
27 Saya nyaman belajar 5 5 5 5.0 Sangat Valid
dengan kurikulum yang Relevan
diberikan dan Jelas
28 Saya selalu menghargai 5 5 5 5.0 Sangat Valid
guru-guru yang ada Relevan
disekolah dan Jelas

Tabel 3.7 Hasil validasi variabel X

N0 VALIDATOR Rt/rt Keterangan Keterangan


I II III I II
29 Saya senang belajar 5 5 5 5.0 Sangat Valid
Firman Tuhan di relevandan
pembelajaran PAK sangat
jelas
30 Saya siap melakukan 3 3 5 3.6 Sangat Valid
Firman Tuhan yang relevan
sudah saya dengarkan dan sangat
jelas
31 Saya membawa Alkitab 4 4 5 4.3 Sangat Valid
setiap belajar pendidikan relevan
Agama Kristen dan jelas
32 Saya mengasihi Allah 3 3 5 3.6 Sangat Valid
dengan tidak melanggar relevan
hujum yang berlaku dan sangat
jelas
33 Saya membuang sikap 3 3 5 3.6 Sangat Valid
buruk yang saya miliki relevan
dan sangat
jelas
34 Saya peduli atas saran 4 4 5 4.3 Sangat Valid
yang disampaikan guru relevan
kepada saya dan sangat
jelas
35 Saya sopan ketika 4 4 5 4.3 Sangat Valid
101

berbicara kepada guru relevan


dan sangat
jelas
36 Saya memperhatikan 3 4 5 4.0 Sangat Valid
perkataan saya sebelum relevan
berbicara dan sangat
jelas
37 Saya menolong teman- 3 3 5 3.6 Sangat Valid
teman saya dalam relevan
mengerjakan tugas dan sangat
disekolah jelas
38 Saya membagikan 5 5 5 5.0 Sangat Valid
Tuhan kepada teman- relevan
teman saya dan sangat
jelas
39 Saya sadar bahwa saya 5 5 5 5.0 Sangat Valid
adalah orang berdosa relevan
dan sangat
jelas
40 Saya sadar bahwa 4 4 5 4.3 Sangat Valid
Firman Tuhan relevan
menginsafkan hidup dan sangat
saya jelas
41 Tuhan menyadarkan 4 4 5 4.3 Sangat Valid
saya untuk menjadi relevan
teladan yang baik bagi dan sangat
sesame saya jelas
42 Saya sering bercanda 4 4 5 4.6 Sangat Valid
dengan kata-kata kotor relevan
dan sangat
43 Saya sering berpakaian 4 4 5 4.6 Sangat Valid
tidak rapi di saat belajar relevan
mata pelajaran dan sangat
pendidikan Agama jelas
Kristen
44 Saya memberi motivasi 4 4 2 3.3 Tidak Tidak Valid
kepada teman disaat relevan
gagal
45 Saya tidak sungguh- 4 4 5 4.3 Sangat Valid
sungguh belajar relevan
pendidikan Agama dan sangat
Kristen jelas
46 Saya mau belajar untuk 4 4 5 4.3 Sangat Valid
bertindak benar dan jujur relevan
102

di dalam Tuhan dan sangat


jelas
47 Saya sering membuat 4 4 4 4.0 Sangat Valid
jadwal harian saya relevan
dan sangat
jelas
48 Saya lupa melihat jadwal 4 4 4 4.0 Sangat Valid
harian saya relevan
dan sangat
jelas
49 Saya menganggap 5 5 5 5.0 Sangat Valid
sepele mata pelajaran revelan
Pendidikan Agama dan sangat
Kristen jelas
50 Sebagai orang 4 4 5 4.3 Sangat Valid
bijaksana, saya harus relevan
menunjukkan buah dan sangat
kebaikan kepada semua jelas
orang
51 Saya sering terlambat 4 4 4 4.0 Sangat Valid
masuk kelas relvan dan
sangat
jelas
52 Sebagai siswa yang 5 5 5 5.0 Sangat Valid
baik, saya harus relevan
mempergunakan waktu dan sangat
dengan baik jelas
53 Saya menganggap 4 5 5 4.6 Sangat Valid
remeh dengan waktu Relevan
dan Jelas
54 Saya menyelesaikan 4 4 5 4.3 Sangat Valid
tugas dengan tepat Relevan
waktu dan Jelas
55 Saya melatih diri untuk 4 4 5 4.3 Sangat Valid
disiplin waktu Relevan
dan Jelas
56 Saya berusaha untuk 3 4 5 4.0 Sangat Valid
hidup berhikmat Relevan
dan Jelas
57 Saya berusaha untuk 3 4 5 4.0 Sangat Valid
membuang kebiasaan Relevan
lama saya dan Jelas
58 Saya menyadari bahwa 4 4 5 4.3 Sangat Valid
saya harus hidup Jelas dan
103

bertumbuh di dalam Relevan


Kristus
59 Saya Belajar melakukan 4 4 5 4.3 Sangat Valid
Firman Tuhan dengan Relevan
Iman dan Jelas
60 Saya Belajar untuk tidak 3 3 5 3.6 Sangat Valid
melakukan hal yang Relevan
tidak sesuai di dalam dan Jelas
Firman Tuhan
61 Saya berdoa agar Roh 4 4 5 4.3 Sangat Valid
Kudus memimpin hidup Relevan
saya dan Jelas
62 Saya merasa ketakutan 4 4 5 4.3 Sangat Valid
saat melakukan sesuatu Relevan
Dan Jelas
63 Saya Berani melakukan 5 5 5 5.0 Sangat Valid
yang benar disaat teman Relevan
saya salah dan Jelas
64 Saya mampu untuk 5 5 5 5.0 Sangat Valid
memimpin diri saya Relevan
sendiri dengan baik dan Jelas
tanpa pertolongan Tuhan

65 Saya Belajar untuk 4 4 5 4.3 Sangat Valid


bersyukur, atas hasil Relevan
yang saya peroleh dan Jelas
disekolah
66 Saya bersungut-sungut 5 5 5 5.0 Sangat Valid
setiap hari Relevan
dan Jelas
67 Saya memuji Tuhan 5 5 5 5.0 Sangat Valid
sebagai ungkapan rasa Relevan
syukur dan Jelas
68 Saya mengakui bahwa 5 5 5 5.0 Sangat Valid
Allah yang telah Relevan
menebus dosa saya dan Jelas
69 Saya lalai dalam 5 5 5 5.0 Sangat Valid
menjalankan perintah Relevan
Tuhan dan Jelas
70 Saya sombong dengan 5 5 5 5.0 Sangat Valid
apa yang saya miliki Relevan
dan Jelas
71 Saya selalu mengakui 4 4 5 4.3 Sangat Valid
104

bahwa Kristus yang Relevan


berkuasa atas segalanya dan Jelas
72 Saya menjalankan 4 4 5 4.3 Sangat Valid
kewajiban saya di Relevan
sekolah dengan rendah dan Jelas
hati
73 Saya menjaga 4 4 5 4.3 Sangat Valid
kekudusan hidup saya Relevan
dengan bertingkah laku dan Jelas
benar

Validator I Validator II Validator III

Dr. Baskita Ginting, M.Pd.K Apolo Zebua, M.Pd.K Andi Sadarita, M.Pd.K

Defenisi Konseptual (Y)


Yang dimaksud, Perilaku Belajar (Y) adalah ranah kognitif

(pemahaman belajar siswa), ranah afektif (kedisplinan belajar siswa), dan


105

ranah psikomotorik (keterampilan belajar siswa).

Defenisi Operasional (Y)

Perilaku Belajar Siswa di sekolah (Y) adalah suatu proses berpikir,

yaitu kemampuan siswa untuk menghubungkan, merespon, menilai, dan

mempertimbangkan suatu kejadian atau peristiwa yang melibatkan

kognisinya, kemampuan siswa untuk mengerti atau memahami sesuatu

setelah sesuatu itu diketahui dan diingat dan kemampuan dalam memaknai

hal-hal yang terkandung dalam suatu teori maupun konsep-konsep yang

dipelajari oleh siswa, sikap, respon, dan pemahaman yang harus dimiliki oleh

siswa yang dapat dilihat dalam tingkah lakunya seperti perhatiannya terhadap

pelajaran, disiplin, motivasi belajar, menghargai guru dan teman sekelas,

kebiasaan belajar dan hubungan sosial, suatu keadaan sikap ketaatan dan

kepatuhan pada peraturan, norma atau tata tertib, yang dilakukan secara

sadar sebagai proses pengendalian diri untuk mencapai standar yang tepat

dan tujuan yang diharapkan, pengetahuan yang lebih banyak didasarkan dari

pengembangan proses mental atau tindakan melalui aspek-aspek dan

membentuk keterampilan siswa, keahlian yang didapatkan siswa melalui

proses belajar – mengajar di sekolah dan mencakup aspek optimalisasi cara-

cara belajar baik dalam domain kognitif dan afektif.

Kisi-Kisi Variabel Y

Tabel 3.4. Kisi-Kisi variabel (Y) Perilaku Belajar Siswa SMP Sultan Iskandar
106

Muda Medan

Dimensi Indikator Nomor Butir Total

1. D.y.1 1. Pengetahuan Belajar 1(+), 2(+), 5


Ranah Siswa 3(+), 4(+),
Kognitif 5(+)
2. Pemahaman Belajar 6(+), 7(+), 5
Siswa
8(+), 9(+),
10(+)
3. Penerapan Belajar
Siswa 11(+), 12(+), 5
13(+), 14(+),
15(+)
2. D.y.2 1. Penerimaan Belajar
Ranah Siswa 16(+), 17(+), 4
Afektif 18 (+), 19 (+)

2. Responding/ 20 (+), 21 (+), 5


Menanggapi 22 (+), 23 (+),
24 (+)
3. Penilaian/valuing 4
25 (+), 26 (+),
27 (+) 28 (+)
Jumlah 28

CATATAN: Oleh karena populasi dibawah 100, maka penelitian ini disebut:

penelitian Populasi. Maka semua populasi akan menjadi Responden,

sehingga tidak menggunakan Kalibrasi (uji coba).

Defenisi Konseptual (X)

Yang dimaksud Pengaruh Siswa/i Kristen Kelas IX SMP Sultan

Iskandar Muda Medan Tentang Prinsip Hidup Orang Bijak Berdasarkan


107

Efesus 5:1-21 (X) adalah hidup dengan saksama hidup dengan arif, hidup

mempergunakan waktu, berusaha mengerti kehendak Allah, hidup penuh

dengan Roh, mengucap syukur kepada Tuhan, danTakut akan Kristus.

Definisi Operasional (X)

Variabel X, Pengaruh Siswa/i Kristen Kelas IX SMP Sultan Iskandar

Muda Medan Tentang Prinsip Hidup Orang Bijak Berdasarkan Efesus 5:1-21

(X) merupakan tindakan terus – menerus yang dilakukan siswa dalam hal

menerima perkataan atau materi pembelajaran dan terus – menerus

menyimpan dan memproteksi perintah-perintah Tuhan dalam hidup sehari-

hari, siswa yang menggunakan telinganya dengan serius dan Firman

Tuhan, sehingga siswa memahami, menghayati dan mampu menjalankannya

dalam memperlakukan diri sendiri, dalam berhubungan dengan Tuhan,

memperhatikan dirinya dengan baik dan benar, sikap doa yang sungguh-

sungguh berseru memohon hikmat dan pengertian kepada Tuhan, karena

hikmat harus dikejar dengan sungguh-sungguh, tekun, gigih, pantang

menyerah, dan berdisiplin, siswa/I dipenuhi oleh Roh dan takut akan Tuhan,

siswa akan mengetahui bagaimana mengasihi Allah dengan benar dan

membawa diri dengan benar terhadap semua orang, dan upah yang diterima

siswa dengan kesungguhan dan ketekunan dalam menetapkan prinsip

hidupnya, maka siswa/I tersebut akan memperoleh pengetahuan dan

kepandaian dalam dirinya, sehingga kepandaian akan menolong siswa

menjadi siswa yang berprestasi.


108

Kisi-Kisi Variabel X

Tabel 3.5. Kisi-Kisi variabel (X) Pengaruh Siswa/i Kristen Kelas IX SMP
Sultan Iskandar Muda Medan Tentang Prinsip Hidup Orang Bijak
Berdasarkan Efesus 5:1-21.

Indikator Nomor Butir Total

X.1. Prinsip 1. Hidup Menuruti 1(+), 2(+), 3(+), 5


Hidup Orang Kehendak Allah 4(+), 5(+)
Bijak
Berdasarkan
Efesus 5:1-21 2. Hidup Dalam 6(+), 7(+), 8(+), 4
Pergaulan Yang
9(+),
Baik

3. Hidup Sadar Di
dalam Tuhan 10(+), 12(+),13(+), 4
14(+),

4. Hidup Dengan
Saksama 15(+), 16(+), 17(+), 5
18(+), 19(+)
5. Hidup Dengan Arif
20(+), 21(+), 22(+), 5
23(+),
6. Hidup
Mempergunakan
Waktu 24 (+), 25 (+), 5
26(+), 27 (+), 28 (+)

7. Berusaha 29 (+), 30 (+), 31 5


Mengerti (+), 32 (+) 33 (+)
Kehendak Allah
34 (+), 35 (+), 36(+) 5
8. Hidup Penuh
dengan Roh 37 (+)

9. Mengucap Syukur 38 (+), 39 (+), 40 4


Kepada Tuhan (+), 41 (+)
109

10. Penyerahan Diri 42 (+), 43 (+), 4


Kepada Kristus 44(+), 45 (+)
Jumlah 45

CATATAN: Oleh karena populasi di bawah 100, maka penelitian ini disebut

penelitian Populasi. Maka semua populasi akan menjadi Responden,

sehingga tidak menggunakan Kalibrasi (uji coba).

Deskripsi Data Variabel X dan Y

Deskriptif data setiap variabel penelitian meliputi: Penghitungan

distribusi frekuensi data berdasarkan skala interval: Histogram data tunggal,

penghitungan rata-rata atau mean median, medium, dan simpangan baku

atau standard deviasi.

Uji Persyaratan Analisis

Uji persyaratan analisis diperlukan sebagai persyaratan melakukan uji

hipotesis dengan korelasi dan analisis regresi. Uji persyaratan tersebut

meliputi: Uji normalitas dan uji lenearitas. Uji normalitas menggunakan

estimasi proporsi rumus Bloom dengan pendekatan P-P Plot dan

pengamatan pada grafik detrended. Uji lenearitas di lakukan dengan uji galat

regresi linear atau Deviation from linearity pada taraf sinifikansi α> 0,05. Jika

uji ini mengalami ke gagalan maka harus dilakukan estimasi kurva terhadap 1

jenis persamaan garis pada taraf signifikansi α> 0,05 dengan catatan bahwa

untuk uji multilinearitas sementara diabaikan dan data dianggap homogen.


110

Uji Hipotesis

Uji hipotesis satu dan dua dilakukan dengan menggunakan confidence

interval (µ) untuk menemukan nilai lower bound dan upper bound setiap

variabel atau dimensi yang ada di dalam model rentang lower dan upper

bound, kemudian dibawa kedalam klas interval. Hal ini harus ditetapkan 3

kelas interval, untuk mengukur pemahaman. Yaitu: kurang memahami;

memahami; dan sangat memahami.

Uji hipotesis tiga dilakukan dengan determinasi varians (r2 xy), uji

signifikansi korelasi sederhana (uji t ), persamaan garis regresi linear dengan

persamaan garis-garis Ŷ= a+ Xn disertai gambar dan makna persamaan

tersebut, dan uji signifikansi regresi (F) melalui tabel Anava, uji hipotesis ini di

lengkapi dengan analisis pengaruh langsung atau tidak langsung antara

semua dimensi variabel X terhadap Y secara serentak. “Kategori koefisien

korelasi ditetapkan dengan acuan seperti berikut: 0,00 s/d 0,199 yaitu sangat

rendah, 0,20 s/d 0,399 yaitu rendah; 0,40 s/d 0,599 yaitu sedang; 0,60 s/d

0,799 yaitu kuat dan 0,80 s/d 1,000 yaitu sangat kuat”.145 Dalam hal ini

digunakan Program SPSS Ver.20 of Window.

Dalam hal ini digunakan rumus signifikansi, seperti berikut:

r2 ( N - 2 )

145
Sugiyono, 257.
111

t = ( 1 – r 2)

Keterangan:
t = Signifikansi yang dicari.
r = Hasil korelasi normalitas.
N = Jumlah responden.

Jika demikian menyatakan “ada pengaruh”, maka harus dilaksanakan uji

pengaruh, dengan menggunakan rumus Determinasi, seperti berikut:



dt = 100. (r xy ¿ 2 %

Keterangan:

dt = Presentase yang dicari.

r xy =Hasil korelasi norm al dari X dengan Y


112

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Setelah melalui tahapan dan kegiatan penelitian yang sudah dilakukan

selama kurang lebih 1 minggu, maka hasil penelitian dan pembahasan dalam

BAB IV ini akan diuraikan dalam empat sub bab, yaitu: deskripsi data,

pengujian persyaratan analisis, pengujian hipotesis, dan pembahasan hasil

penelitian.

Deskripsi Data

Sesudah melakukan validasi yang menghasilkan butir-butir yang valid,

maka angket yang berisi 72 butir pernyataan valid tersebut didistribusikan

sebanyak 40 lembar kepada 40 responden. Jumlah angket yang

dikembalikan sebanyak 40 lembar dan telah terisi semuanya, sehingga layak

untuk dianalisis.

Adapun profil responden yang berpartisipasi dalam penelitian ini

sebagai berikut: Data menunjukkan bahwa jumlah responden yang

berpartisipasi dalam penelitian ini sebanyak 40 orang.

Data statistic deskriptif yang yang digunakan meliputi penghitungan:

mean dan standart eror of mean; median; standart deviasi; varians; nilai

maksimum dan minimum, range; deskripsi inferensial melalui kecenderungan

populasi melalui confidence interval pada taraf signifikansi 0,05; distribusi

data disajikan juga dalam bentuk histogram.


113

Variabel Y Perilaku Belajar Siswa

Dari hasil penelitian terhadap 40 responden diperoleh hasil untuk rata-

rata (mean) sebesar 64.47, titik tengah (median) sebesar 64.00; simpangan

baku (standar deviation) sebesar 5.917; rentangan (range) sebesar 30; skor

minimum 62 dan skor maksimum 97.

Tabel 4.1 Deskripsi Statistik Perilaku Belajar Siswa/I Kristen Kelas IX


Di SMP Sultan Iskandar Muda Medan

Statistics
Rana Kognitif Rana Afektif Perilaku Belajar
Valid 70 70 70
N
Missing 0 0 0
Mean 64.47 54.86 119.33
Std. Error of Mean .707 .877 1.463
Median 64.00 55.00 119.00
Mode 61 54 112a
Std. Deviation 5.917 7.339 12.238
Variance 35.006 53.863 149.760
Range 30 33 61
Minimum 44 32 78
Maximum 74 65 139
Sum 4513 3840 8353
a. Multiple modes exist. The smallest value is shown

Gambar 4.1 Histogram Perilaku Belajar

Lengkung Garis Kurva dengan 12


balok menunjukkan nilai terendah 62
dan nilai tertinggi 97, yang disertai
dengan berbagai indikator pendukung
untuk memperjelas hasil uji dari nilai
Variabel Y yaitu Perilaku Belajar
Siswa/I Kristen Kelas IX dengan
range (30), Median (64.00), Mean
(64.47).
114

Variabel X Pengaruh Tentang Prinsip Hidup Orang Bijak


Berdasarkan Efesus 5:1-21

Dari hasil penelitian terhadap 40 responden diperoleh hasil untuk

rata-rata sebesar (mean): 183.53, titik tengah (median) sebesar 183.00;

simpangan baku (standar deviation) sebesar 19.671; rentangan (range)

sebesar 90; skor minimum 59 dan maksimum 99.

Tabel 4.2 Deskripsi Statistik X Prinsip Hidup Orang Bijak


Berdasarkan Efesus 5:1-21

Statistics
Pola Hidup Ciri Khas Orang Perilaku Orang prinsip Hidup
Orang Bijak Bijak Bijak orang Bijak
Valid 70 70 70 70
N
Missing 0 0 0 0
Mean 53.11 62.57 67.84 183.53
Std. Error of
.799 .877 .854 2.351
Mean
Median 53.00 63.00 67.50 183.00
Mode 53 57 65a 187
Std. Deviation 6.684 7.338 7.146 19.671
Variance 44.682 53.843 51.062 386.948
Range 29 30 31 90
Minimum 36 45 49 130
Maximum 65 75 80 220
Sum 3718 4380 4749 12847
115

Gambar 4.2 Histogram Prinsip Hidup Orang Bijak Berdasarkan


Efesus 5:1-21

Lengkung Garis Kurva dengan


17 balok menunjukkan nilai
terendah 59 dan nilai tertinggi 99,
yang disertai dengan berbagai
indikator pendukung untuk
memperjelas hasil uji dari nilai
dengan range (90), Median
(183.00), Mean (183.53).

Gambar 4.3 Histogram Pola Hidup Bijak (DX.1)

Lengkung Garis Kurva dengan


14 balok menunjukkan nilai
terendah 26 dan nilai tertinggi
40, yang disertai dengan
berbagai indikator pendukung
untuk memperjelas hasil uji
dari nilai Variabel X yaitu Pola

Gambar 4.4 Histogram Ciri Khas Orang Bijak (DX.2)

Lengkung Garis Kurva dengan 14


balok menunjukkan nilai terendah 32
dan nilai tertinggi 59, yang disertai
dengan berbagai indikator pendukung
untuk memperjelas hasil uji dari nilai
Variabel X yaitu Ciri Khas Orang Bijak
dengan range (30), Median (63.00),
Mean (62.57).

Pengujian Persyaratan Analisis


116

Uji hipotesis menggunakan regresi dan korelasi mensyaratkan

persyaratan analisis. Uji persyaratan tersebut meliputi dua hal yakni uji

normalitas dan uji linieritas dengan asumsi multikolineritas untuk sementara

diabaikan dan data dianggap homogen.

Uji Normalitas

Uji normalitas adalah uji beda atau uji hubungan, yang bertujuan untuk

mengetahui apakah populasi berdistribusi normal atau tidak, serta untuk

melihat apakah fungsi distribusi kumulatif hasil pengamatan berdistribusi

normal atau tidak.

Uji Normalitas dilakukan dengan menggunakan pendekatan P-

PPlot. Hasil uji normalitas data. Pengamatan dilakukan pada grafik sebaran

data di sekitar garis normal dan dengan melihat pola pada grafik detrended.

Variabel Y Perilaku Belajar Siswa/I Kristen Kelas IX


SMP Sultan Iskandar Muda Medan

Dalam penelitian ini, Perhitungan Uji Normalitas dilakukan dengan

pendekatan P-PPlot. Pada grafik P-PPlot akan terlihat adanya garis diagonal

dari kiri bawah ke kanan atas. Jika suatu data berdistribusi normal, maka

data akan tersebar disekeliling garis sesuai dengan output yang dihasilkan.

Maka grafik P-PPlot. Sesuai dengan output yang dihasilkan, maka

grafik P-PPlot Variabel Perilaku Belajar Siswa/I Kelas IX SMP Sultan

Iskandar Muda Medan (Y) terlihat bahwa data tersebar disekitar garis normal.

Dari grafik detrended normal P-PPlot terlihat bahwa sebaran data variabel
117

tidak memperlihatkan pola tertentu. Dengan demikian disimpulkan bahwa

Variabel Perilaku Belajar Siswa/I Kristen Kelas IX SMP Sultan Iskandar Muda

Medan memiliki distribusi normal atau dianggap berdistribusi normal.

Gambar 4.5 P-PPlot Perilaku Belajar Siswa/I Kristen Kelas IX


SMP Sultan Iskandar Muda Medan (Y)

Gambar 4.6 P-PPlot Ranah Kognitif


(DY 1)

Gambar 4.7 Ranah Afektif (DX 2)


118

Variabel (X) Pengaruh Prinsip Hidup Orang Bijak


Berdasarkan Efesus 5:1-21

Dalam penelitian ini, perhitungan Uji Normalitas dilakukan dengan

estimasi proposal dari Rumus Blom dengan pendekatan P-Pplot. Pada grafik

P-Pplotsakan terlihat adanya garis diagonal dari kiri bawah ke kanan atas.

Jika suatu data berdestibusi norma, maka data akan tersebar disekeliling

garis sesuai dengan output yang dihasilkan. Maka grafik P-Pplots Pengaruh

Prinsip Hidup Orang Bijak Berdasarkan Efesus 5:1-21 terlihat bahwa data

tersebut disekitar garis normal. Data grafik detrended normal P-Pplot terlihat

bahwa sebaran data variabel tidak memperlihatkan pola tertentu. Dengan

demikian disimpulkan bahwa Pengaruh Prinsip Hidup Orang Bijak

Berdasarkan Efesus 5:1-21 memiliki distribusi normal atau dianggap

berdistribusi normal.

Gambar 4.6 P-PPlot Prinsip Hidup Orang Bijak (Variabel X)

Gambar 4.7 P-PPlot Pola Hidup Orang Bijak (DX.1)


119

Gambar 4.8 P-PPlot Ciri Khas Orang Bijak (DX. 2)

Gambar 4.9 P-PPlot Perilaku Orang Bijak

Uji Linieritas

Uji linieritas garis regresi digunakan untuk mengambil keputusan

Dalam memilih model regresi yang sesuai. Apabila akan dipilih untuk
120

menggunakan model regresi linier sederhana, maka akan terlebih dahulu

perlu dilakukan uji linieritas garis regresi. Uji linieritas garis regresi berkaitan

dengan suatu pembuktian apakah model linier sederhana yang diperoleh

dengan perhitungan koefisien regresi ditetapkan benar-benar sesuai dengan

model regresi milik populasi. Pengujian ini perlu dilakukan agar hasil analisis

yang diperoleh dapat dipertanggung jawabkan dalam pengambilan

kesimpulan penelitian.Pengujian linieritas garis regresi dalam penelitian ini

menggunakan pendekatan atau analisis tabel Anova.

Dapat diketahui bahwa nilai signifikansi pada Linearitas sebesar

0.000. Karena signifikasi kurang dari 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa

antara variabel Pengaruh Prinsip Hidup Orang Bijak Berdasarkan Efesus 5:1-

21 maka dengan ini asumsi linieritas terpenuhi. Komposisi data linieritas

setiap dimensi dari variable Y dan X disajikan dalam tabel berikut ini:

Tabel 4.3 Linearitas Y dan X

ANOVA Table
Sum of df Mean F Sig.
Squares Square
(Combined) 10224.610 41 249.381 64.159 .000
Between Linearity 4355.569 1 4355.569 1120.575 .000
Perilaku Belajar *
Groups Deviation
prinsip Hidup orang 5869.040 40 146.726 37.749 .000
from Linearity
Bijak
Within Groups 108.833 28 3.887
Total 10333.443 69
Rana Kognitif * Between (Combined) 2326.610 41 56.747 17.886 .000
prinsip Hidup orang Groups Linearity 1092.383 1 1092.383 344.316 .000
121

Deviation
1234.227 40 30.856 9.726 .000
from Linearity
Bijak Within Groups 88.833 28 3.173
Total 2415.443 69
(Combined) 3657.905 41 89.217 42.581 .000
Between Linearity 1085.407 1 1085.407 518.035 .000
Rana Afektif * prinsip Groups Deviation
2572.498 40 64.312 30.695 .000
Hidup orang Bijak from Linearity
Within Groups 58.667 28 2.095
Total 3716.571 69

Tabel 4.4 Liniearitas Y1, Y2,Y3 dan X

ANOVA Table
Sum of df Mean F Sig.
Squares Square
(Combined) 5455.026 20 272.751 2.740 .002
Between Linearity 2957.700 1 2957.700 29.708 .000
Perilaku Belajar * Ciri Groups Deviation
2497.326 19 131.438 1.320 .214
Khas Orang Bijak from Linearity
Within Groups 4878.417 49 99.560
Total 10333.443 69
(Combined) 1305.001 20 65.250 2.879 .001
Between Linearity 850.098 1 850.098 37.512 .000
Rana Kognitif * Ciri Groups Deviation
454.903 19 23.942 1.056 .421
Khas Orang Bijak from Linearity
Within Groups 1110.442 49 22.662
Total 2415.443 69
(Combined) 1721.646 20 86.082 2.114 .017
Between Linearity 636.467 1 636.467 15.633 .000
Rana Afektif * Ciri Groups Deviation
1085.180 19 57.115 1.403 .170
Khas Orang Bijak from Linearity
Within Groups 1994.925 49 40.713
Total 3716.571 69
122

Tabel 4.5 Komposisi Data Linearitas dari Y dan dimensi X

Variabel Y
F Sig Keterangan Kesimpulan
Atas:
X 37.749 .000 < 0.05 Linear

Dengan demikian, setelah melalui tahap uji normalitas data dan

linieritas data, terbukti bahwa distribusi data normal dan memperlihatkan pola

linier, sehingga perhitungan dapat dilanjutkan pada uji hipotesis

menggunakan analisis regresi.

Pengujian Hipotesis dan Analisis


Uji Hipotesis Pertama

Hipotesa Pertama yaitu Perilaku Belajar Siswa/I Kristen Kelas IX Sultan

Iskandar Muda Medan adalah sedang.


123

Tabel 4.6 Hasil Uji Hipotesis 1 Deskripsi Y (Perilaku Belajar Siswa/I Kristen
Kelas IX SMP Sultan Iskandar Muda)

Descriptive Statistics
N Range Minimum Maximum Sum Mean Std. Variance
Deviation
Statistic Statistic Statistic Statistic Statistic Statistic Std. Statistic Statistic
Error
Rana
70 30 44 74 4513 64.47 .707 5.917 35.006
Kognitif
Rana
70 33 32 65 3840 54.86 .877 7.339 53.863
Afektif
Perilaku
70 61 78 139 8353 119.33 1.463 12.238 149.760
Belajar
Valid N
70
(listwise)

Dari hasil uji statistic deskriptif Perilaku Belajar Siswa Kristen Kelas IX

SMP Sultan Iskandar Muda Medan diperoleh hasil seperti tabel berikut ini.

Jumlah klas (Σk) ditetapkan 3 yakni, Rendah, Sedang, Tinggi. Interval klas i k

= Range / Σk diperoleh nilai Y adalah 61/3= 20,3 dibulatkan menjadi 20.

Tabel 4.7 T-Test Perilaku Belajar Siswa Kristen Kelas IX SMP Sultan
Iskandar Muda Medan

One-Sample Statistics
N Mean Std. Deviation Std. Error Mean
Rana Kognitif 70 64.47 5.917 .707
Rana Afektif 70 54.86 7.339 .877
Perilaku Belajar 70 119.33 12.238 1.463
124

One-Sample Test
Test Value = 0
t df Sig. (2- Mean 95% Confidence Interval of the
tailed) Difference Difference
Lower Upper
Rana Kognitif 91.168 69 .000 64.471 63.06 65.88
Rana Afektif 62.537 69 .000 54.857 53.11 56.61
Perilaku
81.582 69 .000 119.329 116.41 122.25
Belajar

Tabel 4.8 Klas Interval Y Perilaku Belajar Siswa Kristen Kelas IX


SMP Sultan Iskandar Muda Medan

Nilai Lower-
Klas Interval Keterangan Klas
Upper Bound

78-98 Rendah

99-118 Sedang 116.41-122.25

119-138 Tinggi

Dari perhitungan di atas dapat disimpulkan bahwa rentang nilai Lower

Bound dan Upper Bound keseluruhan (Y) adalah 116.41-122.25 terletak

pada kategori sedang dalam kategori sedang klas interval. Bila diketahui

mean keseluruhan (Y): maka Dampak Perilaku Belajar Siswa Kristen Kelas IX

SMP Sultan Iskandar Muda Medan adalah tingkat sedang.

Berdasarkan hasil uji statistik, hipotesa awal diduga “Perilaku Belajar

Siswa Kristen Kelas IX SMP Sultan Iskandar Muda Meda ada pada kategori
125

sedang” adalah terbukti. Hal tersebut dilihat dari perhitungan indikator-

indikator yang ada sehingga menghasilkan data bahwa Perilaku Belajar

Siswa/I Kristen Kelas IX SMP Sultan Iskandar Muda Medan dalam posisi

sedang.

Uji Hipotesis Kedua

Hipotesis Kedua yaitu Pengaruh Prinsip Hidup Orang Bijak

Berdasarkan Efesus 5:1-21.

Tabel 4.9 Hasil Uji Hipotesis Deskripsi X (Prinsip Hidup Orang Bijak
Berdasarkan Efesus 5:1-21)

Descriptive Statistics
N Range Minimu Maximu Sum Mean Std. Varianc
m m Deviatio e
n
Statisti Statisti Statistic Statistic Statisti Statisti Std. Statistic Statistic
c c c c Error
Pola Hidup Orang
70 29 36 65 3718 53.11 .799 6.684 44.682
Bijak
Ciri Khas Orang
70 30 45 75 4380 62.57 .877 7.338 53.843
Bijak
Perilaku Orang
70 31 49 80 4749 67.84 .854 7.146 51.062
Bijak
prinsip Hidup 2.35
70 90 130 220 12847 183.53 19.671 386.948
orang Bijak 1
Valid N (listwise) 70

Dari hasil uji statistic deskriptif diperoleh hasil seperti tabel berikut ini.

Jumlah klas (Σk) ditetapkan 3 yakni kurang memahami, Rendah, Sedang,

Tinggi. Interval klas ik = Range diperoleh nilai X / Σk 90/3= 30 dibulatkan

menjadi 30. Nilai DX.1 adalah 29/3= 9,6 dibulatkan menjadi 10 dan nilai DX.2
126

adalah 30/3= 10 dibulatkan menjadi 10. Nilai DX.3 adalah 31/3 = 10,3

dibulatkan menjadi 10.

Tabel 4.10 T-Test Prinsip Hidup Orang Bijak


Berdasarkan Efesus 5:1-21

One-Sample Statistics
N Mean Std. Deviation Std. Error Mean
Pola Hidup Orang Bijak 70 53.11 6.684 .799
Ciri Khas Orang Bijak 70 62.57 7.338 .877
Perilaku Orang Bijak 70 67.84 7.146 .854
prinsip Hidup orang Bijak 70 183.53 19.671 2.351

One-Sample Test
Test Value = 0
t df Sig. (2- Mean 95% Confidence Interval of the
tailed) Difference Difference
Lower Upper
Pola Hidup Orang
66.480 69 .000 53.114 51.52 54.71
Bijak
Ciri Khas Orang
71.345 69 .000 62.571 60.82 64.32
Bijak
Perilaku Orang
79.434 69 .000 67.843 66.14 69.55
Bijak
prinsip Hidup
78.060 69 .000 183.529 178.84 188.22
orang Bijak
127

Tabel 4.11 Klas Interval Prinsip Hidup Orang Bijak


Berdasarkan Efesus 5:1-21
Nilai Lower-
Klas Interval Keterangan Klas
Upper Bound

130-160 Rendah

161-190 Sedang 178.84 - 188.22

191-220 Tinggi

Tabel 4.11 Klas Interval Pola Hidup Orang Bijak (DX.1)

Nilai Lower-
Klas Interval Keterangan Klas
Upper Bound

36-46 Rendah

47-56 Sedang 51.52-54.71

57-67 Tinggi

Tabel 4.12 Klas Interval Ciri Khas Orang Bijak (DX.2)

Nilai Lower-
Klas Interval Keterangan Klas
Upper Bound

45-55 Rendah

56-66 Sedang 60.82-64.32

67-77 Tinggi
128

Tabel 4.13 Klas Interval Perilaku Orang Bijak (DX.3)

Nilai Lower-
Klas Interval Keterangan Klas
Upper Bound

49-59 Rendah

60-70 Sedang 66.14-69.55

71-81 Tinggi

Dari perhitungan di atas dapat disimpulkan bahwa rentang nilai Lower

Bound dan Upper Bound Keseluruhan X adalah 178.84 - 188.22 terletak

pada kategori sedang di dalam kelas interval. Bila diketahui mean

keseluruhan (X); maka dampak Pengaruh Prinsip Hidup Orang Bijak

Berdasarkan Efesus 5:1-21 berdasarkan hasil uji statistic, hipotesa awal

diduga Pengaruh Prinsip Hidup Orang Bijak Berdasarkan Efesus 5:1-21 ada

pada kategori sedang adalah terbukti, artinya bahwa pernyataan-pernyataan

yang diajukan dengan dua dimensi menghasilkan data bahwa Pengaruh

Prinsip Hidup Orang Bijak Berdasarkan Efesus 5:1-21 dalam posisi sedang.

Uji Hipotesis Ketiga

Hipotesis ketiga adalah terdapat Pengaruh Prinsip Hidup Orang Bijak

Berdasarkan Efesus 5:1-21 Terhadap Perilaku Belajar Siswa/I Kristen Kelas

IX SMP Sultan Iskandar Muda Medan dari hasil uji statistic regresi sederhana
129

antara variabel diperoleh hasil seperti tabel di bawah ini.

Tabel 4.15 Hasil Uji Hipotesis deskripsi X dan Y dibawah ini

Model Summary
Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the
Estimate
a
1 .649 .422 .413 9.376
a. Predictors: (Constant), prinsip Hidup orang Bijak

Untuk melihat tingkatan signifikansi X dan Y maka peneliti mengutip

yang dikatakan Sugiyono untuk memberikan interpretrasi Koefisien korelasi

sebagai berikut:

0,00-0,199= Sangat Rendah

0,20-0,399= Rendah

0,40-0,599= Sedang

0,60-0,799= Kuat

0,80-1,000= Sangat Kuat

Dari Lima Klasifikasi tersebut diatas, maka dalam penelitian dijadikan

tiga:

0,00-30,00 = Rendah

31,0-60.0 = Sedang

61,0-100,0 = Tinggi

Berdasarkan data di atas hasil analisis diperoleh nilai koefisien


130

determinasi (rxy)2 sebesar 0.330 atau 33,0% artinya sumbangan variabel

Pengaruh Prinsip Hidup Orang Bijak Berdasarkan Efesus 5:1-21 Terhadap

Perilaku Belajar Siswa/I Kristen Kelas IX SMP Sultan Iskandar Muda Medan

33,0%

Berdasarkan data di atas, maka hipotesa ketiga diduga adanya

pengaruh yang sedang antara variabel X terhadap variabel Y adalah terbukti,

dengan diinterpretasikan dalam kategori sedang dengan rentang tingkatan

antara 31,0-60.0 karena besar R Square (Koefisien determinasi) bernilai

33,0%. Adapun sisa nilai 67% dapat berasal dari faktor-faktor lainnya.

Tabel 4.16 Uji Signifikansi Korelasi Sederhana antara X dan Y

Coefficientsa
Model Unstandardized Standardized t Sig.
Coefficients Coefficients
B Std. Error Beta
(Constant) 45.202 10.591 4.268 .000
1 prinsip Hidup orang
.404 .057 .649 7.039 .000
Bijak
a. Dependent Variable: Perilaku Belajar

Dari perhitungan uji signifikansi korelasi sederhana antara X dan Y

diperoleh nilai t sebesar 7.039 dengan signifikansi sebesar 0.000 yang berarti

α < 0,05 sehingga kedua variabel saling berhubungan. Berdasarkan data di

atas, diperoleh persamaan garis regresi linear dengan persamaan garis-garis

Y= 45.202 +.404 X. Artinya setiap Pemahaman Tentang Prinsip Hidup Orang

Bijak Berdasarkan Efesus 5:1-21 Terhadap Perilaku Belajar Siswa/I Kristen


131

Kelas IX SMP Sultan Iskandar Muda Medan meningkat satu kali, maka

Pengaruh Pemahaman Tentang Prinsip Hidup Orang Bijak Berdasarkan

Efesus 5:1-21 Terhadap Perilaku Belajar Siswa/I Kristen Kelas IX SMP Sultan

Iskandar Muda Medan 404 kali.

Pembahasan Hasil Penelitian

Pada sub bab ini peneliti melakukan pembahasan terhadap hasil

hipotesis penelitian dengan terlebih dahulu mengemukakan rumus uji

hipotesis. Uji hipotesis satu dan dua dilakukan dengan menggunakan

confidence interval (μ) untuk menemukan nilai lower bound dan upper bound

setiap variabel atau dimensi yang ada di dalam model rentang lower dan

upper bound itu kemudian di bawa di dalam kelas interval. Dalam hal ini

ditetapkan 3 klas interval untuk mengukur pemahaman yakni rendah, sedang

dan tinggi. Uji hipotesis tiga dilakukan dengan analisis korelasi sederhana

(rxy), koefisien determinasi varians (r2yn), signifikansi regresi (F) uji signifikansi

regresi sederhana (uji t), melalui tabel Anova.

Pembahasan Hipotesis Pertama

Hipotesis Pertama “Perilaku Belajar Siswa/I Kristen Kelas IX SMP

Sultan Iskandar Muda Medan” dalam kategori sedang. Hal tersebut dapat

dilihat dari perolehan rentang nilai Lower Bound dan Upper Bound

keseluruhan (Y) adalah 116.41-122.25 terletak pada kategori sedang


132

didalam kelas interval.

Pembahasan Hipotesis Kedua

Hipotesis Kedua “Prinsip Hidup Orang Bijak Berdasarkan Efesus 5:1-

21” tergolong dalam kategori sedang. Hal teresebut dapat dilihat dari

perolehan rentang nilai Lower Bound dan Upper Bound Keseluran (X) adalah

178.84 - 188.22 terletak pada kategori sedang di dalam kelas interval.

Pembahasan Hipotesis Ketiga

Penelitian ini berhubungan dengan Disimpulkan adanya Pengaruh

tentang Prinsip Hidup Orang Bijak Berdasarkan Efesus 5:1-21 Terhadap

Perilaku Belajar Siswa/I Kristen Kelas IX SMP Sultan Iskandar Muda Medan.

Hasil uji statistic regresi sederhana antara variabel menujukan adanya

pengaruh yang signifikan dalam penelitian ini berhubungan dengan masalah.

Disimpulkan tentang Prinsip Hidup Orang Bijak Berdasarkan Efesus

5:1-21 Terhadap Perilaku Belajar Siswa/I Kristen Kelas IX SMP Sultan

Iskandar Muda Medan. dengan (rxy)2 atau R square sebesar 33,0% adalah

sedang dan bernilai positif. Artinya, Penelitian ini berhubungan dengan

masalah penelitian. Hasil analisis diperoleh nilai (rxy)2 (koefisien determinasi)

sebesar 0.330 atau 33,0% Artinya sumbangan variabel Disimpulkan Prinsip

Hidup Orang Bijak Berdasarkan Efesus 5:1-21 Terhadap Perilaku Belajar

Siswa/I Kristen Kelas IX SMP Sultan Iskandar Muda Medan dengan Uji

signifikasi regrasi antara X dan Y dihasilkan F sebesar 4.268 dengan


133

signifikannya ada pada α < 0,05. Uji signifikansi korelasi sederhana antara X

dan Y diperoleh nilai t sebesar 7.039 dengan signifikansi sebesar 0.000 yang

berarti α < 0,05 sehingga kedua variabel saling berhubungan. Berdasarkan

data di atas, di peroleh persamaan garis regresi linear dengan persamaan

garis-garis Y= 45.202 +.404 X. Artinya setiap Prinsip Hidup Orang Bijak

Berdasarkan Efesus 5:1-21 Terhadap Perilaku Belajar Siswa/I Kristen Kelas

IX SMP Sultan Iskandar Muda Medan meningkat satu kali, maka Prinsip

Hidup Orang Bijak Berdasarkan Efesus 5:1-21 Terhadap Perilaku Belajar

Siswa/I Kristen Kelas IX SMP Sultan Iskandar Muda Medan 404 kali.
134

BAB V

KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

Peneliti telah melakukan kajian teori, menentukan kerangka berpikir,

menentukan hipotesa, melakukan penelitian kepada Siswa/I Kristen Kelas IX

SMP Sultan Iskandar Muda Medan serta menganalisa data peneliti dengan

demikian pada bab ini dipaparkan kesimpulan, implikasi dan saran.

Selanjutnya penelitian ini akan bermanfaat bagi peneliti, bagi Sekolah SMP

Sultan Iskandar Muda Medan, serta bagi para pembaca.

Kesimpulan

Pada bab ini Peneliti akan menyimpulkan hasil dari analisa data

Pengaruh Prinsip Hidup Orang Bijak Berdasarkan Efesus 5:1-21 Terhadap

Perilaku Belajar Siswa/I Kelas IX SMP Sultan Iskandar Muda Medan.

Adapun hasilnya sebagai berikut:

Pertama, Perilaku Belajar Siswa

Hipotesa pertama yaitu Perilaku Belajar Siswa/I Kristen Kelas IX SMP

Sultan Iskandar Muda Medan dengan tergolong dalam kategori sedang

dengan taraf signifikansi α < 0.05. Berdasarkan hasi uji deskriptif terhadap

variabel perilaku siswa/I Kristen Kelas IX SMP Sultan Iskandar Muda Medan

diperoleh nilai Lower Bound dan Upper Bound keseluruhan (Y) sebesar

116.41-122.25 terletak pada kategori sedang di dalam kelas interval, dan

memiliki deskriptif statistic mean sebesar 119.33, maka kesimpulan yang


135

diperoleh ialah tingkat Perilaku Mahasiswa adalah dalam level sedang.

Kedua, Prinsip Hidup Orang Bijak Berdasarkan Efesus 5:1-21

Hipotesa kedua yaitu Prinsip Hidup Orang Bijak Berdasarkan Efesus

5:1-21 terbukti dalam katefori sedang dengan taraf signifikansi α < 0,05.

Berdasarkan hasi uji deskriptif terhadap Pemahaman siswa/I Kristen Kelas IX

SMP Sultan Iskandar Muda Medan tentang Prinsip Hidup Orang Bijak

Berdasarkan Efesus 5:1-21 diperoleh nilai Lower Bound dan Upper Bound

keseluruhan (X) sebesar 178.84 - 188.22 terletak pada kategori sedang di

dalam kelas interval, dan memiliki deskriptif statistic mean sebesar 183.53,

maka kesimpulan yang diperoleh ialah Pengaruh Prinsip Hidup Orang Bijak

Berdasarkan Efesus 5:1-21 adalah dalam level sedang.

Ketiga, Pengaruh Pengaruh Prinsip Hidup Orang Bijak Berdasarkan


Efesus 5:1-21 Terhadap Perilaku Belajar Siswa/I Kristen
Kelas IX SMP Sultan Iskandar Muda Medan

Hipotesa ketiga yaitu “adanya pengaruh” antara variabel Prinsip Hidup

Orang Bijak Berdasarkan Efesus 5:1-21 Terhadap Perilaku Belajar Siswa/I

Kristen Kelas IX SMP Sultan Iskandar Muda Medan terbukti memiliki

pengaruh, sehingga Prinsip Hidup Orang Bijak Berdasarkan Efesus 5:1-21

memberi pengaruh terhadap Perilaku Belajar Siswa/I Kristen Kelas IX SMP

Sultan Iskandar Muda Medan dengan uji signifikasi korelasi sederhana

sederhan X dan Y diperoleh t sebesar 7.039 dengan signifikansi sebesar


136

0.000 yang berarti α < 0.05 hasil analisis korelasi sederhana (rxy) atau R

sebesar 0.631 atau 63.1% dan koefisien determinasi nilai R Squere sebesar

0.330 atau 33,0%. Hal ini menunjukan bahwa terjad pengaruh yang sedang

karena berada 31,0-60.0= sedang. Sedangkan arah pengaruh adalah positif

karena nilai (rxy)² positif dan signifikansinya ada pada α < 0.05.

Berdasarkan data di atas, dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi Pengaruh

Prinsip Hidup Orang Bijak Berdasarkan Efesus 5:1-21 maka semakin

memiliki pengaruh.

Implikasi

Setelah melakukan pengkajian secara mendalam, baik melalui studi

kepustakaan, survey dan pengelolaan data, ditemukan unsur dominan 40

orang Siswa/I Kristen Kelas IX di SMP Sultan Iskandar Muda Medan adalah

terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel Pengaruh Prinsip Hidup

Orang Bijak Berdasarkan Efesus 5:1-21 (X) dengan Perilaku Belajar Siswa/I

Kristen Kelas IX SMP Sultan Iskandar Muda Medan (Y), yakni pengaruh

mengenai variabel X adalah sedang dan variabel Y adalah pada kategori

sedang, serta terdapat pengaruh yang berada pada kategori sedang.

Sehubungan dengan hal tersebut, maka penelitian mengusulkan beberapa

implikasi berkaitan dengan penelitian di bidang Akademik, asrama,

pelayanan dan juga penelitian-penelitan selanjutnya.

Setelah melakukan pengkajian melalui studi kepustakaan, survey dan

pengolahan data, ditemukan unsur dominan 40 orang siswa/I Kristen Kelas


137

IX di SMP Sultan Iskandar Muda Medan adalah terdapat pengaruh Prinsip

Hidup Orang Bijak Berdasarkan Efesus 5:1-21 Terhadap Perilaku Belajar

Siswa/I Kelas IX SMP Sultan Iskandar Muda Medan, yakni dampak dari

variabel X adalah sedang dan variabel Y adalah sedang, serta ditemukan

bahwa terdapat pengaruh pemahaman kedua variabel tersebut berada pada

pengaruh yang sedang

Inilah implikasi yang diusulkan sebagai tindak lanjut dari hasil

penelitian, yaitu:

a. Deskripsi Seminar

Perilaku Belajar Siswa/I Kristen Kelas IX Sultan Iskandar Muda

Medan” dalam kategori sedang seperti kurang mampu memahami

pembelajaran dengan baik, kurang menerapkan pembelajaran

Pendidikan Agama Kristen yang sudah diterima, kurang aktif dalam

berinteraksi antara guru dan siswa/I, kurang menghargai guru saat

belajar di kelas, dalam bersosial sudah tidak erat lagi dikarenakan

pergaulan yang buruk dan tidak memiliki waktu untuk menolong atau

membangun hubungan yang akrab dengan teman-teman disekitarnya,

dalam beribadah kepada Tuhan juga sudah tidak memiliki kedisiplinan

yang dimana terkadang membalas chatingan saat membuka Alkitab,

terkadang Sebagian siswa/I kelas IX yang masih tidak bertanggung

jawab dengan hasil tugas yang diperoleh. Untuk menindak lanjutinya,

siswa/I Kristen Kelas IX di SMP Sultan Iskandar Muda, perlu diadakan

seminar yang berhubungan dengan pembahasan yang berdasarkan


138

Efesus 5:1-21 khusus untuk siswa/I Kristen yang bermasalah dengan

perilaku belajarnya serta kurangnya pemahaman tentang Prinsip

Hidup Orang Bijak belajar yang baik

b. Tujuan Seminar

seminar yang berhubungan dengan Pengaruh Prinsip Hidup Orang

Bijak Berdasarkan Efesus 5:1-21 bertujuan agar semua para siswa/I

Kristen Kelas IX mendapatkan pemahaman tentang prinsip hidup bijak

belajar yang benar serta memperbaiki perilaku belajarnya. Bukan saja

memahami siswa/I dalam perilaku belajarnya, tetapi membangun

tingkat kognitf dan afektif siswa/I akan konsep prinsip hidup orang

bijak pelajar Kristen yang benar, yang berdampak di sekolah, dan

dimana saja.

c. adanya Pengaruh yang signifikan antara Pengaruh Prinsip Hidup

Orang Bijak Berdasarkan Efesus 5:1-21 Terhadap Perilaku Belajar

Siswa/I Kristen Kelas IX SMP Sultan Iskandar Muda Medan dalam

kategori sedang. Dari beberapa tindakan yang berhubungan dengan

variabel Y maka hal-hal yang dijabarkan dalam Efesus 5:1-21

berkenaan dengan pola hidup bijak dalam belajar, memiliki ciri-ciri

hidup bijak dalam belajar, memiliki perilaku bijak dalam belajar, dan

dan meningkatkan akan kesadaran dirinya di dalam Tuhan khususnya

bagi siswa/I Kristen Kelas IX di SMP Sultan Iskandar Muda Medan.


139

Saran

Dari Hasil Penelitian yang dilakukan secara mendalam berdasarkan

temuan-temuan pada BAB IV dan kesimpulan yang diperoleh pada sub

sebelumnya, maka saran yang diberikan dari hasil penelitian ini dibagi dalam

dua kategori 1) saran teologi, 2) saran praktis. Hal ini dilakukan supaya

saran yang dibuat peneliti terarah dan spesifik

Saran Teologis

Saran teologis adalah saran yang berkaitan dengan Siswa/I Kristen

Kelas IX SMP Sultan Iskandar Muda Medan yang harusnya tetap kokoh

dalam hal kerohanian dalam hal meningkatkan prinsip hidup bijak dalam

belajar Pendidikan Agama Kristen. Melalui saran ini, diharapkan konsep atau

pola pikir yang dimiliki siswa selama ini yang tidak sesuai dengan Alkitab

dapat diperbaiki khususnya berdasarkan dari Efesus 5:1-21, yaitu seperti:

1. Siswa/I Kristen Kelas IX SMP Sultan Iskandar Muda Medan harus

memiliki kesadaran bahwa sebagai seorang siswa/i yang takut akan

Tuhan mampu mampu menguasai dirinya dalam belajar, serta memiliki

prinsip hidup bijak belajar yang baik dalam hal mempergunakan waktu

dengan baik, memperhatikan dirinya dengan saksama, hidup

bijaksana dan belajar untuk bertanggung jawab dalam hal waktu.

2. Siswa/I Kristen Kelas IX SMP Sultan Iskandar Muda Medan harus tahu

bahwa sebagai sebagai seorang siswa/I yang masih belajar disekolah

sudah seharusnya memiliki jiwa bersosial dan saling menghargai satu


140

dengan yang lain baik guru maupun siswa/I yang ada dil ingkungan

sekolah.

3. Siswa/I Kristen Kelas IX SMP Sultan Iskandar Muda Medan harus

menyadari bahwa sebagai orang Kristen yang baik, harus

menunjukkan perilaku dalam pergaulan belajar yang baik yang sesuai

dengan Firman Tuhan yang diajarkan.

Saran Praktis

1. Hasil penelitian ini dapat memberi sumbangan kepada Siswa/I Kristen

Kelas IX SMP Sultan Iskandar Muda Medan dalam hal memahami

prinsip hidup bijak belajar yang baik.

2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi kontribusi dalam

meningkatkan perilaku. Termasuk didalam ilmu pengetahuan dalam

bidang etika bagi siswa/I Kristen Kelas IX SMP Sultan Iskandar Muda

Medan.

3. Hasil penelitian ini akan disumbangkan kepada Sekolah Tinggi Teologi

Baptis Medan untuk di filekan.


141

DAFTAR PUSTAKA

Abineno, J.L. Tafsiran Surat Efesus. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2003.

Abineno, J.L. Ch. Tafsiran Alkitab, Surat Efesus. Jakarta: BPK Gunung Mulia,

2021.

Agus Priwanto, dkk. Pengaruh Pendidikan Kewirausahaan. Jakarta: Pustaka

Ilmu, 2021.

Amral. Penerapan Belajar Everyone Is A Teacher Here (ETH) Melalui

Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Guepedia, 2020.

Anne Avantie, Dkk. Reformata Menyuarakan Kebenaran. Bandung: Pelangi

Lestari, 2021.

Ayuningsih, Endang Sri. Model Pembelajaran Mastery Learning. Yogyakarta:

Deppublish, 2020.

Blegur, Jusuf. Soft Skills - Untuk Prestasi Belajar. Surabaya: Scopindo Media

Pustaka, 2019.

Brotosudarno, R.M. Drie S. Pengantar Perjanjian Baru. Yogyakarta: ANDI,

2000.

Chodjim, Achamd. Hidup Penuh Makna. Jakarta: Serambi Ilmu Semesta,

2021.

Cholid Narbuko, Dkk. Metodologi Penelitian. Jakarta: Bumi Aksara, 2008.

Drane, John. Memahami Perjanjian Baru. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1996.

Eko, Lukas. Pertolonganku Ialah Dari Tuhan. Yogyakarta: ANDI, 2001.

Fahrurrozi, Dkk. Metode Pembelajaran Matematika. NTB: Universitas


142

Hamzanwadi, n.d.

Fatirul, Achmad Noor. Wisers Habits Dalam Pembelajaran. Tangerang:

Pascal Books, 2021.

Febrianto, Yoga. Berdamai Dengan Masa Lalu. Jakarta: Anak Hebat

Indonesia, 2018.

Fua’adah, Anis. Pembelajaran Metode Tutor Sebaya Untuk Meningkatkan

Prestasi Dan Motivasi. NTB: Pusat Pengembangan Pendidikan Dan

Penelitian Indonesia, 2021.

GP, Harianto. Pendidikan Agama Kristen Dalam Alkitab Dan Dunia

Pendidikan Masa Kini. Yogyakarta: ANDI, 2012.

H. Syarwani Ahmad, Dkk. Profesi Kependidikan Dan Keguruan. Yogyakarta:

Deppublish, 2020.

Hairun, Yahya. Evaluasi Dan Penilaian Dalam Pembelajaran. Yogyakarta:

Deppublish, 2020.

Hakim, Thursan. Belajar Secara Efektif. Jakarta: Niaga Swadaya, 2000.

Hamalik, Oemar. Psikologi Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru

Algensindo, 2002.

Hamzah. Belajar Dengan Pendekatan. Jakarta: Bumi Aksara, 2022.

Hananto, Dr. Tri. Antologi Exsequendum Didaktik : Teologi Praktika Dan

Pendidikan Agama Kristen Jilid 1. Sulawesi Tengah: IKAPI, 2021.

Harefa, Etiknius. Metodologi Penelitian, n.d.

Harrington, Bobby. Discipleship That Fits. Jakarta: Yayasan Gloria, 2018.

Hartanto, Suryo. Lean Manufacturing Goes To School. Jawa Tengah: CV


143

Sarnung Untung, 2015.

Hassanudin. Biopsikologi Pembelajaran Teori Dan Aplikasi. Banda Aceh:

IKAPI, 2020.

Health, Stanley. Di Serambi Kebakaan. Yogyakarta: ANDI, 2000.

Henry, Matthew. Tafsiran Surat Galatia, Efesus, Filipi, Kolose, 1 Dan 2 Tes. 1

Dan 2 Timotius, Titus, Filemon. Surabaya: Momentum, 2015.

Husaini. Pembelajaran Materi Pendidikan Akhlak. Medan: Pusdikra Mitra

Jaya, 2021.

Ismail, Andar. Selamat Menabur. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2008.

Jamaludin, Jaja. Memahami Pendidikan Multilevel Multidimensional.

Magelang: Tidar Media, 2020.

Kamibun. Bertumbuh Di Dalam Kristus. Yogyakarta: KAMIBUN, 2000.

Khoirotunnisa, Anis Umi. Pengantar Belajar Dan Pembelajaran. Tasikmalaya:

IKAPI, 2022.

Kristanto, Hanna. Tiga Jam Di Surga. Yogyakarta: ANDI, 2013.

Lambe, Hermin. Firman Hidup. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2008.

Lee, Witness. Pelajaran-Pelajaran Hayat Efesus. Jakarta: Yayasan

Perpustakaan Injil Indonesia, 2021.

Lisapaly, Ahmadi David C.E. Efektifitas Penerapan Pembelajaran Daring.

Bandung: Media SAINS Indonesia, 2022.

Mulyono, Yohanes Bambang. Firman Hidup. Jakarta: BPK Gunung Mulia,

2002.

Mulyoto. “Konvergensi.” Jurnal Konvergensi IX (111AD): 111.


144

Munahefi, Detalia Noriza. Model Open Ended Project Based Learning. Jawa

Tengah: IKAPI, 2020.

Nasution, S. Teknologi Pendidikan. Bandung: CV. Jammars, 1999.

Nurfhadillah, Septy. Media Pembelajaran. Tangerang: PUBLISHER, 2021.

Pramusinta, Yulia. Belajar Dan Pembelajaran. Jawa Tengah: Publishing,

2022.

Prijowuntanto, Sebastianus Widanarto. Evaluasi Pembelajaran. Yogyakarta:

Sanata Dharma, 2016.

Purba, Daniel P. Pocket Mentor - Manajemen Waktu. Jakarta: Erlangga,

2008.

Purwanto, Ngalim. Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya,

1996.

Rabiudin. Evaluasi Pembelajaran. Bandung: Media SAINS Indonesia, 2021.

Rahmadani, Rahmi. Belajar Dan Pembelajaran. Jakarta: Yayasan Kita

Menulis, 2020.

Restian, Arina. Pendidikan Seni Rupa Estetik. Malang: UN MALANG, 2017.

Saefenudin, H. Asis. Pembelajaran Efektif. Bandung: Remaja Rosdakarya,

2022.

Samani, Muchlas. Pendidikan Karakter. Jakarta: PT Remaja Rosdakarya,

2021.

Sembiring, Ngendam. Metodologi Penelitian. Medan: Diktat, 2012.

Setianto, Akbar Yuli. Sosiologi Pendidikan. Jakarta: Yayasan Kita Menulis,

2020.
145

Setianto, Budhi. Glosarium. Jakarta: PERKI, 2021.

Simatupang, Hasudungan. Pengantar Pendidika Agama Kristen. Yogyakarta:

ANDI, 2020.

Sirait, Ronal G. Digital Karakter Perspektif Agama Dan Pendidikan. Malang:

CV Multimedia Dan Edukasi, 2000.

Stott, John R.W. Seri Pemahaman Kitab Efesus. Jakarta: IKAP, 2000.

Subagyo, Andreas Bambang. Pengantar Riset Kualitatif Dan Kuantitatif.

Bandung: Kalam Hidup, 2004.

Subagyo, C.P. Joko. Metode Penelitian Dalam Teori. Jakarta: PT Rineka

Cipta, 2004.

Sudijono, Anas. Pengantar Evaluasi. Jakarta: Rajawali Pers, 2011.

Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif Dan Kualitatif. Yogyakarta: Graha

Ilmu, 2006.

Suhardi. Prefensi Filsafat Ilmu. Medan: Pusdikra Mitra Jaya, 2021.

Sukarman, Timotius. Gereja Yang Bertumbuh Dan Berkembang. Yogyakarta:

ANDI, 2021.

Sukarni. Hukum Perdagangan Internasional. Malang: UB Press, 2021.

Suprano, Dkk. Politik Pendidikan. Jawa Timur: PUSTAKA ABADI, 2017.

Suprianto, Dwi Nugroho. Manajemen Waktu. Depok: Rajagrafindo Persada,

2000.

Suryadi, Andi. Life Skill Dalam Pembelajaran Sejarah. Jawa Tengah:

Lakiesha, 2019.

Susilana, Rusdi. Evaluasi Pembelajaran. Bandung: CV Wacana Prima, 2009.


146

Sutiana, Cucu. Belajar Dan Pembelajaran. Jawa Timur: Qiara Media, 2020.

Sutianah, Cucu. Belajar Dan Pembelajaran. Jawa Timur: Qiara Media, 2021.

Syah, Muhibbin. Psikologi Belajar. Jakarta: PT Rajagrafindo, 2000.

Syaodih, Nana. Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung: PT

Remaja Rosdakarya, 2003.

Tanjung, Hendry. Manajemen Waktu - Tujuh Langkah Membuat Hidup Penuh

Arti. Jakarta: AMZAH, 2022.

Thorndike. “Journal Of Educational Physcology.” Journal Of Educational

Physcology (2000): 1.

Trianto. Desain Pengembangan Pembelajaran Tematik. Jakarta: Kencana

Prenada Media Group, 2011.

Tun, Khoe Yang. Filsafat Pendidikan. Yogyakarta: ANDI, 2020.

———. Filsafat Pendidikan Kristen. Yogyakarta: ANDI, 2021.

Umar, Husein. Metodologi Penelitian. Jakarta: Gramedia, 1999.

Vasantan, Priska. Blended Learning Sebagai Strategi Transfer Pengetahuan

Di Daerah Tertinggal. Yogyakarta: Deppublish, 2012.

Wahyuni, Endang Sri. Model Pembelajaran Masatery Learning. Yogyakarta:

Deppublish, 2020.

Wahyuni, Sri. Peran Guru Pendidikan Agama Kristen. Jawa Tengah: Nasya

Expanding Management, 2021.

Wiersbe, Warren. Pengertian Tentang Prinsip Hidup. Jakarta: Yayasan

Gloria, 2020.

Wijoyo, Hadion. Monograf Pengaruh Komunikasi Interpersonal Dan


147

Kecerdasan Emosional Terhadap Perilaku Belajar Siswa. Sumatera

Barat: IKAPI, 2021.

Winkel, W.S. Psikologi Pengajaran. Yogyakarta: Media Abadi, 2009.

Yasperin. Kristalisasi. Surabaya: Yasperin, 2022.

Zakso, Amrazi. Pengembangan Pengelolaan Sekolah Dalam Peningkatan

Kompetensi Guru. Bogor: IPB Press, 2019.

Zebua, Syukurman. Sibernetik Dalam Kualitas Pembelajaran Pendidikan

Agama Kristen. Jawa Tengah: IKAPI, 2020.

Anda mungkin juga menyukai