Latar Belakang
Kucing merupakan salah satu hewan yang dipelihara oleh manusia. Namun, bukan
berarti semua kucing bernasib baik. Sebagai mamalia yang perkembangbiakannya cukup
cepat, keberadaan kucing kerap menjadi masalah bagi lingkungan baik di komplek
Terutama bagi mereka yang tidak memiliki adopter dan tempat tinggal layak (stray cats).
Stray cat merupakan kucing tidak berpemilik, yang berusaha mencari makanan dengan
Kucing jalanan sering dijumpai hidup di tempat tidak layak dan mencari makanan dari
usahanya sendiri, hal itu menyebabkan banyak dari mereka yang terinfeksi parasit. Infeksi
ektoparasit, endoparasit, dan parasit darah dapat menyerang semua jenis kucing (Felis
domesticus). Parasit ini dapat menular dari satu kucing ke kucing lainnya. Parasit pada kucing
dapat berperan sebagai vektor suatu organisme atau sebagai penyebab langsung suatu
penyakit. Jenis ektoparasit yang sering dijumpai pada kucing adalah Ctenocephalides felis,
Felicola subrostratus, Ixodoidea sp., dan Sarcoptes scabies (Siagian & Fikri, 2019). Jenis
cacing parasit (endoparasit) yang paling banyak ditemukan pada kotoran kucing adalah
Toxocara spp. dan Ancylostoma sp (Albab, U. 2014).. Jenis parasit darah yang sering
ditemukan menyerang kucing yaitu Trypanosoma spp, Babesiosis, mycoplasma felis dan
Parasit darah merupakan kasus parasit kucing yang umumnya jarang diketahui lebih
awal oleh pemilik. Parasit darah seperti Mycoplasma felis, Babesia Sp, Anaplasma pada
kucing yang ditularkan melalui ektoparasit seperti pinjal dan caplak. Trypanosoma evansi
merupakan parasite yang paling jarang diemui untuk menginfeksi kucing. Penularan
Trypanosoma evansi pada kucing biasanya melalui rute peroral yang mana kucing
mengonsumsi pakan yang terinfeksi Trypansoma sp. Gejala umum apabila kucing terinfeksi
parasit darah yaitu : demam, nafsu makan menurun, pucat, lesu, kaheksia, rambut rontok dan
Prevalensi dari parasit Anaplasma pada kucing yaitu ditemukan 7 positif Anaplasma
sp dari total 40 sampel darah atau sekitar 17,5 % kejadian penyakit Anaplasma pada kucing
liar di Surabaya ( Hermawan et al., 2021). Peneliti menyampaikan bahwa rata-rata prevalensi
Babesiosis sebesar 10,5% dari 409 ekor sapi (Dyahningrum et al., 2019).. Namun, belum
diketahui dengan pasti berapa prevalensi Babesiosis pada kucing. Prevalensi infeksi
Hemoplasma pada kucing liar adalah 15,9% dan pada kucing yang berpemilik adalah 9%
(Diaz-Reganon et al., 2018). Berdasarkan gejala dan tingkat terjadinya infeksi parasite darah
pada kucing, maka perlu dilakukan penelitian lebih lajut mengenai prevalensi dari parasite