Anda di halaman 1dari 2

1.1.

Latar Belakang

Kucing merupakan salah satu hewan yang dipelihara oleh manusia. Namun, bukan

berarti semua kucing bernasib baik. Sebagai mamalia yang perkembangbiakannya cukup

cepat, keberadaan kucing kerap menjadi masalah bagi lingkungan baik di komplek

perumahan, lingkungan sekolah, pasar, pinggir jalan, warung, bahkan di per-kantoran.

Terutama bagi mereka yang tidak memiliki adopter dan tempat tinggal layak (stray cats).

Stray cat merupakan kucing tidak berpemilik, yang berusaha mencari makanan dengan

usahanya sendiri (Madyantari et al., 2016).

Kucing jalanan sering dijumpai hidup di tempat tidak layak dan mencari makanan dari

usahanya sendiri, hal itu menyebabkan banyak dari mereka yang terinfeksi parasit. Infeksi

ektoparasit, endoparasit, dan parasit darah dapat menyerang semua jenis kucing (Felis

domesticus). Parasit ini dapat menular dari satu kucing ke kucing lainnya. Parasit pada kucing

dapat berperan sebagai vektor suatu organisme atau sebagai penyebab langsung suatu

penyakit. Jenis ektoparasit yang sering dijumpai pada kucing adalah Ctenocephalides felis,

Felicola subrostratus, Ixodoidea sp., dan Sarcoptes scabies (Siagian & Fikri, 2019). Jenis

cacing parasit (endoparasit) yang paling banyak ditemukan pada kotoran kucing adalah

Toxocara spp. dan Ancylostoma sp (Albab, U. 2014).. Jenis parasit darah yang sering

ditemukan menyerang kucing yaitu Trypanosoma spp, Babesiosis, mycoplasma felis dan

Anaplasma (Agustianingsih, T. 2021). .

Parasit darah merupakan kasus parasit kucing yang umumnya jarang diketahui lebih

awal oleh pemilik. Parasit darah seperti Mycoplasma felis, Babesia Sp, Anaplasma pada

kucing yang ditularkan melalui ektoparasit seperti pinjal dan caplak. Trypanosoma evansi

merupakan parasite yang paling jarang diemui untuk menginfeksi kucing. Penularan

Trypanosoma evansi pada kucing biasanya melalui rute peroral yang mana kucing

mengonsumsi pakan yang terinfeksi Trypansoma sp. Gejala umum apabila kucing terinfeksi
parasit darah yaitu : demam, nafsu makan menurun, pucat, lesu, kaheksia, rambut rontok dan

kusam (Putra et al., 2023).

Prevalensi dari parasit Anaplasma pada kucing yaitu ditemukan 7 positif Anaplasma

sp dari total 40 sampel darah atau sekitar 17,5 % kejadian penyakit Anaplasma pada kucing

liar di Surabaya ( Hermawan et al., 2021). Peneliti menyampaikan bahwa rata-rata prevalensi

Babesiosis sebesar 10,5% dari 409 ekor sapi (Dyahningrum et al., 2019).. Namun, belum

diketahui dengan pasti berapa prevalensi Babesiosis pada kucing. Prevalensi infeksi

Hemoplasma pada kucing liar adalah 15,9% dan pada kucing yang berpemilik adalah 9%

(Diaz-Reganon et al., 2018). Berdasarkan gejala dan tingkat terjadinya infeksi parasite darah

pada kucing, maka perlu dilakukan penelitian lebih lajut mengenai prevalensi dari parasite

darah pada kucing jalanan ( Stray cat ) di wilayah Surabaya Selatan.

Anda mungkin juga menyukai