Anda di halaman 1dari 7

3

TINJAUAN PUSTAKA
Kucing
Kucing merupakan hewan karnivora yang banyak tersebar di berbagai
belahan dunia. Kucing lokal (Fellis catus) adalah kucing hasil persilangan
antara Fellis silvetris dengan Libica yang merupakan keturunan dari Fellis
silves. Ciri khas dari kucing lokal ialah bulunya pendek dengan warna yang
bermacam-macam

dan bervariasi seperti abu-abu, coklat dan perpaduan dari

berbagai warna/belang (Mason, 1984).


Menurut Ratmus (2000), klasifikasi kucing adalah sebagai berikut:
Kingdom

: Animalia

Phylum

: Chordata

Sub Phylum

: Vertebrata

Kelas

: Mamalia

Sub Kelas

: Theria

Sub Ordo

: Fissipedia

Famili

: Felidae

Sub Famili

: Machairodonynae

Genus

: Fellis

Kucing dianggap sebagai "karnivora yang sempurna" dengan gigi dan


saluran pencernaan yang khusus. Gigi premolar dan molar pertama membentuk
sepasang taring di setiap sisi mulut yang bekerja efektif seperti gunting untuk
merobek daging. Meskipun ciri ini juga terdapat pada famili Canidae atau anjing,
tapi ciri ini berkembang lebih baik pada kucing. Tidak seperti karnivora lain,
kucing hampir tidak makan apapun yang mengandung tumbuhan. Beruang dan
anjing kadang memakan buah, akar, atau madu sebagai suplemen jika ada
sementara kucing hanya memakan daging, biasanya buruan segar. Dalam
penangkaran, kucing tidak dapat diadaptasikan dengan diet vegetarian karena
mereka tidak dapat mensintesis semua asam-asam amino yang mereka butuhkan
hanya dengan memakan tumbuhan berbeda dengan anjing peliharaan, yang sering
diberi makan produk campuran daging dan sayuran dan kadang dapat beradaptasi
dengan diet vegetarian secara total (Ayu dkk., 2010)
Menurut Ayu dkk., (2010) meskipun memiliki reputasi sebagai hewan
penyendiri, kucing biasanya dapat membentuk koloni liar tetapi tidak menyerang
dalam kelompok seperti singa. Setiap kucing memiliki daerahnya sendiri (jantan
yang aktif secara seksual memiliki daerah terbesar, sedang jantan steril memiliki
daerah paling kecil) dan selalu terdapat daerah "netral" dimana para kucing dapat
saling mengawasi atau bertemu tanpa adanya konflik teritorial atau agresi. Di luar
daerah netral ini, penguasa daerah biasa akan mengejar kucing asing, diawali
dengan menatap, mendesis, hingga menggeram, dan bila kucing asing itu tetap
tinggal, biasanya akan terjadi perkelahian singkat. Kucing yang sedang berkelahi
menegakkan rambut tubuh dan melengkungkan punggung agar mereka tampak

lebih besar. Serangan biasanya terdiri dari tamparan di bagian wajah dan tubuh
dengan kaki depan yang kadang disertai gigitan. Luka serius pada kucing akibat
perkelahian jarang terjadi karena pihak yang kalah biasanya akan lari setelah
mengalami beberapa luka di wajah. Jantan yang aktif biasanya sering terlibat
banyak perkelahian sepanjang hidupnya. Hal ini tampak pada berbagai luka di
bagian wajah, seperti hidung atau telinga.
Feline fanleukopenia
Etiologi
Feline Panleukopenia (FP)adalah penyakit yang disebabkan oleh virus
parvo kucing atau panleukopenia virus (FPV), virus ini memiliki DNA beruntai
tunggal termasuk dalam keluarga Virus Parvovirida. FPV berkaitan erat dengan
parvovirus lainnya, seperti enteritis virus (MEV), rakun parvovirus (RPV), tipe 2
parvovirus anjing (CPV2) dan rubah biru parvovirus (BFPV). Penyakit FPV yang
menyerang

kucing domestik telah dikenal sejak awal abad ke-20 . Awalnya

penyakit ini digambarkan sebagai enteritis kucing, panleukopenia ganas,


distemper kucing atau Agranulositosis spontan. Wabah pertama penyakit di
penangkaran kucing dilaporkan pada tahun 1930-an dan 1940-an (Dimeter dkk.,
2010).
Feline panleukopenia (FPL) merupakan penyakit menular non zoonosis
pada kucing, dengan nama lain Feline distemper, Infectious enteritis, Cat fever,
Cat typhoid. Feline panleukopenia merupakan penyakit yang menyerang segala
umur kucing dan dapat menimbulkan banyak kematian kucing terutama pada anak

kucing dapat mencapai kematian 75% (Syafriati, 2004). Menurut Kurnia, (2015)
Virus ini menyerang jaringan pembentukan darah dan limfe, juga mukosa organ
pencernaan sehingga menyebabkan penurunan jumlah leukosit dan mengalami
enteritis (radang usus). Selain itu, virus ini juga dapat menyerang saluran
reproduksi dan sistem saraf. Infeksi pada sistem imun akan menyebabkan
terjadinya atropi timus sehingga produksi sel darah putih menurun. Infeksi pada
organ pencernaan akan mengakibatkan kerusakan sel kripta pada jejunum dan
ileum, enteritis akut dengan disertai muntah dan diare. Sedangkan infeksi pada
sistem reproduktif mengakibatkan kematian fetus.
Feline Leukemia Virus (FeLV) adalah retrovirus yang menginfeksi kucing.
FeLV dapat ditularkan dari kucing yang terinfeksi melalui air liur atau cairan
hidung yang terkena. Jika sistem kekebalan tubuh hewan rendah, virus dapat
menyebabkan penyakit yang dapat mematikan. Satu penyakit yang disebabkan
oleh virus ini adalah bentuk kanker sel darah yang disebut limfosit (leukemia a).
Feline leukemia virus (FeLV), dinamakan demikian karena cara tindakan dalam
sel yang terinfeksi. Semua retrovirus, termasuk feline immunodeficiency virus
(FIV) dan human immunodeficiency virus (HIV), menghasilkan enzim reverse
transcriptase, yang memungkinkan mereka untuk memasukkan salinan genetik
mereka sendiri ke dalam sel mereka yang terinfeksi. Meskipun saling terkait,
FeLV dan FIV berbeda dalam banyak hal, termasuk bentuk mereka, FeLV lebih
melingkar sementara FIV memanjang. Kedua virus juga cukup berbeda secara
genetik, dan consituents protein mereka berbeda dalam ukuran dan komposisi.

Meskipun banyak dari penyakit yang disebabkan oleh FeLV dan FIV yang sama,
cara-cara khusus di mana mereka disebabkan berbeda (anonymous, 2015).
Patogenesa
Feline panleukopenia virus termasuk ke dalam virus tipe DNA famili
parvoviridae subgrup feline parvovirus, virus ini masuk melalui mulut ataupun
hidung menuju tonsil dan limfoglandula di daerah tenggorokan dan kemudian
menginfeksi serta mengancurkan sel-sel yang aktif melakukan pembelahan seperti
sel-sel pada sumsum tulang, jaringan limfoid, epitel usus, cerebellum dan retina,
serta sel-sel pada anakan. Virus ini akan menekan produksi sel darah putih di
sumsum tulang sehingga jumlah seluruh sel darah putih berkurang sehingga
penyakit ini dinamakan panleukopenia. Di saluran usus virus ini menyebabkan
ulcer yang memicu terjadinya diare, dehidrasi, dan infeksi oleh bakteri. Sebagian
besar kasus kematian terjadi akibat dehidrasi dan infeksi bakteri yang parah
(Saputro, 2010).
Menurut Aiello, (2000) pada induk kucing yang bunting virus akan
menular secara intraprasental dan menyerang embrio atau fetus secara cepat
sehingga menyebabkan kematian embrio, mumifikasi, aborsi, dan lahir mati.
Infeksi pada saat kelahiran akan menyebabkan kerusakan pada epital germinal di
cerebelum yang mengakibatkan hipoplasia cerebral, inkordinasi, dan tremor
karena

cerebelum

merupakan

bagian

dari

sistem

syaraf

pusat

yang

mengkoordinasikan keseimbangan dan pergerakan. Virus akan berada dalam


jumlah banyak di semua sekresi dan ekskresi kucing seperti feses, urine, muntah,

saliva, dan mukus selama fase akut dari penyakit ini dan dapat bertahan pada feses
kucing selama 6 minggu setelah penyembuhan.
Gejala klinis
Sebagian besar infeksi dari virus panleukopenia berlangsung secara
subklinis. Kucing yang terinfeksi sebagian besar terkena pada saat berumur di
bawah 1 tahun. Gejala klinis yang terlihat yaitu demam, depresi, dan anorexia
selama periode inkubasi 2-7 hari. Muntah akan terlihat 1-2 hari setelah demam,
umumnya berhubungan dengan empedu dan tidak terkait dengan makanan. Diare
yang terjadi merupakan gejala yang tampak terakhir. Muntah dan diare terjadi
secara teratur, diare terkadang disertai dengan darah. Dehidrasi parah terus terjadi
meskipun kucing terus minum. Physical examination menunjukkan adanya
depresi yang parah, dehidrasi, dan terkadang adanya rasa sakit di daerah abdomen.
Palpasi pada abdomen dapat menginduksi kejadian muntah, selain itu
kebengkakan dan penebalan usus serta kebengkakan limfoglandula mesenterica
akan teraba. Pada kucing muda dengan kelainan cerebellum akan terlihat gejala
ataksia dan tremor. Gejala akan terlihat selama 5-7 hari. Anak kucing yang
menderita penleukopenia perakut akan mati dalam waktu 24 jam setelah timbul
gejala klinis (Aiello, 2000).

Diagnosa
Diagnosis penyakit FPL dapat dilakukan berdasarkan sejarah penyakit,
gejala klinis, isolasi dan identifikasi virus serta pemeriksaan serologik. Virus FPL
dapat tumbuh secara efisien pada biakan sel lestari ginjal, organ paru-paru, lidah
kucing dibandingkan dengan pada biakan sel lain seperti yang berasal dari biakan
sel organ anjing (Truyen dan Parrish,1992). Pemeriksaan serologik untuk
mengetahui ada atau tidaknya antibodi terhadap virus FPL didalam serum, pada
saat ini sering menggunakan teknik haemagglutination - inhibition (HI) dan atau
menggunakan serum neutralization test (SNT) teknik mikro (Joo dkk., 1975).
Pencegahan dan Pengobatan
Pencegahan penyakit panleukopenia pada kucing dilakukan dengan vaksin
aktif yang dimodifikasi dan vaksin inaktif. Vaksin aktif tidak boleh diberikan pada
kucing bunting, mengalami imunosupresi, sakit, atau kucing di bawah umur 4
minggu. Kucing divaksinasi pada umur 8-10 minggu kemudian diulang pada
umur 12-14 minggu, setelahnya diulang setiap tahun. Pengobatan berkala bisa
menyembuhkan kucing yang terkena panleukopenia. Saat menemukan gejala
panleukopenia, segera bawa ke dokter hewan. Dokter hewan dapat memberikan
kucing infus untuk mengembalikan tubuh dan hidrat cairan yang hilang. Elektrolit
dapat diberikan untuk menyeimbangkan cairan tubuh dan antibiotik untuk
mencegah infeksi sekunder. Kucing biasanya juga akan diberikan obat antimuntah untuk menghentikan muntah dan mengurangi dehidrasi (Saputro, 2015).

Anda mungkin juga menyukai