Anda di halaman 1dari 12

KEDUDUKAN DAN PERANAN

ADVOKAT DALAM PENEGAKAN HUKUM DI INDONESIA


(Study di Dewan Pimpinan Cabang Peradi Kabupaten Bojonegoro)
TRI ASTUTI HANDAYANI, SH, M.Hum
DOSEN FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS BOJONEGORO
JL. Lettu Suyitno, No. 2, Kec. Bojonegoro
Email: triastuti_fh@unigoro.ac.id

ABSTRAK
Profesi advokat dikenal sebagai profesi yang mulia (officium nobile). Disebutnya advokat
sebagai profesi yang mulia karena advokat mengabdikan dirinya serta kewajibannya kepada
kepentingan masyarakat dan bukan semata-mata karena kepentingannya sendiri. Advokat adalah salah
satu penegak hukum yang termasuk dalam catur wangsa penegak hukum selain Polisi, Jaksa dan
Hakim. Dalam Pasal 1 Angka 1 Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2003 tentang Advokat disebutkan
bahwa Advokat adalah orang yang berprofesi memberi bantuan hukum, baik di dalam maupun di luar
pengadilan yang memenuhi persyaratan berdasarkan ketentuan Undang-Undang Ini. Advokat juga
turut serta dalam menegakkan hak-hak azasi manusia baik tanpa imbalan maupun dengan imbalan.
Advokat mengabdikan dirinya kepada kepentingan masyarakat dan demi penegakan hukum yang
berdasarkan kepada keadilan, serta turut menegakkan hak-hak asasi manusia. Di samping itu, advokat
bebas dalam membela, tidak terikat pada perintah kliennya dan tidak pandang bulu terhadap terhadap
kasus yang dibelanya. Dalam membela kliennya advokat tidak boleh melanggar aturan hukum yang
berlaku. Tidak boleh melanggar prinsip moral, serta tidak boleh merugikan kepentingan orang lain.
Advokat berkewajiban memberikan bantuan hukum, berupa jasa hukum yang berupa menjadi
pendamping, pemberi nasehat hukum, menjadi kuasa hukum untuk dan atas nama kliennya, atau dapat
menjadi mediator bagi para pihak yang bersengketa tentang suatu perkara, baik yang berkaitan dengan
perkara pidana, perdata, maupun tata usaha negara. Ia juga dapat menjadi fasilitator dalam mencari
kebenaran dan menegakan keadilan untuk membela hak asasi manusia serta memberikan pembelaan
hukum yang bebas dan mandiri. Dan dibalik pekerjaan profesionalnya yang menerima profit atau
lawyer fee, tidak melupakan asas kemnusiaan yang mulia yaitu pro-bono atau bantuan hukum Cuma-
Cuma. Sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2011 tentang Bantuan
Hukum dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 83 Tahun 2008 tentang Persyaratan
dan Tata Cara Pemberian Bantuan Hukum Secara Cuma-Cuma.

Kata Kunci : Advokat dan Penegak Hukum.

PENDAHULUAN hukum yang dibuat oleh rakyat melalui


wakil-wakilnya di lembaga legislatif
Berdasarkan pada Konstitusi bersama eksekutif.
Negara Indonesia yaitu Undang-Undang Negara Indonesia ialah Negara
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun Kesatuan yang berbentuk Republik, hal ini
1945 ditegaskan bahwa dalam Pasal 1 ayat berarti sistem pemerintahan negara atau
3 Negara Indonesia adalah Negara Hukum cara-cara pengendalian negara
(Rechstaat) dimana secara jelas Indonesia memerlukan kekuasaan, namun tidak ada
bukan negara yang didasarkan atas sebuah suatu kekuasaan pun di Indonesia yang
kekuasaan belaka (Machstaat). Karena itu tidak berdasarkan atas hukum.
kekuasaan tertinggi dalam arti kedaulatan
berada di tangan rakyat dan dilaksanakan Di Indonesia juga terdapat berbagai
menurut Undang- Undang Dasar serta instansi penegak hukum diantaranya yaitu

13
terdapat Polisi dan Jaksa yang merupakan penegak hukum lainnya seperti hakim,
lembaga yang berada pada kekuasaan jaksa, dan polisi. “Namun demikian, meski
eksekutif atau pemerintah, Hakim yang sama-sama sebagai penegak hukum,
merupakan lembaga yang berada di bawah kedudukan, peran dan fugsi masing-
kekuasaan yudikatif atau peradilan dan masing berbeda satu sama lain”.
Advokat yang merupakan cerminan salah Advokat sebagai penegak hukum
satu penegak hukum yang berbeda dengan yang menjalankan peran dan fungsinya
aparat penegak hukum lainnya di mana secara mandiri untuk mewakili
dalam hal ini membela kepentingan rakyat kepentingan masyarakat (client) dan tidak
untuk membantu menemukan kebenaran terpengaruh pada kekuasaan negara (baik
materiil atau nyata, yang dalam yudikatif maupun eksekutif). Dalam
pelaksanaannya bercita-cita mewujudkan perspektif sejarah, disadari bahwa
dan mengimplementasikan negara hukum perjalanan profesi advokat di Indonesia
yang mencerminkan keadilan bagi seluruh tidak bisa lepas dari keterkaitannya dengan
masyarakat tanpa pandang bulu. “Istilah perubahan sosial. Para advokat Indonesia
tersebut lazim disebut dengan istilah terseret dalam arus perubahan tersebut.
hukum yaitu equality before the law yang Pada masa pra kemerdekaan dan saat ini
memiliki arti bahwa setiap orang memiliki setelah Indonesia merdeka, secara individu
kedudukan yang sama di hadapan hukum”. banyak advokat terlibat dalam perjuangan
Sebelum memahami lebih jauh kemerdekaan, terutama perjuangan politik
tentang advokat, akan lebih baik kita dan diplomasi. “Kala itu, kaum intelektual
pahami terlebih dahulu tentang pengertian dan pemimpin politik Indonesia memang
advokat agar membantu lebih memahami terbatas pada mereka yang berasal dari
jauh tentang kedudukan dan peran advokat kalangan advokat, dokter, insinyur dan
sebagai salah satu unsur penegak hukum pamong praja”.
yang independent atau bebas demi Mereka terdidik dalam alam
kepentingan klien. Menurut Undang- romantisme liberal dan etika berpikir
Undang Nomor 18 Tahun 2003 tentang Eropa Barat termasuk Belanda. “Karena
Advokat bahwa “Advokat adalah orang kedudukan yang cukup terhormat itu,
yang berprofesi memberi jasa hukum, baik maka perannya cukup signifikan dalam
di dalam maupun di luar pengadilan yang menentukan sikap politik para pemimpin
memenuhi persyaratan berdasarkan Indonesia pada masanya, seperti ikut
ketentuan Undang-Undang ini”. merumuskan dasar-dasar konstitusi
Secara historis, profesi Advokat Indonesia”.
sendiri termasuk salah satu profesi yang Di era kemerdekaan, pada masa
terbilang sudah tua di Indonesia. Jauh pemerintahan Sukarno dimana politik
sebelum bangsa Indonesia memperoleh menjadi panglima, para advokat diam tidak
kemerdekaan di tahun 1945, masyarakat bisa ikut melakukan revolusi. Dimasa itu
telah lebih dahulu mengenal istilah profesi pula kita mencatat sejarah peradilan yang
advokat, dan semakin lama terus relatif bersih dan berwibawa. Bahkan
berkembang kemudian pada tahun 1947 dimasa pemerintahan Suharto yang
diperkenalkan peraturan yang mengurusi represif menggunakan kekuatan militer,
masalah profesi advokat, peraturan itu Persatuan Advokat Indonesai (peradin)
dikenal dengan nama Reglement op de dengan berani dan terbuka diadili dengan
Rechterlijke organisatie en het Beleid der tuduhan makar tehadap Negara Republik
Justitie Indonesia. Selanjutnya dalam Indonesia, dihadapan Mahkamah Militer
Undang-Undang No. 18 Tahun 2003 Luar Biasa (Mahmilub). Akibat kondisi
tentang Advokat juga dijelaskan bahwa, politik, profesi para advokat Indonesia
advokat adalah penegak hukum yang mengalami perubahan yang
mempunyai kedudukan setara dengan membingungkan. Kalau mereka bisa aktif

14
dalam politik pada zaman parlementer, dan Guna mengisi kekosongan hukum
dihormati oleh hakim dan jaksa sebagai saat itu, akibat tidak kunjung diperjelasnya
unsur biasa dalam sistem peradilan. Pada fungsi advokat dalam perundang-undangan
zaman Demokrasi Terpimpin sebaliknya, di bidang peradilan sementara praktek
Mereka mulai dijauhkan dari lembaga pemberian bantuan hukum secara empirik
formal, diisolasi sebagai unsur swasta, dan terus dijalankan, pemerintah mengeluarkan
sering diperlakukan seperti musuh oleh Peraturan Menteri Kehakiman RI No. 1
hakim dan jaksa. tahun 1965 tentang Pokrol sebagai acuan
Pada permulaan tahun 1960-an awal. Pengaturan ini kemudian diikuti oleh
mafia korupsi peradilan mulai menonjol berbagai peraturan Mahkamah Agung dan
yang dimulai dari kantor kejaksaan, Pengadilan-pengadilan Tinggi di
bercampur kepengadilan dan pada bawahnya tentang pendaftaran advokat dan
akhirnya berimbas pada advokat yang sulit pengacara.
membela kliennya kecuali ikut main dalam Memasuki tahun 1970, sebenarnya
sistem mafia peradilan. Kondisi demikian, ada sebuah titik terang bagi kejelasan
hingga pasca lahirnya undang-undang No. fungsi iadvokat. Lewat pemberlakuan UU
18 Tahun 2003 Tentang Advokat masih No. 14 tahun 1970 tentang Ketentuan-
belum berubah, pada hal Pasal 5 undang- Ketentuan Pokok Kekuasaan Kehakiman,
undang No. 18 Tahun 2003, ayat (1) pemerintah membuka lebih luas pintu bagi
menyatakan bahwa Advokat berstatus advokat untuk memasuki sistem kekuasaan
sebagai penegak hukum, bebas dan kehakiman. Selain menjamin hak setiap
mandiri yang dijamin oleh hukum dan orang yang berperkara untuk mendapatkan
peraturan perundang-undangan. Artinya bantuan hukum, Pasal 38 UU tersebut juga
kedudukan advokat sama dengan penegak mengamanatkan diaturnya undang-undang
hukum lainnya yaitu polisi, jaksa dan tersendiri mengenai bantuan hukum.
hakim atau yang disebut dengan catur Amanat UU itulah yang menjadi dasar
wangsa. “Sebagai organisasi profesi, dimulainya perjuangan advokat Indonesia
advokat melalui pasal 28 undang-undang untuk menggolkan undang-undang khusus
No. 18 Tahun 2003 tentang Advokat yang mengatur profesinya. “Pada kongres
diamanatkan untuk membentuk wadah (Peradin) yang kedua tahun 1969, Peradin
tunggal organisasi advokat, yang Jawa Tengah mulai memperkenalkan
kemudian lahir PERADI (Perhimpunan naskah RUU Profesi Advokat”.
Advokat Indonesia)”. Lahirnya undang-undang advokat,
Sesungguhnya masyarakat mulai merupakan hasil perjuangan yang panjang
merasakan kebutuhan akan fungsi advokat. sejak dulu, selama ini advokat selalu
Kebutuhan ini diindikasikan dengan menjadi “anak bawang” dalam sistem
meluasnya peran pokrol bambu yang hukum dan sistem peradilan. Hampir
makin terasa akrab dan terjangkau oleh seluruh peraturan perundang-undangan
masyarakat. Pada prakteknya pun, profesi yang dibuat tentang peradilan tidak
advokat di Indonesia terus berkembang. Di mengakui secara tegas fungsi advokat di
banyak kota besar mulai bermunculan dalamnya. Bahkan sebagian produk
kantor-kantor hukum advokat profesional, perundang-undangan tersebut justru
menggantikan advokat-advokat Belanda mendatangkan intervensi eksternal atas
yang semakin berkurang jumlahnya advokat oleh pemerintah dan birokrasi
menjelang dan sesudah pembebasan Irian peradilan. Penghargaan terhadap fungsi
Barat. “Berbagai organisasi yang advokat dalam undang-undang mengenai
menaungi para advokat (Balie van peradilan biasanya baru datang bersamaan
Advocaten) pun banyak berdiri, termasuk dengan diintrodusirnya prinsip-prinsip
Persatuan Advokat Indonesia (Peradin) peradilan yang baik, seperti ketika
yang didirikan pada tahun 1963”. dibentuknya UU Kekuasaan Kehakiman

15
dan KUHAP (yang umumnya lebih kuat Metode pendekatan masalah yang
disebabkan oleh desakan internasional). digunakan disini adalah pendekatan
Namun karena diatur secara simbolis, normatif dalam artian penelitian hukum
maka permasalahan tentang fungsi advokat yang tertulis dikaji dari berbagai aspek
tidak secara nyata diselesaikan, seperti aspek teori, filosofi, perbandingan,
sebagaimana tidak nyatanya penyelesaian struktur/ komposisi, konsistensi,
masalah-masalah yang menghambat penjelasan umum dan penjelasan pada tiap
terciptanya fair trial. Oleh sebab itulah pasal, formalitas dan kekuatan mengikat
upaya mempertegas pengakuan negara suatu undang-undang serta bahasa yang
terhadap fungsi advokat dalam sistem digunakan adalah bahasa
peradilan harus sejalan dengan upaya hukum. “Sehingga dapat disimpulkan
mengakomodasikan sebesar-besarnya pada penelitian hukum normatif
kepentingan publik dalam pelaksanaan mempunyai cakupan yang luas”.
peradilan. E.3. Sumber dan Bahan
Oleh sebab itu, maka dengan ini Skripsi ini menggunakan bahan dan
dapat saya simpulkan bahwa pada sumber data yaitu data primer dan data
dasarnya penjabaran lebih dalam tentang sekunder, yaitu :
sebuah profesi advokat perlu dilakukan, 1. Data primer, merupakan data dan
karena profesi advokat adalah satu-satunya informasi yang diperoleh atau diterima
aparat penegak hukum yang dalam secara langsung dari masyarakat.
menjalankan tugas dan kewajibannya Dalam hal ini saya mengadakan
kepada rakyat dan tidak terdapat intervensi penelitian secara langsung di Kantor
dari pemerintah atau pihak manapun, maka DPC Peradi Kabupaten Bojonegoro.
saya akan melakukan penelitian lebih kritis 2. Data sekunder, merupakan data yang
mengenai profesi advokat baik mengenai diterima dan diperoleh dari bahan-
kedudukan dan peranan advokat dalam bahan pustaka. “Cara yang dipakai
rangka perwujudan hukum yang adil dan dalam kepustakaan ini adalah dengan
manfaat bagi seluruh masyarakat di membaca buku-buku, artikel, makalah
Indonesia secara umum dan di Bojonegoro ilmiah, dan penelusuran peraturan
secara khusus. perundang-undangan terkait”.
Berdasarkan hal tersebut di atas, maka E.4. Prosedur Pengumpulan Data dan
dengan ini saya dapat merumuskan judul Pengelolaan Bahan
yaitu : KEDUDUKAN DAN PERANAN Dalam melaksanakan pengumpulan data,
ADVOKAT DALAM PENEGAKAN penulis mengklasifikasikan serta
HUKUM DI INDONESIA (STUDY DI mengumpulkan data sesuai dengan jenis
DPC PERADI KABUPATEN data yang diambil, yaitu sebagai berikut :
BOJONEGORO). 1. Wawancara (Interview)
Wawancara merupakan bentuk
METODE pengumpulan data secara komunikatif
dengan narasumber atau pihak-pihak yang
E.1. Lokasi Penelitian
berkaitan dengan obyek penelitian,
Untuk memperoleh informasi dan data
selanjutnya hasil dari wawancara tersebut
yang diperlukan dalam penelitian skripsi
diolah.
ini penulis memilih tempat di Kabupaten
2. Studi Kepustakaan
Bojonegoro, yaitu di Kantor Dewan
Metode ini menggunakan penelitian serta
Pembina Cabang Perhimpunan Advokat
pengumpulan data melalui studi
Indonesia (PERADI) Kabupaten
kepustakaan yang digunakan adalah
Bojonegoro.
bahan-bahan yang ada kaitannya dengan
judul, di mana bahan-bahan yang saya
E.2. Pendekatan Masalah

16
dapatkan melalui buku-buku, perundang- dan fungsinya diberikan kewenangan
undangan, artikel-artikel, dan sebagainya. tetapi Advokat dalam menjalankan
E.5. Analisa bahan profesinya tidak diberikan kewenangan.
Dalam penelitian, analisa data yang Melihat kenyataan tersebut maka
bersifat deskriptif kualitatif dapat diperlukan pemberian kewenangan kepada
diartikan sebagai prosedur pemecahan advokat. “Kewenangan tersebut diperlukan
masalah yang diselediki dengan selain untuk menciptakan kesejajaran
menggambarkan atau melukiskan keadaan diantara aparat penegak hukum juga untuk
obyek atau subyek penelitian pada saat menghindari adanya multi tafsir diantara
sekarang berdasarkan fakta-fakta dari data aparat penegak hukum yang lain dan
yang tampak yaitu dari data yang diperoleh kalangan advokat itu sendiri terkait dengan
yang selanjutnya dihubungkan antara satu kewenangan”.
dengan yang lain untuk memperoleh Sementara UU No. 18 Tahun 2003
solusinya agar suatu peristiwa dipahami tentang Advokat tidak mengatur tentang
dengan baik. kewenangan Advokat di dalam
menjalankan fungsi dan tugasnya sebagai
Hasil dan Pembahasan aparat penegak hukum. Dengan demikian
maka terjadi kekosongan norma hukum
Secara sosiologis keberadaan
terkait dengan kewenangan Advokat
advokat di tengah-tengah masyarakat
tersebut. Perlu diketahui bahwa profesi
seperti buah simalakama. Fakta yang tidak
advokat adalah merupakan organ negara
terbantahkan adalah keberaaan advokat
yang menjalankan fungsi negara. Dengan
sangat dibutuhkan oleh masyarakat,
demikian maka profesi Advokat sama
khususnya masyarakat yang tersandung
dengan Kepolisian, Kejaksaan dan
perkara hukum. Tetapi ada juga sebagian
Kehakiman sebagai organ negara yang
masyarakat menilai bahwa keberadan
menjalankan fungsi negara. Bedanya
advokat dalam sistem penegakan hukum
adalah kalau Advokat adalah lembaga
tidak diperlukan. “Penelitian negatif ini
privat yang berfungsi publik sedangkan
tidak terlepas dari sepak terjang dari
Kepolisian, Kejaksaan dan Kehakiman
advokat sendiri yang kadang kala
adalah lembaga publik. Jika Advokat
menjalankan tugas dan fungsinya sebagai
dalam menjalankan fungsi dan tugasnya
aparat penegak hukum tidak sesuai dengan
diberikan kewenangan dalam statusnya
harapan dan yang paling disayangkan
sebagai aparat penegak hukum maka
adalah sebagian kecil advokat menjadi
kedudukannya sejajar dengan aparat
bagian dari mafia peradilan”.
penegak hukum yang lain. Dengan
Kedudukan advokat dalam sistem
kesejajaran tersebut akan tercipta
penegakan hukum sebagai penegak hukum
keseimbangan dalam rangka menciptakan
dan profesi terhormat. Dalam menjalankan
sistem penegakan hukum yang lebih baik.
fungsi dan tugasnya advokat seharusnya
Kewenangan Advokat dari Segi
dilengkapi oleh kewenangan sama dengan
Kekuasaan Yudisial Advokat dalam sistem
halnya dengan penegak hukum lain seperti
kekuasaan yudisial ditempatkan untuk
polisi, jaksa dan hakim. Kewenangan
menjaga dan mewakili masyarakat.
advokat dalam sistem penegakan hukum
Sedangkan hakim, jaksa, dan polisi
menjadi sangat penting guna menjaga
ditempatkan untuk mewakili kepentingan
keindependensian advokat dalam
negara. Pada posisi seperti ini kedudukan,
menjalanakan profesinya dan juga
fungsi dan peran advokat sangat penting,
menghindari adanya kesewenang-
terutama di dalam menjaga keseimbangan
wenangan yang dilakukan oleh penegak
diantara kepentingan negara dan
hukum yang lain.
masyarakat. Ada dua fungsi Advokat
Aparat penegak hukum seperti hakim,
terhadap keadilan yang perlu mendapat
jaksa dan polisi dalam menjalankan tugas

17
perhatian. Yaitu pertama kepentingan, pengacara, tetapi ia harus mempunyai
mewakili klien untuk menegakkan pengetahuan yang cukup tentang
keadilan, dan peran advokat penting bagi penyelesaian sengketa di bidang hukum.
klien yang diwakilinya. Kedua, membantu Namun pada dasarnya fungsi, peran, dan
klien, seseorang Advokat mempertahankan tanggungjawab dari advokat, pengacara,
legitimasi sistem peradilan dan fungsi penasehat hukum adalah sama,
Advokat. Selain kedua fungsi Advokat perbedaannya hanya jika dilihat dari segi
tersebut yang tidak kalah pentingnya, yaitu kompetensinya saja. Secara historis peran
bagaimana Advokat dapat memberikan advokat atau penasehat hukum ada seiring
pencerahan di bidang hukum di perkembangan hukum dan masyarakat,
masyarakat. Pencerahan tersebut bisa hukum akan selalu ada selagi ada
dilakukan dengan cara memberikan masyarakat dan masyarakat memerlukan
penyuluhan hukum, sosialisasi berbagai hukum sekaligus menghendaki penegakan
peraturan perundang-undangan, konsultasi hukum. Kemudian negara sebagai wujud
hukum kepada masyarakat baik melalui kekuasaan formal, bersama perangkat dan
media cetak, elektronik maupun secara sistem hukumnya dipercayakan untuk
langsung. melengkapi hukum yang masih berupa
Fakta yang tidak terbantahkan kesadaran dan norma moral. Sehingga
bahwa keberadaan Advokat sangat menjadi aturan atau norma hukum yang
dibutuhkan oleh masyarakat, khususnya dapat ditegakkan (enforceable). Seiring
masyarakat yang tersandung perkara dengan perkembangan hukum, masyarakat
hukum, untuk menunjang eksistensi sebagai subjek hukum membutuhkan
Advokat dalam menjalankan fungsi dan seseorang yang dapat membantunya dalam
tugasnya dalam sistem penegakan hukum, menegakkan keadilan baginya,
maka diperlukan kewenangan yang harus memecahkan permasalahan yang
diberikan kepada Advokat. Kewenangan dihadapinya serta membantu dalam
Advokat tersebut diperlukan dalam rangka perkaranya. Oleh karena latar belakang
menghindari tindakan kesewenang- demikian, dibutuhkanlah advokat atau
wenangan yang dilakukan oleh aparat pengacara sebagai penegak keadilan
penegak hukum yang lain (Hakim, Jaksa, baginya. Sasaran menghadirkan pengacara
Polisi) dan juga dapat memberikan batasan selain itu juga adalah memberikan bantuan
kewenangan yang jelas terhadap advokat hukum bagi terdakwa serta membantu
dalam menjalankan profesinya. “Dalam hakim dalam menemukan kebenaran.
praktik seringkali keberadaan Advokat Sehingga advokat dianggap sebagai
dalam menjalankan profesinya seringkali penegak hukum.
diabaikan oleh aparat penegak hukum. Hal Dari kondisi itu tampak urgensi
ini mengakibatkan kedudukan advokat adanya kewenangan advokat di dalam
tidak sejajar dengan aparat penegak hukum menjalankan fungsi dan tugasnya dalam
yang lain”. sistem penegak hukum. Kewenangan
Dari segi pengertian, Advokat ini advokat tersebut diberikan untuk
dapat dibedakan dengan pengacara dan mendukung terlaksananya penegakan
konsultan hukum. Pengacara yaitu hukum secara baik. Berdasarkan ketentuan
seseorang yang membantu penggugat di dalam Undang-Undang Nomor 18
maupun tergugat dan diangkat oleh Tahun 2003 dijelaskan bahwa hak dan
Pengadilan Tinggi tertentu dan batas kewaiban advokat diantaranya adalah :
wilayah tugasnya hanya diperbolehkan 1. Advokat bebas mengeluarkan pendapat
dalam wilayah hukum Pengadilan Tinggi atau pernyataan dalam membela
tersebut. Sedangkan konsultan hukum perkara yang menjadi tanggung
yaitu seseorang yang tidak harus memiliki jawabnya di dalam sidang pengadilan
ijin praktek sebagai advocat atau dengan tetap berpegang pada kode etik

18
profesi dan peraturan perundang- yang berkaitan dengan kepentingan
undangan. Artinya bahwa di dalam tersebut yang diperlukan untuk
melindungi dan membela klien pembelaan kepentingan kliennya sesuai
menghadapi suatu perkara, advokat dengan peraturan perundang-undangan.
secara bebas memberikan dan Ketentuan ini memberikan hak kepada
mengeluarkan pendapat demi advokat bahwa dalam hal pembelaan
kepentingan kliennya tersebut, namun terhadap klien, seorang advokat berhak
dalam pemberian pembelaan dengan mendapatkan informasi ataupun sumber
pernyataan yang bebas tersebut tetap data dari berbagai pihak baik
setiap advokat harus berpedoman dan pemerintah maupun bukan pemerintah.
berbataskan pada norma atau kode etik 5. Advokat dalam menjalankan tugas
yang berlaku di dalam profesi advokat profesinya dilarang membedakan
tersebut. perlakuan terhadap klien berdasarkan
2. Advokat bebas dalam menjalankan jenis kelamin, agama, politik,
tugas profesinya untuk membela keturunan, ras, atau latar belakang
perkara yang menjadi tanggung sosial dan budaya. Dengan ketentuan
jawabnya dengan tetap berpegang pada sebagaimana dimaksud di dalam
kode etik profesi dan peraturan Undang-Undang tentang advokat,
perundang-undangan. Artinya setiap bahwa seorang advokat harus berlaku
advokat di dalam menjalankan tugas adil dan tidak boleh berlaku secara
secara profesinya tidak dapat diskriminasi terhadap klien di dalam
diintervensi oleh pihak manapun, secara menjalankan tugas dan profesinya
jelas dalam menjalankan tanggung sebagai seorang advokat.
jawab secara independen tersebut 6. Advokat tidak dapat diidentikkan
berdasarkan dengan kode etik profesi dengan kliennya dalam membela
advokat. perkara klien oleh pihak yang
3. Advokat tidak dapat dituntut baik berwenang dan/atau masyarakat.
secara perdata maupun pidana dalam Artinya bahwa seorang advokat di
menjalankan tugas profesinya dengan dalam memberikan jasa ataupun
iktikad baik untuk kepentingan bantuan hukum terhadap klien tidak
pembelaan klien dalam sidang boleh dipersamakan baik secara sikap
pengadilan. Di dalam menjalankan ataupun perilakunya.
tanggung jawab profesi advokat di 7. Advokat wajib merahasiakan segala
persidangan, setiap advokat memang sesuatu yang diketahui atau diperoleh
tidak bisa dilakukan tindakan hukum dari kliennya karena hubungan
terhadapnya, artinya bahwa setiap profesinya, kecuali ditentukan lain
advokat ketika memberikan jasa oleh Undang-undang. Untuk setiap
maupun bantuan hukum kepada advokat wajib menyimpan segala hal
kliennya memang tidak bisa diberikan yang diketahuinya bersama tentang
sanksi hukum baik perdata maupun klien yang ditanganinya, baik itu
pidana sepanjang hal yang diberikan merupakan hal yang berbentuk dalam
dan ditunjukkan untuk kepentingan dokumen ataupun hal secara kasat
klien tersebut. Namun hak imunitas mata wajib disimpan dan tidak boleh
yang dimiliki oleh setiap advokat dipublikasikan, kecuali dalam hal
tersebut harus digunakan dengan baik informasi atau hal tersebut dibutuhkan
dan tidak boleh sesuka hati. oleh aparat hukum yang lain yang
4. Dalam menjalankan profesinya, diatur dalam perundang-undangan,
advokat berhak memperoleh informasi, maka setiap advokat tersebut boleh
data, dan dokumen lainnya, baik dari mempublikasikan informasi yang
instansi pemerintah maupun pihak lain diketahuinya tersebut.

19
8. Advokat berhak atas kerahasiaan yakni keadilan dan kebenaran. Nilai-nilai
hubungannya dengan klien, termasuk yang terkandung didalamnya haruslah
perlindungan atas berkas dan diwujudkan menjadi realitas yang nyata.
dokumennya terhadap penyitaan atau Eksistensi hukum menjadi nyata jika nilai-
pemeriksaan dan perlindungan nilai moral yang terkandung dalam hukum
terhadap penyadapan atas komunikasi dapat diimplementasikan dengan baik.
elektronik advokat. Artinya bahwa Penegakan hukum pada prinsipnya harus
setiap advokat dalam menjalankan memberikan manfaat atau berdaya guna
pembelaan terhadap kliennya wajib bagi masyarakat. Disamping itu
diberikan kerahasiaannya akan sebuah masyarakat juga mengharapkan adanya
dokumen, informasi ataupun hal-hal penegakan hukum dalam rangka mencapai
lain yang berhubungan dengan suatu keadilan. “Walaupun demikian tidak
kliennya secara hubungannya baik dapat dipungkiri, bahwa apa yang
oleh masyarakat maupun aparat dianggap berguna (sosiologis) belum tentu
penegak hukum lainnya. adil, juga sebaliknya apa yang dirasakan
9. Advokat dilarang memegang jabatan adil (filosopis), belum tentu berguna bagi
lain yang bertentangan dengan masyarakat”.
kepentingan tugas dan martabat Pada dasarnya, penegakan hukum
profesinya. Setiap advokat tidak dapat terlaksana dengan baik jikalau antara
diperkenankan merangkap jabatan lain, unsur masyarakat dan unsur penegak
seperti halnya pejabat partai ataupun hukumnya saling berkesinambungan
aparat hukum yang lainnya, ditakutkan dalam menjunjung tinggi prinsip serta
apabila setiap advokat memegang tujuan hukum. Dari unsur penegak hukum
jabatan lain yang meminta pengabdian ia harus memenuhi syarat formil dan syarat
sedemikian rupa, sehingga merugikan materiil. Syarat formil menentukan sah
profesi advokat atau mengurangi tidaknya kuasa hukum sedangkan syarat
kebebasan dan kemerdekaan dalam materiil menggambarkan apa yang
menjalankan tugas profesinya bahkan dilakukan kuasa hukum benar-benar
jika ada advokat yang menjadi pejabat kehendak dari kliennya. Apabila ada
negara, maka advokat tersebut harus perbedaan antara pihak formil dan pihak
berhenti menjalankan profesi tersebut. materiil maka yang dimenangkan adalah
10. Advokat berhak menerima pihak materiil yaitu klien, sebagai pihak
honorarium atas jasa hukum yang yang berkepentingan.
telah diberikan kepada kliennya. Dalam ketentuan pasal 5 ayat (1)
Berdasarkan atas dasar jasa hukum UU Advokat menyatakan bahwa status
yang telah diberikan oleh seorang advokat sebagai penegak hukum
advokat kepada kliennya, maka mempunyai kedudukan setara dengan
advokat tersebut berhak memberikan penegak hukum lainnya dalam upaya
honorarium baik berupa uang ataupun menegakkan hukum dan keadilan. Namun
barang sesuai dan besarannyapun status advokat selain bermakna sebagai
sesuai dengan kesepakatan yang telah penegak hukum, juga bemakna sebagai
disepakati di awal perjanjian diantara profesi. Oleh karenanya sering terjadi
kedua belah pihak. benturan kepentingan antara keduanya.
B. Kedudukan dan Peran Advokat Ketentuan pasal 5 UU Advokat tersebut
dalam Menjalankan Tugas memang telah merinci kedudukan dan
Pokoknya Sebagai Penegak Hukum wewenang advokat sebagai penegak
Independen di Indonesia. hukum. Akan tetapi, timbul masalah
Penegakan hukum merupakan apakah advokat/pengacara hanya harus
rangkaian proses penjabaran nilai, ide, dan membela kepentingan klien saja sehingga
cita untuk menjadi sebuah tujuan hukum walaupun dia tahu bahwa kliennya salah,

20
ia akan melakukan apa saja yang seperti jaksa dan hakim. Sehingga yang
dibolehkan agar putusan hakim tidak akan dikedepankan bukanlah prinsip kebenaran
merugikan klien, ataukah tugas advokat dan keadilan tapi kemenangan dalam suatu
sama dengan tugas hakim atau penegak perkara. Darisini muncul anggapan
hukum lainnya yaitu untuk menegakkan masyarakat bahwa hukum dapat
hukum demi kepentingan umum dengan dimanipulasi dan dibeli. Sehingga
menyandang predikat penegak hukum. kepercayaan kepada aparat penegak
Sehingga konsekuensinya, advokat tidak hukum ini lebur dengan sendirinya.
boleh membela kepentingan klien secara Jika kita pandang dari kacamata
membabi buta karena juga harus ikut sosiologi hukum, kita dapat
menegakkan hukum. mengasumsikan bahwa ada dua faktor
Menurut sebagian ahli hasil dari yang paling menonjol yang mempengaruhi
lokakarya para advokat di Jakarta, aparat penegak hukum dalam menegakkan
alternatif yang kedualah yang sesuai hukum yaitu faktor internal dan eksternal.
dengan tugas untuk menegakkan hukum Adapun faktor internal yang berasal dari
dan keadilan yang sesuai dengan ketentuan penegak hukum itu sendiri. Salah satu
Undang-Undang Kekuasaan Kehakiman contoh, adanya kecenderungan dari aparat
pasal 37 UU No. 48 tahun 2009 yang penegak hukum dalam menegakan hukum
menetapkan, “Bahwa dalam memberi berpedoman pada Undang-Undang semata
bantuan hukum pengacara membantu sehingga mengesampingkan nilai-nilai
melancarkan penyelesaian perkara, yaitu yang berkembang dalam masyarakat.
membantu hakim dalam memutuskan Selanjutnya faktor eksternal yang berasal
perkara dengan data dan informasi yang dari luar penegak hukum itu sendiri
ada padanya yang disampaikan dimuka misalnya ketika terjadi peristiwa hukum
pengadilan”. Menurut Prof. Sudikno adanya kecenderungan masyarakat yang
pengacara atau advokat kedudukannya menyelesaikan dengan caranya sendiri
subjektif karena ia ditunjuk oleh salah satu sepertihalnya penyuapan.
pihak untuk mewakilinya di persidangan Secara normatif, Undang-undang
dan penilainyapun sangat subyektif karena Advokat juga menegaskan bahwa peran
ia harus membela kepentingan kliennya. advokat adalah penegak hukum yang
Akan tetapi perlu diingat bahwa fungsi memiliki kedudukan setara dengan
pokok seorang pengacara adalah untuk penegak hukum lainnya (hakim, jaksa, dan
membantu melancarkan penyelesaian polisi). Namun, meskipun sama-sama
perkara dengan menjunjung tinggi sebagai penegak hukum, peran dan fungsi
pancasila, hukum dan keadilan, di samping para penegak hukum ini berbeda satu sama
itu juga sesuai dengan kode etik advokat lain. Dalam konsep trias politika tentang
bahwa advokat tidak harus mengutamakan pemisahan kekuasaan negara yang terdiri
kepentingan kliennya saja akan tetapi lebih dari kekuasaan legislatif, yudikatif, dan
pada mengutamakan tegaknya hukum, eksekutif. Penegak hukum yang terdiri dari
keadilan dan kebenaran. hakim, jaksa, dan polisi memiliki
Masalah lain timbul jika diihat dari kekuasaan yudikatif dan eksekutif. Dalam
fakta empiris bahwasanya advokat atau hal ini hakim sebagai penegak hukum yang
pegacara dalam menangani perkara hanya menjalankan kekuasaan yudikatif
memahami profesinya sebagai kuasa mewakili kepentingan negara dan jaksa
hukum dari klien dan mengesampingkan serta polisi yang menjalankan kekuasaan
profesinya sebagai salah satu aparat eksekutif mewakili kepentingan
penegak hukum. Sehingga ia akan mudah pemerintah.
menerima dalam bentuk apapun suap dari Advokat dalam hal ini tidak
klien bahkan sampai melakukan perjanjian termasuk dalam lingkup ketiga kekuasaan
dengan aparat penegak hukum lainnya tersebut (eksekutif, legislatif, dan

21
yudikatif). Advokat sebagai penegak mengatur dan mengelola operasionalisasi
hukum menjalankan peran dan fungsinya proses penegakan hukum”.
secara mandiri untuk mewakili Secara sosiologis, ada suatu jenis
kepentingan masyarakat dan tidak hukum yang mempunyai daya laku lebih
terpengaruh oleh kekuasaan negara kuat dibanding hukum yang lain. Didapati
(yudikatif dan eksekutif). Dalam mewakili hukum sebagai produk kekuasaan ternyata
kepentingan klien dan membela hak-hak tidak sesuai dengan hukum yang nyata
hukum tersebut, cara berpikir advokat hidup dalam masyarakat. Berdasar
harus objektif menilainya berdasarkan fenomena tersebut, maka peran advokat
keahlian yang dimiliki dan kode etik dalam menegakkan hukum akan berwujud,
profesi. Untuk itu, dalam kode etik yaitu :
ditentukan adanya ketentuan advokat boleh 1. Mendorong penerapan hukum yang
menolak menangani perkara yang menurut tepat untuk setiap kasus atau perkara.
keahliannya tidak ada dasar hukumnya, 2. Mendorong penerapan hukum tidak
dilarang memberikan informasi yang bertentangan dengan tuntutan
menyesatkan dan menjanjikan kesusilaan, ketertiban umum dan rasa
kemenangan kepada klien. keadilan individual dan sosial.
Profesi Advokat yang bebas 3. Mendorong agar hakim tetap netral
mempunyai arti bahwa dalam menjalankan dalam memeriksa dan memutus
profesinya membela masyarakat dalam perkara, bukan sebaliknya menempuh
memperjuangkan keadilan dan kebenaran segala cara agar hakim tidak netral
hukum tidak mendapatkan tekanan dalam menerapkan hukum. Karena itu
darimana pun juga. Kebebasan inilah yang salah satu asas penting dalam
harus dijamin dan dilindungi oleh UU pembelaan, apabila berkeyakinan
Nomor 18 tahun 2003 tentang Advokat seorang klien bersalah, maka advokat
agar jelas status dan kedudukannya dalam sebagai penegak hukum akan
masyarakat, sehingga bisa berfungsi secara menyodorkan asas clemency atau
maksimal. Peran Advokat tersebut tidak sekedar memohon keadilan.
akan pernah lepas dari masalah penegakan Selain peran diatas, Advokat
hukum di Indonesia. Pola penegakan juga memiliki peran dalam
hukum dipengaruhi oleh tingkat pengawasan penegakan hukum,
perkembangan masyarakat, tempat hukum penjaga kekuasaan kehakiman dan
tersebut berlaku atau diberlakukan. Dalam sebagai pekerja sosial. peran tersebut
masyarakat sederhana, pola penegakan akan di jabarkan sebagai berikut :
hukumnya dilaksanakan melalui prosedur 1. Peran Advokat sebagai pengawas
dan mekanisme yang sederhana pula. penegakan hukum
Namun dalam masyarakat modern yang Fungsi pengawasan penegakan hukum
bersifat rasional dan memiliki tingkat terutama dijalankan oleh perhimpunan
spesialisasi dan diferensiasi yang begitu advokat. Pengawasan ini mencakup dua
tinggi, pengorganisasian penegakan hal yaitu, secara internal peran himpunan
hukumnya menjadi begitu kompleks dan advokat harus dapat menjadi sarana efektif
sangat birokratis. Semakin modern suatu mengawasi tingkah laku advokat dalam
masyarakat, maka akan semakin kompleks profesi penegakan hukum atau penerapan
dan semakin birokratis proses penegakan hukum. Harus ada cara- cara yang efektif
hukumnya. “Sebagai akibatnya yang untuk mengendalikan advokat yang tidak
memegang peranan penting dalam suatu mengindahkan etika profesi dan aturan-
proses penegakan hukum bukan hanya aturan untuk menjalankan tugas advokat
manusia yang menjadi aparat penegak secara baik dan benar. Secara eksternal,
hukum, namun juga organisasi yang secara eksternal baik himpunan advokat
maupun advokat secara individual harus

22
menjadi pengawas agar peradilan dapat atau mewakili (mendampingi) kliennya
berjalan secara benar dan tepat. Bukan dalam beracara dan menyelesaikan perkara
justru sebaliknya, advokat menjadi bagian yang diajukan ke pengadilan.
dari upaya menghalangi suatu proses Pelaksanaan hukum di dalam
peradilan. masyarakat sangatlah bergantung pada
2. Peran Advokat sebagai penjaga kesadaran hukum suatu masyarakat
Kekuasaan Kehakiman dikarenakan ia menjadi subjek hukum.
Perlindungan atau jaminan kehakiman Namun selain tergantung pada kesadaran
yang merdeka tidak boleh hanya diartikan hukum masyarakat juga tergantung dan
sebagai bebas dari pengaruh atau tekanan sangat ditentukan oleh pelaksanaan
dari kekuasaan Negara atau pemerintahan. penegakan hukum oleh para petugas
Kekuasaan kehakiman yang merdeka harus penegak hukum. Oleh karenanya banyak
juga diartikan sebagai lepas dari pengaruh peraturan hukum yang tidak dapat
atau tekanan publik, baik yang terlaksana dengan baik dikarenakan oknum
terorganisasi dalam infra struktur maupun penegak hukum kurang paham dalam
yang insidental. Tekanan itu dapat dalam melaksanakan tugas dan
bentuk melancarkan tekanan nyata, tanggungjawabnya.
membentuk pendapat umum yang tidak
benar, ancaman dan pengrusakan Adapun kode etik yang berhubungan
prasarana dan sarana peradilan. Tekanan dengan cara kerja advokat khususnya
tersebut dapat pula bersifat individual dalam menangani perkara seorang advokat
dalam bentuk menyuap penegak hukum harus memegang rahasia yang berkaitan
agar berpihak. Advokat sebagai penegak dengan rahasia jabatan yang melekat pada
hukum, terutama yang terlibat dalam dirinya. Advokat dalam membela kliennya
penyelenggaraan kehakiman semestinya harus memegang teguh prinsip Equality
ikut menjaga agar kekuasaan kehakiman before the Law yakni jaminan
yang merdeka dapat berjalan sebagaimana kesederajatan dihadapan hukum dan
mestinya. prinsip Presumption of innocene (Praduga
3. Peran Advokat sebagai pekerja sosial tak bersalah) yakni menganggap kliennya
Pekerja sosial dalam hal ini adalah pekerja benar berdasarkan data dan informasi yang
sosial di bidang hukum. Sebagaimana diberikan padanya. Prinsip tersebut
diketahui, betapa banyak rakyat yang dilaksanakan agar didalam pembelaannya,
menghadapi persoalan hukum, tetapi tidak seorang Advokat berani menjalankan
berdaya. Mereka bukan saja tidak berdaya profesi dan fungsinya dengan efektif.
secara ekonomis tetapi mungkin juga tidak
KESIMPULAN
berdaya menghadapi kekuasaan. Berdasar
hal tersebut, maka persoalan-persoalan Berdasarkan hasil pembahasan di
hukum yang yang dihadapi rakyat kecil atas mengenai judul penelitian Kedudukan
dan lemah yang memerlukan bantuan, Dan Peranan Advokat dalam Penegakan
termasuk dari para advokat. UU Advokat Hukum di Indonesia (Study di DPC Peradi
pasal 21 dalam hal ini memaparkan bahwa Kabupaten Bojonegoro), dengan ini maka
advokat wajib memberikan bantuan hukum dapat disimpulkan beberapa hal,
secara cuma-cuma kepada pencari keadilan diantaranya adalah :
yang tidak mampu. 1. Advokat adalah seseorang yang
Dari berbagai peran advokat berprofesi memberi jasa hukum
tersebut memberikan pemahaman bahwa maupun bantuan hukum, baik di dalam
advokat adalah seorang ahli hukum yang pengadilan maupun di luar pengadilan
memberikan jasa atau bantuan hukum sesuai dengan ketentuan dan syarat-
kepada kliennya. Bantuan hukum tersebut syarat yang telah diatur dalam Undang-
bisa berupa nasehat hukum, pembelaan Undang tentang Advokat. Advokat

23
memiliki peranan dalam penegakan Sartono & Bhekti Suryani, S. IP,
hukum, sebagai pengawas penegakan Prinsip-Prinsip Dasar Profesi
hukum, sebagai penjaga Kekuasaan Advokat. Jakarta, Dunia
Kehakiman dan sebagai pekerja sosial.
Cerdas, 2013
Kewenangan advokat dari segi
kekuasaan yudisial advokat dalam
sistem kekuasaan yudisial
ditempatkan untuk menjaga dan
mewakili kepentingan klien yaitu
kepentingan masyarakat. Karena
kewenangan advokat dalam sistem
penegakan hukum menjadi sangat
penting guna menjaga
keindependensian advokat dalam
menjalanakan profesinya tersebut
berdasarkan dengan kode etik profesi
advokat dan juga menghindari
kemungkinan adanya intervensi atau
campur tangan dari pemerintah.
Advokat bebas dalam menjalankan
tugas profesinya untuk membela
perkara yang menjadi tanggung
jawabnya dengan tetap berpegang
pada kode etik profesi dan peraturan
perundang-undangan serta tidak dapat
dituntut baik secara perdata maupun
pidana dalam menjalankan tugas
profesinya dengan iktikad baik untuk
kepentingan pembelaan klien dalam
sidang pengadilan.

DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman, Aneka Masalah Dalam
Praktek Penegakan Hukum di
Indonesia, Bandung: Penerbit
Alumni, 1980.

Burhan Ashshofa, SH, Metode


Penelitian Hukum, Rieneka
Cipta, Jakarta, 2007.

Mukti Arto, Mencari Keadilan (Kritik


Solusi terhadap Praktik
Peradilan Perdata di
Indonesia), Jakarta, Pustaka
Pelajar, 2001.

24

Anda mungkin juga menyukai