BAB I
HUKUM WARIS
A. Negara Hukum
Indonesia sebagi negara yang lahir di abad modern menyatakan
dirinya sebagai negara hukum. Konsep negara hukum yang dianut oleh
Indonesia banyak dipengaruhi paham Eropa Kontinental. Hal ini dapat
dipahami karena Indonesia adalah bekas jajahan Belanda yang membawa
pengaruh konsep negara hukum Eropa Kontinental. Karena istilah yang
digunakan adalah rechtsstaat, pertanyaannya adalah rechtsstaat atau negara
hukum bagaimana yang dianut di Indonesia?1
1. Konsep Negara Hukum Rechtsstaat
Istilah rechtsstaat yang diterjemahkan sebagai negara hukum
menurut Philipus M. Hadjon mulai populer di Eropa Sejak abad ke-19,
meski pemikiran tentang hal itu telah lama ada. 2 Cita negara hukum itu
untuk pertama kalinya di kemukakan oleh Plato dan kemudian
pemikiran tersebut dipertegas oleh Aristoteles. 3
Menurut Aristoteles, yang memerintah dalam suatu negara
bukanlah manusia, melainkan pikiran yang adil dan kesusilaanlah yang
menentukan baik atau buruknya suatu hukum. 4 Menurut Aristoteles,
suatu negara yang balk ialah negara yang diperintah dengan konstitusi
dan berkedaulatan hukum. Ia menyatakan: 5
Constitutional rule in a state is closely connected, also with
the requestion whether is better to be rulied by the best men or
the best law, since a government in accordinace with law,
accordingly the supremacy of law is accepted byAristoteles as
mark of good state and not merely as an unfotunate neceesity.
(Terjemahan bebas : Aturan konstitusional dalam suatu negara
berkaitan secara erat, juga dengan mempertanyakan kembali
1
Iriyanto A. Baso Ence, Negara Hukum dan Hak Uji Konstitusional Mahkamah
Konstitusi, (Bandung: Alimni, 2008), 31-57.
2
Philipus. M. Hadjon, Kedaulatan Rakyat, Negara Hukum dan Hak-hak Asasi
Manusia, Kumpulan Tulisan dalam Rangka 70 Tahun Sri Soemantri Martosoewigjo,
(Jakarta: Media Pratama, 1996), hlm 72.
3
Nimatul Huda, Negara Hukum, Demokrasi dan Judicial Review, (Yogyakarta: UII
Press, 2005), hlm 1.
4
Ibid.
5
George Sabine, A History of Political Theory, (London: George G. Harrap & Co.
Ltd., 1945), hlm 92; lihat juga Dahlan Thaib, Kedaulatan Rakyat, Negara Hukum dan
Konstitusi, (Yogyakarta: Liberty, 2000), hlm 22.
Ibid.
Philipus M. Hadjon, Perlindungan Hukum Bagi Rakyat di Indonesia,
(Surabaya, Bina Ilmu, 1987), hlm 72.
8
Nimatui Huda, Negara Hukum..., Op.Cit. hlm 9.
7
hlm 24.
14
19
20
21
22
23
24
Kedua
Loc. Cit.
36
37
Philipus M. Hadjon, Perlindungan Hukum Bagi Rakyat ... , Op.Cit. hlm 72.
Philipus M. Hadjon, Kedaulatan Rakyat. Negara Hukum, Op. Cit., hlm 78.
Cit.
38
Ibid.hlm 91.
Ibid.
56
Oemar Senoadji, Op. Cit. him. 35.
57
Ibid. hlm 36.
58
Azhary, Negara Hukum ..., Op.Cit. hlm 94.
59
Lihat Pasal 28 E ayat (1) dan Pasal 29 UUD 1945.
55
Hukum Waris
1.
Bab XIII
Bab XIV
Bab XV
Bab XVI
Bab XVII :
Bab XVIII :
E.M. Meijers, Sen Asser, Handleiding tot de beoefening van het Nederlands
Burgelijkreht, jilid keempat Erfrecht cetakan tahun 1915, hlm 2.
kebendaan
Pitlo, Het Eifrecht naar het Nederlands Burgelijk Wetboek, cetakan kedua,
tahun 1955 hlm. 2; lihat juga Ali Affandi dalam Hukum Waris, hlm 8, berpendapat
bahwa pengaruh Hukum Germania kuno di dalam Burgerlijk Wetboek lebih besar.
72
Pitlo, hlm 258; J. Satrio, Pendaftaran Hak Atas Tanah Dan Kewenangan
Mengambil Tindakan Pemilikan (beschikking), dimuat dalam Media Notariat No. 3
tahun II April 1987, hlm. 32 dan selanjutnya.
73
E.M. Meyers, hlm 2; A. Pitlo, hlm 2; Hartono Surjopratiknyo, Hukum Waris
Tanpa Wasiat, cetakan pertama, tahun 1982, hlm. 2.
Supomo, Sistem Hukum di Indonesia, cetakan ketiga tahun 1957 hlm 96; lihat
juga dalam Englebrecht 1954 hlm 167.
78
80
Tiap anak yang lahir dalam keluarga itu turut serta menjadi
pemilik, sedangkan tiap-tiap suami ataupun istri yang meninggal dunia
selalu membiarkan saja barang-barang itu dalam keadaan yang semula.
Karena sifatnya tidak mungkin dibagi-bagi menimbulkan adanya sistem
kewarisan kolektif.
81
Ibid.
Ibid., (P.A.F. Lamintang mengutip Van Hattum, Hand-en Leerboek, hlm. 1),
hlm. 2-3.
86
100
101
Menurut
van
BEMMELEN,
walaupun
elemen-elemen
toerekenbaarheid van het feit dan toerekeningsvatbaarheid van de
dader itu oleh pembentuk undang-undang telah tidak pernah
dinyatakan secara tegas sebagai unsur dan delik yang mana pun di
dalam undang-undang, akan tetapi elemen-elemen tersebut haruslah
dianggap sebagai juga disyaratkan di dalam setiap rumusan delik.
102
Kriminalitas
Pengertian kriminalitas. Kriminalitas menurut bahasa adalah sama
dengan kejahatan (pelanggaran yang dapat dihukum) yaitu perkara
kejahatan yang dapat dihukum menurut Undang-Undang, sedangkan
pengertian kriminalitas menurut istilah diartikan sebagai suatu kejahatan
yang tergolong dalam pelanggaran hukum positif (hukum yang berlaku
dalam suatu negara).
110
Sudarto, Hukum dan Hukum Pidana, (Bandung: Alumni, 1986), hlm. 31.
1. Asas Kriminalisasi
Asas adalah prinsip-prinsip atau dasar-dasar atau landasan
pembuatan suatu peraturan, kebijakan dak keputusan mengenai
aktivitas hidup manusia. Dalam konteks kriminalisasi, asas diartikan
sebagai konsepsi-konsepsi dasar, norma-norma etis , dan prinsip-prinsip
hukum yang menuntun pembentukan hukum pidana melalui pembuatan
peraturan perundang-undangan pidana. Ada tiga asas kriminalisai yang
berlaku diperhatikan pembentuk undang-undang dalam menetapkan
suatu perbuatan sebagai tindak pidana beserta ancaman sanksi
pidananya, yakni, Asas legalitas, Asas subsidiaritas dan Asas
persamaan atau kesamaan.111
Kriminalisasi muncul ketika kita dihadapkan pada suatu perbuatan
yang merugikan orang lain atau masyarakat yang hukumnya belum ada
atau belum ditemukan, Persoalan kriminalisasi timbul karena dihadapan
kita terdapat perbuatan yang berdimensi baru, sehingga muncul
pertanyaan adakah hukumnya untuk perbuatan tersebut. Kesan yang
muncul kemudian adalah terjadinya kekosongan hukum yang akhirnya
mendorong kriminalisasi terhadap perbuatan tersebut.
2. Kebijakan Kriminalisasi Dalam Hukum Pidana
Kebijakan kriminalisasi merupakan menetapkan perbuatan yang
semula bukan tindak pidana menjadi suatu tindak pidana dalam aturan
perundang-undangan. Pada hakikatnya kebijakan kriminalisasi
merupakan bagian dari kebijakan kriminal dengan menggunakan sarana
hukum pidana, dan oleh karena itu termasuk bagian dari kebijakan
hukum pidana.112 Dalam rangka menanggulangi kejahatan diperlukakan
berbagai sarana sebagai reaksi yang dapat diberikan kepada pelaku
kejahatan berupa pidana. Karena, pidana masih dianggap relevan untuk
menanggulangi kejahatan, meski masih banyak reaksi lain yang berupa
non-pidana dalam menanggulangi kejahatan. Pidana sebagai sarana
pengendalian kejahatan diperlukan adanya konsepsi politik dalam
hukum pidana yakni mengadakan pemilihan untuk mencapai hasil
111
Mahrus Ali. Dasar-dasar Hukum Pidana. (Jakarta: Sinar Grafika, 2011) hlm
86-88
112
113
Ibid.
Barda Nawawi Arief, Kebijakan Legislatif dalam Penanggulangan Kejahatan
dengan Pidana Penjara, cetakan keempat, (Yogyakarta: Genta Publishing, 2010), hlm.
35.
114
Sudarto. HukumPidanadanPerkembanganMasyarakatKajianTerhadap
PembaharuanHukumPidana,(Bandung:Alumni,1983),hlm.84.
115