Anda di halaman 1dari 2

NAMA : TASYA

KELAS : X IPA
kjokkenmoddinger Ketika pertama kali ditemukan, para ahli geologi mengira bahwa kjokkenmoddinger adalah
suatu lapisan bumi yang istimewa. Namun, setelah diteliti lebih lanjut, ternyata tumpukan kerang tersebut adalah
sisa sampah dapur manusia purba.

Kjokkenmoddinger terdiri dari tumpukan kerang yang sama sekali tidak bercampur dengan pasir ataupun tanah di
sekitarnya. Bahkan kerang-kerangnya sebagian telah menjadi fosil dan merekat menjadi satu membentuk
tumpukan yang sangat padat.

Penemuan kjokkenmoddinger menunjukkan bahwa manusia purba yang hidup di zaman ini memiliki
kecenderungan tinggal di pinggir pantai. Oleh karena itu, kerang dan siput menjadi sumber daya yang
banyak dimanfaatkan sebagai bahan pangan. Kulit-kulit kerang dan siput yang menumpuk selama
bertahun-tahun, atau mungkin ribuan tahun, akhirnya menjadi bukit yang disebut sebagai
kjokkenmoddinger. Kjokkenmoddinger fungsinya bagi manusia purba adalah sebagai tempat
pembuangan akhir dari sisa-sisa makanan mereka.

kebudayaan manusia purba paling terkenal pada Zaman Mesolitikum.

Pada jaman Mesolitikum manusia purba sudah memiliki tempat tinggal untuk mengembangkan
peradabannya. Mereka memilih gua sebagai tempat tinggal yang disebut abris sous roche. Berikut
beberapa lokasi penemuan abris sous roche di Indonesia: 1. Abris sous roche Goa Lawa Abris sous roche
pertama kali dilakukan penelitian oleh Von Stein Callenfels di Goa Lawa dekat Sampung, Ponorogo, pada
1928-1931. Alat-alat peninggalan manusia purba yang ditemukan di lokasi ini cukup banyak macamnya.
Seperti contohnya alat-alat batu, ujung panah, flakes, batu-batu penggilingan, kapak dari Zaman
Neolitikum, peralatan dari tulang dan tanduk rusa, juga alat-alat dari perunggu dan besi. Alat-alat
manusia purba yang ditemukan di lokasi ini lebih banyak terbuat dari tulang, sehingga disebut sebagai
Sampung Bone Culture. Dilihat dari peninggalannya, abris sous roche ini diperkirakan digunakan sebagai
tempat tinggal dalam jangka waktu yang sangat lama. Anehnya, di Goa Lawa justru tidak ditemukan
kapak pendek yang menjadi ciri khas Zaman Mesolitikum.

2. Abris sous roche Besuki Kebudayaan abris sous roche juga ditemukan oleh Van Heekeren di Besuki
(Bojonegoro). Di tempat ini ditemukan kapak pendek, ujung panah, dan alat-alat dari tulang. Selain itu,
abris sous roche di daerah Bojonegoro juga ditemukan alat-alat dari kerang dan tulang belulang manusia
jenis Papua-Melanesoide. 3. Abris sous roche Sulawesi Selatan Di daerah Sulawesi Selatan cukup banyak
ditemukan abris sous roche. Bahkan menjelang akhir abad yang lalu, beberapa goa yang ada di daerah
Lamoncong masih dihuni oleh suku bangsa Toala. Saat dilakukan penyelidikan pada 1893-1896, suku
bangsa Toala diyakini sebagai keturunan langsung dari manusia zaman prasejarah dan masih sekeluarga
dengan suku bangsa Wedda. Di tempat tersebut, ditemukan peninggalan berupa flakes dan alat-alat dari
tulang. Di antara flakes tersebut banyak ujung-ujung panah yang memiliki keistimewaan karena sisi-
sisinya bergerigi. 4. Abris sous roche di Timor dan Rote Abris sous roche di daerah Timor dan Rote
ditemukan oleh Alfred Buhler. Alfred juga menemukan flakes yang unik, di mana ujung-ujungnya terbuat
dari batu indah seperti chalcedon. Referensi: Soekmono. (1973). Pengantar Sejarah Kebudayaan
Indonesia 1. Yogyakarta: Kanisius.

Anda mungkin juga menyukai