Anda di halaman 1dari 10

BAB I PENDAHULUAN

1. Definisi kain sarung


Secara umum, kain sarung merupakan sepotong kain lebar yang dijahit pada kedua
ujungnya sehingga berbentuk seperti pipa. Dalam tata busana Internasional, sarung berarti
sepotong kain lebar yang pemakaiannya dibebatkan pada pinggang untuk menutup bagian
bawah tubuh. Sedangkan didalam pertekstilan, kain sarung merupakan kain tenun bercorak
dengan ukuran tertentu, berbentuk silinder, mempunyai corak badan, tumpal, tepi dan
pinggir.

2. Bagian bagian kain sarung

a. Pinggir

Pinggir adalah corak ke arah lusi, terletak paling luar dari kedua belah sisi kain sarung,
dan mempunyai lebar tertentu serta biasanya memakai warna muda atau putih
b. Tepi
Tepi adalah corak ke arah lusi, terletak diantara pinggir dan corak badan, dan
mempunyai lebar tertentu serta biasanya memakai warna tua
c. Corak badan
Corak badan adalah corak pokok pada kain sarung yang terdiri atas corak dasar dan
corak kembang, untuk arah lusi terletak diantara kedua tepi sarung
 Corak dasar
Corak dasar adalah bagian dari corak badan yang biasanya terdiri dari satu warna,
letaknya untuk sarung model pelekat terletak sesudah tepi dan untuk kain sarung
model poleng terletak sesudah kembang
 Corak kembang
Corak kembang adalah bagian dari corak badan, terdiri dari beberapa strip warna lusi
atau pakan. Pada arah lusi letaknya untuk sarung pelekat terletak sesudah dasar dan
untuk kain sarung poleng letaknya sesudah tepi.
d. Tumpal
Tumpal adalah bagian kain sarung yang coraknya berbeda dengan corak badan kain
sarung tersebut, terletak ditengah-tengah badan sarung dan merupakan tanda
pengenal kain sarung; tumpal terletak setelah dasar pada kain sarung model pelekat
dan pada kain sarung model poleng terletak setelah kembang

1
e. Jahit
Jahit adalah bagian dari kain sarung, terletak pada kedua ujung kain sarung,
dimaksudkan untuk menggabungkan kedua ujung dari kain sarung sehingga diperoleh
bentuk silinder, warnanya sama dengan warna dasar atau kembang
3. Corak Kain Sarung1
Penyusunan corak pakan pada kain sarung dilakukan dengan cara menyusun kartu –
kartu dan dadu yang disesuaikan dengan susunan corak pakan yang telah
direncanakan. Kain sarung adalah suatu benda yang berbentuk selongsong (seperti
silinder) dimana mempunyai corak yang terdiri dari pinggir, tepi, badan (dasar dan
kembang), dan tumpal. Susunan corak lusinya memiliki aturan. Corak lusi pinggir bisa
dibuat bervariasi, sedangkan corak lusi arah badan terdiri dari dasar dan kembang.
Jika awalnya dimulai dengan corak dasar, maka akhirnya pun harus corak dasar.
Demikian pula jika awalnya dimulai dengan corak kembang maka akhirnya pun harus
harus corak kembang, dengan ketentuan pengulangan disesuaikan dengan jenis
kainnya. Pada corak badan terdapat tumpal (di bagian belakang), dan berwarna lebih
tua.
Bagian – bagian corak ke arah lusi dan arah pakan

a. Arah lusi
 Pinggir
 Tepi
 Badan yang terdiri dari dasar dan kembang
b. Arah pakan
 Gunting dan Jahit
 Badan yang terdiri dari dasar dan kembang
 Tumpal
 Badan
 Jahit dan gunting
Kain sarung yang pembuatan coraknya dilakukan di mesin tenun adalah sarung poleng
dan polekat. Perbedaan 2 sarung tersebut antara lain:

Sarung Polekat Sarung Poleng


Rumus : ½ Dasar – 1 Kembang – ½ Rumus : ½ Kembang – 1 Dasar – ½
Dasar Kembang
1. Corak kotak – kotak kecil 1. Corak kotak – kotak besar
2. Warna – warna cerah/ muda 2. Warna – warna tua
3. Tumpal terdiri dari 5 perulangan 3. Tumpal terdiri dari 4 perulangan
4. Biasa untuk orang muda 4. Biasa untuk orang tua

Panjang rata – rata kain sarung adalah : + 2,1 – 2,4 meter. Sedangkan lebar rata –
rata kain sarung adalah + 1,2 – 1,4 meter. Diantara badan dan tepi pada susunan
corak ke arah lusi jika ada benang sisa, bisa dibuat variasi, bisa juga dibuat variasi ke
arah pakan.
Pola penyusunan kartu sarung:

2
 Polekat  Poleng
 Tutup tengah  Tutup tengah
 Gunting dan Jahit  Gunting dan Jahit
 Tutup tengah  Tutup tengah
 ½ Dasar – 1 Kembang – ½  ½ Kembang – 1 Dasar – ½
Dasar Kembang
 Tutup tengah  Tutup tengah
 ½ Dasar  ½ Kembang
 Tutup tengah  Tutup tengah
 Tumpal  Tumpal
 Tutup tengah  Tutup tengah
 Dasar tumpal  Dasar tumpal
 Tutup tengah  Tutup tengah

4. Jenis – jenis kain sarung


a. Sarung poleng bali
Kain tenun poleng sudah menjadi bagian dari kehidupan religious umat Hindu di Bali.
Kain ini biasa digunakan untuk keperluan sacral, profane, tedung, umbul – umbul.
Berdasarkan warnanya ada kain poleng yang disebut rwabhineda (hitam dan putih),
sudhamala (putih, abu abu, hitam), dan tridatu (putih, hitam, merah).

Sarung poleng Bali


b. Sarung Poleng
Sarung jenis ini banyak dibuat di
Jawa Barat. Corak lusi dan pakan
sama dengan sarung plekat.
Perbedaannya terletak pada warna
pinggir kain yang selalu berwrna
putih. Penggunaan warna dasar pada
sarung poleng lebih tua daripada
sarung plekat. Bahan sarung poleng
adalah benang kapas dan rayon
dengan corak tepi – pinggir- dasar.
c.
d. Sarung plekat
Sarung plekat bermotif kotak – kotak yang dibentuk oleh warna – warna benang lusi
dan benang pakan. Pada umumnya kain sarung plekat berwarna muda dan pucat.
Susunan corak lusi terdiri dari dasar dan kembang sebagai satu repeat warna.
Biasanya dasar terdiri dari satu warna lusi. Kembang terdiri sari beberapa strip warna.
3
Warna pada pinggir kain sama dengan warna dasar, sedangkan warna tepi sama
dengan warna kembang yang stripnya dominan.
Susunan corak pakan terdiri dari : dasar dan kembang sebagai corak utama. Terdapat
juga corak tumpal dan kempala. Corak ini terdiri dari warna dasar tumpal dan strip
tumpal. Warna dasar tumal sama dengan warna tepi, sedangkan warna strip tumpal
sama dengan warna pinggir, ukuran lebar tunpal berkisar 25 – 30 cm. Apabila sarung
plekat ditenun menggunakan alat tenun yang berukuran 1 x lebar, maka 1 helai sarung
ditenung sepanjang 404 cm dengan lebar + 68 cm. Untuk menjadi sarung, panjang
kain dipotong menjadi dua bagian, kemudian disatukan dengan jahitan ke arah lusi.

e. Sarung Bugis
Sarung ini dibuat di daerah Bugis, Ujung Pandang, Sulawesi Selatan. Sarung ini
terbuat dari benang sutera. Kain sarung di daerah Bugis sendiri memiliki 2 jenis kain
sarung, yaitu kain sutera dan kain mandar. Dalam bahasa bugis sarung sutera berarti
“lipa’sa’be” dan sarung mandar “lipa’mentre”. Proses penenunannya menggunakan
alat tenun gedogan. Adapun perbedaan antara kain sutera dan kain mandar sebagai
berikut.
• Sarung sutera menggunakan bermacam-macam warna kuat (menyala)
• Sarung mandar hanya menggunakan dua macam warna (merah tua dan hitam atau
coklat dengan corak kotak-kotak kecil.
• Sarung mandar jarang dipakai oleh wanita.

BAB II HASIL PRAKTIKUM


4
1. Buatlah Analisa susunan corak lusi dan pakan kain sarung yang saudara bawa

Corak Pakan
Gunting : 2 Biru ½ Kembang : 2 Orange
Jahit (1/2 K) : 2 Putih 2 Biru
24 Cream 2 Orange
4 Putih 6 Biru
18 Putih
2 Biru
2 Biru
18 Putih 4 Putih
6 Biru 24 Cream
2 Orange 2 Putih
2 Biru Corak Variasi : 2 Biru
2 Orange 4 Putih
½ Kembang : 2 Orange
2 Biru
24 Biru
2 Orange 4 Putih
6 Biru Tumpal : 24 Biru
18 Putih 2 Putih
2 Biru 24 Biru
4 Putih 4 Putih
24 Cream Corak Variasi : 2 Biru
2 Putih 2 Putih
1 Dasar : 74 Biru Kepala Tumpal: 44 Biru
½ Kembang : 2 Putih
24 Cream
4 Putih
2 Biru
18 Putih
6 Biru
2 Orange
2 Biru
2 Orange

Corak Lusi

Pinggir : 16 Putih 2 Biru


5
2 Kuning 2 Orange
2 Putih 6 Biru
Tepi : 52 Biru Tua 20 Putih
1 Dasar : 74 Biru 2 Biru
1 Kembang : 2 Putih 8 Putih
24 Cream 24 Cream
8 Putih 2 Putih
2 Biru 1 Dasar : 74 Biru
20 Putih Tepi : 52 Biru Tua
6 Biru Pinggir : 2 Putih
2 Orange 2 Kuning
2 Biru 16 Putih
6 Orange

2. Menimbang berat dan mengukur lebar serta panjang kain sarung

Berat Kain Sarung : 261, 28 gram


Lebar Kain Sarung : 122 cm
Panjang Kain Sarung : 104 x 2 = 208 cm
Tetal Lusi : 64 Hl/Inch = 25,19 hl/cm
Tetal Pakan : 54 Hl/Inch = 21,26 hl/cm
Mengkeret Lusi & Pakan : 3% (diasumsikan)
Nomor Benang : Ne1 20 = 33,8

3. Buatlah Susunan Kartu Wesel Bak dan Susunan Dadu beserta Grafiknya

6
1) Biru
2) Putih
3) Cream
4) Orange
O
O 2 Biru O
4 Putih
O 2 Putih O O O
4 Putih
O O O
O O 2 Biru O
24 Cream O 24 Biru
18 Putih
O
O O
O O 6 Biru O 2 Putih
4 Putih
O 24 Biru
O 2 Biru O O 2 Orange O
O O O 2 Biru
18 Putih
O O O
2 Orange
O O O
6 Biru O O 2 Biru O
4 Putih
O O 2 Orange
O O 2 Orange O O O 2 Biru
O O 2 Biru 6 Biru O 2 Putih
O O 2 Orange O
O 2 Orange O O
18 Putih 22 Biru
O O 2 Biru O
O O 2 Orange O 2 Biru O
O O O
4 Putih
6 Biru
O O
O O
18 Putih
O 24 Cream
O 2 Biru
O
4 Putih
O 2 Biru
O O O
4 Putih
O
24 Cream O
O
24 Biru
O O 2 Putih
O
O O
4 Putih
O O
O O
O 74 Biru O
24 Biru

O 2 Putih
O 2 Putih O 24 Biru
O O 24 Cream O
O

7
Susunan Dadu

+ + -
+ - +
- + -
+ + +
- + -
+ - +
- - -
+ - +
- + -
+ - -
+ -

Gambar Grafik

Gunting, Jahit
+ ++ + + ++ Gunting,
++ Jahit
-
½K+1D+ + ½K+1D+
½K - - - - - -- - - -
++ + ½K
½K+ - ½K+
Variasi Tumpal +
+ Variasi
- - - Tumpal
-
-
Kepala
Tumpal

d. Hitunglah Kebutuhan benang masing-masing warna benang lusi dan


pakan

Jumlah Helai Benang/corak warna


Corak Lusi Cream : 364 helai
Putih : 1440 helai Biru : 1036 helai
Kuning : 4 helai Total : 2844
8
Corak Pakan Creame : 924 helai
Biru : 1344 helai Orange : 160 helai
Putih : 1988 helai Total : 4416 helai

Perhitungan Gramasi
Tetal lusi
× 100 cm× 100 cm
 Berat lusi per m ¿ cm
2
×
100
Nm ×100 cm/m (100−M L )
25 ,19 ×100 cm×100 cm 100
¿ × =76,83 g/m2
33 ,8 × 100 cm/m (100−3)

Tetal pakan
×100 cm ×100 cm
 Berat pakan per m2 ¿ cm 100
×
Nm ×100 cm/m (100−M p )
21, 26 ×100 cm×100 cm 100
¿ × = 64,84 g/m2
33 ,8 × 100 cm/m (100−3)
 Luas Kain = 2,08 x 1,22 = 2,53 m2
 Kebutuhan Benang Lusi
1440
 Putih = x 76,83 x 2,53 = 98,42 g/m2
2844
4
 Kuning = x 76,83 x 2,53 = 0,27 g/m2
2844
364
 Cream = x 76,83 x 2,53 = 24,87 g/m2
2844
1036
 Biru = x 76,83 x 2,53 = 70.80 g/m2
2844

 Kebutuhan Benang Pakan


1344
 Biru : x 64,84 x 2,53 = 49,92 g/m2
4416
1988
 Putih : x 64,84 x 2,53 = 73,85 g/m2
4416
924
 Cream : x 64,84 x 2,53 = 34,32 g/m2
4416
160
 Orange : x 64,84 x 2,53 = 5,94 g/m2
4416

9
10

Anda mungkin juga menyukai