Anda di halaman 1dari 3

Pembukaan

Innal Hamdalillah

Kepemimpinan dalam pandangan Islam merupakan sebuah kajian ilmu dan seni,
tentang bagaimana menjadi pemimpin yang baik. Kepemimpinan adalah kemampuan
seseorang bagaimana cara mempengaruhi seseorang atau kelompok lain untuk
mencapai tujuannya. Proses mempengaruhi tersebut dilakukan dengan cara mengolah
kalimat dan kata-kata, lalu memberikan contoh teladan terhadap yang dipimpinnya
melalui nasihat-nasihat dan kebijakannya.

Rasulullah Saw., bersabda dalam riwayat Imam Bukhari dari Ibnu Umar Ra:

‫ُك ُّلُك ْم َر اٍع َو ُك ُّلُك ْم َم ْس ُئوٌل َع ْن َرِع َّيِتِه‬

Setiap dari kalian adalah pemimpin dan tiap tiap pemimpin akan dimintai
pertanggung jawaban

Dalam memaknai sabda Rasuulullah Saw., tersebut, jelas bahwa setiap personal
kita adalah pemimpin, dan pasti setiap kita akan dimintai pertanggungjawabannya.
Begitu juga dalam struktur kemasyarakatan, terdapat pemimpin dan kepemimpinan
formal, dimulai tingkat sebuah Keluarga sampai pemimpin tertinggi. Mereka semua
adalah pemimpin dan tentu harus mempunyai jiwa kepimpinan.

Tipologi pemimpin yang mempunyai jiwa kepemimpinan adalah dapat kita


perhatikan dalam beberapa hal pokok:

Pertama, seorang pemimpin harus memiliki kesamaan antara ucapan dan


perbuatannya, kesamaan antara nasihat dan kebijakan-kebijakannya. Allah sangat
tidak menyukai kepada tipologi manusia yang suka berbicara namun tidak ada hasil
kerja dari yang diucapkannya, sebagaimana ditegaskan dalam al-Qur’an surat ash-
Shaff ayat ke-61:
‫َك ُبَر َم ْقًتا ِع ْنَد ِهَّللا َأْن َتُقوُلوا َم ا اَل َتْفَع ُلوَن‬

Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak
kamu kerjakan.

Lalu yang kedua, Ia mampu menepati janji.

Ketahuilah oleh kita sekalian bahwa karakter kepemimpinan senantiasa


menepati janji ini merupakan perwujudan iman yang kuat dan budi pekerti yang
agung, dan sikap yang luhur dan terpuji, sehingga dapat melahirkan kepercayaan dan
penghormatan Masyarakat kepadanya. Namun, sebaliknya perbuatan menyalahi dan
menginkari janji merupakan perwujudan iman yang lemah, perangai yang jelek dan
sikap yang tidak memiliki nilai-nilai universal kemanusiaan. Dengan sipat yang
bertolak belakang ini akan melahirkan saling curiga mencurigai, melahirkan dendam
terhadap sesama anggota masyarakat.

Kepemimpinan dalam Islam harus mampu mencontoh kepemimpinan yang


pernah ditampilkan oleh Rasulullah Saw., beliau berhasil menampilkan dan
menerapkan manajemen kepemimpinan yang paripurna. Beliau menerapkankan dan
mengedepankan teori kepemimpinan dengan berdasar kepada nilai-nilai shiddiq,
tabligh, amanah dan fathanah.

Allah berfirman dalam surat al-Anfal ayat ke-8:

‫َيا َأُّيَها اَّلِذ يَن آَم ُنوا اَل َتُخ وُنوا َهَّللا َو الَّرُسوَل َو َتُخ وُنوا َأَم اَناِتُك ْم َو َأْنُتْم َتْع َلُم وَن‬

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul
(Muhammad) dan (juga) janganlah kamu mengkhianati amanat-amanat yang
dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahui.
Apabila nilai amanah ini tidak direalisasikan, maka akan berdampak buruk
terhadap tananan kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Sehingga Rasulullah Saw.,
menekankan dalam petikan khutbah pada setiap khutbahnya dengan kalimat:

‫ َو اَل ِد ْيَن ِلَم ْن اَل َع ْهَد َلْه‬،‫اَل ِإْيَم اَن ِلَم ْن اَل َأَم اَنَة َلُه‬

Tidak beriman orang yang tidak dapat menjaga amanah dan tidak beragama orang
yang tidak menepati janji. (HR. Ahmad)

Pandangan Islam selanjutnya, dalam usaha melahirkan pemimpin berkarakter


kepemimpunan yang ideal adalah harus memenuhi unsur-unsur pokok yakni karakter
dasar, yang terdiri dari mementingkan kepentingan orang lain (tidak egois), jujur dan
disiplin. Kemudian karakter unggul dalam kepemimpinan, yakni ikhlas, sabar mampu
merealisasikan nilai-nilai kesyukuran, bertanggungjawab, rela berkorban, mampu
memperbaiki diri dan bersungguh-sungguh.

Bagi seseorang diantara kaum muslimin yang mendapat amanah kemepimpinan


formal, maka khatib mengamanahkan hendaknya pemimpin itu menyempurnakan
keilmuannya, berani mengambil risiko dan mampu mengambil ibrah dari
keberhasilan serta kegagalan para pemimpin terdahulu.

Pemimpin dan kepemimpinan harus terjadi sinkronisasi karena pemimpin harus


memiliki kemampuan dalam memenej dan membangun kerjasama dengan semua
stake holder dan semua unsur lapisan masyarakat. Sedangkan kepempimpinan adalah
sifat sifat dari sang pemimpin itu sendiri, yakni mampu memadukan seni dalam
memimpin dan membimbing serta menuntun masyarakat dalam mencapai tujuan
tertentu.

Anda mungkin juga menyukai