Oleh:
Salman Fathurrahman
Kepemimpinan dapat terjadi pada setiap ruang dan waktu, dengan catatan
ada seseorang yang berusaha untuk mempengaruhi perilaku orang lain, tanpa
mengindahkan bentuk alasannya. Dengan demikian kepemimpinan bisa saja terjadi
karena berusaha mencapai tujuan seseorang atau kelompok, dan itu bisa selaras
atau tidak dengan tujuan organisasi.
Sosok ulul albab yang dimaksud, menurut Dawam Rahardjo memiliki ciri
sebagai berikut: (1) Mempunyai pengetahuan atau orang yang tahu. (2) Yang
memenuhi perjanjian dengan Allah dan tidak ingkar janji, (yakni beriman, berbuat
baik dan menjauhi hal-hal yang keji dan mungkar). (3) Menyambung apa yang
diperintahkan Allah untuk disambung (misalnya: ikatan kasih sayang). (4) Takut
kepada Tuhan (jika berbuat dosa) karena takut pada hasil penghitungan yang
buruk. (5) Sadar karena ingin mendapat keridhaan Tuhan. (6) Menegakkan shalat
(7) Membelanjakan rizki yang diperoleh untuk kemanfaatan orang lain, baik secara
terbuka maupun secara tersembunyi. (8) Menolak kejahatan dengan kebaikan.
Kemudian yang menjadi pembeda antara pemimpin ulul albab dengan yang
lainnya adalah tentang bagaimana membangun orang-orang yang dipimpin
memiliki kepribadian loyal, taat dan patuh (sami’na wa atha’naa, selama bukan
dalam kemunkaran), harmonis, bekerja keras serta ikhlas sehingga membentuk satu
langkah menuju tercapainya cita-cita. Keempat faktor tadi, menjadikan pemimpin
ulul albab memiliki kemampuan yang lebih dibanding dengan yang lainnya.