Anda di halaman 1dari 15

Management in Organization1

Salman Fathurohman2
Pendahuluan
“Kebenaran yang tidak terorganisir dengan baik akan dikalahkan oleh kebatilan yang
terorganisir dengan baik.” Ali bin Abi Thalib
Eksistensi manusia sebagai makhluk hidup dikenal sebagai makhluk yang
multidimensional. Hal ini disebabkan karena banyaknya julukan yang diberikan
kepada manusia. Ia dikenal sebagai makhluk sosial (homo socius), makhluk bekerja
(homo laden), makhluk yang suka menggunakan lambang-lambang (homo
simbolicum), mahkluk organisasional, manusia sebagai makhluk individu, tapi pada
saat bersamaan manusia sebagai kawan sosial bagi manusia lainnya (homo homini
socius), sebaliknya, ada yang menyebut manusia sebagai serigala bagi manusia yang
lain (homo homini lupus)3, dan lain semisalnya.
Manusia dikenal sebagai makhluk organisasional karena dari sejak lahir tidak
dapat hidup sendiri tanpa bantuan orang lain. Bahkan anatomi tubuh manusia
sekalipun, sesungguhnya merupakan suatu sistem yang tersusun dari sub-sistem
anggota tubuh yang semuanya sebagai suatu sistem tubuh yang memiliki fungsi
masing-masing, terorganisir dan terkoordinasi secara sempurna hingga
memunculkan sosok manusia yang utuh.
Oleh sebab demikian, semenjak lahir manusia akan selalu berinteraksi dengan
organisasi, mulai dari organisasi genetis (keluarga), organisasi rukun tetangga,
rukun warga, organisasi masyarakat, organisasi sekolah (pendidikan), organisasi
negara hingga organisasi dunia, bahkan sampai terpisahnya ruh dengan jasad
manusia akan manjadi anggota organisasi kematian.
Keberadaan organisasi menjadi sangat penting. Kenapa penting? Pertama,
organisasi adalah alat untuk mencapai tujuan hidup yang diingankannya. Kedua,
melalui organisasi, manusia akan bekerja dan menunjukkan eksistensinya agar

1 Disampaikan pada Kajian Malam Ahad Pimpinan Komisariat Hima Persis STAI Persis Garut,
Sabtu 27 Maret 2021, Aula PD. Persis Garut.
2 Ketua PD. Hima Persis Garut 2019-2020, Bidang HMK PW. Hima Persis Jawa Barat 2020-2021,

Mahasiswa Pascasarjana Manajemen Pendidikan Islam UIN Sunan Gunung Djati Bandung.
3 Fathor Rochman, Manajemen Organisasi dan Pengorganisasian dalam Perspektif Al-Qur’an

dan Hadits, dalam Ulûmunâ : Jurnal Studi Keislaman Vol.1 No.2 Desember 2015

1
dapat mencapai kepuasan apa yang menjadi tujuannya. Untuk mencapai
produktivitas, kepuasan kerja itulah dibutuhkan manajemen sebagai seni untuk
mengelola organisasi agar berjalan dengan efisien (berdaya guna), efektif (berhasil
guna) dan sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.
Rasulullah saw merupakan teladan dan menjadi sumber inspirasi bagi umatnya
dalam menata dan me-manage diri, keluarga dan kaumnya di segala sendi
kehidupan; ibadah, muamalah, kepemimpinan, pemerintahan, organisasi, ekonomi,
militer, dsb. Semuanya mencakup dalam empat elemen penting fungsi manajerial
yaitu “POAC” (Planning, Organizing, Actuating, Controling).
Persoalan yang timbul pada aspek manajerial di lingkungan kerja suatu
organisasi, terutama bagaimana untuk menerapkan konsep dan nilai bernafaskan
Islam dalam lingkungan kerjanya, beberapa contoh misalnya; kurangnya
perencanaan, rendahnya koordinasi, lemahnya komunikasi dan toleransi sesama
pengurus dalam lingkungan kerja organisasi, serta masih rendahnya budaya saling
membantu dan tolong menolong antar unit kerja menjadi hal yang mesti dikoreksi
dan dievaluasi dalam sebuah organisasi.
Dalam proses manajemen terlibat fungsi-fungsi pokok yang ditampilkan oleh
seorang pimpinan/manajer, yaitu : perencanaan (planning), pengorganisasian
(organizing), penggerakkan (actuating), pengawasan (controling). Oleh karena itu
manajemen diartikan sebagai proses merecana, mengorganisasi, menggerakkan,
mengawasi dan mengendalikan organisasi dengan segala aspek agar tujuan
organisasi dapat tercapai secara efektif dan efisien.4
Beberapa fungsi diatas merupakan proses yang harus dilalui dalam konsep
manajemen. Untuk mewujudkan aspek tersebut tidak terlepas dari permasalahan
manajemen, berbagai persoalan yang akan dihadapi, sejumlah kekuatan yang harus
dijalankan dan teknik pengelolaan yang mampu menciptakan harmonisasi
lingkungan kerja sehingga mampu meningkatkan produktivitas kerja organisasi.

4 Nanang Fattah, Landasan Manajemen Pendidikan, (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2017), cet. Ke-

14, hlm. 3.

2
Elaborasi Makna Manajemen Organisasi
Evolusi konsep, ide, pemikiran tentang manajemen sesungguhnya berawal pada
5000 SM di Mesir. Pada masa itu, orang menggunakan catatan tertulis untuk
perdagangan dan pemerintahan. Pada 300 SM – 300 Masehi masyarakat roma
menfaatkan komunikasi efektif dan pengendalian terpusat untuk efektivitas dan
efisiensi. Tahun 1500, Machiaveli membuat pedoman pemanfaatan kekuasaan.
Tahun 1776, Adam Smith menyatakan bahwa pembagian kerja titik kunci badan
usaha. Lalu 1841-1925, Henry Fayol mengemukakan pentingnya administrasi, 1858-
1933 Follet mencetuskan prilaku dinamika, Max Webber dengan birokrasinya, Elton
Mayo, Maslow, Me. Gregor dan Chris Argyris dengan studi prilakunya.5
Secara etimologi, manajemen berasal dari bahasa Prancis kuno yaitu ménagement,
yang berarti seni melaksanakan dan mengatur. Dalam bahasa Italia disebut
maneggiare yang berarti mengendalikan, terutama mengendalikan kuda. Sementara
dalam bahasa Latin yaitu dari asal kata manus yang berarti tangan dan agree yang
berarti melakukan. Kata-kata itu digabung menjadi manager yang artinya
menangani. Kata manajemen merupakan pengindonesiaan dari kata management
dalam bahasa Inggris. Kata dasarnya adalah manage atau to manage yang berarti
menyelenggarakan, membawa, atau mengarah. Kata manage juga bermakna
mengurus, mengatur, melaksanakan, mengelola atau menata.
Secara terminologi, Manajemen adalah ilmu dan seni mengatur proses
pemanfaatan sumber daya manusia secara efektif, yang didukung oleh sumber-
sumber lain dalam organisasi untuk mencapai tujuan tertentu. Dalam manajemen,
terdapat dua sistem yaitu sistem administrasi dan sistem organisasi.6
Manajemen sering diartikan sebagai ilmu, kiat, profesi. Dikatakan sebagai ilmu
oleh Luther Gulick, karena manajemen dipandang sebagai suatu bidang
pengetahuan yang secara sistematik berusaha memahami mengapa dan bagaimana
orang bekerjasama. Dikatakan sebagai kiat oleh Follet adalah karena manajemen
mencapai sasaran melalui cara-cara dengan mengatur orang lain dalam menjalankan
tugas. Dipandang sebagai sebuah profesi karena manajemen dilandasi oleh keahlian

5 Ibid, hlm. 5.
6 U. Saefullah, Manajemen Pendidikan Islam, (Bandung : CV Pustaka Setia, 2012), hlm. 1.

3
khusus untuk mencapai suatu prestasi manajer, dan para profesional dituntun oleh
suatu kode etik.7
Sementara itu, menurut Zainal Arifin manajemen merupakan sebuah proses
sistematis untuk mencapai tujuan yang sudah ditetapkan. Di dalam kegiatan
manajemen umumnya terdapat tiga pokok kegiatan, yaitu perencanaan,
implementasi dan evaluasi. Kegiatan inilah yang disebut dengan fungsi-fungsi
manajemen.8 Stoner mengartikan manajemen yang lebih kompleks yaitu sebagai
berikut: “Management is the process of planning, organizing, leading and controlling the
efforts of organization members and of using all others organizational resources to achieve
stated organizational goals” (Manajemen adalah suatu proses perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan, usaha-usaha para anggota
organisasi dan penggunaan sumber daya-sumber daya organisasi lainnya agar
rnencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan).
Mary Parker Follet mengatakan bahwa manajemen adalah suatu seni, karena
untuk melakukan suatu pekerjaan melalui orang lain dibutuhkan keterampilan
khusus, terutama keterampilan mengarahkan, mempengaruhi dan membina para
pekerja agar melaksanakan keinginan pemimpin demi tercapainya tujuan yang telah
ditetapkan sebelumnya.9
Menurut Horold Koontz dan Cyril O'Donnel, manajemen adalah usaha untuk
mencapai suatu tujuan tertentu melalui kegiatan orang lain. G. R. Terry mengatakan
bahwa Manajemen merupakan suatu proses khas yang terdiri dari tindakan-
tindakan perencanaan, pengorganisasian, penggerakan dan pengendalian yang
dilakukan untuk menentukan serta mencapai sasaran yang telah ditentukan melalui
pemanfaatan sumberdaya manusia dan sumberdaya lainnya.10
Definisi yang dikemukakan George R. Terry tidak berbeda jauh dengan
pengertian yang dikemukakan oleh Andrew F. Sikula sebagaimana dikatakan oleh
S.P. Hasibuan. Manajemen sebagai seni dan ilmu, keduanya dipadukan dalam
rangka mengarahkan dan mempengaruhi orang lain untuk melaksanakan rencana

7 Nanang Fattah, Landasan Manajemen Pendidikan, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2017), cet.
Ke-14, hlm. 3
8 Zainal Arifin, Tafsir Ayat-ayat Manajemen, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2020), hlm. 97.
9 Hikmat, Manajemen Pendidikan, (Bandung : Pustaka Setia, 2009), hlm. 9.
10 Ibid.,

4
pemimpin dan mencapai tujuan sesuai keinginan pemimpin organisasi, baik dalam
arti yang luas maupun yang sempit.
Setelah mengurai tentang arti manajemen di atas, baik secara etimologis dan
terminologis. Selanjutnya mesti kita uraikan pula mengenai makna organisasi.
Organisasi sesuai asal katanya organum yang berarti alat, bagian, atau badan, secara
umum sering diartikan sebagai kumpulan orang dengan sistem kerja sama untuk
mencapai tujuan bersama. Ada yang mengatakan berasal dari organizare yang berarti
mengatur atau menyusun. Organisasi dalam bahasa Inggrisnya organization yang
berarti hal yang mengatur dan kata kerjanya organizing. Dalam bahasa latin
organizare bermakna yang mengatur atau menyusun.
Organisasi adalah keseluruhan perpaduan unsur manusia dan non manusia yang
masing-masing memiliki fungsi dalam mencapai tujuan. Secara sederhana dijelaskan
oleh Bayle, et.al bahwa : “organization is a collection of people working together in a
division of labour to achieve a common purpose”. (Organisasi adalah sekumpulan orang-
orang yang bekerja sama dalam pembagian kerja untuk mencapai tujuan bersama).11
Organisasi adalah suatu wadah atau setiap bentuk perserikatan kerja sama
manusia (didalamnya) ada struktur organisasi, pembagian tugas, hak dan tanggung
jawab untuk mencapai tujuan bersama. Dari definisi tersebut, dapat diketahui
bahwa pada intinya organisasi adalah wadah kerjasama manusia yang terstruktur
untuk mencapai tujuan secara efektif dan efisien.
Manajemen organisasi adalah pembagian kerja yang direncanakan untuk
diselesaikan oleh anggota kesatuan pekerjaan, penetapan hubungan antar pekerjaan,
yang efektif diantara mereka, dan pemberian lingkungan dan fasilitas pekerjaan
yang wajar sehingga mereka bisa bekerja secara efisien. Manajemen organisasi
menyatukan berbagai macam sumber daya dan mengatur orang-orang dengan
teratur, selain mempersatukan orang-orang pada tugas yang saling berkaitan.
Manajemen organisasi dibuat tentu memiliki tujuan yang baik, karena dengan
manajemen organisasi, rencana pelayanan publik akan mudah mengaplikasikanya.12

11 Muhammad Rifa’i & Muhammad Fadhli, Manajemen Organisasi, (Bandung : Cipta Pustaka,
2013). hlm. 59.
12 Munif Solikhan, Elaborasi Nilai-nilai Manajemen Organisasi dalam Al-Qur’an Surat ash-Shaff,

dalam Jurnal MO : Membangun Profesionalisme Keilmuan, edisi Juli-Desember 2015, hlm. 152.

5
Dari pendefinisan antara manajemen dan organisasi tersebut, maka dapat kita
sintesiskan arti manajemen organisasi sebagai sebuah proses perencanaan, proses
pengorganisasian, proses penggerakkan, proses pengawasan dan pengendalian
terhadap sumberdaya organisasi dengan maksud untuk mencapai tujuan organisasi
secara efektif dan efisien.
Mata Rantai Fungsi Manajemen Organisasi
Suatu organisasi akan berjalan dinamis manakala manajemennya berfungsi
dengan baik, hal ini disebabkan inti dari manajemen terletak pada fungsinya. Fungsi
manajemen menurut ahli sangat beragam, tetapi dari beragamnya fungsi menurut
para ahli tersebut memiliki kesamaan arti dan maksud. Dalam tinjauan manajemen
secara umum terdapat beberapa aspek yang tidak bisa lepas dengan empat
komponen yang ada yaitu planning, organizing, actuating, dan controlling. Keempat
fungsi ini dapat diterapkan ke dalam berbagai jenis organisasi. Diantara fungsi
manajemen itu ialah :
Planning (perencanaan)
Dalam aktivitas manajemen, perencanaan merupakan langkah awal yang harus
dilakukan. Sebuah perencanaan, berangkat dari kondisi sekarang hingga
merencanakan kondisi yang diharapkan. Sebuah pepatah mengatakan “if you fail to
plan, you are planning a failure” (Jika anda gagal membuat rencana, maka anda sedang
merencanakan kegagalan). Oleh karena itu perencanaan menuntut keseriusan dan
membutuhkan pandangan jauh ke depan.
Perencanaan merupakan aspek penting dari manajemen. Keperluan
merencanakan ini terletak pada kenyataan bahwa manusia dapat mengubah masa
depan menurut kehendaknya. Manusia tidak boleh menyerah pada keadaan dan
masa depan yang menentu tetapi manusia itu sendiri harus mampu menciptakan
masa depan. Masa depan adalah akibat dari keadaan masa lampau, keadaan
sekarang dan disertai dengan usaha-usaha yang akan kita laksanakan
Perencanaan merupakan kegiatan untuk menetapkan aktivitas yang
berhubungan dengan pertanyaan 5W 1 H yaitu : what (apa) yang dilakukan, why
(mengapa) hal tersebut dilakukan, why (siapa) yang melakukannya, who (siapa) yang

6
melakukannya, where (dimana) melakukannya, when (kapan) melakukannya, dan
how (bagaimana) melakukannya.13
Roger Kauffman mendefinsikan perencanaan sebagai suatu proses penentuan
tujuan atau sasaran yang hendak dicapai, menetapkan jalan dan sumber yang
diperlukan untuk mencapai tujuan seefektif dan seefisien mungkin. Lebih lanjut
William H. Newman mengatakan “planning is deciding in advance what is to be done”
(perencanaan adalah penentuan terlebih dahulu apa yang akan dikerjakan).
Fungsi perencanaan menuntut kemampuan berpikir yang kreatif, imajinatif, serta
harus mampu menjembatani berbagai persoalan yang terjadi di sebuah organisasi.
Di samping itu, perencanaan harus mampu menjawab pertanyaan di mana posisi
organisasi berada saat ini dan ke mana organisasi ini harus dibawa.
Sebagaimana Allah selalu menganjurkan kepada manusia agar melakukan
persiapan secara matang untuk masa depannya. Perencanaan mengandung
substansi menyusun berbagai tindakan yang akan dilakukan di masa mendatang,
sedangkan masa yang akan datang dalam Al-Qur’an dimaknai dengan kampung
akhirat,14 ini tertulis dalam Q.S. al-Hasyr ayat 18 :
ُ َ َّ َّ َ ٌ ْ َ ْ ُ ْ َ ْ َ َ َّ ُ َّ ُ َ َ َّ َ ُّ َ َ
‫س َما ق َّد َم ْت ِل َغ ٍد َو َّات ُقىا الل ََه ِإ َّن الل َه َخ ِب ٌير ِب َما ت ْع َملى َ َن‬‫يا أيها ال ِذين آمنىا اتقىا الله ولتنظز هف‬
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri
memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah
kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.”
Ayat ini menjadi inspirasi kepada semua manusia agar memperhatikan apa yang
telah diperbuatnya sebagai bentuk evaluasi untuk merencanakan perbaikan-
perbaikan atas kesalahan yang telah dilakukannya. Sehingga tidak terjerumus
kepada lubang yang sama. Begitupun ayat ini mendorong perencanaan daapat
dilakukan setelah evaluasi dari kegiatan yang telah dijalankan.15
Terkait tujuan perencanaan, M. Abdul Jawwad mengatakan “Kita membuat
perencanaan agar kerja kita teratur, bukan untuk mengatur kita”. Atas dasar ini kemudian
diperlukan rumusan langkah-langkah perencanaan organisasi yang baik : (a)

13 Noer Rahmah & Zaenal Fanani, Pengantar Manajemen Pendidikan, (Malang : Madani, 2017) hlm.
26.
14 Zainal Arifin, Tafsir Ayat-ayat Manajemen, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2020), hlm. 122.
15 Ibid, hlm. 123.

7
Penentuan prioritas, sehingga pendidikan dapat berjalan dengan efektif. Dalam
menentukan prioritas kebutuhan, seluruh komponen yang terlibat dalam proses
pendidikan, seperti masyarakat dan peserta didik, harus terlibat di dalamnya. (b)
Penetapan tujuan, yang berfungsi sebagai garis pengarahan sekaligus sebagai
evaluasi terhadap pelaksanaan pendidikan berikut hasilnya. (c) Penetapan tahap
rencana tindakan atau formulasi prosedur. (d) Penyerahan tanggung jawab, baik
terhadap individu maupun kelompok kerja bersama.
Organizing (pengorganisasian)
Pengorganisasian diartikan sebagai suatu kegiatan membagi tugas-tugas kepada
orang/pengurus yang terlibat kerjasama dalam suatu organisasi. pengorganisasian
harus ada pembagian tugas, wewenang, dan tanggung jawab secara terperinci
berdasarkan bagian dan bidangnya masing-masing sehingga terintegrasikan
hubungan-hubungan kerja yang sinergis, kooperatif yang harmonis dan seirama
dalam mencapai tujuan yang telah disepakati secara bersama-sama dalam sebuah
organisasi. Pengorganisasian sebagai proses membagi kerja ke dalam tugas-tugas
kecil, membebankan tugas-tugas itu kepada orang sesuai dengan kemampuannya,
dan mengalokasikan sumber daya, serta mengkoordinasikannya dalam rangka
efektifitas pencapaian tujuan organisasi.16
George R. Terry sebagai tokoh manajemen menjelaskan pengorganisasian sebagai
berikut: “Organizing is the establishing of effective behevioral relationship among persons,
so that they may work together efficientlty and gain personal satisfaction in doing selected
tasks under given enviromental conditions for the purpose of achieving some goal or
objective”.17
Definisi di atas memberi arti bahwa pengorganisasian merupakan usaha
penciptaan hubungan tugas yang jelas antar personalia, sehingga dengan demikian
setiap orang dapat bekerja bersama-sama dalam kondisi yang baik untuk mencapai
tujuan-tujuan organisasi.
Selanjutnya Koontz dan O’Donnel (1972: 48) menyebutkan: “organizing involves the
establishment of an intentional structure of roles through determination and enumeration of

16 Nanang Fattah, Landasan Manajemen Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004), hlm. 71
17 Muhammad Rifa’i & Muhammad Fadhli, Manajemen Organisasi, (Bandung : Cipta Pustaka,
2013), hlm. 34

8
the activities required to achieve the goals of an enterprise and each part of it, the groupingof
these activities, the assignment of such groups activities to manager, the delegation of
authority to carry them out and provision for coordination of authority and informational
relationship horizontally and vertically in the organization structure”.18
Kutipan di atas memberi arti bahwa fungsi pengorganisasian meliputi penetapan
struktur, pembagian tugas dan wewenang, yang bertujuan untuk mempelancar
alokasi sumberdaya dengan kombinasi yang tepat untuk mengimplementasikan
rencana dalam mencapai tujuan organisasi
Tujuan pengorganisasian adalah agar terlaksananya rencana-rencana kegiatan
baik melalui tugas dan tanggungjawab antara pimpinan dan anggota.
Pengorganisasian juga merupakan bentuk interaksi antar anggota organisasi untuk
bekerjasama dan tolong menolong dalam melaksanakan tugas dan tanggungjawab.
Dalam fungsi manajemen ini, Islam telah menggariskan etika organisasi dan
bekerjasama dalam hal kebajikan dan taqwa, bukan melakukan dosa dan
pelanggaran. Sebagaiman firman-Nya dalam Q.S. al-Maidah ayat 2 berikut:
َ ْ ُ َ َ َّ َّ َ َّ ُ َّ َ َ ْ ُ ْ َ ْ َ َ ُ َ َ َ َ َ ْ َّ َ ّ ْ َ َ ُ َ َ َ َ
ِ ‫وتعاوهىا على ال ِب ِر والتقىي وال تعاوهىا على إلاث ِم والعدو ِان واتقىا الله ِإن الله ش ِديد ال ِعق‬...
َ‫اب‬
“Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan
tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada
Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya.”
Dalam sebuah organisasi diperlukan kekompakan antara pimpinan (top leader)
dengan anggota untuk mengeksekusi segala rencana-rencana yang telah
dirumuskan bersama agar tercapai dengan baik. keharmonisan dan soliditas
organisasi adalah untuk membangun sense of belonging, bahwa rencana-rencana
organisasi adalah milik bersama yang harus dikerjakan dengan baik. sebagaimana
dalam Q.S. ash-Shaff ayat 4 disebutkan :
ٌ ‫ص‬
َ‫ىص‬ ٌ ‫ص ًّفا َك َأ َّن ُه ْم ُب ْن َي‬
ُ ‫ان َم ْز‬ َ ‫ين ُي َقات ُلى َن في َسبيله‬
َ ‫الل َه ُيح ُّب َّالذ‬
َّ َّ
‫ِإن‬
ِِ ِ ِ ِ ِ ِ
“Sesungguhnya Allah menyukai orang yang berperang dijalan-Nya dalam barisan yang
teratur seakan-akan mereka seperti suatu bangunan yang tersusun kokoh.”

18 Ibid, hlm 34-45.

9
Quraish Shihab menjelaskan makna shaffan sebagai sekelompok dari sekian
banyak anggota yang sejenis dan berada dalam satu wadah yang kukuh lagi teratur.
Sedangkan marshush berarti berdempet dan tersusun rapi.19 Yang dimaksud ayat ini
adalah kekompakan anggota barisan, kedisiplinan yang tinggi, serta kekuatan
mental dalam menghadapi ancaman dan tantangan.
Melalui ayat ini pula, mengindikasikan pelajaran bahwa Allah sangat mencintai
amal yang rapih dan kokoh, demikan halnya dalam organisasi. Organisasi perlu di
organisir sehingga kokoh dan tak mudah runtuh di telan masa dan waktu. Demikian
pula yang telah disampaikan oleh Ali bin Abi Thalib berikut ini: “Kebenaran yang
tidak terorganisir dengan rapi, bisa dikalahkan oleh kebatilan yang terorganisir dengan rapi.”
Pepatah ini mengajarkan tentang pentingnya pengorganisasian kebaikan agar tidak
dikalahkan dengan keburukan yang terorganisir dengan baik.
Banyak organisasi mati bukan karena buruknya visi dan misi, namun disebabkan
oleh lemahnya pengorganisasian tanggungjawab, wewenang, tugas-tugas antara
pimpinan maupun para anggota, sehingga roda organisasi tidak berjalan dengan
baik.
Actuating (penggerakkan)
Kata actuating dalam bahasa arab diartikan dengan “at-taujih” yang juga berarti
mengarahkan dan menggerakkan. Fungsi actuating merupakan bagian dari proses
kelompok atau organisasi yang tidak dapat dipisahkan. Adapun istilah yang dapat
dikelompokkan dalam fungsi ini adalah directing, commanding, leading dan
coordinating.20 Keterkaitan istilah ini sangat nyata karena tindakan actuating
sebagaimana tersebut di atas, maka proses ini juga memberikan motivating, untuk
memberikan penggerakan dan kesadaran terhadap dasar dari pada pekerjaan yang
akan dilakukan, yaitu menuju tujuan yang telah ditetapkan disertai dengan
memberi motivasi-motivasi baru, bimbingan atau pengarahan, sehingga
menimbulkan kesadaran dan kemauan untuk bekerja dengan tekun dan baik.

19Zainal Arifin, Tafsir Ayat-ayat Manajemen : Hikmah Idariyah dalam Al-Qur’an, (Bandung : PT
Remaja Rosdakarya, 2020), hlm. 137.
20 M. Yacoeb, Konsep Manajemen dalam Perspektif Alqur’an : Suatu Analisis dalam Bidang

Administrasi Pendidikan, dalam Jurnal Ilmiah DIDAKTIKA Vol. 15 No. 1, Agustus 2013.

10
Adapun bimbingan menurut Hadari Nawawi berarti memelihara, menjaga dan
memajukan organisasi oleh setiap personal, baik secara struktural maupun
fungsional, agar setiap kegiatannya tidak terlepas dari usaha mencapai tujuan. 21

Kegiatan bimbingan dapat berbentuk sebagai berikut: (a) Memberikan dan


menjelaskan perintah, (b) memberikan petunjuk melaksanakan kegiatan, (c)
memberikan kesempatan meningkatkan pengetahuan, keterampilan/kecakapan dan
keahlian agar lebih efektif dalam melaksanakan berbagai kegiatan organisasi, (d)
memberikan kesempatan ikut serta menyumbangkan tenaga dan fikiran untuk
memajukan organisasi berdasarkan inisiatif dan kreativitas masing-masing, dan (d)
memberikan koreksi agar setiap personal melakukan tugas-tugasnya secara efisien.
Beragam arahan, motivasi, dan bimbingan itu sangat penting dilandasi oleh
prinsip religius kepada orang lain sehingga mereka dapat bersungguh-sungguh
dalam menjalankan tugasnya serta menjadikan tugas mereka sebagai bentuk ibadah
dan tanggung jawab kepada Allah swt. Fungsi penggerakan dalam manajemen
organisasi juga berarti upaya menggerakkan semua sumber daya dalam organisasi
agar mereka berjuang dengan penuh semangat sesuai dengan tugas masing-masing.
Al-Qur’an dalam hal ini telah memberikan pondasi dasar terhadap proses
bimbingan dan pengarahan ataupun memberikan peringatan dalam bentuk
actuating ini. Deskripsi tersebut sesuai dengan firman Allah Subḥanahu wa Ta’āla
dalam Q.S. al-Kahfi ayat 2:
َ َ َ َ َّ َ ُ َ ْ َ َ َّ َ ْ ُ ْ َ ّ َ ُ َ ُ ْ ُ َ ْ ً َ ً ْ َ َ ْ ُ ً ّ َ
‫ات أ َّن ل ُه َْم أ ْْ ًزا ََ ََ ًنا‬
ِ ‫ق ِيما ِلين ِذر بأسا ش ِديدا ِمن لدهه ويب ِشز اْلؤ ِم ِنين ال ِذين يعملىن الص ِالح‬
“Sebagai bimbingan yang lurus, untuk memperingatkan siksaan yang sangat pedih dari
sisi Allah dan memberi berita gembira kepada orang-orang yang beriman, yang
mengerjakan amal saleh, bahwa mereka akan mendapat pembalasan yang baik”
Dengan demikian, dapatlah dipahami bahwa actuating adalah mengelola
lingkungan organisasi yang melibatkan lingkungan dan orang lain dengan tata cara
yang baik.
Banyak kalangan yang menilai bahwa dalam manajemen, fungsi penggerakan
merupakan fungsi yang paling sulit di antara keseluruhan fungsi manajemen. Sebab,

21 Ibid,.

11
fungsi penggerakan bersinggungan dengan semua manusia yang terlibat dalam
suatu organisasi di mana mereka memiliki sifat, tingkah laku, keyakinan, harapan,
emosi, kepuasan, serta mental yang berbeda-beda. Tidak mengherankan kalau
fungsi penggerakan terkadang diganti dengan istilah fungsi kepemimpinan
(leading).22
Faktor membimbing dan memberi peringatan sebagai hal penunjang demi
suksesnya rencana, sebab jika hal itu diabaikan akan memberikan pengaruh yang
kurang baik terhadap kelangsungan suatu organisasi. Adapun proses actuating
adalah memberikan perintah, petunjuk, pedoman dan nasehat serta keterampilan
dalam berkomunikasi. Actuating merupakan inti dari manajemen yang
menggerakkan untuk mencapai hasil.23 Sedangkan inti dari actuating adalah leading,
harus menentukan prinsip-prinsip efisiensi, komunikasi yang baik dan prinsip
menjawab pertanyaan.
Controlling (pengawasan)
Fungsi pengawasan bertujuan mengawasi berbagai peristiwa yang terjadi dalam
suatu organisasi, apakah ia telah sesuai atau tidak dengan rencana yang sudah
dirumuskan sebelumnya. Dalam manajemen organisasi, pengawasan dilakukan
terutama untuk mengetahui berbagai kejadian atau peristiwa yang terjadi dalam
berbagi kegiatan organisasi. Apabila dalam proses pengawasan itu diketahui bahwa
hasil kerja yang dicapai tidak sesuai dengan rencana, maka penting diketahui apa
penyebab atau kendalanya dan bagaimana caranya agar hasil kerja sesuai dengan
rencana yang telah ditetapkan.
McCarthy E. J., Richard D. Irwin dalam School of Business menjelaskan bahwa
pengawasan (controlling) dan evaluasi (evaluating) kadang dimaknai sama, yang
sebenarnya dapat dibedakan sebagai berikut: pengawasan (controlling) adalah proses
umpan balik yang membantu manajer belajar bagaimana rencana yang sedang
berjalan bekerja dan bagaiman merencanakan masa depan. Pengawasan terjadi
ketika suatu kegiatan atau proyek sedang berlangsung, dan manajer segera

22 Muh. Hambali & Mu’alimin, Manajemen Pendidikan Islam Kontemporer, (Yogyakarta : IRCISoD,
2020), hlm. 35.
23 M. Yacoeb, Konsep Manajemen dalam Perspektif Alqur’an : Suatu Analisis dalam Bidang

Administrasi Pendidikan, dalam Jurnal Ilmiah DIDAKTIKA Vol. 15 No. 1, Agustus 2013.

12
diberitahu ketika terdeteksi penyimpangan.24 Sementara evaluasi melibatkan
peninjauan hasil dari suatu program atau kegiatan untuk menentukan seberapa baik
tujuan yang diinginkan tercapai. Evaluasi kadang dianggap diagnostik daripada
pengawasan, sebab evaluasi berusaha menjelaskan alasan hasil. Namun dalam arti
praktis, pengawasan (controlling) dan evaluasi (evaluating) sangat berkait erat sulit
dipisahkan karena memilki makna yang sama yakni meningkatkan kinerja.
Dalam platform ilmu administrasi, controlling merupakan jembatan terakhir
dalam mata rantai fungsi manajemen. Pengawasan merupakan salah satu cara para
pimpinan untuk mengetahui apakah tujuan-tujuan organisasi tercapai atau tidak
dan mengapa tercapai atau tidak tercapai. Selain itu, controlling adalah konsep
pengendalian, pemantauan efektivitas dari perencanaan, pengorganisasian, dan
kepemimpinan serta pengambilan keputusan pada saat dibutuhkan.
Adapun ayat Al-Qur’an yang berkaitan dengan controlling tercatat dalam Q.S. al-
Infithaar ayat 10-12 berikut :
ُ َ َ َ ُ َ
‫َوِإ َّن َعل ْيك ْم ل َحا ِف ِظ َين ِك َز ًاما كا ِت ِب َين َي ْعل ُمى َن َما َت ْف َعلى َ َن‬
“Padahal sesungguhnya bagi kamu terdapat beberapa malaikat yang mengawasi
pekerjaanmu yang mulia di sisi Allah dan mencatat pekerjaan-pekerjaanmu itu. Mereka
mengetahui apa yang kamu kerjakan”.
Ada tiga macam pengawasan, menurut Shiling Law dan Mc. Gahran :
a) Personal controls, yakni pengendalian yang ditekankan pada sikap dan
motivasi orang yang terlibat dalam organisasi.
b) Action controls, yaitu pengendalian yang berhubungan dengan pelaksanaan
kegiatan dan tugas yang diberikan kepada bawahan.
c) Result controls, yaitu pengendalian yang ditekankan pada hasil kerja atau
pelaksanaan operasional karyawan.
Dari beragam pengertian tentang pengawasan yang telah disebutkan, maka dapat
kita ketahui dengan seksama bahwa pengawasan berorientasi kepada tujuan
organisasi, perencanaan, pelaksanaan sekaligus hasilnya. Pengawasan dilakukan
untuk membetulkan kesalahan arah, sehingga dikembalikan pada jalur yang benar.

24 Zainal Arifin, Tafsir Ayat-ayat Manajemen : Hikmah Idariyah dalam Al-Qur’an, (Bandung : PT

Remaja Rosdakarya, 2020), hlm. 162-163.

13
Merumuskan Tujuan Manajemen Organisasi
Manajemen menginginkan tujuan tercapai secara efektif dan efisien. Dengan kata
lain keberhasilan seorang manager diukur dari tingkat efektivitas dan efisiensi
pencapaian tujuan organisasi. Drucker mempopulerkan efisiensi sebagai doing thing
right dan efektivitas sebagai doing the right things.25 Efisien merupakan kemampuan
menggunakan sumber daya organisasi dengan benar, sekalipun sumber daya yang
ada sangat terbatas. Namun keterbatasan sumber daya tersebut dapat dimanfaatkan
dengan benar sesuai dengan fungsinya masing-masing. Efektif adalah kemampuan
mengerjakan sesuatu dengan benar. Efektivitas banyak dikaitkan dengan tujuan
karena semakin erat organisasi kepada tujuannya, semakin efektif pula organisasi
tersebut.
Manajemen organisasi dapat diartikan seluruh proses pengelompokan orang-
orang, alat-alat, tugas-tugas, tanggung jawab, dan wewenang sedemikian rupa.
Sehingga tercipta suatu organisasi yang dapat digerakkan sebagai suatu kesatuan
dalam rangka mencapai suatu tujuan yang telah ditentukan dan dirumuskan
bersama.26 Oleh karena itu tujuan dari manajemen organisasi adalah:
1) Membagi-bagi kegiatan menjadi bidang per-bidang atau divisi-divisi dan
tugas-tugas secara spesifik dan terperinci;
2) Membagi kegiatan serta tanggung jawab yang berkaitan dengan masing-
masing jabatan atau tugas pelayanan terhadap masyarakat;
3) Mengkoordinasikan berbagai tugas organisasi;
4) Mengelompokan pekerjaan-pekerjaan organisasi kedalam unit-unit;
5) Membangun hubungan di kalangan pengurus maupun kader baik secara
individual, kelompok dan bidang.
6) Menetapkan garis wewenang
7) Mengalokasikan dan memberikan sumber daya organisasi
8) Dapat menyalurkan kegiatan-kegiatan organisasi secara logis dan sistematis

25Badrudin, Dasar-dasar Manajemen, (Bandung : Alfabeta, 2015), hlm. 21.


26Munif Solikhan, Elaborasi Nilai-nilai Manajemen Organisasi dalam Al-Qur’an Surat ash-Shaff,
dalam Jurnal MO : Membangun Profesionalisme Keilmuan, edisi Juli-Desember 2015, hlm. 152.

14
Penutup
Demikianlah sekelumit tentang manajemen organisasi, dalam manajemen
organisasi, pengurus, anggota atau kader selalu dituntut untuk konsisten dengan
visi misi dan tujuan yang telah digariskan oleh organisasi. Karena visi dan misi
merupakan roadmap yang tepat untuk menuju kesuksesan organisasi. Sebuah
organisasi akan tidak berjalan dengan baik apabila terjadi ketidak sesuaian antara
visi misi dengan pelaksanaan, bahkan bisa menimbulkan gagalnya cita cita maupun
tujuan dari organisasi.
Antara konsep dan pelaksanaan harus berjalin kelindan sebagai suatu sinergi.
Organisasi harus mempunyai konsep cara bekerja. Bukan hanya sekedar
mempunyai kemampuan bekerja tetapi juga menguasai cara bekerja. Penguasaan
cara bekerja akan memudahkan bagaimana mencapai tujuan berkerja. Relevansi
konsep dan implementasi adalah kemestian yang senantiasa harus dilakukan, Agar
tujuan dan cita cita organisasi yang telah dirumuskan dan ditetapkan bersama bisa
beriringan dengan merdu sesuai dengan yang diharapkan. Rebut perubahan dengan
membaca!
Wamaa yadzdzakkaruu illa ulul-albaab..

15

Anda mungkin juga menyukai