Anda di halaman 1dari 3

Nama : Ulil Amallia Dwi Tantri

NIM : 228024
Kelas : 22A

Kasus Lia Eden


Lia Aminuddin atau yang terlahir dengan nama Sjamsuriati Gustaman dan
kemudian dikenal sebagai Lia Eden (21 Agustus 1947 – 9 April 2021) adalah wanita yang
mengaku telah mendapat wahyu dari malaikat jibril untuk mendakwahkan sebuah aliran
kepercayaan baru melanjutkan ajaran 3 Agama Abrahamik: Yudaisme, Kekristenan,
dan Islam, dan menyatukan dengan agama-agama besar lainnya
termasuk Buddhisme, Jainisme, dan Hindu di Indonesia. Lia Eden mendirikan sebuah jemaat
yang disebut Salamullah untuk menyebarluaskan ajarannya. Dia secara kontroversial
mengaku sebagai titisan Bunda Maria dan ditugaskan Jibril untuk mengabarkan kedatangan
Yesus Kristus ke muka bumi. Dia juga menubuatkan beberapa ramalan yang sensasional. Hal
ini mengundang reaksi selama momentum trending, terutama dari Majelis Ulama Indonesia
(MUI). MUI memfatwakan Lia Eden menyebarkan aliran sesat dan melarang perkumpulan
Salamullah pada bulan Desember 1997. Dia melontarkan kritikannya tentang kesewenangan
ulama MUI yang diasosiasikan dalam sebuah sabda Jibril yang disebut “Undang-undang
Jibril” (Gabriel’s edict). Akibatnya dia ditahan atas tuduhan penistaan agama.
Menurut Eden, peristiwa ajaibnya yang pertama adalah sewaktu dia melihat sebuah
bola bercahaya kuning berputar di udara dan lenyap sewaktu baru saja ada di atas kepalanya.
Hal ini terjadi sewaktu dia sedang bersama dengan kakak mertuanya di serambi rumahnya di
kawasan Senen, Jakarta Pusat pada 1974. Menurutnya lagi, peristiwa ajaib kedua yang telah
mengubah prinsip hidupnya berlaku pada malam 27 Oktober 1995 kala dia sedang bersantai.
Pada masa itu, dia telah merasakan kehadiran pemimpin rohaninya, Habib al-Huda yang
kemudian mengaku dirinya sebagai Jibril pada waktu itu. Setelah itu Lia Eden mengaku dia
menerima bimbingan Malaikat Jibril secara terus menerus sejak 1997 hingga kini. Selama
dalam proses bimbingan itu, ia mengatakan bahwa Malaikat Jibril menyucikan dan mendidik
Lia Eden melalui ujian-ujian sehari-hari yang sangat berat, termasuk pengakuan-pengakuan
kontroversial yang harus dinyatakannya kepada masyarakat atas perintah Jibril. Proses
penyucian itu menurut ia sangat berat dan tak pernah berhenti hingga
kemudian Tuhan memberinya nama Lia Eden sebagai pengganti namanya yang lama.

Di dalam penyuciannya, ia mengatakan bahwa Tuhan menyatakan Lia Eden sebagai


pasangan Jibril sebagaimana ditulis di dalam kitab-kitab suci. Dan ia mengatakan bahwa
dialah yang dinyatakan Tuhan sebagai sosok surgawi-Nya di dunia. Selain menganggap
dirinya sebagai menyebarkan wahyu Tuhan dengan perantaraan Jibril, dia juga menganggap
dirinya memiliki kemampuan untuk meramalkan kiamat. Dia juga telah mengarang lagu,
drama dan buku sebanyak 232 halaman berjudul "Perkenankan Aku Menjelaskan Sebuah
Takdir" yang ditulis dalam waktu 29 jam.

Pada 1998, Lia menyebut dirinya Mesias yang muncul di dunia sebelum
hari kiamat untuk membawa keamanan dan keadilan di dunia. Selain itu, dia juga menyebut
dirinya sebagai reinkarnasi Bunda Maria, ibu dari Yesus Kristus. Lia juga mengatakan bahwa
anaknya, Ahmad Mukti, adalah reinkarnasi Isa. Pemahaman yang dibawa oleh Lia ini
berhasil mendapat kurang lebih 100 penganut pada awal diajarkannya. Penganut agama ini
terdiri dari para pakar budaya, golongan cendekiawan, artis musik, drama dan juga pelajar.
Mereka disebut sebagai pengikut Salamullah.

Pada bulan Desember 1997, Majelis Ulama Indonesia (MUI) telah melarang
perkumpulan Salamullah karena ajarannya dianggap telah menyelewengkan kebenaran
mengenai ajaran Islam. Kelompok ini lalu membalas balik dengan mengeluarkan "Undang-
undang Jibril" (Gabriel's edict) yang mengutuk MUI karena menganggap MUI berlaku tidak
adil dan telah menghakimi mereka dengan sewenang-wenang.

Namun MUI menilai ajaran Lia Eden sebagai ajaran sesat. Lia Eden juga ditangkap
atas tuduhan penodaan agama. Lia Eden pernah dipenjara dua kali. Pertama Lia Eden divonis
2 tahun penjara pada Juni 2006 oleh hakim PN Jakarta Pusat. Setelah menjalani hukumannya,
Lia Eden bebas dari Rutan Pondok Bambu dan kembali ke markas kerajaannya di Jalan
Mahoni, Jakpus. Selanjutnya pada Desember 2008, Lia Eden dan sejumlah pengikutnya
ditangkap lagi oleh polisi. Pada vonis yang kedua, Lia Eden dihukum selama 2,5 tahun
penjara dan bebas pada 15 April 2011. Saat bebas, Lia Eden mengaku tidak kapok dipenjara.
Lia menyatakan akan terus menyiarkan keyakinannya dengan mendamaikan semua agama.
"Ah nggak. Saya tidak kapok. Saya akan kembali dengan tugas mulia saya. Saya tidak takut.
Ini urusan Tuhan harus dilakukan. Amanat Allah harus dilakukan," kata Lia Eden saat
menghirup udara bebas di LP Perempuan. "Kan hukum di Indonesia tidak boleh mengajarkan
seperti itu?" tanya wartawan. “Nah itu dia. Di Indonesia harus ada keadilan untuk keyakinan.
Apalagi tugas saya mendamaikan seluruh agama. Kami diamanatkan untuk mendamaikan
agama. Saya tidak ini tidak pernah berbuat kejahatan. Saya menjalani 4,5 tahun penjara
bukan karena melakukan kejahatan loh," jawab Lia Eden.
Kelompok ini juga terkenal karena serangannya terhadap kepercayaan
masyarakat Jawa, mengenai mitos Nyi Roro Kidul yang didewakan sebagai Ratu Laut
Selatan. Pada tahun 2000, Salamullah diresmikan oleh pengikut-pengikutnya sebagai nama
kelompok. Kelompok ini mengakui bahwa Nabi Muhammad SAW adalah nabi yang terakhir
tetapi juga mempercayai bahwa pembawa kepercayaan yang lain seperti Buddha
Gautama, Yesus Kristus, dan Kwan Im, dewi pembawa rahmat yang dipercaya orang Kong
Hu Cu, akan muncul kembali di dunia.

Baru pada tahun 2000, Lia mendeklarasikan agama baru bernama Salamullah sebagai
penyatuan dari berbagai ajaran agama yang ia dalami. Beberapa ajaran Salamullah antara
lain: Shalat dalam dua bahasa adalah sah, Mengonsumsi babi halal, Melakukan ritual
penyucian seperti menggunduli kepala, membakar tubuh, dan sebagainya. Sejak 2003,
kelompok Salamullah memegang kepercayaan bahwa setiap agama adalah benar. Kelompok
yang diketuai Lia Eden ini yang kemudian berubah nama yang kini dikenal sebagai Kaum
Eden.

Lia meninggal pada 9 April 2021. Kabar ini disampaikan oleh Kabar Sejuk (Serikat
Jurnalis untuk Keberagaman) pada 11 April 2021 dan dikonfirmasi oleh Komunitas Eden
melalui surat yang dirilis lewat laman resminya dua hari kemudian. Lia Eden sempat
beraktivitas seperti biasa sehari sebelumnya meninggal. "Pada Kamis sore, 8 April 2021,
kami masih bercengkerama dan bekerja bersama Paduka Bunda Lia Eden merapikan dan
membersihkan taman di depan rumah. Malam harinya, sampai pukul 21.30 WIB, beberapa di
antara kami masih berada di kamar beliau. Dan pada saat kami meninggalkan kamar, beliau
masih dalam keadaan sehat," demikian keterangan Komunitas Eden.
Komunitas Eden mengatakan Lia Eden tak sadarkan diri pada Jumat pagi. Lia Eden
disebut tak sadarkan diri di kamarnya. Kakinya disebut sudah mendingin dan denyut nadi di
tangannya sudah tak lagi terasa. "Kami sungguh terkejut pada saat melihat beliau sudah tak
sadarkan diri di pembaringannya. Kakinya sudah dingin dan denyut nadi tangannya sudah tak
teraba, tapi bagian ubun-ubun di kepala masih terasa," ucap Komunitas Eden. Pengikut Lia
Eden kemudian memanggil ambulans. Saat ambulans tiba, petugas yang ikut di ambulans
kemudian memeriksa kondisi Lia Eden. Sesampainya ambulans DKI, para petugas langsung
mengeluarkan peralatannya untuk memeriksa keadaan beliau sesuai prosedur penanganan
pasien. Petugas ambulans DKI menyatakan bahwa Paduka Bunda Lia Eden, junjungan kami
yang kami cintai, sudah tiada," tulis pernyataan itu.

Jenazah Lia Eden kemudian dibawa ke rumah sakit St Carolus untuk diperiksa.
Petugas kemudian mengeluarkan sertifikat medis penyebab kematian. "Menurut dokter
pribadi beliau di RS St Carolus, dimungkinkan wafatnya disebabkan karena terserang stroke
kembali, karena sebelumnya beliau pernah terserang stroke ringan pada akhir bulan Oktober
2020. Namun sejak itu, beliau sudah berangsur pulih," tulis keterangan itu. Jenazah Lia Eden
kemudian disemayamkan dan dikremasi di Rumah Duka Grand Heaven Jakarta. Abu jenazah
Lia Eden kemudian dilarung ke Laut.

Anda mungkin juga menyukai