NIM : 228024
Kelas : 22A
Pada 1998, Lia menyebut dirinya Mesias yang muncul di dunia sebelum
hari kiamat untuk membawa keamanan dan keadilan di dunia. Selain itu, dia juga menyebut
dirinya sebagai reinkarnasi Bunda Maria, ibu dari Yesus Kristus. Lia juga mengatakan bahwa
anaknya, Ahmad Mukti, adalah reinkarnasi Isa. Pemahaman yang dibawa oleh Lia ini
berhasil mendapat kurang lebih 100 penganut pada awal diajarkannya. Penganut agama ini
terdiri dari para pakar budaya, golongan cendekiawan, artis musik, drama dan juga pelajar.
Mereka disebut sebagai pengikut Salamullah.
Pada bulan Desember 1997, Majelis Ulama Indonesia (MUI) telah melarang
perkumpulan Salamullah karena ajarannya dianggap telah menyelewengkan kebenaran
mengenai ajaran Islam. Kelompok ini lalu membalas balik dengan mengeluarkan "Undang-
undang Jibril" (Gabriel's edict) yang mengutuk MUI karena menganggap MUI berlaku tidak
adil dan telah menghakimi mereka dengan sewenang-wenang.
Namun MUI menilai ajaran Lia Eden sebagai ajaran sesat. Lia Eden juga ditangkap
atas tuduhan penodaan agama. Lia Eden pernah dipenjara dua kali. Pertama Lia Eden divonis
2 tahun penjara pada Juni 2006 oleh hakim PN Jakarta Pusat. Setelah menjalani hukumannya,
Lia Eden bebas dari Rutan Pondok Bambu dan kembali ke markas kerajaannya di Jalan
Mahoni, Jakpus. Selanjutnya pada Desember 2008, Lia Eden dan sejumlah pengikutnya
ditangkap lagi oleh polisi. Pada vonis yang kedua, Lia Eden dihukum selama 2,5 tahun
penjara dan bebas pada 15 April 2011. Saat bebas, Lia Eden mengaku tidak kapok dipenjara.
Lia menyatakan akan terus menyiarkan keyakinannya dengan mendamaikan semua agama.
"Ah nggak. Saya tidak kapok. Saya akan kembali dengan tugas mulia saya. Saya tidak takut.
Ini urusan Tuhan harus dilakukan. Amanat Allah harus dilakukan," kata Lia Eden saat
menghirup udara bebas di LP Perempuan. "Kan hukum di Indonesia tidak boleh mengajarkan
seperti itu?" tanya wartawan. “Nah itu dia. Di Indonesia harus ada keadilan untuk keyakinan.
Apalagi tugas saya mendamaikan seluruh agama. Kami diamanatkan untuk mendamaikan
agama. Saya tidak ini tidak pernah berbuat kejahatan. Saya menjalani 4,5 tahun penjara
bukan karena melakukan kejahatan loh," jawab Lia Eden.
Kelompok ini juga terkenal karena serangannya terhadap kepercayaan
masyarakat Jawa, mengenai mitos Nyi Roro Kidul yang didewakan sebagai Ratu Laut
Selatan. Pada tahun 2000, Salamullah diresmikan oleh pengikut-pengikutnya sebagai nama
kelompok. Kelompok ini mengakui bahwa Nabi Muhammad SAW adalah nabi yang terakhir
tetapi juga mempercayai bahwa pembawa kepercayaan yang lain seperti Buddha
Gautama, Yesus Kristus, dan Kwan Im, dewi pembawa rahmat yang dipercaya orang Kong
Hu Cu, akan muncul kembali di dunia.
Baru pada tahun 2000, Lia mendeklarasikan agama baru bernama Salamullah sebagai
penyatuan dari berbagai ajaran agama yang ia dalami. Beberapa ajaran Salamullah antara
lain: Shalat dalam dua bahasa adalah sah, Mengonsumsi babi halal, Melakukan ritual
penyucian seperti menggunduli kepala, membakar tubuh, dan sebagainya. Sejak 2003,
kelompok Salamullah memegang kepercayaan bahwa setiap agama adalah benar. Kelompok
yang diketuai Lia Eden ini yang kemudian berubah nama yang kini dikenal sebagai Kaum
Eden.
Lia meninggal pada 9 April 2021. Kabar ini disampaikan oleh Kabar Sejuk (Serikat
Jurnalis untuk Keberagaman) pada 11 April 2021 dan dikonfirmasi oleh Komunitas Eden
melalui surat yang dirilis lewat laman resminya dua hari kemudian. Lia Eden sempat
beraktivitas seperti biasa sehari sebelumnya meninggal. "Pada Kamis sore, 8 April 2021,
kami masih bercengkerama dan bekerja bersama Paduka Bunda Lia Eden merapikan dan
membersihkan taman di depan rumah. Malam harinya, sampai pukul 21.30 WIB, beberapa di
antara kami masih berada di kamar beliau. Dan pada saat kami meninggalkan kamar, beliau
masih dalam keadaan sehat," demikian keterangan Komunitas Eden.
Komunitas Eden mengatakan Lia Eden tak sadarkan diri pada Jumat pagi. Lia Eden
disebut tak sadarkan diri di kamarnya. Kakinya disebut sudah mendingin dan denyut nadi di
tangannya sudah tak lagi terasa. "Kami sungguh terkejut pada saat melihat beliau sudah tak
sadarkan diri di pembaringannya. Kakinya sudah dingin dan denyut nadi tangannya sudah tak
teraba, tapi bagian ubun-ubun di kepala masih terasa," ucap Komunitas Eden. Pengikut Lia
Eden kemudian memanggil ambulans. Saat ambulans tiba, petugas yang ikut di ambulans
kemudian memeriksa kondisi Lia Eden. Sesampainya ambulans DKI, para petugas langsung
mengeluarkan peralatannya untuk memeriksa keadaan beliau sesuai prosedur penanganan
pasien. Petugas ambulans DKI menyatakan bahwa Paduka Bunda Lia Eden, junjungan kami
yang kami cintai, sudah tiada," tulis pernyataan itu.
Jenazah Lia Eden kemudian dibawa ke rumah sakit St Carolus untuk diperiksa.
Petugas kemudian mengeluarkan sertifikat medis penyebab kematian. "Menurut dokter
pribadi beliau di RS St Carolus, dimungkinkan wafatnya disebabkan karena terserang stroke
kembali, karena sebelumnya beliau pernah terserang stroke ringan pada akhir bulan Oktober
2020. Namun sejak itu, beliau sudah berangsur pulih," tulis keterangan itu. Jenazah Lia Eden
kemudian disemayamkan dan dikremasi di Rumah Duka Grand Heaven Jakarta. Abu jenazah
Lia Eden kemudian dilarung ke Laut.