NIM :K3322009
LK 4
dipresentasikan di RCF!
Eugenol C10H12O2
Isoeugenol C10H12O2
Asarone C12H16O3
Safrole C10H10O2
a-Phellandrene C10H16
Terpinolen C10H16
Sabinen C10H16
4-carene C10H16
Anisole C15H24O3
a-Thujene C10H16
a-Pinene C10H16
2. Jelaskan fungsi tiap senyawa/molekul pada no 1!
non-alkohol,
permen karet,
permen, puding,
makanan lezat dan
es krim
Bahan pembuatan
pupuk nitrogen
a-Phellandrene C10H16 α-Phellandrene
diketahui dapat
meningkatkan
tingkat energiα-
Phellandren e juga
dilaporkan memiliki
sifat
meredakan nyeri
α-Phellandrene
memiliki
potensi
sebagai
senyawa
anti-kanker
α-Phellandrene
sering digunakan
sebagai bahan
tambahan dalam
produk kosmetik
dan parfum karena
aromanya yang
menyenangkan dan
kemampuannya
untuk diserap oleh
kulit
point : 51.1
°F
● IMF :
Isoeugenol Molecular
(C10H12O2) Weight :
164,2 g/mol
Boiling point
:
514.4 °F
Melting point : 52
°F
Methoxyeugenol Molecular
(C11H14O,) Weight :
194.23 g/mol
Boiling point : 572
°F
Melting point
:
64.4-68 °F
Molecular
Myristicin Weight :
(C11H12O3) 192.21 g /mol
Boiling point :
529.7℉
Melting point :
<-20 °C atau <-4
°F
Asarone Molecular
(C12H16O3) Weight :
208.2536 g/mol
Boiling point : 565
°F
Melting point : 144
to 145 °F
Safrole(C10H10O2) Molecular
Weight :
162.19 g/mol
Boiling point
:
450-453 °F
Melting point
:
52.2-52.3 °F
Decanoic acid, Molecular
methyl ester Weight :
(C11H22O2) 172.26 g/mol
Boiling point
:
516 °F
Melting point
:
87.8-89.6 °F
a-Phellandrene Molecular
(C10H16) Weight :
136.24 g/mol
Boiling point
:
338-340 °F
Melting point
:
-67-(-63) °F
Terpinolen Molecular
(C10H16) Weight :
136.24 g/mol
Boiling point
: 367 °F
Melting point
:-31 °F
Sabinen (C10H16) Molecular
Weight :
150.22 g/mol
Boiling point : 318
°F
Melting point
:
-98 °F
4-carene (C10H16) Molecular
Weight :
136.24 g/mol
Boiling point : 334-
338 °F
Melting point : -40
°F
Anisole Molecular
(C15H24O3) Weight :
108.14 g/mol
Boiling point
:
311 °F
Melting point
:
-35 °F
a-Thujene Molecular
(C10H16) Weight :
136.24 g/mol
Boiling point
:
320-338 °F Melting
point : 5 to -4 °F
a-Pinene (C10H16) Molecular
Weight :136.24
g/mol
Boiling point
:
311-313 °F
Melting point
:
-80°F to -76 °F
4. Buatlah ringkasan total dari tiap riset yang dipaparkan dalam RCF minimal
1000 kata!
Ikatan Hidrogen:
Ikatan hidrogen adalah jenis ikatan intermolekuler yang terjadi antara atom hidrogen
yang terikat secara kovalen dengan atom oksigen, nitrogen, atau fluorin yang
elektronegatif. Ikatan ini relatif kuat dan dapat mempengaruhi sifat fisik suatu
senyawa.
Molekul dengan berat molekuler tinggi akan cenderung memiliki gaya tarik-memikat
yang lebih kuat antara molekul-molekulnya.
Molekul dengan ikatan hidrogen yang lebih kuat cenderung memiliki titik didih yang
lebih tinggi karena membutuhkan energi lebih besar untuk memutus ikatan-ikatan ini.
Pada umumnya, molekul dengan rantai ikatan hidrogen yang lebih panjang memiliki
potensi untuk membentuk lebih banyak ikatan hidrogen. Misalnya, dalam alkohol,
molekul dengan rantai karbon yang lebih panjang akan memiliki lebih banyak atom
hidrogen yang dapat berikatan dengan atom oksigen dari molekul lain.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa molekul dengan berat molekuler tinggi dan rantai
ikatan hidrogen yang panjang cenderung memiliki titik didih dan titik lebur yang
lebih tinggi karena ikatan hidrogen yang lebih kuat membutuhkan lebih banyak energi
untuk diputus. Namun, perlu diingat bahwa ada banyak faktor lain yang dapat
mempengaruhi sifat fisik suatu senyawa, seperti bentuk molekul, kehadiran ikatan
lainnya (seperti ikatan kovalen polar atau ikatan ionik), dan interaksi intermolekuler
lainnya.
Ikatan hidrogen terbentuk antara atom hidrogen dari gugus hidroksil dengan atom
oksigen atau nitrogen dari molekul lain yang memiliki ikatan hidrogen yang cukup
kuat. Ini adalah sifat penting dalam kimia eugenol karena memungkinkan interaksi
antarmolekuler yang kuat, seperti dalam pembentukan minyak atsiri dan berbagai
reaksi kimia yang melibatkan eugenol.
Jadi, struktur eugenol memainkan peran penting dalam kemampuan senyawa ini untuk
membentuk ikatan hidrogen dengan molekul lain dalam berbagai reaksi kimia dan
interaksi antarmolekuler.
Gaya intermolekuler dan ikatan apa saja yang ada dalam senyawa eugenol Eugenol
adalah senyawa organik yang memiliki berbagai jenis gaya intermolekuler, termasuk:
Ikatan hidrogen: Gugus hidroksil (-OH) dalam struktur eugenol dapat membentuk
ikatan hidrogen dengan molekul lain yang memiliki atom oksigen atau nitrogen yang
bersifat elektronegatif. Ini adalah gaya intermolekuler yang kuat dan berperan penting
dalam sifat fisik dan kimia eugenol.
Gaya van der Waals: Eugenol juga mengalami gaya van der Waals, yang mencakup
gaya dispersi London (gaya London) dan gaya dipol-dipol. Ini adalah gaya
intermolekuler yang muncul karena fluktuasi sementara dalam distribusi elektron
dalam molekul.
Gaya ion-dipol (jika ada ion dalam larutan): Jika dalam lingkungan tertentu terdapat
ion-ion, misalnya dalam larutan, eugenol dapat berinteraksi dengan ion-ion ini
melalui gaya ion-dipol.
Semua gaya intermolekuler ini mempengaruhi sifat fisik dan kimia eugenol, termasuk
titik didih, titik leleh, kelarutan, dan reaktivitasnya dengan senyawa lain dalam
berbagai reaksi kimia.
Kalau senyawa tersebut memiliki cincin aromatik, itu dapat mempengaruhi titik
didihnya. Senyawa dengan cincin aromatik seperti benzena cenderung memiliki titik
didih yang lebih tinggi dibandingkan dengan senyawa non-aromatik dengan jumlah
atom karbon yang sama dalam rantainya. Hal ini karena ikatan pi dalam cincin
aromatik lebih stabil dan memerlukan energi yang lebih tinggi untuk memutuskannya,
sehingga memerlukan suhu yang lebih tinggi untuk mendidih. Jadi, adanya cincin
aromatik dalam senyawa dapat meningkatkan titik didihnya.