KARAKTERISTIK MAYONES
DENGAN PENAMBAHAN EKSTRAK MINYAK
BELLY DAN TRIMMING IKAN PATIN (Pangasius hypopthalmus)
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2019
ii
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Rumusan Masalah 2
Tujuan Penelitian 7
Hipotesis Penelitian 7
TINJAUAN PUSTAKA 5
Ikan Patin (Pangasius sp.) 5
Kandungan Lemak pada Ikan Patin 6
Lemak dan Minyak 6
Minyak Ikan 7
Ekstraksi Minyak Ikan 8
Mayones 8
Syarat Mutu Mayones 9
METODE PENELITIAN 10
Waktu dan Tempat 10
Bahan dan Alat 10
Tahapan Penelitian 10
Penelitian Pendahuluan 10
Ekstraksi Minyak Ikan 11
Formulasi Mayones 12
Prosedur Analisis 14
Karakteristik Minyak Kasar 14
Bilangan peroksida 14
Asam Lemak Bebas/Free Fatty Acid (FFA) 14
Bilangan iod 14
Bilangan penyabunan 14
Analisis Fisiko Kimia 15
Karakteristik air 15
Karakteristik abu 15
Karakteristik lemak 16
Karakteristik protein 15
Viskositas 15
Warna 17
Analisis Mikrobiologi 17
Pengujian ALT 17
Uji Sensori Produk Mayones 17
Rancangan Percobaan dan Analisis Data 18
DAFTAR PUSTAKA 19
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Mayones adalah saus berwarna kuning pucat dengan tekstur yang kental
dan creamy. Mayones pertama kali dikenal di negara Perancis dan terus
berkembang dan digunakan di berbagai negara hingga saat ini. Mayones dapat
dibagi menjadi 2 bagian utama tergantung pada jumlah minyak yang digunakan.
Mayones rendah lemak mengandung sekitar 30-65% minyak sementara mayones
dengan kadar lemak tinggi mengandung sekitar 75-80% minyak (Widestrom dan
Ohman 2017).
Mayones umumnya terbuat dari minyak nabati seperti minyak kelapa
sawit dan minyak kedelai. Mayones yang dipasarkan di Indonesia merupakan
mayones yang terbuat dari minyak kedelai. Menurut pernyataan Muslim (2014)
Indonesia belum mampu memenuhi permintaan konsumen terhadap minyak
kedelai sehingga minyak kedelai di Indonesia merupakan minyak hasil impor dari
negara-negara lain seperti Argentina dan Amerika sehingga harganya relatif
mahal. Selain itu minyak yang diimpor juga diduga telah mengalami oksidasi
sehingga kualitasnya menurun. Sehingga diperlukan bahan baku alternatif
pengganti yang dapat digunakan untuk membuat mayones, salah satunya adalah
minyak ikan.
Ikan patin siam (Pangasius hypopthalmus) adalah salah satu komoditas
andalan Indonesia karena memiliki kemapanan dari segi benih, pembesaran,
pakan, dan pengolahannya serta luasnya wilayah produksi budidaya. Kementerian
Kelautan dan Perikanan (KKP) telah membuat kebijakan mengenai proteksi impor
patin dan membuat syarat keamanan pangan yang tinggi yang ditetapkan melalui
Standar Nasional Indonesia (SNI) sehingga dapat menjadi peluang bagi patin
lokal untuk menguasai pasar domestik. Selain pasar domestik, produksi patin
Indonesia juga ditargetkan agar dapat memenuhi permintaan pasar dunia.
Kebutuhan patin di negara Cina mencapai 34.400 ton, disusul oleh negara
Thailand yang kebutuhannya mencapai 19.200 ton. Hal serupa ditunjukkan oleh
Amerika Latin dimana impor patin di negara tersebut menunjukkan kenaikan
hingga 12.3% (KKP 2017). Seiring meningkatnya kebutuhan konsumsi patin
artinya produksi ikan tersebut juga harus ditingkatkan. Terjadinya peningkatan
produksi ikan maka akan menjadikan hasil samping pengolahan juga ikut
meningkat. Hasil samping ini seharusnya dapat dimanfaatkan dengan cara diolah
menjadi produk yang bernilai tambah. Hal ini juga sesuai dengan permintaan para
pelaku usaha fillet ikan patin yang mengeluhkan hasil samping dari ikan patin
yang hanya dimanfaatkan untuk pembuatan pakan ikan dengan nilai jual yang
rendah padahal keberadaan hasil samping tersebut sangat berlimpah. Berdasarkan
keterangan di atas, dilakukan percobaan untuk memanfaatkan hasil samping
tersebut dengan mengolahnya menjadi produk bernilai tambah salah satunya
adalah minyak ikan. Hal ini sesuai dengan pernyataan (Sathivel et al 2002) bahwa
rendemen daging ikan pada proses pengolahan filet umumnya mencapai sekitar
45% sedangkan bagian lainnya termasuk isi perut, lemak abdomen, tulang, kulit,
dan hasil pengeratan atau trimming sebesar 55% belum dimanfaatkan secara
optimal.
Minyak ikan dari hasil samping pengolahan ikan patin dapat diperoleh dari
6 bagian tubuh yang menjadi hasil samping yaitu kepala, tulang ekor, daging belly
2
flap (daging bagian perut), daging sisa trimming, kulit, dan isi perut (jeroan).
Ketersediaan hasil samping tertinggi yaitu terdapat pada daging trimming dan
daging belly flap. Hastarini (2012) melaporkan bahwa kadar lemak yang terdapat
pada daging belly flap ikan patin P. hypopthalmus adalah sebesar 36.21±0.59 dan
pada bagian trimming mengandung lemak sebesar 6.63±0.50. Hastarini (2012)
melaporkan bahwa rendemen minyak ikan kasar yang dihasilkan oleh daging belly
flap dan daging sisa trimming berturut-turut yaitu sebesar 27% dan 8%. dan pada
bagian trimming menghasilkan minyak. Rendemen minyak ikan kasar yang
dihasilkan oleh daging sisa trimming tersebut jauh hasilnya dibandingkan dari
daging belly flap, namun rendemen daging sisa trimming di industri pengolahan
ikan patin ketersediaannya lebih banyak sehingga pembuatan minyak ikan patin
dari daging belly flap dan daging sisa trimming dianggap berpotensi sebagai
bahan baku pembuatan mayones.
Berdasarkan hal tersebut di atas dapat diketahui bahwa pembuatan
mayones bergantung pada minyak yang digunakan sebagai bahan baku. Penelitian
mengenai perbedaan konsentrasi minyak nabati dalam proses pembuatan mayones
dan pengaruhnya terhadap sifat fisik-kimia, viskositas dan organoleptik telah
dilakukan oleh beberapa peneliti sebagai berikut. Amertaningtyas dan Jaya (2011)
melakukan penelitian untuk mengetahui sifat fisiko-kimia mayones dengan
berbagai konsentrasi minyak kedelai dan telur ayam buras. Hasilnya dari
penelitian tersebut menunjukkan bahwa konsentrasi minyak terbaik ditunjukkan
pada produk dengan kandungan minyak sebanyak 75% dan kuning telur ayam
buras sebanyak 9%.
Penelitian mengenai penggunaan dan penambahan minyak ikan dalam
suatu produk telah dilakukan. Riyanto (1998) melakukan penelitian untuk
menganalisa perubahan yang terjadi terhadap kestabilan asam lemak omega--3
dalam mayones yang dibuat dari sari minyak ikan hasil samping pengalengan
lemuru selama penyimpanan 0-30 hari. Lestari (2010) melakukan penelitian untuk
mengetahui formulasi optimum “high nutritive value” margarin yang dibuat dari
minyak ikan patin.
Penelitian pendahuluan telah dilakukan untuk mengetahui konsentrasi
penambahan minyak ikan dan kuning telur yang optimal sehingga menghasilkan
mayones dengan kualitas terbaik yang mendekati standar mayones berdasarkan
SNI dan disukai oleh panelis pada uji sensori. Penambahan minyak ikan dilakukan
dengan skala 50 : 50 (minyak ikan patin : minyak jagung). Penentuan formulasi
dilakukan menggunakan Response Surface Method (RSM). Hasilnya
menunjukkan bahwa mayones dengan kualitas terbaik dihasilkan pada konsentrasi
minyak 66.7% dan kuning telur 14% per 500 g produk mayones.
Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan di atas, maka perlu dilakukan
penelitian lebih lanjut mengenai pembuatan mayones minyak ikan patin dengan
parameter konsentrasi dan jenis minyak ikan yang berbeda.
Rumusan Masalah
Produksi ikan patin yang meningkat dan keluhan para pelaku usaha ikan
patin yang hanya memanfaatkan fillet daging ikan patin dan meninggalkan hasil
samping yaitu pada bagian belly flap dan daging trimming. Berdasarkan hal
tersebut maka dilakukan alternatif solusi untuk memanfaatkan hasil samping yang
3
berasal dari belly dan trimming ikan patin yang mengandung lipid untuk
diekstraksi minyaknya sebagai bahan pembuatan mayones.
Mayones merupakan produk olahan berupa emulsi minyak dalam air
dengan penggunaan kuning telur sebagai pengemulsi dan biasanya terdiri atas 70
– 80% minyak. Mayones yang dipasarkan di Indonesia kebanyakan terbuat dari
minyak kedelai, namun saat ini Indonesia masih belum mampu memenuhi
kebutuhan minyak kedelai sehingga mengandalkan minyak kedelai yang diimpor
dari negara lain.
Alternatif solusi untuk mengatasi masalah di atas adalah dengan
mensubtitusi penggunaan minyak kedelai dengan minyak ikan patin dari limbah
hasil samping pengolahan.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk memanfaatkan belly flap dan trimming ikan
patin dari hasil samping pengolahan untuk pembuatan mayones dengan berbagai
konsentrasi minyak ikan dan jenis minyak ikan yang berbeda untuk menghasilkan
mayones terbaik, serta untuk mengetahui pengaruh penambahan daging lumatan
ikan patin terhadap rasa mayones.
Hipotesis Penelitian
Mayones
TINJAUAN PUSTAKA
Pada permukaan punggung ikan patin terdapat sirip lemak yang ukurannya
sangat kecil dan sirip ekornya membentuk cagak dengan bentuk simetris. Sirip
duburnya agak panjang dan mempunyai 30 – 33 jari-jari lunak, sirip perutnya
terdapat 6 jari-jari lunak, sedangkan pada sirip dada terdapat sebuah jari-jari keras
yang berubah senjata atau yang dikenal sebagai patil dan memiliki 12 jari-jari
lunak (Susanto dan Amri 1996).
6
Tabel 1. Kandungan lemak bagian tubuh ikan Patin siam dan jambal
Bagian tubuh Kadar lemak (%)
Patin Siam Patin Jambal
Daging fillet skinless 2.72±0.09 2.89±0.19
Kepala 11.20±0.66 10.85±0.12
Tulang dan ekor 13.10±0.6 11.90±0.63
Daging belly flap 36.21±0.59 36.50±0.31
Daging sisa trimming 6.63±0.50 10.75±0.98
Kulit 7.90±1.03 6.61±0.84
Perut 26.51±0.55 35.32±0.65
Sumber : Hastarini, 2012
tidak mengandung ikatan rangkap, sehingga mempunyai titik lebur yang lebih
tinggi. Contoh asam lemak jenuh yang banyak terdapat adalah asam palmitat dan
asam stearat. Sedangkan minyak merupakan bahan cair yang disebabkan
rendahnya kandungan asam lemak jenuh dan tak jenuh yang memiliki satu atau
lebih ikatan rangkap diantara atom-atom karbonnya sehingga mempunyai titik
lebur yang rendah (Winarno 2008).
Asam lemak dibedakan menjadi asam lemak jenuh dan tak jenuh. Asam
lemak jenuh hanya memiliki ikatan tunggal diantara atom-atom karbon
penyusunnya, sementara asam lemak lemak tak jenuh memiliki paling sedikit satu
ikatan ganda diantara atom-atom karbon penyusunnya, semakin panjang rantai C
penyusunnya, semakin mudah membeku dan semakin sukar larut. Asam lemak tak
jenuh mudah bereaksi dengan oksigen (Hastarini 2012). Asam lemak mempunyai
jumlah atom C genap dari C2 sampai C30. Asam lemak jenuh yang paling banyak
ditemukan dalam bahan pangan adalah asam palmitat, yaitu 15-50% dari seluruh
asam lemak yang ada. Asam lemak stearat terdapat dalam konsentrasi tinggi pada
lemak dan biji-bijian tanaman sekitar 25% dari asam-asam lemak yang ada. Asam
lemak dengan atom C lebih dari dua belas tidak larut dalam air dingin maupun air
panas. Asam lemak dari C4, C6, C8, dan C10 dapat menguap dan asam lemak C 12
dan C14 sedikit menguap (Winarno 2008).
Minyak Ikan
Minyak ikan merupakan komponen lemak dalam bentuk jaringan tubuh
ikan yang telah diekstrak dalam bentuk minyak. Minyak ikan mempunyai jenis
asam lemak yang lebih beragam dibandingkan dengan jenis minyak lainnya,
dengan kandungan asam lemak omega--3 yaitu EPA dan DHA yang terdapat
dalam minyak ikan (Estiasih 2009). Konsumsi EPA dan DHA dalam jangka
waktu panjang terbukti berdampak positif terhadap penderita penyakit jantung
koroner, yaitu mampu menurunkan resiko kematian mendadak hingga 45 % jika
dibandingkan terhadap penderita yang tidak mengkonsumsi EPA dan DHA (Haris
2004). EPA dan DHA dapat juga menurunkan kolesterol dalam darah khususnya
LDL, anti agregasi platelet, dan anti inflamasi (Haris 2004).
Minyak dalam ikan lebih banyak terdapat pada daging merah dibanding
dengan daging putih. Selain dalam daging, minyak juga terdapat dalam bagian
tubuh lain seperti hati, dan belly. Proses untuk mendapatkan minyak ikan dengan
kualitas yang baik ada 2 tahap yaitu proses ekstraksi minyak dan proses
pemurnian. Ekstraksi adalah suatu cara untuk mendapatkan minyak atau lemak
dari bahan yang mengandung minyak atau lemak (Hastarini 2012). Ekstraksi yang
paling banyak dilakukan adalah ekstraksi basah (wet rendering) yang meliputi
pemasakan daging belly dengan air panas untuk merusak struktur sel dan
pengepresan terhadap minyak yang telah dipanaskan. Fraksi cair yang diperoleh
dari pengepresan merupakan fraksi yang mengandung minyak ikan, begitu juga
komponen minor lainnya yang tersuspensi seperti padatan protein dan air.
Minyak ikan mempunyai jenis asam lemak yang lebih beragam
dibandingkan dengan jenis minyak lain. Kandungan asam lemak dominannya
adalah asam lemak omega-3 terutama EPA dan DHA. Asam lemak omega-3
dalam minyak ikan umumnya berada pada posisi sn-2, selain trigliserida minyak
ikan juga mempunyai komponen lain seperti fosfolipid. Selain omega-3, minyak
ikan juga mengandung omega--6 dan omega-9 yang memiliki peranan penting
8
Mayones
Mayones merupakan salah satu contoh poduk emulsi minyak dalam air
dimana protein dalam kuning telur berfungsi sebagai agen pengemulsi (Gaonkar
et al 2010). Komponen utama dalam pembuatan mayonnaise antara lain minyak
9
nabati sebagai medium terdispersi, kuning telur sebagai emulsifier, dan vinegar &
air sebagai medium pendispersi (Evanuarini et al 2016). Proses emulsifikasi
terbentuk karena adanya pencampuran bahan kuning telur, air jeruk/vinegar dan
bahan-bahan lain serta dengan penambahan minyak sedikit demi sedikit. Mayones
umumnya mengandung lemak sebesar 70-80% (Ritvanen 2013).
Konsentrasi minyak yang berbeda dalam mayonnaise dapat memberikan
pengaruh terhadap warna, aroma, rasa, dan tekstur. Wendi et al (1999) melakukan
studi mengenai pengaruh kandungan jumlah minyak yang berbeda terhadap rasa
dan tekstur mayones. Hal yang harus diperhatikan dalam pembuatan mayonnaise
yaitu pada proses penambahan minyak dan bahan-bahan lain yang harus
dilakukan secara bertahap dan sedikit demi sedikit agar tidak merusak emulsi
yang dibentuk. Menurut Depree dan Savage (2001) apabila larutan atau bahan
dicampurkan secara langsung dengan minyak maka hasil yang akan terbentuk
berupa emulsi air dalam minyak sehingga menghasilkan viskositas mayones yang
encer seperti viskositas minyak nabati yang ditambahkan.
METODE PENELITIAN
Tahapan Penelitian
Penelitian ini terbagi menjadi 2 tahap yaitu tahap pertama penelitian
pendahuluan yang bertujuan untuk memperoleh formulasi mayones optimal
berdasarkan RSM. Selanjutnya setelah diperoleh hasil yang optimal, dilanjutkan
dengan tahap yang kedua yaitu penelitian utama yang terdiri atas (2) Ekstraksi
minyak ikan (3) Formulasi mayones, (3) Percobaan pengaruh penambahan
konsentrasi dan jenis minyak ikan patin dari bagian tubuh yang berbeda pada
mayones dan (4) Analisis produk mayones, dan (5) Analisis data.
Penelitian Pendahuluan
Penelitian pendahuluan telah dilakukan untuk memperoleh formulassi
mayones dengan komposisi terbaik sehingga dihasilkan mayones yang terbaik.
Optimasi dilakukan dengan menggunakan metode RSM dengan parameter
minyak, kuning telur, dan trimming. Produk mayones yang telah dibuat kemudian
dianalisis. Analisis yang dilakukan yaitu analisis fisiko-kimia, mikrobiologi, dan
sensori. Berdasarkan solusi optimasi yang dihasilkan oleh RSM dan pengamatan
yang dilakukan terhadap hasil analisis sensori produk mayones, maka dipilihlah
minyak dengan konsentrasi 65% (dengan rasio antara minyak ikan:minyak nabati
yaitu 50:50) dan kuning telur dengan konsentrasi 14%. Berdasarkan pengamatan,
tingkat kesukaan panelis terbatas hanya sampai pada konsentrasi minyak 65%.
11
Analisis kadar
air, abu, lemak,
Pemotongan dan protein
Penambahan air
(1:3)
Perebusan pada
suhu 70˚C selama
30 menit
Penyaringan
Pengepresan
Pemisahan minyak
dari air dengan Minyak Sisa padatan
corong pemisah
Karakterisasi minyak
kasar: angka
peroksida, IOD, FFA,
Minyak kasar dan penyabunan
12
Persiapan bahan
Campur semua bahan fase air. Mixer hingga semua bahan tercampur
rata selama 5 menit
Pencampuran fase minyak dan fase air dan mixer kembali hingga
keduanya homogen.
Pencampuran kembali fase minyak dan fase air dan mixer hingga
keduanya homogen.
Mayones
Prosedur Analisis
Bilangan iod
Angka iod adalah jumlah gam iod yang dapat diikat oleh 100 gram lemak
atau minyak. Analisa pengujian iod menurut Yunizal et al (1998), adalah timbang
sampel sebanyak 0,5 gram tambahkan 10 ml khlorofom dan tambahkan 25 ml
wijs biarkan 1 jam ditempat gelas setelah itu kocok-kocok 3 menit sekali.
Tambahkan 10 ml KI 15%. Titrasi dengan larutan standar Na 2S203 0,1 N sampai
berwarna kuning gampir hilang. Tambahkan 2 ml larutan amilum 1% titrasi
sampai berwarna biru menghilang.
ml titrasi (blanko−sampel)
Angka Iod = x N Thio x 12,
Berat sampel
6
15
Bilangan penyabunan
Angka penyabunan adalah banyaknya miligram KOH yang dibutuhkan
untuk menyabunkan 1 gram minyak atau lemak. Analisa pengujian bilangan
penyabunan menurut Yunizal dkk (1998), adalah timbang 2 gram dalam botol
timbang kemudian pindahkan1 kedalam Erlenmeyer dan ditambahkan 25 ml KOH
0,5 N dalam alkohol serta beberapa butir batu didih. Setelah ditutup dengan
pendingin balik, dididihkan dengan hati-hati selama 1 jam sehingga minyak dan
KOH bercampur homogen. Setelah dingin ditambahkan beberapa tetes dikator PP
dan titrasi kelebihan KOH dengan larutan standar 0,5 N HCl sampai menjadi biru
menghilang/tidak berwarna. Hal ini dilakukan terhadap blanko (titrasi tanpa
menggunakan sampel). Bilangan penyabunan dihitung sebagai berikut:
Keterangan:
A = Berat cawan konstan (g)
B = Berat cawan dan berat abu kering (g)
Berat contoh = sampel (g)
(W 3−W 2)
Kadar lemak (%) = x 100 %
W1
Keterangan :
W1 = Bobot sampel (g)
W2 = Bobot labu lemak kosong (g)
W3 = Bobot labu lemak + lemak hasil ekstraksi (g)
Viskositas
Uji viskositas (kekentalan dilakukan dengan menggunakan alat LV
Brookfield Viscometer. Nomor spindle yang akan digunakan ditentukan sebelum
melakukan pengukuran sampel. Sampel yang memiliki viskositas yang kental
17
Warna
Alat yang digunakan untuk mengukur warna mayonnaise yaitu
Chromameter CR-300 Minolta. Pengukuran dilakukan dengan cara meletakkan
sampel pada cawan khusus hingga setengah bagian dari cawan. Pengukuran
dilakukan pada tiga titik sampel yang berbeda dengan measurung head sebanyak
tiga kali. Hasil pengukuran tercatat dengan huruf skala L*, a*, dan b*. Adapu
keterangannya yaitu nilai L menunjukkan tingkat kecerahan (0 = hitam, 100 =
putih). Warna kromatik campuran merah-hijau ditunjukkan oleh nilai a, (a+) = 0 –
80 untuk warna merah dan (a-) = 0 -80 untuk warna hijau. Sementara itu unutk
warna kromatik campuran biru kuning ditunjukkan oleh nilai b, (b+) = 0 – 70
untuk warna kuning dan (b-) = 0 – 70 untuk warna biru.
Analisis Mikrobiologi
Pengujian Angka Lempeng Total (ALT)
Prosedur pengujian ALT menurut SNI 2332.3:2015 adalah timbang berat
sampel sebanyak 25 gram, masukkan pada wadah steril dan tambahkan 225 ml
larutan Butterfield’s Phosphate Buffered. Homogenkan dengan stomacher selama
2 menit. homogent ini merupakan pengenceran 10 -1. Dengan pipet steril ambil 10
ml pengenceran 10-1 dan masukkan ke dalam 9 ml larutan BFP untuk
mendapatkan pengenceran 10-2. Siapkan pengenceran 10-3 dengan mengambil 10
ml contoh dari pengenceran 10-2 kedalam larutan BFP pengeceran 10-3 masing-
masing pengenceran dimasukkan pada media PCA. Lalu inkubasi pada suhu 35˚C
selama 48 jam lalu hitung koloni ALT pada cawan petry dish tersebut.
Perhitungan Angka Lempeng Total sebagai berikut :
∑C
N=
Keterangan : [(1 x n 1)+(0 , 1 x n 2)] x ¿ ¿
DAFTAR PUSTAKA
Amertaningtyas D, Jaya F. 2011. Sifat fisiko-kimia mayones dengan berbagai
tingkat konsentrasi minyak nabati dan kuning telur ayam buras. Jurnal
Ilmu-Ilmu Peternakan 21(1): 1-6.
[AOAC] Association of Official Analytical of Chemist. 2001. Official Method of
Analysis of The Association of Official Analytical of Chemist. Arlington,
Virginia, USA : Published by The Association of Official Analytical of
Chemist, Inc.
[BSNI] Badan Standar Nasional Indonesia. 2002. SNI 01-3541-2002. Margarin.
Badan Standardisasi Nasional, Jakarta.
______________________________. 2010. SNI 2354-1-2010. Cara Uji Kimia
Kadar Abu – Bagian 1 : Penentuan Kadar Abu dan Abu Tak Larut dalam
Asam Pada Produk Perikanan. Badan Standardisasi Nasional, Jakarta.
______________________________. 2015. SNI 2354-2-2015. Cara Uji Kimia
Kadar Air – Bagian 2 : Penentuan Kadar Air pada Produk Perikanan.
Badan Standardisasi Nasional, Jakarta.
______________________________. 2015. SNI 2332-3-2015. Cara Uji
Mikrobiologi – Bagian 3 : Penentuan Angka Lempeng Total (ALT) Pada
Produk Perikanan. Badan Standardisasi Nasional, Jakarta.
______________________________. 2017. SNI 2354-3-2017. Cara Uji Kimia
Kadar Lemak – Bagian 3 : Penentuan Kadar Lemak pada Produk
Perikanan., Jakarta.
Estasih T. 2009. Minyak Ikan: Teknologi Penerapannya untuk Pangan dan
Kesehatan. Malang (ID): Graha Ilmu.
Ghufron. 2005. Budidaya Ikan Patin . Yayasan Pustaka Nusantara.Yogyakarta.
Hastarini E. 2012. Karakteristik minyak ikan dari limbah pengolahan filet ikan
patin siam (Pangasius hypothalmus) dan patin jambal (Pangasius djambal)
[disertasi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Kumolontang N, Muis A. 2013. Karakteristik fisiko-kimia mayones dengan
berbagai tingkat konsentrasi VCO dan kuning telur. Jurnal Penelitian
Teknologi Industri 5(2): 58-65.
Lestari N. 2010. Formulasi dan kondisi optimum proses pengolahan ‘high
nutritive value’ margarin dari minyak ikan patin (Pangasius sp.). Jurnal
Riset Industri 4(1): 35-42.
Mahyudin. 2010. Panduan Lengkap Agribisnis Patin . Penebar Swadaya. Jakarta
Montgomey DC. 2001. Design and Analysis of Experimental. New York (US): J.
Wiley Liu H, Xu XM, Guo Sh.D. 2006. Rheological, texture and sensory
20