1. A. Konsep Dasar Sosiologi: Stratifikasi Sosial Ekonomi (Economic
Stratification) Stratifikasi sosial ekonomi adalah konsep dasar dalam sosiologi yang mengacu pada pembagian masyarakat menjadi lapisan-lapisan berdasarkan status sosial dan ekonomi. Konsep ini menggambarkan adanya ketimpangan dalam distribusi sumber daya, kekayaan, dan kesempatan di dalam masyarakat. Stratifikasi sosial ekonomi melibatkan pembagian masyarakat menjadi kelompok- kelompok yang memiliki akses yang berbeda terhadap sumber daya ekonomi seperti pendapatan, pekerjaan, pendidikan, dan kekayaan. Kelompok-kelompok ini biasanya ditempatkan dalam hierarki sosial, di mana kelompok yang memiliki akses yang lebih besar terhadap sumber daya ekonomi berada di posisi yang lebih tinggi dalam hierarki tersebut. Stratifikasi sosial ekonomi dapat mempengaruhi kehidupan individu dan kelompok dalam berbagai aspek, termasuk kesehatan, pendidikan, mobilitas sosial, dan kesempatan ekonomi. Ketimpangan dalam stratifikasi sosial ekonomi dapat menyebabkan ketidakadilan sosial dan kesenjangan ekonomi antara kelompok-kelompok dalam masyarakat.
B. Analisis Kasus Terkait dengan Konsep Stratifikasi Sosial Ekonomi
Dalam kasus yang disebutkan di atas, terdapat kaitan dengan konsep stratifikasi sosial ekonomi. Pandemi Covid-19 telah menyebabkan kesusahan ekonomi bagi sebagian orang, sementara sebagian lainnya mungkin tidak terlalu terdampak secara ekonomi. Hal ini mencerminkan adanya ketimpangan dalam distribusi sumber daya ekonomi di masyarakat. Ketika terjadi krisis ekonomi seperti pandemi Covid-19, kelompok-kelompok yang berada di posisi sosial dan ekonomi yang lebih rendah cenderung lebih rentan terhadap dampak negatifnya. Mereka mungkin kehilangan pekerjaan, pendapatan, atau kesempatan ekonomi lainnya, sementara kelompok yang berada di posisi yang lebih tinggi mungkin memiliki sumber daya yang lebih besar untuk menghadapi krisis tersebut. Dalam konteks ini, hubungan sosial di masyarakat menjadi penting. Ketika masyarakat saling bergotong-royong dan membantu tetangga yang sedang kesusahan ekonomi, mereka dapat membantu mengurangi dampak negatif dari stratifikasi sosial ekonomi. Dengan saling membantu, masyarakat dapat memperkuat hubungan sosial dan memperbaiki ketimpangan yang ada. Namun, penting juga untuk diingat bahwa upaya membantu tetangga yang sedang kesusahan ekonomi hanya merupakan langkah jangka pendek. Untuk mengatasi ketimpangan sosial dan ekonomi yang lebih luas, diperlukan upaya yang lebih sistemik dan struktural, seperti kebijakan publik yang adil dan program-program pemerintah yang mendukung mobilitas sosial dan kesetaraan ekonomi.
Dalam kesimpulan, konsep stratifikasi sosial ekonomi menjelaskan pembagian
masyarakat menjadi lapisan-lapisan berdasarkan status sosial dan ekonomi. Kasus yang disebutkan di atas menunjukkan adanya ketimpangan dalam distribusi sumber daya ekonomi di masyarakat, yang dapat mempengaruhi kehidupan individu dan kelompok. Dalam menghadapi krisis ekonomi seperti pandemi Covid-19, hubungan sosial yang erat dan saling membantu dapat membantu mengurangi dampak negatif dari stratifikasi sosial ekonomi, tetapi juga diperlukan upaya yang lebih sistemik untuk mengatasi ketimpangan yang lebih luas.
2. A .Konsep Kelompok Sosial In-Group dan Out-Group W.G. Sumner
Konsep kelompok sosial in-group dan out-group dikemukakan oleh W.G. Sumner, seorang sosiolog Amerika. Kelompok sosial in-group merujuk pada kelompok di mana individu merasa memiliki identitas dan afiliasi yang kuat. Anggota in-group merasa saling terhubung dan memiliki kesamaan nilai, norma, dan tujuan. Mereka merasa memiliki kepentingan yang sama dan cenderung saling mendukung dan melindungi satu sama lain. Kelompok in-group dapat terbentuk berdasarkan faktor seperti agama, etnis, profesi, atau hobi yang sama. Di sisi lain, kelompok sosial out-group merujuk pada kelompok di luar in-group. Anggota out-group dianggap berbeda dan sering kali diberi label negatif oleh anggota in-group. Perbedaan ini dapat berupa perbedaan budaya, agama, atau karakteristik lainnya. Anggota out-group sering kali dianggap sebagai ancaman atau musuh potensial oleh anggota in-group.
B. Analisis Kasus Konflik di Papua
Dalam kasus konflik di Papua antara Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) dan TNI/Polri, konsep kelompok sosial in-group dan out-group dapat diterapkan. Kelompok KKB dapat dianggap sebagai in-group bagi anggotanya. Mereka memiliki identitas dan afiliasi yang kuat, dengan tujuan dan nilai-nilai yang mungkin berbeda dengan kelompok lain. Mereka mungkin merasa saling terhubung dan mendukung satu sama lain dalam melawan aparat keamanan dan mencapai tujuan mereka. Di sisi lain, TNI/Polri dan warga masyarakat yang menjadi korban konflik dapat dianggap sebagai out-group oleh KKB. Mereka dianggap berbeda dan sering kali diberi label negatif sebagai musuh atau ancaman oleh KKB. Konflik ini menciptakan ketegangan dan kekerasan antara in-group dan out-group, dengan konsekuensi yang merugikan bagi warga masyarakat yang tidak terlibat dalam konflik. Penting untuk dicatat bahwa analisis ini didasarkan pada konsep kelompok sosial in-group dan out-group W.G. Sumner. Namun, konflik di Papua melibatkan faktor-faktor kompleks seperti sejarah, politik, dan ekonomi yang juga perlu dipertimbangkan dalam pemahaman yang lebih komprehensif tentang konflik ini.