Anda di halaman 1dari 9

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/342013989

KELAS SOSIAL DAN INEQUALITY

Method · June 2020


DOI: 10.13140/RG.2.2.12818.89289

CITATIONS READS
0 9,031

1 author:

Ade Heryana
Universitas Esa Unggul
111 PUBLICATIONS   124 CITATIONS   

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Budaya Literasi View project

Health Administration and Policy View project

All content following this page was uploaded by Ade Heryana on 08 June 2020.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


Sosial Kelas dan Inequality | Ade Heryana, SSt, MKM

KELAS SOSIAL DAN INEQUALITY


Ade Heryana, S.ST, M.KM | Prodi Kesehatan Masyarakat Univ. Esa Unggul | heryana@esaunggul.ac.id
09 Juni 2020

PENDAHULUAN
Bagi yang pernah menonton film Titanic, tentu tidak akan terlupakan ada adegan ketika
penumpang kapal pesiar tersebut diselamatkan. Satu per satu penumpang diturunkan
ke kapal sekoci (kapal berukuran kecil untuk penyelamatan dari bahaya). Pada adegan
tersebut terlihat bahwa petugas kapal mendahulukan orang-orang dengan kelas sosial
tinggi dibanding penumpang kelas sosial rendah.
Dalam acara resmi pertemuan yang dilakukan secara formal, panitia penyelenggara
biasanya mengatur tempat duduk sesuai dengan kelas sosial. Tamu undangan yang
umumnya orang penting dengan kelas sosial tinggi duduk di lokasi strategis, umumnya
paling depan. Disusul deretan berikutnya ditempati orang dengan kelas di bawahnya.
Sementara tempat duduk kelas sosial rendah ada di paling belakang.
Pelayanan rawat inap di rumah sakit pun membeda-bedakan pelayanan sesuai dengan
kelas ekonomi. Bagi yang tidak mampu menempati kamar kelas 3 atau kelas 2. Kelas 1
bagi kelompok ekonomi yang agak mampu atau tinggi. Lalu tingkatan di atasnya ada
kelas Very Important Person (VIP) dan Very Very Important Persons (VVIP). Semakin
tinggi kelas rumah sakit, pelayanan semakin baik.
Suka tidak suka, budaya dan kebiasaan
manusia di bumi ini masih mengkotak-
kotakkan atau mengklasifikasi orang
berdasarkan kelas sosial. Klasifikasi ini
mempengaruhi hubungan sosial antar
manusia serta menentukan interaksi sosial
yang akan terjadi. Artikel ini berupaya
membahas tentang kelas sosial dan
mengetahui pengaruhnya terhadap masalah
kesehatan di masyarakat.

Gambar 1. Kartun “Piramida Kapitalis” merupakan


bentuk kritik kelompok sosialis terhadap
penganut kapitalisme dan terhadap pembagian
kelas dalam masyarakat. Foto: Wikipedia

Bahan Ajar Mata Kuliah: Sosiologi & Antropologi Kesehatan 1


Sosial Kelas dan Inequality | Ade Heryana, SSt, MKM

KONSEP KEKAYAAN BERSIH DAN PENDAPATAN


Terdapat dua konsep yang sebaiknya dipahami berkaitan dengan kelas sosial yakni
kekayaan bersih (wealth) dan pendapatan (income). Kekayaan bersih adalah harta
yang dimiliki seseorang setelah dikurangi dengan hutang. Misalnya rumah (yang sudah
lunas cicilan), mobil (tanpa cicilan), atau peralatan rumah tangga yang dibeli tanpa
angsuran kartu kredit. Sementara pendapatan merupakan sejumlah uang diperoleh
pada periode waktu tertentu dan umumnya diukur selama satu tahun (Brym & Lie,
2018).
Kekayaan dan pendapatan berpengaruh terhadap kelas sosial seseorang. Semakin tinggi
kelas sosial seseorang bekaitan secara langsung dengan kekayaan bersih dan
pendapatan yang dimiliki.
Berkaitan dengan konsep pendapatan pada masyarakat, terjadi satu kondisi yang
disebut dengan inequality. Inequality berkaitan dengan ketimpangan pendapatan
antara individu dengan individu lain atau antar kelompok individu. Mengapa seseorang
bisa mendapatkan pendapatan yang tinggi? Dalam buku yang ditulis (Brym & Lie, 2018)
dijelaskan mekanisme bagaimana seseorang bisa mendapatkan pendapatan yang tinggi
seperti pada grafis berikut.

Pendapatan-5

Bakat
Pendapatan-4
Usaha
Bakat
Pendapatan-3
Lingkungan
mendukung skill Usaha
Bakat
Pendapatan-2
Pengembangan Lingkungan
mendukung skill Usaha
Bakat
Pendapatan-1
skill
Pengembangan Lingkungan
Modal sosial dan mendukung skill Usaha
skill Bakat
budaya

Gambar 2. Kumulatif pendapatan yang diperoleh seseorang yang terdiri dari lima tingkatan yang
diawali dengan bakat (alamiah) yang dimiliki seseorang (Pendapatan-1). Kemudian dengan
berbagai usaha pendapatan akan meningkat (Pendapatan-2). Lingkungan yang mendukung
keterampilan juga ikut berperan meningkatkan pendapatan seseorang (Pendapatan-3).
Pendapatan semakin meningkat jika melakukan pengembangan keterampilan (Pendapatan-4).
Akhirnya modal sosial dan modal budaya ikut meningkatkan pendapatan (Pendapatan-5).
Sumber: modifikasi dari (Brym & Lie, 2018)

Bahan Ajar Mata Kuliah: Sosiologi & Antropologi Kesehatan 2


Sosial Kelas dan Inequality | Ade Heryana, SSt, MKM

Penggambaran peningkatan pendapatan seseorang turut berperan terhadap kondisi


kesenjangan pendapatan atau inequality. Seperti diketahui bahwa terdapat tiga jenis
modal (capital) untuk meningkatkan pendapatan yaitu physical capital, human
capital, social capital dan cultural capital (Brym & Lie, 2018).
a. Modal fisik (physical capital) tidak terkait dengan peningkatan pendapatan individu,
karena umumnya modal fisik diinvestasikan pada perusahaan. Sementara untuk
meningkatkan pendapatan pada individu yang dipakai adalah human capital dan
social capital.
b. Human capital atau modal humanistik merupakan modal yang ada dalam diri
individu. Human capital diinvestasikan individu dalam bentuk pendidikan dan
pelatihan untuk meningkatkan keterampilan.
c. Modal lainnya yang dapat meningkatkan pendapatan individu adalah social capital
atau modal yang dimiliki seseorang yang diperoleh karena jaringan atau koneksi
(hubungan) yang dimiliki seseorang. Itulah mengapa seseorang disarankan untuk
meningkatkan hubungan/jaringan dengan berbagai pihak.
d. Modal terakhir yang secara tidak langsung dapat meningkatkan pendapatan adalah
modal budaya atau cultural capital. Modal budaya adalah sekumpulan keterampilan
sosial yang dimiliki seseorang seperti kemampuan menyampaikan ide kepada orang
lain, kemampuan mempengaruhi orang lain dengan bahasa dan citra yang tepat.

Gambar 3. Karikatur yang menggambarkan bahwa individu yang memiliki cultural capital atau
modal budaya yang tinggi dapat mengalahkan tantangan lebih baik dibanding individu dengan
cultural capital yang rendah. Cultural capital meliputi kemampuan yang dimiliki individu dalam
bersosialisasi, misalnya kemampuan negosiasi, kemampuan mempengaruhi, kemampuan
menyampaikan ide dan sebagainya. Foto: leyf.org.uk

Bahan Ajar Mata Kuliah: Sosiologi & Antropologi Kesehatan 3


Sosial Kelas dan Inequality | Ade Heryana, SSt, MKM

Ditstribusi pendapatan yang diperoleh masyarakat bervariasi mulai dari yang tertinggi
hingga terendah. Distribusi terendah dalam pendapatan dialami oleh individu yang
mengalami kemiskinan atau poverty. Dalam mendefinisikan kemiskinan, para ahli
sosiologi belum mencapai kesepakatan yang memuaskan. Para ahli memiliki
pemahaman yang berbeda tentang kemiskinan. Perbedaan tersebut disebabkan kondisi
kemiskinan dipengaruhi oleh kekayaan dan pendapatan yang selalu mengalami
perubahan dari waktu ke waktu. Misalnya: pada bulan januari 2020 seseorang
dinyatakan masuk dalam kemiskinan, namun bisa saja seminggu kemudian orang
tersebut mendapatkan pendapatan yang tidak diduga sehingga lepas dari kemiskinan.
Di lain pihak ada orang yang dinyatakan tidak masuk dalam kelompok miskin, namun
ternyata seminggu kemudian mengalami musibah yang menyebabkan dirinya masuk
dalam kemiskinan.

Gambar 4. Lingkaran kemiskinan yang berkaitan dengan kesehatan individu. Miskin menyebabkan
konsumsi rendah yang berdampak pada status gizi juga rendah. Status gizi rendah menyebabkan
kesehatan dan kinerja atau produktivitas rendah. Produktivitas rendah akhirnya kembali lagi
menyebabkan konsumsi rendah. Disamping kesehatan, miskin juga berkaitan dengan pendapatan
rendah dan pengetahuan rendah. Foto: Blog Rowland Bismark F. Pasaribu

Bahan Ajar Mata Kuliah: Sosiologi & Antropologi Kesehatan 4


Sosial Kelas dan Inequality | Ade Heryana, SSt, MKM

PENGERTIAN KELAS SOSIAL


Kelas sosial (social class) atau disebut juga stratifikasi sosial (social stratification)
merupakan fenomena yang tidak dapat dihindari dalam pergaulan sosial manusia.
Untuk menjelaskan hal ini akan diterangkan tiga teori tentang kelas sosial yaitu teori
konflik, teori fungsionalis, dan teori kompromi .
1. Teori konflik (conflict theory) yang dikembangkan oleh Karl Marx menyatakan
kelas sosial dan konflik yang terjadi antar kelas merupakan hal yang tidak dapat
dihindarkan. Pandangan Karl Marx mengenai kelas sosial adalah sebagai berikut:
a. Kelas sosial ditentukan oleh rata-rata jumlah produktivitas individu yang
dihasilkan atau jumlah sumberdaya yang dimiliki untuk menghasilkan
pendapatan. Sumber pedapatan dikatakan positif jika seseorang merupakan
pemilik modal (memiliki pabrik atau perusahaan sendiri) yang disebut dengan
kaum borjuis (bourgeoisie). Dikatakan negatif jika seseorang bekerja di pabrik
atau perusahaan tersebut dan disebut dengan kaum proletariat.
b. Jika kaum proletariat mengalami kemiskinan, menurut Marx, kapitalis dapat
mengalami krisis ekonomi akibat kekurangan konsumsi sehingga terjadi
kelebihan produk yang dijual. Dampaknya adalah bisnis menjadi bangkrut,
pengangguran meningkat, dan akhirnya pekerja (kaum proletar) semakin
menyadari bahwa eksploitasi terhadap dirinya dapat menyebabkan krisis yang
semakin parah. Meningkatnya kesadaran akan kelas (class consciousness) pada
kaum pekerja memicu munculnya kelompok pekerja atau partai politik berbasis
pekerja. Kelompok inilah menurut Marx pada akhirnya membentuk masyarakat
komunal/komunis baru yang menentang kepemilikan modal secara pribadi.
Sehingga menurut Marx, dalam masyarakat komunis setiap orang akan saling
berbagi kekayaan.
Pandangan Marx mengenai kelas sosial ini mendapa kritik dari berbagai pihak. Ada
lima kritik yang diberikan yaitu:
 Masyarakat industri pada kenyataannya tidak terpecah menjadi dua kelompok
berbeda yaitu kelas borjuis dan kelas proletar.
 Marx melupakan kenyataan bahwa investasi teknologi oleh pemilik modal tidak
hanya untuk menambah pendapatan kaum borjuis, tetapi juga dapat
meingkatkan pendapatan kaum pekerja (proletariat)
 Dukungan pekerja terhadap partai politik bukan sekedar untuk menentang
kapitalis, namun juga untuk meningkatkan kesejahteraan mereka seperti
mendapatkan jaminan sosial, penghasilan yang layak, serta pelayanan kesehatan.
 Anggapan Marx bahwa dalam masyarakat komunis akan terjadi pembagian
kekayaan ternyata tidak benar. Seperti halnya di negara China dan Rusia yang
berdasarkan komunis, ternyata tetap terjadi eksploitasi terhadap pekerja dengan
cara yang berbeda, seperti halnya di negara kapitalis

Bahan Ajar Mata Kuliah: Sosiologi & Antropologi Kesehatan 5


Sosial Kelas dan Inequality | Ade Heryana, SSt, MKM

 Anggapan Marx bahwa pemilik modal akan bangkrut jika kaum pekerja
mengalami kemiskinan ternyata tidak mendasar. Hal ini karena perusahaan
memiliki mekanisme sendiri untuk mengatasi kekurangan permintan barang

Gambar 5. Karikatur yang menggambarkan perbedaan kelas sosial dalam masyarakat. Masyarakat
kelas bawah menyokong kelas menengah. Selanjutnya kelas menengah menyokong kelas atas.
Foto: Darwinia.com

2. Teori Fungsionalis (Fungsionalist Theory) untuk menjelaskan tentang stratifikasi


sosial dikembangkan Kingsley Davis & Wilbert Moore pada pertangahan abad 20.
Pendapat teori ini tentang kelas sosial adalah sebagai berikut:
a. Kelas sosial merupakan hal jelas tidak terlekakkan dalam kehidupan manusia
(beda dengan teori Marx yang menyatakan kelas sosial tergantung kekayaan).
b. Pekerjaan dibedakan berdasarkan kepentingan (bukan berdasar kepemilikan
modal) artinya di kalangan pekerja terdapat pekerjaan yang lebih penting
dibanding yang lain. Misalnya profesi hakim memiliki kontribusi terhadap
komunitas lebih tinggi dibanding pekerjaan sebagai cleaning service. Untuk
menjadi hakim dibutuhkan pendidikan dan pelatihan yang lebih mahal dan lebih
lama dibanding cleaning service. Dengan demikian, orang termotivasi untuk

Bahan Ajar Mata Kuliah: Sosiologi & Antropologi Kesehatan 6


Sosial Kelas dan Inequality | Ade Heryana, SSt, MKM

mendapatkan pekerjaan penting untuk mendapatkan uang dan gengsi yang


lebih baik.
c. Dengan demikian, kelas sosial adalah kebutuhan (atau fungsional) karena orang
yang memiliki bakat berusaha memenuhi kebutuhan akan uang dan gengsi
sosial dengan menempuh pendidikan tinggi
d. Kesenjangan pendapatan (inequality) dibutuhkan untuk memotivasi orang agar
mendapatkan kepuasan hidup dari sisi materi.
Teori fungsionalis mendapat kritik dari ahli sosiologi lainya, antara lain:
 Pekerjaan dengan gengsi tinggi tidak selamanya lebih penting dibanding
pekerjaan lain. Misalnya: profesi hakim tidak dibutuhkan masyarakat terpencil.
Justru yang penting adalah profesi pedagang hasil bumi.
 Inequality tidak menjamin semua orang termotivasi untuk meningkatkan taraf
hidupnya, karena ada sebagian masyarakat yang tidak memiliki akses untuk
meningkatkan pendidikan dan pelatihan
 Teori fungsionalis mengabaikan bahwa orangtua cenderung mewariskan
kekayaan kepada anaknya dibanding kepada orang yang berbakat. Artinya
inequality gagal mengangkat kelas seseorang karena adanya fenomena warisan
antar generasi dalam keluarga

3. Teori Kompromi (Compromise theory) dari Max Weber menyatakan bahwa kelas
sosial merupakan sesuatu yang tidak diinginkan dalam kehidupan bermasyarakat.
Sehingga seseorang dapat menjadi miskin atau kaya pada situasi tertentu. Pemikiran
Max Weber tentang kelas sosial:
a. Kelas sosial ditentukan oleh kepemilikan barang, kesempatan mendapat
pendapatan, tingkat pendidikan, dan tingkat keterampilan.
b. Kelas sosial pada masyarakat kapitalis terbagi menjadi empat yaitu pemodal
besar, pemodal kecil, bukan pemodal tetapi berpendidikan tinggi, dan bukan
pemodal berpendidikan rendah.
c. Dalam masyarakat terdapat dua kelompok yaitu status group dan parties.
Status group adalah kelompok masyarakat yang berbeda dibandingkan
kebanyakan kelompok lain dalam hal gengsi atau kehormatan secara sosial yang
mereka jalankan sebagai gaya hidup. Parties adalah kelompok yang dapat
memaksakan apa yang diinginkan dengan menggunakan kekuasaan.
Pengendalian dengan kekuasaan tidak hanya dengan kekayaan (menjadi orang
kaya), tetapi bisa menjadi pimpinan pada organisasi militer, akademisi, politik
atau birokrasi.

Bahan Ajar Mata Kuliah: Sosiologi & Antropologi Kesehatan 7


Sosial Kelas dan Inequality | Ade Heryana, SSt, MKM

Seseorang akan mengalami kenaikan atau penurunan dalam stratifikasi sosial, misalnya
dari kaya menjadi miskin atau miskin menjadi kaya. Keadaan ini disebut dengan
Mobilitas Sosial (Social Mobility). Mobilitas sosial dapat terjadi pada satu generasi
(intragenerational mobility), atau lintas generasi (intergeneralitation mobility).

REFERENSI
Brym, R., & Lie, J. (2018). Introduction to Sociology (3rd ed.). Nelson Education.

Bahan Ajar Mata Kuliah: Sosiologi & Antropologi Kesehatan 8

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai