Anda di halaman 1dari 18

PROGRAM NASIONAL

RUMAH SAKIT ISLAM S. ANGGORO

LOMBOK TIMUR
RUMAH SAKIT ISLAM S. ANGGORO
Jalan Raya Terara Lombok Timur 83663 Telpon. (0376) 6531282
Email : rsianggoro1@gmail.com

PERATURAN DIREKTUR
NOMOR: 015/Per.Dir/RSISA/VIII/2022
TENTANG
PROGRAM NASIONAL (PROGNAS) RUMAH SAKIT ISLAM S. ANGGORO

DIREKTUR RUMAH SAKIT ISLAM S. ANGGORO

Menimbang: a. Bahwa untuk mewujudkan Pelayanan Program Nasional yang


berkualitas diperlukan persamaan pandangan dan tujuan akan
peningkatan mutu dan keselamatan pasien yang ingin dicapai
b. Bahwa untuk mendukung terwujudnya Visi dan Misi Rumah Sakit
Islam S. Anggoro serta dalam rangka mengahadapi tuntutan akan
pelayanan kesehatan yang berkualitas serta dalam pelaksanaan
kegiatan Program Nasional di Rumah Sakit islam S. Anggoro
c. Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud huruf a dan
b diatas perlu menetapkan Peraturan Direktur Rumah Sakit Islam S.
Anggoro tentang Program Nasional
Mengingat: 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan;
2. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit
3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2014 tentang
Tenaga Kesehatan
4. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 38 tahun 2014 tentang
Keperawatan
5. Keputusan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik
Indonesia Nomor: AHU-0055503.AHA.01.01 Tahun 2022 Tentang
Pengesahan Pendirian Badan Hukum Perseroan Terbatas PT. Indah
Permata Cinta
6. Keputusan Kepala Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu
Satu Pintu Kabupaten Lombok Timur: 503/325/PMPTSP-
RS/02/2021 Tentang Izin Operasional Rumah Sakit.
7. Keputusan Direktur Utama PT. Indah Permata Cinta Tentang
Pengangkatan Direktur Rumah Sakit Islam S. Anggoro Nomor 16/SK-
DIR/CV/PC/VIII/2022
BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1

1. Program Nasional (PROGNAS) merupakan gambaran umum untuk meningkatkan


derajat kesehatan masyarakat Indonesia, pemerintah menetapkan beberapa program
nasional yang menjadi prioritas Kesehatan adalah kondisi kesejahteraan fisik, mental,
dan sosial yang lengkap dan bukan sekadar tidak adanya penyakit atau kelemahan.
2. Program Nasional terdiri dari beberapa yaitu : Peningkatan kesehatan ibu dan bayi,
Penurunan angka kesakitan Tuberkulosis/TBC, Penurunan angka kesakitan
HIV/AIDS, Penurunan prevalensi stunting dan wasting, Pelayanan Keluarga
Berencana Rumah Sakit.
3. Ponek adalah pelayanan obstetri neonatal esensial/emergensi komperhensif. Tujuan
utamaNYA mampu menyelamatkan ibu dan anak baru lahir
4. Tuberkulosis (TBC) adalah penyakit yang disebabkan Oleh bakteri Mycobacterium
Tuberculosis. Bakteri ini biasanya menyerang paru-paru, namun tidak jarang pula
bakteri dapat memengaruhi bagian tubuh lainnya. Bakteri Mycobacterium tuberculosis
yang menyerang organ tubuh selain paru-paru perlu dibedakan dengan TBC biasa
5. HIV yang merupakan singkatan dari adalah Virus Penyebab AIDS. Virus ini
menyerang dan merusak sistem kekebalan tubuh sehingga kita tidak bisa bertahan
terhadap penyakit-penyakit yang menyerang tubuh kita.
6. Wasting adalah malnutrisi yang paling sering terjadi dan mengancam jiwa anak- anak,
seorang anak yang mengalami wasting, tubuhnya terlalu kurus dan sistem kekebalan
tubuhnya lemah, sehingga rentan terhadap penyakit dan kematian
7. Stunting merupakan kegagalan pertumbuhan pada anak yang sudah diketahui oleh
masyarakat luas. Kondisi ini, terjadi akibat pola makan yang buruk, gangguan
kesehatan berulang, dan kurangnya dukungan emosional dalam jangka panjang.
8. KB pasca salin adalah penggunaan metode kontrasepsi pada masa nifas sampaidengan
42 hari setelah melahirkan sebagai langkah untuk mencegah kehilangankesempatan
ber-KB. Dalam Riskesdas 2013 menyatakan tentang pelayanan KB yang diterima pada
periode masa nifas sampai 42 hari setelah melahirkan.
Pasal 2

1. Pengaturan peningkatan mutu dan keselamatan pasien bertujuan untuk meningkatkan


mutu standar pelayanan rumah sakit melalui Program Nasional.
2. Ruang lingkup peraturan ini adalah meningkatkan pelayanan Program Nasional di
Rumah Sakit Islam S. Anggoro terkait pelayanan Peningkatan kesehatan ibu dan bayi,
Penurunan angka kesakitan Tuberkulosis/TBC, Penurunan angka kesakitan
HIV/AIDS, penurunan prevalensi stunting dan wasting, pelayanan keluarga berencana
rumah sakit.

Pasal 3

1. Rumah Sakit menyelenggarakan tata kelola mutu Organisasi Program Nasional


2. Rumah Sakit Islam S. Anggoro menyelenggarakan Program Nasional melalui
pembentukan sistem pelayanan yang menerapkan:
a. Peningkatan kesehatan ibu dan bayi
b. Penurunan angka kesakitan Tuberkulosis/TBC
c. Penurunan angka kesakitan HIV/AIDS
d. Penurunan prevalensi stunting dan wasting
e. Pelayanan Keluarga Berencana Rumah Sakit
3. Rumah Sakit menyelenggarakan kegiatan Program sebagai Suatu proses yang proaktif
dan kontinu meliputi identifikasi, analisis, evaluasi pengendalian, informasi dan
komunikasi, pemantauan, dan pelaporan risiko, termasuk berbagai strategi yang
dijalankan untuk mengelola risiko dan potensinya;
4. Program Rumah Sakit sebagaimana yang dimaksud pada ayat (l) dan (2) merupakan
organisasi rumah sakit dibawah koordinasi Direktur dan bertanggung jawab kepada
Direktur.
5. Hal-hal penting yang perlu dilakukan agar program Nasional dapat diterapkan secara
menyeluruh di unit pelayanan, meliputi.
a. Dukungan Direktur dan pimpinan di rumah sakit:
b. Upaya perubahan budaya menuju budaya keselamatanpasien;
c. Secara proaktif melakukan identifikasi dan menurunkan variasi dalam pelayanan
klinis;
d. Menggunakan hasil pengukuran data untuk fokus pada isu pelayanan prioritas
yang akan diperbaiki atau ditingkatkan; dan
e. Berupaya mencapai dan mempertahankan perbaikan yang berkelanjutan
BAB II

ORGANISASI

Bagian Kesatu

Program Nasional

Pasal 4

1. Program Nasional membantu direktur rumah sakit dalam mengelola dan memandu
program serta mempertahankan standar pelayanan rumah sakit.
2. Orgasnisasi Program Nasional dibentuk Direktur dengan surat keputusan.
3. Komite Program Nasional sebagaimana dimaksud pada ayat (l) berada di bawah dan
bertanggung jawab kepada Direktur Rumah Sakit.
4. Direktur Rumah Sakit menetapkan kebijakan, prosedur, dan sumber daya yang
diperlukan untuk menjalankan tugas dan fungsi Program Nasional .
5. Ketua, sekretaris, dan anggota Program Nasional sebagaimana dimaksud pada ayat (l )
dipilih dan diangkat oleh Direktur Rumah Sakit.
Pasal 5
1. Susunan organisasi Program Nasional (PROGNAS) paling sedikit terdiri atas: a.
ketua; b. sekretaris; dan c. anggota.
2. Komite Program Nasional (PROGNAS) terdiri atas Ketua, Sekertaris dan Anggota

Pasal 6

1. Keanggotaan Program Nasional (PROGNAS) paling sedikit terdiri atas:


a. tenaga medis;
b. tenaga keperawatan;
c. tenaga kesehatan lain; dan
d. tenaga non kesehatan
2. Jumlah personil keanggotaan Program Nasional (PROGNAS) sebagaimana dimaksud
pada ayat (l) disesuaikan dengan kemampuan dan ketersediaan sumber daya manusia
Rumah Sakit
Bagian Kedua

Tata Hubungan Kerja

Pasal 7

1. Direktur dan pimpinan rumah sakit berperan dalam Program Nasional (PROGNAS)
dalam hal:
a. Merencanakan dan mengembangkan Program Nasional (PROGNAS) pasien
b. Memilih area prioritas pelayanan Rumah Sakit sebagai area fokus untuk perbaikan;
c. Mendorong dan menerapkan budaya-budaya mutu dan budaya keselamatan pada
area klinis, area manajemen, dan tingkat rumah sakit;
2. Pimpinan Prognas berperan dalam pelaksananaan Program Nasional, Pelaksanaan
kegiatan berhubungan Prognas.
3. Sekretaris Prognas bertanggung jawab terhadap kegiatan administratif di Komite
Program Nasional, pelaksanaan kegiatan Prognas, melaporkan administratif kepada
ketua prognas.
4. Ketua setiap divisi prognas bertugas untuk memantau pelaksanaan setiap program
masing masing dari setiap divisi
5. Koordinasi sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dilakukan melalui tata hubungan kerja
penyelenggaraan prognas di Rumah Sakit yang ditetapkan oleh Direktur Rumah Sakit
BAB III
PENINGKATAN KESEHATAN IBU DAN BAYI
Bagian Kesatu
Pelaksanaan Ponek 24 jam
1. Kegitan pelayanan PONEK yang dapat dilakukan adalah
a. Stabilisasi di UGD dan persiapan untuk pengobatan definitive
b. Penanganan kasus gawat darurat oleh tim PONEK RS di ruang tindakan
c. Penanganan operatif cepat dan tepat meliputi laparotomy, dan sectio caesaria
d. Perawatan intensif ibu dan bayi
e. Pelayanan asuhan Ante Natal Risiko Tinggi
2. Ruang lingkup Pelayanan Ponek di Rumah Sakit Islam S. Anggoro terdiri dari:
a. Pelayanan kehamilan
b. Pelayanan Persalinan
c. Pelayanan Nifas
d. Asuhan Bayi baru Iahir
e. Imunisasi HBO dan stimulasi, Intervensi Dini Tumbuh Kembang
3. Pelayanan kesehatan Maternal dan Neonatal dengan risiko tinggi:
Masa Antenatal
a. Perdarahan pada kehamilan muda
b. Nyeri Perut dalam kehamilan muda dan lanjut
c. Gerak janin tidak dirasakan
d. Demam dalam kehamilan dan persalinan
e. Kehamilan ektopik dan kehamilan terganggu
f. Kehamilan dengan penyakit Diabetes dan
Masa Intranatal
a. Gawat janin dalam persalinan
b. Ketuban pecah dini
c. Persalinan lama
d. Induksi dan akselarasi persalinan
e. Seksio caesaria
f. Epiosotomi
g. Distosia bahu
h. Prolaps tali pusar
i. Plasenta manual
j. Perbaikan robekan vagina dan perineum
k. Histerktomi
l. Laparotomi
m. Dilatasi dan Kuretase
n. Bayi baru Iahir dengan asfiksia
o. BBLR
p. Resusitasi Bayi Baru Iahir
q. Anastesia umum dan local untuk sc anesthesia spinal Masa post Natal
Masa Nifas

a. Demam pasca persalinan


b. Perdarahan pasca persalinan
c. Nyeri perutpasca persalinan
d. Asuhan bayi baru Iahir (level 2)
4. Pelayanan kesehatan Neonatal
a. Hiperbilirubinemi
b. Asfiksia
c. Trauma kelahiran
d. Hipoglikemia
e. Inisiasi asi
f. Kangoroo mother care
g. Resusitasi Neonatus
h. Pemberian minum pada bayi risiko
5. Pelayanan Ginekologis
a. Kehamilan ektopik
b. Perdarahan uterus disfungsi
c. Kista Ovarium
d. Mioma uteri
e. Infeksi saluran Genitalia
6. Melaksanakan dan menerapkan standar pelayanan perlindungan Ibu dan bayi secara
terparu
7. Mengembangkan kebijakan dan standar pelayanan ibu dan bayi
8. Meningkatkan kesiapan rurnah sakit dalam melakasakan fungsi pelayanan obstetric dan
neonatus termasuk pelayanan kegawatdaruratan (PONEK 24 jam)
9. Meningkatkan fungsi rumah sakit sebagai model dan Pembina teknis dalampelaksanaan
IMD dan ASI Eksklusif serrta Perawatan Metode Kanguru (PMK) pada BBLR

10. Meningkatkan fungsi rumah sakit sebagai pusat rujukan pelayanan kesehatan ibu dan
bayi bagi Sarana pelayanan kesehatan lainnya.
11. Melaksanakan pemantauan dan evaluasi pelaksanaan program RSSIB 10 langkah
menyusui dan peningkatan kesehatan ibu
12. Melakukan pemantauan dan analis yang meliputi: Angka keterlambatan operasi section
caesaria, angka kematian ibu dan anak, kejadian tidak dilakukannya inisiasi menyusui
dini (IMD) pada bayi baru lahir
Bagian Kedua
Kebijakan Jadwal Jaga Petugas Dalam Pelayanan Obstetri Neonatal Emergency
Pasal 9
1. Tersedianya dokter spesialis obsetri dan ginekologi 24 jam sesuai jadwal
2. Tersedianya dokter spesialis anak On call 24 jam sesuai jadwal
3. Tersedianya dokter anastesi dan penata anastesi on call 24 jam
4. Tersedianya unit kamar bedah on call 24 jam dengan petugas piket setiap harinya
5. Bidan PONEK yang bertugas di UGD PONEK adalah kepala ruangan setiap shift yang
berdinas
6. Bidan PONEK yang bertugas di unit ruang bersalin adalah bidan terlatih yang telah
disesuaikan dengan jadwal shift
7. Bidan PONEK yang bertugas di unit rawat inap nifas adalah bidan yang berdinas setiap
shift nya
8. Rumah sakit melakukan pembinaan jejaring rujukan rumah sakit secara berkala dan
dilakukan evaluasi.
BAB IV
PELAKSANAAN PENANGGULANGAN TUBERKULOSIS DI RUMAH SAKIT
Pasal 10
1. Rumah sakit dalam melaksanakan penanggulangan Tuberkulosis melalui kegiatan berikut:
a. Promosi kesehatan diarahkan untuk meningkatkan pengetahuan dasar yang benar dan
komprehensif mengenai pencegahan, penularan, pengobatan, dengan cara seminar
awam serta pola hidup bersih dan sehat dengan sasaran yaitu pasien dan keluarga,
pengunjung dan staf rumah sakkit melalui brosur atau leaflet
b. Surveilans tuberculosis merupakan kegiatan memperoleh data yang diperlukan
seperti pencatatan dan pelaporan tuberkulosis sensitive obat dan pencatatan dan
pelaporan pasien yang resistensi Obat yang dikumpulkan tim DOTS
c. Pengendalian faktor risiko Pengendalian ditujukan untuk mencegah dan mengurangi
penularan penyakit tuberkulosis dengan cara merawat pasien yang positif tuberculosis
di ruang isolasi, menganjurkan keluarga pasien dan pengunjung yang datang memakai
masker:
d. Penemuan dan penanganan kasus tuberculosis dilakukan pada pasien yang datang
ke rumah sakit setelah pemeriksaan, penegakkan diagnose, penetapan klasifikasi dan
tipe pasien tuberculosis oleh dokter yang merawat.
e. Pemberian kekebalan dilakukan melalui program imunisasi BCG pada bayi
f. Pemberian Obat pencegahan 6 bulan yang ditujukan pada anak usia dibawah 5 tahun
yang kontak erat dengan pasien tuberculosis aktif
2. Penanggulangan Tuberkulosis dengan strategi DOTS dilaksanakan Oleh Tim TB DOTS
yang telah terbentuk
3. Tim TB DOTS yang telah terbentuk harus berkoordinasi dengan Dinas Kesehaan Dalam
pelaksanaan penanggulangan tuberkulosis menggunakan strategi DOTS
4. Pelaporan dilakukan pencatatan dan pelaporan pasien TB secara online melalui sitem
SITB (Sistem Informasi Tuberkulosis) http://sitb.id/sitb/
5. Survellans tuberkulosis merupakan kegiatan memperoleh data epidemiologi yang
diperlukan dalam system informasi program penanggulangan tuberculosis
6. Pengendalian risiko tuberculosis, ditujukan untuk mencegah, mengurangi penularan dan
kejadian penyakit tuberculosis yang pelaksanaanya sesuai dengan pedoman pengendalian
pencegahan infeksi tuberkulosis di rumah sakit pengendalian factor risiko tuberculosis,
ditujukan untuk mencegah mengurangi penularan dan kejadian penyakit
tuberculosis yang pelaksanaanya sesuai denga pedoman pengendalian pencegahan infeksi
tuberku]osis di rumah sakit.
7. Penemuan dan penanganan kasus tuberculosis dilakukan melalui pasien yang datang
kerumah sakit, setelah pemeriksaan, penegakan diagnosis, penetapan klarifikasi dan tipe
pasien tuberkulosis. Sedangkan untuk penanganan kasus dilaksanakan sesuai tata laksana
pada pedoman nasional pelayanan kedokteran tuberkulosis dan standar lainnya sesuai
dengan peraturan perundang-undangan
8. Pemberian kekebalan dilakukan melalui pemberian imunisasi BCG terhadap bayi dalam
upaya penurunan risiko tingkat pemahaman tuberkulosis sesuai dengan peraturan
perundang-undangan
9. Pemberian Obat pencegahan selama 6 (enam) bulan yang ditujukan pada anak usia
dibawah 5 (lima) tahun yang kontak erat dengan pasien tuberkulosis aktif; Orang dengan
HIV dan AIDS (ODHA) yang tidak terdiagnosis tuberculosis, populasi tertentu lainnya
sesuai peraturan perundang-undangan
10. Tersedia ruang rawat jalan yang memenuhi pedoman pencegahan dan pengendalian
infeksi tuberculosis.
11. Tersedia ruangan rawat inap bagi pasien tuberculosis dewasa dan anak anak yang
memenuhi pedoman pencegahan dan pengendalian infeksi tuberculosis
12. Tersedianya ruang pengambilan specimen sputum yang memenuhi pedoman
pencegahan dan pengendalian infeksi tuberculosis.
13. Rumah sakit menerapkan kepatuhan staf medis terhadap panduan praktek klinis
tuberculosis
14. Rumah sakit merencanakan dan mengadakan penyedia Obat anti tuberculosis
15. Rumah sakit melaksanakan rujukan bagi pasien TB MDR
16. Rumah sakit melaksanakan pencatatan laporan kasus TB sesuai ketentuan
BAB V
PENURUNAN ANGKA KESAKITAN HIV/AIDS
Pasal 11
1. Rumah Islam S. Anggoro memberikan pelayanan HIV/AIDS sesuai kemampuan RS
tipe D. RS hanya melakukan konseling terhadap pasien pra Tes, untuk perawatan rawat
inap lanjutan maka RS melakukan rujukan sesuai kebutuhan pasien.
2. Pelayanan HIV/AIDS yang dilakukan diwilayah kerja Rumah Sakit Islam S Anggoro
terbatas hanya skrining awal, apabila ada pasien yang menunjukkan gejala umum HI
V/AIDS maka dokter penanggung jawab pelayanan (DPJP) dapat melakukan skrining
awal HIV/AIDS dengan pemeriksaan penunjang HIV yang tersedia di laboratorium
rumah sakit.
3. Diagnosis HIV/AIDS dapat ditegakkan apabila menunjukkan tes HIV positif dan
sekurang kurangnya didapatkan 2 gejala mayor dan I gejala minor
4. Pemeriksaan Test HIV dilakukan atas izin pasien dan keluarga dan hasilnya
diberitahukan langsung oleh dokter penanggung jawab pelayanan kepada pasien dan
apabila pasien mengizinkan dapat disampaikan oleh juga kepada keluarga ataupun
pihak lain.
5. Hasil Test HIV keluar maka dokter penanggung jawab pelayanan memberi edukasi
pasien dan keluarga terkait kondisi pasien yang tercatat dalam rekam medis secara
menyeluruh
6. Pada pasien Test Positif diarahkan untuk melanjutkan pengobatan ke rumah sakit yang
menjadi pusat rujukan pelayann HIV/AIDS sesuai alur rujukan yang berlaku.
7. Rujukan ke rumah sakit pusat pelayan HIV/AIDS dapat dilakukan secara rawat jalan
ataupun rawat inap
8. Apabila pasien menolak untuk dirujuk maka pelayanan di RSI S Anggoro dapat
dilanjutkan sejauh mengobati penyakit penyerta dengan catataN keluarga pasien telah
menandatangani formulir penolakan prosedur rujukan.
9. Untuk tindakan operatif section caesaria, pemeriksaan rapid test harus dilakukan sebagai
prosedur pemeriksaan penunjang protab pre operasi.
10. Meningkatkan fungsi pelayanan Voluntary Counseling and Testing (VCT).
11. Meningkatkan fungsi pelayanan Antiretroviral nerapy (ART) atau bekerja sama dengan
rumah sakit yang ditunjuk
12. Meningkatkan fungsi pelayanan Infeksi Oportunistik (IO).
13. Meningkatkan fungsi pelayanan pada ODHA dengan risiko Injection Drug Use
14. Meningkatkan fungsi pelayanan penunJang yang meliputi pelayanan gizi, laboratorium
dan radiologi, pencatatan dan pelaporan.

15. Rumah sakit melaksanakan pelayanan PITC dan PMTC


BAB VI
PENURUNAN PREVALENSI STUNTING DAN WASTING
Pasal 12

1. Pencegahan stunting dimaksudkan untuk meningkatkan mutu gizi perseorangan,


keluarga:
a. Perbaikan pola konsumsi makanan
b. Perbaikan perilaku sadar gizi
c. Peningkatan akses dan mutu pelayanan gizi sesuai dengan kemajuan ilmu dan
teknologi
d. Peningkatan sistem kewaspadaan pangan dan gizi
2. Dalam upaya pencegahan stunting dilakukan promosi kesehatan dengan strategi edukasi
kesehatan dan gizi
3. Strategi edukasi kesehatan dan gizi sebagaimana dimaksut pada ayat (2) dilakukan
terkait upaya promotif dan preventif melalui intervensi perubahan perilaku individu dan
masyarakat, serta yang menyentuh sasaran yang paling utama yaitu keluarga
4. Edukasi gizi diselenggarakan dalam upaya menciptakan pemahaman yang sama tentang
hat-hal yang terkait dengan gizi.
5. Edukasi gizi sebagaimana dimaksud pada ayat (4) meliputi:
a. Pengertian gizi
b. Masalah gizi
c. Factor-faktor yang mempengaruhi maslah gizi
6. Praktik-praktLk yang baik dan benar untuk memperbaiki keadaan gizi
7. Program penurunan prevalensi stunting dan prevalensi wasting.
8. Panduan tata laksana.
9. Organisasi pelaksana progarn terdiri dari tenaga kesehatan yang kompeten
10. Peningkatan pemahaman dan kesadaran seluruh staf, pasien dan keluarga tentang
masalah stunting dan wasting
11. Intervensi spesifik di rumah sakit
12. Rumah sakit sebagai pusat rujukan kasus stunting dan wasting
13. Rumah sakit sebagai pendamping klinis dan manajemen serta merupakan jejanng
rujukan
14. Kegiatan sosialisasi dan pelatihan staf tenaga kesehatan rumah sakit tentang Program
Penurunan Stunting dan Wasting
15. Penguatan sistem surveilans gizi
16. Rumah sakit sebagai pusat rujukan kasus stunting untuk memastikan kasus, penyebab
dan tata laksana lanjut oleh dokter spesialis anak
17. Rumah sakit sebagai pusat rujukan balita gizi buruk dengan komplikasi medis.
18. Rumah sakit dapat melaksanakan pendampingan klinis dan manajemen sertapenguatan
jejaring rujukan kepada rumah sakit dengan kelas di bawahnya dan Fasilitas Kesehatan
Tingkat Pertama (FKTP) di wilayahnya dalam tata laksana stunting dan giziburuk
19. Pelaksanaan program gizi dengan melakukan teknis surveilans gizi dilakukan dengan
tahapan pengumpulan data, pengolahan, analisis data dan diseminasi
BAB VII
PELAYANAN KELUARGA BERENCANA RUMAH SAKIT
Pasal 13
1. Melaksanakan dan menerapkan standar pelayanan KB secara terpadu dan paripurna
2. Mengembangkan kebijakan dan standar prosedur operasional (SPO) pelayanan kb dan
meningkatkan kualitas pelayanan KB
3. Meningkatkan kesiapan rumah sakit dalam melaksanakan PKBRS termasuk pelayanan
KB pasca persalinan dan pasca keguguran
4. Meningkatkan fungsi rumah sakit sebagai model dan pembinaan teknis dalam
melaksanakan PKBRS
5. Meningkatkan promosi rujukan pelayanan KB bagi sarana pelayanan kesehatan lainnya
6. Melaksanakan sistim pemantauan dan evaluasi pelaksanaan PKBRS
7. Tersedia ruangan pelayanan yang memenuhi masyarakat untuk PKBRS antara lain
ruang konseling dan ruangan pelayanan KB
8. Pembentukan tim PKBRS serta program kerja dan bukti pelaksaannya
9. Terselenggara kegiatan peningkatan kapasitas untuk meningkatkan kemampuan
pelayanan PKBRS termasuk KB pasca bersalin dan pasca keguguran.
10. Pelayanan kontrasepsi adalah pemberian kondom, Pil, suntik, pemasangan atau
pencabutan implan, pemasangan atau pencabutan AKDR, pelayanan tubektomi,
pelayanan vasektomi.
11. Pelayanan kontrasepsi dapat dilakukan pada: masa interval, pasca persalinan, pasca
keguguran dan pelayanan kontrasepsi darurat.
12. Pasca pelayanan kontrasepsi meliputi pemberian konseling dan pelayanan medis rujukan
apabila di perlukan setelah dilakukan pelayanan kontrasepsi
13. Strategi meningkatkan permintaan ber-KB dari masyarakat pasangan usia subur
dilakukan melalui kegiatan advokasi, komunikasi dan edukasi.
14. Kegiatan pada progam ini menjadi tanggung jawab jajaran BKKBN sedangkan strategi
memenuhi permintaan ber-KB dilakukan melalui program layanan kontrasepsi yang
berkualitas.
15. Pelayanan kontrasepsi dilakukan secara aman dan bermutu sesuai standar profesi dan
etik, berkelanjutan dan dapat menjangkau masyarakat
16. Menjamin bahwa keikutsertaan paşangan usia subur ber-KB dengan memakai
kontrasepsi bersifat sukarela tanpa paksaan
17. Pelayanan kontrasepsi yang aman dan bermutu perlu memenuhi kriteria berikut :
a. Perlu diberikan oleh tenaga kesehatan terampil yang telah memiliki standar
Kompetensi
b. Memberikan layanan konseling informasi tentang manfaat kontrasepsi, dan pilihan
kontrasepsi sesuai dengan kebutuhan kesehatan ibu
c. Menyediakan kafetaria pilihan kontrasepsi dan mampu melakukan fasilitasi rujukan
18. Melaksanakan dan menerapkan standar pelayanaan KB şecara terpadu dan paripurna
19. Meningkatkan fungsi rumah sakit sebagai model dan pembinaan teknis dalam
melakşanakan PKBRS.
20. Meningkatkan fungsi rumah sakit sebagai pusat rujukan pelayanan KB bagi sarana
pelayanan kesehatan lainnya.
21. Melaksanakan sistem pemantauan dan evaluasİ pelaksanaan PKBRS.
22. Terselenggara kegiatan peningkatan kapasitas untuk meningkatkan kemampuan
pelayanan PKBRS, termasuk KB Pasca Persalinan dan Pasca Keguguran.
23. Rumah sakit telah melakukan pemantauan dan evaluasi pelaksanaan PKBRS

BAB VIII
PENDANAAN
Pasal 14
1. Pendanaan kegiatan peningkatan mutu dan keselamatan pasien bersumber dari anggaran
Rumah Sakit
2. Pendanaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) digunakan untuk pelaksanaan tugas dan
fungsi Komite Program Nasional (PROGNAS), dan seluruh kegiatan terkait peningkatan
prognas rumah sakit

Anda mungkin juga menyukai