Program Nasional Rumah Sakit Islam S. Anggoro
Program Nasional Rumah Sakit Islam S. Anggoro
LOMBOK TIMUR
RUMAH SAKIT ISLAM S. ANGGORO
Jalan Raya Terara Lombok Timur 83663 Telpon. (0376) 6531282
Email : rsianggoro1@gmail.com
PERATURAN DIREKTUR
NOMOR: 015/Per.Dir/RSISA/VIII/2022
TENTANG
PROGRAM NASIONAL (PROGNAS) RUMAH SAKIT ISLAM S. ANGGORO
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Pasal 3
ORGANISASI
Bagian Kesatu
Program Nasional
Pasal 4
1. Program Nasional membantu direktur rumah sakit dalam mengelola dan memandu
program serta mempertahankan standar pelayanan rumah sakit.
2. Orgasnisasi Program Nasional dibentuk Direktur dengan surat keputusan.
3. Komite Program Nasional sebagaimana dimaksud pada ayat (l) berada di bawah dan
bertanggung jawab kepada Direktur Rumah Sakit.
4. Direktur Rumah Sakit menetapkan kebijakan, prosedur, dan sumber daya yang
diperlukan untuk menjalankan tugas dan fungsi Program Nasional .
5. Ketua, sekretaris, dan anggota Program Nasional sebagaimana dimaksud pada ayat (l )
dipilih dan diangkat oleh Direktur Rumah Sakit.
Pasal 5
1. Susunan organisasi Program Nasional (PROGNAS) paling sedikit terdiri atas: a.
ketua; b. sekretaris; dan c. anggota.
2. Komite Program Nasional (PROGNAS) terdiri atas Ketua, Sekertaris dan Anggota
Pasal 6
Pasal 7
1. Direktur dan pimpinan rumah sakit berperan dalam Program Nasional (PROGNAS)
dalam hal:
a. Merencanakan dan mengembangkan Program Nasional (PROGNAS) pasien
b. Memilih area prioritas pelayanan Rumah Sakit sebagai area fokus untuk perbaikan;
c. Mendorong dan menerapkan budaya-budaya mutu dan budaya keselamatan pada
area klinis, area manajemen, dan tingkat rumah sakit;
2. Pimpinan Prognas berperan dalam pelaksananaan Program Nasional, Pelaksanaan
kegiatan berhubungan Prognas.
3. Sekretaris Prognas bertanggung jawab terhadap kegiatan administratif di Komite
Program Nasional, pelaksanaan kegiatan Prognas, melaporkan administratif kepada
ketua prognas.
4. Ketua setiap divisi prognas bertugas untuk memantau pelaksanaan setiap program
masing masing dari setiap divisi
5. Koordinasi sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dilakukan melalui tata hubungan kerja
penyelenggaraan prognas di Rumah Sakit yang ditetapkan oleh Direktur Rumah Sakit
BAB III
PENINGKATAN KESEHATAN IBU DAN BAYI
Bagian Kesatu
Pelaksanaan Ponek 24 jam
1. Kegitan pelayanan PONEK yang dapat dilakukan adalah
a. Stabilisasi di UGD dan persiapan untuk pengobatan definitive
b. Penanganan kasus gawat darurat oleh tim PONEK RS di ruang tindakan
c. Penanganan operatif cepat dan tepat meliputi laparotomy, dan sectio caesaria
d. Perawatan intensif ibu dan bayi
e. Pelayanan asuhan Ante Natal Risiko Tinggi
2. Ruang lingkup Pelayanan Ponek di Rumah Sakit Islam S. Anggoro terdiri dari:
a. Pelayanan kehamilan
b. Pelayanan Persalinan
c. Pelayanan Nifas
d. Asuhan Bayi baru Iahir
e. Imunisasi HBO dan stimulasi, Intervensi Dini Tumbuh Kembang
3. Pelayanan kesehatan Maternal dan Neonatal dengan risiko tinggi:
Masa Antenatal
a. Perdarahan pada kehamilan muda
b. Nyeri Perut dalam kehamilan muda dan lanjut
c. Gerak janin tidak dirasakan
d. Demam dalam kehamilan dan persalinan
e. Kehamilan ektopik dan kehamilan terganggu
f. Kehamilan dengan penyakit Diabetes dan
Masa Intranatal
a. Gawat janin dalam persalinan
b. Ketuban pecah dini
c. Persalinan lama
d. Induksi dan akselarasi persalinan
e. Seksio caesaria
f. Epiosotomi
g. Distosia bahu
h. Prolaps tali pusar
i. Plasenta manual
j. Perbaikan robekan vagina dan perineum
k. Histerktomi
l. Laparotomi
m. Dilatasi dan Kuretase
n. Bayi baru Iahir dengan asfiksia
o. BBLR
p. Resusitasi Bayi Baru Iahir
q. Anastesia umum dan local untuk sc anesthesia spinal Masa post Natal
Masa Nifas
10. Meningkatkan fungsi rumah sakit sebagai pusat rujukan pelayanan kesehatan ibu dan
bayi bagi Sarana pelayanan kesehatan lainnya.
11. Melaksanakan pemantauan dan evaluasi pelaksanaan program RSSIB 10 langkah
menyusui dan peningkatan kesehatan ibu
12. Melakukan pemantauan dan analis yang meliputi: Angka keterlambatan operasi section
caesaria, angka kematian ibu dan anak, kejadian tidak dilakukannya inisiasi menyusui
dini (IMD) pada bayi baru lahir
Bagian Kedua
Kebijakan Jadwal Jaga Petugas Dalam Pelayanan Obstetri Neonatal Emergency
Pasal 9
1. Tersedianya dokter spesialis obsetri dan ginekologi 24 jam sesuai jadwal
2. Tersedianya dokter spesialis anak On call 24 jam sesuai jadwal
3. Tersedianya dokter anastesi dan penata anastesi on call 24 jam
4. Tersedianya unit kamar bedah on call 24 jam dengan petugas piket setiap harinya
5. Bidan PONEK yang bertugas di UGD PONEK adalah kepala ruangan setiap shift yang
berdinas
6. Bidan PONEK yang bertugas di unit ruang bersalin adalah bidan terlatih yang telah
disesuaikan dengan jadwal shift
7. Bidan PONEK yang bertugas di unit rawat inap nifas adalah bidan yang berdinas setiap
shift nya
8. Rumah sakit melakukan pembinaan jejaring rujukan rumah sakit secara berkala dan
dilakukan evaluasi.
BAB IV
PELAKSANAAN PENANGGULANGAN TUBERKULOSIS DI RUMAH SAKIT
Pasal 10
1. Rumah sakit dalam melaksanakan penanggulangan Tuberkulosis melalui kegiatan berikut:
a. Promosi kesehatan diarahkan untuk meningkatkan pengetahuan dasar yang benar dan
komprehensif mengenai pencegahan, penularan, pengobatan, dengan cara seminar
awam serta pola hidup bersih dan sehat dengan sasaran yaitu pasien dan keluarga,
pengunjung dan staf rumah sakkit melalui brosur atau leaflet
b. Surveilans tuberculosis merupakan kegiatan memperoleh data yang diperlukan
seperti pencatatan dan pelaporan tuberkulosis sensitive obat dan pencatatan dan
pelaporan pasien yang resistensi Obat yang dikumpulkan tim DOTS
c. Pengendalian faktor risiko Pengendalian ditujukan untuk mencegah dan mengurangi
penularan penyakit tuberkulosis dengan cara merawat pasien yang positif tuberculosis
di ruang isolasi, menganjurkan keluarga pasien dan pengunjung yang datang memakai
masker:
d. Penemuan dan penanganan kasus tuberculosis dilakukan pada pasien yang datang
ke rumah sakit setelah pemeriksaan, penegakkan diagnose, penetapan klasifikasi dan
tipe pasien tuberculosis oleh dokter yang merawat.
e. Pemberian kekebalan dilakukan melalui program imunisasi BCG pada bayi
f. Pemberian Obat pencegahan 6 bulan yang ditujukan pada anak usia dibawah 5 tahun
yang kontak erat dengan pasien tuberculosis aktif
2. Penanggulangan Tuberkulosis dengan strategi DOTS dilaksanakan Oleh Tim TB DOTS
yang telah terbentuk
3. Tim TB DOTS yang telah terbentuk harus berkoordinasi dengan Dinas Kesehaan Dalam
pelaksanaan penanggulangan tuberkulosis menggunakan strategi DOTS
4. Pelaporan dilakukan pencatatan dan pelaporan pasien TB secara online melalui sitem
SITB (Sistem Informasi Tuberkulosis) http://sitb.id/sitb/
5. Survellans tuberkulosis merupakan kegiatan memperoleh data epidemiologi yang
diperlukan dalam system informasi program penanggulangan tuberculosis
6. Pengendalian risiko tuberculosis, ditujukan untuk mencegah, mengurangi penularan dan
kejadian penyakit tuberculosis yang pelaksanaanya sesuai dengan pedoman pengendalian
pencegahan infeksi tuberkulosis di rumah sakit pengendalian factor risiko tuberculosis,
ditujukan untuk mencegah mengurangi penularan dan kejadian penyakit
tuberculosis yang pelaksanaanya sesuai denga pedoman pengendalian pencegahan infeksi
tuberku]osis di rumah sakit.
7. Penemuan dan penanganan kasus tuberculosis dilakukan melalui pasien yang datang
kerumah sakit, setelah pemeriksaan, penegakan diagnosis, penetapan klarifikasi dan tipe
pasien tuberkulosis. Sedangkan untuk penanganan kasus dilaksanakan sesuai tata laksana
pada pedoman nasional pelayanan kedokteran tuberkulosis dan standar lainnya sesuai
dengan peraturan perundang-undangan
8. Pemberian kekebalan dilakukan melalui pemberian imunisasi BCG terhadap bayi dalam
upaya penurunan risiko tingkat pemahaman tuberkulosis sesuai dengan peraturan
perundang-undangan
9. Pemberian Obat pencegahan selama 6 (enam) bulan yang ditujukan pada anak usia
dibawah 5 (lima) tahun yang kontak erat dengan pasien tuberkulosis aktif; Orang dengan
HIV dan AIDS (ODHA) yang tidak terdiagnosis tuberculosis, populasi tertentu lainnya
sesuai peraturan perundang-undangan
10. Tersedia ruang rawat jalan yang memenuhi pedoman pencegahan dan pengendalian
infeksi tuberculosis.
11. Tersedia ruangan rawat inap bagi pasien tuberculosis dewasa dan anak anak yang
memenuhi pedoman pencegahan dan pengendalian infeksi tuberculosis
12. Tersedianya ruang pengambilan specimen sputum yang memenuhi pedoman
pencegahan dan pengendalian infeksi tuberculosis.
13. Rumah sakit menerapkan kepatuhan staf medis terhadap panduan praktek klinis
tuberculosis
14. Rumah sakit merencanakan dan mengadakan penyedia Obat anti tuberculosis
15. Rumah sakit melaksanakan rujukan bagi pasien TB MDR
16. Rumah sakit melaksanakan pencatatan laporan kasus TB sesuai ketentuan
BAB V
PENURUNAN ANGKA KESAKITAN HIV/AIDS
Pasal 11
1. Rumah Islam S. Anggoro memberikan pelayanan HIV/AIDS sesuai kemampuan RS
tipe D. RS hanya melakukan konseling terhadap pasien pra Tes, untuk perawatan rawat
inap lanjutan maka RS melakukan rujukan sesuai kebutuhan pasien.
2. Pelayanan HIV/AIDS yang dilakukan diwilayah kerja Rumah Sakit Islam S Anggoro
terbatas hanya skrining awal, apabila ada pasien yang menunjukkan gejala umum HI
V/AIDS maka dokter penanggung jawab pelayanan (DPJP) dapat melakukan skrining
awal HIV/AIDS dengan pemeriksaan penunjang HIV yang tersedia di laboratorium
rumah sakit.
3. Diagnosis HIV/AIDS dapat ditegakkan apabila menunjukkan tes HIV positif dan
sekurang kurangnya didapatkan 2 gejala mayor dan I gejala minor
4. Pemeriksaan Test HIV dilakukan atas izin pasien dan keluarga dan hasilnya
diberitahukan langsung oleh dokter penanggung jawab pelayanan kepada pasien dan
apabila pasien mengizinkan dapat disampaikan oleh juga kepada keluarga ataupun
pihak lain.
5. Hasil Test HIV keluar maka dokter penanggung jawab pelayanan memberi edukasi
pasien dan keluarga terkait kondisi pasien yang tercatat dalam rekam medis secara
menyeluruh
6. Pada pasien Test Positif diarahkan untuk melanjutkan pengobatan ke rumah sakit yang
menjadi pusat rujukan pelayann HIV/AIDS sesuai alur rujukan yang berlaku.
7. Rujukan ke rumah sakit pusat pelayan HIV/AIDS dapat dilakukan secara rawat jalan
ataupun rawat inap
8. Apabila pasien menolak untuk dirujuk maka pelayanan di RSI S Anggoro dapat
dilanjutkan sejauh mengobati penyakit penyerta dengan catataN keluarga pasien telah
menandatangani formulir penolakan prosedur rujukan.
9. Untuk tindakan operatif section caesaria, pemeriksaan rapid test harus dilakukan sebagai
prosedur pemeriksaan penunjang protab pre operasi.
10. Meningkatkan fungsi pelayanan Voluntary Counseling and Testing (VCT).
11. Meningkatkan fungsi pelayanan Antiretroviral nerapy (ART) atau bekerja sama dengan
rumah sakit yang ditunjuk
12. Meningkatkan fungsi pelayanan Infeksi Oportunistik (IO).
13. Meningkatkan fungsi pelayanan pada ODHA dengan risiko Injection Drug Use
14. Meningkatkan fungsi pelayanan penunJang yang meliputi pelayanan gizi, laboratorium
dan radiologi, pencatatan dan pelaporan.
BAB VIII
PENDANAAN
Pasal 14
1. Pendanaan kegiatan peningkatan mutu dan keselamatan pasien bersumber dari anggaran
Rumah Sakit
2. Pendanaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) digunakan untuk pelaksanaan tugas dan
fungsi Komite Program Nasional (PROGNAS), dan seluruh kegiatan terkait peningkatan
prognas rumah sakit