Anda di halaman 1dari 19

Kualifikasi

HPI
Sri Oktavia
Pendahuluan

• Kualifikasi: Penggolongan peristiwa atau hubungan hukum ke dalam


kaidah-kaidah HPI dan hukum materiil.
• Contoh: berkaitan dengan definisi domisili.
• Menurut hukum Indonesia, domisili diartikan sebagai tempat kediaman
sehari hari.
• Menurut hukum Inggris domisili diartikan sebagai domicilie of origin,
domicile of independence dan domicile of choice.
Teori Kualifikasi
1. Kualifikasi Lex Fori

• Tokoh-tokohnya: Franz Kahn, Bartin.


• Menurut mereka, kualifkasi harus dilakukan berdasarkan hukum dari
pengadilan yang mengadili perkara (lex fori).
• Sistem kualifikasi adalah bagian dari hukum intern lex fori tsb.
Franz Kahn: kualifikasi harus didasarkan pada lex fori, karena:
a. Kesederhanaan (simplicity)
Jika kualifikasi dilakukan dengan menggunakan lex fori, maka pengertian,
Batasan, dan konsep-konsep hukum yang digunakan dalam penyelesaian
perkara adalah pengertian-pengertian yang paling dikenal oleh hakim.
b. Kepastian
Pihak-pihak yang berperkara akan mengetahui terlebih dahulu sebagai
peristiwa / hubungan hukum apakah perkara mereka akan dikualifikasikan
oleh hakim berserta konsekuensinya.
Bartin:

• Kualifikasi harus dilakukan dengan menggunakan lex fori karena hakim telah
disumpah untuk menegakkan hukumnya sendiri dan bukan system hukum
asing manapun.
• Hakim memberlakukan hukum asing dalam perkara hanya sebagai wujud
kesukarelaan forum untuk membatasi kedaulatannya.
• Pembatasan dilakukan setelah pengertian/konsep hukum asing ybs.
Dikualifikasikan terlebih dahulu berdasarkan lex fori.
Bartin:
Terhadap lex fori dimungkinkan adanya pengecualian:
a. Apabila perkara yang dihadapi menyangkt hakikat benda sebagai benda
tetap atau benda bergerak, kualifikasi dilakukan berdasarkan ukuran-ukuran
yang dikenal di dalam lex situs.

b. Apabila perkara menyangkut kontrak-kontrak yang dibuat melalui


korespondensi (interaabsentes), penentuan tentang saat dan sah tidaknya
pembentukan kontrak harus dilakukan berdasarkan lex loci contractus.
2. Kualifikasi Lex Causae (yang diperluas)

• Tokoh: Martin T. Wolf


• Proses kualifikasi dalam perkara HPI dijalankan sesuai dengan system serta
ukuran-ukuran dari keseluruhan sistem hukum yang berkaitan dengan
perkara.
• Kualifikasi dimaksudkan untuk menentukan kaidah HPI mana dari lex fori
yang paling erat kaitannya dengan kaidah hukum asing yang mungkin
diberlakukan.
• Penentuan ini harus dilakukan berdasarkan pada kualifikasi yang dilakukan
dengan memperhatikan system hukum asing yang bersangkutan.
• Setelah kategori yuridik dari suatu peristiwa hukum ditetapkan dengan cara
itu, barulah kemudian dapat ditetapkan kaidah HPI yang mana dari lex fori
yang akan digunakan untuk menunjuk ke arah lex causae.
Prof Chesire:

• Tindakan kualifikasi dilakukan untuk menyelesaikan perkara HPI dan salah


satu fungsi HPI adalah menetapkan aturan-aturan yang dapat diterapkan
dalam perkara-perkara yang masuk ke dalam suatu system hukum asing.

• Hakim tidak dapat terikat secara rigid pada konsep-konsep lex fori saja.

• Sikap tsb dapat mengakibatkan dikesampingkannya suatu lembaga/konsep


hukum asing yang seharusnya digunakan, hanya karena alasan tidak
dikenalnya Lembaga/konsep asing di dalam lex fori.
3. Kualifikasi Bertahap

• Tokoh: Adolf Schnitzer, Ehrenzweig

• Muncul karena menentang teori Lex Fori.


• Demi keadilan dan ketelitian dalm proses penentuan kaedah hukum yang
akan digunakan untuk menyelesaikan perkara, maka kualifikasi harus
dilakukan secara bertahap.
1. Kualifikasi tahap pertama (qualification ersten grades, primary classification)
• Kualifikasi ini dijalankan pada saat hakim harus menemukan kaidah HPI
atau choice of law rule (lex fori) yang akan digunakan untuk menentukan
titik taut penentu.
• Dilakukan untuk menentukan lex causae.
• Pada tahap ini harus dilakukan berdasarkan lex fori.
• Proses kualifikasi dilakukan dengan mendasarkan diri pada system
kualifikasi intern yang dikenal pada lex fori.
• Setelah lex causae ditetapkan, hakim dianjurkan untuk menjalani tahap
kedua.
2. Kualifikasi tahap kedua (qualification zweiten grades, primary classification)

• Kualifikasi ini dijalankan setelah lex causae ditetapkan, dan dalam rangka
menetapkan kategori kaidah atai aturan hukum intern apa dari lex causae
yang akan digunakan untuk menyelesaikan perkara.
• Pada tahap ini, harus dijalankan berdasarkan system kualifikasi intern
yang dikenal pada lex causae.
• Semua fakta dalam perkara harus dikualifikasikan kembali berdasarkan
kategori lex causae.
• Berdasarkan hasil kualifikasi ini, maka hakim dapat menetapkan kaidah
hukum intern lex causae yang akan digunakan untuk menyelesaikan
perkara.
4. Kualifikasi Analitis/Otonom

• Tokoh: Ernst Rabel, Beckett.


• Teori ini muncul sebagai penolakan dari asumsi yang mengatakan bahwa
yang melatarbelakangi suatu kaidah HPI itu hanya hukum intern dari forum.
• Menurutnya, setiap system HPI sebenarnya dibentuk untuk menciptakan
keharmonisan internasional antara lex fori dan system-system hukum lain.
• Untuk itu diperlukan metode perbandingan hukum untuk membanguan suatu
system kualifikasi HPI yang dapat digunakan secara universal di forum
manapun
• Menurut teori ini, dalam Tindakan kualifikasi terhadap semua kumpulan fakta
harus dilakukan secara lepas dari kaitannya pada system hukum
local/nasional tertentu (bersifat otonom).

• Dalam HPI harusnya dikembangkan konsep-konsep hukum yang khas dan


dapat berlaku secara umum serta mempunyai makna yang sama dimanapun
di dunia.
• Untuk mewujudkannya harus digunakan metode perbandingan hukum dalam
rangka membentuk pengertian-pengertian HPI yang dapat diterima di
manapun.

• Dengan tujuan untuk membentuk system HPI yang sempurna dan utuh dan
berisi konsep-konsep dasar yang bersifat mutlak.
Thank You

Anda mungkin juga menyukai