Anda di halaman 1dari 25

Peningkatan Kompetensi Guru

Pelatihan Numerasi Guru SD

Modul Ajar 01
Konsep dan Domain Numerasi

Pengarah
Erfan Agus Munif, M.Pd. Kepala Balai Guru Penggerak Sulawesi Barat

Penanggung Jawab
Murdianto, M.Pd. Balai Guru Penggerak Sulawesi Barat

Penyusun
Asriadi, S.Pd., M.Pd. BPMP Sulawesi Barat
Nurhidayah, S.Pd., M.Pd. Universitas Sulawesi Barat
Nur Astaman Putra, M.Pd. STAIN Majene

Penyelia
Ani Purwati, M.Pd. Balai Guru Penggerak Banten
Tisnuliyah, S.Si., M.Pd. Balai Guru Penggerak Banten

Copyright ©2023

Balai Guru Penggerak Sulawesi Barat


Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang


Dilarang meng-copy sebagian atau keseluruhan isi buku ini untuk kepentingan
Komersial tanpa seijin dari Balai Guru Penggerak Sulawesi Barat
SAMBUTAN
Kepala Balai Guru Penggerak Sulawesi Barat

Tabe'

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat-Nya, kami telah
menyelesaikan Bahan Pelatihan Peningkatan Kompetensi Guru bidang literasi dan
numerasi jenjang Sekolah Dasar.

Kemampuan literasi dan numerasi merupakan salah satu indikator keberhasilan mutu
pembelajaran yang tergambar dalam rapor pendidikan. Untuk membantu peserta didik
di Sulawesi Barat keluar dari learning lost serta meningkatkan literasi dan numerasi
peserta didik, BGP Sulawesi Barat mengembangkan perangkat pelatihan Peningkatan
Kompetensi Guru bidang literasi dan numerasi diantaranya modul pelatihan.

Program tersebut sekaligus pengejawantahan amanat perdirjen No.


2626/B/HK.04.01/2023 tentang model kompetensi untuk mencapai kompetensi
profesional level 2 pada sub 4.3.4 yaitu penggunaan strategi pembelajaran yang efektif
untuk capaian belajar literasi dan numerasi peserta didik. Melalui modul pelatihan ini
diharapkan para pendidik memiliki pemahaman menyeluruh tentang konsep literasi dan
numerasi, proses berpikir literasi dan numerasi, serta dapat menerapkannya dalam
pembelajaran yang bermakna.

Banyak cara yang dapat dilakukan pendidik untuk meningkatkan kemampuan literasi
dan numerasi peserta didik, diantaranya dengan menyajikan bacaan-bacaan yang kaya
konten dan konteks literasi dan numerasi yang sesuai dengan minat dan kebutuhan
peserta didik.

Dalam proses pembelajaran, mereka juga perlu ditumbuhkan kecakapan dalam berpikir
dengan membaca, menganalisis/menalar dan mengaitkan/menerapkan materi bacaan
dalam pengalaman kesehariannya. Oleh karena itu, BGP Sulawesi Barat berusaha
menyajikan modul pelatihan untuk membantu guru mengembangkan kemampuan
berpikir peserta didik, seperti kemampuan berpikir kritis, empati, komunikatif, kreatif
dan inovatif.

Selanjutnya, diucapkan terima kasih setulusnya kepada BGP Banten yang telah
membersamai dan berkolaborasi untuk mewujudkan modul-modul bergizi ini. Selamat
membaca dan mengadaptasi modul ini sesuai dengan pembelajaran di kelas. Mari kita
bergerak dengan bijak, untuk mewujudkan anak cerdas.

Oktober 2023
Kepala Balai Guru Penggerak Sulawesi Barat,

Erfan Agus Munif, M.Pd.

i
DAFTAR ISI
Halaman Judul
SAMBUTAN ......................................................................................................................................................... i
DAFTAR ISI ......................................................................................................................................................... ii
PENGANTAR ...................................................................................................................................................... iii
A. CAPAIAN PEMBELAJARAN BAHAN AJAR/MODUL ................................................................... 1
1. Capaian Umum ................................................................................................................................ 1
2. Capaian Khusus ............................................................................................................................... 1
3. Alur Isi Bahan Ajar/Modul ......................................................................................................... 1
4. Petunjuk Penggunaan Bahan Ajar/Modul ........................................................................... 2
B. BERBASIS BUKTI, KENTEKSTUAL, DAN RELEVAN .................................................................. 2
C. PEMBELAJARAN BERBASIS AKTIVITAS........................................................................................ 2
1. Aktivitas Pembelajaran ................................................................................................................ 2
2. Lembar Kerja Peserta ................................................................................................................... 3
3. Bahan Bacaan ................................................................................................................................... 5
a. Konsep Numerasi................................................................................................................... 5
b. Pengertian Numerasi ........................................................................................................... 7
c. Konteks dalam AKM Numerasi ........................................................................................ 8
d. Level Kognitif dalam Numerasi........................................................................................ 12
e. Domain-Domain pada Pembelajaran Numerasi ....................................................... 13
f. Kompetensi Minimum Numerasi .................................................................................... 14
g. Learning Progress dalam Numerasi ............................................................................... 16
(1) Learning Progression Domain Bilangan ................................................................ 17
(2) Learning Progression Domain Geometri dan Pengukuran............................ 18
(3) Learning Progression Domain Aljabar ................................................................... 19
(4) Learning Progression Domain Data dan Ketidakpastian ............................... 19
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................................................... 20

ii
PENGANTAR

Bahan ajar ini disusun dengan tujuan memberikan pengayaan kepada guru
sehingga dapat melaksanakan pembelajaran di berbagai mata pelajaran pada jenjang
Sekolah Dasar dengan menginternalisasi kemampuan numerasi sebagai bentuk
Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan. Bahan ajar ini disusun dengan mengacu pada
tuntutan numerasi pada framework AKM Numerasi maupun learning progression
numerasi jenjang SD. Sehingga bahan ajar ini dapat dimanfaatkan oleh guru dalam
mengintegrasikan dan merancang pembelajaran yang bermuatan numerasi dan
melatihkan pembelajaran berorientasi pada numerasi pada lintas kurikulum di setiap
mata pelajaran pada jenjang Sekolah Dasar.
Guru dapat memiliki dasar pengetahuan untuk merencanakan, merancang dan
melaksanakan pembelajaran yang berorientasi pada numerasi dengan memperhatikan
tuntutan numerasi yang bersesuaian berdasarkan indikator yang telah disusun terutama
dalam memfasilitasi kemampuan proses kognitif peserta didik. Selain itu, materi ini juga
aplikatif untuk guru sendiri sehingga dapat meniru, mencontoh dan memodifikasi sesuai
dengan konten, konteks maupun level kognitif yang ada. Dalam rangka memudahkan guru
mempelajari proses kognitif dan konten domain yang ada, di dalam bahan ajar ini dimuat
beberapa contoh yang telah dikaitkan dengan konten, domain, dan konteks yang
berkaitan dengan tuntutan numerasi tanpa mengabaikan target kompetensi mata
pelajaran yang diajarkan. Bahan ajar ini dilengkapi dengan aktivitas pembelajaran dan
lembar kerja yang dikembangkan secara aplikatif agar guru dapat lebih mudah
mengimplementasikannya di kelas.

iii
A. CAPAIAN PEMBELAJARAN BAHAN AJAR/MODUL
1. Capaian Umum
Setelah mengikuti pelatihan ini peserta dapat mencapai kompetensi sesuai
Perdirjen GTK No 2626/B/HK.04.01/2023 pada sub-indikator 4.3.4. Penggunaan strategi
pembelajaran yang efektif untuk capaian belajar literasi dan numerasi peserta didik
dengan capain level kompetensi level 2 yaitu menggunakan strategi pembelajaran yang
efektif untuk capaian belajar literasi dan numerasi peserta didik.
2. Capaian Khusus
Dalam rangka mencapai kompetensi yang ditetapkan, capaian khusus dari
kompetensi yang akan dicapai dalam pembelajaran ini adalah:
a. Peserta mampu memahami konsep dan domain numerasi serta dapat
mengimplementasikan dalam pembelajaran di kelas pada berbagai mata pelajaran
dengan mengaitkan dengan kehidupan sehari-hari
b. Peserta mampu memahami Framework AKM Numerasi secara utuh.
3. Alur Isi Bahan Ajar/Modul
Bahan ajar ini merupakan acuan bagi peserta dalam mempelajari materi tentang
capaian atau tujuan pembelajaran, uraian aktivitas pembelajaran dan bahan bacaan yang
dapat dibaca secara mandiri oleh peserta.

1
4. Petunjuk Penggunaan Bahan Ajar/Modul
Bahan ajar ini dapat dipelajari secara mandiri maupun secara klasikal. Bahan ajar
ini terdiri dari beberapa aktivitas pembelajaran. Setiap aktivitas pembelajaran
menguraikan tentang langkah-langkah yang harus dilakukan dalam memahami beberapa
konsep atau materi. Materi bahan ajar ini terdiri konsep dan domain numerasi, proses
kognitif dalam numerasi, menentukan proses kognitif dan merancang aktivitas yang
berhubungan dengan proses kognitif yang dipilih dan dikaitkan dengan tuntutan
numerasi. Bahan ajar ini juga dilengkapi dengan bahan bacaan untuk menambah
pemahaman konsep. Bacalah dan pahamilah secara seksama bahan bacaan yang telah
disediakan. Kerjakan semua tugas secara terurut dan dapat bertanya kepada fasilitator
apabila belum memahami materi ataupun masih kesulitan dalam mengerjakan tugas.

B. BERBASIS BUKTI, KONTEKSTUAL, DAN RELEVAN


Secara sederhana, melatihkan numerasi yang kontekstual dan relevan dalam
pembelajaran berarti melatihkan aktivitas-aktivitas yang berkaitan dengan tuntutan
numerasi dalam kegiatan pembelajaran di berbagai konteks, proses kognitif dan domain
numerasi. Aktivitas pembelajaran yang berorientasi pada tuntutan numerasi dapat
membantu peserta didik dalam membuat penilaian dan keputusan yang diperlukan
dalam kemampuan bernalar dan berpikir logis.

C. PEMBELAJARAN BERBASIS AKTIVITAS


1. Aktivitas Pembelajaran

2
2. Lembar Kerja Peserta
Memahami konsep numerasi sebagai kecakapan hidup
1. Perhatikan stimulus gambar berikut ini:

3
4
a. Berdasarkan gambar di atas, buatkanlah pertanyaan atau soal kemudian
tentukanlah konteks dan domain numerasi yang sesuai sertakan juga
penjelasannya.
3. Bahan Bacaan
a. Konsep Numerasi
Konsep Pendidikan Abad 21 adalah tuntutan kepada peserta didik untuk
memiliki berbagai macam keterampilan maupun kemampuan yang dibutuhkan
dalam menghadapi berbagai tantangan dan menyelesaikan permasalahan sosial di
tengah kehidupan sehari-hari. Menurut forum ekonomi dunia tahun 2015 terdapat
enam literasi dasar kecakapan hidup abad 21 yang wajib dikuasai oleh generasi muda
antara lain literasi baca tulis, literasi numerasi, literasi sains, literasi digital, literasi
finansial, serta literasi budaya dan kewarganegaran (Nudiati & Sudiapermana, 2020).
Diantara enam kecakapan tersebut, numerasi merupakan salah satu isu yang menjadi
perhatian komunitas global saat ini, berbagai penelitian telah dilakukan diberbagai
negara terkait numerasi, antara lain Amerika, Cina, Australia, dan negara lainnya
(Kintoko et al, 2022).
Berdasarkan survey yang dilakukan oleh Program for International of
Student Assesment (PISA) yang diliris Organization for Economic Cooperation and
Development (OECD) pada tahun 2018, Indonesia mendapatkan poin 379 dalam
bidang matematika sehingga menempati ranking 68 dari 75 negara yang

5
berpartisipasi, atau dengan kata lain Indonesia berada di 10 negara terbawah
berdasarkan kemampuan matematika (OECD, 2019). Hasil PISA Indonesia dari 3
aspek disajikan pada diagram berikut:

Gambar 1. Hasil PISA 2018

Rendahnya kemampuan literasi numerasi juga terjadi secara khusus di


Provinsi Sulawesi Barat, berdasarkan data Rapor Pendidikan hasil Asesmen
Kompetensi Minimum Provinsi Sulawesi Barat tahun 2023 diperoleh bahwa skor
kemampuan Numerasi peserta didik yaitu berada pada angka 32,15 dengan nilai
tersebut berada pada kategori kurang. Berikut disajikan data Rapor Pendidikan
selama 2 tahun terakhir:

Gambar 2. Data Rapor Pendidikan tentang Numerasi


Adapun kriteria pelaporan hasil AKM tentang numerasi terbagi dalam
beberapa kategori, antara lain:
1. Perlu Intervensi Khusus, dengan kriteria siswa hanya memiliki pengetahuan
matematika yang terbatas. Siswa menunjukkan penguasaan konsep yang parsial
dan keterampilan komputasi yang terbatas

6
2. Dasar, dengan kriteria siswa memiliki keterampilan dasar matematika:
komputasi dasar dalam bentuk persamaan langsung, konsep dasar terkait
geometri dan statistika, serta menyelesaikan masalah matematika sederhana
yang rutin
3. Cakap, dengan kriteria siswa mampu mengaplikasikan pengetahuan matematika
yang dimiliki dalam konteks yang lebih beragam
4. Mahir, dengan kriteria siswa mampu bernalar untuk menyelesaikan masalah
kompleks serta nonrutin berdasarkan konsep matematika yang dimilikinya.
Faktanya, selama ini istilah matematika banyak dikaitkan dengan
pembelajaran matematika. Numerasi seringkali disamakan dengan pembelajaran
matematika. Hal ini merupakan salah satu miskonsepsi atau kesalahpahaman tentang
numerasi. Padahal numerasi dan matematika merupakan dua hal yang berbeda tetapi
berkaitan satu dengan yang lainnya.
Berikut beberapa miskonsepsi tentang numerasi yang banyak muncul,
diantaranya:
1. Numerasi hanya berhubungan dengan proses berhitung.
2. Numerasi adalah Matematika
3. Numerasi menjadi tanggung jawab guru matematika
4. Dibutuhkan mata pelajaran khusus untuk belajar numerasi.
5. Numerasi identik dengan soal cerita.
Dengan demikian anggapan kebanyakan guru yang mengatakan
mengembangkan keterampilan numerasi cukup dengan memberikan banyak soal
cerita seperti yang ada di buku pelajaran merupakan kekeliruan. Memberikan soal
cerita adalah salah satu cara dari sekian banyak cara yang dapat digunakan oleh guru.
Artinya dengan soal cerita saja tidak cukup untuk mengembangkan kemampuan
numerasi.
b. Pengertian Numerasi
Numerasi merupakan pengetahuan dan kecakapan (a) menggunakan
berbagai macam angka dan simbol-simbol yang terkait dengan matematika dasar
untuk memecahkan masalah praktis dalam berbagai macam konteks kehidupan
sehari-hari, (b) menganalisis informasi yang ditampilkan dalam berbagai bentuk
(grafik, table, bagan, dan sebagainya), (c) menggunakan interpretasi tersebut untuk
memprediksi dan mengambil keputusan (OECD, 2016). Sedangkan menurut

7
Kemdikbud (2020) Numerasi merupakan kemampuan berpikir menggunakan
konsep, prosedur, fakta, dan alat matematika untuk memecahkan masalah
kontekstual pada kehidupan sehari-hari yang sesuai untuk individu sebagai warga
yang baik.
Numerasi dimaknai sebagai kemampuan yang dimiliki oleh seseorang dalam
menggunakan pengetahuan matematika yang dimilikinya dalam menjelaskan
kejadian, memecahkan masalah, atau mengambil keputusan dalam kehidupan sehari-
hari. Hal ini dapat membantu peserta didik mengenali peran matematika dalam
kehidupan nyata sehingga dapat membuat penilaian dan keputusan yang diperlukan
serta menjadi manusia bertanggung jawab yang mampu bernalar/berpikir logis.
Keterampilan numerasi meliputi keterampilan berinovasi, keterampilan dalam
memanfaatkan teknologi dan kecakapan hidup. Numerasi bersifat praktis dan dapat
digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Cakupan implementasi numerasi sangat
luas, tidak hanya di dalam mata pelajaran matematika.
Berdasarkan framework AKM, numerasi terdiri atas tiga komponen, yaitu:
(1) Konteks, meliputi: personal, sosial budaya, dan saintifik, (2) proses kognitif,
meliputi: knowing (pengetahuan dan pemahaman), applying (penerapan), reasoning
(penalaran), dan (3) konten, meliputi: bilangan, geometri dan pengukuran, aljabar,
serta data dan ketidakpastian.
c. Konteks dalam AKM Numerasi
Konteks yang luas sangat penting digunakan pada AKM Numerasi sehingga
peserta didik dapat mengenali peran matematika dalam kehidupan sehari-hari.
Pemilihan strategi dan penggunaan konsep, prosedur, fakta, data dan alat matematika
untuk menjelaskan kejadian, menyelesaikan masalah, atau mengambil keputusan
sangat bergantung pada konteks di mana kejadian atau masalah tersebut timbul.
Konteks dalam AKM Numerasi mencakup konteks yang dekat dengan dunia peserta
didik, sosial, budaya, lingkungan, sains, maupun keilmuan matematika. Konteks-
konteks tersebut dikategorikan menjadi tiga, yaitu personal, sosial-budaya, dan
saintifik.
1. Personal
Konteks ini berfokus pada aktivitas seseorang, keluarganya, atau
kelompoknya. Jenis-jenis konteks yang dapat dianggap pribadi ini antara lain dapat
meliputi hal-hal yang berkaitan dengan persiapan makanan, belanja, permainan,

8
kesehatan pribadi, transportasi pribadi, olahraga, perjalanan, penjadwalan pribadi,
dan keuangan pribadi (Definisi Konteks Personal, 2018, PISA Framework). Contoh
soal konteks personal sebagai berikut:

Ati merupakan seorang penenun kain


sarung sutra mandar. Ia memiliki 4
warna benang sutra yang berbeda
yaitu hitam, merah, ungu, dan biru. Ati
mendapatkan pesanan untuk membuat
sebuah kain sarung sutra mandar
dengan kombinasi 2 macam warna.
Berapa banyak pilihan kombinasi
warna yang bisa digunakan Ati untuk
membuat kain sarung sutra mandar?
sesuai pesanan tersebut?

Penjelasan contoh soal:


Soal di atas menanyakan banyak pilihan kombinasi warna benang yang dapat
digunakan oleh Ati dalam membuat kain sarung sutra mandar. Dalam hal ini peserta
didik memposisikan diri sebagai Ati, seorang pribadi yang bisa menyelesaikan
masalah pribadinya (dalam hal ini memilih kombinasi warna) dengan konsep
matematika. Oleh karena itu, soal ini masuk ke dalam konteks personal.
2. Sosial Budaya
Masalah yang diklasifikasikan dalam konteks ini adalah masalah komunitas
atau masyarakat (baik itu lokal/daerah, nasional, maupun global). Konteks ini antara
lain dapat meliputi sistem pemungutan suara, transportasi publik, pemerintahan,
kebijakan publik, demografi, periklanan, statistik, dan ekonomi nasional. Meskipun
individu tidak terlibat secara pribadi dalam hal-hal yang telah disebutkan, namun
kategori konteks ini memfokuskan masalah pada perspektif/pandangan masyarakat
(Definisi Konteks Sosial, 2018, PISA Framework). Contoh soal konteks sosial budaya
sebagai berikut:

9
Seorang reporter berita di Mamuju
menunjukkan grafik dan menyampaikan
bahwa: Grafik menunjukkan terdapat
peningkatan kriminalitas yang sangat pesat dari
tahun 1998 ke 1999.
Apakah penaksiran grafik oleh repoter
tersebut tepat? Berikan penjelasan!

Penjelasan contoh soal:


Soal ini menanyakan pendapat peserta didik mengenai penafsiran grafik kriminalitas
oleh seorang reporter. Dalam hal ini, peserta didik akan memposisikan diri sebagai
anggota masyarakat yang akan memberikan respon/pendapat mengenai pernyataan
reporter mengenai perilaku penyimpangan sosial yang terjadi (dalam hal ini
kriminalitas) dengan menggunakan konsep membaca data. Oleh karena soal ini
masuk dalam konteks budaya sosial.
3. Saintifik
Masalah yang diklasifikasikan dalam konteks ini berkaitan dengan aplikasi
matematika di alam semesta dan isu serta topik yang berkaitan dengan sains dan
teknologi. Konteks ini dapat meliputi antara lain cuaca atau iklim, ekologi, ilmu medis
(obat-obatan), ilmu ruang angkasa, genetika, pengukuran, dan keilmuan matematika
itu sendiri. Konteks yang terkait dengan keilmuan matematika disebut konteks intra-
matematika, sedangkan yang terkait dengan keilmuan lainnya disebut ekstra-
matematika. Misalnya menghitung volume bangun ruang termasuk intra-
matematika, sedangkan menghitung waktu paruh zat radioaktif termasuk ekstra-
matematika. Contoh soal saintifik disajikan sebagai berikut:

10
Contoh soal dengan Konteks Intra-Matematika
Soal 1

Suatu rumah memiliki atap berbentuk


limas. Gambar di bawah ini adalah model
matematika dari atap rumah yang dibuat
oleh siswa.
Lantai loteng, yaitu persegi ABCD pada
gambar, berupa persegi. Rangka atap
adalah rusuk balok EFGH.KLMN. E adalah
titik tengah AT, F adalah titik tengah BT, G
titik tengah CT, dan H titik tengah DT.
Semua rusuk limas memiliki Panjang 12
m. Berapakah luas lantai loteng ABCD dan
Panjang rusuk EF?

Penjelasan contoh soal:


Soal di atas memang diawali dengan konteks dunia nyata, yaitu atap rumah. Namun
konteks tersebut pada akhirnya diabaikan karena model matematika dari atap rumah
sudah disediakan langsung di soal. Dalam hal ini peserta didik dalam bentuk formal
matematika.

Soal 2

Pilihlah gambar di bawah ini sesuai dengan deskripsi!


Segitiga PQR adalah segitiga adalah segitiga siku-siku di titik R. Ruas garis RQ lebih
pendek dari ruas garis PR. M adalah titik tengah PQ, sedangkan N adalah titik tengah
QR. S terletak di dalam segitiga Ruas garis MN lebih Panjang dari ruas garis MS.

Pilihlah gambar di samping sesuai dengan


deskripsi!
Segitiga PQR adalah segitiga adalah segitiga
siku-siku di titik R. Ruas garis RQ lebih
pendek dari ruas garis PR. M adalah titik
tengah PQ, sedangkan N adalah titik tengah
QR. S terletak di dalam segitiga Ruas garis MN
lebih Panjang dari ruas garis MS.

(sumber: OECD, 2009)

11
Penjelasan contoh soal:
Soal ini tidak menggunakan konteks dunia nyata. Namun demikian, penyelesaian soal
ini tidak bersifat procedural. Soal ini mengukur kompetensi peserta didik dalam
geometri.
Contoh Soal dengan Konteks Saintifik (Ekstra-Matematika):
Untuk diobati penyakitnya, seorang pasien di rumah sakit disuntik obat. Tubuh
pasien secara bertahap mengolah obat tersebut sehingga setelah 1 jam hanya hanya
tersisa
Contoh soal dengan Konteks Ekstra-Matematika

60% obat yang masih aktif. Pola ini berlanjut terus, yaitu diakhir setiap
satu jam hanya ada 60% obat dari periode satu jam sebelumnya yang
masih aktif . Pasien tersebut diberi dosis 300mg obat pada pukul 08.00
pagi. Lengkapi table di bawah dengan dengan menuliskan sisa obat yang
masih aktif di setiap periode satu jam.

Penjelasan contoh soal:


Konteks saintifik pada contoh tersebut mengenai tingkat konsentrasi obat. Pada soal
di atas, peserta didik menerapkan ilmu matematika berupa pola bilangan untuk
untuk menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan konsentrasi obat. Konteks pada
soal ini melekat dalam prosedur penyelesaian soal dari awal hingga akhir. Dalam hal
ini focus peserta didik bukan hanya tentang pola bilangan, melainkan juga tentang
jumlah obat yang masih tetap aktif di tubuh seorang pasien. Oleh karena itu, soal ini
bisa dikategorikan sebagai soal dengan konteks ekstra-matematika.
d. Level Kognitif dalam Numerasi
Asesmen Kompetensi Minimum mengharuskan peserta didik menggunakan
berbagai keterampilan kognitif dalam menjawab soal-soal. Level kognitif numerasi
Asesmen Kompetensi Minimum dibagi menjadi tiga level.
1. Knowing (Pengetahuan dan Pemahaman)
Soal dalam level kognitif ini menilai kemampuan pengetahuan peserta didik
tentang fakta, proses, konsep, dan prosedur. Kata kunci yang biasa digunakan
pada level ini antara lain mengingat, mengidentifikasi, mengklasifikasikan,
menghitung, mengambil/memperoleh, dan mengukur.

12
2. Applying (Penerapan)
Soal pada level kognitif ini menilai kemampuan matematika dalam menerapkan
pengetahuan dan pemahaman tentang fakta-fakta, relasi, proses, konsep,
prosedur, dan metode pada konteks situasi nyata untuk menyelesaikan
masalah atau menjawab pertanyaan.
3. Reasoning (Penalaran)
Soal dalam level kognitif ini menilai kemampuan penalaran peserta didik dalam
menganalisis data dan informasi, membuat kesimpulan, dan memperluas
pemahaman mereka dalam situasi baru, meliputi situasi yang tidak diketahui
sebelumnya atau konteks yang lebih kompleks.
e. Domain-Domain pada Pembelajaran Numerasi
Secara umum domain pada numerasi dibagi menjadi 4 yaitu Bilangan,
Geometri dan Pengukuran, Aljabar, serta Data dan Ketidakpastian.
1. Bilangan
Domain Bilangan terdiri atas subdomain representasi, sifat urutan, dan operasi.
Pada subdomain representasi, pemahaman peserta didik yang dinilai adalah
terkait representasi bilangan cacah, bulat, pecahan, desimal, irasional,
berpangkat dan notasi ilmiah. Pada subdomain sifat urutan, pemahaman peserta
didik yang dinilai terkait membandingkan dan mengurutkan berbagai jenis
bilangan tersebut. Selain kedua subdomain tersebut, ada pula subdomain operasi
yang mengukur pemahaman siswa mengenai operasi hitung bilangan.
2. Geometri
Domain geometri dan pengukuran terdiri atas subdomain bangun geometri,
pengukuran, dan penalaran spasial. Domain ini menilai kompetensi peserta didik
mulai dari mengenal bangun datar hingga menggunakan konsep volume, luas
permukaan, dan kesebangunan dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu juga
menilai pemahaman peserta didik tentang pengukuran panjang, berat, waktu,
volume dan debit, serta satuan luas menggunakan satuan tidak baku dan satuan
baku. Pada domain ini juga menilai kompetensi dalam menggunakan arah, sistem
koordinat petak, dan sistem koordinat kartesius.
3. Aljabar
Domain aljabar terdiri atas subdomain persamaan dan pertidaksamaan, relasi
dan fungsi (termasuk pola bilangan), serta rasio dan proporsi. Pada subdomain

13
persamaan dan pertidaksamaan, pemahaman yang dinilai mulai dari
menyelesaikan persamaan sederhana hingga sistem persamaan linear tiga
variabel. Pada subdomain relasi dan fungsi (termasuk pola bilangan),
pemahaman peserta didik akan dinilai mulai dari pengenalan pola gambar dan
objek hingga menyelesaikan masalah dengan konsep fungsi (fungsi linear dan
eksponensial). Subdomain rasio dan proporsi mengukur pemahaman konsep
rasio/skala dalam permasalahan sehari-hari hingga menyelesaikan masalah
aritmetika sosial.
4. Data dan Ketidakpastian
Banyak data yang dapat ditemui dalam kehidupan sehari-hari. Bentuk dari
penyajian data-data itu sangatlah beragam. Penyajian informasi untuk
menginterpretasikan data pun jumlahnya banyak. Dari mulai data mengenai
teknologi, data perdagangan, data banyaknya konsumen makanan, data
penggunaan media sosial setiap hari, bahkan daftar nilai dalam rapor pun
merupakan data.
Hal ini membuat pemahaman cara memperoleh informasi dari sebuah data
mutlak diperlukan. Dalam kehidupan sehari-hari, ketidakpastian juga dapat ditemui
di mana saja. Misalnya, ketidakpastian hari ini hujan atau tidak. Banyak bidang yang
menggunakan ilmu ketidakpastian, contohnya ramalan cuaca, model ekonomi,
prediksi ilmiah, dan lain-lain. Data dan ketidakpastian sangat diperlukan peserta
didik dalam kehidupan sehari-hari.
Pemahaman tentang data dan representasinya dimulai dari penyajian data
sederhana menggunakan turus dan diagram gambar hingga mengevaluasi (make
sense of) data yang lebih kompleks dan ukuran penyebaran data. Selain itu,
ketidakpastian dan peluang dimulai dari mengenal kejadian yang mungkin dan tidak
mungkin sampai menghitung dan menggunakan peluang kejadian majemuk.
f. Kompetensi Minimum Numerasi
Survei AKM akan diberikan ketika peserta didik kelas 5. Cakupan kompetensi
minimum yang diharapkan untuk setiap domain pada setiap jenjang kelas tercantum
dalam tabel berikut.

14
Peserta didik kelas 5

Domain Sub Domain Kompetensi


Bilangan Representasi 1. Memahami bilangan cacah (maks. enam angka);
2. Memahami pecahan dan pecahan campuran
positif dengan penyebut bilangan satu atau dua
angka (misal 5/12, 2⅗).
3. Mengenal garis bilangan dan mengetahui posisi
bilangan cacah dan pecahan pada garis
bilangan.
Sifat Urutan 1. Membandingkan dua bilangan cacah (maks.
tiga angka).
2. Membandingkan dua pecahan, termasuk
membandingkan pecahan dan bilangan cacah.
Operasi 1. Menghitung hasil
penjumlahan/pengurangan/perkalian/
pembagian dua bilangan cacah (maks. enam
angka), termasuk menghitung kuadrat dari
suatu bilangan cacah (maks. tiga angka).
2. Menentukan beberapa (maks. 5) kelipatan
suatu bilangan cacah n dengan n ≤ 10. (Setara
dengan skip counting.)
3. Menentukan KPK, faktor suatu bilangan cacah,
dan FPB.
Geometri dan Bangun 1. Mengenal segiempat, segitiga, segibanyak dan
Pengukuran Geometri lingkaran.
2. Menghitung luas persegi panjang bila diketahui
panjang dan lebarnya, dan menghitung panjang
atau lebar bila diketahui luas dan salah satu
sisinya.
3. Mengenal beberapa bangun ruang, seperti
balok, kubus, prisma dan tabung.
Pengukuran 1. Mengenal dan menggunakan satuan baku untuk
panjang (cm, m), berat (gr, kg), volume (liter,
ml), waktu (detik, menit, jam).
2. Mengenal dan menggunakan satuan luas (cm2,
m2) dan volume (cm3, m3).
Aljabar Persamaan dan 1. Menyelesaikan persamaan sederhana
Pertaksamaan menggunakan operasi penjumlahan,
pengurangan, perkalian, dan/atau pembagian
(dalam bentuk yang disesuaikan dengan tingkat
perkembangan proses berpikir pada kelas
tersebut).
Relasi dan 1. Mengenali pola gambar atau objek.
Fungsi

15
(termasuk Pola 2. Mengenali pola bilangan sederhana dan
Bilangan) melanjutkan pola tersebut
Rasio dan 1. Tidak ada
Proporsi
Data dan Data dan 1. Memahami cara penyajian data sederhana
Ketidakpastian representasinya (menggunakan turus dan diagram gambar)
Ketidakpastian 1. Menentukan kejadian yang lebih mungkin di
dan Peluang antara beberapa kejadian.

g. Learning Progress dalam Numerasi


Learning progression (kemajuan pembelajaran) adalah urutan atau tahapan
pembelajaran yang berkesinambungan (continum). Kesinambungan tersebut
mencakup aspek karakteristik, keluasan, dan kedalaman materi pembelajaran
dalam setiap jenjang pendidikan. Ruang lingkup materi harus dirumuskan
berdasarkan perkembangan peserta didik sehingga konsep keilmuan yang
dipelajari berjalan sejajar dengan perkembangan peserta didik. Implementasi
pembelajaran harus disejajarkan dengan kemampuan peserta didik dalam rangka
penguasaan kompetensi yang berjenjang (Subali, 2009).
Di dalam learning progression terlihat kompetensi yang diharapkan dicapai
oleh peserta didik pada setiap kelas, yaitu kelas 2, 4, dan 6. Kompetensi yang
diharapkan semakin meningkat antarkelas sesuai dengan perkembangan peserta
didik. Learning progression yang digunakan sebagai acuan dalam pengembangan
soal literasi matematika-numerasi dapat dilihat di bawah ini.

16
(1) Learning Progression Domain Bilangan

17
(2) Learning Progression Domain Geometri dan Pengukuran

18
(3) Learning Progression Domain Aljabar

(4) Learning Progression Domain Data dan Ketidakpastian

19
DAFTAR PUSTAKA

OECD, (2016). PISA 2015 Result in Focus. OECD.


Kintoko, K., Junaedi, I., & Dewi, N. R. (2022, September). Literasi Numerasi dan Berpikir
Kritis: Systematic Literature Review. In Prosiding Seminar Nasional Pascasarjana
(PROSNAMPAS) (Vol. 5, No. 1, pp. 579-584).
Nudiati, D., & Sudiapermana, E. (2020). Literasi sebagai kecakapan hidup abad 21 pada
mahasiswa. Indonesian Journal of Learning Education and Counseling, 3(1), 34-40.
Mendikbud. 2020. Pusat Asesmen dan Pembelajaran Badan Penelitian dan
Pengembangan dan Perbukuan Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan AKM dan
Implikasinya pada Pembelajaran
Framework AKM, Pusat Asesmen dan Pembelajaran Badan penelitian dan Pengembangan
dan pembukuan Kementerian Pendidikan dan kebudayaan tahun 2020
OECD (2019), PISA 2018 Assessment and Analytical Framework, PISA, OECD Publishing,
Paris, https://doi.org/10.1787/b2Sefab8-en
Modul-modul literasi numerasi untuk jenjang SD Modul Literasi dan Numerasi
https://bit.ly/3L90D8w
Domain Data dan Ketidakpastian: Modul Guru Kelas 6 Tema 8 Subtema 3:
https://bit.ly/6_TEMA8
Modul Guru Kelas 6 Tema 9 Subtema 1: https://bit.ly/6_TEMA9
https://www.advernesia.com/blog/matematika/aljabar/
Reversible Destiny Lofts by Arakawa+Gins,Mitaka, Japan (architizer.com)
Sumber:https://japanesestation.com/culture/art-architecture/5-bangunan-dengan-
gaya-arsitektur-unik-yang-hanya-ada-di-jepang

20

Anda mungkin juga menyukai