Anda di halaman 1dari 20

EKSISTENSI AUDIT DAN PENGAWASAN PADA AKTIVITAS KEUANGAN

SYARIAH DALAM PERSEPEKTIF HUKUM ISLAM

Makalah Ini Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Terstruktur

Mata Kuliah: Fiqh Muamalah II

Dosen Pengampu: Jefik Zulfikar Hafidz, M.H.

Disusun Oleh: Kelompok 3 (HES A / Semester 3)

Anwar Ihsan Hidayat (2283120040)

Zahra Septiani (2283120009)

Aenuliya (2283120003)

JURUSAN HUKUM EKONOMI SYARI’AH

FAKULTAS SYARI’AH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SYEKH NURJATI CIREBON

2023M/1445H
EKSISTENSI AUDIT DAN PENGAWASAN PADA AKTIVITAS KEUANGAN
SYARIAH DALAM PERSEPEKTIF HUKUM ISLAM

Anwar Ihsan Hidayat, Zahra Septiani, Aenuliya

Jurusan Hukum Ekonomi Syari’ah

Fakultas Syari’ah

Institut Agama Islam Negeri Syekh Nurjati Cirebon

E-mail : anwar.ihsan2308@gmail.com, zahraseptiani@mail.syekhnurjati.ac.id,


liaaynulia@gmail.com

ABSTRAK

Kajian penelitian ilmiah ini bertujuan untuk mengetahui dan memahami tentang analisis
eksistensi audit dan pengawasan pada aktivitas keuangan syariah dalam persepektif
hukum islam, dalam penelitian ini menggunakan metode penelitian berbasis studi
kepustakaan atau library research. Metode ini akan melibatkan penelusuran dan analisis
terhadap sumber-sumber literatur dan dokumen terkait yang relevan dengan topik
penelitian, maka hasil yang didapatkan dari penelitian ini yaitu Dalam Islam, audit dan
pengawasan memiliki akar sejarah yang panjang, dimulai sejak zaman Nabi Muhammad
SAW melalui lembaga hisbah, dengan tujuan memastikan keadilan dan kebenaran dalam
informasi keuangan berdasarkan hukum syariah. Pengawasan dalam Islam juga
mencakup pemantauan, pengendalian, dan penegakan moralitas dalam berbagai aspek
kehidupan untuk menjaga moralitas, kejujuran, dan keadilan dalam masyarakat.
Indonesia mengalami pertumbuhan pesat di sektor keuangan syariah, dengan audit
syariah yang penting dalam memastikan kepatuhan syariah. Ada tiga jenis audit, yaitu
audit keuangan, audit operasional, dan audit kepatuhan syariah, yang semuanya berperan
dalam menjaga integritas bank syariah. Pengawasan di bank syariah melibatkan sistem
internal dan eksternal, dengan peran BI dalam pengawasan keuangan dan DSN serta DPS
dalam pemenuhan prinsip syariah. Pengembangan pengawasan terus dilakukan untuk
meningkatkan integritas dan kepatuhan bank syariah.

Kata Kunci: Audit, Pengawasan, Syari’ah.

1
PENDAHULUAN
Era globalisasi yang dialami dunia saat ini berdampak langsung pada aktivitas
ekonomi serta memberikan tantangan besar bagi pelaksanaan sistem keuangan Islam
sebagai solusi sistem konvensional. Perkembangan terbaru memperlihatkan Lembaga
Keuangan Syariah (LKS) berkompetisi untuk mengeluarkan produk dan layanan kepada
nasabah. Namun, bias jadi LKS mengabaikan aspek syariah tertentu yang akhirnya
mempengaruhi sifat kepatuhan syariah (shariah compliance) yang menjadi elemen utama
yang harus dipelihara. Hal demikian terjadi karena bank-bank dengan lebel syariah tidak
selalu diikuti dengan pengelolaan usaha yang benar-benar sesuai prinsip syariah, tetapi
sebagian didirikan hanya demi kepentingan bisnis semata. Lembaga Keuangan Syariah
(LKS) memiliki karakteristik yang berbeda dengan Lembaga Keuangan Konvensional
(LKK). LKS diharuskan untuk mematuhi segala ketentuan syariah (sharia compliance)
dalam menjalankan kegiatan usaha dan produknya. Perbedaan karakteristik ini
mempengaruhi bentuk dan standard pengawasan dan audit terhadap LKS. 1
Lembaga keuangan syari’ah sebagaimana lembaga keuangan konvensional rentan
terhadap kecurangan. Kecurangan (Fraud) yang dimaksud adalah perbuatan melawan
hukum yang dilakukan oleh orang-orang dari dalam dan atau luar organisasi, dengan
maksud mendapatkan keuntungan pribadi dan atau kelompoknya yang secara tidak
langsung merugikan pihak lain. Di Indonesia, tugas mengawasi aspek syariah dari
operasional bank syariah ini menjadi kewenangan DSN yang salah satu tugas pokoknya
adalah mengkaji, menggali, dan merumuskan nilai dan prinsip-prinsip hukum Islam
(Syariah) dalam bentuk fatwa untuk dijadikan pedoman dalam kegiatan transaksi di
lembaga keuangan syariah. Demi menjaga dan mempercayai integritas audit syariah pada
Lembaga Keuangan Syariah (LKS) dalam menjalankan kegiatannya baik itu secara
langsung maupun tidak langsung harus sesuai dengan prinsip syariah. Adanya assurance
yang diberikan kepada stakeholder dari audit Syariah untuk memberikan bukti kepada
LKS karena sangat dibutuhkan untuk merespon perkembangan industry keuangan
2
Syariah sesuai dengan percepatan teknologi yang ada pada zaman ini.

1
Ahmad Baehaqi, “Audit Internal Lembaga Keuangan Syariah Dalam Persepektif Al-Hisbah”,
Jurnal Riset Keuangan Dan Akuntansi, Vol. 4, No. 2 (Agustus, 2018): 15.
2
Sari Utami, “Auditor Syariah Dengan Sertifikasi Syariah (Analisis Peluang Dan Tantangan)”,
Jurnal Akunsyah: Jurnal Akuntansi & Keuangan Syariah, Vol. 1, No. 2 (2021): 81.

2
Peran pengawasan dalam penerapan hukum sangat penting karena manusia
memiliki kelemahan yang dapat memengaruhi sikapnya ketika menjalankan aktivitas
kehidupan, di samping perubahan lingkungan, peningkatan kompleksitas yang terjadi di
tempat dimana seseorang bekerja. LKS sama halnya dengan lembaga-lembaga lainnya
memiliki resiko kerugian akibat kelalaian, kesalahan dan kecurangan yang terjadi di
dalamnya. Oleh karena itu pengawasan sangat diperlukan agar dapat memberikan
perlindungan yang ma simal kepada semua pihak yang berkepentingan (stakeholder). 3
Berdasarkan pemaparan latar belakang diatas, muncul bebrerapa pertanyaan secara
garis besar. Yang pertama yaitu bagaimana auditing dalam pandangan islam? Kedua yaitu
bagaimana pengawasan dalam pandangan islam? Ketiga bagaimana peluang
pengembangan audit syari’ah di Indonesia? Keempat bagaimana peranan Dan jenis-jenis
audit bank syariah? Kelima bagaimana kontribusi audit dan pengawasan di bank
Syariah?.

LITERATURE REVIEW
Penelitian mengenai Analisis Peran Audit Dan Pengawasan Dalam Aktivitas
Keuangan Syariah Menurut Persepektif Hukum Islam bukanlah hal yang baru. Berikut
beberapa penelitian terdahulu yang membahas hal tersebut, seperti penelitian yang
pertama, Andi Gunawan Ratu Chakti, dalam jurnalnya yang berjudul “Analisis Hukum
Ekonomi Syariah Terhadap Kompetensi, Indepedensi Dan Profesionalisme Audit
Inspektorat Dalam Pengawasan Laoran keuangan Keuangan Daerah di Kota Makassar”,
penelitian tersebut menjelaskan Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh
kompetensi, independensi, dan profesionalisme terhadap kinerja aparat inspektorat
daerah dan menguji kepatuhan auditor terhadap Standar Profesional Akuntan Publik
(SPAP). Masalah umum dalam penelitian ini adalah temuan audit tidak terdeteksi oleh
aparat inspektorat sebagai auditor internal, tetapi ditemukan oleh auditor eksternal yaitu
Badan Pemeriksa Keuangan (BPK). auditor eksternal yaitu Badan Pemeriksa Keuangan
(BPK). Secara operasional, variabel-variabel penelitian dijabarkan dalam beberapa
indikator. Variabel kompetensi aparatur dijabarkan dalam tiga indikator, yaitu
penguasaan indikator, yaitu penguasaan standar akuntansi dan auditing, wawasan tata

3
Neneng Nurhasanah, “Pengawasan Islam dalam Operasional Lembaga Keuangan Syariah”,
Mimbar: Jurnal Sosial Dan Pembangunan, Vol. 29, No. 1 (Juni, 2013): 12.

3
Kelola program-program peningkatan kompetensi aparatur. Variabel independensi
aparatur dijabarkan menjadi dua indikator, yaitu gangguan pribadi dan gangguan
eksternal. Variabel profesionalisme aparatur dijabarkan dijabarkan menjadi empat
indikator, yaitu: pengabdian pada profesi, kewajiban sosial, kemandirian kemandirian,
dan keyakinan pada profesi. Variabel kinerja audit dijabarkan menjadi empat indikator,
yaitu: kualitas proses, kualitas hasil, dan tindak lanjut audit. Populasi penelitian ini adalah
aparat Inspektorat Daerah Kota Makassar yang mengikuti pemeriksaan pemeriksaan
secara berkala. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kompetensi dan profesionalisme
berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja audit. sedangkan variabel
independensi tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja audit. Nilai Koefisien
determinasi menunjukkan bahwa kompetensi, independensi, dan profesionalisme secara
bersama-sama memberikan kontribusi terhadap variabel dependen (kinerja audit) sebesar
72,2%, sedangkan sisanya sebesar 27,8% dipengaruhi dipengaruhi oleh faktor-faktor lain
di luar model. Implikasi dari temuan penelitian ini terhadap upaya untuk mewujudkan
audit yang berkualitas adalah perlunya peningkatan profesionalisme kepada auditor
mengenai urgensi audit yang berkualitas disamping upaya peningkatan kompetensi
melalui pelatihan.4
Kedua, penelitian yang dilakukan oleh Diah Ayu Fatmawati dan Usnan, dalam
jurnalnya yang berjudul “Audit Kepatuhan Syariah Melalui Peran Dewan Pengawas
Syariah Pada PT. BPRS Dana Mulia Surakarta”, dalam penelitian tersebut menjelaskan
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana audit kepatuhan syariah
audit kepatuhan syariah melalui peran dewan pengawas syariah (DPS) di PT. syariah
(DPS) pada PT. BPRS Dana Mulia Surakarta. Penelitian ini menggunakan pendekatan
kualitatif. menggunakan pendekatan kualitatif, dimana data dalam penelitian ini diperoleh
melalui teknik wawancara, dokumentasi dan observasi yang berkaitan dengan
pelaksanaan audit kepatuhan syariah melalui peran DPS di BPRS Dana Mulia Surakarta,
yang kemudian data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa audit kepatuhan syariah telah dilaksanakan melalui peran dewan
pengawas syariah (DPS) di PT. BPRS Dana Mulia Surakarta, hanya saja pelaksanaan
peran DPS di BPRS yang diteliti masih belum optimal, antara antara lain: (1) Peran DPS

4
Gunawan Ratu Chakti, “Analisis Hukum Ekonomi Syariah Terhadap Kompetensi, Indepedensi
Dan Profesionalisme Audit Inspektorat Dalam Pengawasan Laoran keuangan Keuangan Daerah di Kota
Makassar”, Al-Amwal: Journal of Islamic Economic Law, Vol. 6, No. 2 (September, 2021): 1.

4
sebagai pengawas masih belum optimal mengingat masih mengingat masih ada beberapa
produk di PT. BPRS Dana Mulia Sura- karta yang belum memenuhi prinsip-prinsip
syariah. (2) Peran DPS sebagai Penasehat masih perlu ditingkatkan karena selama ini
Dewan Pengawas Syariah Syariah (DPS) hanya sebatas memberikan nasihat dari hasil
temuan dan memberikan kajian-kajian kepada karyawan tanpa adanya tindak lanjut yang
lebih mendalam. 5
Ketiga, penelitian yang dilakukan oleh Puja Lestari, Dewi Susilowati, Wahyudin,
Atiek Sri Purwati, dalam jurnalnya yang berjudul “Analisis Implementasi Audit Syariah
di Indonesia”, bahwa dalam penelitian tersebut menjelaskan Penelitian ini bertujuan
untuk menganalisis praktik audit yang diterapkan di Perbankan Syariah apakah telah
sesuai dengan standar audit yang berlaku di Indonesia. Unit analisis dalam penelitian ini
adalah Bank Umum Syariah milik pemerintah, yaitu PT. Bank Syariah Mandiri dan milik
swasta, yaitu PT. Bank Muamalat Indonesia Tbk. Penelitian ini menggunakan metode
penelitian kualitatif, dimana data diperoleh dari pihak-pihak yang berkaitan dengan audit.
Pengumpulan data diperoleh dengan melakukan wawancara dan analisis laporan tahunan
tahun 2015 hingga 2017 sebagai instrumen penelitian. Hasil penelitian menunjukan
bahwa praktik audit oleh PT. Bank Syariah Mandiri dan PT. Bank Muamalat Indonesia
Tbk. dengan mengukur variabel kerangka audit syariah, ruang lingkup audit syariah,
kualitas audit syariah, piagam audit, proses audit, dan persyaratan pelaporan, cukup
sesuai dengan standar audit yang berlaku di Indonesia. Penelitian ini menemukan bahwa
kendala sesungguhnya yang dihadapi oleh Perbankan Syariah khususnya dalam hal
auditing adalah kurangnya sumber daya manusia yang mumpuni dalam hal pengetahuan
tentang audit dan prinsip syariah.6
Dari ketiga literatur yang kami paparkan tentunya terdapat kesamaan dan juga
perbedaan, maka dari itu dalam penulis jurnal ilmiah ini, penulis berusaha memberikan
kajian yang tematik dan juga kompherensif agar diharapkan jurnal ini mampu
memberikan manfaat bagi para penuntut ilmu, terkhusus mahasiswa dan lebih umum
kepada kehidupan masyarakat sehingga bisa memahami tentang jurnal yang kami buat
ini.

5
Diah Ayu Fatmawati dan Usnan, “Audit Kepatuhan Syariah Melalui Peran Dewan Pengawas
Syariah Pada PT. BPRS Dana Mulia Surakarta”, Journal of Islamic Finance and Accounting, Vol. 1, No. 2
(Juni-November, 2018): 19.
6
Puja Lestari, Dewi Susilowati, Wahyudin, Atiek Sri Purwati, “Analisis Implementasi Audit
Syariah di Indonesia”, Indonesian Journal of Islamic Business and Economics, Vol. 3, No. 1 (2021): 17.

5
METODOLOGI
Penelitian ini akan menggunakan metode penelitian berbasis studi kepustakaan atau
library research. Metode ini akan melibatkan penelusuran dan analisis terhadap sumber-
sumber literatur dan dokumen terkait yang relevan dengan topik penelitian, seperti artikel
ilmiah, jurnal, buku, dan publikasi lainnya yang berkaitan dengan fiqh muamalah. Proses
penelusuran akan dilakukan dengan menggunakan basis data akademik dan perpustakaan
digital yang terpercaya, seperti jurnal-jurnal ilmiah online, repositori institusi, dan
platform penelusuran artikel seperti Google Scholar. Kata kunci yang relevan akan
digunakan untuk mengoptimalkan hasil penelusuran.
Sumber-sumber literatur yang relevan akan dikumpulkan dan diverifikasi
keabsahannya. Kemudian, dokumen-dokumen tersebut akan dianalisis secara kritis untuk
mengidentifikasi konsep, prinsip, dan dijadikan pedoman. Menggunakan analisis data
sekunder untuk menganalisis konsep dan juga karakteristik yang terdapat pada hukum
Islam. Langkah-langkah penelitian meliputi identifikasi tujuan penelitian, pengumpulan
data melalui studi literatur dan sumber informasi lainnya, analisis data secara kualitatif,
dan interpretasi temuan untuk mengidentifikasi tantangan dan solusi dalam
implementasinya. Hasilnya memberikan pemahaman mendalam mengenai analisis peran
audit dan pengawasan dalam akivitas keuangan syariah menurut persepektif hukum
islam.7

KONSEP DASAR

Definisi Audit
Definisi audit yang bersifat komprehensif adalah suatu proses sistematik untuk
memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif mengenai pernyataan pernyataan
kegiatan ekonomi untuk menentukan tingkat kesesuaian antara pernyataan- pernyataan
tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan serta mengkomunikasikan hasil-hasilnya
padapihak yang berkepentingan. Menurut Joseph M. Juran didefinisikan seperti, “Quality
is fitnessfor use or purpose” yang dapat disimpulkan bahwa kualitas memiliki ciri-ciri
yaitu, sesuatudianggap berkualitas jika sesuai dengan persyaratan- persyaratan tertentu.

7
Aditya Ramadhan, “Efektivitas Media Sosial dan Teknologi Informasi terhadap Perilaku
Masyarakat dalam Operasional Transaksi Jual Beli Online,” Journal Of Information Systems And
Management, Vol. 2, No. 3 (2023): 67.

6
Fitur dankarakteristik produk atau jasa dapat memenuhi harapan pelanggan baik dari
aspek marketing, keahlian, produksi, dan pemeliharaan. 8

Definisi Keuangan
Gitman mendefinisikan keuangan sebagai seni (art) dan ilmu (science) mengenai
pengelolaan uang. Secara berbeda, Emery et al menyatakan bahwa keuangan merupakan
sebuah disiplin yang berhubungan dengan penentuan nilai dan pengambilan keputusan.
Fungsi keuangan mengalokasikan sumber daya-sumber daya yang mencakup perolehan,
penginvestasian, dan pengelolaan sumber daya tersebut. Senada dengan Emery et al,
Pinches mengemukakan bahwa keuangan merupakan pengelolaan sumber daya uang
yang dimiliki oleh badan usaha, pemerintah, atau individu-individu. Dari definisi-definisi
tersebut dapat disimpulkan bahwa keuangan merupakan seni dan ilmu mengelola uang,
baik uang yag dimiliki oleh badan usaha, pemerintah, maupun perseorangan. Sebagai seni
berarti melibatkan keahlian dan pengalaman, sedangkan sebagai ilmu berarti melibatkan
prinsip-prinsip, konsep dan konstruk, teori, proposisi, dan model yang ada dalam ilmu
keuangan.9

Definisi Hukum Islam


Hukum Islam merupakan rangkaian dari kata “hukum” dan kata “Islam”. Kedua itu
secara terpisah, merupakan kata yang digunakan dalam bahasa Arab dan terdapat dalam
Al-Qur’an, juga berlaku dalam bahasa Indonesia. “hukum Islam” sebagai suatu rangkaian
kata telah menjadi bahasa Indonesia yang hidup dan terpakai. Dalam Bahasa Indonesia
kata ‘hukum’ menurut Amir Syarifuddin adalah seperangkat peraturan tentang tingkah
laku manusia yang diakui sekelompok masyarakat, disusun orang-orang yang diberi
wewenang oleh masyarakat itu, berlaku dan mengikat untuk seluruh anggotanya. Bila
kata ‘hukum’ menurut definisi di atas dihubungkan kepada ‘Islam’ atau ‘syara’, maka
‘hukum Islam’ akan berarti: “seperangkat peraturan berdasarkan wahyu Allah dan sunah
Rasul tetang tingkah laku manusia mukalaf yang diakui dan diyakini mengikat untuk
semua yang beragama Islam.10

8
Ade Nahdiatul Hasanah,"Pengaruh Ukuran Perusahaan, Audit Tenureterhadap Kualitas Audit",
Jurnal Akuntansi, Vol. 5, No. 1 (2018):12.
9
Isfenti Sadalia, Manajemen Keuangan, (Medan: USU Press, 2010), 1.
10
Siska Lis Sulistiani, “Perbandingan Sumber Hukum Islam”, TAHKIM: Jurnal Peradaban dan
Hukum Islam, Vol, No.1 (Maret, 2018): 103.

7
HASIL DAN PEMBAHASAN

Auditing Dalam Pandangan Islam


Auditing dalam pandangan Islam adalah bukan sesuatu yang relatif baru. Audit
muncul setelah kemunculan lembaga keuangan syariah sekitar tahun 1980-an yang
membutuhkan fungsi audit berdasarkan pada prinsip Islam. Dalam sejarah Islam, pada
masa Nabi Muhammad SAW dan khulafah rasyidin terdapat sebuah lembaga yang
berfungsi seperti auditor, yaitu lembaga hisbah yang bertujuan untuk membantu umat
manusia dalam beribadah kepada Allah dengan memastikan bahwa hak Allah maupun
hak asasi manusia lainya telah diperhatikan dan dilaksanakan dengan benar. Murtuza
menyebut Lembaga hisbah ini terus ada dan berperan sampai Islam tersebar di Spanyol.
Yacoob menyatakan pula bahwa peran auditor syariah menyerupai peran muhtasib dalam
lembaga hisbah tradisional pada masa awal keIslaman.
Dalam Alquran pun terdapat ayat-ayat atau dalil yang apabila ditafsirkan maka akan
menunjukan bahwa Islam mengenal fungsi audit yang ada saat ini seperti dalam QS. Al
Insyiqaq: 6-9, Al Infithar: 10-12, An-Naml: 20-21, dan Al-baqarah 282. Harahap
menyatakan fungsi audit dilakukan berdasarkan pada sikap ketidakpercayaan atau kehati-
hatian terhadap kemungkinan laporan yang disajikan oleh perusahaan mengandung
informasi yang tidak benar yang dapat merugikan pihak lain yang tidak memiliki
kemampuan akses terhadap sumber informasi. Dalam fungsi ini disebut sebagai
“tabayyun” atau mengecek kebenaran berita yang disampaikan dari sumber yang kurang
dipercaya sebagaimana dinyatakan dalam Al Hujuraat ayat 6. Seorang auditor memiliki
kewajiban untuk menyaksikan bahwa informasi yang disajikan dalam laporan keuangan
adalah benar atau tidak. Apabila dikomparasikan dalam konteks sistem keuangan Islami,
audit syariah hadir sebagai sebuah sistem yang memeriksa kepatuhan operasi-operasi
keuangan syariah berdasarkan hukum syariah. Sehingga, dapat disimpulkan Islam telah
mengenal fungsi audit sejak lama, yaitu dalam bentuk lembaga hisbah yang memiliki
tugas serupa dengan konsep audit.11

11
Qonita Mardiyah Dan Sepky Mardian, “Praktik Audit Syariah Di Lembaga Keuangan Syariah
Indonesia”, Jurnal Akuntabilitas, Vol. 8, No. 1 (2015): 3.

8
Pengawasan Dalam Pandangan Islam
Kata “pengawasan” menurut kamus Bahasa Indonesia berasal dari kata “awas”
yang diartikan dapat melihat baik-baik, tajam penglihatan, sedangkan kata
“pengendalian” berasal dari kata “kendali” yang berarti menguasai kendali, memegang
pimpinan, memerintah. “pengawasan” diartikan penilikan dan penjajagan, penilikan dan
pengarahan kebijakan jalannya pemerintahan. Pengawasan dan pengendalian, adalah dua
istilah yang secara etimologis berasal dari istilah asing yang sama, yaitu controlling.
Dalam praktik manajamen, terdapat perbedaan antara “pengawasan” dan “pengendalian”.
Dalam “pengendalian” ada kecenderungan mengadakan tindakan korektif, sedang dalam
pengertian pengawasan, tindakan korektif itu merupakan proses kelanjutan.
Secara bahasa, kata pengawasan dalam bahasa arab dapat diambil dari kata
“muraaqabah”, “qiyaadah”, “qabidhah”, “taujih”, “siitharah”. Masing-masing kata secara
Bahasa mengandung arti pengawasan, tetapi ada yang mengandung tambahan makna
pengendalian, perintah, pengarahan, penelitian, dan monitoring. Kata yang lebih dekat
maknanya kepada “pengawasan” dalam arti supervision adalah “muraqabah”. Secara
istilah, makna pengawasan dalam litelatur Islam terdapat dalam kata “hisbah” yang
bermakna ihtisab yaitu meneliti, mentadbir, melihat, mencegah atau menahan seperti
mencegah seseorang dari melakukan kemungkaran atau mendapat balasan seperti
seseorang melakukan kebaikan untuk mendapat balasan dari Allah. Al-Hisbah secara
etimo logis berarti menghitung, berfikir, memberikan opini, pandangan dan lain-lain. Dari
segi istilah, Al-Mawardi menjelas kan bahwa hisbah adalah melaksanakan tugas
keagamaan yaitu menyeru melakukan ma’aruf (kebaikan) yang jelas ditinggalkan dan
mencegah melakukan kemungkaran yang jelas dilakukan.
Praktik hisbah sudah dilaksanakan sejak zaman Nabi dan diikuti di masa khulafaur
rasyidin dan pemerintahan Islam selanjutnya. Rasulullah saw sendiri telah menjalankan
fungsi sebagai market supervisor atau al-Hisbah, yang kemudian dijadikan acuan generasi
selanjutnya, sebagai acuan tentang adanya peran negara dalam mengatur pasar.
Rasulullah sering melakukan inspeksi ke pasar untuk mengecek harga dan mekanisme
pasar. Seringkali dalam inspeksinya beliau menemukan praktik bisnis yang tidak jujur
sehingga beliau menegurnya. Rasulullah bersabda, “Bukan termasuk golongan kami,
orang yang menipu”. Hal itu mengindikasikan bahwa hisbah telah ada sejak masa
Rasulullah Saw., meskipun menurut Tim Pusat Pengkajian dan Pengembangan Ekonomi

9
Islam, nama al-Hisbah baru datang di masa kemudian. 12 Landasan Al-Hisbah terdapat
dalam Surat Ali Imran ayat 104, Pengawasan dalam pandangan Islam dilakukan untuk
meluruskan yang tidak lurus, mengoreksi yang salah, dan membenarkan yang hak.
Menurut Hafifudhin dan Tanjung pengawasan dalam ajaran Islam terbagi dalam dua hal,
yaitu: Pertama, control yang berasal dari diri sendiri yang bersumber dari tauhid dan
keimanan kepada Allah Sw. Seseorang yang yakin bahwa Allah mengawasi hambaNya,
maka ia akan bertindak hati-hati. Seperti yang dijelaskan dalam QS. Al- Mujadalah ayat
7. Kedua, sebuah pengawasan akan lebih efektif jika system pengawasan tersebut
jugabdilakukan dari luar diri sendiri. Bisa berasal dari pimpinan, yang menyangkut tugas
yang didelegasikan, kesesuaian penyelesaian dan perencanaannya, dan lain-lain. Hal ini
sesuai dengan Firman Allah dalam QS. At-Taubah ayat 105.
Berdasarkan ayat tersebut dapat disimpulkan bahwa pengawasan dapat dilakukan
oleh diri sendiri dengan keimanan akan kehadiran Allah yang Maha Mengawasi, oleh
pemimpin/ penguasa dan oleh kaum muslimin baik secara langsung berupa pengawasan
oleh masyarakat, maupun tidak langsung dalam bentuk peraturan dan ketentuan-
ketentuan yang membatasi. Oleh karena itu, menjaga moralitas, termasuk dalam
kehidupan ekonomi juga menjadi tanggung jawab negara.13 Pembentukan lembaga hisbah
dalam Islam dimaksudkan untuk membantu orang supaya patuh mengikuti standar
moralitas. Dalam kegiatan ekonomi seperti di lembaga keuangan syari’ah atau
perusahaan bisnis, peran lembaga ini sangat penting karena melalui fungsi pengawasan
yang dilandasi oleh iman dan adanya sanksi, akan terpelihara ekonomi yang jujur, adil
dan berujung pada perolehan keuntungan yang berkah. Pelaksanaan hisbah dalam sistem
pemerintahan dan masyarakat dapat meningkatkan efisiensi dalam sistem pemerintahan
dan mampu menggambarkan transparansi pemerintah terhadap penyalah gunaan
kekuasaan yang terjadi, di samping itu berhasil menghapuskan penipuan dan bentuk
penyelewengan apapun dalam masyarakat.14

12
Neneng Nurhasanah, “Pengawasan Islam dalam Operasional Lembaga Keuangan Syariah”, 13.
13
Didin Hafidhuddin, Hendri Tanjung, Manajemen Syariah Dalam Praktik, (Jakarta: Gema Insani
Press, 2003), 156-160.
14
Razali, M.S, “Institusi Al-Hisbah: Kajian Mengenai Organisasi Dan Peranannya Sehingga Akhir
Pemerintahan Mamluk di Mesir”, (Disertasi: Universitas Kebangsaan Malaysia, 2012), 48.

10
Peluang Pengembangan Audit Syari’ah di Indonesia
Indonesia dengan populasi Muslim terbesar di dunia, diperkirakan akan menjadi
kiblat ekonomi global Syari’ah. Bank Indonesia (BI) meluncurkan Indonesia Syariah
Economic Festival (ISEF) dalam upaya untuk membuat Indonesia menjadi kiblat
ekonomi syari’ah dunia. ISEF adalah salah satu kegiatan ekonomi dan finansial syari’ah
yang menggabungkan pertumbuhan keuangan syari’ah dengan aktivitas ekonomi dunia
nyata. Lembaga perbankan dan keuangan syariah saat ini juga berkembang dengan pesat.
Perkembangan lembaga perbankan dan keuangan di Indonesia diawali dengan berdirinya
Bank Muamalat Indonesia (BMI) pada tahun 1991 dan beroperasi secara efektif pada
tahun 1992. Indonesia terbilang terlambat dalam mengembangkan lembaga keuangan
syariah dibandingkan dengan negara tetangga Malaysia yang telah mendirikan Bank
Islam semenjak tahun 1983.
Namun, ambisi untuk membangun institusi perbankan dan keuangan syari’ah di
Indonesia telah ada sejak lama, terutama sejak tahun 1970-an, ketika Bank Pembangunan
Islam (IDB) didirikan pada tahun 1975 oleh negara-negara Organisasi Konferensi
Muslim, yang termasuk Indonesia. Penciptaan IDB ini telah mendorong banyak negara
Islam untuk mendirikan lembaga keuangan yang mematuhi Syariah. Sejak itu, bank-bank
syari’ah telah berkembang di Mesir, Sudan, negara-negara Teluk, Pakistan, Iran,
Malaysia, Bangladesh, dan Turki. Karena kondisi politik yang tidak menguntungkan pada
saat itu, bank-bank syari’ah tidak bisa didirikan di Indonesia. Konstruksi bank syari’ah
terkait dengan kesulitan ideologis dan konsep negara Islam.
Menurut data statistik Perbankan Syariah yang dikeluarkan oleh Otoritas Jasa
keuangan (OJK) pada oktober2018, terdapat 14 Bank Umum Syariah (BUS) dengan total
aset 304,292 miliar, 20 Unit Usaha Syariah (UUS) dengan total aset 149,957 miliar dan
168 unit BPRS. Sedangkan jumlah perusahaan asuransi syariah sebanyak 13, perusahaan
asuransi UUS sebanyak 50, lembaga pembiayaan syariah sebanyak 7 dan UUS sebanyak
40, Dana Pensiun Syariah sebanyak 1, Lembaga Keuangan Khusus Syariah sebanyak 4,
dan Lembaga Keuangan Mikro Syariah sebanyak 42. Pada dasarnya pertumbuhan bank
syariah setiap tahunnya rata-rata pada tahun 2005 hingga 2013 mencapai 36,1%/tahun,
dua kali lebih tinggi dibandingkan bank tradisional yang hanya mencapai 16,3%/tahun.
Oleh karena itu, sektor perbankan syariah mendapat julukan sektor dengan pertumbuhan
tercepat. Ke depan jumlah lembaga keuangan dan bank syariah di Indonesia diperkirakan

11
akan terus meningkat. Masih menunggu dukungan dari pemerintah khususnya Otoritas
Jasa Keuangan (OJK) dan Bank Indonesia (BI) agar perjalanan lembaga keuangan syariah
ini kedepannya semakin lancar. Sosialisasi kepada masyarakat juga perlu dilakukan
secara terus menerus oleh seluruh pemangku kepentingan agar masyarakat semakin
memahami keberadaan lembaga keuangan syariah ini.
Seiring dengan terus berkembangnya lembaga keuangan syariah di Indonesia dan
kesadaran masyarakat terhadap ekonomi syariah mulai menjadi peluang untuk
mengembangkan audit syariah, karena setiap lembaga keuangan syariah, bagaimanapun
cara beroperasinya, harus mematuhi prinsip-prinsip hukum syariah dan tata kelola yang
baik. sesuai peraturan yang telah ditetapkan, baik peraturan Bank Indonesia, peraturan
OJK, DSN-MUI dan AAOIFI serta hal-hal lain yang berkaitan dengan kode etik yang
diatur dalam Kode Federasi Akuntan Internasional (IFAC). 15

Peranan Dan Jenis-Jenis Audit Bank Syariah


Peranan sebagai auditor dalam melaksanakan kegiatan audit, terlebih kita harus
memahami beberapa jenis auditor yang disesuaikan dengan peranan masing-masing
kegiatan usaha, di antaranya:
1. Kantor akuntan publik terdaftar, yaitu auditor yang mempunyai tanggung jawab atas
kinerja audit laporan keuangan bagi semua perusahaan publik, perusahaan-perusahaan
besar dan beberapa perusahaan kecil dan organisasi nirlaba.
2. Auditor pemerintah, yaitu auditor yang mempunyai tanggung jawab mengevaluasi
efisiensi, efektivitas, dan keekonomisan dari program/proyek pemerintah. Di
Indonesia ada beberapa lembaga. yaitu BPKP, BEPEKA, serta Itjen pada departemen-
departemen pemerintah.
3. Auditor pajak, yaitu auditor yang bertanggung jawab melaksanakan pemeriksaan atas
tercapainya penerimaan negara dari sektor per pajakan dan penegakan hukum dalam
pelaksanaan perpajakan. Di Amerika ada Internal Revenue Service (IRS), sementara
di Indone sia dilaksanakan oleh KPP dan Karikpa sebagai tenaga teknis pemeriksaan
pajak dari Direktorat Jenderal Pajak (DJP)

15
Ahmad Fauzi, Achmad Faqih Supandi, "Perkembangan Audit Syariah Di Indonesia (Analisis
Peluang Dan Tantangan)", Jurnal Istiqro: Jurnal Hukum Islam, Ekonomi dan Bisnis, Vol.5, No.1 (2019):
31-32.

12
4. Internal auditor, yaitu auditor yang bekerja di suatu perusahaan untuk melaksanakan
audit bagi kepentingan manajemen perusaha an. Sebagai contoh di BUMN, BUMN di
Indonesia ada unit Sistem Pengendalian Internal (SPI) yang menangani hal tersebut.
5. Auditor syariah, yaitu auditor yang bekerja pada suatu lembaga keuangan islam dan
harus memiliki Sertifikat Audit Syariah (SAS).
Pelaporan keuangan (financial reporting) dan akuntansi yang andal membantu
masyarakat dalam mengalokasikan sumber daya dengan cara yang efisien Tujuan
utamanya adalah mendistribusikan sumber daya modal yang terbatas ke sektor produksi
barang dan jasa yang permintaannya besar. Akuntansi dan pelaporan yang tidak memadai
akan menyembunyikan serta menyuburkan keborosan dan inefisiensi sehingga
menghambat alokasi efisien terhadap sumber daya ekonomi. Hal ini diperlukan peranan
audit pada perbankan syariah, yaitu:
a) Kompleksitas
Volume aktivitas ekonomi di dalam perusahaan dan entitas lainnya serta kompleksitas
pertukaran ekonomik tersebut. Sering kali merumit kan pencatatan transaksi dan
alokasi biaya atau beban. Keputusan yang pelik seputar perlakuan akuntansi
(accounting treatments) dan pengungkapan (disclosure) memerlukan jasa
akuntan profesional.
b) Jarak
Jarak fisik dan sempitnya waktu sering kali menghalangi pemakai informasi dalam
memeriksa dan menguji data yang menjadi dasar bagi informasi keuangan. Di tengah
lingkungan bisnis masa seka- rang ini, para pengambil keputusan sering dipisahkan
jarak yang jauh dari organisasi. Jarak meningkatkan kemungkinan salah saji yang
disengaja maupun tidak disengaja dan memperbesar kebutuh an akan adanya pihak
independen untuk memeriksa catatan keuangan.
c) Bias dan Motif Penyedia informasi
Apabila informasi diberikan oleh seseorang yang tujuannya tidak konsisten dengan
tujuan pengambil keputusan (pemakai informasi), informasi yang disajikan dapat saja
menjadi bias dengan lebih menguntungkan sipemasuk informasi Penyedia informasi
keuangan dapat tersusupi benturan kepentingan yang sengaja maupun tidak sengaja
dengan pemakai informasi.

13
Audit dalam bank syariah dapat dikembangkan ke dalam tiga jenis kegiatan audit
pada bank syariah.
1. Audit Keuangan Syariah
Pada akuntansi bank syariah bahwa Aktiva Kewajiaban + Inves tasi tidak terikat +
ekuitas. Adapun akuntansi pada bank konvensional bahwa Aktiva = Utang + Modal.
Penambahan investasi tak terikat pada akuntansi bank syariah yang terdiri dari
tabungan mudarabah dan deposito mudarabah. Selanjutnya audit keuangan syariah
difokuskan pada audit atas laporan keuangan syariah yang akan menghasilkan
pendapat (opini) pihak ketiga mengenai relevansi, akurasi dan kelengkapan laporan-
laporan keuangan syariah. Pada umumnya karakteristik audit laporan keuangan adalah
sebagai berikut:
a. Tujuan audit adalah untuk menaruh kredibilitas pada representasi manajemen
dalam laporan keuangan.
b. Auditor bersikap mandiri dari manajemen entitas, pihak yang menyusun laporan
keuangan. Auditor bukan representatif dari pihak mana pun.
c. Auditor menyatakan pendapat mereka atas kewajaran keseluruhan laporan
keuangan berdasarkan pengujian selektif.
d. Auditor jarang mengaudit masing-masing pos atau semua pos dalam
laporan keuangan.
2. Audit Operasional Bank Syariah
Audit operasional syariah adalah review dari setiap bagian dari prosedur operasi
standar organisasi dan metode yang diterapkan suatu organisasi dengan tujuan untuk
mengevaluasi efisiensi, efektivitas dan ekonomi terutama dalam kegiatan operasional
bank syariah. Karakteristik audit operasional sebagai berikut:
a. Auditor yang melaksanakan audit operasional berposisi indepen den dari aktivitas
yang diauditnya.
b. Laporan auditor ditujukan kepada seseorang atau bagian di dalam entitas/organisasi
yang mempekerjakan auditor.
c. Asersinya mengenai efektivitas dan efisiensi kinerja aktivitas tertentu.
d. Laporan auditor kerap kali melaporkan masalah atau kelemahan yang diidentifikasi
selama penyelenggaraan audit operasional ketimbang pelaporan menyeluruh.

14
Menurut Arens A. Alvin yang diterjemahkan oleh Amir Abadi Jusuf dalam
bukunya Auditing dan Pelayanan Verifikasi, jenis-jenis audit operasional adalah:
a. Audit fungsional merupakan alat untuk mengklasifikasikan aktivitas lembaga
keuangan syariah, seperti fungsi penagihan utang atau fungsi produk syariah. Audit
fungsional dikaitkan dengan satu atau lebih fungsi dalam suatu organisasi.
Kelebihan audit fungsional adalah memungkinkan auditor untuk melakukan
spesialisasi, sedangkan kelemahannya adalah fungsi-fungsi yang saling terkait
tidak dievaluasi.
b. Audit operasional adalah proses operasional yang melibatkan seluruh unit bisnis,
seperti departemen, cabang, atau anak perusahaan. Penekanan dalam audit
operasional berkaitan dengan efektivitas dan efisiensi fungsi yang dapat
dioperasikan. Rencana operasional saat ini dan metode koordinasi kegiatan sangat
penting dalam kegiatan audit.
c. Tugas audit operasional khusus timbul atas permintaan manajemen.
d. Selain itu juga dikembangkan audit investigatif, khususnya audit yang bertujuan
untuk mendeteksi atau mencegah berbagai aktivitas kecurangan. Berikut beberapa
contoh kapan audit forensik dapat dilakukan: kecurangan bisnis atau penggelapan
oleh manajemen, Investasi Kriminal, perselisihan pemegang saham dan firma,
Kerugian ekonomik Perusahaan, dan perselisihan matrimonial.
3. Audit kepatuhan Syariah
Audit kepatuhan syariah adalah proses bekerja untuk menentukan apakah audit
tetelah mengikuti prosedur syariah, standar syariah, dan aturan-aturan syariah tertentu
yang ditetapkan oleh otoritas Karakteristik audit ketaatan meliputi:
1. Pihak yang mempekerjakan auditor sering menentukan unsur- unsur yang diaudit
dan norma/standar yang harus dipatuhi.
2. Auditor yang dipekerjakan oleh entitas berkepentingan dalam pe nentuan apakah
standar sudah dipatuhi.
3. Laporan auditor ditujukan kepada pucuk pimpinan atau bagian di dalam organisasi
yang mempekerjakan auditor
Kepatuhan syariah adalah bagian dari pelaksanaan frame work manajemen risiko,
dan mewujudkan budaya kepatuhan dalam mengelola risiko perbankan Islam.
Kepatuhan syariah (shariah compliance) Juga memiliki standar internasional yang
disusun dan ditetapkan oleh Islamic Financial Service Board (IFSB) di mana
kepatuhan syariah merupakan bagian dari tata kelola lembaga (corporate governance).
Kepatuhan syariah merupakan manifestasi pemenuhan seluruh prinsip syariah dalam
Lembaga yang memiliki wujud karakteristik Integritas dan kredibilitas di bank
syariah. 16

16
Abdul Nasser Hasibuan, Rahmad Annam, Nofinawati, Audit Bank Syari’ah, (Jakarta: Kencana,
2020), 9-13.

15
Kontribusi Audit dan Pengawasan di Bank Syariah
Menurut Muhammad Firdaus, pengawasan bank syariah (termasuk pula
pengaturannya) pada dasarnya memiliki dua sisim, yaitu pengawasan dari aspek:
1. Kondisi keuangan, kepatuhan pada ketentuan perbankan secara umum dan prinsip
kehati-hatian bank.
2. pemenuhan prinsip syariah dalam kegiatan operasional bank. Berkaitan dengan hal itu
maka struktur pengawasan perbankan syariah lebih bersifat multilayer yang secara
ideal akan terdiri dari:
a. Sistem Pengawasan Internal, yang memiliki unsur-unsur; RUPS, Dewan
Komisaris, Dewan Audit, DPS, Direktur Kepatuhan, SKAI-Internal Syariah
Reviewer.
b. Sistem Pengawasan Eksternal, yang terdiri dari unsur BI, Akuntan Publik (termasuk
external syariah auditor), DSN dan Stakeholder/Masyarakat Pengguna Jasa. Sistem
pengawasan internal lebih bersifat mengatur ke dalam dan dilakukan agar ada
mekanisme dan sistem kontrol untuk kepentingan manajemen. Sedangkan
pengawasan eksternal pada dasarnya untuk memenuhi kepentingan nasabah dan
kepentingna publik secara umum yang dalam hal ini dilakukan oleh BI dan DSN.
Secara umum peran dan tanggung jawab BI lebih kepada pengawasan aspek
keuangan, sedangkan jaminan pemenuhan prinsip syariah adalah tanggung jawab
dan kewenangan DSN dengan DPS sebagai perpanjangan tangannya. Dalam hal ini
tentu saja kompetensi dan kemampuan pemahaman prinsip syariah tetap wajib
dimiliki oleh pengawas bank dari BI.
Menurut Muhammad Syafi'l Antonio (2001: 93), kerjasama antara BI dengan DSN
juga dilakukan dalam pengawasan terhadap produk bank syariah. Sedangkan untuk
pengawasan operasional bank syariah, BI bekerja sama dengan DSN yang dalam hal ini
dilakukan oleh DPS. Hal ini sejalan dengan fungsi dan peran DSN yang dibentuk oleh
Majelis Ulama Indonesia dengan Surat Keputusannya No. Kep-98/MUI/III/2001 tentang
Susunan Pengurus DSN MUI Masa Bhakti Th. 2000–2005. SK itu antara lain
menyebutkan, DSN memberikan tugas kepada DPS untuk:
1) Melakukan pengawasan secara periodik pada lembaga keuangan syariah
2) Mengajukan usul-usul pengembangan lembaga keuangan syariah kepada pimpinan
lembaga yang bersangkutan dan kepada DSN
3) Melaporkan perkembangan produk dan operasional lembaga keuangan syariah yang
diawasinya kepada DSN sekurang-kurangnya dua kali dalam satu tahun anggaran
4) Merumuskan permasalahan yang memerlukan pembahasan dengan DSN.
Karena pengembangan perbankan syariah masih dalam tahap awal, maka sistem
dan mekanisme pengawasan perbankan syariah masih belum lengkap dan perlu banyak
penyempurnaan. Oleh karena itu, upaya pengembangan pengawasan perbankan syariah
oleh BI akan terus dilakukan secara berkesinambungan dengan mengembangkan dan
menyempurnakan tools dan sistem pengawasan, serta meningkatkan kompetensi dan
mengembangkan etika pengawasan. Satu langkah penting yang telah dilakukan adalah
dihasilkannya PSAK No.59 tentang Standar Akuntansi Keuangan Perbankan Syariah

16
yang akan diikuti dengan penerbitan Pedoman Akuntansi Perbankan Syariah (PAPSI) dan
Pedoman Audit Syariah, serta format pelaporan bank syariah. Secara teknis di BI juga
dikembangkan pedoman pengawasan dan pemeriksaan bank syariah dan ke depan akan
dilakukan kajian untuk implementasi sistem pengawasan berbasis risiko dan penerapan
real-time supervision. 17

KESIMPULAN
Maka berdasarkan dari sebuah beberapa pemaparan materi yang telah ditulis,
terdapat hasil kesimpulan, yaitu yang pertama Auditing dalam pandangan Islam adalah
praktik yang tidak baru Audit dalam Islam telah ada sejak masa Nabi Muhammad SAW
melalui lembaga hisbah. Ini adalah praktik untuk memastikan keadilan dan kebenaran
dalam informasi keuangan berdasarkan hukum syariah. Dalam konteks keuangan Islam,
audit syariah memeriksa kepatuhan syariah. Jadi, audit dalam Islam bertujuan
memastikan keadilan dan kepatuhan syariah dalam informasi keuangan. Kedua
Pengawasan dalam Islam melibatkan pemantauan, pengendalian, dan penegakan
moralitas dalam berbagai aspek kehidupan. Ini berakar dalam ajaran Islam dan praktek
sejak zaman Nabi Muhammad SAW melalui lembaga hisbah. Tujuannya adalah menjaga
moralitas, kejujuran, dan keadilan dalam ekonomi dan masyarakat. Pengawasan bisa
berasal dari individu yang memiliki iman kuat pada Allah, pemimpin, atau masyarakat
melalui peraturan. Ini mendorong transparansi dan mencegah penipuan serta
penyimpangan dalam masyarakat. Ketiga Indonesia mengalami pertumbuhan pesat di
sektor keuangan syariah, dengan dukungan pemerintah dan kesadaran masyarakat tentang
ekonomi syariah. Pertumbuhan perbankan syariah melebihi sektor tradisional, dan audit
syariah menjadi penting. Audit harus mematuhi hukum syariah dan regulasi dari Bank
Indonesia, OJK, DSN-MUI, AAOIFI, dan Kode Etik IFAC. Dukungan pemerintah dan
sosialisasi mendukung pengembangan audit syariah di Indonesia. Keempat Peranan dan
jenis-jenis audit bank syariah mencakup audit keuangan, audit operasional, dan audit
kepatuhan syariah. Audit keuangan bertujuan memastikan laporan keuangan akurat.
Audit operasional mengevaluasi efisiensi operasional. Audit kepatuhan syariah
memeriksa pematuhan terhadap prinsip syariah. Semua jenis audit ini penting dalam
menjaga integritas dan kredibilitas bank syariah. Kelima Audit dan pengawasan di bank
syariah memiliki dua aspek utama: kondisi keuangan dan pemenuhan prinsip syariah.
Pengawasan dilakukan oleh sistem internal dan eksternal yang melibatkan BI, DSN, dan
pemangku kepentingan. BI fokus pada pengawasan keuangan, sedangkan DSN dan DPS
memastikan pemenuhan prinsip syariah. Pengembangan sistem pengawasan terus
dilakukan untuk meningkatkan integritas dan kepatuhan bank syariah.

17
Marina, “Konsep Audit dan Pengawasan di Bank Syariah”, Journal of business management,
Vol. 6, No. 2 (Juli-Desember, 2023): 819-820.

17
DAFTAR PUSTAKA
Baehaqi, Ahmad. “Audit Internal Lembaga Keuangan Syariah Dalam Persepektif Al-
Hisbah”, Jurnal Riset Keuangan Dan Akuntansi, Vol. 4, No. 2 (Agustus, 2018).

Chakti, Gunawan Ratu. “Analisis Hukum Ekonomi Syariah Terhadap Kompetensi,


Indepedensi Dan Profesionalisme Audit Inspektorat Dalam Pengawasan Laoran
keuangan Keuangan Daerah di Kota Makassar”, Al-Amwal: Journal of Islamic
Economic Law, Vol. 6, No. 2 (September, 2021).

Fatmawati, Diah Ayu dan Usnan. “Audit Kepatuhan Syariah Melalui Peran Dewan
Pengawas Syariah Pada PT. BPRS Dana Mulia Surakarta”, Journal of Islamic
Finance and Accounting, Vol. 1, No. 2 (Juni-November, 2018).

Fauzi, Ahmad., Achmad Faqih Supandi. "Perkembangan Audit Syariah Di Indonesia


(Analisis Peluang Dan Tantangan)", Jurnal Istiqro: Jurnal Hukum Islam,
Ekonomi dan Bisnis, Vol.5, No.1 (2019).

Hafidhuddin, Didin., Hendri Tanjung. Manajemen Syariah Dalam Praktik. Jakarta: Gema
Insani Press, 2003.

Hasanah, Ade Nahdiatul. "Pengaruh Ukuran Perusahaan, Audit Tenure terhadap Kualitas
Audit", Jurnal Akuntansi, Vol. 5, No. 1 (2018).

Hasibuan, Abdul Nasser., Rahmad Annam, Nofinawati. Audit Bank Syari’ah. Jakarta:
Kencana, 2020.

Lestari, Puja., Dewi Susilowati, Wahyudin, Atiek Sri Purwati. “Analisis Implementasi
Audit Syariah di Indonesia”, Indonesian Journal of Islamic Business and
Economics, Vol. 3, No. 1 (2021).

M.S, Razali. “Institusi Al-Hisbah: Kajian Mengenai Organisasi Dan Peranannya


Sehingga Akhir Pemerintahan Mamluk di Mesir”. Disertasi: Universitas
Kebangsaan Malaysia, 2012.

Mardiyah, Qonia dan Sepky Mardian. “Praktik Audit Syariah Di Lembaga Keuangan
Syariah Indonesia”, Jurnal Akuntabilitas, Vol. 8, No. 1 (2015).

Marina. “Konsep Audit dan Pengawasan di Bank Syariah”, Journal of business


management, Vol. 6, No. 2 (Juli-Desember, 2023).

Nurhasanah, Neneng. “Pengawasan Islam dalam Operasional Lembaga Keuangan


Syariah”, Mimbar: Jurnal Sosial Dan Pembangunan, Vol. 29, No. 1 (Juni, 2013).

18
Ramadhan, Aditya. “Efektivitas Media Sosial dan Teknologi Informasi terhadap Perilaku
Masyarakat dalam Operasional Transaksi Jual Beli Online,” Journal Of
Information Systems And Management, Vol. 2, No. 3 (2023).

Sadalia, Isfenti. Manajemen Keuangan. Medan: USU Press, 2010.

Sulistiani, Siska Lis. “Perbandingan Sumber Hukum Islam”, TAHKIM: Jurnal


Peradaban dan Hukum Islam, Vol, No.1 (Maret, 2018).

Utami, Sari. “Auditor Syariah Dengan Sertifikasi Syariah (Analisis Peluang Dan
Tantangan)”, Jurnal Akunsyah: Jurnal Akuntansi & Keuangan Syariah, Vol. 1,
No. 2 (2021).

19

Anda mungkin juga menyukai