Anda di halaman 1dari 22

Pertemuan 2

Rancangan Acak Lengkap


Pendahuluan
• Rancangan Acak Lengkap (RAL) merupakan rancangan yang paling sederhana dan merupakan
dasar dari rancangan yang lain.
• Pada RAL, peletakan perlakuan diacak pada seluruh unit percobaan.
• Seluruh unit percobaan mempunyai peluang yang sama besar untuk menerima perlakuan.
RAL sangat sesuai jika digunakan pada percobaan yang memiliki karakteristik sebagai berikut:
• Unit percobaan yang digunakan relatif homogen sehingga keragaman galat kecil. Perlakuan
merupakan satu-satunya sumber keragaman yang masuk dalam percobaan.
• Jumlah perlakuan dan ulangannya sedikit sehingga dengan penggunaan rancangan yang lain
akan menyebabkan derajat bebas (DB) galat tidak maksimum.
• Unit percobaannya terbatas karena setiap perlakuan tidak perlu mendapat ulangan yang
sama.
• Percobaan yang dilakukan dalam laboratorium atau rumah kaca sering menggunakan RAL,
karena kehomogenan unit percobaan dapat dijamin.
• RAL jarang digunakan untuk percobaan di lapangan karena kehomogenan unit biasanya sulit
dipenuhi.
• RAL jarang digunakan untuk unit percobaan yang sangat besar karena sulit sekali
mengumpulkan unit percobaan yang homogen dalam jumlah besar serta pengacakan
perlakuan menjadi sangat tidak efisien.
Keuntungan RAL
• Tata letaknya sederhana.
• Jumlah ulangan tidak harus sama untuk setiap perlakuan.
• Analisisnya tetap sederhana meskipun jumlah ulangan tidak sama untuk setiap perlakuan,
sehingga masalah data hilang, atau unit percobaan gagal, tidak menjadi penghalang.
• Jumlah ulangan dan jumlah perlakuan hanya dibatasi oleh tersedianya unit percobaan.
Kelemahan RAL
• Hanya dapat digunakan untuk unit percobaan yang relatif homogen.
• Jika perlakuan terlalu banyak, kehomogenan unit percobaan sulit dipertahankan.
Pengacakan dan Tabulasi Data
• Penempatan seluruh perlakuan pada seluruh unit percobaan dilakukan secara acak.
• Kasus : Suatu percobaan mempunyai empat perlakuan, yaitu A, B, C, dan D. Setiap perlakuan
diulang lima kali. Dengan demikian unit percobaan yang dilibatkan sebanyak $4\times5=20$
unit percobaan.
Tabel 1. Tata Letak Percobaan
Tabel 2. Tabulasi Data

Ulangan Total
Perlakuan
1 2 3 4 5 Perlakuan
A 𝑦11 𝑦12 𝑦13 𝑦14 𝑦15 𝑦1∙
B 𝑦21 𝑦22 𝑦23 𝑦24 𝑦25 𝑦2∙
C 𝑦31 𝑦32 𝑦33 𝑦34 𝑦35 𝑦3∙
D 𝑦41 𝑦42 𝑦43 𝑦44 𝑦45 𝑦4∙
Total Keseluruhan 𝑦∙∙
Model Linier
Bentuk umum dari model linier aditif untuk RAL dapat dituliskan sebagai berikut.

𝑦𝑖𝑗 = 𝜇 + 𝜏𝑖 + 𝜀𝑖𝑗 untuk 𝑖 = 1,2, ⋯ , 𝑡 dan 𝑗 = 1,2, ⋯ , 𝑟

dengan:
𝑦𝑖𝑗 : pengamatan pada perlakuan ke-𝑖 dan ulangan ke-𝑗
𝜇 : rataan umum
𝜏𝑖 : pengaruh perlakuan ke-𝑖
𝜀𝑖𝑗 : pengaruh acak pada perlakuan ke-𝑖 ulangan ke-𝑗
Asumsi
• Asumsi untuk model tetap σ𝑡𝑖=1 𝜏𝑖 = 0, var 𝜀𝑖𝑗 = 𝜎 2 ∀𝑖𝑗 , dan 𝜀𝑖𝑗 ~N 0, 𝜎 2 .
• Asumsi untuk model acak adalah E 𝜏𝑖 = 0, var 𝜏𝑖 = 𝜎𝜏2 , var 𝜀𝑖𝑗 = 𝜎 2 ∀𝑖𝑗 , dan 𝜀𝑖𝑗 ~N 0, 𝜎 2 .
Model tetap : Model acak :
• model dimana perlakuan-perlakuan • model dimana perlakuan-perlakuan
yang digunakan dalam percobaan yang dicobakan merupakan sampel
berasal dari populasi yang terbatas, acak dari populasi perlakuan,
• pemilihan perlakuan ditentukan • kesimpulan yang diperoleh berlaku
langsung oleh peneliti, secara umum untuk seluruh
• kesimpulan yang diperoleh terbatas • populasi perlakuan.
hanya pada perlakuan-perlakuan yang
dicobakan saja tidak bisa
digeneralisasikan.
Hipotesis model tetap : Hipotesis model acak :
H0 ∶ 𝜏1 = 𝜏2 = ⋯ = 𝜏𝑡 = 0 H0 ∶ 𝜎𝑡2 = 0
H1 ∶ ∃𝑖, 𝜏𝑖 ≠ 0 H1 ∶ 𝜎𝑡2 > 0

atau,

H0 ∶ 𝜇1 = 𝜇2 = ⋯ = 𝜇𝑡
H1 ∶ ∃𝑖, 𝑗, 𝜇𝑖 ≠ 𝜇𝑗
Analisis Variansi
Metode anova (analisis variansi) untuk RAL :
• Ulangan sama
• Ulangan tidak sama
Perhitungan Anova untuk Ulangan Sama
1) FK (Faktor Koreksi)
𝑦∙∙2
FK =
𝑡𝑟

2) JKT (Jumlah Kuadrta Total)


𝑡 𝑟 𝑡 𝑟
2 2
JKT = ෍ ෍ 𝑦𝑖𝑗 − 𝑦ത∙∙ = ෍ ෍ 𝑦𝑖𝑗 − FK
𝑖=1 𝑗=1 𝑖=1 𝑗=1
3) JKP (Jumlah Kuadrat Perlakuan)
𝑡 𝑟 𝑡 𝑡
𝑦𝑖∙2
JKT = ෍ ෍ 𝑦ത𝑖∙ − 𝑦ത∙∙ 2
= ෍ 𝑟𝑦ത𝑖∙2 − FK = ෍ − FK
𝑟
𝑖=1 𝑗=1 𝑖=1 𝑖=1

4) JKG (Jumlah Kuadrat Galat)


𝑡 𝑟
2
JKG = ෍ ෍ 𝑦𝑖𝑗 − 𝑦ത𝑖∙ = JKT − JKP
𝑖=1 𝑗=1
Perhitungan Anova untuk Ulangan Tidak Sama
1) FK (Faktor Koreksi)
𝑦∙∙2
FK = 𝑡
σ𝑖=1 𝑟𝑖

2) JKT (Jumlah Kuadrta Total)


𝑡 𝑟𝑖 𝑡 𝑟𝑖
2 2
JKT = ෍ ෍ 𝑦𝑖𝑗 − 𝑦ത∙∙ = ෍ ෍ 𝑦𝑖𝑗 − FK
𝑖=1 𝑗=1 𝑖=1 𝑗=1
3) JKP (Jumlah Kuadrat Perlakuan)
𝑡 𝑟𝑖 𝑡 𝑡
𝑦𝑖∙2
JKT = ෍ ෍ 𝑦ത𝑖∙ − 𝑦ത∙∙ 2
= ෍ 𝑟𝑖 𝑦ത𝑖∙2 − FK = ෍ − FK
𝑟𝑖
𝑖=1 𝑗=1 𝑖=1 𝑖=1

4) JKG (Jumlah Kuadrat Galat)


𝑡 𝑟𝑖
2
JKG = ෍ ෍ 𝑦𝑖𝑗 − 𝑦ത𝑖∙ = JKT − JKP
𝑖=1 𝑗=1
Tabel 3. Tabel Analisis Variansi
Pengujian Hipotesis
Statistik Uji
KTP
Fhitung =
KTG
mengikuti sebaran F dengan derajat bebas pembilang sebesar 𝑡 − 1 dan derajat bebas
penyebut sebesar 𝑡(𝑟 − 1)

Hipotesis ditolak jika


Fhitung > F𝛼,db1,db2
penolakan hipotesis nol berimplikasi bahwa perlakuan yang diberikan terhadap unit-unit
percobaan memberikan pengaruh yang nyata terhadap respon yang diamati.
Latihan 1
Suatu percobaan telah dilakukan untuk mengetahui potensi hasil dari lima varietas padi, yaitu
varietas A, B, C, D, dan E. Rancangan yang digunakan adalah RAL dengan lima ulangan.

Tabel 4. Pengaruh Varietas terhadap Hasil Padi


Berat Gabah Kering (kw/ha) Total
Varietas
I II III IV V Perlakuan
A 112 82 90 81 94 459
B 90 70 84 72 60 376
C 134 141 111 125 88 599
D 92 84 87 76 82 421
E 80 85 69 85 85 404
Total Keseluruhan 2259
Latihan 2
Suatu percobaan telah dilakukan untuk mengetahui potensi hasil dari lima varietas padi, yaitu
varietas A, B, C, D, dan E. Rancangan yang digunakan adalah RAL dengan lima ulangan.

Tabel 4. Pengaruh Varietas terhadap Hasil Padi


Berat Gabah Kering (kw/ha) Total
Varietas
I II III IV V Perlakuan
A 112 82 90 81 94 459
B 90 70 84 72 60 376
C 134 141 111 599
D 92 84 87 76 421
E 80 85 69 85 85 404
Total Keseluruhan 2259

Anda mungkin juga menyukai