Anda di halaman 1dari 4

PENDIDIKAN AGAMA SEBELUM KEMERDEKAAN

perjalanan sejarah pendidikan Islam pada masa penjajahan Belanda dan Jepang sungguh
menarik dan memiliki proses yang amat panjang. Belanda yang menduduki Indonesia selama 3 ½ abad
dan Jepang selama 3 1/ 2 tahun meninggalkan kesengsaraan, mental dan kondisi psikologis yang lemah.
Dengan misi gold, glory dan gospelnya mereka mempengaruhi pemikiran dan iedeologi dengan doktrin-
doktrin Barat.

Di Jawa lembaga pendidikan disebut pesantren, yang berasal dari bahasa Tamil Santri yang
berarti guru ngaji. Sementara pendapat C. C. Berg mengatakan pesantren berasal dari kata
India shastri berarti orang yang mengetahui buku-buku suci agama Hindu. Menurut sumber lokal,
lembaga pendidikan Islam pertama di Jawa adalah pesantren Giri dan pesantren Gresik di Jawa Timur.
Pesantren Gresik didirikan oleh Maulana Malik Ibrahim. Terdapat juga pendidikan Islam di Ampel
Surabaya, dibangau oleh Raden Rahmat. Berawal dari Giri dan Ampel pada berikutnya semakin banyak
pusat-pusat pendidikan Islam di Jawa seperti Tembayat, Prawoto (Demak), dan Gunung Jati Cirebon.

Di kerajaan Islam Banjar Kalimantan Selatan, lembaga pendidikan Islam pertama


disebut langgar yang dipelopori oleh Seykh Muhammad Arsyad Al-Banjari. Di Sulawesi adalah raja
Gowa XIV, Sultan Alauddin yang pertama mendirikan masjid di Bantalu yang berfungsi sebagai tempat
shalat, pusat pengajian, pendidikan dan pengajaran Islam. Yang bertindak sebagai guru adalah Dato Ri
Bandang dibantu oleh Dato Patimang dan Dato Ri Tiro yang diduga semuanya dari Minangkabau.

Di Jawa setelah berdirinya kerajaan Demak pendidikan Islam semakin maju karena ada
pemerintahan yang menyelenggarakannya dan pembesar-pembesar Islam yang membelanya. Pada tahun
1476 di Bintoro dibentuk organisasi Bayankare Islah (angkatan pelopor perbaikan) untuk mempergiat
usaha pendidikan dan pengajaran Islam.

Kemudian pusat kerajaan pindah ke Mataram tahun 1586. Pada Zaman Sultan Agung Mataram
(1613) sesudah mempersatukan Jawa Tengah dan Jawa Timur pada tahun 1630, Ia mempergiat pertanian
dan pedagangan. Kemudian pada masa kerajaan Kartasura (± tahun 1700) ada beberapa pesantren besar
dijadikan perdikan yaitu deberikan tanah, sawah dan tempat tinggal sebagai hak milik turun temurun yang
dibebaskan dari membayar pajak. Tanah itu disebut tanah Mutihan. Namun sayang pada tahun 1916-1917
semua perdikan dihapuskan oleh Belanda dijadikan tanah Gubernemen. Itulah sekilas tentang pendidikan
Islam pada zaman penjajahan Belanda dan Jepang. Setelah merdeka, bangsa Indonesia merasa mampu
menghirup angin segar di negerinya sendiri karena telah terlepas dari penjajahan. Akan tetapi, sikap,
watak dan mental bangsa yang terjajah akan menjadi kendala tersendiri bagi perkembangan negara,
khususnya pendidikan Islam di Indonesia.
PENDIDIKAN AGAMA SETELAH MERDEKA
Seiring dengan perjalanan sejarah bangsa dan negara Indonesia sejak proklamasi Kemerdekaan
Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945 hingga sekarang, maka sejarah kebijakan Pendidikan di
Indonesia termasuk di dalamnya Pendidikan Islam, memang tidak bisa lepas dari waktu tertentu, yang
ditandai dengan peristiwa-peristiwa dan tonggak- tonggak sejarah sebagai pengikat. Oleh karena itu
perjalanan sejarah Pendidikan Islam di Indonesia sejak Indonesia merdeka sampai tahun

1965 yang lebih dikenal dengan Orde Lama,akan berbeda dengan tahun 1965 sampai sekarang
yang lebih dikenal dengan Orde Baru. Pendidikan Agama ini diatur secara khusus dalam

UU Nomor 4 Tahun 1950 pada Bab XII pasal 20, yaitu :

Dalam sekolah-sekolah negeri diadakan pelajaran agama, orang tua murid menetapkan apakah
akan mengikuti pelajaran tersebut.

Cara penyelenggaraan pengajaran agama di sekolah-sekolah negeri diatur dalam peraturan yang
menetapkan oleh Menteri Pendidikan Pengajaran dan Kebudayaan, bersama-sama dengan Menteri
Agama.

Keadaan pendidikan Islam dengan segala kebijaksanaan pemerintah pada zaman Orde Lama.
Pada akhir Orde Lama tahun 1965 lahir semacam kesadaran baru bagi umat Islam, di mana timbulnya
minat yang mendalam terhadap masalah-masalah pendidikan yang dimaksudkan untuk memperkuat
umat Islam, sehingga sejumlah organisasi Islam dapat dimantapkan. Dalam hubungan ini Kementrian
Agama telah mencanangkan rencana-rencana program pendidikan yang akan dilaksanakan dengan
menunjukkan jenis-jenis pendidikan serta pengajaran Islam sebagai berikut :

1. Pesantren Indonesia Klasik, semacam sekolah swasta keagamaan yang menyediakan asrama,
yang sejauh mungkin memberikan pendidikan yang bersifat pribadi, sebelumnya terbatas pada pengajaran
keagamaan serta pelaksanaan ibadah. Baik guru maupun muridnya, merupakan suatu masyarakat yang
hidup serta bekerja sama, mengajarkan tanah milik pesantren agar dapat mmenuhi kebutuhan sendiri.

2. Madrasah Diniyah, yaitu sekolah-sekolah yang memberikan pengajaran pada murid sekolah
negeri yag berusia 7 sampai 20 tahun. Pelajaran berlangsung di dalam kelas, kira-kira 10 jam
seminggu, di waktu sore, pada Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah (4 tahun pada Sekolah
Dasar dan 3 sampai 6 tahun pada Sekolah Menengah). Setelah menyelesaikan Pendidikan menengah
negeri, murid-murid ini akan dapat diterima pada pendidikan agama tingkat akademi.
MADRASAH ERA SKB 3 MENTRI
Departemen Agama, dalam rangka melaksanakan program pengembangan madrasah sebagai
pelaksanaan kewajiban belajar, memperkenalkan Madrasah Wajib Belajar (MWB) pada beberapa tempat
pada 1958. Madrasah Wajib Belajar dimaksudkan sebagai usaha awal untuk memberikan bantuan dan
pembinaan madrasah dalam rangka penyeragaman materi kurikulum dan sistem penyelenggaraannya.
[4] Meskipun demikian, upaya ini masih kurang karena di dalamnya belum dibicarakan mengenai
penyatuan pendidikan umum dan pendidikan agama.

Pengorganisasi dan struktur kurikulum dan sistem penyelengaraan Madrasah Wajib Belajar diatur sebagai
berikut:

a. Madrasah Wajib Belajar adalah tanggung jawab pemerintah baik mengenai guru-guru, alat-alat,
maupun buku-buku pelajarannya, apabila madrasah memenuhi persyaratan yang ditentukan untuk
menjadikan Madrasah Wajib Belajar.

b. Murid-murid yang belajar di Madrasah Wajib Belajar berumur 6-14 tahun. Adapun tujuan Madrasah
Wajib Belajar adalah untuk mempersiapkan mutu murid untuk mandiri dan mencari nafkah, terutama
dalam lapangan ekonomi, industrilisasi dan transmigrasi.

c. Lama belajar pada Madrasah Wajib Belajar adalah 8 tahun.

d. Pelajaran yang diberikan pada Madrasah Wajib Belajar terdiri dari kelompok studi pelajaran agama,
pengetahuan umum, dan keterampilan dan kerajinan tangan.

e. Komposisi jam pelajaran adalah 25% pelajaran agama, sedangkan75% untuk pengetahuan umum dan
keterampilan/ kerajinan tangan.

Pada perkembangan selanjutnya, pemerintah mendirikan madrasah-madrasah negeri secara


lengkap dan terperinci, baik dalam penjenjangan maupun materi kurikulum, dan sistem
penyelenggarannya. Ketentuan materi kurikulum adalah 30% untuk pelajaran agama, dan 70% untuk
materi pengetahuan umum. Tujuan pendidikan madrasah-madrasah negeri adalah untuk menjadi model
dan standar dalam rangka memberikan ketentuan secara lebih konkrit bagi penyelenggara madrasah.
Pihak-pihak penyelenggara madrasah diharapkan dapat mencontoh dan mempedomani ketentuan-
ketentuan penyelenggaraan madrasah dan dengan demikian diharapkan akan tercapai keseragaman mutu
kualitas madrasah.
STRUKTUR KURIKULUM MADRASAH
Struktur Kurikulum K13 (Kurtilas) bagi Madrasah Ibtidaiyah (MI) sebenarnya tidak terlalu
menimbulkan polemik. Berbeda dengan kurikulum kombinasi (KTSP dan K13) yang diberlakukan untuk
MI yang kemudian menimbulkan beragam kegamangan bagi sebagian pihak. Baca : Struktur Kurikulum
KTSP MI.

Kurikulum 2013 telah diberlakukan kepada berbagai madrasah di Indonesia mulai dari MI, MTs,
hingga MA. Madrasah-madrasah penyelenggara kurtilas ini telah ditetapkan berdasarkan SK Dirjen
Pendidikan Islam. Baca : SK Dirjen Nomor 5114 Tahun 2014 tentang Penetapan Madrasah Pelaksana
Kurikulum 2013 dan Lampiran SK Dirjen Nomor 5114 Tahun 2014.

Pelaksanaan Kurikulum 2013 dan penentuan Struktur Kurikulum 2013 di Madrasah Ibtidaiyah
berdasar pada Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 67 Tahun 2013 tentang Kerangka
Dasar dan Struktur Kurikulum Sekolah Dasar / Madrasah Ibtidaiyah yang kemudian ditegaskan melalui
Keputusan Menteri Agama RI Nomor 117 Tahun 2014 tentang Implementasi Kurikulum 2013 di
Madrasah dan Keputusan Menteri Agama Nomor 165 Tahun 2014 tentang Pedoman Kurikulum
Madrasah 2013 Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Bahasa Arab.Berdasarkan KMA No. 117
Tahun 2014 tentang Implementasi Kurikulum 2013 di Madrasah, mata pelajaran pada satuan pendidikan
MI terdiri atas:

A. Pendidikan Agama Islam, yang meliput

Al Quran Hadits

Akidah Akhlak

Fikih

Sejarah Kebudayaan Islam

B. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

C. Bahasa Indonesia

D. Bahasa Arab

E. Matematika

F. Ilmu Pengetahuan Alam

G. Ilmu Pengetahuan Sosial

H. Seni Budaya dan Prakarya

I. Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan

Anda mungkin juga menyukai