Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

PENGELOLAAN WAKTU DALAM PENDIDIKAN ISLAM

Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Perkuliahan pada Mata Kuliah
Manajemen Pendidikan Islam

Oleh:
Rahmat Hidayat
NIM. 2220090012

Dosen Pengampu:
Prof. Dr. Asnawir
Prof. Dr. Ahmad Sabri, M.Pd
Dr. Hidayati, S.Ag.,M.Pd

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ISLAM


PROGRAM DOKTOR (S3) PASCASARJANA
UIN IMAM BONJOL PADANG
2022 M / 1444 H
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis sampaikan kepada Allah Swt. yang telah
melimpahkan rahmat, taufik, dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah ini. Solawat dan salam disampaikan pula kepada Nabi
Muhammad Saw yang telah menjadi suri tauladan dalam berbagai segi kehidupan
umat sampai pada sa’at sekarang ini.

Makalah yang berjudul “Pengelolaan Waktu Dalam Pendidikan Islam ”


ini adalah untuk memenuhi tugas perkuliahan Mata Kuliah Manajemen Pendidikan
Islam Program Doktor (S3) Universitas Islam Negeri (UIN) Imam Bonjol Padang.
Penulis yakin makalah ini dapat terwujud karena bantuan dari berbagai pihak. Oleh
karena itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih dan
penghargaan yang setinggi-tingginya kepada berbagai pihak yang telah memberikan
bantuan baik moril maupun motivasi dalam penyusunan makalah ini.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih belum sempurna, untuk itu
penulis mengharapkan masukan, saran, serta kritikan yang bersifat membangun dari
berbagai pihak demi kesempurnaan penulisan selanjutnya. Akhirnya penulis
berharap semoga makalah ini dapat bermamfa’at bagi semua pihak. Aamiin.

Padang, November 2022

Rahmat Hidayat
NIM. 2220090012

BAB I
ii
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Organisasi merupakan wadah sekumpulan orang yang saling bekerja


sama untuk mencapai tujuan bersama. Istilah organisasi ini dapat bermakna
lembaga atau institusi dan bermakna sebagai fungsi manajemen. Fungsi
pengorganisasian (organizing) dalam manajemen adalah proses mengatur tugas,
wewenang dan tanggung jawab setiap individu dalam manajemen. Menjadi satu
kesatuan untuk mencapai tujuan yang telah direncanakan. Fungsi
pengorganisasian bukan hanya mengatur orang. Tapi semua sumber daya yang
dimiliki, termasuk uang, mesin, waktu, dan lain-lain.
Organisasi dalam konteks sosial merupakan perwujudan konkret dari
hakikat manusia sebagai makhluk sosial. Semua aktivitas kehidupan sosial
manusia dapat diamati diamati berdasarkan dimensi ruang, dimensi waktu, dan
dimensi manusia. Dimensi ruang dalam konteks organisasi adalah organisasi itu
sendiri, dimensi waktu dapt disebut sebagai aspek proses, perkembangan,
pertumbuhan dan kontinuitas. Sementara dimensi manusia terkait dengan
manusia sebagai aktor utama yang menggerakkan organisasi. Oleh sebab itu,
untuk melihat sejauh mana keberhasilan perkembangan aktivitas manusia dalam
sebuah organisasi, dapat dilihat dari aspek waktu pelaksanaan aktivitas tersebut.
Waktu (dimensi temporal) memiliki dua makna yakni makna denotatif
dan makna konotatif. Makna waktu secara denotatif merupakan satu kesatuan:
detik, menit, jam, hari, minggu, bulan, tahun, abad dan lain-lain. Sedangkan
makna waktu secara konotatif adalah waktu sebagai suatu konsep pencapaian
perubahan dalam aktivitas manusia. Perubahan tersebut diharapkan adalah
perubahan ke arah yang lebih baik. Untuk terjadinya perubahan ke arah yang
lebih baik tersebut, maka diperlukan kesadaran manusia dalam memaknai
peristiwa. Hal inilah yang disebut dengan konsep belajar dari pengalaman.

iii
Setiap peristiwa adalah suatu proses pembelajaran, sehingga dari peristiwa
tersebut akan memberikan perubahan pada orang yang dapat memaknainya.
Tetapi bagi orang yang tidak dapat memaknainya, maka peristiwa akan
berlangsung begitu saja. Oleh sebab itu, pemaknaan terhadap konsep waktu
dalam konteks organisasi disebut dengan manajemen waktu. Untuk melihat
bagaimana konsepsi manajemen waktu dalam pendidikan Islam akan dibahas
dalam tulisan berikut ini.
B. Tujuan Penulisan
Penulisan makalah ini secara umum bertujuan untuk:
1. Memahami manusia dalam dimensi waktu
2. Memahami pentingnya pengelolaan waktu dalam Islam.
3. Memahami penggunaan waktu yang efektif dalam pelaksanaan pendidikan
Islam
C. Manfaat Penulisan
Makalah ini diharapkan dapat bermanfaat untuk menambah wawasan
ilmu pengetahuan dan sebagai bahan kajian bagi mahasiswa yang
mempelajari mata kuliah Manajemen Pendidikan Islam

BAB II
iv
PEMBAHASAN

A. Manusia dalam Dimensi Waktu

Kehidupan manusia tidak bisa dilepaskan dari dimensi ruang dan


waktu. Setiap peristiwa yang dialami pasti melewati dua dimensi tersebut.
Ruang bisa disebut juga dengan spasial, yang memiliki arti tempat
berlangsungnya atau terjadinya peristiwa. Waktu disebut juga dengan temporal,
yang menunjukan kapan terjadinya peristiwa tersebut. Dalam kamus besar
bahasa Indonesia, kata “waktu” memiliki arti seluruh rangkaian saat ketika
proses, perbuatan, atau keadaan berada atau berlangsung. Selain itu juga
diartikan sebagai kesempatan, tempo, atau peluang.
Waktu adalah bagian dari struktur dasar alam semesta, sebuah dimensi
dimana peristiwa terjadi secara berurutan. Waktu merupakan suatu dimensi
dimana terjadi peristiwa yang dapat dialami dari masa lalu melalui masa kini ke
masa yang akan datang. Dalam konteks waktu, kehidupan manusia tidak lain
adalah proses yang dijalani melewati waktu demi waktu dari saat ia lahir sampai
meninggal.
Islam meyakini bahwa waktu itu adalah ciptaan Allah Swt. Mengenai
proses penciptaannya, ada yang memahami bahwa waktu itu ada mengiringi
penciptaan alam semesta. Analoginya digambarkan dengan proses kelahiran
seorang bayi. Eksistensi kelahiran seorang bayi tidak hanya mencakup fisik,
akan tetapi mencakup ruang kehidupan, serta perhitungan waktunya, sehingga
kelak usia jasadnya akan dihitung sejak kelahirannya. 1 Analogi inilah yang
menyebabkan para ahli dapat memperkirakan usia alam semesta.
1. Waktu Menurut Al Qur’an
Menurut Quraish Shihab (2009), setidaknya ada empat istilah yang
ditemukakan dalam al Qur’an terkait dengan makna konseptual waktu,

1
Syahminan Zaini, Mengenal Manusia Lewat al-Qur’an, (Surabaya: PT Bina Ilmu, 1984), h. 9.
v
yaitu: Pertama, Ajal yang berarti batas waktu. Setiap umat mempunyai
batas waktu berakhirnya usia (QS. Yunus/10: 49); berakhirnya kontrak
perjanjian kerja antara Nabi Syuaib dan Nabi Musa (Q.S. Al Qashas/28:28).
Kedua, Dahr, yang berarti garis waktu horizontal yang dimulai sejak
penciptaan alam hingga berakhirnya kehidupan di alam raya (QS. Al
Insan/76:1). istilah ini menunjukkan bahwa durasi kehidupan itu dimulai
sejak penciptaan alam semesta hingga kemudia dihancurkan Allah SWT
pada hari kiamat. Ketiga, Waqt, digunakan dalam arti kesempatan atau
peluang untuk menyelesaikan suatu peristiwa. “Sesungguhnya shalat itu
adalah kewajiban kepada orang mukmin yang tertentu waktu- waktunya”
(QS. Al-Nisa’/4;103). Keempat, kata Ashr. kata ini biasa diartikan sebagai
waktu menjelang terbenam matahari. Kata ini mengandung arti waktu kerja
manusia. (Q.S. Al ‘Ashr)
2. Waktu menurut Sains
Ada beberapa teori sains mengenai waktu. Pertama, teori paradoks
kembar. Teori ini terkait dengan dilatasi waktu sebagai konsekuensi dari
relativitas. Menurut teori ini bahwa sifat waktu tidak konstan. Pergerakan
waktu seseorang itu tergantung dengan kecepatan geraknya yang
dibandingkan dengan kecepatan cahaya. Seseorang yang bergerak dengan
kecepatan yang semakin mendekati kecepatan cahaya, maka pergerakan
waktunya akan lebih lambat. Teori ini dikemukakan oleh Einstein.
Kedua, teori yang mengatakan bahwa ruang dan waktu tidak
berubah yang dikemukakan oleh Newton. Teori ini menegaskan bahwa
ruang dan waktu itu adalah dimensi yang tidak berubah karena waktu
merupakan salah satu struktur alam semesta ini.
Ketiga, teori grandfather paradox. Teori ini menggambarkan
bahwa walaupun seseorang bisa kembali ke masa lalu, tapi ia tidak akan
bisa merubah peristiwa di masa lalunya tersebut. Demikian juga halnya
dengan masa depan. Teori ini hampir senada dengan teori keempat, yaitu
vi
teori yang beranggapan apapun yang terjadi, manusia atau makhluk lain
selamanya tidak akan bisa menjelajahi waktu. Menurut teori ini untuk bisa
menjelajahi waktu sebuah benda akan terpecah-pecah menjadi partikel-
partikel kecil yang berarti keberadaannya sudah hilang.
Menurut filsafat klasik, dimensi waktu dibagi menjadi tiga wilayah
berbeda yaitu masa lalu, masa kini, dan masa depan. Waktu akan terus
bergerak. Pergerakannya menyebabkan masa kini akan menjadi masa lalu
dan masa depan akan menjadi masa kini. Masa lalu sangat menentukan apa
yang terjadi pada masa kini dan masa depan.
B. Pentingnya Pengelolaan Waktu Menurut Islam

Pengelolaan waktu dapat dipahami sebagai ungkapan lain dari


manajemen waktu. Menurut Atkinson, manajemen waktu adalah suatu jenis
keterampilan yang berkaitan dengan berbagai bentuk upaya dan tindakan
individu yang dilakukan dengan terencana agar seseorang mampu
memanfaatkan waktu sebaik mungkin. Forsyth berpendapat bahwa manajemen
waktu adalah sebuah cara untuk membuat waktu terkendali sehingga dapat
menciptakan efektivitas dan produktivitas. Sementara menurut Akram,
manajemen waktu adalah kemampuan menggunakan waktu dengan efektif dan
efisien untuk memperoleh manfaat yang maksimal.
Pengertian lain dari manajemen waktu diungkapkan oleh Orr, bahwa
manajemen waktu adalah pemanfaatan waktu untuk melakukan hal-hal yang
dianggap penting dan sudah tercatat di tabel kerja. Leman memberikan
penekanan lain dari manajemen waktu, yaitu penggunaan dan pemanfaatan
waktu sebaik mungkin dengan membuat rencana aktivitas yang tersusun. Lain
halnya dengan Davidson yang menyatakan bahwa manajemen waktu adalah
sebuah cara untuk memanfaatkan waktu dengan sebaik mungkin dimana
seseorang bisa menyelesaikan pekerjaan dengan cepat dan cerdas. Selanjutnya
pendapat Frederick Winslow Taylor menyatakan bahwa manajemen waktu

vii
adalah sebuah proses pencapaian tujuan utama kehidupan sebagai hasil dari
mengenyampingkan kegiatan yang kurang bermanfaat dan memakan banyak
waktu.
Islam memandang waktu sebagai perkara yang sangat penting. Waktu
merupakan salah satu nikmat dari Allah Subhanahuwata’ala (Swt.) kepada para
hamba-Nya yang harus disyukuri.2 Allah Swt. Berfirman:
٦٢ ‫َو ُهَو ٱَّلِذ ي َجَعَل ٱَّلۡي َل َو ٱلَّنَهاَر ِخ ۡل َفٗة ِّلَم ۡن َأَر اَد َأن َيَّذ َّك َر َأۡو َأَر اَد ُشُك وٗر ا‬
“dan Dia (pula) yang menjadikan malam dan siang silih berganti bagi orang
yang ingin mengambil pelajaran atau orang yang ingin bersyukur.”3

Maksudnya adalah bahwa Allah Swt. telah menjadikan malam


bergantian dengan siang, dan siang bergantian dengan malam. Oleh karena itu,
barang siapa terluput atau terlena dari suatu amal perbuatan pada salah satunya,
maka hendaklah ia berusaha menggantikannya pada saat yang lain.4
Tidaklah Allah Swt. bersumpah dengan sesuatu, kecuali sesuatu
tersebut merupakan perkara yang besar, baik karena dzatnya itu sendiri ataupun
karena ia merupakan salah satu tanda-tanda kebesaran Allah Swt. Diantara objek
sumpah Allah Swt. adalah waktu. Allah Swt. bersumpah pada permulaan
berbagai surat dalam al-Quran yang turun di Mekkah dengan berbagai macam
bagian dari waktu, misalnya bersumpah demi waktu malam, demi waktu siang,
demi waktu fajar, demi waktu duha, dan demi masa. 5 Sebagaimana disebutkan
dalam firman Allah Swt. sebagai berikut:
٢ ‫ َو ٱلَّنَهاِر ِإَذ ا َتَج َّلٰى‬١ ‫َو ٱَّلۡي ِل ِإَذ ا َيۡغ َش ٰى‬
1. Demi malam apabila menutupi (cahaya siang)
2. Dan siang apabila terang benderang.6
2
Abu Hafizhah Irfan, Manajemen Waktu di Jalan Ilmu, 2017, Jember, Pustaka Al-
Bayyinah, hal.1
3
QS. Al-Furqan : 62.
4
Yusuf Qardhawi, Al-Waqt fi Hayat al-Muslim, terjemahan Abu Ulya, 2014,
Yogyakarta, Qudsi Media, hal.1.
5
Ibid, hal. 2.
6
QS. Al-Lail : 1-2.
viii
٢ ‫ َو َلَياٍل َع ۡش ٖر‬١ ‫َو ٱۡل َفۡج ِر‬
1. Demi fajar
2. Dan malam yang sepuluh”.7

٢ ‫ َو ٱَّلۡي ِل ِإَذ ا َسَج ٰى‬١ ‫َو ٱلُّض َح ٰى‬

1. Demi waktu matahari sepenggalahan naik


2. Dan demi malam apabila telah sunyi (gelap).8

٢ ‫ ِإَّن ٱِإۡل نَٰس َن َلِفي ُخۡس ٍر‬١ ‫َو ٱۡل َع ۡص ِر‬

1. Demi masa
2. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian”.9

Waktu juga menjadi penting bagi manusia karena waktu merupakan


ladang untuk beramal. Dalam islam waktu dan amal adalah dua hal yang tidak
dapat dipisahkan. Waktu merupakan sarana untuk beramal sementara amal
merupakan sarana untuk mengisi waktu. Amal akan berguna bila dilaksanakan
sesuai dengan waktunya, sebaliknya waktu akan bermakna bila diisi dengan
amal. Syaikh ‘Abdurrahman bin Nashir As-Sa’di rahimahullah (rh.)
mengatakan bahwa Allah Swt. bersumpah dengan masa, yaitu waktu malam dan
siang yang merupakan ladang amal bagi para hamba untuk berbuat dan
beramal.10
Allah Swt. memerintahkan kepada manusia untuk memanfaatkan atau
mengisi waktu dengan amalan-amalan yang bermanfaat bagi kehidupannya di
dunia dan akhirat. Allah Swt. berfirman,

7
QS. Al-Fajr : 1-2.
8
QS. Al-Dhuha : 1-2.
9
QS. Al-Ashr : 1-2
10
Abu Hafizhah Irfan, Op.Cit., hal.2-3.
ix
‫س َّم ا َقَّد َم ۡت ِلَغ ٖۖد َو ٱَّتُق وْا ٱَۚهَّلل ِإَّن ٱَهَّلل َخ ِب يُۢر ِبَم ا َتۡع َم ُل وَن‬ٞ ‫َٰٓيَأُّيَها ٱَّلِذ يَن َء اَم ُنوْا ٱَّتُقوْا ٱَهَّلل َو ۡل َتنُظۡر َنۡف‬
١٨
Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah
Setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok
(akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha
mengetahui apa yang kamu kerjakan”.11

Allah Swt. juga memerintahkan kepada manusia untuk tidak melalaikan


waktu atau menunda-nunda pekerjaan yang bisa segera dilakukan. Allah Swt.
Berfirman:
Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan
sungguh-sungguh (urusan) yang lain”.12

Dalam mengisi waktu, Allah Swt. melarang hambanya untuk tidak


serius atau bermain-main. Allah Swt. berfirman,
Maka Apakah kamu mengira, bahwa Sesungguhnya Kami menciptakan kamu
main-main (tanpa ada maksud), dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan
kepada kami ?”.13

Waktu mempunyai karakteristik khusus yang istimewa. Manusia wajib


mengerti secara sungguh-sungguh dan wajib mempergunakannya sesuai dengan
pancaran cahayanya. Di antara karakteristik waktu adalah sebagai berikut :14
1. Cepat habis. Allah Swt. berfirman,
‫َو َيۡو َم َيۡح ُش ُر ُهۡم َك َأن َّلۡم َيۡل َبُثٓو ْا ِإاَّل َس اَع ٗة ِّم َن ٱلَّنَهاِر َيَتَع اَر ُفوَن َبۡي َنُهۚۡم َق ۡد َخ ِس َر ٱَّل ِذ يَن َك َّذ ُبوْا‬
٤٥ ‫ِبِلَقٓاِء ٱِهَّلل َو َم ا َك اُنوْا ُم ۡه َتِد يَن‬

“dan (ingatlah) akan hari (yang di waktu itu) Allah mengumpulkan mereka,
(mereka merasa di hari itu) seakan-akan mereka tidak pernah berdiam (di
dunia) hanya sesaat di siang hari, (di waktu itu) mereka saling berkenalan.
Sesungguhnya rugilah orang-orang yang mendustakan Pertemuan mereka
dengan Allah dan mereka tidak mendapat petunjuk”.15
11
QS. Al-Hasyr: 18
12
QS. Al-Insyirah: 7
13
QS. Al-Mu’minun: 115
14
Murniyetti, Waktu dalam Perspektif Al-Qur’an, Jurnal Ulunnuha, V.6, No.1, 2016, h.98-99
15
QS. Yunus: 45
x
2. Waktu yang telah habis tak akan kembali dan tak mungkin dapat diganti.
Allah Swt. berfirman,
demi masa.(2) Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, (3)
kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan
nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati
supaya menetapi kesabaran”.16

3. Modal terbaik bagi manusia. Allah Swt. Berfirman:


‫َو َقاُلوْا َم ا ِهَي ِإاَّل َحَياُتَنا ٱلُّد ۡن َيا َنُم وُت َو َنۡح َيا َو َم ا ُيۡه ِلُك َنٓا ِإاَّل ٱلَّد ۡه ُۚر َو َم ا َلُهم ِب َٰذ ِلَك ِم ۡن ِع ۡل ٍۖم ِإۡن‬
٢٤ ‫ُهۡم ِإاَّل َيُظُّنوَن‬
dan mereka berkata: "Kehidupan ini tidak lain hanyalah kehidupan di dunia
saja, kita mati dan kita hidup dan tidak ada yang akan membinasakan kita
selain masa", dan mereka sekali-kali tidak mempunyai pengetahuan tentang
itu, mereka tidak lain hanyalah menduga-duga saja”.17

Senada dengan Al-Quran, panduan mengelola waktu bagi kaum


muslimin juga terdapat pada hadits-hadits Rasulullah SAW. Diantaranya bahwa
Rasulullah SAW. mengingatkan umur umatnya yang singkat secara rata-rata,
yaitu berkisar antara 60 sampai 70 tahun. Beliau bersabda, “Usia umatku
(muslim) antara 60 hingga 70 tahun, dan sedikit sekali dari mereka yang
melewatinya”.18 Terkait dengan larangan untuk menunda-nunda waktu,
Rasulullah SAW. bersabda, “Dua nikmat yang banyak manusia tertipu di dalam
keduanya, yaitu nikmat sehat dan waktu luang”.19 Dalam hadits lain, Rasulullah
SAW. bersabda, “Jagalah lima perkara sebelum (datang) lima perkara
(lainnya). Mudamu sebelum masa tuamu, sehatmu sebelum sakitmu, kayamu
sebelum miskinmu, waktu luangmu sebelum sibukmu dan hidupmu sebelum
matimu”.20 Hal yang penting lagi terkait ajaran manajemen waktu dari
Rasulullah Saw. adalah perintah agar umatnya menentukan skala prioritas dalam

16
QS. Al-Ashr: 1-3
17
QS. Al-Jatsiyah: 24
18
HR. Ibnu Majah dan Tirmidzi
19
HR. Bukhari, Tirmidzi, Ibnu Majah.
20
HR. Nasa’I dan Baihaqi.
xi
aktivitasnya. Rasulullah SAW. bersabda, “Diantara kebaikan islam seseorang
adalah meninggalkan hal yang tidak bermanfaat”.21
Nabi SAW. juga mempertegas akan adanya tanggungjawab manusia di
hadapan Allah SWT. kelak di hari kiamat mengenai waktu yang telah diberikan
selama hidup di dunia. Ada empat pertanyaan pokok yang akan dihadapkan
kepada setiap manusia yang sudah mukalaf di hari perhitungan kelak, dua
diantaranya merupakan pertanyaan dasar yang khusus berkenaan dengan waktu.
Hal ini sebagaimana disebutkan dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh
Mu’adz bin Jabal ra. bahwa Nabi SAW. telah bersabda, “Tiada tergelincir
kedua telapak kaki seorang hamba di hari kiamat, sehingga ditanya tentang
empat hal, yaitu tentang umurnya dimana ia dihabiskan, tentang masa mudanya
dimana ia binasakan, tentang hartanya darimana ia peroleh dan kemana ia
belanjakan, dan tentang ilmunya bagaimana ia mengamalkannya.” Hadits ini
menjelaskan bahwa manusia bakal ditanya tentang umurnya secara umum dan
22
secara khusus tentang masa muda. Keberhasilan manusia dalam mengelola
nikmat umur yang diberikan akan menentukan kebahagiaan hidupnya di akhirat
kelak.
Mengingat keutamaan waktu atau masa, Rasulullah SAW. juga tidak
memperbolehkan umatnya untuk mencela waktu. Diriwayatkan dari Abu
Hurairah ra. Nabi SAW. bersabda, “Janganlah kalian mencela masa, karena
sesungguhnya Allah SWT. adalah (pencipta) masa.”23
Menurut Yusuf Qaradhawi sebagaimana dikutip oleh Ritonga, ada
beberapa alasan yang membuat umat islam penting untuk mempelajari
manajemen waktu. Pertama, ajaran islam yang begitu besar perhatiannya
terhadap waktu, baik yang diamanatkan dalam al-Qur’an maupun Sunah. Kedua,
dalam sejarah orang-orang muslim generasi pertama, terungkap bahwa mereka
sangat memperhatikan waktu dibandingkan generasi berikutnya, sehingga
21
HR. Tirmidzi, Ibnu Majah.
22
Yusuf Qardhawi, Op.Cit., hal.3-4.
23
Abu Hafizhah Irfan, Op.Cit., hal.5.
xii
mereka mampu menghasilkan sejumlah ilmu yang bermanfaat dan sebuah
peradaban yang mengakar kokoh dengan panji yang menjulang tinggi. Ketiga,
kondisi real kaum muslimin yang belakangan ini justru berkebalikan dengan
generasi pertama dahulu, yakni cenderung lebih senang membuang-buang waktu
sehingga tidak mampu berbuat banyak dalam menyejahterakan dunia
sebagaimana mestinya dan tidak pula berbuat untuk akhiratnya sebagaimana
seharusnya. Akibatnya yang terjadi adalah kehidupan dunia dan akhirat diracuni
sehingga tidak memperoleh kebaikan dari keduanya.24
C. Penggunaan Waktu yang Efektif
Menurut KBBI, salah satu arti dari kata “efektif” adalah dapat
membawa hasil; berhasil guna; atau mangkus. Penggunaan waktu yang efektif
berarti penggunaan waktu sebaik-baiknya sehingga berhasil guna atau mencapai
hasil sesuai tujuan yang diharapkan.
Setiap organisasi harus menerapkan manajemen waktu yang tepat agar
waktu yang tersedia dapat digunakan secara efektif. Penerapannya dilakukan
sebagai bagian dari manajemen organisasi. Pada proses penyelenggaraan
pendidikan, khususnya di lembaga pendidikan islam, Kepala madrasah
memegang peranan utama dalam perjalanan roda organisasi. Kepala madrasah
harus mampu mengelola waktu secara efektif dan efisien baik untuk tugas-
tugasnya sendiri maupun untuk madrasah secara keseluruhan. Jika kepala
madrasah mampu memimpin guru, staf tata usaha dan bagian umum, dan siswa
untuk menggunakan waktu secara efisien, maka keluhan kurangnya alokasi
waktu pelajaran akan dapat dipecahkan atau paling tidak dikurangi. Kebiasaan
menggunakan waktu yang produktif oleh kepala madrasah diharapkan dapat
menjadi contoh bagi guru staf administrasi, maupun siswa atau mahasiswa.
Menurut Diding Nurdin dan Abu Bakar, setidaknya ada tiga unsur
penting dalam melakukan pengeloaan waktu dalam lembaga pendidikan
khususnya di sekolah/madrasah yaitu,
24
Hasnun J. Ritonga, Manajemen Waktu dalam Islam, Al-Idarah, Vol. VII, No.1, 2019, hal.53.
xiii
1. Perencanaan (Planning)
Perencanaan waktu yang baik akan berpengaruh positif terhadap
produktivitas kerja seseorang. Perencanaan waktu ini merupakan langkah
awal seseorang dalam meraih sesuatu yang ingin diwujudkan. Perencanaan
sebagai titik tolak dalam melaksanakan suatu kegiatan adalah jalan yang
menghubungkan antara harapan dan kenyataan. Oleh karena itu, perencanaan
khususnya dalam lembaga pendidikan Islam menjadi suatu keniscayaan,
sebuah keharusan disamping sebagai sebuah kebutuhan.
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan ketika melakukan
perencanaan waktu dalam lembaga pendidikan Islam terkhusus disekolah
atau madrasah. Pertama, perlu diperhatikan berapa banyak waktu yang dapat
digunakan oleh penggunanya, misalnya ada berapa banyak waktu efektif
dalam sehari, sepekan, sebulan, per-semester dan pertahunnya untuk
melaksanakan pembelajaran. Itu berarti di batas waktu yang ada itu akan
tersedia ruang waktu untuk melaksanakan aktivitas, baik aktivitas kegiatan
pendidikan atau aktivitas manajemen dan kepemimpinan dalam sekolah.
Kedua, apa saja tujuan, target atau sasaran yang hendak dicapai dalam kurun
waktu yang tersedia, misalnya tujuan pembelajaran oleh guru dalam satu
pertemuan per-jam pelajaran, dalam satu hari, satu pekan, satu bulan, per-
semester dan pertahun agar dapat dirumuskan cara mencapai tujuan tersebut
melalui penguraian daftar kegiatan yang harus dilaksanakan (to do list).
Ketiga, uraikanlah kegiatan-kegiatan yang perlu dilakukan dalam
mencapai tujuan dalam kurun waktu tertentu dilengkapi dengan durasi
pelaksanaan kegiatan tersebut. Sebagai contoh, dalam pelaksanaan kegiatan
pembelajaran di satu hari terdapat 2x 35 menit untuk melaksanakan kegiatan
pembelajaran di dalam kelas yang terdiri dari kegiatan awal, kegiatan inti dan
kegiatan penutup (sudah termasuk aktifitas pendataan kehadiran siswa,
apersepsi, penguatan dan evaluasi pembelajaran).

xiv
Keempat, buatlah evaluasi diri atas pelaksanaan kegiatan yang telah
menggunakan waktu untuk mencapai tujuan yang telah direncanakan
sebelumnya. Evaluasi diri setidaknya bertujuan untuk menjawab hal-hal
berikut,
a) apakah waktu yang dimanfaatkan sudah bisa mencapai tujuan atau
belum?
b) Adakah kendala dan jelaskanlah tentang sebab-akibat munculnya
kendala tersebut !.
c) Adakah keuntungan atau kemudahan yang diperoleh dari pemanfaatan
waktu yang telah diisi dengan pelaksanaan kegiatan ?
Kelima, buatlah sebuah catatan revisi atau perbaikan yang perlu
dilakukan di masa datang setelah mengevaluasi pemanfaatan waktu yang
telah terlaksana untuk dimasukan sebagai bahan perbaikan pada rencana
waktu yang baru.
2. Pengorganisasian (Organizing)
Pengorganisasian waktu adalah penataan dan penyesuaian seluruh
potensi yang dibutuhkan dalam mencapai tujuan terhadap waktu yang
tersedia. Pengorganisasian sumber daya manusia, sumber dana, metodologi,
dan teknologi yang dibutuhkan guna mewujudkan tujuan yang sudah
direncanakan sebelumnya, itu semua mesti mempertimbangkan sumber daya
waktu. Mengorganisir waktu yang tersedia perlu adanya penyesuaian dengan
beberapa aspek berikut, yakni
a) Bidang kegiatan dan tujuan khusus yang hendak dicapai
b) Jumlah alokasi waktu kerja yang tersedia
c) Tanda-tanda (indikator) keberhasilan pencapaian tujuan sesuai waktunya
d) Kegiatan dan cara strategik mencapai tujuan sesuai waktu tersedia
e) Siapa pelaksana kegiatan yang ahli dalam melakukan cara-cara mencapai
tujuan sesuai waktu yang tersedia
f) Alat dan bahan apa saja yang dibutuhkan oleh para pelaksana kegiatan
xv
g) Alat ukur (instrumen) untuk mengevaluasi keberhasilan kegiatan
h) Siapa pengawas dan penilai keberhasilan kegiatan
i) Bagaimanakah inisiatif perbaikan kegiatan pada saat dilaksanakan dan
j) ketika sudah terlaksana harus diimplementasikan
k) Kepada Siapa hasil pelaksanaan kegiatan dilaporkan.
3. Pengevaluasian (Evaluating)
Sekolah sebagai sebuah institusi akan mendapatkan evaluasi atau
penilaian terhadap penggunaan waktu yang telah tersedia bagi semua
kegiatan pendidikan yang telah dilaksanakan. Pihak internal sekolah dapat
melakukan penjaminan mutu efektivitas waktu kegiatan dan kinerja sekolah
atau madrasah dengan cara menetapkan standar efektivitas penggunaan waktu
pembelajaran dan waktu kinerja manajemen dalam sekolah. Hal ini
merupakan suatu proses evaluasi diri yang baik untuk dilakukan. Kemudian,
sekolah akan mendapatkan evaluasi eksternal oleh badan atau instansi yang
berkewenangan melakukan akreditasi, seperti oleh asesor dari Badan
Akreditasi Sekolah (BAS); atau pengawas/ penilik sekolah dari Dinas
Pendidikan; atau auditor dari Badan Evaluasi Swasta yang dapat menilai
efektifitas penggunaan waktu oleh para penanggungjawab kegiatan
pendidikan pada suatu sekolah.
Masih terkait dengan kegiatan pendidikan di sekolah, menurut Danim
bahwa salah satu kelemahan sebagian besar kepala sekolah – dan juga tenaga
kependidikan lainnya serta tenaga administrasi – adalah kurang disiplinnya
dalam memanfaatkan waktu yang sudah disusun dan dijadwalkan oleh
mereka sendiri, karena mungkin terlalu padat atau juga terlalu longgar.
Akibatnya tidak jarang ditemukan adanya kegiatan atau program yang tidak
terlaksana sama sekali atau terlaksana namun tidak mencapai tujuan dan
sasaran yang diharapkan.

xvi
xvii
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian di atas, Dapat disimpulkan bahwa waktu merupakan


salah satu dimensi yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Tidak
ada manusiapun yang dapat meluputkan satu waktupun dalam fase hidupnya.
Karena itu, waktu harus dapat digunakan sebaik-baiknya dengan amalan yang
baik pula. Amalan juga harus dilakukan secara efektif sesuai dengan alokasi yang
tersedia.

Selanjutnya, pengelolaan waktu dalam Islam sangat penting. Al Qur’an


dan Hadits Nabi Muhammad SAW banya sekali berbicara tentang waktu.
Bahkan berkali-kali Allah SWT bersumpah atas nama waktu dalam berbagai
diksi. Di antara diksi terpenting adalah ajal (batas waktu), dahr (masa), waqt
(kesempatan, peluang), dan ‘ashr (masa, waktu kerja). Semua diksi tersebut
menunjukkan defenisi dan unsur terpenting dalam manajemen waktu.

Dalam konteks pendidikan waktu yang efektif dalam pelaksanaan


pendidikan Islam sangat terkait dengan diksi al Qur’an tentang waktu. Artinya,
1) setiap program mesti punya batas waktu atau ada kontrak waktu (ajal), 2)
Pendidikan merupakan kewajiban sepanjang hayat (al dahr, long life education),
3) Setiap muslim mempunyai peluang untuk mendapatkan pedidikan (al waqt,
education for all), 4) memiliki kinerja yang terukur dalam satuan waktu (‘ashr,
sesuai waktu kerja)

xviii
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, C., & Hakim, I. A. (2020). Manajemen Waktu Lembaga Pendidikan Islam
dalam Perspektif Al-Qur'an. Al-Hikmah, 87-97.

Irfan, A. H. (2017). Manajemen Waktu di Jalan Ilmu. Jember: Pustaka Al-Bayyinah.

Murniyetti. (2016). Waktu dalam Perspektif Al-Qur'an. Ulunnuha.

Qardhawi, Y. (2014). Al-Waqt fi Hayat al-Muslim. Abu Ulya. Yogyakarta: Qudsi


Media.

Ritonga, H. J. (2019). Manajemen Waktu dalam Islam. Al-Idarah

Zaini Syahminan, Mengenal Manusia Lewat al-Qur’an, (Surabaya: PT Bina Ilmu, 1984)

xix

Anda mungkin juga menyukai