Anda di halaman 1dari 49

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN CHYLOTHORAX

DI RSUD ARIFIN ACHMAD PROVINSI RIAU RUANGAN PICU

Dian Tiara
Riska Noviani
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

DEFINISI ETIOLOGI
Etiologi chylothorax dapat
dibagi menjadi 2 kategori : non
Chylothoraks, juga dikenal traumatik dan traumatik.
sebagai efusi pleura Chylothorax non traumatik
chylous, adalah penyebab umumnya disebabkan oleh tumor
efusi pleura yang jarang maligna dan infeksi.
terjadi dengan diagnosis Chylothorax traumatik
banding yang luas yang umumnya disebabkan oleh
ditandai dengan akumulasi operasi intrathorasik yang
bakteriostatik chyle di merupakan penyebab utama
ruang pleura. chylothorax pada anak-anak.
Insidens postoperatif
chylothorax pada anak-anak
adalah 0,56 – 1,9 %
MANIFESTASI KLINIS

Gejala chylothorax umumnya adalah sesak nafas (dyspnea) dan


perasaan berat pada daerah yang mengalami chylothorax.
Kilotoraks volume rendah atau dini secara klinis tidak ada bedanya
dengan efusi pleura lainnya. Kilotoraks dalam jumlah besar atau,
terutama, yang terjadi dengan cepat dapat menyebabkan, tidak
hanya efek menempati ruang, tetapi juga sesak napas, batuk, nyeri
dada, dan masalah hipovolemik. Biasanya, torakosentesis
menghasilkan cairan berwarna putih susu.
PENATALAKSANAAN

Saat ini, tidak ada penatalaksanaan medis yang resmi untuk


masalah chylotoraks. Penatalaksaan chylotoraks pertama kali
digambarkan melalui keluaran selang dada, dengan output 1100 mL
selama 24 jam, selama lebih dari lima hari, atau setelah dua hari
terapi konservatif optimal, operatif terapi harus dipertimbangkan.
Untuk chylotoraks dengan volume keluaran selang kurang dari ini,
terapi medis dengan cairan pleura drainase, modifikasi pola makan,
dan inisiasi analog somatostatin dapat dipertimbangkan.
Penatalaksaan juga direkomendasikan dengan drainase pleura
melalui tabung torakostomi atau kateter menetap, yang dapat
meredakan gejala dan cara untuk mengukur tingkat keparahan
penyakit. Thoracentesis intermiten merupakan strategi alternatif
untuk drainase pleura pada pasien yang tidak dicurigai menderita
penyakit ini (pamarti et al., 2014).
PEMERIKSAAN PENUNJANG

Kecurigaan klinis terhadap chylothorax dapat diduga


setelah mengidentifikasi adanya cairan seperti susu pada
thoracentesis atau jika riwayat klinis konsisten dengan
kemungkinan etiologi untuk chylothorax. Pemeriksaan awal
harus mencakup kadar trigliserida serum dan cairan
pleura. Jika kadar trigliserida cairan pleura > 110 mg/dL
maka sangat dicurigai adanya chilotoraks.
PEMERIKSAAN PENUNJANG

A. Analisis Cairan Pleura


Kecurigaan klinis terhadap chylothorax dapat diduga
setelah mengidentifikasi adanya cairan seperti susu pada
thoracentesis atau jika riwayat klinis konsisten dengan
kemungkinan etiologi untuk chylothorax. Pemeriksaan awal harus
mencakup kadar trigliserida serum dan cairan pleura. Jika kadar
trigliserida cairan pleura > 110 mg/dL maka sangat dicurigai
adanya chilotoraks.
B. Pencitraan
Radiografi dada memiliki kegunaan terbatas untuk
mengidentifikasi etiologi spesifik kilotoraks, kecuali etiologi
traumatis. CT dada, perut, dan panggul dapat mempersempit
perbedaannya dengan mengidentifikasi lokasi cedera traumatis
pada sistem limfatik
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian
2. Diagnosa keperawatan
3. Perencanaan
4. Implementasi
5. evaluasi
BAB III
Gambaran kasus PEMBAHASAN KASUS

An. E ( 3 bulan) bersama dengan orang tuanya datang ke IGD RSUD Arifin
Achmad pada tanggal 4/6/2023 rujukan dari rumah sakit Eka Hospital. An. E
sebelumnya sudah dirawat di RS Eka Hospital selama 11 hari dengan diagnosa
efusi pleura. Ibu An. E mengatakan sehari sebelum An. E dibawa ke RS Eka
Hospital, An. E menangis, tidak bisa tidur, dan tidak mau minum susu selama 24
jam. Ibu An. E mengatakan ia mengira itu tidak apa-apa selayaknya anak kecil
sedang rewel karena An. E tidak demam. Namun, pagi harinya An. E terlihat
pucat, lemas dan suaranya mengecil. Orang tua An. E cemas dan langsung
membawa ke klinik, di klinik dokter menyarankan untuk di awa ke RS dan orang
tua An. E membawa An. E ke RS Eka Hospital karena paling dekat. Karena
keterbatasan alat yang ada di RS Eka Hospital, An. E di rujuk ke RSUD Arifin
Achmad. An. E dirawat di ruangan PICU RSUD Arifin Achmad sampai sekarang
( ± 4 bulan). An. E pernah dilakukan pemasangan WS An. E terlihat gelisah,
suara nafas ronchi,, trakeostomy dan terpasang selat NGT
BAB III
Gambaran kasus PEMBAHASAN KASUS

An. E ( 3 bulan) bersama dengan orang tuanya datang ke IGD RSUD Arifin
Achmad pada tanggal 4/6/2023 rujukan dari rumah sakit Eka Hospital. An. E
sebelumnya sudah dirawat di RS Eka Hospital selama 11 hari dengan diagnosa
efusi pleura. Ibu An. E mengatakan sehari sebelum An. E dibawa ke RS Eka
Hospital, An. E menangis, tidak bisa tidur, dan tidak mau minum susu selama 24
jam. Ibu An. E mengatakan ia mengira itu tidak apa-apa selayaknya anak kecil
sedang rewel karena An. E tidak demam. Namun, pagi harinya An. E terlihat
pucat, lemas dan suaranya mengecil. Orang tua An. E cemas dan langsung
membawa ke klinik, di klinik dokter menyarankan untuk di awa ke RS dan orang
tua An. E membawa An. E ke RS Eka Hospital karena paling dekat. Karena
keterbatasan alat yang ada di RS Eka Hospital, An. E di rujuk ke RSUD Arifin
Achmad. An. E dirawat di ruangan PICU RSUD Arifin Achmad sampai sekarang
( ± 4 bulan). An. E pernah dilakukan pemasangan WSD dan cairan yang keluar
berwarna putih susu. Saat ini An. E terlihat gelisah, suara nafas ronchi,,
trakeostomy dan terpasang selat NGT
pengkajian
2. Tanda Vital: 4. Riwayat Keluarga
1. Data Umum Klien a) BB/TB : 5 kg/ 60 cm Ibu pasien
a) Inisial : An. E b) Lingkar Kepala: 40 cm mengatakan tidak ada
c) Suhu : 36,4 °C anggota keluarga yang
b) Umur: 6 bulan 26
d) Nadi : 133 x/m memiliki penyakit yang
hari e) Frekuensi Napas: 63 sama seperti pasien. Ayah
c) Jenis Kelamin: x/m pasien tidak perokok aktif
Laki-Laki f) Tekanan Darah: 106/68 dan lingkungan di sekitar
mmHg rumah pasien juga tidak
g) Alergi Makanan: tidak ada yang merokok
ada
h) Alergi obat :
3. Diagnosa medis: tidak ada
Cylothorax i) Riwayat Penyakit: tidak
ada
Pengkajian

a) Sebelum dirawat/sakit b) Setelah dirawat/sakit


Ibu An. E mengatakan anaknya An. E mengalami perubahan
rutin tidur siang selama ± 2 jam, pola tidur dimana ia sulit
tidur siang tidak tentu pada jam memulai tidur, sering terbangun
berapa karena tergantung dari An. di malam hari, gelisah dan
E yang kelelahan setelah main dan tampak tidak nyenyak karena
minum susu. Saat malam hari An. E sering batuk dan sesak.
mulai tidur pada jam 21.00 WIB
dan terbangun saat subuh sekitar
jam 05.00 WIB. Saat terbangun An.
E selalu ceria.

Pola Tidur
Pola Makan Pola Eliminasi
a) Sebelum dirawat/sakit a) Sebelum dirawat/sakit b) Setelah dirawat/sakit
Ibu An. E mengatakan anaknya Ibu An. E mengatakan dalam An. E BAB dan BAK
sangat kuat minum sampai harus sehari anaknya BAK 6 kali sehari, menggunakan Pempers. Pempers
dibantu dengan susu formula tidak ada keluhan pada saat BAK, diganti setiap pergantian shift
karena ASI yang kurang. urin berwarna kuning jernih dan atau saat pempers sudah terlihat
beraroma khas An.E BAB dan BAK penuh,
menggunakan pempers.
Ibu An. E mengatakan bahwa
b) Setelah dirawat/sakit anaknya BAB teratur 1 - 3 kali
An. E minum susu formula dalam sehari, tidak ada keluhan
sebanyak 150 cc/3 jam melalui saat BAB. Tekstur feses lunak,
selang NGT berwarna kuning tua.
Pola Perilaku
a) Sebelum dirawat/sakit b) Setelah dirawat/sakit
Ibu An. E mengatakan An. E melihat orang-orang
anaknya selalu ceria dan sangat yang akan menghampirinya. Saat
aktif. Setiap diajak berbicara An. E kita memberikan jari tangan, An.
seperti ingin ikut berbicara. Ibu An. E mengangkat tangannya dan
E mengatakan anaknya bahkan menggenggam jari tangan kita.
sudah berusaha untuk Jika sedang sendiri An. E biasa
memiringkan badannya seperti memainkan selang- selang
mau tengkurap. oksigen, selang infus, selang NGT
dan selang-selang lain yang ada
di dekatnya. An. E sering
menggelengkan kepala dan
menangis jika ada perawat yang
mendekatinya.
10. Hasil pemeriksaan fisik
9. Pengkajian perkembangan a) LLA & LP :
h) Dada: simetris, edema (-), ictus cordis
a) Sosial: Ibu An. E mengatakan b) Kepala : bentuk simetris, kepala bersih, tidak tampak, suara napas ronkhi,
anaknya dapat berinteraksi rambut pendek, berwarna hitam, edema (- penggunaan otot bantu napas (+).
dengan baik dan tidak ), lesi (-) i) Perut: distensi abdomen (-), lesi (-),
rewelsaat bertemu orang baru c) Mata: simetris kanan dan kiri, konjungtiva edema (-), perkusi timpani,
tidak anemis, alat bantu penglihatan (-), j) Punggung: simetris, pembengkakan (-),
b) Bahasa: Ibu An. E mengatakan
sklera normal, reflek cahaya (+),
anaknya sering mengatakan lesi (-), nyeri tekan (-)
d) Telinga: telinga simetris, kemampuan
“mmmmm” saat diajak pendengaran baik, edema (-), lesi (-),
k) Ekstremitas: lengkap kanan dan kiri,
berbicara. serumen (-), penggunaan alat bantu jari-jari tangan lengkap, dapat
c) Motorik Kasar: Ibu An. E dengar (-) menggerakkan tapi sangat lemah dan
mengatakan anaknya suka e) Hidung: secret (+), pernapasan cuping jarang
menggerakkan tangan dan hidung (+), edema (-), lesi (-), terpasang l) Kulit dan kuku: kulit putih, kuku sedikit
selang NGT panjang dan bersih
kaki
f) Mulut: bibir kering, mukosa lembab, warna
d) Motorik Halus: Ibu An. E m) Ginekologi: skrotum mengalami
pink pucat, secret (+), gigi tidak ada,
mengatakan anaknya suka g) Leher: edema (-), pembengkakan kelenjar
pembengkakan,
menggenggam mainan dan getah bening (-), pembengkakan kelenjar n) Anorectal: normal, tidak ada masalah
jari apabila disodorkan tiroid (-), terpasang trakeostomi dan o) Neurology: normal, tidak ada masalah
oksigen 1 L/m
Terapi
Terapi Dosis Rute Pemberian Tanggal

Dexametason 3x1 mg Injeksi 4-7/10/2013

N. Acetylcistein 1 ampul/ 4 jam Nebu 4-7/10/2013

Vip Albumin 3 x 500 mg Oral 4-7/10/2013

Finobibrate 4 x 15 mg Oral 4-7/10/2013

Atorvastatin 3 x 4 mg Oral 4-7/10/2013

Apyalis 2 x 1 cc Oral 4-7/10/2013

Cotrimoxazole 2 x ½ tab Oral 4-7/10/2013


13. Intervensi
a. Pemeriksaan tanda-tanda vital
1) Tekanan Darah: 106/68
mmHg
2) RR: 63 x/m c. Melakukan suction, melakukan
3) Nadi: 133 x/m nebulizer, ganti verban
4) Suhu: 36,4 °C trakeostomi, memberikan nutrisi
12. Masalah Keperawatan (ASI) melalui selang NGT dengan
a) Bersihan jalan napas tidak syring pump.
efektif
b) Pola napas tidak efektif
c) Risiko infeksi
b.Identifikasi antropometri
1) BB: 5 Kg
2) TB: 60 cm
3) IMT: 13,89 (Kurang)
4) LLA: 7 cm
5) LK: 40 cm
6) LP: 41 cm
No Data Etiologi Masalah

Analisa Data
1. Ds: Chylothorax

Do: Proses peradangan
pada rongga pleura
- Dispnea (+)
- pasien tampak 
gelisah
- batuk (+) Merangsang sel goblet
- terdapat sputum 
berlebih
- bunyi napas ronkhi menghasilkan secret Bersihan jalan
- frekuensi napas napas tidak

berubah-ubah setiap efektif
di observasi Produksi secret
- TTV: berlebih
- TD: 106/68 mmHg

- RR: 63 x/m
Secret tertahan di
- HR: 133 x/m saluran pernapasan
- S: 36,4 °C 
- SPO2: 97%
Bersihan jalan napas
tidak efektif
2. DS: - Chylothorax

Analisa Data
DO: Akumulasi cairan
yang berlebihan di
- Dispnea (+) rongga pleura
- Penggunaan
otot bantu 
napas (+)
- Pola napas Penurunan
takipnea ekspansi paru
Pola napas
- Pernapasan  tidak efektif
cuping hidung
(+) Pola napas tidak
- TTV: efektif
- TD: 106/68
mmHg
- RR: 63 x/m
- HR: 133 x/m
- S: 36,4 °C
- SPO2: 97%
3. Ds: - Penatalaksanaan prosedur

Analisa Data
invasif
Do:

- Terpasang trakeostomy
sejak tanggal 13/09/2023- Tindakan trakeostomy
sekarang

- Suction trakeostomy, oral,
dan hidung sesuai indikasi Perawatan trakeostomy,
- Terpasang selang NGT Tindakan suction
sejak tanggal 04/06/2023- trakeostomy
sekarang
- Dispnea (+) 
- pasien tampak gelisah Jalan masuk kuman Risiko infeksi
- batuk (+)
- terdapat sputum berlebih 
- bunyi napas ronkhi
Risiko infeksi
- frekuensi napas berubah-
ubah setiap di observasi
- TTV:
- TD: 106/68 mmHg
- RR: 63 x/m
- HR: 133 x/m
- S: 36,4 °C
- SPO2: 97%
1
Bersihan jalan napas tidak efektif
berhubungan dengan hipersekresi
C.Diagnosa Keperawatan
jalan napas

Pola napas tidak efektif berhubungan


2 dengan hambatan upaya napas
(sputum)

3 Resiko infeksi b.d efek prosedur


invasive
D. Rencana Keperawatan Tanggal Diagnosa
Keperawatan
Tujuan dan kriteria hasil Intervensi keperawatan

4/10/2023 Bersihan jalan Setelah diberikan Manajemen Jalan Napas (I.010111)


napas tidak efektif intervensi keperawatan
berhubungan diharapkan bersihan jalan Observasi :
dengan sekresi napas meningkat dengan 1. Monitor pola napas
yang tertahan kriteria hasil : 2. Identifikasi bunyi napas tambahan
(D.0001) - Dypsnea menurun 3. Monitor Sputum
- Gelisah menurun
- Frekuensi napas
membaik Terapeutik
- Produksi sputum 1. Pertahankan kepatenan jalan napas
menurun 2. Posisikan pasien semi fowler/fowler
- Pola napas membaik 3. Lakukan fisioterapi dada, jika perlu
(L.01001) 4. Lakukan penghisapan lender kurang dari
15 detik
5. Berikan oksigen, jika perlu

Edukasi

1. Anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari,


jika tidak kontraindikasi

Kolaborasi

1. Kolaborasi pemberian bronkodilator,


ekspektoran, mukolitik, jika perlu
D. Rencana Keperawatan 04/10/2023 Pola napas Setelah dilakukan Pemantauan respirasi (I.1014)
tindakan keperawatan
tidak efektif
diharapkan pola nafas Observasi:
berhubungan
membaik dengan 1. Monitor frekuensi, irama, kedalamam, dan
dengan
kriteria hasil : upaya nafas
hambatan (pola nafas L.01004) 2. Monitor kemampuan baruk Efektif
upaya napas 1. Frekuensi nafas 3. Monitor pola nafas

(D.0005) dalam rentang 4. Monitor adanya sputum


normal 5. Monitor adanya sumbatan jalan nafas
2. Tidak ada 6. Auskultasi suara nafas Monitor saturasi
pengguanaan otot oksigen
bantu pernafasan 7. Monitor AGD
3. Pasien tidak Terapeutik:
menunjukkan 1. Atur interval pemantauan dan prosedur
tanda dipsnea pemantauan
2. Dokumentasi hasil pemantauan
Edukasi
1. Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
2. Informasikan hasil pemantauan
Pencegahan infeksi

D. Rencana Keperawatan
04/10/202 Resiko Setelah dilakukan
3 infeksi b.d tindakan keperawatan (l.14539)
efek 2x8 jam derajat infeksi Observasi:
prosedur menurun dengan 1. Monitor tanda gejala infeksi lokal dan
invasive kriteria hasil: sistemik

(L.14137) Terapeutik
(D.0142)
1. Batasi jumlah pengunjung
1. Demem menurun
2. Cuci tangan sebelum dan sesudah
kontak dengan pasien dan lingkungan
2. Kemerahan menurun
pasien
3. Pertahankan teknik aseptik pada pasien
3. Nyeri menurun
berisiko tinggi
4. Bengkak menurun
Edukasi
5. kultur sputum 1. Jelaskan tanda dan gejala infeksi
membaik 2. Ajarkan cara memeriksa luka
3. Anjurkan meningkatkan asupan cairan
6. kadar sel darah putih
membaik Kolaborasi

1. Kolaborasi pemberian imunisasi, Jika


perlu
D. Implementasi dan Evaluasi
Keperawatan
BAB IV
PEMBAHASAN A. Pengkajian
Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan
suatu proses sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data
untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan pasien. Adapun
pengkajian kasus pada An. E didapatkan data TD: 106/68 mmHg, RR: 63
x/m, HR: 133 x/m, T: 36,4 °C, BB: 5 Kg, TB:60 cm, IMT:, LLA: 7 cm, LK: 40
cm, LP: 41 cm
Dari pengkajian yang penulis lakukan An. E mengalami masalah
kesehatan berupa dispnea, pasien tampak gelisah, batuk,, terdapat sputum
berlebih, bunyi napas ronkhi. Sebagaimana yang dijelaskan oleh Khairani dkk,
(2012) Efusi menunjukkan tanda dan gejala yaitu sesak nafas, bunyi pekak
atau datar saat perkusi di area yang berisi cairan, bunyi nafas minimal atau
tidak terdengar dan pergeseran trachea menjauhi tempat yang sakit.
Umunya pasien datang dengan gejala sesak nafas, nyeri dada, batuk dan
demam. Pada pemeriksaan fisik dapat di temukan abnormalitas dengan bunyi
redup pada perkusi, penurunan fremitus pada palpasi, dan penurunan bunyi
napas pada auskultasi paru bila cairan efusi sudah melebihi 300 ml. Foto
toraks dapat di gunakan untuk mengkonfirmasi terjadinya efusi pleura.
B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah keputusan klinis mengenai
seseorang, keluarga atau masyarakat sebagai akibat dari masalah
kesehatan atau proses kehidupan yang aktual atau potensial
(Hidayat, 2001). Adapun diagnosa keperawatan yang ditemukan
pada tinjauan kasus pada pasien anak dengan dengan efusi pleura
adalah :
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan
sekresi yang tertahan (D.0001)
2. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya
napas (sputum) (D.0005)
3. Resiko infeksi berhubungan dengan efek prosedur invasive
(D.0142)
Diagnosa keperawatan yang penulis dapatkan pada tinjauan
teoritis dan tinjauan kasus yaitu diagnosa bersihan jalan nafas
tidak efektif, pola napas tidak efektif dan resiko infeksi
C. Perencanaan

Perencanaan adalah bagian dari fase


pengorganisasian dalam proses keperawatan yang
meliputi tujuan perawatan, menetapkan pemecahan
masalah, dan menentukan tujuan perencanaan untuk
mengatasi masalah pasien (Hidayat, 2001). Setelah
penulis menemukan diagnosa keperawatan yang
muncul pada kasus, maka penulis menemukan rencana
asuhan keperawatan sesuai prioritas masalah yang
dialami pasien.
D. Implementasi
Pelaksanaan/implementasi adalah inisiatif
Pada diagnosa (D.0005) adalah monitor
dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan
frekuensi, irama, kedalamam, dan upaya nafas,
yang spesifik (iyer et al, 1996 dalam buku
monitor kemampuan batuk Efektif, monitor pola
Hidayat, 2001). Adapun implementasi yang
nafas, monitor adanya sputum, monitor adanya
diberikan adalah sebagai berikut: Pada
sumbatan jalan nafas, uskultasi suara nafas, monitor
diagnosa bersihan jalan napas tidak efektif
saturasi oksigen, monitor AGD, atur interval
yaitu memonitor pola napas, mengidentifikasi
pemantauan dan prosedur pemantauan, dokumentasi
bunyi napas tambahan, memonitor sputum,
hasil pemantauan, jelaskan tujuan dan prosedur
mempertahankan kepatenan jalan napas,
pemantaua, informasikan hasil pemantauan.
memposisikan pasien semi fowler/fowler,
Sedangakan pada diagnosa (D.0142) adalah Monitor
melakukan fisioterapi dada, melakukan
tanda gejala infeksi lokal dan sistemik, batasi jumlah
penghisapan lender kurang dari 15 detik,
pengunjung, cuci tangan sebelum dan sesudah kontak
memberikan oksigen, memberikan asupan
dengan pasien dan lingkungan pasien, pertahankan
cairan sesuai kebutuhan dan
teknik aseptik pada pasien berisiko tinggi, jelaskan
mengkolaborasikan pemberian bronkodilator,
tanda dan gejala infeksi, ajarkan cara memeriksa
ekspektoran, mukolitik, jika perlu.
luka, anjurkan meningkatkan asupan cairan dan
kolaborasi pemberian imunisasi, Jika perlu
E. Evaluasi
Evaluasi adalah tahapan terakhir akhir dari proses keperawatan.
Evaluasi menvediakan nilai informasi mengenai pengaruh intervensi
yang telah direncanakan dan merupakan perbandingan dari hail yang
telah dibuat pada tahap perencanaan (Hidayat, 2001).
Setelah penulis melakukan tindakan keperawatan maka langkah
terakhir dari proses keperawatan adalah mengevaluasi sejauhmana
tindakan-tindakan yang telah diberikan pada pasien berhasil atau
tidak. Hal ini ditunjang oleh adanya kerjasama yang efektif antara
tenaga kesehatan dan keluarga dalam fasilitas dan sarana kesehatan.
Adanya keberhasilan tersebut dapat dilihat dari evaluasi yang telah
dicapai antara lain hasil evaluasi pada ketiga masalah keperawatan
tersebut. Pada evaluasi, masalah pada bersihan jalan nafas tidak
(D.0001), pola napas tidak efektif (sputum) (D.0005) dan resiko
infeksi berhubungan dengan efek prosedur invasive (D.0142) belum
teratasi sehingga diperlukannya intervensi lanjutan, dengan
melanjutkan intervensi sesuai dengan diagnosa.
BAB V
PENUTUP

Kesimpulan

Saran
Thank You

Anda mungkin juga menyukai