Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

Feminist Stylistics Approach Sara Mills

Disusun dalam Rangka Memenuhi Tugas Mata Kuliah Tafsir lisan

Dosen Pengampu : Abdulloh Dardum, S.Th.I., M.Th.I.

Disusun oleh kelompok 8 :

Sakinatul Abadiah (212104010002)

Mentari Lis Sajidah (212104010013)

Putri Ayu Camelia (212104010021)

Nur Indah Nazulfa (212104010033)

Universitas Islam Negeri KH. Ahmas Siddiq Jember

Fakultas Ushuluddin dan Adab Humaniora

Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir

Jember, Oktober 2023


Kata Pengantar

Alhamdulillah, puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah


memberikan rahmat dan hidayahnya, sehingga kami diberikan kemudahan dalam
mengerjakan makalah yang berjudul “Feminist Stylistics Approach Sara Mills"
guna memenuhi tugas mata kuliah tafsir lisan. Tak lupa Shalawat serta salam
semoga tercurah limpahkan kepada Nabi Muhammad SAW, keluarga dan para
sahabatnya.

Dalam menyelesaikan makalah ini, tentunya penyusun dibantu oleh


berbagai pihak. Oleh karena itu penyusun mengucapkan terimakasih kepada
ustadz Abdulloh Dardum, S.Th.I., M.Th.I. selaku dosen pembimbing mata kuliah
serta rekan – rekan yang membantu dalam penyelesaian tugas ini. Semoga allah
memberikan balasan yang berlipat ganda, aamiin.

Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangannya.


Oleh karena itu, penyusun mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun agar kedepannya penyusun bisa lebih baik lagi. Semoga makalah ini
dapat memberikan kemanfaatan baik bagi penyusun maupun bagi pembacanya.

Jember, 03 Oktober 2023

Penyusun

ii
Daftar Isi

Kata Pengantar....................................................................................................ii

Daftar Isi............................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang........................................................................................1
B. Rumusan Masalah....................................................................................2
C. Tujuan Penulisan.....................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

A. Biografi Sara Mills....................................................................................3


B. Karya-Karya Sara Mills.............................................................................4
C. Pemikiran Sara Mills.................................................................................4

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan...........................................................................................10
B. Saran.....................................................................................................10

Daftar Pustaka..................................................................................................11

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Ketimpangan gender merupakan wacana yang banyak dibahas apabila
dikaitkan dengan persoalan perempuan. Menurut Lull dalam Eriyanto wacana
adalah objek yang diperdebatkan secara terbuka kepada publik sehingga
membentuk pemahaman tertentu yang meluas. 1 Dalam ketimpangan gender
yang ada, perempuan digambarkan sebagai sosok yang lemah sebab adanya
dominasi dari laki–laki. Mereka tidak pula diberikan kesempatan dalam
membela dirinya. Khususnya ketika mereka menjadi objek dalam kekerasan.
Kekerasan dalam kamus Besar Bahasa Indonesia yaitu perbuatan
seseorang atau kelompok orang yang menyebabkan cedera atau matinya
orang lain atau menyebabkan kerusakan fisik atau barang orang lain. 2
Harskrisnowo membagi macam kekerasan menjadi empat yaitu kekerasan
fisik, kekerasan psikis, kekerasan seksual, dan kekerasan ekonomi. 3 Dalam
satu kali kekerasan yang terjadi, perempuan bisa mengalami 2 atau lebih dari
macam kekerasan. Oleh karena itu, perempuan yang notabene nya sebagai
korban seharusnya lebih diperhatikan, dan diberikan kesempatan untuk
menjelaskan tragedi yang terjadi sebenarnya.
Namun sayangnya, perempuan justru dijadikan korban untuk yang
kedua kalinya. Yaitu ketika dalam media massa maupun cetak perempuan
dinarasikan dengan kalimat yang seolah–olah kekerasan itu terjadi karenanya.
Sebab itu, banyak para aktivis-aktivis dari kaum wanita yang
memperjuangkan persamaan hak antar gender ini. Salah satunya yaitu Sara
Mills, dimana dia menggagas teori feminism stylistic approach. Dalam
1
Wahyu Widiyaningrum dan Umaimah Wahid, Analisis Wacana Sara Mills Tentang
Kasus Kekerasan Seksual Terhadap Perempuan (Studi Pemberitaan Media Tribunnews.com dan
Tirto.id), gender equality: international journal of child and gender studies 7, No. 1, (maret
2021):15, http://dx.doi.org/10.22373/equality.v7i1.8743.
2
KBBI Daring, Kekerasan, diakses Oktober 03, 2023,
https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/kekerasan
3
Wahyu Widiyaningrum dan Umaimah Wahid, Analisis Wacana Sara Mills Tentang
Kasus Kekerasan Seksual Terhadap Perempuan (Studi Pemberitaan Media Tribunnews.com dan
Tirto.id), 15.

1
teorinya itu sara mills menekankan pada aspek perempuan. Bagaimana
teorinya maupun biografi dari sara mills akan dibahas dii bab II nanti.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana biografi Sara Mills?
2. Bagaimana latar belakang Pemikiran Sara Mills?
3. Apa saja karya-karya Sara Mills?
4. Bagaimana pemikiran Sara Mills?

C. Tujuan Penulisan
1. Menjelaskan tentang biografi Sara Mills
2. Menjelaskan tentang latar belakang Pemikiran Sara Mills
3. Memaparkan tentang latar belakang Pemikiran Sara Mills
4. Mendeskripsikan tentang pemikiran Sara Mills

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Biografi Sara Mills


Sara mills adalah seorang Profesor Emeritus Linguistik di Universitas
Sheffield Hallam, Inggris. Dalam bidang linguistik tersebut dia
membandingkan ekspresi linguistik dalam berbagai bahasa, khususnya yang
berkaitan dengan kesantunan. Adapun bidang kerja utamanya yang lain yaitu
berfokus pada feminisme.4 Teori yang dikenal dengan perpektif feminis,
feminist stylistics approach.
Dalam pekerjaan yang dilakukan sara mills, dia mendasarkan pada
komitmen politiknya. Yakni pekerjaan tersebut dapat membuat perubahan
bagi dunia diluar akademi. Jadi bukan sekedar ingin memberikan
kemanfaatan bagi dunia akademisi saja, melainkan lebih luas lagi
jangkauannya. Komitmen yang dimilikinya ini tumbuh ketika sara mills ikut
dalam komunitas kelas pekerja dan belajar disekolah untuk menilai nilai-nilai
komunitas tersebut melalui norma-norma kelas menengah.5
Karena kontak dengan gerakan sosialis yang dilakukan, sara mills
menemukan bahwa terdapat diskriminasi disana. Hal ini, juga diperkuat
ketika dia juga melakukan kontak dengan feminisme dan gerakan perempuan
serta hubungan gender dan kelas. Sehingga diskriminasi dan semacamnya
menjadi isu yang berkelanjuan bagi Sara Mills.
Sara mills pernah bekerja diluar negeri mengajar bahasa inggris sebagai
bahasa asing dan sastra inggris di perancis, libya, dan maroko. Disitulah Sara
Mills mulai mengembangkan minat terhadap kolonialisme dan strategi
linguistik yang digunakan oleh mereka yang berkuasa dan pengaruh
kolonialisme dan pasca-kolonialisme terhadap identitas. Jarak fisik dari
inggris yang dirasakan sara mills sangat penting dalam membantunya untuk

4
Wikipedia, sara mills, diakses oktober 03, 2023,
https://en.wikipedia.org/wiki/Sara_Mills_(linguist).
5
Sara mills wabpages at SHU, diakses oktober 04, 2023,
https://teaching.shu.ac.uk/ds/slm/.

3
menganalisis struktur rasisme, baik di inggris sendiri ataupun dalam
hubungan inggris dengan negara lain. Keadaan tersebut menjadikan sara mills
mengusung politiknya karena sintesa dari keprihatinan terhadap diskriminasi
atas dasar ras, kelas, gender.

B. Karya-Karya Sara Mills

1. 1991: Discourses of Difference: An Analysis of Women's Travel Writing


and Colonialism

2. 1997, 2004: Discourse (The New Critical Idiom Series, Routledge)

3. 2003: Gender and Politeness

4. 2003: Michel Foucault, (Critical Thinkers Series, Routledge)

5. 2003: (co-edited with Reina Lewis) Feminist Post-Colonial Theory: An


Anthology

6. 2005: Gender and Colonial Space, Manchester University Press

7. 2008: Language and Sexism

8. 2009: (with Dániel Z. Kádár) Ch. 2. "Politeness and Culture",


In: Politeness in East Asia, Cambridge University Press

9. 2011: (with Louise Mullany), Language Gender and Feminism

10. 2012: Gender Matters: Feminist Linguistic Analysis,

11. 2017: English Politeness and Class

C. Pemikiran Sara Mills


Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, Feminisme diartikan sebagai
gerakan perempuan yang menuntut persamaan hak sepenuhnya antara kaum

4
perempuan dan laki-laki.6 Orang yang menganut paham feminisme disebut
dengan feminis. Istilah feminisme pertama kali digunakan dalam debat politik
di Perancis, tepatnya di akhir abad 19.

Adapun model analisis wacana milik Sara Mills yaitu feminist stylistic
approach sudah pasti titik tekannya pada aspek perempuan, bagaimana
perempuan nantinya ditampilkan dalam suatu wacana. Mills berpandangan
bahwa selama ini wanita selalu dimarjinalkan dan selalu berada dalam posisi
yang lemah. Mereka tidak diberikan kesempatan untuk membela dirinya.
Oleh karena itu, mills membuat analisis wacana kritis melalui perpektif
feminis dan menjulukinya dengan Feminist Stylistics.

Sara Mills (1995) mengatakan Feminist Stylistics bertujuan untuk


membuat asumsi yang ada dalam stilistika konvensional menjadi lebih jelas,
dengan tidak hanya menambahkan topik Gender ke daftar elemen yang
dianalisa, namun menggunakan stilistika menjadi sebuah fase baru dalam
analisis wacana. Hal ini bertujuan untuk memaksimalkan stilistika dalam
analisis bahasa, tidak lagi bahwa bahasa itu sekedar ada, atau memang harus
ada dan dimunculkan. Gagasan dari Sara Mills (1992) sedikit berbeda dengan
model critical linguistic, teorinya Roger Fowler. Crirical linguistic hanya
memusatkan perhatian pada struktur kebahasaan dan bagaimana pengaruhnya
dalam pemaknaan khalayak, bersifat umum. Sedangkan feminist stylistic
memusatkan pada wacana yang struktur bahasanya menyangkut tentang
wanita.7

Sara Mills mengembangkan analisis untuk melihat bagaimana posisi-


posisi aktor ditampilkan dalam teks. Dalam arti siapa yang menjadi subjek
penceritaan dan siapa yang menjadi objek penceritaan. Dengan demikian
akan didapatkan bagaimana struktur teks dan bagaimana makna diperlakukan
dalam teks secara keseluruhan. Sara Mills juga melihat bagaimana pembaca

6
KBBI Daring, feminisme, diakses september 01, 2023,
https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/feminisme
7
Sara Mills, Feminist Stylistics (London: Routledge,2005)

5
dan penulis diperlakukan dalam teks. Bagaimana pembaca mengidentifikasi
dan menempatkan dirinya dalam penceritaan teks. Posisi semacam ini akan
menempatkan pembaca pada salah satu posisi dan mempengaruhi bagaimana
teks itu ditampilkan. Pada akhirnya cara penceritaan dan posisi-posisi yang
ditempatkan dan ditampilkan dalam teks ini membuat satu pihak menjadi
terlegitimasi dan pihak lain menjadi tak terlegitimasi.8

1. Posisi Subjek-Objek

Bagaimana peristiwa dapat dilihat, dari kacamata siapa peristiwa


itu dilihat. Siapa yang diposisikan sebagai pencerita (subjek) dan siapa
yang menjadi objek yang diceritakan. Apakah masing-masing aktor dan
kelompok social mempunyai kesempatan untuk menampilkan dirinya
sendiri, gagasannya ataukah kehadirannya, gagasananya ditampilakan oleh
kelompok atau orang lain.

Posisi subjek yang memiliki kekuasaan dan wewenang dalam


menampilkan dirinya dalam bentuk leluasa menceritakan dirinya dan
sebagai pencerita yang menampilkan orang lain dalam teks sesuai sudut
pandangnya secara pribadi. Posisi objek adalah posisi yang ditampilkan
keberadaannya oleh orang lain jadi tidak memiliki kesempatan dalam
menampilkan dirinya sendiri karena hanya sebagai representasi semata.

2. Posisi Penulis-Pembaca

Bagaimana posisi pembaca dimunculkan dan berperan dalam teks.


Bagaimana pembaca menempatkan dirinya dalam teks yang ditampilkan.
Kepada kelompok manakah pembaca menempatkan dirinya. Pembaca
diartikan juga memiliki posisi dalam sebuah teks, artinya posisi pembaca
melibatkan diri dalam menentukan keberpihakannya pada aktor sosial
yang mana dan seperti apa dalam teks tersebut.

8
Masitoh, pendekatan dalam analisis wacana kritis, jurnal elsa 18, no. 1, (april 2020): 74,
https://doi.org/10.47637/elsa.v18i1.221

6
Menurut Sara Mills konsep posisi pembaca yang ditempatkan dalam
berita dibentuk oleh penulis tidak secara langsung, namun sebaliknya. Ini
terjadi melalui penyapaan dalam dua cara. Pertama, suatu teks memunculkan
wacana secara bertingkat dengan mengetengahkan kebenaran secara hirarkis
dan sistematis, sehingga pembaca mengidentifikasikan dirinya dengan
karakter atau apa yang terjadi di dalam teks (Eriyanto, 2001). Kedua, kode
budaya. Ini mengacu pada kode atau nilai budaya yang berlaku di benak
pembaca ketika menafsirkan suatu teks. Penulis menggunakan kondisi ini
ketika menulis.

Untuk melakukan analisis wacana, Sara Mills (1995) membagi ke


dalam tiga level analisis, yaitu:9

a) Analisis pada Level Kata


- Seksisme dalam Bahasa
Ini berarti mengidentifikasi dan memahami bagaimana seksisme
mungkin tercermin dalam kata-kata yang digunakan dalam bahasa.
Seksisme adalah diskriminasi atau ketidaksetaraan berdasarkan jenis
kelamin, jadi analisis ini akan melibatkan pengidentifikasian kata-kata
yang mungkin merendahkan, membedakan, atau meremehkan salah satu
jenis kelamin.
- Seksisme dan Maknanya
Ini mencakup penggalian makna kata-kata yang mungkin mengandung
elemen seksisme. Artinya, mencari tahu apakah ada konotasi atau
asosiasi tertentu dalam kata-kata yang bisa merendahkan atau
mendiskriminasi seseorang berdasarkan jenis kelamin.
b) Analisis pada Level Frasa/Kalimat
- Penamaan: Berarti memeriksa bagaimana perempuan dan laki-laki
dinamai atau digambarkan dalam bahasa. Apakah ada penggunaan kata

9
Sara Mills, Feminist Stylistics (London: Routledge,2005)

7
atau frasa yang merendahkan atau mendiskriminasi salah satu jenis
kelamin?
- Pelecehan pada Wanita: berkaitan dengan mencari tahu apakah ada
kalimat atau frasa yang meremehkan atau melecehkan perempuan.
- Belas kasihan/pengkerdilan: Mengacu pada frasa atau kalimat yang
mungkin menggambarkan perempuan sebagai lemah atau tidak mampu.
Ini dapat merendahkan perempuan dengan mengungkapkan rasa kasihan
atau pengkerdilan terhadap mereka.
- Penghalusan / tabu: mencakup frasa atau kata-kata yang mungkin
digunakan untuk menghaluskan atau menutupi tindakan seksisme atau
pembicaraan tabu terkait dengan jenis kelamin.
c) Analisis Pada Level Wacana
- Karakter/peran: melibatkan pemeriksaan karakter atau peran yang
dimainkan oleh perempuan dan laki-laki dalam wacana atau narasi.
Apakah mereka digambarkan dalam peran yang klise atau stereotip?
- Fragmentasi: berhubungan dengan memeriksa apakah wacana atau narasi
menghancurkan atau membagi-bagi peran atau tugas berdasarkan jenis
kelamin. Fragmentasi bisa merujuk pada pemisahan yang tidak adil.
- Fokalisasi: berkaitan dengan fokus cerita atau narasi pada satu jenis
kelamin atau sudut pandang tertentu. Apakah wacana tersebut
memberikan perhatian yang adil kepada semua jenis kelamin?
- Skemata: melibatkan pengidentifikasian skema atau pola berulang dalam
wacana yang mungkin mencerminkan bias jenis kelamin atau seksisme.

Sara Mills (1995) mengatakan Feminist Stylistics memberikan jalan


bagi mereka yang peduli dengan representasi hubungan gender, yang mana
para ahli bahasa dapat mengembangkan sendiri satu set alat yang dapat
mengekspos cara kerja gender pada berbagai tingkat yang berbeda dalam
teks. Karena sifat analisis feminis diperlukan untuk melihat batas-batas teks
itu sendiri secara jelas, dengan alasan bahwa teks disusupi oleh wacana dan
ideologi, dan bahwa perbedaan antara tekstual dan extratextual jangan selalu

8
dianggap ada. Teks diserang oleh norma-norma sosial budaya, oleh ideologi,
oleh sejarah, oleh kekuatan ekonomi, oleh gender, rasisme, dan sebagainya.
Bukan berarti penulis tidak memiliki kontrol apapun tentang apa yang mereka
tulis, tetapi penulis sendiri juga tunduk pada interpelasi dan interaksi dengan
kekuatan-kekuatan diskursif.10

10
Andriana, M., & Manaf, N. A. Analisis Wacana Kritis Sara Mills dalam Novel Berkisar
Merah Karya Ahmad Tohari. (2020).http://dx.doi.org/10.30998/deiksis.v14i1.9961

9
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Sara mills merupakan seorang Profesor Emeritus Linguistik di
Universitas Sheffield Hallam, Inggris. Selain bekerja dibidang linguistik, sara
mills juga berkerja dibidang feminisme. Sara mills memiliki komitmen poliitk
bahwa dalam bekerja dirinya harus bisa membawa perubahan bagi dunia luar,
bukan bagi para akademisi saja. Hal ini terjadi karena pengalamannya ikut
dalam komunitas ataupun pekerjaanya, dimana dia menemukan adanya
diskiriminasi dan rasisme. Hingga sara mills mengusungkan teori feminist
stylistich approach. Dimana dalam teorinya sara mills menekankan pada
aspek perempuan. Dalam teorinya tersebut sara mills membuat analisis
kerangka teorinya menjadi dua yaitu posisi subjek-objek dan posisi penulis
pembaca.

B. Saran
Mungkin, hanya itu saja materi yang dapat dipaparkan. Penyusun
menyadari bahwa makalahnya ini masih banyak kekurangannya. Oleh karena
itu penyusun mohon kritik dan saran yang membangun agar penyusun bisa
lebih baik lagi kedepannya.

10
Daftar Pustaka

Andriana, M., & Manaf, N. A. Analisis Wacana Kritis Sara Mills dalam Novel
Berkisar Merah Karya Ahmad
Tohari. (2020).http://dx.doi.org/10.30998/deiksis.v14i1.9961
KBBI Daring, feminisme, diakses september 01, 2023,
https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/feminisme
KBBI Daring, Kekerasan, diakses Oktober 03, 2023,
https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/kekerasan
Masitoh, pendekatan dalam analisis wacana kritis, jurnal elsa 18, no. 1, (april
2020): 74, https://doi.org/10.47637/elsa.v18i1.221
Mills, Sara. Feminist Stylistics (London: Routledge,2005)
Sara mills wabpages at SHU, diakses oktober 04, 2023,
https://teaching.shu.ac.uk/ds/slm/.
Widiyaningrum, Wahyu Widiyaningrum dan Umaimah Wahid, Analisis Wacana
Sara Mills Tentang Kasus Kekerasan Seksual Terhadap Perempuan (Studi
Pemberitaan Media Tribunnews.com dan Tirto.id), gender equality:
international journal of child and gender studies 7, No. 1, (maret 2021):15,
http://dx.doi.org/10.22373/equality.v7i1.8743.
Wikipedia, sara mills, diakses oktober 03, 2023,
https://en.wikipedia.org/wiki/Sara_Mills_(linguist).

11

Anda mungkin juga menyukai