Anda di halaman 1dari 23

RUMAH SAKIT UMUM

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER


Jalan Wolter Monginsidi No.91 Sumbersari – Jember Kode Pos 68126
Telp : (0331)1544-2222 / 0821-3777-9669 Email : rsuunmuhjember@unmuhjember.ac.id

LAPORAN KEGIATAN SURVEY BUDAYA


KESELAMATAN PASIEN
RUMAH SAKIT UMUM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER
Jalan Wolter Monginsidi No.91 Sumbersari – Jember Kode Pos 68126
Telp : (0331)1544-2222 / 0821-3777-9669 Email : rsuunmuhjember@unmuhjember.ac.id

SURAT EDARAN
NOMOR:
009/IV-9/KOM/D/2023
TENTANG
PELAKSAAN SURVEY BUDAYA KESELAMATAN PASIEN
RSU UNMUH JEMBER
TAHUN 2023

Kepada Yth.
CIVITAS HOSPITALIA
RSU Unmuh Jember

Assalamuallaikum Wr. Wb.


Menindaklanjuti Program Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien RSU Unmuh Jember
Tahun 2023 serta Program Komite Mutu tahun 2023 terkait dengan Melaksanakan survey
Budaya Keselamatan Pasien setiap 1 tahun sekali. Bersama ini disampaikan edaran kepada
Civitas Hospitalia RSU Unmuh Jember untuk mengisi Survey Budaya Keselamatan Pasien
RSU Unmuh Jember tahun 2023 melalui Google Form dengan link
https://forms.gle/DqAuiEkgdoHcH9Cu9 . Survey ini bersifat Anonim/Tanpa Nama,
sehingga mohon dapat diisi dengan sebenar-benarnya. Adapun batas waktu pengisian
Survey paling lambat pada tanggal 25 – 28 Oktober tahun 2023.
Demikian edaran ini disampaikan, atas perhatian dan kerjasamanya diucapkan terima kasih.

Wassalamuallaikum Wr. Wb.

Jember, 23 Oktober 2023


Direktur
RSU Universitas Muhammadiyah Jember

dr. Bambang Indra H, Sp.THT


NBM. 756 518
RUMAH SAKIT UMUM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER
Jalan Wolter Monginsidi No.91 Sumbersari – Jember Kode Pos 68126
Telp : (0331)1544-2222 / 0821-3777-9669 Email : rsuunmuhjember@unmuhjember.ac.id

Jember, 1 November 2023

Nomor : 011//IV-9/KOM/D/2023
Sifat : -
Perihal : Pengajuan Laporan Kegiatan Survey Budaya
Keselamatan Pasien tahun 2023

Kepada Yth.
Bapak Direktur RSU Unmuh Jember

Assalamuallaikum Wr. Wb.


Sehubungan dengan terlaksananya Kegiatan Survey Budaya Keselamatan Pasien tahun
2023, bersama ini kami mengajukan laporan Kegiatan Survey Budaya Keselamatan Pasien
tahun 2023. Adapun laporan Kegiatan Survey Budaya Keselamatan Pasien tahun 2023
sebagaimana terlampir. Untuk selanjutnya, kami mohon arahan dan petunjuk dari Bapak
Direktur RSU Unmuh Jember.
Demikian pengajuan laporan ini kami sampaikan. Atas perhatian dan terkabulnya pengajuan
ini kami ucapkan terima kasih.
Jember, 1 November 2023
Ketua Komite Mutu

dr. Wahyu Agung P, Sp.P


NBM/NIP.

Wassalamuallaikum Wr. Wb.

……………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………………………………….
RUMAH SAKIT UMUM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER
Jalan Wolter Monginsidi No.91 Sumbersari – Jember Kode Pos 68126
Telp : (0331)1544-2222 / 0821-3777-9669 Email : rsuunmuhjember@unmuhjember.ac.id

Jember, 1 November 2023


RSU Universitas Muhammadiyah
Direktur Utama

dr. Bambang Indra H, Sp.THT


NIP. 756 518
DISPOSISI / MEMO DIREKTUR :
Visi Misi

Visi
Terwujudnya pelayanan yang Profesional, Islami dan Bermutu Tinggi.

Misi :
1. Meningkatkan sumber daya manusia (SDM) yang profesional dan bertanggung
jawab.
2. Meningkatkan kualitas dan kuantitas sarana prasarana Rumah Sakit dalam
mendukung pelayanan kesehatan.
3. Meningkatkan mutu pelayanan kesehatan melalui sistem tata kelola rumah sakit
yang efektif dan efisien.
4. Mengintegrasikan nilai-nilai islam dalam tatanan pelayanan.
5. Penguasaan ilmu dan teknologi serta pengembangan layanan unggulan.

Motto :
"Layananku Ibadahku : Tulus Dengan Sepenuh Hati".
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji dan syukur kehadirat Allah Subhanahu wa ta'ala bahwa
atas rahmat dan karunia-Nya, laporan Triwulan I ini dapat diselesaikan.
Dengan mengucapkan puji dan syukur kehadirat Allah Subhanahu wa ta'ala bahwa
atas rahmat dan karunia-Nya, laporan Kegiatan Survey Budaya Keselamatan Pasien tahun
2023 ini dapat diselesaikan diselesaikan. Kami mengucapkan terima kasih kepada semua
pihak yang telah membantu sehingga laporan Kegiatan Survey Budaya Keselamatan Pasien
tahun 2023 ini dapat diselesaikan. Kami menyadari bahwa masih banyak keterbatasan dan
kendala serta permasalahan yang perlu diantisipasi dalam upaya menyusun laporan
Triwulan I Insiden Keselamatan Pasien di RSU Unmuh Jember, oleh karena itu kami
mengharapkan saran perbaikan, sumbangan pemikiran, masukan, dan kritikan untuk lebih
menyempurnakan laporan ini.
Semoga laporan Kegiatan Survey Budaya Keselamatan Pasien tahun 2023 ini dapat
bermanfaat dan diimplementasikan dalam terlaksananya budaya keselamatan pasien di
lingkungan RSU Unmuh Jember.

Penyusun,
LAPORAN
KEGIATAN SURVEI BUDAYA KESELAMATAN PASIEN
I. Pendahuluan
A. Latar Belakang
Keselamatan Pasien/ KP (Patient Safety) merupakan isu global dan
nasional bagi Rumah Sakit dan merupakan komponen penting dari mutu
pelayanan kesehatan, serta merupakan prinsip dasar dalam pelayanan
pasien dan komponen kritis dalam manajemen mutu. Perhatian dan fokus
terhadap keselamatan pasien ini didorong oleh masih tingginya angka
Kejadian Tidak Diharapkkan (KTD) atau Adverse Event di Rumah Sakit, baik
secara global maupun nasional. Adanya KTD tersebut selain berdampak
pada peningkatan biaya pelayanan juga dapat membawa Rumah Sakit ke
area blamming, menimbulkan konflik antara dokter atau petugas kesehatan
lain dan pasien, dan tidak jarang berakhir dengan tuntutan hukum yang dapat
merugikan bagi Rumah Sakit. Data KTD di Indonesia masih sangat sulit
diperoleh secara lengkap dan akurat, tetapi dapat diasumsikan tidaklah kecil.
Sebagai upaya memecahkan masalah tersebut dan mewujudkan
pelayanan kesehatan yang lebih aman, diperlukan suatu perubahan budaya
dalam pelayanan kesehatan dari budaya yang menyalahkan individu menjadi
suatu budaya di mana insiden dipandang sebagai kesempatan untuk
memperbaiki sistem. Sistem pelaporan yang mengutamakan pembelajaran
dari kesalahan dan perbaikan sistem pelayanan merupakan dasar budaya
keselamatan. Meningkatnya kesadaran pelayanan kesehatan mengenai
pentingnya mewujudkan budaya keselamatan pasien menyebabkan
meningkatnya pula kebutuhan untuk mengukur budaya keselamatan.
Perubahan budaya keselamatan dapat dipergunakan sebagai bukti
keberhasilan implementasi program keselamatan pasien.
Penerapan budaya keselamatan pasien akan mendatangkan
keuntungan bagi pasien dan pihak penyedia pelayanan kesehatan.
Penerapan budaya keselamatan pasien akan mendeteksi kesalahan yang
akan terjadi atau jika kesalahan terjadi. Budaya keselamatan pasien akan
meningkatkan kesadaran untuk mencegah error dan melaporkan jika ada
kesalahan. Budaya keselamatan pasien juga akan mengurangi pengeluaran
finansial yang diakibatkan oleh kejadian keselamatan pasien.
Budaya keselamatan di rumah sakit merupakan suatu lingkungan
kolaboratif di mana para dokter saling menghargai satu sama lain, para
pemimpin mendorong kerja sama tim yang efektif dan menciptakan aman
secara psikologis serta anggota tim dapat belajar dari insiden keselamatan
pasien, para pemberi layanan menyadari bahwa ada keterbatasan manusia
yang bekerja dalam suatu sistem yang kompleks dan terdapat suatu proses
pembelajaran serta upaya untuk mendorong perbaikan.
Budaya keselamatan pasien juga merupakan hasil dari nilai – nilai,
sikap, pesrepsi, kompetensi dan pola perilaku individu maupun kelompok
yang menentukan komitmen terhadap, serta kemampuan mengelola
pelayanan kesehatan maupun keselamatan. Keselamatan dan mutu
berkembang dalam suatu lingkungan yang membutuhkan kerja sama dan
rasa hormat satu sama lain, tanpa memandang jabatannya. Pimpinan rumah
sakit menunjukkan komitmennya mendorong terciptanya budaya keselamatan
tidak mengintimidasi dan atau mempengaruhi staf dalam memberikan
pelayanan kepada pasien.
Survey budaya keselamatan pasien Survey Budaya Keselamatan
Pasien Rumah Sakit (Hospital Survey on Patient Safety Culture), dikeluarkan
oleh AHRQ (American Hospital Research and Quality) pada bulan November
2004, didesain untuk mengukur opini staf Rumah Sakit mengenai isu
Keselamatan Pasien, medical errors, dan pelaporan insiden. Survey ini terdiri
atas 38 item yang mengukur 10 dimensi keselamatan pasien. Diantaranya:
komunikasi terbuka, komunikasi dan umpan balik mengenai insiden, frekuensi
pelaporan insiden, handoffs dan transisi, dukungan manajemen untuk
keselamatan pasien, respon nonpunitif (tidak menghukum) terhadap
kesalahan, pembelajaran organisasi peningkatan berkelanjutan, staffing,
ekspektasi dan upaya atasan dalam meningkatkan keselamatan pasien, dan
kerjasama tim antar unit dan dalam unit. Survey ini juga mengandung dua
pertanyaan kepada responden mengenai tingkat Budaya Keselamatan Pasien
di unit kerja masing-masing, dan banyaknya jumlah insiden Keselamatan
Pasien yang telah mereka laporkan selama satu tahun terakhir. Sebagai
tambahan, responden juga ditanya mengenai latar belakang responden (unit
kerja, jabatan staf, apakah mereka berinteraksi langsung dengan pasien atau
tidak).
Membangun budaya keselamatan pasien di rumah sakit adalah
kewajiban dan tanggung jawab seluruh staf yang bekerja di rumah sakit lebih
utama para profesional pemberi asuhan yang berinteraksi langsung dengan
pasien yang memungkinkan untuk menemukan dan mengalami risiko
kesalahan pelayanan.
RSU Unmuh Jember telah memulai gerakan keselamatan pasien
dengan dibentuknya Tim Keselamatan Pasien Rumah Sakit, namun belum
ada data yang pasti mengenai jumlah Insiden Keselamatan Pasien. Minimnya
data Insiden Keselamatan Pasien mengakibatkan rendahnya proses
pembelajaran, yang berdampak buruk pada usaha pencegahan dan
pengurangan cedera pada pasien. Akibatnya, Rumah Sakit mengalami
kesulitan untuk mengidentifikasi potensi bahaya atau risiko yang dihadapi
dalam sistem pelayanan kesehatan.
Rendahnya sistem pelaporan dan pembelajaran Insiden Keselamatan
Pasien di RSU Unmuh Jember tersebut merupakan bukti nyata bahwa
kesadaran staf dan Rumah Sakit akan potensi timbulnya kesalahan-
kesalahan masih rendah, masih tingginya budaya menyalahkan (blamming
culture) dan rasa takut untuk terbuka dalam pelaporan jika terdapat insiden.
Oleh sebab itu dibutuhkan suatu upaya untuk meningkatkan keberhasilan
sistem pelaporan dan pembelajaran yang berfokus pada sistem, dan
mengurangi terjadinya cedera pasien di RSU Unmuh Jember.
Langkah penting yang harus dilakukan adalah membangun Budaya
Keselamatan Pasien. Langkah pertama dalam membangun Budaya
Keselamatan Pasien adalah melakukan Survey Budaya Keselamatan Pasien
Rumah Sakit. Survey tersebut bermanfaat untuk mengetahui tingkat Budaya
Keselamatan Pasien Rumah Sakit sebagai acuan menyusun program kerja
dan melakukan evaluasi keberhasilan program Keselamatan Pasien.
Penilaian dalam survey ini menggambarkan tingkat Budaya Keselamatan
Pasien dalam satu waktu tertentu saja, sehingga membutuhkan pengulangan
penilaian secara berkala untuk menilai perkembangannya.

B. Landasan Hukum
1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2023 Tentang Kesehatan;
2. Peraturan Presiden Nomor 77 Tahun 2015 Tentang Pedoman Organisasi
Rumah Sakit;
3. Anggaran Dasar Muhammadiyah Pasal 20;
4. Anggaran Rumah Tangga Muhammadiyah Pasal 34;
5. Surat Keputusan Pimpinan Pusat Muhammadiyah Nomor:
120/KEP/I.O/B/2006, Tentang Qaidah Unsur Pembantu Pimpinan
Persyarikatan;
6. Surat Keputusan Pimpinan Pusat Muhammadiyah No.87/KEP/I.O/B/2011
Tentang Pedoman Majelis Pembina Kesehatan Umum;
7. Surat Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1419/MENKES/PER/X/2005
Tentang Penyelenggaraan Praktik Dokter Dan Dokter Gigi;
8. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2004 Tentang
Praktik Kedokteran;
9. Pedoman Pimpinan Pusat Muhammadiyah No.01/PED/I.O/B/2011
Tentang Amal Usaha Kesehatan Muhammadiyah;
10. Surat Keputusan Majelis Pembina Kesehatan Umum Pimpinan Pusat
Muhammadiyah No:06/KEP/I.6/H/2011 Tentang Ketentuan Mpku
Tentang Pedoman Amal Usaha Muhammadiyah (Pedoman Ppm
No.01/PED/I.O/B/2011);
11. Surat Persetujuan Majelis Pendidikan Tinggi Penelitian Dan
Pengembangan (Diktilitbang) Pimpinan Pusat Muhammadiyah Nomor
1482/I.3/C/2022 Tentang Persetujuan Penyelenggaraan Unit Usaha RSU
Unmuh Jember;
12. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
755/Menkes/Per/Iv/2011 Tahun 2002 Tentang Penyelenggaraan Komite
Medis Rumah Sakit;
13. Peraturan Direktur PT Mediatama Surya Husada No.
008/PRN/II.6/PT.MSH/A/2022 Tentang Hospital By Laws RSU Unmuh
Jember:

C. Maksud danTujuan
1. Maksud
Survey ini dimaksud sebagai wujud pertanggung jawaban atas
pelaksanaan survey budaya keselamatan mutu yang telah dilaksanan di
lingkungan RSU Unmuh Jember.
2. Tujuan Umum
Untuk mengetahui gambaran budaya keselamatan pasien pada
staff di RSU Unmuh Jember.
3. Tujuan Khusus
a. Meningkatkan kesadaran tentang Budaya Keselamatan Pasien di
lingkungan RSU Unmuh Jember.
b. Mengidentifikasi area yang membutuhkan pengembangan Budaya
Keselamatan Pasien Rumah Sakit untuk menyusun program kerja
selanjutnya.
c. Meningkatnya akuntabilitas instansi kesehatan terhadap pasien dan
masyarakat
d. Meminimalkan kejadian tidak diharapkan
e. Melakukan 8 program-program pencegahan sehingga tidak ada lagi
kejadian tidak diharapkan

D. Manfaat Survey
Survey ini diharapkan dapat memberi masukan kepada pihak
manajemen RSU Unmuh Jember untuk mengembangkan program yang
berkaitan dengan upaya keselamatan pasien (Patient safety).

II. Kegiatan Yang Dilaksanakan


A. Pelaksanaan Survey
Survey ini dilakasanakan di RSU Unmuh Jember pada tanggal 25 – 28
Oktober tahun 2023. Survey ini bersifat deskritif dengan menggunakan
pendekatan kuantatif, yaitu dengan menggunakan daftar pertanyaan yang
baku, dan hasilnya dapat merupakan data berbentuk persentase yang
menggambarkan sebuah gejala. Populasi dalam survey ini adalah seluruh
tenaga kesehatan di RSU Unmuh Jember dengan jumlah keseluruhan
populasi adalah 69 responden. Ukuran sampel minimum disarankan sesuai
dengan ketentuan dari AHRQ, menginggat jumlah staff di rumah sakit dan
juga respon yang diharapkan dengan asumsi tingkat respon 50 persen.

B. Metode Survey
Pengukuran budaya keselamatan pasien ini menggunakan kuesioner
yang diadaptasi dari Survey on Patient Safety CultureTM (SOPS®) Hospital
Survey 2019 dari AHRQ. Sesuai dengan Survey on Patient Safety CultureTM
(SOPS®) Hospital Survey 2019 dari AHRQ, yang terdiri dari 10 aspek da 38
item pernyataan dan mengelompokkan dalam 4 komponen budaya. Dalam
penggukuran menggunakan Skala Likert yang terdiri dari 5 label bergerak,
mulai dari setuju, tidak setuju, kurang, cukup, baik, baik sekali, luar biasa.
Terdapat dua belas kategori keselamatan pasien yang diukur, yaitu:
1. Dukungan Supervisor, Manajer dan Pimpinan Klinis terhadap
Keselamatan Pasien
2. Teamwork
3. Keterbukaan Komunikasi
4. Pelaporan Insiden Keselamatan Pasien
5. Pembelajaran Organisasi - Continuous Improvement
6. Komunikasi jika terjadi Error
7. Dukungan Manajemen RS terhadap Keselamatan Pasien
8. Respon/Tanggapan terhadap Error
9. Serah Terima dan Pertukaran Informasi
10. Kepegawaian dan Kecepatan Kerja
III. Hasil yang dicapai
A. Hasil Dan Analisa Survey
1. Analisis Responden
a. Presentase responden
1) Jumlah responden yang mengisi survey : 47
2) Jumlah target responden : 69
Prosentase : 68%
b. Distribusi Responden yang Mengisi Berdasarkan Unit Kerja
1) Keperawatan : 19
2) Pelayanan Medis : 10
3) Penunjang Medis : 16
4) Struktural :2
2. Analisis Per-Aspek Budaya Keselamatan
Presentase Presentase
dengan dengan Jumlah Kategori
No Aspek
kata - kata kata- kata Respon Budaya
Positif Negatif
Dukungan Supervisor,
Manajer dan Pimpinan
1 89% 11% 47 kuat
Kinis terhadap
Keselamatan Pasien
2 Teamwork 98% 2% 47 kuat
Keterbukaan
3 85% 15% 47 kuat
Komunikasi
Pelaporan Insiden
4 67,46% 32,5% 47 sedang
Keselamatan Pasien
Pembelajaran
5 Organisasi - Continuous 99% 1% 47 kuat
Improvement
Komunikasi jika terjadi
6 80,8% 19,2% 47 kuat
Error
Dukungan Manajemen
7 RS terhadap 78,7% 21,3% 47 kuat
Keselamatan Pasien
Respon/Tanggapan
8 80,8% 19,2% 47 kuat
terhadap Error
Serah Terima dan
9 82,3% 17,7% 47 kuat
Pertukaran Informasi
Kepegawaian dan
10 73,1% 26,9% 47 sedang
Kecepatan Kerja
Jumlah 834% 166% 470
Rata- rata 83% 17% 47 Kuat

Pada bagian ini disajikan gambaran secara kuantitatif 12 dimensi


budaya keselamatan pasien di RSU Unmuh Jember. Suatu budaya
keselamatan pasien dikatakan budaya kuat apabila respon positif
sebesar sama dengan 75 % atau lebih, budaya sedang apabila respon
positif sebesar 50% - 75%, dikatakan budaya lemah apabila respon
positif kurang dari 50%. Respon positif adalah jawaban responden
berupa setuju/sering dan sangat setuju/selalu pada pernyataan positif
dan jawaban negatif tidak setuju/jarang dan sangat tidak setuju/tidak
pernah pada pernyataan negatif. Respon negatif merupakan kebalikan
dari respon positif.
a. Dukungan Dukungan Supervisor, Manajer dan Pimpinan Klinis
terhadap Keselamatan Pasien
Pada dimensi ini respon positif yang didapatkan sebesar 89%
yang dapat dikategorikan dalam budaya kuat. Manajer dalam survey
ini adalah para kepala bagian, kepala ruangan, kepala klinik, kepala
unit yang memiliki wewenang dalam mengatur dan mengendalikan
kegiatan anggota dalam meyakinkan pelayanan yang aman bagi
pasien. Hal tersebut dapat disebabkan para manajer sebagai lini
pertama memiliki peran kritis dalam mendukung budaya
keselamatan pasien dengan kepemimpinan efektif dalam
menciptakan lingkungan yang positif bagi keselamatan pasien.
Berdasarkan hasil survey, manajer RSU Unmuh Jember telah
memberikan dukungannya terhadap keselamatan pasien dibuktikan
dengan beberapa poin dalam kuesioner yang mendapat respon
positif yang tinggi diantaranya Atasan, manajer, atau pemimpin
klinis saya melakukan tindakan untuk mengatasi masalah
keselamatan pasien yang menjadi perhatian mereka. Hal-hal
tersebut merupakan bagian dari kepemimpinan efektif dalam
menciptakan lingkungan yang positif bagi keselamatan pasien.
b. Teamwork
Pada dimensi kerja sama dalam unit dihasilkan respon positif
sebesar 98% yang dapat diartikan bahwa budaya keselamatan pada
dimensi kerja sama dalam unit di lingkungan RSU Unmuh Jember
dikategorikan budaya kuat. Kerjasama dalam unit menunjukkan
sejauh mana anggota suatu divisi kompak dan bekerja sama dalam
tim. Kerja sama didefinisikan sebagai kumpulan individu dengan
keahlian spesifik yang bekerja sama dan berinteraksi untuk
mencapai tujuan bersama (Ilyas, 2003). Sedangkan Thompson
dalam Setiowati (2010) mendefinisikan tim sebagai sekelompok
orang saling terkait terhadap informasi, sumber daya, keterampilan,
dan berusaha mencapai tujuan bersama. Kinerja kerja sama tim
yang terganggu juga merupakan salah satu penyebab insiden
keselamatan pasien yang merupakan kombinasi dari kegagalan
sistem.
Hasil survey juga menunjukkan staff di RSU Unmuh Jember
dalam bekerja saling mendukung satu sama lain, saling bekerja
sama sebagai tim jika ada banyak pekerjaan, dan merasa saling
menghargai satu sama lain yang dibuktikan dengan hasil respon
positif yang tinggi. Kerjasama tim dalam pelayanan di rumah sakit
dapat mempengaruhi kualitas dan keselamatan pasien. Bekerja
secara team work merupakan sebuah nilai yang harus dibangun
sebagai budaya keselamatan. Menurut Lestari, dkk (2013) dalam
penelitiannya menunjukkan persepsi individu yang kurang terhadap
team work berpotensi tiga kali lebih besar untuk terjadi insiden
keselamatan. Dengan budaya keselamatan pasien yang kuat, maka
kerja sama dalam tim di RSU Unmuh Jember perlu dipertahankan
dan ditingkatkan.
c. Keterbukaan Komunikasi
Pada dimensi keterbukaan komunikasi dalam survey ini respon
positif yang didapat sebesar 85%, termasuk dalam kategori budaya
kuat. Komunikasi dalam keselamatan pasien telah menjadi standar
dalam Joint Commision Acreditation of Health Organization sejak
tahun 2010 dan didalam akreditasi Snars 2017 komunikasi
ditempatkan didalam beberapa standar penilaian, terutama pada
bidang medis maupun keperawatan. Komunikasi terbuka perlu
diwujudkan pada saat serah terima pasien, transfer pasien, edukasi
kepada pasien dan keluarga, penjelasan tentang hak dan kewajiban,
pelaporan kondisi pasien tentang risiko terjadinya insiden, berbagi
informasi seputar isu-isu keselamatan pasien, staf dapat secara
bebas bertanya seputar keselamatan pasien yang potensial terjadi
dalam kegiatan sehari-hari Berdasarkan hasil survey, dapat
dijelaskan bahwa staff bebas mengungkapkan pendapat, bebas
bertanya tentang keputusan atau tindakan yan akan diambil, namun
kemungkinan masih merasa takut untuk bertanya ketika mengetahui
ada yang tidak tepat dalam pelayanan pasien ini dibuktikan dari hasil
survey terendah dibandingkan point keterbukaan komunikasi lainnya.
Tetapi secara garis besar staff sudah menerapkan keterbukaan
komunikasi di lingkungan RSU Unmuh Jember.
d. Pelaporan Insiden Keselamatan Pasien
Pelaporan merupakan unsur penting dari keselamatan pasien.
Informasi yang adekuat pada pelaporan akan dijadikan bahan oleh
organisasi dalam pembelajaran. Organisasi belajar dari pengalaman
sebelumnya dan mempunyai kemampuan untuk mengidentifikasi
faktor risiko terjadinya insiden sehingga dapat mengurangi atau
mencegah insiden yan terjadi. Hambatan atau kendala dalam
pelaporan telah diidentifikasi sehingga proses pelaporan insiden
menjadi lebih mudah. Hambatan yang dapat terjadi pada pelaporan
diantaranya perasaan takut akan disalahkan, perasaan kegagalan,
takut akan hukuman, kebingungan dalam bentuk pelaporan, kurang
kepercayaan dari organisasi, kurang menyadari keuntungan dari
pelaporan. Staf akan membuat pelaporan jika merasa aman apabila
pembuat laporan tidak akan menerima hukuman. Perlakuan yang
adil terhadap staf, tidak menyalahkan secara indiidu tetapi organisasi
lebih fokus terhadap sistem yang berjalan akan meningkatkan
budaya pelaporan.
Pelaporan insiden menjadi titik awal dalam program
keselamatan pasien. Melalui mekanisme pelaporan yang baik akan
mampu mengidentifikasi permasalahan yang kemudian dapat
dirumuskan solusi perbaikannya. Menjadikan pelaporan sebagai
sumber informasi dalam proses belajar, memerlukan dua hal yang
harus disiapkan oleh rumah sakit, pertama tersedianya SDM yan
mampu melakukan analisis terhadap insiden, kedua yaitu kebijakan
yang dikembangkan rumah sakit untuk menjabarkan kriteria
pelaksanaan analisis akar masalah dan analisis dampak dan
kegagalan. Dimensi frekuensi pelaporan kejadian di lingkungan RSU
Unmuh Jember termasuk kedalam kategori sedang yaitu 67,46%.
Hal ini masih perlu ditingkatkan agar tingkat pelaporan terhadap
insiden semakin meningkat.
e. Pembelajaran Organisasi - Continuous Improvement
Berdasarkan hasil survey, pada dimensi organizational
learning/perbaikan yang berkelanjutan mengenai keselamatan
pasien diukur dari 3 pernyataan. Pada dimensi ini respon positif
didapatkan nilai 99% dengan kategori budaya kuat. Organizational
learning atau perbaikan yang berkelanjutan dilakukan tim KPRS
untuk menentukan strategi pembudayaan nilai-nilai keselamatan
pasien. Berdasarkan hasil survey, personel RSU Unmuh Jember
telah menjadikan kesalahan yang terjadi sebagai pemicu kearah
yang lebih baik dan berusaha mengevaluasi efektivitas pelayanan.
Staf dilingkungan RSU Unmuh Jember telah menjadikan kesalahan
yang terjadi sebagai upaya perbaikan yang berkelanjutan pada
unitnya dalam rangka menjamin keselamatan pasien di rumah sakit.
Dengan hasil tersebut diharapkan RSU Unmuh Jember dapat
mempertahankan organizational learning yang telah berjalan dan
akan lebih baik jika terus ditingkatkan. Hal ini sejalan dengan
Setiowati (2010) bahwa setiap lini dalam organisasi, manajemen
menggunakan insiden yang terjadi sebagai proses belajar.
Manajemen berkomitmen untuk mempelajari kejadian yang terjadi.
Mengambil tindakan atas kejadian tersebut untuk diterapkan
sehingga dapat mencegah terulangnya kesalahan.
f. Komunikasi jika terjadi Error
Ketika terjadi insiden, selayaknya tidak berfokus untuk mencari
kesalahan individu tetapi lebih mempelajari secara sistem yang
mengakibatkan terjadinya kesalahan. Budaya tidak menyalahkan
kepada staf perlu dikembangkan dalam menumbuhkan budaya
keselamatan pasien. Biasanya staf baru akan membuat laporan
kejadian jika yakin bahwa laporan tersebut tidak akan mendapatkan
hukuman atas kesalahan yang terjadi. Lingkungan terbuka dan adil
akan membantu pelaporan yang dapat menjadi pelajaran dalam
keselamatan pasien. Berdasarkan hasil survey didapatkan hasil
sebesar 80,8% termasuk dalam kategori kuat. Hal ini menunjukkan
bahwa staf di lingkungan RSU Unmuh Jember masih berani
melaporkan insiden yang terjadi.
g. Dukungan Manajemen RS terhadap Keselamatan Pasien
Respon positif pada dimensi dukungan manajemen rumah
sakit terhadap keselamatan pasien sebesar 78,7% dengan kategori
budaya kuat. Menurut Kohn (2000) terdapat lima prinsip untuk
merancang patient safety sistem di organisasi kesehatan yaitu :
1) Prinsip I : Provide Leadership yang meliputi menjadikan
keselamatan pasien sebagai tujuan utama/prioritas, menjadikan
keselamatan pasien sebagai tanggung jawab bersama,
menunjuk/menugaskan seseorang yang bertanggung jawab
untuk program keselamatan pasien, menyediakan sumber daya
manusia dan dana untuk analisis error dan redesign system,
serta mengembangkan mekanisme yang efektif untuk
mengidentifikasi “unsafe” dokter.
2) Prinsip II : memperhatikan keterbatasan manusia dalam
perancangan proses yakni design job for safety,
menyederhanakan proses, dan membuat standar proses.
3) Prinsip III : mengembangkan tim yang efektif
4) Prinsip IV : Antisipasi untuk kejadian tak terduga, pendekatan
pro aktif, menyediakan antidotum dan training simulasi,
5) Prinsip V : Menciptakan atmosfer learning.
Berdasarkan hasil survey, dukungan manajemen RSU Unmuh
Jember terhadap upaya keselamatan pasien yang mendapat respon
positif meliputi manajemen rumah sakit menyediakan sumber daya
yang mendukung bagi keselamatan pasien, kebijakan manajemen
menunjukkan bahwa keselamatan pasien merupakan prioritas,
namun ada point yang menunjukkan bahwa manajemen rumah sakit
peduli terhadap keselamatan pasien jika telah terjadi insiden.
h. Respon/Tanggapan terhadap Error
Pada dimensi respon atau tanggapan terhadap kesalahan hasil
survey menunjukkan respon positif sebesar 80,8% yang
dikategorikan kuat. Umpan balik dan komunikasi terhadap kesalahan
merupakan hal yang terpenting setelah dilakukannya pelaporan
insiden keselamatan pasien. Salah satu dari prinsip inti dalam
pelaporan kejadian adalah pelaporan hanya bisa memberi manfaat
apabila direspon secara konstruktif. Paling tidak terdapat umpan
balik dari analisis temuan. Umpan balik dari organisasi dan rekan
satu tim merupakan bentuk dari pembelajaran organisasi.
i. Serah Terima dan Pertukaran Informasi
Berdasarkan hasil survey, pada dimensi serah terima dan
pertukaran informasi memiliki respon positif sebesar 82,3 % yang
menggambarkan bahwa dimensi kerja handsoff dan transisi pasien
termasuk dalam kategori kuat. Transisi merupakan proses
berpindahnya pasien dari satu lingkungan ke lingkungan lain, dapat
berupa perpindahan pasien dari ruang perawatan ke ICU dalam
rangka mendapatkan perawatan lebih lanjut. Dalam perpindahan
tersebut dapat terjadi suatu kesalahan sehingga membahayakan
pasien seperti pasien terjatuh dan kesalahan informasi mengenai
pasien.
j. Kepegawaian dan Kecepatan Kerja
Pada dimensi kepegawaian dan kecepatan kerja memiliki
respon positif 73,7% yang menggambarkan bahwa dimensi
kepegawaian dan kecepatan kerja dapat diartikan Budaya
keselamatan pasien dalam kategori sedang. Hal ini kemungkinan
disebabkan karena sumber daya manusia di rumah sakit sebagai
tenaga profesional pelaksana langsung pelayanan belum memenuhi
kecukupan baik kuantitas dan kualitas selain itu masih perlunya
adaptasi staff terhadap regulasi rumah sakit. Namun pelayanan tetap
harus dilaksanakan secara optimal. Aspek kualitas dilihat dari
pendidikan dan standar kompetensi yang harus dimiliki oleh setiap
profesional. Kompetensi setiap profesional di rumah sakit, dimana
sebelumnya profesional pemberi asuhan telah memiliki STR dan
SIP. Langkah ini juga harus terintegrasi dengan perencanaan SDM
rumah sakit.
B. Grafik Survey Budaya Keselamatan Pasien

Grafik Survey Budaya Keselamatan Pasien


120%

98% 99%
100%
89%
85% 81% 79% 80,8%
82%
80%
67,46%
73,7%

60%

40%

20%

0%
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Ket table:
1. Dukungan supervisor, manajer dan pimpinan klinis terhadap
keselamatan pasien
2. Teamwork
3. Keterbukaan Komunikasi
4. Pelaporan Insiden Keselamatan Pasien
5. Pembelajaran Organisasi - Continuous Improvement
6. Komunikasi jika terjadi Error
7. Dukungan Manajemen RS terhadap Keselamatan Pasien
8. Respon/TanggapanterhadapError
9. Serah Terima dan Pertukaran Informasi
10. Kepegawaian dan Kecepatan Kerja

IV. Penutup
A. Kesimpulan
Hasil Survey Budaya Keselamatan Pasien Rumah Sakit bermanfaat
untuk menyusun program kerja spesifik sesuai dengan karakteristik Budaya
Keselamatan pasien RSU Unmuh Jember. Melalui Survey Budaya
Keselamatan Pasien, RSU Unmuh Jember dapat mengetahui perilaku –
perilaku dan persepsi karyawan yang dapat mendukung ataupun yang perlu
dikembangkan untuk mewujudkan Keselamatan Pasien di lingkungan RSU
Unmuh Jember.
Budaya keselamatan pasien di lingkungan RSU Unmuh Jember
tergolong kuat (82%). Kerjasama dalam unit menunjukkan bahwa anggota
satu divisi sangat kompak untuk bekerja sama tim (97,8%) dan kerja sama
antar unit menunjukkan kekompakkan dan kerja sama lintas unit atau bagian
dalam melayani pasien (82,3 %). Hal tersebut sangat mendukung dalam
peningkatan budaya keselamatan pasien.
Untuk angka pelaporan KTC, KNC, KTD, dan KPCS dilingkungan RSU
Unmuh Jember masih relatif sedang (67,46%). Hal ini disebabkan karena
kurangnya pemahaman staf terkait KTC, KNC, KTD, dan KPCS.
B. Saran
Disarankan bagi manajemen rumah sakit mempertahankan,
mengembangkan program-program keselamatan pasien yang telah berjalan
dan memelihara budaya keselamatan pasien yang telah berjalan serta
melaksanakan evaluasi secara berkelanjutan terhadap penerapan budaya
keselamatan pasien secara menyeluruh dengan didukung oleh kebijakan dan
mengaktualisasikan program keselamatan pasien yang terancang secara
sistematis di semua instalasi atau bidang secara berkesinambungan agar
berjalan efektif dan efisien. Saran-saran yang membangun dan dapat
diterapkan dan dilaksanakan di RSU Unmuh Jember sebaiknya segera dapat
ditindaklanjuti.
C. Rekomendasi Tindak Lanjut
1. Melakukan sosialisasi dan inhouse training berkala setiap tahunnya
terkait keselamatan kepada seluruh civitas hospitalia RSU Unmuh
Jember.
2. Menekankan kepada seluruh Civitas Hospitalia bahwa Budaya
Keselamatan adalah tanggungiawab bersama sehingga hasil survey
sangat pending untuk menyusun program budaya keselamatan tahun
selanjutnya.
3. Mengkampanyekan kembali “No Blaming Culture" kepada seluruh civitas
hospitalia RSU Unmuh Jember sehingga tidak ada budaya saling
menyalahkan apabila terjadi kejanggalan sehingga seluruh staf bebas
bertanya atau menyampaikan pendapat sesuai dengan norma yang
belaku. Dan untuk karyawan yang terlibat dalam IKP diberikan dukungan
dan support sehingga kedepannya tidak lagi takut untuk melaporkan
4. Melakukan sosialisasi dan inhouse training berkala setiap tahunnya
terkait jenis - jenis IKP dan alur pelaporannya.

Jember, 1 November 2023


Ketua Komite Mutu

dr. Wahyu Agung P, Sp.P


NBM/NIP.
Item dengan Item dengan Total % item
Total
Item kata - kata kata- kata dengan kata
Respon
Positif negatif positif

Di unit ini, kami bekerja sama sebagai tim yang


47 (100%) 0 (0%) 47
efektif
Selama masa sibuk, staf di unit ini saling
Teamwork 46 (97,9%) 1 (2,1%) 47 97,86%
membantu.
Mereka yang bekerja di unit ini ada masalah
45 (95,7%) 2 (4,3%) 47
terkait perilaku tidak sopan (Kata-kata negatif)

Di unit ini, kami memiliki staf yang cukup untuk


23 (48,9%) 24 (51,1%) 47
menangani beban kerja.

Kepegawaian dan Staf di unit ini bekerja lebih lama daripada yang 73,70%
kecepatan kerja terbaik untuk perawatan pasien (Kata-kata 36 (76,6%) 11 (23,4%) 47
negatif)
Di unit ini bekerja tergesa - gesa sehingga
berdampak negatif terhadap keselamatan pasien 45 (95,7%) 2 (4,3%) 47
(Kata-kata negatif)
Unit ini secara teratur meninjau proses kerja
untuk menentukan apakah perlu perubahan untuk 46 (97,9%) 1 (2,1%) 47
meningkatkan keselamatan pasien
Pembelajaran Di unit ini perubahan untuk meningkatkan 98,60%
Organisasi keselamatan pasien di evaluasi untuk melihat 47 (100%) 0 (0%) 47
seberapa baik mereka bekerja
Unit ini membiarkan masalah keselamatan pasien
46 (97,9%) 1 (2,1%) 47
yang sama terjadi lagi (Kata-kata negatif)
Item dengan Item dengan Total % item
Total
Item kata - kata kata- kata dengan kata
Respon
Positif negatif positif
Di unit ini, staf merasa kesalahan mereka
32 (68,1%) 15 (31,9%) 47
ditimpakan pada mereka (Kata-kata negatif)
Ketika insiden dilaporkan di unit ini, seperti dicatat
43 (91,5%) 4 (8,5%) 47
orangnya, bukan masalahnya (Kata-kata negatif)
Respon/Tanggapan Ketika staf membuat kesalahan, di unit ini fokus
terhadap Error 81,40%
pada pembelajaran daripada menyalahkan 43 (91,5%) 4 (8,5%) 47
individu
Di unit ini, kurang mendapatkan dukungan untuk
staf yang terlibat dalam insiden keselamatan 43 (91,5%) 4 (8,5%) 47
pasien (Kata-kata negatif)

Atasan, manajer atau pemimpin klinis saya


dengan serius mempertimbangkan saran staf 47 (100%) 0 (0%) 47
untuk meningkatkan keselamatan pasien
Supervisor, Manajer Atasan, manajer, atau pemimpin klinis saya ingin
dan Pimpinan Klinis agar kami bekerja lebih cepat di saat sibuk,
34 (72,3%) 13 (27,7%) 47 89,3%
terhadap walaupun harus menggambil jalan pintas (Kata-
Keselamatan Pasien kata negatif)
Atasan, manajer, atau pemimpin klinis saya
melakukan tindakan untuk mengatasi masalah
45 (95,7%) 2 (4,3%) 47
keselamatan pasien yang menjadi perhatian
mereka

Kami diberitahu tentang kesalahan yang terjadi di


31 (66%) 16 (34%) 47
Umpan balik dan unit ini
Komunikasi jika 80,8%
terjadi kesalahan Ketika kesalahan yang terjadi di unit ini, kami
membahas bagaimana cara untuk mencegah 42 (89,4%) 5 (10,6%) 47
terulang kembali
Item dengan Item dengan Total % item
Total
Item kata - kata kata- kata dengan kata
Respon
Positif negatif positif

Umpan balik dan Di unit ini, kami diberitahu tentang perubahan


Komunikasi jika yang dibuat berdasarkan laporan insiden 41 (87,2%) 6 (12,8%) 47 97,86%
terjadi kesalahan

Di unit ini, staff akan berbicara jika mereka


melihat sesuatu yang dapat memengaruhi 36 (76,6%) 11 (23,4%) 47
perawatan pasien secara negatif

Saat staf di unit ini melihat seseorang dengan


kewenangan yang lebih (seseorang yang lebih
Keterbukaan 42 (89,4%) 5 (10,6%) 47
berwenang) melakukan sesuatu tidak aman bagi 84,5%
Komunikasi pasien, maka staf berani mengingatkan
Ketika staf di unit ini mengingatkan, mereka
memiliki kewenangan lebih terbuka terhadap 41 (87,2%) 6 (12,8%) 47
masalah keselamatan pasien mereka
Di unit ini, staf takut mengajukan pertanyaan
ketika ada yang tidak benar terjadi (Kata-kata 40 (85,1%) 7 (14,9%) 47
negatif)
Jika telah terjadi insiden kemudian diketahui dan
diperbaiki sebelum mengenai / menimpa pasien. 59,60% 40,40% 47
Melaporkan Insiden Apakah hal tersebut sering dilaporkan? (KNC)
Keselamatan Pasien 67,4%
Organisasi Jika insiden telah menimpa pasien tetapi pasien
tidak cedera, apakah hal tersebut sering 61,70% 38,30% 47
dilaporkan? (KTC)
Item dengan Item dengan Total % item
Total
Item kata - kata kata- kata dengan kata
Respon
Positif negatif positif

Jika insiden / kesalahan tidak diharapkan


menimpa pasien. Apakah hal tersebut sering 62% 38% 47
dilaporkan? (KTD)
Melaporkan Insiden Jika insiden / kesalahan potensi cedera sosial
Keselamatan Pasien sudah mengenai pasien, apakah hal tersebut 62% 38% 47 67,4%
Organisasi sering dilaporkan? (KPCS)
Dalam 12 bulan terakhir, berapa banyak insiden
92% 8% 47
keselamatan pasien yang telah Anda laporkan

Tindakan manajemen RS menunjukkan bahwa


93,60% 6,40% 47
keselamatan pasien adalah prioritas utama
Dukungan Manajemen RS menyediakan sumber daya yang
Manajemen RS memadai untuk meningkatkan keselamatan 85,10% 14,90% 47 78,7%
terhadap pasien
Keselamatan Pasien
Manajemen RS tampaknya tertarik pada
keselamatan pasien hanya setelah terjadi insiden 57,40% 42,60% 47
buruk terjadi (Kata-kata negatif)
Ketika transfer pasien dari satu unit ke unit lain,
informasi penting sering tidak disampaikan (Kata- 83% 17% 47
Serah Terima dan kata negatif)
82,3%
Pertukaran Informasi Selama pergantian shift, informasi penting
perawatan pasien sering kali diabaikan (Kata-kata 85% 15% 47
negatif)
Item dengan Item dengan Total % item
Total
Item kata - kata kata- kata dengan kata
Respon
Positif negatif positif

Selama pergantian shift, tersedia waktu yang


Melaporkan Insiden
Keselamatan Pasien cukup untuk bertukar semua informasi penting 79% 21% 47 82,3%
Organisasi perawatan pasien

Anda mungkin juga menyukai