DINAS KESEHATAN
UPTD. PUSKESMAS CAKRU
Alamat : Jln Diponegoro No. 3 Cakru-Kencong email:
pkmcakru2014@gmail.com
JEMBER Kode Pos 68167
MEMUTUSKAN:
Menetapkan : KEPUTUSAN KEPALA UPTD. PUSKESMAS CAKRU TENTANG
STANDAR PERILAKU YANG MENDUKUNG BUDAYA
KESELAMATAN DI UPT. PUSKESMAS CAKRU
KEEMPAT : Keputusan ini berlaku sejak ditetapkan dan apabila ada kekeliruan akan
dilakukan perubahan sebagaimana mestinya.
Ditetapkan di : Cakru
Pada tanggal : 05 Agustus 2022
Penyelenggaraan pelayanan kesehatan harus berlandaskan pada etika dan moral serta
bersikap lebih professional dan mematuhi peraturan perundang-undangan. Peningkatan mutu dan
keselamatan pasien menjadi hal utama yang harus dilakukan puskesmas secara
berkesinambungan.
Mutu dan keselamatan berkembang dalam suatu lingkungan yang mendukung kerjasama
dan rasa hormat terhadap sesama tanpa melihat jabatan mereka dalam Puskesmas. Makna budaya
keselamatan yaitu merupakan lingkungan yang kolaboratif karena staf klinis memperlakukan satu
sama lain secara hormat dengan melibatkan serta memberdayakan pasien dan keluarga.
Pimpinan mendorong staf klinis pemberi asuhan bekerja sama dalam tim yang efektif dan
mendukung proses kolaborasi interprofesional dalam asuhan berfokus pada pasien.
Kode Etik Perilaku Merupakan seperangkat peraturan yang dijadikan pedoman perilaku di
puskesmas. Kode etik perilaku bertujuan membantu menciptakan lingkunan kerja yang aman,
sehat, nyaman dan dimana setiap orang dihargai dan dihormati martabatnya setara sebagai
anggota tim asuhan pasien. Pekerja yang bekerja di puskesmas harus mengikuti kode etik
perilaku yg tercantum dalam peraturan internal puskesmas meliputi perilaku yang pantas dan
perilaku yang tidak mendukung budaya keselamatan. Perilaku yang pantas meliputi:
1. Pekerja puskesmas mengetahui bahwa kegiatan operasional puskesmas berisiko tinggi
dan bertekad untuk melaksanakan tugas dengan konsisten dan aman.
2. Regulasi dan lingkungan kerja mendorong staf tidak takut mendapat hukuman bila
membuat laporan tentang kejadian tidak diharapkan dan kejadian nyaris cedera
3. Kepala puskesmas mendorong tim keselamatan pasien melaporkan insiden
keselamatan pasien.
4. Mendorong adanya kolaborasi antar staf dengan pimpinan untuk mencari
penyelesaian masalah keselamatan pasien.
5. Komitmen organisasi menyediakan sumber daya, seperti staf, pelatihan, metode
pelaporan yang aman, dan sebagainya untuk menangani masalah keselamatan.
A. Ruang Lingkup
Pengukuran Budaya Keselamatan Pasien di UPTD Puskesmas Cakru, dilaksanakan
periodik (setiap tahun) Pengukuran budaya keselamatan pasien ini bertujuan untuk melihat
gambaran budaya keselamatan pasien di empat tingkatan yang berjejang di puskesmas yaitu
individual, unit kerja, manajemen dan organisasi sehingga mendapatkan gambaran yang
lebih utuh tentang kondisi budaya keselamatan pasien yang ada di puskesmas menggunakan
instrument berupa kuesioner dan diskusi.
1. Tingkat unit, terdiri atas dimensi :
a) Manajemen
Pertimbangan manajemen terhadap saran staf untuk meningkatkan keselamatan
pasien, pujian staf untuk mengikuti prosedur keselamatan pasien dan tidak
mengabaikan masalah keselamatan pasien
b) Perbaikan berkelanjutan
Proses pembelajaran dari kejadian kesalahan, bagaimana terjadi dan tindakan
pencegahan yang harus dilakukan supaya tidak lagi terjadi error yang kemudian
membuat proses perbaikan berkelanjutan sehingga membawa perubahan yang
positif
c) Kerja sama dalam unit di puskesmas
Kondisi dimana individu dalam satu unit saling mendukung memperlakukan satu
sama lain dengan hormat dan bekerja sebagai tim.
d) Komunikasi terbuka
Suatu proses penyampaian pesan (informasi, ide, gagasan, pernyataan) dari staf
tanpa rasa takut/bebas baik mengenai tindakan yang diputuskan maupun jika
mereka melihat sesuatu dengan negative yang dapat mempengaruhi pasien
e) Umpan balik dan komunikasi mengenai kesalahan
Proses dimana setiap anggota bersedia untuk mengkomunikasikan kesalahan yang
terjadi dalam unit dalam menggali pengetahuan dari pengalaman dan data yang
diperoleh dan membuat upaya pencegahan pada petugas
f) Respon tidak mempersalahkan terhadap kesalahan (Respon Non Punitive) Sikap
tidak menghukum/menuduh/memojokkan terhadap kejadian yang tidak dharapkan
dan kejadian nyaris cedera yang dibuat atau dilaporkan oleh staf
g) Staffing
Proses penataan staff dalam unit untuk menangani beban kerja dan jam kerja yang
sesuai untuk memberikan perawatan yang baik bagi pasien
B. Tata Laksana
Tahap-tahap membangun budaya keselamatan ada tiga (3) yaitu:
1) Tahap 1:
Assesmen awal dengan assesmen sarana-prasarana, sumber daya, dan lingkungan
keselamatan pasien puskesmas, serta survey budaya keselamatan dan pengukuran data.
Berdasarkan pengukuran, apakah puskesmas siap? Jika belum, menuju pengembangan
iklim keselamatan dan kembali ke survey budaya awal. Jika assesmen awal sudah
dilakukan, langsung ke tahap 2.
2) Tahap 2:
Perencanaan, pelatihan, dan implementasi. Pelatihan diselenggarakan untuk mendukung
pelaksanaan intervensi. Intervensi termasuk uji coba dan kemudian dilanjutkan ke
tahap ke-3
3) Tahap 3
Mempertahankan atau memelihara. Tahap ini termasuk mengintegrasikan, monitoring
perencanaan (dengan survey ulang) dan pengembangan berkelanjutan. Pengembangan
berkelanjutan termasuk pelatihan kembali untuk mewujudkan perubahan menuju budaya
keselamatan yang lebih baik.
C. Dokumentasi
Pengukuran standar perilaku yang mendukung budaya keselamatan dapat dilakukan dengan
membagikan kuesioner, survey, atau wawancara pada pekerja puskesmas.
Ditetapkan di : Cakru
Pada tanggal : 06 Agustus 2022